Anda di halaman 1dari 48

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP ANGKA

STUNTING DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS DEPOK II

SKRIPSI

Disusun oleh:

EDI FERDIANTORO

1711401004

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP ANGKA
STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DEPOK II

HALAM
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Gizi
Program Studi Gizi Program Sarjana
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:

EDI FERDIANTORO

1711401004

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP ANGKA


STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DEPOK II

SKRIPSI

Disusun oleh:

EDI FERDIANTORO

1711401004

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Hasil Skrispi
Program Studi Gizi Program Sarjana
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Oleh :

Pembimbing : Nor Eka Noviani, S.Gz., MPH

Tanggal :

Tanda Tangan : Nor Eka Noviani, S.Gz., MPH

iii
HALAMAN PENGESAHAN

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP ANGKA


STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DEPOK II

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh :
Edi Ferdiantoro
1711401002
Telah Dipertahankan di Dewan Penguji dan Diterima sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Gizi
Pada Program Studi Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Pada tanggal:
…………………………………
Dewan Penguji :
Penguji I : Agung Nugroho, AMG., MPH…………………………………

Penguji 2 : Nor Eka Noviani, S.Gz., MPH…………………………………


Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Moh. Ali Imron, S.Sos, M.Fis

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

v
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP ANGKA
STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DEPOK II1
Edi Ferdiantoro2, Nor Eka Noviani3

ABSTRAK

Permasalahan stunting di Iindonesia masih menjadi masalah yang menjadi fokus yang
tertuang dalam percepatan penurunan stunting. Prevalensi stunting cenderung
mengalami penurunan, namun setelah mewabahnya COVID-19 yang berlanjut pada
masa pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri baik bagi pemerintah maupun
pelayanan kesehatan dasar seperti di Puskesmas. Puskesmas Depok II merupakan
salah satu fasilitas layanan kesehatan dasar yang di masa pandemi COVID-19
menanggulangi kasus COVID-19 juga stunting. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak pandemi COVID-19 terhadap angka stunting di wilayah kerja
puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman. Metode penelitian yaitu penelitian
deskriptif kuantitatif. Mendeskripsikan karakteristik balita stunting berdasarkan jenis
kelamin dan usia serta prevalensi stunting di masa pandemi COVID-19 kemudian
mendeskripsikan aspek yang dapat berdampak pada angka stunting. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki kebih tinggi
dibandingkan perempuan tahun 2019 (55,26%) dan tahun 2020 (57,89%), frekuensi
stunting tertinggi pada rentang usia 24-59 bulan (63,82%) tahun 2019 dan (66,32%)
tahun 2020 serta prevalensi stunting turun sebesar 3,09%. Pandemi COVID-19
memiliki dampak dalam menurunkan angka stunting di wilayah kerja puskesmas
Depok II. Namun penurunan angka stunting terdapat bias karena kegiatan posyandu
sempat terhenti selama masa pandemi COVID-19. Perlunya tindakan lebih lanjut dan
partisipasi bersama untuk menangani stunting.

Kata Kunci : Stunting, Balita, Pandemi COVID-19


Daftar Pustaka: 2 Buku, 16 Jurnal, 1 artikel
1. Judul skripsi
2. Mahasiswa Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
3. Dosen Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

vi
IMPACT OF THE COVID-19 PANDEMIC ON
STUNTING RATE IN THE WORK AREA
PUSKESMAS DEPOK II1
Edi Ferdiantoro2, Nor Eka Noviani3

ABSTRACT

The problem of stunting in Indonesia is still a problem that is the focus contained in
the acceleration of stunting reduction. The prevalence of stunting tends to decrease,
but after the outbreak of COVID-19 which continued during the COVID-19
pandemic, it became a challenge for both the government and basic health services
such as at the Puskesmas. The Depok II Health Center is one of the basic health
service facilities that during the COVID-19 pandemic handled cases of COVID-19 as
well as stunting. This study aims to determine the impact of the COVID-19 pandemic
on stunting rates in the working area of the Depok II Public Health Center, Sleman
Regency. The research method is descriptive quantitative research. Describing the
characteristics of stunting under-fives based on gender and age and the prevalence of
stunting during the COVID-19 pandemic and then describing aspects that can have an
impact on stunting rates. The results showed that male stunting toddlers were higher
than girls in 2019 (55.26%) and 2020 (57.89%), the highest stunting frequency was in
the 24-59 month age range (63.82%). in 2019 and (66.32%) in 2020 and the
prevalence of stunting decreased by 3.09%. The COVID-19 pandemic has had an
impact on stunting rates, especially from an economic perspective. The need for
further action and joint participation to tackle stunting.

Keywords : Stunting, Toddler, COVID-19 Pandemic


References : 2 books, 16 journals, 1 article
1. The title of the thesis
2. Student of Nutrition Study Program, Faculty of Health Sciences, University of
Aisyiyah Yogyakarta
3. Lecturer of the Nutrition Study Program, Faculty of Health Sciences, University of
Aisyiyah Yogyakarta

vii
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Angka Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Depok II” dalam rangka memenuhi persyaratan melakukan
penelitian guna menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Gizi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Selesainya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
membimbing dan memberikan arahan, penjelasan serta bimbingan, maka dari itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Warsiti, S.Kp., Sp.Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Bapak M. Ali Imron, M. Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Bapak Agung Nugroho, AMG., M.P.H selaku Ketua Program Studi Gizi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. IbuNor Eka Noviani, S.Gz., MPH, selaku dosen pembimbing penelitian yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
5. Bapak, Ibu dosen dan Asisten Dosen Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang tidak kalah luar biasa telah membimbing
dan memberikan ilmu dengan penuh kesabaran
6. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan moral dan materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi
7. Teman-teman Gizi Unisa 2017 yang telah mewarnai perjalanan perkuliahan
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu bersatu yang turut membantu
terselesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih terdapat kekurangan
sehingga penulis mengharap saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak.Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semuanya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, 13 Februari 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAM....................................................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..........................................................v

ABSTRAK...............................................................................................................vi

ABSTRACT...........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR BAGAN.................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................3

C. Tujuan Penelitian...............................................................................................3

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................3

E. Ruang Lingkup..................................................................................................4

F. Keaslian Penelitian............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

A. PANDEMI COVID-19......................................................................................7

ix
B. STUNTING.....................................................................................................12

D. KERANGKA KONSEP..................................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................19

A. Rancangan Penelitian.......................................................................................19

B. Variabel Penelitian...........................................................................................19

D. Populasi dan Sampel........................................................................................20

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data...............................................................20

F. Metode Pengolahan dan Analisis.....................................................................21

G. Jalannya Penelitian..........................................................................................22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................23

A. HASIL PENELITIAN.....................................................................................23

B. PEMBAHASAN..............................................................................................24

C. KETERBATASAN PENELITIAN.................................................................26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................27

A. KESIMPULAN................................................................................................27

B. SARAN............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian…………………………………………………………5


Tabel 4.1 Prevalensi Stunting berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman Tahun 2019-2020………………………...23
Tabel 4.2 Prevalensi Stunting Selama Pandemi COVID-19 di Wilayah Kerja
Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman……………………………………………23

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori...................................................................................................17


Bagan 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................................18
Bagan 3.3 Jalannya Penelitian.............................................................................................21

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Waktu Kegiatan Penelitian


Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3. Izin Penelitian dari Dinkes Kabupaten Sleman
Lampiran 4. Kartu Bimbingan Skripsi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Indonsesia secara geologi terletak pada pertemuan tiga tektonik
aktif yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik yang
berpotensi menimbulkan bencana alam. Dampak dari bencana alam tersebut,
mengakibatkan terjadinya kedaruratan di segala bidang termasuk kedaruratan
situasi masalah kesehatan gizi, khususnya bagi kelompok rentan yaitu bayi, balita,
ibu hamil, ibu menyusui, dan usia lanjut. Selain itu, kedaruratan lain juga muncul
setelah wabah COVID-19 di Indonesia pertama kali dikonfirmasi terdapat 2 pasien
pada tanggal 2 Maret 2020. Hingga saat ini angka tersebut terus meningkat yang
dilihat dari angka terkonfirmasi positif per tanggal 14 september 2021 yaitu
4.174.216 kasus. Pada Provinsi Yogyakarta per tanggal 14 september 2021 yaitu
153.275 kasus dan di wilayah kabupaten Sleman 38.113 kasus(Gugus Tugas
COVID-19, 2021).
Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia berdampak pada berbagai
aspek, baik ekonomi, sosial, dan kesehatan. Aspek kesehatan berkaitan dengan
masalah gizi terutama angka stunting.Stunting merupakan masalah gizi yang
hingga saat ini terus menjadi fokus penanganan.stunting.Stunting merupakan
indikator kekurangan gizi kronis akibat ketidak cukupan asupan makanan dalam
waktu yang lama, kualitas pangan yang buruk, meningkatnya morbiditas serta
terjadinya peningkatan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umurnya (TB/U)
(Ernawati, Rosmalina & Permanasari, 2013). Masalah pertumbuhan linier pada
balita sering diabaikan karena masih dianggap normal asalkan berat badan anak
telah memenuhi standar. Menurut beberapa penelitian, stunting berkaitan dengan
peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan
kemampuan motorik dan mental (Priyono, Sulistiyani & Leersia, 2015). Menurut
WHO, prevalensi balita stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat jika
prevalensinya mencapai 20%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

1
2

Dasar (RISKESDAS) (2018) prevalensi stunting di Daerah Istimewa Yogyakarta


masih dalam angka 27,2% tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 15,1% pada
tahun 2018. Angka stunting di kabupaten Sleman juga mengalami penurunan pada
tahun 2017 11% menjadi 8,38 tahun 2019.Faktor penyebab masalah stunting terdapat
faktor pelayanan kesehatan. Pandemi COVID-19 berdampak pada kegiatan pelayanan
kesehatan kurang optimal khususnya pada tingkat pelayanan posyandu balita yang
mana kegiatan posyandu memiliki tugas memantau pertumbuhan dan perkembangan
balita. Hasil penelitian Efrizal (2020)menyatakan bahwa selama pandemi COVID-19
terdapat peningkatan prevalensi anak berisiko stunting di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 4,3%. Peningkatan prevalensi stunting terjadi karena adanya
keterbatasan akses terhadap konsumsi dan pelayanan kesehatan selama pandemin
COVID-19 (Efrizal, 2020).
Puskesmas Depok II merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan
dasar.Selain itu, memiliki tugas dalam penanganan gizi di bidang masyarakat yaitu
berkoordinasi dengan kegiatan posyandu.Posyandu merupakan lingkup utama untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita terutama untuk mendeteksi angka
stunting. Hasil studi pendahuluan yang ditemukan bahwasanya terdapat peningkatan
angka stunting di wilayah kerja Puskesmas Depok 2 dari 7,68% tahun 2017
menjadi7,98% pada tahun 2019 (Dinkes, 2018; Dinkes, 2020).Selain itu, selama
pandemi COVID-19 kegiatan puskesmas juga perlu menanganai kasus COVID-19
yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Depok II. Angka kasus COVID-19 yang
terjadi cukup tinggi dengan angka terkonfirmasi positif per tanggal 14 september
2021 yaitu 5.941 kasus (Gugus Tugas COVID-19, 2021). Tingginya kasus
terkonfirmasi COVID-19 membuat wilayah dalam lingkup wilayah kerja Puskesmas
Depok II mengalami pembatasan kegiatan-kegiatan yang bersifat mengumpulkan
banyak orang termasuk kegiatan posyandu yang tentunya dapat mempengaruhi
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dalam hal ini berkaitan dengan
pemantauan angka stunting.
3

Berdasarkan uraian di atas,pandemi COVID-19 memiliki dampak


meningkatkan angka stunting. Namun, dampak dalam meningkatkan angka stunting
belum banyak dilakukan penelitian diberbagai wilayah salah satunya di wilayah kerja
puskesmas Depok II.Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
dampak pandemi COVID-19 terhadap angka stunting di wilayah kerja puskesmas
Depok II, Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahdalam
penelitian ini adalah apakah pandemi COVID-19 berdampak terhadap angka
stunting di wilayah kerja puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui dampak pandemi
COVID-19 terhadap angka stunting di wilayah kerja puskesmas Depok II,
Kabupaten Sleman.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan frekuensi jenis kelamin dan kelompok umur balita stunting
di wilayah kerja puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman.
b. Mendeskripsikan prevalensi stunting selama pandemi COVID-19di wilayah
kerja puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman.
c. Mendeskripsikan dampak pandemi COVID-19 terhadap stunting dari
berbagai faktor.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti gambaran dampak pandemi
COVID-19 terhadap angka stunting di wilayah kerja puskesmas Depok II,
Kabupaten Sleman.
2. Manfaat Kepentingan Praktis/ Pelayanan Kesehatan
a Bagi Petugas Kesehatan dan Pemerintah
4

Sebagai informasi terkait gambaran dampak pandemi COVID-19


terhadap angka stunting di wilayah kerja puskesmas Depok II, Kabupaten
Sleman.

b Bagi Peneliti Selanjutnya


Sebagai acuan sebagai referensi penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Materi
Materi yang diteliti dalam penelitian ini mengenai dampak pandemi
COVID-19 terhadap angka stunting di wilayah kerja puskesmas Depok II,
Kabupaten Sleman.
2. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada September-Desember 2021.
3. Lingkup Tempat
Tempat penelitian di wilayah kerja puskesmas Depok II, Kabupaten
Sleman.
5

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Jenis Pendekatan Perbedaan dengan


No Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian Penelitian Waktu Penelitian Saat ini

1. Wiwin Efrizal, Berdampakkah Penelitian Januari- Hasil yang diperoleh Lokasi penelitian
2020 Pandemi Covid- Deskriptif Maret 2020 menunjukkan pembatasan dalam penelitian ini
kegiatan sosial masyarakat yaitu di wilayah
19 Terhadap dan April-
berakibat pada perubahan kerja puskesmas
Stunting Di Juni 2020 pola sosial ekonomi. depok II.
Bangka Pembatasan terhadap akses
konsumsi dan pelayanan
Belitung?
kesehatan akan
mempengaruhi status gizi
anak. Penurunan status gizi
anak dapat berdampak pada
peningkatan prevalensi anak
berisiko stunting di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
selama pandemi covid-19.

2 Fadly Umar, Analisis Faktor- Metode November – Variabel yang memiliki Lokasi penelitian
Andi Kartiani, Faktor Risiko kualitatif Desember faktor risiko terhadap dalam penelitian ini
kejadian stunting adalah yaitu di wilayah
Dela Safitri., Stunting Anak dan 2021
berat badan lahir rendah kerja puskesmas
2021 Balita pada Masa kuantitatif OR=5,512 (1,992- Depok II. Jenis
15,256),tidak mencuci penelitian
6

Pandemi Covid- menggunakan


tangan OR=5,359 (1,758-
19 di Puskesmas deskritif
16,341) serta tidak memiliki
Tawaeli Kota jamban dengan OR= 7,398
Palu Tahun 2020 (2,072-30,714).

3 Yeni Safitri, Faktor- Faktor Metode Cross Hubungan antara jumlah Penelitian yang
Nurul Husnul Yang penelitian Sectional anak, berat badan lahir, dilakukan
status pemberian ASI, status menggunakan jenis
Lail, Triana Berhubungan analitik
ISPA dan diare dan sikap penelitian deskriptif
Indrayani.,2021 Dengan ibu dan tidak terdapat dan lokasi di
Kejadian hubungan antara tingkat wilayah kerja
pendapatan keluarga dengan Puskesmas Depok
Stunting Pada
kejadian stunting pada balita II.
Balita Dimasa usia 24–59 bulan dimasa
Pandemi Covid- Pandemi Covid-19 wilayah
kerja Puskesmas Gunung
19 Wilayah
Kaler Kabupaten Tangerang
Kerja Puskesmas
Gunung Kaler
Tangerang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PANDEMI COVID-19
1. Pengertian Pandemi COVID-19
Pandemi merupakan penyakit global yang mana menurut World
Health Organization (WHO) pandemi dinyatakan ketika penyakit baru
menyebar diseluruh dunia melampaui batas.Pandemi juga dimaknai
sebagai wabah yang berjangkit serempak dimana-mana meliputi daerah
geografi yang luas.Dalam pengertian yang paling klasik, ketika sebuah
epidemi menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia.Wabah
penyakit yang masuk dalam katagori pandemi adalah menulardan
memiliki garis infeksi berkelanjutan. Maka, jika ada kasus terjadi di
beberapa negara lainnya selain negara asal, akan tetap digolongkan
sebagai pandemi. Sedangkan COVID-19 atau severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang
sistem pernapasan dan menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru paru yang berat, hingga kematian(Pane, 2020).
Coronavirus (COVID – 19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh corona virus versi baru yang ditemukan pada akhir 2019
lalu, sebagian besar gangguan yang dialami oleh individu yang terinfeksi
virus COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga
sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Prosentase
penularannya lebih cendrung pada individu usia lanjut dan mereka yang
memiliki riwayat masalah medis seperti Kardiovaskular, Diabetes,
penyakit pernapasan, Kronis dan Kanker. Dimana lebih cendrung
mengembangkan infeksi virus COVID-19 menjadi penyakit yang lebih
serius(Nanggolan, dkk., 2020)
.
2. Dampak Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 memiliki dampak dalam berbagai aspek
kehidupan, meliputi:

7
8

a. Aspek Ekonomi
Ekonomi merupakan faktor yang terpenting dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan ekonomi erat kaitannya dalam kehidupan sehari -
sehari. Manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti makan,
minun, pakaian, tempat tinggal dan lain - lain memerlukan suatu
ekonomi yang kuat. Negara dituntut untuk megatur kebijakan
mengenai perekonomian Indonesia dan dituntut untuk
menjaminekonomi masyarakat Indonesia dikarenakan faktor ekonomi
merupakfaktor yang sangatpenting dalam kehidupan manusia. Selain
ekonomi merupakan factor terpenting dalam kehidupan manusia,
faktor ekonomi tersebut juga merupakan faktor pendukung
pembangunan Nasional dikarenakan pertumbuhan ekonomi sebuah
Negara yang baik dapat meningkatkan sebuah pembangunan
Nasional (Hanotaubun, 2020).
Perlambatan ekonomi terjadi pada masa pandemi COVID-19
utamanya disebabkan oleh perubahan penyaluran dan permintaan
akan barang dan jasa karena kebijakan pembatasan aktivitas yang
dijalankan (Vitenu & Barfi, 2021). Ekonomi global diprediksi akan
terkoreksi hingga -3%, namun akan meningkat kembali sekitar 5,8%
di tahun 2021. Selain itu, negara berkembang diperkirakan akan
mengalami dampak ekonomi yang lebih nyata dibandingkan negara
maju. Perlambatan ekonomi yang terjadi pada masa pandemi
COVID-19 ini selanjutnya menyebabkan peningkatan pengangguran
serta kemiskinan (Chaplyuk, dkk., 2021).
Peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia akibat pandemic
diperkirakan akan meningkat antara 4 juta sampai 5,5 juta jiwa atau
7,7 persen sampai 9,1 persen pada tahun 2020. Jika keadaaan ini terus
berlanjut maka sangat dimungkinkan pengangguran bisa melampaui
10,7 juta hingga 12,7 juta jiwa pada tahun 2021. Sektor yang dinilai
akan mengalami banyak kontraksi hingga perusahaan
memberhentikan pekerjanya adalah sektor perdagangan, industri
9

manufaktur, jasa perusahaan, kontruksi, dan perhotelan serta makanan


dan minuman. Lebih jelas lagi adalah sebanyak 9,8 juta pekerja telah
dirumahkan bahkan diberhentikan (PHK) dari total yang bekerja
sebanyak 18 juta pekerja dari industri manufaktur. Hasil proyeksi
tahun 2020 tingkat pengangguran terbuka sebesar 8,1 hingga 9,2
persen, lebih tinggi dari data realisasi tahun 2019 yang hanya 5,28
persen (Fauzia dalam Nainggolan, 2020)
Pandemi Covid-19 telah menginfeksi jutaan manusia di seluruh
belahan dunia, yang berakibat pada krisis global.Akibatnya dari krisis
ini berimbas kepada meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia.
Berdasarkan Laporan “The Impact of Covid-19 Outbreak of Poverty:
An Estimation for Indonesia” yang diterbitkan oleh The SMERU
Research Institute, terdapat lima peramalan meningkatnya angka
kemiskinan. Melalui peramalan tersebut diperoleh kondisi terburuk
adalah jika Indonesia hanya mengalami pertumbuhan satu persen di
tahun 2020 maka angka kemiskinan akan mencapai 12,4 persen atau
sebesar 33, 2 juta jiwa. Pada tahun 2019 kemiskinan hanya sebesar
9,2 persen atau 24,8 juta jiwa (Jayani, 2020).
b. Aspek Sosial dan Kesejahteraan
Pengukuran kemiskinan dilakukan terhadap data kemiskinan
makro dan kemiskinan mikro. Kemiskinan makro didasarkan
padagaris kemiskinan, sementara kemiskinan mikro berdasarkan data
penduduk miskin berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS). Tahun 2020, penduduk miskin di Pati berjumlah 127,40
ribu jiwa, dimana jumlah tersebut tumbuh lebih dari 7% dibandingkan
jumlah penduduk miskin di tahun 2019. Sementara itu, jika
diproporsikan dengan jumlah penduduk, persentase penduduk miskin
di tahun 2020 adalah 10,08%, meningkat sekitar 0,52% dibandingkan
angka kemiskinan di tahun 2019. Selanjutnya, apabila dibandingkan
dengan Jawa Tengah dan nasional, peningkatan angka kemiskinan di
Kabupaten Pati lebih tinggi dibandingkan peningkatan kemiskinan di
10

Jawa Tengah dan nasional yang berada pada kisaran 0,3%(Aeni,


2021).
Pandemi COVID-19 juga memiliki dampak tidak langsung, yaitu
potensi penurunan kualitas generasi mendatang (McKibbin & Fer-
nando dalam Aeni, 2021). Keluarga berpenghasilan rendah dengan
tingkat pendidikan rendah relatif mengalami dampak yang lebih
buruk dibandingkan keluarga berpenghasilan tinggi dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Selama masa pandemi, layanan
pendidikan bagi anak menjadi terbatas. Bagi keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah, hal tersebut menjadi suatu hambatan karena mereka
tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk menyediakan
layanan pendidikan di rumah. Selain pendidikan, keluarga dengan
tingkat ekonomi rendah juga cenderung tidak mampu mengakses
layanan kesehatan. Kondisi tersebut berpotensi untuk menurunkan
kualitas hidup masyarakat dan nantinya berdampak terhadap kualitas
generasi mendatang(Aeni, 2021).
Meningkatnya tingkat kemiskinan dapat dijadikan acuan bahwa
tingkat ekonomi rendah yang mana hal ini akan berdampak pada
masalah gizi. Hasil survey menyatakan bahwa dengan tingkat
ekonomi yang rendah seseorang cenderung mengurangi porsi makan.
Dampak pada anak tentunya akan meningkatkan risiko kekurangan
zat gizi baik zat gizi makro dan mikro. Pandemi berpotensi
meningkatkan kekurangan gizi pada ibu melalui ketidakamanan
pangan rumah tangga, adanya ketidaksetaraan gender dalam hal
distribusi pangan dalam rumah tangga dan praktik perawatan ibu yang
tidak memadai tentu dapat meningkatkan prevalensi kekurangan gizi,
khususnya anemia dan kurangnya berat badan ibu.Akibatnya,
kurangnya gizi pada ibu (terutama pada yang menyusui) dapat
menimbulkan berbagai bentuk kekurangan gizi pada anak. Dampak
jangka panjang krisis COVID-19 mencakup kenaikan tajam
prevalensi stunting dan peningkatan prevalensi kelebihan berat badan
dan obesitas akibat terbatasnya aktifitas fisik dan meningkatnya
11

konsumsi makanan olahan secara terus-menerus yang mengandung


kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi (UNICEF, 2020).
c. Aspek Kesehatan
Dampak pandemi COVID-19 adalah tingginya jumlah kasus positif
dan kematian akibat COVID-19. Tingginya jumlah kasus positif
COVID-19 di Indonesia membuat sumber daya yang dimiliki oleh
pemerintah, baik pusat maupun daerah dikonsentrasikan untuk
penanganan COVID-19. Sebagai akibatnya, pelayanan kesehatan
untuk selain COVID-19 menjadi terhambat. Selain itu, penurunan
layanan kesehatan juga dipengaruhi oleh sikap pengguna layanan
kesehatan yang merasa khawatir untuk mengakses layanan kesehatan
(Aeni,2021).
Deteksi dini hambatan pertumbuhan anakmelalui pos pelayanan
terpadu (posyandu)sangat penting.Deteksi kekurangan gizi,termasuk
stunting diawali dengan keterlambatan pertumbuhan balita, bila
ditangani dengan cepat dan tepat dapat mengurangi risiko kematian
pada balita.Keterlibatan aktif keluarga untuk memantau pertumbuhan
balita secara berkala ke posyandu menjadi sangat penting sebagai
upaya pencegahan secara dini stunting. Pandemi COVID-19
menjadikan kegiatan-kegiatan masyarakat menurun termasuk
pelayanan gizi dan kesehatan anak baik di posyandu maupun di
fasilitas kesehatan dasar (Efrizal, 2020).
Penundaan kegiatan posyandu selama pandemi COVID-19
berdampak besar pada layanan imunisasi dasar dan penimbangan bayi
dan balita. Di Kota Jakarta Timur, terjadi penurunan tajam jumlah
layanan imunisasi dasar dari 3.890 layanan pada Februari 2020
menjadi 2.009 layanan pada April 2020. Jumlah ini merupakan
jumlah layanan imunisasi terendah dalam satu tahun terakhir. Di DKI
Jakarta, layanan gizi dan KIA, termasuk imunisasi, sulit dilakukan
akibat banyaknya kasus COVID-19. Hal ini diperparah dengan
adanya kekhawatiran ibu-ibu khususnya di Kota Jakarta Timur untuk
membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. Fakta ini sejalan dengan
12

temuan studi Elston et al. (2016) yang menunjukkan bahwa


keengganan masyarakat di Sierra Leone untuk mengimunisasi anak
mereka selama wabah Ebola disebabkan ketakutan akan tertular virus
(Saputri, dkk., 2020).
Sementara itu, faktor lain yang menghambat layanan gizi dan KIA
adalah kurangnya jumlah tenaga medis yang bahkan sudah terjadi
sejak sebelum pandemi COVID-19. Petugas gizi kewalahan membagi
waktu antara melakukan kunjungan dan menginput data ke aplikasi
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat elektronik (e-
PPGBM).Kekhawatiran tenaga kesehatan dan para ibu bahwa mereka
dapat terinfeksi virus corona juga merupakan faktor yang
menghambat layanan gizi dan KIA selama masa pandemi COVID-19
(Saputri, dkk., 2020).

B. STUNTING
1. Pengertian Stunting
Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur
(TB/U) atau (PB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) atau
dibawah rata-rata standar yang ada. Stunting pada anak merupakan hasil
jangka panjang konsumsi kronis diet berkualitas rendahyang
dikombinasikan dengan morbiditas, penyakit infeksi, dan masalah
lingkungan.Di negara berpendapatan menengah kebawah, stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.Stunting mengacu
pada anak yang memiliki indeks TB/U rendah.Stunting dapat
mencerminkan baik variasi normal dalam pertumbuhan atau pun defisit
dalam pertumbuhan(Kemenkes RI, 2018).
3. Faktor Penyebab
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita.Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi
pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari
13

Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detail, beberapa
faktor yang menjadi penyebab stunting menurut (Kemenkes, 2018) :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi
yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak
usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita
berusia diatas 6 bulan.Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis
makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta
membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis
anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante
Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan)
Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi
yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin
menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum
mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain
adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi
yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran
dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum
terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.
Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih
tergolong mahal.Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013,
SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih
mahal dibanding dengan di New Delhi, India.Harga buah dan sayuran
di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.Terbatasnya akses ke
14

makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1


dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh
dilapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
Selain itu terdapat beberapa faktor penyebab lain dari berbagai referensi
yaitu:
1. Penyakit Infeksi
Kejadian infeksi merupakan suatu gejala klinis suatu penyakit pada
anak yang akan mempengaruhi penurunan nafsu makanan anak,
sehingga asupan makanna anak akan berkurang. Apabila terjadi
penurunan asupan makan dalam waktu yang lama dan disertai
kondisi muntah dan diare, maka anak akan mengalami kekurangan
zat gizi dan cairan. Hal ini akan berdampak pada penurunan berat
badan anak yang semula memiliki status gizi yang baik sebelum
mengalami penyakit infeksi menjadi status gizi kurang. Apabila
kondisi tersebut tidak termanajemen dengan baik maka anak akan
mengalami gizi buruk (Yustianingrum and Adriani, 2017). Kejadian
penyakit infeksi yang berulang tidak hanya berakibat pada
menurunnya berat badan atau rendahnya nilai indikator berat badan
menurut umur, tetapi juga akan berdampak pada indikator tinggi
badan menurut umur. Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah
jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma,Rubella, Cytomegalovirus
dan Herpes.
2. Prematuritas dan BBLR
BBLR dapat menyebabkan stunting bila asupan gizi tidak adekuat.
Berat badan lahır sangat terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan jangka panjang anak balita (Nisa’, 2019). Bayi yang
lahir dengan berat badan tahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dan 2500 gram, bayi dengan berat badan
lahir rendah akan mengalam hambatan pada pertumbuhan dan
15

perkembangannya serta kemungkinan terjadi kemunduran fungsi


intelektualnya selam stu bayı lebih rentang terkena infeksi dan
terjadi hipotermi (Direktorat Bina Gizi Dan KIA, 2012).
3. Ibu Hamil KEK
Menurut penelitian Najahah, I., K. T. Adhi., dan G. N. I. Pinatih
(2013) yang berjudul "Faktor Resiko Balita Stunting usia 12-36
bulan di Puskesmas Dasan Agung, Mataram, Propinsi Nusa
Tenggara Barat" menyatakan bahwa status KEK ini dapat
memprediksi hasil luaran nantinya, ibu yang mengalami KEK
mengakibatkan masalah kekurangan gizi pada bayi saat masih dalam
kandungan sehingga melahirkan bayi dengan panjang badan pendek.
4. Genetik
Genetik merupakan suatu hubungan seseorang atau Ibu dengan
tinggi badan pendek lebih berpeluang untuk melahirkan anak yang
pendek pula.Penelitian di Mesir menunjukkan bahwa anak yang lahir
dari Ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm lebih beresiko
untuk tumbuh stunting.
3. Dampak Stunting
Menurut J Gibney Michael, dkk editor (2013:hlm 311) dampak
stunting sebagai berikut :
a. Terganggunya perkembangan motorik dan mental yang buruk dalam
usia anak-anak dini dapat terjadi pada anak-anak stunting karena
mekanısme otot belum berkembang. Hal ini terjadi pada anak yang
mengalami gangguan pertumbuhan seperti stunting dimana otot striped
muscle atau striated muscle yang mengendalikan gerakan.
b. Berdasarkan beberapa pengertian case control menunjukkan stunting
dapat mempengaruhi prestasi kognitif, prestasi kognitif akan
cenderung menurun pada anak stunting karna terganggunya
perkembangan motorik anak dari sejak bayi yang apabila tidak segera
ditanganı akan berdampak pada prestasi kognitif anak.
c. Anak-anak yang mengalam malnutrisi berat biasanya akan cenderung
apatis dan bahkan menangis, apabila terganggu. Anak-anak dengan
16

gangguan stunting juga tidak begitu bisa mengeksplorasi lingkungan


jika dibandingkan dengan mereka yang tidak stunting.
4. Upaya Penanggulangan
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development
Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan
ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada
tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan.Target yang ditetapkan
adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.Untuk
mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah
satu program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan
untuk menurukan prevalensi stunting diantaranya sebagai berikut :
1) Ibu Hamil dan Bersalin, Intervensi pada 1000 HPK
2) Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu
3) Meningkatnya persalinan di fasilitas kesehatan
4) Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi, kalori,
protein dan mikronutrien (TKPM) 2) Balita (1) Pemantauan
pertumbuhan balita
5) Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
untuk balita
6) Menyelenggarakan stimulus dini perkembangan anak
7) Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

5. Kajian Islami
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.Stunting terjadi mulai janin
masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan
anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh
tak maksimal saat dewasa.
17

Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga


mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia
(Indrawati, 2016). Dalam pandangan Al-Qur‟an dan Al-Hadits, upaya
untuk mewujudkan generasi berkualitas, kuat, sehat lahir dan batin,
tumbuh dan berkembang optimal dengan salah satu indikatornya tidak
mengalami stunting, merupakan kewajiban agama dan realisasi dari
perintah Allah dalam Al Qur‟an. Allah SWT berfirman dalam QS an-
Nisa‟/4 ayat 9 sebagai berikut:

Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya


mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar”.

Upaya pencegahan dan penanganan stanting merupakan bagian tak


terpisahkan dari upaya membentuk generasi yang diidealkan oleh Al-
Qur‟an dan Hadis, yakni generasi saleh yang kuat iman, ilmu, fisik,
mental dan material, sehingga mereka diharapkan mampu menjadi
pemimpin yang mewarisi bumi ini. Upaya menekan semaksimal mungkin
angka stunting merupakan lahan amal saleh bagi kita semua.Setiap pihak
berkewajiban melakukan langkahlangkah yang diperlukan, mulai orang
tua/ wali, keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah, hingga
negara, sesuai porsi tanggung jawabnya masing masin
18

C. KERANGKA TEORI

Aspek
Ekonomi

Underweight

Dampak Status Gizi


Aspek Stunting
Pandemi Balita
COVID-19 Kesehatan

Wasting

Aspek Sosial dan


Kesejahteraan

Bagan 2.1 Kerangka Teori

D. KERANGKA KONSEP

Dampak Pandemi Stunting


COVID-19

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Mendeskripsikan dampak pandemi COVID-19 terhadap angka stunting di
wilayah kerja Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman.

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapat oleh penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2010). Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini yaitu prevalensi stunting di wilayah kerja puseksmas Depok
II, Kabupaten Sleman sebelum dan setelah masa pandemic COVID-19.

C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan batasan agar variabel dapat diukur
menggunakan instrumen maupun alat ukur. Oleh karena itu, variabel perlu
diberi batasan yang tertulis dalam “Definisi Operasional”
Tabel 2.2 Definisi Operasional

Parameter
Definisi Alat
No. Variabel dan Skala
Operasional Ukur
Kategori
1. Pandemi Kondisi dimana Penetapan Pernyataa -
COVID- wabah yang pandemi n World
19 terjadi secara COVID-19 Health
bersamaan Organizat
meliputi daerah ion
geografi yang
luas.

19
20

2. Stunting Kondisi yang Stunting : e-PPGBM -


terlihat dalam TB/U atau
data tinggi PB/U= < -2
badan menurut SD
umur (TB/U)
atau (PB/U)
kurang dari
minus dua
standar deviasi
(-2 SD).
3. Jenis Perbedaan 0=Laki-Laki e-PPGBM Nominal
Kelamin antara 1=Perempuan
perempuan
dengan laki-laki
secara biologis
sejak seorang itu
dilahirkan.
4. Usia Kurun waktu 0-5 bulan e-PPGBM Nominal
sejak adanya 6-23 bulan
seseorang. 24-59 bulan

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah balita stunting di wilayah kerja
puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah balita stunting yang terdaftar di e-
PPGBM wilayah kerja puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman.

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder berbentuk soft copy diperoleh dari sistem Pencatatan dan
Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat secara elektronik (e-PPGBM) yang
21

dikembangkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan


RI. Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan studi literatur
mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap berbagai aspek seperti
aspek ekonomi, sosial dan kesejahteraan serta aspek kesehatan terkait
dengan masalah gizi stunting.

F. Metode Pengolahan dan Analisis


Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan mengelompokkan data
yang diperoleh dalam dua kelompok, yaitukelompok sebelum pandemi
tahun 2019dan selama pandemi tahun 2020. Analisis data ditampilkan
dalam bentuk tabel, diagram maupun chart dengan menampilkan
presentase prevalensi stunting di wilayah kerja puskesmas Depok II,
Kabupaten Sleman. Hasil analisis akan terlihat peningkatan atau
penurunan angka stunting yang kemudian menampilkan deskripsi dampak
pandemi COVID-19 terhadap berbagai aspek lain seperti ekonomi, sosial
dan kesejahteraan.

Dummy Table Prevalensi Stunting berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas Depok II, kabupaten Sleman

Variabel Tahun 2019 (n%) Tahun 2020 (n%)


Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan

Dummy Table Prevalensi Stunting berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas


Depok II, kabupaten Sleman

Variabel Tahun 2019 (n%) Tahun 2020 (n%)


Usia
0-5 bulan
6-23 bulan
24-59 bulan
22

G. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian ditampilkan dalam bentuk bagan dimulai dari
penyusunan proposal hingga penyampaian hasil penelitian di bawah ini:

Penyusunan hingga Persetujuan Proposal (September-Oktober


2021)

Perizinan Pengambilan Data Sekunder (Januari 2022)

Pengambilan Data Sekunder (Februari 2022)

Analisis Data dan Penyusunan Hasil Penelitian (Februari 2022)

Penyampaian Hasil Penelitian (Februari 2022)

Bagan 3.3 Jalannya Penelitian


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
1. Prevalensi Stunting Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin dan Usia di
Wilayah Kerja Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman tahun 2019-2020.

Tabel 4.1 Prevalensi Stunting berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Wilayah
Kerja Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman Tahun 2019-2020
Kategori Tahun 2019 Tahun 2020
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 84 55,26 55 57,89
Perempuan 68 44,74 40 42,11
Usia
0-5 bulan 2 1,32 3 3,16
6-23 bulan 53 34,87 29 30,53
24-59 bulan 97 63,82 63 66,32
Total 152 100 95 100
Sumber: Data PSG Puskesmas Depok II, 2019;2020

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah balita stunting tahun 2019 lebih
tinggi dibandingkan tahun 2020. Berdasarkan jenis kelamin baik tahun 2019
maupun tahun 2020 balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki kebih tinggi
dibandingkan perempuan yaitu tahun 2019 sebesar (55,26%) dan tahun 2020
(57,89%). Selain berdasarkan jenis kelamin, prevalensi stunting tertinggi pada
rentang usia 24-59 bulan sebesar (63,82%) tahun 2019 dan (66,32%) tahun
2020.

2. Prevalensi Stunting Selama Pandemi COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas


Depok II, Kabupaten Sleman
Tabel 4.2 Prevalensi Stunting Selama Pandemi COVID-19 di Wilayah
Kerja Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman
Wilayah Kerja Tahun 2019 Tahun 2020 (%)
(%)
Puskesmas Depok II 7,98 4,89
Sumber: Data PSG Puskesmas Depok II, 2019;2020

23
24

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di


wilayah kerja Puskesmas Depok II selama pandemi COVID-19 terjadi
penurunan sebesar 3,09%.

B. PEMBAHASAN
Kasus balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Depok II dilihat dari
jenis kelamin baik tahun 2019 maupun tahun 2020 lebih tinggi pada laki-laki.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dari 40 balita stunting sebesar
55% berjenis kelamin laki-laki (Masriadi & Anna, 2021). Penelitian oleh
Mugianti (2018) juga menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki
proporsi tertinggi untuk mengalami stunting sebesar 64,5%. Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kondisi psikologis
dalam tumbuh kembang anak (Hidayat dalam Masriadi & Anna, 2021). Laki-
laki lebih cenderung mengalami stunting pada tahun pertama kehidupan
dikarenakan ukuran tubuh yang lebih besar dan membutuhkan lebih banyak
asupan energi, sedangkan pada tahun kedua kehidupan, perempuan lebih
berisiko mengalami stunting dikarenakan pola asuh orang tua dalam
memberikan makanan, lingkungan, serta pola pertumbuhan yang berbeda
dengan anak laki-laki (Nasikhah, 2012).
Dilihat dari berdasarkan usia frekuensi tertinggi baik tahun 2019
maupun tahun 2020 yaitu pada rentang usia 24-59 bulan. Kondisi stunting
pada usia tersebut dapat berdampak pada kualitas sumber daya manusia
(SDM). Hasil studi yang dilakukan pada stunting usia 3-5 tahun memiliki
hubungan bermakna dengan penghasilan orang tua yang dalam hal ini
penghasilan orang tua ≤UMP dengan stunting sebanyak 28 anak (Halim, dkk.,
2021). Selain itu usia anak 3–5 tahun sudah harus makan seperti pola makan
keluarga, yaitu sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali snack sehari.
Porsi makan pada usia ini setengah dari porsi orang dewasa. Memasuki usia 3
tahun pertumbuhan mulai lambat dan permasalahan mulai sulit makan
muncul. Sementara itu aktivitas mulai bertambah dengan bermain sehingga
makan dapat dilakukan sambil bermain sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Semakin bertambah usia anak, maka

24
25

semakin meningkat pula jumlah kecukupan gizi yang harus dipenuhi setiap
harinya (Umar, dkk., 2021).
Masa pandemi COVID-19 memiliki dampak dalam menurunkan
angka stunting. Prevalensi stunting di wilayah kerja Puskesmas Depok II
selama pandemi COVID-19 terjadi penurunan sebesar 3,09%. Berdasarkan
hasil wawancara kepada ahli gizi di Puskesmas Depok II, penurunan angka
stunting dimungkinkan terdapat bias karena masa pandemi COVID-19
terutama dalam pemantauan balita yang mengalami stunting. Posyandu
merupakan wadah kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
balita setiap bulan untuk deteksi dini terkait gangguan pertumbuhan dan
perkembangan terutama masalah gizi. Kegiatan posyandu menjadi salah satu
kegiatan yang menimbulkan kerumunan sehingga untuk menekan penularan
COVID-19 maka kegiatan sosial yang bersifat mengumpulkan orang banyak
dihentikan salah satunya yaitu kegiatan posyandu. Hal ini juga terjadi di
posyandu wilayah kerja puskesmas Depok II yang mana kegiatan untuk
memantau pertumbuhan balita terhenti dibulan Maret hingga bulan Juli.
Posyandu merupakan garda terdepan dalam pemberian layanan
kesehatan dasar bagi balita. Ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan posyandu
maka tumbuh kembang anak akan lebih terpantau, termasuk deteksi dini jika
terjadi permasalahan yang berkaitan dengan status gizi dan kondisi kesehatan
anak. Posyandu juga berperan besar dalam pencapaian program imunisasi
dasar wajib. Selain itu, dengan adanya program pemberian makanan
tambahan (MT) diharapkan mampu meningkatkan asupan gizi bagi balita.
Hasil penelitian Anwar, Khomsan, Sukandar, Riyadi, & Mudjajanto (2010)
menunjukkan bahwa partisipasi dalam kegiatan Posyandu berpengaruh positif
terhadap pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi anak.
Selain itu, pandemi COVID-19 turut berdampak pada sektor lain yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya stunting. Aspek ekonomi sangat terlihat
bahwa perlambatan ekonomi terjadi pada masa pandemi COVID-19
utamanya disebabkan oleh perubahan penyaluran dan permintaan akan barang
dan jasa karena kebijakan pembatasan aktivitas (Vitenu & Barfi, 2021).
COVID-19 juga telah menginfeksi jutaan manusia di seluruh belahan dunia,

25
26

yang berakibat pada krisis global. Akibatnya dari krisis ini berimbas kepada
meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan Laporan “The
Impact of Covid-19 Outbreak of Poverty: An Estimation for Indonesia” yang
diterbitkan oleh The SMERU Research Institute, terdapat lima peramalan
meningkatnya angka kemiskinan. Melalui peramalan tersebut diperoleh
kondisi terburuk adalah jika Indonesia hanya mengalami pertumbuhan satu
persen di tahun 2020 maka angka kemiskinan akan mencapai 12,4 persen atau
sebesar 33, 2 juta jiwa. Pada tahun 2019 kemiskinan hanya sebesar 9,2 persen
atau 24,8 juta jiwa (Jayani, 2020). Hal-hal berkaitan dengan penurunan
ekonomi tentunya berdampak terhadap angka stunting. Keterbatasan
penghasilan orang tua dapat memberikan dampak penurunan daya beli
sehingga menurunkan ketersediaan pangan di rumah tangga terhadap
pemilihan bahan makanan bergizi (Umar, dkk., 2021).

C. KETERBATASAN PENELITIAN
Adapun keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah data penilaian status gizi balita di tahun 2020 kurang tertampil secara
keseluruhan mengenai pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada
bulan dilaksanakannya pemantauan.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki kebih tinggi dibandingkan
perempuan yaitu tahun 2019 sebesar (55,26%) dan tahun 2020 (57,89%).
2. Frekuensi stunting tertinggi pada rentang usia 24-59 bulan sebesar
(63,82%) tahun 2019 dan (66,32%) tahun 2020.
3. Prevalensi stunting di wilayah kerja Puskesmas Depok II selama pandemi
COVID-19 terjadi penurunan sebesar 3,09% dari 7,98% menjadi 4,89%.
4. Pandemi COVID-19 memiliki dampak menurunkan angka stunting di
wilayah kerja Puskesmas Depok II. Namun penurunan terdapat bias karena
pandemi COVID-19.

B. SARAN
Berdasarkan hasil dan kesimpulan, maka penulis memberi saran sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya memadukan data baik sekunder juga data primer
sebagai bentuk validasi dari data yang diperolah
2. Bagi masyarakat senantiasa ikut serta dalam penurunan angka stunting
dengan tetap berbartisipasi pada kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita
3. Bagi pelayanan kesehatan senantiasa memberikan alternatif terhadap
kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di masa
pandemic COVID-19

27
DAFTAR PUSTAKA

Adriani & Wirjatmadi .(2012).Peran Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:


Kencana Prenada Media Grop.
Aeni, N. (2021).Pandemi COVID-19: Dampak Kesehatan, Ekonomi, dan
Sosial.Jurnal Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 17(1), pp. 17–34.
Dinkes (2020).Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2020. Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, (6), pp. 1–173.
Efrizal, W. (2020). Berdampakkah Pandemi covid-19 terhadap Stunting di
Bangka Belitung?’.Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 09(03), pp.
154–157.
Ernawati, F., Rosmalina, Y., Permanasari, Y. (2013). Pengaruh Asupan Protein
Ibu Hamil dan Panjang Badan Bayi Lahir terhadap Kejadian Stunting pada
Anak Usia 12 Bulan di Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Gizi dan
Makanan, 36(1), pp. 1–11.
Halim, L. A., Warouw, S.M., & Manoppo, J. I. C. (2021). Hubungan Faktor-
faktor Risiko dengan Stunting pada Anak Usia 3-5 Tahun di TK/PAUD
Kecamatan Tuminting. Jurnal Medik dan Rehabilitasi, 1(2).
Hanotaubun, S. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian
Indonesia.Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), pp.
146–153.
Jayani, D. H. (2020). Ekonomi Melemah, Kemiskinan Bertambah Akibat Covid-
19. (Available at:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/29/ekonomimelemah-
kemiskinan-bertambah-akibat-covid-19 tanggal 3 Oktober 2021).
Kemenkes RI (2018). Situasi Stunting di Indonesia.Kementerian Kesehatan RI,
301(5), pp. 1163–1178.
Kementerian Kesehatan RI (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar.

Masriadi & Anna, Y. (2021). Distribusi Prevalensi Kejadian Stunting di Wilayah


Kerja Puskesmas Liu Kabupaten Wajo Tahun 2018-2020. Kampurui
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1), 6-11.

28
Nanggolan, L., E., Sahir, S.,H., Faried, A., I., Hasyadi, K., W. (2020). Belajar
dari Covid-19: Perspektif Ekonomi dan Kesehatan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Nasikhah, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36
Bulan di Kecamatan Semarang Timur. Journal Of Nutriton College, 1 (1):
715-730
Nisa’, N. S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Usia 24-59 Bulan. pp. 1–125.
Notoadmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pane, M. M. (2020). Mengenal SedikiT tentang COVID-19.(Available at:
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/mengenal-sedikit-tentang-
covid-19-2/diakses pada tanggal 18 September 2021 .
Priyono, D. I. P., Sulistiyani and Leersia, Y. R. (2015). Determinan Kejadian
Stunting pada Anak Balita Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Randuagung Kabupaten Lumajang.Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(2), p.
349.
Umar, F. (2021). Analisis Faktor-Faktor Risiko Stunting Anak Balita pada Masa
Pandemi Covid-19 di Puskesmas Tawaeli Kota Palu Tahun 2020. MPPKI
(Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal
of Health Promotion, 4(3), 413-418.
United Nations Children's Funds (UNICEF). (2020). COVID-19 dan Anak-Anak
di Indonesia. Jakarta
World Health Organization (WHO). (2020). Coronavirus Disease (COVDI-19)
Pandemic. (Available at: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019 diakases pada tanggal 18 September 2021).
Yustianingrum, L. N. and Adriani, M. (2017). Perbedaan Status Gizi dan Penyakit
Infeksi pada Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif.Amerta Nutrition, 1(4), p. 415. doi: 10.20473/amnt.v1i4.7128.

29
LAMPIRAN

30
Lampiran 1. Waktu Kegiatan Penelitian

Waktu September Oktober November Desember Januari Februari Maret


No
Kegiatan 2021 2021 2021 2021 2022 2021 2021
1. Penyusunan
Proposal BAB I
2. Penyusunan
Proposal BAB II
dan III
3. Persetujuan
Proposal
4. Seminar Proposal
5. Revisi Proposal
6. Perijinan
Penelitian
7. Pelaksanaan
Penelitian
8. Pengolahan Data
9. Penyusunan BAB
IV dan BAB V
10. Seminar Hasil
11. Revisi
12. Pengumpulan
Hasil

31
Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian

32
Lampiran 3. Izin Penelitian dari Dinkes Kabupaten Sleman

33
Lampiran 4. Kartu Bimbingan Skripsi

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI


Nama Mahasiswa : Edi Ferdiantoro
NIM : 1711401004
Judul Penelitian :Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Angka
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Depok II

Tanda
Konsultasi
Tanggal Materi Bimbingan dan Arahan Tangan
ke-
Mahasiswa
1 20 Agustus 2021 Bimbingan perencanaan jenis
penelitian

2 20 September Konsultasi Proposal BAB I, II dan III


2021

3 27 September Revisi Proposal BAB I, II dan III


2021

4 7 Oktober 2021 Pengiriman hasil revisi

5 04 November Penguatan kembali mengenai rencana


2021 penelitian

6 17 November Revisi untuk menyesuaikan tata tulis


2021

8 26 November Seminar Proposal Penelitian


2021

9 20 Januari 2022 Penyerahan Hasil Revisi Seminar


Proposal Penelitian

34
9 25 Januari 2022 Persiapan Mengurus Perizinan
Penelitian sesuai Prosedur

10 10 Februari 2022 BAB IV dan BAB V

Dosen Pembimbing

Nor Eka Noviani, S.Gz., MPH

35

Anda mungkin juga menyukai