Anda di halaman 1dari 10

TUGAS DRAMA

Achmad Nor Ardiansyah


Lodewyk Fidel Joris
Aldian Asyhari Wayong
Nabila Savitri Umran
Andi Armuniati Mamara
Dian Yustika Rahim
Vebrina Cyntia Natati P.

Maafkan Aku, Sahabatku

Di saat itu, di sebuah kamar terlihat seorang gadis yang baru saja
pulang dari sekolah. Dia duduk di tempat tidur sambil membuka
sepatunya. Gadis itu bernama Anita dia berumur 15 tahun dan baru
menduduki kelas 3 SMP di SMP terfaforite se-Kota Bogor yaitu SMP
Negeri 1 Bogor. Dia terlahir dari sebuah kelurga sederhana, berkat
kepintarannya dia dapat masuk ke SMP tersebut melalui jalur beasiswa.
Anita tergolong anak yang cerdas, cakap, dan baik hati namun, sejak
Ayah dan Kakanya meninggal akibat perampokan diapun sedikit berubah
menjadi anak yang pendiam. Anita tinggal bersama Ibunya yang
mengalami kebutaan sejak lahir. Oleh karena itu, dia menjadi tulang
punggung untuk menghidupi Ibunya. Di kamar itu dia termenung dan
berbicara sendiri meratapi hidupnya yang begitu berat.

Anita : “ Ya Allah,,,brgitu sulit hidup ini untuk ukuran anak


seusiaku. Di saat orang lain bermain aku harus bekerja, di saat orang lain
istirahat aku harus mengusap keringatku. Tapi, aku terima semua ini Ya
Allah,,,karena aku yakin di balik semua ini pasti ada kebahagiaan yang
begitu indah. “

( Monolog ) Di saat, Anita termenung. Tiba-tiba datang sahabat


Anita yaitu Sintia. Dia adalah sahabat Anita yang manis di bibir tapi pahit
di lidah atau baik di depan tapi jahat di belakang. Sintia adalah sahabat
yang selalu menusuk dari belakang, namun Anita tidak pernah
mengetahui siapa Sintia yang sebenarnya. Sintiapun masuk ke kamar
Anita dan menyapa Anita.

Sintia : “ ( Sambil masuk ke dalam ) Haiiii….Nit lagi apa loh? “

Anita : “ ( Dengan muka yang lemas ) Keliatannya lagi ngapain? “

Sintia : “ ( Sedikit kesal ) Ko,ditanya malah balik Tanya sih? “

Anita : “ Sintia, aku lagi cape! Jadi jangan banyak Tanya, ngerti! “ (
Dengan marah )

Sintia : “ Ok, aku ngerti! “ ( Dengan Sebal )

Tiba-tiba, Anita batuk dan batuk itu terjadi terus- menerus dan
tanpa sepengetahuan Sintia ternyata batuk itu bercampur darah.

Anita : “ ( Batuk terus-menerus ) Astagfiruwllahaladhim ! “ (


Terkejut )

Sintia : “ Anita, kamu kenapa ? “

Anita : “ Gak apa-apa kok, paling Cuma batuk biasa kok ! “ ( Sambil
menye- mbunyikan sapu tangan yang terkena darah )

Sintia : “ Kamu jangan bohong!!! “ ( Sedikit curiga )

Anita : “ Aku gak bohong,ya udah deh aku mau istirahat mungkin
aku keca- pean . Kamu pulang aja yah…..( Sambil mendorong Sintia
keluar ) dah Sintia…..”

Sintia pun pulang tanpa menghiraukan apa yang telah terjadi tadi,
dan di depan pintu mobilnya dia berbicara sinis.

Sintia : “(monolog) Anita-anita ( sambil menggelengkan kepala )


Kenapa kamu gak mampus aja. Karena lebih cepat jauh lebih baik. “ (
terse- nyum licik )
Sintia pun pulang dengan mengendarai mobilnya. Keesokan
harinya, Anita pergi ke Dokter untuk memeriksa keadaan dirinya. Setelah
di periksa Anita pun berkonsultasi dengan Dokter.

Anita : “ Dok, saya sakit apa yah? “ ( Dengan penuh penasaran )

Dokter : “ Saya berharap, ade bisa sabar dan tawakal setelah


mendengar apa yang saya katakan? “

Anita : “ Insya allah,,,saya siap mendengarnya dok. “ ( Dengan rasa


tegang )

Dokter : “ Ade, terkena penyakit kanker stadium lanjut yang harus


segera di obati. Namun jika tidak cepat diobati kemungkinan usia Ade
sudah tidak lma lagi. “

Anita : “ ( Terkejut ) Astagfiruwllahaladhim, dok kalau saya


meninggal sia- pa yang akan merawat ibu saya, dok? “

Dokter : “ Emang, Ibu Ade kenapa? “

Anita : “ Ibu saya buta dok ! “

Dokter : “ Ade, harus optimis. Ade harus yakin kalau Ade bisa
sembuh, karena jodoh, hidup, dan mati semuanya ada di tangan Allah
SWT. “ ( Meyakinkan Anita )

Anita : “ Terima kasih Dok? “ ( sambil berjabatan tangan )

Dokter : “ Iya sama-sama. “ ( Sambil berjabat tangan juga )

Anita : “ Permisi, Assalamu’alaikum ! “ ( Sambil keluar )

Dokter : “ Wa’alaikumsalam. “

Anita begitu terpukul dan sedih setelah mendengar apa yang


dokter katakan kepadanya. Lalu, Anita pun pergi ke TPU di mana Ayah
dan Kakaknya dimakamkan, dia menangis dan bercerita di atas tanah
pemakaman Ayah dan Kakaknya. Karena, dikala Anita sedih atau pun
bahagia dia selalu bercerita di atas pemakaman Ayah dan Kakanya.

Anita : “ Ayah, Kakak, maafin Anita. Anita datang ke sini membawa


kabar yang menyedihkan. Yah…Kak…Anita terkena penyakit kanker sta-
dium lanjut. Anita takut….jikalau Anita meninggal nanti siapa yang akan
merawat Ibu….Maafin Anita yah….Maafin Anita Kak…” ( Sambil
menangis)

Beberapa menit kemudian……

Anita : “ Yah…Kak…Anita pamit pulang dulu. Anita janji Anita akan


men- jaga Ibu hingga akhir hidup Nita. Nita janji-Nita janji!!! “ ( Sambil
pergi meninggalkan pemakaman )

Anita pun pulang dan di rumah dia bertemu Radit teman SMP nya
yang menyukainya semenjak kelas 1 hingga Sekarang.

Anita : “ Assalamu’alaikum ? “ ( Sambil Masuk )

Radit : “ Wa’alaikumsalam. “ Ibu : “ Wa’alaikumsalam, nak..”

Anita langsung mencium tangan Ibunya.

Anita : “ Bu, kok ada Radit ? “

Ibu : “ Iya nak, dia dari tadi nungguin kamu katanya ada sesuatu
yang mau dibicarakan. Kamu dari mana sayang ? “

Anita : “ aku dari TPU bu, makannya telat. “

Ibu : “ Ooh,,,,ya sudah Ibu tinggal dulu yah, kamu temani radit.
Nak Radit? “

Radit : “ Iya bu. “ Ibu : “ Ibu tinggal dulu yah ? “ Radit : “ Iya bu,
terima kasih. “

Ibu : “ Iya sama-sama. “ ( Sambil pergi menuju kamar )


Anita : “ Bu, Biar nita antar ke kamar. “ ( Sambil Memegang Ibu )

Ibu : “ Ya sudah, makasih sayang. “

Anita pun mengantarkan Ibunya ke kamarnya. Lalu. dia kembali ke


ruang tamu untuk menemui Radit.

Anita : “ Maaf, nunggu lama ? “

Radit : “ Gak apa-apa kok ! “ ( Dengan Canggung )

Anita : “ Ada apa yah ? “ ( Dengan penasaran )

Radit : Enggak, kenapa kamu gak sekolah. Tapi kok pake baju
seragam ? “

Anita : “ Tadi aku ke Dokter, tapi aku gak mau Ibu ku tau. “

Radit : “ ( Penuh kekhawatiran ) kamu sakit apa ? Kenapa kemu


gak bilang, kan bisa aku anterin ! “

Anita : “ Gak perlu, makasih atas tawarannya. “ ( Dengan cuek )

Radit : “ Kedatangan aku ke sini, aku mau ngomong sesuatu sama


kamu ! “

Anita : “ Ngomong apa ? “

Radit : Mungkin kamu udah tau sebelumnya, tentang isi hati ku


ama kamu!”

Anita : “ Aku gak ngerti ! “

Radit : “ Sebenarnya….aku….aku….aku….sayang sama kamu. “

Anita : ( Bingung ) “ Radit aku gak suka ama kamu, aku anggap
kamu seba- gai sahabatku. Masih ada yang lebih mencintai kamu! “

Radit : “ Siapa Nit ? Tapi aku yakin kalau kamu itu sayang ama
aku.“
Anita : “ Orang itu sahabatku yaitu Sintia, kenapa kamu bisa
seyakin itu ? “

Radit : “ Aku sih udah tau, aku yakin banget. “

Anita : “ Aku gak pantas buat kamu, karena aku…” (batuk secara
terus-me nerus )

Anita batuk terus-menerus dan mengeluarkan darah. Batuk Anita


bercampur darah.

Radit : “ ( Khawatir ) Nit, kamu kenapa ? nih, kamu minum dulu. “ (


Sambil memberikan minum )

Anita : “ (meminum air) Makasih, Radit aku terkena penyakit


kanker stadi- um lanjut umurku udah gak lama lagi. Jadi tolong kamu,
jika kamu mau membahagiakan aku. Cintailah sahabatku,
tolong….tolong…. Radit ! “ ( Memohon kepada Radit )

Radit : “ Baik Nit, jika itu membuat kamu bahagia dan terbaik aku
rela. Tapi satu hal yanh harus kamu tau, Aku, akan selalu sayang ama
kamu sampai kapanpun ! “ ( pergi meninggalkan Anita )

Radit pun pergi. Keesokan harinya Anita di undang oleh


sahabatnya Sintia untuk datang ke syukuran kecil-kecilan bersama
Ibunya dalam rangka merayakan hari jadinya Sintia dan Radit. Karena Ibu
dan Ayah Sintia sedang ke luar negeri jadi yang datang hanya Anita,
Ibunya, dan Hari temannya Radit. Di syukuran itu juga ada kakaknya
Sintia yaitu Rasti, tentunya ada Sintia beserta Radit di sana. Lalu, Sintia
pun membuka syukuran itu.

Sintia : “ Bismillahirrahmanirahim, terima kasih atas kedatangan


kalian sem- ua di hari jadi Aku dan Radit, aku senang sekali karena
akhirnya aku bisa bersanding dengan Radit, begitu juga Radit. Iya kan
Radit?”

Radit : ( Hanya mengangguk ) Rasti : “ Heh, Anita liatin tuh Ade


gue panteskan ama Si Radit ? “
Anita : “ Iya kak. “

Rasti : Yaiyalah jelas , jadi kamu jangan mimpi deh bisa memiliki
Radit, ngerti loh ? “

Radit : “ Kakak, kakak gak boleh ngomong begitu. Kakak jaga


ucapan kakak ! “ ( dengan nada tinggi )

Hari : “ Bro….santai…bro…. itu emang nyata kali!!!” ( membela


Rasti )

Sintia : “ Eh…udah-udah ini tuh hari bahagia gue jadi jangan


ngerusak dong!!!” ( Meredakan suasana )

Anita : “ Maaf, Aku mau ke toilet dulu. “ ( Sambil bergegas pergi ke


toilet )

Di dalam toilet, Anita pun menangis.

Anita : “ Ya Allah…Kenapa hati ini begitu sakit ya allah….bukan


sakit kar- ena sindiran Kak Rasti tapi karena melihat Radir bersama
Sintia. Radit andai aja kamu tau kalau aku tuh sayang…banget ama kamu
. Tapi biarlah rasa ini aku simpan dalam hati dan akan selalu ku jaga
hingga akhir waktu nanti. Biarkanlah aku menderita asalkan sahaba- tku
bahagia. “ (monolog)

Lalu, setelah beberapa menit kemudian Anita kembali ke Ruang


Tamu.

Ibu : “ Nak, kamu lama sekali. “

Anita : “ Maaf bu. “

Sintia : “ Heh, Anita disini juga, sekarang juga aku ingin


persahabatan kita sampai di sini alias putus!!!” ( Sambil berdiri )

Anita : “ Maksud kamu apa ? “ ( Sambil berdiri dan terkejut )


Rasti : “ Kamu tuh bonge yah ? kata ade gue persahabatan loh
sama dia itu sampai di sini atau putus!!! “ ( Sambil membentak dan
mendorong )

Anita : “ Auuuu…..( Terjatuh )

Ibu : “ Jangan sakiti anakku!!!” ( Sambil berdiri )

Sintia : “ Ah,,,diem loh nenek tua ! “ ( Sambil mendorong )

Ibu pun terjatuh dan terkena tembok, dengan seketilka itu juga
ibu menghembuskan nafas terakhir dan meninggal dengan tergeletak
bercucuran darah.

Anita : “ Ibu,,,,Ibu,,,jangan tinggalin Anita Bu,,,Ibu,,,,Ibu,,,,”(sambil


berteri- ak histeris dan merangkul ibunya )

Sintia : “ Eh, Anita…..rasain loh! gue udah dapetin semua yang gue
mau da- ri mampusnya Ibu loh, Perampokan yang gue rencanain buat
mam- pusin Ayah dan Kakak loh, sekarang Radit jadi milik gue, rasain loh
!!!” ( Sambil tersenyum licik )

Rasti : “ Ini semua kita lakuin karena kita gak suka kalo loh bahagia
tau !!!”

Hari : “ Sintia, Rasti, Loh berdua jahat banget sih, persis kaya setan
tau gak.” ( Dengan rasa kesal )

Radit : ( Diam penuh kemarahan ) Anita : ( Terkejut ) “ Apa jadi ini


rencana kalian ? “

Sintia : “ Kalo iya loh mau apa!!!”

Anita : “ Sin, kenapa kamu ngelakuin itu sama aku. Apa salah aku
ama kamu ? Aku rela ngasih semuanya ama kamu tapi ini balasan kamu
buat aku sahabat kamu!!! “

Sintia : “ Gue gak minta!!! “


Radit : “ Sintia,,,brengsek loh…” ( Sambil mengarahkan pisau ke
arah sintia)

Lalu, ketika Radit mengarahkan pisau kea rah Sintia tiba-tiba Anita
menghalanginya dan akhirnya pisau itu pun terkena kepada Anita.

Radit : “ Anita.....maafin aku nit? “

Anita : “ Gak apa-apa kok, radit,,a,a,aku,sa,sa,yang,,,kamu. “ (


Sambil meng- hembuskan nafas terakhir )

Radit : “ Anita………(Menjerit histeris ) jangan tinggalin aku, aku


juga sayang ama kamu nit…”

Sintia : “ Anita, Maafin aku…maafin aku…” (Sambil duduk lemas


tak berdaya di hadapan Anita )

Radit : “ Heh, Nit asal loh tau yah Anita ini rela mertaruhin
cintanya buat loh, dia minta am ague untuk mencintai loh, dan aku turuti
karena aku tau ini permintaan terakhirnya. “

Sintia : “ Maksud loh ? “

Hari : “ Asal loh tau sin, kalo Anita itu terkena kanker stadium
lanjut dan umurnya ydah gak panjang lagi!!!( Sambil membentak )

Sintia : “ Kalian bohong. “ ( Tidak percaya )

Radit : “ Ini kenyataannya!!! “ ( Dengan penuh rasa amarah )

Sintia : “ Enggak, Enggak mungkin ! Anita maafin aku…maafin aku


sahabatku…! Akhirnya, Anita pun meninggal dengan sejuta “

( Sambil memeluk Anita dengan begitu eratnya ) pengorbanan


kepada sahabatnya, dan dengan rasa cinta yang begitu dalam. Anita dan
Ibunya meninggal dengan penuh keikhlasan dan ketulusan meskipun
telah di hianati oleh orang tersebut. Walaupun Orang tersebut
sahabatnya sendiri namun Anita rela asalkan sahabatnya bahagia. Sintia
pun sadar bahwa begitu berartinya seorang sahabat di matanya dan dia
pun meminta maaf kepada Anita dengan setulus hatinya melewati
permohonan yang ia berikan melewati doanya kepada Allah SWT. Radit
pun akan selalu mencintai Anita Sampai kapanpun.

Anda mungkin juga menyukai