Anda di halaman 1dari 41

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

BERBASIS MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR PPKN SISWA KELAS IV
DI SD MUHAMMADIYAH SENGGOTAN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
YUNI ASTRIYANI
NPM 18144600090

HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2021
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PPKN SISWA KELAS IV
DI SD MUHAMMADIYAH SENGGOTAN

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Kepada
Universitas PGRI Yogyakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Oleh:
Yuni Astriyani
NPM 18144600090

HALAMAN DEPAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


BERBASIS MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PPKN SISWA KELAS IV
DI SD MUHAMMADIYAH SENGGOTAN

Skripsi Oleh Yuni Astriyani


Telah disetujui untuk diuji

Yogyakarta, ……………. 2021

(Dosen Pemimbing)
NIP/NIS…………………………….
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal penelitian yang berjudul “Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PPKN Siswa Kelas IV di SD Muhammadiyah Senggotan” ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam menulis proposal ini atas
bantuan dari berbagai pihak, Proposal ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan
baik, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Paiman, M.Pd., Rektor Universitas PGRI Yogyakarta, yang telah
memberikan kebijakan, fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan proposal ini.
2. Darsono, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah
memberikan kebijakan, fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan proposal ini.
3. Ari Wibowo, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan
kebijakan, fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
proposal ini.
4. Budiharti, M.Pd., selaku pembimbing yang telah sangat membantu
memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan pengesahan dalam penulisan
proposal ini.
5. Kepala sekolah dan guru-guru SD Muhammadiyah Senggotan yang telah
memberikan izin observasi dan wawancara.
6. Teman-teman satu angkatan yang senantiasa semangat untuk berjuang
bersama.
7. Semua pihak telah membantu dalam penyelesaian proposal ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih belum
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penyusun harapkan. Penyusun berharap semoga proposal ini dapat digunakan
dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 22 November 2021


Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan upaya untuk melakukan proses pendewasaan pada
diri seseorang yang dimulai dari dirinya, lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri seseorang
manusia agar potensi tersebut dapat berkembang secara sistematis dengan
kesadaran yang akan menghasilkan pribadi yang baik. Berdasarkan (UU No 20
2003: 17) pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
bentuk serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka kecerdasan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Paul Engrand pada tahun 1970 (Suyono,2011:2) mengemukakan konsep
pendidikan sepanjang hayat, lifelong education, sebagai laporan kepada UNESCO,
yang berimplikasi berupa terselenggaranya belajar sepanjang hayat, lifelong
learning. Sebenarnya jauh sekitar 15 abad yang lalu, Nabi Muhammadi SAW,
pernah menyampaikan bahwa belajar memang seharusnya sejak dalam buaian
sampai ke liang lahat, minaal mahdi ilaal lahdi, from cradle to the grave. Kata
bijak dari Cina juga mengatakan “jika engkau ingin berinvestasi sepanjang hayat
”tanamlah” manusia (didiklah manusia)”. Dengan demikian, bagi kemaslahatan
dan kebermaknaan eksistensisnya, orang harus senantiasa belajar, kapan saja dan
dimana saja, baik disadari maupun tidak disadari. Oleh sebab itu pentingnya
proses belajar dapat didapatkan pada keseharian para peserta didik seperti halnya
salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada
bentuk dan bangun yang ada di pelajaran matematika.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pembelajaran pembentukan diri
yang beragam dari segi agama, sosiokultural,bahasa,usia dan suku bangsa untuk
menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh pancasila dan UUD 1945(KBK,2004). Landasan PPKN adalah pancasila dan
UUD 1945,ynag berakar pada nilai-nilai agama,kebudayaan nasional
Indonesia,tanggap pada perubahan zaman,serta Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang system pendidikan nasional.Pada dasarnya pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan tersebut merupakan mengembangkan jiwa dan nila-nila 1945
kepada generasi muda.PPKN merupakan pelajaran bukan untuk dihafal,melainkan
untuk dimaknai dan diterapkan dalam kehidupan terutama dalam anak sekolah
dasar.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan bertujuan agar
kita bisa lebih tau akan sebagai warga negara yang baik itu, Disisi lain pelajaran
PPKN juga membuat kita lebih mencinai dan mengamalkan pancasila dan UUD
1945. Dengan demikian rasa nasionalisme, berpikir lebih rasional, kreatif dan
kritis semakin lebih meningkat. Materi PPKN merupakan tidak hanya ada di
Indonesia saja, diluar negeripun diajarkan agar warganya mencintai negaranya.
Oleh karena itu pelajaran PPKN sangat penting. PPKN mampu membedakan
antara hak dan kewajiban terhadap batasan-batsan tertentu. Tujuan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yaitu untuk meningkatkan kesadaran dan
kemampuan diri pribadi peserta didik sebagai insan pancasila dan untuk
meningkatkan diri peserta didik sebagai warga negara yang pancasilais yang mahir
dalam melakukan hubungan sosial.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Muhammadiyah
Senggotam siswa SD Kelas IV mengatakan kurang suka dengan pelajarn PPKN di
kelas karena cenderung kurang menarik. Partisipasi siswa cukup rendah seperti
untuk aktif maju ke depan guna menghapalkan pancasila. Hal ini di lihat bahwa
siswa bersedia maju ke depan apabila diberikan hadiah. Selain itu, hasil observasi
kepada guru mata pelajaran PPKN mengatakan bahwa menglami kesulitan pada
proses pembelajaran dari segi metode pembelajaran sehingga partisipasi siswa
rendah. Selain itu, rata-rata nilai PPKN siswa cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain yaitu kisaran 70.
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta
sebuah jalan yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa
membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area
yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang
tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah satu cara
mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Model mind mapping
merupakan bagian dari Active learning yaitu suatu model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar secara aktif menggunakan otak. Baik untuk
menemukan ide pokok dari materi, memecahakan masalah atau mengkorelasikan
apa yang mereka pelajari ke dalam masalah dikehidupan mereka. Dengan belajar
aktif siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran, baik mental
maupun fisik. Mind Mapping dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan,
baik yang bersifat personal maupun kolaboratif. Khusus, dalam konteks
pembelajaran, mind mapping dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
memahami, mengorganisasikan dan memvisualisasikan materi dan aktivitas
belajarmya secara kreatif dan atraktif. Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa
kelas X A dan X B menemukan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan
signifikan antara hasil belajar mata pelajaran ekonomi yang diajar dengan model
mind mapping dengan model pembelajaran konvensional (Putri, Ulfah & Rosyid.,
2016).
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan pengembangan buku ensiklopedia matematika yang berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Mind Mapping untuk
Meningkatkan Hasil Belajar PPKN Siswa Kelas IV di SD Muhammadiyah
Senggotan”. Dengan adanya pengembangan media pembelajaran berbasis mind
mapping diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD dalam
pembelajaran PPKN materi Pancasila.

B. Identifikasi Masalah
Pada latar belakang diatas, diutarakan berdasarkan pengamatan dan
wawancara masih banyak permasalahan yang perlu dicermati dalam proses
pembelajaran PPKN mengenai materi Pancasila. Terdapatnya permasalahan-
permasalahan dalam proses pembelajaran yang dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Kemampuan pemahaman siswa pada pelajaran PPKN yang berbeda-beda.
2. Pemahaman konsep mengenai Pancasila
3. Rendahnya ketertarikan siswa dalam belajar mata pelajaran PPKN
4. Kesulitan siswa dalam menghafal urutan Pancasila, Lambang dan penerapan
sila dalam kehidupan sehari-hari
5. Belum adanya penggunaan pengembangan bahan ajar yang dapat di gunakan
untuk menambah wawasan siswa serta menimbulkan semangat belajar siswa
agar pembelajaran lebih menarik dan menantang siswa.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan masalah yang dimiliki oleh peneliti dan banyaknya
masalah yang ada, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pengembangan yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa pengembangan
media belajar berbasis mind mapping.
2. Penelitian ini dibatasi pada materi pancasila.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mengembangkan media belajar berbasis mind mapping guna
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PPKN kelas IV SD?
2. Bagaimanakah kelayakan pengembangan media belajar berbasis mind
mapping guna meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PPKN kelas IV SD?
3. Apakah media belajar berbasis mind mapping dapat meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran PPKN kelas IV SD?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus
tujuan masalah dipaparkan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pengembangan media belajar berbasis mind mapping guna
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PPKN siswa kelas IV SD.
2. Mengetahui kelayakan media belajar berbasis mind mapping guna
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PPKN siswa kelas IV SD.
3. Mengetahui apakah media belajar berbasis mind mapping dapat meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran PPKN siswa kelas IV SD.

F. Spesifikasi Produk yang dihasilkan


Produk bahan ajar yang diharapkan peneliti dalam pengembangan ini yaitu
pengembangan media pembelajaran siswa berbasis mind mapping pada mata
pelajaran PPKN materi Pancasila untuk meningkatkan hasil belajar PPKN siswa
kelas IV. Mind mapping yang dibuat akan merangkum mengenai Pancasila,
lambang dan juga penerapan dalam kehidupan sehar-hari. Konsep ini akan dibuat
semenarik mungkin dengan konsep mind mapping dikombinasikan dengan mini
game penempelan untuk menyesuaikan keterkaitan antara urutan Pancasila,
Lambang hingga penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diharapkan dapat
menarik semangat siswa dalam belajar PPKN. Referensi yang dikumpulkan
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pembuatan media belajar berbasis mind
mapping ini menggunakan kertas yang dibuat semenarik mungkin dengan
kombinasi warna untuk menghindari kebosanan siswa dalam belajar.

G. Manfaat Pengembangan
Penelitian yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah Senggotan memiliki
beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoristis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah karya ilmiah
dalam bidang pembelajaran PPKN dan dapat dijadikan referensi atau masukan
bagi peneliti lain demi pengembangan pendidikan khususnya dalam
pembelajaran PPKN materi Pancasila.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Memperoleh pandangan baru terhadap pengembangan bahan ajar pada
pembelajaran yang dapat membantu dalam pemahaman siswa dalam mata
pelajaran PPKN.
2) Dapat menyajikan sebuah kegiatan pembelajaran yang menyenangkan,
menarik, dan bervariatif bagi siswa.
3) Meningkatkan pengetahuan dan keratifitas guru untuk menemukan
berbagai cara terbaik dalam memberikan pembelajaran yang maksimal.
b. Bagi Siswa
1) Penyajian media pembelajaran berbasis mind mapping sebagai pengukur
tingkat pemahaman konsep siswa yang terkesan lebih menarik dan
menyenangkan sehingga siswa tidak bosan dan jenuh saat melaksanakan
kegiatan dalam pembelajaran.
2) Dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terkait dengan mata
pelajaran PPKN materi Pancasila.
3) Dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan soal PPKN.
c. Bagi Peneliti
1) Memberikan pengetahuan baru bagi peneliti
2) Meningkatkan daya kreatifitas bagi calon guru
3) Dapat menyajikan media pembelajaran yang inovatif sehingga siswa
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

H. Asumsi Pengembangan
Pengembangan media belajar berbasis mind mapping pada penelitian
didasarkan pada asumsi bahwa:

1. Media pembelajaran berbasis mind mapping yang dikembangkan diharapkan


mampu memfasilitasi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama
pada materi Pancasila.
2. Menggunakan media pembelajaran berbasis mind mapping yang telah
dikembangkan ini diharapkan siswa dapat termotivasi dalam belajar PPKN
dan dapat menemukan makna pada setiap materi pembelajaran yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Media pembelajaran berbasis mind mapping yang dikembangkan diharapkan
mampu membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar yang telah di
tetapkan dalam setiap kegiatan pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI
1. Pembelajaran PPKN
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pembelajaran pembentukan diri
yang beragam dari segi agama,sosiokultural,bahasa,usia dan suku bangsa untuk
menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945(KBK,2004). Landasan PPKN
adalah pancasila dan UUD 1945,ynag berakar pada nilai-nilai
agama,kebudayaan nasional Indonesia,tanggap pada perubahan zaman,serta
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.Pada
dasarnya pendidikan pancasila dan kewarganegaraan tersebut merupakan
mengembangkan jiwa dan nila-nila 1945 kepada generasi muda.PPKN
merupakan pelajaran bukan untuk dihafal,melainkan untuk dimaknai dan
diterapkan dalam kehidupan terutama dalam anak sekolah dasar.
Pelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan
bertujuan agar kita bisa lebih tau akan sebagai warga negara yang baik itu,
Disisi lain pelajaran PPKN juga membuat kita lebih mencinai dan
mengamalkan pancasila dan UUD 45,dengan dmikian kita akan lebih
nasionalisme,berfikir lebih rasional,kreatif dan kritis.Materi PPKN merupakan
tidak hanya ada di Indonesia saja,dluar negeripun diajarkan agar warganya
mencintai negaranya,itu sebabnya pelajaran PPKN sangat penting.PPKN
mampu membedakan antara hak dan kewajiban,terhadap batasan-batsan
tertentu. PPKN bertujuan:
a. Untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan diri pribadi peserta
didik sebagai insan pancasila.
b. Untuk meningkatkan diri peserta didik sebagai warga negara yang
pancasilais yang mahir dalam melakukan hubungan sosial.
Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha sadar dan yang
direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
yang kondusif. Pemberian pendidikan kepada peserta didik di Indonesia
dengan bertujuan pemupukan nilai-nilai sikap dan kepribadian sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung didalam sila-sila Pancasila. Dalam lingkup
Pendidikan Nasional, Pendidikan Kewarganegaraan dijadikan sebagai suatu
wadah untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Pendidikan
Kewarganegaraan sangat penting diterapkan untuk berkembangnya potensi
pikiran peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan sila pertama Pancasila, berakhlak
mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap dalam berkreatifitas, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bisa bertanggung jawab.
Perkembangan moral anak-anak di Indonesia sekarang ini sangat minim
sekali. Dari anak-anak kalangan bawah maupun anak-anak kalangan atas
sikap meraka terhadap negara kurang ikut berpartisipasi dalam menjaga
keutuhan negara. Jenjang pendidikan sekolah dasar merupakan pondasi untuk
pembentukan karakter bangsa yang baik dan berguna. Dengan adanya
Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan anak-anak di Indonesia bisa
memperbaiki moral mereka dengan kesadaran dirinya sendiri. Itupun orang
tua dan pemerintah juga harus ikut berpartisipasi dalam mendukung perbaikan
moral anak-anak Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru mensyaratkan
materi pembelajaran yang memuat standar isi pengetahuan, ketrampilan, dan
pengembangan karakter warga negara yang fungsional bukan hanya dalam
lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam
masyarakat modern saat ini. Karena pengembangan karakter sangat penting
dilakukan untuk hidup dengan masyarakat sosial manca negara guna
menciptakan kerukunan dan meningkatkan tali persaudaraan denagn negara
lain. Searah dengan proses perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang ditandai dengan semakin pesatnya persaingan daya saing antarbangsa
yang semakin ketat, maka bangsa Indonesia mulai memasuki era globalisasi di
berbagai bidang pendidikan menuju kehidupan masyarakat yang lebih
demokratis. Dalam proses perjalanan bangsa menuju masyarakat yang
beradab, pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di
persekolahan perlu beradabtasi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
yang sedang mengalam proses globalisasi.
Maka dari itu pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah-
sekolah terutama di jenjang sekolah dasar perlu menyesuaikan dan
meningkatkan dengan tuntutan masyarakat luar. Dengan perkembangan jaman
yang semakin canggih dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, kita
sebagai warga negara Indonesia perlu meningkatkan daya saing baik dalam
ilmu pengetahuan, sikap, maupun dalam meningkatkan ibadah kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Kita sebagai calon guru sekolah dasar harus mampu
meningkatkan kualitas pengajaran kita, agar dapat menghasilkan lulusan
sekolah dasar yang baik dan bermutu.
Menurut Branson bahwa pendidikan kewarganegaraan dalam
menghadapi era globalisasi hendaknya mengembangkan civic competence
(kompetensi kewarganegaraan). Aspek-aspek civic competence tersebut
meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan
kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau karakter kewarganegaraan(civic
dispositions) (Branson, 1999: 8). Tugas pendidikan kewarganegaraan dengan
paradigma barunya yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi tiga fungsi
pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara, melatihketerampilan
warga negara dan membentuk kepribadian warganegara. Selanjutnya, untuk
mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikan
kewarganegaraan diperlukan suatu misi-misi dan pendekatan pembelajaran
khusus yang sesuai dengan paradigma baru pendidikan kewarganegaraan.
Keunggulan dari paradigma baru pendidikan kewarganegaraan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang memfokuskanpada kegiatan belajar
siswa aktif dan pendekatan inkuiri.
Dengan demikian pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu hal
yang digunakan untuk mengetahui dan memahami hak dan kewajiban warga
negara sendiri. Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan kita untuk
membentuk tingkah laku yang tidak menyimpang dari norma-norma yang
berlaku di Indonesia. Dapat mengembangkan potensi dirinya untuk
kepentingan bersama. Oleh karena itu kita perlu meningkatkan kesadaran kita
sendiri untuk membangun negara kita lebih maju lagi.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia yang masih sangat minim
dalam penngetahuan dan kesadarannya diperlukan perhatian khusus untuk
pendidikan kewarganegaraan di sekolah, diutamakan sekolah dasar, dimana
seorang anak yang baru mengenal pendidikan di beri bekal pendidikan
kewarganegaraan supaya anak tersebut mengerti tentang negara dan hal hal
yang mengandung nilai nilai sosial. Pentingngnya pelajaran pendidikan
kewarganegaraan ini menjadi dasar yang sangat penting untuk siswa sekolah
dasar. Tetapi pada kenyataannya kesadaran akan negara dan moral di
Indonesia sangatlah memprihatinkan, dan pada umumnya itu terjadi pada anak
sekolah yang dibekali pelajaran kewarganegaraan. Kesadaran pada diri anak
haruslah menjadi bekal utama untuk memberikan pendidikan tersebut.
Tujuan pembelajran PPKN secara umum mempersiapkan generasi
bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik dalam lingkungan lokal,
regional, maupun global. Berakhlak baik berdasarkan sila Ketuhanan yang
Maha Esa untuk meningkatkan sikap religius agar seimbang dengan
kepribadian yang baik. Dapat mengembangan ilmunya berdasarkan sikap
yang ilmiah. Juga dapat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
secara baik dan sesuai dengan kebutuhan sekarang. Serta dapat
mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah diperbuatanya kepada
negara.
2. Pancasila
Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila adalah pedoman yang mendasari sikap dalam berbangsa dan
bernegara, karena itu pendidikan Pancasila sangat penting. Pendidikan
Pancasila sangat penting di Era milenial ini, mengingat banyaknya fenomena-
fenomena pengikisan nilai-nilai Pancasila terutama terhadap generasi penerus
bangsa. Maka dari itu pentingnya penerapan Pancasila di sekolah Dasar
seperti yang sering kita lakukan dari dulu yaitu setiap pagi hari Senin kita
melaksanakan Upacara Bendera, di dalam pelaksanaan Upacara tersebut kita
mengadakan pembacaan teks Pancasila. Pembacaan teks Pancasila merupakan
penerapan agar dari dini mereka mendengar dan merekamnya. Cara itu bisa
membuat anak-anak mengenali sila-sila yang ada di dalam Pancasila dan bisa
menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalam sila pancasila tersebut.
Tetapi tidak banyak juga yang penerapan Pancasila tersebut walaupun sejak
dini mereka di ajaran untuk itu. karena kurang nya penerapan dan pengenalan
nilai-nilai pancasila yang terjadi seperti sekarang ini.
Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Lambang
1. Lambang Bintang
Simbol bintang yang terletak di tengah perisai dijadikan sebagai dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa atau melambangkan sila ke-1 Pancasila. Hal ini
memiliki arti, bangsa Indonesia adalah bangsa yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
2. Lambang Rantai
Rantai pada bagian bawah perisai merupakan lambang dari sila ke-2
Pancasila. Rantai dipilih karena menggambarkan generasi penerus yang turun-
temurun. Maka dari itu, rantai tersebut digambarkan berjumlah 17 dan saling
sambung-menyambung tidak terputus.
3. Lambang Pohon Beringin
Pohon beringin yang terletak di bagian atas perisai dipilih sebagai lambang
dari sila ke-3 Pancasila. Pohon beringin memiliki arti sebagai tempat berteduh
atau berlindung.
4. Lambang Kepala Banteng
Kepala banteng yang juga terletak di bagian atas perisai diartikan sebagai
tenaga rakyat dan dijadikan lambang Pancasila sila ke-4.
5. Lambang Padi dan Kapas
Gambar padi dan kapas merupakan lambang sila ke-5 Pancasila yang
menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan.
Mengamalkan sila pertama yaitu ketuhanan yang maha Esa anak
menerapkan sila pertama tidak hanya teori semata, tetapi harus melalui
praktek langsung melaksanakan ibadah Sholat lima waktu dengan baik dan
benarmenjalankan perintah allah dan menjauhi larangannnya. Dalam sila
kedua untuk saling tolong, menjunjung tinggi derajat persamaan tanpa
membeda-bedakan hak dan kewajiban anak, saling menyayangi, tenggang
rasa, semangat gotong royong, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan,
berani membela kebenaran dan keadilan. Dalam sila ketiga, persatuan
Indonesia menempatkan kesatuan dan persatuan di atas segala kepentingan
pribadinya untuk menyatukan tiap perbedaan pendapat. Dalam sila keempat
kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan , untuk bermusyawarah untuk mencapai
kesepakatan. Sikap demokrasi sangat dijunjung dalam sila keempat, apabila
terjadi sesuatu yang berlawanan antara orangtua dan anak, maka sikap
orangtua selaku pemimpin dalam keluarga adalah dengan mengutamakan
duduk bersama untuk diskusi dan bermusyawarah agar tercipta hubungan
yang kondusif antara orangtua dengan anak. Dari sikap itu, anak akan mampu
menguasai dirinya sendiri agar dapat memahami segala bentuk perbedaan
pendapat. Contoh kecilnya saat anak menjadi ketua kelas di sekolahnya, dia
akan bersikap adil dalam memutuskan suatu masalah tanpa memihak
kelompok tertentu sehingga pendapat dan ucapannya dapat diterima dengan
mempertimbangkan setiap pendapat dari teman--temannya. Dalam sila kelima
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berlaku adil terhadap orang lain
tidak boleh membeda-bedakan.contoh kecilnya tidak boleh membeda-bedakan
teman harus adil.
3. Mind Mapping
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti
peta sebuah jalan yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan
kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam
suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah
rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana
kita berada. Mind mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah
satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Model
mind mapping merupakan bagian dari Active learning yaitu suatu model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif menggunakan
otak. Baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahakan masalah
atau mengkorelasikan apa yang mereka pelajari ke dalam masalah dikehidupan
mereka. Dengan belajar aktif siswa diajak turut serta dalam semua proses
pembelajaran, baik mental maupun fisik. Mind Mapping dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan, baik yang bersifat personal maupun kolaboratif.
Khusus, dalam konteks pembelajaran, mind mapping dapat digunakan untuk
membantu siswa dalam memahami, mengorganisasikan dan memvisualisasikan
materi dan aktivitas belajarmya secara kreatif dan atraktif. Hasil penelitian yang
dilakukan pada siswa kelas X A dan X B menemukan bahwa terdapat
perbedaan yang positif dan signifikan antara hasil belajar mata pelajaran
ekonomi yang diajar dengan model mind mapping dengan model pembelajaran
konvensional (Putri, Ulfah & Rosyid., 2016).
4. Karakteristik Peserta Didik SD
Menurut teori Van Hiele (dalam Ahdhianto, 2018:37) yaitu seorang guru
bahasa Belanda yang mengandakan penelitian dalam pengajaran geometri, ia
menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Tiga
unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan
metode pengajaran yang di tetapkan Jika ketiga unsur iru ditata secara terpadu
akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir
yang lebih tinggi. Van Hiele mengenalkan 5 tahap belajar geometri sebagai
berikut.
a. Pengenalan (Visualisasi)
Pada tahap ini anak mulai belajar mengenal bentuk geometri secara
keseluruhan, misalnya bentuk persegi, segitiga dan lain-lain. Namun anak
belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang
dilihatnya. Contohnya anak diperlihatkan sebuah persegi, ia belum
mengetahui sifat-sifat atau keteraturan dari persegi tersebut seperti persegi
memiliki empat sisi yang sama.
b. Analisis
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal dan memahami sifat-sifat yang
dimiliki benda geometri yang diamati. Misalnya anak mengamati persegi
panjang, ia mengetahui bahwa pada persegi panjang memiliki 2 pasang sisi
yang berhadapan sama panjang dan saling sejajar.
c. Pengurutan
Pada tahap ini anak sudah milai mampu mengurutkan berdasarkan sifat-
sifat yang dimiliki setiap bangun geometri. Anak sudah mulai mampu
melaksanakan penarikan kesimpulan, namun kemampuan ini dilakukan
secara tidak formal. Misalnya anak dapat menyimpulkan bahan bujur
sangkar adalah jajar genjang dan belah ketupat adalah layang-layang. Pada
tahap ini anak masih belum mampu menerangkan mengapa dua diagonal
persegi panjang adalah sama panjang.
d. Dedukasi
Siswa sudah memahami kedudukan definisi, postulat/ aksioma, dalil atau
teorema, dan mampu menggunakannya dalam pembuktian. Selain itu siswa
mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
disamping unsur-unsur yang di definisikan. Pada tahap ini siswa sudah
mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan
dari halhal yangbersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus.
e. Keakuratan (Rigor)
Pada tahap ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya katepatan atau
akurasi dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari suatu pembuktian. Setiap
siswa mengetahui pentingnya aksiomaaksioma atau postulat-postulat dalam
suatu proses pembuktian. Tahap akurasi merupakan tingkat berfikir tinggi,
rumit secara kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tidak
semua siswa masih belum sampai ke tahap berfikir ini walaupun sudah
duduk di bangku sekolah dasar.
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar belajar merupakan kaliamat yang terdiri dari dua kata,
yaitu “Prestasi” dan ”belajar”. Oleh karena itu sebelum membahas mengenai
pengertian prestasi belajar maka akan jilesakan terlebih dahulu mengenai
penjelasan prestasi. Menurut Djamarah(2012:19-20) mengemukakan bahwa
prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan
pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam
kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan,
tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapiuntuk
uncapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat
membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi
itu harus dengan jalan keuletan kerja. Banyak kegitan yang bisa dijadikan
sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari propesi
dan kesenangan masing-masing individu, kegiatan mana yang akan digeluti
untuk mendapatkan prestasi tersebut. Konsekuensinya kegiatan itu 50 harus
digeluti secara optimal agar menjadi bagian dari diri secara pribadi. Menurut
WJS. Poerwadarminta (dalam Djamarah, 2012:20) berpendapat, bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya).
Sedangkan menurut Nasrun Harapan dkk (dalam Djamarah, 2012:21)
memberi batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidkan tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang tedapat
dalam kurikulum. Dari beberapa penjelasan mengenai prestadi maka dapat di
simpulkan bahwa prestasi merupakan suatu hasil atau nilai yang didapat
setelah melakukan, mengerjakan dan menguasai suatu kegiatan atau melaui
proses belajar dengan adanya perubahan pemahaman dan memiliki
kemampuan yang terjadi dalam diri individu Sedangkan belajar menurut
Djamarah (2012:19-21) adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil
dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan
demikian, belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri
individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka
belajar tidak dikatakan tidak berhasil.

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Pemecahan masalah dengan mengembangkan media pembelajaran
mind mapping didukung oleh penelitian terdahulu. Penelitian yang
mendukung dalam pemecahan masalah ini yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Zuyyina Hasdillah Putri, Maria Ulfah, Rum
Rosyid dimuat dalam media penelitian tahun 2016 dengan judul Penerapan
Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas penerapan model pembelajaran mind mapping terhadap hasil
belajar ekonomi di kelas X SMA Islam BAWARI Pontianak. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan bentuk
penelitian eksperimen berpura-pura (Quasy experiment). sumber data
penelitian ini adalah siswa kelas X A dan kelas X B berjumlah 80 siswa
tahun ajaran 2014/2015. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil
belajar ekonomi kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata 79,21 dan hasil
belajar ekonomi kelas kontrol mendapat nilai rata-rata 73,03. Terdapat
perbedaan yang positif dan signifikan antara hasil belajar mata pelajaran
ekonomi yang diajar dengan model mind mapping dengan model
pembelajaran konvensional, di mana nilai kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan nilai kelas kontrol di kelas X SMA Islam BAWARI
Pontianak. Sedangkan effect size nya tergolong tinggi adalah sebesar 0,94.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eny Djauharatun Nisak dimuat dalam
Jurnal Riset dan Konseptual tahun 2018 dengan judul Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas
IX SMPN 1 Kalidawir. Hasil observasi yang dilakukan di Kelas IX A pada
waktu pembelajaran Pendidikan Kewaarganegaraan diperoleh hasil belajar
siswa kurang memuaskan, yaitu dari 34 siswa hanya 8 siswa yang nilainya
dapat mencapai KKM atau 70, sedangkan 26 siswa lainnya masih belum
dapat mencapai KKM atau 69. Untuk itu, dilakukan penelitian ini dengan
menerapkan metode mind mapping guna menyelesaikan masalah tersebut.
penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas dengan subyek
siswa kelas IX A SMPN 1 Kalidawir. Adapun materi yang dipilh adalah
Peran Indonesia dalam Hubungaan Internasional Dalam Era Globalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan Hasil belajar siswa
berdasarkan nilai post test per siklus dengan nilai di atas KKM yaitu
persentase pada siklus I 52,9% dan pada siklus II 88,2%.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yusiana Khooirun Nisa’ dan Moh Gufron
dimuat dalam jurnal sekolah dasar kajian teori dan Praktik Pendidikan
tahun 2018 dengan judul Pengaruh Model Mind Mapping Terhadap Hasil
Belajar Pkn Siswa Kelas III SD. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh
model Mind Mapping terhadap hasil belajar PKn siswa kelas III SD.
Metode eksperimen semu, dengan rancangan nonequivalen. Populasi siswa
kelas III SDN 03 Jabalsari, IIIA sebagai kelas kontrol 15 siswa, dan IIIB
kelas eksperimen 15 siswa. Mind Mapping perlakuan diberikan kelompok
eksperimen dan pembelajaran konvensional diberikan kelas kontrol. Hasil
belajar PKn siswa kelas eksperimen rata–rata 80,80 lebih tinggi dari kelas
kontrol dengan nilai 64,27. Nilai sig (2-tailed) 0,000 t-tabel 7,633 > 2,048.
Disimpulkan ada pengaruh model Mind Mapping terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas III SD.

C. Kerangka Berpikir

Perumusan Masalah

Pmbelajaran Matematika belum Optimal, belum menemukan


metode belajar yang dapat menarik keaktifan siswa untuk belajar
PPKN, Rata-rata nilai yang diperoleh cenderung lebih rendah
daripada mata pelajaran lain

Tindak Lanjut Permasalahan

Pengembangan media pembelajaran menggunaka metode Mind


Mapping

Solusi

Pengembangan mind mapping dikombinasikan dengan mini game


penempelan untuk menyesuaikan keterkaitan antara urutan
Pancasila, Lambang hingga penerapan dalam kehidupan sehari-
hari

Penyelesaian

Pengembangan mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar


PPKN di SD Muhamamdiyah Senggotan
D. Pertanyaan Penelitian
Beberapa pertanyaan peneliti berdasarkan kajian teori dan kerangka
berfikir di atas adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan media pembelajaran


berbasis mind mapping SD Kelas IV?
b. Bagaimana kelayakan media pembelajaran berbasis mind mapping SD
Kelas IV ditinjau dari para ahli?
c. Bagaimana kelayakan media pembelajaran berbasis mind mapping SD
Kelas IV ditinjau dari respon siswa?
d. Bagaimana respon guru terhadap media pembelajaran berbasis mind
mapping SD Kelas IV pada materi Pancasila untuk pembelajaran PPKN?
e. Apakah media pembelajaran berbasis mind mapping SD Kelas IV dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika kelas IV SD Muhammadiyah
Senggotan?
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Pengembangan
Metode dalam penelitian ini ini menggunakan prosedure penelitian
(Research and Development) atau penelitian dan pengembangan, yang
didefinisikan sebagai proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau penyempurnaan produk yang telah ada dan dapat
dipertanggungjawabkan. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan mind mapping berbasis game atau permainan.
Menurut Sugiyono (2015:427) metode penelitian dan pengembangan
(Research and Development (R&D)) adalah merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru, dan
selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut.
Menurut Sukmadinata (2010:164) Penelitian dan Pengembangan atau
Research and Development (R&D) adalah sebuah strategi atau metode
penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Menurut
Sukmadinata (2010:164-165) Penelitian dan Pengembangan adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat di pertanggung
jawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras
(hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran dikelas atau di
laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program
komputer untuk pengolah data, pembelajran di kelas, perpustakaan atau
laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan,
bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.

Berdasarkan uraian di atas dari beberpa ahli dapat disimpulkan bahwa


penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dan pengembangan
peneliti berusaha mengembangkan bahan ajar dan membuat produk
pembelajaran untuk membantu proses kegiatan pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ada. Produk yang dihasilkan berupa
mind mapping materi ppkn pancasila untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

B. Prosedur Pengembangan
Rancangan pengembangan dengan research and development (R&D)
yang dikembangkan oleh peneliti dalam langkah–langkah mengembangkan
produk pengembangan bahan ajar menggunakan pengembangan yang
dikemukakan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata,2011:169-170) ada
sepuluh langkah penelitian dan pemngembangan, antara lain:

1. Penelitian dan pengumpulkan data (research and informastional


coollecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil,
dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2. Perencanaan (planning).
Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak
dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah
penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Pengembangan draf produk (Develop Preliminary From a Product)
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan
instrumen evaluasi.
4. Uji lapangan awal (Preliminary Field Testing)
Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan
2 subjek uji coba (guru). Selama uji coba diadakan pengamatan,
wawancara dan pengendaran angket.
5. Revisi utama produk (Main Product Revision)
Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba
6. Uji coba lapangan (Main Field Testing)
Melakukan uji coba yang lebih luas pada 5 sampai dengan 15 sekolah
dengan 30 sampai dengan 100 subjek uji coba. Data kualitatif
penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang
dicobakan dikumpulkan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan
kalau mengkin dibanadingkan dengan kelompok pembanding.
7. Revisi terhadap produk uji lapangan (Operasional Product Revision)
Menyempurnakan hasil uji lapangan.
8. Uji pelaksanaan lapangan (Operasional Field Testing)
Dilaksanakan pada 10 sampai 30 sekolah melibatkan 40 sanpai dengan
200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawacara, dan
observasi dan analisis hasilnya.
9. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (Final Product Revision)
Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.
10. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk (Dissemination
and Implementation)
Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal.
Bekerja sama dengan penerbit untuk penerbitan. Memonitor
penyebaran untuk pengontrolan kualitas.

Gambar
Pengembangan di dalam penelitian ini peneliti hanya memilih beberapa
langkah yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Prosedur pengembangan
yang peneliti lakukan dalam mengembangkan pengembangan pembelajaran
berbasis mind mapping materi ppkn pancasila untuk siswa kelas IV di SD
Muhammadiyah Senggotan sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan informasi


Tahap ini merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian. Tahap
ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang relevan. Pengumpulan
informasi diperoleh dengan melakukan studi pustaka terhadap buku siswa,
serta melakukan studi lapangan melalui wawancara dan observasi pada guru
kelas maupun siswa kelas IV SD Muhammadiyah Senggotan, informasi yang
diperoleh yaitu sebagai berukut:
a. Pembelajaran PPKN di SD Muhammadiyah Senggotan hanya
menggunakan bahan ajar berbentuk buku paket atau buku tematik dan
buku tulis, serta belum adanya pengembangan bahan ajar yang dilakukan
oleh guru.
b. Di kelas IV SD Muhammadiyah Senggotan masih ada beberapa siswa
yang belum menguasai atau memahami materi ppkn tentang pancasila
c. Kemampuan pemahaman siswa kelas IV SD Muhammadiyah Senggotan
masih rendah terhadap materi PPKN Pancasila.
d. Guru belum mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan siswa di kelas IV SD Muhammadiyah Senggotan.
e. Guru hanya menggunakan buku paket atau buku tematik dari pemerintah
dalam pembelajaran sehingga belum adanya bahan ajar lain untuk
menambah wawasan siswa.
2. Perencanaan
Perencanaan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini yaitu
menyusun rencana penelitian meliputi rancangan produk yang akan dihasilkan
serta proses pembuatan dan pengembangannya, merumuskan tujuan khusus
yang ingin dicapai oleh produk yang dibuat agar dapat memberikan informasi
yang kuat untuk mengembangkan produk dan sesuai dengan tujuan khusus
yang ingin di capai. Pada tahap perencanaan peneliti membuat kisi-kisi
instrumen penelitian dan rancangan desain bahan ajar.
3. Pengembangan draf produk
Pada tahap ini peneliti akan merancang produk awal pengembangan
pembelajaran mind mapping pembalajaran ppkn pancasila yang akan dibuat
sesuai dengan rancangan desain. Adapun prosesnya sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan mengumpulkan referensi materi tentang pancasila.
b. Melakukan penataan isi dan struktur isi bahan ajar dengan menentukan alur
atau menyusun kerangka pembelajaran PPKN materi pancasila.
c. Menyusun tampil melengkapi unsur-unsur sesuai dengan kerangka dan
sesuai dengan ketentuan yang di inginkan.
d. Membuat mind mapping pada pembelajaran ppkn materi tentang pancasila.
e. Menyiapkan perangkat pendukung berupa perangkat pembelajaran seperti
SSP dan soal Pre tes – Post tes
4. Uji Coba Lapangan Awal
Pada tahap ini dilakukan di kelas IV SD Muhammadiyah Senggotan. Uji coba
lapangan awal secara terbatas ini melibatkan 6 siswa. Pada tahap ini siswa
diminta untuk mencoba produk awal dan kemusian mengisi angket.
5. Merevisi Hasil Uji Coba
Pada tahapan ini dilakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan
berdasarkan hasil uji coba awal dan dari hasil analisis angket. Kemudian
dilakukan perbaikan produk sesuai dari kekurangan produk setelah
mengenatui hasil analisis hasil uji coba lapangan awal.
6. Uji Coba Lapangan
Pada tahap ini, setelah produk direvisi dilakukan uji coba produk secara
menyeluruh yang melibatkan seluruh siswa kelas IV SD Muhammadiyah
Senggotan yang berjumlah 12 siswa kelas IV SD Muhammadiyah Senggotan,
sebelum melakukan pembelajaran siswa diminta untuk mengerjakan soal pre-
test dan setelah melakukan pembelajaran atau penggunaan produk siswa
diminta untuk mengerjakan pos-test dan mengisi angket.
7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan
Pada tahap ini dilakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba
lebih luas, sehingga produk yang di kembangkan sudah beruba buku
ensiklopedia matematika yang sudah siap uji coba produk operasional

C. Desain Uji Coba Produk


Uji coba penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai
kualitas produk yang dikembangkan melalui revisi atau perbaikan. Data-data
yang diperoleh kemudian dianalisis dan digunakan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan produk yang dikembangkan, produk terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan beberapa ahli yang meliputi ahli materi dan ahli
media pembelajaran.
1. Desain Uji Coba
a. Uji Coba Ahli
Sebelum produk diujicobakan kepada siswa, produk yang
dikembangkan diuji oleh 1 ahli materi terlebih dahulu. Uji ahli ini penting
dilakukan untuk mendapat jaminan bahwa produk awal yang
dikembangkan layak diujicobakan kepada siswa. Pada tahap ini, ahli materi
memberikan penilaian dan saran terhadap produk dari aspek pembelajaran.
Ahli media memberikan penilaian terhadap produk dari aspek kemediaan.
Selanjutnya dilakukan uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan
utama.
b. Uji coba kelompok terbatas
Uji coba produk utama pada penelitian ini buku ensiklopedia
matematika kepada subjek penelitian yaitu siswa SD Negeri Prawirotaman
kelas IV yang terdiri dari 6 siswa. Siswa berperan sebagai penilai yang
menunjukkan kepada peneliti bagian-bagian dari bahan ajar yang sedang
dikembangkan yang perlu untuk diperbaiki. Data hasil evaluasi lapangan
awal ini akan dianalisis dan direvisi jika ada yang perlu diperbaiki supaya
menghasilkan buku ensiklopedia matematika untuk siswa SD kelas IV
yang lebih baik.
c. Uji Lapangan Utama
Uji coba lapangan utama dilakukan pada 12 siswa kelas IV SD
Muhammadiyah Senggotan Mind Mapping materi PPKN yang digunakan
oleh para siswa untuk memahami dan mengulang kembali pelajaran yang
telah diberikan oleh guru kemudian diadakan pengamatan serta pemberian
angket kepada para siswa setelah menggunakan bahan ajar tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan maupun koreksi
tentang produk buku ensiklopedia matematika yang telah direvisi setelah
uji coba kelompok terbatas. Hasil dari uji coba ini nantinya dijadikan
pijakan dalam melakukan revisi produk selanjutnya.

D. Subyek Coba
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah
Senggotan.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian pengembangan
ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, meliputi:
a. Wawancara
Menurut Sukmadinata (2011:216) bahwa wawancara atau
interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara
individual. Wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data
dari individu dilaksanakan secara individual. Sebelum
melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen
wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide).
Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau direspon oleh
responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta,
data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi
responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-
variabel yang dikaji dalam penelitian. Sugiyono (2010: 231)
mengemukakan bahawa metode wawancara, adalah suatu cara
yang digunakan oleh peneliti atau dalam wawancara face to face
antara peneliti dengan responden untuk mendapatkan informasi
secara lisan dengan tujuan memperoleh data yang dapat
menjelaskan atau menjawab suatu permasalahan penelitian.
Wawancara digunakan sebagai teknik untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam Peneliti
dalam penelitian ini akan mewawancarai pihakpihak yang
bersangkutan dengan proses pembelajaran matematik. Pihak
yang akan diwawancarai akan terdiri dari Guru kelas dan siswa
kelas IV SD Negeri Prawirotaman
b. Observasi
Menurut Sugiyono (2010: 226) observasi adalah pengamatan yang
dilakukan di lapangan untuk melihat gejalagejala yang tampak di
lapangan. Observasi lapangan dilakukan secara langsung untuk
meningkatkan terhadap setting baik dari aspek fisik-geografis
maupun aspek sosial budaya di daerah penelitian. Observasi
dilakukan secara sistematis dengan menyiapkan panduan
observasi.
c. Angket (Kuesioner)
Menurut Sukmadinata (2011:219) angket atau kuesioner
(questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab
dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya
juga di sebut angket berisi sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab atau respon oleh responden. Responden mempunyai
kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai
dengan persepsinya.
d. Tes
Menurut Sunarti (2014: 20) tes adalah pemberian sejumlah
pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Adalpun
salah satu jenis tes berupa tes tes tertulis, tes tertulis adalah tes
yang menuntut peserta tes memberu jawaban secara tertulis
berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan
meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Tes yang
jawabannya berupa isisan dapat berbentuk isian singkat atau
uraian.
e. Dokumentasi
Data yang diperoleh terkait penelitian, peneliti menggunakan
dikumen berupa foto-foto pelaksanaan uji coba produk, pada saat
penelitian serta berkas-berkas yang dapat dijadikan dokumentasi.
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Observasi
Pedoman observasi digunakan ketika uji coba produk serta ujicoba pemakaian
produk. Instrumen yang digunakan berbentuk lembar observasi aktivitas siswa.
Lembar observasi ini berbentuk tabel yang berisikan aspek-aspek yang di
observasi atau yang diamati setelah menggunakan bahan ajar berbasis
ensiklopedia. Skala yang digunakan untuk pedoman observasi yaitu dengan
menggunakan skala Linkert, skala yang digunakan memiliki urutan skor dari
yang tertinggi yaitu 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (kurang), dan terendah
1 (sangat kurang)
b. Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui lebih dalam mengenai
subyek penelitian. Wawanvara dilakukan kepada siswa dan guru kelas.
Wawancara kepada siswa dipilih secara random untuk mengetahui respon siswa
terhadap bahan ajar berbasis ensiklopedia, sedangkan wawancara kepada guru
kelas dengan lembar respon guru untuk mengetahui pendapat guru terhadap
pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berbasis ensiklopedia.
Jawaban siswa dan guru dideskripsikan berdasarkan wawancara dengan guru
yang bersangkutan. Lembar wawancara berisi tentang daftar pertanyaan yang
dilakukan untuk mencari informasi terkait hal-hal yang di butuhkan peneliti,
lembar wawancara ini di tujukan kepada wali kelas. Lembar respon guru untuk
mengetahui pendapat guru terhadap pembelajaran matematika menggunakan
bahan ajar berbasis ensiklopedia untuk mengetahui pendapat guru dilakukan
dengan wawancara setelah pembelajaran dilakukan.
c. Angket (Kuesioner)
Angket digunakan untuk memperoleh data dari ahli media dan ahli materi yang
berkaitan dengan kualitas produk. Skala yang digunakan untuk pedoman
observasi yaitu dengan menggunakan skala Linkert, skala yang digunakan
memiliki urutan skor dari yang tertinggi yaitu 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup),
2 (kurang), dan terendah 1 (sangat kurang).
1. Angket Validasi Ahli Materi
Validasi ahli materi ini dilakukan oleh guru wali kelas, penilaian dari ahli
materi ini berdasarkan aspek-aspek yang di nilai sesuai dengan aspek yang
terdapat pada kisi-kisi dibawah ini.
2. Lembar Respon Siswa
Lembar angket ini untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
matematika menggunakan buku ensiklopedia matematika. Jika siswa
memberi respon postitif maka bahan ajar dapat diterapkan. Lembar angket
berisi item-item beserta pilihan yang harus dijawab. Skala pengukuran yang
digunakan dalam angket respon siswa adalah berbentuk skala Gutmann.
Menurut Sunarti dan Selly Rahmawati (2014: 52) skala Gutmann merupakan
skala dengan jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”
3. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada materi sifat
bangun datar menggunakan buku ensiklopedia matamatika dengan soal 20
butir soal. Lembar soal tes diberikan sebelum (pre test) dan sesudah (post
test) pembelajaran. Lembar soal ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan
jawaban singkat Soal Pre test ini diberikan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal sebelum diberi tindakan atau menjelaskan
materi sifat bangun datar dengan buku ensiklopedia matematika Soal Post
test ini diberikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal setelah diberikan tindakan atau penjelas materi sifat bangun datar
dengan buku ensiklopedia matematika.
4. Dokumentasi
Data yang diperoleh terkait penelitian ini, peneliti menggunakan dikumen
berupa foto-foto pelaksanaan uji coba produk. Mulai dari uji coba produk
hingga uji coba pemakaian produk. Dikumentasi juga dapat berupa foto-foto
pada saat kegiatan melakukan post- test dan pre-test.

F. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari responden melalui hasil kuesioner pada pengembangan bahan ajar
berbasis ensiklopedia matematika pada materi sifat bangun datar kemudian dilakukan
analisis data. Data yang diperoleh dari reponden validasi ahli materi, ahli media, respon
siswa dan observasi aktivitas siswa dianalisis dan dideskripsikan secara deskriptif. Analisis
data deskriftif dijelaskan sebagai berikut.

1. Kelayakan Produk
Penilaian kelayakan produk diperoleh dari angket yang diisi oleh ahli materi, ahli
media dan respon siswa. Data tersebut dianalisis dengan cara mengubah skor rata-
rata menjadi nilai.
a. Validasi Ahli Materi
Untuk mengukur kelayakan buku ensiklopedia matematika yaitu berdasarkan
hasil analisis data lembar penilaian buku ensiklopedia matematika oleh ahli
materi dan ahli media dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Tabulasi
penilaian buku ensiklopedia matematika 2) Menghitung penilaian buku
ensiklopedia matematika dari validator ahli materi dan ahli media penilaiannya
sesuai dengan tabel sebagai berikut.
b. Respon Siswa
Teknik kuesioner digunakan untuk mengetahui data tentang kelayakan media
yang dilihat dari respon siswa terhadap produk. Data kuantitatif dari angket
respon siswa terhadap buku ensiklopedia matematika dianalisis dengan
menggunakan rumus berikut
Nilai persentase yang di dapat, kemudian diubah dalam bentuk nilai. Dalam
mengubah nilai persentase mengacu pada konversi persentase 5 menurut
Sunarti dan Selly Rahmawati (2014: 191).
2. Analisis Observasi Aktivitas Siswa
Pengumpulan data observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengatahui daya tarik
siswa terhadap buku ensiklopedia matematika pada saat pelaksanaan uji coba.
Untuk pengisian lembar observasi memberikan tanda (√) pada masing-masing
indikator yang telah ditentukan. Untuk mencari besar presentase skor aktivitas
siswa yang diamati dari setiap indikator dihitung dengan cara sebagai berikut.
Kriteria presentase aktivitas siswa terhadap buku ensiklopedia matematika pada
saat pelaksanaan uji coba adalah sebagai berikut:
3. Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan untuk mengukur peserta didik pada kelas sampel soal tes harus
terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas. Dari hasil uji coba tersebut, maka dipilih soal yang akan
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik dalam belajar
matematika.
a. Uji Validitas
Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrument yang valid mempunyai validitas yang tinggi dan
sebaliknya. Pengujian validitas butir soal dapat menggunakan product moment
yaitu dengan rumus:
b. Uji Reliabilitas
Menurut Sunarti dan Selly Rahmawati (2014: 98) reliabilitas tes menunjukkan
apakah suatu tes dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur
dari waktu ke waktu. Suatu tes dikatakan reliable apabila menghasilkan
pengukuran yang tepat, tidak berubah jika digunakan secara berulang-ulang
pada sasaran yang sama. Pengujian reliabilitas dapat menggunakan perhitungan
product moment dengan rumus:
c. Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Oller tingkat kesukaran adalah pernyataan tentang seberapa mudah
atau sulit sebuah butir soal bagi siswa yang dikena pengukuran (dalam Sunarti
dan Seli Rahmawati, 2014:138). Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukan dengan
bilangan yang disebut Indeks Kesukaran soal yang dapat dihitung dengan
rumus:
d. Daya Beda
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:226) daya pembeda adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk
mencari daya pembeda langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu: 1)
Menyusun skor tes dari yang tertinggi sampai yang terendah 2) Membegi subjek
uji coba menjadi dua kelompok sama besar, yaitu kelompok atas dan bawah 3)
Menghitung jumlah jawaban benar dari kelompok atas dan bawah 4)
Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:
4. Peningkatan Hasil Belajar
a. Uji Prasyarat
Adapun uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui atau memastikan apakah suatu
sebaran data memenuhi asumsi distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan
dengan uji kolmogorov Smirnv dengan α adalah 5%. Penghitungan uji
normalitas data menggunakan bantuan SPSS 16.0.
b. Uji Paired Sample T-Test
Menurut Sugiyono (2012:147) analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data setiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Data
dalam penelitian ini terkumpul dalam bentuk kuantitatif (angka) sehingga
memungkinkan untuk dianalis secara statstik. Penggunaan data statstik pada
penelitian ini menggunakan rumus uji t-test. Penggunaan t-test dikarenakan
peneliti mengetahui pengaruh penggunaan buku ensiklopedia matematika
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan rumus Uji t-test yang menggunakan pre-test dan
pos-test one group design, dengan rumus
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penilaian Ahli Materi

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru

Lampiran 3. Lembar Respon Siswa

Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lampiran 5. Petunjuk Pengerjaan Soal

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal

Lampiran 7. Pedoman Penskoran

Anda mungkin juga menyukai