Anda di halaman 1dari 45

FORMULIR PELAKSANAAN KEGIATAN AKTUALISASI

(KEGIATAN KE I MELAKUKAN KONSULTASI DENGAN ATASAN DAN MEMINTA PERSETUJUAN)


(MINGGU KE 2)

NAMA : Maulidia Putri, A.Md.T

NIP : 19980712 202203 2 012

INSTANSI : DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANGKA TENGAH

JUDUL/AKTUALISASI : PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS
LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANGKA TENGAH

Waktu
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
1 Menyiapkan 2. Melakukan Berorientasi Pelayanan: Melakukan
bahan berupa Observasi sebelum observasi di laboratorium untuk
poster K3, pemasangan bahan memenuhi kebutuhan stakeholder.
petunjuk kerja K3
Akuntabel: Melakukan observasi secara
penggunaan alat,
cermat dan teliti dalam pemasangan
MSDS, Kotak
bahan.
P3K dan
Penggunaan Kompeten: Melakukan observasi terlebih
APAR dahulu agar bahan yang akan dipasang
11/08/2022 tersebut tepat sasaran.

Harmonis: Selama melakukan observasi


diusahakan membangun suasana yang
kondusif tanpa mengganggu rekan kerja
lain.

Loyal: Dalam melakukan observasi tetap


Pengamatan penempatan APAR, petunjuk kerja alat, menjaga kerahasiaan tempat yang
MSDS, penempatan kotak P3K dan simbol bahan kimia. menjadi objek observasi
1
Waktu
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
Adaptif: Dapat menyesuaikan bahan K3
yang dipasangkan dengan tempat yang
menjadi objek observasi.

Kolaboratif: Melakukan observasi


terhadap stakeholder dan meminta
pendapat.

3. Membuat dan Berorientasi Pelayanan: Mencetak


mencetak bahan bahan K3 yang akan dipasang sesuai
K3 (poster K3, Mendesign menggunakan aplikasi Canva, Barcode dengan kebutuhan.
prosedur kerja Scanner dan Google drive serta Google terjemahan
penggunaan Akuntabel: Mencetak bahan K3 yang
alat,prosedur P3K akan dipasangkan dengan cermat dan
dan penggunaan bertanggung jawab sesuai dengan hasil
APAR) sesuai hasil diskusi dan observasi.
diskusi dengan Kompeten: Mecetak bahan K3 sesuai
atasan sesuai dan dengan ukuran dan hasil observasi
hasil observasi. 12/08/2022 untuk mendapatkan hasil terbaik.
s/d
23/08/2022 Harmonis: Meminta saran dan pendapat
stakeholder
Loyal: Membuat bahan K3 tetap
memperhatikan standard undang
undang yang berlaku.

Adaptif: Membuat bahan K3 sekreatif


mungkin agar mudah dipahami
khalayak.
Hasil Design Terlampir
Kolaboratif: Memanfaatkan aplikasi
design digital untuk membuat bahan K3
yang menarik.

2
PETUNJUK PEMASANGAN APAR
PETUNJUK PENGGUNAAN APAR
MSDS BAHAN KIMIA

Ammonium
Amylum Asam Asetat Asam Sulfat
Chlorida

Calcium Chloride Potassium


Iron (III) Chloride Mangan Sulfat
Dihidrat Dikromat

Potassium Chlorida Potasium Iodide Salicylic Sodium Azide

Sodium Hydroxide Sodium Iodide Sodium Thiosulfat Buffer PH 4

Buffer PH 7 Buffer PH 10
SIMBOL – SIMBOL BAHAN KIMIA

Beracun Amat Beracun Berbahaya bagi Berbahaya


Lingkungan

Iritan Korosif Amat sangat mudah Sangat mudah


terbakar terbakar

Mudah terbakar Oksidator Mudah Meledak Radioaktif


PROSEDUR KERJA

Homogenizer
Conductivity Meter Distiler A7982 Drying Oven
LHG-15D

Low Temperature Magnetic Stirer


Neraca Analitik PH Meter P-510
BOD Incubator LMS-MP4

TSS Water Bath


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
S
S
ALAT PELINDUNG DIRI
WAJIB DIGUNAKAN DI AREA INI

BAJU PELINDUNG DIRI


(JAS LAB)
MASKER SARUNG TANGAN

PERHATIAN
PEDOMAN PENANGANAN PECAHAN KACA/ GELAS

A. Penanganan Pecahan Kaca/Gelas (glassware)


Berikut adalah cara menangani peralatan kaca/gelas
yang pecah:
1. Beritahukan kepada petugas di laboratorium tentang
glassware yang rusak sehingga dapat dibuang
dengan benar.
2. Jika dalam glassware yang pecah terdapat larutan
atau bahan maka bersihkan larutan tersebut dengan
absorbent pad
3. Bersihkan pecahan kaca dengan tang, penjepit,
sapu, serokan atau perangkat mekanis lainnya dan
buang pecahan tersebut di tempat sampah khusus
untuk limbah alat gelas
4. Semua limbah glassware harus dikemas dalam
wadah yang aman yang dikhususkan untuk limbah
glassware
5. Sebaiknya wadah limbah glassware terbuat dari
cardboard. Dan jika sudah terisi ¾, segel bagian atas
wadah tersebut dengan solatip agar petugas yang
berwenang mengerti bahwa wadah tersebut sudah
siap untuk pembuangan.
6. Pisahkan pembuangan limbah glassware dengan
limbah lain dari labortorium dikarenakan limbah
glassware laboratorium tidak dapat dipakai kembali.
7. Segera laporkan kejadian tersebut pada petugas
yang berwenang

A. Pencegahan Terjadinya Pecahan Kaca/ Gelas


(Glassware)
Berikut adalah cara mencegah peralatan kaca/gelas
pecah saat bekerja:

1. Berhati-hati ketika menggunakan glassware


2. Setiap menggunakan glassware, pastikan untuk
memeriksa apakah ada pecahan dan keretakan pada
glassware tersebut.
3. Hindari mengangkat glassware diatas level mata kita,
dan pindahkan secara hati-hati, hindari meletakkannya
didalam kantung jas laboratorium.
4. Hindari meletakkan glassware diatas lantai
5. Selalu gunakan alat pelindung diri (pelindung wajah,
safety glasses, dan sarung tangan)
6. Hindari menangani glassware yang rusak / pecah
dengan tangan kosong
7. Hindari membuang limbah glassware di wadah yang
mengandung bahan kimia berbahaya.
8. Gunakan kantong limbah infeksius untuk melapasi
wadah limbah glassware

Sumber: Prosedur Operasi Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) Laboratorium Penelitian. Medan. Universitas Sumatera Utara

xxix
PEDOMAN PENANGANAN KONDISI DARURAT

TUMPAHAN BAHAN KIMIA

Tumpahan Kimia merupakan terlepasnya bahan kimia berbahaya secara


tidak terkendali, baik padatan, cairan, ataupun gas, dari wadah pelindung.

Peralatan Tumpahan Kimia/ Chemical Spill Kits yang digunakan untuk


membatasi penyebaran dan mengurangi kontaminasi kimia.

Absorbent merupakan bagian dari peralatan tumpahan kimia yang


berbentuk SOCs, Pads dan Pillows dan berfungsi untuk menyerap tumpahan
bahan kimia.

Penanganan Tumpahan Bahan Kimia:

1. Penilaian Resiko :
a. Identifikasi/ kenali jenis tumpahan dan sumber tumpahan bahan
kimia
b. Jika tidak mengenali sifat cairan dan kimia tumpahan, kosongkan
daerah sekitar tumpahan dan hubungi pihak yang berwenang
c. Jauhkan dan matikan sumber pengapian/ listrik yang menyala
2. Pakaian Pelindung :
a. Gunakan pakaian pelindung tambahan yang sesuai dengan
kondisi tumpahan kimia (APD wajib digunakan).
b. Apabila bahan tidak teridentifikasi, gunakan pakaian pelindung
tambahan dengan asumsi tumpahan terjadi pada tingkatan
terburuk
c. Perhatikan SDS (Safety Data Sheet) yang berhubungan dengan
tumpahan kimia
3. Pelingkupan :
a. Lingkupi atau batasi tumpahan kimia dengan absorbent berbentuk
SOCs yang memanjang.
b. Jika memadai, usahakan untuk menjauhkan tumpahan dari jalur air
dan listrik atau celah pada lantai

xxx
4. Hentikan Sumber :
a. Cari, tutup, dan hentikan tumpahan dari sumber.
5. Pembersihan :
a. Gunakan absorbent untuk memulai proses penyerapan tumpahan
kimia.
b. Bersihkan sisa tumpahan dengan cara mengelap menggunakan
absorbent yang tersedia.
c. Gunakan metode mengelap secara melingkar dari luar ke dalam
untuk membatasi penyebaran tumpahan kimia.
d. Simpan absorbent dalam kantong sampah khusus tumpahan kimia
yang telah tersedia
6. Tindakan Lanjutan :
a. Jaga pengguna Laboratorium atau orang lain pada jarak yang
aman dari tumpahan kimia
b. Hubungi Kepala Laboratorium atau Pengelola Laboratorium dan
tunggu hingga bantuan dating

Sumber: Prosedur Penanganan Tumpahan Bahan Kimia Laboratorium


Departemen Fisika FMIPA UI

Note:

Untuk asam/basa: Cek pH awal tumpahan dengan kertas pH universal,


netralkan dengan NaHCO3 (untuk asam) dan HCl 2N (untuk basa), catat pH
akhir tumpahan, dan bersihkan dengan tisu.

Untuk bahan oksidator (K2Cr2O7) : beri 3 tetes H2SO4, Tambahkan


FeSO4.7H2O sampai warna hijau, cek pH-nya, netralkan dengan NaOH, dan
cek pH akhirnya, kemudian bersihkan dengan tisu.

Untuk KCN: basakan dengan NaOH padat, serap dengan tisu, masukkan ke
dalam gelas piala, dan tambahkan FeSO 4.7H2O sampai terbentuk endapan
hijau, diamkan 1 jam, dan buanglah.

Untuk alkohol/eter: serap tumpahan dengan tissu, masukkan ke dalam


gelas piala, uapkan dalam almari asam kurang lebih 3 menit, bakar

Sumber: Pedoman K3 Laboratorium Kimia STTN BATAN

xxxi
Prinsip Umum Penanganan Tumpahan Bahan Kimia

a. Jangan Panik
b. Gunakan prinsip ABSB dalam menangani tumpahan bahan kimia (A:
amankan, B: Bendung, S= Serap, B: Bersihkan)
c. Amankan

Untuk Bahan kimia :

1. Halida Asam Organik Contoh: Asetil bromide, Asetil klorida dan


Benzoil klorida
Pembuangan/ pemusnahan bahan :
a. Bahan dicampur dengan NaHCO3, dalam tempat gelas atau
plastik.
b. Kemudian tambahkan air dalam jumlah banyak sambil diaduk.
c. Buang ke dalam bak air, encerkan dengan air berlebih.
2. Aldehida Contoh: Asetaldehida, Akrolein, Benzaldehida, kloral,
Formaldehida dan Furfural
Pembuangan/ pemusnahan bahan :
a. Serap dalam adsorbent, bakar secara terbuka atau dalam
insenerator..
b. Larutkan dalam aseton atau benzena, bakar dalam insenerator.
3. Asam Organik Tersubstitusi Contoh: Asam benzena sulfonat,
Asam kloroasetat, Asam trikloroasetat, dan Asam fluoroasetat
Penanganan bahan tertumpah :
a. Tutup tumpahan bahan dengan NaHCO3.
b. Pindahkan ke dalam wadah dan tambah air.
c. Biarkan reaksi selesai dan buang ke dalam bak air.

Pembuangan/ pemusnahan bahan :

a. Tuangkan ke dalam NaHCO3 berlebihan.


b. Campur dan tambahkan air.
c. Biarkan 24 jam setelah itu secara perlahan-lahan buang
bersama sejumlah air.
d. Atau tuangkan ke dalam absorbent dalam insenerator.

xxxii
e. Tutup dengan sisa kayu atau kertas.
f. Siram dengan alkohol bekas atau.
g. Larutkan dalam pelarut mudah terbakar atau sisa alkohol.
h. Bakar dalam insenerator.
4. Senyawa Amin Aromatik Contoh: Anilin, Benzidine dan Pyridine
Penanganan bahan tertumpah :
 Sedikit
a. Serap dalam kertas tissue atau kertas bekas.
b. Biarkan menguap dalam almari asam dan sisanya dibakar.
 Berlebih
a. Tutup dengan campuran pasir dan NaOH (90:10).
b. Aduk dan campur dengan potongan-potongan kertas dan
bakar dalam insenerator.

Pembuangan/ pemusnahan bahan :

a. Tutup dengan campuran pasir dan NaOH (90:10).


b. Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan
bakar dalam insenerator.
5. Basa Alkali dan Amonia, contohnya: Amonia anhirat, Kalsium
hidroksida, dan Natrium hidroksida.
Penanganan bahan tertumpah :

Encerkan dengan air dan netralkan dengan 6 M HCl, serap dengan


kain atau pindahkan pada suatu wadah untuk dibuang

Pembuangan/ pemusnahan bahan :

a. Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan.


b. Buang dalam pembuangan air biasa
6. Bahan Kimia Oksidator, contohnya: Ammonium dikromat,
Ammonium perklorat, Ammonium persulfat dan Asam perklorat
Penanganan bahan tertumpah :
a. Tumpahan zat padat atau cairan ditutup atau dicampur dengan
reduktor seperti garam hipo, bisulfit dan ferosulfat yang
ditambahkan sedikit 3 M asam sulfat.

xxxiii
b. Pindahkan dalam suatu wadah dan netralkan dibuang lewat
bak air.

Pembuangan/ pemusnahan :

a. Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit atau


ferosulfat yang ditambah H2SO4).
b. Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH atau HCl.
c. Buang dengan air berlebih.
7. Bahan Kimia Reduktor, contohnya: Natrium bisulfit, Natrium nitrit,
Natrium Sulfit dan Belerang oksida.
Penanganan bahan tertumpah :
a. Tutup atau campur dengan NaHCO3.
b. Biarkan reaksi selesai dan pindahkan ke dalam suatu wadah.
c. Tambahkan kalsium hipoklorit, Ca(OCl) 2 perlahan-lahan.
d. Tambah air dan biarkan reaksi selesai.
e. Encerkan dan netralkan sebelum dibuang ke dalam
pembuangan air.

Pembuangan/ pemusnahan bahan :

Gas (seperti SO2) : Alirkan ke dalam larutan NaOH atau larutan


kalsium hipoklorit.

Padat :

a. Campur dengan NaOH (1:1), tambah air sampai membentuk


slury.
b. Tambahkan kalsium hipoklorit dan air serta biarkan selama 2
jam.
c. Netralkan sebelum dibuang ke dalam pembuangan air.
8. Sianida dan Nitril
Penanganan bahan tertumpah :
 Sianida :
a. Serap cairan pada kertas bekas/tissue.
b. Uapkan dalam almari asam dan bakar, atau pindahkan ke
dalam wadah gelas.

xxxiv
c. Dan basakan dengan NaOH dan aduk.
d. Ke dalam slury tambahkan ferosulfat berlebih.
e. Setelah satu jam, dibuang ke dalam pembuangan air.
 Nitril :
a. Tambah NaOH berlebih dan Ca(OCl) 2 untuk membentuk
sianat.
b. Pindahkan ke wadah gelas dan buang ke dalam
pembuangan air setelah satu jam reaksi.
c. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.

Pembuangan/ pemusnahan bahan :

 Sianida :
a. Tambahan bahan ke dalam larutan basa dari kalsium
hipoklorit berlebih.
b. Biarkan 24 jam dan buang ke dalam pembuangan air.
 Nitril :
a. Tambahkan ke dalam NaOH-alkohol untuk membentuk
sianat.
b. Setelah satu jam, uapkan alkohol.
c. Tambah ke dalam residu sianat sejumlah larutan basa
kalsium hipoklorit berlebih.
d. Setelah 24 jam buang ke dalam pembuangan air.

9. Eter, contohnya: Anisole, Etil eter dan Metil eter

Penanganan bahan tertumpah :

a. Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaOH atau


NaHCO3.
b. Campurdan tambahkan air bila perlu.
c. Pindahkan slurry untuk dinetralkan dan dibuang dalam bak
pembuangan air.

Pembuangan/ pemusnahan bahan :

xxxv
a. Bahan berupa cair atau padat dilarutkan ke dalam pelarut
organik yang mudah terbakar.
b. Bakar dalam insenerator.
10. Asam Inorganik, contohnya: asam klorida, asam fluoride, asam
nitrat, asam posfat, asam sulfat.
Penanganan tumpahan :
a. Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaHCO 3 atau
campurkan NaOH dan Ca(OH)2 (1:1).
b. Campur dan bila perlu tambah air agar membentuk slurry.
c. Buang slurry tersebut ke dalam air yang sedang mengalir.

Pembuangan/ pemusnahan bahan :

a. Tambahkan ke dalam sejumlah besar campuran NaOH dan


Ca(OH)2.
b. Buang campuran tersebut ke dalam air yang sedang mengalir.

Sumber: SOP Penanganan bahan kimia tertumpah Fakultas Teknik


Universitas Dipenogoro.

xxxvi
PEDOMAN PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM

Limbah bahan kimia merupakan buangan bahan kimia yang telah dipakai,
campuran bahan kimia, barang yang belum dipakai namun sudah rusak.
Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan
gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.

Sumber Limbah
1. Bahan baku kadaluarsa

2. Bahan habis pakai (medium biakan yang tidak terpakai)


3. Produk proses di laboratorium (sisa spesimen)
A. Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah padat

Limbah padat adalah hasil buangan laboratorium berupa


padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan laboratorium.

2. Limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan
yang berwujud cair.

Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada:

a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat .


Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat diukur
dengan menggunakan metoda Titrimetrik;
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA;
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH 3-N) dengan
metoda Biru Indofenol;
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD);
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN Sifat
Khusus contohnya Asam Borat (H3BO3) dengan metoda
Titrimetrik;
f. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

xxxvii
3. Limbah gas

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa


partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga),
hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut
fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O 2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat
pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas.

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).


Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan
konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat
merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi
karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
Macam-macam limbah B3:
a. Limbah mudah meledak;
b. Limbah mudah terbakar;
c. Limbah reaktif;
d. Limbah beracun;
e. Limbah penyebab infeksi;
f. Limbah yang bersifat korosif

B. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Limbah:


1. Reduksi limbah melalui : penyempurnaan penyimpanan bahan baku

xxxviii
dalam kegiatan proses (house keeping), substitusi bahan dan atau
modifikasi proses.
2. Beri simbol setiap kemasan limbah yang menunjukkan karakteristik
danjenis limbah B3.
3. Memiliki perlengkapan penanggulangan kecelakaan dan
laboratorium untukmendeteksi karakteristik limbah.
4. Pengolahan limbah B3 dilakukan secara termal, stabilisasi dan
solidifikasi secara fisika, kimia dan biologi.
5. Pengolahan secara stabilisasi dan solidifikasi harus melakukan
analisis bakumutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure) pencemar organik dan anorganik.
6. Tidak dibenarkan melakukan proses pengenceran dalam
pengolahanlimbah B3.
7. Identifikasi limbah : sebagai langkah awal dalam proses pengelolaan
limbah.
8. Identifikasi limbah melalui tahapan :
a) Mencocokkan limbah dengan daftar jenis limbah B3. Jika cocok,
maka termasuklimbah B3.
b) Jika tidak cocok, periksa karakteristiknya, apakah : mudah
meledak, atau mudahterbakar, atau beracun, atau bersifat reaktif,
atau infeksius atau bersifat korosif.
c) Apabila kedua tahapan tsb sudah dilakukan dan ternyata tidak
memenuhiketentuan limbah B3, maka lakukan uji toksikologi.
9. Limbah yang bersifat reduktor kuat tidak boleh campur dengan asam
mineral pengoksidasi.

C. Cara Pengolahan Limbah Laboratorium


Setiap limbah mempunyai cara pengolaham tersendiri tergantung dari
jenisnya. Berikut adalah cara pengolahan limbah berdasarkan jenisnya.
 Pengolahan Limbah Padat
1. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum
dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan

xxxix
metode sanitary landfill. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai
hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak.
Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik
dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk
serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah
dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.

2. Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam


lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk
mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih
modern, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung
– plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan
cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik.

3. Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat


menggunakan suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari
proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat
banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.

 Pengolahan Limbah Pada Fasa Cair (Water Phase Treatment)


Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi
persyaratan berikut:
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum;
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan;
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang
hidup di air di dalam penggunaannya sehari-hari;

xl
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang
mengakibatkan penyaki;
5. Tidak terbuka dan harus tertutup;
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap;
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Pengolahan secara Fisika Penyaringan (screening)

Merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan


bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi
yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah
dengan proses pengendapan.

2. Pengolahan secara Kimia


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan
untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan
zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan.
3. Pengolahan secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah
secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan
secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah dan efisien.

 Pengolahan Limbah Fasa Gas (Gas Phase Treatment)


1. Mengontrol Emisi Gas Buang Emisi gas buang dapat dikurangi
dengan mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif
yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan
polutan.
2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan Filter
udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya
udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Pengendap
Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu

xli
yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik
yang berdebu.
3. Membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan
air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Dengan pengendap elektrostatik, yaitu
menggunakan arus listrik untuk mengionkan limbah. Kotoran
udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion
positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang
sesuai.

D. Pengolahan limbah B3

Prinsip Pengemasan Limbah B3

1. Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.


2. Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan
terjadinya pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan
tekanan selama penyimpanan.
3. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau
bocor) dengan kemasan lain.
4. Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
5. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus
dilaporkan sebagai bagian pengelolaan limbah.

 Pengumpulan Limbah
1. Limbah laboratorium dikumpulkan dan dibuang dalam wadah
terpisah menurut tipe bahan kimiayang berkaitan
2. Wadah diberi label (A-J)
a. Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam
larutan

b. Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik


dalamlarutan

xlii
c. Residu padatan bahan kimia laboratorium organik

d. Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan


kemasan pada pH 6 -8

e. Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan


larutannya

f. Senyawa beracun mudah terbakar

g. Residu air raksa dan garam anorganik raksa

h. Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara


terpisah

i. Padatan anorganik

j. Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastic

3. Dengan label A-J dipastikan bahan kimia yang terkumpul dalam


satu kategori tidak bereaksi satu sama lain
4. Pengecekan untuk kandungan asam dan basa, pH indikator
5. Sebelum dikumpulkan, lakukan penetralan. Sediakan larutan
penetral.
 Wadah Untuk Menyimpan pelarut organic
1. Dapat tahan terhadap bahan kimia yang disimpan
2. Tidak mudah pecah/rusak
3. Anti-bocor dan rapat gas
4. Memiliki sertifikat UN untuk pengangkutan limbahinternasional
5. Wadah harus ditempatkan di ruang berventilasibaik
6. Wadah harus disimpan tertutup rapat untuk mencegah
penguapan uap berbahaya
7. Pilih wadah yang tepat (mengeliminir kebocoran)

 Kemasan untuk Limbah

a. Kemasan untuk limbah cair organik (pelarut organik bebas halogen) :

Kemasan baja nirkarat, alat bantu pengumpul corong.

b. Kemasan untuk limbah cair organik (pelarut organik berhalogen) :

xliii
Kemasan kombinasi, 10 l dengan inliner PE alat bantu pengumpul corong.

c. Kemasan untuk limbah mengandung air dan limbah air terkontaminasi :

Kemasan kombinasi, 10 l dengan inliner PE alat bantu pengumpul corong.

d. Kemasan untuk limbah kimia yang padat :

Limbah padat dapat dikumpulkan dalam kemasan yang terbuat dari bahan

yang sama - gelas, logam atau plastik- seperti kemasan produksi asal.

e. Kemasan untuk limbah asam dan basa

Kemasan kombinasi, 10 l dengan inliner PE alat bantu pengumpul corong

( a) (b) (c)

Keterangan:

a. Corong untuk kemasan baja nirkarat

b. Corong untuk kemasan kombinasi

c. Corong untuk kemasan PE

 Persyaratan Wadah:

a. Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan
kebocoran.

b. Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan


karakteristik limbah B3 yang hendak dikemas.

c. Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan


logam (teflon, baja, karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak
bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.

xliv
E. Langkah-Langkah Mengurangi Limbah Laboratorium

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengiurangi limbah dari


laboratorium adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan bahan kimia seperlunya ;


2. Melakukan reaksi kimia yang menghasilkan gas-gas beracun di
lemari asam
3. Menggunakan alat dengan hati-hati sehingga tidak timbul
kerusakan

xlv

Anda mungkin juga menyukai