Pemuda Jawa : "Maaf, saya orang baru di Jakarta, baru datang dari Jawa... apakah ini Tanah Abang?"
Pemuda Batak : "Oh bukan.... ini bukan tanah aku, sumpah! Aku juga baru datang dari Medan, jadi aku
juga tidak tahu tanah siapa ini..."
"Selamat datang para penonton di Stadion Teladan Medan inilah pertandingan persahabatan yang kita
nantikan antara PS Karo melawan PSMS Medan" kata MC Membuka
"Sebelum pertandingan di mulai baik kita perkenalkan dulu kekuatan kedua tim kita mulai dengan PS Karo
sebagai tamu"
"Dibawah mistar ada Lengket Silangit, kita lihat di barisan belakang ada Jatuh Bangun dan Jegal
Tarigan, ...."
MC terus melanjutkan pengumumannya "Di barisan depan ada Lari Peranginangin dan Tembak Sitepu......
dan untuk mengkomandokan tim dipimpin..." MC berhenti sesaat menarik napas panjang "Bah.....oleeeeh
Pasti Menang Karo-Karo......"
Penonton terdiam mendengar pengumuman MC dan tiba-tiba kapten tim PSMS Medan berteriak dari
tengah lapangan "Menyerah..... bah......namanya saja sudah menakutkan apa lagi mainnya....Dak akan
pernah menang nya.. kita lawan dia"
Sent by: heri Jawo on Feb 4th, 2009 Rating: 3.38 (45 votes)
Orang tua Ucok memberi ongkos sekali jalan Rp.100.000, karena keuangan yang terjepit. Ucok memilih
merantau ke daerah Pekan Baru.
Di Kota Pekan Baru, Ucok tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, setelah lima hari disana, uang sisa
ongkos sudah habis, saudara tidak ada.
Singkat Cerita Ucok rela jadi Kernet (Kondektur) alat berat Eskapator ke hutan untuk membuka lahan
garapan, nama operator alat beratnya, Sidabutar.
Sesampainya di Hutan, banyak juga orang yang kerja di sini! gumam Ucok dalam hati! dan dia tidak
menemukan Toilet untuk MCK yang ada adalah lahan hamparan Luas, Mereka pun buat beskem untuk
berteduh dimalam hari.
Karena mereka baru turun (masuk) dari kota ke Hutan, orang-orang yang ada dihutan memutuskan untuk
Tidur Bareng di Beskem yang dibangun oleh Sidabutar dan Ucok sambil cerita-cerita.
Pada malan hari, kira kira jam 2 pagi, Sardi (orang yang mereka temui dihutan) sakit perut, dan
memutuskan untuk buang air dibalik pohon yang besar dekat beskem mereka.
Secara kebetulan, jam 2 lewat 3 menit, Uccok juga sakit perut, dan bergegas keluar beskem untuk buang
juga, dan Uccok memutuskan untuk buang di balik pohon yang sama dengan Sardi, Karena pohonnya besar
dan agak rimbun gelap, Uccok ingat pesan orang tuanya dikampung, ( kalau mau buang air kecil/besar,
harus permisi dengan kata Sattabi ditempat yang baru), begitu Uccok dekat dengan pohon itu, Uccok buka
celana, dan berkata..
Uccok : "Sattabi Oppung dipangisi ni luat on" ( Permisi kepada pemilik wilayah ini). karena Sardi masih
dibalik pohon, Sardi menjawab dari balik pohon...
Seketika itu juga, Sakit perut Ucok sembuh, yang ada Ucok ketakutan, karena dia mengira pohon itu
menjawab, karena tidak tahu kalau sebelum dia, Sardi sudah lebih dulu Jongkok disana, segera balik ke
Beskem dengan pucat pasih dan langsung tidur.
Besok paginya baru cerita, dan semua temannya terbahak-bahak setelah Sardi cerita juga.
Sent by: Ronald Sidabutar on Jan 29th, 2009 Rating: 3.03 (40 votes)
"Wah... mahal kali kau!!! di Danau Toba di negara saya Indonesia, sewa perahu gak sampai separuh-nya...
itupun sudah bisa naik perahu keliling sampe puas...!"
Pemilik perahu itupun mencoba menjelaskan, "Ini kan di Israel ... bukan di Indonesia... di danau ini-lah
Tuhan Yesus berjalan di atas air ..."
Mendengar jawaban pemilik perahu itu, spontan sang turis batak tersebut berjalan pergi ... sambil merepet
dan menggerutu,
"Oooo... PATUT MA ANTONG, GABE MARDALAN PAT TUHAN YESUS NAJOLO, AI SUMALING
DO HAPE ARGANI SEWA NI SOLU DI TAO GALILEA ON !!!"
(Pantesan, Tuhan Yesus jadi jalan kaki jaman dulu, habis kebangetan sih mahalnya harga nyewa perahu di
galilea ini...)
Sent by: e-ketawa on Dec 15th, 2008 Rating: 3.33 (39 votes)
Lalu ia bertanya lagi pada si supir taksi ini "Hei kau, kau paranormal ya?" Lalu supir taksi ini menjawab
sambil nyeleneh dan pergi "Sinting." Si Batak ini bergumam lagi "Bah, lebih hebat lagi supir taksi ini, dia
tahu kemana tujuanku.
Aku kan mau pergi ke rumah temanku si Ginting." Karena dari 5 taksi yang ia berhentikan mengatakan hal
yang sama saja, si Batak ini frustasi dan akhirnya memutuskan untuk naik metro mini saja daripada repot-
repot cari taksi.
Di dalam metro mini ia berkata dalam hati "Supir-supir taksi di Jakarta ini paranormal semua kelihatannya
tetapi aneh, kok mereka tak mau kutumpangi ya? Padahal uangku cukup."
Sent by: Joshua Nathaniel on Oct 5th, 2008 Rating: 3.11 (64 votes)
Salah Pengertian
Setelah sehari Tagor Sitompul di kota kembang Bandung, dia sudah akrab dengan seseorang yang bernama
Amit. Pada suatu hari ada undangan pernikahan dari teman Amit yang ditujukan untuk si Amit dan si Tagor
Sitompul.
Mengingat bangku yang kosong hanya ada di depan, maka si Amit pun melewati para undangan dengan
mengucapkan :
namun si Tagor pun mencari akal melawati para undangan dengan mengucapkan :
Menurutnya semua perkataan dalam bahasa Batak harus diterjemahkan ke bahasa Indonesia termasuk
identitas diri.
Sambil bersalaman lalu dia memperkenalkan diri dan berkata: "Gunung Seribu dari Seribu Gunung". Sejak
itu para sahabatnya pada takut dan segan, mereka menganggap Dolok Seribu bersaudara dengan gunung
Kidul.
Sent by: Pahala Simanjuntak on Sep 10th, 2008 Rating: 3.27 (22 votes)
Perempuan yang Tersinggung
Ganda merasa senang berkeliling-keliling kota Bandung. Sambil menaiki sebuah bis di samping kiri dan
kanannya dia memberanikan diri untuk berkenalan dengan cewek sebelah kiri.
Ganda: "Perempuan apakah engkau ito?" (Batak: Boru aha do hamu ito)
Sampai di rumah Ganda menceritakan pengalamannya kepada tantenya Tiur. Tantenya terbahak-bahak.
Ganda...Ganda. Tantenya menasihati Ganda sekali lagi jangan bertanya seperti itu.
Sent by: Pahala Simanjuntak on Sep 9th, 2008 Rating: 2.75 (12 votes)
Robet mengajak Yodi jalan-jalan ke Medan Plaza, di perjalanan menuju Medan plaza naik angkut 51 Robet
kesal saking panasnya kota Medan.
Ucok : Naik Bus kota jurusan blok M, selama dalam perjalanan setiap orang mau turun selalu sebut nama
halte.
Ucok : Wah gimana ya saya mau turun, dengan yakin ucok teriak,
Ucok : Teriak lagi, "Bang Tahan Sihombing.. kiri!!", akhirnya semua penumpang bis melihat ke arah ucok.
Ucok : Berdiri menghampiri kondektur, "Bang kau tuli ya saya tadi sudah bicara Tahan Sihombing kiri, kok
bis jalan terus."
Ucok : "Tadi penumpang lain tinggal sebut nama, bus berhenti, kamu belum tahu saya ya?"
Kondektur : "Maaf bang yang mereka sebut tadi nama halte bus ,dan di Jakarta namanya Halte Tahan
Sihombing tidak ada, makanya jalan terus."
Ucok : "Maaf juga bang lain kali buatkan halte Tahan Sihombing."
Sent by: Poltak Sitompul on Sep 3rd, 2008 Rating: 2.95 (40 votes)
Liburan ke Saribudolok
Pada suatu hari libur anak-anak pak Sabam mau mengunjungi keluarganya di Medan, perencanaan mereka
berangkat bersama keluarga dengan mengendarai mobil Pribadi dari Jawa ke Medan.
Tanya punya tanya (kebetulan mereka belum pernah ke Medan sebelumnya) alternatif perjalanan
menembus rute Jakarta - Lampung - Pekanbaru - P.siantar - Saribu dolok - Kabanjahe - Medan (katanya
sekaligus refreshing).
Mereka pun memulai perjalanan dan beberapa hari mereka tiba di Saribu dolok Kab. Simalungun. Keluarga
pak Sabam sejenak istirahat dan makan siang untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan.
Setelah mereka kenyang mereka pun melanjutkan perjalanan sambil melihat-lihat kiri kanan nama kota
yang dilalui, kira-kira 2,5 jam mereka terperanjat melihat kota yang dilalui yaitu desa tiga dolok. Tersentak
kaget Pak Sabam langsung memberi Perintah kepada Driver untuk kembali ke Jawa :
Bapak Batak : Ah diam kau !!! Setengah jalan nya aku naek, Anjing !!!
Kondektur : Wah, Bapak ini gimana sih, udah bayar ongkos kurang malah maki orang lagi ngomongin
orang anjing segala !
Bapak Batak : BAH !!! Masih bagus kau kubilang Anjing, Kubilang Taik, dimakan Anjing Kau !!!
Beberapa pemuda tanggung langsung hutasoit-soit melihat butet yang seksi itu. Tapi butet tidak peduli, dia
jala sitorus memasuki rumah tanpa menanggapi. Sepiring Naibaho yang hangat dengan ikan gurame yang
dibakar dengan batubara membuatnya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan semangkok
nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut , Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan kesana ber-
bukit-bukit. Kadang nainggolan, kadang manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak pohan. Kebanyakan
pohan ”tanjung“. Beberapa diantaranya ada yang simatupang diterjang badai semalam.
Begitu sampai di villa, Butet membuka pintu mobil, wow, siregar sekali hawanya, berbeda dengan jakarta
yang panggabean penuh asap. Hembusan perangin-angin pun sepoi-sepoi menyejukkan. Sejauh simarmata
memandang warna hijau semuanya. Tidak ada tanah yang girsang.
Mulanya butet ingin berenang. Tetapi yang ditemukan hanyalah bekas kolam renang yang akan di
-hutahuruk dengan tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di kebun teh saja.
Sedang asik-asiknya menikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seekor ular yang sangat besar
”Sinaga... !” teriaknya sambil lari sitanggang langgang.
Celakanya dia malah terpeleset dari tobing yg tinggi sehingga bibirnya sihombing. Kasihan sekali..., butet
menangis marpaung-paung lantaran kesakitan.
Tetapi..., dia lantas ingat... bahwa sebagai orang batak pantang untuk menangis. Dia harus togar...!
Maka, dengan menguatkan, dia pergi ke puskesmas setempat untuk melakukan panjaitan terhadap bibirnya
yang sihombing itu. Mantri puskesmas tergopoh-gopoh simangunsong di pintu untuk menolongnya.
Malamnya...,
Ketika sedang asik belajar sambil makan kue lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan
rajagukguk. Wah... Butet bonar-bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara di pintunya berbunyi
”Poltak...!” keras sekali.
”Sialan, cuma kucing...” desahnya lega. Dia sudah sempat berpikir yang silaen-laen.
Selesai belajar...,
Butet menyalakan televisi. Ternyata ada siaran Discovery chanel yang menampilkan hutabarat Amazon di
Kanada yg terkenal itu serta simamora gajah purba yang berbulu lebat. Saat commercial break, muncul lagu
nasional RI yang terkenal dengan seruannya ”Simanjuntak gentar, sinambela yang benar...!”.
Keesokan harinya...,
Di depan ruang ujian dia membaca tulisan ”Harahap tenang, ada ujian “.
Butet bergumanm ” ah ….. aku kan marpaung, boleh ribut dong …. ! “.
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain.”
Sent by: e-ketawa on Jul 2nd, 2008 Rating: 3.48 (58 votes)
Suatu hari si Mandailing ini berjualan pepaya, tengah hari datang seorang pembeli, kebetulan seorang Jawa
pembantu rumah tangga yang baru datang di Jakarta, bahasa Indonesia-nya belum lancar. Sesuai instruksi
majikan, si Jawa mencoba merasakan apakah pepaya yang dijual sudah masak atau belum. Dengan halus si
Mandailing memperingati : “zangan keras-keras mas, supaya tidak penyok” (dengan logat Mandailing
tentunya yang mirip dengan logat Batak). Setelah yakin bahwa pepaya yang mau dibeli sudah matang, si
Jawa bertanya: “piro siji?”, si Mandailing heran dan tidak mengerti dan dia menjawab: “tidak keras mas ...
lunak kok, coba lagi” (pir -dari piro- dalam bahasa Mandailing artinya keras).
Misunderstanding terus berlanjut, si Mandailing makin marah dan si Jawa makin heran. Akhirnya si
Mandailing bilang : “sudah kubilan lunak ... keras (pir) kau bilang .... lihat ini .....”, si Mandailing
menonjok pepayanya sampai hancur.
“Dasar zawa .... sekarang kau mau apa?!”, tantang si Mandailing. Si Jawa kita terpaksa lari terbirit-birit.
Sent by: e-ketawa on Jul 2nd, 2008 Rating: 3.21 (14 votes)
Ahli Fisika Terkenal dari Batak
Fisikawan terkenal dari Batak... "Sir Isaac Nasution"
Sent by: e-ketawa on Jul 2nd, 2008 Rating: 3.07 (14 votes)
Di perjalananan karena gangnya memang sempit, setiap kali dia melewati orang-orang yang sedang duduk
depan rumahnya, si Bapak mengatakan permisi dan disahut mangga. Si Bapak merasa heran, kok mereka
tahu ya saya bawa mangga? Lalu diberikannya sebuah mangga kepada orang tersebut, demikian seterusnya
setiap kali dia mengatakan permisi dan disahut mangga, dia memberikan sebuah mangga. Sampai akhirnya
habislah mangga yang dibelinya tersebut.
Sesampai di rumah kerabatnya, dia pun menceritakan bahwa tadinya dia membawa mangga untuk oleh-
oleh, tetapi diperjalanan habis diminta orang-orang. Dia pun menceritakan apa yang dialaminya dan
kerabatnya itu pun tertawa terbahak-bahak...
Sent by: e-ketawa on Jul 2nd, 2008 Rating: 3.27 (15 votes)
Manuhor Pulsa
Adong ma sada ama-ama sian huta pardomuan, sukses besar dalam bisnis durianna. Panen na sukses
hampir mencapai omzet 10 juta dalam 1 bulan. Alani lumayan do untung na, gabe kepingin ma amanta i
laho mar handphone sebagaimana nadi nipi-ipihon salelengon.
Laho ma amatta i tu sada toko handphone di bilangan segitiga emas Sidikalang, alias jalan
Sisingamangaraja. Songonon ma kira-kira pembicaraan antara amanta i dohot par toko handphone on:
A : "Ai laho manuhor handphone au lae, na songon dia do na pas di natua-tua songon au. Argana hira-hira 1
tu 2 juta. Ai nasai do pe adong hepengku."
TH : "Ohh... adong amang, type na NOKIA 3260, balga-balga do tombol na, dang susa amang molo lau
mamiccit nomorna. On ma contoh na amang. Argana holan 1,5 juta do."
A : "Boi .. boi ma i. Baen ma dohot nomor na sekalian. Pasang ma sekaligus, dang hupaboto-boto
mamasang i, sekalian ma dohot pulsana."
TH: "Boi amang, on ma nomor na, pillit hamu ma. Molo pulsana, na sadia ma ta baen amang, adong 25
ribu, 50 ribu dohot 100 ribu."
A : "Ai hamu ma mamillit nomor nai, baen ma nomor na bagak. Molo pulsanai si 100 ribu ma baen."
TH : "Boi amang, alai sebelum hupillit no nai, ai didia do halak amang tinggal?"
A : "Di pardomuan, jonok do tu tigalingga"
TH : "Ohh... alai hurasa amang, dang adong dope sahat jaringan tu Pardomuan."
A : "Ima... ima .. nga boi i . Baen ma 100 ribu dohot jaringan na i, bila porlu 200 ribu pe boi, asa unang
mulak-ulak iba tu Sidikkalang on."
TH : "???!!??"
Sent by: e-ketawa on Jun 29th, 2008 Rating: 3.33 (63 votes)
“Mboten enten, Mas,” jawab si pedagang perempuan dengan lembutnya. Cendol sudah tidak ada.
“Hah, nggak pakek santen pun tak ‘papalah…” kata si supir Batak lagi dengan sedikit memaksa.
“Sampun telas, Maaas,” jawab si pedagang perempuan lagi dengan sabarnya. Cendol sudah habis.
“Mas,” kata si pedagang rokok mengoreksi. “Bilangnya bukan ‘dunhil’, tapi ‘danhil’…”
Si pemuda Batak melotot lalu berkata, “Hah, sudah bagus kubilang ‘dunhil’. Kalau kubilang ‘hildun’; mau
apa kau?!”
Sent by: e-ketawa on Jun 28th, 2008 Rating: 3.00 (14 votes)
Peristiwa yang mungkin cukup langka ini sempat menarik perhatian media cetak lokal. Tak ayal, para
wartawan pemburu berita pun segera mendatangi rumah sakit untuk membuktikan kebenaran kabar
tersebut. Di ruang pasien, tampak telah berkumpul keluarga serta sanak famili dari pasien.
Sebelumnya, pihak dokter yang dimintakan pendapatnya, tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan. Bahkan meminta para wartawan untuk menanyakan langsung ke pihak keluarga, kenapa
sampai bayi tersebut lahir tanpa tulang.
Para wartawan pun mencoba menanyakan langsung ke pihak keluarga, apa kira-kira yang penyebab
kelainan tersebut.
Menurut penjelasan pihak keluarga, selama mengandung tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan.
Beratnya normal, makannya pun juga tidak ada yang aneh-aneh. Hanya saja, sang ibu tidak begitu suka
dengan sayur bayam.
Ketika ditanyakan apa kira-kira yang menjadi penyebab bayi tersebut sampai lahir tanpa tulang. Sejenak,
tampak semuanya terdiam sampai akhirnya juru bicara keluarga maju untuk mencoba menjelaskan. Itu pun
setelah bisik-bisik dulu dengan anggota keluarga lainnya.
"Sebenarnya, hal ini adalah urusan intern keluarga kami. Tapi karena anda menanyakannya, maka yang bisa
saya sampaikan adalah Tulang dari bayi ini semuanya sedang berkumpul di Medan karena ada acara
keluarga yang tidak bisa ditinggalkan."
"Siapa yang bisa minum 15 gelas tuak sekaligus, saya kasih uang 500 dollar", katanya sambil meletakkan
uang yang dimaksud.
Semua pengunjung terdiam, tak ada yang berani melayani tantangan itu. Bahkan si Tigor yang sedang
duduk di sana melangkah keluar.
30 menit kemudian Tigor terlihat kembali ke kedai itu, mendekati si bule dan bertanya, "Hei Mister! Apa
tantanganmu tadi masih berlaku?"
Segeralah dideretkan 15 gelas tuak di meja. Si Tigor langsung menenggak satu demi satu gelas tuak itu
tanpa henti, dan segera saja seluruh gelas kosong.
Si bule hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. 15 gelas tuak habis di minum semua oleh Tigor.
Diserahkannya 500 dollar itu ke tangan Tigor sambil bertanya, "Boleh saya tanya tadi waktu anda keluar,
anda pergi ke mana?"
"Aku kan tidak tolol Mister. Sebelum menerima tantangan Mister, aku pergi ke Kedai tuak sebelah, di sana
aku cobak dulu apa aku bisa..."
Sent by: e-ketawa on Nov 28th, 2007 Rating: 4.23 (22 votes)
Horas Bah !
BBM naik, hidup tambah SIMANUNGKALIT
Harga2 NAEK, SAGALA PANDAPOTAN MANURUNG,
Banyak SIHOTANG
Hidup bagaikan mendaki TOBING
Tak ada lagi HARAHAP
Kepala pusing sampai SIBUTAR BUTAR
Rambut rontok dan nyaris POLTAK
Jumlah rakyat miskin sudah PANGARIBUAN
Anak-anak menangis MARPAUNG-PAUNG
Otak sudah SITOMPUL
Tapi kita masih dimintasabar SITORUS
Jangan putus HARAHAPkatanya
Mintalah PARLINDUNGAN,
supaya BONAR-BONAR selamat ...
BUTET dah... !!
Sent by: e-ketawa on Apr 27th, 2005 Rating: 3.33 (285 votes)
Pada jaman dahulu kala, hiduplah serorang pendekar wanita, Butet namanya. Sebelum lulus dari
Pandapotan silat, ia harus menempuh ujian Nasution. Agar bisa berkonsentrasi, dia memutuskan untuk
menyepi ke gunung dan berlatih.
Saat di perjalanan, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu setempat.
Beberapa pemuda tanggung yang lagi nonton sabung ayam sambil Toruan, langsung Hutasoit-soit melihat
Butet yang seksi dan Hotma itu. Tapi Butet tidak peduli, dia jalan Sitorus memasuki rumah makan tanpa
menanggapi, meskipun sebagai perempuan yang ramah tapi ia tak gampang Hutagaol dengan sembarang
orang.
Naibaho ikan gurame yang dibakar Sitanggang dengan Batubara membutanya semakin berselera. Apalagi
diberi sambal terasi dan Nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut, Butet melanjutkan perjalanan.
Ternyata jalan ke sana berbukit-bukit. Kadang Nainggolan, kadang Manurung. Di tepi jalan dilihatnya
banyak Pohan, kebanyakan Pohan Tanjung. Beberapa diantaranya ada yang Simatupang diterjang badai
semalam.
Begitu sampai di atas gunung, Butet berujar "Wow, Siregar sekali hawanya"
katanya, berbeda dengan kampungnya yang Pangabean. Hembusan Perangin-angin pun sepoi-sepoi
menyejukkan, sambil diiringi Riama musik dari mulutnya. Sejauh Simarmata memandang warna hijau
semuanya.
Tidak ada tanah yang Girsang, semuanya Singarimbun. Tampak di seberang, lautan ikan Lumban-lumban.
Terbawa suasana, mulanya Butet ingin berenang. Tetapi yang diketemukannya hanyalah bekas kolam
Siringo-ringo yang akan di Hutahuruk dengan Tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-
jalan di pinggir hutan saja, yang suasananya asri, meskipun nggak ada Tiurma memlambai kayak di pantai.
Sedang asik-asiknya memnikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh ular yang sangat besar.
"Sinaga!" teriaknya ketakutan sambil lari Sitanggang-langgang. Celakanya, dia malah terpeleset dari
Tobing sehingga bibirnya Sihombing. Karuan Butet menangis Marpaung-paung lantaran kesakitan. Tetapi
dia lantas ingat, bahwa sebagai pendekar pantang untuk menangis. Dia harus Togar. Maka, dengan
menguat-nguatkan diri, dia pergi ke tabib setempat untuk melakukan pengobatan.
Tabib tergopohg-gopoh Simangunsong di pintu untuk menolongnya. Tabib bilang, bibirnya harus di-
Panjaitan.
Malamnya, ketika sedang asik-asiknya berlatih sambil makan kue Lubis kegemarannya, sayup-sayup dia
mendengar lolongan Rajagukguk. Dia Bonar-bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara disemak-
semak tiba-tiba berbunyi "Poltak!" keras sekali.
"Ada Sitomorang?" tanya Butet sambil memegang tongkat seperti stik Gultom erat-erat untuk menghadapi
Sagala kemungkinan
Terdengar suara pelan, "Situmeang". "Sialan, cuma kucing." desahnya lega. Padahal dia sudah sempat
berpikir yang Silaen-laen. Selesai berlatih, Butet pun istirahat. Terkenang dia akan kisah orang tentang
Hutabarat di bawah Tobing pada jaman dulu dimana ada Simamora, gajah Purba yang berbulu lebat.
Keesok harinya, Butet kembali ke Pandapotan silatnya. Di depan ruangan ujian dia membaca tulisan:
"Harahap tenang! Ada ujian.
"Wah telat, emang udah jam Silaban sih". Maka Siboru-boru dia masuk ke ruangan sambil bernyanyi-
nyanyi. Di-Tigor-lah dia sama gurunya "Butet, kau jangan ribut!, bikin kacau konsentrasi temanmu!"
Butet, tanpa Malau-malau langsung Sijabat tangan gurunya, "Nggak Pakpahan guru, sekali-sekali?!"
Akhirnya, luluslah Butet dan menjadi orang yang disegani karena mengikuti wejengan guru Pandapotan
silatnya untuk selalu,
"Simanjuntak gentar, Sinambela yang benar!"
Sent by: e-ketawa on Apr 18th, 2005 Rating: 3.42 (477 votes)
"Bah... kau ini gimana sih dek, aku kan belum pegang apa-apa, boro-boro ke susu".
Si cewek : "?!?!?!?! bengong & bingung..."
Sent by: wonokairun on Oct 4th, 2004 Rating: 3.19 (94 votes)
Dibilang Anjing
Suatu hari seorang satpam yang berasal dari Medan sedang berjaga di depan pintu sebuah gudang, tiba-tiba
datang seseorang dan langsung kencing di dekat pintu tersebut. Melihat hal tersebut si Satpam langsung
naik pitam dan membentak orang tersebut, Satpam : "Hei, anjing!!!" (dengan logat batak yang kental)
"siapa yang suruh kau kencing di situ."
Seseorang : "Apa kau bilang? kau bilang aku anjing?"
Satpam : "Eh! untung kau kubilang anjing, kalau kau kubilang tai, habislah kau dimakan anjing."
Seseorang : "?????"
Sent by: Toncesette on Jan 4th, 2003 Rating: 3.43 (7 votes)
Paijo Situmorang
Selesai urusan diluar negeri, Paijo kembali ke tanah air ...
Di pesawat Paijo kebetulan bersebelahan dengan ceweq Indonesia "kebetulan
nich, ada temen ngobrol yg ngerti bahasa gue!", kata Paijo dalam hati
Tapi setengah perjalanan ntu ceweq kerjaannya baca buku melulu. bingung cari kata-kata, Paijo membuka
percakapan.
Pajio: "Baca terus mbak ... mau ujian ?"
Ceweq: "Bukan mas ... lagi penelitian ..."
Paijo: "Memang mbak mahasiswa apa ?"
Ceweq: "Psikologi Sex, biar bisa gantiin dr.Boyke .. ha haa ..."
Paijo: "Kalo boleh tahu, penelitiannya tentang apa mbak ?"
Ceweq: "bentuk alat vital berbagai suku daerah di Indonesia"
Paijo: "waah .. gimana tuch hasil penelitiannya ?"
Ceweq: "Menurut pengamatan sementara, orang Bali bentuknya paling bagus"
Paijo: "Kenapa ?"
Ceweq: "yaa .. karena orang Bali khan pintar ukir-ukiran"
("hmm .. masuk akal juga", kata Paijo dalam hati)
Paijo: "Kalo yang besar ?"
Ceweq: "Yang besar itu orang-orang Batak !"
(waah .. Paijo semakin antusias saja)
Paijo: "hmm ... kalo yang panjang suku apa ?"
Ceweq: "Suku Sunda .. soalnya kebiasaan pake sarung!"
Paijo: "ooh ... eh, ngomong-ngomong belum kenalan kita ya ?!"
Ceweq: "o iya ... saya Rini ... mas namanya siapa ?"
Paijo: "nama saya ... ANAK AGUNG CECEP SITUMORANG !!!"
Sent by: Ardi on Dec 11th, 2002 Rating: 3.15 (65 votes)
Mereka kemudian berhenti di depan dua buah pintu perak yg bisa buka-tutup sendiri. Si anak kemudian
bertanya kepada bapaknya dgn logat Batak
Mereka melihat lampu-lampu dengan angka-angka menyala-nyala mulai dari yg paling kiri ke yg paling
kanan dan kemudian balik lagi ke yang paling kiri.
Kedua pintu perak itu kemudian terbuka, dan keluarlah seorang wanita cantik dan sexy dari sebuah ruangan
di dalam kedua pintu itu.
Sinaga
Di sebuah bus jurusan Medan yang berasal dari Solo terdapat 2 orang yang berlainan suku, yaitu orang
Batak dan orang Jawa. Semasa dalam perjalanan mereka berdua saling membanggakan daerah mereka
masing-masing. Si Jawa membanggakan daerahnya seperti: banyaknya candi di jawa tengah yang sangat
terkenal.
Begitupun si Medan yang membanggakan Danau Toba yang insah dan sangat terkenal pula. Tidak terasa
bahwa bus yang mereka naiki akhirnya tiba di terminal bus Medan,tetapi mereka berdua masih saja
berdebat. Akhirnya dengan berat hati mereka turun dari bus.
Begitu menjajakkan kakinya ketanah si jawa merasa kurang enak apabila mereka belum bisa cocok
akhirnya ia minta maaf dengan keangkuhannya tadi dan si Medanpun tidak keberatan. Si Medan berkata
"Ngomong-ngomong dari Solo sampai ke Medan kita belum tahu nama masing-masing".
"Oh iya benar juga", kata si Jawa.
Dan merekapun berjabat tangan dan yang mulai menyebutkan namanya yaitu si Medan dengan agak keras
si Medan menyebutkan namanya "Sinaga".
Mendengar kata itu si Jawa merasa kaget dan dalam hati Ia berkata 'Udah turun masih sombong juga' maka
Ia menyebutkan namanya "Embahe Ulo (embahnya Ular)".
Ternyata si Jawa mengira nama sinaga adalah dibuat-buat maka ia membalas dengan mengatakan namanya
embahnya ular agar setaraf dengan nama "NAGA".
Sent by: Agus F on Oct 15th, 2002 Rating: 3.09 (22 votes)
Beberapa lelaki lain duduk sejajar dengannya, yaitu lelaki Jawa asli, Arab dan Amerika.
Pada jam makan siang, Pramugari menghidangkan makanan pada semua penumpang. Setelah selesai
makan lelaki Batak ini memperhatikan lelaki lain yang duduk sejajar dengannya.
Pertama sekali dia lihat si orang Amerika mengeluarkan selembar uang 100 dollar Amerika, membersihkan
mulut dan tangannya dengan uang itu... kemudian dibuang...
Si orang Batak terkejut... "Bahh... kok kau buang uang 100 dollar mu itu???"
Dengan tenangnya si Amerika menjawab (setelah diterjemahkan..) "Ah, tenang saja Amerika kan kaya,
masih banyak dollar!!"
Seterusnya dia lihat si orang Arab, selesai makan mengeluarkan sebotol minyak wangi yang (pasti) mahal...
menyemprotkannya ke tangan dan dada...dan dibuang...
Si orang Batak terkejut lagi...
"Bahh... kok kau buang minyak wangi mu itu? Kan masih banyak isinya??"
Dengan tenang si Arab menjawab (juga setelah diterjemahkan..)
"Ah, tenang saja, kan Arab kaya, masih banyak minyak di sana!"...
Busyet, si orang Batak terkejut setengah mati. Akhirnya dia ambil lelaki Jawa disebelahnya dia lempar
keluar pesawat. Kali ini lelaki Amerika dan
Arab yang terkejut...
"Kenapa kamu lempar dia??"
Setahun kemudian atas sponsor perusahaan Ucok mendapat tugas belajar di Negeri Sakura.
Sepulang dari Jepang, Ucok mengambil cuti bermaksud menemui orangtuanya di kampung. Si bapak
sangat berbangga hati, Ucok putranya, telah menjadi 'orang'. Oleh si bapak semua keluarga dekat diundang
untuk makan malam bersama; ingin memperlihatkan rasa "besar hatinya' pada semua sanak keluarga.
Sambil makan si bapak bertanya pada Ucok sekalian ingin memberitau pada sanak keluarga atas
keberhasilannya menyekolahkan Ucok. Si bapak bertanya dengan logat Bataknya yang khas.
Bpk. :"Ucok, selama ini kau sekolah dan sekarang sudah menjadi insinyur dan telah pula pergi ke negeri
Zepaang, coba kau ceritakan pada kami-kami ini apa-apa sazzaa yang kau lihat di Zepang itu, biar kami
tau..".
Ucok :"Ach bapak ini. Banyaklah yang ku liat.. Negeri Zepang itu mazzuu sekali pak, tidak seperti negeri
kita ini..".
Bpk. :"Mazzuu bagaimana Ucok, cobalah kau ceritakan biar kami tau..".
Ucok :"Di Zeppang itu pak.. kapas kita masukkan keluar kain, besi kita masukkan keluar mobil".
Bpk. : (karena Ucok tidak bercerita tentang keberhasilannya agar si bapak merasa bangga di depan mata
orang ramai, dengan nada kesal si bapak berucap): "Mazzam-mazzam saja kau ini Ucok!, bukan itu yang
aku maksudkan. Kalau soal masuk-memasukkan itu, sudah lamanya aku tau.. Kumasukkan ini (?-red)
keluar kau...!."
Sent by: eKetawa on Sep 16th, 2002 Rating: 3.15 (13 votes)
Lanjutan TOMAS Vs Tobing
Ternyata si batak ini memang galak dan beringas. Jotosan barangnyapun memang aduhai. Ini mebuat
perempuan Solo tadi semakin ketagihan. Dengan logat Jawanya yang medok si perempuan nagih ke
Tomas..maleh mas (lagi mas)...maleh mas. Apa?? geram si Tomas. "Maleh mas.. maleh mas... maleh mas.."
ulang si perempuan tambah keenakan.. Tapi.. dasar si Tomas yang nggak pernah ngerti bahasa Jawa malah
menjawab dengan penuh emosi.. Lemas..! Lemas.. kau bilang? Apa lemas-lemas! Ini lihat ..(sambil
menunjuk ke barangnya).. Buka matamu.. Tidak kau lihat ini tegak seperti monas???
Sent by: mhz-Pittsburgh on Aug 30th, 2002 Rating: 3.22 (77 votes)
Tomas vs Tobing
Ada seorang Batak bermarga Tobing, dapat tugas dua minggu ke Jakarta. Pada dasarnya si Batak ini orang
baik, no alcohol, no drugs, no womanizing, pokoknya NO untuk yang negatif-negatif. Teman-temannya
sering mengajak si Batak ini untuk looking for good place and good time (pinjam istilah populer supir-supir
taksi di Manila), tapi dia tidak pernah mau. Namun , setelah seminggu di Jakarta dan tidak pernah ketemu
sang istri tercinta akhirnya dia berhasil diajak teman-temannya ke salah satu RLD (red light district) di
Jakarta.
Di tempat tersebut dia mendapat partner mojang Solo yang lembut dan cantik, dasar Batak yang suka
sradak-sruduk, dalam ‘making love’ juga sradak-sruduk. Awalnya si cewek berusaha memberikan sevice
yang terbaik, namun lama-lama karena merasa risih, si cewek bilang dengan lembut, pelan-pelan toh mas.
Tapi si Batak tidak perduli dan tetap aja sradak-sruduk, si cewek bilang lagi pelan-pelan toh mas, sampai
beberapa kali. Akhirnya si Batak menyahut (dengan aksen Batak tentunya) ... Tomas lagi ... Tomas lagi kau
bilang, aku bukan Tomas (toh mas) ..... Tobing-nya aku. Si Batak terus menuaikan tugasnya ..... tetap saja
sradak-sruduk.
Sent by: eKetawa on Aug 29th, 2002 Rating: 3.21 (73 votes)
Kesusu
Tersebutlah cerita, si supir truk berpelat nomor BB itu berkenalan dengan seorang gadis
Solo, tetangga si pedagang cendol. Hari pertama berkenalan, si supir sudah
memberanikan diri mengajak si gadis kencan mengunjungi pasar malam.
“Ojo kesusu lho, Mas?!” kata si gadis dengan tersipu-sipu malu dan wajah merah padam.
“Akh,” kata si supir, “Pinggangnya yang kupegang….susu kata kau…”
Walau pun pengetahuan Bahasa Inggerisnya sangat pas-pasan, tapi Purnama gadis Batak
yang hitam manis itu nekad juga menjalin
hubungan dengan George Wallace, turis “backpacker” asal Australia yang ramai datang
ke Parapat itu.
Dari sekedar pandang-pandangan dari jauh, hubungan mereka berlanjut ke taraf jalan-
jalan berduaan.
Suatu hari si turis Australia mengajak Purnama untuk menonton filem di bioskop. Tapi
sayang, kebetulan hari itu gadis tersebut
sedang “tak enak badan” karena flu. Ia tidak tahu apa kata Bahasa Inggeris yang paling
tepat untuk “tak enak badan”. Tapi dasar nekad, ia beranikan juga menolak ajakan itu
dalam Bahasa Inggeris yang “mantap’: “Oh, not today, dear. Today my body is not so
delicious….”
Come to You…Come to Me
Tersebutlah cerita, akhirnya Purnama jadi juga dipersunting oleh George Wallace dan
diboyong ke Melbourne.
Sebagai perempuan Batak yang tegar dan penuh semangat, ada-ada saja hal di rumah
yang dikerjakannya. Suatu hari, ada pagar yang rusak dan ia membutuhkan gergaji untuk
memperbaikinya. Ia tidak tahu apa kata Bahasa Inggeris untuk gergaji. Namun
diberanikannya juga dirinya pergi ke “hardware store” dan berkata kepada si penjaga
toko: “Mister, do you have….come to you…come to me….come to you….come to
me….” sambil memperagakan kedua tangannya dalam gerakan menggergaji[']
Lagi
Pada jaman dahulu kala, hiduplah serorang pendekar wanita, Butet namanya. Sebelum
lulus dari Pandapotan silat, ia harus menempuh ujian Nasution. Agar bisa berkonsentrasi,
dia memutuskan untuk menyepi ke gunung dan berlatih.
Saat di perjalanan, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu
setempat.
Beberapa pemuda tanggung yang lagi nonton sabung ayam sambil Toruan, langsung
Hutasoit-soit melihat Butet yang seksi dan Hotma itu. Tapi Butet tidak peduli, dia jalan
Sitorus memasuki rumah makan tanpa menanggapi, meskipun sebagai perempuan yang
ramah tapi ia tak gampang Hutagaol dengan sembarang orang.
Naibaho ikan gurame yang dibakar Sitanggang dengan Batubara membutanya semakin
berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan Nababan yang hijau segar. Setelah mengisi
perut, Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan ke sana berbukit-bukit. Kadang
Nainggolan, kadang Manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak Pohan, kebanyakan
Pohan Tanjung. Beberapa diantaranya ada yang Simatupang diterjang badai semalam.
Begitu sampai di atas gunung, Butet berujar "Wow, Siregar sekali hawanya"
katanya, berbeda dengan kampungnya yang Pangabean. Hembusan Perangin-angin pun
sepoi-sepoi menyejukkan, sambil diiringi Riama musik dari mulutnya. Sejauh Simarmata
memandang warna hijau semuanya.
Tidak ada tanah yang Girsang, semuanya Singarimbun. Tampak di seberang, lautan ikan
Lumban-lumban. Terbawa suasana, mulanya Butet ingin berenang. Tetapi yang
diketemukannya hanyalah bekas kolam Siringo-ringo yang akan di Hutahuruk dengan
Tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir hutan saja,
yang suasananya asri, meskipun nggak ada Tiurma melambai kayak di pantai.
Sedang asik-asiknya memnikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh ular yang
sangat besar. "Sinaga!" teriaknya ketakutan sambil lari Sitanggang-langgang. Celakanya,
dia malah terpeleset dari Tobing sehingga bibirnya Sihombing. Karuan Butet menangis
Marpaung-paung lantaran kesakitan. Tetapi dia lantas ingat, bahwa sebagai pendekar
pantang untuk menangis. Dia harus Togar. Maka, dengan menguat-nguatkan diri, dia
pergi ke tabib setempat untuk melakukan pengobatan.
Malamnya, ketika sedang asik-asiknya berlatih sambil makan kue Lubis kegemarannya,
sayup-sayup dia mendengar lolongan Rajagukguk. Dia Bonar-bonar ketakutan. Apalagi
ketika mendengar suara disemak-semak tiba-tiba berbunyi "Poltak!" keras sekali.
"Ada Sitomorang?" tanya Butet sambil memegang tongkat seperti stik Gultom erat-erat
untuk menghadapi Sagala kemungkinan
Terdengar suara pelan, "Situmeang". "Sialan, cuma kucing." desahnya lega. Padahal dia
sudah sempat berpikir yang Silaen-laen. Selesai berlatih, Butet pun istirahat. Terkenang
dia akan kisah orang tentang Hutabarat di bawah Tobing pada jaman dulu dimana ada
Simamora, gajah Purba yang berbulu lebat. Keesok harinya, Butet kembali ke
Pandapotan silatnya. Di depan ruangan ujian dia membaca tulisan: "Harahap tenang! Ada
ujian.
"Wah telat, emang udah jam Silaban sih". Maka Siboru-boru dia masuk ke ruangan
sambil bernyanyi-nyanyi. Di-Tigor-lah dia sama gurunya "Butet, kau jangan ribut!, bikin
kacau konsentrasi temanmu!"
Butet, tanpa Malau-malau langsung Sijabat tangan gurunya, "Nggak Pakpahan guru,
sekali-sekali?!"
Akhirnya, luluslah Butet dan menjadi orang yang disegani karena mengikuti wejengan
guru Pandapotan silatnya untuk selalu,
"Simanjuntak gentar, Sinambela yang benar!"
Ada keluarga Batak sedang ke Jakarta. Sang ibu berkata, "Nak ... pergilah sana ke rumah
tulang-mu yang di jl. belimbing no. 2, biar Mama di rumah saja."
Akhirnya sang anak pergi ke jl. belimbing. Tetapi sesampainya di sana san anak lupa
mencatat nomor rumahnya. Akhirnya dia menelepon ibunya, "Mak ... saya sudah di jalan
Belimbing tapi saya lupa nomor rumahnya."
Kata Sang ibu, "Kalau nomor rumah tinggal cari saja di depan pagar tiap rumah biasanya
ada namanya, cari saja namanya, "Mohon Simanjuntak".
Sang anak menjawab, "Tidak ada mak yang namanya itu, adanya "MOHON JANGAN
PARKIR DIDEPAN PINTU"