Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM EDUKASI PENANGANAN SAMPAH DALAM PENCEGAHAN

RISIKO PENYEBARAN DEMAM BERDARAH


PADA MUSIM HUJAN DI WILAYAH LAMPUNG TIMUR
Oleh:
Eka Mardayanti-1931090073
Mata Uji Sosiologi Lingkungan
Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

ABSTRAK
Jumlah peningkatan kasus demam berdarah (DBD) di Provinsi Lampung terus
meningkat terutama di wilayah sekitar penulis tinggal yaitu wilayah Lampung Timur.
Peningkatan kasus DBD terus diwaspadi karena telah memasuki musim hujan.
Penyebab kasus DBD menyebar yaitu adanya vektor tempat berkembangbiaknya
nyamuk sebagai pembawa virus salah satunya yaitu sampah. Kurangnya penanganan
sampah dan kesadaran warga tentang DBD perlu menjadi perhatian dengan melaukan
program edukasi penanganan sampah dalam mencegah risiko penyebaran demam
berdarah pada musim hujan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperiman secara
langsung. Edukasi dilakukan melalui door to door ke warga sekitar dengan cara
menampilkan video edukasi penanganan sampah pada musim hujan dan prinsip 3 M
(Menguras, Menutup, Mengubur). Sebelum dilakukan penampilan video penulis
memberikan pertanyaan yaitu poin apa saja itu 3M dan apakah sampah dapat
menimbulkan demam berdarah?. Penelitian merupakan deskriptif kualitatif yang
menggambarkan situasi kondisi lingkungan terutama mengenai penanganan sampah
dan peningkatan pengetahuan dari warga sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian
diperoleh bahwa program edukasi penanganan sampah dalam pencegahan risiko
penyebaran demam berdarah pada musim hujan terbukti mampu meningkatkan
pengetahuan dari subjek penelitian yang ikut serta sebesar 80% subjek penelitian
meningkat pengetahuannya tentang penanganan sampah. Hasil observasi lingkungan
dilihat bahwa masih banyak sampah berupa kaleng bekas, toples juga plastik-plastik
yang dibuang di tempat pembuangan sampah masing-masing rumah tidak segera
dibakar sehingga saat musim hujan air tertampung di sampah tersebut.

Kata Kunci: Edukasi, Penanganan Sampah, Demam Berdarah (DBD)

A. PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit demam
berdarah (DBD), disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk dan
adanya pemukiman baru. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD
adalah kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk (PSN)
sehingga meningkatkan populasi vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air.
Peningkatan kasus DBD juga terjadi di Provinsi Lampung yang mana berdasarkan hasil
laporan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyatakan bahwa kejadian DBD dalam 3
bulan terakhir mengalami peningkatan. Sesuai dengan hal itu, kejadian DBD juga mulai
terjadi di pelosok wilayah salah satunya yaitu di wilayah Lampung Timur dimana
penulis tinggal. Hal ini menjadi kewaspadaan tersendiri bagi masyarakat juga tenaga
kesehatan setempat yang turut menangani penyebaran DBD agar tidak meluas dan tidak
terdapat penambahan kasus cukup drastis.
Demam berdarah merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang menular dan masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk 
Aedes aegypti atau Aedes albopictus (Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak
ditemukan menyebabkan penyakit ini). Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus
di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Musim hujan yang saat ini dialami oleh sebagian besar di wilayah Provinsi
Indonesia menjadikan seluruh masyarakat untuk wasapada terhadap beberapa kejadian
yang dapat terjadi salah satunya yaitu penyebaran DBD. Terlebih kondisi lingkungan
yang kurang terawat dengan baik tentu akan meningkatkan risiko terjadinya kasus DBD.
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan demam berdarah dengan
melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dimana masyarakat dapat bergerak
dengan melaksanakan Gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
Menguras yaitu dengan membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air
seperti bak mandi, ember, penampung air lemari es, vas bunga, dan lain lain. Menutup
rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air dan lainnya, dan
memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk
jadi tempat berkembang biaknya nyamuk demam berdarah.
Sampah yang menumpuk di lingkungan setempat diiringi musim hujan yang
terus terjadi dapat menjadi sarang nyamuk untuk berkembang biak hingga dapat
menimbulkan risiko penyebaran DBD. Dalam hal ini perlu dilakukan edukasi guna
melakukan pencegahan penyebaran DBD di wilayah penulis tinggal. Edukasi adalah
proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tidak hanya dari segi teori
dan prosedur dari orang ke orang lain, melainkan juga perubahan terjadi karena
menimbulkan kesadaran dari dalam individu, kelompok, atau masyarakat itu sendiri.
Edukasi memiliki beberapa tujuan, yaitu meningkatkan kecerdasan, merubah
kepribadian manusia suapaya memiliki akhlak yang terpuji dan mendidik manusia
menjadi lebih baik dalam bidang yang ditekuni.
Terjadinya kasus DBD di wilayah penulis menjadi salah satu kewaspadaan
tersendiri terlebih dengan kondisi kurangnya penanganan sampah diringi dengan musim
hujan yang terus terjadi. Oleh karena itu, penulis berkmaksud melakukan program
edukasi penanganan sampah dalam pencegahan risiko penyebaran demam berdarah
pada musim hujan.

B. KEPUSTAKAAN
1. Demam Berdarah
Demam Berdarah merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang menular dan masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk  Aedes aegypti atau Aedes albopictus (Aedes aegypti adalah vektor yang
paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini). Nyamuk dapat membawa
virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk
yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang
digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke
keturunannya melalui telur (transovarial).
Selain itu, penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang
merupakan virus dari genus Flavivirus famili Flaviviridae.Terdapat 4 jenis virus
dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat
virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Penyakit ini bersifat
musiman dan biasanya muncul pada musim hujan yang memungkinkan vektor
penular hidup di genangan air bersih.  Gejala demam berdarah baru muncul saat
seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue
mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda.  Sistem imun yang sudah
terbentuk di dalam tubuh, setelah infeksi pertama, justru akan mengakibatkan
kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua kalinya.
Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa
hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya
sistem imun tubuh yang terbentuk.
2. Manifestasi Klinis Demam Berdarah
Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda
tergantung usia pasien.Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah
demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa,
gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang
mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada
kulit.Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah
atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien
demam berdarah.Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan
yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah
(haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi.
Pasien yang menderita demam berdarah biasanya menunjukkan gejala
seperti penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama,
yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali
diikuti oleh pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah.  Adanya
kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang
membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel
darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD.  Salah satu karakteristik
untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam
berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah.  Fase kritis DBD adalah
seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang
drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan
darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat
sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat
mengakibatkan kematian. 
3. Sampah sebagai Penyebab Terjadinya Kasus DBD
Pengertian sampah menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan pengaturan terhadap penimbulan, penyimpanan (sementara), pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan, pemprosesan dan pembuangan sampah.
Sampah dapat menjadi sarang atau tempat berkembangbiaknya vektor
penyakit yang akan membahayakan kesehatan. Sebagimana menurut Soemirat
(2011), pengelolaan sampah padat seperti kaleng-kaleng bekas, ban bekas, ember
bekas dan sebagainya yang tidak terkontrol dengan baik yang berpotensi
menampung air pada musim hujan akan menjadi tempat yang cocok bagi vektor
Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampah kurang memadai.
Sebagaimana menurut WHO (2001), pengelolaan sampah yang tidak efektif
mengakibatkan adanya tempat-tempat yang dapat menampung air hujan dan
menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti antara lain sampah
anorganik seperti kaleng, botol, ember atau benda tidak terpakai lainnya dibuang
dan dikubur dalam tanah; peralatan rumah tangga (ember, mangkuk dan alat
penyimpan tanaman) harus disimpan dalam kondisi terbalik; pengisian pasir/tanah
pada rongga pagar di sekeliling rumah, botol kaca, kaleng dan wadah lainnya
ditimbun, dihancurkan atau didaur ulang untuk industri; sampah tanaman (batok
kelapa, pelepah kakao) harus dibuang dengan benar; ban-ban bekas yang tidak
digunakan harus dikumpulkan dan diletakkan dalam keadaan kering serta terlindung
dari air hujan (Indonesian_Publichealth, 2021).
4. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat pada umumnya berupa
peningkatan kesadaran masyarakat, dalam upaya untuk mengendalikan dan
mencegah penularan virus dengue, dengan cara membasmi nyamuk melalui
pemberantasan sarang nyamuk. Upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit
perlu terus dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit. Terdapat tiga jenis
pengendalian, yaitu pengendalian secara lingkungan, biologis, dan kimiawi.
- Pengendalian Lingkungan
Salah satu cara pengendalian dengue adalah dengan mengendalikan lingkungan.
Upaya pemerintah untuk mengajak masyarakat turut berpartisipasi dalam program
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu dengan 3M. Berikut ini merupakan
kegiatan pencegahan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
Menguras: Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air  seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, ataupun
penampung air lemari es. Hal ini sebagai pertimbangan bahwa perkembangan telur
sampai menjadi nyamuk adalah 7‒10 hari.
Menutup: Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, ataupun bak mandi. Hal ini bertujuan untuk mencegah
tempat tersebut tidak dijadikan tempat nyamuk bertelur dan berkembang biak.
Mengubur: Mengubur, memanfaatkan kembali, atau mendaur ulang barang bekas
yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk vektor.
Selain program 3 M di atas, perlu juga dilakukan kegiatan tambahan (plus) yang
dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun, khususnya pada musim penghujan.
Pencegahan lingkungan tambahan misalnya menggunakan kelambu saat tidur,
mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, dan menghindari kebiasaan
menggantung pakaian di dalam kamar/ruangan.
- Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis adalah memanfaatkan hewan dan tumbuhan untuk
mengendalikan dengue, misalnya dengan memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
- Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi di antaranya menaburkan bubuk larvasida pada tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan, dan menggunakan obat nyamuk atau anti
nyamuk. Abate ditaburkan ke dalam tempat penampungan air setidaknya 2 bulan
sekali. Sedangkan fogging atau pengasapan dengan menggunakan malathion dan
fenthion digunakan untuk mengendalikan penyebaran dengue.
5. Edukasi
Edukasi adalah suatu proses pembelajaran yang dilakukan baik secara
formal maupun non formal yang bertujuan untuk mendidik, memberikan ilmu
pengetahuan, serta mengembangkan potensi diri yang ada dalam diri setiap
manusia, kemudian mewujudkan proses pembelajaran tersebut dengan lebih baik.
Edukasi memiliki tiga jenis yaitu edukasi formal, non formal, dan edukasi
informal. Berikut penjelasan dari jenis-jenis edukasi adalah :
1. Formal
Proses pembelajaran ini umum diselenggarakan di sekolah dan ada peraturan
yang berlaku serta harus ditaati ketika sedang mengikuti proses pembelajaran
tersebut, lalu ada pihak terkait yang mengawasi proses pembelajaran di sekolah.
Di Indonesia, pendidikan formal yang bisa ditempuh oleh setiap individu adalah
mulai dari jenjang SD, SMP, dan SMA, hingga pendidikan tinggi.
2. Non Formal
Edukasi non formal biasanya banyak ditemukan di lingkungan tempat tinggal,
contohnya terdapat tempat pendidikan baca tulis Al Quran di masjid, lalu
kursus-kursus yang banyak terdapat di lingkungan seperti kursus mobil, kursus
musik, dan kursus-kursus lain
3. Informal
Edukasi informal adalah jalur pendidikan yang terdapat di keluarga dan
lingkungan sekitar rumah. Di dalam edukasi informal terdapat proses
pembelajaran secara mandiri dan dilakukan atas dasar kesadaran serta rasa
tanggungjawab yang dimiliki. Hasil dari pendidikan informal telah diakui sama
dengan pendidikan formal dan non formal serta digagas oleh pemerintah
meliputi: anak harus dididik dari lahir hingga dewasa, pendidikan awal dimulai
dari keluarga. Keluarga merupakan tahap edukasi yang sangat penting, karena
banyak anak sekarang dikarenakan keluarganya berantakan sehingga sangat
mempengaruhi pendidikan dalam sekolah.
Ada beberapa manfaat edukasi yang dapat kita ketahui, berikut ini manfaat
edukasi adalah :
1. Mencerdaskan kehidupan bangsa untuk membangun peradaban negara.
2. Memberikan pengetahuan luas tentang apa yang dipelajari.
3. Mengembangkan kepribadian manusia menjadi lebih bermartabat.
4. Mengembangkat bakat yang telah dimiliki sehingga lebih berpotensi.
5. Memperbaiki kesalahan seseorang agar menjadi lebih baik.
6. Membekali manusia untuk menyongsong masa depan yang cerah.

C. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperiman secara langsung dengan melakukan
edukasi di lingkungan sekitar mengenai penanganan sampah guna mencegah risiko
penyebaran demam berdarah (DBD) pada musim hujan. Edukasi dilakukan melalui door
to door ke warga sekitar dengan cara menampilkan video edukasi penanganan sampah
pada musim hujan dan prinsip 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur). Sebelum
dilakukan penampilan video penulis memberikan pertanyaan yaitu poin apa saja itu 3M
dan apakah sampah dapat menimbulkan demam berdarah?. Setelah video ditampilkan
dan dijelaskan diberikan pertanyaan yang sama kemudian dilakukan penilaian terhadap
pengetahuan yang harapannya ketika pengetahuan meningkat akan mempengaruhi
perilaku untuk lebih peduli dengan lingkungan terutama penanganan sampah. Penelitian
merupakan deskriptif kualitatif yang menggambarkan situasi kondisi lingkungan
terutama mengenai penanganan sampah dan peningkatan pengetahuan dari warga
sebagai subjek penelitian.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Demam Berdarah merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang menular dan masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk 
Aedes aegypti atau Aedes albopictus (Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak
ditemukan menyebabkan penyakit ini). Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus
di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Musim hujan yang terus terjadi diiringi dengan kondisi lingkungan terutama sampah
kurang tertangani menjadi salah satu penyebab timbulnya kasus DBD. Sampah dapat
menjadi sarang atau tempat berkembangbiaknya vektor penyakit yang akan
membahayakan kesehatan. Sebagimana menurut Soemirat (2011), pengelolaan sampah
padat seperti kaleng-kaleng bekas, ban bekas, ember bekas dan sebagainya yang tidak
terkontrol dengan baik yang berpotensi menampung air pada musim hujan akan menjadi
tempat yang cocok bagi vektor Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Penyakit DBD
dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampah kurang
memadai.
Dalam program edukasi penanganan sampah dalam pencegahan risiko penyebaran
demam berdarah pada musim hujan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dari
subjek penelitian yang ikut serta. 80% subjek penelitian meningkat pengetahuannya
tentang penanganan sampah dan DBD yang dilihat dari jawaban pertanyaan sebelum
dan sesudah diberikannya edukasi berupa video dan informasi secara langsung melalui
penjelasan. Peningkatan pengetahuan ini diharapkan mampu merubah perilaku warga
sekitar untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah terutama pada musim hujan
yang apabila terus menjadi tempat genangan air dapat menimbulkan perkembangbiakan
nyamuk sebagai vector pembawa virus demam berdarah.
Hasil observasi lingkungan dilihat bahwa masih banyak sampah berupa kaleng
bekas, toples juga plastik-plastik yang dibuang di tempat pembuangan sampah masing-
masing rumah tidak segera dibakar sehingga saat musim hujan air tertampung di sampah
tersebut. Terlebih wadah-wadah yang dapat menampung air lebih banyak dan sulit untuk
terurai atau dibakar justru air menggenang lebih lama. Hal inilah yang menjadi harapan
bahwa warga dapat menerapkan prinsip mengubur sampah-sampah bekas yang tidak
terpakai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa ada hubungan
yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku
mengelola sampah plastik di Dusun Kedesen, Desa Kradenan, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang tahun 2012 (Setyowati & Mulasari, 2013).
E. PENUTUP
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa program edukasi
penanganan sampah dalam pencegahan risiko penyebaran demam berdarah pada musim
hujan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dari subjek penelitian yang ikut serta
sebesar 80% subjek penelitian meningkat pengetahuannya tentang penanganan sampah.
Hasil observasi lingkungan dilihat bahwa masih banyak sampah berupa kaleng bekas,
toples juga plastik-plastik yang dibuang di tempat pembuangan sampah masing-masing
rumah tidak segera dibakar sehingga saat musim hujan air tertampung di sampah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesian_Publichealth. 2021. Peran Sampah pada Perkembangbiakan Vektor DBD


http://www.indonesian-publichealth.com/sampah-dan-demam-berdarah/ diakses
pada 11 November 2021.
https://lampungprov.go.id/detail-post/pantau-yang-berpotensi-klb-dinkes-lampung-himbau-
tetap-waspada-dengan-dbd diakses pada 11 November 2021
Ririn Setyowati, Surahma Asti Mulasari. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga
dalam Pengelolaan Sampah Plastik Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 7, No. 12, Juli 2013

Anda mungkin juga menyukai