Tesis Analisis Keadaan Nyata Ruang Operasi Rs. FL Tobing Sibolga 2020
Tesis Analisis Keadaan Nyata Ruang Operasi Rs. FL Tobing Sibolga 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (1), kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara
pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
Penampilan fisik suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat penting bagi
yang indah, fungsional, efisien, dan bersih akan memberikan kesan yang positif bagi
seluruh pengguna rumah sakit, terutama pasien dan pengunjung rumah sakit, dimana
pada dasarnya akan berhubungan langsung dengan kualitas pelayanan medik yang
yang tinggi kepada pengguna fasilitas pelayanan di rumah sakit, sehingga akan
pelayanan rumah sakit yang dianggap terpenting adalah Intensive Care Unit (ICU)
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 10 ayat (2) menyebutkan
bahwa persyaratan minimal bangunan rumah sakit diantaranya adalah harus memiliki
Ruang operasi adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan
fisiologis yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu
organ ataupun mempengaruhi organ lainnya, sehingga merupakan keadaan kritis yang
menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan ruang operasi oleh
dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari
ruang operasi, sehingga dapat dikatakan kualitas pelayanan ruang operasi merupakan
salah satu ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan dari sebuah rumah sakit.
Oleh karena itu, pelayanan ruang operasi merupakan suatu unit integral dalam suatu
3
rumah sakit dimana pasien yang pernah dirawat di ruang operasi akan menjadikan hal
tersebut sebagai pengalaman besar baginya dan nantinya akan untuk memberikan
gambaran tentang bagaimana kualitas pelayanan yang ada di rumah sakit itu
sebenarnya (6).
perlengkapan elektrikal dan mekanikal serta jenis perabotan dan jumlah. Kualitas
Ada dua faktor penting, yaitu manusia sebagai pengguna dan bangunan beserta
manusia (7).
penatalaksanaan pasien, hal ini merupakan bagian dari perannya dalam pelayanan
kepada pasien. Penunjang dalam pemberian pelayanan pasien ruang operasi adalah
fasilitas dan kualitas dari gedung bangunan ruang operasi itu sendiri. Banyak rumah
sakit yang mengupayakan penampilan fisiknya sebagai salah satu unsur dalam
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) F.L Tobing Kota Sibolga merupakan
rumah sakit milik Pemerintahan Daerah Kota Sibolga kelas B dengan kapasitas
tempat tidur 160 buah. Lokasi RSUD Kota Sibolga terletak di Jalan Dr. F.L. Tobing,
Nomor 35, Sibolga, dengan luas area 2 Ha. Pemakaian gedung RSUD F.L Tobing
Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing dibangun pada tahun 2006, dimana standar
4
yang digunakan untuk konstruksi ruang operasi pada saat itu adalah menurut
Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi ini, dimaksudkan sebagai acuan teknis
penyediaan fasilitas fisik bangunan dan utilitasnya agar rumah sakit dapat
Selain itu, Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi bertujuan
kesehatan, sehingga bangunan ruang operasi yang akan dibuat memenuhi standar
bangunan lainnya serta tidak berakibat buruk bagi keduanya. Selanjutnya dengan
Ruang operasi RSUD F.L. Tobing terletak di lantai 1 dan memiliki akses yang
mudah untuk ditemukan. ruang operasi RSUD F.L. Tobing terpisah dari bangunan
utama dan memiliki bangunan tersendiri. ruang operasi RSUD F.L Tobing hanya
memiliki 1 lantai ruang operasi berada 1 bangunan dengan CSSD. Saat ini ruang
anastesi, dan 5 Orang bagian CSSD. Saat ini, RSUD F.L. Tobing Sibolga mulai
berkembang dan menjadi salah satu rumah sakit rujukan. Sebelumnya, Rumah Sakit
5
ini pernah melakukan evaluasi pasca huni pada ruang operasi namun belum
maksimal.
Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing terdiri dari Ruang Registrasi dan Transfer
Pasien, Ruang Induksi dan Premedikasi sebagai tempat berkas administrasi dan
tempat linen bersih, Scrub Station, Ruang Recovery, Ruang Resusitasi Bayi, Central
memiliki fungsi yang berbeda. Kamar Operasi 1 digunakan untuk kasus bedah,
Kamar Operasi 2 digunakan untuk kasus Mata dan THT, Kamar Operasi 3 dan 4
digunakan untuk kasus Obstetri dan Ginekologi. Setiap kamar operasi memiliki luas
pasien yang membutuhkan ruang operasi RS F.L. Tobing Sibolga tidak sebanding
dengan jumlah tempat tidur pasien yang sudah tersedia di ruang operasi RS F.L.
Tobing Sibolga. Jumlah tempat tidur yang digunakan hanya berjumlah 3 tempat tidur,
padahal ruang operasi Rumah Sakit F.L. Tobing Sibolga memiliki 9 tempat tidur.
Dalam jangka waktu 3 bulan terhitung dari 1 Agustus 2018 sampai 29 September
2018 tercatat 72 orang pasien yang dirawat di ruang operasi Rumah Sakit F.L. Tobing
Sibolga. Selain itu, ventilator yang ada di ruang operasi hanya berjumlah 1 padahal
banyak pasien kritis yang masuk ke ruang operasi yang membutuhkan alat tersebut.
dengan baik. Beberapa masalah lainnya yang ditemukan di ruang operasi RSUDF.L.
Tobing Sibolgapada saat survei pendahuluan yaitu dari aspek fungsional seperti
optimal, alur masuk dan keluar pasien dan petugas serta barang-barang steril pada
satu pintu yang sama, hal ini mengkibatkan risiko terjadinya infeksi silang dan
mengganggu kenyamanan pasien dan petugas, dan adanya kendala hubungan atau
Unit (ICU) memiliki jarak yang jauh dari ruang operasi, hal ini memungkinkan
ruangan belum tegas. Selain itu, aspek-aspek yang tidak diterapkan sesuai standar
yang dapat ditemukan antara lain pencahayaan yang kurang, keselamatan dari bahaya
kebakaran belum berfungsi dengan baik, dan sistem elektrikal belum optimal,
termasuk lampu di kamar operasi ada yang tidak berfungsi dan AC yang tidak
penelitian ini.
Infeksi nosokomial itu sendiri adalah infeksi yang didapat pasien di rumah
7
sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, pada saat pasien masuk perawatan tidak
menunjukkan gejala atau tidak dalam masa inkubasi dan termasuk juga infeksi yang
didapat di rumah sakit tetapi baru timbul setelah pasien pulang perawatan dan
termasuk infeksi yang terjadi akibat kesalahan prosedur tindakan yang dilakukan oleh
petugas.
ILO (Infeksi Luka Operasi) selama 5 tahun terakhir. Hasil observasi langsung juga
menemukan ada beberapa alat pelindung diri yang tidak tersedia untuk tenaga
sanitarian dan petugas laundry alat pelindung diri yang tidak tersedia, yaitu alas kaki
khusus kamar operasi dan apron. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara mengenai
Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi Kementerian Kesehatan Tahun 2012 tentang
persyaratan teknis prasarana ruang operasi rumah sakit yang terdiri dari umum,
itu, untuk mengetahui suatu bangunan telah berfungsi dengan baik, perlu dilakukan
suatu analisa nyata terhadap fungsional, teknikal dan perilaku atau behaviour
Occupancy Evaluation (POE) adalah suatu analisa atau kajian terhadap performansi
bangunan fisik dari aspek fungsional, aspek teknikal dan aspek perilaku atau
behaviour dengan cara yang sistematik setelah fasilitas tersebut dibangun dan dihuni
dalam suatu kurun waktu tertentu. Tujuan dari EPH rumah sakit adalah untuk
fisik di rumah sakit dengan kriteria performansi standar fasilitas kesehatan yang
berlaku. EPH memiliki tujuan menganalisis sarana dan prasarana fisik yang kualitas
sarana, prasarana fisik rumah sakit dalam kaitannya meningkatkan fungsi dan mutu
lebih dalam mengenai masalah-masalah yang ada di ruang operasi RS F.L. Tobing
Sibolga ini terkait dengan kesesuaian performansi fisik ruang operasi RS F.L. Tobing
Sibolga terhadap standar Depertemen Kesehatan RI Tahun 2012 melalui suatu studi
“Analisis Keadaan Nyata Ruang Operasi RS F.L. Tobing Sibolga Tahun 2019”.
sebagai berikut: Bagaimana gambaran analisis keadaan nyata ruang operasi RSUDF.
Untuk menganalisis keadaan nyata ruang operasi RSUD F.L. Tobing Sibolga.
pelayanan, zoning, finishing interior, pencahayaan, tata udara, kebisingan, air bersih
dan sanitasi, elektrikal dan keselamatan kebakaran,) ruang operasi RSUD F.L. Tobing
rumah sakit.
10
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
(15).
15
(17).
Rumah sakit merupakan sebuah pusat jasa kesehatan yang berkewajiban untuk
rawatan inap dan jalan. Adapun tugas sebuah Rumah Sakit berdasarkan UU Nomor
secara harmonis dan terpadu dengan upaya preventif. Rumah sakit swasta merupakan
19
tempat pelayanan kesehatan yang dibangun oleh badan swasta tanpa ada campur
1. Kelas A
Rumah sakit yang dapat melaksanakan jasa medis tingkat spesialis maupun
2. Kelas B
Rumah sakit yang dapat melakukan jasa medis tingkat spesialis dan
3. Kelas C
puskesmas.
4. Kelas D
Rumah Sakit yang mempunyai sifat antara dengan kemampuan yang hanya
5. Kelas E
Ruang operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
akut, yang membutuhkan kondisi streril dan kondisi khusus lainnya (24). Lokasi
terbaik untuk ruang operasi adalah tempat dimana terdapat kenyaman dan tidak sulit
untuk dijangkau dalam penempatan alur pasien. ruang operasi sebaiknya memiliki
akses sendiri baik dalam menerima pasien maupun mengantarkan pasien seperti
koridor khusus yang tidak dibuka untuk umum. Lokasi ruang operasi harus strategis
dari beberapa ruangan atau instalasi yang terdapat di rumah sakit antara lain instalansi
Ruang operasi memiliki tiga pembagian area. Area pertama adalah area non
konfrensi, area persiapan pasien, ruang istirahat dokter, ruang ganti pakaian. Area
kedua adalah area semi steril yang meliputi, ruang pemulihan atau recovery room,
ruang penyimpanan alat dan material operasi steril, ruang penyimpanan obat-obatan,
ruang penampungan alat dan instrumen kotor, ruang penampungan linen kotor, ruang
penampungan limbah atau sampah operasi, ruang resusitasi bayi dan ruang untuk
tindakan radiologi sederhana. Area ketiga adalah area steril yang terdiri dari ruang
tindakan operasi, ruang cuci tangan atau scrub area dan ruang induksi. Pada area
Berdasarkan segi tata ruang yang tercantum pada pedoman teknis bangunan
ruang operasi yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI Tahun 2012. Secara
umum ruangan-ruangan yang ada pada bangunan ruang operasi antara lain sebagai
berikut:
a. Ruang Pendaftaran
khususnya pelayanan bedah. Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Operasi
penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien bedah dan rincian biaya
pembedahan.
Ruang ini diperuntukkan untuk keluarga atau pengantar pasien yang sedang
menunggu. Di ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah yang sesuai
c. Ruang Transfer
strecher khusus ruang operasi, untuk pasien bedah yang datang menggunakan
strecher dari ruang lain, pasien tersebut dipindahkan ke strecher khusus ruang operasi
rumah sakit, selain itu pasien juga dapat melepasakan semua perhiasan dan
22
dilakukan pekerjaan persiapan (preparation) oleh petugas ruang operasi rumah sakit
dan menunggu sebelum masuk ke kompleks ruang operasi. Apabila luasan area ruang
operasi rumah sakit tidak memungkinkan, kegiatan pada ruangan ini dapat
sebelum memasuki ruang operasi, di ruang ini petugas rumah sakit dapat
membersihkan tubuh maupun mencukur rambut bagian tubuh yang perlu dicukur,
petugas juga diwajibkan mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus ruang
operasi.
f. Ruang Induksi,
tindakan anestesi, apabila luasan area ruang operasi yang tidak memungkinkan maka
g. Ruang Operasi
dan atau pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas
23
h. Ruang Pemulihan
oleh perawat. Pasien operasi yang ditempatkan di ruang pemulihan secara terus
menerus dipantau karena efek pembiusan normal atau ringan. Daerah ini memerlukan
perawatan berkualitas tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien tentang status
pertolongan yang tepat (27). Ukuran ruang pemulihan adalah dapat menampung satu
sampai satu setengah tempat tidur setiap ruang operasi yang terdapat di kamar operasi
(28).
Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk dokter dan petugas medik
mengganti pakaian sebelum masuk ke lingkungan ruang operasi. Pada loker ini
petugas dan disediakan juga lemari/tempat menyimpan pakaian ganti dokter dan
perawat yang sudah disteril. Loker dipisah antara pria dan wanita. Loker juga
Ruang sterilisasi berlokasi terpisah dengan kamar operasi. Fungsi ruang ini
adalah untukk mensterilkan alat dan instrumen operasi, linen operasi, maupun sarung
tangan. Ruang CSSD sebaiknya berada dekat dengan kamar operasi atau jika
24
memungkinkan terdapat di kamar operasi tepatnya di area non steril, karena berfungsi
Perencanaan dan pengaturan tata letak maupun fungsi dari area terdalam
ruang operasi atau area steril juga harus diperhatikan dengan baik seperti letak dari
scrub station. Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci tangan bagi dokter ahli
bedah dan petugas medik yang akan mengikuti langsung pembedahan di dalam ruang
operasi. Scrub station sebaiknya berada disamping atau di depan ruang operasi.
Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi antar lain ; terdapat kran
siku atau kran dengkul minimal untuk dua orang, aliaran air dari setiap kran cukup,
dilengkapi dengan ultraviolet (UV) water strerilizer, dilengkapi dengan tempat cairan
Pasien, umumnya dibawa dari ruang rawat inap menuju ruang pendaftaran
untuk dicocokkan identitasnya, apakah sudah sesuai dengan data yang sebelumnya
dikirim ke ruang administrasi ruang operasi dan sudah dipelajari oleh dokter bedah
pengantar. Dari ruang pendaftaran, pasien dibawa ke ruang transfer, di ruang ini,
pasien dipindahkan dari transfer bed ke transfer bed ruang bedah menuju ruang
rambut yang akan dioperasi, atau dibersihkan bagian-bagian tubuh lain yang dianggap
perlu, Apabila, pada saat pasien selesai dibersihkan ruang operasi masih digunakan
25
untuk operasi pasien lain, pasien ditempatkan di ruang tunggu pasien yang berada di
lingkungan ruang operasi. Setelah tiba waktunya, pasien dibawa masuk ke ruang
induksi (bila ada), yang mana, pasien diperiksa kembali kondisi tubuhnya,
menyangkut tekanan darah, detak jantung, temperatur tubuh, dan sebagainya. Apabila
kondisi tubuh pasien cukup layak untuk dioperasi, pasien selanjutnya masuk ke ruang
Selesai dilakukan pembedahan, pasien yang masih dipengaruhi oleh bius dari
zat anestesi, selanjutnya dibawa ke ruang pemulihan (recovery room). Ruang ini
sering juga dinamakan ruang PACU (Post Anesthesi Care Unit). Bila dianggap perlu,
pasien bedah dapat juga langsung dibawa ke ruang perawatan intensif (ICU). Apabila
bayi yang dioperasi, setelah dioperasi bayi tersebut selanjutnya dibawa masuk ke
ruang resusisitasi neonatal (dibeberapa rumah sakit, jarang ruang resisutasi neonatal
ini berada di ruang operasi, biasanya langsung dibawa ke ruang perawatan intensif
bayi (NICU), yang berada di bagian melahirkan (Ginekologi). Apabila pasien bedah
Rumah Sakit terbagi atas 5 (lima) zona, antara lain : zona tingkat resiko rendah
(normal), zona tingkat resiko sedang (normal dengan pre filter), zona resiko tinggi
(semi steril dengan medium filter), zona resiko sangat tinggi (steril dengan prefilter,
medium filter dan hepa filter, tekanan positif), area nuklei steril (meja operasi)
26
Gambar 2.1 Pembagian Zona pada Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit
a. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran),
ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor. Zona ini mempunyai
jumlah partikel debu per m3>3.520.000 partikel dengan diameter 0,5 μm (ISO 8 -
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri
petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti
pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan zone 2.
Zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 3.520.000 partikel
dengan diameter 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan
mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000 partikel dengan
d. Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter,
Hepa Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zona ini
mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan
Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (laminair air flow)
dimana bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3
adalah 3.520 partikel dengan diameter 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO 14644-1
Fungsi utama dari sistem zona ruang operasi pada dasarnya adalah untuk
dari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi. Konsep zona
dapat menimbulkan perbedaan solusi sistem air conditioning pada setiap zona, hal ini
berarti bahwa seluruh staf dan pengunjung yang datang dari koridor kotor harus
mengikuti ketentuan pakaian dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan pada setiap
zona. Aliran bahan-bahan yang masuk dan keluar dari ruang operasi juga harus
Dengan sistem zoning ini diharapkan dapat meminimalisir risiko infeksi pada
paska bedah. Adapun kontaminasi mikrobiologi yang terjadi di ruang opersai dapat
(pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien mempunyai kelainan dari
apa yang akan dibedah, staf ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan
b. Persyaratan teknis bangunan, seperti : Denah (layout) sarana ruang operasi Jalur
yang salah dari aliran barang “bersih” dan “kotor” dan lalu lintas orang dapat
pengendalian infeksi silang yang disebabkan oleh alur sirkulasi barang “bersih”
dan “kotor” dan alur sirkulasi orang, maka harus dilengkapi dengan standar-
standar prosedur operasional. Selain itu, aliran udara langsung (melalui partikel
3. Finishing Interior
Sebagai bagian penting dari Rumah Sakit, beberapa komponen yang
Kemenkes 2012, antara lain : lomponen penutup lantai, dinding, langit-langit, pintu
ruang operasi. Lantai operasi tidak boleh dalam keadaan licin, tahan terhadap
goresan/ gesekan peralatan dan tahan terhadap api. Lantai juga harus mudah
dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan anti bakteri. Tahanan
29
listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan bertambahnya umur
pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tingkat tahanan listrik lantai
ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
lantai juga harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata. Hubungan/ pertemuan
antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi
maksimum 15 cm (32).
Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak
berjamur dan anti bakteri. Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak
cerah tetapi tidak menyilaukan mata. Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan
dinding harus tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan
juga untuk melancarkan arus aliran udara. Bahan dinding harus keras, tahan api,
kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
Apabila dinding punya sambungan, seperti panel dengan bahan melamin (merupakan
bahan anti bakteri dan tahan gores) atau insulated panelsystem maka sambungan
antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan dinding
cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan
30
pasien, tidak berjamur serta anti bakteri. memiliki lapisan penutup yang bersifat non
porosif (tidak berpori) sehingga tidak menyimpan debu. berwarna cerah, tetapi tidak
langit juga bisa dipergunakan untuk tempat pemasangan pendan bedah, dan
peralatan yang digantung tidak boleh sistem geser, kerena menyebabkan jatuhnya
Pintu masuk ruang operasi atau pintu yang menghubungkan ruang induksi dan
ruang operasi. disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat
dibuka tutup secara otomatis. Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu
dibuka dan ditutup dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak, pintu
dapat dibuka secara manual. Pintu juga tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama
kaca jendela pengintai (observation glass; double glass fixed windows). Lebar pintu
1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti bakteri & jamur dengan
warna terang. Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah
dalam dan alat penutup pintu otomatis (automatic door closer) harus dibersihkan
4. Pencahayaan
31
kamar operasi maupun lampu operasi sentral harus terdapat di dinding dalam kamar
operasi. Lampu operasi memiliki kecerahan sampai 80.000 lux. Lampu kamar
operasi harus memiliki kecerahan yang lebih di atas kecerahan lampu operasi. Hal ini
untuk mencapai suatu efek kontras antara medan operasi dan lingkungan sekitar
Efek glare adalah efek menyilaukan yang diperoleh ketika suatu cahaya
mengenai suatu benda metal atau benda yang sangat memantulkan cahaya. Efek ini
dapat dihindari dengan cara merubah design dari barang yang menimbulkan glare
maupun dengan cara menata ulang peralatan maupun instrumen yang menghasilkan
efek glare jika terkena cahaya. Lampu operasi harus memiliki batere cadangan yang
akan sangat berguna ketika terjadi mati lampu di tengah-tengah proses operasi. Dua
dan pengotrolan silau. Selain itu unsur luar yang turut mempengaruhi kenyamanan
pandangan yang harus diselesaikan secara teknis adalah wujud objek yang di
pandang, latar belakang objek, dan kondisi fisiologis mata. Pada hakikatnya, konsep
perencanaan pencahayaan adalah pengaturan efek sinar yang sesuai terangnya dan
kondisi gelap terang ruangan, yang kemudian dapat mempengaruhi kondisi psikis
meningkatkan rasa sosial dalam diri seseorang. Warna-warna hangat seperti ini dapat
diterapkan pada ruang-ruang bersama seperti ruang tunggu dan ruang lobby. Warna
juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap waktu, ukuran, berat dan
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
menimbulkan efek silau atau pantulan. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk
pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat
ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan dicapai, oleh pengguna ruang.
untuk melihat wajah pasiennya dengan jelas. Untuk mengurangi kelelahan mata
jangan sampai melebihi satu dibanding lima, disarankan satu berbanding tiga.
dengan pencahayaan tersebut sebelum masuk ke dalam daerah steril. Warna warni
5. Tata Udara
Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam ruang operasi,
tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan
letak, volume ruang, jenis peralatan, penggunaan bahan bangunan, dan kemudahan
ledakan. Kelembaban relatip yang harus dipertahankan adalah 45% sampai dengan
60%, dengan tekanan udara positif pada ruang operasi. Uap air memberikan suatu
medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan muatan listrik statik bisa
dipertahankan sekitar 190C sampai 240C. Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol
kelembaban dan temperatur, unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-
organisme yang datang melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada
dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah dengan hembusan udara dari
plenum (8 sampai 9 m2). Pada kondisi kerja dengan lampu operasi dinyalakan dan
adanya tim bedah, suplai udara dan profil hembusan udara dipilih sedemikian rupa
sehingga aliran udara tidak lewat melalui setiap sumber kontaminasi sebelum
mengalir kedalam area bedah atau diatas meja instrumen. Jika pada area penyiapan
instrumen/ peralatan steril tidak dilakukan di bawah aliran udara aliran udara ke
bawah dari langit-langit, preparasi steril dengan sistem aliran laminar kebawah harus
dibuat sendiri dalam area preparasi steril atau tempat dimana preparasi steril
dilakukan (contoh di koridor kompleks bedah). Sebaiknya dipastikan bahwa tidak ada
emisi debu dari bagian bawah langit-langit pada area preparasi dan ruang operasi ke
dalam ruangan. Langit-langit dengan bagian bawah yang rapat sebaiknya digunakan
35
khususnya di area preparasi dan ruang operasi. Penting untuk memilih perletakan
lubang ducting udara masuk dan keluar dari sistem ventilasi guna mencegah
terkontaminasinya udara buang terisap kembali jika angin meniup dalam arah
tertentu. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
SNI 03 – 6572 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain
yang berlaku.
Adanya pendingin ruangan atau air conditioner di dalam ruang operasi dapat
sebagai pendingin ruangan, air conditioner juga berfungsi sebagai pengatur sirkulasi
udara di dalam ruang operasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya ventilasi yang
memiliki suatu perhatian khusus, yaitu fungsinya sebagai penyaring udara, maka
harus diperhatikan agar udara luar tidak terbawa masuk ke dalam ruang operasi dan
penyaring udara tidak boleh digunakan terlalu lama karena penyaring udara dapat
menjadi tempat yang baik sebagai tempat berkembang biak bakteri dan penyebaran
usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara alam maupun buatan. Untuk
mendapatkan udara segar dari alam yaitu memberi bukaan (ventilancy) pada daerah
36
yang diinginkan, dan untuk udara segar buatan yaitu dengan menggunakan kias angin
operasi. Pada ruangan yang tidak memiliki horizontal laminar airflow maka penyalur
udara bersih diletakan di langit-langit dan penghisap udara berada di dekat lantai.
Pintu ruang operasi harus selalu dalam keadaan tertutup. Pintu dibuka hanya ketika
tenaga medis, peralatan, maupun pasien akan melewatinya. Konsep pengolahan dan
pengendalian udara atau penghawaan pada ruang pada hakekatnya terdiri dari tiga hal
yaitu :
a. Pengendalian kalor atau panas dan suhu serta penggunaan bahan material
bangunan seperti jenis dan tekstur bangunan, zat pelapis atau cat, orientasi
bangunan terhadap arah sinar matahari dan angin, tata hijau lingkungan
mempengaruhi seberapa besar atau seberapa kecil panas atau kalor yang
b. Pengendalian kelembaban udara yang nyaman bagi tubuh adalah sekitar 40-
70%. Salah satu strategi untuk mengendalikan kelembaban udara dalam suatu
ruangan yaitu dengan mempercepat proses penguapan. Hal ini dicapai dengan
kesehatannya diukur dengan besarnya kadar zat asam (CO2) tidak melebihi
ruangan dengan dimensi lima meter kubik per orang, udara dalam ruang harus
diganti lima kali per jam. Semakin kecil rasio ruang per orang, frekuensi
6. Kebisingan
Kebisingan dapat mengganggu kinerja tenaga medis di dalam kamar operasi.
Dengan adanya kebisingan, percakapan yang terjadi antara tenaga medis di dalam
kamar operasi bisa terganggu. Sumber kebisingan bisa dari instrumen-instrumen yang
berbahaya bagi kegiatan sehari-hari. Bising yang cukup keras di atas 70 desibel dapat
dan masalah peredaran darah. Sumber kebisingan bisa berasal dari dalam bangunan
(Interior noise/impact noise) dan kebisingan yang berasal dari luar bangunan
karena aktivitas yang terjadi di dalam bangunan itu sendiri, sedangkan airborne noise
diterima dan dapat diatasi oleh elemen interior di dalam melawan airborne noise dan
38
impact noise, elemen interior seperti dinding atau partisi pada klinik harus meredam
dalam bangunan (interior noise/impact noise), dan dari luar bangunan (exterior
dinding atau partisi di mana untuk rumah sakit paling tidak harus dapat meredam
mengatasi masalah kebisingan adalah mengolah tata letak dan perencanaan interior,
pemilihan material bangunan serta finishing dinding sedemikian rupa yang dapat
karpet, baik pada lantai maupun dinding dapat mereduksi kebisingan sampai 70
persen. Penggunaan plafon yang tepat juga dapat mereduksi kebisingan terutama dari
lantai ke lantai. Kebisingan juga dapat dihindari dengan tidak menggunakan bahan-
Ruang Operasi Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus
lainnya baik yang berada pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit maupun di luar
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit. Indeks kebisingan maksimum pada ruang
39
operasi adalah 45 dBA dengan waktu pemaparan 8 jam. Ketentuan lebih lanjut
bangunan instalasi bedah mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya. Sumber air bersih
dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang
bersih yang akan digunakan untuk cuci tangan di scrub up (scrub station), harus di
filter, dengan menggunakan 3 jenis filter : prefilter; medium filter yang menyaring air
bersih sampai dengan 5 micron; dan micro filter (fine) filter yang menyaring air
bangunan ruang operasi harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang
disyaratkan.
Instalasi pembuangan air kotor dan/atau air limbah juga harus direncanakan
jenis air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem
tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk sistem
pengolahan dan pembuangannya. Air kotor dan/atau air limbah yang berasal dari
buangan kamar bedah dan dibuang melalui slope sink atau service sink, diproses
40
terlebih dahulu sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah. Air kotor
berasal dari toilet, dapat langsung di salurkan ke instalasi pengolahan air limbah.
Sama halnya dengan sistem pembuangan kotoran dan sampah juga harus
8. Elektrikal
Sumber daya listrik pada bangunan ruang operasi, termasuk katagori “sistem
kelistrikan esensial 3”, di mana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber
daya listrik darurat untuk menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya
listrik normal. Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang
tersebut. Sambungan listrik pada outlet-outlet harus diperoleh dari sirkit-sirkit yang
terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya pengaman
lebur atau suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya semua arus listrik
pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans yang rendah dengan kontak
tusuk pasangannya. Selain itu, karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih
berat dari udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak kontak
listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan
ledakan. Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik
membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya
kebakaran. Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung singkat,
1. Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk kamar operasi. Peralatan
harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus mempunyai kapasitas
2. Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem
dan pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
mengikuti:
fasilitas kesehatan.
42
2. SNI 04 – 7018 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik darurat
dan siaga.
3. SNI 04 – 7019 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik darurat
9. Keselamatan Kebakaran
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, harus dilindungi terhadap bahaya
kebakaran, meliputi :
penjalaran api, asap dan panas, dengan demikian akan memberikan lingkungan yang
aman untuk evakuasi dan penyelamatan. Proteksi pasif meliputi elemen konstruksi
Ketahanan Api (TKA); dan kompartemenisasi yang membatasi kebakaran dan asap.
Ketentuan kompartemen api dengan periode tingkat ketahanan api (TKA), untuk
terbakar.
43
Pada sisi lain tingkat ketahanan api terhadap struktur bangunan akan
memastikan bahwa struktur stabil jika terpapar ke api, dan penghuni serta regu
bedah, monitor, mobile x ray, dan sebagainya, yang tidak diinginkan untuk disiram
air pada saat terjadinya kebakaran. Sesuai ketentuan yang berlaku, sistem springkler
otomatik, boleh tidak digunakan, asalkan seluruh dinding, lantai, langit-langit dan
Apabila kompleks ruang operasi berada menyatu dengan ruang lain di dalam
bangunan, maka kompleks ruang operasi harus dianggap sebagai satu kompartemen,
sehingga segala ketentuan yang menyangkut tingkat ketahanan api strukturnya harus
dipenuhi.
kebakaran di ruang operasi, peralatan yang terbakar harus segera disingkirkan dari
sekitar sumber oksigen dan mesin anestesi atau outlet pipa yang dimasukkan ke ruang
melakukan pemadaman kebakaran, mereka harus mengetahui secara tepat tata letak
kotak alarm kebakaran dan mampu menggunakan alat pemadam kebakaran yang
disediakan untuk itu. Alat pemadam kebakaran jenis APAR dengan isi gas netral
yang ramah lingkungan di gunakan untuk pemadaman api bila terjadi kebakaran, dan
Kerangka berpikir merupakan hasil dari kristalisasi teori, konsep dan asumsi
yang dipadukan sehingga menunjukkan kejelasan antara satu dengan lainnya serta
menunjukkan hubungan sebab akibat. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini
Kesenjangan
Persepsi
Pengguna
Rekomendasi
Adapun kerangka konsep yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional, jenis data dan analisis data
berupa data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil kuesioner performansi fisik
Sentral RSUD F.L. Tobing, yang terletak di Jalan Dr. FL Tobing, No. 35, Kota
3.3 Informan
Subjek dalam penelitian ini meliputi informan, yaitu orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang lazim digunakan
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau
48
obyek/situasi sosial yang diteliti. Informan dalam penelitian ini meliputi 3 macam :
1) Informan Utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Dalam hal ini, informan utama adalah Kepala Ruang
2) Informan Kunci (Key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
ini yang menjadi informan kunci adalah sebanyak 4 orang yaitu : dokter
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti, dimana
dengan cara menemukan informan kunci, yang kemudian akan dilanjutkan dengan
yang berhubungan dengan masalah penelitian dengan harapan dapat memberikan data
atau gambaran tentang bagaimana analisa keadaan nyata Instalasi Bedah Sentral
Rumah Sakit terbagi atas 5 (lima) zona, antara lain : zona tingkat resiko
rendah (normal), zona tingkat resiko sedang (normal dengan pre filter), zona
resiko tinggi (semi steril dengan medium filter), zona resiko sangat tinggi
(steril dengan prefilter, medium filter dan hepa filter, tekanan positif), area
ruang operasi
5. Tata Udara yaitu pengaturan aliran udara baru di dalam ruangan, dinilai
satuan °C, serta mengukur kelembaban udara yaitu kadar kandungan uap air
desibel (dB).
7. Air bersih dan sanitasi adalah pengaturan sumber air bersih dan sanitasi
50
8. Elektrikal adalah sumber daya listrik pada bangunan ruang operasi rumah
sakit.
operasi.
1. Observasi
tingkah laku yang terlibat pada jangka waktu tertentu atau suatu tahapan
pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
langsung oleh peneliti, sehingga dapat diperoleh data yang diinginkan. Observasi
2. Dokumentasi
konsep, dan pembangunan suatu teori baru. Dalam penelitian ini, teknik analisis data
reduksi data, analisis, interpretasi data, dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang
kemudian dapat ditarik kesimpulan. Berikut ini adalah teknik analisis data yang
(1) Triangulasi
data harus menggunakan berbagai sumber data yang berbeda, 2) triangulasi metode
yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau
yaitu dalam menguji keabsahan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori
dikaji, sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan
menyeluruh.
(2)Menarik Kesimpulan
peneliti, dan tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah sering
BAB IV
observasi dan pengujian dengan alat bantu yang dilakukan oleh peneliti. Pengambilan
dan pengukuran didalam instalasi ruang operasi yang kemudian didiskusikan bersama
4.1.1.1 Konsep Bangunan Fisik Instalasi Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing
merupakan rumah sakit milik Pemerintahan Daerah Kota Sibolga kelas B dengan
kapasitas tempat tidur 160 buah. Lokasi RSUD Kota Sibolga terletak di Jalan Dr.
F.L. Tobing, Nomor 35, Sibolga, dengan luas area 2 Ha. Pemakaian gedung
Gambar 4.1 Tampak depan Instalasi Bedah Sentral RSUD F.L. Tobing
Ruang operasi RSUD F.L. Tobing terletak di lantai 1 dan memiliki akses
yang mudah untuk ditemukan. ruang operasi RSUD F.L. Tobing terpisah dari
bangunan utama dan memiliki bangunan tersendiri. Saat ini ruang operasi
memiliki 26 Petugas yang terdiri dari 16 Orang perawat, 5 Orang penata anastesi,
dan 5 Orang bagian CSSD. Ruang operasi sendiri terdiri dari ruang registrasi dan
administrasi dan tempat linen bersih, scrub station, ruang recovery, ruang
resusitasi bayi, central sterile supply department (CSSD), dan 4 Kamar Operasi
Pemenuhan
Sesuai Standar
Ruangan
No Nama Ruangan Luas
Tidak (jika tidak
Ya Tidak Ya
ukuran yang ada)
1 Ruangan Administrasi 3-5 /petugas √ √
2 √
Ruangan Transfer Min. 12 √
3 √
Ruangan Tunggu 1–1,5 /orang √
4 √
Ruang Persiapan Pasien 8 /tempat tidur √
5 Ruang Monitoring √
Min. 8 √
Perawat
6 Ruang Airlock Min. 9 √ Tidak Tersedia
7 Ruang Cuci Tangan √
Min. 6 √
(Scrub Station)
8 Ruang Persiapan Alat / √
Min. 9 √
Bahan
9 Ruang Operasi Minor 36 √ Tidak Tersedia
10 Ruang Operasi Umum 42 √
Ukuran tidak sesuai
11 Ruang Operasi Mayor 50 √
12 Ruang Resusitasi 6 dan tidak
9 √
Neonatus terpakai semestinya
13 Ruang Pemulihan 8 /tempat tidur √ √
14 Gudang Steril 36 √ √
15 Ruangan Obat √ √
16 Ruang Penyimpanan
√ √
Alat Bersih / Steri
17 Ruang Sterilisasi Sesuai Kebutuhan √ √
18 Ruang Ganti Loker √ √
19 Ruang Dokter √ √
20 Gudang Kotor √ √
Berdasarkan observasi yang dapat dilihat pada tabel di atas, didapati Instalasi
Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing sudah memenuhi mayoritas dari persayaratan
pemenuhan ruang Instalasi Ruang Operasi standar rumah sakit menurut Depertemen
56
Kesehatan RI Tahun 2012. Terdapat dua ruangan yang belum dipenuhi yaitu ruang
airlock dan ruang operasi minor. Ruang neonatus belum memenuhi secara luasan dan
aspek performansi fisik di Instalasi Ruang Operasi. Aspek-aspek tersebut antara lain:
pasien dibawa dari ruang rawat inap menuju ruang pendaftaran untuk
dikirim ke ruang administrasi ruang operasi dan sudah dipelajari oleh dokter
ruang ini, pasien dipindahkan dari transfer bed ke transfer bed ruang bedah
rambut yang akan dioperasi, atau dibersihkan bagian-bagian tubuh lain yang
dianggap perlu, Apabila, pada saat pasien selesai dibersihkan ruang operasi
57
masih digunakan untuk operasi pasien lain, pasien ditempatkan di ruang tunggu
pasien yang berada di lingkungan ruang operasi. Setelah tiba waktunya, pasien
dibawa masuk ke ruang induksi (bila ada), yang mana, pasien diperiksa kembali
dan sebagainya. Apabila kondisi tubuh pasien cukup layak untuk dioperasi,
Ruang ini sering juga dinamakan ruang PACU (Post Anesthesi Care Unit). Bila
dianggap perlu, pasien bedah dapat juga langsung dibawa ke ruang perawatan
intensif (ICU). Apabila bayi yang dioperasi, setelah dioperasi bayi tersebut
sakit, jarang ruang resisutasi neonatal ini berada di ruang operasi, biasanya
aspek alur sirkulasi pelayanan dapat diketahui dari sembilan aspek yang dinilai,
Tahun 2012 hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
58
2. Zoning
F.L. Tobing. Zona 1 (ruang pendaftaran, ruang tunggu keluarga pasien, ruang
sterilisasi alat dan ruang utilitas kotor), zona 2 (ruang istirahat dokter dan
perawat, ruang pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer
dan ruang loker atau ruang ganti baju dokter dan perawat, nurse station) zona
dan anestesi), zona 4 (ruang operasi), area nuklei steril (area pembedahan
dan prasarana rumah sakit. Adapun untuk lebih jelasnya, peta ruang operasi
RSUD F.L. Tobing Sibolga dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.
60
Gambar 4.2 Sistem Zonasi Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing Sibolga
Tobing menurut aspek zoning, dapat diketahui dari lima aspek yang dinilai
Kesehatan RI Tahun 2012 hanya 1 aspek yang tidak memenuhi standar yaitu
kurangnya sekat rapat pada bangunan ruang operasi oleh sarana “air-lock” di
lokasi rumah sakit hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
61
3. Finishing Interior
pada ruang operasi memerlukan beberapa persyaratan khusus menurut Depkes 2012,
antara lain : komponen penutup lantai, dinding, langit-langit, pintu ruang operasi.
Berdasarkan hasil obervasi pada instalasi ruang operasi RSUD F.L. Tobing
terkait aspek finishing interior dapat diketahui dari lima aspek yang dinilai,
Tahun 2012. Dinding pada ruang operasi bewarna putih dan tampak sedikit
menyilaukan mata. Dinding berbahan keramik dan belum dilapisi cairan anti porosif.
Pada bagian langit - langit di ruang operasi berbahan gypsum dan belum dilapisi cat
anti porosif.
63
Pada pengamatan dapat terlihat bahwa pintu masuk dan pintu keluar di
Instalasi Ruang Operasi sudah terpisah. Masing–masing pintu terdiri atas 2 pintu
yang hanya dapat dibuka kearah dalam untuk pintu masuk dan ke arah keluar untuk
pintu keluar dengan ukuran lebar masing – masing 1,2 m sehingga untuk ukuran bed
Gambar 4.5 Pintu Ruang Operasi Gambar 4.6 Pintu Ruang Transfer
RSUD F.L. Tobing Sibolga Pasien RSUD F.L. Tobing Sibolga
64
Hasil obervasi didapati pintu terbuat dari bahan kayu/papan dan tampak
belum dilapisi cat anti porosif, hasil pengamatan juga mendapati kondisi cat pintu
yang tampak mengklupas. Hasil pengamatan di ruang operasi RSUD F.L. Tobing
Sibolga didapati bahwa pintu ruang operasi masih berjenis pintu manual biasa atau
belum berjenis pintu geser (sliding door) dengan rel di atas, yang dapat dibuka tutup
mayoritas komponen aspek finishing interior tidak memenuhi standar Depkes tahun
2012.
Selanjutnya pada lantai terlihat tidak terdapat pori–pori yang dapat sebagai
berwarna gelap dan bercorak. Sehingga pada komponen lantai disimpulkan belum
4. Pencahayaan
beberapa aspek menurut Depkes tahun 2012 yang harus diikuti antara lain seperti,
sebagainya. Hasil observasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
aspek pencahayaan dapat diketahui dari lima aspek yang dinilai, didapatkan semua
aspek sudah memenuhi standar dari Depertemen Kesehatan RI Tahun 2012. Pada
pencahayaan di ruang operasi RSUD F.L. Tobing memiliki hasil pengukuran untuk
ruang operasi 348 Lux dimana menurut standar Depkes tahun 2012 pencahayaan
minimal adalah 200 Lux. Selanjutnya pada pengukuran medan operasi didapatkan
pencahayaan 18.180 Lux dimana menurut standar Depkes tahun 2012 pencahayaan
yang dianjurkan pada rentang 10.000-20.000 Lux. Hasil ini dapat dikategorikan baik
dan dapat dirasakan oleh peneliti saat lampu operasi dan lampu ruang operasi
dinyalakan pada saat berlangsung operasi masih dalam kondisi nyaman untuk melihat
jaringan dan organ bagian yang akan dibedah oleh tenaga medis.
5. Tata Udara
Pada aspek tata udara di ruang operasi RSUD F.L. Tobing, terdapat beberapa
aspek menurut Depkes tahun 2012 yang harus diikuti antara lain seperti, temperatur
terkait aspek tata udara dapat diketahui dari lima aspek, didapatkan 3 aspek yang
memenuhi standar dan 2 aspek yang belum memenuhi standar dari Depertemen
ruang operasi dari segi kelembaban di ruang operasi terukur masih dalam batas
standar yaitu sebesar 55% (standar Depkes tahun 2012 adalah 50-60%) begitu pula
dengan suhu didalam ruang operasi menunjukkan suhu in (standar Depkes tahun 2012
Sistem ventilasi pada ruang operasi meliputi tekanan udara dalam ruang
operasi, sistem aliran udara dan sistem filterisasi. Pada pengukuran tekanan udara
dilakukan didalam ruang operasi yang kemudian dibandingkan dengan tekanan yang
berada diluar ruang operasi yakni di koridor kompleks ruang operasi yang berada
tepat didepan pintu utama steril ruang operasi untuk masuk pasien.
tekanan dari dalam ruang operasi dengan tekanan udara pada koridor. Hal ini
menunjukan bahwa tidak adanya tekanan positif atau filtrasi udara yang seharusnya
menjadi standar dalam sistem ventilasi ruang operasi untuk menjaga sterilitas didalam
ruang operasi selama digunakan maupun saat tidak digunakan. Tekanan udara
didalam ruang operasi seharusnya lebih tinggi dari ruang koridor minimal 10 mBar
Tidak adanya filtrasi di setiap zona operasi ini akan mempengaruhi distribusi
udara yang buruk sehingga didalam ruang operasi akan beresiko terjadi kontaminasi
bakteri dari luar ruang operasi dan dapat mempengaruhi kesehatan pengguna dalam
ruang operasi baik tenaga medis maupun pasien dan dapat meningkatkan SSI selama
6. Kebisingan
Pada aspek kebisingan di ruang operasi RSUD F.L. Tobing, terdapat beberapa
aspek menurut Depkes tahun 2012 yang harus diikuti antara lain seperti, indeks
berdasarkan aspek kebisingan dapat diketahui dari dua aspek, didapatkan semua
aspek tidak memenuhi standar dari Depertemen Kesehatan RI Tahun 2012. Pada hasil
pengukuran kebisingan mendapat nilai yang lebih tinggi dari nilai yang dianjurkan
yaitu 50,2 dBA, dimana hasil ini diindikasikan dapat mengganggu kenyamanan
70
Pada aspek air bersih dan sanitasi di ruang operasi RSUD F.L. Tobing,
terdapat beberapa aspek menurut Depkes tahun 2012 yang harus diikuti antara lain
seperti, tersedianya scrub station dan ketersediaan air. Hasil observasi selengkapnya
Tabel 4.8 Hasil Observasi Berdasarkan Aspek Air Bersih dan Sanitasi
berdasarkan aspek air bersih dan sanitasi dapat diketahui dari empat aspek yang
dinilai, didapatkan semua aspek tidak memenuhi standar dan belum memenuhi
standar dari Depertemen Kesehatan RI Tahun 2012. Air bersih di RSUD F.L. Tobing
berasal dari PDAM yang belum melewati proses filterisasi dan penyulingan. Pada
scrub station sendiri juga belum memenuhi syarat dari Depkes tahun 2012 karena
antara lain: tempat sampah medis padat (tajam dan non tajam), sampah medis cair
dan tempat linen bekas. Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa tempat sampah
medis sudah tertutup. Tempat sampah medis menggunakan ember yang didalamnya
8. Elektrikal
Pada aspek elektrikal di ruang operasi RSUD F.L. Tobing, terdapat aspek
yang menurut Depkes tahun 2012 harus diikuti yaitu terkait sumber daya listrik.
aspek kelistrikan dapat diketahui dari dua aspek yang dinilai, didapatkan semua
aspek sudah memenuhi standar dari Depertemen Kesehatan RI Tahun 2012. Hasil
memiliki sistem kelistrikan esensial 3 dimana sudah sesuai dengan standar yang
9. Keselamatan Kebakaran
terdapat aspek yang menurut Depkes tahun 2012 harus diikuti yaitu terkait adanya
asap detektor dan alat pemadam kebakaran. Hasil observasi selengkapnya dapat
Depertemen Kesehatan RI Tahun 2012 dimana dari dua aspek yang dinilai,
didapatkan pada aspek ruang operasi belum memiliki detektor asap pada seluruh
ruangan. Namun ruang operasi sudah memiliki alat pemadam kebakaran yang
layak digunakan. Selain itu, hasil pengamatan juga didapati ruang operasi belum
informan yang sudah ditetapkan sesuai dengan kriteria penelitian yaitu antara lain,
kepala ruang operasi, dokter spesialis bedah, perawat bedah, petugas sterilisasi,
dan bidan di instalasi ruang operasi RSUD F.L. Tobing. Sedikit berbeda dengan
pengamatan yang mengacu pada standar dari Depertemen Kesehatan tahun 2012,
wawancara dilakukan dengan berpatokan pada teori evaluasi pasca huni yang
fungsional yang juga mengarah pada aspek fisik bangunan instalasi ruang operasi.
bedah, OK 2 untuk operasi mata dan THT, OK 3 untuk operasi obgyn, dan OK 4
untuk operasi obgyn, beberapa informan mengeluhkan ukuran ruang operasi yang
dinilai kurang luas sehingga sedikit membatasi pergerakan pada saat penanganan
pasien.
dengan standar yang ditetapkan oleh manajemen. Seluruh pengguna ruang operasi
baik itu kepala ruang operasi, dokter bedah, perawat bedah, petugas anastesi dan
petugas ruang operasi lainnya mengetahui mengenai dengan baik sistem zoning
operasi yang mamemang beberapa tahun lalu pintu masuk ruang operasi masih
digunakan sebagai pintu keluar juga sehingga dalam proses operasi sering
rumah sakit beberapa waktu lalu pihak rumah sakit telah mengatasi permasalahan
pencahayaan di ruang operasi sudah sangat baik, dimana seluruh lampu yang
digunakan sudah menggunakan fitur LED dan sejak tahun 2018 pihak rumah sakit
juga sudah memfasilitasi ruang operasi dengan adanya lampu operasi yang
dalam ruang operasi meskipun pada hasil observasi didapati hasil yang tidak
sesuai dengan standar Depkes tahun 2012, Hasil berbeda didapati pada saat
dalam ruangan operasi, namun banyak informan lebih mengeluhkan ukuran ruang
operasi yang dinilai kurang luas sehingga sedikit membatasi pergerakan pada saat
penanganan pasien.
76
Pada ruang operasi memiliki sistem ventilasi yang buruk dimana terihat
tidak adanya filtrasi khusus yang seharusnya ada di setiap ruangan operasi sesuai
dengan pembagian zona, menurut kepala ruang operasi bahwa sistem ventilasi di
ruang operasi ternyata tidak tersusun dan terpasang sebagaimana mestinya, aliran
udara yang selama ini masuk keruang operasi tidak melalui HEPA Filter namun
menganggap pertukaran udara di dalam ruangan sudah cukup baik dan suhu
ruangan juga dirasa nyaman. Namun, tetap saja kondisi tersebut tidak sesuai
dengan prosedur dan rawan terjadi masalah-masalah serius. Informan lainnya juga
melakukan pengecekan rutin pada AC ruangan, dimana hal ini bisa saja
berdampak pada kondisi mesin dan kestabilan suhu ruangan operasi itu sendiri.
4.2 Pembahasan
observasi peneliti sudah memakai sistem zonasi sesuai dengan Depkes tahun 2012
yang membagi menjadi 5 area zonasi Dari hasil observasi pembagiannya antara
lain: zona 1 (ruang pendaftaran, ruang tunggu keluarga pasien, ruang sterilisasi
alat dan ruang utilitas kotor), zona 2 (ruang istirahat dokter dan perawat, ruang
pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker atau
ruang ganti baju dokter dan perawat, nurse station, ruang farmasi, zona 3 (area
anestesi), zona 4 (ruang operasi), zona 5 area nuklei steril (area pembedahan
seluruh informan, dimana ruang operasi RSUD F.L. Tobing Sibolga sudah
wawancara juga mendapati bahwa seluruh pengguna ruang operasi baik itu kepala
ruang operasi, dokter bedah, perawat bedah, petugas anastesi dan petugas ruang
operasi lainnya mengetahui mengenai dengan baik sistem zoning sesuai dengan
tupoksinya masing-masing.
Pada pembagian sistem zonasi menurut Depkes tahun 2012 yang menjadi
ruangan. Zona 3 merupakan ruang semi steril yang menggunakan medium filter
menggunakan pre filter, medium filter kemudian HEPA Filter dan area zonasi 5
yang dijaga dengan sistem aliran udara laminar yang berasal dari diffuser di
langit–langit. Pada prinsip pembagian zonasi selain dari perbedaan dari sistem
ventilasi adalah dari arus lalu lintas jalur bersih dan jalur kotor untuk akses masuk
pasien, ruang sterilisasi alat dan ruang utilitas kotor pada sistem ventilasinya
78
banyak menggunakan ventilasi alami dan sistem pendingin ruang lokal dengan
tanpa filter udara. Pada area ini adalah ruangan kondisi normal tidak perlu ada
kondisi yang khusus dalam sistem ventilasinya. Pada observasi dari segi kategori
kemudian dari kategori kemudahan memiliki nilai yang baik terutama karena
luasan yang terdapat dari hasil pengukuran sudah sangat memadai sehingga
kondisinya bebas tabrakan dan lega. Pada observasi segi kenyamanan dan
kesehatan memiliki nilai cukup, terutama pada area utilitas kotor yang memiliki
sistem sirkulasi udara yang belum nyaman dan memiliki tingkat penghawaan yang
belum cukup untuk melakukan pekerjaan dalam waktu yang lama dan lebih dari
Pada area zona 2 seperti: ruang istirahat dokter dan perawat, ruang pantri
petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker atau ruang
ganti baju dokter dan perawat, nurse station dan ruang farmasi. Pada hasil
observasi, daerah ini merupakan area yang tertutup dari sirkulasi luar (alami) dan
merupakan area dengan steril sedang, dimana kondisi ruang normal namun belum
menggunakan pre filter pada pendingin ruangan. Pada instalasi ruang operasi area
zonasi 2 hanya ruangan loker petugas, hasil pengaamatan juga mendapati pada
zona ini belum memiliki ruang pantry. Observasi dari segi kategori keselamatan
pada zona 2 dinilai masih memiliki kekurangan, kemudian dari segi kemudahan di
zona 2 memiliki hasil penilaian cukup dan dari segi kenyamanan dan kesehatan
adanya medium filter pada sirkulasi udara dan pendingin udara. Area zona 3
antara lain: area scrub up, ruang pemulihan, ruang penyimpanan perlengkapan
bedah dan anestesi, koridor ruang operasi. Pada zona 3 dari hasil observasi
dengan tanpa medium filter atau dengan kata lain masih menggunakan AC biasa.
Hasil observasi pada area koridor, scrub up, dan ruang penyimpanan alat steril
juga didapati tidak menggunakan medium filter pada sirkulasinya. Sehingga tidak
terdapat perbedaan dengan ventilasi yang berada di zona 2 seperti ruang nurse
station dan ruang persiapan pasien. Pada hasil observasi dari segi keselamatan
menggunakan pre filter, medium filter dan HEPA Filter pada sistem ventilasi.
Zona 4 merupakan ruangan operasi. RSUD F.L. Tobing Sibolga memiliki 4 ruang
operasi antara lain: 1 ruang operasi minor, 1 ruang operasi mayor dan 2 ruang
Pada hasil wawancara dengan kepala ruang operasi RSUD F.L. Tobing
Sibolga didapatkan informasi bahwa di ruang operasi saat ini sistem sirkulasi atau
ventilasi udara yang masuk kedalam ruang operasi tidak melalui tahap – tahap
yang seharusnya. Udara yang masuk kedalam ruang operasi tanpa melalui
filterisasi 3 tahap. Hal ini diakui memang tidak sesuai dengan standar yang di
tetapkan Depertemen Kesehatan tahun 2012. Pada zona 5 atau area nukleasi
dimana merupakan area tempat melakukan prosedur operasi atau meja operasi
80
tempat pasien dilakukan pembedahan. Pada area ini menurut standar harus
memiliki aliran udara laminar, namun dari hasil pengukuran didapati hasil yang
langit–langit, dan pintu. Pada komponen lantai sudah berbahan vinil yang
kemudian pertemuan antara dinding dan lantai sudah memakai plint melengkung
setinggi 15 cm. Pada lantai juga tidak terdapat pori–pori yang dapat sebagai
permanen yaitu keramik yang mudah dibersihkan dan tidak terdapatnya pori-pori
pada setiap dinding, namun dinding tidak dilapisi dengan anti porosif, dimana
dengan pelindung anti porosif. Untuk pertemuan antara dinding juga sudah
dinding operasi disimpulkan belum sesuai dengan standar Depkes tahun 2012.
dari komponen gypsum itu sendiri, dimana jika kondisi tersebut terjadi dapat
operasi. Sehingga pada komponen dinding operasi juga disimpulkan belum sesuai
Pada dasarnya pintu ruang operasi harus memiliki tiga pintu yang berbeda
(Depkes, 2012), antara lain; pintu steril bagi pasien masuk, pintu antara ruang
scrub up dengan ruang operasi dan pintu yang menuju ke koridor kotor untuk
pengangkutan alat dan sampah medis keluar dari ruang operasi. Pintu steril dan
pintu dengan ruang scrub up memiliki arah pintu bergeser dan pintu ke koridor
bahwa pintu ruang operasi masih berjenis pintu manual biasa atau belum berjenis
pintu geser (sliding door) dengan rel di atas, yang dapat dibuka tutup secara
otomatis, sehingga pada komponen pintu operasi juga disimpulkan belum sesuai
dengan standar Depkes tahun 2012. Ruang operasi memiliki pintu masuk dan
keluar yang terpisah, hal ini dinilai sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan
Depertemen Kesehatan tahun 2012. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
mengungkapkan memang beberapa tahun lalu pintu masuk ruang operasi masih
digunakan sebagai pintu keluar juga sehingga dalam proses operasi sering
rumah sakit beberapa waktu lalu pihak rumah sakit telah mengatasi permasalahan
melakukan aktivitas keluar masuk rata – rata 2 – 4 kali selama operasi. Selama
tindakan operasi berlangsung semua pintu harus dijaga untuk tidak dibuka terlalu
4.2.3 Pencahayaan
2012 adalah dimana pencahayaan ruang operasi harus memiliki nilai minimal 200
lux dan untuk medan operasi adalah 10.000 – 20.000 lux (Depkes, 2012). Hasil
Luxmeter, didapati hasil pengukuran untuk ruang operasi adalah sebesar 348 Lux.
Angka ini dinilai sudah optimal, dimana menurut standar Depkes tahun 2012
untuk pencahayaan minimal ruang operasi yang diperbolehkan adalah 200 Lux.
sebesar 18.180 Lux. Angka ini juga dinilai sudah optimal, dimana menurut
standar Depkes tahun 2012 pencahayaan yang dianjurkan untuk medan operasi
adalah pada rentang 10.000-20.000 Lux. Sehingga hasil ini dapat dikategorikan
baik pada saat berlangsung operasi masih dalam kondisi nyaman untuk melihat
jaringan dan organ bagian yang akan dibedah oleh tenaga medis. Hal ini juga
dapat dirasakan oleh peneliti sendiri saat lampu operasi dan lampu ruang operasi
dinyalakan.
beberapa informan pengguna ruang operasi. Kepala ruang operasi RSUD F.L.
83
baik, dimana seluruh lampu yang digunakan sudah menggunakan fitur LED dan
sejak tahun 2018 pihak rumah sakit juga sudah memfasilitasi ruang operasi
dengan adanya lampu operasi yang memiliki kamera video sehingga dapat lebih
Pencahayaan yang baik dapat menjadi salah satu faktor penting dalam
harus lebih kontras dibandingkan dengan area di luar medan operasi, dimana hal
ini berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi operator dan asisten operasi dalam
4.2.4 Kebisingan
Pada hasil obervasi di instalasi ruang operasi RSUD F.L. Tobing Sibolga
operasi, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor sumber kebisingan antara lain;
kebisingan dari alat instrumen, dan dari petugas itu sendiri. Pada penilaian
kebisingan didapati nilai yang lebih tinggi dari nilai yang dianjurkan yaitu 50,2
dBA, dari hasil ini diindikasikan dapat mengganggu kenyamanan pengguna ruang
operasi. Hasil berbeda didapati pada saat wawancara dengan beberapa pengguna
informan lebih mengeluhkan ukuran ruang operasi yang dinilai kurang luas
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan heart rate yang dapat memacu stress
pertumbuhan bakteri sehingga potensi untuk terjadi infeksi HAIs paska operasi
dalam ruang operasi dari segi kelembaban di ruang operasi terukur masih dalam
batas standar yaitu sebesar 55% (standar Depkes tahun 2012 adalah 50-60%).
Pada ventilasi pada ruang operasi adalah tertutup dari ruang luar disekitarnya dan
dilengkapi HEPA filter, hal ini tentunya tidak sesuai dengan standar Depkes tahun
2012 yang mengharuskan sirkulasi udara harus dilengkapi dengan filter khusus
pengukuran dilakukan saat ruang operasi dipakai untuk kegiatan operasi. Menurut
Hal ini menunjukan bahwa suhu ruangan di dalam ruang operasi masih dalam
standar Depertemen Kesehatan, namun sudah mendekati batas tinggi suhu yang
ruang operasi yang tinggi dan jumlah personel yang masuk kedalam ruang operasi
operasi terbuka sehingga suhu dalam ruang tidak stabil dan cenderung meningkat.
Selain itu dari hasil wawancara juga mendapati bahwa beberapa informan
baik dan suhu ruangan juga dirasa nyaman. Namun, beberapa informan juga
melakukan pengecekan rutin pada AC ruangan, dimana hal ini bisa saja
berdampak pada kondisi mesin dan kestabilan suhu ruangan operasi itu sendiri.
pada kenyamanan pengguna ruang operasi baik petugas maupun pasien, kemudian
adalah 21+ dan dapat diatur manual oleh petugas kamar operasi yang
disesuaikan dengan kenyamanan para petugas. Hal ini dapat berpengaruh terhadap
Air bersih di RSUD F.L. Tobing berasal dari PDAM. Air yang diambil
dari PDAM belum melewati proses filterisasi dan penyulingan. Pada scrub station
sendiri juga belum memenuhi syarat dari Depkes tahun 2012 yaitu belum adanya
kran siku atau keran dengkul yang dilengkapi dengan tempat cairan disingfektan
sumber air merupakan permasalahan utama yang sulit diatasi hingga saat ini
Beberapa informan sudah sering mengeluhkan air yang sering mengalami mati
mendadak pada saat penanganan pasien ditambah lagi itu pihak rumah sakit yang
gayung dikarenakan tidak mengalirnya air di scrub station. Pada dasarnya para
pengguna ruang operasi baik dokter, perawat maupun petugas medis lainnya
sangat mengetahui dampak dari perilaku yang tidak steril tersebut dapat
membahayakan kondisi pasien saat dalam penanganan operasi. Pihak rumah sakit
juga sudah sering menanyakan solusi dari permasalahan air tersebut dengan pihak
PDAM namun sejauh ini tetap saja belum adanya penanganan serius dari pihak
terkait.
87
sampah yang berbeda, antara lain: tempat bekas linen, sampah medis cair, sampah
medis padat (tajam dan non tajam) dan sampah non medis namun belum
4.2.7 Elektrikal
Pada aspek elektrikal di ruang operasi RSUD F.L. Tobing, terdapat aspek
yang menurut Depkes tahun 2012 harus diikuti yaitu terkait sumber daya listrik.
Berdasarkan hasil obervasi di instalasi ruang operasi RSUD F.L. Tobing aspek
kelistrikan dapat diketahui dari dua aspek yang dinilai, didapatkan semua aspek
memiliki sistem kelistrikan esensial 3 dimana sudah sesuai dengan standar yang
terdapat aspek yang menurut Depkes tahun 2012 harus diikuti yaitu terkait adanya
asap detektor dan alat pemadam kebakaran. Berdasarkan hasil obervasi di instalasi
88
ruang operasi RSUD F.L. Tobing aspek keselamatan kebakaran dapat diketahui
belum memenuhi standar dari Depertemen Kesehatan RI Tahun 2012 dimana dari
dua aspek yang dinilai, didapatkan pada aspek ruang operasi belum memiliki
detektor asap pada seluruh ruangan. Namun ruang operasi sudah memiliki alat
pemadam kebakaran yang layak digunakan. Selain itu, hasil pengamatan juga
Keselamatan yang dimiliki oleh Ruang Operasi RS. F.L. Tobing sudah cukup
baik, Ruang Operasi sudah dilengkapi sudah memiliki alat pemadam kebakaran
BAB V
5.1 Kesimpulan
memenuhi standar.
memenuhi standar.
berdasarkan aspek air bersih dan sanitasi didapatkan semua aspek tidak
10. Berdasarkan hasil obervasi di instalasi ruang operasi RSUD F.L. Tobing
5.2 Saran
wawancara yang dilakukan di instalasi ruang operasi RSUD F.L. Tobing didapati
masih banyak sarana dan prasarana ruang operasi yang belum memenuhi standar
pihak rumah sakit perlu memberikan perhatian khusus pada pelayanan di ruang
operasi terkait sarana dan prasarana ruang operasi yang tidak terlalu banyak
menghabiskan biaya renovasi seperti mengganti pintu dengan sistem sliding door
dengan warna yang cerah dan tidak berpori, dan merenovasi bagian scrub station
yang belum standar dengan kran siku atau kran dengkul, serta mengadakan
Sehingga sangat diperlukan adanya evaluasi besar pada ruang operasi yang
berpedoman pada standar dari Depertemen Kesehatan tahun 2012, yang nantinya
juga berdampak pada kualitas pelayanan di ruang operasi RSUD F.L. Tobing.
Selain itu dari hasil wawancara juga didapati keluhan mengenai tidak adanya
ruangan untuk makan yang memang sangat dibutuhkan pengguna ruang operasi.
Sehingga peneliti juga menyarankan kepada pihak rumah sakit agar memfasilitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28
Bagian H, ayat (1); Jakarta; 2009.
6. Tatimu S. Rumah Sakit Ibu dan Anak di Luwuk. Jurnal Dimensi Arsitektur
Vol.1, No.1 ; 2012. h. 1-5.
7. Herki T. Evaluasi Pasca Huni (EPH) Ruang Operasi RSUD Kota Padang
Panjang Tahun 2015 [Tesis]. Padang : Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas; 2017.
8. Profil Rumah Sakit Umum Daerah F.L Tobing, 2014. Rumah Sakit Umum
Daerah F.L. Tobing; 2015.
10. Adam, Hardianti S. Evaluasi Pasca Huni Peforma Fisik Intalasi Kebidanan
dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
[Tesis]. Yogyakarta: Program Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta; 2016.
11. Linasari D. Evaluasi Pasca Huni Bedah Sentral RSUD Bhakti Rahayu
Denpasar Tahun 2017 [Tesis]. Bali : Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana; 2017.
12. Herki T. Evaluasi Pasca Huni (EPH) Ruang Operasi RSUD Kota Padang
Panjang Tahun 2015 [Tesis]. Padang : Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas; 2017.
13. Sumantri T, Widodo Hariyono, dan Iswanta. Evaluasi Pasca Huni terhadap
Performansi Fisik Ruang Instalasi Gawat Darurat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; Vol.10, No.2,
93
14. Noor F. M, Laksono Trisnanto, dan Dyah Permata Kurnia Dewi. Strategi
Rumah Sakit Santo Yusuf Boro dalam Memenuhi Standar untuk RSU Tipe D
[Tesis]. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada; 2015.
15. Suryadi. Evaluasi Pasca Huni Instalasi Rawat Darurat Badan Rumah Sakit
Umum Tarakan [Tesis]. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Gadjah Mada; 2005.
16. Sutrisno B.Evaluasi Kondisi Fisik Kamar Bersalin Rumah Sakit Islam PKU
Muhammadiyah Kabupaten Tegal Sebagai Upaya Menilai Kinerja Bangunan
[Tesis]. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada; 2007.
17. Rahim A.Kebutuhan dan Pengembangan Fisik Instalasi Ibu dan Anak di
RSUD Fauziah Bireun [Tesis]. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Gadjah Mada; 2004.
18. Mulyadi. Arahan Desain Ulang Fisik Ruang Rawat Inap RSUD Anutapura
melalui Evaluasi Pasca Huni [Tesis]. Yogyakarta : Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada; 2003.
26. Clancy, C.M. “Designing for Safety : Evidence – Based Design and
Hospital”. American Journal of Medical Quality; 2008.
LEMBAR OBSERVASI
Judul Penelitian: “Analisis Keadaan Nyata Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing
Kota Sibolga Tahun 2019”
Kesesuaian
Standar Depkes
No Peformansi Fisik Tahun 2018
Tidak
Sesuai
Sesuai
A. Alur Sirkulasi Pelayanan
Pasien
1 Pasien, umumnya dibawa dari ruang rawat inap
menuju ruang operasi menggunakan transfer bed.
2 Perawat ruang rawat inap atau perawat ruang operasi,
sesuai jadwal operasi, membawa pasien ke ruang
pendaftaran untuk dicocokkan identitasnya.
3 Dari ruang pendaftaran, pasien dibawa ke ruang
transfer, di ruang ini, pasien dipindahkan dari transfer
bed ke transfer bed ruang bedah menuju ruang
persiapan.
4 Petugas ruang operasi selanjutnya melakukan kegiatan
persiapan perlengkapan operasi, meliputi penyiapan
peralatan bedah, pembersihan ruang bedah,
mensterilkan ruang bedah dengan penyemprotan
fogging, menyeka (mengelap) meja bedah, lampu
bedah, mesin anestesi, pendant, dengan cairan atau lap
yang sesuai. Memeriksa seluruh utilitas ruang operasi
(tekanan gas medis, vakum, udara tekan medis, kotak
kontak listrik, jam dinding, tempat sampah medis, dan
sebagainya).
5 Untuk penyiapan peralatan bedah, dilakukan di ruang
peralatan bedah yang letaknya dekat dengan kamar
bedah. Set peralatan bedah diambil dari ruang
penyimpanan steril, dan disiapkan di atas troli bedah.
6 Setelah siap, Dokter bedah akan memeriksa kembali
seluruh peralatan bedah yang diperlukan, dan
mengujinya bila diperlukan.
7 Selanjutnya peralatan bedah ini dimasukkan ke kamar
bedah. Apabila pengadaan ruang persiapan peralatan
bedah ini karena sesuatu hal tidak dimungkinkan,
maka persiapan peralatan bedah dapat dilakukan di
96
kamar bedah.
8 Selesai dilakukan pembedahan, pasien yang masih
dipengaruhi oleh bius dari zat anestesi, selanjutnya
dibawa ke ruang pemulihan (recovery room).
9 Apabila pasien bedah kondisinya cukup sadar, pasien
dibawa ke ruang rawat inap.
Perawat
10 Perawat mengganti baju dan sepatu/sandalnya di ruang
loker, yang mana dokter/paramedis selanjutnya
mengenakan baju, penutup kepala dan penutup
hidung/mulut yang sebelumnya sudah disterilkan.
11 Perawat selanjutnya melakukan kegiatan persiapan
perlengkapan operasi, meliputi penyiapan peralatan
bedah, pembersihan ruang bedah, mensterilkan ruang
bedah dengan penyemprotan fogging, menyeka
(mengelap) meja bedah, lampu bedah, mesin anestesi,
pendant, dengan cairan atau lap yang sesuai.
Memeriksa seluruh utilitas ruang operasi (tekanan gas
medis, vakum, udara tekan medis, kotak kontak listrik,
jam dinding, tempat sampah medis, dan sebagainya).
12 Untuk penyiapan peralatan bedah, dilakukan di ruang
peralatan bedah yang letaknya dekat dengan kamar
bedah. Set peralatan bedah diambil dari ruang
penyimpanan steril, dan disiapkan di atas troli bedah,
Dokter
13 Di ruang Dokter, Dokter beserta stafnya, termasuk
dokter anestesi, melakukan koordinasi tindakan bedah
yang akan dilakukan terhadap pasien, termasuk
kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
14 Selesai melakukan koordinasi, Dokter bedah menuju
ruang persiapan peralatan bedah, memeriksa dan
menguji apakah seluruh peralatan sudah sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan untuk pembedahan
15 Dokter selanjutnya ke ruang induksi, memeriksa
kondisi pasien apakah sudah cukup siap untuk operasi.
16 Dokter anestesi, memeriksa peralatan mesin anestesi
apakah sudah berfungsi dengan baik, termasuk zat
anestesi yang akan digunakan.
17 Dokter bedah dan staf yang membantu operasi,
sebelum melakukan pembedahan, mencuci tangan
terlebih dahulu di tempat cuci tangan yang disebut
dengan “Scrub Up”. Tempat cuci tangan ini terdiri dari
air biasa, sabun dan zat anti septik (biasa digunakan
betadine). Selanjutnya dokter dan staf yang terlibat
pengoperasian menggunakan sarung tangan yang telah
disterilkan
97
B. Zoning
20 Terdapat pembagian zona pada bangunan (sarana)
Ruang Operasi Rumah Sakit.
21 Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit bebas
dari lalu lintas dalam lokasi rumah sakit.
22 Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit secara
fisik disekat rapat oleh sarana “air-lock” di lokasi
rumah sakit.
23 Kompleks ruang operasi adalah zone terpisah dari
ruang-ruang lain pada bangunan (sarana) Ruang
Operasi Rumah Sakit.
24 Petugas yang bekerja dalam kompleks ruang operasi
diatur jalur yang dilewatinya dari satu area “steril” ke
lainnya dengan tidak melewati area “infeksius”.
C. Finishing Interior
25 Dinding mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan
kimia, tidak berjamur dan anti bakteri.
26 Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
27 Langit-langit mudah dibersihkan, tahan terhadap
segala cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung
unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak
berjamur serta anti bakteri.
28 Pintu ruang operasi adalah jenis pintu geser (sliding
door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka tutup secara
otomatis.
29 Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil
(insulated panel system) dan dicat jenis duco dengan
cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang
30 Komponen lantai sesuai
D. Pencahayaan
31 Pencahayaan didistribusikan rata dalam ruangan.
32 Lampu operasi dilengkapi dengan kontrol intensitas.
33 Tersedia lampu cadangan.
34 Lampu operasi/bedah digantung pada langit-langit dan
98
PEDOMAN WAWANCARA
“Analisis Keadaan Nyata Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing Kota Sibolga
Tahun 2018”
Kode Informan :
Jabatan :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Selamat Pagi/Siang, Saya mahasiswa program S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Perkenalkan Bapak/Ibu Nama saya Adit
Myhammad Prasetya Hutagalung. Saat ini saya sedang melakukan survei atau
penelitian tentang “Analisis Keadaan Nyata Ruang Operasi RSUD F.L. Tobing
Kota Sibolga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis apakah bangunan ruang operasi pada rumah sakit ini sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2012. Rumah
Sakit F.L Tobing ini merupakan rumah sakit yang terpilih dan masuk dalam
kriteria penelitian saya oleh karena itu, saya akan mengajukan beberapa
pertanyaan terkait dengan ruang operasi rumah sakit ini. Sekali lagi, tujuan saya
semata-mata hanya untuk penelitian dan tidak ada hubungannya dengan politik
atau hal lainnya yang nantinya merugikan Bapak/Ibu/Saudara. Kami akan
merahasikan identitas Bapak/Ibu/Saudara. Saya berharap Bapak/Ibu/Saudara
bersedia untuk saya wawancarai. Untuk mempersingkat waktu, apakah
Bapak/Ibu/Saudara sudah bersedia untuk diwawancarai?.
100
A. ASPEK FUNGSIONAL
B. ASPEK TEKNIKAL
6. Apakah aliran air kran pada Scrub Station selalu lancar dan apakah pernah
menghambat proses operasi? Apakah air dilengkapi dengan water
sterilizer dengan ultra violet?
7. Mengapa alat pemadam kebakaran diletakkan didalam kamar operasi?
Apakah jumlahnya sudah cukup? Bagaiman cara menggunakan alat
pemadam kebakaran/APAR ini? Apakah Bapak/Ibu sudah mempelajari
atau sudah diajarkan cara menggunakan alat tersebut?
8. Apakah ruang operasi pernah mengalami gangguan kelistrikan? apa
penyebabnya?. Apakah pernah menghambat proses operasi atau bahkan
membahayakan keselamatan pasien atau Bapak/Ibu sendiri?.
9. Apakah terdapat ruang khusus untuk isolasi pasien yang menderita
penyakit menular, pasien yang menderita penyakit yang menimbulkan bau
(seperti penyakit kanker, diabetes dengan ganggren) dan untuk pasien
menderita penyakit yang mengeluarkan suara dalam ruangan?
10. Apakah di rumah sakit ini tersedia tempat untuk memonitor perkembangan
pasien ICU selama 24 jam?