Anda di halaman 1dari 5

Tepat pukul 11.

00 malam, Benta, gadis yang berada didalam ruangan bernuansa classic serba
abu abu itu selesai dengan semua pekerjaannya hari ini. Dia duduk dan bersandar pada kursinya
dengan secangkir kopi ditangannya, mata nya terpejam, lelah dirasanya.

Seseorang memasuki ruangan Benta, membawa satu bucket bunga mawar ditangan kanannya
dan satu boneka beruang yang besar ditangan kirinya, itu Asta.

“Happy birthday Bentala!” sapa Asta saat ia memasuki ruangan gadis itu. Benta menoleh lalu
tersenyum ke arah Asta. Benta menghampiri lelaki itu, mereka duduk lalu berbincang singkat
tentang bagaimana hari ini, di sofa ruang kerja Benta.

“Keluar yuk? liat city light Jakarta” ajak Asta yang disambut anggukan riang oleh Benta.

Mereka berjalan keluar area perkantoran dan menghampiri motor Asta yang terparkir rapih di
area parkiran.
“Naik motor gapapa ya?” Asta memakaikan helm yang sengaja ia bawa untuk Benta. “Biar
aman” ia tersenyum dan diikuti senyuman balik dari Benta.

Asta dan Benta, keluar dari area perkantoran, menyusuri jalanan malam Jakarta.

Asta memberhentikan motor nya di depan tukang pecel Pak Asep. Kata Asta, pecel Pak Asep itu
paling enak satu Jakarta, padahal menurutku semua sama saja, memang dia saja yang terlalu
hiperbola, dasar Asta.

“Makan dulu ya biar kenyang” ucap Asta ketika ia mengajak Benta untuk masuk ke dalam
warung pecel Pak Asep.

Mereka makan bersama dan berbincang hangat ditengah malam kota Jakarta dengan hidangan
nasi pecel Pak Asep.

Setelah selesai dengan makanan nya, mereka melanjutkan perjalanan nya untuk melihat city light
Jakarta, tujuan utama mereka.

Asta memberhentikan motor nya, lagi. Tetapi kali ini bukan di tukang pecel, mereka sudah
sampai, ini tengah kota Jakarta.

Asta memarkirkan motor nya pada trotoar yang terlihat sepi, mereka turun dari motor dan
berjalan menyusuri jalanan trotoar dengan tangan yang saling bertautan satu sama lain. Indah,
city light Jakarta memang tidak ada tandingannya.

“Kenapa sih kamu ga pernah bosen liat city light Jakarta?” tanya Asta.

“Soalnya indah Astaa, enak dipandang” Benta menoleh ke arah Asta dan tersenyum.

“Padahal ada yang lebih indah dari city light Jakarta”.


“Iya ada, sunset di pinggir pantai ahahah” Benta tertawa kecil tentang jawabnya pada Asta, lelaki
itu hanya memutar mata nya malas yang membuat Benta tertawa. 
“Terus apa yang lebih indah?” tanya Benta.

Asta tersenyum, “Kamu, semestaku” ucap Asta pada perempuan dihadapan nya.

Benta hanya menggelengkan kepalanya heran pada Asta “Dasar” ucap nya. “Kamu yang
semestaku. Kamu itu segalanya untukku, selalu ada ketika aku sakit, selalu ada saat aku merasa
lapar, selalu ada ketika aku penat seperti sekarang, dan selalu ada disaat hari ulang tahunku,
selalu. Aku menyayangimu, Asta” Benta tersenyum.

Asta tersenyum, “Eh sini deh aku fotoin, kamu cantik, sama kaya city light nya” Asta tersenyum
dan menarik tangan Benta untuk menengok ke arahnya. Asta dengan kamera polaroid
ditangannya, tengah asik memotret Benta. Entah sejak kapan ia memegang kamera tersebut, tapi
mungkin itu dari kantong saku jaket yang Asta pakai. Kantong saku jaket Asta itu bagaikan
kantong doraemon, hampir semua yang dibutuhkan, pasti ada dalam kantong nya.

Benta menarik Asta untuk berfoto bersama. Mereka mengumpulkan banyak foto dengan
pemandangan city light kota Jakarta, pemandangan favorit Benta selain sunset di pinggir pantai.

Mereka berjalan jalan, masih menyusuri trotoar kota Jakarta sambil berbincang asik. Dari mulai
berdebat tentang kenapa Asta selalu saja memberikan kulit ayam yang menjadi bagian paling
enak pada Benta, tentang kenapa Asta selalu memberi pinggiran pizza hut yang berisi keju pada
Benta, tentang kenapa Asta selalu tau apa yang ada didalam benak Benta, hingga ujung ujung
nya, mereka hanya membicarakan tentang mengapa mereka bisa bersama begitu lama. Mereka
saling bercerita satu sama lain, saling tertawa dan berbagi kebahagian mereka.

“Benta, mau janji satu hal ngga?” tanya Asta.

“Apa?” respon Benta.

“Kita harus jalanin hidup kita masing masing sesuai apa yang udah direncanain sama tuhan! kalo
kata nct dream itu apa ya” raut wajah Asta terlihat seperti berpikir. “Life Still Going On” Asta
tertawa kecil. “Denger, mau itu indah, ataupun itu pahit, kita harus jalanin itu semua okey? kalo
kamu tanya kenapa? itu karena semuanya udah jadi takdir hehe” Asta tersenyum dan mengusap
rambut halus Benta.

“Kamu aneh” ucap Benta. 

“Yeuuu bocil dikasih tau!” Asta menjitak kepala Benta, lalu ia berdiri. “Udah yu pulang, udah
hampir jam 2 pagi” ajak Asta.

Mereka berjalan bertautan menuju motor Asta yang masih terparkir di tempatnya.

Asta memakaikan helm kepada Benta, selalu setiap mereka berpergian naik motor.
Helm Asta menggelinding agak jauh ke tengah jalan, angin malam memang selalu mengganggu.
Asta berjalan menuju helm nya. “Asta hati hati” ucap Benta.

Entah sejak kapan, tiba tiba truk datang dari arah yang berlawanan saat Asta menyebrang jalan
untuk kembali, kecepatan truk itu sepertinya sangat diatas rata rata, dan bisa dibilang, sepertinya
truk itu hilang kendali?

“BRAAAK!” truk itu menghantam Asta sampai lelaki itu terpental beberapa meter dari jarak ia
berdiri tadi.

“ASTAAA!” teriak Benta ketika ia melihat lelaki itu terhantam truk begitu kencang nya. Benta
berlari menghampiri Asta yang sudah terbaring di jalanan. Darah bercucuran disekujur tubuh
Asta. Benta berteriak meminta bantuan tapi nihil, ini jam dua pagi kalau kau lupa. Benta
menekan nomor emergency pada ponsel nya untuk segera mendapat bantuan. 

Tanpa perlu waktu lama, ambulan datang kearah mereka. Para tim medis lari mendekat, Asta
yang masih terbaring tidak sadarkan diri, dan Benta yang menangis dengan segala kecemasannya
pada Asta. 

Benta tak pernah menyangka, bahwa badai akan datang padanya secepat itu. Gadis itu menangis
sejadi jadinya saat para tim medis menyatakan bahwa Asta sudah tiada. Gadis itu memeluk Asta
dengan tangisan hancur nya. “Asta jangan pergi..” lirih gadis itu. “Aku sama siapa kalo ga sama
kamu Asta”. Bentala tak henti menangis histeris kala dia memeluk erat tubuh lelaki
dihadapannya sekarang.

Malam itu, menjadi malam paling bahagia sekaligus malam paling menghancurkan bagi Benta.
Gadis itu hancur sehancur hancurnya ketika semestanya pergi, Asta.

Benta meneteskan air matanya dan tersadar dari lamunan kilas baliknya. Gadis diruangan
bernuansa classic serba abu abu itu membuka matanya dan beralih mengambil satu foto diatas
mejanya yang dihiasi oleh bingkai cantik. Benta memandangi foto itu dengan penuh kehancuran.
Foto itu, foto Asta dan Benta ketika mereka terakhir kali menikmati city light Jakarta. 
Gadis itu menangis sejadi jadinya, lagi.

Hari ini adalah ulang tahun Benta, yang bertepatan dengan satu tahun perginya Asta, semestanya.

Anda mungkin juga menyukai