Anda di halaman 1dari 2

Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease

(COPD) menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit paling berbahaya di dunia, yaitu
menempati urutan ketiga setelah penyakit jantung iskemik dan stroke. World Health
Organization (WHO) mendata sebanyak tiga juta orang meninggal karena PPOK pada tahun
2016, dan juga menyatakan bahwa pada dua belas negara di Asia Tenggara ditemukan prevalensi
PPOK sedang-berat pada usia 30 tahun ke atas dengan rata-rata sebesar 6,3%. Hongkong dan
Singapura memiliki angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%. Salah satu
faktor risiko yang paling berperan di PPOK adalah merokok dan Indonesia merupakan salah satu
negara dengan jumlah perokok yang banyak sehingga dipastikan memiliki prevalensi PPOK
yang tinggi, namun untuk data PPOK di Indonesia sendiri belum dimiliki sehingga diperlukan
kajian yang komprehensif agar pencegahan PPOK dapat dilakukan dengan baik.

PPOK merupakan penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan hambatan saluran udara
khususnya udara ekspirasi dan bersifat progresif lambat, yaitu semakin lama semakin memburuk.
Secara gamblang, terdapat dua kondisi pada PPOK yang menjadi dasar patologi atau penyakit,
yaitu bronkitis kronis dengan pengeluaran lendir berlebih (hipersekresi mukus) dan emfisema
paru yang ditandai dengan pembesaran permanen dari ruang udara yang ada. Penyempitan
saluran nafas tampak pada saluran nafas yang besar dan kecil yang disebabkan oleh perubahan
konstituen normal saluran nafas terhadap respon radang yang terus-menerus. PPOK bersifat
ireversibel atau tidak bisa kembali karena terjadi perubahan struktural pada saluran napas kecil,
diantaranya: peradangan, fibrosis, metaplasi sel goblet, dan hipertropi otot polos yang
menjadipenyebab utama obstruksi jalan napas.

Faktor risiko yang berperan dalam peningkatan PPOK diantaranya adalah: kebiasaan merokok
yang masih tinggi, sering mengalami infeksi saluran napas bawah saat masih kecil, dan
terkenapolusi udara di beberapa tempat seperti di kota besar, lokasi industri, dan pertambangan.
Dari beberapa faktor risiko tersebut, kebiasaan merokok menjadi faktor risiko terbesar dalam
perkembangan PPOK,  dimana ditemukan pada laki-laki di atas 15 tahun sekitar 60 – 70 %.

Terdapat beberapa cara mudah untuk mengurangi risiko dan mencegah PPOK seperti:
menghindari asap rokok sebaik mungkin, berhenti merokok bila Anda perokok aktif, dan
melindungi diri dari menghirup debu maupun polutan lainnya saat di rumah maupun tempat
Anda bekerja. Oleh karena itu, sangat penting untuk saling mengingatkan, dan dapat dimulai dari
lingkup kecil agar saling mengerti tentang bahaya dan mencegah PPOK itu sendiri. Edukasi
kepada sesama dapat dilakukan dengan bahasa yang singkat, sederhana, dan mudah dimengerti.

PPOK dapat diatasi dengan tujuan meminimalkan gejala agar kualitas hidup meningkat dan
mencegah terjadinya penurunan fungsi paru. Terapi yang digunakan ada beberapa macam seperti
terapi obat (bronkodilator, antibiotik, dan anti-peradangan), terapi oksigen yang berfungsi untuk
mempertahankan oksigen dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ lainnya.
Pemberian nutrisi pada pengidap PPOK juga harus cukup karena malnutrisi dapat menyebabkan
peningkatan angka kematian. Terapi juga diikuti oleh rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas
hidup dan toleransi terhadap kualitas fisik. 

Oleh karena itu, mari kita cegah PPOK dari sekarang karena pencegahan lebih baik daripada
mengobati. Tidak ada salahnya bagi kita untuk memberi tahu masyarakat atau keluarga terdekat
dalam merubah sesuatu ke arah yang lebih baik lagi, demi kualitas hidup yang baik dan
Indonesia yang sehat. 

By: BimantaraLesmana, MCA Team 2018.

Referensi:

1. Buist, AS, McBurnie MA, Vollmer WM, Gillespie S, Burney P, Mannino DM, Manezes AM,
Sullivan SD, Lee TA, Weiss KB, Jensen RL, Marks GB, Gulsvik A, Nizankowska-Mogilnicka
E; BOLD Collaborative Research Group, International variation in the prevalence of COPD (the
BOLD Study): a population-based prevalence study, Lancet : 2007 Sep 1;370(9589):741-50.

2. Chan-Yeung M, Ait Khaled N, White N, Ip MS, and Tan WC, The Burden and Impact of
COPD in Asia and Africa, Int J Tuberc Lung Dis, 2004; 8; p.2-14

3. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003.

4. Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI,
2013

5. The Top 10 Causes of Death, Global Health Estimates, 2016

6. World Health Organization, 2018

Anda mungkin juga menyukai