A. Hasil
Di suatu farm peternakan sapi Aceh di Kecamatan Indrapuri Provinsi Aceh menunjukkan
rataan bobot lahir sebesar14.20 kg dan bobot sapih 58,42 kg. 5 ekor sapi betina dikawinkan
dengan 4 ekor sapi pejantaan menghasilkan keturunan dengan data bobot lahir dan bobot sapi
seperti di table.
Pejantan Betina Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot
Lahir Lahir Lahir Sapih Sapih Sapih
Pedet I Pedet II Pedet III Pedet I Pedet II Pedet III
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
1 13,00 14,38 16,25 69,30 54,30 59,70
2 14,23 12,11 15,80 67,35 67,90 62,54
I 3 13,13 16,23 14,95 61,87 62,47 65,15
4 16,41 13,00 - 60,64 59,50 -
5 15,17 15,20 - 60,12 58,91 -
1 14,94 13,78 16,20 57,99 57,60 65,50
2 12,00 14,12 16,05 56,32 50,85 62,34
II 3 13,05 15,34 14,25 55,76 65,35 67,15
4 16,35 13,40 - 54,32 56,78 -
5 14,28 12,32 - 67,91 68,34 -
1 13,81 16,20 16,00 62,48 59,87 67,45
2 15,23 12,00 14,15 59,55 55,67 64,78
III 3 14,00 14,35 15,00 58,63 60,17 65,10
4 16,54 13,15 - 58,23 67,24 -
5 12,34 15,90 - 57,74 55,50 -
1 13,06 14,00 16,15 53,30 54,90 60,00
2 14,23 12,25 15,15 50,82 64,34 65,35
IV 3 15,00 16,10 15,45 47,34 67,25 64,56
4 12,08 13,65 - 69,28 58,55 -
5 13,18 14,10 - 67,32 61,30 -
1 16,12 15,00 15,85 61,69 55,50 64,55
2 14,45 13,20 14,90 60,57 64,66 67,67
V 3 12,98 12,35 14,45 60,10 64,10 65,56
4 16,45 14,80 - 56,25 53,56 -
5 13,00 16,05 - 55,72 65,45 -
Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir I
REKAPITULASI DATA HERITABILITAS BOBOT LAHIR I
Beti Pejantan I Beti Pejantan II Beti Pejantan III Beti Pejantan IV Beti Pejantan V
na na na na na
A A2 A A2 A A2 A A2 A A2
1 13,00 169 1 14,94 223,2 1 13,81 190, 1 13, 170, 1 16, 259,8
0 71 06 56 12 5
2 14,23 202,4 2 12,00 144 2 15,23 231, 2 14, 202, 2 14, 208,8
9 95 23 49 45 0
3 13,13 172,3 3 13,05 170,3 3 14,00 196 3 15, 225 3 12, 168,4
9 0 00 98 8
4 16,41 269,2 4 16,35 267,3 4 16,54 273, 4 12, 145, 4 16, 270,6
8 2 57 08 92 45 0
5 15,17 203,1 5 14,28 203,9 5 12,34 152, 5 13, 173, 5 13, 169
2 1 27 18 71 00
Yi. 71,94 Yi. 70,62 Yi. 71,92 Yi. 67, Yi. 73
55
Yi.2 5175, Yi.2 4987, Yi.2 5172, Yi.2 456 Yi.2 532
36 18 48 3 9
1016, 1008, 1044 917, 1076,
28 73 ,5 69 74
Y.. = 355,03 S=5
Y2 ik = 5063,94 ni = 5
n. = 25 k = ni = 5
1. Faktor Koreksi
2
(Y )
FK = ..
n.
( 355,03 )2
FK = = 5041,85
25
2. Jumlah Kuadrat Antar Pejantan (Jks)
2
JKs = ∑i Yi . – FK
¿
( 71,94 )2 ( 73 )2
JKs = ( + …+ ¿– 5041,85
5 5
JKs = 5045,41 - 5041,85
JKs = 3,56
3. Jumlah Kuadrat antar Anak dalam Pejantan (JKw)
2
JKw = ∑i∑k Y2ik - ∑i Yi .
¿
JKw = 5063,94 - 5045,41
JKw = 9,53
4. Derajat Bebas antar Pejantan (DBs)
DBs = S – 1
DBs = 5 – 1 = 4
5. Derajat Bebas antar Anak dalam Pejantan (DBw)
DBw = n. – S
DBw = 25 – 5 = 20
6. Kuadrat Tengah antar Pejantan (KTs)
JKs
KTs =
DBs
3,56
KTs = = 0,89
4
7. Kuadrat Tengah antar Anak dalam Pejantan (KTw)
JKw
KTw =
DBw
9,53
KTw = = 0,47
20
8. Kuadrat Tengah Harapan antar Anak dalam Pejantan (KTHw)
KTHw = σ2w = KTw = 0,47
9. Kuadrat Tengah Harapan antar Pejantan (KTHs)
KTs−KTw
σ2s =
k
0,89−0,47
σ2s = = 0,08
5
10. Heritabilitas
4 σ2 s
h 2=
σ 2 s +σ 2 w
4 x 0,08
h 2= = 0,58
0,08+0,47
Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Sapih I
REKAPITULASI DATA HERITABILITAS BOBOT SAPIH I
Beti Pejantan I Beti Pejantan II Beti Pejantan III Beti Pejantan IV Beti Pejantan V
na na na na na
A A2 A A2 A A2 A A2 A A2
1 69,30 4802, 1 57,99 3362, 1 62,48 3903, 1 53,30 2840, 1 61,69 3805,
49 84 75 89 65
2 67,35 4536, 2 56,32 3171, 2 59,55 3546, 2 50,82 2582, 2 60,57 3668,
02 94 20 67 72
3 61,87 3827, 3 55,76 3109, 3 58,63 3437, 3 47,34 2241, 3 60,10 3612,
89 18 48 08 01
4 60,64 3677, 4 54,32 2950, 4 58,23 3390, 4 69,28 4799, 4 56,25 3164,
21 66 73 72 06
5 60,12 3614, 5 67,91 4611, 5 57,74 3333, 5 67,32 4531, 5 55,72 3448,
41 76 91 98 04
Yi. 319,28 Yi. 292,3 Yi. 297,6 Yi. 288,0 Yi. 294,3
3 6 3
Yi.2 101939 Yi.2 85439 Yi.2 88583 Yi.2 82978 Yi.2 86630
,72 ,29 ,62 ,56 ,14
20458 17206 17612 16996 17355
,03 ,39 ,07 ,34 ,17
Y.. = 1491,6 n. = 25 ni = 5
Y2 ik = 89625 S=5 k = ni = 5
1. Faktor Koreksi
2
FK =
( Y .. )
n.
( 1491,6 )2
FK = = 88994,82
25
4 σ2 s
h 2= 2 2
σ s +σ w
4 x 0,86
h 2= = 0,13
0,86+25,53
Bet Pejantan I Bet Pejantan II Bet Pejantan III Bet Pejantan IV Bet Pejantan V
ina ina ina ina ina
A B XY A B XY A B XY A B XY A B XY
(X (Y) (X (Y (X (Y) (X (Y) (X (Y)
) ) ) ) ) )
1 13, 69, 900, 1 14, 57, 866, 1 13, 62, 862, 1 13, 53, 696, 1 16, 55, 894,
00 30 9 94 99 37 81 48 85 06 30 09 12 50 66
2 14, 67, 958, 2 12, 56, 675, 2 15, 59, 906, 2 14, 50, 723, 2 14, 64, 934,
23 35 39 00 32 84 23 55 94 23 82 16 45 66 34
3 13, 61, 812, 3 13, 55, 727, 3 14, 58, 820, 3 15, 47, 710, 3 12, 64, 832,
13 87 35 05 76 67 00 63 82 00 34 1 98 10 01
4 16, 60, 995, 4 16, 54, 888, 4 16, 58, 963, 4 12, 69, 836, 4 16, 53, 881,
41 64 10 35 32 13 54 23 12 08 28 90 45 56 06
5 15, 60, 912, 5 14, 67, 969, 5 12, 57, 712, 5 13, 67, 887, 5 13, 65, 850,
17 12 02 28 91 75 34 74 51 18 32 28 00 45 85
1. Faktor Koreksi
( X ..)(Y ..)
FK =
n.
(355,03)(1440,42)
FK = = 20455,69
25
2. Jumlah Hasil Kali antar Pejantan (JHKs)
JHKs = ∑i
Xi . Yi . – FK
¿
❑ ❑
( 71,94 ×259,16 ) ( 73× 303,27 )
JHKs = ( +…+ ¿ – 20455,69
5 5
JHKs = 20457,78 - 20455,69 = 2,09
DBs = S – 1
DBs = 5 – 1 = 4
DBw = n. – S
DBw = 25 - 5 = 20
JHKs
HKRs =
DBs
2,09
HKRs = = 0,52
4
7. Hasil Kali Rata-Rata antar Anak dalam Pejantan (HKRw)
JHKw
HKRw =
DBw
11,44
HKRw = = 0,57
20
8. Hasil Kali Rata-Rata Harapan antar Anak dalam Pejantan (HKRHw)
HKRs−HKRw
HKRHs = Cov s =
k
0,52−0,57
HKRHs = Cov s = = -0,01
5
10. Korelasi Genetik (rg)
4 Cov s
rg =
√4 σ 2
(x)
2
∙ σ ( y)
4 x−0,01
rg = = - 0,07
√ 4 x 0,08∙ 0,86
1. Faktor Koreksi
2
(Y ..)
FK =
m.
2
(2755,4)
FK = = 171174,33
45
2. Jumlah Kuadrat Antar Individu
Yi2
JKb = ∑i – FK
mi
( 183,3 )2 ( 189,76 )2
JKb = ( +…+ ¿ – 171174,33
3 3
JKb = 169019,01- 171174,33 = -2155,32
DBb = n– 1
DBb = 15 – 1 = 14
DBw = n(m-1)
JKw
KTw =
DBw
887,64
KTw = = 1,34
660
8. Kuadrat Tengah Harapan Pengukuran Dalam Individu
KTHw = σ2w = KTw = 1,34
KTb−KTw
KTHb = σ2b =
k
−153,95−1,34
KTHb = σ2b = = -51,44
3
10. Ripitabilitas (r)
σ 2b
r= 2 2
σ b+σ w
−51,44
r= = 1,04
−51,44+1,34
B. PEMBAHASAN
Heritabilitas adalah parameter genetik yang digunakan untuk mengukur tingkat
keterwarisan suatu karakter dalam populasi ternak atau suatu pendugaan yang mengukur
sejauh mana variabilitas penampilan suatu karakter dalam populasi yang disebabkan oleh
peranan faktor genetik.Berdasarkan data diatas diperoleh nilai heritabilitas pada bobot lahir
yaitu 0,58 kategori tinggi dan nilai heritabilitas pada bobot sapih yaitu 0,13 kategori sedang.
Hal ini sesuai dengan (Sari et al., 2016) yang menyatakan Heritabilitas bukan merupakan
nilai konstan, nilainya berkisar antara 0 sampai 1, dengan klasifikasi 0 sampai 0,1 rendah, 0,1
sampai 0,3 sedang, dan lebih dari 0,3 termasuk tinggi.Nilai heritabilitas bobot lahir dan bobot
sapih yang masuk dalam klasifikasi positif tinggi dan sedang menunjukkan tingginya
keragaman yang diakibatkan pengaruh genetik aditif terhadap suatu sifat sedangkan
selebihnya diakibatkan pengaruh genetik non aditif.Adanya perbedaan nilai heritabilitas
bobot lahir dan bobot sapih diduga oleh perbedaan keragaman genetik, lingkungan dan atau
jumlah data dan metode analisis yang digunakan(Viera Valencia & Garcia Giraldo, 2019).
Apabila suatu sifat mempunyai heritabilitas tinggi atau sedang maka perbaikan mutu genetik
dengan cara seleksi akan lebih efektif dan memberikan respon yang besar.
Korelasi genetik adalah korelasi dari pengaruh genetik aditif atau nilai pemuliaan
antar kedua sifat itu. Korelasi dapat dikatakan ada jika gen-gen yang mempengaruhi sifat
pertama juga mempengaruhi sifat kedua. Berdasarkan data diatas diperoleh nilai korelasi
genetik pada bobot lahir dan pada bobot sapih yaitu - 0,07 yang masuk dalam kategori
rendah.Nilai korelasi genetik termasuk dalam kategori rendah apabila nilainya kurang dari
0,01; katagori sedang apabila nilainya 0,01 sampai 0,03; dan kategori tinggi apabila berada
pada kisaran 0,30 sampai 1,00(Telupere et al., 2014). (Adhianto et al., 2017) menyatakan
bahwa Seleksi untuk satu sifat akan berpengaruh terhadap sifat lain, sehingga untuk
menghasilkan bibit yang memiliki produktivitas dan kualitas yang tinggi, dapat dilakukan
seleksi pada saat lahir dan tidak perlu menunggu ternak mencapai umur sapih. Dua sifat yang
memiliki nilai korelasi positif berarti seleksi untuk memperbaiki satu sifat dapat
meningkatkan sifat yang lainnya, sedangkan bila nilai korelasinya negatip berarti dengan
menyeleksi satu sifat akan memperburuk sifat lainnya. Korelasi genetik dapat berubah dalam
populasi yang sama selama beberapa generasi apabila dilakukan seleksi secara
intensif . .Faktor yang memengaruhi korelasi genetik diantaranya adalah factor lingkungan
dan genetik.
Ripitabilitas merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu sifat yang
diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup. Ripitabilitas dibagi
menjadi dua metode, yaitu metode antar kelas dan dalam kelas. Perbedaan kedua metode
tersebut adalah jumlah catatan yang digunakan. Pendugaan dengan metode antar kelas
digunakan apabila terdapat 2 catatan produksi, sedangkan pendugaan dengan metode dalam
kelas digunakan apabila catatan produksinya lebih dari lebih dari 2.Berdasarkan data diatas
diperoleh nilai ripitabilitas pada bobot lahir yaitu - 0,01 dan nilai ripitabilitas pada bobot
sapih yaitu 1,04 yang artinya hasil tersebut diluar rentang nilai. Hal tersebut tidak sesuai
dengan pendapat Supartini dan Darmawan, (2012).Nilai ripitabilitas dibagi ke dalam tiga
kategori, rendah (0 sampai 0,2), sedang (0,2 sampai 0,4), tinggi (diatas 0,4).Hal ini
disebabkan data yang digunakan kurang valid disamping itu Perbedaan populasi diduga
menyebabkan perbedaan nilai ripitabilitas berat lahir dan berat sapih. Selain itu, perbedaan
metode analisis juga dapat menyebabkan perbedaan nilai ripitabilitas yang diperoleh (Tribudi
et al., 2019).apabila terjadi perubahan komponen ragam penyusunnya akan menyebabkan
perbedaan nilai ripitabilitas .
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil yang didapatkan yaiti berdasarkan nilai heritabilitas bobot lahir
dan bobot sapih sebesar 0,58 yang masuk dalam kategori tinggi dan 0,13 yang masuk dalam
kategori sedang. Apabila suatu sifat mempunyai heritabilitas tinggi atau sedang maka
perbaikan mutu genetik dengan cara seleksi akan lebih efektif dan memberikan respon yang
besar. Berdasarkan data diatas diperoleh nilai korelasi genetik pada bobot lahir dan pada
bobot sapih yaitu - 0,07 yang masuk dalam kategori rendah. Dua sifat yang memiliki nilai
korelasi positif berarti seleksi untuk memperbaiki satu sifat dapat meningkatkan sifat yang
lainnya, sedangkan bila nilai korelasinya negatip berarti dengan menyeleksi satu sifat akan
memperburuk sifat lainnya. Berdasarkan data diatas diperoleh nilai ripitabilitas pada bobot
lahir yaitu - 0,01 dan nilai ripitabilitas pada bobot sapih yaitu 1,04 yang artinya hasil
tersebut diluar rentang nilai. Hal ini disebabkan data yang digunakan kurang valid
disamping itu Perbedaan populasi diduga menyebabkan perbedaan nilai ripitabilitas berat
lahir dan berat sapih. Selain itu, perbedaan metode analisis juga dapat menyebabkan
perbedaan nilai ripitabilitas yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi, Prajayastanda, J., & Ngadiyono, N. (2014). Estimasi heritabilitas sifat pertumbuhan
domba ekor gemuk di unit pelaksana teknis pembibitan ternak-hijauan makanan
ternak garahan. Buletin Peternakan, 38(3), 125-131.
Arif Tribudi, Y., & Tohardi, A. (2018). Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir Dan Bobot
Sapih Pada Babi Duroc Dan Yorkshire. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal
Production, 19(1), 46–52. https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2018.019.01.7
Bandung, P., Upbs, S., Morristiana, K. S. P., Indijani, H., & Tasripin, D. S. (2017). 305 Hari
Sapi Perah Fries Holland Di Pt . Ultra Repeatability Estimates and Most Probable
Production Ability of Fries Holland Dairy Cow At 305 Days Milk Production in Pt .
Ultra Peternakan Bandung Selatan ( Upbs ). 1–12.
Deriany, N., Anang, A., & Indrijani, H. (2019). Ripitabilitas Dan Mppa Produksi Susu 305
Hari Sapi Perah Keturunan Pejantan Impor Di Bbptu Hpt Baturraden. Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran, 20(1), 1–12.
Eka Saputra, H., Wahyuni Ganefianti, D., Salamah, U., Sariasih, Y., & Dwi Ardiansyah, N.
(2019). Estimasi Ragam, Jumlah Kelompok Gen Pengendali Karakter dan Heritabilitas
Hasil Tomat di Dataran Rendah. Jurnal Hortikultura Indonesia, 10(2), 112–118.
https://doi.org/10.29244/jhi.10.2.112-118
Hermanto, R., Syukur, M., & . W. (2017). Pendugaan Ragam Genetik dan Heritabilitas
Karakter Hasil dan Komponen Hasil Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) di Dua
Lokasi. Jurnal Hortikultura Indonesia, 8(1), 31. https://doi.org/10.29244/jhi.8.1.31-38
Sari, E. M., Abdullah, M. A. N., & Hasnani, C. (2016). Estimasi Nilai Heritabilitas Sifat
Kuantitatif Sapi Aceh. Jurnal Agripet, 16(1), 37.
https://doi.org/10.17969/agripet.v16i1.3530
Telupere, F. M. S., Katipana, N. G. F , & Cendana, U. N. (2014). THE EFFECT OF
ALTITUDES AND CARE SYSTEM ON THE GENETIC CORRELATION Email :
kupangph@yahoo.com.
Tribudi, Y. A., Nurgiartiningsih, V. M. A., & Prihandini, P. W. (2019). Pendugaan nilai
heritabilitas sifat pertumbuhan pada Sapi Madura. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 29(2),
152–157. https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2019.029.02.06
Viera Valencia, L. F., & Garcia Giraldo, D. (2019). Estimasi parameter genetik dan
kemampuan berproduksi performans pertumbuhan kambing rambonGenetic.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 3(5), 1–16.