Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342392257

Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Metode CaptureTM:


Potensi Skrining Rutin di Layanan Kesehatan Primer

Article in JIMKI Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia · December 2018

CITATIONS READS

0 1,647

4 authors:

Tungki Pratama Umar Bella Stevanny


University College London Dr. Mohammad Hoesin General Hospital
112 PUBLICATIONS 317 CITATIONS 22 PUBLICATIONS 5 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Arindi Maretzka Andy Andrean


Universitas Sriwijaya
4 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Tungki Pratama Umar on 18 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif
TINJAUAN Kronis dengan Metode CaptureTM: Potensi
Skrining Rutin di Layanan Kesehatan
PUSTAKA
Primer
Tungki Pratama Umar1, Bella Stevanny1, Arindi Maretzka1,
Andy Andrean1

1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia

ABSTRAK

Pendahuluan: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah salah satu dari sepuluh
besar penyebab utama kematian di Indonesia. Prevalensi dan angka kematian akibat
PPOK yang tinggi menunjukkan pentingnya deteksi dan tatalaksana dini PPOK. Gold
standard diagnosis PPOK adalah spirometri. Namun, penggunaan spirometri untuk tes
skrining rutin tidak dianjurkan dan sulit dilakukan di layanan kesehatan primer. Maka dari
itu, diperlukan metode skrining yang lebih efektif dan sederhana.
Pembahasan: Metode CAPTURETM menggunakan lima pertanyaan sederhana untuk
menilai adanya paparan, gangguan napas, rasa mudah lelah, dan penyakit pernapasan
akut selama 12 bulan terakhir. Berdasarkan skor kuesioner tersebut, dapat ditentukan
apakah perlu pemeriksaan lanjutan yang diperlukan berupa peak flow meter dan/atau
spirometri. Dengan demikian, deteksi dini pasien PPOK simtomatik dan/atau berisiko
eksaserbasi akut dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Kesimpulan: Metode CAPTURETM memiliki potensi untuk digunakan sebagai tes skrining
rutin PPOK yang efektif di layanan kesehatan primer.

Kata Kunci: layanan kesehatan primer, metode CAPTURE, PPOK, tes skrining rutin.

ABSTRACT

Introduction: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of the ten leading
causes of death in Indonesia. High prevalence and mortality rate point out the importance
of early detection and treatment of COPD. Spirometry is the gold standard for the diagnosis
of COPD. However, spirometry use for routine screening test is not recommended nor easy
to do primary health care. Therefore, a more effective and uncomplicated screening method
is needed.
Discussion: CAPTURETM method uses five questions to evaluate exposures, breathing
problems, easily-tired sensations, and acute respiratory illnesses in the last 12 months.
Based on the questionnaire score, the necessity of advance examination i.e peak flow
meter and/or spirometry is decided. Hence, early detection of symptomatic COPD and/or
high risk of acute COPD exacerbation can be performed more effectively.
Conclusion: CAPTURETM method has potency to be used as an effective routine
screening test COPD detection in primary health care.

Keywords: CAPTURE method, COPD, primary health care, routine screening test

100
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
1. PENDAHULUAN Hingga saat ini, spirometri adalah
gold standard untuk diagnosis PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronis yang bersifat murah, ringan dan user-
merupakan suatu kondisi yang cukup friendly.8 Sebagai penegakan diagnosis
menjadi perhatian di dunia. Secara global, PPOK, batas nilai spirometri adalah pada
penyakit ini menyerang sekitar 384 juta FEV1 (Forced Expiratory Volume)/FVC
penduduk (11,1% jumlah penduduk (Forced Vital Capacity) <0,7 dan FEV1
dunia) pada tahun 2010.1 Angka tersebut sebagai penentu tingkat keparahan
menunjukkan peningkatan sebesar 68,9% (ringan ≥80%, sedang 50-80%, berat 30-
dibandingkan data sebelumnya pada 49% serta sangat berat <30%).9
tahun 1990.1 Di sisi lain, angka kematian Walaupun spirometri dinyatakan
akibat penyakit ini juga tidak dapat sebagai gold standard diagnosis PPOK,
diremehkan, yaitu mencapai 3,2 juta penerapan spirometri pada ambang batas
kematian pada tahun 2015 dan menjadi yang disampaikan pada bahasan
penyebab kematian tertinggi ketiga sebelumnya dikaitkan dengan tingginya
setelah penyakit kardiovaskular dan angka positif palsu, terutama pada PPOK
kanker. 2,3 Fenomena kematian akibat ringan dan sedang. Selain itu, nilai
PPOK terjadi terutama di negara FEV1 yang didasarkan pada nilai
berpendapatan rendah dan menengah ke prediksi dapat menimbulkan bias,
bawah, termasuk di Indonesia, yaitu terutama pada orang berperawakan
dengan proporsi 90% dari seluruh jumlah pendek, orang tua maupun gabungan
kematian pada kategori ini.3 keduanya.10 Selain itu, menurut U.S.
Di Indonesia tidak terdapat data Preventive Services Task Force
pasti mengenai kejadian PPOK. (USPSTF), spirometri tidak
Walaupun tidak terdapat data pasti, direkomendasikan untuk skrining dan
prevalensi PPOK di Indonesia penggunaan rutin pada pasien yang tidak
diperkirakan sebesar 3,7% berdasarkan menunjukkan gejala PPOK.11
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.4 Metode skrining yang tersedia
Berdasarkan data dari Survei Kesehatan saat ini masih memiliki beberapa kendala.
Rumah Tangga tahun 1986, PPOK Metode seperti COPD Population
berada pada peringkat kelima penyebab Screener Questionnaire12 dan Lung
kesakitan di Indonesia. Selain itu, PPOK Function Questionnaire13 sangat
merupakan penyebab kematian tertinggi bergantung pada jenis populasi yang
keenam di Indonesia berdasarkan Survei akan diberi penapisan. Selain itu, metode
Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992. 5 di atas memerlukan berbagai variabel lain
Berbagai faktor dikaitkan dengan yang harus diperhitungkan, antara lain
PPOK di Indonesia. Faktor-faktor tersebut riwayat ibu yang merokok, paparan rokok
meliputi tingginya angka perokok, postnatal serta riwayat infeksi saluran
khususnya laki-laki, peningkatan jumlah pernafasan.14 Hal tersebut menjadi dasar
penduduk, peningkatan angka harapan perlunya metode skrining baru yang
hidup, proses industrialisasi dan bersifat universal.
peningkatan polusi udara.5 Metode CAPTURE (COPD
Berbagai permasalahan yang Assessment in Primary Care to Identify
disebabkan PPOK menimbulkan urgensi Undiagnosed Respiratory Disease and
pencarian metode skrining yang dapat Exacerbation Risk) merupakan suatu
dilaksanakan secara cepat, mudah dan alternatif skrining penyakit PPOK.
murah. Hal tersebut didasari seringnya CAPTURE adalah kuesioner singkat yang
kasus yang tidak terdiagnosis, terutama di terdiri dari lima item dan dapat dengan
layanan primer. Di sisi lain, sekitar 16% mudah diselesaikan oleh pasien di
pasien yang telah diterapi PPOK, setelah fasilitas kesehatan primer sebelum atau
diobati selama empat minggu akhirnya selama kunjungan klinik.15
dinyatakan tidak mengalami PPOK (salah Artikel ini akan membahas
diagnosis). 6 Khusus pada kegagalan mengenai metode CAPTURE sebagai
diagnosis dini, PPOK umumnya tidak metode skirining yang efektif dan tepat
terdeteksi karena gejalanya tidak muncul sasaran. Dengan demikian, diharapkan
sebelum penyakitnya berkembang lebih PPOK akan lebih mudah terdeteksi
lanjut.7 terutama di layanan kesehatan primer
dengan sarana prasarana terbatas

101
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
sehingga dapat segera ditatalaksana dini bahkan pada orang yang belum
sedini mungkin demi menurunkan angka terdeteksi mengalami obstruksi aliran
kematian akibat PPOK. udara.20 Skrining juga berpotensi memiliki
pengaruh dalam meningkatkan upaya
2. PEMBAHASAN berhenti merokok, meningkatkan upaya
pencegahan penyakit seperti vaksinasi
2.1 PPOK dan Pentingnya Deteksi Dini
terhadap influenza dan pneumokokus. 21
PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik Upaya skrining PPOK yang
(PPOK) atau Chronic Obstructive utama diterapkan hingga saat ini adalah
Pulmonary Disease (COPD) merupakan spirometri. Namun demikian, skrining
penurunan aliran udara bersifat progresif
dengan spirometri pada pasien
dan kronis (menahun) yang tidak
asimtomatik tidak memiliki keuntungan
sepenuhnya reversibel. PPOK juga
berkaitan dengan respons peradangan yang besar meskipun juga tidak
paru-paru akibat adanya partikel atau zat membahayakan pasien. Deteksi dini
berbahaya yang masuk, terutama rokok.11 PPOK pada pasien asimtomatik tidak
PPOK ditandai oleh adanya memengaruhi perjalanan penyakit
hambatan aliran udara di saluran napas maupun prognosis. Selain itu,
yang terjadi bertahap. Sifat hambatan pengeluaran biaya, waktu, dan tenaga
dapat berupa nonreversibel ataupun tambahan membuat skrining ini tidak
reversibel secara parsial. Gejala utama begitu direkomendasikan di layanan
PPOK adalah sesak napas, batuk, dan primer. Maka dari itu, skirining sebaiknya
produksi dahak atau sputum.16 hanya dilakukan pada pasien dengan
gejala yang sugestif terhadap PPOK atau
Patogenesis PPOK berjalan memiliki riwayat paparan terhadap
secara progresif, dengan fungsi paru partikel atau gas berbahaya. Maka dari
memburuk dari waktu ke waktu disertai itu, kuesioner pre-skrining CAPTURE
penurunan alami fungsi paru seiring memegang peranan yang sangat penting
bertambahnya usia.17 PPOK yang pada untuk menentukan pasien mana yang
tahap awal tidak terdiagnosis, terutama memang perlu dites dengan spirometri.
pada pasien yang bergejala (simtomatis), Diagnosis definitif PPOK selanjutnya
kemungkinan akan berlanjut ke tahap ditetapkan setelah tes spirometri post-
yang lebih parah dengan peningkatan bronkodilator.22,23
dampak pada Health-Related Quality of
Life (HRQoL), biaya perawatan
kesehatan,17 dan pemanfaatan sumber
2.2 Metode CAPTURE
daya kesehatan yang lebih besar.18 Hal
Banyak kejadian PPOK di
tersebut memerlukan intervensi dengan
layanan kesehatan primer tidak
metode skrining rutin sederhana untuk
terdiagnosis ketika tahap awal penyakit.
deteksi PPOK.
Kejadian PPOK kebanyakan baru
Skrining (penapisan) adalah terdeteksi setelah muncul eksaserbasi
suatu bentuk tes atau prosedur medis dan/atau tahap lanjut penyakit dengan
yang dilakukan pada anggota populasi penurunan fungsi paru.24 Hal tersebut
dan subgrup populasi asimptomatik yang dikaitkan dengan penggunaan spirometri
telah ditentukan untuk mencari yang dinyatakan sebagai gold standard
kemungkinan anggota kelompok tersebut diagnosis PPOK, nyatanya tidak
mengalami suatu penyakit.19 Skrining direkomendasikan USPSTF untuk
PPOK merupakan suatu upaya deteksi pemeriksaan skrining rutin PPOK.11
dini untuk mengetahui kemungkinan Metode deteksi dini lainnya seperti
terjadinya PPOK pada satu individu. kuesioner atau peak flow meter saja juga
Upaya penapisan terhadap PPOK dapat dinilai tidak cukup akurat mengidentifikasi
memberikan keuntungan medis, yaitu pasien PPOK yang simptomatik dan
pencegahan satu atau lebih eksaserbasi memiliki risiko eksaserbasi.
dengan mengobati pasien pada stadium

102
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Identifikasi pasien PPOK derajat apakah Anda lebih
sedang-berat (FEV1 <60% prediksi) lebih mudah capek?
krusial karena dibutuhkan segera. 0 1 ≥2
Kuesioner justru lebih banyak 5. Pada 12 bulan terakhir,
berapa kali Anda
□ □ □
mengidentifikasi pasien PPOK derajat
ringan (FEV1 >60% prediksi). Hal tersebut absen dari
memunculkan ide metode skrining baru kerja/sekolah/aktivitas
lain karena pilek,
dalam bentuk metode CAPTURE (COPD
bronkitis, maupun
Assessment in Primary Care to Identify
pneumonia?
Undiagnosed Respiratory Disease and
Exacerbation Risk).
Proses pengisian kuesioner
Metode CAPTURE adalah
CAPTURE dimulai dengan pengajuan
metode baru yang dapat mendeteksi
lima butir pertanyaan sederhana pada
secara dini adanya PPOK dan/atau risiko
pasien dengan jawaban ya/tidak. Kelima
tinggi eksaserbasi PPOK hanya dengan
pertanyaan ini memiliki sensitivitas dan
menggunakan lima pertanyaan
spesifisitas tinggi karena dianggap paling
sederhana dan alat PEF (Peak Expiratory
tepat sasaran setelah melalui proses
Flow) meter. Metode ini dilaksanakan
reduksi dari 44 butir, kemudian menjadi
dengan cepat, dimana kelima pertanyaan
13, 21, 8, dan akhirnya 5 butir pertanyaan
tersebut menilai adanya paparan,
saja.15 Setiap pertanyaan yang diajukan
gangguan napas, rasa mudah lelah, dan
mudah dimengerti oleh orang awam dan
penyakit pernapasan akut.15
cukup berkesan sehingga mudah diingat
Metode CAPTURE oleh pasien. Selain itu, kelima pertanyaan
mengombinasikan tiga tahap pendekatan, sudah menyajikan cukup informasi untuk
antara lain: (1) kuesioner faktor risiko, (2) evaluasi sebagian besar gejala dan faktor
peak flow meter, dan (3) spirometry jika risiko PPOK.15,28 Penilaian jawaban
diperlukan untuk mengidentifikasi PPOK kuesioner tersebut dapat dilihat pada
derajat sedang-berat. 25–27 Kuesioner tabel 2.
faktor risiko CAPTURE dapat dilihat pada
tabel 1. Tabel 2. Penilaian Kuesioner.[15]
Pasien PPOK
Tabel 1. Kuesioner CAPTURE.[15] simtomatik Evaluasi
Tolong jawab tiap butir Skor
Tidak Ya dan/atau berisiko lebih lanjut
pertanyaan eksaserbasi
1. Pernahkah Anda 0-1 Tidak -
tinggal atau bekerja di PEF
tempat dengan polusi □ □ 2-4 Mungkin
350/250
udara, asap rokok, 5-6 Sangat mungkin Spirometri
maupun debu?
2. Apakah napas Anda Pasien dengan skor rendah (0-1)
terganggu pada masuk ke kelompok bukan PPOK
musim, cuaca, atau □ □ dan/atau tidak berisiko eksaserbasi.
kualitas udara
Kelompok ini tidak perlu mengikuti
tertentu?
3. Apakah napas Anda evaluasi lebih lanjut. Pasien dengan skor
membuat pekerjaan tinggi (5-6) masuk ke kelompok sangat
(seperti mengangkat mungkin PPOK dan/atau berisiko tinggi
beban berat, eksaserbasi. Pasien dalam kelompok ini
menyekop sampah, □ □ segera dievaluasi dengan spirometri
jogging, main tenis, tanpa perlu tes dengan peak flow meter.
atau berenang) terasa Pada pasien dengan skor sedang (2-4),
lebih berat? dilakukan tes PEF dengan ambang
4. Dibandingkan dengan
teman seumuran, □ □ interpretasi 350/250 di mana laki-laki
dengan PEF <350 L/menit dan

103
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
perempuan dengan PEF <250 L/menit bagian sebelumnya, yang baru
langsung dikategorikan sebagai pasien menunjukkan gejala ringan ataupun
PPOK signifikan secara klinis tanpa harus asimptomatik. Berbagai metode skrining
menjalani tes spirometri. Sebaliknya, menunjukkan hasil sensitivitas dan
apabila lebih dari ambang 350/250, masih spesifitas yang berbeda-beda dan tidak
perlu dilakukan tes spirometri.15 konsisten. CDQ (COPD Diagnostic
Questionnaire) atau disebut juga IPAG
Pendekatan ketiga tahap terhadap (International Primary Care Airways
pasien PPOK ini mendukung satu sama Guidelines), COPD-PS (COPD
lain. Kuesioner menurunkan angka pasien Population Screener), serta LFQ (Lung
PPOK yang tidak terdiagnosis dini (under- Function Questionnaire) merupakan
diagnosis). Peak flow meter dan beberapa contoh metode skrining yang
spirometri yang dilakukan dengan kriteria telah dikembangkan untuk penapisan
tertentu meningkatkan spesifisitas PPOK. IPAG dan LPQ memiliki
sehingga menurunkan angka positif palsu sensitivitas yang tinggi (81,8%; 85,2%)
(over-diagnosis) tanpa pemborosan namun spesifitas yang rendah (63,1%;
biaya. Meski demikian, penelitian lebih 56,4%). Di sisi lain, COPD-PS memiliki
lanjut dengan jumlah sampel lebih besar spesifitas tinggi (84,7%) namun dan
dan cakupan lebih luas tetap dibutuhkan sensitivitas rendah (59,1%).31 Kondisi
untuk meningkatkan sensitivitas dan tersebut membuat penulis menawarkan
spesifisitas metode skrining ini.7,15 metode CAPTURE yang lebih konsisten
dalam sensitivitas dan spesifitas skrining
(lihat subbab 2.4).
2.3 Keunggulan Metode CAPTURE
Skrining PPOK masih berkutat Tes dengan spesifisitas tinggi
pada penggunaan gold standard berupa seperti CAPTURE dapat meminimalisasi
spirometri, namun penerapan spirometri penggunaan spirometri pada pasien yang
dalam skrining awal masih diragukan dan tidak benar-benar membutuhkannya,
bahkan tidak direkomendasikan oleh terutama bagi pasien yang memiliki
USPPTF.11 Penggunaan spirometri di kontraindikasi (infark miokard, emboli
praktik umum terkendala oleh beberapa paru, bedah aneurisme, tekanan darah
faktor seperti kurangnya jumlah sumber yang tidak terkontrol atau
daya manusia terlatih yang bisa >200/120mmHg, serta post-operasi mata,
melaksanakan prosedur tersebut, telinga, otak, perut, atau dada).
32
kurangnya akses ke spirometri yang Penggunaan minimal dari spirometri
terawat dengan baik (terutama pada juga dapat menurunkan risiko kesalahan
daerah terpencil), dan kepentingan untuk dalam diagnosis (over-diagnosis).
mengatur waktu antara pra dan pasca Kemampuan pemeriksa dalam
pemberian bronkodilator serta rendahnya memastikan apakah pasien dapat
kepercayaan untuk menginterpretasikan menggunakan spirometri dengan benar
spirometri.19 Hal ini dapat mengarah pada menjadi titik rentan kesalahan dalam
under-diagnosis dan misdiagnosis PPOK penggunaan spirometer. Meskipun
pada dokter umum yang bergantung pada pemeriksa dapat dilatih dengan baik dan
gejala pasien sebagai satu-satunya alat dapat menggunakan banyak keterampilan
diagnosis.19-20 Hal itu merupakan dasar (bahasa, kosakata, teknik suara, motivasi,
pentingnya metode baru untuk diagnosis bahasa tubuh) agar pasien dapat
PPOK yang lebih dapat dijangkau melakukan tes dengan benar, pasien
dengan tetap memperhatikan nilai-nilai tetap harus memahami apa yang harus
diagnostik. dilakukan, bagaimana melakukannya,
kapan harus melakukan manuver, dan
Penggunaan metode yang lebih mampu secara fisik dapat melakukan
ringkas dan murah merupakan pilihan tes.33 Selain itu, penggunaan PEF meter
yang dicari untuk skrining pada populasi di bawah pengawasan profesional
umum, atau seperti disampaikan pada kesehatan yang terlatih setelah mendapat

104
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
skor CAPTURE 2-4 lebih akurat daripada Perkembangan (KPSP) yang wajib
CDQ dalam penilaian COPD di layanan dilakukan di Puskesmas. Pada suatu
primer.34 penelitian di wilayah kerja salah satu
puskesmas di Indonesia, KPSP
Metode CAPTURE yang mempunyai sensitivitas 60% dan
mengombinasikan kuesioner dan PEF spesifisitas 92%.38 Contoh lain
merupakan solusi keterbatasan metode penggunaan kuesioner untuk deteksi
penapisan terdahulu. Penerapan penyakit adalah PHQ-9 (Patient Health
CAPTURE yang berbasis kuesioner dapat Questionnaire), dimana suatu penelitian
diterapkan sebagai awal upaya deteksi telah menunjukkan kemampuan
dini penyakit, sebagaimana kuesioner PHQ-9 dalam mendeteksi
depresi dengan baik.39
didemonstrasikan pada kondisi asma dan
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 3. KESIMPULAN
yang memiliki nilai sensitivitas dan
spesifisitas cukup tinggi.35,36 Kombinasi Metode CAPTURE memiliki
dengan peak flow meter merupakan suatu potensi untuk digunakan sebagai alat
cara untuk meningkatkan sensitivitas dan skrining penyakit PPOK, khususnya di
spesifisitas deteksi dini. Indonesia. Tingkat sensitivitas dan
spesifitas yang tinggi serta pelaksanaan
Metode CAPTURE merupakan metode yang sederhana membuat
upaya skrining yang dapat diterapkan metode ini sangat mungkin diterapkan
secara luas di layanan kesehatan primer, secara menyeluruh di layanan kesehatan
bahkan di daerah terpencil sekalipun. Hal primer untuk mencegah morbiditas dan
tersebut dikarenakan penerapannya yang mortalitas PPOK.
tidak membutuhkan sumber daya yang
mahal dan pelaksanaannya sangat DAFTAR PUSTAKA
mudah.
1. Adeloye, D., S. Chua, C. Lee, C.
Basquill, A. Papana, E. Theodoratou
E, et. al. Global and regional
2.4 Sensitivitas, Spesifisitas, dan
Penerapan Metode CAPTURE di estimates of COPD prevalence:
Indonesia Systematic review and meta–
Metode CAPTURE yang analysis. J Glob Heal.
dikombinasikan dengan peak flow meter 2015;5(2):020415.
memiliki potensi untuk diterapkan di 2. GBD 2015 Chronic Respiratory
Indonesia dengan sensitivitas sebesar Disease Collaborators. Global,
89,7% dan 78,1% pada kasus yang regional, and national deaths,
dibandingkan kelompok kontrol dan prevalence, disability-adjusted life
meningkat menjadi 89,7% dan 93,1% jika years, and years lived with disability
dibandingkan seluruh kasus dengan for chronic obstructive pulmonary
subjek tanpa PPOK.15 Angka ini jauh lebih
disease and asthma, 1990–2015: a
baik dibandingkan hasil penelitian
systematic analysis for the Global
evaluasi PPOK lain dengan spirometri
Burden of Disease Study 2015.
dimana sensitivitas dan spesifisitas alat
spirometri sebesar 51,9% dan 73,0%.37 Lancet Respir Med. 2017;5(9):691–
706.
Metode deteksi dini PPOK dengan 3. Alwan A. Global status report on
kuesioner CAPTURE cukup menjanjikan noncommunicable diseases 2010.
untuk digunakan di Indonesia karena Geneva: World Health Organization,
penggunaannya yang cepat dan mudah
untuk skrining di fasilitas kesehatan 2011.
tingkat pertama atau puskesmas. Sebagai 4. Kementerian Kesehatan Republik
contoh, kuesioner telah digunakan untuk Indonesia. Riset Kesehatan Dasar.
deteksi gangguan tumbuh kembang Jakarta: Kementerian Kesehatan
dalam bentuk Kuesioner Pra-Skrining Republik Indonesia, 2013.

105
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
5. Tim Kelompok Kerja PPOK. PPOK Donohue, N. A. Hanania, et. al.
(Penyakit Paru Obstruktif Kronis): Development of the Lung Function
Diagnosis dan Penatalaksanaan. Questionnaire (LFQ) to identify
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru airflow obstruction. Int J Chron Obs
Indonesia, 2011. Pulmon Dis. 2010;5:1–10.
6. Tana, L., Delima, M. Sihombing, S. 14. Han, M. K., A. W. Steenrod, E. D.
Muljati, L. Ghani. Sensitifitas dan Bacci, N. K. Leidy, D. M. Mannino, B.
Spesifisitas Pertanyaan Gejala M. Thomashow, et. al. Identifying
Saluran Pernapasan dan Faktor patients with undiagnosed COPD in
risiko untuk Kejadian Penyakit Paru primary care settings: insight from
Obstruktif Kronik (PPOK). Bul Penelit screening tools and epidemiologic
Kesehat. 2016;44(4):287–96. studies. Chronic Obs Pulm Dis.
7. Soriano, J. B., J. Zielinski, D. Price. 2015;2:103–21.
Screening for and early detection of 15. Martinez, F. J., D. Mannino, N. K.
chronic obstructive pulmonary Leidy, K. G. Malley, E. D. Bacci, R.
disease. Lancet. G. Barr, et.al. A New Approach for
2009;374(9691):721–32. Identifying Patients with
8. Hegewald, M. J., H. M. Gallo, E. L. Undiagnosed Chronic Obstructive
Wilson. Accuracy and Quality of Pulmonary Disease. Am J Respir Crit
Spirometry in Primary Care Offices. Care Med. 2017;195(6):748–56.
AnnalsATS. 2016;13(12):2119–24. 16. Susanti, P. F. E. Influence of
9. Global Initiative for Chronic Smoking on Chronic Obstructive
Obstructive Lung Disease. Pocket Pulmonary Disease (COPD). Med J
Guide to COPD Diagnosis, Lampung Univ. 2015;4(5):67–75.
Management and Prevention. Global 17. Welte, T., C. Vogelmeier, A. Papi.
Initiative for Chronic Obstructive COPD: early diagnosis and treatment
Lung Disease, 2018. to slow disease progression. Int J
10. Postma, D. S., G. Brusselle, A. Bush, Clin Pr. 2015;69(3):336–49.
J. W. Holloway. I have taken my 18. López-Campos, J. L., W. Tan, J. B.
umbrella, so of course it does not Soriano. Global burden of COPD.
rain. Thorax. 2012;67:88–9. Respirology. 2016;21(1):14–23.
11. Guirguis-Blake, J. M., C. A. Senger, 19. Maxim, L. D., R. Niebo, M. J. Utell.
E. M. Webber, R. Mularski, E. P. Screening tests: a review with
Whitlock. Screening for Chronic examples. Inhal Toxicol.
Obstructive Pulmonary Disease: 2014;26(13):811–828.
Evidence Report and Systematic 20. U.S. Preventive Services Task
Review for the US Preventive Force. Screening for Chronic
Services Task Force. Rockville: Obstructive Pulmonary Disease
Agency for Healthcare Research and Using Spirometry: Recommendation
Quality, 2016. Statement. Am Fam Physician.
12. Martinez, F. J., A. E. Raczek, F. D. 2009;80(8):853–4.
Seifer, C. S. Conoscenti, T. G. 21. Vandevoorde, J., S. Verbanck, L.
Curtice, T. D’Eletto, et.al. Gijssels, D. Schuermans, D.
Development and initial validation of Devroey, J. D. Backer, et.al. Early
a self-scored COPD Population detection of COPD: A case finding
Screener Questionnaire (COPD-PS). study in general practice. Respiratory
COPD J Chronic Obstr Pulm Dis. medicine. 2007;101(3):525–30.
2008;5:85–95. 22. U.S. Preventive Services Task
13. Yawn, B. P., D. W. Mapel, D. M. Force. Screening for Chronic
Mannino, F. J. Martinez, J. F. Obstructive Pulmonary Disease:

106
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
Recommendation Statement. Am Australian general practice cohort: a
Fam Physician. 2016;94(2):142A– cross-sectional study. Prim Care
142C. Respir J. 2014;23(1):92–7.
23. Jin, J. Screening for Chronic 30. Walters, J. A., E. H. Walters, M.
Obstructive Pulmonary Disease. Nelson, A. Robinson, J. Scott, P.
JAMA. 2016;315(13):1419. Turner, et. al. Factors associated
24. Ford, E. S., D. M. Mannino, A. G. with misdiagnosis of COPD in
Wheaton, W. H. Giles, L. Presley- primary care. Prim Care Respir J.
Cantrell, J. B. Croft. Trends in The 2011;20(4):396–402.
Prevalence of Obstructive and 31. Spyratos, D., D. Chloros, A. B.
Restrictive Lung Function Among Haidich, N. Hatzidimitriou, A.
Adults in the United States: Findings Karoulias, D. Nella, et. al.
from the National Health and Comparison among three screening
Nutrition Examination Surveys from questionnaires for COPD diagnosis
1988-1994 to 2007-2010. Chest. in the primary care. Eur Respir J.
2013;143(5):1395–406. 2013;42(Suppl 57):P266.
25. Freeman, D., R. J. Nordyke, S. 32. Cooper, B. G. An update on
Isonak, D. V. Nonikov, J. M. Maroni, contraindications for lung function
D. Price, et.al. Questions for COPD testing. Thorax. 2011;66:714–23.
diagnostic screening in a primary 33. Cooper, B. G. Limitations to
care setting. Respir Med. spirometry being performed in “the
2005;99(10):1311–1318. office”. Chron Respir Dis.
26. Nelson, S. B., L. M. Lavange, Y. Nie, 2005;2:113–5.
J. W. Walsh, P. L. Enrigh, F. 34. Haroon, S., R. Jordan, Y. Takwoingi,
Martínez, et. al. Questionnaires and P. Adab. Diagnostic accuracy of
pocket spirometers provide an screening tests for COPD: a
alternative approach for COPD systematic review and meta-
screening in the general population. analysis. BMJ Open.
Chest. 2012;142:358–66. 2015;5:e008133.
27. Criner, G. J., J. Bourbeau, R. L. 35. Shin, B., S. L. Cole, S. J. Park, D. K.
Diekemper, D. R. Ouellette, D. Ledford, R. F. Lockey. A New
Goodridge, P. Hernandez, et. al. Symptom-Based Questionnaire for
Executive Summary: Prevention of Predicting the Presence of Asthma. J
Acute Exacerbation of COPD: Investig Allergol Clin Immunol.
American College of Chest 2010;20(1):27–34.
Physicians and Canadian Thoracic 36. Taylor, J. A., W. J. Weber, E. T.
Society Guideline. Chest. Martin, R. L. McCarty, J. A. Englund.
2015;147(4):894–942. Development of a symptom score for
28. Leidy, N. K., K. Kim, E. D. Bacci, B. clinical studies to identify children
P. Yawn, D. M. Mannino, B. M. with a documented viral upper
Thomashow, et. al. Identifying cases respiratory tract infection. Pediatr
of undiagnosed, clinically significant Res. 2010;68(3):252–7.
COPD in primary care: qualitative 37. Kobayashi, S., M. Hanagama, M.
insight from patients in the target Yanai. Early Detection of Chronic
population. NPJ Prim Care Respir Obstructive Pulmonary Disease in
Med. 2015;25:1–8. Primary Care. Intern Med.
29. Stanley, A. J., I. Hasan, A. J. 2017;56(23):3153–3158.
Crockett, O. C. van Schayck, N. A. 38. Meita, D. Kuisioner Praskrining
Zwar. Validation of the COPD Perkembangan (KPSP) Anak. Sari
Diagnostic Questionnaire in an Pediatr. 2006;8(1):9–15.

107
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018
39. Karin, W., V. R. Hiske, H. Henk, S. depression severity in high-risk
Aart S, B. Patrick, et. al. The groups in primary care. Gen Hosp
accuracy of Patient Health Psychiatry. 2009;31:451–459.
Questionnaire-9 in detecting
depression and measuring

108
JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai