OLEH:
IIS SULASTRI, S.GZ
PO7131522012
CLINICAL INSTRUCTURE
MEIKE MAYASARI, S.GZ., MPH., DIETISIEN
HALAMAN JUDUL
OLEH:
IIS SULASTRI, S.GZ
PO7131522012
Menyetujui,
Clinical Instructure
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GRAFIK..................................................................................................v
BAB I SKRINING GIZI..........................................................................................2
BAB II ASSESMENT GIZI....................................................................................4
A. Identitas Pasien.............................................................................................4
B. Riwayat Makan (FH)....................................................................................6
C. Standar Pembanding (CS).............................................................................7
D. Antropometri (AD. 1.1)................................................................................9
E. Biokimia (BD)...............................................................................................9
F. Fisik/Klinis (PD-1.1)...................................................................................10
G. Diagnosis Gizi.............................................................................................14
H. Intervensi Gizi.............................................................................................14
I. Koordinasi Asuhan Gizi (RC).....................................................................17
J. Rencana Monitoring dan Evaluasi..........................................................18
K. Hasil Monitoring dan Evaluasi...................................................................19
BAB III MONITORING DAN EVALUASI.........................................................22
BAB V PENUTUP.................................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................30
LAMPIRAN.......................................................................................................33
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
iv
Grafik 1.Monitoring Asupan Enteral ....................................................................30
v
SKENARIO KASUS
1
BAB I
SKRINING GIZI
2
NUTRIC Score scoring system: if IL-6 available
3
BAB II
ASSESMENT GIZI
A. Identitas Pasien
1. Client History (CH)
Tabel 1. Data Personal
Kode IDNT Jenis Data Data Personal
CH.1.1 Nama Nn. SL
CH.1.1.1 Umur 19 tahun 6 bln
CH.1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan
CH.1.1.5 Suku/etnik Jawa
CH.1.1.8 Pendidikan SMA
CH.1.1.9 Peran dalam keluarga Anak
CH 1.1. 12 Mobilitas Sekolah
Diagnosis medis Ensefalopati dd Ensefalitis,
Hipertensi dan Penumonia
Nomor RM : 02029880
Ruang Perawatan : MICU
Tanggal M-RSS : 09/ 10/ 2022
Tanggal MR-ICU : 10/10/2022
Tanggal pengambilan kasus : 11 /10/ 2022
4
minggu SMRS mengeluhkan mual, muntah dan lemas. Masuk RSUD
Temanggung menjalani perawatan 3 malam 2 hari terdapat BAB berdarah hingga
menggunakan alat bantu BAB. Pasien dirujuk di RSS pada tanggal 9 Oktober
2022 dengan penurunan kesadaran (penkes) terintubasi dan masuk ruang
perawatan Medical Intensive Care Unit (MICU) pada 10 Oktober 2022 dengan
diagnosis Ensefalopati dd Ensefalitis, Hipertensi dan Penumonia.
Ensefalopati merupakan kondisi adanya kelainan fungsi otak menyeluruh yang
dapat akut atau kronik, progresif atau statis. Ensefalopati adalah disfungsi kortikal
umum yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga
beberapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi
minimal, halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat aktifitas
psikomotor (secara umum meningkat, akan tetapi dapat menurun) (Davis, 2013).
Manifestasi lebih lanjut dari ensefalopati yaitu ensefalitis yang merupakan adanya
peradangan pada parenkim otak sehingga menyebabkan gangguan neurologis.
Salah satu penyebab nya kondisi ini yaitu adanya infeksi virus yaitu HSVE.
Ensefalitis virus herpes simpleks (HSVE) adalah virus herpes simpleks tipe 1 atau
tipe 2 yang menghasilkan infeksi neurologis lokal (Tedyanto, Susilawathi, &
Indradewi, 2021). Hal ini menjadikan indikasi bahwa pasien memiliki riwayat
herpes yang kemudian bermanifestasi pada kondisi ensefalitis.
Sebagian besar ensefalitis dapat memburuk dan memerlukan perawatan
intensif karena adanya penurunan tingkat kesadaran. Pasien dengan gangguan
kesadaran memerlukan perawatan dan intervensi untuk membantu pernapasan
melalui ventilasi dan intubasi (Spencer, 2019). Hal ini terjadi pada pasien yang
mana rujukan dari RS sebelumnya mengalami penkes dan terintubasi sehingga
memerlukan perawatan intensif.
5
B. Riwayat Makan (FH)
1. SQ FFQ – Kebiasaan Makan Satu Minggu SMRS (Setelah merasakan
keluhan)
Tabel 3. Riwayat Makan Pasien
Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
FH.2.1 Riwayat Diet Makanan Pokok :
(pola makan) Nasi putih 2-3 kali/hr 1 gls @100 g
Lauk hewani :
Ayam goreng 1x/hr 1 ptg @40 g, pindang
ikan 2x/mgg 1 ptg @40 g, telur 3x/mgg 1
btr @45 g
Lauk nabati :
Tahu 2x/hr 1 ptg sdg @50 g, tempe goreng
2x/mgg 1 ptg @45 g
Sayur dan Buah :
Kubis 1x/hr 2 sdm @20 g (sup), wortel
2x/mgg 2 sdm @20 g, Semangka 1x/mgg 1
ptg @100 g, buah naga 1x/mgg 1 ptg @100
g
Camilan :
Biskuat 2-3x/mgg 4-5 keping @10 g
Teh Haydan Jamu dan rempah 2x/mgg
FH.4.1 Pengetahuan Pasien belum pernah mendapatkan edukasi
tentang gizi
makanan dan
gizi
6
Berdasakan tabel asupan riwayat makan dengan kebutuhan diperoleh
asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat <70% dari kebutuhan yang
artinya dalam kategori defisiensi tingkat berat.
Tabel 4. Persentase Asupan Riwayat Makan dengan Kebutuhan
7
= 2122,57 kkal = 1784 – 209 + 390
= 1965 kkal
8
D. Antropometri (AD. 1.1)
Tabel 7. Data Antropometri
Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
AD. 1.1.7 LLA = 29,5 cm
AD. 1.1.1 TB estimasi = 68,77 + 3,336 x 23,5
= 147 cm
AD ULNA = 23,5 cm
AD. 1.1.2 BB estimasi = -64,6 + (21,5 x 29,5) + (0,54x147)
= 78 kg
Status Gizi %LLA =29,5 / 26,5 x 100% = 111,3%
(Overweight)
(Sumber: Data Primer, 2022)
F. Biokimia (BD)
Tabel 8. Pemeriksaan Biokimia Tanggal 10 Oktober 2022
Kode IDNT Data Biokimia Hasil Nilai Rujukan Ket.
BD. 1.1.1 pH 7,477 7.350-7.450 T
BD. 1.1.3 pCO2 (mmHg) 53,3 32-48 T
BD. 1.1.4 pO2 (mmHg) 135,1 83-108 T
BD.1.1 HCO3 (mmol/L) 34,4 22-26 T
BD. 1.5.1 Glukosa Sewaktu 125 74-106 T
(mg/dl)
BD.1.11.1 Albumin (mg/dl) 2,67 3.97 – 4.94 R
BD.1.10.1 Hb (g/dl) 8,5 12-15 R
9
Pemeriksaan biokimia pada pasien diperoleh hasil pada tanggal 11
Oktober 2022 terkait dengan analisis gas darah guna mengetahui
keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, kadar oksigen dan karbondioksida
dalam tubuh. Keseimbangan asam basa tubuh ditentukan berdasarkan kadra
PH, PCO2 dan HCO3. Hari pertama monitoring pasien berisiko mengalami
alkalosis metabolik karena kadar PH dan HCO3. Kondisi alkalosis dapat
memicu pengurangan kompensasi ventilasi (Joynt, 2016). Kadar Pco2 tinggi
yang artinya tingginya karbondioksida dalam darah yang disebut hiperkapnia,
hiperkarbia.
E. Fisik/Klinis (PD-1.1)
Tabel 9. Pemeriksaan Fisik/Klinis Tanggal 11 Oktober 2022
Kode IDNT Data Fisik Klinis Hasil
PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan Kesadaran Sopor, GCS E1M1Vt,
terintubasi support ventilator,
terpasang pipa NGT
PD.1.1.9 Vital Sign
TD 120/83 mmHg (Normal cenderung
tinggi)
MAP 96 mmHg
Respirasi 99% on ETT
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi Thorax (10-10-2022)
10
Keterangan Klinis: Sopor tanpa lateraliasi, ec encephalopathy dd encephalitis
Kesan:
Pneumonia bilateral, terpasang ett pada proyeksi trakea dengan ujung distal
menghadap ke caudal setinggi Vth 3 (LK 4,7 cm di atas carina)
Pemeriksaan MSCT Kepala (10-10-2022)
Kesan:
- Edema cerebri disertai ventricular megaly lateralis bilateral
- Sinusitis maxillaris bilateral, ethmoidalis bilateral dan sphenoid
- Tak tampak perdarahan pada MSCT kepala
- Terpasang NGT melalui cavum nasi dextra dengan ujung distal
(Sumber : Rekam Medik 0202XXXX, 2022)
11
mmHg (Fukui et al., 2021). MAP pada pasien yaitu 96 mmHg yang artinya
dalam kondisi normal. Dari hasil pengkajian, hemodinamik pasien stabil yang
menjadi indikator dapat diberikan diet (McClave et al., 2016).
Pemeriksaan penunjang juga dilakukan berupa Radiologi Thorax dan
MSCT Kepala. Pasien dengan keterangan klinis Sopor tanpa lateraliasi, ec
encephalopathy dd encephalitis. Ensefalitis adalah peradangan pada otak yang
menyebabkan gangguan neurologis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi,
infeksi pasca infeksi, atau infeksi non infeksi (Davis, 2013). Pasien memiliki
riwayat herpes yang mana berkaitan dengan manifestasi kondisi klinis pasien
saat ini yaitu ensefalitis virus herpes simpleks (HSVE) merupakan virus herpes
simpleks tipe 1 (HSV-1) atau infeksi tipe 2 yang menghasilkan infeksi
neurologis lokal. Hasil dari MSCT kepala diperoleh adanya kondisi edema
cerebri yang mana hal ini juga berkaitan dengan ensefalitis yang
mempengaruhi lobus temporal kanan yang menyebabkan edema dan
pergeseran garis tengah otak (Spencer, 2019). Sebagian besar ensefalitis dapat
memburuk dan memerlukan perawatan intensif karena adanya penurunan
tingkat kesadaran. Pasien dengan gangguan kesadaran memerlukan perawatan
dan intervensi untuk membantu pernapasan melalui ventilasi dan intubasi
(Spencer, 2019).
F. Terapi Medis
12
infeksi kulit. sesuai dengan dosis
yang dibutuhkan.
Omeprazol Obat yang mampu Omeprazol yang
menurunkan kadar asam yang diberikan bersamaan
diproduksi di dalam lambung. dengan makanan dapat
Obat golongan pompa proton menundan penyerapan
ini digunakan untuk 3- 4 jam. Sehingga,
mengobati beberapa kondisi, pemberian omeprazole
yaitu nyeri ulu hati, lebih baik diberikan
gastroesophageal reflux sebelum konsumsi
disease (GERD), dan tukak makanan (Ochoa et al.,
lambung akibat infeksi 2020).
bakteri H. pylori.
Fentanyl Obat antinyeri golongan -
opioid yang bekerja dengan
cara memblokir sinyal rasa
sakit pada sel saraf yang
menuju otak
Candesartan Obat antihipertensi golongan Candesartan yang
penghambat reseptor dikonsumsi dengan
angiotensin / Angiotensin makanan tinggi kalium
Reseptor Blocker (ARB) dapat menyebabkan
yang bermanfaat untuk kadar kalium darah
menurunkan tekanan darah. tinggi (hiperkalemia)
Obat ini bekerja dengan cara (Palaniappan, 2019).
menghambat pengikatan
angiotensin II ke reseptor
AT1 pada jaringan tubuh. Hal
ini mengakibatkan pelebaran
pembuluh darah sehingga
aliran darah menjadi lancar
dan tekanan darah akan
menurun.
Tiamin Thiamin adalah salah satu -
nutrisi vital bagi manusia dari
kelompok Vitamin B
kompleks. Vitamin B1
dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan,
metabolisme karbohidrat,
fungsi otot, dan sistem saraf.
Amlodipin Mengatasi hipertensi atau Amlodipin berikatan
tekanan darah tinggi yang dengan protein plasma,
bekerja melebarkan sehingga asupan protein
pembuluh darah sehingga yang cukup akan
mengoptimalkan kinerja
aliran darah menjadi lancar.
amlodipine.
13
G. Diagnosis Gizi
NI 5.3 Penurunan kebutuhan karbohidrat berkaitan dengan gangguan pulmo
ditandai dengan hiperkapnia, hiperkarbia.
H. Intervensi Gizi
NP 1.1 Preskripsi Diet
Tujuan:
- Memberikan asupan diet secara bertahap sesuai kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan basal
- Memberikan asupan zat gizi rendah karbohidrat guna meringankan
kerja pulmo
14
ND 2.1. 8 Enteral nutrition Site Care Balutan NGT diganti setiap hari,
Penggantian pipa NGT selama 7
hari
ND 2.1 .9 Pembilasan tube feding Air putih 20 ml
15
I. Implementasi Pemberian Diet (Diet Cair Zonde Lengkap 6 x 200)
Tabel 11. Impelementasi Pemberian Diet
Pemberian Volume E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Zonde 800 852,32 38,88 29,04 109,12
Lengkap (4 x
200 cc)
Susu Rendah 400 400 20 18 40
KH (2x200 cc)
Total 1200 1252,32 58,88 47,04 149,12
Pemberian
Diet
Kebutuhan Basal 1965 83,51 65,5 260,36
Persentase Pemenuhan 63,73 70,50 71,81 57,27
(%)
16
diberikan secara bertahap dengan monitoring daya terima pasien terhadap
diet yang diberikan.
J. Rekomendasi
Tabel 12. Rekomendasi Pemberian Diet
Waktu Pemberian Standar Diet Rekomendasi
Diet
Pagi (Pukul 07.00 WIB) Susu Rendah Karbohidrat -
200 cc
Selingan Pagi (Pukul Zonde Lengkap 200 cc -
11.00 WIB)
Siang (Pukul 15.00 Zonde Lengkap 200 cc -
WIB)
Selingan Sore (Pukul Zonde Lengkap 200 cc -
19.00 WIB)
Malam (Pukul 23.00 Zonde Lengkap 200 cc -
WIB)
Selingan Malam (Pukul Susu Rendah Karbohidrat -
03.00) 200 cc
Energi: 1252,32 kkal
Protein: 58,88 g
Lemak: 47,04 g
Karbohidrat: 149,12 g
Pemberian diet pada pasien telah sesuai yang mana dengan jenis
zonde lengkap. Adapun rekomendasi pemberian diet ditingkatkan
mencapai 250 cc apabila asupan pasien telah mencapai >50% dari
kebutuhan basal.
17
RC 1.3 Kolaborasi dengan praktisi gizi lain Ahli Gizi Ruang Perawatan
RC 1.4 Kolaborasi tenaga kesehatan Perawat, Dokter
18
N. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Tabel 14. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Hari I 11 Ensefalopati Amlodipin LLA 29,5 cm - PH 7,477 (T) Kesadaran Sopor, Asupan Enteral 560 NI 5.3 Penurunan kebutuhan
Pengam Oktober dd Candesartan - PCO2 42,1 mmHg (N) GCS E1M1Vt, TD cc ( Zonde Lengkap karbohidrat sederhana
ULNA 23,5 cm
bilan 2022 ensefalitis, Cetirizine - PO2 184,3 mmHg (T) 120/83 mmHg, berkaitan dengan gangguan
Kasus Hipertensi, Fentanyl MAP 96 mmHg, 6x200 cc Susu) pulmo ditandai dengan
- HCO3 30,4 (T)
Pneumonia Omeprazol - GDS 125 mg/dl (T) SPO2 99%, E 29,09% hiperkapnea, hiperkarbia
Levofloxaci - Na 142 mmol/L (N) terintubasi support
P 33,21% NC 1.1 Kesulitan menelan
n ventilator,
- K 3,6 mmol/L (N) berkaitan dengan gangguan
Tiamin terpasang pipa L 36,07%
- Cl 92 mmol/L (R) mekanis ditandai dengan
NaCl inf NGT KH 23,91% terintubasi ventilator dan
0,9% 500 ml kesadaran sopor
Monev 12 Ensefalopati Amlodipin - - PH 7,440 (N) Kesadaran Sopor, Asupan Enteral NI 5.3 Penurunan kebutuhan
hari Ke- Oktober dd Candesartan - PCO2 41,1 mmHg GCS E1M1Vt, TD 1170 cc (Zonde karbohidrat sederhana
2 2022 ensefalitis, - (N) 143/102 mmHg, Lengkap 6x200 cc berkaitan dengan gangguan
Hipertensi, Fentanyl - PO2 143 mmHg (T) MAP 115 mmHg, Susul): pulmo ditandai dengan
Pneumonia Dexametaso - HCO3 27,3 (T) SPO 99%, hiperkapnea, hiperkarbia
E 62,2%
n - GDS 129 mg/dl (T) terintubasi support
NC 1.1 Kesulitan menelan
Zovirax - Na 132 mmol/L (R) ventilator, P 68,71%
berkaitan dengan gangguan
terpasang pipa
19
Omeprazol - K 4,4 mmol/L (N) NGT L 69,75% mekanis ditandai dengan
Levofloxaci - Cl 99 mmol/L (N) terintubasi ventilator dan
KH 66,62%
n kesadaran sopor
Tiamin
NaCl inf
0,9% 500 ml
Monev 13 Ensefalopati Amlodipin - - PH 7,440 (N) Sopor, GCS Asupan Enteral 570 NI 2.3 Asupan enteral
hari Ke- Oktober dd Candesartan - PCO2 41,1 mmHg E1M1Vt, TD ml (Zonde inadekuat berkaitan dengan
3 2022 ensefalitis, - (N) 137/102 mmHg, Lengkap 6 x 200 gastroparesis ditandai dengan
Hipertensi, Fentanyl - PO2 143 mmHg (T) MAP 113 mmHg, cc, Susu): adanya residu NGT (+) dan
Pneumonia Dexametaso - HCO3 27,3 (T) SPO 99%, asupan kurang dari 50% dari
E 30,07%
n - GDS 129 mg/dl (T) terintubasi support kebutuhan.
Zovirax - Na 132 mmol/L (R) ventilator, P 43,55%
Ceftazidim terpasang pipa
- K 4,4 mmol/L (N) L 34,9%
Omeprazole NGT
- Cl 99 mmol
Levofloxaci KH 26,36%
n
Tiamin
NaCl inf
0,9% 500 ml
Monev 14 Ensefalopati, Amlodipin - - PH 7,353 (N) Sopor, GCS Asupan Enteral 680 NI 2.3 Asupan enteral
hari Ke- Oktober Hipertensi, Candesartan - PCO2 41,5 mmHg E1M1Vt, TD ml (Zonde Lengkap inadekuat berkaitan dengan
4 2022 Pneumonia, - (N) 132/78 mmHg, 6x150 cc, Susul): gastroparesis ditandai dengan
Hipolabumin Fentanyl - PO2 130,5 mmHg (T) MAP 96 mmHg, adanya residu NGT (+) dan
E 35,7%
Dexametaso SPO 99%, asupan kurang dari 50% dari
20
n - HCO3 22,6 (N) terintubasi support P 40,15% kebutuhan.
Zovirax - GDS 125 mg/dl (T) ventilator,
L 42,32%
Ceftazidim - Albumin 2,79 g/dl (R) terpasang pipa
Omeprazole - Na 132 mmol/L (R) NGT KH 30,77%
Levofloxaci - K 4,1 mmol/L (N)
n - Cl 99 mmol
Tiamin
otsu NS inf
0,9% 100 ml
NaCl 0,9%
500 ml 30
cc/jam
21
BAB III
MONITORING DAN EVALUASI
22
hari sehingga antropometri tidak dilakukan monitoring dan evaluasi atau
pengukuran LLA.
2. Biokimia
Tabel 15. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Biokimia
PCO2 (mmHg) 42,1 (N) 41,1 (N) 41,1 (N) 41,5 (N)
PO2 (mmHg) 184,3 (T) 143 (T) 143 (T) 130,5 (T)
HCO3 30,4 (T) 27,3 (T) 27,3 (T) 22,6 (N)
GDS (mg/dl) 125 (T) 129 (T) 129 (T) 125 (T)
23
and Salluh, 2009). Pemeriksaan glukosa darah diperoleh kadar glukosa darah
125 mg/dl. Berdasarkan parameter nilai rujukan, kadar ini dalam kategori
tinggi. Namun, dalam kondisi kritis kadar glukosa darah dapat diterima pada
rentang 140-150 mg/dl (Pitrowsky, Righy and Salluh, 2009). Monitoring
kadar glukosa darah terdapat peningkatan menjadi 129 mg/dl pada hari ke II
dan ke III serta turun kembali pada kadar 125 mg/dl di hari ke IV monitoring.
3. Fisik/Klinis
Tabel 16. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Biokimia
24
dank e III yaitu >100 mmHg. Menurut Fukui, et al. (2021) MAP dalam
kategori tinggi apabila >100 mmHg. Kondisi ini menunjukkan bahwa
terdapat tekanan pada arteri yang dapat berdampak pada pembekuan darah
atau kerusakan otot jantung karena harus bekerja lebih keras.
4. Dietary
Grafik 1.Monitoring Asupan Enteral
80
70 68.71 69.75
60 62.2
56.12
50
40.15 42.32 11-Okt
40 35.7 43.55 12-Okt
34.9 30.77
13-Okt
30 30.07 36.07 26.36
33.21 14-Okt
20 29.09 23.91
10
0
%Energi %Protein %Lemak %KH
25
asupan zat gizi pasien untuk energi, protein, dan lemak diperoleh asupan
tertinggi yaitu pada hari ke II. Monitoring hari ke III dan ke IV terjadi
penurunan dibandingkan dengan asupan hari ke II namun tidak <25% dari
kebutuhan. Menurut Rubinson et al menyatakan bahwa asupan kalori
dibawah 25% terdapat hubungan dengan kejadian bacteremia pada pasien
kritis (Rubinson et al., 2004).
Berdasarkan hasil monitoring asupan pasien diperoleh diagnosis gizi
baru pada hari ke III monitoring yaitu NI 2.3 Asupan enteral inadekuat
berkaitan dengan gastroparesis ditandai dengan adanya residu NGT (+) dan
asupan kurang dari 50% dari kebutuhan basal. Gastroparesis merupakan
gangguan motlitas lambung pada pasien kiritis karena terdapat peningkatan
risiko intoleransi makanan enteral, pengosongan lambung, kolonisasi bakteri
lambung dan aspirasi paru (Stojek and Jasiński, 2021). Adanya gastroparesis
pada pasien ditandai dengan adanya residu NGT. Pengukuran gastric residual
volume (GRV) merupakan pengukuran jumlah cairan yang dikeluarkan dari
lambung setelah pemberian makanan enteral sebagai indikator klinis adanya
pengosongan lambung. Pemantauan GRV menjadi penting karena dapat
menyebabkakan aspirasi, peningkatan tekanan intra-abdomen dan nekrosis
usus apabila kadar GRV meningkat (Yasuda et al., 2019). Sehingga,
dilakukan penurunan volume diet yaitu 6 x 150 cc/hr.
Keseimbangan cairan pada pasien kritis menjadi salah satu aspek
perawatan yang penting karena berkaitan dengan gangguan perfusi oragn
terutama pada sistem kardiovaskular. Resusitasi cairan sangat penting pada
pasien yang dirawat di ICU guna mencegah hipotensi yang disebabkan oleh
disfungsi jantung. Tujuan resusitasi cairan adalah untuk meningkatkan aliran
balik vena dan volume sekuncup, karena hal ini penting untuk mencapai
stabilitas hemodinamik dan meningkatkan oksigenasi jaringan. Kebutuhan
Cairan pada pasien kritis mencapai 1 – 1,5 ml/kcal asupan kalori (Trejnowska
et al., 2019). Kebutuhan cairan minimal mencapai 1 ml/kkal yaitu 1965
ml/hr.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan gizi pada Nn. SL usia 19 dengan diagnosis
Ensefalopati dd ensefalitis, Hipertensi dan Penumonia tahun masuk ruang
perawatan Medical Iintensive Care Unit (MICU) RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta pada 10 Oktober 2022 dilakukan skrining menggunakan
NUTRIC Score diperoleh pasien berisko malnutrisi tingkat rendah dapat
disimpulkan bahwa:
1. Asesment Awal
a. Pengukuran antropometri LLA 29,5 cm dan ULNA 23, 5 cm. Status
gizi %LLA overweight.
b. Pengkajian pemeriksaan biokimia pasien dalam kondisi berisiko
mengalami alkalosis metabolic karena kadar PH dan HCO3 tinggi,
sedangkan kadar PCO2 dalam kadar normal. Glukosa sewaktu dalam
kondisi normal, hipoalbuminemia dan anemia.
c. Pengkajian fisik-klinis diperoleh bahwa kesadaran Sopor, GCS
E1M1Vt, terintubasi support ventilator, terpasang pipa NGT. Map dan
respirasi dalam keadaan normal. Pemeriksaan penunjang radiologi
thorax ditampilkan adanya pneumonia bilateral dan pemeriksaan MSCT
Kepala Nampak edema cerebri.
d. Riwayat makan dilakukan penilaian berdasarkan kebiasaan makan
menggunakan SQ-FFQ diperoleh asupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat <70% dari kebutuhan yang artinya dalam kategori
defisiensi tingkat berat. Sedangkan, riwayat makan recall 24 jam
diperoleh asupan telah mencapai rekomendasi pemberian diet hari
pertama perawatan ICU.
e. Problem terkait gizi pasien adalah penurunan kebutuhan karbohidrat
dan kesulitan menelan.
f. Intervensi gizi yang dilakukan yaitu jenis diet formula rendah
karbohidrat bentuk cair, rute NGT, frekuensi 6 x 200 cc dengan prinsip
27
memenuhi kebutuhan energi 1965 kkal, protein 17% yaitu 83,51 g,
lemak 30% yaitu 65,5 g dan karbohidrat 260,36 g serta cairan 30
ml/kgBB
2. Reasesment
a. Pengukuran antropometri tidak dilakukan pada akhir kasus.
b. Monitoring biokimia terkait keseimbangan asam basa Hari I monitoring
pasien berisiko mengalami alkalosis metabolik, monitoring hari ke II
dan ke III tubuh dalam kondisi alkalosis sedangkan hari ke IV kondisi
asam basa tubuh seimbang.Terdapat kenaikan kadar glukosa sewaktu
namun dalam rentang normal. Terdapat peningkatan albumin namun
dalam kategori hipoalbumin.
c. Hasil monitoring kondisi fisik/klinis diperoleh bahwa kesadaran pasien
tanpa perubahan yaitu dalam keadaan sopor, GCS E1M1Vt, Terintubasi
support ventilator, terpasang pipa NGT. MAP meningkat pada hari ke II
dan ke III monitoring, kembali normal pada monitoring hari ke IV.
d. Monitoring asupan zat gizi pasien untuk energi, protein, dan lemak
diperoleh asupan tertinggi yaitu pada hari ke II. Monitoring hari ke III
dan ke IV terjadi penurunan dibandingkan dengan asupan hari ke II.
e. Problem terkait gizi yaitu asupan oral tidak adekuat
f. Intervensi gizi yang dilakukan yaitu jenis diet formula rendah
karbohidrat bentuk cair, rute NGT, frekuensi 6 x 150 cc dengan prinsip
memenuhi kebutuhan energi 1965 kkal, protein 17% yaitu 83,51 g,
lemak 30% yaitu 65,5 g dan karbohidrat 260,36 g serta cairan 30
ml/kgBB.
g. Intervensi gizi yang dilakukan yaitu jenis diet formula rendah
karbohidrat bentuk cair, rute NGT, frekuensi 6 x 200 cc dengan prinsip
memenuhi kebutuhan energi 1965 kkal, protein 17% yaitu 83,51 g,
lemak 30% yaitu 65,5 g dan karbohidrat 260,36 g serta cairan 30
ml/kgBB
28
B. Saran
Berdasarkan kegiatan asuhan gizi yang dilakukan diberikan saran bagi
mahasiswa untuk mengoptimalkan referensi terkait dengan pemberian nutrisi
enteral pada pasien kritis.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arbeola, C., S., Elson, M., Z., Monzon, L., L., & B. (2013). Enteral Nutrition in
Critical Care. J Clin Med Res, 5(1), pp. 1–11.
Canales, C. et al. (2019). Nutrition Risk in Critically Ill Versus the Nutritional
Risk Screening 2002: Are They Comparable for Assessing Risk of
Malnutrition in Critically Ill Patients?. JPEN. Journal of parenteral and
enteral nutrition. United States, 43(1), pp. 81–87. doi: 10.1002/jpen.1181.
Cunha, H., F., R., & Japiassu, A., M. (2011). Albumin in critically ill patients:
controversies and recommendations. Revista Brasileira de Terapia Intensiva,
23(1), pp. 87–95. doi: 10.1590/s0103-507x2011000100014.
Davis, H. P. (2013). Encephalopathy: Types, Causes, Symptoms, Stages &
Treatment.. Available at:
https://www.medicinenet.com/encephalopathy/article.htm#what_causes_ence
phalopathy.
Dewi, R. (2016). Penilaian Kesadaran pada Anak Sakit Kritis: Glasgow Coma
Scale atau Full Outline of UnResponsiveness score?. Sari Pediatri, 17(5), p.
401. doi: 10.14238/sp17.5.2016.401-406.
Fasitasari, M. (2013). Terapi Gizi pada Lanjut Usia dengan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) Sains medika : jurnal kedokteran dan kesehatan.’,
Sains Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Universitas Islam Sultan
Agung., 5(1), p. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.
Ferrie, S., & Ward, M. (2007) . Back to basics: Estimating energy requirements
for adult hospital patients. Nutrition and Dietetics, 23(3), pp. 192–199.
Fukui, S. et al. (2021). Optimal target blood pressure in critically ill adult patients
with vasodilatory shock: A protocol for a systematic review and meta-
analysis. BMJ Open, 11(3), pp. 1–4. doi: 10.1136/bmjopen-2020-048512.
Heyland, D. K. et al. (2011). Identifying critically ill patients who benefit the
most from nutrition therapy: the development and initial validation of a novel
risk assessment tool. Critical care (London, England). England, 15(6), p.
R268. doi: 10.1186/cc10546.
Heyland DK et al. (2013). NUTRIC Score. Critical Care Nutrition, 15(6), p.
R268.
Interaction, M. F. (2022). Cetirizine and Alcohol / Food Interactions’, pp. 1–2.
Available at: https://www.drugs.com/food-interactions/cetirizine.html.
Ireton-Jones, C. and Jones, J. D. (2002) . Improved equations for predicting
30
energy expenditure in patients: the Ireton-Jones Equations. Nutrition Clinical
Practice. United States, 17(1), pp. 29–31. doi:
10.1177/011542650201700129.
Joynt, Gavin M., & G. Y. S. C. (2016). Blood Gas Analysis in the Critically Ill.
2nd edn. Oxford: Oxford Textbook of Critical Care. Available at:
https://doi.org/10.1093/med/9780199600830.003.0072.
Kandeepan, K., Balakumar, S. and Arasaratnam, V. (2015). Nutritional status
based on mid upper arm circumference and head circumference: a cross
sectional study among the children in Jaffna District
Krishnan, J. A. et al. (2003). Caloric Intake in Medical ICU Patients: Consistency
of Care with Guidelines and Relationship to Clinical Outcomes. Chest.
United States, 124(1), pp. 297–305. doi: 10.1378/chest.124.1.297.
McClave, S. A. et al. (2016) ‘Guidelines for the Provision and Assessment of
Nutrition Support Therapy in the Adult Critically Ill Patient: Society of
Critical Care Medicine (SCCM) and American Society for Parenteral and
Enteral Nutrition (A.S.P.E.N.)’, Journal of Parenteral and Enteral Nutrition,
40(2), pp. 159–211. doi: 10.1177/0148607115621863.
Nakanishi, N.,& Oto, J. (2020) ‘Muscle atrophy in critically ill patients: A review
of its cause, evaluation, and prevention’, Journal of Medical Investigation,
67(1.2), pp. 1–10. doi: 10.2152/jmi.67.1.
NS, Singhal., & SA, J. (2014) ‘A practical approach to neurologic evaluation in
the intensive care unit.’, Journal of critical care. United States, 29(4), pp.
627–633. doi: 10.1016/j.jcrc.2014.02.014.
Ochoa, D. et al. (2020) ‘Effect of food on the pharmacokinetics of omeprazole,
pantoprazole and rabeprazole’, BMC Pharmacology and Toxicology. BMC
Pharmacology and Toxicology, 21(1), pp. 1–9. doi: 10.1186/s40360-020-
00433-2.
Pitrowsky, M., Righy, C. and Salluh, I. F. (2009) ‘Glucose control in critically ill
patients in 2009 : no alarms and no surprises’, 55(21), pp. 310–314.
Rahmel, T., Hubner, M., Koos, B., Wolf, A., Willemsen, K., M., Strau, G.,
Effinger, D., & A. (2020) ‘Impact of carbohydrate-reduced nutrition in septic
patients on ICU: study protocol for a prospective randomised controlled trial’,
BMJ open, 10(7), p. e038532. doi: 10.1136/bmjopen-2020-038532.
Rubinson, L. et al. (2004) ‘Low Caloric Intake is Associated with Nosocomial
Bloodstream Infections in Patients in the Medical Intensive Care Unit.’,
Critical care medicine. United States, 32(2), pp. 350–357. doi:
10.1097/01.CCM.0000089641.06306.68.
31
Salgado, D. R., Silva, E. and Vincent, J. L. (2013) ‘Control of hypertension in the
critically ill: A pathophysiological approach’, Annals of Intensive Care, 3(1),
pp. 1–13. doi: 10.1186/2110-5820-3-17.
Selfie, & Simadibrata, M. (2018) ‘Nutritional Support in Critically Ill Patients’,
The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive
Endoscopy, 19(3), pp. 178–184.
Sirait, R. H. (2016) Buku Ajar Pemantauan Hemodinamik Pasien, Fk Uki. Jakarta
Timur: UKI PRESS.
Spencer, L. (2019) ‘Management of Infective Encephalitis in Critical Care’,
World Federation of Societies of Anesthesiologists, (413), p. 8. Available at:
https://www.wfsahq.org/components/com_virtual_library/media/720194f66f7
34283cc524d43b081b221-atow-413-00.pdf.
Stojek, M. and Jasiński, T. (2021) ‘Gastroparesis in the intensive care unit’,
Anaesthesiology Intensive Therapy, 53(5), pp. 450–455. doi:
10.5114/ait.2021.110959.
Tedyanto, E. H., Susilawathi, N. M. and Indradewi, A. A. A. S. (2021) ‘Herpes
simplex virus encephalitis: A literature review’, Romanian Journal of
Neurology/ Revista Romana de Neurologie, 20(4), pp. 438–447. doi:
10.37897/RJN.2021.4.5.
Trejnowska, E. et al. (2019) ‘The importance of fluid balance in critically ill
patients: A retrospective observational study’, Kardiologia Polska, 77(12),
pp. 1147–1154. doi: 10.33963/KP.14991.
Yasuda, H. et al. (2019) ‘Monitoring of gastric residual volume during enteral
nutrition’, Cochrane Database of Systematic Reviews, d(5). doi:
10.1002/14651858.cd013335.
Joynt, Gavin M., and Gordon Y. S. Choi. (2016). Blood gas analysis in the
critically ill’ in Andrew Webb and others (eds). Oxford Textbook of Critical
Care, 2 edn, Oxford Textbook (Oxford,2016; online edn, Oxford
Academic, https://doi.org/10.1093/med/9780199600830.003.0072, accessed
21 Oct. 2022.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil SQ-FFQ
==========================================================
===========
Analysis of the food record
==========================================================
===========
Food Amount energy carbohydr.
__________________________________________________________________
____________
Meal analysis: energy 725,0 kcal (100 %), carbohydrate 93,5 g (100 %)
==========================================================
===========
Result
==========================================================
===========
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
__________________________________________________________________
____________
energy 725,0 kcal 2036,3 kcal 36 %
protein 34,3 g(19%) 60,1 g(12 %) 57 %
fat 23,3 g(28%) 69,1 g(< 30 %) 34 %
carbohydr. 93,5 g(52%) 290,7 g(> 55 %) 32 %
calcium 162,0 mg 1000,0 mg 16 %
iron 7,4 mg 15,0 mg 49 %
sodium 456,3 mg 2000,0 mg 23 %
cholesterol 121,4 mg - -
dietary fiber 3,5 g 30,0 g 12 %
glucose 0,1 g - -
potassium 467,6 mg 3500,0 mg 13 %
Vit. A 90,3 µg 800,0 µg 11 %
Vit. C 13,7 mg 100,0 mg 14 %
33
34