Anda di halaman 1dari 880

VISUALISASI TOKOH :

Gwendolyn Rosiatrich Edmund Rosiatrich


Abigail Mileva
Duchess of Caleigh Duke of Caleigh
29 Tahun
23 Tahun 30 Tahun

Dr. Harvey Shawn Maxwell Sigmar Albrighton Quentin Remian


2nd Prince of Arbavia 1st Prince of Teutonia Teutonia Elite Knight
29 tahun 28 Tahun 27 tahun
Prolog

Tidak pernah terlintas sekali pun dalam pikirannya kalau


Gwen akan terpuruk begitu rendah. Gwen yang
merupakan wanita paling dipuja di negerinya, bangsawan
yang menguasai tiga bahasa serta disebut Permata
Teutonia, kini bahkan tidak sanggup mengangkat
kepalanya di hadapan orang yang dulu selalu
membuatnya tenteram.

"Aku mau bercerai." Gwen mengatakannya, lirih dan


pelan. Namun kalimat itu jelas didengar oleh suaminya
yang duduk di seberangnya dan berbagi meja yang sama
dengannya. Edmund Rosiatrich dijuluki Serigala Perang,
dia ditakuti sekaligus dikagumi. Namun Gwen sudah
belasan tahun mengingatnya sebagai pribadi yang, walau
terkesan dingin, kerap memberinya perhatian. Dia tidak
pernah menganggap Edmund menakutkan, bahkan
walau dia pernah melihat sendiri Edmund mengayunkan
pedangnya dan menebas tanpa ampun pada beberapa
kriminal yang mencoba membajak kereta kudanya
beberapa tahun silam.

Makan siang mereka hari itu terasa muram dan kelabu.


Gwen tidak sanggup menelan daging panggangnya sama
sekali dan hanya menyesap air putih. Sang duke,
suaminya, juga berhenti mengunyah. Untuk pertama
kalinya Gwen seakan tidak mengenal suaminya yang kini
memandangnya tajam penuh amarah yang ditahan.
"Omong kosong apa yang kau katakan, Gwen?" Edmund
memaksakan senyuman. Suaranya terdengar getir.
"Aku tidak tahan hidup seperti ini. Semua rumor itu dan
cara mereka menggunjingku, aku rasa aku tidak bisa
menerimanya lagi." Gwen menegaskan maksudnya.
"Gwen, aku tidak mau ...." Edmund menggeleng seraya
mengangkat tangannya.

"Lagi pula kau tidak pernah mencintaiku, kau tidak pernah


menginginkanku dan aku berhak bahagia." Gwen
menyadari kalau suaranya berubah parau.

Dia begitu mencintai Edmund, bahkan walaupun pria itu


telah menyakitinya sampai dia sulit bernapas karena
duka. Namun Gwen sudah mengumpulkan semua
serpihan harga diri dan tekad yang tersisa untuk
permohonan cerainya hari ini. Dia tidak akan membiarkan
perasaannya mengalahkan logika.

"Aku sudah minta maaf tentang Lady Abigail. Aku sudah


bilang kalau itu kesalahan, dan aku tidak mencintainya."
Edmund mencoba meraih tangan Gwen.

"Kalau begitu, tinggalkan dia dan jangan temui dia sama


sekali." Gwen mengajukan syaratnya.
Edmund terdiam sejenak, memandang istrinya penuh
penyesalan.

"Kau tahu, aku tidak bisa melakukan itu, Gwen. Tidakkah


kau bisa puas dengan status sebagai duchess dan
mendampingiku sampai kita menua?" Edmund
menggenggam erat tangan lembut istrinya yang jelita
sambil mengatakan kalimat egois tanpa rasa bersalah.
Edmund membutuhkan Gwen, karena latar keluarganya,
karena Edmund bisa menggunakan Gwen sebagai istri
sempurna dan dibanggakan. Lady Abigail tidak bisa
melakukannya karena dia hanya wanita bangsawan dari
keluarga yang tidak terlalu berpengaruh. Selain itu, dia
seorang janda.

Gwen tersenyum pahit, karena ironisnya, dia kini ingin


menjadikan dirinya sendiri sebagai janda tanpa anak,
yang walau tidak ada aturan tertulis, entah bagaimana,
dianggap sebagai golongan perempuan kelas dua dan
akan sulit menikah kembali.

"Aku akan menceraikannya setelah tiga bulan. Setelah


situasi aman dan tenang, aku akan memutuskan
hubunganku dengannya." Edmund melihat mata istrinya
untuk meyakinkannya.
Gwen menanggapi dengan sedikit senyuman sinis.
Edmund tidak akan bisa menjamin kata-katanya.
Kalaupun itu benar, anak itu akan selalu mengikat
Edmund dengan Lady Abigail. Gwen tidak akan bisa
tahan untuk selalu hidup di bawah bayang-bayang
Abigail.

"Tidak, keputusanku sudah bulat." Gwen berkata tegas,


membuang pandangannya dan beranjak dari duduknya.
Dia pun secara halus menepis tangan suaminya yang
berusaha memegang bahunya.

"Sampai kapan pun, namamu adalah Gwendolyn


Rosiatrich, dan aku akan memastikannya." Edmund
menegaskan keegoisannya sambil memandangi istrinya
pergi. Kalau waktu bisa diulang kembali, Edmund ingin
mengutuk segala minuman keras di malam itu yang
membuatnya terlena pada Abigail. Tapi semua sudah
terjadi. Edmund sendiri tidak tahu, sejak kapan hatinya
bisa terasa tersayat ketika membayangkan Gwen benar-
benar meninggalkannya?
The Duchess Want a Divorce

Bab 1 - The Duke and His Wife

"Your Grace, apa Anda sudah siap?" William, sang butler


kediaman Rosiatrich, bertanya pada nyonyanya. Ketika itu
Gwendolyn sudah selesai menyapukan riasan terakhir pada
wajahnya.

Suaminya tidak terlalu suka dandanan mencolok, karena itu


Gwen hanya menggunakan riasan wajah tipis serta gaun
berwarna gading yang tidak memiliki banyak payet atau
ornamen. Gwen juga mengenakan perhiasan yang walaupun
sederhana, tapi tidak dapat menyembunyikan
kemewahannya. Kalung safir oranye yang dia kenakan
adalah perhiasan turun-temurun keluarga Rosiatrich.

Gwendolyn Rosiatrich mungkin tidak mengenakan gaun


paling mewah atau berpenampilan paling glamor. Namun
dipastikan seperti biasanya, Gwendolyn akan bersinar paling
terang ketimbang wanita bangsawan lainnya yang hadir di
acara istana kerajaan malam ini.

"Sebentar lagi, William," kata Gwen sambil mengulas


senyuman tipis.

Gwendolyn Rosiatrich baru tiga bulan menyandang gelar


duchess di namanya. Wanita muda yang baru berusia dua
puluh tiga tahun itu memang terkenal sebagai wanita paling

Anna Kanina
1
The Duchess Want a Divorce

atraktif di Teutonia. Secara fisik, dia memang luar biasa


mengesankan. Kulitnya putih dengan sedikit rona merah
muda bersemu di pipinya. Rambut ikalnya berwarna
tembaga terang yang membuatnya mudah menjadi pusat
perhatian di mana pun dia berada. Paras wajahnya pun
sempurna tanpa cela.

Berasal dari keluarga bangsawan dan merupakan kerabat


jauh keluarga kerajaan, juga menjadikan Gwen sebagai figur
elegan dan teladan bagi wanita lain di sekitarnya.
"Duke Edmund sangat beruntung bisa menikahi
Gwendolyn." Begitulah kira-kira yang berada dalam benak
butler, pelayan, dan orang-orang di sekitarnya.

"Anda pasti sangat bersemangat, Your Grace, karena pada


akhirnya akan bertemu kembali dengan Tuan Duke setelah
dua bulan berpisah." Salah seorang pelayannya berkomentar
sambil merapikan gaunnya.

"Ah, iya, tentu saja aku sangat menantikannya," kata Gwen


dengan wajah tersipu.

"Anda sudah siap, Your Grace?" tanya William lagi.


"Maaf, aku melamun, William. Mari, kita berangkat
sekarang," kata Gwen menanggapi.

Anna Kanina
2
The Duchess Want a Divorce

Kereta kuda mewah yang berukir simbol keluarga Rosiatrich


mulai bergerak menuju istana dengan ditarik kuda-kuda
gagah keturunan superior peliharaan Rosiatrich Mansion.
Malam hari itu cukup cerah, angin saja enggan bertiup
sehingga suara roda yang melalui kerikil jalanan terdengar
cukup gaduh. Namun segala persiapan untuk menyambut
hari ini ternyata cukup membuatnya lelah, sehingga wanita
itu merasa mengantuk.

Duke Edmund Rosiatrich pergi ke medan perang sekitar dua


bulan yang lalu. Mereka berhasil menaklukan kerajaan kecil
bernama Iberia dan pulang kembali dengan membawa
kemenangan. Sesuai tradisi, para kesatria yang datang dari
medan perang akan menerima penghormatan khusus dari
Raja Teutonia.

Edmund bertugas sebagai jenderal yang bertanggung jawab


dalam perang tersebut dan tentu saja dia akan menerima
sambutan khusus dari Raja.

"Your Grace, kita sudah sampai." Pelayannya memberi tahu.


Kasak-kusuk langsung terdengar begitu kereta dengan
lambang Rosiatrich tiba di depan istana. Tentu saja, duke
Rosiatrich adalah bintang utama malam ini. Namun publik
juga penasaran dengan duchess Rosiatrich yang disebut-
sebut sebagai Permata Teutonia.

Anna Kanina
3
The Duchess Want a Divorce

Bisa dibilang ini adalah kali pertama Gwendolyn hadir dalam


acara besar dan melibatkan banyak orang dan media selama
setahun terakhir. Biasanya Gwendolyn terlibat sosialisasi
dalam lingkup kecil saja, seperti acara minum teh dengan
para wanita bangsawan atau semacamnya.

Gwendolyn turun dari kereta kudanya dengan langkah


anggun. Para kesatria penjaga gerbang bahkan seperti
kehilangan napas untuk sesaat ketika melihat sosok Gwen.
Sulit untuk mencari kecantikan yang bisa menyaingi duchess
Rosiatrich di ibu kota ini.

"Lama sekali, Gwen?" Earl Remian menyapa seraya


mengulurkan lengannya. Gwen segera menyambut dan
menggandeng kakaknya.

"Maaf, banyak yang harus disiapkan di mansion. Kau kan


tahu, seluruh penghuni Rosiatrich Mansion menanti-nanti
saat ini, Quentin." Gwen menjelaskan.

Quentin Remian adalah pria bertubuh tinggi dan tegap.


Gwen dan dirinya bisa dibilang tidak mirip, tapi sebagaimana
keluarga Remian lainnya, dia adalah laki-laki yang atraktif.
Quentin memiliki rambut merah kecokelatan yang diikat
dengan tali hitam. Matanya biru jernih seperti adiknya,
Gwen.

Anna Kanina
4
The Duchess Want a Divorce

"Memang berat harus mengatur mansion sebesar itu


sendirian, Gwen. Apalagi kau harus melakukannya ketika
baru satu bulan menikah. Apakah kau sudah bisa beradaptasi
dengan baik di sana? Apakah mereka memperlakukanmu
dengan baik?" Quentin memberondongnya dengan
pertanyaan.

"Kau tidak perlu khawatir, Quentin. Sebenarnya kepala


pelayanku mengerjakan hampir semuanya. Aku harus
banyak belajar dari dia. Tidak mudah menjadi duchess, tapi
aku merasa sudah bisa memahami tugas-tugasku," kata
Gwen, berusaha meyakinkan kakaknya.

"Ya, dulu yang kau pikirkan hanya bagaimana caranya agar


bisa menikah dengan Edmund. Kau sepertinya tidak
memikirkan sama sekali kalau kau nantinya akan bergelar
duchess. Gelar itu dibebani tanggung jawab besar," kata
Quentin lagi, yang kali ini disertai dengan senyuman
mengejek.

"Oh, ya ampun, haruskah kita bahas itu sekarang?" Pipi


Gwen mulai bersemu merah karena mengingat masa
lalunya.

Gwen sudah jatuh hati pada Edmund sejak dia remaja, ketika
itu Edmund belum menjabat sebagai kepala keluarga
Rosiatrich. Sesuai aturan negara, sebelum pewaris cukup

Anna Kanina
5
The Duchess Want a Divorce

umur, maka akan diwakilkan oleh kerabatnya. Saat itu


paman Edmund bertindak sebagai duke sementara.
Edmund adalah anak pertama dengan satu orang adik
perempuan. Karena itu, penentuan pewaris titel duke
Rosiatrich tidak butuh waktu lama. Selain garis keturunan
yang jelas, Edmund adalah seseorang yang cerdas dengan
kapabilitas tinggi.

Gwendolyn yang jelita sudah tersohor di seantero Teutonia.


Dan ketika Gwen berumur delapan belas tahun, lamaran pun
mulai datang beruntun ke alamat kediaman Remian. Banyak
keluarga bangsawan menginginkan Gwen menjadi istri
karena titel, kecerdasan, dan kecantikannya. Namun yang
Gwen inginkan adalah lamaran dari Edmund.

Gwen tidak pernah bisa mengenyahkan sosok pria penyuka


atribut kemiliteran itu dari pikirannya. Edmund bertugas
sebagai bagian dari Kesatria Kerajaan yang kerap
mengunjungi istana karena pekerjaannya. Gwen sendiri
berteman dekat dengan Putri Gisca sehingga kerap
berkunjung ke istana. Pertemuan-pertemuan singkat di
antara mereka berdua mungkin tidak bermakna bagi
Edmund yang serius, tapi menumbuhkan bunga-bunga di
hati Gwendolyn.

Anna Kanina
6
The Duchess Want a Divorce

Memendam rasa cinta selama hampir satu dekade lamanya,


akhirnya Gwen lebih dahulu bertindak. Gwen-lah yang
melamar Edmund untuk menjadi suaminya.

Selama Gwen melamunkan kisah masa lalunya, dia


menyaksikan para tamu mulai membariskan diri. Artinya
sebentar lagi acaranya akan dimulai. Gwen sangat cemas
sekaligus bersemangat, dia mencengkeram lengan kakaknya
lebih kuat karena dikuasai perasaan gugup.

"Paduka Raja dan Ratu sudah tiba!" Seorang ajudan berseru


dengan suara baritonnya. Seisi ruangan aula luas itu tampak
berhenti berkasak-kusuk. Gwen melirik ke sekitarnya.
Tampaknya ada ratusan kesatria yang berjaga di sekeliling
mereka.

Gwen menyaksikan pasangan dengan kedudukan tertinggi di


Teutonia itu mulai menduduki singgasananya. Gwen jarang
bertegur sapa dengan Raja Phillip, tapi dia cukup akrab
dengan Ratu Starla karena beberapa kali ikut jamuan teh
bersama. Namun suasana di sekitar mereka kini berbeda dari
biasanya. Mereka tampak lebih agung dan berkuasa.
Biasanya di sehari-harinya, setahu Gwen, pasangan itu
memakai pakaian yang sama sepertinya dan juga makan
makanan yang sama dengannya. Hanya saja kali ini, entah
mengapa, Gwen merasa kedua orang itu tampak berasal dari
dimensi yang berbeda dengannya.

Anna Kanina
7
The Duchess Want a Divorce

Gwen lalu memperhatikan, ada para pangeran dan putri


duduk di sekitar mereka. Gisca si putri bungsu, sahabatnya,
tampak gemerlap dengan gaun karya desainer kenamaan
kerajaan. Lengkap dengan tiara dan perhiasan mewah di
tubuhnya. Gisca memiliki banyak koleksi pakaian dan
perhiasan, sayangnya dia tidak punya banyak kesempatan
untuk memamerkannya. Kali ini putri manja itu benar-benar
tampil total.

"Duke Edmund Rosiatrich dan para kesatrianya sudah tiba!"


Ajudan itu berseru lagi. Gwen merasa jantungnya berdegup
lebih cepat dari normal.

Edmund Rosiatrich tampak gagah dengan seragam kesatria


kerajaannya. Dia membawa dan mengenakan seluruh
atribut, termasuk pedang bergagang perak kesayangannya
yang disarungkan di pinggangnya. Ada banyak rumor kenapa
sang duke begitu menyukai pedang itu, kabarnya pedang
perak itu pernah dia gunakan untuk membunuh vampir. Tapi
itu semua hanyalah rumor, ketangguhan duke Rosiatrich di
medan perang memang cukup melegenda.

Edmund adalah sosok pria tampan dan gagah, berambut


hitam dengan iris mata segelap palung lautan terdalam.
Julukannya adalah Serigala Perang karena prestasinya yang
membanggakan ketika menaklukkan dan mengendalikan
negara-negara jajahan Teutonia.

Anna Kanina
8
The Duchess Want a Divorce

Gwen merasa berdebar karena rindu. Dia ingin segera


memeluk suaminya dan membawanya pulang ke rumah
mereka. Gwen ingin mendengar kisah-kisah menggetarkan
dari negeri seberang yang sering kali dituturkan oleh
Edmund setiap petang di ruang baca favorit mereka. Gwen
ingin melihat senyum Edmund dan mendengar suaranya.
Gwen tidak menyimak seluruh rangkaian prosesi pemberian
penghargaan itu. Tidak butuh waktu lama, segala protokol
menjemukan itu telah usai. Raja dan ratu sudah
meninggalkan singgasana mereka dan membiarkan tamu-
tamunya untuk saling bersosialisasi.

"Gwen, apa kau sehat?" Kalimat pertama yang dilontarkan


Edmund menimbulkan rasa haru di hati Gwen. Wanita itu
hanya menanggapi dengan senyum semringah.
Gwen menyambut tangan Edmund yang hangat dan
mengenggamnya kuat.

Kalau mengikuti nalurinya, Gwen ingin melompat dan


memeluknya sekarang juga, tapi harga dirinya tidak
mengizinkan itu. Mereka kini adalah tontonan banyak orang.
Edmund dan Gwen hanya saling menatap dan tersenyum.
Edmund adalah tokoh sentral dalam acara kali ini. Tentunya
orang-orang berebut menyalami dan menanyainya banyak
hal. Gwen yang protektif rasanya ingin sekali mengusir
mereka demi melindungi suaminya yang lelah karena
membela negara Teutonia itu.

Anna Kanina
9
The Duchess Want a Divorce

"Gwen, aku harus bicarakan sesuatu padamu nanti. Kuharap


kau belum terlalu mengantuk," kata Edmund dengan lembut
seraya membelai pipi istrinya yang jelita.

"Iya, Ed. Aku siap menemanimu mengobrol sampai larut. Aku


akan meminta William membuatkanku kopi agar aku
terjaga," kata Gwen bersemangat.

Edmund tertawa. "Tidak, Gwen, tidak akan selama itu."


Entah kenapa Gwen merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan mungkin akan terjadi. Menurut beberapa
buku roman yang pernah dibacanya, biasanya akan ada
sesuatu yang salah kalau kita terlalu bahagia.

Anna Kanina
10
The Duchess Want a Divorce

Bab 2 - Peaceful Night

Yang dikhawatirkan Gwen tidak terjadi. Duke hanya


memberi tahu kalau dia mungkin harus meninggalkannya
lagi untuk tiga hari. Dia bilang ada masalah di salah satu
perkebunan keluarga. Edmund bilang dia tidak bisa percaya
pada pamannya yang bertugas sebagai penanggung jawab,
dan ingin melihatnya sendiri. Gwen sudah paham. Sejak
sebelum mereka menikah, Duke adalah orang yang sibuk.
Selain masih menjadi kesatria aktif kerajaan, dia juga adalah
kepala Dukedom Rosiatrich. Karena itu, Gwen hanya
mengangguk dan membaringkan kepalanya yang cantik di
lengan gagah suaminya.

Edmund banyak mendongeng pada istrinya. Tentang musuh


yang dia hadapi, tentang hal-hal menarik yang dia temui di
negara asing, sampai budaya orang-orangnya. Edmund juga
bangga bercerita, kalau kemenangannya artinya dia telah
membebaskan ribuan budak di negara jajahan Teutonia yang
baru itu. Teutonia adalah salah satu negara pertama di
benua barat yang menentang perbudakan. Seluruh wilayah
yang mereka kuasai harus bersedia membebaskan budak-
budak mereka.

Kebanyakan budak itu masih berada di posisi yang sama dan


melakukan pekerjaan yang sama. Bedanya kini mereka harus

Anna Kanina
11
The Duchess Want a Divorce

menerima bayaran dan hak-hak lain yang tidak pernah


mereka rasakan sebelumnya.

Malam yang seharusnya romantis, di mana mereka bisa


saling melepas rindu, hanya diakhiri dengan pelukan dan
kecupan di kening oleh sang duke. Kecewa sekaligus
maklum, Gwen hanya merengut ketika Duke meninggalkan
kamarnya. Gwen pun memeluk bantalnya dan menarik
selimutnya. Sambil memejamkan mata, dia mengkhayalkan
Edmund, seperti kebiasaannya sejak dia remaja dulu.

Gwen belum menjadi istri Edmund sepenuhnya. Keluarganya


seakan paham akan watak Gwendolyn. Gadis itu memuja
Edmund sejak belia dan selalu tahu kalau dia akan menikahi
sang duke. Namun Edmund yang berteman baik dengan
Quentin, kakaknya, selama ini memperlakukan Gwen
sebagai gadis kecil atau adik yang tidak terlalu akrab.

Keluarga Remian tidak mengira kalau sang duke akan


melamar Gwen setelah sebelumnya menolak lamaran gadis
itu. Gwen mengira Edmund mungkin berusaha menjaga
kehormatannya karena tidak biasa bagi pihak perempuan
yang melamar. Tapi bagi keluarga Gwen, Duke tampak tidak
terlalu serius dengan putri mereka. Duke dan keluarga
Remian pun membuat kontrak. Dia harus berjanji untuk
tidak akan menyentuh Gwen sebelum usia pernikahan
mereka mencapai satu tahun. Mereka khawatir putri

Anna Kanina
12
The Duchess Want a Divorce

keluarga kebanggaan mereka tidak akan menerima cinta


yang diinginkannya atau ditinggalkan oleh Duke yang
kehilangan minat. Setidaknya, jika pernikahan mereka
berakhir, Gwen tidak akan menjadi janda yang hamil atau
sudah memiliki anak.

Selama satu tahun ini, Duke harus meyakinkan dirinya kalau


dia bersedia menghabiskan hidupnya bersama Gwen yang
manja dan terlalu ceria itu. Karakternya hampir bertolak
belakang dengan Edmund yang dingin dan serius.

Gwen juga diminta untuk saling mengenal dan merebut hati


suaminya. Gwen tidak terlalu paham, dia terbiasa dipuja dan
dicinta. Padahal yang dia lakukan hanya tersenyum dan
tampil dengan aura secerah matahari pagi di depan semua
orang. Puluhan lamaran sudah dia tolak dan beberapa
disebut pernah dengan bodohnya menyerang Duke Edmund,
hanya karena semua orang tahu kalau dia adalah objek
pemujaan Gwendolyn Remian.

Gwen bangkit dari rebahnya begitu menyadari realisasi yang


tiba-tiba, berkat khayalan sebelum tidurnya. Edmund terlalu
sibuk. Mereka sudah tiga bulan menikah, dan dua bulan dari
itu Edmund pergi ke medan perang. Kemudian dia mau pergi
lagi. Kalau dia tidak harus berdinas, dia biasa sibuk di ruang
kerjanya dari pagi sampai petang dan hanya menemui
Gwendolyn ketika makan malam dan sebelum tidur.

Anna Kanina
13
The Duchess Want a Divorce

Pantas saja banyak yang menganggap Edmund menerima


lamaran Gwen karena tidak mau repot. Dia seorang duke,
dan selalu didesak untuk menikah. Adanya Gwen yang
merupakan gadis bangsawan dari keluarga Marquis Remian
yang terhormat, serta populer di kalangan rakyat, adalah
jalan keluar mudah baginya.

Gwen tahu kalau terus begini, dia tidak bisa mendapatkan


cinta sang duke. Dia harus memikirkan masa depannya
bersama Edmund. Karena sang duke selalu dingin dan jarang
berinisiatif, maka harus Gwen yang aktif.

***

"Aku ingin ikut ke perkebunan bersamamu, Your Grace."


Edmund menghentikan goresan penanya. Dia sedang berada
di ruang kerjanya, dengan tumpukan perkamen yang
ditabung selama berbulan-bulan selama kepergiannya ke
medan perang. Edmund memandang istrinya dengan mata
lelah. Dia selalu tidur lebih malam dan bangun lebih pagi,
mungkin lebih awal daripada para pelayan.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Mungkin itu akan bagus untuk pengalamanku, agar aku bisa


menjadi duchess yang lebih baik." Gwen menyahut malu-

Anna Kanina
14
The Duchess Want a Divorce

malu, merasa bersalah karena menutupi niatnya yang


sebenarnya.

"Seorang duchess hanya perlu menghabiskan uang


suaminya; beli gaun dan perhiasan, ikut acara amal,
percantik mansion keluarganya. Kau tidak perlu menambah
bebanmu dengan urusan bisnis, Gwen." Edmund berbicara
dengan mata tetap membaca dokumen di mejanya.

"Yah, urusan rumah tangga masih dikerjakan oleh William.


Aku ingin melihat perkebunan. Selain mungkin akan belajar
hal baru, aku juga dengar kalau pemandangan di sana sangat
indah," ujar Gwen.

"Jadi, kau hanya ingin berjalan-jalan?" Edmund bicara sambil


melihat mata sang duchess seakan dia baru saja mengatakan
hal yang tabu. Apa kata "liburan" tidak pernah ada dalam
kamus Edmund?

"Mu-mungkin aku juga bisa membantumu di sana," kata


Gwen lagi.

"Membantu apa?" Edmund mendengkus, menahan tawa.


Gwen seketika muram. Mungkin itu hanya perasaannya, tapi
Duke seakan meremehkan dirinya.

Anna Kanina
15
The Duchess Want a Divorce

Edmund berdehem begitu menyadari perubahan air muka


istrinya. Dia bangkit dari duduknya dan mengelus pipi kanan
Gwen.

"Itu perjalanan yang jauh, mungkin kau tidak akan nyaman,


mungkin kita juga harus berkuda. Kau mengerti, kan,
maksudku? Naik kuda, bukan naik kereta kuda." Edmund
menjelaskan lagi.

"Tapi aku ingin ikut, aku ingin lebih sering bersamamu.


Bukankah kita pengantin baru?" Gwen merajuk. Apa
gunanya dia berpura-pura? Edmund adalah orang yang
paling tahu tentang perasaannya. Dia pasti sudah membaca
kalau alasan Gwen sebenarnya adalah karena ingin bersama
Edmund.

"Baiklah, asal kau berjanji untuk tidak sering mengeluh di


sana." Edmund mengacak rambut Gwen yang sudah susah
payah ditata oleh para pelayannya tadi pagi.

"Terima kasih, Your Grace," sahut Gwen ceria.

"Gwen, biasakan untuk memanggilku Edmund atau Ed,


apalagi ketika kita hanya berdua." Sang duke mengingatkan
dengan nada lembut.

Anna Kanina
16
The Duchess Want a Divorce

Gwen merentangkan tangannya dan memeluk pinggang


suaminya karena perasaan senang.

"Aku mencintaimu, Ed." Gwen berkata, tersipu sambil


memejamkan mata, merasa tenteram. Dia sudah sering
mengatakannya, bahkan sebelum dia menikahi sang duke.

Duke Edmund hanya tersenyum tipis sambil membalas


pelukan istrinya tanpa menanggapi apa pun.

Anna Kanina
17
The Duchess Want a Divorce

Bab 3 - The Roses Field

Caleigh Mansion, itu adalah nama hunian bernuansa


pegunungan yang didirikan di perkebunan kopi Rosiatrich.
Desa Caleigh terkenal dengan tanahnya yang subur karena
letaknya di lereng gunung. Dukedom Rosiatrich sendiri
punya ratusan hektar tanah perkebunan yang ditanami kopi
serta mawar. Kopi adalah komoditi mahal di negara Teutonia
dan hanya dapat tumbuh di beberapa lokasi saja, termasuk
di tanah yang dimiliki Dukedom Rosiatrich.

Selain kopi, semak mawar juga terlihat di mana-mana.


Namun mereka tidak menjual bunga potong. Kelopak dan
kuncup mawar itu dipanen dan dikeringkan untuk dijadikan
teh mawar. Buahnya yang disebut rose hip juga dipanen
sebagai suplemen dan diseduh sebagai pendamping daun
teh.

Kabarnya, ada penurunan hasil panen yang lumayan drastis.


Padahal cuaca stabil seperti biasa. Pengelola juga rutin
memperbaharui tanamannya serta memberi mereka pupuk
organik terbaik. Penyebabnya pun belum diketahui.
Gwen memulai perjalanannya dengan kereta kuda yang
ditarik oleh empat ekor kuda gagah keturunan terbaik yang
dimiliki Rosiatrich Mansion. Interior keretanya juga mewah
dengan ukiran bercat emas serta sofa empuk yang nyaman.
Edmund duduk bersama Gwen di sana dengan tangan

Anna Kanina
18
The Duchess Want a Divorce

memegang sebuah buku yang terlihat tua. Gwen mencoba


membaca tulisan yang tertera di sampulnya, tapi dia tidak
yakin dengan tulisannya karena sudah kabur dan sedikit
kotor.

"Apa ada yang ingin kau katakan, Gwen?" Edmund


menyadari kalau istrinya tengah melihat buku di tangannya
dengan penuh minat.

"Itu buku apa?"

"Hanya buku tua, tentang hal-hal supranatural, sihir, dan


semacamnya," jawab Edmund.

"Oh, jadi hal seperti itu benar-benar ada?" Gwen bertanya


lugu.

Edmund diam sejenak sebelum akhirnya mengulas senyum


tipis.

"Mungkin."

"Tidak perlu memikirkannya, ini hanya buku, dan hal-hal


seperti itu sudah lama sekali tidak pernah didengar di
Teutonia. Aku membacanya hanya sebagai hiburan."
Edmund menggeleng, kemudian menutup bukunya.
"Aku bosan."

Anna Kanina
19
The Duchess Want a Divorce

"Kau sudah berjanji tidak akan mengeluh." Edmund


mengingatkan.

"Setidaknya kau bisa menemaniku mengobrol."


Gwen menguap, udara sejuk dan kebosanan membuatnya
mengantuk.

"Tidurlah dulu, aku akan membangunkanmu ketika sudah


sampai di mansion," saran Edmund.

"Baiklah." Gwen menyahut ceria. Gadis itu meraih bantal


empuk yang disiapkan di kereta kuda, kemudian
menaruhnya di pangkuan Edmund.

Gwen pun menaruh kepalanya di sana dengan ekspresi


nyaman. Duke Edmund seketika kaku karena perilaku
istrinya yang di luar dugaan. Betapapun Edmund menjaga
jarak dengan Gwen, gadis itu tidak peduli dan tetap
melakukan apa pun yang diinginkannya.

"Gwen, apakah tidak pegal seperti ini?" Edmund bicara hati-


hati.

"Oh, apakah kepalaku berat, Ed?" Gwen bertanya lugu.


"Tidak, sih, tapi-"

Anna Kanina
20
The Duchess Want a Divorce

"Kalau begitu, izinkan aku begini sebentar." Gwen


memejamkan matanya damai dengan seulas senyum di bibir
cantiknya.

Duke Edmund menghela napas, dengan sedikit ragu dia


menaruh tangannya yang besar di rambut Gwen dan mulai
mengelusnya. Memberikan istrinya kenyamanan. Edmund
merasa Gwen lucu karena tingkahnya yang
mengingatkannya pada Louie, kucing peliharaannya dulu
yang manja.

Ketika dia mendengar Gwen mulai mendengkur pelan,


Edmund kembali melihat bukunya yang sampulnya sudah
robek dan menghitam, kemudian membacanya kembali
dengan ekspresi penuh beban. Dia berulang kali menarik
napas ketika membuka satu per satu halaman itu.
Perasaannya gundah dan frustrasi. Ketika akhirnya dia tidak
menemukan apa yang dia cari, dia pun meletakkannya gusar.
"Bukan ini, buku ini tidak membantu sama sekali," sesalnya.

***

Untuk mencapai perkebunan, mereka harus melanjutkan


perjalanan dengan berkuda melewati jalan setapak.
Dukedom Rosiatrich memang sengaja tidak membuat jalan
yang lebar karena mereka ingin menghindari para pencuri
kopi yang mungkin menerobos.

Anna Kanina
21
The Duchess Want a Divorce

Gwen melihat kuda-kuda gagah dengan surai kecokelatan


bergilir melewati jalan itu, ada tumpukan beban di punggung
mereka. Para pekerja menggiring mereka dengan menarik
pelan tali kekang mereka. Mereka membawa kopi serta
kelopak mawar kering. Gwen bisa mencium bau harum yang
khas dari karung-karung yang dibawa oleh para kuda.
Kadang dia harus menutup hidung karena sesekali baunya
membaur dengan bau kotoran kuda.

Ini adalah perkebunan, walau dimiliki oleh duke, tentunya ini


adalah tempat yang serius, tempat emas dan uang berputar
setiap harinya.

Gwen setengah ragu turun dari kereta kudanya. Dia sudah


berganti pakaian dengan baju berkuda. Gwen seumur
hidupnya mungkin baru empat kali mengenakan pakaian
semacam itu. Ketika festival kerajaan dan ketika acara
berburu yang berupa formalitas belaka.

Walaupun Gwen tidak mengenakan gaun, dan rambutnya


diikat tinggi menyerupai kucir kuda, dia tetap atraktif dan
menawan. Bibirnya merah alami dengan kulit nyaris seputih
salju bulan Februari. Matanya biru teduh dengan kelopak
mata lentik yang mampu membuat siapa pun yang bicara
padanya sulit berkedip.

Anna Kanina
22
The Duchess Want a Divorce

Para pria di sana, seperti biasa, seakan kehilangan nalarnya


sejenak ketika melihat sang duchess. Mereka bahkan lupa
menyapa Lord Edmund karena mata mereka sibuk
mengagumi sang duchess yang terkenal.

Mereka sering mendengar tentang si Permata Teutonia,


yang kini menjadi istri dari duke mereka yang beruntung.
Gadis itu disebut memiliki kecantikan yang disamakan
dengan kaum peri. Para pelukis kerajaan ternama memohon
agar bisa mengabadikan dirinya dalam bentuk lukisan.
Namun gadis itu enggan karena tidak mau membayangkan
potretnya menjadi objek imajinasi pria dengan pikiran tidak
sopan.

Gwen telah menolak lusinan lamaran, dari segala pria


terhormat dan bangsawan, termasuk dari negara lain;
pangeran dan calon raja. Tapi dia menjatuhkan hatinya pada
Edmund Rosiatrich yang lebih tua tujuh tahun darinya.
Seorang duke yang disegani karena dia pahlawan perang,
juga disebut sebagai kesatria terkuat di Teutonia.

"Ehem." Edmund menegur.

"Your Grace, Duke dan Duchess. Selamat datang," cicit


kepala pelayan Caleigh Mansion yang menjemput mereka.
"Apakah kuda kami sudah siap?" Edmund bertanya dingin.
Tangannya menggandeng Gwen yang sibuk menolehkan

Anna Kanina
23
The Duchess Want a Divorce

kepala cantiknya ke kiri dan kanan untuk menelaah


lingkungan sekitarnya.

"Sudah, Your Grace. Mereka sudah cukup makan dan


beristirahat, mereka siap mengantar Anda berdua." Si
pelayan membungkuk. Kemudian beberapa pelayan lainnya
muncul membawa dua ekor kuda berbulu cokelat gelap dan
putih.

"Ed, apa mereka jinak? Mereka tidak menggigit, kan?" Gwen


berbisik ragu.

Gwen paling lemah dalam berkuda. Dia pernah hampir jatuh


dalam sesi berkuda terakhirnya. Kali ini dia tidak berkuda di
pekarangan dengan luas yang aman, melainkan di
pegunungan dengan kontur menanjak dan berbahaya.
"Tidak akan. Aku akan menjagamu, Gwen," kata Edmund
datar.

"Bagaimana caranya?" Gwen mengernyitkan dahi.

"Kita pakai satu kuda saja, yang jantan." Edmund menunjuk


si kuda putih.

"Your Grace, bagaimana dengan kudaku?"

Anna Kanina
24
The Duchess Want a Divorce

"Berkuda bukan keahlianmu, Gwen. Kau akan naik kuda


bersamaku, aku akan menjagamu."

Edmund meraih lengan Gwen dan membantunya naik ke


atas pelana hewan pemakan rumput itu dengan hati-hati.
"Apakah sudah cukup nyaman bagimu? Kalau terasa sakit,
aku akan meminta untuk mengganti pelananya." Edmund
bertanya di dekat telinga istrinya. Dia juga menyusul untuk
naik dan duduk di belakang Gwen sambil memegang tali
kekang untuk menjaga istrinya.

"Ti-tidak, aku baik-baik saja," kata Gwen tersipu. Dia selama


ini yakin kalau dia adalah yang dominan di hubungan mereka
berdua dan lebih sering berinisiatif. Namun hal-hal
sederhana yang dilakukan oleh Edmund selalu membuatnya
berdebar.

***

"Selamat datang di Caleigh Mansion." Para pelayan berbaris


menyambut sang duke dan istrinya.

Gwen tampak pucat. Menunggang kuda dengan jarak jauh


dan jalan menanjak bukanlah hal yang mudah.
Guncangannya terasa. Dia merasa mabuk karenanya.
Edmund turun lebih dulu dan merentangkan tangannya
untuk menyambut Gwen.

Anna Kanina
25
The Duchess Want a Divorce

Gwen menjatuhkan dirinya, disambut oleh pelukan sang


duke. Mereka tidak menyadari mata para pelayan dan
kesatria mengawasi mereka yang seakan sedang pamer
kemesraan. Padahal itu karena Gwen sedang pusing, dia sulit
berpijak untuk turun dan Edmund menyadarinya.

"Tunjukkan kamar Duchess, biar aku yang mengantarnya,"


kata Edmund kepada si kepala pelayan.

"Di-di sebelah sini, Your Grace." Gugup, si butler yang


kepalanya hampir botak itu memandu langkah sang duke.

Caleigh Mansion terdiri dari beberapa rumah. Rumah utama


hanya boleh ditinggali oleh duke dan istri serta keluarga
intinya. Rumah kedua kini ditinggali oleh Marquis Ethan,
yang adalah paman dari sang duke, yang mungkin akan
menyambut mereka ketika makan malam nanti.

Para pelayan duchess yang dibawanya dari ibu kota tampak


mengikuti pasangan itu dengan beberapa koper berisi baju
ganti sang duchess.

"Aku sudah bilang, kan, kalau ini akan menjadi perjalanan


yang melelahkan." Edmund bicara pada Gwen yang masih
lemas di gendongannya.

"Tapi aku tidak mengeluh, kan?" Gwen merajuk.

Anna Kanina
26
The Duchess Want a Divorce

"Jangan keras kepala, kau bisa saja tadi beristirahat di


penginapan desa. Aku sudah menawarkanmu. Tapi kau
memaksa ikut berkuda." Edmund tertawa kecil.
"Aku akan ikut terus ke mana pun tujuanmu." Gwen
bersikeras.

"Baiklah, apa perasaanmu sudah membaik?"

"Aku sudah sehat. Turunkan aku, aku pasti berat."

"Tidak apa, kau tidak berat sama sekali." Edmund


menggeleng.

Caleigh Mansion sangat luas. Lokasinya terpencil di


pegunungan, tapi perabotannya mewah dengan interior
yang juga tidak ketinggalan zaman. Keluarga Duke pasti
sering merenovasinya. Gwen tidak bisa membayangkan
berapa kali pekerja harus berkuda mencicil bahan bangunan
sampai mansion itu terbangun.

"Dulu aku tinggal di sini ketika remaja." Edmund bercerita.

"Eh? Aku tidak pernah tahu itu."

"Sampai aku berusia lima belas tahun, aku tinggal di sini. Ini
lokasi yang bagus untuk melatih fisik dan ilmu berpedang."

Anna Kanina
27
The Duchess Want a Divorce

"Oh," gumam Gwen menanggapi. Dia sedikit tidak fokus


karena melihat sesuatu yang menarik minatnya. Sebuah
lukisan besar dipajang mencolok di salah satu lorong menuju
kamar duchess.

"Siapa mereka?"

"Potret ayah dan ibuku," kata Edmund sedikit getir.

"Oh, maaf, aku tidak tahu." Gwen merasa bersalah. Edmund


kehilangan orang tuanya ketika dia berusia tiga belas tahun.
Pasangan itu tenggelam dalam pelayaran dagang dan
menjadikannya yatim piatu.

"Aku tidak terganggu sama sekali, kau boleh bertanya apa


saja. Kau adalah duchess di keluarga ini dan kau punya hak
untuk mengetahui semuanya. Semua yang ada di rumah
utama ini adalah milikmu, Gwen. Kau juga boleh membeli
perabot apa pun atau merenovasi rumah ini." Edmund
memberi tahu.

"Eh? Apa aku boleh begitu? Apa kau tidak ingin


mengekangku sedikit? Kau terlalu baik kepadaku, Ed," protes
Gwen.

"Jadi kau ingin dikekang? Ingin aku membatasimu?" Edmund


tampak bingung.

Anna Kanina
28
The Duchess Want a Divorce

"Eh, tidak begitu maksudku." Gwen buru-buru menggeleng.

"Percayalah, aku punya begitu banyak uang dan kekayaan


dan tidak bisa kuhabiskan sendirian. Kau tidak perlu khawatir
bisa membuatku bangkrut," tegas sang duke.

"Bukankah perkebunan Caleigh sedang bermasalah?" Gwen


memicingkan mata, sinis.

"Itu beda urusan, aku masih punya banyak sumber uang


lain."

"Kalau kau punya banyak uang, untuk apa bekerja lagi? Lebih
baik kau di rumah saja menemaniku," tanggap Gwen
setengah serius.

"Aku punya banyak impian yang ingin kuraih, dan uang


sebanyak apa pun tidak bisa membayarnya. Bagaimana
denganmu, Gwen? Apakah kau punya hobi atau cita-cita
yang ingin kau raih?" Edmund bertanya sembari
menurunkan Gwen di depan kamarnya.

Pertanyaan itu membuat sang duchess berpikir. Selama


hampir belasan tahun, tujuan hidupnya hanya satu, yaitu
menikah dengan Edmund Rosiatrich. Kini, setelah Gwen
menggapainya, dia pun jadi merenung. Apakah dia kini

Anna Kanina
29
The Duchess Want a Divorce

sudah menjadi wanita bangsawan biasa yang membosankan


seperti kebanyakan wanita yang dia tahu?

Anna Kanina
30
The Duchess Want a Divorce

Bab 4 - New Friend

Tentunya Gwen bukan wanita berpikiran sempit, apalagi


minim ilmu. Dia memang dituntut untuk berperilaku manis
dan anggun di mana pun dia berada. Itu karena dia adalah
kebanggaan keluarga Marquess Remian yang terhormat.
Selain etiket kebangsawanan yang dia terima semasa
hidupnya, Gwen juga punya kegemaran lain dan dia cukup
ahli dalam hal itu.

Bukan menari, berdansa, atau menyulam. Gwen biasa saja


dalam hal itu. Gwen menggemari seni dan menjadikannya
sebagai hobi. Dia sesekali memenuhi kerinduannya akan
hobinya itu dengan berkunjung ke galeri seni atau museum.
Tentu saja tidak banyak yang memahami bakatnya itu, Gwen
juga tidak merasa harus mengumumkannya pada kerabat
atau suaminya. Punya satu atau dua orang rekan yang bisa
diajak berdiskusi tentang hobinya saja sudah membuatnya
puas.

Gwen tidak pernah merasa menjadi perempuan


membosankan, hidupnya menarik dan penuh kejutan. Tapi
tidak seperti itu yang dilihat orang luar, termasuk suaminya.
Mereka melihat Gwen sebagai gadis bangsawan manja biasa
yang selalu butuh dukungan dan perhatian suaminya.
"Aku ingin menjadi duchess yang baik, apakah tujuan
hidupku terlalu sederhana?" tanya Gwen.

Anna Kanina
31
The Duchess Want a Divorce

"Tidak sama sekali, menjadi duchess adalah tanggung jawab


besar." Edmund kembali mengelus rambut Gwen yang
berwarna kemerahan untuk menunjukkan apresiasinya.

"Istirahatlah, kita akan bertemu ketika makan malam."

"Apakah aku boleh berkeliling rumah?"

"Akan kuminta kepala pelayan untuk memandumu," ujar


Edmund sebelum dia berlalu pergi, kembali ke kesibukannya.

Gwen merebahkan tubuhnya ke ranjang besar di kamarnya.


Dia memandang plafon kamarnya yang tinggi serta melirik ke
arah jendela besar di mana sinar matahari menelusup
lembut dan hangat menerpa matanya. Gwen memicingkan
matanya merasa silau.

Edmund masih tetap memperlakukannya sebagai gadis kecil.


Memang dia sudah berjanji untuk tidak menyentuhnya
sebelum pernikahan mereka mencapai setahun. Tapi dia
seharusnya bisa mencium atau memeluknya mesra, bukan
sekadar mengusap rambut dan kecupan singkat di kening,
apalagi pelukan persahabatan.

Betapapun manis dan lembutnya Gwen, dia itu manusia


yang butuh kehangatan lebih, bukan anjing Pomeranian atau
semacamnya. Gwen menggeleng. Kalau boleh memilih, dia

Anna Kanina
32
The Duchess Want a Divorce

lebih suka jadi St. Bernard saja, mereka tangguh dan suka
menolong manusia yang tersesat. Kemudian Gwen
menggeleng lagi. St. Bernard terlalu berliur. Pomeranian
ternyata memang lebih baik. Gwen bangkit dari rebahnya,
seketika merasa bodoh karena membandingkan dirinya
sendiri dengan anjing.

Tidak ada perubahan nyata antara sebelum dan sesudah


menikah selain kini dia menerima gelar duchess dan memiliki
nama belakang Rosiatrich.

Apa Edmund punya kelainan? Atau tidak suka perempuan?


Gwen sempat menduga hal itu. Walau menyedihkan dan
membuatnya patah hati, Gwen mungkin bisa bersabar
membantu Edmund kembali ke jalan yang lurus. Tapi kalau
satu tahun sudah berlalu dan Edmund masih tetap sama, dia
mungkin harus berpisah.

Pernikahan tanpa cinta lumrah di kalangan bangsawan. Tapi


setidaknya mereka masih berusaha membentuk keluarga
normal, termasuk memiliki anak. Gwen sendiri sudah
terbiasa dengan perasaan cinta tidak terbalas selama
belasan tahun. Dia masih punya harapan untuk membuat
Edmund balik mencintainya. Tapi kalau Edmund penyuka
sesama jenis, beda lagi ceritanya.

Gwen menghela napas panjang.

Anna Kanina
33
The Duchess Want a Divorce

Haruskah dia menuruti usulan Anita, pelayannya yang


kadang suka berkomentar usil?

Kehidupan pribadi bangsawan sering kali diketahui oleh para


pelayan pribadi mereka, termasuk masalah rumah tangga.
Namun mereka biasanya tidak akan berani bergosip karena
kalau ketahuan, hukumannya sangat berat.

Anita bilang Gwen harus membuktikan kalau Edmund itu


laki-laki normal, dengan cara memanfaatkan pesona
wanitanya. Tapi bagaimana? Ketika ditanya lebih lanjut,
Anita hanya tertawa jahil dan menikmati kebingungan sang
duchess.

Mungkin Anda bisa mencari tahu di perpustakaan.


Itu kata Anita. Gwen sudah menebak, mungkin Anita sedang
merujuk pada hal-hal yang vulgar. Gwen sudah sering
bermanja dan bersikap lebih dulu. Dia mencoba
memperlama interaksi serta sentuhan antara Edmund dan
dirinya. Berusaha mendekatkan hubungan mereka,
termasuk mengikutinya sampai desa Caleigh.

Gwen telah mengganti pakaiannya dengan gaun yang lebih


santai, kemudian membuka pintu kamarnya. Kepala pelayan
tidak terlihat di mana-mana, tapi Gwen yakin dia tidak akan
tersesat. Tentu dia tidak akan menjatuhkan remah roti
seperti Hansel and Gretel ketika tersesat di hutan.

Anna Kanina
34
The Duchess Want a Divorce

Setidaknya dia punya ingatan yang lebih baik daripada


burung gagak.

Perpustakaan, aku harus mencari perpustakaan.


Gwen bertekad.

***

Caleigh Mansion punya perpustakaan yang cukup lengkap.


Gwen sendiri terpukau karenanya. Buku-bukunya terawat
dan madam di rumah itu dulu sepertinya juga gemar
mengoleksi barang seni. Gwen bisa melihat lukisan
perempuan di kebun bunga matahari karya pelukis ternama
Paolo Briani terpajang di salah satu sudutnya. Ada juga
ukiran patung dewa-dewi terletak di beberapa sudut tanpa
debu, serta kotak kaca berisi perhiasan.

Ini adalah surga bagi Gwen. Dia penyuka keindahan dan


karena itulah dia selalu mendapatkan nilai terbaik untuk
kelas sejarah seni di akademi dulu. Gwen ketika remaja
kerap mengikuti Marquess Archibald, ayahnya yang anggota
dewan seni Teutonia, untuk menilai karya seni atau
mengikuti lelang.

Gwen seakan lupa akan tujuan awalnya ke perpustakaan.


Tadinya dia mau mencari buku yang bisa mengajarinya cara
memikat suami. Itu hanya usulan jenaka dari pelayannya

Anna Kanina
35
The Duchess Want a Divorce

yang seharusnya tidak dia pandang serius. Gwen hanya


merasa terdesak oleh waktu. Edmund orang yang sangat
sibuk, Gwen khawatir Edmund bisa lupa wajahnya karena
mereka jarang berjumpa. Rosiatrich Mansion di ibu kota
sangat luas. Selama tiga bulan Gwen menetap di sana, dia
bahkan belum menjelajahi semua kamarnya.

Caleigh Mansion lebih kecil, tapi tamannya lebih luas.


Seorang kepala pelayan yang tadi menyambutnya berdiri di
dekat pintu sambil sedikit menundukkan kepala. Dia yang
tadi mengantar Gwen ke perpustakaan.

"Apakah Anda nyonya rumah ini?" Gwen sedikit terkejut


ketika ada suara wanita menyapanya. Dia pastilah bukan
pelayan walau dia menyapa dengan tubuh membungkuk dan
melakukan gestur penghormatan. Tidak ada pelayan yang
berani menyapa seorang duchess.

"Saya baru tiba, dan penasaran dengan isi perpustakaan


mansion ini," kata Gwen menanggapi dengan anggun.
"Nama saya Abigail, seorang baroness. Saya baru bekerja
sebagai penata arsip di mansion ini. Saya bekerja pada
Marquis Ethan Rosiatrich. Saya dengar, Duke dan Duchess
akan berkunjung, apakah Anda sang duchess?" Abigail
bertanya dengan nada ceria. Namun suaranya tegas tanpa
keraguan.

Anna Kanina
36
The Duchess Want a Divorce

Gwen menilai dia adalah pribadi yang mandiri dan percaya


diri. Wanita itu cukup atraktif dengan rambut gelap dan
mata cokelat yang menawan. Gaunnya tidak terlalu
sederhana, Gwen bisa mengetahui kalau itu rancangan
desainer ternama. Namun Abigail tidak menambahkan
aksesori berlebihan. Dia tampak mencoba terlihat
profesional dan mengurangi kesan ningrat pada dirinya.
Namun orang juga tidak akan langsung menganggapnya dari
kalangan non-bangsawan, karena cara bicara dan gesturnya
menunjukkan keningratannya.

"Saya Duchess Gwendolyn Rosiatrich. Salam kenal, Lady


Abigail." Gwen mengulurkan tangannya dengan ceria,
mengajaknya berjabat tangan seperti sesama kolega pria.
Dengan sedikit ragu, Abigail menyambutnya.

"Apakah ada yang bisa saya bantu, Your Grace?"

"Bagaimana Anda bisa bekerja di sini?" tanya Gwen dengan


pandangan mata berbinar.

"Apa?"

"Mohon maaf, tapi Anda seorang wanita. Penata arsip


adalah pekerjaan serius yang biasanya hanya dilakukan pria.
Aku hanya ingin tahu, karena aku baru mengetahuinya."

Anna Kanina
37
The Duchess Want a Divorce

Abigail tertawa anggun, menganggap apa yang dikatakan


Gwen itu sedikit lucu.

"Your Grace, saya baru saja bercerai, dan saya sedang


mencoba hal baru dalam hidup saya. Saya selalu tertarik
pada buku dan kebetulan saya tahu kalau mansion ini
menyimpan banyak sekali koleksi buku bagus. Marquis
mengizinkan saya di sini dan membayarku dengan adil. Saya
mendapatkan uang dan bisa baca buku sepanjang hari,
bukankah itu menyenangkan?" Abigail mengatakannya
dengan ceria.

Gwen sedikit takjub melihat seorang janda bangsawan


berdiri di hadapannya dengan pandangan mata penuh
semangat. Seakan dia baru saja terbebas dari belenggu. Atau
merasa seperti burung gelatik yang lepas dari sangkar
cantiknya. Di Teutonia, perceraian adalah hal yang tidak
umum terjadi.

Para wanita takut, karena ketika mereka kehilangan


suaminya, masyarakat akan menganggapnya wanita kelas
dua. Mereka seakan tidak berharga, dan sedikit dari mereka
yang bisa menikah lagi. Entah siapa yang memulai pakem itu.
Orang bilang, ketika wanita bercerai, maka wanita itulah
sumber masalahnya. Mereka tidak bisa menjaga cinta suami
mereka, tidak bisa bersabar, dan tidak bisa menahan diri dari
keegoisan.

Anna Kanina
38
The Duchess Want a Divorce

Karena itulah keluarga Gwen cemas kalau pasangan


Rosiatrich akan bercerai. Mereka melihat Edmund sebagai
orang yang dingin dan bisa membuang Gwen kapan saja. Jika
Edmund menceraikannya, Gwen yang berstatus janda tanpa
anak mungkin akan punya kesempatan lebih baik untuk
menikah kembali. Walaupun dia dijuluki Permata Teutonia,
semua seakan sia-sia jika dia berstatus janda.

Melihat Abigail yang tampak bahagia, serta-merta membuat


Gwen kagum. Setidaknya ada harapan bagi kaum wanita
yang bercerai untuk menegakkan harga diri dan
menunjukkan nilainya.

"Apakah Anda bisa merekomendasikan buku yang bagus


untuk saya?" Gwen bertanya senang, seakan tertular aura
positif dari Abigail.

"Oh, saya punya setumpuk rekomendasi, Duchess. Anda


akan menyukainya." Abigail mencengkeram tangan Gwen
riang.

Gwen merasa dia akan menyukai teman barunya ini.

Anna Kanina
39
The Duchess Want a Divorce

Bab 5 - His Lovely Wife

"Anda seharusnya lebih meluangkan waktu untuk Duchess.


Sejak Anda berdua tiba di mansion ini, saya nyaris tidak
pernah melihat kalian berinteraksi." Earl Jaden, salah satu
rekan bisnis Dukedom Rosiatrich, berkomentar.

"Itu benar, saya mendengar rumor kalau Duke Edmund


terlalu sering bepergian dan meninggalkan istrinya. Kalau
saya jadi Anda, saya akan memaksa para bawahan saya
untuk bekerja lebih keras, agar saya tidak perlu
meninggalkan mansion," komentar bangsawan lainnya.

Edmund meneguk kopinya dengan perasaan tidak nyaman.


Ini adalah malam pergaulan para pria bangsawan yang
tinggal di kota Caleigh. Mengetahui duke Rosiatrich
berkunjung ke Caleigh, maka pertemuan ini direncanakan.
Seharusnya Caleigh Mansion-tempat para pria terpenting
Teutonia ini berkumpul-menjadi tempat pembicaraan bisnis
atau pertukaran informasi.

Ternyata yang Edmund temukan hanyalah pria-pria yang


penasaran terhadap istrinya.

"Duchess baik-baik saja, sejak awal dia sudah paham kalau


suaminya orang yang sibuk." Edmund tersenyum tidak tulus.
Kemudian dia kembali menyesap kopinya bersahaja.

Anna Kanina
40
The Duchess Want a Divorce

Dia lelah, masalah di perkebunan belum selesai dan masih


ada setumpuk perkamen di kamarnya yang harus dibaca.
Kenapa dia harus menyetujui ada acara pertemuan malam
ini? Ini buang-buang waktu.

Ruangan santai di Caleigh Mansion kini berbau tembakau.


Para pria itu menghirup dan mengembuskan asap putih dari
cerutu mereka bersamaan. Edmund yang mulai merasa tidak
nyaman dan sesak, bangkit dan membuka beberapa daun
jendela di ruangan luas berplafon tinggi itu, kemudian
memandang ke luar. Hari sudah cukup larut dan saat ini
bulan purnama. Dia bisa melihat jelas semak mawar yang
tumbuh subur terawat di pekarangannya.

Sebentar lagi acara basa-basi ini seharusnya segera usai.


Edmund hanya perlu menunggu pelayan datang mengantar
makanan ringan untuk menutup hari mereka. Pintu ruangan
pun diketuk.

Dia melihat dua orang pelayan membuka pintu dan


mendorong troli mereka yang berisi aneka makanan ringan
manis yang menggiurkan. Tart susu, blueberry cake, serta pai
daging dengan rosemary. Dia tidak paham pertimbangan
dari koki, kenapa menyajikan makanan yang sedikit berat
seperti itu.

Anna Kanina
41
The Duchess Want a Divorce

Tapi yang membuat Edmund benar-benar terusik adalah


Gwen, istrinya hadir bersama para pelayan dengan gaun
cantik serta riasan tipis yang seharusnya tidak dia kenakan di
malam hari.

"Mohon maaf, saya hanya ingin menyapa Anda semua. Saya


baru pertama kali berkunjung ke Caleigh. Semoga Anda
semua menikmati malam Anda." Gwen membungkuk
anggun, kemudian mengerling singkat kepada Edmund.
Para pria itu tersenyum dan mengangguk dengan pandangan
mendamba. Sesaat mereka seakan lupa dengan para istri
dan kekasih mereka.

Gwen tahu bagaimana cara bersikap sebagai wanita


bangsawan. Dia tidak berlama-lama dan tidak duduk di
antara para pria itu. Dia segera membungkuk kembali dan
pergi menyusul para pelayan tadi.

Desahan panjang terdengar.

"Luar biasa."

"Bagaimana bisa ada wanita seperti dia?"

"Anda beruntung, Your Grace."

Anna Kanina
42
The Duchess Want a Divorce

Komentar bernada sanjungan terdengar bersahutan. Namun


Edmund malah tidak nyaman karenanya.

"Hari ini, perasaan saya sedang tidak terlalu baik. Saya akan
kembali ke kamar saya untuk bekerja." Hanya itu
tanggapannya.

Dia tahu, Gwen memang terbiasa menjadi pusat perhatian.


Dia jelita dan memikat di mana pun dia berada. Pria mana
pun mudah jatuh hati padanya. Tapi Edmund tidak suka itu.
Sang duke berjalan cepat begitu keluar dari ruangan tadi. Dia
menyusul istrinya yang melangkah perlahan. Edmund
melihatnya dan segera meraih lengannya sedikit kuat.
"Ed?"

"Kenapa kau tadi masuk ke sana? Menyapa para laki-laki


itu?" tanya Edmund gusar. Dia seakan tidak peduli dengan
adanya para pelayan di sekitarnya, yang segera menyadari
situasi dan buru-buru meninggalkan mereka.

"Aku hanya menyapa." Gwen tidak merasa melakukan hal


yang salah. Dulu, ketika dia masih tinggal di Remian
Mansion, ketika ayahnya menerima tamu, dia juga suka
muncul untuk memberi salam.

"Apa kau suka dipuja? Suka ketika para pria melihatmu dan
menginginkanmu?"

Anna Kanina
43
The Duchess Want a Divorce

"Tidak, aku ...." Gwen menggeleng kuat.

"Kau ini sudah menikah, Gwendolyn. Suamimu seorang


duke. Aku tidak peduli betapa terbiasanya dirimu dulu ketika
gadis, memamerkan diri dan menunjukkan pesonamu di
hadapan para pria. Tapi kini kau seorang duchess, kau tidak
boleh mempermalukan nama Rosiatrich. Kau paham?"

Edmund memandang mata Gwen emosional. Bibir istrinya


gemetar.

"Baiklah." Gwen menyanggupi pelan.

"Masuk ke kamarmu, tidurlah, jangan keluar kamar sama


sekali sampai para tamu itu pulang." Edmund bertitah.
Gwen diam saja, menghindari tatapan Edmund dan berbalik
memunggungi suaminya. Dia berjalan tergesa dengan kaki
jenjangnya. Ada perasaan sesak menyakitkan di dadanya.
Edmund tidak pernah bersikap seperti itu kepadanya.

***

Tidak perlu waktu lama, begitu Edmund melangkah masuk


ke kamarnya dan menghadapi tumpukan pekerjaan yang
harus ditanganinya, pikirannya terasa kosong.

Anna Kanina
44
The Duchess Want a Divorce

Dia tidak tahu harus melakukan apa, padahal sebelumnya


dia sudah bersemangat untuk menyelesaikan tugas agar
besok bisa mengajak istrinya berkuda.

Tidak perlu ada orang lain yang memberi tahunya, dia tahu
kalau dia sudah menelantarkan istrinya dan seakan
mengabaikannya. Dia sudah terbiasa, dan Gwen selalu
menoleransinya sejak pertama kali mereka saling mengenal.
Tapi malam ini, dia merasa sangat marah. Memori lamanya
di medan perang berlintasan di pikirannya dan membuatnya
ingin mengamuk. Ketika itu, dia merasa kalau Gwen
seharusnya tidak melakukan itu. Dia bisa merusak nama
Rosiatrich. Orang bisa salah paham terhadapnya.

Edmund menyesal dan tidak tahu harus melakukan apa. Dia


terlalu reaktif. Padahal selama ini Edmund dikenal sebagai
orang yang paling bisa menahan dirinya. Gwen tidak
bersalah, tapi Edmund mungkin telah menyakitinya. Terlalu
banyak pekerjaan mungkin telah menggerogoti
kewarasannya.

Edmund memutuskan untuk mengabaikan kertas-kertas di


atas meja kerjanya dan minum sedikit alkohol.

Sejak awal dia melamar, Edmund menganggap Gwen adalah


partner sempurna untuk dirinya. Dia cantik, berasal dari
keluarga terpandang dan berteman akrab dengan para royal

Anna Kanina
45
The Duchess Want a Divorce

di istana. Memiliki Gwen di sisinya bagaikan trofi tersendiri


bagi Edmund. Reputasi Gwendolyn Remian memang
tersohor di seantero Teutonia.

Apalagi gadis itu sudah lama sekali menunjukkan cinta dan


kesetiaan terhadapnya. Istri yang penurut dan dipuja banyak
orang akan membantu melancarkan segala urusan Dukedom
Rosiatrich. Karena itu, sang duke berusaha untuk selalu
menyenangkan istrinya agar keberadaannya tetap
membawa kebaikan bagi Dukedom Rosiatrich.

Dia tidak pernah berencana untuk membuat istrinya marah,


apalagi bertengkar untuk urusan sepele. Dia tidak punya
waktu untuk itu. Edmund membawa gelasnya bersandar di
jendela berkaca bening, dan sekali lagi melihat pekarangan
Caleigh Mansion yang gelap dan dingin.

***

Gwen tidak akan menangis. Suaminya mungkin hanya terlalu


banyak pekerjaan, karena itu dia menjadi begitu emosional.
Gadis itu berusaha berpikir positif dan memutuskan untuk
tidur lebih cepat.

Di sisi ranjangnya sudah ada beberapa buku roman yang


seharusnya dia baca malam ini. Abigail
merekomendasikannya. Gwen merasa buku itu mungkin

Anna Kanina
46
The Duchess Want a Divorce

akan mengisi hatinya yang kosong akan cinta. Sesuatu yang


mungkin akan lama sekali baru dia cicipi dari pria
terkasihnya.

"Gwen?"

Sang duchess mendengar pintu kamarnya diketuk.


"Ed?" sahutnya, kemudian membukakan pintu.

Aroma manis dan semerbak segera tercium dari diri


suaminya, yang hadir dengan mantel tidurnya serta
bertelanjang kaki. Meskipun begitu, Edmund tetap tampan
dan membuat Gwen berdebar. Di tangan suaminya ada
beberapa kuntum bunga mawar putih setengah kuncup yang
menawan.

"Aku melihatnya di luar jendela kamarku, kupikir kau akan


menyukainya," kata Edmund datar.

"Kau memetiknya? Semalam ini? Dengan pakaian seperti


itu?" Gwen tampak takjub. Dia menerima rangkaian mawar
itu dengan senang. Luka hatinya terobati seketika, berganti
dengan kehangatan dan harapan.

"Aku tidak bermaksud bicara keras terhadapmu." Edmund


menunjukkan rasa sesalnya.

Anna Kanina
47
The Duchess Want a Divorce

"Apa kau tidak suka aku menyapa para tamumu? Maaf


karena aku terbiasa melakukannya di rumah orang tuaku
dulu." Gwen menjelaskan.

"Tidak, selama kau bersikap sopan dan menjaga nama


keluargamu, aku tidak akan melarangmu. Aku-aku tidak
tahu, mungkin aku terlalu banyak bekerja." Edmund
menggeleng.

"Apa kau cemburu, Ed?" Gwen bertanya jahil.


"Hah?" Edmund berpikir.

"Bercanda, aku tahu kau hanya lelah." Gwen tertawa.

Edmund tanpa sadar ikut tersenyum, auranya menyebar. Dia


merasa sudah bisa kembali ke kamarnya dan bekerja seperti
biasa. Kalau dia tidak melihat senyum Gwen, mungkin dia
akan kepikiran sampai pagi dan tidak bisa menyelesaikan apa
pun.

"Tidurlah, besok aku akan mengajakmu berkuda ke kebun."


Edmund memberikan kecupan singkat di keningnya dan
dibalas dengan pelukan oleh istrinya.

Anna Kanina
48
The Duchess Want a Divorce

Bab 6 - The Rain Breeze

Kalau Gwen harus memilih hari di mana kebahagiaannya


berkurang separuh, itu adalah ketika hujan turun. Gwen
tahu, hujan adalah anugerah bagi para petani yang bekerja
keras menyuburkan lahan gandum mereka. Gwen juga tahu
kalau hujan dipuja oleh para penyair dan seniman sebagai
sumber inspirasi. Gwen juga paham kalau hujan hanyalah
luapan cinta dari gumpalan awan kapas kelabu di atas
kepalanya yang hendak membalas budi kepada bumi.

Tapi memorinya tentang hujan tidaklah terlalu baik karena


Gwen menyaksikan langsung anjing Labrador
kesayangannya-yang seharusnya seram, tapi malah sejinak
anak kucing-tersambar petir dan mati di tempat. Sejak hari
itu, Gwen melihat hujan sebagai ancaman. Tidak ada lagi
sukacita seperti kenangannya di masa kecil, ketika dia
berlarian ceria di halaman sambil merasakan tetes demi
tetes air dingin mengalir pelan di kulit.

Karena itulah Gwen menutup pintu kamarnya dan


bersembunyi di balik selimut sambil memejamkan mata. Dia
tidak akan bisa tidur jika masih mendengar gemuruh petir.
Apalagi hari masih belum siang, dia sama sekali tidak
mengantuk. Menutup kelopak matanya adalah semacam
mekanisme pertahanan yang sudah terbiasa dia lakukan
sejak Labrador-nya mati.

Anna Kanina
49
The Duchess Want a Divorce

Gwen tahu dia sangat konyol, dia sudah dewasa. Sebelum


menikah, dia masih berani meminta pelayan ikut menemani
di kamarnya. Tapi sekarang, Gwen tidak bisa melakukan itu.
Dia tidak ingin membuat Edmund malu.

"Gwen?" Edmund masuk ke kamarnya dengan wajah datar.


Gwen tahu, suaminya hanya bersikap layaknya gentleman,
bukan berarti dia benar-benar peduli atau semacamnya.
Kepala pelayan mungkin bilang kalau Duchess tidak sarapan
hari ini.

"Apa kau sakit?" katanya sambil duduk di ranjang.

"Aku hanya tidak nafsu makan."

"Apakah ada alasan kenapa kau bersembunyi di balik selimut


dan menutup kepalamu?"

Gwen diam saja, mempertimbangkan apakah keputusan


yang baik untuk mengungkap ketakutannya.

"Aku tidak suka hujan."

"Karena?"

"Anjingku dulu mati karena tersambar petir."

Anna Kanina
50
The Duchess Want a Divorce

Edmund mengernyitkan dahi. Istrinya sudah berusia 23


tahun, tapi masih tersandera kenangan masa lalu. Dia sudah
tahu sejak lama, Gwen adalah gadis manja yang butuh
perhatian dan pelayanan di seumur hidupnya. Duke Edmund
punya segala fasilitas yang bisa menopang gaya hidup
istrinya yang serapuh kristal, tapi dia tidak bisa menoleransi
segalanya.

Edmund menyingkap selimutnya, mendapati Gwen masih


dalam gaun tidurnya dan meringkuk sambil memejamkan
mata.

"Memangnya kau masih anak-anak? Buka selimutmu dan


turun dari ranjang."

"Eh? Tapi ...." Gwen meragu.

"Kau sudah dewasa, berhenti bersikap kekanakan untuk hal


sepele seperti ini, Gwen." Edmund tersenyum dan menarik
pelan tangan Gwen. Memaksanya menapak ke lantai.

Edmund memberi tahu, "Kau tahu berapa orang temanku


yang mati di medan perang? Mereka berjuang bersamaku,
makan ransum yang sama dan tidur di sampingku selama
berbulan-bulan. Walau aku melihat sendiri mereka
meregang nyawa karena ujung pedang menembus jantung
mereka, aku tidak pernah membenci pedang."

Anna Kanina
51
The Duchess Want a Divorce

"Oh, aku turut menyesal," kata Gwen lemah.

Edmund menasihati, "Tidak, Gwen. Maksudku, takdir bukan


sesuatu yang harus kau takuti, tapi kau hadapi. Petir adalah
hal yang menakutkan, tapi asalkan kau selalu berlindung di
bawah atap yang kokoh dan menghindari tempat tinggi, dia
tidak akan bisa menggapaimu."

Gwen mengangguk, merasa baru saja mendapatkan


pencerahan sekaligus malu karena telah bersikap
memalukan dan kekanakan selama ini. Keluarganya
membiarkannya hidup seperti itu karena dia adalah perawan
yang dibanggakan. Mungkin menggemaskan melihat
seorang gadis kecil ketakutan karena petir, tapi tidak begitu
jika pelakunya adalah wanita dewasa.

"Kau mengerti?"

Gwen mengangguk, enggan menanggapi dengan kata-kata.

"Bagus, aku akan menunggumu di bawah untuk sarapan."


Edmund mengacak rambut merah istrinya.

"Kau belum sarapan?"

Anna Kanina
52
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak bisa karena aku cemas, istriku mungkin sakit atau
apa." Sang duke tersenyum. Gwen merasa tersanjung
sekaligus bersalah karenanya.

***

"Apakah Her Grace sudah membaik dan akan bergabung


untuk sarapan bersama kita?" Marquis Ethan, paman
Edmund dengan selisih umur hampir dua puluh tahun,
bertanya.

Duke bukan orang yang menyeramkan. Namun dia selalu


menebarkan aura intimidatif di mana pun dia berada. Semua
orang biasanya menjaga bicaranya di depan sang duke.
Mereka sarapan terlambat karena menunggu Duchess. Meja
mereka masih kosong. Hanya ada piring serta aneka
peralatan makan dari perak yang membuat warga kelas
bawah bingung. Edmund melihat pamannya, Ethan, serta
Lady Elena, istrinya yang berbadan subur dan dengan pipi
nyaris semerah apel yang baru dipetik. Wanita itu tampak
antusias melihat keponakannya yang gagah dan berwibawa.
Sepeninggal orang tuanya, Lady Elena sempat beberapa
tahun membesarkan Edmund sampai dia cukup dewasa dan
melanjutkan sekolah di akademi kesatria milik kerajaan.

"Dia akan segera turun ke ruang makan. Dia hanya kurang


tidur."

Anna Kanina
53
The Duchess Want a Divorce

"Oh, ya ampun, kalian memang pengantin baru, tapi


kudengar Her Grace sangat lemah lembut. Anda harus
membiarkannya beristirahat lebih lama, Duke." Lady Elena
berkomentar sedikit jahil.

"Elena!" tegur Lord Ethan setengah berbisik.

"Ya ampun, maafkan saya, saya hanya mengenang masa lalu,


ketika itu Anda masih sangat belia dan banyak bertanya. Kita
sudah tidak bertemu lima tahun, tapi aku selalu merindukan
masa-masa itu." Elena berbasa-basi.

"Tidak apa, Bibi Elena, kita keluarga." Edmund mengangguk


sembari tersenyum.

"Your Grace, selama kita menunggu, apa boleh saya


membahas soal bisnis sedikit?"

"Ya, saya sudah membaca pembukuan dan melihat ke


perkebunan. Ada penurunan produktivitas. Kurasa itu
karena tanaman yang menua." Edmund menanggapi.

"Yah, tapi pemasukan kita terus berkurang. Beban biaya


untuk membayar gaji, perawatan kebun, dan lainnya terus
bertambah." Lord Ethan menyeka kepalanya dengan
saputangan karena gugup.

Anna Kanina
54
The Duchess Want a Divorce

"Apakah Anda punya solusi untuk masalah ini, Paman?"


tanya Edmund.

"Sebenarnya tidak, tapi salah seorang pegawaiku sempat


membahas beberapa hal yang menarik. Anda ingin
mendengarnya?"

"Pegawai? Maksudnya baroness itu?" Lady Elena


menunjukkan raut tidak suka yang kentara.

"Iya, dia banyak membaca dan sering ke kota.


Pengetahuannya luas. Kurasa tidak ada salahnya kita
mendengar masukannya." Lord Ethan memutuskan.

"Rick, tolong panggilkan Baroness Mileva di perpustakaan."


Lord Ethan memerintah sopan kepada si kepala pelayan.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah yang


cepat dan sedikit berisik dari luar ruang makan yang luas itu.
Seorang wanita berambut gelap, dengan mata sejernih
danau Muriel kini berdiri di ambang pintu dengan napas
terengah. Dia tampak tergesa karena khawatir sang duke
menunggu lama.

"Salam, Your Grace, saya Abigail Mileva." Wanita itu


membungkuk dalam, sebelum mengangkat kepalanya dan
bertemu pandang dengan sang duke.

Anna Kanina
55
The Duchess Want a Divorce

Baik Duke dan Lady Abigail, kini tampak gentar. Ekspresi dari
Edmund berubah kaku, begitu pun Abigail yang lebih terlihat
terguncang. Mereka saling menatap selama beberapa saat
tanpa terucap satu pun kalimat dari mulut masing-masing.
"Maaf, apakah Anda membutuhkan saya?" Abigail bertanya
pada Lord Ethan.

"Idemu kemarin, coba ceritakan kepada His Grace," kata


Lord Ethan. Lady Elena enggan melihat Abigail dan memilih
melihat keluar jendela.

"Ah, iya-saya memikirkan cara untuk meningkatkan profit


dari perkebunan Anda, Your Grace, dengan membuat
produk turunan dari hasil produksi kebun Anda." Abigail
mulai bertutur gugup.

"Bagaimana maksudnya?"

"Kopi yang dihasilkan biasanya langsung kita jual dalam


bentuk mentah. Ketika biji kopi itu diterima oleh pedagang,
mereka akan menggilingnya dan mengemasnya sendiri dan
dijual dengan harga dua kali lipat. Bayangkan seandainya
perkebunan Anda punya pabrik pengolahan sendiri, Anda
bisa langsung mengemasnya dalam produk siap seduh.
Keuntungan jadi berlipat, penurunan produksi juga tidak
menjadi masalah." Abigail memberi usulan dengan lugas dan
percaya diri.

Anna Kanina
56
The Duchess Want a Divorce

"Apakah itu tidak akan merepotkan? Kita harus membangun


pabrik dan semuanya." Lady Elena berkomentar sinis.
"Kita juga harus memikirkan distribusinya." Lord Ethan ikut
menimbang.

"Tapi, itu semua mungkin saja." Edmund menanggapi.

"Itu usulan yang bisa dijalankan. Aku bisa menginvestasikan


uang untuk membangun pabrik." Sang duke menambahkan.

"Kita bisa menjadikan para pedagang sebagai partner atau


distributor, membuat mereka bekerja untuk kita." Abigail
tampak berbinar menyampaikannya.

"Monopoli bukan gayaku, tapi menarik." Edmund berbinar.

"Atau, kita bisa membuat cokelat rasa kopi. Aku pernah


mencicipinya di kedai favoritku." Gwen ikut bergabung
dalam pembicaraan itu. Dia baru tiba, diiringi seorang
pelayan. Hujan sudah reda dan berganti dengan terangnya
matahari. Dia terlihat segar dan bersemangat, mungkin juga
dipengaruhi oleh gaun berwarna kuning gading yang
dikenakannya.

"Selamat pagi, saya Gwendolyn, maaf terlambat hadir."


Gwen membungkuk memberi salam.

Anna Kanina
57
The Duchess Want a Divorce

"Tidak apa, Your Grace. Ya ampun, ini kan hanya sarapan,


dan ide Anda tadi tentang cokelat kopi, itu luar biasa!
Ternyata selain cantik, Anda juga cerdas." Lady Elena
menyambut riang sambil menyaksikan sang duchess duduk
di kursinya.

"Mungkin akan sulit karena cokelat adalah komoditi yang


harus diimpor." Lady Abigail menanggapi sopan.

"Baroness, apa Anda tadi baru saja mengkritik perkataan


Duchess?" Lady Elena menghardik.

"Tidak, saya ...." Abigail menggeleng kuat, menyadari


kelancangannya.

"Tidak apa, Bibi Elena. Abigail dan saya sudah saling


mengenal." Gwen tersenyum pada si baroness dengan
mimik tulus.

"Cukup, kita sarapan dulu saja, Lady Mileva. Saya akan


menunggu Anda di kantor saya setelah kami selesai
sarapan." Edmund berpesan datar.

Membahas soal bisnis memang menyenangkan buatnya, dan


ide bisnis dari sang baroness tentu segar dan bisa menjadi
solusi. Tapi Edmund lebih memikirkan hal lain saat ini. Lady
Abigail dan dirinya sudah saling mengenal sebelumnya.

Anna Kanina
58
The Duchess Want a Divorce

Namun ketika itu, Lady Abigail tidak tahu kalau dia seorang
duke.

Anna Kanina
59
The Duchess Want a Divorce

Bab 7 - The Duke's Bad Dream

"Aku tidak pernah tahu kalau kau seorang duke." Abigail


berdiri sambil melipat lengannya di tepi jendela yang tirainya
setengah terbuka.

"Dulu aku memang belum jadi duke." Edmund menggumam


sambil duduk di meja kerjanya dan menggores selembar
perkamen dengan penanya.

"Iya, tapi kau juga tidak bilang kalau kau pewaris gelar duke
Rosiatrich."

"Ketika itu identitasku dirahasiakan."

"Pantas saja kau tidak memberiku nama lengkapmu." Abigail


terdengar menahan tawa.

"Dengar, Abigail, aku mengajakmu ke sini bukan untuk


bernostalgia akan masa lalu. Karena itulah, aku ingin kau
mengubur masa lalu kita berdua dalam-dalam. Tidak ada
yang boleh mengetahuinya, terutama istriku." Edmund
memandang Abigail serius setelah menghela napas.

"Oh, ya ampun, Ed, itu semua hanya romansa remaja di masa


lalu. Duchess tidak akan peduli kalau kau punya satu atau
dua mantan kekasih." Abigail tertawa.

Anna Kanina
60
The Duchess Want a Divorce

"Aku peduli, karena kini aku seorang duke, semua yang


terlibat dan singgah dalam kehidupanku akan menjadi
konsumsi publik." Edmund menjelaskan.

"Baiklah, itu bukan masalah buatku. Aku tahu, akan sangat


buruk bagi citramu jika publik mengetahui kalau kau pernah
terlibat asmara dengan putri seorang baron di daerah yang
jauh dari ibu kota, ditambah lagi dia kini seorang janda.
Kantor berita akan senang meliput ini." Abigail
mengatakannya dengan santai.

"Turut berduka untuk perceraianmu."

"Apa kau gila? Aku bahagia sekarang bisa lepas dari pria
kasar. Harus selalu diam di rumah dan berdandan khusus
untuknya telah membuatku sesak napas." Abigail
menegaskan kalau itu semua bukan masalah baginya.

"Aku bersimpati padamu, aku tahu beratnya sanksi sosial


yang diterima oleh wanita sepertimu. Kau tidak perlu pura-
pura tangguh, Abigail," ucap Edmund serius.

Abigail hanya tersenyum sambil melontarkan pandangannya


ke sekeliling ruangan kerja Caleigh Mansion yang cukup
terang karena banyaknya jendela. Edmund tidak berencana
menetap lama di sana, karena itu meja kayunya terlihat sepi.
Berbeda dengan yang dia miliki di Rosiatrich Mansion yang

Anna Kanina
61
The Duchess Want a Divorce

ada di ibu kota. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang


cukup mencolok bagi Abigail.

Edmund sepertinya menyempatkan diri untuk membaca


buku dan melakukan riset serius akan sesuatu hal di luar
kewajibannya sebagai duke. Abigail melihat tumpukan buku
bersampul kulit yang tampak lusuh dan berdebu.

"Edmund, kau tertarik dengan sihir dan ramalan?"


Sang duke terdiam. Buku-buku itu kebanyakan memang
membahas tentang sihir, hal paranormal, serta ramalan dan
cerita mitologi. Edmund membacanya bukan hanya karena
dia suka, dia ingin mencari tahu sesuatu.

"Ini hanya sekadar hobi." Edmund mengelak. Dia tidak


terlalu peduli Abigail memergokinya.

"Mustahil. Seingatku kau orang yang sangat rasional."


Abigail menggeleng ragu.

"Kita sudah belasan tahun tidak bertegur sapa, kau tidak


terlalu mengenal diriku, begitu pun juga diriku," tanggap
Edmund dingin. "Sekarang aku akan membahas soal
usulanmu tadi, tentang mengolah komoditi biji kopi yang-"

"Aku ingin menjadi penanggung jawab proyek ini," kata


Abigail cepat dan sedikit gugup.

Anna Kanina
62
The Duchess Want a Divorce

"Apa maksudmu?"

"Aku bisa melakukannya, aku banyak belajar dan mudah


berteman. Aku akan menjamin proyek ini sukses," kata
Abigail lagi.

"Abigail, ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan."

"Aku tahu kalau aku masih amatir, tapi aku hanya akan
menjadi penanggung jawab. Aku memang tidak tahu banyak
tentang bisnis perkebunan kopi, tapi aku bisa memanfaatkan
bantuan dari orang-orang yang lebih berpengalaman. Lagi
pula, aku merasa seharusnya bisa mendapatkan kompensasi
dari usahamu untuk menyembunyikan masa lalu kita. Benar,
kan?" Abigail bernegosiasi.

"Hah! Ternyata kau masih sama liciknya seperti dulu."


Edmund tertawa sinis.

"Aku seorang janda, seperti katamu, posisiku memang cukup


berat, terutama di lingkungan sosial. Aku harus bertahan
hidup karena aku tidak berencana menikah lagi." Abigail
menyatakan niatnya.

"Aku akan mempertimbangkannya. Aku akan mengadakan


seleksi dan akan mengikutkan dirimu sebagai pesertanya. Itu
adalah kesempatan terbaik yang bisa kau ambil. Kalau kau

Anna Kanina
63
The Duchess Want a Divorce

pikirkan ulang, sebenarnya rahasia masa lalu kita berdua


tidak terlalu signifikan. Kau tidak bisa menggunakannya
untuk mengancamku."

"Aku bernegosiasi, bukannya mengancam." Abigail


mengklarifikasi.

"Kita mungkin akan bertemu lagi di ibu kota, aku akan


mengirimkan surat undangan ke kediamanmu nanti.
Sebaiknya kau siapkan proposal terbaik."

"Aku tidak akan mengecewakanmu, Ed."

"Sekarang aku seorang duke, derajat sosial kita berbeda. Aku


harap kau memanggilku dengan lebih hormat di hari lain."
Edmund mengingatkan.

"Baiklah, Your Grace." Abigail melakukan gerakan hormat


dengan sedikit menekuk kakinya.

"Aku juga bisa membantumu untuk pertanyaan dan apa pun


yang kau cari soal sihir dan sejenisnya. Aku berteman dengan
wanita-wanita gipsi, tukang ramal, dan sejenisnya." Abigail
menawarkan bantuan.

"Maksudmu?"

Anna Kanina
64
The Duchess Want a Divorce

"Kau tidak lupa, kan, tentang Bibi Miraila, pengasuhku yang


juga keturunan gipsi?" Abigail tersenyum, menikmati
ekspresi datar dari sang duke yang tampak sedikit berubah
menunjukkan ketertarikannya.

***

Hari-hari yang damai berlalu di Rosiatrich Mansion yang


megah. Belakangan cuaca sedang bagus, tapi terlalu cerah
dan itu artinya para tukang kebun harus bekerja lebih keras
dari biasanya.

Pasangan duke dan duchess itu sudah kembali ke rumah


mereka dan sibuk dengan urusannya sendiri. Edmund masih
tetap sama, mengurung diri di ruang kerjanya dan enggan
diganggu. Gwen beraktivitas seperti kebanyakan wanita
bangsawan lainnya, yaitu bersosialisasi, menghadiri acara
amal, pesta minum teh, dan pesta ulang tahun sesama
bangsawan.

Namun hari ini, untuk pertama kalinya, dia mengetahui


sesuatu yang berbeda dari Edmund. Hari ini dia tidak keluar
dari kamarnya dan mengabaikan ruang kerjanya yang sudah
seperti sahabatnya sendiri. Edmund tidak bekerja karena
sakit dan enggan dijenguk.

Anna Kanina
65
The Duchess Want a Divorce

William, sang butler, bersaksi kalau Duke Edmund


mengalaminya dua minggu sekali. Dia akan sakit berat
sampai sulit turun dari tempat tidur. Dokter sudah
memeriksa dan tidak menemukan kesalahan apa pun pada
fungsi organ tubuhnya. Mereka menyimpulkan kalau Duke
Edmund terlalu lelah dan ada kalanya akumulasi dari
kepenatannya memaksa tubuhnya untuk beristirahat.

Gwen diminta kembali saja ke kamarnya dan berias untuk


menghadiri acara minum teh di restoran baru milik salah
seorang temannya. Namun Gwen tidak bisa melakukannya.
Edmund yang terkenal tangguh dan ditakuti di medan
perang bisa sakit? Gwen kira itu tidak mungkin terjadi.
Karena itu, Gwen mengganti gaunnya dengan baju yang
lebih sederhana dan memutuskan untuk menjenguk
suaminya.

Hari sudah siang dan sang duke belum sarapan satu suap
pun. Gwen membawa nampan berisi telur mata sapi dan
sosis serta segelas perasan jeruk untuk suaminya. Padahal
William sudah bilang kalau Duke tidak akan mau makan apa-
apa. Tapi Gwen merasa harus tetap melakukannya.

William menyeka dahinya yang berkerut dengan saputangan


sutra sebelum akhirnya mengizinkan Gwen memasuki kamar
suaminya. Dia merasa sudah siap dipecat karena dia tidak

Anna Kanina
66
The Duchess Want a Divorce

tega menyaksikan wajah khawatir sang duchess.


"Your Grace?" Gwen memanggil.

Kamar milik Edmund sangat dingin, padahal di luar sedang


panas terik. Gwen tidak tahu apakah itu karena pengaruh
perabotan dan interior yang sedikit gelap dan muram. Gwen
merasa tidak terlalu mengenal suaminya. Padahal dia telah
mencintainya bertahun-tahun dan kerap mengamatinya.

Edmund tertidur di ranjangnya dengan rambut basah karena


keringat. Lembap juga terasa di pakaian tidurnya dan
seprainya. Dia mengalami keringat dingin. Badannya juga
nyaris sesejuk apel di musim gugur. Kalau tidak ada keringat
menetes dari kulitnya, Gwen mungkin akan mengira kalau
dia sudah mati.

Hal lain yang membuat Gwen berpikir adalah kamar


suaminya memiliki aneka ragam jimat dan benda-benda
berbau klenik yang tersebar di dinding dan di dekat
ranjangnya.

Edmund gelisah dan sesekali menggumam muram dalam


tidurnya. Ketika Gwen memberanikan diri untuk menyeka
keringat di rambutnya, sang duke terbangun dengan
ekspresi emosional.

"Gwen?" Edmund memandang istrinya bingung.

Anna Kanina
67
The Duchess Want a Divorce

"Gwen," gumam sang duke dengan perasaan yang sulit


dilukiskan. Dia bangkit dan memeluk istrinya erat.

"Ya, Ed, aku di sini. Apakah kau bermimpi buruk?" Seketika


setelah Gwen bicara lagi. Edmund tampak tersentak dan
menjauhkan badan istrinya dari dirinya.

"Gwen? Kenapa kau di sini?" sergahnya tampak marah.

"Aku-aku hanya cemas kalau-"

"Keluar! Tinggalkan kamarku!" Edmund berbicara keras.


Gwen terguncang dan tepekur diam. Tangannya gemetar.

"Maaf. Pergilah, Gwen, biarkan aku sendiri. Kau tidak


seharusnya-"

"Apakah kesalahanku sangat besar sampai kau harus


membentakku?" Gwen bicara sedikit menantang dengan
mata berkaca-kaca.

"Aku tahu kalau ini adalah perasaanku sendiri, tapi aku tetap
istrimu. Apakah kau akan terus bersikap dingin dan
menjauhiku? Memintaku untuk hanya berdiam di istanamu
dan menjadi duchess untuk nama keluargamu? Apakah aku
bisa berharap kalau suatu saat nanti kau akan membalas
perasaanku?" Gwen melanjutkan nyaris terisak.

Anna Kanina
68
The Duchess Want a Divorce

Edmund memandang Gwen dengan lidah seakan tercekat.


Hening tercipta selama beberapa saat. Edmund membuang
pandangannya ke arah lain sebelum berkata pelan dengan
suara sedikit bergetar.

"Tidak, Gwen, walau aku menjamin kehidupan terbaik yang


bisa dimiliki wanita mana pun di Teutonia, aku tidak bisa
mencintaimu."

Anna Kanina
69
The Duchess Want a Divorce

Bab 8 - The Art Gallery

Gwen kabur dari rumah. Ralat, dia tidak benar-benar kabur,


melainkan singgah ke rumah lamanya dengan alasan rindu
pada ibunya. Namun dia melakukannya tidak lama setelah
bertengkar dengan suaminya. Duke Edmund sendiri tidak
banyak bertanya ketika Gwen menyampaikan keinginannya
itu melalui William, sang butler.

Rufus, seekor pit bull besar yang menjaga kediaman orang


tuanya seakan sudah mencium bau Gwen, bahkan sebelum
kereta kudanya berhenti di depan gerbang mereka. Rufus
yang berbulu gelap dan nyaris seukuran anak kuda itu
menyalak dan melompat riang menyambut Gwen,
menghujaninya dengan liur dan membuat gaun indahnya
ternoda tanah. Rufus tentunya tidak diajari bagaimana
caranya bersikap di depan seorang duchess. Baginya Gwen
tetap sama, gadis manja nan periang yang suka berbagi
makan malam bersamanya selama empat tahun terakhir.

Gwen tertawa, beban pikirannya terangkat seketika. Padahal


dia sudah menghabiskan beberapa hari terakhir dengan
perasaan mendung. Gwen sudah menyerah. Dia tidak lagi
akan mengharapkan apa pun dari Edmund. Sama seperti
yang dialami banyak pasangan bangsawan lain. Mereka
menikah tanpa cinta, semua demi gelar dan kehormatan
keluarga mereka. Tidak banyak pasangan yang

Anna Kanina
70
The Duchess Want a Divorce

dipertemukan karena perjodohan dan bisa benar-benar


saling mencintai di sisa umur pernikahan mereka. Salah
satunya adalah orang tua Gwen.

Mungkin Gwen akan terbiasa melihat wajah suaminya yang


dingin dan tersenyum seadanya terhadapnya. Tapi untuk
saat ini, dia sama sekali tidak mau melihat wajah Edmund.
Gwen sendiri tidak menyangka kalau wajah pujaannya bisa
terlihat begitu menyebalkan saat ini. Edmund terlalu angkuh.
Padahal dia bisa saja berbasa-basi dan berkata "mungkin
saja", atau "lihat nanti". Tapi dia malah menegaskan kalau
tidak akan bisa membalas perasaan Gwen sampai kapan
pun. Seakan-akan semua itu sudah dia patenkan dalam
kamus hidupnya.

"Gwen, ada apa dengan kunjungan mendadak ini?" Quentin,


kakak kandungnya, menyambut dengan baju kesatria
kerajaan. Sama seperti Edmund, kakak Gwen mengabdi pada
negara sebagai kesatria sekaligus calon penerus Marquis
Remian. Dia tampak rapi, seharusnya dia bertugas, tetapi
menundanya begitu menerima pemberitahuan mendadak
akan kedatangan adiknya.

"Aku hanya ingin berkunjung, kau tidak perlu menungguku,"


kata Gwen sambil susah payah menahan berat Rufus yang
kini berdiri dengan kedua kakinya. Gwen menahan kedua

Anna Kanina
71
The Duchess Want a Divorce

kaki depannya yang terlihat bersiap menjatuhkan badan


Gwen ke rumput.

"Rufus! Duduk!" Quentin memerintah.

"Di mana ayah dan ibu?" Gwen bertanya.

"Mereka baru akan pulang besok, seharusnya kau tidak


datang mendadak. Ada apa?"

"Aku hanya bosan di rumahku, bertemu kau dan Rufus saja


aku sudah senang. Apa kau baru mau pergi?"

"Iya, kereta kudaku sudah siap. Tapi aku jadi ragu, apa boleh
aku meninggalkanmu sendirian? Apa yang akan dikatakan
Edmund?" Quentin tampak mempertimbangkan dalam
kepalanya.

"Sudah kubilang, aku hanya berkunjung. Aku bukan resmi


bertamu. Kau tidak perlu repot karenanya." Gwen
menggeleng.

"Tidak, kau ikut saja denganku, mungkin kau akan suka


tempat yang akan kudatangi kali ini." Quentin mengulurkan
tangannya dan menggandeng adiknya untuk menaiki kereta
kuda.
***

Anna Kanina
72
The Duchess Want a Divorce

Gwen bernostalgia. Quentin mengajaknya ke salah satu


institusi pendidikan terbesar di Teutonia. Tempat di mana
manusia-manusia dengan otak paling cemerlang di seantero
kerajaan berkumpul untuk menyerap ilmu. Gwen tentu juga
mengenyam pendidikan di sana. Tempat dia akhirnya bisa
berteman akrab dengan Putri Gisca dan mulai menjadi pusat
perhatian media.

Gwen tidak pernah melanjutkan pendidikannya ke tingkat


universitas karena kebanyakan wanita di negaranya tidak
mengalaminya. Gwen enggan belajar tanpa para teman
wanitanya. Mengambil gelar di tengah para pemuda
seumurannya tentu tidak nyaman baginya. Apalagi Gwen
disebut sebagai Permata Teutonia dan para pria tentu sering
kali melihatnya dengan tatapan penasaran.

"Gwen? Apa kau keberatan kalau aku meninggalkanmu


sebentar? Aku diminta untuk menemui dekan, membahas
tentang alokasi pengawalan untuk bangsawan dari negara
asing yang singgah. Beberapa kesatria akan mengawalmu
dari jauh, kau boleh berkeliling." Quentin memberi tahu
begitu mereka tiba di gedung utama akademi.

"Pertukaran pelajar?"

"Tidak juga, nanti aku ceritakan." Quentin pun melambaikan


tangannya dan pergi.

Anna Kanina
73
The Duchess Want a Divorce

Gwen tersenyum dan membenahi gaunnya dengan rasa


sedikit bersemangat. Apakah dia akan mengunjungi kelas
lamanya? Mengamati perubahan sekolah lamanya setelah
lima tahun ditinggalkannya tentu akan menarik.

Namun Gwen memilih untuk mengeksplorasi gedung yang


bersebelahan dengan kantor dekan. Fakultas sejarah dan
seni rupa. Tempat yang sempat menarik minatnya tapi dia
lupakan setelah orang tuanya memintanya untuk lebih
sering berdiam di rumah. Kala itu dia sudah dalam usia siap
menikah dan harus mengikuti beragam kelas bersama
bangsawan lainnya untuk meningkatkan sisi feminitas
dirinya.

Para mahasiswa tengah menggelar pameran seni. Tentunya


Gwen cukup familier. Dia dan ayahnya sering berkunjung ke
galeri karena Marquis Remian adalah seorang antikuarian
terkenal di Teutonia. Itu adalah profesi bagi seseorang yang
mengerti seni dan artefak kuno, mengoleksinya dan sering
menjadi kurator pada pameran-pameran seni. Berbeda
dengan sejarawan atau arkeolog yang meneliti cerita di balik
setiap artefak. Antikuarian ahli dalam menilai kualitas dan
harga dari setiap karya seni serta artefak kuno.

Sebagai duchess, dinding rumahnya dihias oleh puluhan


lukisan dan karya seni terbaik di dunia. Gwen sudah hafal
dan mengagumi semuanya. Gwen adalah pencinta seni dan

Anna Kanina
74
The Duchess Want a Divorce

sebelum menikah dia rutin menghadiri acara lelang dan


pameran lukisan. Sayangnya sejak menikah, dia hampir tidak
pernah lagi melakukan hobinya. Wanita tidak biasa terlihat
sendirian mengunjungi museum atau galeri. Biasanya
bangsawan pria hadir di sana sambil membawa istrinya
untuk bersosialisasi sambil berbasa-basi menawar karya
seni-tanpa mereka sungguh memahami nilainya. Para
wanitanya? Biasanya mereka hanya tertarik pada perhiasan
dan menjadikan kunjungan itu sebagai ajang saling pamer
dengan sesama wanita ningrat lainnya.

Namun Gwen tidak begitu. Dia menantikan ayahnya


mengajaknya setiap berkunjung ke galeri. Gwen mengamati
dan belajar dari ayahnya. Dia menumbuhkan kecintaan yang
tinggi terhadap karya seni sejak belia dan selalu merasa
rindu berkunjung ke museum.

Itu tentu hobi yang tidak sesuai dengan personanya. Akan


lebih masuk akal kalau dia punya hobi berkuda atau
menyulam. Sayangnya Gwen sangat lemah dalam hal-hal
semacam itu.

Pameran itu belum benar-benar siap menerima pengunjung.


Gwen bisa melihat beberapa mahasiswa sibuk bergumam
dengan sesamanya dan membicarakan sesuatu yang
tersimpan dalam peti kayu yang tampaknya baru datang dari
pelabuhan.

Anna Kanina
75
The Duchess Want a Divorce

"Labelnya hilang, aku tidak tahu harus menempatkannya di


mana," keluh salah satu dari mereka.

"Apa kita harus menyingkirkannya dulu? Kita biarkan kaca


pajangannya kosong sampai Profesor bisa
mengidentifikasinya." Lainnya menimpali.

"Hari ini Profesor sedang cuti. Kalau mau, kita datangi


rumahnya dan memintanya ke sini."

Gwen yang penasaran mendekati mereka dan melongok


sedikit pada isi petinya. Ada sebuah patung yang terbuat dari
perunggu. Berwujud figur seorang wanita yang berdansa di
atas makhluk sejenis raksasa dengan ornamen berbentuk
tengkorak manusia berjejer di bawahnya.

"Dewi Grisha." Gwen berkomentar.

Tiga orang mahasiswa tadi segera menoleh ke belakang.


Gwen langsung gugup karenanya.

"Maaf, saya kebetulan tahu apa nama benda ini. Saya tanpa
sengaja mendengar percakapan kalian." Gwen
menundukkan kepalanya sedikit.

"My Lady, Anda bisa membantu kami?"

Anna Kanina
76
The Duchess Want a Divorce

"Apa?" Gwen memastikan.

"Kalau kami bisa menulis label yang benar pada benda ini,
kami mungkin tidak perlu menunda pembukaan acara
pameran ini." Seorang mahasiswa tampak berharap
padanya. Gwen seketika bimbang. Dia melirik ke sebuah
sudut di mana para kesatria bawahan Quentin tampak
berjaga dan mengawasinya. Sepertinya tidak akan menjadi
masalah. Gwen tidak melakukan hal yang salah.

"Aku bisa memberi tahu kalian, itu adalah patung Dewi


Grisha. Berasal dari Anila, mungkin sekitar abad ketiga belas.
Dia adalah wujud ugra (buruk) dari Priya, istri Dewa Shiha.
Dia digambarkan sebagai dewi yang ditakuti, terlihat dari
penggambarannya yang menginjak seorang raksasa dengan
tengkorak manusia di sekitarnya." Gwen menjelaskan.
Para mahasiswa itu dengan teliti mendengarkan dan
mencatat keterangan dari Gwen. Sampai mereka tidak sadar
seseorang mendatangi mereka.

"Aku dengar ada masalah?"

"Profesor!" Kedua mahasiswa menanggapi serempak.

Dia adalah pria yang berpenampilan intelek, dengan rambut


cokelat terang dan mata abu-abu seteduh mendung salju di
bulan Februari. Postur tubuhnya tegap dengan selera

Anna Kanina
77
The Duchess Want a Divorce

berpakaian yang cukup modern. Dia tidak seperti dalam


bayangan Gwen tentang titel profesor yang biasanya bau
buku atau mengenakan kacamata serta sudah cukup
berumur. Pria itu mungkin seumuran Edmund.

"Anda mungkin perlu mengeceknya, Prof. Tadi kami


berusaha membuat label mendadak berdasarkan penjelasan
lady ini," kata salah seorang dari mereka. Profesor itu
membaca label yang baru saja dia tulis dan mengangguk
menyetujui.

"Saya rasa labelnya tidak salah, kalian bisa memajangnya di


sana, di bagian khusus artefak dari negara Asia." Sang
profesor memberi tahu.

"Saya sempat mendengar sedikit penjelasan dari Anda,


Nona. Apakah Anda mahasiswi di sini?" Profesor itu bertanya
ramah setelah para mahasiswanya bergerak untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Apa? Tidak, saya mungkin sudah terlalu tua untuk itu."


Gwen menggeleng gugup. "Saya hanya cukup paham artefak
dan benda seni. Itu seperti hobi bagi saya," tambah Gwen.

"Hobi, kata Anda? Tapi ini bukan sesuatu yang biasa diminati
wanita." Pria itu tertawa, nyaris menunjukkan giginya.

Anna Kanina
78
The Duchess Want a Divorce

Gesturnya yang gentleman membuat Gwen langsung


menerka kalau pria itu juga mungkin berasal dari kalangan
ningrat.

"Yah, saya tidak terlalu menekuni hobi saya ini. Seperti kata
Anda, ini bukan sesuatu yang biasa diminati perempuan."

"Apakah Anda tahu ini apa?"

Si profesor menunjuk sebuah kaca display yang menyimpan


benda seperti perhiasan dengan batu ruby hijau yang
mengingatkan Gwen pada pegunungan di belakang
rumahnya.

"Ini adalah gelang yang biasa dipakai suku Anuba di benua


utara untuk anak perempuan yang baru lahir. Berasal dari
sekitar abad keempat. Kondisinya sangat baik, kalau dilelang
mungkin harganya bisa mencapai 12.000 perak." Gwen
menjelaskan.

"Impresif! Anda punya banyak pengetahuan tentang


artefak." Si profesor memuji. Gwen tersanjung, dia jarang
mendapat apresiasi soal kegemarannya itu. Tapi dia juga
tidak bisa menyalahkan siapa pun karena Gwen memang
jarang membahasnya dengan orang lain, termasuk
keluarganya-kecuali ayahnya.

Anna Kanina
79
The Duchess Want a Divorce

"Saya hanya amatir, Profesor." Gwen mengelak, berusaha


merendah.

"Anda tahu? Fakultas kami juga membuka program


volunteer. Anda bisa bergabung untuk program konservasi
seni dan edukasi bagi masyarakat. Pasti akan luar biasa jika
wanita secerdas Anda bisa ikut." Si profesor menyodorkan
selembar formulir kepadanya. Gwen menerimanya dengan
perasaan ragu.

"Apakah Anda bukan warga Teutonia?" tanya Gwen.

"Iya, betul. Saya pengajar temporer di sini, saya baru tiba


kurang dari dua bulan di Teutonia."

"Kalau begitu, wajar jika Anda tidak tahu. Wanita di negeri


ini tidak bisa bergabung atau menjadi bagian dari kegiatan
tertentu tanpa izin tertulis dari keluarganya. Ayah atau
suami mereka." Gwen tersenyum.

"Oh, maaf, saya tidak tahu itu."

"Tidak apa. Maksud saya, saya tidak bisa segera


memutuskan, tapi saya akan menyimpan formulir ini."
Kertas itu mungkin akan terlupakan di lemari kamarnya, tapi
tidak ada salahnya beramah-tamah, menurut Gwen. "Dan
saya sepertinya harus pamit. Saya mungkin akan datang lagi

Anna Kanina
80
The Duchess Want a Divorce

ketika pamerannya sudah buka." Gwen membungkuk,


berpamitan dan berlalu pergi.

"Kalian tahu siapa wanita tadi?" Profesor tadi segera


bertanya kepada para mahasiswanya yang masih sibuk
memoles kaca display di ruang pamer.

"Tidak, saya baru melihatnya."

"Bukan mahasiswi di sini?" tanya profesor itu memastikan.

"Apa Anda serius? Tidak ada mahasiswi secantik itu di sini.


Malahan, jumlah mahasiswi di sini bisa dihitung dengan jari.
Kenapa Anda tertarik padanya?" selidik si mahasiswa.
"Tidak, aku merasa mungkin kalau dengan dia, aku bisa
mewujudkan masterpiece-ku." Profesor itu menggumam
pelan dengan wajah berpikir.

"Profesor Maxwell, Anda di sini? Bukankah Anda sedang


cuti?" Quentin muncul dan menyapa. Dia tidak sempat
berpapasan dengan adiknya yang kini sedang sibuk
menjelajah ke tempat lain.

"Maksud saya, Yang Mulia Harvey Shawn Maxwell, maaf


saya sudah tidak sopan. Kebetulan sekali, saya baru saja
bertemu dekan untuk membahas pengawalan Anda."
Quentin meralat.

Anna Kanina
81
The Duchess Want a Divorce

"Singkirkan segala sapaan hormat itu, cukup panggil aku


Harvey. Aku memang sedang cuti, tapi aku tidak punya hal
lain yang bisa aku lakukan, jadi aku singgah ke akademi
sejenak." Profesor Harvey menanggapi.

"Tapi aku mungkin akan mengambil cuti lama setelah ini. Aku
berpikir untuk mulai melukis lagi setelah bertemu seseorang
yang menarik," gumam Harvey menambahkan.

Anna Kanina
82
The Duchess Want a Divorce

Bab 9 - The Artist

Edmund mengajaknya untuk menonton opera. Gwen


menebak suaminya melakukan itu karena merasa bersalah
atau merasa berkewajiban melakukannya. Bagaimanapun,
mereka harus tetap harmonis sebagai suami-istri. Sang duke
mungkin mendapat saran dari William, si butler, karena
menonton opera sama sekali di luar kebiasaannya.

Gwen sama sekali tidak menegur Edmund, bahkan enggan


makan di satu meja yang sama dengannya. Dia
melakukannya berhari-hari. Gwen sendiri terkejut karena dia
sanggup menghindari sang duke. Padahal dia terbiasa
mengikutinya ke mana-mana sampai kakaknya menegurnya
karena berpikir adiknya menguntit.

Gadis itu mematut di depan cermin besar dengan ukiran


perak dan emas di kamarnya. Karena masih ingin
menunjukkan rasa protes terhadap keangkuhan sang duke,
Gwen enggan mengenakan gaun dengan warna kesukaan
Edmund. Gadis itu memakai gaun berwarna jingga terang
karya desainer ternama, serta perhiasan yang tidak terlalu
mencolok. Gwen tidak bisa memastikan, karena dia terbiasa
menerima komentar dan pujian dari orang di sekitarnya atau
para pelayannya. Mereka bilang Gwen tetap luar biasa
menawan, maka gadis itu memutuskan untuk percaya dan
dengan percaya diri menaiki kereta kudanya.

Anna Kanina
83
The Duchess Want a Divorce

Edmund menyambutnya di depan gedung teater basilika


ketika Gwen melangkah turun dari keretanya. Sang duke
seperti biasa, memancarkan aura misterius dan keagungan
yang membuat siapa pun gentar. Untuk kasus Gwen,
jantungnya berdebar. Yah, tidak mudah untuk bertahan
menghindari seseorang yang dia cintai.

"Kau terlihat cantik, Gwen." Edmund tersenyum


menyapanya.

Biasanya Gwen akan balas tersenyum dan memuji suaminya


dengan nada manja. Kali ini dia hanya mengangguk dan
menahan perasaannya.

"Kau marah padaku?"

"Mana mungkin saya berani marah pada Anda, Yang Mulia


Duke yang terhormat," tanggap Gwen sedikit sarkastik.

Edmund menghela napas dan sedikit menggeleng. Dia lalu


menggamit lengan istrinya dan berjalan menuju barisan kursi
VIP yang telah dia pesan. Dengan gestur sopan, Edmund
mempersilakan istrinya yang masih menekuk bibirnya untuk
duduk. Gwen menutup sebagian wajahnya dengan kipas
seakan enggan berbicara pada suaminya.

Anna Kanina
84
The Duchess Want a Divorce

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak menyakiti


perasaanmu." Edmund bicara. Emosi Gwen sedikit
memuncak karenanya. Setelah hampir seminggu berlalu,
Edmund baru mengatakannya sekarang?

"Tidak apa, aku juga akan berusaha keras."

"Berusaha apa?"

"Berusaha untuk tidak mencintaimu, mengikuti jalanmu


yang bersikeras untuk menjadikan pernikahan ini sebagai
tampilan keluarga Dukedom Rosiatrich yang sempurna,"
kata Gwen berusaha sinis. Namun entah kenapa dia malah
terluka sendiri karena kata-kata yang dia lontarkan. Hati kecil
Gwen merasa itu akan sangat sulit dan tidak mungkin.

Gwen melihat ekspresi Edmund yang berubah masam


bercampur duka dan mungkin sedikit amarah. Harga dirinya
mungkin terusik. Tapi Gwen kini enggan membuat Edmund
menjadi pria paling beruntung di Teutonia. Dia sudah punya
segalanya. Fisik, gelar, reputasi, dan kekayaan. Dia bahkan
punya cinta dari wanita tercantik di Teutonia. Walau
mungkin sang duke tidak akan terlalu peduli, Gwen
setidaknya bisa membuat kaki Edmund menapak kembali ke
bumi agar dia tidak terlalu sombong dan merasa bisa
melakukan segalanya. Ya, dia salah satu manusia di Teutonia

Anna Kanina
85
The Duchess Want a Divorce

yang bisa melakukan apa pun, kecuali membalas cinta


istrinya.

"Pertunjukannya sudah hampir dimulai." Edmund berujar


getir sambil mengalihkan pandangannya ke arah panggung.

Gwen memutuskan untuk bahagia hari ini. Menonton opera


juga salah satu kegemarannya. Apalagi penyanyi favoritnya,
Andrea Higgins, juga tampil di sini. Pertunjukan ini
mengambil tema dongeng yang populer, tentang gadis dari
kalangan bawah yang jatuh cinta pada seorang penyihir.
Seperti biasa, dalam setiap kisah cinta selalu ada kendala.
Pada cerita mereka, sang penyihir yang ingin membalas
cintanya tidak bisa menciumnya karena setiap yang disentuh
akan berubah menjadi perak. Kisah cinta mereka berakhir
tragis karena sang penyihir memilih untuk menjauh dan
mengatur sendiri perjodohan sang gadis dengan pangeran
yang kelak menjadi suaminya.

Gwen tidak bisa menahan air di pelupuk matanya yang


mendesak minta menetes. Dia bersimpati pada si penyihir
yang merelakan perasaannya demi keselamatan si gadis.
Mungkin karena kisah mereka berdua mirip.

"Apakah kau tidak suka pertunjukannya?" Edmund


memberikan saputangan untuk menyeka air mata istrinya.

Anna Kanina
86
The Duchess Want a Divorce

"Justru karena aku menyukainya, makanya aku menangis."


Gwen terisak.

"Tapi, Gwen, ini hanya cerita fiktif." Edmund terlihat serius


memikirkannya. Dia-dan mungkin banyak pria lainnya-tidak
paham kenapa banyak wanita yang hadir menangis hanya
karena menonton Opera.

"Aku mau ke kamar mandi dulu untuk merapikan riasanku."


Gwen meminta izin.

***

"Anda nona yang tempo hari membantu pameran kami, kan?


Apa Anda juga menonton opera?" Seorang pria
menghentikan langkah Gwen ketika dia hendak kembali ke
samping Edmund. Dia si profesor yang kali ini mengenakan
setelan khas bangsawan dan memberi gadis itu senyum
cerah.

"Oh, Anda profesor di akademi." Gwen membungkuk.

"Nama saya Harvey, dan Anda?"

Gwen diam sejenak untuk berpikir. Kebanyakan bangsawan


mengenalnya. Selain sebagai istri dari Duke Edmund, yang
merupakan pahlawan perang sekaligus bangsawan dengan

Anna Kanina
87
The Duchess Want a Divorce

kekuasaan tinggi, dia juga diberi gelar Permata Teutonia oleh


banyak media. Profesor ini tampak berasal dari keluarga
ningrat, tapi dia mungkin terlalu sibuk mengajar dan
melakukan penelitian sampai dia tidak mengenali Gwen.

"Anda bisa panggil saya Gwen."

"Bagaimana menurut Anda tentang operanya?" Profesor


tampak mulai berbasa-basi. Gwen pun gelisah, Edmund
mungkin menunggunya. Babak kedua teater musikalnya
akan segera dimulai. Tapi entah kenapa Gwen merasa
sayang melewatkan kesempatan mengobrol dengan
seseorang yang mungkin memiliki minat yang sama
dengannya.

***

Edmund mengetukkan jarinya sedikit gusar di lengan kursi.


Istrinya terlalu lama, apa dia tersesat atau semacamnya?
Selain itu, jeda pertunjukan dirasanya terlalu lama. Edmund
bangkit dari duduknya. Beberapa orang di sekitarnya yang
memiliki gelar lebih rendah secara reflek menundukkan
kepala.

Sang duke mengangkat tangannya, meminta ajudannya


untuk mendekat. Gwen mungkin akan mengantuk setelah

Anna Kanina
88
The Duchess Want a Divorce

acara selesai dan Edmund khawatir dia tidak sempat


memberikannya hadiah.

Ajudannya memberikan sebuah kantong kertas berisi buket


bunga mawar ungu serta kotak perhiasan. Itu adalah tanda
permintaan maaf karena sikapnya yang keterlaluan. Kalau
ada satu hal di dunia ini yang bisa membuatnya gelisah dan
tidak produktif dalam pekerjaannya, itu adalah saat Gwen
mendiamkannya.

Sang duke mencari istrinya ke lorong menuju kamar mandi,


yang juga cukup ramai dengan para ningrat. Mereka memilih
tempat yang kurang layak untuk bersosialisasi. Tapi gedung
teater ini memang didesain untuk mengakomodir sosialisasi
para pengunjung. Mereka menyediakan tempat duduk dan
sofa yang nyaman di lorong luas itu, serta menggantung
lukisan-lukisan seperti di galeri.

Jantung Edmund terasa teremas ketika melihat Gwen


sedang berbicara dan tertawa akrab dengan pria asing yang
sama sekali dia tidak kenal. Edmund sudah cukup lama
mengenal Gwen untuk tahu dengan siapa saja dia bergaul,
tapi tidak dengan pria itu.

"Duchess?" Edmund menegur dengan nada amarah


tertahan.

Anna Kanina
89
The Duchess Want a Divorce

"Oh? Yang Mulia Duke, apakah babak kedua pertunjukannya


sudah mau dimulai?" Gwen menyahut dengan setitik rasa
bersalah. Apakah dia seharusnya tidak mengobrol? Apakah
dia sudah membuat Edmund menunggu?

"Duchess?" Harvey bertanya ragu.

"Iya, dia Duchess Gwendolyn Rosiatrich, istri saya. Dan


bolehkah saya tahu nama Anda, Sir?" Edmund melihat pria
itu dingin.

"Maafkan saya karena tidak mengenali Anda, Duke, Duchess,


karena saya baru beberapa bulan di Teutonia. Saya Harvey
Shawn Maxwell, pangeran kedua dari negara Arbavia."
Pangeran Harvey membungkuk sedikit untuk menunjukkan
rasa hormatnya.

Duke Edmund tampak sedikit gentar dan mengendurkan


sikap waspadanya. Dia balas membungkuk dan mengulurkan
tangannya. Harvey membalas menjabatnya.

"Saya seharusnya bertemu Anda bulan lalu di istana, tapi


ketika itu saya sedang ada tugas kemiliteran. Walaupun
terlambat, saya ucapkan selamat datang." Ekspresi Edmund
berubah netral.

"Terima kasih, Duke."

Anna Kanina
90
The Duchess Want a Divorce

"Saya juga penasaran, bagaimana Anda bisa mengenal istri


saya?" Edmund memeluk pinggang Gwen sembari bertanya.
Gadis itu sadar kalau rona merah muda mungkin sudah
menjalar ke pipi dan kupingnya. Gwen berusaha keras
meredam dan mempertahankan keanggunannya.

"Dia membantu saya di akademi. Duchess sangat cerdas dan


punya pengetahuan luas tentang seni dan artefak kuno."
Harvey menjawab ramah.

"Apa?"

"Err, tempo hari aku berkunjung ke rumah ayahku dan


Quentin mengajakku ke akademi untuk urusan
pekerjaannya." Gwen berbisik menjelaskan.

"Bukan itu, maksudnya apa tentang Duchess yang


memahami seni dan artefak kuno?" Edmund memastikan
lagi.

"Itu hanya hobiku, Duke. Kau tahu kalau Marquis Remian


adalah seorang antikuarian ternama. Wajar kalau aku tahu
sedikit soal itu." Gwen mengklarifikasi.

Edmund terdiam sejenak sambil memandang mata istrinya


lekat. Dia butuh jawaban sekaligus mengevaluasi istrinya
saat ini. Edmund yang mengira sudah mengetahui semua

Anna Kanina
91
The Duchess Want a Divorce

tentang Gwen ternyata terbukti salah. Sang duke meragu


sekaligus gelisah dan gusar. Dia tidak suka. Dia membenci
perasaannya sekarang ini.

"Aku sedikit tidak enak badan, kurasa aku akan pulang


duluan. Kau bisa melanjutkan menonton. Para kesatria akan
mengawalmu pulang nanti." Edmund memberi tahu
setengah berbisik pada Gwen, dia beranjak pergi tanpa
menyerahkan hadiahnya pada Gwen.

"Tidak, Duke, aku akan ikut pulang bersamamu. Aku tidak


bisa menonton sambil mengkhawatirkanmu di sepanjang
pertunjukan. Profesor Harvey, semoga kita bisa berbincang
lagi nanti." Gwen membungkuk untuk berpamitan.

Harvey menyandarkan badannya yang tegap pada pilar


sambil memandangi pasangan serasi itu berjalan menjauh.
Duke Edmund tampak segar dan baik-baik saja. Dia jelas
tidak sakit. Yang jelas, suasana hatinya berubah drastis
sampai dia memutuskan untuk pulang.

"Pangeran Harvey, Anda tidak kembali ke kursi Anda?" Brian,


asistennya, yang dia ajak dari Arbavia menegur setelah
akhirnya menemukannya.

"Aku bertemu dengan gadis misterius yang kemarin


kuceritakan."

Anna Kanina
92
The Duchess Want a Divorce

"Oh, yang kemarin Anda bilang berbakat dalam bidang


antikuarian itu? Lalu, apakah dia mau bergabung dengan
proyek Anda?" Brian yang berbadan sedikit pendek dengan
kumis tipis bertanya lagi.

"Aku belum bilang itu padanya. Dan dia ternyata sudah


bersuami, kurasa akan sulit apalagi dengan suami
pencemburu seperti itu." Harvey menggeleng.

"Apakah Anda akan mencari model lain?"

"Tidak, harus dia, tapi karena suaminya cukup berkuasa,


sepertinya aku harus pakai koneksi kerajaanku untuk
membujuknya." Harvey menggaruk dagunya berpikir.

Anna Kanina
93
The Duchess Want a Divorce

Bab 10 - New Lady In Town

Abigail tahu kalau Edmund sejak dulu selalu serius dan tidak
suka bergurau. Tapi dia tidak menyangka kalau Edmund akan
benar-benar memberikan tes yang membuat kepalanya
seakan berasap sampai terasa lembap karena keringat.
Sanggulnya yang sudah sejak pagi dia tata kini mulai layu
seperti seikat tulip yang lupa ditaruh dalam vas.

Buruknya lagi, Abigail duduk di meja dengan beberapa


lembar perkamen yang berisi esai rumit bersama beberapa
orang gentleman yang terlihat intelek dan mahir. Abigail
diminta untuk melakukan akuntansi terhadap laporan
keuangan fiktif serta dihadapkan pada pertanyaan-
pertanyaan yang memantik logikanya.

Abigail merasa sedang kembali bersekolah padahal dia


sudah lama lulus. Tentu dia sudah lupa. Semua ilmu yang
pernah dipelajarinya telah lama menguap, bahkan
tangannya terasa kaku saat mencoret huruf di kertas.
Namun wanita itu tentu tidak ingin serta-merta menyerah.
Dia berusaha sebaik-baiknya walaupun jelas di ruangan itu
hanya dia yang duduk setengah membungkuk dengan kening
berkerut. Sementara pria lainnya tampak santai dan teratur.
Mereka mungkin para sarjana yang berasal dari rumah-
rumah bangsawan yang diakui.

Anna Kanina
94
The Duchess Want a Divorce

Sementara, Abigail Mileva datang dari kota kecil Caleigh


yang jauh, dengan nama keluarga yang juga tidak sering
didengar. Terlebih lagi usianya sudah hampir menyentuh
tiga puluh tahun dan berstatus wanita lajang yang bercerai.

Semua anggota keluarga mengutuknya ketika dia


memutuskan bercerai di usia matang. Mereka sangat yakin
kalau Abigail tidak akan diinginkan oleh siapa pun lagi.
Keluarganya sudah melabeli dirinya sebagai beban dan
ayahnya kini secara permanen membuat rekening khusus
yang dialihkan untuk biaya hidupnya.

Karena itu, bertentangan dengan kebiasaan para wanita di


Teutonia. Dia harus bekerja. Dia harus berjuang untuk
dirinya sendiri. Setidaknya dia tidak ingin tinggal di rumah
orang tuanya dengan status sebagai beban keluarga. Ketika
orang menyebutnya akan sulit menikah kembali, Abigail
lebih dulu memutuskan kalau dia tidak akan menikah lagi.

Dia berada di Rosiatrich Mansion sebagai calon pimpinan


pabrik baru milik duke di Caleigh. Abigail tidak sempat
berkeliling untuk mengagumi mansion itu karena dia terlalu
cemas tidak akan lolos seleksi. Sulit bagi wanita dengan
status sepertinya untuk melamar pekerjaan di bidang bisnis.
Semua pengusaha dan pedagang akan lebih memilih laki-
laki. Mempekerjakan gadis lajang di Teutonia akan sulit
karena mereka perlu izin dari keluarganya, nyaris untuk

Anna Kanina
95
The Duchess Want a Divorce

segala hal. Sementara untuk wanita yang menikah atau


bercerai, orang menganggap akan rentan menimbulkan
pergunjingan.

Abigail hanya punya beberapa pilihan jika seleksi kali ini dia
tidak lolos. Dia bisa menjadi wanita pelayan di rumah-rumah
bangsawan, atau tenaga pengajar. Abigail mungkin akan
mengambil lisensi di kota untuk izin mengajar piano.
Sesi wawancara tidak dilakukan bersama Duke Edmund,
Abigail tidak melihatnya sepanjang pagi. Dia hanya bertemu
dengan para ajudannya, para baron yang tampak cakap
dalam bidang administrasi. Pada tahap akhir ini, Abigail yang
sudah lelah dan merasa otaknya seakan mengering,
menjawab pertanyaan dengan kurang antusias. Untuk apa
dia berlama-lama di sini? Jelas dia tidak akan lolos.
Keberadaannya di sini hanya basa-basi.

Abigail mungkin akan melihat-lihat mansion luas itu


sebentar. Mungkin dia tidak akan pernah lagi berkunjung.
Perempuan itu membenahi gaun sederhananya dan
mengangkat kepalanya dengan tidak terlalu anggun.
Tentunya dia tidak bisa berkeliaran seenaknya. Ini rumah
pribadi Duke Edmund. Dia hanya bisa mengamati beberapa
ruangan di paviliun khusus untuk menerima tamu yang di
antaranya juga ada ruang arsip.

Anna Kanina
96
The Duchess Want a Divorce

Dia meraba dinding kediaman sang duke yang bercorak


mewah dan intimidatif. Sepertinya mereka membayar
pelukis kenamaan untuk mewarnai dinding dan langit-langit
ruangan itu. Daun pintu dan kusennya terbuat dari kayu
terbaik dan berukir rumit, lengkap dengan sepuhan cat emas
yang tidak mudah luntur. Sofanya seakan seempuk permen
kapas dan membuat Abigail merasa sayang
meninggalkannya.

Seandainya dulu dia sudah tahu kalau Edmund adalah


pewaris gelar duke, Abigail mungkin tidak akan melepasnya.
Mungkin Abigail tidak perlu membuang waktu lima tahun
yang sia-sia bersama suami yang mandul dan penyuka
kekerasan serta tidak pernah menghargainya. Mungkin dia
tidak perlu memaksa mendengarkan nasihat dari para kolega
perempuannya betapa dia harus bertahan dan bersabar. Dia
juga mungkin tidak perlu menerima makian dan tuduhan
kalau dia sudah gila atau bodoh luar biasa karena menuntut
bercerai.

Ada sekeping kewarasan pada nalarnya yang berteriak untuk


menyudahi hubungan beracun itu. Mantan suaminya
bahkan tidak cukup kaya untuk membelikannya gaun baru
setiap tahun. Kalau bersama Edmund, walau dia bisa saja
menjadi suami penyiksa, setidaknya dia masih memiliki
mansion mewah dan gelar sebagai duchess.

Anna Kanina
97
The Duchess Want a Divorce

"Nona Abigail?" Bicara soal duchess, nyonya rumah megah


itu tiba-tiba menyapa.

"Ah, Duchess?" Abigail membungkuk, dia tidak mengira akan


bertemu Gwen di sini. Tapi dia segera mengingat kali
pertama mereka berjumpa. Duchess menyukai buku, dia
mungkin sedang berkunjung ke perpustakaan. Abigail
melihat dia bahkan membawa pelayan dan diawasi
beberapa pengawal. Mansion itu pasti sangat luas sampai
mereka khawatir nyonya rumah mereka bisa celaka walau
hanya berpindah dari kamarnya ke perpustakaan untuk
membaca buku.

Duchess menyebarkan aroma bunga matahari. Abigail tidak


terlalu paham seperti apa baunya. Ceria dan membuat orang
lain tersenyum, itu adalah sihir yang mungkin dimiliki oleh
sang duchess. Abigail merasa keresahannya lenyap berganti
dengan kehangatan. Dia merasa sudah cukup mengenang
masa lalu.

"Apakah kau mendapatkan pekerjaan dari Edmund?" seru


Gwen semringah. Dia menggenggam tangan sang lady
sambil tersenyum tulus.

"Sepertinya tidak, Duchess, seleksinya sangat sulit, tapi ini


bagus untuk pengalaman saya." Abigail tersenyum berbasa-
basi.

Anna Kanina
98
The Duchess Want a Divorce

"Oh." Bunga matahari itu melayu, berganti menjadi bunga


lili. Tetap cantik dan memukau, hanya saja lebih sendu.

"Padahal kupikir kita bisa sering bertemu," keluh Gwen.


Suaranya terdengar tulus dan jujur dan itu membuat Abigail
merasa bersalah.

"Tapi, Duchess, kalaupun saya diterima, saya mungkin akan


lebih sering di Caleigh." Abigail menyahut.

"Ah, iya, benar juga," sahut Gwen muram. "Tapi tidak apa,
kau boleh menjadi tamuku dan menginap beberapa hari,
Lady Abigail, bagaimana?" Gwen menggamit lengan Abigail
dan memberikannya penawaran.

"Tapi-"

"Aku bisa mengenalkanmu pada teman-temanku, pergi ke


klub buku atau semacamnya. Kau mungkin bisa
mendapatkan pekerjaan yang bagus di kota," bujuk Gwen
bersemangat.

Rasanya seperti sang duchess sedang menyodorkan


semangkuk daging tuna kepada kucing kelaparan. Tentu
tawaran itu sangat sulit ditolak. Dia bisa mendapatkan
koneksi serta kesempatan kerja yang lebih baik. Mungkin
perjalanannya ke ibu kota tidak sia-sia. Dia bisa saja menetap

Anna Kanina
99
The Duchess Want a Divorce

dan meninggalkan keluarganya yang pemuram di Caleigh.


"Apakah Anda tidak masalah dengan pakaian seperti ini,
Duchess?" tanya Abigail sopan, sedikit ragu, menunjukkan
gaun pink berendanya yang sudah berulang kali dia kenakan.
Dia berusaha menampakkan ketertarikan yang bersahaja
agar Gwen tidak menganggapnya ingin memanfaatkan
kesempatan.

***

"Aku sudah menyortir surat Anda, My Lord." Aaron Ainsley,


seorang baron muda dan masih lajang, sekaligus ajudan
andalan Duke Edmund, memberi tahu.

Pria itu berkacamata, dengan rahang sedikit tegas dan


rambut pirang nyaris pucat. Kulitnya dibungkus kemeja putih
berbahan katun yang tampak licin serta sedikit renda di
kerahnya. Dia mengenakan rompi kulit yang membuat
penampilannya tidak terlalu formal sekaligus tidak terlalu
santai.

Aaron menyodorkan sebuah kotak kayu lebar yang berisi


tumpukan surat yang perlu dibaca oleh Edmund. Walau
Aaron mengaku dia sudah menyeleksinya, Duke curiga kalau
dia hanya menyingkirkan beberapa di antaranya. Bagi Aaron,
semua surat yang ditujukan kepada Duke Edmund sangat
penting. Dia kesulitan menyortirnya. Hari ini dia hanya tega

Anna Kanina
100
The Duchess Want a Divorce

menyisihkan surat permohonan sumbangan serta aneka


tawaran kerja sama bisnis dari mereka yang tidak pernah
bertegur sapa dengan Duke tapi nekat berkirim surat untuk
menguji peruntungan mereka.

Beberapa darinya sebenarnya cukup menarik, seperti


tawaran investasi sirkus dari Belvara, atau tawaran akuisisi
tambang karena pemiliknya tersandera utang oleh bank.
Namun Duke Edmund sudah menegaskan kalau dia hanya
mau membaca surat dari orang yang pernah dia lihat
wajahnya. Sebagai kesatria, dia tidak mudah percaya.

Edmund meluangkan waktu untuk membaca semua surat itu


setiap hari. Dia harus melakukannya, atau dia malah akan
menghadapi tumpukan yang lebih tinggi jika dia terus
menunda. Kemudian karena frustrasi, dia malah akan
melemparkan kertas-kertas yang sudah ditulis dengan hati-
hati dan penuh perencanaan itu ke perapian.

"Bagaimana dengan seleksi operator pabrik baru kita?"


Edmund bertanya dengan mata sibuk membaca kilat surat-
surat itu.

"Dewan penguji sudah mendapatkan satu nama, dan kita


akan mempertemukannya dengan Anda ketika Anda setuju."

Anna Kanina
101
The Duchess Want a Divorce

"Langsung setujui saja. Aku sudah bicarakan konsepnya


secara detail dengan Earl Jaden, suruh dia bertemu Earl
saja." Edmund menanggapi.

"Bagaimana dengan kenalan Anda, My Lord?"

"Siapa?

"Nona Abigail Mileva."

"Oh, tentu saja dia pasti tidak lolos, kan?" tanggap Edmund
tanpa ekspresi dengan mata masih memindai surat-surat itu.

"Hasil tesnya tidak terlalu buruk, Sir. Dia punya bakat, dan
ketika wawancara dia meninggalkan kesan yang baik. Selain
itu, bukankah dia yang pertama kali mengusulkan proyek
itu? Kurasa ide bagus jika dia dilibatkan untuk-"

"Tidak. Dia melamar untuk posisi itu, dia tidak lolos, maka
urusan kita dengannya sudah selesai," ujar Edmund dingin
tanpa memandang Aaron.

"Tapi, Sir, kurasa kita sebaiknya memberi dia kesempatan


untuk-"

"Kita sudah memberinya kesempatan yang adil untuk


berkompetisi. Dia gagal, kita tidak perlu merasa tidak enak

Anna Kanina
102
The Duchess Want a Divorce

hanya karena dia yang punya ide," tegas Edmund, kali ini dia
memandang mata ajudannya serius.

"Baiklah, My Lord." Baron Ainsley membungkuk sedikit.

"Kapan surat ini tiba?" Edmund mengalihkan pembicaraan.


Dia mengacungkan sepucuk amplop berbahan kertas
kualitas tinggi dan tulisan tangan yang hampir sulit dibaca.

"Tadi pagi, Sir. Aku ingat seorang kurir khusus yang


mengantarnya. Dia memastikan aku menerimanya langsung
sebelum dia pergi, kurasa itu dari ...."

"Ya, aku tahu, ini surat dari Pangeran Harvey Shawn


Maxwell. Menurutmu, apa kepentingan dia berkirim surat ke
Rosiatrich Mansion?" Edmund bertanya.

"Saya tidak tahu, mungkin tawaran bisnis."

"Pangeran eksentrik itu tidak tertarik pada uang, dia hanya


suka buku dan patung-patung usang. Dia hidup dalam
khayalan dan imajinasi yang tidak terlalu berguna dalam
dunia nyata." Edmund berkomentar.

"Mungkin Anda harus membaca isi suratnya." Aaron menjadi


ingin tahu.

Anna Kanina
103
The Duchess Want a Divorce

"Tidak perlu, satu-satunya alasan dia berkirim surat padaku


adalah karena Gwen."

"Maksud Anda Duchess?"

"Ya, aku tidak perlu membukanya karena aku ingin


menghabiskan sisa hari ini dengan tenang. Tidak perlu
menambah pikiran yang tidak penting. Jadi, Ainsley, tolong
singkirkan surat ini. Abaikan." Edmund memerintah. Aaron
menerima amplop itu sedikit ragu.

"Tapi dia pangeran Arbavia, apa Anda tidak takut dengan


terganggunya relasi antarnegara?" Aaron berpendapat
dengan suara kecil.

"Aku cukup berkuasa untuk menolak membaca surat dari


raja, apalagi kalau hanya pangeran dari negeri seberang
seperti dia. Singkirkan, buang atau lempar ke perapian
bersama surat lainnya. Aku tidak peduli." Edmund pun
segera beralih ke pekerjaannya kembali.

Aaron bergeming sesaat sembari menyelipkan amplop itu di


balik rompinya. Bagaimanapun, dia yang tadi menerima
suratnya. Dia hanya baron kelas rendah yang tidak
menghasilkan pendapatan yang cukup dari tanah-tanah
keluarganya sampai dia harus bekerja pada bangsawan lain.

Anna Kanina
104
The Duchess Want a Divorce

Dia bisa kena masalah serius kalau dianggap lalai, dituduh


mengabaikan pesan dari keluarga kerajaan atau sejenisnya.
Karena itu, dia tidak akan membuangnya. Selain itu, Duke
hanya bilang untuk menyingkirkannya. Dia tidak melarang
Aaron membaca isinya.

Anna Kanina
105
The Duchess Want a Divorce

Bab 11 - The Royal Family

Teutonia adalah kerajaan besar yang menguasai seperempat


benua Ednarea. Tanahnya berbukit dan dilingkupi
pegunungan yang membuat musim dingin terasa membeku.
Namun ketika musim lainnya, Teutonia dipercaya menerima
berkah luar biasa dari Dewi Edna sehingga tanah mereka bisa
melahirkan tanaman apa pun. Namun walau lahan di negeri
mereka subur dan petaninya hidup makmur, Teutonia
sejahtera karena hasil tambangnya.

Emas dan batu mineral berharga tersimpan dalam jumlah


banyak di balik gunung-gunung Teutonia. Sejak pertama
kalinya leluhur orang Teutonia menemukannya, mereka
memastikan untuk menambangnya dengan bijak. Sejak
ratusan tahun silam mereka tidak pernah menjual emas dan
permata langsung dari tambang. Mereka meleburnya
menjadi perhiasan atau emas batangan murni. Para
pengrajin memoles dan memotong permata mereka,
kemudian membuatnya menjadi perhiasan bernilai seni
tinggi. Tidak hanya perhiasan, mereka juga membuat
peralatan makan, gagang pedang, atau bros.
Kerajaan menjualnya dengan kapal-kapal mereka atau
melalui pelelangan. Teutonia punya museum dan balai
lelang seni terbanyak di dunia. Mereka juga melahirkan
banyak seniman serta antikuarian yang paling dirujuk oleh
orang berprofesi serupa dari negara lainnya.

Anna Kanina
106
The Duchess Want a Divorce

Ayah Gwen adalah antikuarian terkenal yang memburu


benda seni bersejarah sampai ke seluruh dunia. Dia berharap
Quentin mengikuti jejaknya. Namun putra pertamanya itu
hanya tertarik pada seni pedang, bukannya seni musik atau
lukis. Quentin mendapat gelar kesatria tiga tahun lalu dan
mengabdi pada keluarga kerajaan.

Sebaliknya, Gwen mewarisi bakat dan pengetahuan darinya.


Walau Marquis Remian tidak secara terbuka mengakui kalau
dia mewariskan ilmunya pada putrinya, dia selalu berbagi
informasi pada Gwen dan berdiskusi tentangnya, kecuali
mengajaknya keluar dari Teutonia.

"Aku mengerti sekarang kenapa kau mengejar Edmund


belasan tahun. Pria tampan yang tampak anggun ketika
mengayunkan pedangnya memang keren." Putri Gisca
menggumam dengan mata menerawang ke lapangan.
Gwen dan Gisca biasa minum teh dan makan cemilan ringan
di perpustakaan istana yang memiliki jendela lebar dan
terang. Itu tempat yang cocok untuk duduk dan mengagumi
Edmund ketika para kesatria terbaik Teutonia berbaris setiap
petang untuk unjuk diri.

Hampir tidak pernah ada ancaman nyata di istana kerajaan.


Selain para kesatria inti, setiap sudut istana mereka juga
dijaga oleh kesatria bersenjata lengkap yang berdiri bak
orang-orangan sawah dengan mata setajam elang.

Anna Kanina
107
The Duchess Want a Divorce

Edmund dan para rekannya, termasuk Quentin, adalah


kesatria terbaik kerajaan yang berasal dari keluarga
bangsawan paling berpengaruh di Teutonia. Biasanya
mereka yang akan memimpin misi perang jika itu harus
terjadi, seperti yang dilakukan Edmund selama bertahun-
tahun.

Quentin, kakak Gwen, mungkin akan memimpin sendiri


pasukannya untuk misi lain dalam beberapa tahun. Saat ini
dia diberi arahan untuk mengatur penjagaan terhadap
beberapa diplomat dan tamu penting dari negara sekutu.
Tapi, seperti Edmund, mereka diharuskan rutin hadir ke
istana untuk menunjukkan wajah mereka dan menegaskan
kesetiaan keluarga mereka pada kerajaan.

"Itu terdengar tidak nyaman karena aku tahu kalau kau


sedang membicarakan kakakku." Gwen menggeleng enggan.
"Aku tahu sejak dulu kalau Quentin memang tampan, tapi
sejak dia bergabung menjadi kesatria kerajaan, dia kini lebih
dari tampan."

"Gisca, kakakku sudah bertunangan." Gwen mengingatkan


setelah meneguk kopinya.

"Yah, itu pernikahan politik biasa. Kalau aku bisa


membuatnya menyukaiku, maka-"

Anna Kanina
108
The Duchess Want a Divorce

"Kurasa Quentin cukup menyukai Lady Miraila. Kau tahu, dia


itu pemilih."

Gisca tidak menyahut, melainkan hanya bertopang dagu


memandang keluar jendela. Tangan kanannya memainkan
garpu di atas potongan pienya dengan malas, seakan tidak
peduli pada peringatan Gwen. Gisca adalah putri manja yang
tidak pernah ditolak keinginannya.

Walau terlihat berpikiran sempit dan suka merajuk, hal itu


mudah dimaafkan karena fisiknya yang jelita. Rambut pirang
keemasan, matanya yang cokelat, serta pipinya yang secara
alami berwarna merah muda ketika tersenyum, membuat
orang tuanya sulit menolak.

Dua bulan lagi dia akan berulang tahun. Gisca sudah


beberapa minggu merenung, apakah dia mau meminta
Quentin sebagai hadiah ulang tahunnya pada orang tuanya?
Atau membiarkan pria itu bahagia dengan Lady Miraila yang
pendiam?

"Dan bagaimana hubunganmu dengan Edmund?" Gisca


merasa sudah tahu jawabannya, tapi merasa harus berbasa-
basi menanyakannya.

"Masih sama saja, dia menjaga jarak denganku. Dulu dia


masih mau tiap malam bertemu untuk bercerita tentang

Anna Kanina
109
The Duchess Want a Divorce

harinya kepadaku. Kini dia menutup dirinya dan tenggelam


dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya." Gwen mengeluh
dengan wajah muram. Menyisakan mendung pada paras
cantiknya.

"Sudah kuduga, Edmund tidak normal. Dia tidak suka


perempuan." Gisca menyimpulkan.

"Jangan bilang begitu! Aku yakin Edmund punya alasan lain."


Gwen membantah, merasa tersinggung.

Gisca tertawa puas, kemudian dia memanggil pelayan untuk


menyingkirkan piringnya karena merasa sudah kenyang.

"Teman barumu itu, aku dengar kau membawanya


berkeliling, mengenalkannya pada wanita bangsawan
lainnya."

"Ah, iya, Nona Abigail sangat menyenangkan, kau juga akan


suka bergaul dengannya." Gwen menanggapi dengan ceria.

"Kudengar dia hanya seorang baroness dari desa Caleigh


yang jauh." Gisca mengernyitkan dahinya ragu.

"Dia sudah beradaptasi, dia tahu lebih banyak tentang tren


fashion ketimbang diriku sekarang."

Anna Kanina
110
The Duchess Want a Divorce

"Iya, katanya dia bekerja pada Madam Perellia di butiknya


sebagai akuntan." Gisca menanggapi datar.

"Madam Perellia bilang Nona Abigail berbakat dan


membantunya menaikkan profit. Kini dia menyewa mansion
kecil di dekat pusat kota. Aku selalu mengagumi sifat
mandirinya. Maksudku, bisakah kau membayangkan tinggal
jauh dari keluarga dan semua yang kau kenal di kota asalmu
dan memulai hidup baru?" Gwen bercerita dengan antusias.

"Gwen, dia itu wanita yang bercerai. Kurasa ada sesuatu


tentangnya yang tidak bisa kuterima. Termasuk betapa
cepatnya dia berbaur dengan kalangan bangsawan dan
loncatan karirnya." Gisca mengkritisi.

"Oh, ayolah Gisca, aku berharap kau mau berkenalan


dengannya. Kau tidak perlu memaksa harus berteman
dengannya demi aku. Kau tahu, kan, kalau itu tidak pernah
menjadi masalah bagiku?" Gwen memohon pada
sahabatnya.

Gisca adalah seorang putri, kelasnya berbeda dengan


bangsawan lainnya. Dia tidak pernah bisa terlalu akrab
dengan orang lain. Gisca terbiasa membatasi diri dan hatinya
karena perasaan curiga serta waspada. Dia dididik seperti itu
dan berpikir semua orang yang mendekatinya akan
mengambil keuntungan darinya.

Anna Kanina
111
The Duchess Want a Divorce

Gisca tentu tetap bergaul dengan para gadis dan pemuda


yang sekadar singgah di harinya. Kecuali Gwen, karena
mereka sudah bersahabat sejak sekolah dasar dan Gisca
menilai Gwen sebagai pribadi yang jujur dan tulus berteman
dengannya.

Gisca juga salah satu dari sedikit orang yang tahu kalau Gwen
berbakat dan sempat serius menekuni profesi sebagai
antikuarian. Dia sempat menggunakan koneksinya sebagai
sahabat putri raja untuk berkeliling istana dan menilai
koleksi barang seni mereka.

Hari ini, Gwen berada di istana tidak untuk melihat Edmund.


Suaminya sedang beristirahat dari aktivitas kesatria selama
beberapa saat setelah perang. Putri Gisca menggelar pesta
minum teh. Sesuatu yang harus dia adakan rutin untuk
menegaskan eksistensinya sebagai putri negara Teutonia.

***

Abigail tersesat di istana yang sangat luas itu. Dia merasa


konyol karena kereta kudanya berhenti terlalu jauh dari
lokasi pesta diselenggarakan. Dia hampir terlambat dan itu
sama sekali tidak diinginkannya. Selama dua bulan lebih dia
tiba di Teutonia dan berusaha keras untuk bertahan hidup,
sekaligus menaikkan karirnya sebagai akuntan dan tangan
kanan desainer terkenal Teutonia.

Anna Kanina
112
The Duchess Want a Divorce

Dia tentu sangat berterima kasih pada Gwen yang telah


memberikannya kesempatan langka. Wanita itu sudah
sangat senang diberikan rekomendasi buku-buku romansa
menarik dari Abigail serta mendengarnya bercerita tentang
pekerjaannya. Dia menganggap wanita yang bekerja itu
mengesankan. Mungkin karena Gwen ditakdirkan tidak
pernah bekerja seumur hidupnya.

Abigail tidak mau mengecewakan Gwen. Dia menekankan


kalau Putri Gisca orang yang waspada dan tidak mudah
percaya. Kalau Abigail bisa mengambil hatinya, mungkin dia
punya kesempatan untuk memegang beberapa bisnis milik
kerajaan di masa depan.

Wanita yang kini mengenakan gaun biru berpayet serta topi


lebar dengan corcasse bunga lili itu berjalan tergesa.
Menyusuri lapangan berumput hijau yang baru saja dipotong
dan semak mawar yang bunganya sudah terlalu mekar. Dia
lupa bertanya, apakah dia seharusnya menumpang sesuatu
untuk tiba di lokasi pesta sang putri?

Abigail melihat beberapa orang berdiri di sana dengan baju


zirah dan senjata lengkap, tapi dia takut untuk bertanya. Dia
khawatir kalau orang-orang di balik baju logam itu kini
sedang terpanggang panas matahari yang membuat
perasaan mereka kacau. Dia takut para penjaga itu

Anna Kanina
113
The Duchess Want a Divorce

tersinggung dan malah tanpa sengaja mengayunkan pedang


atau tombak ke arahnya.

"Nona, apa yang Anda lakukan di sini?" Abigail mendengar


suara seseorang.

"Saya, saya punya undangan untuk pesta Putri Gisca."

"Oh, ini pertama kalinya Anda datang?"

Abigail mengangguk, sinar matahari membuatnya sulit untuk


mengamati wajah pria yang menyapanya. Dia melihat kalau
pria asing itu bertubuh gagah dan berambut pirang.

"Bukan di sini, Lady. Anda beruntung bertemu dengan saya


sebelum memasuki gerbang. Para prajurit ini bisa
menangkap Anda, tidak peduli apa pun alasan Anda. Ini
adalah jalan menuju gerbang properti pribadi keluarga
kerajaan. Putri Gisca selalu mengadakan acara di bangunan
lain yang boleh dimasuki masyarakat umum." Pria itu
menjelaskan.

Abigail segera merasa bodoh karenanya. Dia kini benar-


benar akan terlambat. Lagi pula, untuk apa keluarga yang
hanya terdiri dari lima keluarga inti menempati rumah yang
luasnya mungkin setara dengan sebuah desa?

Anna Kanina
114
The Duchess Want a Divorce

"Maafkan saya, kalau begitu, lebih baik saya pergi." Abigail


menunduk berpamitan, memutuskan untuk menyerah pada
cita-citanya menjadi relasi bisnis keluarga kerajaan.

"Tidak, saya akan meminta seseorang untuk mengantar


Anda, Nona ...."

"Abigail, saya Abigail Mileva. Saya mendapat undangan dari


Duchess Gwendolyn Rosiatrich," sahut Abigail gugup.

"Gwen?" Pria itu memastikan.

"Anda mengenalnya?"

"Siapa yang tidak kenal dengan dia? Anda akrab dengan


Gwen?"

"Lumayan, saya pernah menginap di mansion-nya dan


belakangan kami sangat akrab." Abigail sedikit berbangga
karenanya.

"Menarik, Lady Mileva. Kalau begitu saya akan mengantar


Anda sendiri. Saya juga ingin memberi salam pada adik saya.
Sudah hampir dua minggu saya meninggalkan istana dan
merasa perlu menyapanya," kata pria itu lagi, kemudian
menyodorkan tangannya dengan gestur mengajak.

Anna Kanina
115
The Duchess Want a Divorce

"Adik Anda siapa?"

"Gisca tentunya. Ah, maaf sudah tidak sopan, saya lupa


memperkenalkan diri saya. Saya Sigmar, pangeran pertama
kerajaan Teutonia," katanya dengan nada ramah.

Seketika saat Abigail menggenggam tangannya dan berada


cukup dekat darinya, segumpal awan berarak menutupi jalur
matahari dan membuat bayangan dari kakinya hilang sesaat.
Keteduhan membuatnya bisa melihat wajah itu dengan jelas.
Prinsip dan tekadnya yang sekokoh tembok batu seakan
runtuh tatkala Abigail menyadari kalau dia sudah tersihir. Dia
terpesona dan tahu kalau wajahnya kini tersipu dan merah
padam bak gadis remaja yang kasmaran.

Anna Kanina
116
The Duchess Want a Divorce

Bab 12 - The Prince Message

Sigmar Albrighton, pangeran pertama Teutonia, adalah salah


satu pemuda paling atraktif di negaranya. Pribadinya yang
periang dan tutur katanya yang menyenangkan membuat
siapa pun mudah menyukainya. Namun dia juga dikenal
tidak bertanggung jawab karena di usianya yang hampir tiga
puluh tahun, dia masih suka berpesta dan memilih melajang.
Ketika seharusnya dia mulai serius dengan karirnya sebagai
diplomat dan mengejar posisi tinggi di kementerian, dia
malah menggunakan koneksinya agar bisa ditempatkan di
negara-negara maju yang menyajikan gaya hidup kelas atas.
Di negara lain, Pangeran Sigmar tetap menjalani hobinya,
yaitu berpesta dan mabuk.

Sifatnya yang bebas dan enggan diatur membuat para


bangsawan yang berkuasa di parlemen enggan mengangkat
namanya sebagai putra mahkota. Mereka malah memilih
menunggu Raymond-adik bungsunya-selama enam tahun
lagi, sampai dia mendapatkan gelar kesatria dan
menunjukkan potensinya. Selain itu, hampir separuh dari
para pemegang kebijakan itu malah cenderung mendukung
Duke Edmund Rosiatrich yang memiliki karir cemerlang dan
merupakan keponakan dari raja Teutonia saat ini.

Aura Sigmar seringnya berubah sedikit kelabu ketika ada


seseorang menyebut nama sang duke di dekat telinganya.

Anna Kanina
117
The Duchess Want a Divorce

Tidak hanya gerah karena kerap dibandingkan, dia juga


merasa tertipu karena Sigmar pernah bertanya tentang
Gwen-gadis ningrat yang kerap menunjukkan afeksinya
terhadap sang duke. Edmund bilang ketika itu kalau
perasaannya terhadap Gwen tidaklah romantis.

Tapi pria itu malah menerima lamaran dari Gwendolyn dan


menikahinya. Desas-desus mengatakan kalau Duke Edmund
membutuhkan istri segera agar dia bisa mewarisi seluruh
aset Rosiatrich dengan total. Sigmar menyesalinya. Dia
merasa Gwen seharusnya menikah dengan alasan yang lebih
baik dan lebih menghormatinya.

Sigmar secara lisan menyatakan telah membuang minatnya


terhadap Gwen sejak tujuh tahun lalu. Dia telanjur
terjerumus dalam dunia yang gelap dan tidak terpuji
sehingga enggan menodai reputasi dari Gwen. Walaupun
begitu, Sigmar tidak bisa menahan rasa ingin tahunya
terhadap Gwen dan kehidupannya.

Tentunya Sigmar berusaha mengenyahkan tatapan mata


penuh pemujaan dari Gwen terhadap Edmund. Mulai dari
mengenalkannya pada bujangan-bujangan terbaik di
Teutonia, yang memiliki reputasi baik, sampai membahas
rumor buruk tentang Edmund untuk membuat hatinya
goyah. Waktu itu, Gwen kerap berkunjung ke istana untuk
menemui Gisca sehingga Sigmar mudah menyapanya.

Anna Kanina
118
The Duchess Want a Divorce

Ketika pada akhirnya Sigmar mendengar Gwen bertunangan,


sang pangeran memutuskan menetap di negara lain sebagai
diplomat. Sigmar tidak punya masalah dengan laki-laki mana
pun, asal jangan Edmund.

"Gwen, apakah kau merindukanku?" Sigmar menyapa sang


duchess dengan ceria.

"Sigmar! Kapan kau kembali dari Arbavia?" Gwen segera


bangkit dari duduknya dan memberikan salam dengan
membungkuk dan kaki sedikit ditekuk.

Ketika mereka remaja, Gwen terbiasa memeluknya, bahkan


saling mencium pipi. Sesuatu yang bahkan dengan Edmund
sekali pun masih jarang dia lakukan. Mereka memang dekat
seperti kakak beradik. Gwen tidak pernah melihat Sigmar
sebagai pria walaupun sang pangeran sempat memendam
hasrat asmara terhadap gadis jelita itu.

"Aku membawa banyak sekali hadiah untukmu, Gwen. Aku


tahu kau suka sekali dengan lukisan." Sigmar melanjutkan
reuninya.

"Aku juga suka wine. Kudengar wine dari Arbavia salah satu
yang terbaik di dunia." Gwen menanggapi.

Anna Kanina
119
The Duchess Want a Divorce

"Yah, mungkin masih kusimpan sebotol. Perjalanan selama


sebulan lebih dengan kapal sangat membosankan.
Ketimbang mabuk karena ombak, lebih baik aku mabuk
dengan wine sambil makan kaviar," kata Sigmar lagi sambil
menyeringai.

"Kau harus mengurangi minum, Sigmar. Kalau Yang Mulia


tahu kau berfoya-foya di luar batas, dia mungkin akan
memaksa menteri luar negeri untuk menugaskanmu ke
Zabinroute. Di sana hanya ada pasir dan unta." Gisca
bergabung dalam percakapan.

"Tapi di sana juga ada para penari perut yang cantik, kurasa
itu bisa menjadi kompensasi. Mungkin aku akan betah di
sana." Sigmar menanggapi remeh.

"Oh, ya ampun, sungguh kakak yang tidak berguna." Gisca


menggeleng prihatin.

Pesta minum teh baru akan dimulai dan para wanita


bangsawan yang lumayan disukai oleh Gisca mulai duduk di
kursi mereka yang sudah dinamai. Para gadis itu memandang
sang pangeran seperti buah terlarang. Menggoda untuk
didekati dan disentuh, tapi mereka tahu kalau
mengonsumsinya akan membuat mereka sakit dan merana.

Anna Kanina
120
The Duchess Want a Divorce

Sekuat apa pun pesona Sigmar, tidak ada gadis baik-baik di


Teutonia yang berani mendekatinya. Sigmar terlalu berisiko
karena gaya hidupnya yang bebas. Mereka mungkin hanya
akan singgah di hatinya sebentar sebelum ditinggalkan.
Wanita yang dekat dengan Sigmar harus bersiap dicap
murahan karena masyarakat Teutonia tahu perilaku
pangerannya. Bahkan raja sendiri sudah menyerah
menasihatinya. Gisca sendiri merasa tidak adanya gadis
hamil menangis minta pertanggungjawabannya adalah
keajaiban. Entah Sigmar sangat beruntung atau selalu
menggunakan kontrasepsi.

Tapi Abigail tampaknya tidak terlalu peduli. Atau dia yang


berasal dari Caleigh belum memahami rumor tentang sang
pangeran. Sekuat apa pun keluarga kerajaan berusaha
meredam rumor, selalu ada yang luput di media atau
diembuskan oleh para pelayan dan orang terdekat yang
tidak sanggup menahan bergunjing.

Abigail duduk diam di dekat Sigmar, yang tadi mengantarnya


ke lokasi pesta minum teh Putri Gisca. Dia menyesap tehnya
perlahan dengan kelingking gemetar serta wajah sedikit
merona.
"Kasihan temanmu, dia tidak mengenal Sigmar." Gisca
berkomentar, meminta Gwen melihat Abigail.

"Oh," tanggap Gwen, bingung harus menanggapi apa.

Anna Kanina
121
The Duchess Want a Divorce

"Bisa saja mereka akan jadi pasangan yang serasi," tanggap


Gwen.

"Apa kau serius? Lihatlah, Sigmar tidak tertarik padanya. Aku


tahu kalau Sigmar menyukai seseorang. Dia tidak terlalu
menyukai Abigail walau selalu tersenyum padanya." Gisca
bersikeras.

"Kau tidak pernah berkencan, kau hanya suka membaca


novel romantis. Jangan berprasangka," protes Gwen
menasihati.

"Oh, ya ampun! Aku tahu benar kalau Sigmar pernah


menyukai seseorang dan dia-"

"Apa?"

"Lupakan, itu sudah menjadi cerita usang," kata Gisca lagi,


menyudahi. Sigmar selama bertahun-tahun menyukai Gwen.
Hanya Gisca yang mengetahuinya. Sigmar sendiri yang
pernah mengeluh di hari pertunangan Gwen dan mengaku
pada adiknya ketika sedang mabuk. Sigmar tidak berani
mengungkapkan isi hatinya karena sadar dirinya tidak
pantas. Saat itu Gisca merasa bersimpati pada kakaknya
yang tidak berguna. Tapi memang itu kenyataannya. Walau
berstatus pangeran, reputasinya terlalu buruk untuk
bersanding dengan gadis sekelas Gwen.

Anna Kanina
122
The Duchess Want a Divorce

Abigail menghabiskan beberapa jam di antara para ningrat


berstatus tinggi itu dengan bersikap sering diam dan gugup.
Padahal dia biasanya ceria dan banyak bicara. Sigmar-walau
didesak pergi beberapa kali oleh Gisca yang mengingatkan
kalau ini acara minum teh khusus perempuan-tetap bersama
mereka sampai acara selesai.

Ketika para wanita itu membungkuk berpamitan dan diantar


oleh para pelayan ke pintu gerbang untuk menaiki kereta
kuda mereka masing-masing, Gwen seharusnya juga
melakukannya. Tapi Sigmar memaksa Gwen untuk
menerima hadiahnya dulu. Dia pun ditemani Gisca
memutuskan untuk singgah sejenak di kediaman Pangeran
Sigmar.

"Your Grace, Duchess Rosiatrich, seseorang memaksa untuk


bertemu Anda. Maafkan saya, tapi katanya ini menyangkut
perdamaian antara dua negara dan harus bicara dengan
Anda." Kepala pelayan istana Gisca tampak gugup ketika
mengejar ketiga bangsawan itu dengan kaki tuanya.

"Siapa?"

"Saya, Duchess, Aaron Ainsley, ajudan Duke Edmund." Baron


Ainsley membungkuk hormat. "Saya perlu bicara sedikit
pribadi dengan Anda, Duchess," kata Ainsley yang tidak bisa
menyembunyikan ekspresi cemas di wajahnya.

Anna Kanina
123
The Duchess Want a Divorce

"Apa yang terjadi, Sir Ainsley? Katakan saja di sini, saya juga
diplomat. Kalau menyangkut urusan persahabatan
antarnegara, saya rasa saya perlu mengetahuinya."

"Ini ... tapi ...." Baron Ainsley tampak ragu.

"Duke Edmund tidak akan berbuat jahat kepadamu, aku


menjaminnya. Aku pangeran pertama negara ini, kau ingat?"

"I-iya, Yang Mulia. Baiklah. Sebenarnya selama beberapa


minggu ini Rosiatrich Mansion menerima surat yang
menurut saya cukup penting namun kerap dibuang oleh
Duke Edmund. Saya tidak bisa mengabaikannya lagi karena
hari ini surat itu kembali datang dengan emblem dan cap
resmi kerajaan. Saya tidak sanggup membuangnya ke
perapian seperti yang diperintahkan Duke. Apalagi
pembawa surat itu memberi ancaman yang cukup
mengkhawatirkan,"

"Ancaman apa?"

"Katanya mereka mau mempertimbangkan ulang kerja sama


tambang kalau duke Rosiatrich menolak untuk
membacanya," cicit Ainsley tidak berdaya.

"Sudah disampaikan pada Edmund?" tanya Sigmar.

Anna Kanina
124
The Duchess Want a Divorce

"Sudah, dia tetap menyuruhku membuangnya ke perapian,


jadi saya memutuskan untuk mencari Anda, Duchess," kata
Aaron Ainsley dengan wajah tampak menua lebih dari umur
yang seharusnya.

"Astaga! Benar-benar pria yang angkuh," komentar Sigmar


sinis.

"Kenapa kau mencariku? Maksudku, sekalipun perang akan


pecah, itu bukan urusanku." Gwen menggeleng, enggan
terkena masalah.

"Tidak, Duchess, surat itu ditujukan kepada dua orang ...


kepada Anda dan Your Grace."

"Bisa kulihat suratnya?" tanya Sigmar.

"Tapi Anda tidak boleh membacanya, Yang Mulia."

"Aku tahu, aku hanya ingin tahu siapa yang mengirimnya."


Sigmar bersikeras.

Setengah ragu, Ainsley menyerahkan amplop surat dengan


segel itu ke tangannya. Pangeran itu seketika tersenyum
tatkala mengetahui siapa yang menulis surat.

Anna Kanina
125
The Duchess Want a Divorce

"Harvey, astaga, apa yang dia rencanakan?" kata Sigmar


dengan seulas seringai.

"Harvey!" seru Gisca.

"Harvey?" tanggap Gwen sambil mengingat-ingat.

"Buka suratnya, aku ingin tahu," ujar Gisca penasaran.

"Tidak, aku akan membuka dan membacanya bersama Ed.


Aku berterima kasih kalau kalian tidak membahas hal ini
sama sekali. Sigmar, maaf, lain kali aku akan berkunjung lagi
untuk melihat hadiahmu. Sepertinya aku harus segera
pulang." Gwen pun membungkuk berpamitan. Dia pun
berlalu bersama Aaron dan seorang pelayan wanitanya
untuk menaiki kereta kuda.

"Hei, kau masih suka pada Gwen?" Gisca bertanya.

"Bukan urusanmu."

"Dia sudah menjadi istri orang, jangan macam-macam."

"Kalau sejak awal aku memang mau mengejarnya, aku sudah


lama melakukannya. Kau tahu alasannya, kan? Lagi pula kau
tidak berhak bicara begitu, padahal kau sendiri mengincar
Quentin yang sudah bertunangan," protes Sigmar.

Anna Kanina
126
The Duchess Want a Divorce

"Ba-bagaimana kau bisa tahu?" Gisca tampak pucat. Selain


Gwen, dia hanya pernah membahasnya pada Louie,
kucingnya. Gwen tidak mungkin membocorkannya. Tapi
Louie sendiri jauh lebih tidak mungkin bercerita pada Sigmar.
Gisca menjadi merasa harus memastikan ulang privasi di
kamarnya.

"Lagi pula, perempuan kan bukan cuma satu," gumam


Sigmar riang sambil melihat kartu nama Abigail sebelum
menyimpannya di saku.

Anna Kanina
127
The Duchess Want a Divorce

Bab 13 - The Prince's Letter

"Your Grace, apakah tidak ada yang ingin kau bicarakan


denganku?" Gwen segera bertanya begitu dia tiba di ruang
kerja Duke Edmund. Ketika itu dia tampak sedang santai.
Edmund duduk di sofa bergagang kayu sambil menyeruput
secangkir kopi di samping jendela lebar dengan teralis putih.

"Gwen? Kukira kau sedang berada di istana bersama Gisca."


Tidak seperti biasanya, Gwen tidak bersalin. Dia langsung
mencari Edmund begitu dia turun dari kereta kudanya. Gwen
hanya menanggalkan topi lebar yang tadi dia kenakan untuk
berteduh dari terik matahari karena Putri Gisca mengadakan
pestanya di kebun.

"Jujurlah, apa benar kau berkali-kali membuang surat dari


Pangeran Harvey dan enggan membukanya?" Gwen
bertanya lagi sembari duduk di sofa yang sama dengan Ed,
kemudian memandangnya lekat demi memastikan adanya
semburat kejujuran di mata suaminya.

"Siapa yang bilang begitu?"

"Baron Ainsley."

"Apa? Berani sekali, apa dia mau kupecat?" gerutu Edmund


sembari meletakkan cangkirnya.

Anna Kanina
128
The Duchess Want a Divorce

"Dia melakukan hal yang benar. Itu surat dari orang penting
Arbavia. Sebagai seorang duke, kau seharusnya tahu kalau
yang kau lakukan itu tidak bertanggung jawab." Gwen
menasihati.

"Tetap saja, Ainsley adalah bawahanku, seharusnya dia-"

"Kau tidak melarang dia untuk mengadu padaku." Gwen


memotong kalimatnya.

"Ya, itu benar, tapi-"

"Dan kalau kau memecat Ainsley, dia bisa bekerja pada


bangsawan lain. Padahal dia sudah bertahun-tahun menjadi
orang kepercayaanmu. Apa kau mau bangsawan lain
mengetahui rahasia Duke Edmund Rosiatrich?" Gwen
bertanya, sekali lagi memotong kalimat Edmund.

Sang duke terdiam sejenak, wajah tampannya yang muram


seketika berubah sedikit cerah. Seharusnya dia kesal ketika
seseorang membantahnya. Anehnya dia malah terhibur.

"Kau terlihat berbeda." Edmund berkomentar.

"Maksudnya?"

Anna Kanina
129
The Duchess Want a Divorce

"Aku tahu kita tidak lagi banyak bertemu sejak terakhir kali
kita menonton opera, mungkin ada yang berubah pada
dirimu. Tapi, seingatku, Gwen yang kuingat tidak akan bicara
seperti ini." Edmund berkomentar.

Gwen segera tersadar kalau dia bersikap tidak seperti


biasanya. Gwen selalu berusaha menunjukkan sisi terbaik
dari dirinya di hadapan suaminya. Wanita yang suka
membantah atau terlihat pintar katanya tidak disukai pria.
Gwen pun bersikap layaknya gadis manja dan penurut di
hadapan Edmund.

"Oh, itu, maafkan aku." Gwen menundukkan kepalanya.

"Kenapa meminta maaf?" Edmund meminum kembali


kopinya.

"Karena aku membantahmu, dan menjadi Nona Sok Tahu,


mungkin aku terlalu emosional." Gwen beralasan.

"Tidak ada yang salah darimu, Gwen. Aku tidak membenci


wanita yang pintar. Aku hanya tidak mengerti, kenapa kau
menyembunyikannya dariku."

"Bisa kau jelaskan padaku apa yang aku sembunyikan?"

Anna Kanina
130
The Duchess Want a Divorce

"Fakta kalau kau adalah seorang antikuarian-maksudku, kau


memang secara resmi bukan antikuarian, tapi kau
mendalaminya," jawab Edmund.

"Ah, itu. Ayahku biasa mengajakku ke galeri dan museum,


serta mengajariku. Itu hanya hobi. Tidak ada yang serius
dengan itu." Gwen mengelak.

"Apa kau yakin?"

"Itu hanya mimpi masa laluku, lagi pula Teutonia sudah


punya banyak antikuarian terbaik di benua ini. Aku seorang
duchess, apa kau pikir aku pantas mengejar mimpi dan
meninggalkan kewajibanku di sini?" Gwen masih mengelak.

"Itu benar, seorang duchess harus senantiasa mendampingi


suaminya dan menjaga rumahnya. Tapi kau juga bukan
anjing, Gwen. Kau tidak perlu merasa terikat dengan
mansion ini. Aku bukan seperti suami kebanyakan. Aku
menghargai kegemaran dan impian istriku. Jadi untuk
seterusnya, kuharap kau lebih jujur dengan apa yang ingin
kau lakukan." Edmund menjelaskan.

"Terima kasih, Your Grace." Gwen menjawab datar, bingung


untuk menanggapi.

"Nama, panggil namaku."

Anna Kanina
131
The Duchess Want a Divorce

"Itu-kupikir kau sedang menjaga jarak dariku, jadi-"

"Aku sudah bilang, kalau sedang berdua saja, kau tidak perlu
bersikap formal." Edmund menggeleng.

"Baiklah, Ed."

"Itu terdengar lebih baik. Sekarang, apa yang tadi kita


bicarakan? Oh, soal surat itu. Ya, aku yang tidak mau
membukanya dan meminta Ainsley membuangnya."
Edmund mengaku.

"Kenapa?"

"Karena aku pernah bertemu dengannya di teater. Aku tidak


suka caranya melihatmu. Apa pun itu yang ingin dia katakan
di surat, pasti berhubungan denganmu. Ini keputusanku
sebagai duke. Aku ingin menghindarkan dirimu dari rumor
yang tidak perlu," ujar Edmund menegaskan sikapnya.

"Oh, ya ampun, Ed. Setidaknya balas suratnya dengan


sopan." Gwen menggeleng.

"Itu tidak harus."

"Terakhir, Ainsley bilang pangeran akan mempertimbangkan


kerja sama tambang. Apa itu ada hubungannya dengan

Anna Kanina
132
The Duchess Want a Divorce

kontrak pengelolaan tambang permata di perbatasan? Kau


tahu kalau itu sangat penting bagi warga yang berdiam di
sana, Ed." Gwen menunjukkan kecemasannya. Edmund
tampak terpukau dengan pengetahuan Gwen, tapi
memendam reaksinya di benaknya.

"Kita bicara soal urusan negara. Pangeran Harvey tidak


cukup berkuasa untuk membatalkan kontrak bisnis
antarnegara. Percayalah, aku tahu yang aku lakukan."
Edmund membuat gerakan menepis dengan tangannya.

"Baiklah, apa aku boleh membuka suratnya?"

"Kenapa?"

"Aku ingin tahu. Surat ini juga ditujukan padaku, jadi aku
punya hak untuk membacanya. Aku benar?"

"Jadi, Gwen, apa kau mau terus seperti ini? Banyak bicara
dan menjadi Nona Sok Pintar?" Edmund tidak segera
menanggapi.

"Oh, kau tidak suka?"

"Aku lebih suka dirimu yang sekarang." Edmund tersenyum.

Anna Kanina
133
The Duchess Want a Divorce

"Bagus, lalu aku boleh baca, tidak?" Gwen merobek sedikit


ujung amplopnya.

"Bacalah, karena kau bersikeras seperti ini, aku pun jadi ingin
tahu."

Kepada,
Your Grace,
Duke dan Duchess Rosiatrich.
Ini adalah surat ketujuh yang saya kirimkan ke Rosiatrich
Mansion.

Saya tidak paham kenapa Anda bahkan tidak bersedia


membaca ini. Saya memang dari Arbavia. Ya, saya bisa saja
membawa penyakit asing atau semacamnya. Tapi
percayalah, saya sudah berminggu-minggu di Teutonia dan
tidak ada mahasiswa saya yang sakit atau menumbuhkan
bisul karena melakukan kontak dengan saya.

Apalagi ini hanya selembar surat, demi Dewi Edna! Penyakit


tidak akan semudah itu menular melalui kertas. Sebaiknya
Anda berdua mengecek ke dokter apakah sudah ada gejala
aneh? Seperti rambut rontok atau semacamnya? Karena kita
kemarin berjabat tangan di teater. Itu sekitar sepuluh hari
yang lalu.

Kalau kalian sehat, berarti saya bebas penyakit.

Anna Kanina
134
The Duchess Want a Divorce

Langsung saja. Duke, saya seorang seniman lukis. Saya


memang arkeolog, tapi saya juga salah satu pelukis terbaik
Arbavia. Saya sudah vakum melukis sejak tiga tahun dan
tidak ada keinginan berkarya lagi.

Beruntung, sebelum saya berubah menjadi profesor kutu


buku berkacamata tebal, saya diselamatkan oleh Duchess.
Bertemu dengannya membuat saya ingin melukis lagi.

Saya mohon, beri saya kesempatan untuk melukis Duchess


Gwendolyn. Ini sepenuhnya demi kepentingan seni, tidak ada
niat tersembunyi.

Anda bisa memberi syarat apa pun dan saya akan mengikuti.
Saya tahu kalau saya tidak akan mampu membayar karena
kalian sangat kaya. Karena itu, mungkin coba
pertimbangkan melakukan ini demi relasi baik antarnegara.
Mungkin aku juga akan berguna bagi Anda nanti.

Surat ini mungkin akan dibuang ke sungai atau perapian.


Tapi saya tetap akan menunggu balasan dari Anda berdua.
Kalau tidak ada balasan, saya akan mengirim surat lagi.
Kalau ditolak, saya akan mengirim surat lagi. Saya akan
lama berada di Teutonia, jadi Anda akan sangat sering
melihat surat dari saya. Agar tidak bosan, saya memberi
parfum jeruk untuk surat ketujuh ini. Pada surat pertama,
saya meneteskan minyak mawar. Berikutnya minyak melati.

Anna Kanina
135
The Duchess Want a Divorce

Kalau surat ini tidak cukup menyentuh, apa saya perlu


membahasnya pada raja Teutonia? Bukan! Saya tidak
mengancam. Hanya saja hati saya terlalu sakit menghadapi
penolakan dan butuh mencurahkan hati. Kebetulan raja
Teutonia menyambut saya ramah ketika saya pertama tiba
dari kapal layar saya. Beliau bilang kalau ada masalah bisa
langsung sampaikan saja padanya. Pria yang baik, ya?
Teutonia beruntung dipimpin oleh raja yang bijak.
Baiklah, saya menunggu balasan dari Anda berdua.
Sebaiknya cepat karena jiwa seni saya tidak selalu
bersemangat seperti sekarang. Kalau saya melewatkannya,
mungkin saya benar-benar akan menjadi profesor lajang
berkacamata tebal yang setiap hari bicara pada mumi atau
boneka kutukan dari suku Haspha.

Tertanda,
Harvey Shawn Maxwell
The 2nd prince of Arbavia.

"Orang ini sangat keras kepala." Edmund menanggapi


dengan sedikit ekspresi kengerian bercampur muak. Dia
memang telah menghadapi beraneka macam musuh di
medan perang, tapi tidak ada yang seintimidatif Harvey.

"Sepertinya dia pria yang menarik, Ed. Aku tidak keberatan


dilukis olehnya." Gwen menanggapi.

Anna Kanina
136
The Duchess Want a Divorce

"Apa? Kau mau dilukis oleh orang ini? Isi suratnya saja
seperti ditulis oleh seorang lunatic." Edmund memastikan.

"Kalau dia benar salah satu pelukis terbaik Arbavia, kurasa


aku akan menyesali tawaran model ini jika kutolak."

"Aku tidak akan mengizinkannya."

"Tapi, Ed ...."

"Dia tidak akan benar-benar berubah menjadi profesor kutu


buku. Dia cukup supel di pergaulan. Ketika di Arbavia, dia
berteman dengan Yang Mulia Sigmar." Edmund
menjelaskan.

"Oh, pantas saja tadi Sigmar tampak familier dengan nama


Harvey."

"Kau bertemu Sigmar?" Pandangan mata Edmund berubah


serius.

"Ya, dia ikut acara minum teh Gisca dan dia membawa buah
tangan untukku. Tapi aku belum sempat mengambilnya.
Mungkin besok."

"Suruh saja pelayanmu yang mengambilnya, jangan bertemu


dengannya."

Anna Kanina
137
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa?"

"Apa kau tidak pernah dengar rumor tentang dia? Tahu


betapa buruknya dia dalam memperlakukan perempuan?
Ditambah lagi, Sigmar menyukaimu, Gwen." Edmund
menegaskan.

"Itu omong kosong, Ed. Kami sudah seperti kakak beradik."

"Kau sudah punya kakak sungguhan, namanya Quentin.


Pangeran Sigmar bukan kakakmu."

"Hubungan kami tidak seperti itu." Gwen menolak untuk


percaya.

Edmund menarik napas dan mengusap wajahnya menyerah.

"Kalau begitu, besok aku yang akan mengantarmu. Aku juga


punya urusan di istana," kata Edmund.

Gwen secara reflek tersenyum dan memeluk suaminya


untuk menunjukkan rasa sukacitanya.

"Besok kita bisa sekalian berkunjung ke museum? Aku ingin


melihat pameran baru." Gwen bertanya penuh harap.

"Ya, kurasa itu tidak masalah."

Anna Kanina
138
The Duchess Want a Divorce

"Jadi, kau mau menemuiku lagi setiap petang untuk


mengobrol seperti ini? Tidak menjauhiku lagi, kan?"

"Ya," kata Edmund sambil membelai rambut istrinya yang


tetap halus tertata walau dia beraktivitas seharian. Edmund
dan Gwen saling bertatap mata sebelum sang duke meraih
dagu istrinya dan memberikannya kecupan singkat di pipi
kanannya.

"Sekarang mandilah, kita akan bertemu lagi ketika makan


malam, baru menulis surat balasan untuk Pangeran Harvey,"
ujar Edmund dengan seulas senyum tipis yang langka di
wajahnya.

Anna Kanina
139
The Duchess Want a Divorce

Bab 14 - The Duke's Hunting Day

Hari masih pagi, tapi para ayam jantan belum sempat


berkokok. Hanya ada suara jangkrik dan dengkuran katak
bersahutan, pertanda mereka masih enggan meninggalkan
malam. Semburat oranye memukau, terlukis di langit
berawan sebagai penanda kalau dewa matahari segera
hadir.

Tatkala mayoritas manusia masih meringkuk di balik selimut


mereka yang nyaman, sekelompok manusia terlihat
menunggangi kuda gagah dengan pakaian serba hitam. Tidak
ada identitas. Tidak ada wajah yang terlihat. Mereka hanya
mengizinkan mata mereka yang telanjang untuk membantu
mereka melawan fajar yang belum cukup terang.

Ada tujuh orang kesatria pilihan yang menantang maut


untuk kesekian kalinya. Tidak ada keraguan, apalagi rasa
takut. Hanya ada keyakinan yang timbul dari penyidikan
berulang atas misi yang tengah mereka jalani.

Target mereka berada di tengah hutan, tapi berkemah di


dekat sungai. Buruan mereka memanfaatkan legenda naga
air dan memasang jebakan untuk memastikan para warga
tidak mendekat. Namun para kesatria itu tidak peduli.
Mereka sudah membantai hewan-hewan dan mengalahkan
senjata terkuat di seantero benua. Menghadapi naga sama

Anna Kanina
140
The Duchess Want a Divorce

sekali bukan masalah untuk mereka. Apalagi kalau hewan itu


tidak pernah ada.

Para kesatria berbaju zirah itu sudah melakukan


penyelidikan selama berminggu-minggu. Para gadis mulai
menghilang dari desa atau pinggiran kota. Mereka
mengincar gadis dari kalangan bawah yang mudah dilupakan
dan diabaikan oleh keluarga mereka, terutama gadis yatim
piatu dari keluarga dengan banyak anak.

Kerajaan Teutonia punya unit di kementerian hukum untuk


menangani kasus kriminal yang dilakukan orang sipil. Namun
ada juga unit khusus dari kemiliteran yang sesekali terlibat
untuk menginvestigasi kejahatan di kalangan sipil jika
dianggap berpotensi mengancam keamanan negara, atau
diduga berujung pada tindakan makar terhadap keluarga
kerajaan.

"Your Grace, kita menemukan beberapa gadis ditawan di


sana dalam keadaan terikat dan dehidrasi." Salah seorang
kesatria melapor pada pemimpinnya yang masih duduk
tegap terkendali di atas kuda gagahnya.

"Bagaimana dengan para penjahatnya? Pemimpinnya?"

"Mereka sudah kabur ke selatan, sekarang Ron dan Nicolas


sedang mengejar mereka," jawab kesatria itu segera.

Anna Kanina
141
The Duchess Want a Divorce

Duke Edmund, yang adalah pemimpin mereka, segera


menghentak tali kekang kuda berbulu gelapnya,
memaksanya berlari cepat ke arah selatan. Napas si kuda
terdengar cepat dan teratur. Udara pagi membawa banyak
oksigen yang membeku sehingga napas mereka berupa asap
dingin yang cepat menghilang.

Edmund melihat para bawahannya, yang salah satunya


sudah tersungkur jatuh dari kuda. Posisinya tengkurap
dengan salah satu tangannya menyentuh air sungai.
Beruntung dia tidak terjatuh di sungai beraliran deras itu
karena Edmund tidak akan punya cukup waktu untuk
menolongnya. Dia harus bertahan. Para perompak gunung
itu kini sedang bersemangat mengetahui kalau kesatria yang
mengejar mereka hanya tersisa dua orang.

Para penjahat itu terbiasa hidup berat di gunung. Tenaga


mereka besar. Mereka mengayunkan pedang kuat-kuat dan
menimbulkan suara bising menakutkan tatkala pukulan
mereka meleset dan hanya bisa menggores batu.

Edmund adalah kesatria yang memperoleh reputasinya di


medan perang sungguhan. Tentu saja hal itu bukan ancaman
besar baginya. Edmund memberikan mereka kehormatan,
dengan melawan menggunakan pedang perak
kesayangannya.

Anna Kanina
142
The Duchess Want a Divorce

Perompak gunung yang berjumlah lebih dari delapan orang


itu satu per satu jatuh ke tanah dengan suara rintihan
berbaur gemericik sungai. Edmund tidak biasa berwelas asih.
Mereka menyerang dengan niat membunuh, maka sang
duke pun bertahan dengan mengincar titik vital mereka.

Darah mengalir dari tubuh-tubuh tidak bernyawa, membuat


air sungai seakan berubah merah. Sudah ada empat orang
yang sekarat. Dua lagi dipastikan mati. Nicolas
melumpuhkan tiga di antaranya. Edmund pun menangkap
dan menahan pimpinan penjahat itu dengan berat tubuhnya
kemudian memberikan pukulan keras ke rahangnya.

"Kalian bekerja untuk siapa?" Edmund menginterogasi.

"Kami bergerak sendiri! Kesatria sialan!" katanya setelah


meludah penuh kebencian. Pukulan Edmund membuat
beberapa giginya tanggal dan darah mengalir dari celah
bibirnya.

"Kesempatan terakhir, dengan siapa kalian bekerja? Ke


mana kalian kirimkan gadis-gadis itu? Ke rumah pelacuran?
Atau apa?" Edmund bertanya lagi.

"Bunuh aku dan kau tidak akan mendapatkan informasi apa


pun." Si penjahat terkekeh.

Anna Kanina
143
The Duchess Want a Divorce

"Cukup, Your Grace! Dia sudah tidak bisa melawan." Nicolas


menahan tangan sang duke yang siap menusuk lehernya.
Terbiasa membunuh di medan perang membuat dirinya
kadang lupa kalau hukum perang tidak berlaku pada situasi
sipil.

"Seharusnya pasukan kedua sudah menyusul. Kumpulkan


mereka semua dan obati sebisanya. Pastikan mereka semua
diinterogasi di ruang bawah tanah barak militer gunung
Ghauvya." Edmund bangkit dan memberikan tendangan ke
perut si perompak untuk memastikannya lumpuh sesaat
sebelum pergi.

***

"Duke, investigasi sementara, sepertinya para gadis itu


memang dijual ke para bangsawan sebagai budak, atau ke
rumah pelacuran." Nicolas memberikan laporan.

Pasukan mereka membangun tenda sementara untuk


meneliti lokasi para gadis itu disekap. Duke duduk di depan
tenda sambil minum sebotol bir jahe dengan kadar alkohol
rendah.

"Bagaimana dengan rumor itu? Katanya para gadis


menghilang karena menjadi tumbal ritual para penyihir."
Edmund menanggapi.

Anna Kanina
144
The Duchess Want a Divorce

"Duke, sama sekali tidak ada indikasi kalau para gadis itu
dijual untuk ritual aneh atau mistis." Nicolas menggeleng.

"Ah, sial, aku kira kali ini aku akan benar-benar bisa
menangkap seorang penyihir." Edmund mengeluh.

"Your Grace, sekali lagi, kalau saya boleh berpendapat, tidak


ada penyihir di dunia ini."

"Aku pernah bertemu satu di medan perang. Aku pernah


bercerita padamu, kan?"

"Yah, itu sekitar empat tahun yang lalu. Anda juga tidak
bercerita dengan tuntas apa yang sebenarnya terjadi."

Edmund terdiam. Dia pun mengeluarkan sesuatu dari balik


pakaiannya. Bentuknya seperti amulet dengan tali mirip
kalung. Ada lambang tidak familier terukir di sana.

"Penyihir itu meninggalkan benda ini, aku tidak tahu ini apa.
Aku sudah membaca banyak buku dan bertanya pada kaum
gipsi. Mereka tidak bisa menjawabnya." Edmund
menggeleng.

"Mungkin Anda harus bertanya pada orang lain yang bukan


tukang ramal atau penganut sekte." Nicolas memberi usul.

Anna Kanina
145
The Duchess Want a Divorce

"Siapa?"

"Itu terlihat seperti benda antik. Anda bisa coba bertanya


pada sejarawan atau arkeolog. Saya tahu kalau ada dosen
tamu dari Arbavia yang mengajar di departemen arkeologi.
Kudengar dia sangat pandai. Berbeda dari arkeolog lain, dia
benar-benar berkeliling dunia berburu artefak. Saya rasa dia
punya pengetahuan yang luas dan bisa membantu Anda."
Nicolas mengusulkan lagi.

Edmund merebahkan punggung, merasa lemas.

"Ah, sialan. Maksudnya Pangeran Harvey?" keluhnya.

"Ya, Anda pasti mengenalnya. Dia dari keluarga kerajaan."

"Bukan begitu, dia berkali-kali berkirim surat ingin melukis


istriku," ujar Edmund geram.

"Apa? Ya, dia juga katanya pelukis yang hebat. Tapi melukis
Duchess? Orang itu punya nyali luar biasa berani memohon
hal itu pada Anda. Duchess memang sangat cantik, saya rasa-

"Jaga bicaramu, Nico." Edmund memperingatkan.


"Maafkan saya, Your Grace." Nico membungkuk
menunjukkan penyesalannya.

Anna Kanina
146
The Duchess Want a Divorce

"Mulai besok kau akan bertugas di kediamanku, Nico.


Pangeran Sigmar sudah kembali dari tugasnya di Arbavia.
Aku ingin kau menjaga Duchess sebagai pengawal
pribadinya. Kita tidak tahu apa yang laki-laki itu akan
lakukan. Aku tidak bisa melarang Gwen mengunjungi istana.
Itu seperti rumah kedua baginya." Edmund memberi
perintah.

"Sebuah kehormatan bagi saya, Your Grace."

"Laporkan padaku kegiatan yang dilakukan Duchess setiap


hari. Kau boleh memilih seorang kesatria perempuan yang
bisa kau percaya untuk bergantian berjaga denganmu."
Edmund menambahkan.

"Siap, Your Grace. Saya akan menjaga Duchess dengan


nyawa saya." Nicolas membungkuk menunjukkan
kesediaannya.

"Kalau boleh saya bertanya, kontak dengan penyihir itu


terjadi lebih dari tiga tahun yang lalu. Anda tidak pernah
membahasnya, apalagi peduli akan hal itu lagi sampai
beberapa bulan belakangan ini. Apakah saya bisa tahu
alasannya?"

Edmund diam sejenak dan memandang kesatria


kepercayaannya itu dengan beragam pikiran di kepalanya.

Anna Kanina
147
The Duchess Want a Divorce

"Dulu aku tidak peduli, kuanggap itu semua hanya omong


kosong. Kini aku sudah menikah, tentu saja aku jadi
memikirkan ucapan penyihir itu. Aku hanya ingin
memastikannya. Keselamatan Duchess adalah prioritasku
saat ini. Akan memalukan kalau pahlawan perang Teutonia
tidak bisa menjaga istrinya sendiri." Edmund menjelaskan
dan masih menyisakan tanya di benak Nicolas.

"Jadi ini tentang reputasi Anda sebagai duke?"

"Kau bisa bilang begitu. Aku seorang suami yang sudah


bersumpah di hadapan dewa dan ayah Gwen untuk
menjaganya," kata Edmund tenang.

"Lalu, apakah penyihir yang Anda temui mengatakan akan


menyakiti Duchess?"

"Dia tidak bicara seperti itu, ini sangat rumit. Aku menolak
untuk menjelaskan lebih lanjut, kuharap kau akan paham,"
jawab Edmund dingin.

Nicolas pun mengetahui alasan kenapa duke yang


berpangkat tinggi seperti Edmund mau mengotori
tangannya sendiri demi memberantas penjahat-penjahat
kecil. Edmund ingin mengungkap misteri dan menjawab
pertanyaan yang membebaninya tentang penyihir yang
ditemuinya di medan perang.

Anna Kanina
148
The Duchess Want a Divorce

Namun Nicolas tidak tahu kalau kekhawatiran Edmund tidak


sesederhana itu. Mimpi buruk semakin sering dialaminya,
termasuk penyakit rutin bulanan yang tidak bisa dijelaskan
oleh para dokter. Dia harus mendapatkan jawaban segera
jika dia ingin melanjutkan hidup dengan tenang.

"Bicara soal ayah Gwen, hari ini aku ada janji makan siang
dengan Marquis. Aku akan pulang duluan, kuserahkan para
penjahat itu pada kesatria lain." Edmund berpamitan sambil
menyarungkan kembali pedang peraknya yang masih
memiliki noda darah mengering ke ikat pinggangnya.

Edmund merasa gelisah akan bertemu dengan Marquis. Jauh


lebih tidak nyaman ketimbang harus berhadapan dengan
ratusan musuh bersenjata. Dia orang yang ramah dan
menyenangkan, tapi Edmund mungkin beberapa kali telah
menyinggungnya. Marquis tidak pernah tersenyum pada
Edmund dan enggan menyerahkan putrinya, sampai-sampai
memaksa Edmund menandatangani perjanjian untuk tidak
menyentuh putrinya hingga pernikahan mereka berusia satu
tahun.

Anna Kanina
149
The Duchess Want a Divorce

Bab 15 - The Remian Estate

Jean Archibald Remian adalah seorang Marquis. Namun,


ketimbang menjadi penguasa puluhan hektar lahan strategis
di utara ibu kota, dia cenderung menarik diri dari urusan
bisnis keluarga dan memilih menyerahkannya pada para
saudara atau sepupunya. Archie-panggilan akrabnya-adalah
seorang antikuarian ternama yang mendapatkan kekayaan
yang tidak sedikit dari membeli dan melelang puluhan
barang seni serta artefak kuno.

Salah satu manfaat dari gelarnya adalah dia bisa meluaskan


jaringan dengan kaum bangsawan. Archie tidak terlalu
menganggap serius gelarnya, tapi dia tetap sadar akan
tugasnya untuk menjaga nama baik keluarga.

Karena itu, menikahkan Gwen, putrinya, dengan seorang


duke yang angkuh menjadi keputusan yang sangat sulit
baginya. Archie bukan tipe ayah yang memanfaatkan putri
mereka untuk menaikkan derajat keluarga. Nama Rosiatrich
jelas menguntungkan bagi keluarga Remian. Tapi nama
Remian sendiri sebenarnya sudah cukup terhormat tanpa
disokong oleh dukungan Rosiatrich.

Seandainya saja Edmund tidak pernah menemuinya sekitar


setahun yang lalu, mungkin pandangan Archie tidak akan
terlalu negatif terhadap pahlawan Teutonia itu.

Anna Kanina
150
The Duchess Want a Divorce

Duke Edmund pernah meminta bertemu dengan Marquis


dan bicara empat mata. Archie tidak bisa melupakan rasa
sakit hati yang cukup menusuk kala itu. Edmund mengeluh
tentang Gwen-putri kebanggaannya-yang katanya
mengganggu.

Edmund bilang Gwendolyn bersikap memalukan dan dia


tidak nyaman karena kerap merasa diikuti. Archie jelas
tersinggung karena seakan-akan putrinya tidak punya harga
diri. Archie sudah meminta Quentin agar memastikan Gwen
menjaga sikapnya sebagai wanita lajang. Quentin juga
berhasil meyakinkan dirinya kalau putrinya tidak melakukan
sesuatu apa pun yang bisa merusak nama keluarga.

Gwen memang memberikan beragam perhatian lebih


kepada Edmund. Seperti mengiriminya hadiah ke
kediamannya atau menyempatkan diri untuk menyapanya
ketika berpapasan di pesta. Gwen tetap menundukkan
kepalanya dan tidak memaksa Edmund memperhatikannya,
walau jelas semua orang tahu kalau dia menaruh hati pada
Edmund.

Edmund juga mengeluh karena Gwen mengiriminya salep


herbal setelah melihatnya tergelincir dari kuda ketika dia
bersama prajuritnya di istana. Dia merasa terlalu diawasi.
Ditambah lagi para penggemar Gwen mulai memusuhinya
dan mencoba mencelakainya.

Anna Kanina
151
The Duchess Want a Divorce

Archie ketika itu menanggapi datar sambil menahan amarah.


Archie bilang dia akan menasihati Gwen dan memintanya
menjauhi Edmund. Tapi otaknya terus berpikir, apa yang
kurang dari putrinya sampai Duke Edmund merasa
terganggu dengan keberadaannya? Normalnya, pria mana
pun akan tersanjung menerima cinta dari gadis setenar
Gwen.

Gwen menangis ketika Archie menasihatinya agar tidak lagi


berkeliaran di sekitar Edmund. Dia bahkan menugaskan
beberapa kesatria untuk mengawalnya. Archie juga
mengatur jadwal Gwen agar tidak pernah bertemu dengan
Duke Edmund. Archie bahkan sudah mengundang beberapa
bangsawan untuk membahas jodoh yang tepat bagi putrinya
yang sebenarnya bisa dibilang telat menikah.

Namun putrinya yang keras kepala, entah bagaimana,


berhasil lolos dari pengawasannya. Dia akhirnya melakukan
hal yang lumayan kurang terhormat. Gwen bertemu dan
meminta Edmund untuk menikahinya. Tentu saja Edmund
ketika itu menolak. Sejak hari itu, Gwen merasa dunianya
hancur dan sulit makan. Putrinya sudah mencintai Edmund
sejak remaja. Cinta pertama yang seharusnya berakhir
sebagai memori yang indah, berubah menjadi obsesi bagi
Gwen.

Anna Kanina
152
The Duchess Want a Divorce

Edmund adalah semangatnya, tujuan hidupnya, dan menjadi


bagian dari rencana masa depannya. Mengetahui kalau dia
selamanya mungkin tidak akan pernah bersama Edmund,
membuatnya depresi. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-
apa. Gelar mereka belum cukup tinggi untuk mengajukan
pernikahan politik dengan keluarga Rosiatrich. Apalagi Gwen
sudah berbuat hal yang memalukan bagi keluarganya.
Ditambah lagi Duke Edmund jelas melihat Gwen seperti
hama pengganggu. Archie memutuskan lebih baik
membawa Gwen keluar dari Teutonia daripada harus
berurusan lagi dengan Duke Edmund.

Beberapa hari setelahnya, sebelum Gwen semakin


tenggelam dengan luka patah hatinya, Edmund melakukan
kunjungan resmi ke kediaman Remian dan menyatakan ingin
melamar Gwen. Dia meminta maaf atas segala ucapannya
dan memohon pada Archie untuk memberikan Gwen
kepadanya.

Archie menolak. Bagi Duke Edmund ini mungkin hanya


lamaran biasa. Dia sangat yakin tidak akan ditolak karena dia
tahu Gwen terobsesi padanya. Tapi Archie sama sekali ragu
ada ketulusan dari lamaran Edmund. Walau dia jelas sadar,
di kalangan bangsawan pernikahan tanpa cinta sangat
umum dilakukan, tapi Archie lebih menginginkan
kebahagiaan bagi Gwen.

Anna Kanina
153
The Duchess Want a Divorce

"Sekakmat." Edmund bergumam setelah melumpuhkan


langkah para bidak catur hitam milik sang marquis yang tidak
terlalu fokus.

Hari ini mereka makan siang bersama. Itu adalah kebiasaan


yang diusulkan oleh Gwen demi mengakrabkan hubungan
kedua keluarga. Edmund juga punya seorang adik
perempuan yang sudah menikah dan tinggal di negara lain
bersama suaminya. Tapi hubungan mereka tidak terlalu
akrab, sementara keluarga besar Edmund rata-rata tinggal di
Caleigh yang juga daerah kekuasaan Dukedom Rosiatrich.

Selepas makan siang, Marquis dan Edmund main catur


bersama. Sang duke bersikap biasa layaknya seorang
menantu yang menghargai mertuanya. Dia seakan lupa kalau
dia pernah mengeluh dan bicara buruk tentang putri
kesayangan Marquis, yang kini menjadi istrinya. Dia juga
bersikap layaknya suami penyayang dan menikmati
keluguan istrinya.

Marquis tidak pernah bilang pada Gwen kalau Edmund


pernah mengeluh tentang dirinya dan menuntutnya untuk
melarang Gwen berada di sekitar Edmund. Dia tidak sanggup
melihat Gwen berduka lebih dalam. Tapi takdir menentukan
bahwa Edmund yang menjadi suaminya. Marquis pun
berkompromi, berusaha mengenyahkan segala memori
buruk tentang Duke. Tapi nyatanya itu sulit dilakukan.

Anna Kanina
154
The Duchess Want a Divorce

"Tidak bermaksud mengelak, ini kekalahan yang adil. Tapi


sesungguhnya saya sedang tidak ingin bermain catur,
terutama dengan Anda, Your Grace," kata Archie datar, yang
ditanggapi senyum maklum oleh Edmund.

Setelah kedatangan Edmund untuk melamar, Marquis pun


mencari tahu. Dia penasaran bagaimana seorang duke yang
dingin dan menjauhi putrinya tiba-tiba ingin menikahinya.
Informannya pun memberitahunya. Belum lama sebelum
itu, ada saksi yang melihat Sigmar bicara pada Edmund
ketika sang duke sedang bertugas di istana. Sigmar ketika itu
bertanya seperti apa perasaan Edmund terhadap
Gwendolyn. Pangeran Sigmar berteman baik dengan Gwen
dan sepertinya juga menaruh hati terhadapnya.

Edmund mengaku kalau dia tidak memiliki perasaan


romantis terhadap Gwen. Ketika itulah Edmund juga tahu
kalau Pangeran Sigmar menyukai Gwen.

Dua hari setelahnya, Edmund melamar. Kejadiannya terlalu


kebetulan. Archie menduga dia mungkin sedikit peduli akan
reputasi Sigmar yang buruk dan ingin melindungi Gwen
darinya. Tapi Archie ragu kalau niat Edmund semulia itu.

Alasan yang lebih masuk akal adalah Edmund memang


bersaing dengan Sigmar. Mereka saudara sepupu dan
dipertimbangkan sebagai pangeran mahkota. Edmund

Anna Kanina
155
The Duchess Want a Divorce

dikenal tidak menyukai sifat Sigmar yang tidak bijaksana dan


tidak bertanggung jawab. Edmund mungkin hanya ingin
membuat Sigmar kesal.

Pada akhirnya, setelah selusin pertimbangan, Archie


bersedia menyerahkan putrinya untuk menikah dengan
Duke Edmund.

"Saya tahu Anda tidak mudah untuk memercayai saya. Tapi


saya sudah bertekad untuk membahagiakan putri Anda, Sir.
Dia tidak akan kekurangan apa pun." Edmund membahas
Gwen, padahal itu topik yang dihindari oleh Archie.

"Kalau Anda merasa Gwen mengganggu, Anda bisa


menceraikannya. Saya akan menerimanya kembali," ujar
Archie dingin.

"Tidak perlu memaksakan diri, apalagi hanya karena ingin


membuat kesal Pangeran Sigmar," lanjut Archie lagi.

"Saya sudah pernah bilang, saya menikahi Gwen bukan


karena ingin menyatakan perang pada Sigmar. Sejak awal
Gwen tidak pernah menjadi miliknya. Dia tidak ada
hubungannya." Edmund menggeleng tegas. "Tidak mungkin
saya menikah karena alasan sepele," lanjut Edmund lagi.

"Tapi Anda tidak mencintainya."

Anna Kanina
156
The Duchess Want a Divorce

"Sejak kapan pernikahan antarbangsawan


memperhitungkan perasaan? Secara rasional, Gwen
memang pasangan terbaik untuk saya. Dia cerdas, menarik,
dan populer. Dia akan menjadi duchess yang baik. Karena itu,
Marquis, bisakah Anda bersikap layaknya orang dewasa?
Tidak perlu melihat saya seperti penjahat terus menerus.
Apalagi saya sudah berulang kali minta maaf. Saya tidak ingin
mengatakan ini, tapi saya seorang duke. Calon putra
mahkota. Bukankah lebih bijaksana jika kepala keluarga
Remian menghargai saya?" Edmund mengutarakan
keluhannya.

"Setidaknya Anda harus memegang janji Anda untuk tidak


menyentuh Gwen sebelum satu tahun menikah. Anda juga
harus menghargai keinginan saya sebagai ayah kandung
Gwen." Archie tidak serta-merta gentar. Dia tahu seberkuasa
apa duke Rosiatrich, tapi dia tidak pernah terobsesi dengan
gelar atau kekuasaan sehingga dia sedikit berani terhadap
sang duke.

"Main catur lagi?" Edmund seakan tidak mendengar


perkataan terakhir mertuanya.

"Tidak, saya rasa Anda juga sudah muak berbasa-basi


dengan kami. Kalau boleh, saya ingin berbincang saja dengan
Gwen. Kami sudah lama tidak berjumpa." Archie bangkit dari
duduknya, hendak pergi. Gwen sedang bersama ibunya dan

Anna Kanina
157
The Duchess Want a Divorce

Quentin di ruangan lain untuk melepas rindu. Pasangan


Remian memang kerap bepergian karena profesi Archie.
Selain sudah berpisah rumah, mereka juga sulit bertemu.
"Duduklah, Marquis, saya ingin bertanya sesuatu yang
membutuhkan keahlian Anda." Edmund mencegah.

"Apa?" Archie mengernyitkan dahi. Edmund menunjukkan


sebuah amulet di tangan kanannya. Archie pun duduk
kembali setelah menyingkirkan papan caturnya.

"Anda tahu benda apa ini? Anda adalah antikuarian terbaik


di Teutonia, Anda mungkin bisa membantu saya." Edmund
membiarkan Marquis mengambil artefak itu dari tangannya.

Archie mengenakan kacamatanya dan mengamatinya


saksama dengan antusiasme yang sulit disembunyikan.

"Di mana Anda menemukannya?"

"Saya mengambilnya dari tubuh orang mati di medan


perang." Edmund tersenyum.

"Ah, iya, ini menarik sekali, Duke. Maksud saya, saya tidak
mengira bisa melihat benda ini. Ini biasa digunakan sebagai
kalung untuk aksesori pemujaan. Berbahan emas dan ada
residu darah-lebih dari satu kali-mengendap dan terserap
pada emasnya. Kemudian ukirannya, ini saya rasa berasal

Anna Kanina
158
The Duchess Want a Divorce

dari masa yang cukup tua, tapi saya tidak yakin," gumam
Archie sedikit kurang jelas.

"Jadi? Itu dipakai untuk ritual sihir?" Edmund memastikan.

"Sihir? Ya, bisa saja, ini mungkin dimiliki penganut pagan,


atau bagian dari ritual keagamaan. Saya kurang memiliki
ilmu tentang benda ini, sayang sekali." Archie tampak
menyesal.

"Anda tidak bisa mengetahui ini berasal dari zaman apa? Di


mana asalnya dan kegunaan pastinya?"

"Saya bukan arkeolog, itu di luar dari pengetahuan saya.


Sepertinya akan sulit mengetahuinya kecuali Anda
membawanya ke universitas dan minta mereka
menelitinya." Archie memberi tahu.

"Kebetulan sekali, salah satu arkeolog terbaik dunia,


Pangeran Harvey sedang menjadi dosen tamu di Teutonia.
Saya berani menjamin kalau dia tidak tahu benda ini, tidak
akan ada arkeolog lain yang tahu." Archie menyudahi
pengamatannya dan menyerahkan kembali benda itu ke
tangan Edmund.

Anna Kanina
159
The Duchess Want a Divorce

Sang duke menampilkan wajah sedikit masam. Demi


mengetahui rahasia dari amulet yang terus menghantuinya
itu, sepertinya dia harus merelakan si profesor untuk melukis
Gwen.

Anna Kanina
160
The Duchess Want a Divorce

Bab 16 - The Prince

Ini adalah malam yang biasa bagi Sigmar. Bujangan ningrat


itu tidak pernah kekurangan stok perempuan. Walaupun dia
enggan terikat dan tidak pernah serius dengan perempuan,
tetap ada saja wanita yang bersedia melemparkan tubuh
mereka. Ada di antara mereka yang berharap kalau Sigmar
akan jatuh cinta pada mereka dari malam hangat yang
mereka bagi bersama.

Tapi kenyataannya para wanita itu hanya terlalu banyak


membaca novel romansa. Sigmar bukan pangeran yang
bersedia melawan naga penyembur api untuk
menyelamatkan putri jelita yang ditawan. Sigmar mungkin
hanya akan membayar kesatria untuk melakukannya. Sigmar
juga tidak mungkin bisa serta-merta jatuh hati pada
perempuan yang baru dia temui beberapa kali.

Perasaannya pada Gwendolyn sendiri terbentuk setelah


bertahun-tahun pertemanan. Itu terjadi begitu saja tanpa
mampu dicegah. Sigmar juga sudah terbiasa peduli pada
Gwen layaknya seorang kakak. Namun tidak adanya
hubungan darah, secara alamiah telah menjadikan Gwen
sebagai objek romansanya.

Tentu saja Sigmar enggan mengemukakan isi hatinya. Gwen


terlalu bagus untuknya. Dia juga mengenal Sigmar dengan

Anna Kanina
161
The Duchess Want a Divorce

baik, termasuk kebiasaan nakalnya. Ditambah lagi Gwen


sudah terobsesi dengan Duke Edmund sejak dia remaja.
Kesempatannya bisa dibilang nol. Ketimbang meruntuhkan
pertemanan mereka, Sigmar memutuskan lebih baik
mencintainya dalam diam.

Tapi Sigmar tidak bisa menerima kalau Duke Edmund-satu-


satunya pria di Teutonia yang tidak bisa menghargai nilai
seorang Gwen-malah menjadi suaminya. Pria itu kerap
menampik cinta Gwen dan menempatkan gadis itu di situasi
yang menyedihkan. Dia ditolak dan merasa tidak diinginkan.

"Pangeran Sigmar? Anda sudah bangun?" Sebentuk suara


menyapanya lembut dan membuyarkan lamunannya.
Wanita itu bermata jernih dengan rambut hitam yang tidak
terlalu pekat. Dia menunjukkan aura ketegasan yang
kentara. Sigmar bisa mencium bau bangsawan dari gerak-
geriknya. Namun itu semua juga disertai dengan keteguhan
yang janggal dan tidak biasa dimiliki perempuan lain. Dia
rapuh, sekaligus mandiri.

"Malam yang menyenangkan, Nona Abigail. Sayangnya saya


harus kembali ke istana, saya rasa tidak mudah bagi kita
untuk bertemu lagi." Sigmar mengatakannya sembari
memunguti pakaiannya. Sigmar ingin membuat garis tegas
kalau hubungan mereka tidak istimewa. Seperti biasa,
Sigmar akan menghilang dan berpura-pura sibuk. Nantinya

Anna Kanina
162
The Duchess Want a Divorce

para wanita itu akan menyerah sendiri dan melanjutkan


hidupnya.

Di luar dugaan, wanita itu malah balas tersenyum. Tidak


seperti perempuan lain yang menangis dan beberapa kali
melontarkan pukulan kecewa. Sigmar sudah terbiasa. Dia
mengizinkan para wanita itu meluapkan kekesalannya.
Sigmar tidak pernah merasa kenakalan yang dia lakukan itu
benar. Ada sekian persen dari nuraninya yang meyakini kalau
dia pantas terpanggang di neraka.

"Saya tahu kalau Anda akan menghindari saya, Yang Mulia.


Untuk saat ini, Anda mungkin hanya menganggap saya
sebagai teman tidur. Sejujurnya saya cukup heran karena
Anda mengingat nama saya," kata Abigail yang juga mulai
mengenakan kembali gaun tidurnya.

Sigmar tertawa, merasa gadis itu baru saja melontarkan


lelucon.

"Maafkan saya, tapi saya rasa untuk ke depannya pun saya


tidak akan bisa serius dengan hubungan ini. Saya tidak suka
memberi harapan. Ini hanya malam yang menyenangkan.
Hanya itu." Sigmar berkata seakan kehilangan empatinya,
tapi itu lebih baik ketimbang berkata manis.

Anna Kanina
163
The Duchess Want a Divorce

"Saya tahu, saya mendengar banyak rumor tentang Anda.


Tapi saya terlalu menyukai Anda. Saya perempuan rasional
yang sudah melalui banyak liku kehidupan. Tidak ada yang
lebih penting bagi saya daripada bertahan hidup. Saya tidak
akan menuntut apa pun. Saya tidak akan menahan langkah
Anda, apalagi menempel, terus meminta cinta Anda. Tapi
Anda bisa memanfaatkan saya. Saya akan berguna untuk
Anda." Abigail menawarkan dirinya.

"Apa? Apa maksud Anda, Lady Abigail?" Sigmar memastikan,


kini dia berwaspada layaknya mamalia pemakan rumput di
padang Savana yang diintai singa.

"Saya bisa membantu Anda untuk menjadi putra mahkota."


Abigail berkata.

Ekspresi Sigmar seketika berubah datar dan tersinggung.


"Lancang sekali. Saya tetap pangeran pertama Teutonia,
Lady Abigail. Yang Anda katakan itu sudah keluar batas. Saya
bisa menghukum Anda." Sigmar menanggapi emosional.

"Pangeran Sigmar, sejak saya pertama bertemu dengan


Anda, saya langsung tahu kalau Anda akan menjadi raja yang
sempurna. Anda mudah disukai dan memiliki empati tinggi.
Saya menyayangkan sikap Anda yang seolah tidak peduli
pada takhta." Abigail bicara dengan sedikit cepat.

Anna Kanina
164
The Duchess Want a Divorce

Sigmar memandang Abigail dengan cara yang berbeda. Apa


dia sudah terkecoh? Sigmar mengira kalau wanita itu hanya
perempuan lugu yang datang dari gunung ke kota. Dia
bingung dan takut serta canggung dengan budaya para
wanita kelas atas. Tapi Abigail yang berada di hadapannya
sekarang, tegar dan percaya diri. Hanya dua minggu
berselang sejak pertama kalinya dia berjumpa. Wanita itu
beradaptasi dengan cepat. Seharusnya Sigmar sudah
waspada. Dia naik ke kalangan atas dengan terlalu cepat.
Wanita itu punya bakat dan kecerdasan yang tidak mudah
diremehkan.

"Posisi putra mahkota negara ini bukan urusan baroness


biasa seperti Anda, Lady Abigail." Sigmar menggelengkan
kepala dan bersiap untuk pergi. Dia tidak menyangka kalau
pertemuan isengnya di sebuah bar akan berujung pada
pembicaraan sensitif.

Sigmar tentu saja menghabiskan masa mudanya dengan


harapan bisa menjadi putra mahkota yang dibanggakan. Tapi
Edmund adalah penghalangnya. Dia terlahir jenius dan selalu
peringkat pertama di setiap kelas. Alih-alih sibuk berkutat
dengan buku dan menjauhi matahari, dia malah sangat
tangguh dalam ilmu bela diri. Berkuda, memanah, dan seni
pedang, dia menguasai semuanya dengan nilai sempurna.

Anna Kanina
165
The Duchess Want a Divorce

Namun Sigmar terlahir sebagai manusia rata-rata. Sampai


kapan pun dia tidak akan bisa menyaingi prestasi Edmund.
Walau Duke of Caleigh menempati urutan ketiga dalam
perebutan gelar putra mahkota, namanya selalu
diunggulkan oleh para anggota dewan dan bangsawan.

Sigmar lelah terus dibandingkan dan dituntut untuk


melebihinya. Itu tidak mungkin. Sejak awal, Dewi Edna sudah
tidak adil dengan memberikan terlalu banyak anugerah pada
Edmund. Sigmar pun memilih mundur perlahan dan tidak
peduli lagi pada harapan raja dan ratu serta rakyat Teutonia.

"Kalau Anda bersedia, saya bisa membantu Anda menjadi


putra mahkota. Saya bisa membuat rakyat berpaling
memuja Anda dan meningkatkan dukungan dari para
bangsawan." Abigail tersenyum yakin.

Sigmar tertawa, kali ini dia merasa terhibur. Ada beberapa


bagian dari hatinya yang mulai terbujuk. Wanita itu pandai
meyakinkannya. Seolah-olah hal itu mungkin.

"Lalu apa keuntungan untuk Anda, Lady Abigail?"

"Saya ingin menjadi selir Anda, Yang Mulia. Selir di mana


saya bisa mencintai Anda sekaligus bebas melakukan apa
pun yang saya inginkan. Saya ingin hidup mapan." Abigail
berkata terus terang.

Anna Kanina
166
The Duchess Want a Divorce

"Lalu, apa yang Anda miliki, Lady Abigail? Anda hanya wanita
dari Caleigh yang belum genap empat bulan beradaptasi
dengan ibu kota. Keahlian apa yang Anda miliki selain
kemampuan bicara Anda?" Sigmar bertanya lagi.

"Duke Edmund-saingan utama Anda."

"Kenapa dengan dia?"

"Saya pernah menjadi kekasihnya, saya mungkin bisa


mengulik kelemahannya," sahut Abigail yakin.

***

"Jadi, Anda sudah pernah menjadi model lukisan


sebelumnya, Duchess?" Pangeran Harvey bertanya akrab
sambil mencondongkan badannya sedikit untuk
menunjukkan minatnya. Gwen tersenyum datar karena
merasa canggung ditanya seperti itu di samping suaminya
yang berwajah masam.

Edmund duduk bersandar di sofa hitam ruang tamu yang


luas. Dia terkesan tidak ingin ikut campur, dia hadir hanya
untuk mengawasi. Duke memutar gelasnya yang berisi wine
perlahan dengan mata sesekali memandang tajam sang
pangeran Arbavia.

Anna Kanina
167
The Duchess Want a Divorce

"Ketika aku remaja, potret keluarga." Duchess menjawab


dengan nada anggun serta tersenyum, sedikit
memperlihatkan giginya.

"Saya sangat berterima kasih karena Duke Edmund bersedia


mengizinkan saya melukis Duchess, saya rasa kita akan
berteman baik," ujar Harvey ceria.

"Ya, semoga urusanmu itu segera selesai," tanggap Edmund


dingin.

"Tidak bisa begitu, Duke. Sebuah karya seni tidak bisa selalu
ditentukan berapa lama dan bagaimana prosesnya. Setiap
saya melukis, saya selalu berpikir akan menciptakan sebuah
masterpiece. Tapi saya akan berada cukup lama di Teutonia,
jadi kita punya banyak waktu untuk itu." Harvey menanggapi
sedikit serius, seakan-akan yang akan dia lakukan adalah misi
penyelamatan dunia atau sejenisnya.

"Anda itu akademisi, seorang arkeolog, kenapa melukis?"


Duke bertanya, yang sebenarnya tidak terlalu ingin dia tahu.

"Saya punya bakat, kenapa tidak digunakan? Seperti Anda


yang adalah ahli pedang terbaik Teutonia, sia-sia jika bakat
Anda tidak dimanfaatkan, bukan?" kata Harvey santai.
Mereka memiliki level gelar kebangsawanan yang setara
sehingga Pangeran Harvey tidak segan bicara apa saja.

Anna Kanina
168
The Duchess Want a Divorce

"Aku ingin menghadiri kelas Anda, Yang Mulia. Saya


membaca salah satu jurnal Anda tentang temuan mumi di
Akapuma. Sangat menarik bagaimana bisa ada mumi
ditemukan di sana. Kudengar usianya lebih tua daripada
mumi di Uranbathor." Gwen membicarakan topik lain,
antusias.

"Anda benar, Duchess, dan mumi itu masih lembap. Mereka


mengawetkannya dengan terlalu baik. Sungguh misterius."
Harvey menanggapi. Sorot matanya yang jernih menebarkan
gairah akan ilmu yang kentara.

"Kalau dilelang, harganya bisa mencapai sepuluh juta


Franks." Gwen menghitung dalam benaknya.
"Hei, temuan seperti itu seharusnya bisa dilihat semua orang
di museum. Bukan hanya menjadi simpanan para orang kaya
di brankas mereka." Harvey menggeleng.

"Tapi, museum milik negara biasanya tidak terlalu pandai


merawat koleksinya, bukankah lebih baik jika mereka
disimpan para orang kaya dan tetap terawat? Anda para
peneliti juga tetap bisa mempelajarinya." Gwen tidak mau
kalah.

Kedua orang penyuka mumi, tulang, dan benda peninggalan


orang mati itu berbicara banyak hal yang sama sekali tidak

Anna Kanina
169
The Duchess Want a Divorce

dimengerti Edmund. Padahal pria itu meraih nilai sempurna


di mata kuliah sejarah seni.

"Ehem." Edmund sengaja membuat suara batuk.

"Astaga, Your Grace, maaf, pembicaraan kami terlalu


panjang," kata Gwen sambil merangkul lengannya.

"Pangeran Harvey, kita belum mendapatkan kesepakatan,"


kata Edmund lagi.

"Eh? Jadi kita bertemu bukan berarti Anda sudah memberi


izin?" Harvey berubah muram.

"Belum, saya harus mempertimbangkan banyak hal. Seperti


apa Anda akan melukis istri saya?"

"Eh, maksudnya? Tidak! Duchess tidak perlu berpose


telanjang!" Harvey mengelak.

"Hah?" sergah Gwen dengan wajah memerah seraya


mengeratkan pelukannya ke lengan Edmund.

"Bagaimana Anda bisa berpikir sejauh itu? Saya hanya ingin


tahu, seperti apa Anda akan melukis Gwen? Sebagai apa dan
berpenampilan seperti apa?" Edmund menegaskan kembali
maksudnya.

Anna Kanina
170
The Duchess Want a Divorce

"Ah, maaf, saya kira Anda-maksud saya, saya akan melukis


Duchess sebagai model untuk potret Dewi Edna." Harvey
mengaku.

"Apa? Sebagai Dewi Edna?"

"Anda tahu, kan, Dewi Edna disebut memiliki rambut merah


dengan kulit putih porselen? Ketika saya melihat Duchess,
saya langsung merasa kalau saya telah menemukan Dewi
Edna saya." Harvey berujar serius.

"Pihak agamawan mungkin tidak akan setuju." Edmund


menggeleng. "Saya enggan melibatkan istri saya untuk
proyek kontroversial yang bisa menodai namanya," lanjut
Edmund lagi.

"Tidak akan terjadi, saya akan meminta persetujuan dari


dewan kuil untuk ini. Saya yakin mereka akan memuja
lukisan itu," kata Harvey lagi.

"Memuja? Itu terdengar menakutkan. Bagaimanapun, walau


Anda bilang itu lukisan Dewi Edna, tetap saja Anda
menggunakan wajah saya." Gwen berkomentar ngeri.

"Tidak-tidak, saya tidak akan membiarkan mereka


memajang lukisan itu di kuil. Saya akan menjaminnya. Lagi
pula, Anda adalah penyuka seni. Tidakkah Anda ingin terlibat

Anna Kanina
171
The Duchess Want a Divorce

membuat sebuah mahakarya sendiri? Dua ratus tahun lagi


lukisan itu akan semakin terkenal dan bernilai sejarah tinggi.
Nama Anda akan abadi." Harvey membujuk. Gwen seketika
tampak tertarik.

"Yah, saya tidak tahu dengan suami saya." Gwen melirik ragu
ke arah Edmund. Sang duke bertopang dagu seakan berpikir
serius. Es di gelasnya sudah mencair sama sekali.
"Saya akan bertemu Anda sekali lagi besok di universitas
Teutonia untuk membahas syarat terakhir," kata Edmund
lagi.

"Ah, ya ampun, sulit sekali untuk mendapatkan Duchess


sebagai model. Tapi baiklah, sebuah masterpiece tidak akan
semudah itu dibuat." Harvey berusaha meyakinkan dirinya.
"Apa aku boleh ikut?" Gwen bertanya.

"Ini adalah urusanku dengan Pangeran Harvey saja."


Edmund menggeleng.

"Aku ingin melihat kelasnya, juga menyapa para


mahasiswanya. Selain itu aku-"

"Duchess, berkeliaran tanpa tujuan di instansi pendidikan


tidak biasa dilakukan oleh perempuan terhormat. Apa aku
harus mengingatkannya terus?" Edmund menolak
berkompromi.

Anna Kanina
172
The Duchess Want a Divorce

Gwen merasa tenggorokannya tercekat.

"Saya mengerti, Your Grace," kata Gwen lagi.

"Saya-kalau begitu saya pamit ingin ke kamar dulu. Saya


harap kalian bersenang-senang." Gwen mengulas senyum
yang dipaksakan karena kecewa, kemudian berlalu pergi dari
ruang tamu.

Harvey tidak suka dengan apa yang baru saja dia lihat. Dia
yang sedari tadi tersenyum kini berwajah sedikit ketus.

"Your Grace, istri Anda menyukai sejarah dan benda kuno.


Saya tahu kalau ayahnya adalah Sir Archie, antikuarian
ternama. Pasti sangat berat baginya untuk benar-benar
meninggalkan kegemarannya. Anda harus berkompromi.
Apa Anda tidak ingin istri Anda bahagia?" Harvey tidak tahan
untuk menasihati.

"Hah," gumam Edmund dengan nada meledek. "Anda sudah


menikah, Yang Mulia?"

"Tidak, tapi-"

"Duchess adalah orang penting di Teutonia. Ada yang harus


dikorbankan untuk gelar itu, termasuk melupakan masa
gadisnya dan sepenuhnya mengabdi pada Dukedom

Anna Kanina
173
The Duchess Want a Divorce

Rosiatrich. Dia menyanggupinya ketika menikahi saya. Jadi,


Anda tidak perlu khawatir. Duchess sudah tahu takdirnya.
Dia bisa sesekali membaca buku dan jurnal sejarah kalau dia
mau. Saya selalu menambah buku baru di perpustakaan,"
sanggah Edmund yakin.

"Kadang, perpustakaan saja tidak cukup. Antikuarian suka


menjelajah dan melihat langsung objeknya." Harvey
bersungut tidak mau kalah.

"Istri saya kutu buku. Dia ternyata mendalami sejarah dan


arkeologi seperti ayahnya. Saya juga baru belakangan
mengetahuinya. Saya bukan suami yang keras hati. Dia bisa
berkunjung ke museum sesekali atau ke galeri asalkan dia
hanya menjadi penikmat dan tidak terlalu terlibat di
dalamnya. Antikuarian adalah profesi pria. Wanita yang
mempelajarinya hanya akan menyia-nyiakan waktunya. Dia
seorang duchess. Takdirnya adalah tidak bekerja selain
untuk kepentingan Dukedom Rosiatrich. Apakah saya
salah?" Edmund menantang logika sang profesor.

"Tidak, ini hanya perbedaan sudut pandang saja. Saya


menghargai budaya Teutonia yang terlalu patrilineal. Hanya
saja, sayang sekali, Duchess sangat berbakat." Harvey
menggeleng.

Anna Kanina
174
The Duchess Want a Divorce

"Sudah hampir petang, kereta kuda saya akan mengantar


Anda pulang, Yang Mulia." Edmund berbasa-basi.

Harvey menarik napas. Dia pernah mendengar rumor kalau


Duke Edmund orang yang menakutkan. Ketika dia bertemu,
dia tidak tampak seperti manusia jadi-jadian yang bisa
sewaktu-waktu menerkamnya. Tapi ada sesuatu di matanya.
Gelap dan dingin. Perang sudah usai tapi masih terekam di
benaknya. Harvey tahu, kalau dia tidak bisa seenaknya bicara
apalagi menyinggungnya. Karena kalau dia terlalu
mengusiknya, bisa saja dia pulang ke Arbavia dalam bentuk
abu sisa pembakaran dalam sebuah guci cantik. Karena itu,
untuk sekarang, Harvey akan meredam hasrat menjadi
pahlawan dan pulang saja. Namun, Harvey merasa akan sulit
baginya melupakan tatapan pedih sang duchess yang entah
bagaimana menimbulkan rasa pedih di area hatinya.

Anna Kanina
175
The Duchess Want a Divorce

Bab 17 - Jealousy

Madam Perellia tidak siap. Ketika karyawan butiknya


mengetuk pintu rumahnya dengan tergesa, dia mengira
kalau terjadi kebakaran di tokonya. Ternyata sesuatu yang
mungkin lebih penting telah terjadi. Duke Edmund
melakukan kunjungan mendadak di tokonya bersama
istrinya.

Sang madam tidak merasa cukup berias. Dia bahkan tidak


sempat mengecat ubannya dengan warna hitam. Dia yang
biasanya tampil glamor bahkan harus berpuas diri
mengenakan gaun indigo yang dihias bulu ekor burung unta.
Madam Perellia berharap sang duke tidak bertanya padanya
siapa yang meninggal. Gaun yang dia gunakan memang lebih
cocok dikenakan di pemakaman. Masalahnya, hampir
seluruh isi lemarinya kebetulan sudah dipindahkan ke
mansion barunya. Wanita bergelar countess itu berharap
selendang warna putih akan membantu mencerahkan
penampilannya.

Dia berdehem, berusaha mengontrol sikapnya di depan dua


orang bangsawan bergelar tinggi itu. Duchess Gwendolyn
kini sudah duduk di sofa bersama suaminya, bersama para
desainer yang dengan gugup menunjukkan buku katalog.
Duchess menoleh dan mengangguk dengan senyuman ketika

Anna Kanina
176
The Duchess Want a Divorce

menyadari kedatangan si pemilik butik. Sang duke


sebaliknya, dia duduk tanpa ekspresi dengan tangan terlipat.

"Your Grace, selamat datang di butik kami." Madam Perellia


membungkuk. Kali ini Duke menanggapi dengan anggukan
singkat.

"Apakah Duchess ingin menghadiri sebuah acara? Saya


sendiri yang akan membantu Anda," kata Madam Perellia
lagi.

"Ya, saya akan menghadiri pesta ulang tahun raja sekitar tiga
minggu lagi. Bisakah Madam merekomendasikan gaun yang
cocok untuk saya?" tanya Gwen ramah.

"Saya rasa tidak ada gaun di dunia ini yang sepadan dengan
kecantikan Anda, Duchess. Tapi saya merasa sangat
terhormat diberikan kepercayaan itu. Saya akan berusaha
sebaik mungkin," sanjung Perellia dengan bibirnya yang dicat
merah terang mirip manisan ceri.

"Tidak boleh ada wanita lain yang memakai gaun serupa


dengan Duchess ketika acara nanti." Duke Edmund memberi
peringatan.

"Maaf, apa bisa dijelaskan lagi?"

Anna Kanina
177
The Duchess Want a Divorce

"Saya tidak ingin Duchess mengenakan gaun yang sedang


tren atau serupa dengan wanita lainnya. Saya ingin dia
tampil berbeda. Tidak ada yang boleh menyamai
penampilannya." Duke memperingatkan.

"Sa-saya paham, Duke." Perellia merasa keringat dingin


mungkin mengalir di tengkuknya. Ini pertama kalinya dia
bicara dengan duke yang tersohor itu.

Mengenai duchess Rosiatrich, Perellia yakin kalau Duchess


hanya mengenakan gaun putih sederhana sekalipun, dia
akan tetap menonjol. Pertama, karena rambut merah
terangnya yang serupa daun maple di musim gugur. Kedua,
karena paras dan bentuk tubuhnya yang sulit ditandingi.
Tidak sulit memilih gaun yang sesuai untuk Duchess. Tapi ada
tantangan nyata untuk memilih gaun yang bisa memberikan
kesan berbeda bagi sang duchess.

Madam Perellia memerintahkan karyawannya untuk


memasang tanda tutup di pintu butik mewahnya. Hari ini dia
hanya akan fokus menjamu pasangan Rosiatrich yang
tersohor. Dia bahkan tidak peduli jika nantinya Duke tidak
membayar ekstra untuk aneka permintaan tambahan
darinya. Selama ini Duchess dikenal berlangganan dengan
desainer Pierre. Dulu dia hanya desainer medioker dari
pinggiran kota. Sejak Duchess menjadi langganannya,

Anna Kanina
178
The Duchess Want a Divorce

butiknya kini hanya melayani wanita bangsawan dengan


gelar countess atau di atasnya.

Gwen dan Perellia segera sibuk memilih jenis gaun yang


mungkin diminatinya. Edmund yang tidak tertarik kini
merebah di sofa dengan mata melihat ke langit-langit. Dia
tidak ingat kapan terakhir kali bersantai. Matanya yang
terbiasa fokus membaca tumpukan dokumen dan surat kini
malah beralih mengamati kertas dinding dan cat yang
terkelupas di plafon butik Perellia.

Dia tidak paham kenapa wanita harus berjalan ke pertokoan


untuk membeli gaun mereka. Duke terbiasa mendatangkan
desainer langganan keluarganya ke kediamannya. Dia tinggal
memilih desain yang dia suka kemudian membiarkan
penjahit mengukur tubuhnya. Hanya butuh tiga puluh menit
dan dia kembali duduk di meja kerjanya dan menghabiskan
botol tintanya untuk menulis.

William, si butler, bersikeras memaksanya untuk


meluangkan waktu untuk berkencan dengan istrinya.
Katanya, rumor tidak sedap mulai beredar di antara pelayan
tanpa dia tahu siapa yang memulai. Mereka bilang hubungan
pasangan Rosiatrich tidak harmonis. Sudah menjadi rahasia
umum sejak bertahun-tahun kalau perasaan cinta antara
mereka berdua itu bertepuk sebelah tangan. Tapi

Anna Kanina
179
The Duchess Want a Divorce

keharmonisan suami-istri tidak hanya ditentukan dari rasa


cinta.

Setelah beberapa kali Edmund dan Gwen berdebat, Duke


mengurangi jadwal bertemu dengan istrinya. Dulu setiap
malam dia menyempatkan diri untuk bertemu, berbagi
cerita. Tapi karena rasa canggung, terutama karena Edmund
berbicara keras pada Gwen serta mengatakan tidak akan
pernah mencintainya, Edmund juga merasa Gwen kini
menjaga jarak darinya.

Edmund sudah belasan tahun sibuk mengejar karir. Gwen


adalah satu-satunya wanita yang dekat dengannya. Dia
terlalu terbiasa melihat Gwen di sekitarnya karena gadis itu
menyukainya. Walaupun dia bersikap seolah tidak peduli
dan menganggap asmara hanya akan menghambat
prestasinya, Edmund tidak suka dan gelisah jika tidak tahu
keberadaan Gwen.

Bahkan ketika dia sempat melakukan protes pada Marquis


Remian, Edmund tetap memastikan kalau Gwen aman
dengan menyuruh bawahannya mencari tahu. Edmund tidak
suka betapa wanita itu memengaruhinya lebih besar dari
yang dia duga. Dia memutuskan untuk menciptakan garis
batas yang tegas dan melepaskan Gwen untuk mendapatkan
cinta yang baru.

Anna Kanina
180
The Duchess Want a Divorce

Namun, sejak dia tahu kalau Sigmar Albrighton mencintai


Gwen, semacam sekrup seakan terlepas dari kepalanya. Dia
cemas kalau Gwen akan bersama Sigmar. Pria itu punya
reputasi buruk tentang bagaimana dia memperlakukan
wanita. Kalau bukan Sigmar, laki-laki lain mungkin juga akan
muncul. Mereka bisa saja lebih buruk dari Sigmar.

Sementara Edmund mengamati cat plafon yang terkelupas,


seorang wanita mendekati mereka dan membungkuk
hormat.

"Your Grace, Duke dan Duchess, selamat datang." Abigail


Mileva membungkuk. Kini dia menunjukkan pembawaan
yang anggun. Tidak seperti gadis desa yang kelewat
bersemangat dan terlalu mudah membuka mulut. Nada
bicaranya lebih tertata seakan dia adalah wanita bangsawan
dari kalangan atas.

"Lady Abigail." Gwen bangkit ceria dari duduknya dan


memeluknya.

"Anda berdua saling mengenal?" Madam Perellia tampak


terkejut.

"Kami cukup akrab, walau belakangan Lady Abigail terlalu


sibuk bekerja di butik Anda sampai sulit bertemu," keluh
Gwen tidak terlalu serius.

Anna Kanina
181
The Duchess Want a Divorce

"Oh, ya ampun, maafkan saya, Duchess. Lady Abigail sangat


membantu saya di sini. Pesanan tidak berhenti mengalir
berkat dirinya." Pemilik butik itu merasa bersalah.

"Tidak, Madam, itu bukan salah Anda. Masalahnya, Lady


Abigail terlalu andal dalam pekerjaannya, kan?" Gwen
tertawa kecil.

Gwen dan Perellia kembali sibuk dengan urusan mereka.


Abigail memandang sang duke yang kini duduk dan sesekali
mengerling pada Abigail.

"Your Grace, apa kabar?" Abigail membungkuk.


"Apa pedulimu?" kata Edmund sedikit sinis.

"Tidak perlu terlalu dingin padaku, Duchess sedang sibuk,


ingin aku menemani mengobrol?"

"Tentang?"

"Tidak ingin dengar soal Peter? Serta Jorge?"

Edmund mengernyit. Ada secercah antusiasme terbit di


matanya. Nama mereka membuat Edmund seketika
terkenang masa remajanya. Mereka adalah pemuda Caleigh
yang kerap berkuda bersama Edmund.

Anna Kanina
182
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa dengan mereka?"

"Jorge kini sudah punya tiga anak, kau tahu? Tapi kau tahu
apa yang lucu? Dia tetap tinggal bersama neneknya."

"Apa? Neneknya? Bagaimana bisa? Neneknya memaksa


tinggal bersamanya?" Edmund nyaris tertawa. Dia ingat
nenek Jorge yang bau kopi dan selalu berteriak mencari
Jorge setiap pukul empat sore.

"Sebaliknya, neneknya bersikeras pisah rumah, tapi malah


Jorge yang tidak mau. Walaupun Jorge dari dulu bilang benci
neneknya, kenyataannya malah dia yang tidak mau
berpisah." Abigail melontarkan nada jenaka.

Edmund tertawa. Itu peristiwa yang langka. Sampai-sampai


Gwen yang sedari tadi tenggelam pada tumpukan desain
gaun menoleh dan menyaksikan suaminya bergurau dengan
Abigail. Ada rasa tidak nyaman di hatinya. Gwen tidak
pernah melihat Edmund bicara lama pada wanita lain selain
para senior serta untuk urusan pekerjaan.

"Abigail berasal dari Caleigh, dia pernah bekerja pada


keluarga Edmund," kata Gwen getir pada Perellia yang juga
heran akan interaksi dua figur dengan jarak gelar yang
timpang cukup jauh itu.

Anna Kanina
183
The Duchess Want a Divorce

"Oh, pantas saja." Perellia menanggapi canggung. Dia


merasakan aura kecemburuan dari sang duchess.
Sebenarnya dia ingin memanggil Abigail. Tapi saat ini dia
tengah bergurau akrab dengan Duke.

"Ed." Gwen memanggil dan mendatangi mereka berdua. Dia


memanggil Edmund tanpa nada hormat.
"Duchess, urusanmu sudah selesai?" tanya sang duke santai.

Gwen duduk di samping suaminya dan merangkul erat


lengannya.

"Aku butuh perhiasan."

"Apa?"

"Untuk acara nanti, aku ingin perhiasan baru," kata Gwen


dengan nada merajuk.

"Baiklah, kau bisa memilih apa pun yang kau mau. Tapi
bisakah kita berkunjung ke restoran lebih dulu? Aku merasa
lapar." Edmund menanggapi.

"Ayo, kita harus bergegas karena hampir sore." Gwen


menarik tangan suaminya untuk segera pergi.

Anna Kanina
184
The Duchess Want a Divorce

"Madam Perellia, ajudanku akan mengunjungimu nanti


untuk urusan pembayaran," kata Edmund tergesa sebelum
mereka menghilang dari balik pintu.

"Apa kau tidak punya malu?" Perellia menghardik Abigail.


"Kenapa, Madam?"

"Kau tidak tahu kalau Duchess sangat mendamba pada


suaminya? Apa kau tidak bisa menjaga perasaannya?
Kontrak kita dengan Duchess bisa saja batal! Kenapa kau
malah duduk dan bicara akrab dengan Duke Edmund?" omel
Perellia lagi.

"Madam, saya hanya mencoba beramah-tamah." Abigail


membela diri.

"Dengar, Abigail, kau memang cerdas dan aku menghargai


bantuanmu di sini. Tapi aku tidak suka caramu berinteraksi
dengan Duke. Sadarlah kalau kau hanya seorang baroness,
lajang, dan bercerai. Apa kau berusaha menciptakan
rumor?"

"Madam, saya tidak-"

"Aku memaksamu cuti untuk beberapa hari. Semoga kau


bisa merenungkan sikapmu barusan," tepis Perellia.

Anna Kanina
185
The Duchess Want a Divorce

Abigail menarik napasnya dan membatin. Apa yang salah


dari yang dia lakukan? Dia hanya mengobrol dengan teman
lama. Apa status begitu penting di ibu kota ini?

Kenapa Gwen juga mengabaikannya? Apakah dia tidak


pernah sungguh-sungguh menganggapnya teman? Abigail
pikir Gwen berbeda, ternyata dia tidak ubahnya bangsawan
angkuh dan melihat rendah dirinya seperti orang-orang yang
dia kenal di Caleigh.

Jauh di alam kesadarannya, Abigail memendam iri pada


Gwen. Wanita itu dianugerahi kecantikan yang langka,
ditambah lagi dia menikahi seorang duke kaya raya dan tidak
perlu bekerja sepanjang hidupnya. Padahal Gwen yang
bersikap tidak sopan padanya dan pergi begitu saja tanpa
menoleh, tapi Madam Perellia terkesan membelanya.

Seandainya aku tidak pernah berpisah dengan Edmund,


mungkin aku yang berada di posisinya sekarang. Akulah yang
akan mengabaikannya dan menunduk melihatnya dengan
rasa kasihan, pikir Abigail penuh geram.

Anna Kanina
186
The Duchess Want a Divorce

Bab 18 - Autumn Breeze

"Apakah Anda suka kuenya, Duchess?" Harvey bertanya


sambil tersenyum dan memandang modelnya penuh minat.
"Bagaimana Anda bisa tahu kalau saya suka kue lemon?"
Gwen bersikap sopan.

"Saya mencari tahu tentunya. Anda tidak suka cokelat dan


kue yang terlalu manis. Anda tidak suka warna ungu, dan
bunga Hydrangea adalah favorit Anda," tanggap Harvey.

Saat ini mereka berada di halaman belakang Rosiatrich


Mansion yang luas. Danau buatan berair jernih tampak
berkilauan karena terpaan sinar matahari. Awan yang teduh
menyemangati para angsa untuk mengayuh kakinya di sana
sambil sesekali mematuk air untuk minum. Pertengahan
musim gugur membuat pepohonan memerah dan
merontokkan daun mereka. Para tukang kebun sangat sibuk
saat ini karena daun yang rontok seakan tidak ada habisnya.

Harvey dan Gwen duduk di sebuah meja taman melingkar


yang diteduhkan oleh daun palem lebar di sekitar mereka.
Suasananya terang dan hangat karena masih siang hari.
Namun juga tidak terik karena Duke menanami
pekarangannya dengan banyak pohon. Kepribadiannya yang
tertutup juga memengaruhi desain tamannya. Dia tidak suka

Anna Kanina
187
The Duchess Want a Divorce

rumput yang terlalu luas karena terkesan memudahkan


penyusup untuk menerobos.

Gwen mengenakan gaun putih gading dengan ornamen


oranye lembut yang sesuai dengan tema musim gugur. Hari
ini seharusnya menjadi hari pertama bagi Pangeran Harvey
untuk melukis dirinya.

Duke Edmund tidak mengizinkan Gwen dilukis di kediaman


Harvey. Edmund mengubah rumah kaca di pekarangannya
menjadi studio melukis dan meminta Harvey untuk
menggunakannya. Duke sudah menyiapkan semuanya. Cat
dan kuas berkualitas terbaik serta paletnya. Tapi Harvey
datang dengan tetap membawa perlengkapannya sendiri.

Alih-alih berpenampilan layaknya bangsawan dengan kasta


tinggi, Harvey terlihat santai dengan kemeja putih berkerah
serta celana cokelat yang panjangnya sedikit di bawah lutut.
"Jadi, kapan Anda akan mulai melukis saya? Lalu saya juga
tidak tahu, apakah pakaian yang saya kenakan ini cocok?"
Gwen bertanya.

Harvey menggeleng. "Tidak, Duchess, seorang seniman


harus mengenal baik modelnya. Saya harus berteman dulu
dengan Anda. Maka saya nanti bisa melihat sisi terbaik dari
Anda."

Anna Kanina
188
The Duchess Want a Divorce

"Maksudnya?"

"Selama hampir dua jam kita mengobrol, saya jadi tahu kalau
ketika Anda menoleh sedikit ke kanan, leher jenjang Anda
akan terekspos. Itu adalah pose tercantik Anda," kata
Harvey. Gwen merasa rona merah mungkin mulai menjalar
di pipinya. Dia sudah terbiasa dipuji cantik. Tapi Harvey
mengatakannya karena tengah mengevaluasi dirinya. Gwen
merasa itu adalah ungkapan jujur dari seseorang tentang
dirinya.

"Jadi Anda akan melukis ketika saya berpose seperti ini?"


Gwen menoleh sedikit ke kanan untuk memeragakannya.

"Tidak, Duchess, saya hendak melukis Dewi Edna. Dia tidak


perlu cantik, tapi berkharisma dan memikat."

"Oke, saya bingung." Gwen tertawa kecil.

"Saya belum menemukan Dewi Edna di diri Anda, Duchess,


mungkin sebentar lagi."

"Kapan kira-kira?"

"Aku tidak tahu, mungkin lima menit lagi, atau besok, atau
lusa, bahkan bisa minggu depan." Harvey mengangkat
bahunya.

Anna Kanina
189
The Duchess Want a Divorce

"Anda orang yang cukup rumit, Yang Mulia. Padahal kukira


Anda tinggal melukis saja seperti banyak seniman yang
kukenal." Gwen mengomentari.

"Tidak, Duchess, saya ini seniman. Inspirasi datangnya tidak


bisa dipaksa." Harvey tersenyum.

Tentu saja Gwen sudah mencari tahu tentang Pangeran


Harvey sebelumnya. Dia pangeran kedua dari lima
bersaudara. Cemerlang dalam bidang akademik dan serius
mengejar karir sebagai arkeolog. Dia mendapatkan gelar
doktornya dua tahun lalu. Namun Harvey juga dikenal
sebagai pelukis berbakat, yang karyanya dipajang di museum
dan kediaman raja Arbavia. Dia tidak melukis untuk uang dan
sudah tiga tahun tidak mengeluarkan karya baru.

"Bagaimana dengan Duke Edmund?"

"Kenapa dengan beliau?"

"Pertemuan kalian kemarin di universitas, apa yang dia


bicarakan?" tanya Gwen penasaran.

Harvey hadir di kediamannya hari ini. Edmund juga sudah


menyiapkan ruang melukis baginya. Pasti Edmund sudah
bicara dengannya dan mendapatkan kesepakatan. Begitulah

Anna Kanina
190
The Duchess Want a Divorce

yang dipikir Gwen, walau sang duchess tidak tahu yang


mereka bicarakan.

Harvey terdiam sambil tetap mempertahankan senyumnya.


"Saya rasa lebih baik Anda bertanya langsung pada suami
Anda, Duchess. Saya khawatir bicara yang bukan hak saya
untuk menyampaikannya." Harvey menggeleng. Raut Gwen
berubah sedikit muram karenanya.

"Edmund tidak akan pernah memberitahuku," keluhnya.


"Kalau dia tidak mau bilang, sampai kapan pun dia tidak akan
mengatakannya. Kalau dia melarangku melakukan sesuatu,
maka aku harus menurutinya," lanjut Gwen lagi dengan
sendu.

"Yah, ini bukan urusan saya. Tapi saya turut prihatin. Duke
Edmund memang terkenal keras hati dan bukan orang yang
mudah didebat." Harvey tidak tahan untuk tidak
berkomentar.

"Aku sudah terbiasa, aku mengenalnya sejak lama," kata


Gwen lagi sambil tersenyum.

Seburuk apa pun perlakuan Edmund kepadanya, sesakit apa


pun kata-kata yang pernah dia ucapkan, Gwen tetap
mencintainya. Gwen cukup bersyukur walau Edmund tidak

Anna Kanina
191
The Duchess Want a Divorce

akan pernah mencintainya, tapi Edmund biasanya tahu kalau


dia berbuat salah dan meminta maaf.

"Maaf, Duchess, kalau saya berkata seperti ini, menurut saya


setiap jiwa itu berharga dan berhak untuk bahagia.
Kebahagiaan hanya bisa didapatkan dengan perjuangan.
Anda harus cukup berusaha untuk mendapatkannya.
Termasuk melakukan apa pun yang Anda kehendaki," ujar
Harvey dengan nada bijak dan berusaha tidak menggurui.

Gwen tertawa kecil menanggapinya.

"Pangeran Harvey, saya perempuan Teutonia. Bagi


kebanyakan wanita di sini, saya mungkin termasuk paling
beruntung. Saya menikahi pria yang saya cintai dan bisa
duduk menikmati keik lemon enak serta berbincang tentang
sejarah bersama profesor seperti Anda. Bukankah itu sebuah
anugerah?" tanggap Gwen ceria.

"Anda benar, Duchess. Maaf kalau saya terkesan mencoba


menasihati Anda." Harvey merasa sedikit canggung.
"Seperti kata Anda, kebahagiaan harus diperjuangkan. Ini
adalah cara saya untuk mendapatkannya. Mungkin saya
tidak bisa bertualang mencari fosil seperti impian saya, tapi
saya bahagia," ujar Gwen dengan senyum tulus.

Anna Kanina
192
The Duchess Want a Divorce

"Itu dia!" Harvey berseru sambil dengan reflek


menggenggam tangan Gwen.

"Eh, apa?"

"Ekspresi Anda barusan, saya sudah menemukan Dewi Edna


saya," kata Harvey antusias.

"Ahem." Nicolas-kesatria kepercayaan Edmund-yang sedari


tadi berjaga di sekitar mereka mengingatkan. Harvey pun
melepaskan tangan sang duchess dengan canggung dan
tertawa setelahnya.

Gwen merasa sedikit munafik karenanya. Gwen tidak selalu


baik-baik saja, apalagi sejak kejadian tempo hari ketika
Edmund merasa tidak bersalah karena bersikap terlalu akrab
dengan Lady Abigail. Edmund bilang dia terlalu berlebihan.
Abigail adalah teman lamanya dan Gwen diminta untuk
mengurangi kecemburuannya. Gwen pun berpikir, kalau
Edmund saja merasa bebas melakukannya, apakah dia akan
marah jika Gwen melakukan hal yang sama?

Sang duchess pun melihat ke arah Pangeran Harvey yang


masih merasa terhibur dan ikut tertawa bersamanya.

Mungkin Edmund benar. Walaupun sudah menikah, tidak


ada salahnya berteman akrab dengan lawan jenis. Gwen

Anna Kanina
193
The Duchess Want a Divorce

tidak harus merasa bersalah karena tertawa bersama


Pangeran Harvey. Bukankah Edmund juga mengizinkan
pertemuan ini?

***

"Your Grace, apa Anda mendengar saya?" Salah seorang


bangsawan berpangkat count-yang namanya tidak cukup
penting untuk diingat Edmund-menyapanya. Edmund sedari
tadi hanya duduk di kursi, bersandingan dengan lusinan
bangsawan Teutonia di meja persegi yang lebar sambil
menggaruk punggung tangan kanannya yang pucat.
"Apakah Anda gelisah menunggu sidang para dewan
dimulai?" Pria tadi masih belum menyerah mencoba bicara
dengan Duke Edmund.

"Tidak juga," tanggap Edmund dingin dengan mata lurus ke


depan.

"Ah, ya, Raja Phillip hadir terlambat. Tapi, dengan atau tanpa
dirinya, saya rasa keputusan dewan akan tetap sama,"
celetuk pria tadi yang memilin janggut tipisnya dengan
seringai tipis.

"Maksudnya?" Edmund mengernyitkan dahi.

Anna Kanina
194
The Duchess Want a Divorce

Edmund hadir hari ini karena kewajibannya sebagai Duke of


Caleigh. Edmund tidak gemar mencari tahu tentang apa
pembicaraan para dewan nanti karena dia sudah cukup
disibukkan dengan urusan bisnis keluarga Rosiatrich,
termasuk tugasnya sebagai petinggi militer Teutonia.

"Para anggota dewan sudah merencanakannya sejak lama.


Kami menunggu Anda pulang dari perang serta legalitas
pernikahan Anda." Bangsawan lain yang sedikit berumur dan
bertubuh kurus, tapi memiliki aura sedikit mengintimidasi,
bergabung duduk di sebelah Edmund.

"Tunggu, apa saya ketinggalan informasi?" Edmund merasa


bingung. Sejak tadi pikirannya tertuju ke rumahnya,
mengkhawatirkan istrinya yang tengah bertemu dengan
Pangeran Harvey. Itu adalah interaksi yang diizinkan
Edmund.

Walau enggan, tapi Profesor Harvey telah memberikan


banyak informasi berguna terkait artefak yang selalu
menghantui pikirannya. Edmund tidak bisa mengingkari
janjinya. Dia akhirnya memberikan izin bagi Harvey untuk
melukis Gwen.

"Duchess sangat serasi dengan Anda." Pria sebelumnya


menimpali.

Anna Kanina
195
The Duchess Want a Divorce

"Iya, reputasinya bagus dan perilakunya sempurna sebagai


wanita bangsawan. Walau Marquis Remian sedikit nyentrik,
dia mendidik putrinya dengan baik." Pria ningrat bertubuh
kurus itu setuju. Dia memiliki gelar yang cukup tinggi dan
merupakan salah satu dari sedikit orang yang dihormati oleh
Edmund. Karena itu, sang duke segan menanggapi selain
hanya anggukan.

"Dia cocok menyandang gelar putri mahkota." Pria ningrat


kurus itu berkomentar sambil menganggukkan kepala. Kali
ini Edmund sedikit membelalakkan matanya walau
gesturnya tetap dijaga bermartabat.

"Apa maksud Anda? Apakah hari ini para dewan akan-"

"Yang Mulia Raja Phillip II sudah tiba!"

Edmund mendengar seruan dari salah seorang bangsawan


berkumandang dan menenggelamkan pertanyaannya. Ada
rasa semangat sekaligus rasa khawatir menguasainya. Dia
memang berada di urutan ketiga dari perebutan gelar putra
mahkota, tapi dia tidak mengira benar-benar akan
dipertimbangkan untuk itu. Dia seorang Rosiatrich, bukan
Albrighton. Walau keluarga mereka masih bersepupu dan
bergantian memimpin Teutonia, masih ada Pangeran Sigmar
dan adik bungsunya, Raymond, yang bisa memimpin.

Anna Kanina
196
The Duchess Want a Divorce

Raja Teutonia hadir dengan pakaian normal, setelan jas ala


bangsawan pria lainnya. Tanpa mahkota dan sedikit
pengawalan. Wajahnya ditumbuhi janggut dan kumis tipis
serta aura wajah yang lelah.

"Duduklah, kita akan mulai sidangnya." Raja Phillip meminta


semua peserta yang berdiri menyambutnya untuk duduk.

"Kita langsung saja, Yang Mulia, para anggota dewan sudah


tidak bisa menunggu untuk penetapan gelar putra mahkota.
Kami sudah sepakat kalau Duke Edmund adalah kandidat
utama. Melihat dari titel, garis keturunan, serta
sumbangsihnya untuk negara." Lord Capricio, pria berwajah
sinis yang biasanya selalu bersilang pendapat dengan Duke
Edmund, kini tampak enggan membahasnya.

Namun para dewan tidak punya pilihan lain. Pangeran


Sigmar tidak pernah menunjukkan minat sebagai putra
mahkota. Perilakunya juga memalukan dan minim prestasi.
Sementara Raymond, yang walaupun cerdas dan berperilaku
baik, masih terlalu muda. Duke Edmund adalah pilihan paling
logis. Dia kepala Dukedom Rosiatrich. Penguasa lahan paling
kaya mineral dan subur di Teutonia, serta memiliki barak
kesatrianya sendiri. Ditambah lagi dia kini sudah menikah
sehingga ideal untuk menjadi calon raja berikutnya.

Anna Kanina
197
The Duchess Want a Divorce

Edmund tidak dalam posisi bisa menolak atau memaksa.


Gelar itu diberikan berdasarkan kesepakatan anggota dewan
serta raja. Pria berambut hitam itu mencondongkan
badannya sedikit dan mengetukkan jarinya samar di meja.
Setenang apa pun dirinya, topik pembicaraan kali ini jelas
melibatkan seluruh kehidupannya.

"Bagaimana menurut Duke Edmund?" Raja Phillip bertanya.

"Saya adalah kesatria Teutonia yang setia. Saya menerima


tugas apa pun dan akan selalu berjuang maksimal untuk
kejayaan Teutonia," ujar Edmund lugas.

Lenguhan puas dan kekaguman terlontar dari mulut para


anggota dewan yang hampir semuanya pria. Jawaban
Edmund meyakinkan mereka kalau keputusan mereka
adalah yang terbaik.

"Tunggu dulu!"

Sigmar melakukan interupsi. Dia datang terlambat dengan


rambut sedikit kacau karena terburu-buru.

"Pangeran Sigmar, apa Anda tahu kalau ini adalah aula


sidang para dewan?" Raja Phillip menegur sedikit geram.

Anna Kanina
198
The Duchess Want a Divorce

"Saya pangeran pertama Teutonia, kalau saya boleh


mengingatkan. Saya kandidat yang seharusnya lebih
diunggulkan dalam pemilihan putra mahkota," katanya
sedikit keras.

Beragam komentar pun bertebaran di aula. Mereka


tentunya terkejut akan kehadiran Sigmar yang tidak pernah
peduli pada takhta sebelumnya. Bahkan Raja Phillip pun
sedikit murka karenanya. Sigmar baginya sudah melampaui
batas.

"Anda benar, Pangeran Sigmar. Jadi, apakah para peserta


sidang hari ini bersedia mempertimbangkan ulang?" Salah
seorang petinggi dewan bersuara.

Jelas seluruh anggota memilih Duke Edmund, termasuk Raja


Phillip yang rasional. Sigmar dianggapnya tidak kompeten.

"Sebentar! Saya tahu pandangan kalian semua buruk


tentang saya. Karena itu, berikan saya kesempatan untuk
bersaing dengan adil," kata Sigmar lagi.

"Jelaskan maksud Anda, Pangeran Sigmar," kata Raja dengan


suara rendah.

"Saya akan membuktikan kalau saya bisa memberikan


keuntungan bagi Teutonia. Biarkan lembaga penilaian

Anna Kanina
199
The Duchess Want a Divorce

independen untuk menguji dan menilai kinerja kami berdua


dengan profesional. Kemudian, baru Anda semua bisa
mempertimbangkan ulang," ujar Sigmar percaya diri.

Edmund terhenyak. Apakah dia harus bersaing dengan


Sigmar? Dia selama ini tidak peduli akan gelar putra
mahkota. Selama ini dia berpikir kalau Raymond yang akan
diberi gelar karena kakaknya, Sigmar, tidak berminat dan
tidak cukup berprestasi. Namun membayangkan kalau ke
depannya Teutonia yang dia perjuangkan dengan susah
payah mungkin akan hancur di tangan Sigmar, Edmund
merasa tersulut.

"Saya setuju." Edmund bersuara.

"Biarkan saya berkompetisi dengan adil bersama Pangeran


Sigmar," kata Edmund lagi dengan sedikit senyum sinis.

"Enam bulan lagi kalau begitu. Anda berdua akan diberikan


kesempatan untuk membuktikan kemampuan diri kalian
sebelum dilakukan sidang kembali." Raja Phillip
memutuskan, kemudian segera berlalu pergi dengan
langkah gusar.

Anna Kanina
200
The Duchess Want a Divorce

Bab 19 - The Cursed Duke

Edmund familier dengan tempat itu. Salah satu taman istana


Teutonia yang tertata. Hanya saja tulipnya tidak mekar dan
derajat kesuramannya bertambah tatkala awan mendung
bergerak menaungi di langit. Edmund mengenakan pakaian
kesatrianya yang berwarna biru. Dia sendirian dan lupa
untuk apa dia berada di sana. Dia hanya terus berjalan di
sana tanpa tujuan.

Kemudian langit yang mendung berubah merah. Awan petir


bergulung, tapi enggan menurunkan hujannya. Edmund pun
merasa seketika kakinya menjejak di tanah berlumpur dan
sulit untuk melangkah. Napasnya berubah berat dan kini
tangannya menggenggam pedang perak yang terkutuk dan
sudah mencabut banyak nyawa.

Dia terhenyak tatkala mendapati dirinya sendiri sedang


menghunjamkan pedangnya pada jantung seorang pria yang
berbaring telentang dan meneteskan darah dari mulutnya.
Matanya memandang Edmund tajam penuh dendam.

Edmund berusaha melepaskan tangannya namun sesuatu


telah menahannya. Ketika dia berkedip dia pun mendapati
pria itu berubah menjadi Gwen, istrinya. Edmund tersentak
dan gemetar hebat. Dia terguncang melihat Gwen dengan
terbata berusaha mengatakan sesuatu padanya.

Anna Kanina
201
The Duchess Want a Divorce

"Aku membencimu, Edmund Rosiatrich. Aku menyesal


menikahimu ...," kata Gwen dingin.

Kemudian suara tawa melengking terdengar dari belakang


kepalanya. Seorang wanita berambut keriting tersenyum
puas dan menghunuskan jarinya yang berkuku panjang
padanya.

"Mati saja tidak cukup, Edmund Rosiatrich. Mati saja tidak


cukup!" katanya parau dengan sedikit lengkingan. Kemudian
cahaya putih terang meliputi pandangan mata sang duke.

Edmund tersentak. Dia kini mendapati dirinya dalam


keadaan kuyup oleh keringat di ranjangnya. Kamarnya gelap
dan dingin. Napasnya terasa berat karena rasa sakit di
sekujur tubuh. Edmund jadi mengingat perjalanan
berbahayanya di gunung Verona enam tahun lalu. Salju tebal
dan udara dingin di sana bagai menjelma menjadi belati
tajam yang menusuk kulit.

Edmund menoleh ke salah satu sudut kamar. Bayangan


hitam dengan aura tidak bersahabat masih berada di sana.
Segala jimat dan benda sihir yang dipajang di kamarnya tidak
berguna. Edmund lelah. Walau tidurnya sangat kurang, dia
takut bermimpi buruk lagi. Ini terlalu berat, bahkan bagi
kesatria terkuat di Teutonia sepertinya. Kalau orang lain
yang mengalaminya, mungkin dia sudah bunuh diri.

Anna Kanina
202
The Duchess Want a Divorce

Matanya melirik ke arah amulet serupa liontin yang berada


di meja sebelah ranjangnya. Dia kini mengeluarkan cahaya
hijau. Edmund tidak pernah tahu itu apa. Namun Profesor
Harvey kali ini telah memberinya informasi yang cukup
lengkap. Mungkin itu pertama kalinya Edmund merasa dia
bisa mematahkan kutukan yang menimpa dirinya.

Dia mungkin harus meninggalkan Gwen untuk waktu yang


lama. Dia tidak tahu apakah Gwen akan tetap setia
menunggunya pulang. Edmund tidak tahu mengapa,
belakangan dia sulit sekali bersikap manis pada Gwen.

Mimpi buruk yang sering dia alami setiap malam telah


memengaruhinya sampai di dunia nyata. Padahal dia sadar
Gwen bukan wanita bermulut keji seperti yang dia temui
dalam mimpi. Edmund sadar kalau dia harus segera berhenti
berprasangka pada Gwen sebelum segala mimpi buruknya
menjadi kenyataan.

***

"Gwen, apa kau menyesal menjadi duchess?" Edmund


bertanya pada Gwen yang sedang bermain piano di ruang
santai. Beberapa hari telah berlalu sejak sidang para dewan
dilakukan dan belum ada peristiwa yang cukup mengusik
kedamaian di Rosiatrich Mansion, kecuali penuhnya

Anna Kanina
203
The Duchess Want a Divorce

halaman depan di seluruh surat kabar dengan berita akan


persaingan Duke Edmund dengan Pangeran Sigmar.

Gwen yang tidak mengira kalau Edmund akan


mengunjunginya di siang hari belum siap ditanya seperti itu.
Dia mendentingkan beberapa not kasar untuk mengakhiri
waktu santainya dan menghadapi Edmund yang duduk di
sofa dengan wajah sedikit muram.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu, Ed?" Gwen ingin


tahu.

"Jujur saja, aku sadar pandangan kebanyakan orang tentang


diriku. Duke yang muram, egois dan tidak suka didebat, serta
tidak menyenangkan untuk diajak bersenang-senang.
Bahkan para pria bangsawan lain malas bergaul denganku
walau hanya untuk berburu atau memancing. Aku merasa
kalau kau kini mungkin juga sudah mulai muak padaku,
Gwen." Edmund menjelaskan.

Gwen terdiam sejenak. Dia sadar, semakin lama pernikahan


mereka berjalan, Edmund semakin menyebalkan. Di awal
pernikahan dia cukup manis dan berusaha sopan dan baik
pada Gwen. Mereka bahkan berbagi cerita setiap malam.
Kemudian mereka berpisah karena Edmund harus
berperang. Setelah dia kembali, Edmund lebih mudah

Anna Kanina
204
The Duchess Want a Divorce

tersinggung, tersulut dan marah tanpa sebab yang jelas


kepada Gwen.

"Aku tidak menyesalinya. Karena ... bisa dibilang aku sejak


awal tidak punya ekspektasi lebih dengan menikahimu.
Maksudku, aku sudah mengenal sifatmu dan ini bukan
pertama kalinya kau bersikap menyebalkan terhadapku, Ed."
Gwen duduk di sebelah Edmund dan menyentuh tangannya
yang sedikit dingin. Dia merasa sedikit gugup
mengatakannya.

"Dan kau tetap memilih bersamaku?" Edmund memastikan,


seakan ada semacam sekrup yang terlepas dari kepala
istrinya. Selama bertahun-tahun Edmund berusaha
mengusir Gwen dari hidupnya, sampai dia sengaja
membentuk pribadinya serupa dengan vampir dingin tidak
berperasaan. Namun gadis itu tetap tidak mau menjauh
darinya. Apa mungkin Gwen masuk kategori orang-orang
aneh dengan preferensi tertentu? Seperti mereka yang
malah suka diperlakukan buruk?

Sedetik kemudian Edmund menyesali dugaannya karena dia


ingat sering mendapati Gwen menangis kalau dia sudah
keterlaluan. Jelas Gwen tidak suka disakiti. Edmund menarik
napasnya dan meremas tangan Gwen yang pucat seperti
salju yang datang terlalu awal di musim dingin.

Anna Kanina
205
The Duchess Want a Divorce

"Aku lelah, cemas, dan tidak tenang, Gwen. Hidupku tidak


pernah terasa damai, tidak di medan perang, tidak juga di
rumahku yang aman." Edmund mengaku dengan nada suara
yang getir.

Gwen merengkuh wajah suaminya dan memandangnya


penuh kasih serta perasaan iba. Gwen sudah bertekad untuk
tidak lagi pernah bertanya. Tapi dua hari kemarin Edmund
sakit dan mengurung diri di kamarnya. Sakitnya misterius
dan Edmund selalu naik pitam jika seseorang
mengungkitnya. Gwen enggan mendengar kalimat jahat
keluar dari mulut suaminya sehingga memilih pura-pura
tidak tahu.

Edmund baru keluar dari kamarnya pagi ini dan


membicarakan perasaannya pada Gwen-mungkin karena
penyakit yang menggerogotinya juga memberinya mimpi
buruk. Gwen merasa kalau hari ini, Edmund mungkin akan
membuka hati untuknya. Edmund berganti menempelkan
telapak tangan istrinya yang lembut ke area rahangnya dan
mereguk kehangatannya.

"Kau boleh menceritakan apa pun padaku, Ed" Gwen


menawarkan.

"Kurasa tidak, aku akan menghadapinya sendirian." Edmund


menanggapi sambil menggeleng lemah.

Anna Kanina
206
The Duchess Want a Divorce

"Apakah ini berhubungan dengan penyakitmu? Aku tahu


kalau lagi-lagi kau mengurung dirimu di kamar dan berjuang
sendiri." Gwen bertanya dengan hati-hati. Dia segera
melihat ekspresi Edmund menegang dan seketika
memalingkan wajahnya.

"Ed, kau tidak sendirian," kata Gwen lirih.

Dia sudah lama mengenal Edmund. Kemandiriannya


terbangun karena menjadi yatim piatu sejak belia. Sifat
tertutupnya terjadi karena dia adalah objek rasa iri dari
rekan sebayanya, serta menerima tekanan yang sulit dari
keluarga besarnya. Satu-satunya cara untuk membuat
mereka semua diam adalah dengan tetap menjadi yang
terbaik. Edmund nyaris tidak pernah menunjukkan
kelemahannya di depan siapa pun. Dia sudah terbiasa
merasa harus membuktikan dirinya sebagai pewaris gelar
duke yang paling sempurna.

"Aku tahu, aku tidak sendirian. Kini aku memilikimu. Karena


itu, aku tidak bisa membiarkan dirimu terlibat, Gwen."
Edmund tersenyum dan memandang lekat mata istrinya
yang jelita.

"Tapi-"

Anna Kanina
207
The Duchess Want a Divorce

"Aku juga ingin bilang kalau aku harus melakukan perjalanan


selama beberapa minggu," kata Edmund tidak menggubris
interupsi Gwen.

"Kenapa mendadak? Untuk apa?"

"Untuk menyembuhkan penyakitku,"

"Ah, baiklah." Gwen tidak bisa menyembunyikan rasa


sedihnya.

"Kau harus bersikap baik selama aku pergi. Kau adalah


seorang duchess dan mungkin akan menjadi putri mahkota
di masa depan. Kau mengerti?" Edmund mengingatkan.
Walau dia tahu Gwen tidak akan mengecewakannya.

Persaingannya dengan Pangeran Sigmar belum benar-benar


dimulai. Edmund merasa harus menyelesaikan masalahnya
agar dia bisa fokus pada kehidupan. Dia merasa sudah cukup
dihantui mimpi buruk selama empat tahun belakangan dan
harus menyudahinya. Edmund akan berkunjung sekali lagi ke
kediaman Pangeran Harvey sebelum menyiapkan kapalnya.

Di sudut lain, luput dari pengetahuan pasangan bangsawan


itu, seorang pelayan wanita tampak berdiam di depan pintu
ruang santai Rosiatrich. Dia berdiri statis dengan jantung
berdegup serta mendengar semua pembicaraan mereka.

Anna Kanina
208
The Duchess Want a Divorce

Sambil tersenyum kecil dia pun berlalu pergi dengan


perasaan bersemangat. Pangeran Sigmar mungkin akan
membayar mahal untuk informasi yang baru dia dengar.

Anna Kanina
209
The Duchess Want a Divorce

Bab 20 - Another Duke

Sigmar melangkah sedikit tergesa, dengan mantel kelabu


membungkus tubuhnya. Jalanan yang licin membuatnya
ekstra waspada. Dia tidak ingin siapa pun menyaksikan
Pangeran Sigmar tergelincir di tengah plaza yang ramai.
Tidak peduli sealamiah apa pun itu, orang akan
menganggapnya ceroboh. Sigmar sebelumnya tidak peduli
akan citranya, sampai bahkan tabloid gosip mulai muak
menggunjing dirinya.

Sedang ada apel petang para kesatria yang bertugas di distrik


Ruthar-komplek bisnis dan pertokoan paling prestisius di
Teutonia. Para kesatria Ruthar tampak kompak dan
bersahaja. Mereka berbaris dan tidak bergeming meskipun
udara dingin cukup kencang menggerus kulit mereka yang
terbuka. Kalau Rosiatrich berjaya di perkebunan, komoditi
agraria, dan industri kayu, maka Alderbranch menjadi nomor
satu di bisnis perbankan dan perhiasan.

Duke Killian Alderbranch sudah berada di penghujung usia


empat puluh tahun. Berkuasa dan karismatik. Walaupun
fisiknya sudah menua dengan perut membuncit, dia populer
di kalangan bangsawan. Dia dikenal dekat dengan keluarga
kerajaan karena sumbangsih ekonominya yang besar kepada
raja. Putranya, Earl Aleron, disebut akan dijodohkan dengan
Putri Gisca.

Anna Kanina
210
The Duchess Want a Divorce

Sigmar membuka pintu sebuah kafe mewah yang berdiri


angkuh di sekitar sana. Kafe itu juga berfungsi sebagai kelab
tertutup, tempat para pria paling terhormat Teutonia biasa
bergaul. Tidak terkecuali Duke Edmund yang sesekali ke sana
untuk bersosialisasi demi pekerjaannya. Sigmar biasanya
enggan singgah karena dia tidak punya urusan yang harus dia
lakukan di sana.

Sigmar langsung bertemu mata dengan Duke Killian yang


memiliki kumis dan janggut tebal di wajahnya. Pria itu
mengenakan banyak cincin bermata besar, yang membuat
Sigmar menerka bagaimana cara dia bisa menggenggam
gagang gelas?

"Yang Mulia, maaf atas pemberitahuan mendadak ini." Duke


Killian mengangguk. Sigmar sedikit mengernyit. Biasanya
bangsawan mana pun akan sedikit membungkuk kepadanya.
Tampaknya Duke Killian menganggap derajatnya cukup
tinggi dan setara dengan Sigmar.

Sigmar datang seorang diri. Padahal pangeran sepertinya


biasanya harus membawa pengawal. Dia hanya terlalu
terbiasa hidup santai dan lepas dari segala rutinitas
protokoler keluarga kerajaan. Dia lupa kalau dia masih
berstatus pangeran dan calon kuat putra mahkota
berikutnya.

Anna Kanina
211
The Duchess Want a Divorce

Duke Killian memintanya duduk. Sebelumnya dia menyuruh


pelayan untuk menutup kafenya. Dia membuat ruangan
yang terlalu luas itu sebagai lokasi pembicaraan pribadi
antara dirinya dan Sigmar.

"Apa rencana Anda berikutnya, Pangeran Sigmar?"

"Kenapa jadi Anda yang bertanya? Anda yang mendorong


saya terlibat dalam kerumitan ini. Bersaing dengan Edmund?
Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sepercaya diri itu
kemarin." Sigmar menggeleng sesal.

Ketika Abigail-wanita yang sempat dia kencani-bilang kalau


dia seharusnya menjadi putra mahkota, Sigmar tersinggung.
Dia yang memilih hidup seperti ini. Dia tidak pernah ingin
menjadi putra mahkota. Apalagi kalau nantinya harus
menjalani hidup sebagai raja yang rentan mati terbunuh dan
menanggung beban besar di pikirannya sampai mati.
Nyatanya Raja Phillip dan ibunya memiliki rambut putih dan
kerutan dua kali lipat lebih banyak dari orang seumuran
mereka.

Tidak lama setelah perpisahannya dengan Abigail, Duke


Killian menghubunginya. Dia tahu kalau mayoritas
bangsawan kini mendukung Edmund untuk menjadi putra
mahkota, tapi Killian tidak menginginkannya.

Anna Kanina
212
The Duchess Want a Divorce

Killian berencana menikahkan putranya dengan Putri Gisca


dan menciptakan aliansi kuat dengan keluarga kerajaan.
Namun semua itu sia-sia jika Edmund nanti naik takhta.
Keluarga kerajaan yang sekarang-termasuk Sigmar, Gisca,
dan adik mereka-akan kehilangan kekuatan politiknya secara
drastis setelah raja yang sekarang mangkat.

Mereka adalah Albrighton, sementara Edmund seorang


Rosiatrich. Walaupun berhubungan darah dan masih
terhitung sepupu, karakter dua keluarga itu berbeda.
Rosiatrich tidak mudah dikendalikan. Apalagi Edmund
sendiri adalah pria cerdas yang kritis. Contohnya,
manajemen keuangan militer kerajaan bisa dibilang lebih
tertata setelah ditangani olehnya.

"Pangeran Sigmar, kita sudah sepakat soal ini. Saya bilang


kalau Dukedom Alderbranch akan mendukung penuh Anda.
Kami punya kekuatan media dan uang yang sulit ditandingi
oleh Rosiatrich." Killian mengingatkan.

"Mungkin lebih baik kalau Edmund saja yang menjadi raja.


Kenapa kalian harus memaksaku?"

"Tidak ada yang memaksa Anda. Ingatlah, bukankah kita


ingin membuat Edmund yang angkuh itu menunduk sedikit
ke bawah dan sadar kalau dia tidak bisa selalu menjadi yang
terbaik? Selain itu, dia gila perang. Albrighton adalah yang

Anna Kanina
213
The Duchess Want a Divorce

terbaik untuk memimpin kerajaan. Setidaknya Anda tidak


akan selalu penasaran untuk menguasai kerajaan-kerajaan
kecil yang Anda singgahi. Kami tahu kalau semua penaklukan
masif yang dilakukan oleh Teutonia selama sepuluh tahun
belakangan ini diusulkan oleh Duke Edmund." Killian
menjelaskan setelah menyesap anggurnya.

Sigmar tertegun. Kenyataannya Raja Phillip memang tidak


terlalu antusias dengan meluaskan wilayah kekuasaannya.
Semua itu dilakukan oleh Edmund atas izinnya. Entah
bagaimana caranya, Edmund berhasil mendoktrin ayahnya
tentang ideologi unifikasi benua Ednarea demi kejayaan
masa lalu leluhur mereka.

"Yah, Edmund agak gila soal perang. Dan aku, sebagai


diplomat, tahu kalau berdiskusi menyelamatkan lebih
banyak nyawa dan murah." Sigmar mengamini, setengah
setuju.

"Anda benar, zaman sudah berubah. Kita tidak bisa


membiarkan Edmund naik takhta. Kita tidak tahu kegilaan
apa yang akan dia lakukan nanti." Killian menambahkan.

Sigmar sadar kalau Edmund tidak seekstrem itu. Alasannya


juga cukup rasional. Selain Teutonia, ada beberapa
kekaisaran yang haus kekuasaan melebihi Teutonia. Edmund
hanya ingin melindungi negerinya dan percaya kalau sistem

Anna Kanina
214
The Duchess Want a Divorce

pemerintahan Teutonia adalah yang terbaik. Mereka


menentang perbudakan dan menerapkan hukum anti
perbudakan pada setiap negara yang mengaku tunduk di
bawah otoritas Teutonia. Negara yang kuat akan disegani.
Kekaisaran lain tidak akan mudah menyerang jika tahu
Teutonia punya raja dan militer yang kuat.

Tapi Duke Killian juga benar. Edmund terlalu angkuh. Dia


harus diingatkan. Sigmar pun kini hampir sepenuhnya
terbujuk. Dia memang sudah telanjur mendeklarasikan diri
sebagai penantang Edmund, tapi sedikit ciut setelahnya.
Terutama karena sebagai pangeran, dia tidak punya banyak
kesatria dan dukungan.

"Saya sudah mulai bergerak, Yang Mulia. Anda tidak perlu


khawatir karena saya yang akan mengatur semuanya," kata
Duke Killian lagi.

"Maksudnya?"

"Masuklah, Daisy," panggil Duke Killian.

"Your Grace, Yang Mulia." Gadis berkulit gelap itu


membungkuk hormat pada Duke Killian, kemudian kepada
diri Sigmar.

"Ceritakanlah apa yang kau dengar di kediaman Rosiatrich."

Anna Kanina
215
The Duchess Want a Divorce

"Duke Killian, Anda punya mata-mata?" gumam Sigmar


pelan walau dia sebenarnya tidak terlalu heran.

"Duke Edmund punya penyakit, Yang Mulia. Penyakit yang


cukup berat sampai dia harus mengurung diri selama
berhari-hari." Daisy mulai bercerita.

"Menarik, penyakit seperti apa?"

"Duke Edmund tidak menceritakannya pada siapa pun. Dia


bahkan tidak memanggil dokter. Tapi dia bilang akan
bertemu Profesor Harvey untuk berkonsultasi."

"Harvey katamu? Tapi Harvey adalah seorang arkeolog, dia


bukan dokter. Untuk apa Edmund bertanya padanya?"
Sigmar mencoba menerka.

"Seperti apa kamar Duke Edmund?"

"Duke Edmund memajang banyak jimat dan benda-benda


aneh di kamarnya. Saya kurang paham. Tapi saya rasa itu
cukup penting karena benda-benda semacam itu juga ada di
ruang kerjanya atau di sadel kudanya." Daisy menjelaskan
lagi dengan mimik wajah bingung.

Anna Kanina
216
The Duchess Want a Divorce

"Aku jadi punya banyak pertanyaan. Apakah Edmund terlibat


dalam sesuatu yang buruk?" Sigmar menerka. Dia cukup
lama mengenal Edmund dan tahu kalau Edmund adalah pria
yang lurus dan tidak suka mencari masalah. Dia bahkan
jarang minum. Kalau dia wanita, mungkin dia sudah diangkat
jadi biarawati suci di Kuil Edna.

"Karena itulah, kita akan mencari tahu kelemahan Duke


Edmund."

"Kelemahannya?" Sigmar tidak tahu kalau Edmund punya


sisi lemah. Dia malah nyaris percaya gunjingan rekannya
dulu kalau Edmund jelmaan vampir. Apa yang Killian maksud
adalah bawang putih atau belati perak? Katanya vampir
takut dengan benda-benda itu. Masalahnya Edmund sendiri
selalu membawa pedang perak ke mana-mana. Bahkan,
sebagai terduga vampir pun, dia tidak mempan dengan
perak.

"Aku sudah mendapatkan informasi dari para orang


kepercayaanku. Duke Edmund bersiap untuk berlayar. Aku
belum tahu di mana karena Duke Edmund tidak
menyampaikannya ke awak kapal." Duke Killian menjelaskan
lagi.

Anna Kanina
217
The Duchess Want a Divorce

"Sebentar, Your Grace! Saya paham Anda ingin mencari


kelemahan Edmund. Tapi sebenarnya rencana apa yang akan
Anda jalankan?"

"Persaingan ini sudah dimulai, Yang Mulia. Rencana saya


adalah menghancurkan persona Duke Edmund, membuat
publik tidak percaya padanya, merusak kesan
sempurnanya."

"Itu akan sulit, mayoritas bangsawan berpihak kepadanya."


Sigmar menggeleng.

"Tapi Duke Killian serta jaringan media tidak


mendukungnya," kata Killian percaya diri sambil tersenyum
dari balik janggutnya.

Sigmar seketika merasa bersyukur karena Duke Killian tidak


berada di pihak musuhnya. Pria itu licik dan berbahaya. Dia
juga mendengar banyak rumor tidak baik tentangnya. Dia
memang tidak menyukai Edmund, terutama karena sikap
kurang menghargai yang dia tunjukkan pada Gwen. Tapi
Sigmar bukan bangsawan yang keji. Dia awalnya hanya tidak
ingin Edmund selalu menang. Kini Sigmar merasa harus
selalu berada di samping Killian agar dia tahu kalau segala
rencananya tidak sampai menimbulkan korban yang tidak
perlu. Kompetisi yang seharusnya adil dan menyenangkan,
entah bagaimana mulai menakutkan, bahkan bagi dirinya.

Anna Kanina
218
The Duchess Want a Divorce

Kalau Sigmar tidak bersedia menjadi putra mahkota, Killian


mungkin akan mencari cara lain. Dia bisa saja memaksa adik
bungsunya yang masih lugu untuk menggantikannya. Sigmar
tidak menginginkan itu.

"Saya mungkin juga bisa ikut membantu. Bagaimanapun, ini


pertarungan saya. Tentang Profesor Harvey, dia adalah
teman saya. Saya akan mencari tahu tentang Edmund
darinya. Saya juga punya kenalan seorang wanita yang dulu
dekat dengan Duke Edmund. Saya bisa mencari informasi
darinya." Sigmar berkompromi, menegaskan kalau dia
bersedia berjuang demi gelar putra mahkota.

Anna Kanina
219
The Duchess Want a Divorce

Bab 21 - Business Trip

Ketika Madam Perellia menjatuhkan hukuman padanya


gara-gara disebut telah menyinggung duchess Rosiatrich,
Abigail menjadi kehilangan selera untuk terus bekerja di
butik itu.

Abigail merasa sudah bekerja sebaik mungkin. Dia jelas


melipatgandakan keuntungan butik milik Perellia berkat
strategi bisnisnya. Dia ingat ketika Madam Perellia
memujinya atas usulan menciptakan tren tas kulit buaya
yang dicat cerah. Wanita itu menggunakan koneksinya dan
membuat para bangsawan membicarakannya. Iklan dari
mulut ke mulut berhasil dengan hasil melampaui perkiraan.
Madam Perellia bahkan bisa pindah ke mansion-nya yang
baru karena banyak sekali menjual tas kulit.

Tapi kecerdasan, usaha dan kerja kerasnya seakan menguap


begitu saja, hanya karena dia disebut mengganggu Duchess
dan bersikap tidak sepatutnya kepada sang duke. Gwen kini
menghindarinya dan selalu beralasan sibuk ketika Abigail
ingin bertemu. Gadis itu kini menjadi mewaspadai dirinya
walaupun Abigail merasa tidak melakukan hal yang salah.

Abigail sudah salah duga. Awalnya dia berpikir kalau Gwen


berbeda dari perempuan ningrat lainnya. Ternyata dia tetap
angkuh dan menilai dirinya dari status dan gelarnya yang

Anna Kanina
220
The Duchess Want a Divorce

hanya baroness dari desa terujung. Bahkan Abigail kini sudah


bersiap untuk melepas nama keluarganya karena merasa
sudah cukup mapan dan ingin menetap di ibu kota. Maka
statusnya nanti benar-benar akan turun menjadi rakyat
jelata.

Wanita itu duduk tanpa ditemani siapa pun di sebuah bar


yang biasanya dikunjungi laki-laki. Para pria menatapnya
penasaran. Mungkin mereka ingin tahu siapa suaminya, atau
siapa ayahnya. Kenapa dia sendirian ketika hampir larut
malam dan apakah mungkin dia sedang menjual diri?

Abigail tidak peduli. Dia sudah memutuskan untuk hidup


demi dirinya; mencari uang dan membangun usahanya
sendiri serta berkencan. Tapi semua seakan sia-sia karena
Abigail tidak akan pernah bisa menyangkal darah dan sejarah
kelahirannya. Dia seorang wanita bangsawan berpangkat
rendah yang sudah dibuang oleh keluarga, serta wanita
bercerai berusia hampir tiga puluh tahun.

Uang dan materi adalah satu-satunya yang bisa mengangkat


derajatnya. Tapi Madam Perellia tidak cukup menghargai
bakatnya. Dia menganggap Abigail bekerja karena
rekomendasi para wanita ningrat yang dikenalnya singkat.
Perellia berpikir, seandainya tidak ada koneksi, maka tidak
akan ada yang mau menerimanya bekerja. Karena itu,

Anna Kanina
221
The Duchess Want a Divorce

gajinya yang ditabung belum cukup untuk bisnis masa


depannya.

Abigail menenggak gelas kedua. Matanya merah dan


kesadarannya pun meredup.

Ada hal lain yang mungkin juga membuat emosinya tidak


stabil belakangan ini. Abigail tidak merencanakannya, tapi
dia tidak bisa mengelak dari ketertarikan yang kuat kepada
Sigmar. Dia tahu dengan betul betapa terkenalnya Sigmar
akan kelakuan buruknya. Tapi Abigail tetap menaruh hati,
dan walau tidak mungkin, dia berharap bisa menjadi orang
yang spesial bagi sang pangeran.

Abigail pun mencoba membuat impresi positif ketika dia


berkesempatan menghabiskan malam dengannya. Dia
membahas soal gelar putra mahkota serta sejarah masa
lalunya dengan Duke Edmund. Abigail mencoba membuat
Sigmar terkesan dengannya.

Tapi Sigmar marah, kemudian enggan menemuinya lagi.


Tidak lama setelah itu, berita tantangan Sigmar terhadap
Duke Edmund pun ramai di media. Abigail merasa
dipermainkan dan dikhianati. Padahal waktu itu Sigmar
terkesan sangat enggan menjadi putra mahkota.
Abigail melangkah turun dari kursinya dengan sedikit
sempoyongan. Dia mabuk untuk melupakan semuanya.

Anna Kanina
222
The Duchess Want a Divorce

Walau dia tahu kalau dia selalu kembali ke realita di


keesokan paginya. Dewi Edna tidak adil pada dirinya. Dia
cerdas dan berbakat untuk banyak hal. Namun keluarganya
tidak cukup kaya untuk mengirimnya bersekolah atau belajar
piano. Keluarganya bahkan harus menikahkannya pada duda
temperamental yang punya banyak lahan agar mereka bisa
menyewakan kamarnya untuk mahasiswa ilmu pertanian
dari kota.

Dia jadi membenci para gadis ningrat. Terutama Gwen, yang


terlahir dalam kemewahan dan dipuja banyak orang tapi
tetap bodoh dan tersenyum patuh pada semua orang. Kalau
Abigail adalah Gwen, dia tidak akan menyia-nyiakan fasilitas
dari keluarganya. Abigail juga merasa sakit hati karena Gwen
menjauhinya untuk alasan sepele.

Dia muak direndahkan karena statusnya-sekeras apa pun dia


berusaha. Dia bersedih karena Sigmar pun tidak tertarik
kepadanya. Dia putus asa karena semua hubungan
asmaranya gagal dan para pria itu meninggalkannya. Apakah
seorang Abigail Mileva ditakdirkan untuk menjadi orang
yang direndahkan seumur hidup?

"Nona Abigail Mileva?" Seorang pria berseragam


menghampirinya. Saat itu lumayan larut. Siapa pun biasanya
sudah melepaskan baju dinasnya untuk bersantai atau
beristirahat di rumah mereka. Abigail seketika sadar dari

Anna Kanina
223
The Duchess Want a Divorce

mabuknya. Apakah dia seorang kesatria kerajaan? Apakah


Abigail sudah melakukan kesalahan? Mungkinkah dia sedang
menangkap para pelacur yang menjajakan diri? Tapi, dilihat
dari mana pun, Abigail bukan pelacur. Dia tidak berias, dia
juga mengenakan gaun yang menutup dada.

"Saya harus segera pulang, suami saya menunggu di rumah."


Abigail berbohong ingin segera pergi dari bar.

"Saya tahu kalau Anda tidak bersuami. Dengar, Nona, saya


disini diutus oleh Duke Killian Alderbranch," kata kesatria itu
dengan suara berbisik.

Abigail tersentak. Siapa pun kenal dengan Duke Alderbranch,


sahabat dekat raja dan menguasai jaringan bisnis media
Teutonia. Apakah dia membuat masalah?

"Apakah-apakah saya akan dipenjara? Saya bekerja jujur dan


tidak pernah mencuri." Abigail membela diri.

"Tenanglah, Lady. Duke Killian hanya ingin bicara dengan


Anda."

"Tentang?

"Pekerjaan," kata kesatria itu dengan seulas senyum.


***

Anna Kanina
224
The Duchess Want a Divorce

"Salju atau pasir?" Gwen bertanya dengan nada ceria sambil


merangkul lengan suaminya ketika mereka berjalan-jalan di
pekarangan rumah mereka yang luas.

"Aku memilih salju."

"Kenapa?"

"Aku tidak suka panas, padang pasir sangat kering dan


membuat mataku berair setiap kali angin kencang
berembus," tanggap Edmund.

"Kenapa kau membayangkan padang pasir? Kenapa tidak


pantai?"

"Apakah kau pernah memakan semangkuk salju yang


disiram sirup apel?"

"Ya ampun, itu menjijikkan!"

"Tapi itu salah satu minuman favoritku, Gwen." Edmund


melontarkan senyuman yang langka.

"Bagaimana kalau ada kuda yang buang air di sana?"

"Tidak mungkin, aku mengambil saljunya di atap." Edmund


menggeleng.

Anna Kanina
225
The Duchess Want a Divorce

"Baiklah, pertanyaan lain, gaun tidur atau gaun pesta?"


Gwen bertanya lagi, memutuskan untuk mengabaikan
kegemaran aneh Edmund.

"Itu pertanyaan yang tidak relevan. Seharusnya kau


membuat pilihan seperti malam atau siang? Atau asin dan
manis," kritik Edmund.

"Jawab saja dulu," protes gadis itu.

"Oke, aku memilih gaun tidur kalau begitu."

"Kenapa?"

"Aku tidak suka dengan gaun pesta karena membuatku


membayangkan lamanya waktu wanita berdandan untuk
bersiap. Aku pernah melihatmu beberapa kali pakai gaun
tidur dan aku lebih menyukainya," kata Edmund lugas.

"Eh? Kenapa kau jadi membahas diriku?" Gwen menyentuh


pipinya yang memerah.

"Lalu? Satu-satunya perempuan yang kulihat hanya kau,


kan?" tanggap Edmund bingung. Gwen merasa jantungnya
sedang melakukan pertunjukan orkestra saat ini. Padahal
Edmund tidak ada maksud merayu.

Anna Kanina
226
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa tidak dari dulu kau semanis ini?" keluh Gwen.

"Manis?" kata Edmund bergidik. Dia tidak pernah merasa


menjadi donat yang ditaburi gula atau semacamnya.
Edmund kesulitan mencerna perkataan Gwen.

"Apakah kau akan baik-baik saja di sana?" Gwen bertanya


sendu.

"Aku Edmund Rosiatrich, Gwen. Jangan lupa kalau suamimu


pahlawan perang. Aku hanya pergi berobat," kata Edmund.

"Yah, tapi ...."

Edmund memberikan pelukan pada istrinya. Kemudian


mengecup dahinya singkat. Kereta kuda Duke Edmund sudah
tiba untuk membawanya ke pelabuhan, tempat para awak
kapal sudah bersiap.

"Ketika aku pulang, semua akan baik-baik saja. Aku harap


kau terus ingat untuk bersikap baik. Nicolas akan
mengawalmu," pesan Edmund sebelum keberangkatannya.

***

"Duke!"

Anna Kanina
227
The Duchess Want a Divorce

Edmund menoleh ke belakang ketika dia baru akan menaiki


tangga masuk ke kapalnya. Itu adalah kapal yang biasa
digunakan untuk mengangkut kargo komoditi yang
diproduksi perusahaannya. Dia membawa belasan kesatria
Rosiatrich terbaik untuk mengawalnya, tiga di antaranya
memandang Pangeran Harvey waspada.

"Turunkan pedang kalian, dia seorang royal," titah Edmund.


Sebagai seorang pangeran, penampilan Harvey memang
tidak terlalu meyakinkan. Dia tidak membawa satu pun
pengawal atau asisten dari Arbavia. Teutonia pun memaksa
Harvey untuk menerima pengawalan. Quentin adalah
kesatria yang ditugaskan untuknya.

"Halo, Edmund." Quentin menyapa dengan sedikit


membungkuk.

"Aku baru saja akan pergi."

"Aku cemas kalau aku kurang cakap menjelaskan, jadi aku


buatkan peta dan petunjuk untukmu. Navigatormu
seharusnya bisa membacanya. Aku menjamin ini akan cukup
untuk memandumu." Harvey menyerahkan gulungan kertas
ke tangan Edmund.

Sang duke membuka dan mengamatinya sesaat, keningnya


berkerut sedikit, tapi dia tampak memahaminya.

Anna Kanina
228
The Duchess Want a Divorce

"Kau benar-benar kutu buku, ya?" Edmund berkomentar.

"Maaf, Duke. Kukira aku akan mendengarmu bilang terima


kasih." Harvey menunjukkan gestur seakan terkejut.

Edmund memberi salam singkat dan berbalik badan, kembali


melangkah ke kapalnya sambil menggumam. Dia mengingat-
ingat segala yang sudah dijelaskan oleh Harvey sebelumnya.
Tentang amulet, tentang sihir, dan semua yang mungkin bisa
membantunya untuk lepas dari kutukan.

Sebagai pemilik kapal, Edmund tahu kalau kapalnya juga


berfungsi sebagai kapal penumpang. Dia akan menyeberang
ke benua tetangga. Dia melihat banyak orang di sana yang
bukan pelaut dan mungkin punya tujuan yang sama
dengannya.

"Selamat pagi, Your Grace, Duke Edmund." Edmund


menoleh ke arah suara yang familier.

"Abigail Mileva? Apa yang kau lakukan di sini?" Edmund


cukup terkejut mengetahui Abigail berada di kapalnya
dengan membawa koper dan beberapa pelayan.

"Perjalanan bisnis, mungkin sama seperti Anda. Mau sarapan


dengan saya? Pelayanku membawa roti lapis dan kopi."
Abigail tersenyum.

Anna Kanina
229
The Duchess Want a Divorce

Bab 22 - The Soran Island

Edmund adalah seorang yang rasional. Seumur hidupnya dia


hanya percaya dengan apa yang dialaminya sendiri atau
melalui buku yang sudah diverifikasi oleh kerajaan. Dia
bahkan enggan berbisnis dengan orang yang belum pernah
menyapanya. Karena itu, ketika dia mengalami sendiri
serangkaian pengalaman berbau sihir, Edmund pun
memercayainya.

Edmund tentunya sudah memastikan dengan dokter jiwa


apakah yang dialaminya itu hanya halusinasi. Mereka
menyatakan kalau jiwanya masih baik-baik saja. Namun dia
terlalu dihantui oleh pengalaman di medan perang. Mereka
menyamakan mimpi buruknya dengan trauma.

Namun ketika halusinasinya berubah semakin nyata dan


berkomunikasi dengannya, dia pun sadar kalau dia harus
memeranginya. Edmund membeli segala jimat sihir atau apa
pun yang disebut bisa menghalau iblis. Namun halusinasinya
tetap muncul.

Seperti saat ini, siluet wanita yang tidak pernah


meninggalkan dirinya sejak Edmund mencabut nyawa
kekasihnya di sebuah perang lima tahun lalu kerap
melihatnya penuh dendam sambil berdiri di tengah
bayangan pekat.

Anna Kanina
230
The Duchess Want a Divorce

Ya, Edmund tengah dikutuk.

Kutukan ini tidak sesederhana seperti di cerita dongeng


anak-anak, ketika putri salju hidup kembali karena ciuman
pangeran tampan, atau ketika katak buruk rupa yang
berubah menjadi pangeran setelah dicium sang putri.

Ciuman tidak akan menyelamatkannya. Malah akan


membuat semuanya menjadi lebih buruk.

Edmund memacu kudanya lambat sambil menelusuri pesisir


pantai yang berpasir putih dan terasa panas jika disentuh
dengan kaki telanjang. Hari memang sangat terik dan
mereka baru setengah perjalanan.

Pulau Soran adalah pulau yang tidak bergabung dengan


negara mana pun. Walaupun luas dan subur, kebanyakan
negara yang berbatasan enggan melakukan klaim
pendudukan di sana karena bajak laut dan para penjahat
menggunakannya sebagai tempat berlabuh.

Edmund memang tangguh. Dia juga dikawal oleh lusinan


kesatria terbaik Rosiatrich. Namun dia harus berwaspada.
Dia tidak boleh berlama-lama di sana. Edmund sudah
meninggalkan seluruh barang berharganya agar penjahat
apa pun yang dia temui tidak punya alasan untuk
menyerangnya. Edmund cukup percaya diri karena dia dan

Anna Kanina
231
The Duchess Want a Divorce

pasukannya pernah melumpuhkan ribuan tentara musuh


walau jumlah pasukannya sendiri kurang dari seratus.

Menghajar para bajak laut yang amatir dalam bertarung


seharusnya bukan tantangan untuknya. Tapi Edmund
enggan membuang waktu. Dia mengecek kantong bajunya
untuk memastikan amuletnya tetap aman.

Edmund dan pasukannya memang bagaikan benteng


berjalan saat ini. Tidak ada yang bisa membuatnya bertekuk
lutut. Namun, tidak demikian halnya dengan pemandangan
yang sedang Edmund lihat.

Kapal besar milik Duke Edmund adalah kapal resmi, emblem


kerajaan Teutonia terpahat di badannya. Artinya, statusnya
serupa dengan kapal militer resmi negara. Tidak ada bajak
laut yang mau mempertaruhkan nyawa dengan menyerang
kapal militer. Itu sama saja mereka mengundang lusinan
kapal perang untuk menyerbu pulau Soran. Siapa pun yang
masih berada di kapal akan aman dari musuh.

Edmund yang kesatria sejati tidak bisa abai pada sosok


perempuan yang dikenalnya, yang kini sedang berdiri
gemetar di depan sebuah kios kerajinan tangan. Semua
penumpang diperingatkan untuk tidak meninggalkan kapal.
Namun Abigail melanggarnya. Entah muslihat apa yang dia

Anna Kanina
232
The Duchess Want a Divorce

gunakan untuk membujuk penjaga kapal agar mau


mengizinkannya turun.

Abigail dan seorang pelayannya kini dikelilingi pria-pria besar


yang kasar dengan mulut berbau alkohol. Mereka tertawa
dan menunjuk Abigail tidak sopan. Jelas mereka bukan dari
kalangan terdidik.

"Menyingkirlah." Edmund menegur dengan wajah tanpa


ekspresi. Dia menunjukkan emblem kesatria Teutonia yang
dia sematkan pada sarung pedang-yang dia hunus sedikit.
Pria-pria itu pun bubar dengan tertib sambil sedikit
menggerutu. Mereka tidak terbiasa melihat perempuan
berpenampilan ningrat di Soran. Apalagi yang secantik
Abigail.

"Your Grace, terima kasih. Saya takut sekali." Abigail terisak,


air mata tampak nyaris menetes dari mata indahnya.

"Berdiam saja di kapal, lagi pula tujuanmu bukan pulau


Soran, kan? Kita hanya akan singgah dua malam di pulau ini
sebelum melanjutkan perjalanan ke Arbavia." Edmund
menasihati.

"Aku-aku mencari bibiku." Abigail beralasan.


"Maksudnya?"

Anna Kanina
233
The Duchess Want a Divorce

"Anda tahu, saya punya bibi yang cukup dekat dengan saya.
Dia seorang gipsi dan dia menghilang sudah beberapa tahun.
Ketika saya tahu kalau kapal ini berlabuh di pulau Soran, saya
mengingat kalau Bibi pernah bilang ingin tinggal di sini. Saya
kira saya punya kesempatan untuk bertemu dengannya."
Abigail berkata penuh duka.

"Ini bukan tempat yang aman untuk perempuan, sebaiknya


kau kembali ke kapal. Kami akan mengantarmu karena ini
cukup jauh dari dermaga." Edmund memberi tahu.

"Your Grace, tidak bisa .... Hari sudah semakin petang dan
sebentar lagi bulan muncul. Air pasang akan naik ke pantai
dan kita harus berjalan memutar untuk mencapai dermaga.
Ini akan sangat membuang waktu." Salah satu kesatria
mengingatkan.

"Ah, ya, kau benar, tapi aku tidak bisa meninggalkan para
wanita ini. Kalian berdua naiklah ke kuda para kesatria dan
terpaksa harus ikut kami sampai urusanku beres." Edmund
memutuskan dan memerintah Abigail.

"Your Grace, Anda sangat murah hati." Abigail membungkuk


memberi hormat.

Wanita itu mengaku kalau dia bekerja pada seorang


bangsawan pemilik usaha restoran di ibu kota. Earl Hubbert

Anna Kanina
234
The Duchess Want a Divorce

namanya. Abigail bekerja dengan sangat baik di usaha


Madam Perellia dan kini direkrut sebagai manajer restoran
mewah. Dia kini dalam perjalanan ke Arbavia untuk
bernegosiasi pembelian daun teh dan bubuk kakao.

***

"Lady Abigail dan pelayannya sudah aman di kamar mereka,


Your Grace." Salah satu kesatria memberi tahu.

"Kalian tunggu di penginapan. Aku akan melanjutkan


perjalanan bersama Ron dan Albus." Edmund yang baru
menyempatkan diri untuk makan malam langsung bangkit
dan akan pergi lagi.

"Your Grace, hari sudah malam. Orang yang akan Anda temui
mungkin juga sudah tertidur." Salah satu kesatria
menasihati.

"Kudengar dari Yang Mulia Harvey, dia tidak tidur."

"Tidak mungkin ada orang seperti itu, Your Grace."

"Apakah Anda mungkin mencari saya?"

Edmund dan para kesatrianya langsung berubah waspada.


Mereka menghunus pedangnya dan mengawasi kedatangan

Anna Kanina
235
The Duchess Want a Divorce

seorang pria paruh baya dengan raut wajah bijak. Dia


tersenyum pada Edmund.

"Your Grace, Anda datang membawa nasib buruk. Buah dari


perbuatan Anda di masa lalu." Pria misterius itu menggeleng.
"Apakah Anda yang bernama Ben Hawk? Saya mengetahui
tentang Anda dari Harvey. Bagaimana Anda tahu kalau saya
akan mencari Anda?" Edmund curiga.

"Bagaimana kalau Anda mentraktir saya minuman?" kata


Ben santai sambil menyamankan dirinya sendiri di kursi yang
mengelilingi sebuah meja kayu bundar.

Harvey bilang salah seorang yang dia kenal dan bisa


menjelaskan soal amulet itu tinggal di pulau Soran yang
terpencil. Dia tinggal di desa dengan satu-satunya
penginapan dan sehari-hari hidup dengan beternak babi.
Edmund mencium aroma tidak sedap dari tubuhnya yang
sekaligus mengonfirmasi identitasnya. Katanya dia seorang
penyihir, tapi tampaknya bisnis mantra dan kutukan sedang
tidak bagus sampai dia harus beternak babi.

Walaupun penampilannya sekilas tidak meyakinkan,


Edmund menghormatinya karena Ben memancarkan sorot
mata kebijakan dan seakan tahu segalanya.

Anna Kanina
236
The Duchess Want a Divorce

"Kalian pergilah, aku ingin bicara hal yang cukup pribadi


dengannya." Edmund memerintah, meminta para
kesatrianya menyingkir.

"Sambil menunggu minuman Anda tiba, bisakah Anda


langsung melihat benda ini?" Edmund menyodorkan amulet
miliknya ke tangan Ben. Pria yang sedikit beruban dengan
penampilan seperti kelasi bajak laut, mengamatinya sejenak.

"Ah, ya, sudah lama kami tidak menggunakan ini. Ini adalah
sihir yang kuat dan merepotkan. Penggunanya jelas
membayar tidak murah untuk menciptakan mantra ini." Dia
berkomentar dengan sedikit sorot mata sesal.

"Bagaimana caranya agar saya bisa terlepas dari kutukan


ini?" Edmund terdengar hampir memohon sekaligus
menuntut.

"Akan lebih baik jika Anda bercerita tentang awal mula


kesialan Anda ini. Serta memberitahuku ciri-ciri dari penyihir
yang mengutuk Anda," jawab Ben menanggapi.

Sementara itu di sebuah kamar sederhana, Abigail sedang


gelisah mengetahui kalau ada seseorang yang menemui
Edmund. Dia harus tahu pembicaraan mereka. Masalahnya
kesatria Edmund tidak akan membiarkannya mendekati
Edmund.

Anna Kanina
237
The Duchess Want a Divorce

Abigail terkenang pesan dari Duke Killian-majikannya yang


sebenarnya.

Dekati Edmund Rosiatrich. Berikan semua informasi tentang


dirinya kepadaku melalui Earl Hubbert. Kau tidak boleh
mengecewakanku.

Abigail tidak ingin kehilangan kesempatannya. Ini mungkin


pekerjaan paling penting yang pernah dia terima. Duke
Killian menjanjikannya banyak hal kalau dia mau menjadi
mata-mata. Dia sudah telanjur meninggalkan Madam
Perellia. Wanita itu kini menyebarkan rumor buruk
tentangnya. Tidak akan ada yang mau mempekerjakannya.
Kalau dia mengecewakan Duke Killian, dia terpaksa harus
pulang ke Caleigh dan menjadi objek penghinaan
keluarganya. Abigail sama sekali tidak menginginkan itu.

Abigail harus menggali otaknya, mencari tahu bagaimana


agar dia bisa terus berada di sisi Duke Edmund. Apa pun
caranya.

Anna Kanina
238
The Duchess Want a Divorce

Bab 23 - The Annoying Woman

Musim Semi.
Sekitar empat tahun sebelumnya.

Edmund sudah lama mengenal Gwendolyn. Gadis kecil itu


sahabat dekat Putri Gisca-yang bebas berkeliaran di istana,
seakan-akan itu rumahnya sendiri. Ratu Starla pun
memperlakukannya seperti anak sendiri dan pernah
memaksa Marquis Remian untuk mengizinkannya
mengadakan pesta ulang tahun Gwen yang ketiga belas di
istana.

Edmund tidak pernah terlalu menaruh perhatian padanya.


Selain karena dia sudah terlalu sibuk dengan urusan militer,
serta baru saja menjabat titel duke Rosiatrich di usia dua
puluh satu tahun-Edmund selalu merasa canggung di dekat
Gwen.

Karir memaksa dirinya untuk rajin ke istana sejak dia pindah


ke ibu kota dari Caleigh. Tentunya dia sering melihat Gwen
bermain bersama Gisca. Edmund pertama kali menyapanya
ketika gadis itu berusia dua belas tahun. Ketika itu salah
seorang juniornya, Earl Quentin Remian, mengenalkan
adiknya padanya. Itu hanya perkenalan singkat yang lebih
seperti sopan santun belaka.

Anna Kanina
239
The Duchess Want a Divorce

Namun sejak saat itu, Edmund merasa kalau dia semakin


sering melihat Gwen dan berpapasan mata dengannya.
Gwen menguntitnya. Edmund tahu tentang apa semua itu.
Cinta pertama, semua remaja mengalaminya, tidak
terkecuali gadis semuda Gwen. Edmund mengabaikannya
karena semua cinta pertama biasanya akan pudar. Gwen
seharusnya akan segera kehilangan minat pada kesatria
pemuram sepertinya dan beralih ke pemuda lain.

Namun kini, di pertemuan pertama mereka setelah Edmund


menghabiskan dua tahun lebih untuk berperang dan kembali
dengan gelar pahlawan Teutonia, gadis itu mengutarakan
perasaannya.

Gwen berbeda dengan yang terakhir kali dia ingat. Gadis itu
berambut merah dengan mata bulat seperti boneka
porselen. Namun kini dia lebih dewasa dengan lekuk tubuh
yang juga menawan. Bibirnya dipoles perona serupa
manisan ceri, kontras dengan kulit putih cerahnya.

Gwen telah mengumpulkan keberanian selama berminggu-


minggu untuk mengatakannya. Edmund tahu kalau
Gwendolyn adalah salah satu perawan paling diinginkan oleh
para pemuda Teutonia. Dia luar biasa jelita, tentu saja, dan
selalu menampilkan kesempurnaan gerik seorang gadis
bangsawan. Tapi Edmund tidak mudah terbuai dengan
semua itu. Edmund sejak lama sudah berencana untuk

Anna Kanina
240
The Duchess Want a Divorce

menerima perjodohan dari keluarga besarnya hanya demi


mendapatkan penerus titelnya.

Memiliki seorang gadis yang tulus mencintainya sebagai istri


terasa bagai beban untuknya. Edmund adalah pria yang
sibuk. Dia tidak perlu istri yang menuntut cinta dan
perhatian. Apalagi ketika karirnya sedang menanjak seperti
ini. Edmund menolak dengan dingin, menegaskan kalau
Gwen tidak bisa mengharapkan apa pun darinya.

Gadis itu berbalik menjauhinya sambil menyembunyikan


tangis. Edmund tahu dia sudah menghancurkan hati seorang
gadis, tapi itu lebih baik ketimbang memberinya harapan
palsu. Quentin mungkin akan marah kepadanya, tapi itu
risiko yang sudah dia perhitungkan.

Edmund mengira kalau urusannya bersama Gwen sudah


usai. Namun gadis itu ternyata tetap sesekali mengawasi
latihan dirinya bersama para kesatria istana,
membawakannya hadiah dan minuman, serta menunjukkan
perhatian.

Semua orang mengira kalau Gwen adalah gadis bangsawan


yang mempertahankan budaya klasik para wanita Teutonia,
yakni terus menundukkan kepala mereka dan tidak mudah
menyapa kaum pria. Tapi Gwen tidak menyerah atas

Anna Kanina
241
The Duchess Want a Divorce

penolakan Edmund dan berbuat hal yang mungkin dianggap


tabu untuk komunitas Teutonia.

Sebagai sopan santun, Duke Edmund sesekali menanggapi


perhatian dari Gwen. Dia juga sudah terbiasa menerima
ancaman dari para bangsawan pria lainnya. Katanya Edmund
mencuci otak sang Permata Teutonia. Edmund
menggunakan ramuan cinta atau hal-hal absurd lainnya.
Kadang kecemburuan para pria itu disertai kekerasan yang
tentunya berujung kekalahan bagi pihak yang sengaja
menantangnya.

Lelah dengan semua drama percintaan yang sama sekali


tidak dibutuhkannya, Edmund pun kembali ke medan
perang. Edmund yang sudah menerima gelar pahlawan
membujuk raja untuk melakukan penyerangan kembali.
Pendudukan itu perlu dilakukan karena negara yang mereka
incar telah dikuasai oleh pemerintahan zalim yang
melegalkan produksi pupuk sintetis. Pupuk itu disebut bubuk
ajaib yang bisa menumbuhkan hasil panen dalam waktu
singkat namun merusak kualitas tanahnya.

Kerajaan itu bersikeras untuk mempertahankan pabrik


pupuk ajaibnya dan membuat limbahnya mengalir ke daerah
kekuasaan Teutonia. Mereka malah balik menantang
Teutonia ketika kerajaan itu melakukan nota protes. Duta

Anna Kanina
242
The Duchess Want a Divorce

besar dari Teutonia pun menghilang. Itu alasan yang cukup


untuk berperang.

"Gwen, si Permata Teutonia, kenapa tidak kau cicipi saja


kemudian tinggalkan? Kurasa dia akan bersedia
melakukannya dengan senang hati." Salah seorang kesatria
yang berperang dengannya bicara dengan mulut bau
alkohol.

Mereka baru saja menang dan menguasai sebuah kota besar


dari kerajaan musuh. Para kesatria itu berkemah dan
memutuskan untuk merayakannya dengan selebrasi
sederhana. Edmund tidak mabuk, tapi kalimat itu sangat
mengusiknya.

"Bayangkan seperti apa rasanya tidur dengan gadis secantik


itu. Aku rela menukar sepuluh wanita seperti istriku
dengannya." Kesatria lainnya ikut menimpali.

"Dengar, aku pernah dapat informasi dari kusir keluarga


Rosiatrich. Dia pernah tanpa sengaja melihat gaun Lady
Gwendolyn tersingkap ketika turun dari kereta dan-"

Suara hantaman keras terdengar. Kemudian beberapa gigi


terpental jatuh ke meja. Darah mengucur dari mulut salah
seorang kesatria. Edmund berdiri dengan tangan terkepal.
Dia sangat marah. Para pria yang membicarakan Gwen tanpa

Anna Kanina
243
The Duchess Want a Divorce

rasa hormat tadi terdiam. Mereka kira Duke Edmund tidak


menyukai perhatian Gwendolyn.

"Berhenti bicara omong kosong." Edmund bicara dengan


leher menegang sambil duduk kembali dan menenggak
minumannya gusar.

Para kesatria itu menganggap Edmund berlebihan.


Pembicaraan yang menjurus ke topik mesum biasa
diperbincangkan oleh sesama pria. Bahkan banyak yang
tanpa malu membahas tentang istri mereka sendiri, serta
membongkar rahasia ranjang masing-masing. Edmund
seringnya ikut menyimak tanpa berkomentar.
Tapi Edmund naik pitam ketika giliran Gwen yang menjadi
objek khayalan tidak sopan para pria.

***

"Kudengar kau menghajar seseorang malam tadi, Your


Grace." Quentin, kakak dari Gwen, menegur. Edmund
sedang bersiap di tenda barak para prajurit untuk
melanjutkan serangan ke sebuah kastil. Dia memakai
seragamnya serta baju pelindung yang sangat berat karena
dibuat dari benang logam yang dijalin.

"Ah, ya, karena dia bicara omong kosong." Edmund


menanggapi datar.

Anna Kanina
244
The Duchess Want a Divorce

"Terima kasih sudah membela Gwen walaupun dia kerap


mengganggumu, Duke," ujar Quentin.

"Aku tidak membelanya." Edmund mengelak.

"Anda tidak usah khawatir, kurasa Gwen sebentar lagi akan


melupakan Anda. Terlalu banyak lamaran yang datang dan
ayah kami tidak bisa lagi mengelak. Dia dan keluarga besar
kami sedang dalam proses memilih calon suaminya."
Quentin memberi tahu.

"Apa?" Edmund menoleh ke arah Quentin yang tersenyum


padanya.

"Ya, seperti kataku tadi, Gwen akan segera menikah."

Beragam kenangan melintas di kepalanya. Walaupun


mereka tidak sering saling menyapa, Gwen selalu
meninggalkan kesan kuat dari setiap kehadirannya. Edmund
hafal tulisan dan tanda tangannya, dia mengingat caranya
tersenyum, dia juga tahu aroma parfum favoritnya. Edmund
tanpa sadar menikmati pemujaan yang dilakukan
Gwendolyn.

Mengetahui kalau dia mungkin tidak akan mengalaminya lagi


di masa depan, membuatnya gelisah dan tidak rela.

Anna Kanina
245
The Duchess Want a Divorce

"Quentin." Edmund memanggil ketika dia menyarungkan


pedang di pinggang.

"Ya?"

"Bagaimana kalau seorang duke menjadi iparmu?" tanya


Edmund.

***

"Di sini lokasinya, Duke." Salah seorang kesatria memberi


tahu. Edmund melihat sebuah kastil suram dengan pohon-
pohon besar yang merontokkan daunnya sebelum musim
gugur tiba. Tanahnya gersang dengan bau terbakar yang
cukup menyengat.

Pasukan Edmund sebelumnya sudah menghujani kastil


mereka dengan pelontar api serta penghancur benteng.
Penghuni kastil dan pelayannya melarikan diri, tapi
pemiliknya dipastikan masih berada di dalam.

"Nicolas, bawa pasukanmu ke utara. Quentin, kau ikut


dengannya. Dan Rico, kau temani aku, kita akan memasuki
kastil." Edmund memberi perintah.

Quentin yang biasa santai, bahkan di situasi mengancam


nyawa sekalipun, kini terlihat gugup. Kurang dari dua jam

Anna Kanina
246
The Duchess Want a Divorce

yang lalu, sang duke mempertimbangkan untuk menjadi


suami Gwen. Quentin tidak tahu harus senang atau sedih
karenanya. Gwen sudah pasti bersukacita. Namun punya
ipar seorang duke seperti Edmund terasa seperti beban
untuknya.

"Kudengar, pemilik kastil ini orang yang percaya sihir. Dia


mempraktikkan sihir hitam." Rico berbisik memberi tahu.

"Yang kutahu, pemilik kastil inilah yang menciptakan pupuk


terkutuk itu dan menjadi alasan hilangnya banyak gadis
yatim di sekitar kastilnya. Dia salah satu bangsawan yang
memegang jabatan strategis. Kalau kita bisa
melumpuhkannya, distribusi logistik pihak musuh akan
terputus. Kita akan menguasai area selatan kerajaan ini
sepenuhnya." Edmund mengungkapkan strateginya.

"Saya hanya ingin Anda berwaspada, Your Grace," keluh


Rico.

Sebuah bola api kebiruan melintas di dekat kepala Edmund.


Tampak seorang pria jangkung dan kurus yang memiliki
cekungan di matanya berdiri di atas tangga sambil melihat
ke arah Edmund.

Anna Kanina
247
The Duchess Want a Divorce

"Duke Rosiatrich! Jadilah bahan bakar neraka!" Pria itu


mengutuk. Kemudian lagi-lagi bola api kebiruan terlontar
dari tangannya. Edmund menepisnya dengan pedang perak.

"Duke! Apa dia sedang memantraimu?"

"Tidak usah takut! Tangkap pria itu!" Edmund tidak gentar


dan menyusul pria itu.

Suasana kastil yang sunyi berubah riuh seketika. Para


kesatria Teutonia menyerang dan berusaha menangkap pria
tadi. Mereka berusaha mengabaikan aneka hal tidak masuk
akal. Mulai dari serangan bola api kebiruan yang cukup panas
untuk mematangkan seekor ayam, laba-laba besar seukuran
kucing yang merayap di sekitar mereka, serta badai salju
dalam ruangan yang sulit dijelaskan nalar.

"Demi Dewi Edna! Apa-apaan semua ini?" keluh para


kesatria.

Mereka juga melihat ada seorang wanita bergaun hitam


yang ikut mengayunkan tangannya serta merapal sesuatu
yang asing dan sulit dipahami.

Edmund berhasil mendesak pria pemilik kastil di sebuah


balkon. Napasnya tersengal, dan setelah serangkaian
serangannya yang kurang presisi, pria itu hanya sanggup

Anna Kanina
248
The Duchess Want a Divorce

memberikan lecet dan sedikit luka bakar pada tangan


kirinya.

"Ampuni saya ...," kata pria itu memohon.

"Tidak, kematianmu harus terjadi demi masa depan yang


lebih baik di negeri ini." Edmund tidak membiarkan hatinya
dikuasai empati. Dia menghunjamkan pedang perak tanpa
ragu ke jantungnya. Si penyihir pria terbatuk sesaat. Darah
yang menghitam mengalir dari mulutnya.

"Theodore!" Wanita bergaun hitam itu memekik keras


memanggil nama kekasihnya.

"Vi-Viola." Pria bernama Theodore itu tidak bisa melanjutkan


kalimatnya karena cahaya kehidupan segera memudar dari
matanya.

"Lady, Anda harus ikut kami sebagai tawanan," ujar Edmund


dingin. Rico ketika itu berada di sisi Edmund untuk
memastikan kematian Theodore.

"Aku akan membunuh diriku." Lady Viola memberi tahu.

"Aku tidak akan mencegah Anda."

Anna Kanina
249
The Duchess Want a Divorce

Viola menjulurkan tangannya yang memegang sebuah


amulet yang dia tarik dari leher Theodore. Sambil berderai
air mata, dia merapal sesuatu. Kemudian cahaya kehijauan
segera melingkupi tubuh Edmund yang tidak bersiap akan
peristiwa itu.

"Kematian saja tidak cukup, Edmund Rosiatrich. Kau telah


membunuh kekasihku. Aku mengutukmu, Edmund
Rosiatrich! Seperti diriku yang harus berpisah dengan
Theodore! Suatu hari kau akan berpisah dengan wanita yang
kau cintai dengan cara yang sama, yaitu kematian!"

Setelah meneriakkan kutukannya, Viola pun wafat dan


merebah tanpa nyawa di samping kekasihnya.

Anna Kanina
250
The Duchess Want a Divorce

Bab 24 - The Proposal

Edmund tidak percaya kalau dia terkena kutukan. Setelah


menguburkan jenazah kedua penyihir itu dan mengeklaim
kemenangan atas kastil mereka, Edmund secara alamiah
mengabaikannya.

Dia ingin segera pulang dan bertemu Gwen untuk


mengonfirmasi perasaannya. Setelah perang usai, Edmund
yang sudah berusia matang tidak lagi bisa mengelak dari
desakan untuk menikah. Edmund mungkin akan mengajukan
nama Gwen pada keluarga besarnya dan akan menikahinya
ketimbang buang-buang waktu menyeleksi gadis Teutonia
lain.

Namun di malam pertama setelah perang yang melibatkan


penyihir di kastil, Edmund bermimpi buruk.

Dia melihat Viola, penyihir wanita berambut hitam yang


mengakhiri hidupnya dengan misterius setelah
mengutuknya. Wanita itu menegaskan kalau Edmund tidak
akan bisa lari dari pembalasan dendamnya. Dia atau
kekasihnya yang akan mati nanti. Kemudian bayangan
menakutkan pun pertama kalinya dia lihat dalam mimpinya,
dia melihat Gwen terbaring kaku dengan bibir pucat.

Anna Kanina
251
The Duchess Want a Divorce

Edmund terbangun dari tidurnya dengan perasaan lelah.


Apakah dia terlalu memikirkan kejadian di kastil sehingga dia
bermimpi? Edmund pun melirik ke sisi kanan tempat
tidurnya dan memandangi amulet milik Viola yang dia
simpan. Instingnya mengatakan untuk menyimpannya
karena Viola sempat mengutuknya dengan benda itu.

"Your Grace, Anda baik-baik saja?" Rico menegur dari luar


tendanya.

"Masuklah," kata Edmund, masih belum bisa mengabaikan


mimpi buruknya.

"Kami sudah melakukan investigasi. Pasangan itu, dipercaya


pelaku sihir. Mereka menggunakan para gadis yang hilang
untuk korban dari ritual sesat mereka," kata Rico serius.

"Sihir? Omong kosong apa itu?" Edmund tidak percaya.

"Aku mendengar juga dari pemuka agama setempat,


awalnya Lord Theodore orang religius, tapi berubah sejak
bertemu Lady Viola. Kerajaan dan para bangsawan, yang
mengetahui kesesatan mereka, tidak bisa mengalahkan
mereka karena takut dikutuk. Kudengar mereka juga
mencoba menyerang Anda dengan kutukan, tapi gagal
karena Anda tidak pernah melepaskan pedang perak Anda."
Rico menjelaskan lagi.

Anna Kanina
252
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa dengan pedang ini?"

Edmund menyimpan pedang itu karena bentuknya yang


indah, serta campuran baja dan perak membuatnya ringan
namun sangat tajam.

"Katanya, pedang itu dulu dimiliki oleh pemburu penyihir


hitam ternama beberapa abad silam. Legenda memang
mengatakan kalau hanya belati perak yang bisa membunuh
penyihir." Rico menanggapi.

Edmund tersenyum setelahnya.

"Katakan pada pemuka agama itu, terima kasih untuk


dongengnya," ujar Edmund sedikit sinis.

***

"Lady Remian, terima kasih sudah bersedia makan siang


bersama saya." Edmund tersenyum pada Gwen yang tidak
pernah menyangka akan duduk satu meja dengan pria
pujaannya. Ditambah lagi, mereka berada di sebuah restoran
yang terkenal sebagai lokasi kencan para bangsawan
Teutonia.

"Your Grace, kenapa Anda mengundang saya?" Gwen tidak


mau terlalu berharap. Bagaimanapun, Edmund selama ini

Anna Kanina
253
The Duchess Want a Divorce

bersikap dingin kepadanya. Baginya perubahan sikap sang


duke terlalu aneh. Dia mengundang Gwen hanya beberapa
hari setelah kepulangan dari kemenangannya yang
gemilang.

"Saya ingin berterima kasih untuk surat-surat Anda dan


semua hadiah yang Anda kirimkan. Saya merasa perlu
membalasnya," katanya sopan.

"Maaf, kalau perasaan saya telah membebani Anda, Your


Grace. Kakak saya, Quentin, selalu menasihati saya untuk
tidak melakukannya, tapi ...." Gwen menundukkan wajah
cantiknya. Dia pada dasarnya adalah gadis yang pemalu.
Namun perasaannya yang terlalu dalam pada Edmund
membuatnya nekat untuk melakukan segala pendekatan
dan mengabaikan anggapan miring tentangnya.

Edmund mengulurkan tangan dan menyentuh dagu Gwen


untuk melihat dirinya. Edmund menyaksikan rona wajah
gadis jelita itu berubah kemerahan karena tersipu, gadis itu
jelas mencintainya. Edmund sendiri-yang dulu merasa
terganggu akan kehadiran Gwen-kini malah merasa nyaman
dengan adanya Gwen di sisinya.

Edmund bukan pria berpikiran dangkal yang menganggap


penampilan adalah daya tarik utama. Gwen tentunya sangat
cantik, tapi bukan hanya itu yang membuat Edmund

Anna Kanina
254
The Duchess Want a Divorce

menumbuhkan perasaannya terhadap sang gadis. Dedikasi


dan kegigihannya mungkin meninggalkan jejak di diri
Edmund. Tidak bisa melihat wajahnya selama dua tahun
berperang, entah mengapa menerbitkan rasa rindu.

Edmund cemas kalau Gwen mungkin sudah melupakan


dirinya dan akan menikahi pria lain-seperti kata Quentin. Dia
tidak ingin membuang waktu. Ketika tiba kembali di
Teutonia, Edmund meminta bertemu. Dia puas setelah
memastikan kalau gadis itu masih mencinta dan memujanya
seperti biasa.

Edmund telah mengonfirmasi perasaannya. Dia benci


membayangkan gadis itu menikah dengan pria lain. Edmund
juga tidak bisa memikirkan nama perempuan lain untuk
menjadi istrinya kelak. Dia ingin melindungi Gwen dan terus
melihat senyumnya setiap pagi.

Namun muram segera melandanya, ketika sosok yang


familier hadir di hadapannya tanpa peringatan. Wujud kelam
mirip Viola yang diliputi oleh kabut gelap kini berdiri di
samping Gwen. Selama berhari-hari Edmund bertemu
dengannya di alam mimpi. Selama ini Edmund berpikir kalau
itu hanya mimpi buruk karena dia baru saja melalui perang
yang berat. Beberapa gelas alkohol telah membantunya
untuk tidur nyenyak agar tidak bermimpi.

Anna Kanina
255
The Duchess Want a Divorce

Dokter jiwa yang ikut berperang bersamanya


meyakinkannya kalau mental Edmund baik-baik saja. Tapi
dia melihat seseorang yang seharusnya sudah dia kubur
berdiri di samping Gwen kemudian melilitkan tangannya
yang tidak nyata ke leher sang gadis. Membuat gestur
seakan-akan ingin mencekiknya.

"Lady Remian!" Edmund berseru.

Gwen tampak terkejut. Bayangan serupa hantu itu pun


menghilang setelah melontarkan senyuman dingin kepada
Edmund.

"Your Grace, ada apa?"

Edmund merasa ada perasaan sesak melilit dadanya. Dia


mengkhawatirkan Gwen. Ini untuk pertama kalinya seorang
Edmund Rosiatrich merasa takut akan sesuatu yang sulit dia
jelaskan.

"Terima kasih atas segala perhatian dari Anda. Namun


sebaiknya kita tidak bertemu lagi, Lady Remian," kata
Edmund sendu. Ini sangat menyakitkan bagi dirinya dan jelas
membuat hati gadis itu hancur, tapi Edmund tidak sanggup
memikirkan kalau Gwen mungkin bisa mati karenanya.

***

Anna Kanina
256
The Duchess Want a Divorce

"Saya ingin agar Lady Gwendolyn menjauhi saya, Lord


Archibald. Saya merasa terganggu atas perhatiannya."
Edmund menegaskan keengganannya begitu dia tiba di
Remian Mansion dan menemui ayah Gwen.

Walaupun Edmund telah kembali mengabaikan Gwen dan


memintanya pergi, gadis itu tetap tidak menyerah. Edmund
selalu melihat bayangan gelap itu di sekitar Gwen setiap
mereka bertemu. Itu sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Kutukan itu mungkin meyakini kalau mereka berdua saling
mencintai. Edmund berusaha meredam perasaannya, tapi
itu bukan hal yang mudah baginya.

"Your Grace, apakah Anda begitu membenci cinta yang


ditunjukkan oleh Gwen? Kalian berdua lajang dan sama-
sama harus berkeluarga suatu saat nanti. Apakah Anda tidak
ingin mencoba untuk-"

"Tidak, Sir. Saya-saya tidak menyukainya seperti itu. Lady


Remian pantas mendapatkan pria yang lebih baik dari saya."
Edmund menegaskan, jantungnya terasa teremas ketika
mengatakannya.

"Baiklah, karena Anda bahkan sampai mengunjungi saya


seperti ini, saya akan memastikan kalau Gwen tidak akan
menunjukkan dirinya di hadapan Anda. Saya mungkin akan
mengajaknya ke negara lain dalam kunjungan kerja saya

Anna Kanina
257
The Duchess Want a Divorce

nanti." Lord Remian menanggapi dengan rasa tersinggung di


hatinya.

***

"Your Grace!"

Edmund mendengar suara yang dirindukan memanggilnya.


Beberapa minggu telah berlalu sejak kunjungannya ke
Remian Mansion. Lord Archibald menepati janjinya. Dia
berhasil menahan putrinya untuk tidak lagi mengganggu.

Saat ini Edmund sedang bertugas di istana. Dia kira dia tidak
akan melihat Gwen di sana karena katanya ayahnya bahkan
tidak mengizinkan Gwen bertemu sahabatnya, Putri Gisca.

"Your Grace, dengarkan saya!" Suara Gwen terdengar putus


asa dan berduka. Edmund ingin memeluknya dan
memberikan ketenangan, tapi dia takut dia tidak lagi bisa
menahan dirinya setelah itu. Gwen tidak boleh terlibat
dengannya.

"Lady Remian, apa yang Anda lakukan di sini?"

"Aku minta izin pada ayah untuk memberikan salam


perpisahan pada Gisca. Aku-aku akan pindah ke Arbavia
bersama ayah seminggu lagi." Gwen mulai terisak.

Anna Kanina
258
The Duchess Want a Divorce

Edmund diam saja. Bingung harus menanggapi seperti apa.


Para kesatria yang sedang bersama Edmund secara alamiah
menyingkir karena menyadari sang duke butuh sendirian.

"Your Grace, menikahlah dengan saya. Saya lebih baik mati


daripada harus berpisah." Gwen menangis. "Izinkan saya
berada di sisi Anda. Saya tidak akan berharap Anda
membalas perasaan saya. Setidaknya, biarkan saya bisa
melihat wajah Anda atau saya-"

"Lady Remian, saya-saya tidak mencintai Anda. Lupakan saya


dan berbahagialah," kata Edmund berbohong.

Gwen menahan tangisnya. Dia tidak bisa melupakan Edmund


semudah itu. Tapi dia tahu kalau ini adalah usaha maksimal
yang bisa dia lakukan.

"Gwen!"

Quentin memanggil. Dia segera menghampiri dan menarik


tangan adiknya menjauh. Gwen berjalan dengan lemah
menurut pada kakaknya.

"Maafkan adik saya, Your Grace. Anda tidak perlu khawatir.


Dia akan meninggalkan Teutonia selama beberapa tahun
dan ayah kami akan menikahinya di Arbavia," kata Quentin
sambil membungkuk menghormatinya. Gwen berjalan

Anna Kanina
259
The Duchess Want a Divorce

menjauhi Edmund tanpa sekali pun menoleh ke belakang.


Gwen tahu kalau perasaan cintanya yang lama dan tidak
berbalas sudah saatnya dia akhiri.

***

"Aku dengar, istana kemarin sedang gempar. Katanya Gwen


melamar Anda di siang hari sambil menangis. Bagaimana
rasanya menerima cinta dari perempuan sehebat dia?
Apakah Anda merasa luar biasa setelah menolak dan
menyakitinya sedemikian rupa?" Pangeran Sigmar jarang
menegurnya. Tapi sekalinya dia bicara, rasanya cukup
mengusik. Edmund tidak langsung menanggapi.

Dia selalu menganggap Sigmar adalah pangeran yang


memalukan dan tidak bertanggung jawab. Padahal dulu
mereka sempat bersahabat dan Edmund merasa dia cukup
berbakat. Tapi, perlahan pria itu seakan memberontak dan
mengabaikan segala potensinya.

"Itu bukan urusan Anda, Yang Mulia." Edmund memutuskan


untuk menjauh dan ingin segera kembali ke barisan. Seperti
biasa, dia sedang bertugas di istana untuk memastikan
kesiapan para kesatria.

"Apakah kau benar-benar tidak punya perasaan pada


Gwen?" selidik Sigmar.

Anna Kanina
260
The Duchess Want a Divorce

"Tidak," sahut Edmund dingin.

"Itu bagus, karena aku ditugaskan ke Arbavia sebagai


diplomat bulan depan. Kurasa aku dan Gwen akan
bersenang-senang di sana. Anda bisa tenang, Your Grace.
Aku yang akan mengurus Gwen mulai sekarang." Sigmar
menyeringai dan pergi setelah menepuk pundak sang duke.

Semacam realisasi pun segera terlintas di nalar Edmund.


Kalau bukan dia, jelas akan ada pria lain yang mendekati
Gwen. Dia sering mendengar kalau Gwen menerima banyak
sekali lamaran. Bahkan pria sekelas Sigmar sendiri berminat
terhadapnya. Masalahnya apakah pria-pria itu bisa
membahagiakannya? Bagaimana kalau Gwen terpikat pada
pria seperti Sigmar yang bisa mengkhianatinya dan suka
mempermainkan perempuan?

Duke Edmund berbalik meninggalkan istana setelah


sebelumnya berpesan pada para pasukannya untuk berlatih
sendiri. Edmund harus bergegas ke Remian Mansion
sebelum terlambat.

Kemarin Gwen bilang lebih baik mati daripada berpisah


dengannya. Mungkin Edmund bisa mengambil risiko. Selama
ini Gwen sudah berjuang untuknya. Kali ini, Edmund akan
mencari tahu dan melakukan apa pun untuk memerangi
kutukan itu-agar mereka bisa terus bersama di masa depan.

Anna Kanina
261
The Duchess Want a Divorce

Hanya saja Edmund tidak tahu kalau kutukan yang


menimpanya bukan hal yang bisa dikalahkan tanpa
pengorbanan besar. Edmund tidak tahu kalau dia mungkin
harus sampai bersekutu dengan iblis untuk mengatasi
masalahnya.

Anna Kanina
262
The Duchess Want a Divorce

Bab 25 - The Problem with the Duke

"Kenapa dengan Duke Edmund?" Harvey bertanya


penasaran pada Quentin, kesatria yang bertugas menjadi
pengawal pribadinya yang juga ipar dari Edmund.

Quentin sedikit menekuk bibir, tidak bisa sepenuhnya


menyembunyikan prasangka terhadap Edmund. Dia
menghormatinya sebagai kesatria tangguh dan berprestasi,
tapi juga sulit menerima perlakuannya pada Gwen.

Harvey tidak suka dilihat seperti bangsawan. Dia selalu


meyakini kalau dia adalah akademisi sejati. Karena itu,
pengawalan dari Teutonia sebenarnya tidak nyaman
untuknya. Namun dia berhasil membujuk kementerian
untuk hanya menugaskan dua orang kesatria saja. Salah
satunya adalah Quentin yang juga seorang earl, calon
marquis di masa depan. Komunikasi antara mereka berdua
lebih cair layaknya teman.

Quentin, seperti biasa, sedang bertugas mengawal dan


makan siang bersama Harvey. Ketika sore tiba, dia akan
pulang kembali ke Remian Mansion dan digantikan oleh
kesatria lain yang juga keturunan bangsawan. Quentin kini
terbiasa dengan sifat Harvey yang tidak suka memandang
tinggi dirinya dan bahkan makan di kantin yang juga
dikunjungi para mahasiswa miskin dengan beasiswa.

Anna Kanina
263
The Duchess Want a Divorce

Tentunya, walaupun Quentin dari kalangan bangsawan, dia


juga menjalani pelatihan keras dari kemiliteran. Dia pernah
makan roti keras yang hanya dicelup sup encer. Atau bubur
gandum yang terlalu kental sampai membuat
kerongkongannya terasa lengket. Spageti kurang bumbu
serta roti lapis dingin dari kafetaria universitas tentunya
lebih enak ketimbang makan malamnya di barak dulu.

Quentin menenggak limun dingin sebelum menanggapi.

"Jadi, apa yang Anda tidak pahami dari Duke Edmund?"


katanya dengan ekspresi tenang.

"Dia misterius."

"Sebenarnya menurutku tidak seperti itu. Dia orang yang


teliti dan serba perhitungan. Ajudan dan orang di sekitarnya
mudah melacak serta memantau jadwalnya," bantah
Quentin.

"Bukan soal itu."

"Lalu?"

"Duke Edmund mungkin terlibat dengan sesuatu yang jahat."


Harvey sedikit berbisik ketika mengatakannya.

Anna Kanina
264
The Duchess Want a Divorce

"Maaf?" Quentin memastikan pendengarannya.

"Kenapa kau tidak pernah bertanya padaku tentang apa yang


duke bahas bersamaku, termasuk kenapa aku repot-repot
menyusulnya ke dermaga?" Harvey mempertanyakan sikap
Quentin.

"Saya menduga itu semua mungkin ada hubungannya


dengan Gwen, saya tahu Anda meminta izinnya untuk
melukis adikku." Quentin mengangkat bahu.

"Tidak, bukan begitu. Duke banyak bertanya padaku tentang


sesuatu yang biasanya dihindari orang normal. Kurasa dia
mungkin tidak tahu sedang berurusan dengan apa, tapi-"

"Pangeran Harvey, apakah Anda baru saja menuduh kalau


Duke Edmund mungkin berkonspirasi dengan penjahat atau
semacamnya?" Quentin terusik karenanya. Walau dia
enggan terlalu akrab dengan Edmund, tapi dia tahu kalau
Edmund adalah seorang patriot yang tidak mungkin
berkhianat.

"Tidak, bukan begitu maksud saya. Tapi saya ragu apakah


saya boleh bilang kepada Anda. Duke Edmund berpesan agar
saya tidak mengatakannya pada siapa pun, tapi saya tidak
bisa menyimpannya sendirian. Bukannya saya suka
bergunjing atau semacamnya, saya hanya khawatir pada

Anna Kanina
265
The Duchess Want a Divorce

Duchess." Harvey bicara berputar-putar, efek dari rasa


bimbang yang dia tahan berhari-hari.

"Yang Mulia, kalau itu semua ada sangkut pautnya dengan


keamanan adik saya, sebaiknya Anda segera
mengatakannya. Anda tidak perlu khawatir. Saya tidak akan
membiarkan Duke mengetahuinya." Quentin mendesak.

"Baiklah, ini-kurasa Duke Edmund terlibat dengan sihir


hitam." Harvey mengatakannya dengan berbisik.

"Astaga, apakah saya terdengar konyol ketika mengatakan


ini?" sambung Harvey segera. Namun Quentin hanya
menanggapinya datar.

Harvey seorang doktor, tentunya dia terbiasa berpikir


rasional. Namun dia juga mempelajari banyak hal. Termasuk
budaya dan sejarah yang kadang belum bisa dijelaskan
secara keilmuan yang ada. Sihir adalah salah satunya. Pada
disertasinya dulu, Harvey melakukan penelitian tentang
artefak-artefak sihir dari banyak negara. Tentunya dia
langsung mengenali ketika Duke Edmund membawakan
sebuah amulet yang hanya pernah Harvey lihat dalam
bentuk sketsa di perpustakaan.

Harvey tidak bisa membuktikan kalau benda itu benar-benar


ada. Selama ini, jika Harvey meneliti tentang sihir, dia

Anna Kanina
266
The Duchess Want a Divorce

dibantu oleh temannya, Ben Hawk, yang seorang gipsi.


Hanya saja, mayoritas dari informasi yang diberikan oleh Ben
dianggapnya bukan referensi ilmiah. Harvey menempatkan
sihir dan mitologi sebagai legenda yang artinya hanya cerita
belaka.

"Sejujurnya itu tidak terlalu mengejutkan, dalam perang


pertama saya yang juga dipimpin oleh Duke Edmund, kami
menyaksikan fenomena aneh di sebuah kastil yang kami
serang." Harvey berkisah.

"Kapan itu terjadi?"

"Empat tahun yang lalu." Quentin tampak mengingat-ingat.


Quentin pun bercerita tentang pengalamannya di kastil Viola
dan Theodore. Quentin bersaksi kalau dia melihat laba-laba
raksasa yang sesekali menghilang, serta sinar-sinar yang
menyilaukan mata di mana keanehan terus muncul
membuat para kesatria bingung antara kenyataan dan
khayalan.

"Apa yang terjadi pada Duke Edmund ketika itu?"

"Dia membawa mayat Earl Theodore dan Lady Viola,


kemudian meminta kami menguburkannya dan enggan
membahas bagaimana mereka mati. Tapi aku mengingat
mata wanitanya terbuka dengan ekspresi penuh amarah. Dia

Anna Kanina
267
The Duchess Want a Divorce

tidak mati terbunuh. Menurutku dia tewas karena serangan


jantung atau sejenisnya. Edmund tidak mungkin membunuh
wanita di peperangan. Sebagai prajurit, aku sering melihat
mayat, tapi yang ini sulit kulupakan." Quentin berkisah.

"Semua peristiwa di kastil itu, menurutmu benar-benar


terjadi? Bukan khayalanmu?"

"Ada puluhan orang yang menyerbu masuk ke dalam. Kami


semua melihat kejadian yang sama." Quentin mengangkat
bahunya.

"Lalu, bagaimana pemilik kastil itu terbunuh?"

"Yang kutahu, Ed menikam jantungnya dengan pedang. Tapi


saksi peristiwa itu hanya Rico, salah satu kesatria
kepercayaan Ed. Saya ingat wajahnya sangat pucat ketika itu.
Ketika kudesak, dia tidak mau bercerita. Kurasa Edmund
memaksanya untuk bungkam," jawab Quentin sambil
mengangkat bahunya.

"Oke, aku semakin cemas. Karena menurut legenda yang


kupelajari, kontak dengan penyihir bisa memengaruhinya.
Apalagi kalau dia membunuhnya. Pertama, jiwa dari si
penyihir akan menghantui pikirannya dan membuatnya gila,
tidak rasional, dan semacamnya. Lalu, dia malah akan
terjerumus dalam dunia sihir dan mendalaminya. Ada alasan

Anna Kanina
268
The Duchess Want a Divorce

kuat kenapa penyihir diburu dan dibasmi di masa lampau.


Anda tahu kenapa?"

"Karena para penyihir itu mengorbankan nyawa manusia?"


tebak Quentin.

"Benar sekali-kalau legenda itu benar. Karena aku tidak bisa


mengonfirmasinya. Satu-satunya penyihir yang kukenal
tidak pernah terlihat melayang di udara atau membuat
monster-monster aneh dengan kekuatannya. Dia berpakaian
lusuh dan hidup dengan menjual kain wol hasil ternak, bukan
ramuan cinta atau sejenisnya." Harvey bercerita.

"Menurutmu Edmund terlibat dengan sihir?"

"Kemungkinan begitu."

Quentin terdiam dan mengingat kembali perang di kastil


empat tahun lalu. Ada temuan kalau pasangan pemilik kastil
itu terlibat kuat dengan menghilangnya gadis-gadis di desa
mereka. Edmund juga diketahui kerap turun sendiri ke
lapangan untuk mengurus kasus yang melibatkan orang
hilang. Semacam realisasi segera terbit di emosi Quentin.
Apakah Edmund benar terlibat dengan sihir?

"Lalu bagaimana dengan Gwen?" keluhnya lirih.

Anna Kanina
269
The Duchess Want a Divorce

"Itu yang membuatku cemas. Kalau Edmund benar-benar


terlibat dengan sihir, maka-"

"Itu bisa berbahaya bagi Gwen," kata Quentin lagi cemas.


"Kurasa kau harus bicara pada Edmund-tidak, ayah kalian
saja. Marquis Archibald mungkin bisa mencari tahu tentang
yang dipikirkan Duke. Benar atau tidaknya. Yang jelas, kalau
dia sampai niat mengunjungi kenalanku di pulau yang jauh
demi sebuah amulet, kurasa itu hal yang serius." Harvey
mengusulkan.

"Ayah kami tidak akan bersedia. Maksudnya, pada dasarnya


kami semua tidak menyukai Edmund."

"Maaf?" Harvey memastikan pendengarannya.

"Sebagai seorang duke dan kesatria, tentu kami


menghormatinya, tapi tidak sebagai pria yang menikahi
Gwen. Ini hal yang cukup pribadi, tapi menurut kami,
Edmund tidak cukup menghargai Gwen." Quentin bicara
dengan hati-hati.

"Karena dia kerap melarang Duchess dan menahan


keinginan Duchess untuk berkarya di luar mansion-nya? Aku
juga menyayangkan itu. Padahal Duchess wanita yang cerdas
dan menyenangkan. Anda tahu kalau dia diam-diam cukup
andal sebagai seorang antikuarian?"

Anna Kanina
270
The Duchess Want a Divorce

"Salah satunya soal itu. Dan banyak hal lainnya." Quentin


tidak ingin terburu-buru terpancing membahas masalah
keluarganya.

"Kurasa Anda harus benar-benar mempertimbangkan


informasi dari saya, Lord Quentin. Anda tidak bisa
membiarkan adik Anda satu rumah dengan seseorang yang
mungkin berhalusinasi atau bermasalah dengan mentalnya.
Apalagi kalau masalah sihir itu benar ada. Tentu saja ini
bukan urusan saya, tapi saya akan sering berkunjung ke
kediaman Rosiatrich untuk melukis. Saya bisa membantu
Anda," ujar Harvey lagi menegaskan.

Quentin hanya mengangguk dan tersenyum sambil


meminum limunnya lagi. Quentin mungkin harus mencari
informasi di kediaman Rosiatrich. Ini juga bisa menjadi
kesempatannya untuk menjauhkan Gwen dari Edmund. Dia
tidak bisa benar-benar setuju akan pernikahan mereka
karena Edmund tidak cukup menghargai Gwen dan
keluarganya. Dia dan ayahnya sudah membahas
kemungkinan terburuk. Jika mereka harus bercerai, Gwen
bisa menetap di Arbavia. Lord Archibald punya banyak
pekerjaaan di sana. Wanita bercerai tidak akan dianggap
rendah di Arbavia. Gwen pun bisa menjalani hidupnya
dengan bahagia tanpa Edmund. Quentin kini merasa
kesempatannya mulai terbuka baginya untuk meyakinkan
Gwen agar mau berpisah dari Edmund.

Anna Kanina
271
The Duchess Want a Divorce

Bab 26 - Abigail's Plan

Edmund sudah menghabiskan gelas kelimanya, tapi


pikirannya masih lurus. Kendati jalannya mulai tidak stabil,
dia tidak merasa mabuk. Penginapan satu-satunya di pulau
Soran hari ini tampak ramai. Peramal cuaca kerajaan
mengatakan kalau akan ada badai dalam waktu dekat
sehingga kapal-kapal memutuskan untuk berlabuh.

Edmund melihat wajah-wajah sangar dengan pakaian yang


khas dipakai pada perompak. Pria itu berpakaian terlalu
bagus, pertanda dia menyimpan emas yang lumayan di
kantongnya. Namun para penjahat itu segan karena berita
sudah tersebar luas kalau duke Rosiatrich sedang singgah di
Soran.

Duke Edmund tersohor akan kekuatannya dan tidak segan


membunuh kalau perlu. Edmund sudah sangat terbiasa
mengambil nyawa orang lain dan dilindungi oleh lebih dari
selusin kesatria terlatih. Apa pun yang terjadi di pulau Soran,
tidak akan diusut. Apalagi kalau korbannya adalah para
perampok dan rakyat jelata. Karena itu, mereka membiarkan
Duke Edmund sendirian tidak diganggu.

"Boleh aku duduk di sebelahmu?" Abigail menyapa.


Ini sudah hampir tengah malam dan wanita itu masih

Anna Kanina
272
The Duchess Want a Divorce

terjaga. Dia masih membiarkan riasannya menempel dan


mengenakan jubah lebar untuk menutup gaun tidurnya.

Edmund melihat ke arahnya sedikit waspada. Namun


memutuskan untuk membiarkannya. Edmund masih
berusaha mencerna cerita dari Ben Hawk yang kini sudah
kembali ke kandang babi. Tentu dia tidak ikut berkubang
bersama mamalia itu. Ben bilang dia punya pondok yang
nyaman di sana.

Edmund melirik ke arah Abigail yang tampak segar dan


tersenyum kepadanya. Edmund sudah terbiasa berwaspada
dan menghadapi muslihat. Instingnya kuat mengatakan
kalau wanita itu menyembunyikan sesuatu. Namun dia
belum bisa melakukan investigasi apa pun karena sedang
berlayar.

"Apa yang akan kau lakukan nanti di Arbavia?"

"Mencari bahan baku untuk restoran Lord Hubbert." Abigail


tersenyum meyakinkan.

"Semua bisa kau temui di Teutonia. Tidak harus jauh-jauh ke


Arbavia. Apalagi kalau hanya untuk sebuah restoran."
Edmund menunjukkan kecurigaannya.

Anna Kanina
273
The Duchess Want a Divorce

"Tidak, tapi teh mawar terbaik hanya bisa aku dapatkan di


Arbavia. Setelah memastikan kualitasnya dan membuat
kontrak, aku tidak perlu berlayar lagi. Mereka akan
mengirimnya melalui kargo," tanggap Abigail.

"Kau masih tetap sama, percaya diri dan sedikit tidak


bijaksana." Edmund berkomentar.

"Bukannya tidak bijak, aku hanya sedikit nekat." Abigail


tersenyum.

"Sebenarnya, kau bisa saja lolos menjadi salah satu orang


kepercayaanku di Caleigh. Hasil tesmu bagus. Kau bersaing
dengan para sarjana dan bagus di tes wawancara." Edmund
mengaku.

"Apa? Lalu kenapa aku disingkirkan?" protes Abigail.

"Karena aku dan kau punya masa lalu. Aku tidak ingin istriku
berprasangka terlalu jauh. Lagi pula, itu semua pekerjaan
laki-laki," jawab Edmund enteng.

"Kau masih tetap sama, Ed. Seorang penganut patriarki yang


kental. Gemar menentukan apa yang layak dan tidak bagi
wanita. Aku ingat dulu kau menentangku ikut pelatihan
sebagai mandor perkebunan." Abigail mengenang masa
lalunya.

Anna Kanina
274
The Duchess Want a Divorce

"Ada yang sebaiknya hanya dilakukan oleh pria. Dan wanita


sudah diberikan peran lain yang sama pentingnya. Aku hanya
ingin menciptakan keseimbangan di lingkunganku." Edmund
menanggapi.

"Pantas saja kau menikahi Duchess, dia tipe perempuan yang


lemah dan lugu serta bergantung pada pria. Tipe ideal dari
seorang Edmund, kan?" Abigail berkomentar.

Ekspresi Edmund berubah tidak suka setelahnya.

"Jaga bicaramu. Gwen tidak hanya cantik, dia sangat cerdas.


Aku yang membatasinya untuk menjaganya. Dia akan
menjadi duchess yang sempurna nantinya. Seorang wanita
tidak perlu bekerja atau terlibat pada hal-hal yang kurang
anggun. Aku yang akan mencukupi seluruh kebutuhannya.
Kalau tidak begitu, lalu apa gunaku sebagai laki-laki?"
Edmund membela Gwen.

Abigail tersentak. Edmund adalah asmara di masa


remajanya, tapi dia ingat kalau Edmund tidak terlalu
memedulikannya dan sulit diajak bertemu. Edmund yang
sekarang tampak punya perasaan mendalam pada Duchess.
Siapa pun bisa melihatnya. Apalagi dalam kondisi mabuk
seperti sekarang. Edmund lebih jujur dalam bicara dan
sekilas Abigail merasa iri dengan Gwen. Sang duchess
mungkin tidak bisa bekerja atau melakukan hobinya, tapi

Anna Kanina
275
The Duchess Want a Divorce

hidupnya terjamin di samping suami yang tampan dan


berkuasa. Wanita mana pun rela mengorbankan satu atau
dua hal dari hidupnya demi keuntungan itu.

Edmund tampak mual dan membuat gestur seolah tersedak.


Namun dia bisa menahan harga dirinya dan urung membuat
kotor meja. Dia bangun dari duduknya dengan sedikit
sempoyongan.

"Kau tidak apa-apa, Ed?" tanya Abigail.

"Aku akan kembali ke kamarku," kata Ed.

"Kamarmu di lantai tiga, sepertinya kau mau muntah. Kau


minum terlalu banyak. Kau bisa melakukannya dulu di kamar
kami. Letaknya tidak jauh dari bar." Abigail menahan
langkahnya dan membantu menopang tubuh gagah
Edmund.

"Para pelayanmu, mereka mungkin sudah tidur. Aku akan


mengganggu mereka," kata Edmund sedikit tidak jelas
karena menahan mualnya. Dia sudah minum terlalu banyak.

"Tidak apa-apa. Mereka hanya pelayan. Mereka tidak akan


mempermasalahkannya." Abigail meyakinkannya sambil
menggiring Edmund yang melangkah tidak stabil.

Anna Kanina
276
The Duchess Want a Divorce

Abigail menerka kalau Edmund masih menyimpan sedikit


kewarasannya dan memastikan kalau di kamarnya juga akan
ada para pelayannya. Dia tidak akan bersedia ikut kalau
hanya ada Abigail dan dirinya di satu kamar.

Abigail sudah menunggu cukup lama sampai pria bernama


Ben Hawk itu pergi, untuk mengobrol dengan Edmund. Dia
belum mendapatkan banyak informasi yang bisa dia jual
kepada Duke Killian. Abigail enggan pulang dengan tangan
kosong dan didepak dari pekerjaannya. Wanita itu menerka
akan mudah mendapatkan informasi dari Edmund ketika dia
sedang mabuk. Ini adalah kesempatannya dan dia tidak bisa
membiarkan Edmund tidur cepat.

Beberapa kesatria tampak bertanya apakah sang duke mau


diantar ke kamarnya. Namun Edmund bilang dia setuju
untuk menggunakan kamar mandi Abigail.

Kamar wanita itu dan pelayannya cukup dekat dari bar.


Abigail membiarkan Edmund sendirian di kamar mandinya
untuk muntah atau membersihkan badannya. Namun pria
itu tampak pucat setelah keluar dari kamar mandi. Muntah
tidak segera membuatnya lebih waras.

"Berbaringlah, Your Grace, saya akan mengambilkan air


minum."

Anna Kanina
277
The Duchess Want a Divorce

Edmund langsung membaringkan tubuhnya di ranjang mana


pun yang kosong dan meringkuk karena merasa sedikit sakit
perut. Dia langsung terlelap dan mendengkur.

"Lady Abigail, apakah kita perlu memanggil para kesatria


untuk menjemputnya?" Salah satu pelayannya bertanya.
Abigail merenung sebentar. Kondisi Edmund saat ini begitu
mudah diserang. Entah segenting apa pembicaraannya
dengan pria peternak babi barusan sampai-sampai Edmund
meruntuhkan pertahanannya seperti sekarang.

"Nona Abigail, kami perlu bertemu dengan Duke!" Ada suara


kesatria mengetuk pintunya dari luar.

Abigail tahu kalau kesempatan seperti ini tidak akan datang


lagi. Begitu mereka naik kembali ke kapal, Edmund akan
bersikap seolah tidak mengenalnya. Kabarnya, karena
Duchess cemburu tempo hari, Edmund jadi menjauhinya.

"Kalian keluarlah dari kamarku dan pesan kamar lain,


katakan kalau Duke akan bermalam di kamarku." Abigail
berpesan. Para pelayannya tampak terkejut.

"Lady Abigail, kenapa?"

"Yakinkan saja para kesatrianya kalau aku dan duke tidak


mau diganggu." Abigail sedikit tegang mengatakannya.

Anna Kanina
278
The Duchess Want a Divorce

Dia akan melakukan muslihat pada salah satu pria paling


berkuasa di Teutonia. Edmund bisa saja langsung
membunuhnya ketika tahu apa yang dia akan lakukan
terhadapnya. Tapi Abigail merasa harus mengambil risiko
demi meyakinkan Duke Alderbranch.

Abigail pun duduk di samping duke tampan yang sedang


mabuk dan tertidur di ranjangnya saat ini. Pria itu jelas sudah
melalui banyak hal yang berat. Abigail tidak melihat
keluguan dan keceriaan yang dulu sempat dilihatnya dari
Edmund di masa remaja. Semua orang akan berubah dan
kehidupan menerpa siapa pun untuk menjadi bijaksana.
Termasuk Abigail yang sayangnya melalui begitu banyak
terpaan penderitaan selama belasan tahun.

Abigail tidak ingin kembali ke Caleigh. Dia ingin


mendapatkan kesempatan kedua. Walaupun dia tidak
memiliki dendam apa pun kepada Edmund, dia tidak bisa
berharap pada sang duke muda karena pria itu menjaga
jaraknya. Abigail juga tidak peduli siapa pun yang akan
menjadi putra mahkota. Tapi kalau Sigmar yang juga
dicintainya naik takhta, Duke Killian akan senang dan
memberikan hidup yang layak bagi Abigail.

Karena itu, Abigail memutuskan untuk meninggalkan rasa


empatinya yang tersisa dan berjuang demi dirinya sendiri
serta masa depannya.

Anna Kanina
279
The Duchess Want a Divorce

Duke Killian ingin agar pandangan orang terhadap Edmund


berubah negatif, maka Abigail akan membuat skandal.

Anna Kanina
280
The Duchess Want a Divorce

Bab 27 - How to Fight the Curse

"Sihir yang kuat tidak mudah dipatahkan. Untuk kasus Anda,


Duke, Anda harus mencari penyihir lain yang lebih kuat dari
Lady Viola untuk melawannya." Ben Hawk menjelaskan
serius.

"Bagaimana kalau denganmu?"

"Saya tidak cukup kuat. Kalau saya mampu, saya tidak akan
beternak babi." Ben Hawk mengangkat bahunya.

Ben Hawk bilang dia tidak terlalu serius mendalami sihir. Dia
familier dengan atribut sihir termasuk bagaimana sihir bisa
terjadi. Namun, sebagaimana ilmu yang tidak pernah diasah,
dia lupa dan bahkan sudah tidak mampu untuk sekadar
mengeluarkan percikan kembang api dari jemari.

"Di dunia yang sudah skeptis terhadap sihir, kami menarik


diri dan bersembunyi. Aku pun tidak pernah terang-terangan
menyatakan diri sebagai penyihir. Aku hanya menjual
informasi bagi mereka yang ingin tahu soal sihir. Penyihir
aktif yang kukenal tidak akan bersedia berbagi ini semua.
Bukan berarti kami dilarang untuk bercerita, hanya saja kami
lebih senang mencari aman." Ben Hawk menjelaskan.

"Jadi, jumlah kalian cukup banyak?"

Anna Kanina
281
The Duchess Want a Divorce

"Tidak juga, karena menjadi penyihir bukan hal yang mudah.


Tapi, ya, selain Viola dan aku tentu ada penyihir lainnya."

"Di dalam kasusku, kapan aku akan mati?" Edmund


bertanya.

"Duke, kutukan itu ingin membuat Anda tersiksa dan


menderita sebelum mengambil nyawa salah satu dari kalian,
entah Anda atau istri Anda. Tapi sebuah kutukan dengan
tujuan membunuh biasanya tidak akan bertahan lama. Anda
sudah mengalaminya selama ...."

"Lebih dari empat tahun aku mengalami mimpi buruk dan


rasa sakit serta sesak napas yang menyiksa. Setiap satu bulan
sekali wujud Viola akan menerorku dan menciptakan
halusinasi yang tidak terbayangkan sampai harus memaksa
diriku bersembunyi dan mengunci kamar. Tapi itu semua
hanya terjadi padaku. Bagaimana dengan Duchess? Apakah
mungkin kalau dia akan mengalami hal yang sama
denganku?" Edmund bertanya lagi.

"Kurasa kutukan itu lebih mengincar Anda, Duke. Viola


dendam pada Anda, bukan pada Duchess. Mental Anda pasti
sangat kuat karena bisa bertahan selama itu."

"Aku menolak untuk kalah, dan awalnya aku menganggap


semua mimpi buruk itu hanya akibat dari trauma yang

Anna Kanina
282
The Duchess Want a Divorce

kualami dalam hidup, serta karena perang. Tidak sedikit


prajurit yang masuk rumah sakit jiwa setelah berperang.
Namun, karena aku sudah memastikan kalau ini semua
bukan penyakit jiwa, aku mulai menyeriusi kutukan ini."
Edmund menjelaskan dengan wajah penuh beban.

"Aku bisa menghadapi mimpi buruk ini sampai kapan pun,


tapi tidak dengan Gwen. Dia tidak akan sanggup bertahan
jika Viola beralih menghantui dirinya. Lalu jika dia mati
karena ini, aku tidak akan bisa melanjutkan hidupku. Kalau
memang kutukan ini tidak bisa dikalahkan, bagaimana
caranya agar aku saja yang mati? Duchess masih muda dan
punya masa depan yang cerah walau tanpa diriku," kata
Edmund lagi dengan sendu.

"Saya tidak tahu, saya hanya bisa memastikan kalau tujuan


dari kutukan ini adalah membuat Anda menderita karena
cinta yang tidak bisa bersatu. Viola ingin Anda mengalami hal
yang sama dengannya. Yang artinya, kemungkinan besar
akhir dari kutukan ini adalah-"

"Kutukan ini suatu saat akan membunuh Gwen, karena


kutukan ini tahu kalau hal yang bisa membuatku menderita
adalah jika istriku tiada. Kalau aku yang mati, maka tujuan
Viola tidak tercapai," lanjut Edmund menyimpulkan dan
merasa depresi setelah menyadarinya.

Anna Kanina
283
The Duchess Want a Divorce

Bukan Gwen yang membunuh Theodore. Dia tidak tahu apa-


apa. Kesalahan dia hanyalah karena Edmund telah jatuh
cinta kepadanya, serta karena Edmund enggan melepasnya
dan malah menikahinya. Ketika Edmund memutuskan
menikah, dia merasa lebih baik menjaga Gwen tetap di
dekatnya agar bisa mengawasinya jika terjadi hal yang salah.
Namun setelah menikah, kutukan itu bertambah kuat dan
membuat Edmund menyesal.

Menceraikan Gwen juga tidak menjamin hilangnya kutukan,


selama Edmund masih mencintainya.

"Saya tidak yakin akan ada penyihir yang mau bertaruh


nyawa untuk melawan kutukan itu bersama Anda, Duke."
Ben Hawk mulai bicara lagi.

"Apa Anda punya solusi lain?"

"Ada, tapi Anda mungkin tidak akan suka."

"Katakan saja, aku rasa tidak akan ada lain yang bisa
mengejutkanku sampai tahap ini," tanggap Edmund tenang.

"Anda harus pernah mengambil nyawa seseorang dengan


tangan Anda sendiri," kata Ben Hawk serius.

Anna Kanina
284
The Duchess Want a Divorce

"Aku seorang panglima perang, aku membunuh puluhan


nyawa dengan pedang perakku."

"Anda juga harus membuat kontrak dengan iblis dan menjadi


penyihir. Anda harus menjadi penyihir yang lebih kuat
daripada Viola agar bisa mematahkan kutukan itu," kata Ben
Hawk lagi.

"Apa?" Edmund memastikan pendengarannya. Menjadi


penyihir katanya. Edmund tidak pernah tahu kalau itu bisa
dilakukan.

"Kalau Anda bersedia, saya bisa memandu Anda. Temui saya


lagi besok pagi di peternakan saya." Ben Hawk pun pamit
pergi setelahnya.

***

Edmund membuka matanya. Rasa pahit di mulut serta gatal


di tenggorokan langsung terasa mengganggu. Dia pun
menyadari kalau dia terbangun di sebuah ranjang kamar
yang asing baginya. Butuh beberapa detik berlalu untuk
kembali mengingat semuanya. Dia tersentak tatkala
mengingat kalau dia kemarin menggunakan kamar mandi
Abigail.

Anna Kanina
285
The Duchess Want a Divorce

Edmund sedang bingung dan kalut sehingga mengabaikan


kewaspadaannya untuk sementara. Dia melihat tubuhnya
dan menyadari kalau rompinya sudah terlepas menyisakan
kemeja putih tipis yang cukup jelas mencetak proporsi tubuh
atletisnya.

Dia melihat Abigail tidur di sisinya dan mendengkur tanpa


tahu kalau dewa kematian mungkin bisa saja
menghampirinya.

"Abigail!" seru Edmund penuh amarah.

Wanita itu tersentak bangun dan bersikap seolah tidak


mengerti.

"Astaga, Ed, kemarin malam sungguh-" Abigail menggeleng


kuat dan menggeser badannya menjauh.

"Panggil aku dengan hormat, aku seorang duke, apa yang


kau lakukan? Apa kau sudah bosan hidup?" sergah Edmund
marah sambil memijat pelipisnya.

"Anda-Your Grace sendiri yang tidur di ranjang ini. Para


pelayanku tidak enak dan keluar. Aku hanya khawatir kalau
Anda mungkin butuh bantuan saya, jadi saya tetap di sini.
Kita berdua sama-sama mabuk dan Anda-"

Anna Kanina
286
The Duchess Want a Divorce

Abigail membuat gestur canggung dan menundukkan


wajahnya malu. Edmund bisa melihat kalau Abigail telah
membuka jubahnya dan menunjukkan gaun tidurnya.
Penampilannya bisa dibilang tidak sopan dan membuat siapa
pun akan salah paham. Apalagi Abigail melepas sanggulnya
sehingga rambut cokelatnya tampak kacau dan berantakan,
seolah sesuatu benar-benar terjadi antara mereka berdua.
Edmund mencengkeram rahang wanita itu kuat untuk
menunjukkan ketidaksukaannya.

"Semabuk apa pun diriku, aku tidak mungkin melakukannya


denganmu! Muslihat apa yang kau lakukan padaku, Abigail?"
Edmund menggertak.

Masalah hidupnya sudah terlalu banyak dan Edmund tidak


punya energi ekstra untuk mengurus masalah dengan wanita
lain. Edmund berniat untuk menghabisinya saja agar
urusannya selesai.

"Para kesatria Anda berjaga di luar, Your Grace. Aku juga


bekerja pada Lord Hubbert. Banyak saksi di penginapan ini.
Kalau Anda membunuh saya tanpa alasan yang jelas, maka
Lord Hubbert bisa mengajukan pengadilan untuk Anda pada
raja. Anda tidak-"

Anna Kanina
287
The Duchess Want a Divorce

"Kau mau mengancamku, ha? Seorang wanita rendahan dari


Caleigh berusaha untuk membuatku gentar? Apa kau yakin?"
Edmund menggertak lagi dengan emosi berkilat di netranya.

"Saya-"

"Gunakan pakaian yang sopan. Kita mungkin punya masa


lalu, tapi aku bisa menghabisimu dengan mudah. Tidak harus
sekarang, aku bisa melakukannya nanti. Jangan sampai yang
terjadi hari ini terdengar di Teutonia. Kau tahu pasti dengan
siapa kau berhadapan, Abigail." Dengan gusar, Edmund
menepis tangan Abigail yang berusaha menggapainya dan
membuat gestur menyesal.

Edmund membuka pintu kamar setelah merapikan


pakaiannya. Dia melihat beberapa kesatrianya melihatnya
dengan sedikit sorot mata canggung tapi menutupinya
dengan baik. Bangsawan yang melakukan perselingkuhan
bukan hal baru. Mereka hanya terkejut kalau duke mereka
yang terhormat juga bisa melakukannya.

"Kenapa kalian izinkan aku memasuki kamarnya?" bisik


Edmund pada salah satu kesatrianya.

"Anda yang bilang untuk membiarkan Anda ke dalam. Kami


tidak punya nyali untuk mempertanyakan keputusan Anda,"
tanggap salah satu dari mereka.

Anna Kanina
288
The Duchess Want a Divorce

"Saya sedang mabuk ketika itu. Astaga, kalian ini kesatria


terlatih, bagaimana mungkin bisa membiarkanku masuk ke
kamar wanita itu?"

"Tapi kami sudah mengecek kamarnya dan memastikan


kalau Lady Abigail dan pelayannya tidak membawa racun
atau senjata yang bisa melukai Anda, Your Grace. Kami
hanya takut mengganggu aktivitas pribadi Anda." Kesatria
lain beralasan.

"Tidak ada yang terjadi, sudahlah. Sekarang semua harus


bergegas pergi. Kalian harus tiba di Arbavia sebelum badai
datang," kata Edmund memerintah.

"Patrick, kau dan yang lainnya kembalilah ke Teutonia dan


sampaikan pada istriku kalau aku harus melakukan
pekerjaan lain dan belum bisa segera pulang ke rumah.
Pastikan kalau Baron Ainsley dan butlerku mengerjakan
semua tugas administratif yang diperlukan. Katakan pada
mereka, selama aku tidak ada, jangan terima pekerjaan dari
raja atau lainnya. Hanya jalani pekerjaan yang sudah rutin
dilakukan saja. Berikan pesanku pada Nicolas untuk terus
mengawasi Duchess dan pastikan keamanannya. Cari tahu
juga soal Lady Abigail dan dengan siapa dia benar-benar
bekerja. Lalu, Rico, kau ikut denganku." Edmund mengatur
para bawahannya.

Anna Kanina
289
The Duchess Want a Divorce

"Your Grace, Anda tidak ikut berlayar bersama kami?"

"Tidak, aku dan Rico harus menetap beberapa minggu lagi di


Soran. Katakan juga pada kapten kapal untuk menjemputku
kembali di bulan purnama berikutnya." Edmund membuat
keputusan. Agar bisa menjalani hidupnya dengan tenang,
membuat kontrak dengan iblis atau apa pun itu, dia akan
melakukannya

Anna Kanina
290
The Duchess Want a Divorce

Bab 28 - The Sacred Forest

"Saya kurang yakin dengan apa yang benar-benar terjadi


pada perang empat tahun silam. Hanya Rico dan Duke
Edmund yang tahu kejadiannya. Anda sendiri juga terlibat di
sana, Sir. Api yang muncul dengan misterius serta makhluk-
makhluk yang tidak pernah terlintas di akal kita sebelumnya,
semua itu membuat saya percaya kalau mungkin keajaiban
itu memang ada." Nicolas menanggapi pertanyaan Quentin
sambil menganggukkan kepalanya serius.

Ini adalah hari yang lain dari jadwal Pangeran Harvey melukis
duchess Rosiatrich. Quentin memutuskan untuk mengambil
sikap cari aman. Harvey menyampaikan kemungkinan kalau
Duke Edmund sudah bermain-main dengan sihir. Walaupun
kekuatan ajaib atau sihir itu belum pasti ada, Quentin tahu
kalau banyak penganut pagan yang melakukan ritual
pengorbanan darah manusia atau hewan demi
mendapatkan kekuatan.

Quentin juga sudah melakukan investigasi terkait Ben Hawk-


peternak Soran yang misterius dan mengaku pengguna sihir.
Harvey sendiri bilang kalau Ben sama sekali tidak
menunjukkan keanehan. Harvey menganggapnya sebagai
penggemar hal klenik yang punya banyak pengetahuan
tentang artefak sihir. Tapi Quentin menemukan fakta lain
kalau Ben Hawk-walau Harvey bilang dia berpenampilan

Anna Kanina
291
The Duchess Want a Divorce

seperti orang di awal empat puluh-mungkin umurnya sudah


mencapai delapan puluh tahun.

Quentin terlibat dalam batalion yang dipimpin Edmund


ketika perang di kastil Lord Theodore empat tahun lalu.
Walau ketika itu Quentin sedang bertugas di lain tempat, dia
mendengar banyak kesaksian, tentang bagaimana Lord
Theodore dan kekasihnya merapal mantra dan
memuntahkan serangga merayap dari mulut mereka.

Sihir mungkin masih ada di dunia ini. Quentin kini hanya


perlu mengetahui apakah sejak pulang dari perang itu Duke
Edmund malah tertarik pada sihir dan mencoba
mendalaminya. Karena kalau itu benar, itu bisa berbahaya
bagi Gwen. Harvey bilang ritual sihir dari abad ke abad
hampir selalu melibatkan pengorbanan darah, baik darah
manusia maupun binatang. Semua tergantung tingkat
kesulitan dari mantranya.

"Kenapa hari ini Gwen tidak mau dilukis?" tanya Quentin


pada Nicolas, pengawal adiknya.

Sudah terjadi beberapa kali pertemuan antara Harvey dan


Gwen dalam proyek lukisan Dewi Edna mereka. Tiga
pertemuan terakhir, Harvey sudah berhasil menggores
sketsa pada kanvasnya dan dia mulai menyapukan lapisan
tinta awal yang tipis dan sedikit pudar. Tapi hari ini Gwen

Anna Kanina
292
The Duchess Want a Divorce

menyambut Harvey dan pengawalnya, Quentin, dengan


wajah muram serta bilang tidak mau dilukis dulu.

Harvey menemani Gwendolyn duduk di bangku kayu yang


dipasang permanen di tepi telaga buatan. Mereka
mengobrol banyak hal yang acak dan ringan. Biasanya
Harvey yang duluan mulai bicara. Gwen yang biasanya ceria
kali ini lebih sering menanggapi dengan anggukan atau
menggeleng. Quentin menjauh sejenak dari mereka berdua
dan membuat Nicolas bicara dengannya.

"Duke Edmund bilang dia menunda kepulangannya. Dia


berada di pulau Soran untuk urusan pribadi, katanya.
Seharusnya Duke Edmund pulang dalam minggu ini, tapi dia
menundanya sampai dua bulan. Duchess sangat sedih
karena itu." Nicolas menjelaskan.

"Pulau Soran? Apakah kesatria yang membawa pesan


membahas soal Ben Hawk?" tanya Quentin lagi.

"Tidak tahu, Anda harus bertanya pada Baron Ainsley.


Selama Duke pergi, dia yang mengurus surat dan segala
administrasi Rosiatrich Mansion." Nicolas mengangkat
bahunya.

Anna Kanina
293
The Duchess Want a Divorce

"Apakah ada perilaku dari Duke Edmund yang aneh


belakangan ini? Seperti kebiasaannya atau rumor akan
penyakit misteriusnya?" desak Quentin lagi.

"Saya menolak membahasnya, saat ini saya adalah kesatria


Rosiatrich, bukan bagian dari istana seperti Anda. Anda juga
akan sulit menemukan pelayan yang mau membahasnya
dengan Anda. Tanya saja langsung pada Duchess, Sir," kata
Nicolas.

Quentin pun segera beranjak dan menghampiri Harvey serta


Gwen yang masih muram. Dia tidak bahagia walaupun
melihat angsa mengepakkan sayap dan mengayuh kaki
dengan ceria di air telaga yang jernih. Gwen merasa para
angsa itu tengah meledeknya.

"Yang Mulia, saya ingin bicara pada Duchess sebentar," kata


Quentin.

"Silakan, saya akan memberi potongan roti ini pada para


angsa itu dulu." Harvey turun dari bangku dan melangkah ke
tepi telaga sambil membawa sekantong kulit roti yang tadi
dia minta dari pegawai kafetaria universitas. Quentin sudah
terbiasa dengan perilaku "terlalu merakyat" dari si pangeran
dan tidak lagi pernah mempertanyakannya.

Anna Kanina
294
The Duchess Want a Divorce

"Gwen, aku mendengar rumor tentang suamimu. Mohon


maaf kalau aku menanyakan ini, benarkah dia punya sakit
berat?" Quentin langsung bertanya.

"Aku tidak tahu. Apa itu penting buatmu? Kurasa Edmund


baik-baik saja. Tidak, dia pasti baik-baik saja," ujar Gwen
tegas.

"Aku juga dapat informasi kalau dia suka membaca buku


klenik serta mengoleksi benda-benda aneh seperti jimat di
kamar dan ruang kerjanya," tambah Quentin lagi.

"Itu hanya hobinya. Kurasa." Gwen menanggapi dengan


nada ragu.

"Apa kau yakin? Bagaimana kalau suamimu itu menganut


aliran sesat?"

"Itu tidak mungkin! Ed adalah jamaah kuil Edna yang setia."


Gwen menggeleng kuat.

"Gwen, aku dan ayah sudah memperingatkanmu soal ini.


Walaupun dulu kau menangis, memohon, dan mengancam
banyak hal yang buruk demi diizinkan menikah, kami tetap
mengawasi Edmund," kata Quentin.

"Aku sudah bilang juga kalau Edmund adalah pria yang baik.

Anna Kanina
295
The Duchess Want a Divorce

Dia memperlakukanku dengan baik," bantah Gwen


emosional.
"Kau dan ayah berpikir terlalu jauh soal Edmund. Dia tidak
seburuk yang kalian pikirkan. Kalian bicara soal dia yang tidak
mencintaiku, padahal kalian tahu kalau perjodohan adalah
hal yang sangat umum di kalangan bangsawan seperti kita.
Sekarang kau mencurigainya sebagai penganut aliran sesat?
Ke depannya apa lagi?" lanjut Gwen dengan air mata
tertahan.

"Oke, sudah cukup. Sejak dulu kau tidak pernah bersikap


rasional kalau menyangkut soal Duke Edmund. Suatu saat
nanti kau akan paham kenapa aku menanyakan semua ini."
Quentin menghela napasnya dan memutuskan untuk
menyudahi pembahasan itu.

Quentin berpikir untuk mencoba menambah mata-mata di


Rosiatrich Mansion demi keamanan Gwen. Baron Ainsley
mungkin akan bersedia membantunya.

***

"Pedang perak Anda, Your Grace. Aku rasa dia tidak bisa
dibawa." Ben Hawk menggeleng, meminta Edmund
mengeluarkannya dari sarung di pinggangnya dan
meletakkannya di luar selubung kabut.

Anna Kanina
296
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa?"

"Walau dia berulang kali dipakai untuk membunuh, Anda


juga mensucikannya di kuil. Para penghuni selubung tidak
menyukainya. Mereka membenci kuil dan para pemuja
Edna." Ben Hawk menerangkan.

"Lalu dengan apa saya nanti membela diri? Kita tidak tahu
apa yang akan kutemui di balik selubung kabut itu," tanggap
Edmund enggan.

"Anda bisa membawa pedang saya." Ben mengoper sebilah


pedang hitam yang gagangnya dibalut kulit kerbau.
"Itu biasa saya gunakan untuk menyembelih domba dan
babi. Tidak pernah disucikan di kuil," lanjutnya.

Pulau Soran cukup luas. Namun bukan hanya bajak laut dan
perompak gunung yang mencegah orang berlabuh serta
bermukim di sana, di bagian Utara dari pulau Soran, di
dataran tingginya, ada sebuah hutan yang dihindari oleh
makhluk apa pun. Bahkan ngengat saja tidak sudi
menerobosnya. Orang sekitar menyebutnya selubung kabut.

Mitos bilang siapa pun yang memasukinya tidak akan bisa


keluar lagi. Kabut pekat yang menyelimutinya abadi, tidak
pernah hilang walau ada pergantian musim. Suasananya
menakutkan sekaligus intimidatif. Seakan-akan ada sesuatu

Anna Kanina
297
The Duchess Want a Divorce

di dalamnya yang mengawasi dan siap mengutuk apa pun


yang melintas.

Kali ini, Edmund bersama kesatrianya yang ceria, Rico, akan


memasuki selubung kabut itu. Setelah berkuda hampir dua
malam, Edmund akhirnya bisa melihat tempat yang terkenal
akan aura angkernya itu.

"Hampir tidak ada penyihir yang mau menembus hutan itu


untuk kedua kalinya. Termasuk aku. Jadi, saya hanya akan
mengantar Anda sampai di sini, Duke," kata Ben Hawk.
Edmund memandang hutan berkabut itu dengan mata
tajamnya. Dia melakukan evaluasi dan pengamatan singkat.
Hutan itu sangat lebat dan gelap. Hawa dingin terasa
berembus darinya dan membuat perasaan siapa pun gentar.

"Duke, ini omong kosong." Rico menggelengkan kepalanya


tidak setuju.

"Bagaimana kau bisa menjadi penyihir?" tanya Edmund


tenang.

"Pertanyaan bagus. Enam puluh tahun silam, aku tersesat


tanpa sengaja di tempat terkutuk itu. Aku tahu kalau banyak
bajak laut serta tentara bayaran yang mencoba memasuki
tempat itu demi mendapatkan kekuatan. Ini bukan hal yang
rahasia. Tapi aku tidak pernah menginginkan kekuatan.

Anna Kanina
298
The Duchess Want a Divorce

Sesuai legenda, siapa pun yang memasuki selubung kabut,


tidak akan bisa keluar darinya." Ben Hawk bercerita.

"Kecuali-kecuali kalau kita bersedia melakukan transaksi


dengan mereka," lanjut Ben dengan suara tercekat.

"Siapa yang kau maksud dengan 'mereka'?

"Para pengikut Dewa Ornlu, dewa mimpi buruk dan


ketakutan, musuh sejati dari Dewi Edna," kata Ben lagi
menjelaskan.

"Apakah Anda yakin, Duke?" Rico menelan ludahnya, merasa


tegang.

"Saya sendiri ragu membantu Anda untuk ini, Your Grace. Sir
Rico benar, Anda mungkin tidak akan sanggup untuk
menghadapi ujian di dalamnya dan benar-benar tersesat."
Ben Hawk mengingatkan kembali.

"Kalian pikir aku ini siapa? Aku pasti akan kembali. Menyerah
tidak pernah menjadi keputusanku," kata Edmund
meyakinkan dirinya sendiri.

Anna Kanina
299
The Duchess Want a Divorce

Sang duke melangkahkan kaki kanannya yakin, kemudian


kaki kirinya. Dia memasuki hutan berkabut itu dan segera
lenyap dari pandangan mata Ben dan Rico, berikut suara
jejaknya.

Anna Kanina
300
The Duchess Want a Divorce

Bab 29 - The Dark Creature

Kabut di hutan keramat pulau Soran begitu pekat.


Pandangan Edmund terbatas sampai sulit melihat ujung
sepatunya sendiri. Edmund berpendapat kalau banyak orang
yang tidak bisa kembali dari hutan itu lebih karena tersesat,
bukan dijebak iblis apalagi terbunuh oleh monster misterius.
Hewan buas saja cukup waras untuk menghindari tempat
itu.

Anehnya, walau pohon-pohon berjarak rapat, Edmund


masih bisa melihat sinar matahari. Kalau dia berhati-hati,
hutan itu sebenarnya tidak terlalu menakutkan. Edmund
menjatuhkan potongan arang dari kantong rajut yang
sengaja dia bawa agar bisa melacak arah pulang seandainya
dia tersesat. Edmund juga memastikan hanya berjalan lurus
ke depan untuk mengurangi kebingungan akan arah.

Edmund masih setengah meyakini kalau dia hanya mengidap


halusinasi yang tidak terdeteksi oleh para ahli jiwa. Sihir,
atau apa pun itu, seharusnya tidak ada. Viola dan Lord
Theodore yang mati di kastil musuh kala itu mungkin hanya
para pesulap yang luar biasa andal. Monster aneh yang dia
temui di kastil itu bisa saja hasil eksperimen para alkemis.
Ketika dia sedang fokus mengingat arah langkah, insting sang
duke yang terlatih mendeteksi pergerakan di dekatnya. Duke
menduga itu mungkin suara mamalia besar yang tersesat,

Anna Kanina
301
The Duchess Want a Divorce

atau dia diawasi seseorang. Ben bilang, kalau Edmund sudah


tiba di lokasi yang benar, maka dia akan melihat pertanda.
Apakah ini yang dimaksud oleh Ben? Karena entah
bagaimana ada angin dingin berembus dan membuat
tengkuknya meremang.

Edmund mengambil kepingan arang lagi. Namun kali ini tidak


dia gunakan untuk memberi jejak. Edmund duduk setengah
berjongkok dan membuat garis pentagram di atas tanah. Dia
pernah membaca cerita atau buku horor tentang ini, sesuatu
yang dulunya dia anggap legenda palsu yang digunakan para
penutur untuk membodohi manusia-kini dia akan
melakukannya.

Edmund akan memanggil iblis. Walau aneh dan nalarnya


menentang itu, Edmund sudah bertekad untuk melakukan
ini semua sampai akhir. Bukan hanya untuk Gwen, dia ingin
hidup normal.

Edmund menyayat telapak tangan kirinya dan membiarkan


darahnya yang kental menetes turun ke tanah dan
membasahi tanah berbatu cadas yang sudah dia gambari
sebelumnya.

Ben bilang ada dua hal yang bisa memancing iblis muncul
dan menawarkan kontrak pada manusia yang tersesat di
hutan selubung kabut.

Anna Kanina
302
The Duchess Want a Divorce

Pertama, jika manusia itu hampir mati dan sudah kehilangan


semangat hidup.

Kedua, dengan ritual pemanggil iblis dan menggunakan


darah si manusia.

Ben mengalami hal yang pertama, di mana dia akhirnya


harus mengorbankan sesuatu yang berharga dan dia segera
sesali setelahnya. Ben tidak bersedia mengungkap apa pun
soal itu karena kontrak antara dia dan mereka harus
dirahasiakan.

Edmund cukup religius dan kini merasa bersalah karena


telah mengkhianati Dewi Edna yang disembahnya. Namun
Edmund tidak bisa mundur lagi.

"Apa yang kau inginkan, manusia?"

Sebentuk suara serak dan dingin terdengar dekat di telinga


Edmund. Rasanya seakan dia sedang terbenam di danau
yang membeku. Edmund membungkukkan badan dan
menggunakan pedangnya sebagai tongkat agar bisa berdiri.
Edmund tidak tahu kalau aura iblis bisa membuat pria
tangguh sepertinya gentar. Saat ini seluruh keahlian bela diri
dan kekuatannya seakan tidak berguna.

Anna Kanina
303
The Duchess Want a Divorce

"Tunjukkan dirimu! Siapa pun kau!" Edmund berseru susah


payah. Bahkan dalam kondisi tidak berdaya, Edmund tidak
akan membiarkan dirinya terlihat rapuh.

"Sudah sangat lama ada manusia yang bisa memanggilku ke


dunia fana ini. Apa yang kau inginkan?" Suara iblis itu
terdengar bersemangat dan haus.

"Tampakkan dulu wujudmu." Edmund tidak mau mengalah


dan melihat ke sekelilingnya waspada. Namun Edmund
hanya melihat kayu dan pohon serta batuan tandus yang
menghitam karena basah oleh darah. Dia pun
menyempatkan diri membungkus lukanya dengan perban
kain yang sudah dia siapkan sebelumnya.

Pentagram yang tadi dia gambar, secara ajaib memancarkan


cahaya kemerahan terang seakan-akan tanah itu
mengandung serpihan matahari. Sesosok makhluk dengan
wujud manusiawi muncul dari kabut mendung yang
memadat di sekitarnya.

Rambutnya nyaris sebahu dan terlihat sangat basah seakan


dia baru mandi uap di sauna. Kulitnya pucat seperti bayi baru
lahir yang belum sempat menangis. Dia jangkung dan kurus,
terlihat dari tulang rusuk yang menonjol jelas akibat tak ada
pakaian yang membalutnya. Edmund bersyukur karena dia
tidak benar-benar telanjang. Ada kain putih lusuh dililitkan di

Anna Kanina
304
The Duchess Want a Divorce

tubuh bagian bawahnya. Pupil matanya mengingatkan


Edmund pada hewan melata, bernuansa seram sekaligus
indah karena warnanya yang kehijauan seperti giok.

"Nah, sekarang apa yang kau inginkan, manusia? Edmund


Rosiatrich, itu namamu, kan?" kata si iblis dengan suara yang
hampir mirip desisan ular.

"Aku ingin menjadi penyihir. Hanya itu, setelah itu aku tidak
akan merepotkanmu lagi," kata Edmund yang sudah
mengenyahkan rasa takutnya.

"Ketika kau membuat kontrak denganku, bukan hanya


kekuatan sihir yang kau dapatkan. Katakanlah keinginanmu,
fantasi terliarmu, obsesimu. Aku menantangmu!" kata iblis
itu angkuh.

"Yah, aku tidak menginginkan apa-apa karena aku sudah


memiliki segalanya." Edmund berkata jujur.

"Aku hanya ingin mengatasi masalah kutukanku, serta agar


bisa tidur nyenyak setiap malamnya," ujar Edmund lagi.

Iblis itu tertawa dengan suara yang menggema.

"Aneh, sungguh aneh. Aku tidak mencium keserakahan


darimu, tidak seperti kebanyakan manusia yang memanggil

Anna Kanina
305
The Duchess Want a Divorce

kaumku karena ingin kekuasaan dan harta. Tidak semua


manusia bisa memanggil kami. Kebanyakan mereka yang
sengaja datang ke sini mati, tersesat dan kelaparan karena
tidak cukup layak untuk membuat kontrak dengan kami."
Iblis itu bercerita. "Tapi kau ... darahmu bahkan bisa
memanggilku, Ornlu, dewa mimpi buruk ini. Apa yang bisa
kau tawarkan, hai manusia?"

"Kubilang aku tidak perlu kekuatan yang besar, cukup untuk


mengatasi masalahku saja," kata Edmund tenang.

"Artinya aku tidak ingin membuat kontrak permanen


denganmu. Aku tidak ingin menjual jiwaku apalagi
mendalami sihir. Apakah ada yang bisa kuberikan padamu
sebagai ganti dari bantuanmu?" lanjut Edmund lagi.

Iblis bernama Ornlu itu tertawa lagi. Edmund mengernyit


karena merasa ketika dia tertawa, dia seperti sedang
tersiksa.

"Sudah kukatakan, aku bahkan bisa menghancurkan gunung


untukmu! Atau meledakkan bulan! Apa kau yakin? Selain itu,
kau ingin bernegosiasi denganku?" Ornlu menegaskan.

"Ya, kalian menyebut ini semua kontrak, kan? Aku akan


memastikan kontrak ini menguntungkan satu sama lain dan
tidak akan ada yang merasa rugi. Aku juga seorang pebisnis,

Anna Kanina
306
The Duchess Want a Divorce

jadi sebaiknya kau tidak berusaha mencurangiku." Edmund


berkata tenang.

***

Edmund melangkah keluar dari hutan berkabut itu dengan


perasaan yang sulit dijelaskan. Dia melihat kesatrianya, Rico,
tampak putus asa dan membangun tenda di sekitar sana.
Ben Hawk tidak terlihat di mana pun. Hari terlihat cukup
larut dan suara jangkrik dan katak yang bersahutan
terdengar nyaring.

Edmund menyentuh pundak Rico yang membelakanginya,


serta memanggil namanya. Rico tersentak dan segera
berbalik sambil menghunuskan belatinya waspada.
Rambutnya terlihat lebih panjang dan tidak terurus, berbeda
dengan ketika mereka terakhir kali bertemu.

"Your Grace!" Rico yang tangguh terdengar nyaris merengek.

"Apa yang terjadi? Di mana Ben Hawk?"

"Dia sudah lama meninggalkan tempat ini, Your Grace.


Tahukah Anda kalau aku menunggumu di sini setiap hari
selama hampir satu bulan? Astaga, aku selalu yakin Anda
belum mati. Sudah kuduga kalau Anda tidak akan mati
secepat itu." Rico bercerita penuh haru.

Anna Kanina
307
The Duchess Want a Divorce

"Satu bulan?" Edmund mengernyitkan dahinya. Dia sangat


yakin kalau belum dua malam dia memasuki hutan itu.
Penampilan dan pakaiannya masih tetap sama. Tapi rupanya
ada perbedaan waktu antara alam dewa dengan alam
manusia. Edmund sudah tidak terlalu kaget setelah semua
yang dia alami di dalam hutan Soran.

"Kita harus bergegas pulang kalau begitu, apakah kapalnya


sudah berlabuh?"

"Mereka tiba dua hari yang lalu, Sir. Tapi aku sudah bilang
kalau aku berniat untuk tidak ikut mereka dan menetap di
sini sampai Anda ditemukan. Kurasa mereka tidak akan lama
menungguku." Rico bercerita.

"Kita mencari Ben Hawk, lalu langsung pulang ke Teutonia."


Edmund memutuskan.

"Baik, Your Grace."

***

Mata Abigail berkeliling sibuk menilai lingkungannya. Dia


mengenakan gaun merah muda yang sedikit pas di badan
dan minim aksesori. Ketika itu hampir musim dingin dan dia
sedikit menyesal tidak membawa baju hangat. Awalnya dia

Anna Kanina
308
The Duchess Want a Divorce

pikir akan bertamu di ruangan yang hangat dengan perapian


serta cangkir teh pepermin yang panas.

Abigail berkunjung ke Rosiatrich Mansion untuk menemui


Edmund, tapi dia baru mengetahui kalau sang duke sudah
lebih dari satu bulan berlayar untuk urusan pekerjaan.
Abigail sendiri sudah kembali dari Arbavia dua minggu yang
lalu dan sudah berencana untuk berkunjung.

Tidak ada Edmund, tapi dia ingin bertemu dengan Duchess.


Abigail pikir, dia sudah jauh-jauh datang, setidaknya dia
harus bicara dengan sang duchess. Namun dia diminta
bertemu di halaman belakang, di area rumah kaca yang
rupanya sudah beralih fungsi menjadi studio lukis.

Gwen sudah tiba, dengan aura ceria seperti biasanya, walau


jelas dia tampak kesepian dan merindukan suaminya. Gwen
mengenakan gaun sederhana di balik mantel bulu.

"Maafkan saya, Lady Abigail, karena harus bertemu di sini.


Saya sedang sibuk melukis dan tidak ingin duduk di ruang
tamu dengan baju yang ternoda oleh cat minyak. Kuharap
Anda akan memaafkan saya," kata Gwen dengan senyum
penyesalan yang tulus.

"Tidak apa, saya juga ingin melihat taman kediaman Anda."


Abigail mengangguk.

Anna Kanina
309
The Duchess Want a Divorce

"Ada tujuan apa Anda mengunjungi saya?" tanya Gwen


ramah. Gwen merasa bersalah karena pernah bersikap
kurang sopan pada Abigail sehingga bertekad untuk
menebusnya.

"Bertemu Anda? Tidak, Duchess, sebenarnya saya ke sini


untuk bertemu Duke Edmund," kata Abigail tersenyum.
Gwen merasa sesuatu menekan perutnya. Dia tidak nyaman
mengetahuinya.

"Apakah Anda punya hal penting yang harus dibicarakan


dengan suami saya? Tapi dia sedang berlayar. Anda bisa
mengatakannya saja pada saya." Gwen tersenyum, masih
berusaha menahan rasa tidak sukanya.

"Apa? Tidak usah, ini-sebaiknya biar Duke Edmund sendiri


yang memberi tahu Anda. Saya belum sempat
menyampaikannya ketika terakhir kami berlayar bersama
hampir dua bulan yang lalu." Abigail bersikap seolah-olah
tidak enak hati. Gwen kini sudah melenyapkan senyumnya
sepenuhnya.

"Berlayar bersama, kata Anda?" Gwen berujar geram.

"Ah, apakah Duke Edmund tidak memberi tahu Anda?"


Abigail membuat ekspresi seolah terkejut. Wanita itu
tersenyum menikmati ekspresi Gwen yang berubah. Dia

Anna Kanina
310
The Duchess Want a Divorce

tidak suka sifat Gwen yang selalu berlagak positif dan ceria.
Kini dia bahkan tidak mau menjamunya di tempat yang layak
sampai Abigail harus kedinginan duduk di pinggir danau
hanya untuk menemuinya.

Abigail ingin membuktikan kalau Duchess Gwendolyn yang


terhormat tidak selalu menjadi malaikat. Dia gadis
pencemburu dan posesif. Tidak adil jika dunia dan media
selalu memujinya karena Gwendolyn tidak sempurna seperti
tokoh dalam novel fiksi.

"Lady Abigail, apakah ada alasan kenapa suami saya berlayar


dengan Anda?" Gwen tidak bisa menahan dirinya. Nada
suaranya berubah sedikit tinggi.

"Ya ampun, Duchess, tenanglah. Saya ketika itu sedang


berdinas ke Arbavia dan menumpang kapal sang duke. Tapi
memang ada alasan kenapa kami cukup akrab. Duke Edmund
mungkin pernah mengatakannya, saya dulu kekasihnya
ketika beliau remaja." Abigail mengatakannya seakan-akan
itu hanya hal remeh.

Anna Kanina
311
The Duchess Want a Divorce

Bab 30 - The Power of Nightmare

Dewi Edna mungkin tidak akan suka dengan yang dilakukan


Edmund. Ornlu adalah dewa pembangkang yang enggan
bermurah hati pada manusia. Di sisi lain, dia juga gemar
mempermainkan para makhluk fana dan menyukai
kehancuran serta perang. Ada sejuta alasan kenapa Dewa
Ornlu dijauhi dan tidak disembah lagi oleh manusia, kecuali
sekte tertentu.

Ben Hawk bilang para iblis yang berada di hutan selubung


kabut adalah makhluk gaib pengikut setia Dewa Ornlu.
Mereka juga memiliki level tertentu yang bisa memberikan
kekuatan, tergantung pada pangkat mereka. Masalahnya,
Ben Hawk tidak memperingatkan Edmund kalau dia bisa saja
memanggil si Ornlu sendiri.

Ornlu melakukan kontrak dengan Edmund. Bagi sang duke,


itu mungkin kontrak paling rumit dan melelahkan yang
pernah dia buat. Dewa mimpi buruk itu tidak ingin Edmund
menang dengan mudah. Edmund pun sadar dalam kontrak
ini dia tidak bisa menjadi pihak yang paling diuntungkan. Ini
bukan bisnis yang mempertaruhkan emas dan permata.
Ornlu menginginkan nyawa berkualitas untuk dia koleksi.
Tapi Edmund enggan mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Dia merasa sudah melakukan banyak hal yang baik untuk
negaranya. Jiwanya tidak pantas berada di neraka.

Anna Kanina
312
The Duchess Want a Divorce

Selama berhari-hari Edmund melihat mata mirip reptil dari


sang dewa jahat, dan tidak pernah bisa mengenyahkan rasa
ngeri yang sesekali timbul darinya. Mungkin Ornlu
memilihnya karena Edmund adalah manusia yang memiliki
kedudukan tinggi di dunia fana. Serta, mungkin Ornlu
mencium bau amis darah yang kuat dari pedang Edmund-
yang telah mengambil puluhan nyawa selama dia berperang.

Edmund tidak pernah bangga membunuh seseorang. Orang


pertama yang mati kehabisan darah di tangannya
memberinya trauma selama beberapa waktu. Kini, setelah
melalui belasan kali perang, Edmund menganggap menebas
leher seseorang adalah bentuk belas kasihannya. Edmund
selalu mengincar titik vital di mana korbannya tidak akan
menderita lama. Edmund sudah tidak pernah mengingat lagi
wajah dan jeritan terakhir dari para musuhnya.

Salah satu hal yang menahan dirinya untuk berubah menjadi


pembantai yang menikmati perang adalah karena Edmund
pria yang taat hukum. Dia tahu batasan moral. Dia tahu kalau
dia tidak bisa sembarangan membunuh orang. Dia tidak akan
membunuh kalau tidak diperlukan dan tidak dalam situasi
mengancam nyawa.

Kapal Rosiatrich tengah melaju mulus menerjang ombak


tinggi di sekitar pulau Soran. Ada yang berbeda dari nuansa
laut saat ini. Airnya bergejolak, tapi tampak damai dan tidak

Anna Kanina
313
The Duchess Want a Divorce

menyimpan ancaman. Padahal hari sedang mendung dan


berdasarkan pengalaman, badai yang menyebalkan akan
segera datang.

Edmund tidak memberi tahu siapa pun tentang iblis yang


membuat kontrak dengannya. Ben sempat bercerita tentang
penyihir terakhir di benua Ednarea yang pernah
mendapatkan kekuatan Ornlu. Katanya dia adalah seorang
raja yang hidup lebih dari lima ratus tahun silam. Konon dia
memelihara naga dan membiarkan reptil agung itu tidur di
kamarnya. Sang raja juga disebut bisa mengundang tornado
serta menurunkan hujan es kepada siapa pun yang
dikehendakinya.

Itu hanya legenda. Edmund tidak pernah bertemu naga di


mana pun. Tapi Ornlu mungkin nyata karena Edmund
bertemu dengannya. Edmund juga sepintas paham
bagaimana cara menggunakan kekuatannya.

Ben bilang siapa pun yang membuat kontrak dengan iblis


adalah penyihir, tapi ternyata tidak seperti yang Edmund
pernah bayangkan sebelumnya-dia tidak perlu merapal
mantra atau membuat ramuan khusus untuk memunculkan
kekuatannya.

Ornlu bilang Edmund berbakat dan akan mengerti sendiri


bagaimana untuk menggunakan sihir.

Anna Kanina
314
The Duchess Want a Divorce

Edmund berada di salah satu kabin kapal yang memiliki


jendela cukup besar di dindingnya. Dia sedari tadi
mengamati ketika puluhan perompak berwajah bengis
melompat masuk ke kapalnya dan melumpuhkan satu per
satu kesatrianya. Mereka kalah jumlah. Para perompak itu
mungkin sudah merencanakan lama untuk ini. Mereka kira
kapal Rosiatrich membawa banyak barang berharga. Kalau
tidak ada, mereka bisa menyandera duke Rosiatrich untuk
minta tebusan pada raja Teutonia.

Pada situasi normal, seorang serigala perang pun tidak bisa


meloloskan diri. Pilihannya hanya dua; menyerahkan diri
atau melompat ke laut dan bertaruh pada keberuntungan.
Edmund biasanya akan memilih opsi kedua karena dia selalu
merasa beruntung-kecuali untuk masalah kutukan.

"Duke, Anda harus melarikan diri. Kami sudah menurunkan


sekoci." Rico, kesatria pengawalnya, memberi tahu dengan
kemeja berlumur darah merah kental. Itu bukan darahnya
karena Rico masih terlihat segar.

Ada opsi lain, yaitu kabur dengan sekoci. Tapi melihat


kecepatan mendayungnya, para perompak mungkin dengan
mudah akan melubangi sekocinya dengan meriam lalu
menangkapnya. Mereka berjaga di anjungan dan setiap sisi
kapal untuk memastikan tidak ada yang kabur.

Anna Kanina
315
The Duchess Want a Divorce

"Kurasa kau dan para awak kapal harus menjauh dariku,"


kata Edmund tenang dan membuka pintu kabinnya
perlahan.

"Your Grace, mereka terlalu banyak." Rico menggeleng.


"Saya bisa menahan mereka selama beberapa menit, Sir,
agar Anda bisa kabur. Sungguh tidak pantas seorang duke
Rosiatrich ditawan oleh manusia kasar seperti mereka." Rico
menahannya.

"Sebulan lebih terkurung di hutan Soran bukan berarti aku


hanya diam dan merumput seperti rusa. Tentu saja aku
punya rencana," kata Edmund lagi.

Edmund menghadapi muka para perompak itu yang


memandangnya seperti melihat harta karun. Salah satu
orang terpenting Teutonia kini berada di tangannya. Mereka
segera membayangkan menerima tebusan emas seberat
tubuh mereka dan bersenang-senang dengannya.

"Kuberi kalian satu kesempatan. Mundur, tinggalkan kapalku


atau kalian mati," ujar Edmund tenang.

Mereka semua langsung tertawa dan menganggap Edmund


sedang berkelakar.

Anna Kanina
316
The Duchess Want a Divorce

"Duke, kami mungkin ada lebih dari seratus orang. Kalian


tidak bisa melawan kami,"

"Menyerahlah!"

"Aku sudah memperingatkan." Edmund menghela napas,


seakan menyesal.

Edmund merasa sesuatu yang hangat menguasai tubuhnya.


Kabut gelap mirip awan mendung yang terlampau pekat
keluar dari tubuhnya. Tapi Edmund segera menyadari, itu
adalah bayangannya sendiri yang saat ini bergerak seperti
yang ada di pikiran Edmund. Bayangan itu menjerat
bayangan para perompak, seakan mengikat mereka.
Kemudian secara misterius, para perompak itu bersimpuh
dan membuka mulut dan mata mereka. Namun tidak ada
suara apa pun yang keluar. Mereka kemudian mengerang
dan tubuh mereka berubah keriput dan mengering seperti
mumi.

"Iblis!" ujar beberapa dari mereka.

"Monster!" Para perompak yang tersisa menyadari kalau


Duke Edmund harus dijauhi segera.

Bayangan sang duke juga menangkap mereka dan menutup


mulut mereka masing-masing.

Anna Kanina
317
The Duchess Want a Divorce

"Aku mengampuni kalian, tapi aku sudah menyabotase jiwa


kalian. Jika ada yang buka suara tentang kejadian hari ini,
jantung kalian akan teremas sampai mati."

Edmund tidak ingin siapa pun mengetahui kekuatan


barunya. Para perompak itu menurut dan meninggalkan
kapal dengan jiwa terguncang. Edmund pun berbalik badan
dan melihat para kesatrianya memandangnya dengan
beragam ekspresi.

"Aku bukan orang jahat, aku tidak akan memantrai kalian


karena kalian semua adalah kesatria dan awak kapalku yang
setia. Tapi, jika satu saja berita soal ini terdengar di Teutonia,
maka kalian tahu kalau sangat mudah bagiku untuk melacak
satu per satu sumbernya." Edmund mengancam sambil
mengulas senyum.

"Kami tidak akan berkata apa pun, Duke."

***

"Lukisan Dewi Edna sudah hampir selesai, aku cukup puas


dengan progresnya." Harvey memberi tahu dengan nada
antusias.

"Aku mulai paham kenapa Yang Mulia tetap melukis. Aku


mengoleskan tinta terakhir pada lukisan bunga matahariku

Anna Kanina
318
The Duchess Want a Divorce

tempo hari dan rasanya luar biasa menyenangkan ketika kita


bisa menyelesaikan sebuah karya." Gwen menanggapi tidak
kalah antusias.

"Ya, benar. Kapan aku bisa melihatnya?" pancing Harvey.

"Haha, tidak, Yang Mulia. Aku akan menguburnya di salah


satu sudut rumahku dan tidak akan ada yang tahu, bahkan
kucingku sendiri!" Gwen mengelak.

"Apakah seburuk itu?"

"Aku baru belajar melukis, dan di saat terakhir aku


kedatangan tamu menyebalkan, bunga matahariku jadi
seperti sedang terbakar karena suasana hatiku yang buruk."
Gwen mengeluh.

"Tapi bagaimana dengan cacing dan semut yang bersarang


di bawah tanah? Anda tidak kasihan dengan mereka yang
harus melihat lukisan buruk Anda?"

"Itu hanya metafora. Aku tidak akan benar-benar


menguburnya. Mungkin akan kusimpan di kamarku. Aku
sudah meluangkan waktu yang tidak sedikit untuk itu." Gwen
mengaku.

Anna Kanina
319
The Duchess Want a Divorce

"Karena itu, aku sering bilang melukis harus dengan


perasaan senang. Karena kita seakan membagi sekeping jiwa
kita pada setiap karya." Harvey berfilosofi.

"Lalu? Apa kepingan jiwa itu bisa habis? Apa yang terjadi
kalau kita terlalu banyak membuat karya?" tanya Gwen
berkelakar.

"Itu juga hanya metafora, Duchess," tanggap Harvey


sebelum menenggak kopinya.

Gwen adalah pribadi yang supel. Dia kini berteman cukup


akrab dengan si pangeran yang periang. Walau kebanyakan
yang mereka lakukan hanya minum kopi atau makan siang
bersama sambil mengobrol.

Quentin sering bersama mereka, tapi dia tidak lagi berusaha


membuat Gwen kesal dengan membicarakan hal buruk soal
Edmund. Quentin memutuskan untuk menjaga adiknya dari
jauh dan mencari informasi diam-diam. Sebenarnya Gwen
tahu dengan apa yang Quentin lakukan, tapi
membiarkannya. Gwen yakin Edmund tidak melakukan hal
yang salah dan Quentin tidak akan melakukan apa-apa.

Quentin, sebagai pengawal Harvey, kini ikut minum


secangkir kopi hazelnut dengan sebatang kayu manis sebagai
pengganti sendok aduk. Dia tidak terlalu cerewet hari ini.

Anna Kanina
320
The Duchess Want a Divorce

Gwen menebak kakaknya mungkin sudah mendengar dari


mata-matanya kalau Lady Abigail mengunjunginya dan
bicara omong kosong tentang Edmund.

"Aku ingin ke toilet dulu, kalian akan baik-baik saja?"


Quentin meminta izin.

"Ini sebuah kafe yang ramai, banyak penjaga di sini. Kami


akan baik-baik saja. Memangnya berapa lama kau akan ke
toilet? Apakah kau makan lasagna pedas buatan ibu hari
ini?" Gwen meledek. Harvey tertawa karenanya.

Quentin memasang wajah masam. Setengah darinya adalah


karena benar dia makan lasagna peda, tapi dia tidak diare
karenanya. Harvey dan Gwen sangat senang menggoda
dirinya dan terlalu kompak untuk itu.

"Semoga Anda tidak tersedak sendok Anda, Yang Mulia.


Anda terlalu banyak tertawa," kata Quentin sebelum pergi
"Hei! Duchess yang meledekmu, tapi kenapa aku terus yang
disalahkan?" keluh Harvey.

"Biarkan saja, dia sedang sibuk untuk persiapan


pernikahannya. Jadi dia mudah tersinggung," bisik Gwen ke
telinga Harvey.

Anna Kanina
321
The Duchess Want a Divorce

"Menikah? Aku tidak pernah mendengar ini!" seru Harvey


dengan balas berbisik.

"Dia punya tunangan, keluarganya mendesak untuk segera


menikah. Quentin masih ingin mengejar karirnya, karena itu
terus menundanya. Tapi kurasa orang tua dari Lady Miraila
tidak mau menunggu lagi." Gwen bergosip.

"Kukira Quentin ada sesuatu dengan teman Anda-siapa


namanya? Ah, iya, Putri Gisca." Harvey menebak. Harvey
menjadi saksi atas pertemuan Quentin dengan sang putri
yang bisa dibilang terlalu sering. Tapi Harvey baru saja sadar,
sepertinya Putri Gisca lebih sering "tanpa sengaja"
berpapasan dengan Quentin.

"Hanya cinta bertepuk sebelah tangan." Gwen mengangkat


bahunya.

Harvey dan Gwen menikmati obrolan mereka yang seru dan


menyenangkan. Mereka bahkan sudah tidak terlalu sering
membahas sejarah atau artefak. Suasana kedai kelas atas itu
berubah sedikit riuh dan beberapa terlihat berbisik sambil
melihat mereka.

***

Anna Kanina
322
The Duchess Want a Divorce

Quentin baru saja menyelesaikan urusannya di kamar mandi


ketika berpapasan dengan beberapa wanita bergaun mahal
di lorong.

"Lihat, rumor itu benar, kan?"

"Aku tidak mengira, Duchess Rosiatrich padahal terlihat


sangat mencintai Duke."

"Tapi dia kencan berdua dengan pangeran dari negara lain


ketika suaminya sedang berdinas di luar Teutonia. Itu sangat
memalukan."

Quentin berusaha keras menahan ekspresi wajahnya


berubah, apalagi mengamuk di tempat. Dia berusaha
mendengarkan obrolan bohong itu sambil mengutuk dalam
hatinya.

"Hanya karena dia sedikit cantik, dia merasa bisa


berselingkuh."

"Itu tidak adil buat Duke, dia bisa mendapat wanita yang
lebih baik. Seperti apa wajah Duke Edmund jika mengetahui
semua ini?"

Quentin terhenyak. Dia bertekad untuk melacak mulut mana


yang pertama kali menyebarkan rumor buruk tentang

Anna Kanina
323
The Duchess Want a Divorce

adiknya. Jangankan berselingkuh, Gwen bahkan merasa


bersalah hanya karena menyayangi kucing peliharaannya.
Dia pikir dia tidak patut membagi cintanya pada Edmund
dengan siapa pun selain keluarganya.

"Aku juga dengar, Duke Edmund sebenarnya punya kekasih


yang terpaksa ditinggalkannya. Padahal mereka masih saling
mencintai," ujar para penggosip itu lagi.

Anna Kanina
324
The Duchess Want a Divorce

Bab 31 - The Southern Port

Ketika itu masih cukup pagi, matahari belum terlalu terik dan
mata para manusia tidak merasa silau kendati nekat
memandang langit. Namun bagi para penebar jaring, hari
sudah terlalu siang. Para nelayan baru saja selesai menjual
tangkapan mereka di pasar lelang dan sekarang saatnya
mereka tidur.

Keriuhan dermaga yang tadi ramai dengan tawar-menawar


telah berganti dengan komunitas lain. Mereka adalah para
warga yang ingin melepas penat dengan memandang lautan
atau membeli ikan segar untuk makan siang keluarga.

Kafe dan restoran mulai buka, mulai menggiling serta


menyeduh kopi mereka. Beberapa toko roti terlihat
membariskan baguette hangat, yang masih terlihat beruap
dari jendela, untuk mendinginkannya. Aromanya
menyenangkan dan membuat tenteram. Ini adalah hari yang
biasa nan bersahaja di dermaga selatan negara Teutonia.

Kecuali satu hal. Sebuah kapal besar tampak mulai merapat


di sana. Kapal itu berlambang Rosiatrich, salah satu keluarga
penguasa Teutonia paling dikenal selain keluarga kerajaan.
Walaupun Edmund tidak benar-benar melakukan perjalanan
bisnis, dia memastikan pelayarannya tetap menghasilkan.
Dia membawa para akuntan dan stafnya untuk berdagang.

Anna Kanina
325
The Duchess Want a Divorce

Edmund dan kru-nya berangkat dengan membawa puluhan


gulung sutra tenun berkualitas dari Teutonia, termasuk
berkarung-karung biji kopi terbaik dari perkebunannya.
Kapal itu kembali dari pelayaran sang duke yang hampir dua
bulan lamanya dengan kargo penuh.

Edmund pulang membawa rempah dari Arbavia, serta


beberapa gulung permadani bersulam emas dari Ithadurna.
Dia juga membawa kacang badam, kakao, dan keju. Edmund
akan menyimpan semua itu di gudang dan mengatur para
pemasar untuk menjualnya.

Sebagai kesatria kerajaan, dia menerima keistimewaan dari


negara. Dia diizinkan untuk cuti bertugas dalam waktu lama.
Otoritas militer kerajaan paham kalau Duke adalah kepala
keluarga Rosiatrich yang juga punya tanggung jawab besar.
Edmund memilih untuk aktif di militer pada musim semi dan
panas, serta cuti di musim gugur dan dingin untuk lebih
sering berada di rumah dan berbisnis.

Edmund tidak diwajibkan untuk menjadi kesatria yang


sempurna. Dia masuk militer karena nama keluarga.
Kerajaan membutuhkan Rosiatrich dan lima ribu kesatria
terlatih untuk bersumpah setia pada kerajaan.

Duke Edmund serta duke Rosiatrich terdahulu telah melatih


ribuan kesatria yang bersumpah setia pada nama keluarga

Anna Kanina
326
The Duchess Want a Divorce

mereka. Mereka disebar untuk menjaga properti,


perkebunan, dan kastil-kastil yang dimiliki oleh Rosiatrich.
Beberapa ribu dari mereka juga bertugas di militer kerajaan.
Nicolas dan Rico adalah contoh dari kesatria Rosiatrich yang
sempat menjadi bagian militer Teutonia di peperangan.
Namun setelah perang usai, mereka pun kembali
sepenuhnya melayani keluarga Rosiatrich.

Edmund berbeda dengan Quentin yang seorang perwira dan


menapaki karir militernya dari bawah. Dia sepenuhnya
adalah kesatria kerajaan. Namun adanya dia di militer bukan
berarti keluarga Remian tunduk pada raja. Quentin sama
sekali tidak melibatkan gelar keluarganya di karirnya.

"Mau langsung ke mansion Anda, Sir? Kereta kuda Anda


sudah siap." Salah satu pengawalnya memberi tahu.

"Tidak, aku ingin singgah dulu ke sebuah kedai di pertokoan,


ada yang perlu aku beli. Selain itu, aku sedikit lapar," kata
sang duke lagi. Hari belum cukup siang. Dia enggan
mengganggu koki rumahnya untuk membuatkan dia
makanan. Para penghuni rumahnya mungkin tidak mengira
Duke Edmund tiba lebih cepat.

Edmund memasuki kereta kuda seorang diri, setelah


memastikan mengenal kusirnya. Duke melihat ke arah luar
jendela, pemandangan mulai bergerak seolah menjauhinya.

Anna Kanina
327
The Duchess Want a Divorce

Dermaga mulai tidak terlihat karena kudanya berbelok ke


pemukiman. Beberapa kesatria tampak mengiringinya
dengan kuda di belakang.

Edmund meraih surat kabar yang bertumpuk di salah satu


sudut kereta. Kepala pelayannya sudah akrab dengan
kebiasaannya untuk membaca setiap kali melakukan
perjalanan sehingga selalu menyiapkan koran baru setiap
hari walau Duke tidak memintanya. Edmund tidak suka
membuang waktunya, bahkan ketika di kereta kuda dia
harus melakukan sesuatu. Membaca koran dan memahami
isu terbaru akan membantunya untuk melakukan segala
tugas nanti.

Edmund melihat berita tentang Sigmar yang rupanya serius


menjalani tantangan sebagai calon putra mahkota. Dia
meresmikan rumah sakit serta panti asuhan. Dia juga
diberitakan berbincang akrab dengan orang-orang penting
dari negara lain untuk membahas hubungan ekonomi
antarnegara. Edmund tidak terlalu terganggu. Sigmar bisa
saja populer di kalangan rakyat, tapi keputusan akhir tetap
di kalangan bangsawan.

Absennya Edmund di komunitas Teutonia membuat para


wartawan tidak bisa membuat artikel tentang dirinya. Tapi
Edmund tahu kalau istrinya lebih populer darinya dan
hampir selalu menemukan artikel soal dia. Hanya saja, kali

Anna Kanina
328
The Duchess Want a Divorce

ini beritanya bukan soal Gwen yang memberi donasi atau


menghadiri pesta.

Pada halaman ketiga, pada kolom berita gosip, Edmund


merasa darahnya naik ke kepala seketika. Narasi dari artikel
itu bilang kalau Gwen punya hubungan spesial dengan
Pangeran Harvey.

***

"Apa yang harus aku lakukan, William? Aku khawatir


membuat Your Grace salah paham," keluh Gwen cemas
sambil menggigit kuku cantiknya.

"Itu berita yang tidak bertanggung jawab, Duke Edmund


tidak akan percaya." William si butler berusaha membuat
nyonyanya tenang.

"Mungkin seharusnya aku tidak pernah keluar rumah, aku


tidak boleh bicara pada pria lain, apalagi makan bersama
mereka. Aku telah membuat Duke terlihat buruk di mata
media." Gwen menyesal.

"My Lady, Anda tidak melakukan hal yang salah. Itu hanya
karena pembuat gosip terlalu usil dan iri dengan kehidupan
Anda."

Anna Kanina
329
The Duchess Want a Divorce

"Tetap saja, Edmund akan sangat marah dengan ini semua.


Aku-aku gagal menjaga sikapku." Gwen tidak kuasa
menyingkirkan rasa gelisahnya.

Gwen sulit makan beberapa hari ini. Rumor berubah


semakin liar. Padahal dia hampir tidak pernah berduaan saja
dengan Harvey. Selalu ada Nicolas atau Quentin yang
mengawal mereka. Bagaimana mungkin bisa ada berita
kalau Gwen berselingkuh? Selain itu, Gwen terganggu
adanya artikel yang bilang kalau Duke mungkin punya
kekasih sebelum dirinya.

Pikirannya langsung teringat Abigail. Dia mengaku pernah


menjadi kekasih Edmund ketika remaja. Tapi Gwen yakin,
selama belasan tahun dia menguntit Edmund, tidak pernah
ada perempuan lain yang dekat dengannya.

"Your Grace!"

"Your Grace!"

Gwen dan William langsung menoleh ke arah pintu masuk.


Duke Edmund pulang tanpa pemberitahuan dan disambut
beberapa pelayan yang membungkuk gugup.

"Ed!" Gwen berseru lalu menghambur ke arahnya.

Anna Kanina
330
The Duchess Want a Divorce

Gwen menyambut Edmund seakan dia baru pulang perang


dan memeluk erat pinggangnya. Dia terlalu emosional saat
ini dan lupa bersikap anggun di hadapan para pelayan
mereka. Edmund pun tersenyum tipis dan membalas
pelukan rindu istrinya.

***

"Kapan kau mau melepaskan aku, Gwen? Sebagai seorang


wanita pelukanmu ternyata cukup kuat sampai membuatku
sedikit sesak karenanya," kata Edmund dengan senyuman.
"Aku sudah tidak bertemu denganmu hampir dua bulan,"
keluh Gwen sedikit tidak jelas karena membenamkan wajah
cantiknya ke dada Edmund.

"Aku pernah meninggalkanmu lebih lama dari ini."

"Tapi kali ini aku mendengar banyak hal buruk dan


membuatku gelisah," tanggap Gwen.

"Setidaknya biarkan aku melepas jas dan melonggarkan


pakaianku."

"Biarkan aku saja yang melakukannya." Gwen mengangkat


kepalanya dan membuat posisi setengah berdiri dengan
badan membungkuk. Mereka sedang berdua saja di
perpustakaan yang bau buku tua bercampur minyak esensial

Anna Kanina
331
The Duchess Want a Divorce

lavender yang dipanaskan dengan lilin untuk menghalau


nyamuk dan ngengat.

Edmund duduk di sofa dan membiarkan Gwen membantu


melepaskan jasnya serta membuka beberapa kancingnya.
Edmund memperhatikan istrinya yang jelita tampak sedikit
gugup melakukannya. Aroma minyak melati dan nilam
tercium samar dari tubuh indahnya dan membangkitkan
sesuatu dari diri Edmund. William dan para pelayannya
selalu membantu Duke berpakaian setiap harinya, tapi
Edmund tidak menyangka aktivitas biasa seperti ini bisa
membuat tubuhnya gerah ketika Gwen yang melakukannya.

"Sudah cukup, duduklah Gwen."

Gwen menurut dan duduk di sebelah suaminya sambil


melontarkan tatapan memuja.

"Di pangkuanku, Gwen," kata Edmund lagi.

"Apa?" Wajah Gwen berubah merah karenanya. Duke bukan


pria yang terbiasa bermanja atau bersikap romantis pada
istrinya. Gwen menerka ada sesuatu yang berubah dari
Edmund, tapi Gwen cenderung menyukainya.

Edmund memeluk istrinya yang duduk di pangkuannya


dengan membelakanginya. Edmund mencuri beberapa tetes

Anna Kanina
332
The Duchess Want a Divorce

aroma yang menyenangkan dari tubuh sang duchess dengan


indera penciumannya. Gwen merasa gugup karenanya.

Gwen kemudian menyadari kalau Edmund kini menyibak


rambut merahnya dan menunjukkan leher jenjangnya yang
indah. Gwen pun panik, menduga hal yang terlalu jauh
mungkin akan dilakukan oleh Edmund. Dia belum siap, tapi
juga takut kesempatan ini tidak akan datang lagi. Dia merasa
sedikit meremang ketika merasakan jemari suaminya yang
dingin menyentuh area lehernya. Lalu sesuatu yang lebih
dingin kini menempel di kulitnya.

"Permata savion, pekerja menemukannya di tambang dan


aku memutuskan membuatkanmu perhiasan darinya. Ini
salah satu permata terlangka dan hanya dipakai keluarga
kerajaan." Edmund menjelaskan. Gwen melihat seuntai
kalung berukir indah dengan permata kebiruan tergantung
cantik di lehernya.

"Kenapa? Kau terlihat kecewa." Edmund menerka karena


reaksi Gwen tidak seperti yang diharapkannya.

"Tidak, Ed! Aku sangat menyukainya. Aku hanya terkejut


karena ini sangat indah." Gwen mengelak. Dia memang
berharap sesuatu yang lebih intim terjadi antara mereka
berdua, tapi Gwen seharusnya tidak berharap lebih.

Anna Kanina
333
The Duchess Want a Divorce

"Atau mungkin kau memikirkan soal artikel itu? Tentang kau


dan Harvey?" tanya Edmund sedikit tajam. Suasana hati
Gwen berubah jatuh seketika.

"Ed, kau sudah membacanya? Aku tidak-"

"Aku tahu, kau tidak melakukan hal yang salah. Hal yang
lebih buruk akan datang nantinya. Aku sedang berkompetisi
dengan Sigmar untuk gelar putra mahkota. Akan ada
pertarungan politik yang buruk dan melelahkan. Mereka
juga akan menyerangmu tentunya. Tapi aku memercayaimu
saat ini." Edmund menjelaskan.

"Aku akan lebih menjaga sikapku, Ed, agar mereka tidak


punya bahan apa pun untuk menjelekkanmu." Gwen
bersungguh-sungguh.

"Itu bagus, tapi aku sedih karena merasa kau tidak cukup
senang dengan kalung savion itu. Aku jadi ingat kalau kau
tidak pernah secara personal meminta sesuatu dariku. Aku
akan memberikanmu kesempatan. Mintalah sesuatu
padaku, Gwen."

Sang duchess berpikir, perlahan dia menundukkan wajahnya


untuk menyembunyikan rasa malu karena khayalan yang
melintas di kepalanya.

Anna Kanina
334
The Duchess Want a Divorce

"Aku ingin ....," gumam Gwen ragu.

"Bolehkah aku menciummu, Ed?" Gwen meminta seakan


tengah meminta izin untuk berperang. Edmund melihat
kilatan semangat di mata istrinya dan merasa dia bisa
diterkam kapan saja.

Mereka berdua hanya sekali pernah melakukannya di altar


pernikahan, dan itu pun membuat Edmund harus meringkuk
sakit di kamarnya karena kutukan Viola.

Edmund melirik ke sudut lain di ruangan itu, di mana masih


ada bayangan gelap mendiaminya. Dia melihat Viola yang
melihatnya marah dengan tangan terbelenggu. Edmund
belum bisa sepenuhnya mengusir kutukan itu, tapi dia bisa
menahan Viola untuk menyakiti Gwen.

"Ya, tentu saja boleh," kata Edmund setuju sambil


tersenyum. Dia juga ingin memastikan apakah dia bisa
mengatasi kutukan itu setelah mendapat kekuatan Ornlu.

Anna Kanina
335
The Duchess Want a Divorce

Bab 32 - Touch and Feel

Rasanya mengingatkan Gwen pada sirup moka-yang pagi ini


dituangkan ke atas seporsi kue panekuk untuk sarapannya.
Maskulin dan sedikit manis serta ada sedikit sensasi tajam di
kulitnya karena Edmund belum bercukur. Gwen bersyukur
karena Edmund tidak menolak permintaannya. Dia sudah
melakukan begitu banyak hal memalukan di depan Edmund.
Tapi bukan berarti dia sudah kehilangan rasa malu. Tadinya
Gwen berpikir untuk tertawa dan mengelak kalau itu semua
hanya lelucon nakal kecil.

Ketika Edmund mengiakan, Gwen tidak siap. Tapi dia


tentunya tidak mau kehilangan momen. Barangkali Edmund
masih mabuk laut sehingga bertindak tidak seperti sifat
biasanya. Edmund selalu menghindar setiap kali Gwen
mencoba berinisiatif. Gwen selalu mencium pipinya setiap
ada kesempatan serta memeluknya manja. Namun Edmund
hanya sesekali mencium kening istrinya serta membalas
pelukannya.

Gwen bukannya terpancing akan naluri alamiahnya sebagai


wanita di usia subur. Tentunya dia juga tidak bisa
membantah kalau dia berdebar-dan mungkin menelan
ludah-ketika sesekali melihat Edmund melepas kemejanya
yang basah karena keringat selepas latihan pedang. Gwen
hafal ada berapa bekas luka di punggungnya. Dia bahkan

Anna Kanina
336
The Duchess Want a Divorce

ingat jumlah guratan otot perut suaminya. Sayangnya Gwen


belum pernah sekali pun membelainya-selain beberapa kali
merabanya ketika Edmund lengah dan masih berpakaian
lengkap.

Gwen hanya haus akan kasih sayang. Dia sudah menjadi


seorang istri, tapi Edmund memperlakukannya seperti adik.
Itu semua membuat Gwen frustrasi. Tumpukan novel roman
di kamarnya tidak terlalu membantu.

Mata mereka berdua masih terpejam dan menghayati


kontak lembut sekaligus mendebarkan yang tengah mereka
jalin. Bibir mereka bertaut dan saling memagut. Edmund
menjadi pihak yang dominan dan memandu istrinya yang
bersemangat tapi masih belum terlalu paham.

Edmund mendudukkan Gwen di pangkuannya dan memeluk


pinggangnya sambil menikmati keranuman bibir istrinya
yang tetap merona merah muda walau tanpa polesan. Gwen
mencium aroma laut dari tubuh suaminya karena Edmund
belum sempat bersalin. Namun semua itu membuat Gwen
semakin berdebar dan merasa suhu tubuhnya naik tanpa
alasan yang jelas.

Gwen menyentuh rambut Edmund yang hitam kelam dan


membawanya lebih dalam-berinisiatif menaikkan level
keintiman mereka. Gwen terbawa oleh insting

Anna Kanina
337
The Duchess Want a Divorce

manusiawinya. Dia menginginkan cinta dan tubuhnya. Setiap


pagutan bibir membantu Gwen mengikis setiap rasa rendah
dirinya. Edmund seakan menegaskan perasaannya kalau dia
jelas tidak menganggap Gwen sebagai seorang adik.

Mereka berdua adalah dua insan berlainan jenis yang sama-


sama masih muda dan di puncak vitalitas. Gwen ingin
membuat Edmund menginginkannya, lebih daripada
keinginan Gwen untuk menyentuhnya.

"Tunggu, apa yang kau lakukan, Gwen?" Edmund


menghentikan aksinya ketika mendapati Gwen mulai
meraba dada bidang Edmund di balik kemejanya.

"Tidak boleh?" tanya Gwen lugu. Dia hanya sedikit


penasaran.

"Bukan begitu, hanya saja-"

"Kau juga boleh menyentuhku, melakukan apa pun


terhadapku, bukankah aku istrimu?" tanya Gwen seolah lugu
namun terdengar menantang untuk hasrat kelaki-lakiannya
yang sesungguhnya sudah terlalu lama dia redam.

"Marquis-maksudku, aku sudah berjanji pada ayahmu,


Gwen. Seorang kesatria tidak akan melanggar sumpahnya."
Edmund menegaskan dengan sedikit gugup.

Anna Kanina
338
The Duchess Want a Divorce

"Apa kau membatasi dirimu karena janji pada ayah?" Gwen


memastikan.

"Ya, itu salah satu alasannya."

"Bukan karena kau menganggapku hanya seorang adik?"

"Apa? Tidak. Bagaimana mungkin kau bisa berpikir seperti


itu?" jawab Edmund.

"Atau karena aku kurang cantik dan menarik bagimu?"

"Apa kau gila? Aku sudah menahan diri mati-matian untuk


tidak menyentuhmu." Edmund menegaskan sambil
menggelengkan kepalanya.

Gwen tidak bisa membendung air mata yang mulai


menggenang di pelupuk matanya. Tapi dia segera
menyingkirkannya dan tersenyum. Dia tidak suka dianggap
cengeng oleh siapa pun. Walaupun Edmund tidak punya
perasaan romantis dengannya, tapi setidaknya dia
menganggap Gwen atraktif. Gwen juga merasakan
kepedulian dari Edmund yang menjurus ke posesif. Mungkin
itu karena paham patriarki yang dianutnya, tapi Gwen
merasa bisa kembali berharap.

Anna Kanina
339
The Duchess Want a Divorce

"Apa kita perlu berbicara pada ayah?" tanya Gwen sambil


merebah manja pada bahu suaminya.

"Untuk?"

"Apa menurutmu enam bulan tidak terlalu lama?" Gwen


mengingatkan pada perjanjian antara Marquis Remian dan
Duke tentang tidak boleh menyentuh Gwen selama setahun
agar dia tidak hamil.

"Apa kau ingin membuatku malu? Aku tidak akan pernah


bernegosiasi untuk urusan itu." Duke berkata tegas.

"Tapi ... aku juga pernah membaca kalau ada banyak hal yang
bisa dilakukan pasangan tanpa membuahkan kehamilan,"
kata Gwen lagi sedikit tersipu.

Edmund segera beranjak dari sofa dan menjauh dari Gwen.

"Aku baru sampai dan ingin mandi, kita akan bertemu lagi
ketika makan malam." Edmund mengelak dan ingin
melarikan diri sebelum dorongan nafsu mengalahkan
nalarnya.

"Dan jangan terlalu banyak baca novel roman dewasa."


Edmund menasihati dari ambang pintu sebelum
meninggalkan istrinya.

Anna Kanina
340
The Duchess Want a Divorce

Berendam air hangat telah membantu Edmund melemaskan


otot-ototnya yang lalu dan menegang berkat perjalanan
jauh. Dia juga membutuhkan beberapa tetes minyak asiri
untuk mengembalikan kewarasannya.

Edmund tidak bisa berhenti kalau kejadian tadi terulang


kembali. Edmund tidak akan bisa mengerem apa pun.
Tadi Edmund tertolong dan bisa lolos karena dia masih
sangat lelah karena baru pulang berlayar.

Hanya sebuah ciuman, tapi dia hampir kehilangan segalanya.


Edmund hanya ingin memberinya ciuman singkat yang
serupa dengan kontak fisik pada janji pernikahan mereka
dulu. Edmund ingin mengonfirmasi kalau dia sudah bebas
mencintai Gwen.

Seluruh tubuh Gwen bagaikan afrodisiak baginya. Mata,


bibir, sentuhan, bahkan aroma parfumnya telah membuat
Edmund hampir gila. Kecupan singkat itu berubah menjadi
terlalu intim tanpa Edmund sengaja. Dia membiarkan
hasratnya mengambil alih, beruntung rasa pegal di bahunya
telah mengingatkannya.

Apakah artikel tentang Gwen dan Harvey juga turut


memicunya melakukan semua itu? Mungkin itu seakan
kembali mengingatkan kalau istrinya tetap menjadi objek

Anna Kanina
341
The Duchess Want a Divorce

pemujaan para pria. Edmund bukan satu-satunya pria yang


menginginkannya.

Membayangkan kalau Gwen bisa saja meninggalkannya


karena sikap Edmund yang selalu pasif, menimbulkan rasa
horor bagi sang duke. Edmund tidak bisa mencintainya
apalagi menyentuhnya karena kutukan Viola. Tapi Gwen
tidak akan mengerti. Dia tidak boleh tahu itu. Gwen mungkin
memutuskan akan tetap bersamanya dan menjalani
hubungan tanpa masa depan itu. Tapi Edmund tidak
menginginkannya.

Dia tidak mau jika suatu hari nanti Gwen menyesal telah
menikahinya. Kalau ini semua gagal, Edmund mungkin akan
menceraikannya dan membiarkannya didekati pria lain.
Walaupun status janda dinilai rendah di negaranya, dia tetap
Permata Teutonia yang memukau setiap mata yang
berpapasan dengannya.

Edmund memejamkan mata, kemudian dia melihat sosok


Viola yang masih terbelenggu dengan rantai-tidak terlihat
yang diciptakannya. Edmund tidak terlalu yakin siapa Viola
yang dia lihat. Tapi yang jelas, kini Edmund bisa
menyentuhnya. Walaupun dia belum bisa benar-benar
membinasakannya.

Anna Kanina
342
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa kemari? Apa ini kegemaranmu mengintip pria yang


sedang mandi?" tanya Edmund setengah serius.

Sosok Viola itu masih menatap marah, tidak goyah dengan


lelucon santai sang duke. Seperti biasa, setiap kali Duke
berinteraksi lebih intens dengan istrinya, Viola akan
menghantuinya dan seolah-olah mau membunuhnya.

Viola akan membuat tubuh Edmund demam dan merasa


kepalanya dihujani kerikil sampai dia sulit bangkit dari
tempat tidur. Tapi dia tidak mencabut nyawanya. Seperti
yang dikatakan Ben, kutukan itu hanya ingin memastikan
kalau dirinya menderita.

Kalau Edmund benar-benar membatasi interaksinya, Viola


tetap akan dengan rutin menghantuinya. Biasanya bahkan
seorang Edmund pun gentar ketika malam datang dan dia
harus memejamkan mata. Tapi kini, dia sama sekali tidak
takut pada Viola.

Edmund mengangkat tangannya. Jalinan rantai tidak terlihat


tampak melilit tubuh Viola. Penyihir wanita itu ingin
berteriak dan memuntahkan kebenciannya namun sulit dia
lakukan. Perlahan setelah meronta kuat, fisiknya beralih
rupa. Sosok serupa patung gargoyle yang dipajang di atap
istana kini muncul di hadapan Edmund. Menakutkan dan
luar biasa buruk rupa. Sayapnya terbentang dan dia

Anna Kanina
343
The Duchess Want a Divorce

menampakkan giginya yang tidak rapi dan didominasi taring.


"Itu Abraxas, salah satu pengikutku." Ornlu pun muncul di
sisi Edmund dan mengomentarinya.

"Dia salah satu iblis yang cukup kuat, aku rasa kau sudah
memahami kekuatanmu dengan baik, Edmund. Dia bukan
jenis yang mudah dikalahkan oleh penyihir pemula,"
komentar Ornlu lagi.

"Kenapa kau terus mengincarku?" Edmund bertanya pada


Abraxas.

"Viola membuat kontrak sebelum kematiannya, dia


menginginkan dirimu menderita," kata Abraxas terbata.

"Apa iblis bisa dibunuh?" Edmund bertanya pada Ornlu.

"Kau hanya akan menjatuhkannya ke neraka. Dia mungkin


akan membuat kontrak baru dalam beberapa ratus tahun
lagi." Ornlu menanggapi tenang.

"Enyahlah!" teriak Edmund sembari membuat rantai tidak


terlihatnya membelit si iblis layaknya piton melilit seekor
rusa. Semburat mirip kembang api pun terpancar dari
sosoknya dan menyisakan debu yang juga segera
menghilang.

Anna Kanina
344
The Duchess Want a Divorce

Edmund merasa tubuhnya lebih ringan, seakan beban yang


berat sudah terlepas darinya.

"Aku menang?" Edmund tidak menyangka kalau dia bisa


begitu mudah mengalahkannya. Kekuatan dari Ornlu
memang sepadan dengan gelarnya sebagai dewa mimpi
buruk.

"Abraxas dan Viola tidak akan mengganggumu lagi." Ornlu


menanggapi.

"Tapi-" Ornlu menjentikkan jarinya yang berkuku panjang.


Sebuah perkamen tampak melayang di udara. Tintanya
berwarna merah dan terlihat tanda tangan Edmund di sana.

"Kontrakmu denganku belum selesai," kata si dewa lagi.

"Aku tahu." Edmund sedikit menarik napas.

Setelah menjadi penyihir, mengalahkan kutukan Viola


ternyata mudah dilakukannya. Namun dia harus membayar
mahal untuk ganti kekuatannya.

Masalahnya, semakin lama dia menggunakan kekuatan itu


maka semakin enggan bagi Edmund untuk melepasnya.
Edmund merasa berkuasa dan bisa melakukan apa saja. Hal
itu telah membangkitkan hasratnya yang lain, yaitu

Anna Kanina
345
The Duchess Want a Divorce

keinginan retoris untuk membuat seluruh negara berada di


bawah Teutonia. Edmund sempat berpikir, semua itu-walau
dulu terasa tidak mungkin-bisa dilakukan jika menggunakan
sihirnya.

Anna Kanina
346
The Duchess Want a Divorce

Bab 33 - Another Hunting Day

Seandainya wanita itu berasal dari keluarga yang punya


cukup uang, dia mungkin tidak akan melakukan ini.
Menemani para pria minum di tempat perjudian ilegal tentu
bukan hal yang biasa dilakukan wanita baik-baik. Tapi
bayarannya cukup besar agar dia bisa memberi makan kedua
anaknya yang berusia balita. Mereka tidak bisa terus
membebani kuil dengan tinggal dan makan gratis di sana.

Tapi dia berani bersumpah demi Dewi Edna, dia tidak akan
menjual dirinya. Menjadi wanita bercerai saja sudah
dianggap menyedihkan di Teutonia. Kalau warga tahu dia
bahkan menjual diri, dia dan anaknya akan diusir dari tempat
tinggal mereka.

Salah satu tamu yang dia layani mengira dia bisa dibayar
untuk menemaninya di kamar sewaan. Dia menolak, tentu
saja, walau tawarannya cukup menggiurkan. Dia mungkin
bisa membeli tiga piring daging sapi panggang untuk makan
malam, tapi dia mungkin tidak akan bisa menelannya karena
rasa bersalah. Sup ayam encer masih jauh lebih baik.

Dia sudah berusaha keras hidup terhormat walau semua


orang menganggapnya perempuan gagal. Tapi takdir seakan
tidak suka melihatnya bahagia. Seorang pria menangkapnya

Anna Kanina
347
The Duchess Want a Divorce

dan memaksanya masuk ke dalam kereta kuda tanpa


identitas.

Dia terbangun di sebuah pondok atau gubuk yang mirip


kandang kuda. Dia duduk di atas tumpukan jerami lembap
dan sedikit bau karena hujan menetes melalui atap sirap
yang bocor. Dia kedinginan dan gemetar. Kulitnya sangat
pucat. Lalu seorang pria yang familier membuka pintu dan
menghampirinya.

"Seharusnya kau terima saja tawaran dariku. Setidaknya kita


bisa melakukannya di kamar losmen yang nyaman. Aku
bahkan akan membiarkanmu mandi air hangat," kata pria itu
dengan suara serak.

"Tidak, kumohon. Aku-aku punya anak."

"Kalau kau bersikap baik dan tidak melawan, kau bisa


bertemu mereka sebelum matahari terbit. Aku tidak suka
melakukan ini, tapi kau terlalu jual mahal, Madam," kata pria
itu lagi.

"Sir, aku tidak akan diam saja. Aku akan melaporkannya pada
para kesatria dan penjaga, aku-"

"Tidak akan ada yang mau percaya pada mulut wanita miskin
pekerja bar dan bercerai." Pria itu terkekeh. Sinar bulan yang

Anna Kanina
348
The Duchess Want a Divorce

menelusup ke balik retakan atap membuat sebagian


wajahnya terlihat. Dia berusia paruh baya dengan kepala
tanpa rambut, tapi memelihara janggut yang mulai putih
beberapa helai.

Sang wanita malang berusaha lari, mempertahankan harga


dirinya sekuat tenaga. Namun dia sudah terlalu lelah bekerja
dan terlalu takut. Pria itu sedikit gemuk tapi memiliki tenaga
yang besar. Sekuat apa pun wanita itu berteriak, tidak ada
yang mendengarnya. Beberapa petani mungkin tahu, tapi
memilih abai karena khawatir tersandung masalah.

Rasa asin dan amis terasa di ujung bibirnya. Walau pria itu
memukulnya dan menamparnya, dia yakin kalau itu bukan
darahnya. Wanita itu menjerit lagi walau suaranya sudah
serak dan nyaris hilang.

Pria itu tersungkur dengan pedang metal hitam menancap


dari punggung ke dadanya. Dia merebah dalam posisi
tengkurap dan menggerakkan jarinya tidak berdaya seraya
merasakan beberapa liter darah mengalir deras dari lukanya.
Dia tewas dalam beberapa detik.

"Sir?" sapa wanita itu gemetar kepada orang lain yang kini
berusaha mencabut pedangnya. Dia membersihkannya
dengan sebuah kain, kemudian menyarungkannya kembali.

Anna Kanina
349
The Duchess Want a Divorce

"Dia pemerkosa berantai, beruntung aku tiba tepat waktu.


Sekarang pulanglah. Ambil ini dan beli pakaian baru. Kau
harus melepas baju luarmu yang berlumur darah dan
meninggalkannya di sini. Terus berjalan ke utara dan kau
akan menemukan penginapan. Mereka tidak akan bertanya
apa pun selama kau punya uang. Aku akan mengurus
sisanya." Pria misterius itu melemparkan sekantong keping
emas pada si wanita.

Masih gemetar, wanita itu membungkuk dan berterima


kasih, kemudian pergi meninggalkannya.

Sepeninggal perempuan tadi, gubuk itu pun mendadak


diliputi hawa dingin. Cahaya bulan seakan mengharamkan
dirinya menyentuh tempat itu dan Ornlu pun menjelma di
sana dan melihat mayat itu puas.

"Nyawa pertama." Ornlu menyeringai.

"Jahat dan luar biasa keji, manusia pendosa yang


melampiaskan nafsunya pada para wanita lemah, jiwa yang
lezat. Aku akan senang menambahkannya dalam koleksiku."
Dewa iblis itu merentangkan tangannya dan membiarkan
kabut hitam yang menguap dari mayat itu merasuk ke dalam
dirinya.

Anna Kanina
350
The Duchess Want a Divorce

Edmund melipat tangannya, dia tidak menikmati apa yang


dia lakukan. Setelah terakhir kalinya dia membunuh di kapal,
Edmund sudah bertekad untuk tidak menggunakan sihir lagi
untuk membunuh. Dia cerdas dan tahu kalau dia bisa
tergoda dan terjebak pada permainan iblis.

Ornlu dan dirinya membuat kontrak. Dewa iblis dan mimpi


buruk itu bersedia berbagi kekuatan sihirnya dan Edmund
harus menjadi kaki tangannya. Kontrak dengan iblis selalu
melibatkan nyawa. Entah nyawa sendiri maupun nyawa
orang lain. Ornlu meminta Edmund untuk mencabut 44
nyawa pendosa terburuk untuk dikorbankan pada Ornlu.
Setelah tugasnya selesai, maka Edmund akan bebas.

Edmund bisa saja mengulur waktu dan sama sekali tidak


membunuh. Tapi di kontrak mereka juga dijelaskan, jika
Edmund mati sebelum tugasnya usai, maka jiwanya akan
jatuh ke neraka. Edmund tidak ingin merasakan panas dan
busuknya bau neraka. Dia juga harus segera mengenyahkan
Ornlu dari hidupnya.

Ornlu memberikan pedang hitam yang harus digunakannya


setiap kali melakukan ritual pengorbanan. Para bajak laut
yang dibunuhnya dengan sihir tidak masuk hitungan karena
Edmund tidak menggunakan pedangnya.

Anna Kanina
351
The Duchess Want a Divorce

Edmund tahu, seburuk apa pun kesalahan seseorang,


mereka berhak diadili. Pria yang baru saja dibunuhnya
berulang kali lolos dari dakwaan karena bukti yang tidak
kuat. Dia memilih korbannya dengan pandai. Para pelacur
dan pekerja malam atau perempuan jelata dengan status
bercerai. Kesaksian mereka tidak terlalu dianggap oleh
hakim. Karena itu, pria itu selalu lolos. Edmund memastikan
dia benar-benar penjahat sebelum membunuhnya.

Kendati dia memang pantas dihukum mati, tapi dia


seharusnya mati di tiang gantungan setelah penghakiman
yang adil. Edmund akan terkena masalah karena main hakim
sendiri sehingga dia menyembunyikan identitasnya.

***

Edmund kurang tidur sehabis keluar malam dan memburu


penjahat. Dia duduk setengah tidak fokus di meja kerjanya
yang dipenuhi perkamen menumpuk tinggi. Para ajudan dan
sekretarisnya terlihat sibuk sendiri, sementara sang duke
enggan bekerja dan malah membayangkan kasurnya yang
nyaman.

Sejak mengalahkan kutukan Viola, tidur tanpa mimpi buruk


menjadi kegiatan favoritnya.

Anna Kanina
352
The Duchess Want a Divorce

"Your Grace." Nathaniel, salah seorang kesatria


kepercayaanya, menghadap.

Edmund mengangkat tangannya dan mereka yang merasa


tidak berkepentingan berhenti sibuk dan keluar ruangan.

"Apa yang kau dapatkan?"

"Abigail Mileva, dia bekerja untuk restoran Lord Hubbert.


Tapi saya menemukan kalau dia pernah bertemu kesatria
dari Duke Alderbranch. Lord Hubbert sendiri memang sekutu
dekat Duke Killian, jadi koneksi antara mereka bisa dibilang
cukup kuat." Dia melapor.

"Duke Killian menentang pencalonanku sebagai putra


mahkota." Edmund mengungkap sebuah fakta yang bukan
rahasia.

"Dia berharap bisa menikahkan putranya dengan Putri Gisca.


Tapi dia enggan melakukannya jika keluarga Albrighton tidak
lagi memimpin Teutonia setelah raja yang sekarang wafat."
Nathaniel menyimpulkan lagi.

"Jadi kita sudah punya alasan kenapa Abigail mendekatiku di


pulau Soran. Dia mungkin menerima tugas dari Killian,"
simpul Edmund geram.

Anna Kanina
353
The Duchess Want a Divorce

Dia sudah lengah dan membiarkan wanita itu memasuki


hidupnya. Edmund juga mengutuk dirinya karena mabuk dan
tidak bisa mengontrol emosi. Seharusnya dia bisa menduga
kalau Abigail mengincar sesuatu darinya.

"Apa aku benar melakukannya?"

"Maaf?" Nathaniel memastikan pendengarannya.

"Aku dan Abigail, apakah aku benar melakukannya?


Maksudku, tidur bersama," gumam Edmund gusar.

"Saya tidak tahu, Your Grace. Ketika itu Anda hanya berdua
saja dengannya. Kami tidak mungkin mengawasi Anda
sampai ke sana."

"Apa kau pernah melakukan itu dengan wanita dalam


keadaan mabuk berat dan bangun tanpa mengingat apa
pun?" selidik Edmund.

"Tidak, Sir, semabuk apa pun diriku, aku akan ingat kalau aku
melakukannya." Nathaniel menegaskan.

"Itu bagus, aku agak sedikit tenang. Karena aku yakin aku
tidak ingat apa pun yang terjadi malam itu selain muntah di
kamar mandinya."

Anna Kanina
354
The Duchess Want a Divorce

Tapi Edmund tahu kalau dia tidak bisa sepenuhnya tenang.


Dia berpikir kapan Duke Killian akan mulai menyerangnya.
Dia sudah terbiasa dimusuhi oleh bangsawan yang
berseberangan dengannya. Tapi membuat rumor dan
mengincar kredibilitasnya, jarang terjadi.

"Untuk saat ini, kita tunggu saja apa yang akan mereka
lakukan. Tidak perlu menyerang lebih dulu. Kau juga
sampaikan pada majelis hakim kalau duke Rosiatrich
mendaftar sebagai algojo." Edmund memberi tahu.

"Ap-apa? Algojo?"

"Ya, aku ingin ikut serta menjadi algojo kerajaan."

Nathaniel ingin bertanya kenapa, tapi instingnya berkata


kalau dia sebaiknya diam. Nathaniel pulang lebih dahulu dari
pulau Soran untuk menjalankan tugas dari sang duke. Tapi
kini semua orang bilang Duke sedikit berbeda. Dia tidak lagi
menggunakan pedang peraknya dan memilih
menggantungnya di ruang kerja.

Para kesatria dan awak yang pulang bersamanya juga


menjadi lebih pendiam dan takut pada Duke melebihi
normal. Namun mereka enggan berbagi satu kalimat pun.

Anna Kanina
355
The Duchess Want a Divorce

"Saya akan sampaikan, Your Grace." Nathaniel


menyanggupi.

"Your Grace." Seseorang mengetuk. Aaron Ainsley


menunjukkan wajahnya.

"Seseorang ingin bertemu Anda."

"Siapa?"

"Abigail Mileva, katanya ini sangat penting."

Nathaniel dan Edmund melihat satu sama lain karena tidak


menyangka kalau wanita yang sedang mereka bahas sedang
berada di Rosiatrich Mansion.

"Izinkan dia masuk ke ruanganku dan biarkan aku bicara


berdua saja dengannya," kata Edmund menyanggupi.

Anna Kanina
356
The Duchess Want a Divorce

Bab 34 - The Painting

"Kejadiannya sudah lebih dari satu bulan yang lalu, Duke.


Saya sudah pergi ke dokter. Mereka bilang saya hamil." Itu
adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Abigail.

Dia mengenakan gaun abu-abu dengan payet putih di ujung


lengan serta roknya. Kakinya yang jenjang dihiasi stileto
dengan merek ternama. Edmund memang jarang pergi ke
pertokoan apalagi mengikuti tren fashion, tapi dia tahu kalau
semua pakaian itu mahal dan tidak mudah dibeli kaum
pekerja seperti Abigail.

"Maaf, apa?" Edmund memastikan ulang.

"Saya hamil, mengandung anak Anda," kata Abigail dengan


raut wajah teguh dengan kedua telapak tangan menempel di
perutnya yang masih rata. Dia sudah melatih itu semua
berulang kali dan bisa mengucapkannya dengan yakin. Dia
tidak ingin bersikap seperti wanita lemah dengan menangis
dan bersimpuh di kaki sang duke. Dia memilih untuk bicara
langsung ke inti masalah.

Edmund tertawa, menganggap Abigail tengah melontarkan


lelucon sadis kepadanya.

Anna Kanina
357
The Duchess Want a Divorce

"Lady Abigail, saya cukup yakin kalau kita tidak pernah


melakukannya di pulau Soran." Edmund menanggapi sambil
tersenyum tenang.

"Bagaimana Anda tahu? Anda punya bukti kalau kita tidak


melakukannya?"

"Apa?"

"Banyak saksi di sana, Duke. Termasuk kesatria Anda sendiri.


Kita jelas sudah menghabiskan malam bersama." Abigail
tidak mau kalah.

"Tapi aku tidak mengingat apa pun, Abigail. Semabuk apa


pun diriku, aku tidak akan." Edmund mengelak.

"Anda meminum teh Rosebera ketika Anda mabuk.


Bartender memberikannya untuk membantu Anda lebih
rileks dan tidur nyenyak. Tapi meminumnya setelah
menenggak alkohol akan menimbulkan efek lupa ingatan
dan kebingungan." Abigail menjelaskan dengan lancar
seolah dia seorang peracik ramuan herbal.

"Teh Rosebera?" Edmund tidak terlalu familier dengan


namanya. Dia harus mengecek lagi dengan para kesatrianya
apakah benar yang dikatakan Abigail.

Anna Kanina
358
The Duchess Want a Divorce

"Saya-saya tahu kalau Anda akan mengelak. Itu malam yang


spesial buat saya. Anda mungkin akan melupakannya.
Karena itu, saya memastikan kalau itu tidak terjadi. Saya
sudah menyimpan bukti untuk itu, serta ada saksi yang
jumlahnya tidak sedikit," kata Abigail lagi yang mulai
menanggalkan cara bicara formalnya.

"Diamlah! Aku selama ini menghargaimu karena kita kenalan


lama! Tapi apa kau harus jatuh serendah ini? Berapa yang
mereka bayar? Aku akan lipat gandakan tawaran mereka!"
Edmund sudah kehilangan ketenangannya.

"Astaga, Duke Edmund! Bagaimana mungkin kau berpikir


kalau ini semua soal uang semata? Saya memang tidak
berasal dari keluarga kaya, tapi saya tidak mengincar harta
Anda. Saya hanya ingin anak saya memiliki status yang jelas
di Teutonia." Abigail menutup wajah dan menggelengkan
kepala cantiknya, tampak sedih.

"Apa Anda mau membuang saya dan anak ini? Merasa Anda
hanya cukup memberikan uang, lalu pergi? Apa Anda
menganggap wanita yang Anda tiduri sebagai pelacur?"
lanjutnya lagi tampak tersakiti. Air mata mulai menggenang
di pelupuk matanya.

"Karena aku tahu kalau aku tidak melakukannya!" Edmund


menegaskan. Dia punya reputasi sebagai bangsawan dingin

Anna Kanina
359
The Duchess Want a Divorce

dan bahkan pernah diceritakan membunuh musuhnya


sambil bersiul. Karena itu, dia tidak akan goyah walau ada
wanita dan anak-anak menangis penuh iba di kakinya.

"Tapi semua orang tahu kalau kita bermalam bersama. Apa


akan mudah bagimu untuk menghapus fakta itu? Saya tahu
itu tidak bisa dilakukan walaupun Anda seorang duke yang
berkuasa." Abigail menantang.

Edmund bangkit dari duduknya dan mulai melangkah gusar,


membuat jejak melingkar di karpetnya. Dia ingin
menyingkirkan Abigail dan itu mudah saja dia lakukan. Tapi
dia tidak menghadapi Abigail saja. Dia sudah tahu kalau
Abigail dan Duke Killian punya koneksi.

Kalau dia membunuh Abigail, maka Duke Killian akan segera


mengetahuinya. Karena wanita itu pasti diawasi oleh para
kesatria Killian. Jika dia menghilang lalu ditemukan tewas,
maka Killian akan meminta hakim mengusutnya dan
mengajukan pengadilan pada raja.

Jangankan menjadi putra mahkota, dia malah bisa dipenjara


karenanya. Namanya akan hancur karena Killian punya
jaringan media yang masif. Lalu bagaimana nasib Gwen? Dia
tidak akan menerima itu semua dengan mudah.

Anna Kanina
360
The Duchess Want a Divorce

Edmund menerka, jika Sigmar berkuasa nantinya, dia akan


disetir oleh Duke Killian. Pria itu licik dan serakah. Dia penuh
dengan muslihat. Masa depan Teutonia tidak akan baik jika
melibatkan mereka. Bukannya ingin menyombongkan diri,
tapi Edmund sangat yakin dia bisa menjadi raja yang lebih
bijak ketimbang Sigmar.

Mundur dari perebutan gelar pangeran mahkota tidak akan


pernah masuk ke dalam solusinya. Dia lebih memilih untuk
menghadapi Duke Killian dan segala konspirasinya.

"Pulanglah, Ainsley akan menghubungimu nanti." Edmund


memutuskan sambil memberikan tatapan tidak suka.

***

"Kukira akan ada Quentin di sini." Gisca mengeluh tanpa


malu pada para temannya.

"Dia sudah bukan pengawalku lagi, katanya dia kini bekerja


sebagai kesatria di kehakiman." Harvey menanggapi.

"Kenapa Anda selalu mencari Quentin?" lanjut Harvey lagi.

"Sudah jelas, kan? Saya menyukainya." Gisca tersenyum.


Rambut pirangnya digelung dan dia mengenakan riasan tipis.

Anna Kanina
361
The Duchess Want a Divorce

Dia mengenakan gaun yang tidak terlalu rumit sehingga


membuatnya terlihat seperti gadis remaja.

"Kudengar dia akan menikah, dia sudah punya pasangan. Itu


tidak pantas, Yang Mulia." Edmund berkomentar setelah
menyesap kopi hitamnya.

"Lagi-lagi Edmund dengan kritikan sok benarnya. Hei! Adalah


hakku untuk suka pada siapa. Aku tidak bisa menahannya."
Gisca merengut tidak suka.

"Itu akan membuatmu sedikit tidak terhormat, Yang Mulia.


Bukankah Anda membawa nama kerajaan Teutonia dalam
setiap aksi Anda? Apa Anda mau menyusul perilaku
Pangeran Sigmar?" balas Edmund tidak mau kalah.

"Apa? Gwen juga melakukannya dan kau akhirnya


menikahinya juga, kan?" Gisca mendebat.

"Gwen hanya menyukai diriku. Aku dan dia sama-sama


lajang, jadi itu tidak terlalu masalah." Edmund membela diri.

"Anda selalu mengkritikku sejak tadi. Apa kapal dagangmu


tenggelam atau semacamnya? Mengalami hari yang buruk?"
Gisca menggerutu dan merasa sulit menelan tehnya.

Anna Kanina
362
The Duchess Want a Divorce

"Aku hanya ingin tahu seperti apa cara raja dan ratu
mendidik anaknya. Kenapa anak-anak mereka menjadi
pembangkang dan perusak nama kerajaan? Kuharap
Pangeran Raymond, adik kalian, dididik dengan lebih baik."
Edmund berkomentar sedikit sinis.

"Oh, astaga! Ini sudah berlebihan! Ya ampun, Pangeran


Harvey, kalau dia menjadi raja, izinkan saya tinggal di
Arbavia, bisakah?" Gisca merajuk frustrasi
"Dia hanya akan menjadi beban negara, sebaiknya tidak
usah," kata Edmund dingin.

"Tunggu, kenapa kalian melibatkan aku?" Harvey protes.


Sedari tadi dia berusaha menghilangkan hawa
keberadaannya dengan bernapas pelan.

Edmund tenggelam dalam pikirannya sendiri sambil bersikap


seolah sibuk fokus pada gelas minumannya yang hampir
kosong. Ini memang tidak seperti dirinya yang biasa. Melihat
Gisca segera mengingatkannya pada Sigmar kakaknya. Sejak
lama Edmund dan Gisca memang tidak terlalu akrab. Mereka
cenderung lebih suka untuk tidak berurusan satu sama lain.
Tapi itu sulit dilakukan karena Gisca adalah sahabat Gwen
sementara Edmund adalah pria yang disukai oleh Gwen.
Sebagai sahabat yang baik, Gisca berusaha akur dengan
Edmund. Namun sifatnya yang cukup bebas dan tidak suka

Anna Kanina
363
The Duchess Want a Divorce

diatur membuat Edmund masuk dalam urutan buncit dalam


daftar tamu pestanya.

Gisca tidak suka sifat Edmund yang kolot dan terlalu


patriarki. Seluruh keluarga Rosiatrich mengadopsi budaya
yang kaku dan mempertahankannya atas alasan
melestarikan tradisi. Edmund mungkin punya gejala yang
lebih ringan ketimbang pria lain di keluarganya. Biasanya
para wanita dan istri di keluarga mereka malah hanya
bepergian beberapa kali setahun. Generasi lebih tua bahkan
melarang wanitanya belajar membaca dan hanya diizinkan
berlatih piano demi menghibur keluarga mereka nanti ketika
menikah.

Beruntung Edmund pernah bersekolah di negara lain dan


berinteraksi dengan banyak kalangan. Wawasan dan cara
pikirnya menjadi lebih luas, walaupun dia tetap saja seorang
Rosiatrich. Gisca khawatir sahabatnya tidak boleh bertemu
lagi dengannya atau menjadikan Gwen tahanan di rumahnya
sendiri. Untungnya Edmund tidak terlalu ketat dan masih
mengizinkan Gwen melakukan banyak hal.

"Apa yang terjadi selama aku pergi?" Gwen tiba di hadapan


mereka dengan ekspresi tidak tahu apa-apa sehabis
merapikan diri di kamar mandi.

Anna Kanina
364
The Duchess Want a Divorce

Sebagai usaha menghalau rumor buruk tentang Harvey dan


Gwen, pangeran Arbavia itu meminta bertemu untuk
melihat lukisan Gwen. Mereka singgah ke rumah sewaan
Harvey yang tidak terlalu mewah. Interiornya sederhana
dengan minim perabot. Namun setiap pintu dan pegangan
tangganya berukir rumit dan bergaya klasik.

Harvey mengajak Gisca dengan alasan tidak punya kenalan


bangsawan lain di Teutonia. Untuk menghalau rumor, dia
perlu terlihat bersama wanita selain Gwen. Dia murni
mengajar dan hanya kenal kaum akademisi serta mahasiswa-
yang jelas tidak merasa cukup layak untuk bertemu muka
dengan duke dan duchess Rosiatrich yang tersohor. Tapi
Harvey tidak tahu kalau Gisca dan Edmund ternyata tidak
terlalu akur.

"Duchess, syukurlah Anda tiba." Harvey tampak lega karena


kehadiran Gwen.

"Apakah Gisca dan Edmund berdebat lagi? Bukankah mereka


sangat akrab, Yang Mulia?" Gwen tertawa anggun setelah
menebak apa yang terjadi.

"Kami tidak akrab, sama sekali tidak akrab." Edmund


membantah.

Anna Kanina
365
The Duchess Want a Divorce

"Baiklah, aku tidak ingin mengganggu jam tidur kalian. Aku


biasa meneliti dan membaca sampai larut malam. Tapi kalian
para bangsawan biasa tidur pukul sembilan tepat, kan? Jadi,
ayo kita lihat lukisannya." Harvey berdiri dan membuat
gestur ajakan dengan lengannya.

"Memangnya Anda sendiri bukan bangsawan?" Gisca


mengingatkan.

"Ah, iya, saya sering lupa soal itu," tanggap Harvey seakan itu
sepele.

Harvey membawa mereka ke sebuah ruangan yang sengaja


dia jadikan studio lukis. Begitu lukisannya hampir selesai, dia
memindahkan potret Gwen ke rumahnya sendiri untuk
memberi beberapa sentuhan terakhir.

Gwen memutar matanya merasa bersemangat. Bau cat


dengan setitik uap alkohol menyebar di ruangan berplafon
tinggi itu. Harvey adalah orang yang kreatif dan bekerja
dengan cara yang berantakan. Dia membiarkan tumpahan
cat mengering di lantai serta enggan memungut kanvas serta
kuas yang jatuh di lantainya.

Pada salah satu sisi dindingnya, Gwen, Gisca, dan Edmund


melihat sebuah kanvas besar yang lebih dari ukuran pintu
rumah diselimuti oleh kain putih. Harvey membuka

Anna Kanina
366
The Duchess Want a Divorce

selubungnya dan menunjukkan hasil akhir dari lukisan yang


dia wujudkan setelah negosiasi sulit dengan Duke Edmund.

Sebuah lukisan bergaya realis dengan nuansa musim gugur


yang lembut kini terpampang, membuat mata siapa pun
bahagia. Dia memiliki wajah Gwen dengan rambut lebih
panjang dari sang duchess. Dewi Edna digambarkan
mengenakan gaun putih bersahaja dengan tangan
ditangkupkan-seperti sikap memuja. Itu adalah lukisan yang
akan diinginkan setiap altar kuil Dewi Edna.

"Dia sangat cantik-bukan berarti aku sedang memuji diriku


sendiri-tapi sungguh, dia terlihat hidup." Gwen
berkomentar.

Edmund mendekat dan menyentuh tepian kanvasnya


perlahan.

"Apakah ini dijual?" tanyanya.

"Tidak, aku akan memajangnya di galeri atau museum


nanti." Harvey menegaskan. Edmund tampak kecewa, dia
berpikir untuk membelikannya untuk Gwen.

"Bisa membuatkan aku lukisan? Untuk dipajang di istana?"


Gisca bertanya setengah berharap.

Anna Kanina
367
The Duchess Want a Divorce

"Yang Mulia, saya bukan seniman komersial." Harvey


menggeleng.

Mereka mengagumi dan mengamati lukisan itu selama


beberapa saat sebelum memutuskan untuk menyudahi
malam mereka. Gwen, Gisca, dan Edmund sudah ditunggu
oleh kereta kuda mereka masing-masing.

Harvey menahan langkah sang duke sebelum dia menaiki


kereta kudanya.

"Saya ingin bicara dengan Anda nanti, berdua saja. Saya ingin
membahas pertemuan Anda dengan Ben Hawk serta pulau
Soran. Kuharap Anda ada waktu," bisik Harvey padanya.

"Saya akan meminta Ainsley untuk mengecek jadwal.


Kuharap kita bisa bertemu," tanggap Edmund berbasa-basi.
Dia mungkin tidak akan mau bertemu karena khawatir
Harvey bisa mengetahui kalau dia membuat kontrak dengan
iblis.

"Anda juga, Yang Mulia, berhati-hatilah. Sampaikan salamku


kepada Sigmar. Bilang padanya untuk menghadapiku secara
adil. Tidak usah membuat jebakan-jebakan pengecut," kata
Edmund pada Gisca sebelum dia naik ke keretanya.

Anna Kanina
368
The Duchess Want a Divorce

"Kalau Anda pikir ingin membuat saya kesal dengan


menghina kakak saya, itu tidak terlalu berhasil. Saya sudah
kebal mendengar omongan semacam itu," balas Gisca
santai.

Edmund memandang ke luar jendela kereta kudanya dengan


beragam pikiran di kepala, seraya mendengarkan heningnya
malam serta suara gesekan sayap jangkrik beserta langkah
kuda. Edmund merasa dia akan menghadapi hal yang berat
ke depannya.

Hal yang dia pikir sederhana dan mudah ternyata salah. Ini
adalah perebutan gelar calon pemimpin negara besar seperti
Teutonia. Edmund tidak bisa lagi terlalu naif dan
menjalaninya dengan santai. Dia harus bergerak dan
menyerang lebih dulu. Segala teori perang juga terus
mengingatkan untuk selalu berpikir dua sampai tiga langkah
di depan musuhnya.

"Kenapa hari ini kau tidak seperti biasanya?" Gwen bertanya


sambil memeluk lengannya.

"Kenapa?"

"Sepertinya kau sedang memikirkan hal yang berat. Kau


bahkan membuat Gisca kesal lebih dari biasanya. Apa ada
masalah dengan pekerjaanmu?"

Anna Kanina
369
The Duchess Want a Divorce

"Tidak, tidak apa. Aku akan baik-baik saja, Gwen." Edmund


tersenyum, tapi Gwen melihat kebohongan dari sorot
matanya.

"Aku tidak masalah walaupun kau bukan putra mahkota,


seharusnya itu semua tidak membuatmu terbebani," kata
Gwen lagi.

Edmund memandang istrinya lekat. Kalau boleh jujur,


lukisan Harvey memang indah, tapi model aslinya jauh lebih
sempurna dan menawan. Edmund sudah melakukan banyak
hal, bahkan membunuh demi bisa hidup bahagia bersama
istrinya. Tapi secara logika, seorang Gwen tidak sebanding
dengan nasib puluhan juta rakyat Teutonia.

"Gwen, aku banyak membohongimu." Edmund mengaku.


"Apa? Tentang apa?"

Edmund ingin bilang banyak hal padanya. Tentang


kutukannya. Tentang rasa takut akan kehilangan Gwen.
Tentang Abigail yang mengaku hamil anaknya. Tentang
Ornlu serta Ben Hawk, termasuk fakta kalau dia harus
membunuh dan mengorbankan nyawa manusia untuk iblis.
Edmund sudah menyembunyikan banyak hal dan berusaha
membuat istrinya merasa aman dan bahagia. Tapi dia tidak
akan pernah mengatakannya. Walau untuk beberapa hal-
seperti kasus Abigail-Gwen pasti akan tahu dengan

Anna Kanina
370
The Duchess Want a Divorce

sendirinya.
Edmund membawa wajah istrinya mendekat dan memberi
ciuman singkat ke bibirnya yang dingin berkat cuaca malam
itu.

"Tentang aku yang tidak dan tidak akan pernah


mencintaimu-itu adalah salah satu kebohonganku," kata
Edmund yang segera menerbitkan rasa haru di benak Gwen.
Dia merasa mendapatkan hadiah ulang tahun lebih awal.

"Apa pun yang akan terjadi ke depannya, tetaplah percaya


padaku, dan jangan pernah meninggalkanku." Edmund
berpesan.

Anna Kanina
371
The Duchess Want a Divorce

Bab 35 - The Powerful People

Aroma tembakau mulai tercium kuat di ruang tamu


berplafon tinggi yang berada di Rosiatrich Mansion. Ketika
para pria berkumpul, mereka akan mengeluarkan kotak
cerutu dan mulai membakarnya. Tidak ada satu pun dari
kotak cerutu itu yang serupa. Semua dibuat dengan tangan
pengrajin Teutonia dari aneka bahan. Ada yang dibuat dari
kayu, logam, bahkan kulit ular. Tapi semua dari kotak cerutu
mereka memiliki ukiran nama keluarga.

Para bangsawan itu juga memiliki selera masing-masing. Ada


yang mencampur tembakau dengan cengkeh atau sedikit
kulit jeruk. Ada juga yang membubuhkan sedikit khat untuk
memberikan efek mabuk.

Duke Edmund-yang mulai sulit melihat jelas karena ruangan


berubah menjadi berkabut-membuka jendelanya. Dia tidak
merokok karena dia seorang kesatria dan harus menjaga
paru-parunya. Dia bukan tipe bangsawan yang betah duduk
seharian dan hanya mengurus bisnis atau akuntansi.
Kebanyakan pria ningrat seumurannya juga sudah mulai
berperut buncit. Fisik generasi sebelumnya lebih kurang
mengesankan. Selain memiliki perut besar karena
kebanyakan minum, mereka juga membiarkan bibir mereka
menghitam karena rokok serta kondisi kulit kusam dan
berjerawat akibat diet yang penuh gula.

Anna Kanina
372
The Duchess Want a Divorce

Edmund tidak akan membiarkan dirinya seperti mereka.


Edmund ingin tetap gagah di usia tuanya. Sama seperti para
kesatria yang menjadi mentor dan panutannya ketika
remaja. Mungkin mereka tetap merokok dan minum, tapi
mereka rajin berolahraga serta menjauhi makanan manis
karena alasan mahal.

Masalahnya, dia mulai percaya kalau para ningrat itu


bukannya sengaja tidak merawat diri. Beban pikiran mereka
mungkin lebih berat dari orang kebanyakan. Mereka harus
duduk di kursi sepanjang waktu dan membahas hal-hal
rumit. Mereka terbebani dengan kewajiban membayar gaji,
sewa tanah, dan memungut pajak.

Belum lagi setiap pergantian musim mereka harus


memikirkan perlengkapan dan bekal untuk kastil mereka.
Menentukan tanaman apa yang paling menguntungkan dan
cocok untuk ditanam atau memutuskan tanah mana yang
mau mereka beli atau jual.

Yang mereka punya hanya uang, mereka menggunakannya


untuk membeli segala manisan dan tart. Termasuk aneka
makanan impor yang memanjakan lidah. Itu demi
mewaraskan hari mereka dan menjaga agar mereka tetap
bahagia dan bisa bekerja dengan baik.

Anna Kanina
373
The Duchess Want a Divorce

Edmund tidak akan menilai para bangsawan itu dari


penampilannya saja. Karena walaupun mereka menua dan
sudah tidak lagi cukup atraktif, ada sorot mata bijak dan
pengetahuan luas di otak mereka. Karena itu juga Edmund
memanggil para bangsawan itu ke rumahnya untuk
berdiskusi.

Dipimpin oleh Marquis Capricio yang merupakan satu-


satunya pria sekurus tengkorak-dengan kepala besar serupa
dengan labu Jack-o'-lantern-mereka satu per satu hadir
tanpa seremoni khusus. Para bangsawan itu adalah mereka
yang diketahui sudah bulat mendukung Edmund menjadi
pangeran mahkota.

Edmund memastikan kalau mansion-nya aman dari


penyusup. Dia menyingkirkan para pelayan dan menyisakan
hanya beberapa orang yang dia percaya. Ruang tamunya
sudah dirancang kedap suara dengan menempelkan
bantalan kain tebal sebagai dekorasi dinding. Siapa pun tidak
bisa mencuri dengar pembicaraan mereka. Kalau apa pun
yang mereka bahas di sini bocor, pelakunya pastilah salah
satu dari tamu Edmund.

"Dokter keluarga Anda sudah mengonfirmasi?" Lord Capricio


bertanya sambil duduk di kursi berlengan dan menyesap
kopi hitam. Dia memiliki pandangan mata menusuk dan
selalu bersikap seperti guru matematika yang tegas dan tidak

Anna Kanina
374
The Duchess Want a Divorce

punya selera humor. Edmund sendiri sebenarnya ragu


apakah dia benar-benar mendukung dirinya karena mereka
sering sekali berbeda pendapat. Tapi dia menjadi sponsor
utama untuk penobatannya.

"Sudah, dia benar hamil. Tapi saya tidak tahu anak siapa."
Edmund menjawab. Sejak mendengar Abigail menyebut teh
Rosebera, Edmund menjadi ragu. Benarkah tidak terjadi apa-
apa pada malam itu?

"Anda yakin tidak pernah menyentuhnya?"

"My Lord, saya menjaga diri saya. Karena saya tahu, kalau
saya melakukannya dengan wanita yang bukan istri saya,
mereka bisa memaksa saya menikah karena mengaku hamil
dan meminta uang. Saya sudah hidup dengan penuh
tanggung jawab selama tiga puluh tahun. Saya yakin, kalau
saya melakukannya, saya akan tahu." Edmund menegaskan.
Benar atau tidak, dia harus yakin. Dia butuh dukungan dan
saran dari para ningrat saat ini.

"Itu kejadian yang biasa. Pangeran kita juga berkali-kali


terjerat skandal dan dipaksa bertanggung jawab."

"Tapi dia selalu berhasil lolos. Dia melakukan vasektomi


untuk mengunci kesuburannya. Dia punya surat keterangan
dari dokter kerajaan."

Anna Kanina
375
The Duchess Want a Divorce

"Bukankah hal itu tidak boleh dilakukan pada pria lajang?"

"Kurasa raja yang memintanya. Mereka khawatir akan ada


anak haram yang muncul dari suatu tempat dan minta diberi
gelar pangeran atau putri. Vasektomi adalah keputusan bijak
dari raja untuk putra mereka yang tidak berguna." Para
bangsawan itu bertukar obrolan.

"Tapi bagaimana kalau dia menjadi putra mahkota? Negara


tidak bisa menerima raja yang mandul."

"Dia tidak mandul. Suatu saat, jika dibutuhkan, dia bisa


melepas ikatannya dan bereproduksi normal."

"Lupakan soal Sigmar. Lalu tentang Lady Abigail ini, Anda


yakin dia punya koneksi dengan Duke Killian?" Capricio
bertanya lagi.

"Ya, saya sudah melakukan investigasi soal itu."

Edmund pun bercerita lagi tentang bagaimana mereka saling


mengenal, kehadirannya di kapal secara tiba-tiba, serta
upayanya yang sebenarnya terlalu kentara kalau dia
berusaha mendekati Edmund untuk sebuah tujuan.

"Saat itu saya sedang dalam misi pribadi dan fokusku


terpecah. Saya tidak menyadari niatnya." Edmund beralasan

Anna Kanina
376
The Duchess Want a Divorce

untuk menjawab bagaimana mungkin seorang ahli strategi


yang teliti sepertinya bisa luput ketika ada seseorang berniat
buruk padanya.

"Anda manusia, Duke. Itu kesalahan, tapi manusiawi. Kita


tidak bisa selalu lolos. Jadi Anda bertanya bagaimana untuk
menyingkirkan Nona Abigail tanpa menguntungkan Duke
Killian?"

"Benar. Kalau saya membunuhnya, Duke Killian atau Lord


Hubbert bisa menuntut saya untuk kasus pembunuhan.
Nona Abigail secara resmi bekerja pada Lord Hubbert dan
mereka punya hak untuk melindungi pekerjanya. Itu akan
merugikan saya di pertarungan perebutan gelar putra
mahkota ini." Edmund menjelaskan.

"Apakah Anda sudah mencoba memberikan uang padanya?"

"Sudah, dia menolaknya. Saya tidak terlalu paham.


Sepertinya dia tidak menginginkan uang semata." Edmund
menggeleng.

"Begini, Duke, menurut saya, kita coba bernegosiasi dengan


Lady Abigail." Lord Ethan, pemilik lahan tambang nikel di
perbatasan, bicara.

"Negosiasi seperti apa yang Anda maksud?"

Anna Kanina
377
The Duchess Want a Divorce

"Kita ubah bencana ini menjadi keuntungan. Mari kita telaah


apa niat sebenarnya dari Lady Abigail. Pertama, dia ingin
Anda menikahinya, kurasa maksudnya agar reputasi Anda di
kalangan rakyat dan wanita runtuh. Duchess sangat populer
dan disukai semua orang. Berita kalau Anda melukai hatinya
akan membuat Anda terlihat sangat bajingan. Sigmar sejak
lama sudah dianggap buruk, tapi kini dia berbuat baik dan
sering tampil di publik untuk bersosialisasi. Seorang Duke
seperti Anda yang juga pahlawan perang dan teladan, ketika
melakukan kesalahan akan disorot. Berbeda dengan Sigmar
yang sudah dipandang buruk, segala aksi baik yang dia
lakukan akan menambah sisi positifnya." Lord Ethan
menjelaskan.

"Ya, kalau hal yang sama terjadi pada Sigmar, orang akan
maklum dan menganggap kalau dia lagi-lagi khilaf. Itu bukan
hal yang baru. Duke Killian dan medianya sudah gencar
memberitakan pangeran yang bertobat dan ingin menebus
dosa. Publik menyukainya." Bangsawan lain berkomentar.

"Kedua, saya melihat kalau Lady Abigail adalah seorang yang


ambisius. Dia datang dari Caleigh yang jauh dan sebelumnya
menjalani karir yang jujur dan kabarnya cukup baik. Mungkin
dia merasa karirnya tidak meningkat dan jalan di tempat
sehingga menerima tawaran Killian. Karena itu, bagaimana
kalau kita turuti kemauan Killian? Anda nikahi Lady Abigail
dan menjadikannya istri kedua," usul Lord Ethan.

Anna Kanina
378
The Duchess Want a Divorce

"Itu keputusan gila, saya tidak mungkin melakukannya."


Edmund menggeleng tegas.

"Your Grace, saat ini penobatan Anda sebagai putra mahkota


tergantung pada Lady Abigail. Kita harus bisa merumuskan
perjanjian yang menguntungkan dia dan Anda sendiri, buat
dia mau bekerja sama dan meninggalkan kubu Sigmar. Anda
tahu kalau semua perempuan Teutonia berharap bisa
menikah dengan pria yang mapan. Bahkan walau hanya
menjadi selir. Anda seorang duke dan nantinya akan menjadi
raja. Memiliki selir adalah hal yang lumrah dilakukan oleh
pria dengan gelar kebangsawanan seperti Anda," kata Ethan
lagi.

"Itu tidak mungkin, saya tidak pernah berniat memiliki selir."

"Ini hanya pernikahan kontrak. Anda tawarkan Lady Abigail


status istri kedua, dan berjanji untuk berpisah setelah tiga
tahun, misalnya. Dia akan memiliki status sebagai janda dari
duke Rosiatrich serta kompensasi properti yang lumayan.
Anda tidak akan berurusan lagi dengannya, bahkan bisa
membunuhnya setelah semua selesai."

"Itu lebih baik ketimbang membiarkan Killian


memberitakannya dengan beragam narasi bohong,
membuat Anda menjadi orang berengsek yang menolak
bertanggung jawab," komentar bangsawan lainnya.

Anna Kanina
379
The Duchess Want a Divorce

"Keputusannya masih sekitar empat bulan lagi, Duke."

"Sebaiknya Anda harus segera membuat Abigail berada di


pihak Anda."

"Ada satu lagi, Your Grace." Lord Ethan angkat bicara. "Saya
tadi bilang kalau Anda bisa memanfaatkan pernikahan kedua
Anda untuk keuntungan Anda."

"Bagaimana caranya?"

"Anda dan Abigail adalah kenalan lama. Buat publik percaya


kalau Anda berdua adalah sepasang kekasih yang terpaksa
berpisah karena status dan bertemu kembali. Anda berdua
menyadari kalau masih saling cinta dan memutuskan untuk
bersama. Katakan kalau pernikahan Anda dengan Duchess
adalah pernikahan politik dan buat seolah-olah pernikahan
kedua Anda adalah cinta sejati. Publik menyukai drama dan
kisah Cinderella. Mereka akan memaafkan Anda dan
mendukung Anda," jelas Lord Ethan.

"Itu tidak adil untuk istri saya." Edmund merasa ragu.

"Your Grace, maaf saya bicara begini. Tapi Duchess hanyalah


seorang istri. Adalah kewajibannya untuk mendukung karir
dan masa depan suaminya. Katakan saja dengan jujur

Anna Kanina
380
The Duchess Want a Divorce

tentang semua rencana ini. Dia tidak akan menolak." Lord


Capricio ikut berpendapat.

"Ya, benar, semua orang tahu kalau Duchess yang mengejar


Anda, Duke. Dia tidak akan menolaknya."

"Tapi kami bahkan belum satu tahun menikah." Edmund


menggeleng.

"Kalau begitu, lupakan kesempatan Anda untuk menjadi


raja. Kami di sini untuk mendukung Anda, tapi kalau Anda
tidak bersedia bekerja sama, lupakanlah! Itu kalau Anda
sadar, Sigmar bisa menjadi raja dan Duke Killian akan
mengendalikannya." Capricio mengingatkan.

Edmund merebahkan punggungnya dan merenung. Dia tidak


akan membohongi Gwen, Edmund yakin istrinya akan
bersedia mendukungnya. Tapi Edmund tahu kalau semua ini
akan merugikan dan membuat Gwen berduka. Edmund tidak
bisa memilih antara masa depan Teutonia dengan rumah
tangganya. Jawabannya sudah hampir pasti Teutonia.
Edmund hanya berharap kalau Gwen akan paham kalau ini
hanya strategi politik yang terpaksa harus dia lakukan.

Anna Kanina
381
The Duchess Want a Divorce

Bab 36 - The Angel of Death

Quentin sudah satu bulan lebih tidak bertugas lapangan dan


beralih tugas sebagai penyidik di kementerian kehakiman.
Keahliannya sebagai sarjana hukum serta beberapa kali
mengikuti pelatihan intelijen telah membantunya
menganalisis tumpukan dokumen dan laporan di meja
kerjanya.

Dia tidak pernah berpikir untuk menjadi pria pekerja kerah


putih, duduk di meja seharian dan memandangi tulisan
dengan tinta yang sesekali luntur. Dia ingin beraksi dan
sudah tidak sabar mengayunkan pedang untuk
melumpuhkan pemberontak atau penjahat. Sayangnya, dia
tidak bisa melakukan itu tanpa bukti.

Selain melakukan penyelidikan sendiri, dia juga menerima


laporan dari para penyidik lain atau menerima saksi yang
mengaku punya informasi. Statusnya masih tetap kesatria
yang sewaktu-waktu wajib hadir jika dibutuhkan dalam
perang. Tapi untuk saat ini, Quentin menanggalkan
seragamnya dan mengenakan baju khas bangsawan
Teutonia. Dia duduk di meja dengan noda menghitam di
beberapa ruas jari akibat tumpahan tinta, sambil tanpa
menyerah menulis di atas puluhan lembar perkamen atas
hasil investigasinya.

Anna Kanina
382
The Duchess Want a Divorce

Quentin punya alasan kenapa dia meminta bertugas di


kehakiman. Dia ingin menyelidiki Edmund karena rasa
cemasnya akan isu yang dikemukakan oleh Harvey. Dia
katanya terlibat dengan sihir.

Sihir adalah sesuatu yang tidak pernah dianggap nyata di


Teutonia. Quentin sudah mempelajari berkas kasus yang
terjadi di Teutonia selama dekade terakhir, dan mengetahui
kalau mereka yang diduga mempraktikkan sihir akan
dikategorikan sebagai pelaku pagan dan dihukum dengan
pasal penistaan agama. Selain itu juga ada pasal lain yang
dikenakan seperti pembunuhan dan penculikan. Mereka
mengaku sebagai penyihir, tapi hukum Teutonia tidak
mengakuinya.

Sekitar empat tahun sebelumnya, dia, Edmund, dan para


kesatria lainnya pernah bersinggungan dengan musuh yang
dipercaya menggunakan sihir. Quentin sudah menelusuri
laporan perang ketika itu dan para kesatria mendapat info
kalau Theodore adalah penyembah Dewa Ornlu dan
diceritakan bisa menyerang seseorang dengan cara yang
tidak lazim.

Itu adalah kontak pertama Edmund dengan terduga


penyihir.

Anna Kanina
383
The Duchess Want a Divorce

Selanjutnya, Quentin menerima informasi kalau Edmund


menemui Ben Hawk di pulau Soran. Harvey bilang Ben
adalah sumber informasinya ketika dia meneliti tentang
artefak sihir. Ben tercatat sebagai penduduk pulau Soran dan
sesekali berdagang daging babi serta kain wol dengan warga
Teutonia. Sebelum dia menjadi penyidik, hanya beberapa
waktu setelah Duke Edmund tiba di Teutonia, Quentin
mengerahkan beberapa penyidik bayaran ke pulau Soran.

Mereka menemukan beberapa fakta yang sulit diabaikan.

Duke Edmund sempat menghilang selama satu bulan lebih.


Ben Hawk tidak bersedia menjawab apa pun. Mereka juga
bertemu dengan sekelompok perompak yang langsung
berubah pucat pasi begitu mendengar nama Edmund.
Namun mereka juga tidak bersedia bicara apa pun.

Salah satu dari mereka tampak berusaha bicara, tapi tidak


lama kemudian, dia memegangi lehernya seakan berusaha
mencekik diri sendiri. Tidak lama, dia pun tewas dengan
mata terbuka.

Quentin mengalaminya sendiri ketika menyerang kastil


Theodore. Sihir itu nyata dan banyak saksi menguatkannya.
Biarawan kuil Edna bilang pelaku sihir adalah penyembah
Ornlu dan mereka semua keji dan haus kekuasaan. Legenda
ribuan tahun yang abadi dalam literatur kuno benua Ednarea

Anna Kanina
384
The Duchess Want a Divorce

menyebutkan kalau ada beberapa raja dan panglima perang


yang disebut menggunakan kekuatan iblis. Kini setelah
Quentin meyakini adanya sihir, dia melihat legenda itu
sebagai sejarah dan menjadikannya salah satu rujukan.

Setelah dia mengumpulkan cukup banyak informasi untuk


meyakinkannya, dia pindah ke kehakiman. Quentin tidak
bisa main hakim sendiri, dia harus mendapatkan bukti
sebelum bertindak. Edmund juga bukan pria lemah akal dan
terkenal berhati-hati. Quentin mengkhawatirkan adiknya
dan cemas kalau Edmund bisa menyakitinya.

Quentin pun kembali mencari benang merah. Korban nyawa,


hal itu selalu terjadi di sekitar penyihir. Beberapa saat
setelah Edmund tiba di Teutonia, pembunuhan berantai
terjadi. Pelakunya mengincar orang-orang jahat dan tidak
tersentuh hukum. Kebanyakan mereka terbunuh ketika
sedang melakukan aksi kejahatan. Warga menyebutnya
malaikat kematian. Dan mereka mengucapkan namanya
dengan sukacita serta rasa terima kasih.

Tapi Quentin tidak akan terbeli dengan itu. Membunuh


tetaplah membunuh. Setiap nyawa yang diambil harus
dipertanggungjawabkan. Bahkan Quentin pun membuat
laporan terkait musuh yang dia bunuh di situasi perang.
Salah satu saksi wanita yang berhasil dia wawancarai
awalnya enggan berbagi cerita. Korban ketika itu mencoba

Anna Kanina
385
The Duchess Want a Divorce

memperkosanya dengan membawanya ke gubuk terpencil di


lahan pertanian. Ketika itulah si malaikat kematian datang
dan mencabut nyawanya. Dia bahkan memberi beberapa
keping uang emas untuknya membeli pakaian.

Si malaikat kematian secara misterius berhasil tahu dengan


tepat kapan dan di mana kejahatan akan terjadi. Seolah dia
seorang cenayang yang bisa memprediksi masa depan.
Quentin menduga dia menggunakan sihir. Yang
kebetulannya lagi, ciri-cirinya serupa dengan sang duke.
Selain itu, tidak banyak orang yang bisa memberikan uang
sebanyak itu ke orang asing.

Quentin sudah hampir yakin kalau Edmund memang terlibat


dengan semua itu. Tapi hukum Teutonia tidak bisa menindak
kejahatan sihir. Apalagi alibi Edmund sempurna. Setiap
kejadian, dia berada di situasi di mana banyak saksi melihat
keberadaannya. Logika manusia tidak bisa menjelaskan
bagaimana dia berpindah dari rumahnya ke negara bagian
lain dalam kurun waktu kurang dari lima belas menit.

Ini juga sudah lebih dari dua minggu sejak terakhir kali
Ainsley mengabarinya tentang kondisi Rosiatrich Mansion.
Dia cemas akan Gwen. Semua masalah itu membuatnya
tidak bisa fokus pada persiapan pernikahannya.

Anna Kanina
386
The Duchess Want a Divorce

Quentin enggan memelihara rasa khawatir dan memilih


mengambil jasnya, kemudian bergegas pergi dari kantor
untuk berkunjung ke kuil Dewi Edna terbesar di kotanya. Dia
harus tahu bagaimana cara melawan sihir. Dia tidak ingin,
tapi harus bersiap jika suatu hari harus melawan iparnya.

***

Sudah lebih dari dua minggu berlalu sejak pertemuan para


pria bangsawan di rumahnya. Edmund belum bertindak apa
pun. Dia bahkan tidak kunjung membahas keputusannya
dengan Abigail. Hatinya selalu cemas setiap melihat istrinya
yang berinteraksi dengannya tanpa tahu apa-apa.

Gwen sangat senang belakangan ini. Edmund sering


menemuinya dan memanjakannya. Dia mengajaknya ke
pertokoan dan membelikan apa pun yang dia mau. Dia
bahkan bersedia berkunjung ke museum atau galeri serta ke
universitas yang sama sekali tidak dia minati.

Edmund membiarkan Gwen mencium, memeluk, dan


menyentuhnya, bahkan tidak menolak atau mengkritik
ketika Gwen mengetuk pintu kamarnya dan minta ditemani
karena alasan takut petir.

Dia tidak suka kalau Gwen terlalu lemah dan manja. Tapi kali
ini, apa pun yang Gwen lakukan tidak pernah salah di

Anna Kanina
387
The Duchess Want a Divorce

matanya. Edmund tidak lagi merasa harus menuntutnya


sempurna.

Lepasnya dia dari kutukan Viola telah membuat Edmund


membongkar segala sekat dan merengkuh Gwen
sepenuhnya. Dia mencoba memahaminya dan mengerti
keinginannya. Edmund juga mencoba membuat Gwen lebih
mengenalnya.

Di malam ketika petir bergantian menghunjam bumi,


Edmund memeluk istrinya yang takut dan melindunginya.
Edmund tidak pernah merasa sangat menginginkan sesuatu
seperti saat itu. Setengah dari otaknya menerka kalau Gwen
menggodanya dengan sengaja. Edmund berusaha keras
untuk menahan diri agar tidak menyentuhnya dan terburu-
buru untuk membuat Gwen menjadi miliknya sepenuhnya.

Selain rasa harus bertanggung jawab akan janjinya kepada


Marquis Archibald, Edmund merasa bersalah. Dia tidak
sanggup mengungkap apa pun pada istrinya. Dia terlalu
takut Gwen akan membencinya. Tapi Edmund juga tidak bisa
berdoa pada Dewi Edna dan meminta bantuan karena dia
kini adalah pendosa.

"Kenapa kau terus melihat keluar?" Gwen bertanya manis


pada suaminya yang bertopang dagu dengan mata tidak
lepas dari jendela kereta kuda mereka.

Anna Kanina
388
The Duchess Want a Divorce

Mereka berdua baru saja piknik di salah satu taman kota


yang ditumbuhi pohon jacaranda berbunga ungu yang
tengah mekar sempurna. Itu sama sekali bukan kegiatan
favorit Edmund, tapi dia belakangan merasa lemah menolak
keinginan Gwen.

"Hanya beberapa hal acak," tanggap Edmund.

"Apa pekerjaanmu baik-baik saja? Karena kau belakangan


jarang terlihat di ruang kerja dan selalu bersamaku," tanya
Gwen lagi.

"Aku sedang punya banyak waktu luang sekarang, selain itu


aku merasa bersalah karena selalu meninggalkanmu," kata
Edmund tersenyum sambil membawa Gwen pada posisi
favoritnya. Di pangkuannya. Kereta kuda mereka cukup
besar sehingga kepala Gwen tidak akan terantuk langit-
langit.

"Sebentar lagi kita akan sampai rumah, Ed. Sebaiknya kita


bersiap-siap." Gwen mengingatkan ketika menyadari kalau
Edmund memeluknya.

"Berikan aku ciuman, Gwen," kata Edmund seakan


memohon.

"Tapi-"

Anna Kanina
389
The Duchess Want a Divorce

Sang duke tidak bersedia menerima penolakan. Dia


mencumbu bibir istrinya yang jelita penuh damba. Mata
mereka berdua terpejam dan segera terlarut dalam intimasi
yang memabukkan. Edmund membelai rambut Gwen
sebelum memberikan jambakan pelan dan merusak
sanggulnya.

Edmund memeluk tubuh Gwen seakan istrinya ingin


melarikan diri. Dia terpikat dan setengah mati
menginginkannya. Tangan sang duke bergeser dan
menjelajah ke tempat yang tidak biasa dia sentuh. Gwen
mengerang dan berhenti mencium.

"Ed, tidak," kata Gwen menggeleng dengan wajah memerah.

"Aku menginginkanmu, Gwen."

"Bagaimana dengan janjimu pada ayah?" kata Gwen lemah.

"Aku tidak peduli." Edmund lalu kembali membenamkan


wajahnya pada leher dan bahu kiri Gwen yang terbuka.

"Ed, tunggu, kita sudah sampai." Gwen berusaha


menghentikan aksi suaminya yang kini terlihat seperti
serigala lapar dan ingin memakannya. Bukan berarti Gwen
tidak suka, dia terlalu malu dan tidak mau membuat

Anna Kanina
390
The Duchess Want a Divorce

pakaiannya kusut. Melakukannya di kereta kuda terlihat


tidak wajar dan sedikit liar.

Edmund memaki pelan dan menarik napas untuk


memulihkan kewarasannya. Dia sudah terlalu tua untuk
bersikap seperti remaja yang mudah birahi. Tapi beberapa
hari ini Edmund merasa sudah di ambang batas
pertahanannya.

"Nanti malam kalau begitu," kata Edmund sambil


memalingkan wajah dan membuka pintu kereta kuda begitu
yakin Duchess sudah membenahi pakaiannya.

Namun begitu dia menjejakkan kakinya turun, William si


butler menyambutnya dengan wajah gusar.

"Your Grace, seseorang sudah menunggu Anda pulang dari


tadi. Dia bersikeras ingin bertemu," kata William menunduk.

"Siapa?"

"Lady Abigail, Sir," kata William pelan.

"Abigail? Apa yang dia inginkan darimu, Ed?" Gwen yang


mendengarnya langsung bertanya.

Anna Kanina
391
The Duchess Want a Divorce

Bab 37 - The Horrible News

Edmund pernah menimbang serius untuk membunuh Abigail


dengan sihir. Dia bisa mengutuk orang dan mengambil
nyawa mereka tanpa harus menyentuhnya. Tapi sekali lagi,
Edmund memikirkan pencalonannya sebagai putra mahkota.
Sigmar, Killian, dan para kroni mereka mengawasi ketat
Abigail. Ketika dia mati, maka investigasi menyeluruh akan
dilakukan.

Edmund diketahui memiliki motif kuat untuk itu. Ditambah


lagi, jika kematian Abigail diketahui tidak wajar, maka akan
ada rumor merebak. Para petinggi kuil mungkin memaksa
ikut terlibat dan mengetahui kalau itu akibat sihir.

Edmund tahu kalau kementerian kehakiman mulai mengusut


kematian para penjahat yang disebut dilakukan oleh
pembunuh berantai. Dia juga pernah membahas soal sihir
dengan Harvey dan mereka tahu kalau dia pergi ke pulau
Soran. Edmund tidak ingin publik tahu kalau dia terlibat
dengan sihir apalagi Dewa Ornlu.

Meskipun sampai saat ini tidak ada bukti langsung yang


mengarah padanya, Edmund tetap cemas akan penilaian
orang. Dia juga menginginkan gelar putra mahkota untuk
memastikan kejayaan Teutonia.

Anna Kanina
392
The Duchess Want a Divorce

Setidaknya tiga bulan. Dia harus bersabar selama tiga bulan.


Ketika itu, sekali lagi pertemuan akbar para bangsawan
diselenggarakan dan para penilai akan merekomendasikan
keputusan mereka. Tentunya hasil akhir tetap di tangan para
ningrat. Karena itu, Edmund tidak ingin kepercayaan orang
goyah terhadapnya.

"Kapan kau berencana akan mengatakannya padaku?" Gwen


bertanya dengan kepala menunduk. Tangannya meremas
sedikit gaunnya sampai kusut. Dia enggan melihat suaminya
dan memilih duduk menjauh darinya.

Edmund menyusul istrinya ke kamar setelah Abigail


mengatakan semuanya di depan mereka berdua. Edmund
tidak bisa melarang Gwen untuk ikut mendengar. Di luar
dugaan, Gwen hanya menggigit bibirnya dan berpaling
meninggalkan mereka dengan langkah cepat. Edmund
sempat cemas kalau Gwen akan murka dan melakukan
sesuatu yang kurang terhormat pada Abigail. Namun istrinya
masih menghormati Edmund dan memilih menelan semua
kekecewaannya dalam diam.

"Aku baru akan mengatakannya besok." Edmund menjawab


lirih. Dia duduk di sebelah Gwen yang bahkan belum
mengganti pakaiannya. Dia terlalu terguncang untuk
melakukan apa pun dan menolak siapa pun masuk ke
kamarnya.

Anna Kanina
393
The Duchess Want a Divorce

"Apa kau benar bermalam bersamanya?" Gwen bertanya


pelan namun merasa dadanya dihunjam sesuatu yang
menyakitkan. Dia bahkan harus membungkuk sedikit untuk
menahan pedihnya.

"Ya, tapi aku tidak melakukan apa pun padanya, Gwen. Itu
kecelakaan, aku hanya mabuk dan sedang banyak pikiran.
Aku tidak sadar." Edmund beralasan.

"Bagaimana kalau aku yang berada di posisimu, Ed?


Bagaimana kalau aku yang bermalam di ranjang yang sama
dengan pria lain? Apa kau bisa menerima kalau aku bilang
aku tidak sengaja dan sedang mabuk?" Gwen bertanya lagi,
sedikit geram.

Edmund terhenyak. Tentu dia tidak bisa menerimanya. Dia


mungkin akan membunuh pria itu dan mengurung Gwen
seumur hidupnya.

"Kau mungkin akan melaporkanku kepada hakim dan


menuduhku berzina, menceraikanku dan membuangku, Ed.
Kau harus tahu betapa seriusnya yang kau sudah perbuat
padaku. Aku tidak bisa menerima alasan mabuk, apalagi
tidak sengaja," lanjut Gwen lagi.

"Aku tahu aku salah, maafkan aku, Gwen. Ini sama sekali
tidak aku inginkan." Edmund menegaskan penyesalannya.

Anna Kanina
394
The Duchess Want a Divorce

"Dia hamil, Ed." Gwen mulai terisak.

"Kau menyentuh perempuan lain, bahkan sebelum kau


menyentuh istrimu sendiri," lanjut Gwen geram.

"Gwen, dengarkan aku." Edmund menggeleng.

Gwen melepaskan tangis yang sudah berusaha keras dia


tahan. Dia menutup wajahnya karena duka yang dalam.
Edmund, pria yang dikasihinya, telah mengkhianatinya.
Gwen sudah bersabar mencintainya selama belasan tahun
dan membuang banyak hal yang dia gemari demi bisa
bersama Edmund.

Kini, ketika Edmund mulai berubah manis padanya, bahkan


menunjukkan cinta dan perhatian yang selalu dia idamkan,
Gwen malah mengetahui kalau Edmund ternyata
berselingkuh dengan mantan kekasihnya.

Gwen kini meyakini kalau semua perhatian, sentuhan, cinta,


dan ciuman yang diberikan Edmund kepadanya adalah
karena rasa bersalah. Edmund tidak mencintainya. Edmund
tidak ingin istrinya marah dan membuat keributan yang bisa
merusak namanya. Gwen sudah terbiasa menerima
penolakan dari Edmund, tapi rasanya tidak pernah sesakit
ini.

Anna Kanina
395
The Duchess Want a Divorce

Gwen lebih memilih Edmund untuk tidak pernah bermanis


mulut dan pura-pura mencintainya. Dia lebih suka diabaikan
dan dijauhi seperti dulu. Karena selain tidak dicintai, Gwen
kini juga dibohongi.

"Gwen, dia tidak mengandung anakku. Aku yakin." Edmund


berujar. Dia telah meminta Ornlu memastikannya. Dia jelas
tidak melakukannya dengan Abigail. Iblis memang
seharusnya tidak bisa dipercaya, tapi Edmund tidak tahu
bagaimana caranya untuk memastikan apakah benar Abigail
mengandung anaknya.

Benar atau tidak itu anaknya, tidak ada yang berubah karena
Edmund sudah telanjur terjebak permainan Killian. Edmund
hanya bisa memilih satu yang lebih baik dari sekian
banyaknya opsi yang buruk.

"Lalu, kenapa kau harus menikahinya?" kata Gwen parau


setelah mengusap hidungnya dengan saputangan.

"Dengar, Gwen. Kau sadar kalau aku adalah duke Rosiatrich,


salah satu orang terpenting di Teutonia serta calon putra
mahkota. Ini serangan politik dari Duke Killian yang ingin
menjatuhkanku. Dia berharap aku akan membunuh Abigail
agar para kesatria kerajaan bisa mengusut dan
menghukumku, atau dia ingin rumor buruk tersebar tentang
diriku. Apa pun itu, aku tidak bisa mengelak dan terpaksa

Anna Kanina
396
The Duchess Want a Divorce

harus membuat kesepakatan dengan Abigail." Edmund


menjelaskannya dengan hati-hati.

"Tapi dia mantan kekasihmu, Ed." Gwen terisak.

"Mereka memilih Abigail karena dia pernah punya sejarah


denganku. Itu belasan tahun yang lalu, Gwen. Kami sudah
tidak memiliki perasaan itu. Ini hanya kontrak sementara
yang tidak akan memengaruhi hubungan kita berdua. Aku
bahkan akan membuatnya tinggal di rumah yang berbeda.
Tidak akan ada yang berubah." Edmund menegaskan
sikapnya.

Gwen menggeleng muram. Dia tidak bisa memercayai


Edmund. Dia dan Abigail dulu pernah bersama. Edmund
pernah berkencan dengannya. Mungkin dia dulu pernah
mencintainya. Itu adalah hal yang tidak pernah Gwen
dapatkan dari Edmund. Sejak lama cintanya hanya bertepuk
sebelah tangan. Seharusnya Gwen sudah menduga ada yang
janggal dari sifat Edmund. Tidak mungkin seseorang akan
berubah secepat itu.

"Lalu aku harus bagaimana?" Gwen bertanya dengan suara


kecil. Dia berharap Edmund akan memikirkan ulang dan
menemukan jalan keluar lain. Namun Gwen sadar betapa
pentingnya gelar putra mahkota bagi Edmund. Dia adalah
seorang patriotis dan Gwen sendiri tahu kalau Sigmar

Anna Kanina
397
The Duchess Want a Divorce

mungkin tidak akan menjadi raja yang baik. Edmund pernah


berkomentar kalau Teutonia bisa lemah dan punah di tangan
Sigmar. Tapi Gwen tidak terlalu setuju. Teutonia adalah
negara yang kuat dan tidak akan hancur hanya karena
dipimpin Sigmar. Pangeran itu mungkin punya banyak
kekurangan, tapi dia mencintai Teutonia sama seperti
Edmund.

"Sampai para anggota dewan menetapkan gelar itu untukku,


aku ingin kau tetap mendampingiku dan menunjukkan kalau
semua baik-baik saja. Aku mungkin akan membuat
pengumuman di media tentang Abigail." Edmund
menjelaskan sambil memegang tangan istrinya. Namun
Gwen perlahan menarik tangannya.

"Jadi kau memintaku untuk bersikap seolah menerima


Abigail sebagai istri keduamu? Keluargaku tidak akan suka
dan teman-temanku akan mengasihaniku, Ed. Apakah kau
tidak memikirkan posisiku?" ujar Gwen sendu.

Edmund mencengkeram kedua bahu istrinya untuk


membuatnya melihat matanya.

"Kau seorang duchess, Gwen, aku pun sudah mengorbankan


banyak hal untuk gelar ini. Percayalah kalau aku tidak pernah
menikmati semua drama ini. Aku pun tidak terpikir sekali
pun untuk menikah lagi. Tapi kalau situasi mengharuskanku

Anna Kanina
398
The Duchess Want a Divorce

untuk itu, maka aku akan melakukannya. Kau menikahiku,


artinya kau bersedia menjadi duchess Rosiatrich yang layak.
Kau seharusnya sudah bersiap menghadapi yang lebih buruk
dari ini semua, Gwen. Kau mengerti?" Edmund menjelaskan.

"Aku akan menceraikannya. Aku tidak pernah


menginginkannya sebagai selirku. Percayalah kalau kau akan
selalu menjadi istri utamaku, Gwen. Entah sebagai duchess,
atau sebagai putri mahkota, bahkan mungkin ratuku nanti."
Edmund menegaskan kembali.

Gwen terdiam. Semua orang, bahkan keluarga Rosiatrich


selalu bilang kalau Edmund menikahinya karena dia adalah
gadis terbaik di Teutonia kala itu. Gwen adalah yang
tercantik dengan perilaku tanpa cela. Gwen adalah sebuah
trofi yang layak dibanggakan dan harus ditempatkan di rak
teratas dalam pencapaian hidup Edmund. Tapi hanya itu.
Gwen merasa menjadi pajangan hidup di mana dia harus
terus menuruti aturan keluarga Rosiatrich dan menelan
bulat-bulat semuanya.

Dia tidak pernah terpikir kalau Edmund akan berpaling hati.


Dia tidak siap untuk ini semua. Dia hanya tahu kalau Gwen
adalah satu-satunya wanita yang dekat dengannya. Gadis
lain tidak cukup percaya diri untuk bersaing dengan Gwen.
Semua orang juga selalu meyakinkannya kalau suatu hari
duke Rosiatrich akan menyembah cintanya, karena tidak

Anna Kanina
399
The Duchess Want a Divorce

mungkin ada pria yang bisa mengelak terus dari pesonanya.


Tapi itu semua seperti fatamorgana untuknya saat ini. Gwen
terlalu percaya diri dan terlena dengan ucapan manis orang
lain. Gwen hanya mendengar apa yang ingin dia percayai.
Padahal keluarganya, bahkan sahabatnya sendiri selalu
bilang untuk tidak pernah berharap pada Edmund. Ayahnya
begitu yakin kalau Edmund akan meninggalkannya sampai
dia membuat perjanjian dengan Duke untuk tidak
menyentuhnya hingga usia pernikahan mereka mencapai
satu tahun.

"Seharusnya kau tidak perlu pura-pura peduli dan


mencintaiku, Ed. Aku istrimu, kau cukup meminta dan aku
akan bersedia. Tidak perlu merasa bersalah. Bukankah
sebagai duchess aku memang harus mementingkan nama
keluarga ketimbang perasaanku sendiri?" ujar Gwen lemah.

"Apa? Gwen, aku tidak-"

"Kau yang berpura-pura mencintaiku terasa jauh lebih


menyakitkan, Ed. Apalagi setelah tahu kalau itu semua untuk
merayuku agar aku bersedia setuju dengan semua ini." Gwen
menangis lagi, suaranya terdengar tidak jelas.

"Gwen, kau hanya salah paham. Aku itu ...." Edmund ingin
membantah. Tidak mungkin kalau Edmund tidak
mencintainya. Dia bahkan membuat kontrak dengan iblis

Anna Kanina
400
The Duchess Want a Divorce

dan bersedia membunuh hanya demi melawan kutukan yang


memisahkan mereka berdua. Tapi Edmund tidak mungkin
mengakuinya.

"Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi darimu, Your


Grace." Gwen mengakhiri interaksi mereka berdua dengan
nada formal. Dia bangkit dari duduknya dan membuka pintu
kamarnya, membuat gestur seakan-akan meminta suaminya
keluar.

"Ya, aku akan pergi. Kau tidak apa-apa, Gwen?"

"Sudah kubilang, berhenti berpura-pura, Your Grace. Tidak


perlu bersikap seolah peduli padaku." Gwen membuang
wajahnya.

Edmund menekuk bibirnya muram. Dia tidak menyangka


kalau segala perhatian yang dia berikan selama dua minggu
ini bisa berubah menjadi kenangan yang menyakitkan untuk
Gwen. Dia tidak bermaksud melakukannya.

"Baiklah, kalau kau memang mau berpikir begitu." Edmund


pun berlalu pergi.

Tidak penting apakah mereka saling mencintai atau tidak,


Gwen sudah menjadi istrinya. Edmund tidak akan pernah
membiarkan Gwen pergi dari sisinya. Edmund juga tahu

Anna Kanina
401
The Duchess Want a Divorce

kalau Gwen sangat mencintainya. Apa pun perasaan


Edmund dan seburuk apa pun perlakuannya, Gwen tidak
mungkin pergi meninggalkannya. Karena itu, Edmund akan
terus melakukan rencana bersama Abigail sembari berharap
hati istrinya akan melunak dan kembali tersenyum padanya
seperti biasa.

Anna Kanina
402
The Duchess Want a Divorce

Bab 38 - The Announcement

Abigail merasa jantungnya berpacu cepat. Dia tersenyum


terus dan bersemangat di dalam kereta kuda ketika di
sepanjang perjalanan pulang. Duke Edmund telah
memberikan penawaran yang sulit ditolak.

Wanita itu sempat merasa iba melihat sang duchess yang


terlihat terpukul karena pengakuannya. Abigail memaksa
bertemu Edmund karena dia tidak kunjung mendapatkan
kabar. Kesatria Killian yang ditugaskan menjaganya terus
mendesaknya. Tapi itulah kehidupan. Seseorang tidak bisa
selalu menang.

Gwendolyn lahir di keluarga kaya dengan paras dan


penampilan sempurna. Dia menikahi bangsawan tampan
bertitel tinggi, dan disukai semua orang. Apa salahnya jika
Abigail mengambil sedikit bagian dari keberuntungannya?
Tidak adil jika Gwen mendapatkan segalanya, kan? Abigail
mengangkat bahunya dan menggeleng untuk menyingkirkan
nuraninya. Dia tidak merasa melakukan hal yang salah.

Edmund sendiri yang lengah dan terjebak dengannya. Abigail


hanya menggunakan otak untuk menjamin hidup nyaman
dan terhormat di masa tua.

Anna Kanina
403
The Duchess Want a Divorce

Wanita itu melihat ke sekitar. Dia mengendarai kereta kuda


milik Rosiatrich yang dibuat dari kayu jati terbaik berumur di
atas seratus tahun. Ukirannya dibuat oleh pengrajin ternama
kerajaan dengan emblem emas bertuliskan namanya di salah
satu jendela. Yang terbaik dari itu semua adalah, kereta kuda
ini dibuat berdasarkan pesanan di pabrik terbesar Teutonia.
Tidak ada kereta lain yang serupa dengannya. Dan Edmund
punya lebih dari setengah lusin di garasinya.

Kereta itu ditarik dua ekor kuda hitam keturunan terbaik


yang memiliki bulu berkilau dan surai panjang yang rutin
disisir. Langkah mereka terdengar anggun dan bersahaja.
Tidak gusar apalagi gelisah. Tentunya mereka tidak memiliki
bulu rontok di beberapa tempat, apalagi berbau tajam
seperti kuda yang biasa menarik kereta yang ditungganginya.

Menjadi seorang Rosiatrich sungguh luar biasa. Walau


Abigail baru sempat mencicipi kereta kuda mereka, dia
merasa sesuatu yang lebih menyenangkan akan dia terima
nantinya. Dia heran kenapa Edmund tidak menunjukkan jati
dirinya ketika mereka berdua remaja dulu.

Itu hanya cinta remaja yang lebih ke persahabatan. Mereka


hanya penasaran dan ingin tahu rasanya berkencan. Tidak
ada percikan istimewa yang terjadi antara mereka dan
mereka pun berpisah dengan sendirinya. Abigail hanya

Anna Kanina
404
The Duchess Want a Divorce

mengenal Edmund sebagai pemuda canggung dan irit bicara


tapi antusias dengan seni pedang.

Abigail melihat ke belakang di mana ada sebuah kaca yang


ditutupi tirai sutra. Sebuah kereta kuda Rosiatrich
mengikutinya. Edmund bilang dia menyediakan pelayan
pribadi untuknya. Abigail tahu itu adalah upaya untuk
memastikan kalau Abigail akan menepati janji.

Dia sudah sampai di rumahnya yang sederhana. Letaknya


tidak di tengah kota, tapi cukup dekat ke restoran Lord
Hubbert. Abigail pura-pura bekerja di sana walau
kenyataannya dia hanya menunggu tugas dari Duke Killian
yang merupakan bosnya yang sebenarnya. Rumah itu kecil,
tapi bernuansa hangat. Pelayan Abigail menanam bunga
Maximilian di sana. Fisiknya serupa semak yang tinggi dan
ditumbuhi bunga kuning yang ramai. Kini sudah hampir
musim dingin sehingga hampir tidak ada bunga yang
tumbuh.

"Terima kasih untuk pelayanan kalian, tapi pulanglah. Tugas


kalian sudah selesai." Abigail berkata pada para pelayannya
yang setia menemani sejak dia menaiki kapal Edmund
beberapa bulan silam.

"Kenapa tiba-tiba, Nona Abigail?"

Anna Kanina
405
The Duchess Want a Divorce

"Aku sudah tidak bekerja pada Lord Hubbert, kalian akan


diantar ke restorannya dengan kereta kudaku," kata Abigail
memberi tahu.

Abigail melirik kepada para pelayan Rosiatrich yang baru


tiba. Mereka tidak kalah terampil daripada para pelayan
Hubbert atau Killian. Namun sorot mata mereka terlihat
lebih bijak dan tidak banyak bicara. Abigail mungkin akan
lebih menyukai mereka karena para pelayannya yang
sekarang suka bergosip dan tertawa keras. Atau mereka
mungkin menyadari status Abigail yang hanya putri seorang
baron dari kota terpencil. Mereka tidak merasa perlu terlalu
formal dengan Abigail.

Para pelayan Lord Hubbert sudah pergi dengan koper


mereka yang cukup ringkas. Abigail akan memeriksanya lagi
jika seandainya mereka punya barang yang tertinggal di
rumahnya. Edmund menyediakan dua orang pelayan untuk
Abigail dan mereka memperlakukannya dengan hormat.
Abigail merasa menjadi bangsawan sesungguhnya.

"Apakah Anda ingin berendam air panas, Nona?"

"Bagaimana dengan tehnya? Ingin tambahan gula atau


madu?"

Anna Kanina
406
The Duchess Want a Divorce

Edmund bilang dia juga akan membiarkan Abigail tinggal di


salah satu rumahnya. Abigail bisa meninggalkan rumah kecil
itu selamanya dan hidup mapan menikmati sebagian kecil
kekayaan Rosiatrich. Keluarganya yang perundung di Caleigh
tidak akan menyangka ini. Mereka mengutuk Abigail
sebelum pergi. Ada yang bilang kalau Abigail akan masuk
rumah bordil atau diperistri pensiunan tua yang butuh
perawat dan membantunya ke kamar mandi.

Wanita berambut hitam itu duduk di ranjang dan menyentuh


perutnya. Wajahnya berubah muram dan sulit membuang
pandangan benci dari matanya. Itu adalah janin yang tidak
pernah dia inginkan. Walau Abigail tidak akan pernah
mencintainya, tapi anak itu telah membantunya mencapai
posisi ini.

Abigail berjuang keras dan berencana hidup jujur selama di


ibu kota. Namun stigma akan statusnya sebagai wanita
bercerai dan sendirian tanpa keluarga telah membawanya
dalam beragam situasi di mana dia dilecehkan dan dianggap
rendah. Orang tidak peduli akan kemampuan bicaranya
ataupun kecerdasannya. Para pria hanya melihatnya sebagai
perempuan lajang yang bercerai dan menganggapnya putus
asa dan mau menerima pria mana pun.

"Apa maksudnya ini, Lady Abigail?" Kesatria Killian yang


ditugaskan menjaganya bertanya marah.

Anna Kanina
407
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak bekerja pada Duke Alderbranch lagi."

"Apa? Bagaimana bisa? Tidak ada pembicaraan seperti ini


sebelumnya."

"Duke Edmund memberikan penawaran terbaik yang tidak


bisa kutolak. Kalian mungkin berharap dia membunuhku
agar kalian bisa memenjarakannya, atau agar dia
mengabaikanku sehingga kalian bisa membuat skandal
buruk tentangnya. Tapi dia lebih bijaksana dari yang kalian
tahu," kata Abigail tenang dan percaya diri.

"Penawaran seperti apa? Duke Killian mungkin juga bisa


menyainginya," tanya si kesatria kesal.

"Tidak mungkin bisa, Duke Killian terlalu tua untukku.


Edmund menawariku menjadi istri keduanya. Kurasa
Edmund yang akan menang dalam perseteruan politik
kalian." Abigail tersenyum mengatakannya.

Dia akan tidur cepat malam ini karena Edmund bilang besok
mereka akan menemui kantor berita untuk membuat
pengumuman bersama.

***

Anna Kanina
408
The Duchess Want a Divorce

"Edmund sialan! Kau membiarkannya melakukan ini


padamu?" Gisca membanting setumpuk surat kabar di meja.
Gwen hanya meringkuk di ranjang dengan pakaian tidur.

Setelah kejadian kemarin, Gwen memutuskan untuk


menginap di istana. Gwen tidak bicara apa-apa dan bilang
hanya sedang sedikit kesal dengan Edmund. Gwen selalu
membela Edmund walau Gisca kerap berprasangka
kepadanya. Dia tidak ingin berdebat dan hanya ingin
menjauh dari segala yang berhubungan dengan Rosiatrich,
termasuk rumah, tempat tidur, dan bantal di kamarnya.
Gwen berusaha menguatkan hati, Edmund tidak benar-
benar berselingkuh. Ini semua hanya demi masa depannya
serta kejayaan Teutonia. Tapi kenapa harus Gwen saja yang
bersedih?

Gisca masih sibuk mengomel dan memaki sambil menunjuk


halaman surat kabar yang memuat sketsa wajah Abigail dan
Edmund.

"Dasar perempuan ular! Bukannya kau yang kemarin sibuk


membantunya mencari pekerjaan? Kini dia melakukan ini
padamu? Oh, tidak, Gwen, mereka pasti bukan orang
waras." Gisca berkomentar pedas.

Gwen awalnya tidak pernah berprasangka pada Abigail. Dia


manis dan menyenangkan saat diajak bicara. Dia suka cara

Anna Kanina
409
The Duchess Want a Divorce

bicaranya dan kagum akan kemandiriannya. Namun sejak dia


berbicara akrab dengan Edmund di butik Madam Perellia,
Gwen merasa tidak lagi bisa menyukainya. Ditambah lagi dia
sempat menemui Gwen ketika Edmund masih berlayar dan
ketika itu dia tahu kalau Abigail dan Edmund pernah
berkencan. Sejak hari itu Gwen tidak mau bertemu lagi
dengan Abigail.

MUSIM SEMI DATANG LEBIH CEPAT DI KEDIAMAN


ROSIATRICH

Duke Edmund Rosiatrich tidak pernah mengekspos kisah


romansanya. Namun siapa pun tahu akan pasangan
sempurna Teutonia, yaitu Duke Edmund dan Duchess
Gwendolyn yang baru saja menikah. Tapi siapa sangka kalau
Duke memutuskan akan menikahi kekasihnya di masa
remaja, yaitu Nona Abigail Mileva. Padahal dia dan Duchess
belum menikmati bulan madu mereka.

"Kami pernah berkencan dan percikan itu muncul lagi di


antara kami. Ketika aku sendirian tanpa ada yang
mendukungku, Edmund menawarkan tangannya kepadaku.
Saya berjanji akan mendukung Duke Edmund semampu
saya, bersama-sama dengan Duchess," kata Lady Abigail
ketika kami wawancarai.

"Saya tidak bisa membiarkan Lady Abigail sendirian.

Anna Kanina
410
The Duchess Want a Divorce

Hidupnya selama ini sulit dan kesepian. Dia wanita yang baik
dan cerdas. Kami juga ternyata masih punya perasaan satu
sama lain." Duke Edmund juga mengonfirmasi.

Ketika berita ini dimuat, pertunangan telah dilaksanakan.


Redaksi belum bisa menemui Duchess Gwendolyn untuk
meminta keterangannya.

"Ini sungguh keterlaluan, Gwen. Sampai kapan kau mau


membiarkan Edmund memperlakukanmu seenaknya seperti
ini?" Gisca bicara lebih pelan setelah berhasil meredam
amarahnya.

Gwen menunduk dan menggeleng lemah.

"Dengar, Gwen, kau tidak kekurangan apa pun. Kau cantik


dan cerdas. Kau tidak akan kekurangan pria yang
mencintaimu. Aku kenal banyak pria baik di sekitarku yang
peduli padamu. Apakah harus Edmund? Astaga, dia
menduakanmu terang-terangan, Gwen!"

"Ed sudah bicara padaku, itu kontrak politik. Dia tidak punya
hubungan romantis dengan Abigail." Gwen membela.

"Lalu? Apakah itu membenarkan yang dia lakukan?


Bagaimana pendapat Quentin atau ayahmu, Gwen?"

Anna Kanina
411
The Duchess Want a Divorce

"Entahlah, aku tidak berani menghubungi mereka. Tapi aku


tahu kalau mereka akan sangat kecewa. Tapi mereka akan
maklum kalau mengetahui alasan Edmund."

"Gwen! Apa kau benar-benar sebodoh ini? Dia mengabaikan


perasaanmu!"

"Aku tahu! Tapi aku masih mencintainya! Apa kau pikir ini
mudah bagiku? Diamlah, Gisca! Biarkan aku sendirian dulu.
Aku tidak mau membahasnya!" Gwen meluapkan emosinya,
lalu bersembunyi di balik selimut dan mulai menangis.

Anna Kanina
412
The Duchess Want a Divorce

Bab 39 - The Demon and The Duke

"Kenapa kau tidak menggunakan kekuatan sihirmu? Kau bisa


menyingkirkan semua musuhmu dengan mudah. Bahkan
mencabut nyawa mereka tanpa harus menyentuh. Killian,
Sigmar, bahkan Abigail, kau bisa melenyapkan mereka
dengan jentikan jari." Ornlu berbisik di telinga Edmund
dalam wujud manusia setengah ular.

Ini bukan pertama kalinya. Ornlu kerap berbisik dan


memberi saran ke pikirannya. Dia bahkan hadir dalam mimpi
untuk membujuknya melakukan hal-hal buruk yang akan
membuat Edmund semakin terperosok ke jurang kesesatan.

"Aku membuat kontrak denganmu hanya untuk


menyingkirkan kutukan Viola. Aku tidak membutuhkanmu
untuk tujuan lainnya." Edmund menanggapi dingin.

Dia tengah berada di ruang kerjanya yang hangat, sementara


di luar jendela angin yang membeku berembus kencang.
Sebentar lagi musim dingin, dan seluruh rumah para
bangsawan sudah bersiap, termasuk Rosiatrich Mansion.
Biasanya mereka memenuhi gudang dengan kayu bakar atau
minyak untuk menghadapi musim dingin. Koki dan pelayan
dapur telah menyimpan sayuran yang diawetkan dalam
stoples acar, serta daging olahan yang dibumbui. Tidak lupa
keju dan ikan kering.

Anna Kanina
413
The Duchess Want a Divorce

Edmund biasanya enggan menanggapi Ornlu dan bersikap


seolah iblis itu tidak ada. Sebagai kesatria dan seorang duke,
dia sudah terlatih untuk mengendalikan keinginannya.
Apalagi setelah Edmund mencicipi kekuatan Ornlu ketika
kapalnya berlayar dari pulau Soran.

Edmund membunuh beberapa bajak laut dengan kekuatan


Ornlu. Dia bahkan mengikat mereka dengan kutukan agar
siapa pun yang buka suara tentang dirinya akan mati
mengenaskan. Edmund menyesal karena membiarkan
dirinya sendiri terlena.

Setelah saat itu, Edmund berjanji tidak akan menggunakan


sihir untuk membunuh. Bahkan walaupun dia harus
mengambil nyawa manusia pendosa, Edmund menggunakan
pedang hitam. Itu adalah pedang yang diberikan Ornlu
untuknya, bajanya tidak pernah tumpul dan bisa mengiris
apa pun dengan mudah. Nyawa yang diambil tanpa pedang
itu tidak akan dihitung dalam 44 korban persembahan untuk
Ornlu.

Edmund tahu kalau utangnya pada Ornlu tidak sebanding


dengan kekuatan yang bisa dia gunakan. Edmund
sebenarnya bisa melakukan apa pun. Ornlu adalah dewa dari
segala iblis. Seperti legenda, siapa pun yang menerima
kekuatan Ornlu bisa membelah gunung, memecah lautan,

Anna Kanina
414
The Duchess Want a Divorce

membuat badai, dan membunuh tanpa harus menyentuh.


Bahkan mengendalikan pikiran seseorang.

Tapi sejak awal dia hanya mau menyingkirkan kutukannya,


bukan mau menguasai dunia. Lagi pula sudah lima ratus
tahun berlalu sejak terakhir kali ada seseorang yang
membuat kontrak dengan Ornlu. Zaman sudah berubah.
Sesakti apa pun dirinya, manusia sekarang tidak mengenal
sihir dan menganggapnya sesat.

Orang tidak lagi mudah tunduk dengan kekuatan militer


semata. Sudah banyak pemikir dan tokoh yang berjuang
dengan suara dan tulisan mereka, serta melawan kekerasan.
Pikiran manusia tidak sesederhana dulu. Dunia sudah
berkembang dan sihir atau apa pun itu memang seharusnya
dilupakan.

Ornlu merasa geram dalam hatinya. Dia memilih Edmund


karena menganggapnya kandidat paling sempurna untuk
menyebarkan ketakutan di dunia. Dia bangsawan bertitel
tinggi, cerdas, dan sudah terbiasa membunuh di
peperangan. Ornlu yakin kalau bujukannya akan memaksa
Edmund untuk tunduk dan terbuai akan kekuatan sihirnya.
Tapi selain beberapa kali membunuh serta mengalahkan
kutukan Viola, Edmund tidak berminat melakukan hal lain.
Tapi Ornlu mencium ambisi dalam jiwanya. Edmund ingin
meluaskan wilayah Teutonia dan menetapkan sistem

Anna Kanina
415
The Duchess Want a Divorce

pemerintahan sempurna di benua Teutonia. Ornlu juga


mendeteksi sifat keji seperti keangkuhan dan keserakahan
dari diri Edmund. Namun kebajikan yang dianutnya serta
iman kepada Dewi Edna telah mengalahkan sisi gelapnya.
Ornlu pun menghilang dari pandangan Edmund setelah sang
duke mengabaikannya. Tapi iblis itu tidak mau menyerah
begitu saja. Dia harus bisa menyeret Edmund ke dalam
kesesatan. Menggunakan kekuatannya yang besar hanya
demi cinta terasa memalukan bagi iblis berderajat tinggi
sepertinya.

"Your Grace, boleh saya masuk?" Baron Aaron Ainsley


menyapa setelah mengetuk pintu. Itu hanya basa-basi. Dia
tidak mau menunggu sang duke menjawabnya.

"Ada apa, Ainsley?" Edmund bertanya dengan mata fokus


pada pekerjaannya.

"Ini tentang Duchess."

Edmund mengangkat wajahnya dan mulai memperhatikan.

"Dia masih belum mau pulang?"

"Tidak, Your Grace."

"Bagaimana dengan hadiah yang kuberikan?"

Anna Kanina
416
The Duchess Want a Divorce

"Her Grace menolaknya, dia bahkan tidak mau


membukanya." Ainsley menggeleng merasa bersalah.

"Apakah saya perlu mengirimkan hadiah lain?"

"Tidak, tugasmu sudah cukup, Ainsley. Terima kasih."

"Tapi-"

"Aku yang akan menjemputnya sendiri. Ini sudah lebih dari


seminggu dan aku tidak bisa menoleransi perlakuannya
padaku." Edmund mengetukkan jarinya ke meja.

"Yah, tapi menurut saya wajar, Her Grace pasti sangat


sedih." Ainsley menanggapi dengan suara pelan.

"Saya tidak paham, tidak ada yang meninggal dan dia juga
tidak kehilangan statusnya. Aku juga sudah berulang kali
menegaskan kalau tidak ada yang berubah. Ketika orang
tuaku meninggal pun aku tidak berduka selama ini." Edmund
mengutarakan isi hatinya geram, dia tidak bisa memahami
kenapa Gwen tidak kunjung memaafkannya.

"Saya-saya juga tidak paham, mungkin Her Grace butuh


sendirian." Ainsley menanggapi cari aman. Sebenarnya dia
ingin protes dan bilang kalau Duke Edmund tidak sensitif dan
tidak memahami perasaan wanita. Semua yang dilakukan

Anna Kanina
417
The Duchess Want a Divorce

memang strategi politik demi melindungi nama Rosiatrich.


Tapi seluruh penghuni Rosiatrich Mansion tahu kalau
Duchess kecewa karena menjadi pihak yang dikorbankan
untuk semua ini. Dia seharusnya tidak bisa memaksa
seseorang untuk menjadi patriotis atau peduli dengan
negaranya. Bahkan sampai harus mengorbankan
perasaannya.

Namun Ainsley memilih menelan pendapatnya sendiri


karena takut dihukum. Belakangan para pekerja berwaspada
di dekat Duke. Selusin kesatria yang menemani pelayarannya
beberapa bulan lalu juga berubah sikapnya. Mereka kini
tidak banyak bicara walau bekerja dengan sempurna seperti
biasa. Ada awan misterius melingkupi aura mereka, seolah
ada sesuatu yang terjadi pada Duke Edmund. Namun tidak
ada satu pun yang bersedia bercerita.

"Kenapa diam saja? Siapkan kereta kudaku, Ainsley. Aku


akan menjemput istriku ke istana." Duke Edmund bertitah
sambil mengenakan jasnya dan menutup botol tintanya.

***

"Kenapa ini bisa terjadi?!" Duke Killian Alderbranch


mengamuk di ruangannya. Lusinan surat kabar tersebar
kacau di lantai marmer yang mewah. Dia sendiri terlihat

Anna Kanina
418
The Duchess Want a Divorce

tidak sehat, dengan keringat mengalir di leher serta jubah


tidur yang dikenakan untuk menutupi tubuh tambunnya.

Para kesatrianya mengabarkan kalau Abigail Mileva


memutuskan untuk mundur dari perjanjian mereka. Alih-alih
berharap kalau Duke Edmund yang temperamental itu
geram karena difitnah dan membunuh si baroness, dia
malah menikahinya.

Sepintas, itu terlihat merugikan bagi Rosiatrich. Namun dia


membuat narasi di media seolah dia dan Abigail saling cinta
dan persepsi publik berubah positif kepadanya. Staf media
Killian sudah melakukan jajak pendapat. Para wanita
awalnya tidak suka akan keputusannya karena merasa
kasihan pada Duchess. Namun surat kabar juga
memberitakan tentang bangsawan terdahulu serta para
rajanya yang suka mengangkat selir lebih dari satu dan
mengabaikan mereka setelahnya. Publik jadi
membandingkan dan menyimpulkan kalau yang dilakukan
Edmund jauh lebih baik ketimbang pria ningrat lainnya.

Pernikahan atas dasar cinta, dengan tokoh utama wanita


janda miskin bertitel bangsawan rendah terlihat seperti
dongeng Cinderella bagi rakyat. Edmund bilang ingin
membantunya dan mengangkat derajatnya. Dia juga
menyatakan akan tetap menjadikan Gwen sebagai istri
utama. Alih-alih dihujat oleh para pendukung Duchess

Anna Kanina
419
The Duchess Want a Divorce

Gwendolyn, publik malah cenderung menerimanya.


Teutonia memang didominasi oleh para patriarki.
Bangsawan pria yang punya gundik atau selir sudah sangat
umum terjadi.

Killian mencibir klaim mereka tentang cinta. Dia bisa


menduga kalau Edmund hanya memberikan tawaran yang
lebih baik ketimbang dirinya. Entah bagaimana, Edmund
sepertinya tahu kalau Abigail bekerja pada Killian, sehingga
dia memanfaatkan kelengahannya dan membalikkan
keadaan.

"Mana Sigmar? Kita harus atur strategi!" teriak Killian


kepada para kesatrianya serta beberapa bangsawan yang
mendukungnya.

"Ini sudah selesai, lupakanlah. Edmund akan terpilih menjadi


putra mahkota. Sudah kubilang kalau Sigmar tidak akan bisa
bersaing." Hubbert, salah seorang pendukungnya,
menggelengkan kepala.

"Tidak bisa! Rosiatrich tidak bisa memimpin Teutonia!"

"Anda lihat sendiri Pangeran Sigmar, dia sudah enggan


terlibat pada ini semua dan memilih pulang ke istana," kata
lainnya.

Anna Kanina
420
The Duchess Want a Divorce

"Apa? Pertandingan ini belum usai!" Killian bersikeras.

Dia tidak bisa membiarkan Edmund menang. Kini, setelah


Edmund tahu kalau dia dan komplotannya terlibat dalam
upaya menjebaknya dengan Abigail, pasti dirinya akan
diganggu oleh Edmund ketika dia sudah memimpin.

Dia tidak akan lagi memiliki koneksi dengan kerajaan untuk


perkembangan bisnisnya. Dia juga mungkin akan dipenjara
atas tuduhan konspirasi setelahnya. Abigail akan
menceritakan semuanya.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, kau harus melakukan


pemberontakan. Gunakan kekuatan militer untuk
melumpuhkan langkah Edmund.

Sebuah suara terdengar di benaknya. Killian tersenyum,


dirinya yang sudah putus asa merasa punya jalan keluar.
Killian tertawa dan terkekeh jahat. Nafsu duniawinya
membuatnya mudah dikendalikan. Sementara itu, Ornlu
berdiam duduk di meja kerjanya dalam wujud tidak terlihat
sambil ikut menyeringai senang. Dia kini mungkin bisa
memaksa Edmund menggunakan kekuatan sihir untuk
membunuh.

Anna Kanina
421
The Duchess Want a Divorce

Bab 40 - The Teutonia Palace

Gwen memaksa diri keluar dari kamar yang didiaminya


selama berhari-hari. Berdiam diri dan membiarkan dirinya
terhanyut akan masalah malah membuatnya depresi. Dia
tahu kalau Edmund sudah berkali-kali mengirimkan hadiah
untuknya, tapi Gwen masih belum tergerak hatinya untuk
menerima. Edmund mungkin akan sangat marah padanya,
tapi Gwen memutuskan untuk mengikuti kata hatinya kali
ini.

Dengan gaun tidur yang dibalut dengan mantel bulu tebal,


Gwen berpindah ke ruang tamu sayap barat istana yang
hangat dan tenang. Dia sedang berada di bagian istana yang
dihuni oleh para anak raja. Gwen sudah belasan tahun rutin
singgah di sana dan para pelayan sudah terbiasa dengan
keberadaannya. Gwen merasa bebas dan punya kendali.
Berbeda dengan Rosiatrich Mansion di mana dia bahkan
segan berkeliaran dengan gaun santai serta selalu berusaha
tampil sempurna di depan para penghuninya.

Gwen duduk di sofa yang terletak agak jauh tapi menghadap


pada perapian. Di sana terlihat Louie, kucing kesayangan
Gisca yang berbulu kuning, berbaring tengkurap dan
melingkar mirip roti bagel. Louie menggeliat dan menguap
kemudian berjalan malas dan melompat ke pangkuan Gwen.
Kucing manja itu tidak suka tidur di sofa atau ranjang, dia

Anna Kanina
422
The Duchess Want a Divorce

memilih tubuh manusia yang disukainya untuk bersarang.


Kalau tidak ada Gisca, Gwen, atau pelayan yang bersedia
meminjamkan pahanya untuk Louie, kucing itu lebih memilih
tidur di lantai.

Gisca masih disibukkan dengan beragam kelas etiket dan


piano. Walau usianya sudah menginjak 23 tahun, raja
menganggapnya harus lebih banyak belajar. Seandainya
Edmund menjadi raja nantinya, Gisca dan keluarganya
mungkin akan pindah ke mansion lama mereka yang tidak
kalah mewah dengan kediaman Edmund. Tapi itu masih akan
terjadi lama, karena raja sekarang baru berusia di
penghujung empat puluhan. Sampai saat itu tiba, para
anggota kerajaan masih harus menjalankan tugas
kenegaraan mereka.

Gwen mengelus kepala dan menggaruk dagu Louie dengan


wajah datar. Matanya fokus pada buku tebal yang
dihadiahkan Pangeran Harvey kepadanya. Arbavia lebih
demokratis ketimbang Teutonia, sehingga literasinya juga
mengandung nilai-nilai yang mereka yakini. Tapi Gwen sama
sekali tidak membaca buku politik yang rumit. Harvey
menunjukkan rasa simpatinya, dan mungkin untuk kesekian
kalinya berusaha menyuntik nalar Gwen dengan
pemikirannya.

Anna Kanina
423
The Duchess Want a Divorce

Itu adalah sebuah novel petualangan yang diadaptasi dari


legenda populer Arbavia. Tentang era berabad-abad
sebelumnya di mana Siren masih menguasai lautan dan
meneror para pelaut. Para pria takut berlayar dan membuat
warga sulit mendapat ikan apalagi berdagang. Sampai putri
mereka, Katrina, yang pemberani mengusulkan untuk
mengatasi masalah itu.

Siren akan menyanyi sampai membuat para pria pelaut itu


terpikat dan melompat satu per satu ke lautan. Para Siren
akan membunuh dan memakan jantung mereka. Putri
Katrina berhasil mengalahkan dan mengelabui kaum Siren
dengan berlayar membawa awak kapal yang seluruhnya
wanita. Dia dan awaknya menyamar sebagai pria dan
bertemu para Siren.

Nyanyian Siren tidak mempan karena itu hanya bisa


menyihir kaum pria. Bangsa Siren yang frustrasi karena
merasa telah kehilangan kekuatannya pun ketakutan dan
kembali ke lautan, berpikir kalau manusia sudah kebal
dengan sihir mereka.

Sejak hari itu, para pelaut Arbavia bisa berlayar dan


menangkap ikan dengan tenang.

Sosok Katrina mungkin juga turut memengaruhi Gwen atas


segala sikapnya saat ini. Gwen lebih percaya diri dan merasa

Anna Kanina
424
The Duchess Want a Divorce

bisa melakukan apa pun walau mungkin itu hanya


sementara. Karena seperti biasa, Edmund dan segala
aturannya akan kembali mendominasi hidupnya.

Dulu Gwen bersedia menerima apa pun perlakuan Edmund


kepadanya. Tapi entah dengan saat ini. Gwen masih enggan
pulang ke rumah suaminya. Dia sudah merasa terbebani
dengan tatapan orang di sekitar yang mengasihaninya,
bahkan ada yang menghakiminya. Tapi Edmund tidak akan
mengerti semua itu.

"Permen, Gwen?"

Entah sedalam apa Gwen tenggelam dalam lamunannya, dia


bahkan tidak sadar ketika Sigmar memasuki ruangan dan
membawa sebuah stoples kristal berisi permen berbalut
tepung jagung.

"Sigmar? Aku tidak tahu kapan kau pulang?"

"Sudah dari semalam. Tapi aku masih takut menegurmu.


Apakah kau membutuhkan sesuatu?"

"Tidak, Sigmar. Aku hanya ingin menjauh dari rumahku


untuk saat ini. Kurasa sesekali bersikap egois tidak akan
membunuhku," kata Gwen muram.

Anna Kanina
425
The Duchess Want a Divorce

Sigmar dan Gwen melanjutkan interaksi mereka dengan


mengobrol beragam hal yang acak. Gwen berusaha
menghindar membahas Edmund, tapi Sigmar terus
menggiringnya ke arah sana.

"Aku turut berduka dengan keadaanmu, Gwen. Edmund


memang bajingan sialan yang tidak tahu diri. Bagaimana dia
bisa melakukan semua ini padamu?"

"Dia hanya melakukan apa yang menurutnya benar." Gwen


membela lemah.

"Tetap saja, kalau aku jadi dia, aku mungkin lebih memilih
mengabaikan perempuan itu. Abigail tidak sepadan
denganmu, tapi dia mungkin cocok untuk Edmund."

"Telan ucapan itu untuk dirimu sendiri, Sigmar!" Sebentuk


suara yang familier terdengar di telinga Gwen. Suaranya
menimbulkan rasa rindu sekaligus rasa sesal di hatinya.

"Edmund! Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" sergah Sigmar


tidak suka.

"Aku punya izin dari raja untuk menjemput istriku pulang,"


kata Edmund dingin.

Anna Kanina
426
The Duchess Want a Divorce

"Jangan biarkan apa pun yang dikatakan Sigmar


memengaruhimu, Gwen. Tahukah kau kalau Sigmar yang
membuat kita berdua berada dalam situasi ini?" kata
Edmund marah.

"Hei, Ed, jangan salahkan aku untuk kelengahanmu. Bukan


aku yang merencanakan ini semua." Sigmar menggeleng
bingung.

"Kau dan Duke Alderbranch, suatu hari kalian akan


membayarnya." Edmund berujar geram.

"Apa maksudmu, Ed?" Gwen bertanya, cemas kalau


ketegangan itu akan berlanjut ke perkelahian.

"Itu tidak mengubah fakta kalau kau mengorbankan Gwen


untuk ambisimu, Edmund." Sigmar tertawa kecil.

"Keluarlah, aku ingin bicara pada istriku." Edmund berusaha


menahan amarahnya.

Sigmar mengangkat tangannya sambil tersenyum sinis pada


Edmund. Kemudian dia pun pergi. Louie memilih menetap
dan tidak terganggu dengan segala ketegangan itu.

"Ganti pakaianmu, Gwen. Kita pulang," kata Edmund.

Anna Kanina
427
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak mau." Gwen membuang wajahnya kesal.

"Kau hanya akan merepotkan raja dan ratu kalau begini


terus. Ini juga memalukan, Gwen. Kau sudah dewasa. Berapa
kali aku harus bilang kalau ini semua hanya sandiwara yang
seharusnya tidak akan menyakiti siapa pun?"

"Ya, semua senang dengan ini semua. Kecuali aku," ujar


Gwen ketus.

Edmund mengusap wajahnya gusar dan menarik napas.

"Pulang, Gwen," katanya berusaha sabar.

"Tidak mau." Gwen menggeleng.

"Berhenti bersikap kekanakan, Gwen. Kau seorang duchess."


Edmund menaikkan nada bicaranya.

"Aku tidak mau melihat wajahmu, Your Grace. Nanti aku


akan pulang ke rumah ayahku saja," ujar Gwen pelan.

"Lalu? Kau ingin orang lain membuat rumor? Berpikir kalau


hubungan kita tidak harmonis sampai kau harus pulang ke
rumah ayahmu?"

Anna Kanina
428
The Duchess Want a Divorce

"Kenyataannya hubungan kita tidak baik-baik saja,


Edmund!"

"Kau berpikir terlalu rumit, Gwen. Aku sudah bilang kalau


kau tetap memiliki posisi duchess dan dia hanya selir yang
sama sekali tidak kulirik."

"Ini tidak sesederhana itu, Ed. Aku merasa sudah berusaha


sebaik-baiknya untukmu. Namun tetap dikalahkan untuk
tujuanmu," ujar Gwen sendu.

"Ini bukan ambisi pribadiku, aku melakukannya untuk negara


ini. Kau seharusnya memahaminya, bukan malah
membuang-buang waktuku dengan bersikap kekanakan
seperti ini, Gwen." Edmund membalasnya geram.

"Kau menyakitiku, Ed."

"Aku peduli padamu, karena itu aku menjemputmu ke sini."

"Kau hanya peduli dengan nama dan reputasimu, Your


Grace," kata Gwen pelan dengan nada sinis.

"Ikut pulang bersamaku, atau aku akan menceraikanmu."

Gwen tersentak, dia membeku di tempat. Bibirnya gemetar


dan matanya mulai berair. Dia tidak menyangka Edmund

Anna Kanina
429
The Duchess Want a Divorce

sanggup mengucapkan kalimat itu ke wajahnya. Gwen tidak


merasa melakukan hal yang salah. Kini dia bahkan bisa
menyingkirkan Gwen hanya karena dia tidak mau
memaafkan suaminya?

Edmund merasa tenggorokannya tercekat. Dia terluka


sendiri dengan kata-katanya. Tentu dia tidak mungkin
melakukan itu pada Gwen. Dia tidak bersedia berpisah
sampai kapan pun. Namun pembangkangan dan penolakan
yang dilakukan Gwen membuatnya frustrasi. Edmund segera
menyesalinya. Bagaimana kalau Gwen malah menyetujuinya
dan memilih bercerai dengannya?

Edmund hanya ingin membawa Gwen pulang ke rumah dan


memastikannya tetap bersamanya. Edmund tidak berniat
untuk membuat hubungan mereka bertambah buruk.

"Aku akan mengganti bajuku dulu," kata Gwen lirih sambil


mengusap hidungnya. Dia pun berlalu pergi tanpa
memandang suaminya dengan rasa kecewa yang pedih.

Anna Kanina
430
The Duchess Want a Divorce

Bab 41 - Toxic Society

Tujuh hari sudah berlalu sejak Gwen dijemput dari kediaman


Gisca. Edmund tidak berkenan membiarkan Gwen terus
merajuk dan mengabaikan tugasnya. Gwen harus kembali
beraktivitas sebagai seorang duchess Rosiatrich yang
dibanggakannya. Edmund terlihat berusaha menegaskan
kalau Gwen adalah prioritasnya dengan tanpa menyerah
membelikan segala perhiasan dan apa pun yang dia tahu
digemari oleh Gwen. Namun Gwen masih belum bisa
tersenyum tulus padanya.

Semua terasa tidak sama lagi bagi Gwen. Dia sangat kecewa
pada suaminya. Namun ketika sang duke memasuki
kamarnya saat dia baru saja mandi, dan membantunya
mengeringkan rambut, Gwen sadar kalau dia masih sangat
lemah terhadap Edmund.

Sang duke tidak bicara apa pun. Yang dia lakukan hanya
berdiri di belakang istrinya dan mengeringkan rambut merah
Gwen dengan handuk katun. Itu adalah sesuatu yang
mungkin baru pertama kali dilakukannya. Rambut Gwen
belum sepenuhnya kering, tapi Edmund beralih menyisirinya
dengan jemarinya yang-entah sengaja atau tidak-sesekali
terpeleset menyentuh tengkuknya.

Anna Kanina
431
The Duchess Want a Divorce

Gwen menyadari kalau Edmund sedang mencoba intim


dengannya. Dia merasa sekujur tubuhnya meremang dan
lemah. Edmund adalah pria yang tampan, dengan rambut
hitam dan mata sekelam palung terdalam samudera. Saat ini
dia mengenakan kemeja putih pas badan yang menunjukkan
tubuh sempurnanya. Edmund tidak merokok dan punya
kegemaran mengunyah daun mint untuk membuatnya
terjaga di malam hari, sehingga napasnya yang dia embuskan
dekat telinga sang duchess terasa segar dan menyenangkan.

Tubuhnya yang diperciki wewangian maskulin nyaris


mengalahkan keteguhan Gwen. Suaminya memang sangat
sulit ditolak oleh perempuan mana pun. Apalagi bagi Gwen
yang sudah sejak lama mendambanya. Edmund mencium
rambutnya dan pipi istrinya sambil memejamkan mata.
Ketika Edmund ingin mencicipi bibir ranum Gwen, sang
duchess berkelit membuang wajahnya.

"Bukankah kita sudah hampir terlambat untuk pergi ke


pesta? Aku harus segera berias," kata Gwen dingin.

Edmund terhenyak. Menerima kalimat datar dari


perempuan yang biasanya selalu tersenyum untuknya terasa
cukup mengiris hatinya. Entah apalagi yang harus dia
perbuat untuk membuat Gwen mau kembali memberinya
tatapan hangat seperti biasa.

Anna Kanina
432
The Duchess Want a Divorce

Gwen merasa berdebar dan berusaha menutupinya. Dia


tidak ingin Edmund mendengar jantungnya. Edmund
seharusnya paham kalau segalanya tidak akan kembali sama
setelah dia menyakiti hatinya. Gwen terbiasa memaafkan
apa pun yang dia lakukan. Tapi kali ini Gwen tidak ingin
semudah itu mengampuni Edmund. Gwen tidak ingin
terbujuk untuk setuju akan pemikiran Edmund bahwa
pengorbanannya diperlukan demi jalannya menuju takhta.

Para pelayan kembali memasuki kamar dengan gugup


setelah sang duke pergi. Mereka belum terbiasa dengan
perubahan sikap Edmund yang kini kerap berkunjung ke
kamar istrinya dan banyak menghabiskan waktu dengan
Duchess. Dulu, dia lebih sering berada di ruang kerja atau
berlatih tanding dengan para kesatria di sasana latihan saat
waktu luang.

Semua penghuni Rosiatrich Mansion berpikir kalau duke


akhirnya jatuh cinta pada Gwendolyn. Selama ini mereka
mendukung dan menyemangati Gwen untuk tidak menyerah
merebut cinta sang duke. Ketika berita pertunangannya
dengan perempuan antah-berantah terjadi, kebanyakan dari
mereka mendukung Gwen.

Anita, pelayan Gwen yang setia, yakin kalau sang duke kena
ramuan cinta atau disihir agar mau terikat dengan Abigail.
Dia bahkan meminta izin Gwen untuk pulang ke desanya dan

Anna Kanina
433
The Duchess Want a Divorce

berkonsultasi pada bibinya yang menikah dengan seorang


gipsi. Anita bersikeras untuk mencari penawar bagi sang
duke. Tapi Gwen melarangnya, karena dia tahu kalau itu
adalah strategi politik Edmund belaka.

Tapi Gwen tetap tidak bisa merasa nyaman mengetahui


semua orang melihatnya dengan rasa kasihan. Seluruh
Teutonia tahu betapa Gwen memuja dan mencintai
suaminya. Tapi Edmund seakan melempar lumpur ke wajah
istrinya sendiri. Edmund tahu kalau Duchess mencintainya
dan dia telah mempermalukannya.

Gwen masih belum bisa ikhlas menerimanya. Dia merasa


dihukum untuk kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Apa pun alasannya dan meskipun di balik itu Edmund
mungkin benar mencintainya, Gwen tetap sulit menerima
keputusan Edmund.

Kaki Gwen enggan melangkah masuk ke kereta kuda. Ini


pertama kalinya dia akan tampil di tengah para ningrat
setelah berita pertunangan Edmund ramai memenuhi tajuk
berita utama surat kabar. Isunya sudah mereda, tapi dia
takut. Suaminya yang seharusnya menjadi orang pertama
tempat dia bisa mengadu, justru adalah orang utama yang
melibatkannya di situasi ini.

***

Anna Kanina
434
The Duchess Want a Divorce

"Cicipi minuman ini, Duchess. Ini dibuat dari seduhan nektar


bunga dawnmay. Ada sedikit efek afrodisiak setelahnya, tapi
tidak berbahaya." Lady Jasmine menawarkan sambil
menggeser sebuah cangkir dengan uap mengepul ke
arahnya.

Dia adalah istri dari Earl Jaden, rekan bisnis Edmund yang
sedang berulang tahun. Dia adalah wanita bertubuh mungil
dan merupakan gambaran seorang lady yang serapuh bunga
peony dan selalu bersuara kecil ketika bicara. Namun, lady
yang pemalu itu kini membicarakan afrodisiak dengannya
bersama para wanita ningrat seumuran lainnya.

"Aku selalu menyetoknya di rumah, suamiku suka kalau aku


meminumnya. Kini dia hanya mengunjungi selirnya
beberapa kali sebulan karena aku terus membuatnya sibuk
di rumah." Lady lain menimpali dengan sedikit berbisik nakal.

Gwen ikut tertawa walau terasa canggung. Para wanita itu


membahas hal yang masih asing dalam benak Gwen.
Tentunya Gwen paham satu atau dua hal, karena dia suka
membaca novel roman dewasa. Tapi mendengar para istri
ningrat itu membicarakan kehidupan ranjang mereka,
membuat Gwen ingin kabur.

Sayangnya acara masih akan berlangsung lama, sehingga dia


harus duduk lebih lama bersama mereka.

Anna Kanina
435
The Duchess Want a Divorce

Semua orang mungkin berusaha menebak apa yang kurang


dari seorang Gwendolyn. Dia luar biasa jelita dan menjadi
panutan kebanyakan wanita Teutonia. Para pria yang pernah
melamarnya juga adalah para pria hebat dan tidak
kekurangan harta. Perilakunya juga sempurna sebagai
seorang lady. Tapi suaminya tetap mendua.

Beberapa wanita menunjukkan rasa prihatinnya dengan


memberi saran untuk urusan ranjang. Mereka mengira
Gwen tidak cukup pandai melayani sehingga suaminya
mencari wanita lain. Gwen ingin berpikir positif dan
menerima kebaikan mereka, tapi Gwen sulit berpura-pura
tulus berterima kasih karena Gwen tidak memerlukan nektar
atau afrodisiak lainnya. Dia dan Edmund tidak punya
masalah untuk itu. Tapi tentu dia tidak akan membiarkan
orang lain tahu kalau dia dan keluarganya memaksa Edmund
berjanji untuk tidak menyentuhnya sebelum usia pernikahan
mereka satu tahun.

Walau memalukan dan terasa menyedihkan bagi seorang


Gwendolyn yang tersohor, Gwen terpaksa mendengar
segala nasihat itu. Entah apakah Gwen akan punya
kesempatan untuk mempraktikkannya. Belakangan Edmund
tampak berminat padanya, malah mereka hampir
melakukannya, tapi Gwen berikrar untuk menahan diri.
Ayahnya mungkin punya intuisi kuat kenapa dia melarang itu
semua. Gwen akan menurutinya.

Anna Kanina
436
The Duchess Want a Divorce

Namun setelah bermenit-menit mengobrol dengan para lady


itu, Gwen jadi merasa aneh pada mereka. Kenapa para
wanita harus menyalahkan dirinya kalau suami mereka
mendua?

"Your Grace, bisa saya bicara sebentar?" Gwen merasa


pundaknya mungkin dihinggapi hantu karena dia merasa
merinding. Dia menoleh dan melihat Countess Rania di
belakangnya. Wanita paruh baya itu tersenyum, tapi Gwen
tahu kalau dia mau memberi nasihat.

"Bibi, apa kabar?"

Gwen setuju untuk mengobrol dan menjauh dari para


ningrat lainnya. Dia memilih sudut teduh di dekat jendela
yang cukup hangat.

"Kami khawatir padamu, Gwen. Ibumu bilang sejak berita itu


merebak, kau belum menghubungi keluargamu sama
sekali," kata Countess Rania.

Rania adalah kakak dari ibu kandungnya. Dia pernah


mengasuh Gwen ketika pasangan Remian harus ke luar
negeri untuk bekerja. Dia adalah sosok yang menakutkan
sekaligus bisa diandalkan bagi Gwen. Dia tegas dan
mengajari segala hal yang dibutuhkan Gwen untuk menjadi
wanita ningrat yang baik. Rania hadir di pesta karena

Anna Kanina
437
The Duchess Want a Divorce

suaminya bersepupu dengan ayah dari Earl Jaden. Dunia


memang sempit, tapi tidak begitu halnya bagi kalangan
ningrat. Mereka saling terkoneksi satu sama lain karena
pilihan pasangan berdarah ningrat yang terbatas.

Countess Rania mengetukkan jarinya yang mengenakan


banyak perhiasan di meja kayu dengan mata menatap Gwen
tajam. Gwen menelan ludah, dia tahu kalau dia akan
dimarahi.

"Bagaimana bisa suamimu menikah lagi?"

"Apa?" Gwen memastikan pendengarannya.

"Apa yang kau lakukan sampai bisa membuat Duke Edmund


berpaling? Apa kau sudah introspeksi kesalahanmu?" tanya
Countess Rania tajam.

"Apa maksud Bibi? Aku tidak melakukan kesalahan apa pun."


Gwen membela diri.

"Kau sudah susah payah menjadikan duke yang terhormat,


pahlawan Teutonia dan seorang calon raja, menjadi
suamimu. Tapi kau lalai menyenangkannya. Apa kau sering
membantahnya atau tidak menurut padanya?" Countess
Rania menuduh.

Anna Kanina
438
The Duchess Want a Divorce

Gwen membelalakkan mata tidak percaya. Bagaimana bisa


Rania menimpakan kesalahan itu semata pada dirinya?
Sebagai seorang ningrat, Rania berbeda dari ibunya. Rania
percaya kalau wanita adalah kekuasaan dari suaminya. Dia
mengajarkan Gwen untuk tetap menundukkan kepala dan
menurut serta selalu berias untuk menyenangkan suami.
Tapi ibunya berbeda. Dia bilang suami-istri seharusnya saling
mendukung dan menghargai.

Rania adalah guru etiket yang sempurna bagi setiap lady


yang ingin hidup terhormat di Teutonia. Tapi Gwen selalu
kurang setuju dengan caranya berpikir.

Gwen suka berias dan mengenakan pakaian cantik, tapi itu


bukan untuk menyenangkan mata suaminya. Gwen suka
melakukannya untuk diri sendiri dan senang merasa cantik.
Tapi di sisi lain, Gwen memang ragu membantah suaminya,
karena walau dia setuju akan ajaran ibunya, Gwen tahu dia
bisa bilang begitu karena ibu dan ayahnya saling mencintai.
Berbeda dengan Gwen. Dia tidak memiliki keistimewaan itu.
Sebagai perempuan yang hidup di Teutonia, berdiri setara
dengan suaminya dan tidak perlu selalu menurut adalah hal
yang nyaris mustahil.

Gwen sudah menebak ini sebelumnya. Ketika seorang suami


mendua dan mencari kesenangan dengan perempuan lain,
sang istri pasti akan menjadi pihak yang disalahkan. Katanya

Anna Kanina
439
The Duchess Want a Divorce

mereka kurang berdandan, kurang cantik, terlalu gemuk


atau terlalu kurus. Katanya mereka tidak mau menurut dan
selalu membangkang. Katanya mereka kurang pandai
melayani suaminya. Katanya itu karena mereka tidak bisa
memberikan mereka anak.

Tapi jika situasi dibalik, dan seorang wanita berselingkuh,


mereka akan langsung menuduh si istri adalah seorang
pezina dan tidak bersyukur.

"Bibi, aku menghormatimu, papi aku tidak bisa menerima


kata-katamu! Aku tidak melakukan hal yang salah!" sergah
Gwen gusar. Dia tidak bersedia terus menerima segala
tuduhan dan prasangka itu.

"Gwen, Bibi hanya khawatir padamu. Bagaimana jika Duke


tidak menyukaimu dan menceraikanmu?" Suara Rania
berubah lembut. Gwen tahu dia tulus mengkhawatirkannya,
walau caranya keras dalam mendidik Gwen. Tapi Gwen
sudah dewasa. Dia tidak harus selalu setuju dengan bibinya.
Dia dan kebanyakan perempuan Teutonia adalah produk
patriarki yang kental. Gwen tahu tidak mudah bagi mereka
untuk lepas dari sistem yang sudah mengakar.

Gwen mengingat kembali legenda Putri Katrina si


pemberantas Siren. Kalau dia tidak ada, Arbavia mungkin
masih akan sama seperti Teutonia yang kolot dan

Anna Kanina
440
The Duchess Want a Divorce

menomorduakan wanita dalam sistem masyarakatnya.


Teutonia butuh orang seperti Katrina dan Gwen berharap
suatu hari bisa menjadi salah satunya.

Anna Kanina
441
The Duchess Want a Divorce

Bab 42 - The Knight and The Earl

Salju memang belum turun cukup deras, tapi awal musim


dingin di Teutonia udaranya cukup membuat pucuk ranting
tanaman apa pun membeku. Tidak ada obat atau pupuk apa
pun yang bisa membuat tanaman itu lupa kalau mereka
harus tidur panjang. Sepanjang musim gugur, para petani
panen raya dan menyimpan gandum di lumbung untuk
persiapan musim dingin sehingga warga masih bisa makan
tart dengan selai bluberi.

Sayangnya ada beberapa makanan yang harus absen di meja


makan. Seperti pai bayam misalnya, karena manusia belum
menemukan cara untuk mengawetkannya dengan utuh. Jika
dibuat selai, teksturnya akan hancur dan tidak enak. Dibuat
asinan seperti mentimun juga sulit karena rasa asam pada
bayam dan brokoli sulit diterima lidah. Koki hanya bisa
melumatnya dan dicampur kacang badam serta peterseli
dan dimasak dalam minyak zaitun sebagai saus pasta. Atau
membuatnya jadi keripik, tapi tidak akan enak jika dibuat
menjadi quiche. Rasa bayamnya tentu tidak terlalu terasa
dan terkesan hanya menjadi basa-basi di piring makan.

Rico kini berupaya memenuhi asupan serat musim dinginnya


dengan makan tumisan acar mentimun serta sup labu
kuning. Dia berada di restoran yang cukup mahal dan
mengenakan pakaian santai. Dia sedang bebas tugas, tapi

Anna Kanina
442
The Duchess Want a Divorce

entah kenapa semua orang bisa tahu kalau dia seorang


kesatria karena potongan rambut serta gestur serba teratur
berkat latihan baris-berbaris yang rutin di Rosiatrich
Mansion.

Quentin memperhatikan kalau si kesatria tampak gelisah


ketika melihat piring dan sendok garpu di mejanya tidak
seimbang. Garpunya bergagang perak, sementara
sendoknya disepuh tembaga. Dia meminta pelayan
mengganti sendok serta piringnya karena terganggu dengan
cat setengah luntur di keramiknya. Rico terbiasa hidup
teratur dan mengesankan, dia dilatih di barak Rosiatrich
yang kaku.

Namun Quentin tahu kalau bukan itu kenyataannya.


Rosiatrich sama saja dengan rumah bangsawan lainnya.
Bedanya, mereka punya jumlah kesatria berkali-kali lipat
serta bayaran yang mungkin lebih tinggi. Bukan berarti
mereka latihan baris-berbaris sepanjang waktu. Quentin
kenal banyak kesatria Rosiatrich yang sesekali berpesta dan
berkunjung ke rumah judi.

Tapi Rico sedikit berbeda. Dia memiliki pikiran sederhana


dan berasal dari keluarga petani kopi di Caleigh. Dia direkrut
karena punya bakat dalam ilmu pedang. Secara keseluruhan
dia bukan kesatria terbaik yang dimiliki Rosiatrich. Apalagi

Anna Kanina
443
The Duchess Want a Divorce

Rico diketahui tidak sanggup membunuh, walau dia sesekali


pernah membuat cacat musuhnya.

Tapi sejak perang di kastil Theodore, dia selalu siaga di sisi


Duke Edmund. Dia adalah satu-satunya kesatria yang tahu
kejadian sebenarnya di sana. Rico juga diketahui menjadi
satu-satunya orang yang menemani Edmund di pulau Soran.
Quentin sudah berusaha menanyainya sejak lama, tapi Rico
selalu menolak. Namun kali ini Rico bersedia, Quentin
menduga dia sudah mendapatkan izin dari Edmund.

Rico bukan orang yang mudah dimanipulasi. Dia tidak


ambisius dan sudah puas menjadi kesatria kepercayaan
Edmund. Quentin tahu kalau tidak akan mudah mengorek
informasi darinya. Tapi Quentin pada dasarnya sudah bisa
melihat sebagian besar dari misteri yang melingkupi
Rosiatrich. Dia hanya perlu mengonfirmasi beberapa hal.

"Bagaimana dengan sup labunya, Sir Rico?" tanya Quentin.

"Terlalu berair, aku pernah makan yang lebih enak daripada


di sini," kata Rico datar setelah menelan supnya.

"Tapi Anda makan dengan lahap."

"Karena aku belum makan," katanya ringkas.

Anna Kanina
444
The Duchess Want a Divorce

"Jadi, kenapa Anda meminta bertemu saya, Sir?" Rico


menegakkan badannya siap menjawab.

"Saya khawatir dengan adik saya. Anda selalu berada di


Rosiatrich Mansion, kan? Berita baru-baru ini mengusik
ketenangan keluarga saya. Bagaimana kabar Duchess?"

Rico mengunyah perlahan sambil memandang Quentin


datar.

"Kami menjamin kalau Duchess baik-baik saja, Sir. Your


Grace akan menjaganya."

"Tentu aku tahu kalau fisiknya baik-baik saja, tapi bagaimana


dengan mentalnya? Pernikahan kedua Duke pasti
mengguncangnya sampai dia tidak mau ditemui oleh
keluarganya sendiri." Quentin mengeluh seolah-olah
menyesalinya.

"Saya tahu kalau ini urusan pribadi Duke, tapi bukankah dia
terlalu mengabaikan adik saya? Dia bahkan
meninggalkannya berbulan-bulan untuk berlayar kemarin
dan ketika dia pulang malah ada berita seperti ini," protes
Quentin sedikit dramatis.

"Itu semua demi Duchess, Sir!" Rico terusik dan


membantahnya.

Anna Kanina
445
The Duchess Want a Divorce

"Maaf, maksud Anda?"

Rico bermuka kecut setelahnya karena sadar dia mungkin


hampir membongkar rahasia tuannya.

"Tidak, bukan apa-apa," tanggap Rico datar.

"Duke memang seorang pahlawan dan pria terhormat yang


dikagumi semua orang. Sayangnya dia buruk dalam
memperlakukan istrinya. Apakah Anda tahu kalau Duchess
beberapa kali bilang ingin meninggalkannya?" keluh Quentin
berbohong.

Quentin melihat air muka Rico berubah pucat dan sulit


menelan supnya.

"Apa Anda serius, Sir?"

"Kenyataannya seperti itu, saya kakaknya."

"Tidak boleh, Duchess tidak bisa melakukan itu. Duke akan


hancur kalau itu terjadi." Rico menggeleng cemas.

"Karena tanpa Duchess, kehormatannya mungkin berkurang


di mata rakyat?" tanya Quentin memastikan.

Anna Kanina
446
The Duchess Want a Divorce

"Tidak seperti itu, Sir. Duke sudah melakukan dan


mengorbankan banyak hal demi Duchess."

"Maksudnya? Dengan memberinya hadiah-hadiah mahal


dan permata?"

Rico menggeleng cepat.

"Pengorbanannya jauh lebih berat dari apa pun yang Anda


bisa bayangkan, Sir," kata Rico bersungguh-sungguh.

"Apa yang bisa diberikan Duke dan jauh lebih mahal dari
permata?" pancing Quentin.

"Anda tidak bisa membayangkannya."

"Apakah itu pengorbanan nyawa?"


Rico bungkam seketika

"Saya tidak bisa menjawabnya, Sir. Terus terang,


pembicaraan ini jadi kurang nyaman untuk saya," katanya
dengan nada formal.

"Maafkan saya, Sir Rico. Saya terpengaruh oleh beban


pekerjaan saya. Anda tahu kalau saya ditempatkan di
kementerian kehakiman saat ini? Saya sedang mengejar

Anna Kanina
447
The Duchess Want a Divorce

penjahat berbahaya. Anda tahu si malaikat kematian?" kata


Quentin beralih topik.

"Ya, tentu saja saya tahu, Sir. Apakah Anda sudah punya
tersangka?" Rico tampak berminat membahasnya.

"Sulit mengetahuinya, tapi pelakunya mungkin lebih dekat


dari yang kita tahu," kata Quentin lagi.

"Oh ya? Anda harus menangkapnya karena main hakim


sendiri tidak bisa dibenarkan," tanggap Rico bersemangat.

"Ini mungkin terdengar aneh, tapi kami menduga pelakunya


punya kekuatan seperti sihir. Dia bisa berpindah tempat
dengan cepat dan cara membunuh yang unik. Kabarnya
beberapa korban seperti terhipnotis dan mudah dipancing
ke tempat pembantaian. Orang seperti apa yang punya
kemampuan seperti itu, Sir?"

Air muka Rico berubah pucat dan terkejut, dia meletakkan


sendoknya dan tampak tidak berminat melanjutkan makan.

"Entahlah, Sir. Tapi siapa pun itu, dia pasti punya alasan kuat
kenapa melakukannya," kata Rico menanggapi.

"Oh, kenapa sikap Anda berubah? Tadi Anda bilang main


hakim sendiri tidak bisa dibenarkan," selidik Quentin lagi.

Anna Kanina
448
The Duchess Want a Divorce

"Apa pun yang Anda pikirkan tentang Duke, percayalah kalau


dia orang paling patriotis dan bertindak demi kejayaan
Teutonia, Sir," tanggap Rico tidak ada hubungannya.

"Apa kaitannya malaikat kematian dengan Duke Edmund?"


tanya Quentin seolah bingung.

"Tidak ada. Saya sudah terlambat, Sir, saya harus menghadiri


pernikahan sepupu saya di Caleigh. Terima kasih untuk
makan siangnya." Rico menjawab gugup dan berkelit.
Dengan terburu dia membereskan bawaannya dan segera
menyingkir.

Quentin tidak menghambatnya, dia hanya menghabiskan


teh rempahnya dan berpikir. Pertemuan singkat yang baru
dia lakukan telah mengonfirmasi beberapa hal. Rico tidak
perlu secara jelas menjawab karena Quentin hanya perlu
menganalisis bahasa tubuhnya.

Rico tidak tahu identitas si malaikat maut. Namun dia


familier dengan sihir dan berubah pucat ketika dihadapkan
kemungkinan kalau pelaku pembunuhan berantai itu adalah
sang duke. Artinya dia tahu kalau Duke Edmund punya
kemampuan sihir. Meskipun begitu, dia tidak terlalu paham
kenapa Rico bilang kalau Duke sudah melakukan
pengorbanan besar untuk Duchess.

Anna Kanina
449
The Duchess Want a Divorce

Jam makan siang, suasana kedai berubah semakin ramai. Ini


adalah restoran yang terkenal, tapi tidak banyak bangsawan
kelas atas yang bersedia singgah. Kaum pekerja lebih
mendominasi di sana. Para wanita juga tampak lebih leluasa
bicara tanpa takut harus menundukkan kepala di depan para
bangsawan. Seandainya ada ningrat yang singgah, mereka
mungkin tidak akan tahu.

Kedai itu adalah tempat sempurna bagi para investigator


atau pencari berita karena segala rumor akan menyebar dari
sana.

Quentin juga masih perlu bertemu satu orang lagi di sana.


Jadi dia memanggil pelayan dan memesan lagi sepiring
panekuk dengan telur mata sapi.

"Lihat berita hari ini? Lady Abigail sungguh malang. Cintanya


dan Duke tidak bisa bersatu karena Duchess Gwendolyn
menggoda Your Grace."

"Aku selalu tahu kalau dari dulu Duchess Gwendolyn selalu


mengejar cinta Duke. Katanya dia tidak tahu malu. Tahukah
kalian kalau dulu dia yang melamar Duke?"

"Ya ampun, sungguh tidak tahu malu. Apa dia pikir bisa
mendapatkan segalanya karena cantik dan kaya?"

Anna Kanina
450
The Duchess Want a Divorce

"Untungnya Duke segera sadar kalau Lady Abigail adalah


cinta sejatinya. Semoga nanti Lady Abigail bisa menjadi
duchess."

"Ya ampun, benarkah berita itu? Katanya Duchess


Gwendolyn adalah orang ketiga dalam hubungan Duke
Edmund dan Lady Abigail dulu? Ya ampun, aku tidak
menyangka."

"Kita memang seharusnya tidak mudah teperdaya dengan


wajah lugu dan cantik."

Quentin mencengkeram serbetnya emosional. Namun


berusaha menahannya. Kalau Rico masih ada di sana, dia
mungkin bisa mengamuk. Orang-orang itu menghakimi
Gwen sedemikian rupa hanya karena artikel yang belum jelas
kebenarannya. Quentin harus menjaga martabatnya sebagai
seorang earl. Dia tidak boleh berseteru dengan rakyat jelata.

"Berhenti bicara omong kosong! Apa kalian tahu kalau


menyebarkan berita bohong bisa dipenjara?" hardik
seseorang pada para wanita itu. Seketika isi kedai bungkam
karena mereka tahu siapa yang bicara.

Quentin sadar kalau ada satu orang di Teutonia yang tidak


peduli akan gelar dan jabatannya. Dia bersikap sesuka hati
dan enggan ikut aturan.

Anna Kanina
451
The Duchess Want a Divorce

"Terima kasih sudah membela Gwen, Yang Mulia." Quentin


menjabat tangan Harvey.

"Jangan bersikap formal di sini, aku hanya mau makan


siang." Harvey menyambut tangannya ragu.

Harvey duduk di meja Quentin sambil membawa beberapa


buku dan kertas yang penuh coretan kasar.

"Apakah Anda sudah bisa membuat kesimpulan dari kasus


yang saya tanyakan, Yang Mulia?"

"Apa? Ya, tentu saja. Aku meneliti puluhan legenda di


Ednarea semalaman. Para raja yang pernah menjabat dan
disebut pengguna sihir, aku rasa mereka nyata," kata Harvey.

"Apa yang dilakukan oleh Duke Edmund di pulau Soran?"

"Ada beberapa cerita kalau raja terdahulu berkunjung ke


sana untuk menyingkirkan kutukan dan sebagai gantinya dia
memperoleh kekuatan. Kurasa kondisi Edmund paling sesuai
dengan kisah itu."

"Kutukan? Apakah Duke Edmund terkena kutukan?"

"Dari informasi yang kau berikan padaku, pasangan


Theodore dan Viola mengutuk Edmund, kan?"

Anna Kanina
452
The Duchess Want a Divorce

"Iya, itu dari kesaksian salah satu kesatrianya. Walau


sekarang kesaksian itu sudah diralat. Kesatrianya yang paling
dekat adalah Rico dan berada di lokasi kejadian. Dulu dia
sempat mengatakan itu pada rekannya. Aku mendengarnya
dari rekannya itu." Quentin memberi tahu.

"Bagaimana reaksi dari kesatria Rico? Kau katanya mau


menemuinya, kan?"

"Dia tahu kalau Edmund pengguna sihir," jawab Quentin


yakin.

"Baiklah, lalu sekarang apa? Apakah kau mau aku menjadi


saksi ahli atau semacamnya untuk sidang Duke Edmund? Ini
akan berat bagi Gwen, tapi kalau itu benar-"

"Aku punya permohonan lain, Yang Mulia. Duke Edmund


tidak bisa disidang untuk sihir. Itu tidak dikenal di hukum
kami. Dan intelijen sudah mencium bentrok antara
Alderbranch dan Rosiatrich di masa depan. Apakah negara
Anda menerima suaka politik?"

"Maksudnya?"

"Saya ingin membawa Gwen ke Arbavia, saya berharap Anda


bisa menjaminnya untuk tinggal dengan aman di Arbavia,"
kata Quentin lagi.

Anna Kanina
453
The Duchess Want a Divorce

Bab 43 - The Punishment

Abigail merapikan riasannya di depan cermin besar yang


dipasang di dinding berlukis yang ada di sebuah kantor
berita. Dia tidak nyaman karena untuk kesekian kalinya dia
datang tanpa Duke. Media begitu gencar memberitakan
tentang hubungan mereka berdua, tapi hanya satu kali Duke
Edmund melakukan wawancara bersamanya.

Dia sendirian, dengan hanya seorang pelayan


mendampinginya. Gaunnya juga tidak terlalu berbeda
ketimbang yang dulu dia pakai sebelum menjadi tunangan
Edmund. Menjadi kekasih duke terkaya di Teutonia tidak
lantas membuatnya punya banyak uang untuk membeli
gaun mahal di butik seperti yang dimiliki Gwen.

Edmund memperlakukan semua ini seperti kontrak bisnis.


Dia dibayar dan diberikan fasilitas. Namun dana yang dia
miliki terbatas. Tentunya dia menerima jumlah yang jauh
lebih banyak dari pekerjaan apa pun yang bisa dia pikirkan.
Tapi dia tidak bisa hidup mewah seperti yang dia inginkan.

Abigail yang kesal tidak mau menerima begitu saja. Dia diam-
diam kembali menghubungi Duke Killian dan bilang kalau
yang dia lakukan adalah bagian dari rencananya. Dia
memang sudah menjadi tunangan Edmund, tapi dia
menawarkan jasa untuk merusak nama baik Rosiatrich.

Anna Kanina
454
The Duchess Want a Divorce

Putri baron itu membuat rumor, target pertamanya adalah


Duchess Gwendolyn. Dia membuat citra Gwen seolah-olah
dia adalah perempuan penguntit yang mengganggu
hubungannya dengan Duke. Abigail senang ketika rumor
menyebar. Dengan begini, citra Duchess akan jatuh.

Berikutnya Abigail berencana untuk kembali membuat


rumor. Dia akan bilang kalau duke Rosiatrich
menelantarkannya. Dia akan membuat Edmund dihujat oleh
kalangan pekerja dan mencitrakannya sebagai duke angkuh
dan penyiksa wanita. Abigail malah sudah membahasnya
dengan Killian tentang bagaimana dia akan membuat lebam
palsu di wajahnya, serta keterangan dari dokter bayaran
untuk membenarkannya.

Killian senang dengan ini, itu semua mungkin lebih baik


ketimbang jika dia hanya menggunakan Abigail untuk
menuduh Edmund berzina. Dengan begini, karakter Edmund
akan terpuruk dan dia tinggal memoles citra Sigmar dengan
kekuatan media. Hanya saja pangeran itu kini seperti enggan
terlibat dan menjauh dari Killian. Duke Alderbranch tidak
peduli, dia yang akan melakukan semuanya, dengan atau
tanpa Sigmar.

Abigail tetap merasa kalau apa pun yang dia lakukan adalah
upayanya bertahan hidup. Sebagai wanita yang bercerai, dia
tidak punya banyak kesempatan. Abigail telah berikrar untuk

Anna Kanina
455
The Duchess Want a Divorce

memaksimalkan segala kesempatan yang ada agar dia bisa


hidup nyaman ke depannya. Tapi Abigail menginginkan rasa
hormat dari orang sekitar, itu adalah hal yang belum bisa dia
rasakan.

"Sepertinya Anda mengenakan gaun yang sama dengan


kemarin lusa." Seorang jurnalis bertanya padanya.

Abigail memang sengaja mengenakan ulang gaun lamanya


untuk di acara wawancara. Wanita itu menunduk dan
menutup hidungnya dengan saputangan berenda sebelum
menjawab.

"Duchess tidak mengizinkan saya memiliki pakaian baru,"


katanya sendu.

"Ya ampun, benarkah itu? Bukankah keluarga Rosiatrich


kaya raya?"

"Tidak apa, saya mengerti perasaan Duchess yang telah


kehilangan cinta suaminya. Saya paham kenapa dia
melakukan ini pada saya. Dia iri, tapi saya tidak akan
mendoakan buruk tentang dirinya."

"Anda sangat tabah, Lady Abigail."

Anna Kanina
456
The Duchess Want a Divorce

"Saya tidak boleh berharap banyak, saya sudah cukup


bersyukur Duke Edmund mengingat saya dan menjadikan
saya selir. Bagaimanapun, saya adalah seorang janda dan
bergelar rendah. Saya tahu, banyak yang tidak menginginkan
saya memiliki posisi ini," kata Abigail seolah berduka.

"Tidak begitu, Lady Abigail. Seseorang harus mengingatkan


Duchess. Anda sudah hidup sengsara selama ini, dia tidak
seharusnya merundung Anda seperti ini. Anda berhak
bahagia."

"Ya ampun, tahukah Anda betapa senangnya saya


mendengar kata-kata itu? Selama ini saya merasa tidak
berguna dan layak hidup kesepian. Saya bersyukur masih ada
yang mendukung saya." Abigail merasa haru.

Dia melakukan wawancara di media-media yang dimiliki


Killian. Mereka telah menyalahi aturan jurnalistik dan tidak
melakukan konfirmasi ke kedua belah pihak. Selama ini
media bilang sudah mencoba mengontak Duchess untuk
memastikan keterangan Abigail, tapi sulit bertemu. Abigail
tahu kalau kantor media sengaja mencari Duchess di
mansion-nya ketika dia sedang keluar rumah dan melakukan
kesibukan lain. Semua itu terkesan malah membenarkan
semua rumor tersebut. Duchess tidak mau diwawancara
karena dia memang bersalah, katanya. Padahal Gwen tidak
menerima pemberitahuan apa-apa.

Anna Kanina
457
The Duchess Want a Divorce

Abigail tentu sesekali merasa bersalah. Tapi dia tidak bisa


mundur lagi. Seumur hidupnya dia telah mencoba kerja jujur
dan berbuat baik pada siapa pun. Ketika dia tiba di ibu kota,
dia dibantu oleh Gwen untuk menerima pekerjaan di butik
Madam Perellia.

Seharusnya dia berterima kasih. Namun sejak Gwen


mengabaikannya di butik karena cemburu akan interaksinya
dengan Duke, Madam Perellia jadi membencinya. Gwen
diketahui membatalkan pesanannya di butik itu dan Perellia
sangat marah karenanya. Tidak lama setelah itu, dia
memberikan tugas pada Abigail untuk menemani adiknya
yang lajang serta berbau alkohol.

Mereka diminta membeli bahan pakaian ke kota sebelah


untuk keperluan butik. Namun pria itu berpikir kalau
kakaknya berusaha menjodohkannya dengan Abigail.
Wanita itu dipaksa untuk bermesraan dan melecehkannya.
Abigail hanya perempuan lemah tanpa ada siapa pun yang
bersedia melindunginya. Bahkan kesatria yang ditemuinya
enggan mengusut kasusnya karena keluarga Abigail jauh di
Caleigh. Mereka malah menyalahkan Abigail kenapa mau
pergi berdua saja dengan si pemerkosa. Itu semua salahnya
karena sebagai janda dia tidak bisa menjaga sikap.

Abigail sudah muak. Dia dendam pada Gwen. Dia marah


pada semuanya. Pria itu, bahkan dengan tanpa malu

Anna Kanina
458
The Duchess Want a Divorce

mengajaknya menika, menganggap semua adalah salah


paham belaka. Abigail pun meracuninya dan membuatnya
seakan tenggelam di bak mandi sebelum dia kabur dari
rumahnya dan mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Dia tidak bisa menerima. Walaupun dia tahu Gwen awalnya


berniat baik padanya, tapi dia yang membawanya pada
Madam Perellia. Dan sikapnya yang membuat Perellia murka
telah membuatnya bertemu dengan pria jahat itu. Kini
Abigail bahkan mengandung anaknya. Sementara itu sang
duchess tertawa bahagia, tidak tahu penderitaan yang dia
rasakan.

Ketika dia berusaha menggugurkannya dengan mabuk di bar


sendirian, utusan Killian mengajaknya bicara. Abigail merasa
dia bisa memanfaatkan kehamilannya. Walau dia tahu rasa
sukanya pada Sigmar hanya sepihak. Dia ingin Sigmar
menjadi raja karena Sigmar sama sepertinya, tidak dianggap
dan diremehkan.

Abigail berjalan santai keluar gedung setelah wawancara.


Dia bersama pelayan yang tampak membencinya karena
tahu kalau semua yang dikatakannya adalah kebohongan.
Namun si pelayan diperintahkan oleh Duke Edmund untuk
tidak meninggalkannya dan melayaninya sehingga dia
mencoba profesional.

Anna Kanina
459
The Duchess Want a Divorce

Meskipun begitu, rasa tidak sukanya telah membuat si


pelayan enggan melindungi tuannya. Dia hanya diam
mematung dan membiarkan ketika sekumpulan orang
membekap Abigail dan memaksanya menaiki kereta kuda
misterius berkaca gelap yang tidak diketahui siapa
pemiliknya.

***

"Lepaskan aku!" teriak Abigail panik dengan suara teredam


karena kepalanya ditutupi karung gandum.

Dia tidak tahu ke mana para penculik membawanya karena


perjalanan di kereta kuda tadi terasa lama dan jauh. Dia juga
merasa haus dan sakit tenggorokan. Tadi dia sempat pingsan
karena kepalanya tidak sengaja membentur gagang pintu
kereta kuda.

Abigail berusaha beradaptasi dengan sekitar setelah


seseorang melepas penutup kepalanya. Ruangan itu sedikit
temaram dan hanya diterangi oleh sinar matahari yang
menyusup dari beberapa jendela dan celah di dinding.
Abigail bisa melihat tumpukan tong anggur yang masih
disegel. Dia juga melihat peralatan dan mesin penggiling
yang digunakan untuk memeras barley atau anggur. Dia
berada di sebuah perkebunan dengan pabrik minuman
keras.

Anna Kanina
460
The Duchess Want a Divorce

Kengerian seketika melingkupinya. Dia gemetar. Apakah dia


akan diperkosa lagi? Dia tidak sanggup mengalaminya sekali
lagi. Abigail mungkin memilih mati daripada itu.

"Perempuan ular!" Gisca menghardik. Abigail menengok ke


samping. Dia melihat sang putri melihatnya penuh benci.
Tidak ada upaya darinya untuk menyembunyikan
identitasnya. Dia masih mengenakan gaun mahal berbalut
jaket tebal berbulu rubah yang mewah. Penampilannya
sungguh kontras dengan gudang anggur itu.

"Putri Gisca! Yang Mulia, apa yang Anda lakukan pada saya?"
Abigail panik bertanya.

"Kenapa kau bicara semua kebohongan itu ke media? Apa


kau tidak tahu malu? Gwen membantumu ketika kau datang
ke ibu kota! Kini kau terang-terangan menyerangnya? Tidak
cukup menjadi tunangan suaminya, kini kau membuat
rumor?!" Gisca membentak emosional.

Abigail gemetar, kakinya terasa kaku dan dingin. Mereka


tidak mengizinkannya mengenakan baju hangat padahal
hawa gudang itu terasa nyaris membeku. Dia tidak
menyangka kalau Gisca berani melakukan ini semua
padanya.

Anna Kanina
461
The Duchess Want a Divorce

"Yang Mulia, semua orang akan tahu kalau Anda melakukan


ini pada saya. Anda akan dihujat karena perlakuan pengecut
ini pada saya."

Gisca mengangkat tangannya dan menamparnya kuat-kuat.


Abigail berteriak dan menangis karenanya.

"Kau pikir aku siapa? Aku seorang putri di negara ini! Hanya
raja dan ratu yang bisa menghukumku! Kalau Sigmar saja
berulang kali diampuni atas kenakalannya, kenapa aku harus
takut kalau aku melakukan ini padamu?" Gisca menampar
Abigail lagi. Sanggul Abigail terlepas dan rambutnya menjadi
kacau. Lebam kemerahan tercipta di sekitar rahangnya. Dia
menggigit bibirnya dan memandang benci Gisca.

"Gwen adalah temanku! Kau pikir aku akan diam saja melihat
dia disakiti seperti itu? Dia seorang duchess dan dia adalah
sahabat dari putri Teutonia! Apa kau pikir kau bisa lolos dari
semua ini?" Gisca yang mulai berkurang emosinya
melanjutkan bicara.

"Gisca! Demi Dewi Edna!" Gwen berseru setelah baru saja


memasuki gudang itu. Sang duchess segera memeluk Gisca
untuk menenangkan amarahnya.

Para kesatria istana membawanya ke tempat itu atas


suruhan dari Putri Gisca. Gwen tidak menduga kalau dia akan

Anna Kanina
462
The Duchess Want a Divorce

melihat Abigail bersimpuh tidak berdaya dengan lebam di


wajahnya.

"Gisca, apa yang kau lakukan? Ini membuatku malu dan


seakan-akan membenarkan semua rumor itu." Gwen
berbisik protes pada sahabatnya.

"Tidak akan ada yang berubah, Gwen! Aku bertaruh kalau dia
sudah berencana menyebutmu kasar dan perundung!
Karena itu, sekalian saja aku lakukan ini! Berhenti bersikap
lembek! Dia milikmu, lakukan apa pun terhadapnya, Gwen!
Aku tidak akan mengizinkan siapa pun pulang sebelum
wanita ini meminta maafmu!" Gisca berseru sambil
menunjuk Abigail.

Gwen selama ini berusaha menjauhi Abigail, bahkan tidak


pernah mau datang ke acara di mana ada Abigail di
dalamnya. Dia terlalu sakit hati karena seseorang yang dulu
disukainya kini mengkhianatinya sedemikian rupa.

"Kenapa kau lakukan ini semua padaku, Lady Abigail? Apa


salahku padamu? Apa karena aku mengabaikanmu di butik
Madam Perellia dan membatalkan pesananku?" Gwen
bertanya pelan. Dia merasa iba dengan kondisi Abigail saat
ini.

Abigail tertawa sinis menanggapi pertanyaan itu.

Anna Kanina
463
The Duchess Want a Divorce

"Anda tidak akan mengerti, Your Grace. Anda tidak tahu


bagaimana rasanya tidak punya seorang pun teman atau
keluarga yang mendukungmu. Anda tidak tahu perjuangan
wanita bercerai sepertiku. Betapapun saya berusaha jujur
dan bekerja sebaik-baiknya, para pria itu tetap
menganggapku rendahan. Apa Anda tahu kalau karena
Anda, Madam Perellia murka padaku? Dia memaksaku
menemani adiknya dan saya diperkosa olehnya! Hanya Dewi
Edna yang menolong saya, dia kini sudah membusuk di
dalam tanah."

Gisca dan Gwen terdiam karenanya. Rasa iba terbit di hati


mereka, tapi tidak ingin menunjukkannya terang-terangan.

"Lady Abigail, saya turut prihatin untukmu. Saya-"

"Itu tidak membenarkan yang kau lakukan pada Gwen! Dia


tidak bermaksud membuatmu berada di situasi itu!" Gisca
berkata angkuh, tidak bersedia berdamai.

"Gisca! Lady Abigail adalah korban. Kita sesama perempuan


tidak perlu mendesaknya seperti ini." Gwen memohon.

"Lady Abigail, saya menyarankan Anda untuk berhenti


melakukan ini semua. Saya akan membantu Anda, saya akan
menyokong hidup Anda dan memberikan dana bagi Anda
untuk memulai usaha. Saya juga berjanji tidak akan

Anna Kanina
464
The Duchess Want a Divorce

membiarkan siapa pun menyakiti Anda lagi. Anda tidak perlu


terlibat dalam perseteruan politik ini." Gwen menawarkan
bantuannya.

Abigail hanya menunduk dan tidak berpikir lama sebelum


menjawab.

"Saya tidak berpikir untuk berhenti dari semua ini. Saya tidak
mau menyerah atau membiarkan diri saya terlihat lemah.
Kalian boleh menganggap saya licik dan penjahat, tapi saya
tidak peduli. Karena sudah tidak ada yang bisa kalian ambil
dari saya," kata Abigail menanggapi.

"Perempuan sombong! Gwen sudah menunjukan rasa


simpatinya padamu! Sebaiknya kau setuju dan minta maaf
ke media! Batalkan juga pertunanganmu!" sergah Gisca
tidak sabar.

"Yang Mulia, kita semua adalah korban. Kita semua, para


wanita, hanyalah pion lemah yang dikendalikan oleh para
pria. Saya sudah sejauh ini, saya tidak akan berhenti. Kalau
kalian ingin saya diam, Anda harus membunuh saya atau
berhenti bersikap pengecut dan bela harga diri kalian dari
para pria itu," kata Abigail lagi dengan tatapan mata kosong.
Dia sudah tidak peduli lagi dengan hidupnya. Yang dia
inginkan hanya menghukum para ningrat angkuh itu,
terutama para wanitanya yang terus diam tanpa ada

Anna Kanina
465
The Duchess Want a Divorce

kemauan berjuang. Padahal mereka punya segala kekayaan


dan sumber daya, tapi memilih hidup nyaman dan menutup
mata akan nasib wanita lainnya seakan dunia baik-baik saja.

Anna Kanina
466
The Duchess Want a Divorce

Bab 44 - The Temple of Edna

Sebagai wanita yang memiliki gelar Permata Teutonia, Gwen


juga dipuji karena ketaatannya dalam menyembah Dewi
Edna. Dia rajin berkunjung ke kuil untuk berdoa atau
memberi donasi. Dia dan Edmund punya kesepakatan kalau
setelah menikah, mereka akan datang ke kuil Edna sebagai
pasangan.
Namun selama beberapa bulan menikah, Gwen hanya
beberapa kali melakukannya. Edmund selalu sibuk. Apalagi
dia sempat beberapa bulan pergi berperang, ditambah
hampir dua bulan berlayar untuk berobat. Gwen terbiasa
ditinggalkan, tapi hari ini, dia berharap bisa membawa
Edmund ke kuil. Gwen berharap dia dan suaminya bisa
sempat berkonsultasi dengan para orang bijak di kuil untuk
masa depan pernikahan mereka.

Quentin menemuinya tadi pagi untuk mengajaknya ke kuil


Edna. Tapi dia ke sana bukan untuk menyembah sang dewi.
Altar pemujaan yang berplafon tinggi serta relung berukir
mewah melingkupi sang duchess saat ini. Gwen merasa
tenang melihat patung dewi dan para pengikutnya yang
dipajang di setiap sudut kuil suci. Dia memejamkan matanya
dan berdoa, mengadukan segala keresahan dan kesedihan
yang menimpanya.

Anna Kanina
467
The Duchess Want a Divorce

Dia berharap akan ada hari di masa depan di mana dia bisa
bersanding dengan Edmund yang dia cintai dan hidup
bahagia. Namun menyadari situasi dan beratnya konflik yang
selalu melingkupi rumah Rosiatrich, Gwen ragu Dewi Edna
bisa membantunya.

Keluarganya selalu bilang gelar duke Rosiatrich selalu


dipegang oleh orang berkuasa, para raja di masa depan,
pahlawan perang, dan pemimpin para dewan. Itu adalah
jabatan panas yang pemegangnya sulit melepaskan diri dari
intrik perebutan kekuasaan. Gwen tidak bisa hanya duduk
manis mendampingi sang duke. Suatu hari dia bisa saja
terlibat dalam konflik dan menjadi martir untuk kejayaan
nama Rosiatrich.

Marquis Archibald bilang sebaiknya Gwen menikahi


bangsawan biasa dengan profesi pebisnis atau pengacara.
Dia sudah menebak kalau Gwen mungkin tidak akan sanggup
menghadapi beratnya menikahi orang sepenting Edmund.
Hampir enam bulan menikah, empat bulan di antaranya
Duke harus pergi berdinas. Gwen kesepian dan merasa gagal
menjalin komunikasi yang baik dengan suaminya, apalagi
mendekatkan hubungan mereka.

Menikah dengan duke Rosiatrich bukan hanya perkara cinta.


Gwen hadir sebagai pelengkap kesempurnaan gelar
suaminya, hanya sebagai syarat bagi Edmund untuk

Anna Kanina
468
The Duchess Want a Divorce

menjejak ke langkah politik berikutnya. Tidak harus Gwen,


dia bisa saja menikahi perempuan lain. Dan perlakuan
Edmund juga mungkin tetap sama.

Gwen sudah sadar dan tidak lagi mau berharap kalau kisah
cintanya bisa seindah yang dia baca di novel roman, atau
setidaknya serupa dengan ayah dan ibunya. Menikah dengan
Edmund, artinya Gwen juga menikahi gelarnya dan
kedudukannya di Teutonia. Kadang Gwen berharap kalau
Edmund hanya kesatria biasa atau bangsawan dengan titel
selevel marquis atau earl.

Gwen hanya membutuhkan cinta, bukan gelar duchess


apalagi segala kekayaan Rosiatrich. Gwen tidak pernah
berpikir kalau dia menikah demi harta dan permata. Gwen
hanya terlalu mencintai Edmund dan menyetujui pernikahan
ini dengan terburu-buru.

"Gwen, apa kabar?" Harvey menyapa sambil duduk di


sebelahnya.

Kuil sedang sepi pengunjung dan suasana cukup hening.


Gwen tahu kalau Quentin mau mempertemukannya dengan
Harvey. Gwen mengerling sedikit dengan perasaan bimbang.
"Kurasa kau sudah mendengar semuanya dari Quentin,
bagaimana menurutmu?" Harvey bertanya.

Anna Kanina
469
The Duchess Want a Divorce

"Aku masih harus memikirkannya, perceraian adalah hal


yang sangat serius di Teutonia. Dan aku yakin tidak ada
seorang pun wanita dari keluarga Remian atau Rosiatrich
yang pernah mengajukan cerai. Pengadilan mungkin tidak
akan pernah mengizinkannya," kata Gwen menanggapi
muram.

Quentin meminta adiknya bercerai dari duke Rosiatrich. Itu


artinya Gwen harus menjadi janda dan otomatis akan ada
penurunan pada strata sosialnya. Wanita lain seumurannya
mungkin akan enggan bergaul dengannya. Dia juga akan sulit
menikah kembali. Menjadi janda di Teutonia artinya si
wanita akan kembali menjadi tanggungan ayah kandung
mereka. Gwen tahu kalau Marquis Archibald tidak
kekurangan uang. Tapi apakah itu semua sepadan?

Di sisi lain, Gwen sudah mulai lelah menjadi duchess dan


kecewa terhadap segala keputusan Edmund yang mengusik
ketenangan hidupnya. Dia bahkan belum satu tahun
menikah. Ke depannya, akan ada lagi serangan serupa.
Terutama kalau Edmund ditakdirkan menjadi raja. Gwen
tidak dibesarkan sebagai calon ratu atau semacamnya.
Marquis membebaskan Gwen memilih suaminya sendiri.
Tapi Gwen tidak menyangka kalau menerima gelar duchess
Rosiatrich artinya dia bersedia dimanfaatkan oleh
keluarganya untuk kepentingan politik serta kebaikan
Teutonia.

Anna Kanina
470
The Duchess Want a Divorce

Beberapa hari terakhir, Gwen banyak membaca sejarah


Teutonia dan keluarga Rosiatrich. Gwen tidak menemukan
akhir bahagia dalam kehidupan para duchess.

Mereka memang dihormati dan menerima segala


kemewahan terbaik di Teutonia. Namun duke dan duchess
bersikap layaknya rekan bisnis. Mereka tinggal di rumah
yang terpisah dan bisa bercerai jika tidak melahirkan anak
laki-laki. Semua duke Rosiatrich memiliki lebih dari satu selir.
Pernikahan mereka juga atas dasar perjanjian politik yang
saling menguntungkan. Bahkan ada beberapa dari duchess
yang masuk penjara untuk menjamin suaminya. Dia mati di
balik sel, sementara duke dengan mudahnya menikah
kembali.

Nasib Gwen mungkin lebih baik dari mereka. Tapi selain


kecantikan dan reputasi baik, Gwen tidak terlalu
menguntungkan bagi Rosiatrich. Edmund bisa saja suatu hari
menyingkirkannya karena budaya keluarga Rosiatrich sedari
dulu memang menomor-sekiankan wanita.

Wajar saja kalau Edmund tanpa rasa bersalah membiarkan


istrinya dipermalukan di publik. Semua demi takhta dan
kejayaan Teutonia, katanya.

"Aku sudah bicara pada pendeta tinggi, Gwen." Quentin


datang menghampiri mereka berdua.

Anna Kanina
471
The Duchess Want a Divorce

"Bagaimana?" Harvey bertanya.

"Gwen bisa mengajukan cerai kalau terbukti bahwa Edmund


adalah penyembah iblis," kata Quentin lagi.

"Quentin, Edmund tidak-" Gwen menggeleng.

"Bukankah dia menyimpan beragam artefak sihir di


kamarnya?" tanya Quentin.

"Iya, itu benar. Tapi bisa saja itu hanya hobinya." Gwen
membela.

"Tidak hanya itu, aku sudah melakukan investigasi


menyeluruh, dibantu oleh Harvey juga. Dengar, Gwen, akan
kuceritakan fakta terkait suamimu itu."

Quentin pun berkisah tentang teorinya, tentang Edmund


yang berkunjung ke pulau Soran, tentang Ben Hawk yang
mengaku penyihir, serta kesaksian para kesatria. Gwen
menyimaknya setengah tidak percaya dan sesekali
menggelengkan kepala.

"Itu tidak mungkin, Edmund kena kutukan katamu?"


sanggah Gwen bersikukuh.

Anna Kanina
472
The Duchess Want a Divorce

"Gwen, ingatkah kau alasan dia pergi berlayar? Untuk


berobat, kan? Dan kau tahu apa sakitnya? Ini semua masuk
akal Gwen!" Quentin tidak mau kalah.

Gwen tahu kalau Edmund sudah bertahun-tahun terkena


penyakit misterius. Apakah itu yang Quentin maksud sebagai
kutukan?

"Entahlah, alasan itu belum cukup kuat bagiku untuk


meninggalkannya. Memang kenapa kalau dia pelaku sihir?"

"Dia membunuh orang, Gwen."

"Sama seperti yang kau lakukan ketika perang, Quentin.


Selain itu, dari kata-katamu, dia hanya membunuh penjahat
dan pemerkosa." Gwen membela suaminya. Dia bangkit dari
duduknya dengan perasaan gusar, ingin menjauh dari
kakaknya.

"Gwen! Aku tidak ingin kau terlibat dengan konflik politik


antara dua dukedom paling berkuasa di Teutonia. Kalian
berdua juga belum setahun menikah, dan aku rasa ini saat
paling tepat untuk menyudahinya. Tidak ada hal baik yang
kau dapatkan selama kau menikahinya, Gwen. Dia bahkan
tidak mencintaimu dan aku bertaruh dia akan menikah
kembali jika kau meminta cerai. Kau mungkin bisa bertahan
dari segala fitnah yang menimpamu. Tapi sihir adalah hal

Anna Kanina
473
The Duchess Want a Divorce

yang kita tidak tahu cara untuk mengantisipasinya." Quentin


berargumen menasihati.

"Quentin, izinkan aku bicara berdua saja dengan Duchess."


Harvey meminta Gwen mengikutinya.

Quentin melihat ketika Gwen berjalan mengikuti Harvey ke


depan altar pemujaan. Dia lalu duduk di bangku panjang
dengan tangan terlipat. Dia sudah memikirkan semuanya
dan berharap Gwen bersedia mengesampingkan perasaan
dan setuju dengannya. Quentin tidak membenci Edmund.
Dia hanya berusaha melindungi adiknya. Gwen tidak pernah
berduka dan selalu ceria. Sebelum Gwen terlalu tertekan, dia
harus membuat adiknya berpisah dengan Edmund.

Gwen melihat Harvey menyibak sebuah tirai yang menempel


di dinding. Lalu lukisan Dewi Edna terpampang di depan
matanya. Berbeda dengan versi terakhir yang dia lihat,
lukisan itu kini dibingkai dan tampak agung di posisinya saat
ini.
"Seharusnya belum boleh diperlihatkan, tapi aku pelukisnya,
kurasa para pendeta tidak akan keberatan," kata Harvey.
"Kukira Anda mau membawanya ke Arbavia, Yang Mulia."

"Aku tidak memberikannya ke kuil, aku hanya


meminjamkannya. Setelah lima tahun, lukisan ini akan
menetap di museum Arbavia." Dia tersenyum.

Anna Kanina
474
The Duchess Want a Divorce

"Yang Mulia, maaf kalau Quentin melibatkan Anda untuk


semua ini."

"Tidak, Gwen. Dia minta saya membantu Anda. Dia adalah


salah satu teman pertama saya di Teutonia, jadi saya
mempertimbangkan serius permohonannya." Harvey
menjelaskan.

"Kurasa Quentin hanya berlebihan soal ini, perceraian bukan


hal yang sepele."

Harvey tersenyum pada sang duchess menganggukkan


kepalanya.

"Itu semua keputusanmu, Gwen. Tapi mungkin yang akan


kusampaikan ini bisa menjadi bahan pertimbanganmu.
Dalam satu bulan lagi, tugasku sebagai dosen tamu di
Teutonia akan berakhir. Kalau kau memutuskan ikut, aku
bisa memberimu pekerjaan."

"Pekerjaan apa?" Gwen sedikit terkejut. Biasanya para pria


menawarinya perhiasan, pakaian bagus, serta bunga. Tidak
pernah ada yang berpikir memberinya pekerjaan.

"Asisten untuk proyek penggalian arkeologi dari


universitasku. Kau juga bisa punya kesempatan mendapat
lisensi sebagai antikuarian," kata Harvey lagi.

Anna Kanina
475
The Duchess Want a Divorce

"Pangeran Harvey, Anda sungguh-" Gwen tidak bisa berkata-


kata.

"Anda menawarkan pekerjaan di mana saya harus memakai


celana panjang, menunggang kuda, menggali tanah
berlumpur, serta tidur di tenda tanpa air hangat?" Gwen
memastikan, tidak bisa menyembunyikan antusiasmenya.

"Tawaran yang menarik, kan? Itu lebih baik daripada


berdiam muram di sini. Setiap orang berhak memilih
kebahagiaannya sendiri," ujar Harvey membujuk.

"Tentunya itu semua keputusanmu, siapa tahu setelah


segala pertimbangan, hidup di Teutonia bersama Edmund
ternyata lebih baik untukmu. Aku tidak akan memaksamu.
Quentin yang minta bantuanku." Harvey mengelak.

"Saya tahu, kalian hanya peduli padaku." Gwen tersenyum.

"Intinya, sebenarnya kau tidak perlu mengkhawatirkan apa


pun jika kau memutuskan bercerai. Marquis Archibald punya
rumah di Arbavia. Tapi Quentin secara khusus meminta
bantuanku karena ...."

"Kenapa?"

Anna Kanina
476
The Duchess Want a Divorce

"Karena dia menduga suamimu tidak akan dengan mudah


membiarkanmu pergi ke negara lain. Edmund adalah
seorang duke. Aturan dari Teutonia bilang, setelah
perceraian, mantan istri duke harus mendapatkan izin jika
akan menikah kembali atau menetap di luar negeri. Karena
itu, Quentin memintaku untuk memberikan suaka politik
untukmu, tapi kau bukan seorang aktivis atau sejenisnya.
Jadi itu agak sulit." Harvey menjelaskan.

"Sudah kubilang, kan, perceraian tidak mudah dilakukan


oleh duchess sepertiku." Gwen menggeleng pasrah.

"Tapi, kalau aku mengakuimu sebagai calon istriku, negara


Teutonia tidak bisa memaksamu pulang." Harvey tersenyum.

"Apa Anda sudah gila?"

"Hampir semua bangsawan melakukan perjodohan dan


pernikahan politik. Apa salahnya kalau kita melakukannya
juga? Kita bisa membuat surat perjanjian agar tidak ada yang
dirugikan." Harvey bicara lagi. Gwen tertawa seakan-akan si
pangeran sedang melontarkan lelucon. Tapi Harvey malah
memandangnya serius. Gwen pun bungkam dan menelan
ludahnya.

"Jadi Anda serius?"

Anna Kanina
477
The Duchess Want a Divorce

"Itu solusi dariku, dan jika kau setuju, aku akan berusaha
tidak mengecewakanmu."

"Saya tidak mungkin langsung menikah lagi setelah


bercerai," sanggah Gwen.

"Kita bisa mulai dari pertunangan." Harvey tersenyum.

"Segala ide dan saran dari kalian mulai menjadi liar dan rumit
di kepalaku. Maksudku, pernikahan itu bukan permainan,
Yang Mulia!"

"Aku tahu, karena itu kau harus memikirkannya baik-baik.


Quentin terus mendesakmu bercerai, tapi kaulah yang paling
tahu apa yang terbaik untuk dirimu. Apa pun keputusanmu,
aku temanmu dan akan mendukungmu." Harvey
membungkuk menunjukkan gestur penghormatan khas
ningrat.

"Saya rasa, saya akan membicarakan semuanya sekali lagi


dengan Edmund. Saya tidak ingin bercerai, tapi saya tahu
kalau kalian semua hanya peduli padaku. Saya berharap
Dewi Edna akan memberi saya petunjuk untuk ini semua."
Gwen menyimpulkan dengan seulas senyum getir di akhir
kalimatnya.

Anna Kanina
478
The Duchess Want a Divorce

Bab 45 - The Snowy Night

Edmund mengusap wajah tampannya karena lelah. Seperti


kebiasaannya, dia selalu membaca surat kabar setiap pagi.
Dia biasanya membaca kolom bisnis untuk mencari tahu
peluang usaha baru yang bisa menambah pundi hartanya.
Saat ini dia lebih tertarik membaca kolom gosip pesohor,
seperti skandal para artis opera atau pejabat yang ketahuan
mengencani penari balet kerajaan.

Sebulan belakangan media masih belum bosan


memberitakan tentang para anggota keluarga Rosiatrich.
Edmund merasa semua semakin tidak terkendali. Kini
bahkan ada kabar kalau Gwen dan Gisca merundung Abigail
dan katanya baroness itu hendak menuntut mereka.

Edmund tidak pernah mendengar itu dari mulut Abigail


sendiri. Seperti dugaannya, Abigail pasti masih akan
berhubungan dengan Killian dan berusaha menyerang
dirinya. Yang tidak bisa Edmund mengerti adalah kenapa
Abigail begitu gencar menyerang istrinya? Padahal Edmund
tahu kalau Gwen lebih sering bungkam dan memilih
menjauh dari Abigail. Baroness itu seharusnya tidak perlu
berurusan dengan Gwen.

Gwen tidak mau lagi satu meja makan bersamanya sejak


berita pertunangannya merebak. Edmund tahu istrinya

Anna Kanina
479
The Duchess Want a Divorce

kecewa, tapi Edmund tidak bisa mundur. Dia punya rencana


yang disimpan dan diatur di dalam otak cemerlangnya
sendiri.

Dia tidak berbagi hal itu kecuali kepada segelintir kesatria


dan sekutu yang dia percaya. Logika Edmund ingin
menjelaskan semuanya pada Gwen. Namun saat ini yang
Edmund lakukan hanya meminta Gwen bersabar dan
menerima. Edmund tidak bisa membongkar rencananya
karena Gwen mudah membuka mulut, dia juga bersahabat
dengan Putri Gisca yang mudah tersulut. Gwen bisa tanpa
sengaja membongkar semuanya. Karena itu, Edmund
memilih untuk diam.

Edmund menyesali bagaimana Gwen bisa terlibat dalam


penculikan Lady Abigail beberapa hari silam. Edmund sudah
menggunakan kekuasaannya untuk membujuk kehakiman
agar menghentikan kasus itu. Edmund bilang itu masalah
antara istrinya dengan tunangannya, urusan rumah tangga
biasa. Gisca adalah seorang putri yang artinya dia tidak bisa
dihukum, kecuali oleh raja. Tapi berbeda dengan Gwen,
hakim masih bisa mendakwanya jika dia berbuat kesalahan
yang berat.

Abigail semakin tidak terkendali. Dia pergi dari satu kantor


media ke media yang lain untuk membuat berita bohong.
Edmund berpikir berulang kali, apa tujuannya dan Killian?

Anna Kanina
480
The Duchess Want a Divorce

Kenapa mereka gencar mengusik Gwen? Apakah mereka


berharap Edmund mengamuk dan membunuh Abigail? Lalu
dengan begitu para penegak hukum bisa menangkapnya?
Apakah mereka mengira dengan mengincar duchess maka
Edmund tidak akan terlalu reaktif? Karena sudah rahasia
umum kalau Duke Edmund terkenal dingin terhadap istrinya.

Kalau Abigail mati, Edmund mungkin akan menjadi tersangka


utama. Kemudian dia akan kehilangan haknya sebagai putra
mahkota. Edmund tidak ingin semudah itu memudahkan
jalan Duke Killian. Dia harus bersabar dan menunggu saat
yang tepat sebelum dia menyerang.

Sigmar terlihat tidak peduli dan membiarkan Killian berbuat


semaunya. Edmund tidak pernah menganggap Sigmar
sebagai ancaman. Tapi beda halnya dengan Killian. Dia licik
dan berbahaya. Dia bisa menghancurkan keluarga
bangsawan yang dia tidak suka dengan kekuatan media dan
politiknya.

Edmund tahu kalau Killian sedang menunggu Edmund lengah


agar dia bisa membuat berita baru di medianya. Karena itu
juga Edmund berhenti membunuh para pendosa. Dia baru
berhasil membunuh sebelas orang pelaku kejahatan yang
pantas dihukum mati untuk memenuhi kontraknya dengan
Ornlu. Ketika kementerian kehakiman mulai bertanya
tentang alibinya, Edmund memilih untuk berhenti.

Anna Kanina
481
The Duchess Want a Divorce

Quentin pernah menemuinya secara pribadi beberapa


waktu silam dan menanyainya tentang kasus pembunuhan
berantai. Edmund terpukau dengan betapa dekatnya dia
pada fakta. Dia bahkan menebak soal sihir. Edmund tahu dia
berteman dengan Harvey dan mungkin pangeran Arbavia itu
pernah bercerita soal amulet serta Ben Hawk. Yang pasti,
walau Ornlu sesekali masih muncul untuk mengingatkan
kontraknya, Edmund tidak akan membunuh dulu.

"Gwen, kau sudah tidur?" Edmund memasuki kamar istrinya


tanpa mengetuk pintu.

Gwen tengah bersalin untuk mengganti pakaiannya dengan


gaun tidur. Dia tampak terkejut dan panik, berusaha
menutupi tubuh indahnya dengan kain apa pun yang ada di
sekitar.

Mereka berdua tahu kalau mereka suami istri, seharusnya


hal seperti itu tidak perlu menimbulkan kecanggungan. Tapi
Gwen belum pernah dijamah oleh siapa pun. Wajar dia malu
karena tidak ada laki-laki yang pernah melihat tubuhnya
sebelumnya. Dia sedikit kesal akan reaksi Edmund yang
tampak biasa saja dan hanya membuang muka ke arah lain
kemudian duduk di sofa.

"Kau kan bisa mengetuk pintu."

Anna Kanina
482
The Duchess Want a Divorce

"Para pelayan tidak mengatakan apa pun," sahut Edmund


enteng. Dia bersikap seolah itu bukan hal yang luar biasa,
padahal jantungnya berdebar kuat dan dia berusaha keras
untuk menjaga agar suaranya tidak gemetar. Dia pria normal
yang punya kebutuhan biologis. Selama ini dia mengalihkan
energinya untuk berolahraga atau berlatih tanding dengan
para kesatria. Namun belakangan dia hanya sibuk di
kantornya dan mengurus hal-hal administratif sehingga
pemandangan seperti tadi memancing hasratnya.

Dia memuji dirinya sendiri karena tidak hilang kendali dan


melakukan sesuatu yang mungkin tidak akan dimaafkan oleh
Gwen. Situasinya terlalu mendukung. Hawa udara yang
dingin di luar kamar, ranjang Gwen yang seprainya baru
dicuci dan disemprotkan parfum, perapian yang hangat di
sudut kamar, pencahayaan redup, serta seorang wanita
jelita yang dirindukannya hampir setiap hari.

"Mereka tidak mungkin melarangmu, Ed, mereka tidak akan


berani." Gwen menggeleng setelah dengan terburu
berusaha merapikan gaun tidurnya.

Edmund merasa ada sesuatu yang berbeda dari diri Gwen.


Dia masih kecewa padanya karena Gwen jelas belum mau
berbagi senyuman hangatnya. Tapi ada yang lain dari
tatapan matanya. Antara kepercayaan diri bercampur
penghakiman, seolah gadis itu bisa membaca isi otaknya.

Anna Kanina
483
The Duchess Want a Divorce

Edmund pun entah bagaimana bisa terpikir kalau seseorang


mungkin telah memberi informasi pada istrinya. Apakah
Quentin mengatakan sesuatu?

"Kenapa kau kemari, Ed? Ini kamarku," ujar Gwen dingin


sambil memalingkan wajah.

"Apakah salah jika seorang suami mengunjungi kamar


istrinya sendiri? Aku sudah berhari-hari tidak melihat
wajahmu, kemudian aku membaca berita tentangmu dan
Gisca. Aku hanya-"

"Maaf kalau aku membuatmu malu, Ed. Aku akan


memastikan itu tidak terjadi lagi. Aku juga tidak tahu Gisca
menculiknya," kata Gwen menanggapi, tapi dia tidak
menundukkan kepalanya.

"Bukan begitu, aku hanya khawatir padamu."

"Kau? Mencemaskanku?" sanggah Gwen tidak percaya.

"Aku peduli padamu, Gwen."

"Kau mungkin hanya cemas aku mengacau, Ed. Tenang saja,


sebagai duchess, aku tahu kewajibanku," kata Gwen lagi
dengan tegar. Kemudian dia berjalan ke arah jendela,
membelakangi suaminya. Perempuan itu menyibukkan

Anna Kanina
484
The Duchess Want a Divorce

matanya dengan melihat salju yang turun di luar jendela,


tidak terlalu jelas karena embun yang membeku menutupi
kacanya. Dia hanya berharap Edmund segera pergi. Dia tidak
nyaman, terutama karena cerita Quentin tentang sihir serta
desakannya untuk bercerai.

Melihat Edmund di kamarnya secara mendadak telah


melunakkan keteguhannya. Gwen belum siap. Dia
menyalahkan kelemahannya, tapi dia tahu kalau dia perlu
bicara serius dengan Edmund. Tapi entah bagaimana Gwen
yakin kalau dia mulai bicara, air matanya akan tumpah tidak
terkendali. Karena itu, dia bersikap ketus sejak Edmund
memasuki kamarnya.

"Aku ke sini untuk berbaikan denganmu," kata Edmund.

"Aku tidak yakin kalau kau menyesal, Ed." Gwen menggeleng


sedih.

"Aku tahu ini berat untukmu, Gwen, tapi sebagai seorang


duchess-"

"Aku menikahimu bukan karena menginginkan gelar


duchess, Ed." Gwen memotong kalimatnya.

"Ya, tapi-"

Anna Kanina
485
The Duchess Want a Divorce

"Aku tahu kau akan mulai menceramahiku tentang tanggung


jawab seorang duchess dan bagaimana aku harus menerima
ini semua. Karena itu, aku ingatkan lagi, Ed, aku menikahimu
karena aku mencintaimu," kata Gwen dengan suara bergetar
di akhir kalimatnya.

Rasanya menyakitkan bagi Gwen. Ucapan kasih yang biasa


diucapkan dengan penuh damba kepada Edmund kini
terdengar sinis dan menyedihkan. Dia hampir menangis
karenanya, tapi berhasil mengatasinya dengan cara sedikit
menggigit bibirnya.

"Gwen, sungguh aku akan berusaha menyelesaikan semua


ini. Semua akan kembali seperti semula. Jadi bersabarlah,"
kata Edmund meminta pengertiannya.

"Aku sangat terluka ketika aku tahu soal Abigail dan


keputusanmu untuk menikahinya karena untuk
membungkamnya. Tapi, setelah itu, kau tampak tidak
berusaha memperbaikinya. Seakan-akan itu semua memang
layak aku dapatkan." Gwen melanjutkan seakan tidak
mendengar perkataan Edmund.

Edmund bungkam, memandang istrinya sedih. Namun dia


enggan membantahnya. Dia memang membiarkan semua
itu menimpa Gwen karena keadaan memaksanya. Mungkin

Anna Kanina
486
The Duchess Want a Divorce

itu bukan keputusan paling bijaksana, tapi Edmund tidak


menemukan jalan keluar lain.

"Apakah kau tahu kalau publik kini menganggapku wanita


perusak hubungan, penguntit, pencemburu, dan julukan
buruk lainnya? Itu karena Abigail berulang kali bicara bohong
ke media tanpa ada sekalipun jurnalis yang melakukan
klarifikasi padaku." Gwen memberi tahu.

Edmund menghela napas dan menundukkan kepalanya.

"Aku tahu, Gwen," katanya menyesal.

"Kau tahu kalau semua itu tidak benar, Ed! Tapi kenapa kau
tidak membelaku?" Gwen menghampiri Edmund dan
bertanya sambil melihat matanya.

"Tidak bisa, Gwen. Aku tidak bisa bertindak sekarang karena


aku perlu bukti yang cukup. Aku tidak hanya ingin
menghancurkan Abigail, tapi juga bangsawan-bangsawan
lain di belakangnya. Ini adalah hal yang lebih besar dari apa
yang terlihat, Gwen!" Edmund membela keputusannya.

"Lalu? Apa sekali lagi kau memintaku mengerti itu? Apa kau
benar-benar berpikir kalau aku layak menerima semua itu?
Aku tidak bisa tidur nyenyak, Ed! Aku tidak pernah digunjing
seperti itu sebelumnya. Aku tidak sekuat itu." Gwen tidak

Anna Kanina
487
The Duchess Want a Divorce

lagi bisa menahan emosinya dan mulai menangis. Dia merasa


ingin merengek seperti gadis umur sebelas tahun. Karena dia
tidak tahu bagaimana lagi caranya agar Edmund mengerti
keinginannya.

Edmund bangkit dan merengkuh istrinya dalam pelukannya.


Dia mengusap rambut merahnya dengan penuh kasih dan
penyesalan.

"Jangan menangis, maafkan aku, Gwen. Aku tahu ini berat


untukmu. Tapi sesekali pengorbanan memang diperlukan
untuk tujuan yang lebih besar. Aku tahu kalau kau sekarang
bersedih, tapi percayalah kalau aku akan menebus
semuanya." Edmund berjanji.

"Aku tidak tahu, Ed. Aku sudah lelah."

"Lelah?"

"Aku lelah mencintaimu, Ed. Rasanya aku berharap untuk


dilahirkan kembali dan tidak pernah jatuh cinta padamu,"
kata Gwen lagi.

"Jangan katakan itu padaku, bukan hanya kau yang


berkorban untuk hubungan ini, Gwen. Aku pun sudah-"
Edmund ingin mengungkap soal kutukannya dan bayaran
luar biasa mahal yang harus dia lunasi demi bersatu dengan

Anna Kanina
488
The Duchess Want a Divorce

istrinya. Tapi Edmund cemas kalau Gwen malah takut dan


membencinya. Quentin mungkin sudah menebak Edmund
adalah penyihir, tapi dia tidak bisa membuktikannya.
Edmund tidak akan terang-terangan mengungkap soal itu.

Gwen menunggu Edmund melanjutkan kalimatnya, tapi dia


tidak melakukannya. Gwen pun menggelengkan kepala
merasa sia-sia. Edmund sudah bersikeras untuk
keputusannya dan tidak ada tindakan nyata darinya untuk
setidaknya membungkam Abigail.

"Ini semua memang salahku, Ed. Salahku karena memilih


menikahimu. Sekarang tolong keluar dari kamarku, aku ingin
sendirian." Gwen melepaskan pelukan Edmund dan berjalan
lemah ke jendela kamarnya. Dia hanya melihat kegelapan di
luar sana, tapi dia merasa mungkin akan merindukan
kamarnya sekarang. Karena Gwen mungkin tidak akan lama
lagi menghuninya.

Anna Kanina
489
The Duchess Want a Divorce

Bab 46 - The rise of the demon

Killian Alderbranch selalu tahu kalau ingin semua


rencananya lancar, dia harus turun tangan sendiri. Dia bukan
orang yang mudah percaya, sehingga dalam setiap bisnis, dia
tidak pernah sepenuhnya menyerahkan urusan pada
pekerja. Killian selalu berwaspada dan berpikir kalau semua
orang akan mengkhianatinya.

Duke paruh baya itu membenahi pakaian mahalnya serta


memakai cincin-cincin dengan batu mineral berharga di
jemari gemuknya pada suatu siang. Ini mungkin untuk
pertama kalinya sejak lima belas tahun terakhir dia merasa
kembali muda dan berpikir bisa melakukan apa saja.

Killian selalu memantau dan memastikan setiap langkah


Edmund. Tiga bulan lagi adalah saat penentuan putra
mahkota, tapi duke muda itu belum bergerak. Dia
membiarkan Abigail bicara seenaknya di media dan tidak
kunjung mempermasalahkannya kepada Killian. Seharusnya
Edmund tahu hubungan antara Abigail dan Killian, tapi duke
itu enggan terpancing.

Semua urusan putra mahkota ini berjalan tidak seperti yang


diinginkannya. Dia berharap Duke Edmund tersandung
skandal atau terang-terangan membunuh seseorang.
Dengan begitu dia bisa membawa Edmund ke pengadilan

Anna Kanina
490
The Duchess Want a Divorce

dan Sigmar bisa sukses menduduki takhta. Putranya juga


bisa menikahi Putri Gisca untuk menjamin masa depan bisnis
keluarga Alderbranch di Teutonia.

Killian didampingi kesatria pengawalnya memasuki aula


berplafon tinggi di salah satu sudut rumah besarnya. Di sana
dia melihat lebih dari selusin para bangsawan berkuasa yang
melihatnya enggan. Sigmar juga ada di antara mereka, duduk
dengan santai seakan tidak peduli, dan melihat ke arah
jendela.

Tidak ada penilai independen atau semacamnya, raja


memutuskan untuk membiarkan para dewan yang memilih;
Sigmar atau Edmund. Namun, jarang bangsawan yang
mendukung penuh Sigmar. Killian sendiri membujuk Sigmar
untuk ikut menjadi calon putra mahkota karena ambisinya
sendiri. Semua bangsawan tahu kalau kekuatan politik
Sigmar tidak besar. Dia bahkan bukan kepala keluarga
Albrighton karena jabatan itu sudah diisi oleh salah seorang
sepupunya.

Sigmar adalah kartu mati yang bisa dibuang kapan saja. Dia
mungkin pangeran pertama, tapi bahkan orang tuanya
sendiri meragukan kapasitasnya. Sigmar bersedia ikut
dengan rencana Killian serta tampil sebagai pangeran
memikat di media. Survei yang dilakukan oleh Killian
menunjukkan kalau publik kini cukup positif

Anna Kanina
491
The Duchess Want a Divorce

memandangnya. Namun para dewan yang rasional


cenderung memilih Edmund.

Karena itu, para pendukung Killian saat ini sangat enggan


meneruskan niat mereka untuk membawa Sigmar sebagai
putra mahkota. Tempo hari mereka sudah bersikeras
memveto usulan gila Killian untuk mengumpulkan prajurit
dan melakukan perlawanan. Atas alasan apa? Menyerang
Rosiatrich Mansion sama saja bunuh diri. Sigmar tidak layak
dibela dengan seteru militer. Dia tidak istimewa dan mereka
juga tahu, jika dia menjadi raja, maka Killian yang akan
menyetirnya.

Pangeran itu sendiri sudah tidak peduli dengan perebutan


gelar putra mahkota. Dia tahu kalau dia tidak akan terpilih
dan ingin segera berdinas kembali ke luar negeri. Teutonia
selalu membuatnya tidak nyaman, dia tidak suka ketika
orang berharap tinggi padanya. Seharusnya dia tidak pernah
menerima tawaran Killian. Apalagi jika segala rencananya
kini malah membuat Gwen bersedih.

"Kita harus melumpuhkan Rosiatrich dengan kekuatan


militer." Killian masih bicara hal yang sama.

"Ah, itu lagi? Atas alasan apa? Duke Edmund adalah


pahlawan Teutonia! Kita tidak bisa begitu saja menyerang.
Ini bukan lima ratus tahun lalu di mana sesama tuan tanah

Anna Kanina
492
The Duchess Want a Divorce

bisa saling serang atas alasan perebutan lahan bahkan


wanita!" sanggah salah seorang dari bangsawan itu.

"Semua kesatria kita bergabung pun mungkin akan kalah


karena Rosiatrich dilindungi kesatria yang jumlahnya bahkan
melebihi kesatria istana!"

"Lalu apa kau punya rencana lebih baik, Killian? Ini semua
sia-sia dan omong kosong. Kau terus menyerang istrinya dan
kita lihat sendiri kalau jelas Edmund tidak peduli pada
Duchess serta tidak berbuat apa-apa."

"Dia mungkin sudah membaca langkahmu, Killian. Dia tidak


mau terjebak olehmu."

Killian mendelik murka, dia tidak merasa bodoh apalagi


konyol. Justru dia sekarang merasa sangat luar biasa. Rasa
hangat mengalir di nadi dan setiap sendi tubuhnya karena
dia telah membiarkan api neraka yang keji menghuni
jiwanya. Seminggu yang lalu, sejak dia sering mendengar
suara misterius di kepalanya, Killian akhirnya bertemu iblis.

Iblis itu mengaku bernama Baramut dan menawarkan


kontrak dengannya. Sebagai pebisnis, dia sudah biasa
membuat kontrak. Dia juga pernah menandatangani
perjanjian dengan para penjahat serta pembunuh bayaran.

Anna Kanina
493
The Duchess Want a Divorce

Tapi kontrak dengan iblis, dia tidak tahu kalau itu bisa
dilakukan.

Baramut hadir di mimpinya dan bilang kalau dia bisa


memiliki kekuatan yang tidak terbayangkan. Dia bisa terbang
ke angkasa, membunuh tanpa menyentuh, bahkan mengikat
jiwa seseorang untuk menuruti perintahnya. Itu semua
adalah hal yang tidak bisa dibeli Killian dengan uang.

Killian membuat kontrak dan segera setelahnya dia bisa


melakukan hal-hal yang tidak terbayangkan. Tentunya dia
tidak bisa memamerkan kekuatannya karena bersekutu
dengan iblis dianggap sesat oleh kuil.

"Aku sekarang tahu alasan apa yang tepat untuk


menyerangnya."

"Apa itu?"

"Aku tahu informasi sangat rahasia dari kehakiman, dia


sedang diincar oleh para penegak hukum karena Duke
Edmund diduga kuat adalah seorang pembunuh berantai."
Killian menyeringai. Dia menikmati tatapan kaget dan tidak
percaya dari setiap mata yang dia lihat duduk di aula
rumahnya.

"Bagaimana itu mungkin?"

Anna Kanina
494
The Duchess Want a Divorce

"Apa alasannya? Dia adalah orang yang lurus dan taat


hukum!"

Mereka tidak bersedia langsung setuju dengan perkataan


Killian. Gumaman riuh terdengar mendominasi ruangan itu.
Sedikitnya perabotan juga menimbulkan gema bertabrakan
seakan-akan mereka koloni lebah pekerja yang bingung
karena kehilangan ratunya.

"Kita akan menyerang mansion-nya dengan alasan


menghukum penjahat. Sigmar akan menjadi pemimpin dan
menyeretnya ke depan hakim," kata Killian lagi.

"Apa? Aku?" Sigmar memastikan.

"Ya, Sigmar, kau yang akan menjadi pahlawan kali ini."

"Apakah Anda punya bukti? Kalau dia memang


melakukannya, kenapa bukan penegak hukum sendiri yang
menangkapnya?" kata Sigmar kritis.

"Mereka segan pada Duke Edmund, itu alasannya," kata


Killian lagi.

"Apa? Itu tidak masuk akal." Sigmar menggeleng.

Anna Kanina
495
The Duchess Want a Divorce

"Aku sudah mengatur semuanya, Sigmar! Kita akan


mengawasi mansion-nya. Setelah dia membunuh Abigail,
kita akan ke sana dan menangkapnya. Aku sudah bekerja
sama dengan orangku di kehakiman untuk membuatnya
tampak resmi. Tapi, kita akan buat kerusuhan dan keributan
agar Edmund mengerahkan kesatrianya. Ketika itu, kita akan
benar-benar mengalahkannya." Killian menjelaskan tampak
puas.

"Itu terlalu berbahaya! Terlalu berlebihan. Kita sudahi saja


sampai kehakiman menangkap Edmund. Kita tidak perlu
sampai harus membuat pertumpahan darah. Edmund
dipenjara saja sudah cukup, Sigmar akan menang!" Salah
seorang bangsawan menginterupsi.

Killian berdiri dan memandang wajah mereka satu per satu


sekilas. Dia merasa muak karena harus bekerja sama dengan
para pengecut itu. Mereka punya kesempatan untuk
menghancurkan keluarga Rosiatrich yang sok lurus dan
kerap mengusik bisnis kotor mereka, tapi mereka tidak mau
melakukannya. Dia tidak hanya ingin Edmund dipenjara. Dia
ingin memastikan kalau keluarga Rosiatrich depresi dan
rendah diri sehingga meredupkan pengaruh mereka
selamanya di bumi Teutonia.

Sigmar melontarkan pandangan benci kepada para


bangsawan itu. Mereka terang-terangan berpikir kalau

Anna Kanina
496
The Duchess Want a Divorce

Sigmar bisa mereka manfaatkan. Sigmar mungkin memang


lemah dari hal politik dan tidak banyak hal yang bisa
dibanggakan darinya. Tapi Sigmar bukan orang jahat, dia
benci keserakahan dan korupsi. Seandainya dia naik takhta,
Sigmar tidak akan semudah itu mau diperalat.

Pangeran itu menggelengkan kepalanya muak. Dia sudah


sangat enggan terlibat dalam kepelikan itu. Awalnya dia
berpikir hanya akan adu pesona serta keahlian diplomasi
dengan Edmund. Sigmar yakin dia mengungguli Edmund
dalam hal itu. Tapi yang dia saksikan kini hanya serangan
kotor dan tidak mulia terhadap keluarga Rosiatrich. Gwen
dalam hal ini bisa dibilang menjadi korbannya.

"Kalian tidak perlu takut, kalaupun ada kemungkinan


terburuk seperti dia ternyata tidak terbukti sebagai
pembunuh berantai, maka kita bisa menyalahkan informan
dari kehakiman," kata Killian lagi.

Para bangsawan itu masih berbisik enggan. Mereka masih


belum bisa sepenuhnya diyakinkan.

"Bagaimana Anda bisa begitu yakin kalau Edmund akan


mencoba membunuh Abigail?" Sigmar bertanya dingin.
"Karena Nona Abigail sangat kooperatif, tidak sepertimu,"
balas Killian muak.

Anna Kanina
497
The Duchess Want a Divorce

Sang duke mengangkat tangan kirinya, kemudian ajudannya


yang berjanggut lebat mengangguk. Dia membiarkan
Abigail-wanita biasa yang kini menjadi tunangan Edmund-
untuk memasuki ruangan itu dengan percaya diri.

"Kau tidak perlu melakukan semua ini, Lady Abigail." Sigmar


menggeleng.

"Saya sudah sejauh ini, Yang Mulia," kata Abigail lagi.

"Walaupun aku menang, aku tidak berminat menjadikanmu


selir atau memberikan padamu kedudukan apa pun," kata
Sigmar lagi. Dia ingat Abigail tentunya, perempuan yang
mengaku mencintainya. Sigmar juga yang memberi tahu
Killian karena dia mengaku pernah menjadi kekasih Edmund.

Sigmar tidak berpikir jauh, dia hanya berpikir kalau Killian


mungkin butuh informasi. Sigmar setuju saja jika mereka bisa
mengorek masa lalu kelam dari sang duke untuk
menurunkan penilaian positif atas dirinya di hadapan rakyat.
Sigmar tidak pernah setuju kalau mereka malah mau
membuat fitnah.

Abigail mendekati Sigmar dan membungkuk sedikit di


hadapannya.

Anna Kanina
498
The Duchess Want a Divorce

"Saya tidak lagi berharap untuk itu, Yang Mulia," katanya


sambil tersenyum manis. Dia sudah berhasil meleburkan
perasaannya pada Sigmar. Kini dia tidak lagi berjuang demi
mengangkat Sigmar yang dia anggap bernasib serupa
dengannya ke posisi agung.

Abigail sudah dikonsumsi oleh kedengkian. Rasa iri dan tidak


puas serta dipicu oleh pelecehan yang dialaminya membuat
dia begitu membenci orang kaya. Bahkan termasuk Killian
dan semua orang yang berada di ruangan itu. Suatu hari
nanti, setelah dia selesai memanfaatkan Killian, dia juga akan
menghancurkan duke tua itu.

"Lady Abigail." Sigmar menggeleng menyesal seraya melihat


wanita cantik itu berjalan ke sisi Duke Killian.

"Lady yang cerdas ini yang akan membuka jalan bagi kita. Dia
punya akses ke Rosiatrich Mansion dan akan mengajak
bertemu Duchess. Lalu dia akan membunuh Duchess," kata
Killian percaya diri.

Lenguhan tidak setuju dan penolakan segera terdengar di


ruangan itu.

"Killian! Kenapa harus Duchess? Kenapa tidak langsung saja


suruh dia membunuh Edmund?" sergah salah seorang dari
mereka.

Anna Kanina
499
The Duchess Want a Divorce

"Apa? Tidak! Setelah Edmund mati, maka akan menjabat lagi


duke baru! Aku ingin menghancurkan nama Rosiatrich!
Bukan hanya Edmund!" kata Killian lantang.

Sigmar membungkuk sambil menutup mulutnya sendiri.


Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dia tidak menyangka
kalau Gwen benar-benar akan dikorbankan. Sigmar merasa
sudah cukup. Dia akan mengadukan semua ini. Ini jelas
kejahatan.

"Kami tidak setuju! Kami anggap semua pembicaraan ini


tidak pernah terjadi, Your Grace!" kata salah seorang dari
mereka dan dengan kompak mereka berdiri, hendak
meninggalkan kediaman Duke Alderbranch.

Namun seketika kaki mereka sulit bergerak dan pucat ketika


menyadari kalau bayangan misterius mencengkeram
pergelangan kaki mereka. Para pria itu tidak bisa membuka
mulut mereka dan hanya bisa memandang Killian, antara
takut dan murka.

"Aku sudah menduga kalau kalian akan membangkang. Tidak


apa, aku akan memastikan kalian semua setuju." Killian
merasa dunia berada di tangannya. Dia kini bahkan
membuat para bangsawan angkuh itu berbalik dan kembali
bersimpuh padanya, termasuk Sigmar.

Anna Kanina
500
The Duchess Want a Divorce

Abigail sangat takut dan merasa tubuhnya gemetar. Dia tidak


mengerti, tapi yang jelas Killian berbahaya.

Sigmar menyeka kerah bajunya, menyenggol sebuah amulet


yang tergantung di lehernya. Quentin memberikannya
beberapa waktu silam kepada semua anggota keluarga
kerajaan sebagai kewajibannya selaku kesatria. Itu adalah
amulet yang sudah disucikan di kuil Edna. Quentin bilang
kerajaan mungkin akan menghadapi hal di luar nalar seperti
sihir, dan memaksa mereka memakainya untuk berjaga-jaga.
Karena itu, Sigmar hanya pura-pura patuh sementara
otaknya berpikir untuk memberi tahu kerajaan tentang
semua ini.

Anna Kanina
501
The Duchess Want a Divorce

Bab 47 - The Duchess Wants a Divorce

"Menikah? Apa Anda serius?" Quentin mengernyitkan


dahinya merasa aneh dengan apa yang diusulkan oleh
Harvey.

"Aku ingin membantunya, dengan begitu dia bisa aman


tinggal di negaraku. Aku tidak terpikir cara lain. Otoritas
Arbavia punya kewajiban untuk memulangkan warga negara
lain jika ada permintaan resmi dari negara tetangga. Tapi
mereka tidak akan bisa melakukannya jika Gwen menikahi
anggota keluarga kerajaan." Harvey mengangkat bahunya.
"Tapi saya cukup yakin kalau Anda tidak punya perasaan
romantis terhadap adik saya," kata Quentin lagi, tidak yakin.
Harvey tersenyum penuh arti, memancarkan misteri
sekaligus kebijakan.

"Lady Gwen adalah wanita pertama dalam satu dekade


terakhir dalam kehidupan saya yang berhasil mencuri minat
saya. Saya cukup yakin kalau tawaran saya itu bukan aksi
sosial semata. Pernikahan adalah hal yang serius, saya selalu
menghindarinya selama bertahun-tahun dan lari dari
perjodohan. Tapi kalau dengan Lady Gwen, saya rasa
pernikahan akan menjadi sesuatu yang menyenangkan."
Harvey menjelaskan, belum berani bicara tegas soal
perasaannya.

Anna Kanina
502
The Duchess Want a Divorce

"Tentunya saya tidak segila itu berani menggoda istri


seorang duke. Tapi kalau dia memang akan bercerai, saya
rasa saya akan menyesal kalau tidak langsung
mendekatinya." Harvey menyeringai.

"Saya tidak bisa setuju soal hal itu, Yang Mulia. Gwen baru
saja menjalani hubungan asmara yang buruk dan rumit. Aku
dan ayahku lebih memilih dia menyibukkan diri dengan hal
lain yang dia suka sampai dia memperoleh rasa percaya
dirinya kembali." Quentin menggeleng.

"Itu semua adalah keputusan Lady Gwendolyn, Sir." Harvey


tidak terlalu terusik dengan kritik dari Quentin.

Quentin hanya menghela napas dan sesekali menggeleng.


Dia tengah berada di universitas dan duduk di ruang kerja
Harvey. Sambil bicara, tangannya sibuk memasang rantai
perak pada amulet dengan kristal berukir di meja. Ketika
selesai dia mengangkatnya dan menyodorkannya pada
Harvey seakan itu benda yang rapuh dan bisa meledak kapan
saja.

"Saya harap Anda mau mengenakan ini."

"Amulet? Saya sedari tadi berpikir untuk apa benda itu?"

Anna Kanina
503
The Duchess Want a Divorce

"Masalah sihir ini, saya serius mempelajarinya. Saya diberi


tahu oleh kuil Edna kalau benda ini bisa menangkal sihir
jahat. Semua anggota keluarga kerajaan harus memakainya.
Ini bukan benda yang mudah didapat dan sangat mahal,
bahkan untuk ukuran kerajaan Teutonia. Karena itu, jangan
sampai hilang," kata Quentin serius sambil memandang
Harvey, memastikan si pangeran mendengarnya.

"Saya paham." Harvey langsung mengenakannya di leher


dan menyembunyikannya di balik kemeja.

"Bagaimana dengan Lady Gwen? Anda sudah


memberikannya?"

"Belum, setelah ini saya baru mau menemuinya." Harvey


menggeleng.

"Apakah kalian sudah tahu cara melawan sihir?" Harvey


bertanya.

"Anda bertanya untuk menguji saya atau apa? Sepertinya


Anda tahu sesuatu."

"Tidak pasti, saya hanya tahu beberapa hal. Itu pun dari
literatur dan legenda yang saya teliti belakangan ini. Kuil
Edna adalah kuncinya. Para iblis dipimpin oleh Ornlu. Dia
adalah dewa kejahatan dan mimpi buruk serta antitesis dari

Anna Kanina
504
The Duchess Want a Divorce

Dewi Edna. Mengingat sihir terbukti nyata, artinya Ornlu


memang ada dan bisa berinteraksi dengan manusia. Begitu
pun dengan Dewi Edna. Ada legenda di mana manusia bisa
bicara langsung dengan Dewi Edna."

"Caranya?"

"Ada beberapa pendeta yang bisa menggunakan kekuatan


Edna. Karena itu, para penyihir biasanya takut dekat-dekat
dengan kuil."

"Tapi di mana saya bisa mencarinya?"

"Kurasa tidak ada pendeta yang masih berkomunikasi nyata


dengan Dewi Edna. Tapi aku tahu kalau kuil utama Teutonia
menyimpan banyak artefak milik para kesatria suci ratusan
tahun silam. Anda bisa menggunakannya untuk melawan
para penyihir." Harvey memberi tahu.

***

Tidak pernah terlintas sekali pun dalam pikirannya kalau


Gwen akan terpuruk begitu rendah. Gwen yang merupakan
wanita paling dipuja di negerinya, bangsawan yang
menguasai tiga bahasa, serta disebut Permata Teutonia, kini
bahkan tidak sanggup mengangkat kepalanya di hadapan
orang yang dulu selalu membuatnya tenteram.

Anna Kanina
505
The Duchess Want a Divorce

"Aku mau bercerai." Gwen mengatakannya, lirih dan pelan.


Namun kalimat itu jelas didengar oleh suaminya yang duduk
di seberangnya dan berbagi meja yang sama dengannya.
Edmund Rosiatrich dijuluki Serigala Perang, dia ditakuti
sekaligus dikagumi. Namun Gwen sudah belasan tahun
mengingatnya sebagai pribadi yang walau terkesan dingin,
kerap memberinya perhatian. Dia tidak pernah menganggap
Edmund menakutkan, bahkan walau dia pernah melihat
sendiri Edmund mengayunkan pedang dan menebas tanpa
ampun pada beberapa kriminal yang mencoba membajak
kereta kudanya beberapa tahun silam.

Meskipun begitu, informasi dari Quentin, kakaknya, mau


tidak mau telah memengaruhi pandangan Gwen terhadap
Edmund. Benarkah dia seorang penyihir? Apakah Edmund
sanggup berbuat jahat? Mengingat selama ini dia memang
pernah membunuh, tapi hanya untuk penjahat dan ketika
berperang.

Makan siang mereka hari itu terasa muram dan kelabu.


Gwen tidak sanggup menelan daging panggangnya sama
sekali dan hanya menyesap air putih. Sang duke, suaminya,
juga berhenti mengunyah. Untuk pertama kalinya Gwen
seakan tidak mengenal suaminya yang kini memandangnya
tajam penuh amarah yang ditahan.

Anna Kanina
506
The Duchess Want a Divorce

Malam tadi, Gwen sekali lagi berusaha berbicara pada


suaminya. Dia berupaya untuk menghindari perceraian dan
berharap Edmund mau berubah. Setidaknya Gwen ingin
melihat adanya upaya dari Edmund untuk melindungi harga
dirinya. Namun Gwen tidak melihat itu darinya. Gwen tidak
bisa tidur dan melalui malam yang dingin di balik selimut
sambil menangis. Para pelayan kesulitan merias Gwen pagi
ini karena matanya membengkak serta kulit yang terlalu
lembap akibat terlalu banyak menyerap air mata.

Gwen menangis sepuasnya agar bisa menghadapi Edmund


siang ini dengan tegar. Edmund mungkin sudah menduganya
karena Gwen selama sebulan ini selalu menghindar untuk
makan satu meja bersama suaminya. Hari ini dia minta
makan siang bersama.

"Omong kosong apa yang kau katakan, Gwen?" Edmund


memaksakan senyuman. Suaranya terdengar getir.
"Aku tidak tahan hidup seperti ini, semua rumor itu dan cara
mereka menggunjingku, aku rasa aku tidak bisa
menerimanya lagi." Gwen menegaskan maksudnya.

"Gwen, aku tidak mau ...." Edmund menggeleng seraya


mengangkat tangannya.

Anna Kanina
507
The Duchess Want a Divorce

"Lagi pula kau tidak pernah mencintaiku, kau tidak pernah


menginginkanku, dan aku berhak bahagia." Gwen menyadari
kalau suaranya berubah parau.

Dia begitu mencintai Edmund, bahkan walaupun pria itu


telah menyakitinya sampai dia sulit bernapas karena duka.
Tapi Gwen sudah mengumpulkan semua serpihan harga diri
dan tekad yang tersisa untuk permohonan cerainya hari ini.
Dia tidak akan membiarkan perasaannya mengalahkan
logika.

"Aku sudah minta maaf tentang Lady Abigail, aku sudah


bilang kalau itu kesalahan dan aku tidak mencintainya."
Edmund mencoba meraih tangan Gwen.

"Selain itu, aku mencintaimu, Gwen," kata Edmund lagi


sambil memandangnya untuk menunjukkan ketulusan
hatinya.

Namun Gwen tidak bisa memercayainya. Edmund pernah


mengatakan hal yang sama sebelumnya, tapi setelahnya
masalah dengan Abigail pun terungkap. Gwen menduga
ucapan cinta dilakukan hanya untuk melunakkan hatinya
yang memang sudah lemah kalau menyangkut urusan
Edmund.

Anna Kanina
508
The Duchess Want a Divorce

"Kalau begitu, tinggalkan dia dan jangan temui dia sama


sekali. Batalkan pertunanganmu, buat klarifikasi di media
untuk memulihkan namaku." Gwen mengajukan syarat.
Edmund terdiam sejenak, memandang istrinya penuh
penyesalan.

"Kau tahu, aku tidak bisa melakukan itu saat ini, Gwen.
Tidakkah kau bisa puas dengan status sebagai duchess dan
mendampingiku sampai kita menua? Kau tahu kalau semua
orang punya kewajiban dan hal-hal yang harus dikorbankan
untuk tujuan baik." Edmund menggenggam erat tangan
lembut istrinya yang jelita sambil mengatakan kalimat
egoisnya tanpa rasa bersalah.

Gwen berpikir kalau Edmund membutuhkannya karena latar


keluarganya. Edmund bisa menggunakan Gwen sebagai istri
sempurna dan dibanggakan. Lady Abigail tidak bisa
melakukannya karena dia hanya wanita bangsawan dari
keluarga yang tidak terlalu berpengaruh. Selain itu, dia
seorang janda. Lagi pula Gwen tahu kalau Edmund
melakukannya karena perseteruan politiknya dengan
Sigmar.

Gwen tersenyum pahit. Ironisnya, dia kini ingin menjadikan


dirinya sendiri sebagai janda tanpa anak. Yang walau tidak
ada aturan tertulis, entah bagaimana dianggap sebagai
golongan perempuan kelas dua dan akan sulit menikah

Anna Kanina
509
The Duchess Want a Divorce

kembali. Namun dukungan dari Quentin dan Harvey telah


membantu menguatkan tekadnya. Dia tidak sendirian. Dia
menyadari kalau Edmund bukan satu-satunya orang yang
ada di dunianya.

"Setelah situasi aman dan tenang, dan setelah para dewan


bangsawan membuat keputusan, aku akan memutuskan
hubunganku dengannya." Edmund melihat mata Gwen
untuk meyakinkannya.

Gwen menanggapi dengan sedikit senyuman sinis. Edmund


tidak akan bisa menjamin kata-katanya. Kalaupun itu benar,
anak itu akan selalu mengikat Edmund dengan Lady Abigail.
Gwen tidak akan bisa tahan selalu hidup di bawah bayang-
bayang Abigail. Entah apa pun status dari anak itu; benar
anak Edmund atau bukan.

"Tidak, keputusanku sudah bulat." Gwen berkata tegas,


membuang pandangannya, dan beranjak dari duduknya. Dia
pun secara halus menepis tangan suaminya yang berusaha
memegang bahunya.

"Sampai kapan pun namamu adalah Gwendolyn Rosiatrich,


dan aku akan memastikannya." Edmund menegaskan sambil
memandangi istrinya pergi. Kalau waktu bisa diulang
kembali, Edmund ingin mengutuk segala minuman keras di
malam itu yang membuatnya dijebak oleh Abigail. Edmund

Anna Kanina
510
The Duchess Want a Divorce

mungkin juga akan menolak tawaran sebagai putra mahkota


jika Sigmar tidak ikut dalam kompetisi. Tapi semua sudah
terjadi. Edmund sendiri tidak tahu, sejak kapan hatinya bisa
terasa tersayat ketika membayangkan Gwen benar-benar
meninggalkannya?

Edmund telah melakukan banyak hal bagi Gwen walaupun


istrinya tidak mengetahuinya. Dia selama ini bersikap
sebagai kekasih yang abai dan tidak berminat akan istrinya
karena dia dikutuk oleh penyihir bernama Viola yang
bersumpah untuk membuat dia dan pasangannya
menderita. Edmund mengatasinya dengan cara membuat
kontrak dengan iblis yang bisa saja menyeret jiwanya abadi
di neraka.

Mengetahui kalau istrinya begitu kecewa, sampai bisa


meminta cerai, cukup mengguncangnya. Namun Edmund
masih bisa tenang karena dia tahu kalau hukum Teutonia
tidak mengizinkan wanita bangsawan bercerai tanpa
persetujuan dari suami. Edmund sampai kapan pun tidak
akan menyetujui perceraian agar bisa menjaga Gwen tetap
di sisinya. Edmund merasa masih punya waktu untuk
menyembuhkan luka hati istrinya. Dia juga sudah bertekad
untuk tidak lagi melibatkan Gwen dalam urusan politik
setelah ini semua selesai.

Anna Kanina
511
The Duchess Want a Divorce

Sedikit lagi, hanya sebentar lagi. Edmund masih menunggu


dan dia tentu telah menyebarkan mata-mata setianya di
sekitar Killian dan Abigail. Walau dia tidak tega melihat Gwen
bersedih mendengar segala pembicaraan buruk tentang
dirinya, Edmund masih belum bisa mundur.

Salah seorang bangsawan yang sengaja dia selundupkan


untuk mengawasi Killian, entah kenapa belum melapor
kepadanya. Dia berpura-pura menjadi pendukung Killian,
padahal dia berpihak pada Edmund.

"Your Grace, ada yang ingin bertemu Anda."

Edmund kali ini benar-benar kehilangan nafsu makan.


Mendengar Gwen ingin berpisah saja sudah membuat air
minumnya terasa pahit. Kini para pelayannya bahkan nekat
mengganggu acara makannya walau dia jelas telah
melarang.

"Tidak bisakah kalian memintanya menunggu, setidaknya


setelah saya makan?" kata Edmund geram.
Si pelayan membungkuk gugup menyadari kalau dia
mungkin akan terkena masalah.

"Dia memaksa bertemu. Para kesatria segan menahannya


karena beliau adalah Pangeran Sigmar, Your Grace. Dia
datang sendirian," kata pelayan itu takut.

Anna Kanina
512
The Duchess Want a Divorce

Bab 48 - Freedom

Hari ini terlampau tenang. Angin enggan berembus, salju


tidak kunjung turun. Namun hawa dingin masih terasa
menusuk, membuat para manusia seakan menjelma menjadi
naga penyembur es-karena napas yang berembun putih
setiap kali paru-paru mereka bekerja. Setiap orang memilih
diam sambil menapak hati-hati di jalanan licin dengan sepatu
musim dingin mereka.

Gwen berada di kuil yang hangat, dengan ribuan lilin


menyala sehingga menimbulkan nuansa temaram. Para
pendeta sengaja tidak membuka jendela sehingga lilin
menjadi sumber utama pencahayaan mereka. Nicolas,
pengawalnya, diminta menunggu di kereta kuda. Gwen
mengaku hanya ingin beribadah.

Dia ke sana seorang diri. Walaupun Quentin menawarkan


untuk mengantarnya, Gwen menolak karena dia ingin
memastikan apakah keputusannya itu dia lakukan karena
bujukan orang lain atau atas kemauan sendiri. Namun
beberapa jam telah berlalu sejak dia tiba di kuil, dan Gwen
yakin niatnya tidak goyah.

Padahal para pendeta yang dia temui masih berusaha


membuatnya berubah pikiran. Jangan bercerai, kata mereka.
Tidak peduli walaupun si suami memang benar terbukti

Anna Kanina
513
The Duchess Want a Divorce

adalah penyembah iblis, wanita yang baik hendaknya


berusaha menyadarkan dulu suaminya ke jalan yang benar,
kata mereka.

Agak ironis melihat seluruh penduduk dunia, termasuk


Teutonia, menyembah Dewi Edna sebagai Dewi utama
mereka, tapi mereka tidak bisa mengenyahkan pandangan
kolot tentang peran wanita. Bahkan para pendeta yang
didominasi kaum pria masih memaksa Gwen untuk
bertahan.

Edmund memang tidak pernah mabuk di depannya, dia


bahkan tidak merokok dan selalu berusaha memanjakannya
dengan aneka harta dan permata. Edmund juga belum
menunjukkan indikasi kalau dia suka bermain perempuan
apalagi berjudi. Segala perilaku negatif yang biasa dilakukan
suami yang buruk tidak ada dalam diri Edmund, sehingga
para pendeta itu masih sulit memahami kenapa sang
duchess ingin bercerai.

Gwen tahu, akan sia-sia jika mencoba membuat mereka


paham. Jadi dia memilih bungkam atas betapa Edmund telah
menghancurkan perasaannya karena membiarkan dia
menjadi tumbal ambisi politiknya. Para pria itu tidak akan
paham karena mereka menganggap itu lumrah adanya.

Anna Kanina
514
The Duchess Want a Divorce

Quentin dan ayahnya adalah sedikit dari pria Teutonia yang


berpendapat kalau wanita punya hak untuk bicara dan
menolak. Mereka tidak suka dengan cara Edmund yang
membatasi kegiatan dan kegemaran Gwen. Mereka
membesarkan Gwen dengan nilai dan norma yang tidak
terlalu umum di Teutonia. Wanita lain mungkin tidak akan
bersedih atau marah karenanya, tapi berbeda dengan Gwen.

Orang tuanya telah mengajarinya tentang nilai kehidupan


dan betapa berharganya dia sebagai wanita. Katanya mereka
boleh bicara dan boleh mengejar cita-cita mereka. Karena
itu, mereka tahu kalau Gwen tidak akan bertahan lama hidup
dalam lingkungan Rosiatrich yang sangat patriarki.

Gwen mengawali pernikahannya dengan sukacita. Bermodal


perasaan yang mendalam kepada Edmund, dia bisa
mengatasi ketidakpuasannya atas terbatasnya hal yang bisa
dia lakukan. Yang terpenting baginya adalah dia bisa
menikahi Edmund dan mendampinginya.

Gwen rela mengorbankan kesukaan dan hobinya demi


Edmund, serta terus bersikap layaknya lady yang sempurna
di sana. Dia bersedia menahan diri dan menerima semuanya
karena mabuk oleh cinta. Namun ketika dia ditinggalkan
Edmund beberapa bulan, nalar pun perlahan kembali
menjalar di otaknya. Walau rasa cinta masih menjadi

Anna Kanina
515
The Duchess Want a Divorce

kekuatannya, Gwen tahu dia seharusnya bisa bilang tidak


jika Edmund sudah keterlaluan.

Mungkin Gwen bisa sabar jika Edmund tetap seperti biasa.


Dia masih bisa berharap kalau suatu hari Edmund juga akan
balas mencintainya. Tapi kalau Edmund malah
mengorbankan dirinya sebagai tumbal politik dan tidak
terlihat ada usaha untuk membelanya seperti saat ini, Gwen
kecewa.

Dia sudah mencoba bicara dan meraih kembali haknya untuk


bahagia. Gwen bukan tidak ingin menoleransi perbuatan
Edmund, tapi Gwen selalu dikalahkan oleh pemikiran
Edmund yang menganggap seorang istri sudah sepatutnya
berkorban demi nama keluarga dan negara.

Sudah cukup. Gwen sudah memberi kesempatan. Sebelum


dia kembali tenggelam dalam jerat cinta yang membutakan
nalarnya, dia harus bercerai.

Edmund sekali lagi menunjukkan keangkuhannya di kali


terakhir mereka bicara. Dia tahu betul kalau hukum Teutonia
tidak mengizinkan wanita bercerai jika si suami juga tidak
setuju. Karena itu, seorang janda dianggap warga kelas
rendah di negara mereka, karena mereka yang bisa bercerai
pasti sudah membuat suami mereka sangat muak.

Anna Kanina
516
The Duchess Want a Divorce

Kesalahan tidak pernah berada di pihak laki-laki. Wanita


yang mengajukan cerai harus menunggu sangat lama sampai
permohonannya terwujud. Tidak jarang mereka sampai
harus sengaja berselingkuh atau berbuat hal buruk agar
benar-benar membuat suami mereka membencinya. Setelah
para suami merasa mereka sangat keterlaluan, barulah
mereka menandatangani surat cerai.

Hakim tidak peduli meskipun suami memukuli istrinya atau


kerap membentak kasar istrinya dengan kalimat kotor.
Mereka juga tidak mau mendengar ketika para istri mengadu
kalau suami mereka enggan menafkahi dan hidup miskin.
Mereka tidak bisa bercerai karena suami mereka miskin.
Seorang istri harus menemani suami mereka dalam kaya
ataupun miskin, katanya. Para wanita diharuskan menelan
semua kesedihan dan kesengsaraan batin tanpa diizinkan
bercerai.

Sementara itu, kaum pria Teutonia bisa saja menceraikan


istrinya karena alasan sepele seperti sudah tidak ada rasa,
tidak bisa memberi anak, atau tidak suka ketika istri
mendengkur terlalu keras karena katanya mengurangi waktu
tidur mereka.

Teutonia jelas bukan negara yang layak bagi wanita yang


sudah menerima pencerahan seperti Gwen. Mungkin cocok
untuk beberapa perempuan, tapi tidak untuk Gwen. Tanpa

Anna Kanina
517
The Duchess Want a Divorce

adanya Edmund di sisinya, Gwen tidak punya alasan


menetap di Teutonia. Ayahnya dan Harvey sudah membuka
kesempatan menarik baginya di negara lain. Gwen tidak
sabar untuk terbebas.

"Your Grace, apakah saya bisa minta waktu Anda?" Rico,


salah satu kesatria Edmund, tiba-tiba muncul di kuil ketika
Gwen baru saja selesai.

Gwen tentu akrab dengan wajahnya. Walau usianya lebih


tua dari Gwen, dan kerap terlibat dalam perang, dia selalu
tampak seperti remaja karena garis wajah yang jenaka dan
mata yang besar. Katanya dia juga tidak pernah membunuh
karena takut arwah korban menghantuinya.

Dia bisa dibilang pengecut dan tidak terlalu berprestasi


sebagai kesatria. Namun Edmund selalu menjaganya di
dekatnya karena dia memegang rahasia Edmund, katanya.
Gwen tidak pernah ingin tahu apa, tapi kesatria itu
memasang wajah seakan siap untuk menumpahkan seluruh
rahasianya. Gwen tidak tahu apakah dia menginginkannya,
karena apa pun yang dilakukan Edmund, Gwen sudah
membuat keputusan.

"Sir Rico." Gwen tersenyum dan mengangguk. Dia pun duduk


kembali di sebuah kursi panjang yang berada di seberang
altar utama. Rico mengikutinya dan duduk di sebelahnya. Dia

Anna Kanina
518
The Duchess Want a Divorce

pasti sangat gugup karena melanggar etiket dengan duduk


bersama Gwen seolah kasta sosial mereka setara.
"Saya dengar Anda meminta cerai dari Duke." Rico mulai
bicara. Dia memainkan jarinya canggung.

"Saya langsung mencari Anda, saya ingin memberi tahu Anda


tentang Duke."

"Sir Rico, ini semua masalah pribadi kami." Gwen


menggeleng. Dia tidak ingin Rico mengatakan sesuatu yang
akan dia sesali.

"Tidak, Your Grace. Saya rasa ini juga menjadi urusan pribadi
saya," kata Rico. Gwen mencoba mencerna.

"Kenapa?"

"Karena saya tahu kalau Duke tidak pernah mengatakannya


pada siapa pun dan saya merasa harus menyampaikannya.
Kelanggengan pernikahan Anda berdua bisa dibilang
menjadi misi saya selama bertahun-tahun ini," katanya lagi
sedikit terbata.

"Apa? Bagaimana mungkin Anda terlibat untuk ini? Ini


urusan pribadi kami, Sir." Gwen menggeleng.

Anna Kanina
519
The Duchess Want a Divorce

"Karena saya adalah orang yang paling tahu tentang


pengorbanan Duke untuk Anda, Your Grace," katanya serius
sambil memandang mata sang duchess.

Rico bisa dihukum mati karena ini. Atau lebih buruk lagi, dia
tahu kalau dia bisa saja mati mendadak dengan wajah
membiru seperti para bajak laut yang dimantrai oleh Duke
ketika perjalanan pulang dari pulau Soran. Mungkin Duke
Edmund diam-diam memasang kutukan di lidahnya agar dia
tidak bisa bicara apa pun.

Tapi Rico ingin mengambil risiko. Kalau pasangan itu


berpisah, dia merasa seluruh usahanya selama ini dalam
membantu Duke akan sia-sia. Dia juga tahu kalau Edmund
adalah seorang yang kaku dan tidak bisa mengungkapkan
jujur perasaannya pada Duchess. Rico kadang gemas dan
benci karena harus membiarkan Duke terus menumpuk
kesalahan dan melukai Duchess. Dia terlalu percaya diri
karena merasa apa pun yang dia lakukan, dan semarah apa
pun Duchess kepadanya, mereka sudah telanjur menikah
dan hanya Duke yang bisa menceraikannya.

"Sebaiknya Anda menyimpan itu semua untuk diri Anda, Sir.


Anda tahu kalau apa pun rahasia Duke yang Anda ungkapkan
tidak akan bermakna jika bukan Duke sendiri yang
menyampaikannya kepada saya." Gwen tersenyum melihat
Rico mulai ragu.

Anna Kanina
520
The Duchess Want a Divorce

"Iya, tapi saya tidak mau Anda mengalami proses perceraian


yang melelahkan dan panjang. Sebaiknya Anda urung
melakukannya, karena percayalah kalau ini hanya akan
menghancurkan kalian berdua, termasuk Duke," kata Rico
serius.

"Edmund akan baik-baik saja karena dia tetap mendapatkan


titelnya. Ditambah lagi dia akan menjadi putra mahkota,"
kata Gwen tenang.

"Perceraian adalah proses panjang dan melelahkan. Apalagi


kalau Anda yang mengajukannya, Your Grace. Mungkin jika
saya menceritakan apa yang Duke lakukan di pulau Soran,
Anda bisa memaafkannya." Rico sudah bersiap untuk
bercerita.

Gwen merasakan rasa frustrasi dari suara Rico. Dia tidak


ingin Rico melakukan kesalahan yang bisa mengancam
posisinya sebagai kesatria Rosiatrich. Dia harus
menghentikan Rico sebelum dia menyesali tindakannya.

"Saya tidak mau mendengarnya, Sir," kata Gwen tegas


sambil berdiri dari duduknya.

"Tapi, Your Grace." Rico menyahut muram.

Anna Kanina
521
The Duchess Want a Divorce

"Anda tidak perlu khawatir soal proses perceraian saya. Saya


memastikan semua ini akan selesai dengan cepat sehingga
tidak akan mengganggu kesibukan Duke Edmund." Gwen
menegaskan lagi.

"Rico!" Nicolas mendatangi mereka berdua dan hendak


menyeret Rico pergi.

"Sebentar, apa maksud Anda, Your Grace?" Rico belum


menyerah dan menolak menyingkir.

"Hentikan, Rico. Apa kau mau mengkhianati Duke Edmund?


Telan apa pun yang kau ketahui sampai liang kuburmu! Tidak
peduli apa pun niat baikmu, kau sudah melanggar aturan!"
bisik Nicolas geram pada Rico. Dia tadi mengizinkan Rico
menemui Gwen karena dia mengaku punya pesan penting.
Ketika dia menerka kalau Rico mungkin akan mengatakan
sesuatu yang dilarang, maka Nicolas segera mengejarnya.

"Sir Nicolas benar, apa pun yang Anda katakan tidak ada
artinya jika bukan Edmund sendiri yang menyampaikannya.
Lagi pula semua sudah terlambat." Gwen menggeleng.

"Apa maksud Anda? Apakah Anda sudah mengajukan


perceraian ke pengadilan?" tanya Rico memastikan.

Anna Kanina
522
The Duchess Want a Divorce

"Lebih dari itu, Sir. Aku sudah mendapatkan surat keputusan


dari kuil. Sebaiknya kalian tidak mengatakannya pada siapa
pun sebelum aku mengumumkannya. Aku dan Duke Edmund
kini sudah resmi bercerai. Kalian tidak perlu
mengkhawatirkanku lagi karena aku bukan lagi duchess
Rosiatrich," kata Gwen tegar sambil menunjukkan selembar
perkamen dengan stempel resmi dan ditandatangani para
pendeta tinggi.

Edmund melupakan satu hal. Walaupun perceraian sulit


dilakukan wanita Teutonia, ada celah yang bisa dia gunakan.
Quentin telah membantunya memberikan bukti ke kuil
tentang Edmund sebagai pengikut iblis. Segala bukti itu telah
meyakinkan para pendeta tinggi walaupun Gwen sendiri
masih sulit percaya. Otoritas tinggi kuil Edna boleh merestui
perceraian jika salah satu pihaknya adalah pengikut iblis.
Keputusan mereka tidak bisa digugat oleh hakim, bahkan
oleh raja sekalipun.

Anna Kanina
523
The Duchess Want a Divorce

Bab 49 - Nicolas and The Duke

Gwen berdiri sendirian di kamar sambil melipat tangan dan


berpikir, apa saja yang akan dia bawa pulang ke rumah
Remian? Gwen sudah meminta para pelayan untuk
membongkar lemarinya. Mereka diminta untuk melipat
semua pakaian tidur dan gaun yang digantung di lemari.
Gwen mungkin butuh lebih dari satu lusin peti untuk
mengemasnya. Dia juga butuh beberapa peti lagi untuk
menyimpan sepatunya.

Padahal Gwen belum satu tahun menjadi istri Edmund, tapi


sudah terlalu banyak barang yang dimilikinya.

"Apa pun yang adalah milikku, kemas dan bawa ke ruang


keluarga di bawah agar aku mudah membawanya," putus
Gwen. Dia tidak bisa memilih, lebih baik dia bawa semuanya.

Para pelayan itu tampak gugup dan ingin membuka mulut,


tapi ragu. Apakah pasangan Rosiatrich itu sedang
bertengkar? Mereka memang bukan pertama kalinya
mengalami itu, malah Gwen belum lama ini menginap
seminggu di istana sejak berita tentang Abigail merebak.
Hanya saja kali ini mungkin Duchess hendak pergi lama
karena dia bisa dibilang sedang mengosongkan kamarnya.

Anna Kanina
524
The Duchess Want a Divorce

"Mau ke mana, Your Grace?" Anita, salah satu pelayan


setianya, bertanya.

Dia punya firasat buruk karena melihat Nicolas tadi


mengantarkan Duchess turun dari kereta kudanya dengan
wajah masam yang sulit ditutupi. Dia seperti baru saja
menerima kabar kematian seseorang. Namun Gwen terlihat
tenang dan baik-baik saja. Malah dia tersenyum terus,
tampak bersemangat.

Ekspresinya seperti gadis dua belas tahun yang akan


mengunjungi pertunjukan sirkus. Padahal kemarin dia terus
muram dan berduka karena segala perbuatan suaminya.

"Aku akan pulang ke rumah Remian." Gwen menjawab.

"Apa? Kenapa?"

"Aku belum bisa memberitahumu." Gwen tersenyum,


sementara Anita mencoba menanggapinya dengan
senyuman pahit.

Setelah semua peti siap diangkut, Gwen akan


mengatakannya pada Edmund. Dia tidak bisa membiarkan
hatinya sedih karena dia tidak mau berpisah dengan
tangisan. Ini yang terbaik untuk mereka berdua. Edmund
akan melanjutkan hidup seperti biasa dan dia akan ke

Anna Kanina
525
The Duchess Want a Divorce

Arbavia untuk mengalami petualangan baru. Satu-satunya


yang dia korbankan di sini hanya perasaannya. Tapi dia
percaya, kalau dia menjauh dan tidak lagi melihat wajah
Edmund, perasaannya akan terkikis dengan sendirinya.

Berkemas membutuhkan waktu yang cukup lama. Ketika


Gwen pindah ke Rosiatrich Mansion, dia setidaknya sudah
bersiap seminggu lebih. Tidak mungkin Gwen bisa segera
pindah dalam semalam. Dia tidak tahu bagaimana reaksi
Edmund nanti. Gwen menduga kalau Edmund akan
memikirkan nama baiknya. Perceraian tidak pernah menjadi
sesuatu yang positif di Teutonia. Mungkin Edmund akan
meminta Gwen merahasiakannya selama beberapa bulan
sampai urusan perebutan gelar putra mahkota selesai.

Nicolas dan Rico adalah orang pertama yang tahu status baru
Gwen, dan mereka tidak bisa menerimanya dengan positif.
Mereka menyayangkan keputusan Gwen dan mengasihani
Edmund. Rico bahkan bilang kalau seharusnya dia memberi
kesempatan Edmund untuk menjelaskan. Tapi Gwen tidak
mau dengar. Dia sudah memberikan lusinan kesempatan
bagi Edmund untuk menjelaskan dan meralat keputusan
egoisnya. Namun dia tidak pernah melakukannya.

Gwen bilang kalau dia akan mengatakan semuanya langsung


pada Edmund. Tapi mereka berdua melarang Gwen untuk
itu. Katanya lebih baik semua itu disampaikan lewat surat.

Anna Kanina
526
The Duchess Want a Divorce

Karena mereka cemas akan nyawa Gwen. Duke bisa sangat


emosional ketika mengetahuinya dan sesuatu yang buruk
akan terjadi.

Gwen tidak terlalu paham kenapa, karena dia tahu kalau dia
bukan siapa-siapa bagi Edmund. Dia hanya istri yang
kebetulan dianggap paling tepat dan sempurna untuk
mendampinginya. Tapi Gwen paham kalau Edmund bisa
menjadi sangat marah karena jika publik Teutonia tahu dia
diceraikan istrinya, namanya akan buruk. Gwen pun
menyetujuinya.

Gwen sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau sampai saat


terakhir pun dia tidak akan membuat Edmund terlihat buruk.
Edmund harus tetap menjadi duke teladan dan pahlawan
Teutonia di mata rakyat. Sementara itu, nama Gwen sudah
telanjur jelek. Gwen sudah membuat skenario kalau dia akan
mengaku sebagai istri pembangkang dan buruk, serta kabur
dari suaminya. Dia bersedia menanggung segala hujatan
publik sebagai wujud terakhir cintanya pada Edmund.
Lagi pula dia akan tinggal lama di Arbavia, sehingga apa pun
yang digunjingkan publik, dia tidak akan mendengarnya lagi.
Gwen tersenyum dan mulai duduk di meja dan menulis.

Dia harus tegar. Ini adalah keputusannya. Dia terus memaksa


senyuman. Namun ketika pulpennya mulai menulis baris-

Anna Kanina
527
The Duchess Want a Divorce

baris kalimat perpisahan untuk Edmund, air matanya


tumpah tidak terbendung dan membasahi kertasnya.

***

Edmund tahu sesuatu telah terjadi. Nicolas melangkah


enggan ke ruangannya dengan ekspresi muram. Mungkin
kudanya mati atau ada kerabatnya yang meninggal. Tapi
Edmund mulai merasa terganggu karena Nicolas
memandang seperti mengasihaninya.

"Apa yang terjadi?" tanya Edmund.


Nicolas menggeleng cepat.

"Hanya hari yang buruk, Your Grace." Dia tidak akan


membongkar apa pun yang dia ketahui soal perceraian
kepada Duke Edmund. Nicolas memperbaiki sikapnya dan
berdehem.

"Ada sesuatu yang tidak biasa terjadi pada Duchess?" tanya


Edmund dari mejanya sambil menulis sesuatu di kertas.

"Apa? Apa maksud Anda?" Nicolas menanggapi panik.


Apakah Edmund sudah menduga sesuatu?

"Orang-orang Killian maksudku, apakah ada yang


mendekatinya?"

Anna Kanina
528
The Duchess Want a Divorce

"Tidak ada, Your Grace," kata Nicolas cepat-cepat. Dia


menyesali kepanikannya. Itu adalah pertanyaan biasa setiap
hari. Dia memang bertugas menjaga dan melaporkan kondisi
istri duke setiap petang.

"Sudah seminggu berlalu sejak Sigmar mengabariku, aku


cemas karena tidak ada pergerakan. Kapan mereka akan
melakukannya?" Edmund mengetukkan jarinya di meja
dengan gusar.

"Sigmar bilang dia tidak mau berada di dekat Killian lagi. Dia
takut ketahuan kalau sihir Killian tidak bisa
memengaruhinya. Dia menyerahkan semuanya padaku,"
lanjutnya

"Jadi Duke Killian pengguna sihir, Your Grace?" Nicolas


sedikit cemas dengan itu. Sekuat apa pun Duke Edmund,
sihir seharusnya bukan sesuatu yang bisa ditanganinya.

Edmund menanggapinya dengan anggukan.

Nicolas pernah membahas soal kabar dari Sigmar kalau Duke


Killian bisa melakukan sihir dengan kesatria lainnya. Rico dan
kesatria yang bertugas bersama Edmund di pulau Soran
hanya menanggapi tenang. Mereka sangat yakin kalau Duke
Edmund bisa mengatasinya. Tapi bagaimana caranya?

Anna Kanina
529
The Duchess Want a Divorce

Nicolas memutuskan untuk mengabaikannya. Tugas dia


hanya melindungi Duchess, walaupun tugas itu mungkin
tidak akan lama lagi dia jalani karena mereka sudah bercerai.
Wajahnya berubah muram lagi. Dia mengagumi Edmund dan
kasihan dengannya saat ini.

Edmund selalu berpesan untuk memastikan istrinya aman


dan senang. Nicolas tahu betapa peduli sang duke kepada
istrinya. Walau setiap hadiah yang dia kirimkan terkesan
dipesan sembarangan oleh Ainsley, Nicolas tahu kalau Duke
Edmund memikirkan apa pendapat Duchess ketika
menerimanya. Nicolas masih ingat di awal pernikahan
mereka ketika Duke merepotkannya untuk mencari tahu apa
jenis bunga kesukaan Gwen serta memecat koki dan nyaris
seluruh isi dapur yang sudah lama bekerja di kediamannya
hanya karena mereka lalai menyajikan buah persik di piring
makan istrinya. Duchess alergi pada buah persik.

Tetap saja, Duchess tidak tahu segala perhatian dan


kepedulian suaminya karena cara komunikasi Edmund yang
buruk. Dia tidak terbiasa menyampaikan yang dia inginkan
karena dia dididik seperti itu sejak kecil. Dia canggung dan
sulit memahami lelucon. Tidak banyak yang bisa
membuatnya tersenyum selain ketika beberapa kali Duchess
bermanja padanya.

Edmund terbiasa berpikir kalau semua orang pasti mengerti

Anna Kanina
530
The Duchess Want a Divorce

keinginannya. Kepala pelayan dan penghuni lama Rosiatrich


Mansion tahu kapan Duke akan mandi, kapan dia harus
istirahat, kapan dia tidak mau diganggu, atau kapan dia ingin
membaca koran. Rekan bisnisnya serta para pekerjanya juga
tahu kapan Edmund akan membeli sesuatu dan situasi
seperti apa yang mengharuskan mereka untuk menjual
saham.

Semua orang berusaha melayani dan bekerja pada Duke


Edmund sebaik mungkin. Edmund tidak menoleransi
kesalahan. Menurutnya, jika dia bisa sempurna dan selalu
menjadi yang terbaik, orang di sekitarnya juga seharusnya
tidak mengecewakannya.

"Duke, perhiasan pesanan Anda sudah tiba." Ainsley


memberi tahu, dia hadir di ruangannya dan membungkuk
sedikit untuk menyapa Nicolas.

Itu mungkin perhiasan kesepuluh bulan ini yang dia pesan


untuk Duchess. Tapi Nicolas tahu kalau Duchess sudah bosan
akan itu dan hanya menerimanya sambil tersenyum sebelum
dia buka dan kagumi sejenak lalu disimpan ke dalam lemari.
Duke seharusnya paham kalau perhiasan tidak selalu
membuat wanita bahagia.

Anna Kanina
531
The Duchess Want a Divorce

"Mungkin perhiasan itu tidak bisa membeli senyum Duchess


seperti yang Anda inginkan, Duke." Nicolas bicara. Ainsley
terperanjat dan Edmund sendiri cukup terkejut
mendengarnya. Apakah dia tidak salah? Nicolas mencoba
mengkritiknya?

Nicolas sudah terlalu gemas akan kekakuan dan cara


Edmund menunjukkan kepeduliannya.

"Apa? Memangnya kenapa?" Edmund bertanya tajam.

"Itu ... saya selalu bersama Duchess. Menurut saya dia lebih
ingin Anda bicara padanya dan berkomunikasi layaknya
suami-istri lain," kata Nicolas lagi. Dia sudah pasrah. Sekalian
saja dia utarakan semuanya, kecuali fakta kalau Duchess
telah menceraikannya.

"Kami baik-baik saja," kata Edmund walau dia jelas masih


mengingat permohonan cerai Gwen beberapa hari yang lalu.

"Tidak, Duke, menurut saya Anda tidak cukup baik dalam


menyampaikan perasaan Anda pada Duchess," kata Nicolas
lagi. Ainsley bergerak mundur. Dia berpikir mungkin
sebentar lagi harus memesan peti mati baru untuk Nicolas,
walau dia setuju dengan perkataan Nicolas. Sikap kaku dan
serba tertutup dari Duke Edmund memang membuat para
bawahannya frustrasi.

Anna Kanina
532
The Duchess Want a Divorce

"Lalu? Kalau kau jadi diriku, apa yang akan kau lakukan? Apa
kau akan bilang pada istrimu kalau kau telah membunuh
banyak orang demi dirinya? Kau pikir seperti apa dia akan
menanggapinya?" Edmund sedikit naik pitam karenanya.

"Membunuh? Apa maksud Anda?" Nicolas mengerutkan


dahi.

"Itu hanya perumpamaan. Maksudku, tidak semua bisa


dibicarakan dengan istri." Edmund mengelak.

"Iya, saya tahu, saya juga tidak bilang kalau harus terlalu
jujur, tapi-" Nicolas hendak mendebat.

"Your Grace! Ah, Nicolas, Ainsley, Anda berdua juga ada di


sini." Nathaniel memasuki ruangan kerja Edmund dengan
tergesa.

"Ada apa? Sebaiknya ini penting," kata Edmund.


"Lady Abigail meminta bertemu dengan Duchess. Apakah
kita mengizinkannya atau tidak?" kata Nathaniel serius.

"Biarkan dia bertemu. Duke Killian mungkin akan


menjalankan rencananya. Nicolas, bersiagalah seperti yang
sudah kita bahas bersama. Seharusnya aku menskorsmu dua
hari karena kau sudah membuatku kesal. Tapi urusan
Duchess lebih penting." Edmund pun bergegas bangkit dari

Anna Kanina
533
The Duchess Want a Divorce

duduknya, lalu meraih sebilah pedang hitam yang terpasang


di dinding.

Anna Kanina
534
The Duchess Want a Divorce

Bab 50 - Gwen and Abigail

Abigail meremas gaun birunya cemas. Ini mungkin akan


menjadi hal paling jahat yang akan dia lakukan. Ketika dia
pertama kali mulai terlibat dengan semua ini, dia tidak
berpikir kalau dia harus menyerang Duchess.

Dia sendiri tidak paham kenapa nasib begitu gemar


merundungnya. Dia datang ke ibu kota dengan semangat
positif yang menggebu. Dia begitu antusias untuk
menunjukkan kemampuannya. Walau dia tidak punya
banyak kesempatan untuk mengenyam pendidikan, dia
selalu belajar.

Bahkan dulu ketika dia masih dinikahi oleh bangsawan


miskin yang hobi minum, dia masih menyempatkan diri
membaca. Dia masih ingat betapa suaminya yang pemabuk
mengamuk ketika melihatnya membaca dan
menganggapnya lalai mengurus rumah. Abigail tidak
diizinkan bekerja atau melakukan hobi selain duduk di toko
alat pertanian milik suaminya dan menunggu pembeli.

Mantan suaminya tidak pandai mengatur keuangan. Dia


bahkan tidak punya bakat berjualan. Abigail sebaliknya, dia
tahu bagaimana cara membuat toko itu sukses. Tapi dia
memilih diam dan menikmati rasa frustrasi suaminya yang

Anna Kanina
535
The Duchess Want a Divorce

pemarah. Dia tidak mau membantu seseorang yang kerap


menyiksa batinnya.

Abigail bisa bercerai setelah dia mengancam akan


mengadukan kecurangan suaminya ke aparat. Dia
mencampur pupuk subsidi dengan pupuk komersial,
kemudian dia jual kembali dengan harga cukup tinggi. Abigail
merasa itu adalah salah satu hal cerdas yang pernah dia
lakukan.

Dia gagal bekerja di perkebunan Rosiatrich, tapi punya


kesempatan menjadi akuntan di butik Madam Perellia.
Walau dia kurang dihargai dan digaji lebih rendah dari yang
sepatutnya, Abigail bersabar dan menganggap itu semua
adalah investasi. Kalau dia bekerja baik, Madam mungkin
akan mempromosikan jasanya pada pedagang lain, bahkan
kepada perusahaan milik keluarga kerajaan.

Namun kenyataan berkata lain. Karena dia datang dari desa


dan berstatus janda, Perellia tidak merasa wajib
menghargainya.

Seharusnya Abigail masih punya satu orang yang bisa dia


gantungkan di ibu kota. Duchess Gwendolyn
memperlakukannya dengan baik. Sayangnya dia memilih
mengabaikannya karena rasa cemburu. Gwen adalah salah

Anna Kanina
536
The Duchess Want a Divorce

satu nama pertama yang diingat Abigail ketika dia telah


diperkosa oleh adik Perellia.

Namun, hari itu, ketika dia diabaikan oleh para kesatria


Teutonia atas laporan pemerkosaannya dan mencoba
mengadu ke rumah Gwen, Duchess tidak bersedia
menemuinya.

Abigail murka, hatinya diliputi dendam dan kebencian. Dia


tidak tahu harus mengadu pada siapa. Gwendolyn yang dulu
selalu tersenyum dan menyemangatinya begitu mudah
berbalik memunggunginya untuk alasan sepele dan tidak
terbukti. Dia pun mulai meyakini kalau dia hanya bisa
bergantung pada diri sendiri.

Tidak ada yang bersedia mendengarnya atau menerima


penjelasannya. Abigail yang tersesat dan bingung pun
menerima tawaran Killian. Mungkin menjadi pihak yang
jahat lebih menguntungkan baginya. Dia sudah seumur
hidup berusaha jadi orang baik, tapi hanya nestapa yang dia
terima.

Killian bilang dia hanya perlu melukai Duchess. Luka yang


tidak fatal tapi cukup serius agar Duke Edmund murka. Killian
berharap Edmund akan mencari Abigail dan menghukumnya
sampai seolah-olah hendak membunuhnya. Abigail sendiri
tidak yakin apakah Edmund akan melakukannya karena

Anna Kanina
537
The Duchess Want a Divorce

kenyataannya Duke Edmund membiarkan segala rumor dan


berita buruk soal istrinya.

Killian bilang Edmund tahu kalau itu bukan kenyataan dan


tidak merasa perlu mengklarifikasinya. Tapi beda halnya
kalau propertinya terancam. Edmund dikenal memiliki rasa
persaudaraan tinggi. Jika kesatria bahkan pelayannya
menerima ketidakadilan, maka dia akan membalas
pelakunya. Duchess mungkin tidak dia cintai, tapi dia tetap
istrinya. Kalau seseorang benar-benar mencederai Gwen,
maka dia akan membalas.

Ketika itulah Killian akan memergoki perbuatan Duke dan


menyeretnya ke penjara atas tuduhan percobaan
pembunuhan. Ketika itu pula dia akan menyebar isu kalau
Duke Edmund adalah malaikat kematian, si pembunuh
berantai. Takhta Sigmar akan aman dan nama Rosiatrich
akan terpuruk.

Tetap saja Abigail takut. Bagaimana kalau Edmund benar-


benar membunuhnya? Killian berjanji Abigail tidak akan
terbunuh. Dia punya sihir yang melindungi Abigail. Tapi
perempuan itu tidak merasakan perlindungan apa pun di
sekitarnya. Killian bisa saja membiarkannya mati agar
Edmund lebih mudah dituduh. Tapi Abigail sudah tidak bisa
mundur lagi. Dia kini sudah bertatap muka dengan sang
duchess.

Anna Kanina
538
The Duchess Want a Divorce

Sebuah jarum sulam yang dioles racun katak beracun


mematikan dia bungkus dalam saputangan dan dia simpan
di kantong pakaiannya. Abigail tahu itu apa, dia membunuh
adik Perellia dengan racun itu, membuat kematiannya mirip
serangan jantung sehingga tidak ada yang curiga.

Tapi kali ini dia harus terlihat melakukannya. Edmund harus


tahu kalau dia telah merencanakan ini. Abigail pun melihat
ke sekeliling. Para kesatria dan pelayan Gwen telah berjaga
di sudut-sudut ruangan dan mengawasinya tajam.

Edmund tidak terlihat di mana pun. Abigail berharap para


kesatria itu akan menangkapnya kemudian membawanya ke
penjara bawah tanah. Di sana dia seharusnya akan bertemu
Edmund yang berusaha menghukumnya. Killian bilang dia
terus mengawasi dan memastikan akan melumpuhkan
Edmund sebelum dia sempat membunuh Abigail.

Abigail sudah berpikir, mungkin Killian akan benar-benar


membiarkannya mati. Karena itu, saat Abigail memastikan
kalau Killian tidak akan menolongnya, dia mungkin akan
segera membeberkan kalau Killian telah mengontrolnya
dengan sihir. Itu adalah pertahanan terakhirnya. Tentunya
dia berharap Killian akan menang pada babak pertama.
Setelahnya dia akan membuat rencana baru untuk
menghancurkan Killian. Abigail menyeringai kecil ketika
memikirkannya.

Anna Kanina
539
The Duchess Want a Divorce

Dia berada di sayap barat, tempat kediaman Gwendolyn


berada. Di sana dia duduk anggun sambil menyesap teh
lemon hangat. Perapiannya menyala membakar kayu birch
tua yang dikeringkan dengan baik. Duchess berada di
seberangnya, menggerai rambutnya yang indah dan
tersenyum kepadanya.

"Jadi, apa kabar Anda, Nona Abigail? Kuharap apa yang


dilakukan Gisca tidak meninggalkan bekas di kulitmu." Gwen
berbasa-basi.

Abigail tersenyum. Dia awalnya berencana menjelekkan


Gisca dan Gwen lagi dalam artikel terbaru. Tapi terlalu
banyak hujatan dan gosip terbukti membuat orang bosan.
Ditambah lagi mereka enggan membahasnya atau
mengklarifikasi. Orang beranggapan kalau itu mungkin tidak
benar karena, kalau benar, biasanya orang akan sibuk
membantah. Segala artikel itu mulai menjadi bumerang
untuknya. Karena itu, Killian dan kroninya mencari cara lain
untuk melumpuhkan ketenangan sang duke.

"Setelah saya diperkosa, saya mengadu pada kesatria


penjaga dan mereka mengabaikan saya. Kemudian saya
mencoba bertemu Anda, Duchess. Tapi Anda tidak mau
bertemu." Abigail bercerita.

Anna Kanina
540
The Duchess Want a Divorce

Gwen menekuk bibirnya seketika. Dia merasa bersalah


tentunya karena membiarkan semua itu terjadi. Dia ingat
dulu begitu cemburu pada Abigail dan mengabaikannya.

"Seandainya saya tahu-"

"Tidak apa! Itu sudah berlalu dan saya baik-baik saja." Abigail
memaksakan senyum. Dia masih membenci Gwen. Dia benci
melihat wanita itu masih duduk anggun dan tersenyum di
hadapannya. Walau tinggi sofa mereka setara, entah
bagaimana Abigail merasa kalau Gwen sedang melihatnya
berada di bawah kakinya.

"Bagaimana mungkin Anda baik-baik saja setelah


mengalaminya, Lady Abigail?" ujar Gwen bersimpati. Abigail
merasa sakit mendengarnya dan merasa seolah Gwen
sedang mengejeknya. Rahimnya yang mulai membesar
terasa nyeri saat ini. Dia menyentuh dan mengusapnya
perlahan. Gwen memperhatikannya, dia mungkin sudah
menduga kalau bayi itu adalah buah dari perkosaan.

"Ini bukan anak Edmund," kata Abigail.

"Oh, begitukah?" Gwen terdengar lega sekaligus berempati.

"Dia hanya berada di tempat dan situasi yang tidak tepat.


Saya mungkin marah dengan yang saya alami, juga kepada

Anna Kanina
541
The Duchess Want a Divorce

Anda yang menolak bertemu ketika saya terpuruk. Saya


gelap mata dan ingin mempersulit hidup kalian," kata Abigail
lagi dengan mata berkaca-kaca.

Gwen tampak tergugah dan segera bangkit dan duduk di


sebelahnya.

"Lady Abigail, apa maksud Anda bertemu saya?" Gwen


bertanya. Dia masih sangat ingat betapa Abigail sangat keras
kepala ketika tempo hari Gisca menculiknya. Kenapa hari ini
cara bicaranya berubah lembut?

"Saya ingin minta maaf untuk semua perbuatan saya," ujar


Abigail lagi.

"Saya akan membuat klarifikasi di media dan pergi dari


kehidupan kalian," katanya lagi sambil terisak.

Gwen pun merengkuh dan memeluknya. Dia bersimpati


pada Abigail karena segala pengalaman buruk yang
menimpanya. Gwen juga merasa bersalah karena pernah
beberapa waktu sengaja mengabaikannya. Seandainya dia
bertemu dan membantu Abigail saat itu, mungkin Abigail
tidak akan mendendam. Mungkin segala drama kebohongan
ini tidak pernah terjadi dan dia masih bersama Edmund.

Abigail membalas memeluk sang duchess sambil menangis.

Anna Kanina
542
The Duchess Want a Divorce

Dia tahu kalau dia hanya berpura-pura baik. Tapi dia tidak
bisa menahan rasa emosional di hatinya. Menerima pelukan
dan kebaikan itu membuatnya terluka. Dia begitu
merindukan seseorang menggenggam tangannya dan
berkata kalau dia akan melindunginya. Tapi tidak ada
seorang pun yang memberinya cinta.

Tapi kedengkian dan rasa kecewa lebih mendominasi


jiwanya saat ini. Kehangatan sesaat dari kebaikan hati Gwen
tidak mampu mencairkannya. Dia harus tetap menjalankan
misinya. Melukai Duchess, tapi jangan sampai mati. Dia
mungkin hanya perlu menggores kulitnya sedikit. Tidak perlu
sampai menghunjamnya dengan jarum.

"Maafkan saya, Your Grace." Abigail terisak. Kalau dia


menundanya lebih lama, setitik hati nurani di hatinya
mungkin akan mencegahnya melakukannya.

Abigail mengeluarkan jarumnya dan hendak menggores


punggung tangan Gwen yang terbuka. Para kesatria
membelalakkan mata karena insting mereka menangkap
sesuatu yang berbahaya. Mereka pun melompat hendak
menahan Abigail. Namun mereka semua kalah cepat.
Sebentuk tangan tercipta dari kabut kelabu yang tiba-tiba
muncul di tengah udara kosong.

Anna Kanina
543
The Duchess Want a Divorce

Edmund menahan tangan Abigail sambil memandangnya


datar. Wanita itu menjatuhkan jarum beracunnya dan
tubuhnya gemetar. Seharusnya bukan Edmund yang
menangkapnya.

"Edmund?" Gwen bertanya bingung. Ini adalah ruangan


tertutup. Bahkan jendelanya terkunci. Kapan suaminya
datang?

"Kalian semua menjadi saksi, Nona Abigail mencoba


membunuh Duchess," kata Edmund dingin.

"Penjarakan aku Edmund! Seharusnya kau membunuhku!"


Abigail berseru sambil menangkupkan tangan ke dadanya.

"Nona Abigail, saya akan memastikan Anda dihukum dengan


adil. Lalu juga-"

Edmund melambaikan salah satu tangannya dan membuat


gerakan layaknya pelaut sedang menarik jala. Dia tampak
tengah menjerat seseorang.

"Duke Alderbranch, para kesatria kehakiman akan datang


sebentar lagi untuk menangkap Anda. Kami punya bukti
kalau Anda melakukan persekongkolan dan percobaan
pembunuhan pada istri saya," kata Edmund lagi dingin.

Anna Kanina
544
The Duchess Want a Divorce

Tiba-tiba juga Duke Killian tampak terjatuh, muncul begitu


saja dari udara kosong. Tubuh tuanya yang tidak terlihat
sehat tampak kelelahan. Dia sedari tadi menggunakan sihir
untuk menutupi tubuhnya dengan selubung tidak terlihat.
Dia berharap menangkap Edmund sedang beraksi. Dia
tampak pucat melihat Edmund yang juga bisa menggunakan
sihir.

"Sebaiknya jangan coba-coba menggunakan sihir, Your


Grace. Saya bisa melakukan lebih banyak dari Anda dan
percayalah tidak ada seorang pun yang bisa menandingi
saya, termasuk soal sihir." Edmund berbisik di telinga Killian
merasa puas.

Wajah Killian memerah dan sangat marah. Strateginya


terbaca. Seseorang telah membocorkannya.

"Pastikan para kesatria membawa mereka ke penjara.


Sebentar lagi para kronimu akan menyusulmu, Duke," ujar
Edmund lagi.

Terlihat para kesatria Edmund bergerak dan mengikat


tangan Abigail serta Killian di belakang punggung mereka.
Edmund memastikan kalau Killian tidak bisa menggunakan
sihirnya apalagi kabur. Dia sudah mengumpulkan banyak
bukti yang cukup untuk membuat Killian dihukum mati.

Anna Kanina
545
The Duchess Want a Divorce

"Apa-apaan ini semua, Ed?!" Gwen yang tidak tahu apa pun
bertanya keras.

"Semua baik-baik saja, aku tidak akan membiarkan siapa pun


menyakitimu bahkan menggores kulitmu." Edmund
menanggapi sambil tersenyum.

"Fisikku tidak terluka! Tapi bagaimana dengan perasaanku,


Ed? Astaga, kapan kau akan puas? Kau sengaja
menempatkanku dalam bahaya seperti ini demi ambisi
politikmu, Ed?"

"Ini terakhir kalinya, setelah ini semua akan kembali normal.


Aku tidak akan membiarkanmu terluka." Edmund
menggeleng. Dia tadi berpikir bagaimana caranya untuk
menjelaskan tentang kekuatan sihirnya. Dia tidak
menyangka kalau Gwen langsung mempertanyakan
perbuatannya yang bisa dibilang menjadikan Gwen sebagai
umpan.

"Sudah cukup!" Gwen berbalik badan merasa sangat geram.


Dia bahkan tidak bisa menangis karenanya.

"Gwen."

"Aku mau pulang ke rumah Remian! Aku sudah berkemas.


Ada atau tidak kejadian seperti ini, aku akan tetap pergi!"

Anna Kanina
546
The Duchess Want a Divorce

Edmund merasa sesuatu menekan dadanya. Tidak banyak


orang yang bisa menyakitinya, kecuali Gwen dan kata-
katanya. Apakah kali ini seperti beberapa waktu lalu ketika
dia marah dan menginap di kediaman Gisca? Dia ingin
menenangkan diri lagi dari masalah di Rosiatrich Mansion?

"Aku tidak akan melarangmu, Gwen."

Edmund berharap setelah beberapa hari dia akan lebih


tenang dan bisa memahami keputusan Edmund selama ini.
"Dengan atau tanpa izinmu, aku akan tetap pergi." Gwen
mengabaikan suaminya dan menutup pintu kamarnya keras.
Gwen akan melanjutkan menulis suratnya-yang sudah
berkali-kali dia tulis ulang-dan meminta Edmund
membacanya nanti. Ketika Edmund mengetahui kalau
mereka sudah bercerai, Gwen sudah jauh berada di Arbavia.

Anna Kanina
547
The Duchess Want a Divorce

Bab 51 - The Crown Prince

Walau dia jarang mengungkapkannya, Edmund bangga pada


dirinya sendiri. Ketika mereka menganggap Edmund dingin
dan hidup rendah hati, kenyataannya ada sisi lain dalam
jiwanya yang kerap mengangkat kepalanya dan merasa lebih
baik dari orang lain.

Dia memulai masa remajanya sebagai yatim piatu. Posisinya


saat itu sangat rentan dan para paman yang hanya dia temui
di setiap perayaan Edna berebut ingin mengasuhnya. Dia
adalah satu-satunya pewaris titel duke di masa depan. Adik
perempuannya, Vivian, tentu tidak punya banyak
kesempatan di keluarga itu. Meskipun begitu, dia tetap
menerima pendidikan terbaik dan diakui sebagai salah satu
pianis terbaik di ibu kota.

Edmund tetap berwaspada dan tidak sepenuhnya percaya


pada siapa pun. Terutama mereka yang mengaku
berhubungan darah dengannya. Dia menempatkan kesatria-
kesatria Rosiatrich di dekatnya dan belajar dari mereka.
Tidak banyak pewaris yang mendalami bela diri, tapi Edmund
yakin kalau dia membutuhkannya.

Ketika berusia lima belas tahun, dia pindah ke ibu kota dan
diterima di akademi militer. Dia lulus sebagai kesatria
dengan nilai tertinggi di kelasnya. Edmund pun melakukan

Anna Kanina
548
The Duchess Want a Divorce

penyelidikan mandiri dan menemukan fakta kalau kematian


orang tuanya tidak alamiah. Mereka dibunuh oleh
kerabatnya sendiri.

Salah satu pamannya adalah kriminal pertama yang dia


jebloskan ke penjara bawah tanah atas tuduhan
pembunuhan. Edmund pun menikahkan Vivian dengan
bangsawan di negara lain untuk melindunginya dari para
orang serakah yang merubung bagai lalat karena tergiur
dengan kekayaan keluarganya.

Edmund tanpa sadar membentuk dirinya sendiri menjadi


pribadi yang serius dan tidak mudah percaya. Dia juga orang
yang spekulatif dan bertindak atas dasar logika. Sesekali dia
bisa dermawan dan tidak kadang juga licik. Empati adalah
perasaan nomor kesekian yang hampir dia simpan rapat di
kotak. Karena menurutnya menjalankan dukedom sebesar
Rosiatrich tidak membutuhkan kepekaan.

Mungkin karena itu juga dia terpikat pada Gwen. Mereka


berdua sungguh berbeda. Gwen tidak pernah dibebani
tanggung jawab besar. Hidupnya bebas dan ceria. Gwen
selalu menunjukkan kepada dunia kalau dia baik-baik saja.
Meskipun dia jelas tidak memegang posisi penting apa pun
di Teutonia, entah bagaimana, orang melihatnya sebagai
panutan.

Anna Kanina
549
The Duchess Want a Divorce

Ketika Edmund berbicara dengannya, dia melupakan segala


tanggung jawab walau sejenak. Dia bagaikan bunga opium
yang cantik dan melenakan siapa pun yang terpapar sarinya.
Seperti opium juga, Edmund akan gelisah jika dia tidak tahu
kabar Gwen atau terlalu lama berpisah dengannya. Edmund
tidak pernah tahu kalau dia bisa merasakan hal itu pada
seseorang.

Mendengar Gwen ingin bercerai telah membuatnya terluka.


Dia tidak suka melihat istrinya berduka. Tapi Edmund tidak
kuasa menyampingkan tanggung jawab. Semua orang
bergantung padanya. Dia harus tetap tegas dan berani
membuat keputusan sulit. Edmund tahu kalau dunianya
bukan hanya seputar Gwen.

Namun Edmund tentu juga sudah membuat rencana. Dia


menyusunnya sejak lama dan sebenarnya, tanpa kejadian
Abigail kemarin, dia sebentar lagi sudah bisa menangkap
Killian.

Berita penangkapan Killian diterbitkan serentak di semua


surat kabar, termasuk jaringan media Killian yang terpaksa
melakukannya karena diperintahkan oleh kementerian
kehakiman.

Killian disebut terbukti melakukan penyalahgunaan dana


hibah kerajaan dan menggunakan para kesatrianya untuk

Anna Kanina
550
The Duchess Want a Divorce

melakukan teror serta menjalankan rumah judi ilegal secara


sembunyi-sembunyi. Dia juga menyalahi aturan kerajaan
karena masih menggunakan budak di lingkungan keluarga
serta kroninya.

Tentunya semua itu adalah isu yang sudah lama didengar.


Tidak ada yang mau mengusutnya karena Killian bersahabat
dengan raja Teutonia. Namun, Edmund tetap
mengumpulkan bukti-bukti, dibantu kehakiman. Dia hanya
perlu menunggu Killian lengah dan berbuat bodoh sebelum
mengungkap semuanya.

Edmund juga mengaku kepada media bahwa Abigail adalah


mata-mata Killian. Edmund pura-pura teperdaya dan
bersedia bertunangan hanya demi menjebak Killian. Duchess
tahu semua itu dan bersikap patriotis dengan menyetujuinya
dan tidak mengklarifikasi berita apa pun sebagai bentuk
dukungannya.

Edmund cukup puas dengan artikel yang dia baca. Dengan


begini, semua masalah akan selesai dan nama Gwen akan
kembali pulih di masyarakat. Dengan begini saja seharusnya
Gwen akan paham segala tindakannya dan bersedia
memaafkannya. Setidaknya itu yang dia yakini.

"Your Grace, Yang Mulia Pangeran Sigmar sudah hadir."

Anna Kanina
551
The Duchess Want a Divorce

Ainsley memberi tahu. Dia memberikan tatapan kagum pada


Duke yang telah berhasil merahasiakan investigasi sebesar
itu dari dirinya. Bahkan Nicolas dan Rico saja tidak tahu
rencananya, apalagi Duchess yang selama ini merasa
dikorbankan. Walau memang benar Duke
memperlakukannya seperti tumbal.

"Edmund, bagaimana kau akan menjelaskan semua ini?"


Sigmar yang baru hadir meletakkan sebuah surat kabar di
mejanya, memintanya membaca.

Itu adalah sebuah artikel yang dibuat oleh para bawahan


Edmund. Isinya adalah bahwa Sigmar tidak memiliki
keterlibatan sama sekali dalam misi jahat Killian. Sigmar
diceritakan tidak lagi bergabung dalam rapat para kroni
Killian dan memilih menjauh dan abai terhadap pertarungan
perebutan gelar putra mahkota.

"Aku tidak suka itu, bagaimanapun juga aku pernah terlibat.


Aku lebih suka diadili dan biarkan hakim yang menilainya,"
kata Sigmar menunjukkan harga dirinya.

"Tidak perlu menyalahkan dirimu, Yang Mulia. Anda jelas


tidak pernah menyetujui apa pun rencana jahat Killian. Satu-
satunya kesalahanmu adalah tidak melaporkan itu ke
kehakiman." Edmund tersenyum.

Anna Kanina
552
The Duchess Want a Divorce

"Bagaimana denganmu?"

"Kenapa dengan aku?"

"Bagaimana kau bisa tersenyum seperti itu padahal kau


hampir membuat Gwen terbunuh?" Sigmar berkata geram.

"Tapi dia tidak terbunuh, kan? Tergores pun tidak," sahut


Edmund santai.

"Aku memberikan informasi padamu dengan taruhan


nyawa! Killian bisa sihir dan dia jelas mengincar Gwen! Aku
berharap kau akan mengerahkan proteksi terbaik untuk
melindunginya. Tapi kau malah membiarkan Abigail
mendekatinya dan membuat Gwen dalam bahaya!"

"Gwen tidak pernah dalam bahaya!" bantah Edmund.

"Bagaimana kau bisa meyakininya? Dia bisa saja terbunuh!


Aku sudah bilang kalau Killian itu penyihir! Aku melihat dia
melakukan hal-hal mengerikan pada penentangnya. Kalau
Quentin tidak memberiku amulet ini, aku mungkin sudah
menjadi budaknya! Siapa pun bisa melihat kalau kau sengaja
membahayakan Gwen!

"Aku tahu kau seorang patriotis dan bersedia melakukan apa


pun demi Teutonia. Tapi aku sulit memahami ketika melihat

Anna Kanina
553
The Duchess Want a Divorce

betapa tidak berperasaannya dirimu melibatkan Gwen


dalam skenariomu, membuat dia seperti orang bodoh dan
istri yang tidak berharga. Apa kau tahu siapa Gwen? Dia
adalah Permata Teutonia! Dia tidak pernah berbuat jahat
pada siapa pun dan tidak pantas menerima itu, apalagi dari
seseorang yang dicintainya. Kau mengaku suaminya,
seharusnya kau menjaganya!" Sigmar menasihati panjang
lebar.

"Saya telah menjaganya dan tidak pernah membiarkan dia


terluka atau kedinginan," sahut Edmund mencoba bersabar.

"Menjaga bukan hanya fisiknya! Tapi jaga juga jiwanya,


jangan membuat dia bersedih apalagi menangis. Apa
sulitnya melakukan hal itu?" lanjut Sigmar lagi.

"Sudah cukup, Yang Mulia! Saya meminta Anda ke sini bukan


untuk menerima ceramah Anda. Bagaimana saya
memperlakukan istri saya adalah urusan saya pribadi."
Edmund menggeleng, menegaskan batasan antara mereka.

"Saya tahu kalau Anda punya perasaan pada Gwen. Karena


itu saya menikahinya, agar Gwen tidak bisa didekati orang
seperti Anda." Edmund mengaku.

"Kekanakan sekali! Jadi kau pikir kau lebih baik dariku,


Edmund? Dari dulu kesombonganmu tidak pernah

Anna Kanina
554
The Duchess Want a Divorce

berkurang, ya? Kini kau mengaku bisa menjadi pria yang


paling bisa membahagiakannya, padahal kau jelas sudah
melukainya." Sigmar membalas keangkuhan Edmund.

"Yang Mulia, sebaiknya Anda berhenti meneruskan ini


sebelum Anda menyesal." Edmund mengangkat tangan
memintanya diam.

"Kalau tahu selera Gwen seperti dirimu, seharusnya aku dari


dulu mendekatinya. Memangnya kenapa kalau aku pemabuk
dan tidak bermoral? Aku bisa kapan pun menyudahi
kebiasaanku. Kau tidak mabuk, tapi sadar mengumpankan
Gwen pada Killian," kata Sigmar lagi, tidak peduli dengan
peringatan Edmund.

"Yang Mulia!" Edmund mengeraskan suaranya.

"Ini rumah saya, sebaiknya Anda bersikap baik. Anda tidak


perlu membuang waktu Anda mengharapkan istri saya
karena saya tidak akan pernah menceraikannya. Anda
dengar? Tidak akan pernah! Nah, sekarang bisa kita kembali
bersikap profesional?" Edmund menangkupkan tangannya
di depan wajahnya.

"Cepat selesaikan apa pun urusanmu itu, Edmund." Sigmar


memutuskan menyerah sementara, kemudian duduk di sofa
terdekat dengan rasa enggan.

Anna Kanina
555
The Duchess Want a Divorce

"Anda memang menyebalkan, saya tidak pernah menyukai


Anda. Tapi ketika Anda datang pada saya dan mengadu soal
Killian, saya mengakui kalau Anda orang baik serta seorang
patriotis yang bisa mengesampingkan ego Anda demi
mencegah kejahatan dan berbuat benar," Edmund mulai
bicara lagi.

"Jangan lupa, aku juga mempertaruhkan nyawaku ketika


melakukannya. Aku membayangkan kalau Killian bisa saja
terbang ke rumahku dan membunuhku. Sungguh tidak
tenang memikirkan kalau ada orang yang memiliki kekuatan
seperti itu di Teutonia." Sigmar menanggapi ngeri.

"Ya, itu adalah sifat seorang kesatria. Sesuatu yang dimiliki


setiap pemimpin. Saya pernah melihat itu pada diri Anda
ketika kita belajar di akademi militer, sebelum Anda
mengundurkan diri tiba-tiba. Saya selalu tahu kalau Anda
mempunyai potensi." Edmund memuji Sigmar walau hatinya
enggan melakukannya.

"Kita baru saja bertengkar beberapa saat yang lalu, kini Anda
bicara baik tentang saya?" Sigmar merasa tidak nyaman.

"Saya tentu harus meyakinkan diri saya sendiri kalau


keputusan saya ini tidak salah. Saya harus memastikan kalau
Anda memang layak. Atau saya akan merasa bersalah jika
nanti Teutonia hancur," kata Edmund lagi.

Anna Kanina
556
The Duchess Want a Divorce

"Apa maksudnya? Keputusan apa?"

"Saya memutuskan untuk mundur dari perebutan kursi


putra mahkota Teutonia," kata Edmund yakin.

Anna Kanina
557
The Duchess Want a Divorce

Bab 52 - The Ex Husband

Kakinya hanya pernah dibungkus dengan sepatu berbahan


kulit kerbau terbaik yang dibuat oleh tangan pengrajin
terkemuka. Lidahnya terbiasa mengecap hidangan yang
diramu oleh koki kenamaan yang tidak mengizinkan rasanya
terlalu asin atau hambar. Kulitnya hanya pernah
bersentuhan dengan sutra atau tekstil mewah yang dijahit
oleh desainer kerajaan.

Berpisah dari semua itu dan duduk di balik sel penjara bawah
tanah kerajaan Teutonia, Killian kini nyaris tidak beda
dengan gelandangan. Edmund memastikan para penjaga
tidak mengizinkannya mencicipi kemewahan apa pun,
bahkan sekadar menyisir rambut. Kejahatannya sudah
terlalu berat, usahanya melukai Gwen hanya seujung dari
gunung kesalahannya.

Edmund bilang orang mati memang tidak pernah makan


enak apalagi mandi. Bagi duke Rosiatrich, Killian sudah mati,
dan Edmund memastikan akan menjadi algojonya nanti.

Dari semua daftar kejahatan, sihir tidak masuk di dalamnya.


Killian tahu kenapa. Edmund sengaja tidak menyebut soal
sihir karena dia sendiri juga penyihir. Mereka berdua sama-
sama membangkang Dewi Edna. Semua orang yang tahu dan
terlibat seakan kompak kalau sihir memang tidak ada. Segala

Anna Kanina
558
The Duchess Want a Divorce

keajaiban yang pernah ditunjukkan Killian, termasuk


bagaimana Edmund bisa tiba-tiba muncul di kediaman Gwen
kemarin, dianggap tidak pernah terjadi.

Killian ditempatkan di sel tersendiri dengan tangan dirantai


ke dinding. Edmund tahu caranya mengaktifkan sihir. Dia
harus menangkupkan kedua tangannya. Karena itu, Edmund
memastikan agar kedua tangan Killian tidak bisa
bersentuhan.

Seorang penjaga datang sesekali untuk melepaskan salah


satu tangannya dan membiarkannya makan. Dia bahkan
tidak bisa buang air dengan benar. Tangannya yang kotor
terpaksa harus dia gunakan untuk menyuap roti keras ke
mulut.

Edmund benci koruptor dan dia terkenal suka menyiksa


semua pelakunya. Baginya korupsi adalah kejahatan yang
lebih berat ketimbang pembunuhan. Edmund dibenci karena
dia memperjuangkan hukuman mati bagi koruptor di
Teutonia.

Killian tidak henti-hentinya mengutuk dengan mulutnya


sejak hari pertama dia menghuni penjara berbau busuk serta
bersahabat dengan tikus selokan. Dia bersumpah akan
membunuh Edmund jika dia mati dan menjadi arwah

Anna Kanina
559
The Duchess Want a Divorce

gentayangan. Edmund telah menghancurkan hidup dan


segala rencana indahnya.

"Kau terlalu lemah." Sebentuk suara yang serak terdengar di


telinganya. Killian menduga itu adalah Baramut, tapi sisa
kesadarannya meyakini kalau suara mereka berbeda.
"Seharusnya kau benar-benar menyerangnya ketika ada
kesempatan, bukan malah membuat rencana-rencana kecil
seperti bocah yang ingin merayakan ulang tahun. Edmund
jelas lebih cerdas darimu," kata suara itu lagi yang kini
menampakkan sosoknya.

"Siapa kau? Bukan Baramut?"

"Baramut adalah salah satu panglimaku, salah satu yang


terkuat dari kami. Tapi kau tidak bisa menggunakan
kekuatannya dengan baik. Aku tidak menyangka kalau kau
selemah ini," kata makhluk itu lagi. Dia bertubuh kurus dan
setengah ular. Matanya serupa reptil, dan lidah layaknya
kobra menjulur di antara dua belah bibirnya yang tipis.

"Iblis lain?" tanya Killian terkejut.

"Aku Ornlu, dewa mimpi buruk dan ketakutan, pemimpin


para iblis neraka," katanya menyeringai.

Anna Kanina
560
The Duchess Want a Divorce

"Kalau kau bisa melihatku, biasanya karena ajalmu sudah


dekat. Atau aku berusaha membuatmu gila dengan
menghantui mimpimu. Tapi aku ke sini untuk memberimu
kesempatan lain." Ornlu mendesis.

"Biarkan aku ... biarkan aku menghancurkan duke angkuh


itu," kata Killian geram.

"Memang itu yang akan kau lakukan. Sekarang, coba panggil


lagi kekuatan Baramut." Ornlu menjentikkan jarinya dan
membuat rantai di tangan Duke paruh baya itu terlepas.

Killian menghela napasnya gugup, dia mengabaikan segala


rasa nyeri dan pegal yang menjalar di tangannya. Dia
merapatkan kedua telapak tangannya dan mengheningkan
cipta. Semburat cahaya keemasan pun muncul darinya. Iblis
Baramut hadir di hadapannya.

"Manusia, kau membutuhkanku?" kata Baramut dengan


suara sedikit melengking.

"Katakan padanya kalau kau ingin kekuatan terbesar yang


bisa diberikan oleh Baramut. Tapi kau harus ingat, kalau
bayarannya tidak murah." Ornlu menyeringai seraya berbisik
di telinganya.

Anna Kanina
561
The Duchess Want a Divorce

"Berapa nyawa yang harus kubunuh untuk itu?" tanya Killian


tidak sabar.

"Tanyakan langsung pada iblis yang membuat kontrak


denganmu, Killian."

"Berapa?" Killian menengok, menuntut jawaban dari


Baramut.

"Nyawa istri dan anakmu." Baramut tersenyum licik.

"Baiklah, baiklah! Aku akan menyerahkan mereka!" Killian


menyetujui tanpa ragu.

"Itu hanya kalau kau bisa selamat dari ritual ini. Kalau kau
mati karena menggunakan kekuatanku, aku cukup
membawa jiwamu ke neraka," kata Baramut menjelaskan.

"Cepatlah! Aku ingin mengoyak tubuh Edmund dan


membuatnya menderita!"

"Bersiaplah, Killian." Baramut merentangkan tangannya. Dia


membuat tubuh Killian bersimpuh dan meliputinya dengan
cahaya keemasan yang menyilaukan. Ornlu berjaga di sisinya
untuk menyaksikan semuanya.

Anna Kanina
562
The Duchess Want a Divorce

Ornlu menginginkan Edmund. Setiap beberapa ratus tahun


sekali, Ornlu akan memilih manusia-manusia potensial
dengan bakat dan nalar cemerlang. Mereka adalah para raja,
panglima, dan bangsawan berkuasa. Mereka akan
menyebarkan ketakutan di dunia dengan kekuatan Ornlu
untuk mengendurkan pengaruh Dewi Edna di seluruh benua.

Para iblis tidak bisa langsung membuat teror di dunia.


Mereka membutuhkan perantara, yaitu mereka yang
bersedia membuat kontrak dan berbuat jahat di dunia.

Tapi Edmund belum terlihat ingin maksimal menggunakan


kekuatan sihirnya. Dia yang ambisius masih cukup waras
untuk tidak mewujudkan keinginannya dengan kekuatan
sihir. Dia berikrar untuk tidak lagi membunuh dengan sihir.
Dia hanya beberapa kali melakukan teleportasi dengan sihir
ketika dia melakukan pembunuhan berantai atau ketika
menyelamatkan istrinya. Edmund bisa merasakan ketika
jiwanya menggelegak karena menikmati segala
pembunuhan yang melibatkan sihir. Edmund tahu kalau itu
bisa menjadi candu untuknya dan dia tidak mengizinkannya.

Ornlu pun meminta salah satu bawahannya untuk membuat


kontrak dengan Killian. Dia ingin mendesak Edmund sampai
pada batas dia harus menggunakan sihirnya.

Killian hanya umpan yang dia butuhkan. Jiwa yang tidak

Anna Kanina
563
The Duchess Want a Divorce

terlalu berharga walaupun akan cukup nikmat menjadi


santapan para iblis di neraka. Baramut tahu apa yang harus
dia lakukan. Dia akan menciptakan monster.

Cahaya keemasan itu dengan cepat berubah menjadi kabut


hitam yang mengikat udara. Membuat makhluk hidup mana
pun yang melintas merasa sesak. Tidak terkecuali para tikus
dan kucing liar yang kebetulan melintas. Mereka semua
mati. Entah karena kehabisan napas atau ketakutan karena
melihat wujud Killian saat ini.

Lengan gemuknya berubah menjadi besar dan kokoh


layaknya pilar kuil Edna. Kulitnya berganti menjadi sisik
serupa baju zirah yang tidak tertembus belati biasa.
Tubuhnya membesar tidak terbendung dan membuat sel
sempit itu bergetar dan meremukkan teralisnya. Killian
terbebas, tapi dia bukan lagi manusia. Dia kini adalah
pemburu, dengan Edmund sebagai mangsa utamanya.

***

Semua seharusnya sudah sempurna, segala fitnah dan rumor


buruk tentang dia dan Gwen sudah dibantahkan. Seharusnya
tidak ada yang berani menggunjing mereka lagi. Apalagi
setelah ini Teutonia akan kembali ramai dengan berita
perebutan gelar putra mahkota yang dimenangkan oleh
Sigmar.

Anna Kanina
564
The Duchess Want a Divorce

Edmund hanya perlu menyelesaikan dokumen yang dia


perlukan tentang pengunduran dirinya sebagai calon putra
mahkota. Sejak awal dia memang tidak menginginkannya.
Dia merasa Sigmar tidak akan layak dan khawatir akan masa
depan Teutonia. Namun belakangan dia menemukan
kebaikan dari diri Sigmar yang membuatnya pantas
menjabatnya. Selain itu para bangsawan korup tidak lagi
berani menyetir Sigmar karena Killian sudah dipenjara.

Edmund sudah memiliki gelar duke, ditambah lagi dia salah


seorang panglima tinggi kerajaan Teutonia. Menjadi putra
mahkota artinya dia akan lebih sibuk dari biasanya. Edmund
juga sudah merenung kalau menjadi putra mahkota akan
mengancam hubungannya dengan istrinya. Dia tidak
membutuhkan gelar itu.

Dalam proses perebutan gelar ini, dia menjadi terlalu sibuk


dan mengalami serangan politik sana-sini. Dia sadar kalau itu
berpengaruh buruk bagi dirinya dan Gwen. Sebaiknya dia
alihkan semua itu kepada Sigmar. Biar dia yang
mengalaminya. Kalau Sigmar terbukti tidak cukup kuat, dia
bisa mundur kapan saja dan digantikan oleh adiknya,
Raymond.

Edmund sesungguhnya masih cukup kesal dengan perkataan


Sigmar. Tidak banyak orang Teutonia yang berani menegur
dirinya. Sigmar adalah seorang pangeran dan merasa bebas

Anna Kanina
565
The Duchess Want a Divorce

berkata apa saja padanya. Walau Edmund enggan mengakui


bahwa omongan Sigmar membuatnya gelisah. Dia mungkin
memang sudah keterlaluan pada Gwen.

Edmund tidak mengatakan apa-apa pada Gwen selain


memintanya mengerti dan bersabar. Seharusnya dia
menjelaskan rencananya dan membuat Gwen paham.
Seharusnya dia tidak memaksakan semua itu jika dia tidak
bersedia. Edmund tidak berbagi informasi apa pun karena
dia takut Gwen membocorkan dan mengacaukan semuanya.
Padahal seharusnya Edmund lebih percaya pada istrinya
ketimbang berprasangka.

Tapi dia sudah berusaha memperbaiki semuanya. Dia


bahkan mundur dari pencalonan putra mahkota. Dia
berharap semua itu akan menunjukkan keseriusannya untuk
memperbaiki hubungan mereka. Edmund ingin Gwen
menarik ucapannya yang menyakitkan dan tidak lagi berpikir
akan bercerai.

Edmund punya sejuta rencana dalam hidupnya dan nyaris


seluruhnya melibatkan Gwen. Dia sudah susah payah
menyingkirkan kutukannya, musuhnya Killian sudah
ditangkap, dan kini dia berharap bisa memanen kedamaian
dalam hidupnya.

Anna Kanina
566
The Duchess Want a Divorce

Edmund baru saja akan membubuhkan stempel ketika


Ainsley masuk ke ruangannya untuk menyerahkan
tumpukan surat baru. Dia melirik ke arah meja kerja
Edmund.

"Your Grace! Anda mau mundur?" Ainsley terperanjat.


Edmund menahan tangannya dan melihat ke arah
ajudannya.

"Kenapa memangnya?"

"Anda sudah memperjuangkan banyak hal untuk itu,


termasuk tentang duchess dan artikel-artikel mengerikan
itu. Lalu Anda ingin mundur?" Ainsley memastikannya lagi.
"Bukankah semuanya jadi sia-sia? Duchess bahkan kabarnya-
"

"Kenapa dengan Gwen?"

"Her Grace pulang ke rumah orang tuanya dan membawa


seluruh barangnya. Saya pikir Anda berdua sudah-"

"Dia hanya sedikit marah padaku, ini biasa terjadi di antara


suami dan istri. Semua akan baik-baik saja. Aku baru akan
mau menjemputnya. Satu minggu sudah berlalu, seharusnya
dia siap pulang." Edmund akhirnya membubuhkan stempel

Anna Kanina
567
The Duchess Want a Divorce

dan melipatnya, kemudian memasukkannya ke dalam


amplop.

"Antarkan surat ini kepada pimpinan dewan, pastikan dia


membacanya," kata Edmund menyuruh Ainsley.

Lord Capricio dan kroninya mungkin tidak akan suka. Tapi


Edmund sudah bisa menebak, masalah dia dan sihir akan
terbongkar pada suatu waktu. Daripada dia diturunkan
paksa, sebaiknya Edmund mundur lebih dulu. Rakyat tidak
akan bisa menerima kalau raja mereka penyembah iblis.
Walaupun Edmund merasa hanya memanfaatkan kekuatan
Ornlu dan tidak benar-benar menyembahnya, dia tahu itu
tetaplah kesalahan yang sulit dimaafkan.

Ainsley sedikit tersentak ketika jari dingin Edmund


menyentuh tangannya ketika menerima surat itu. Si ajudan
tersenyum pucat yang kentara dipaksa.

"Kau takut dikutuk olehku, Ainsley?" Edmund menyeringai.

"Bu-bukan begitu, Your Grace. Saya ...."

"Pergilah." Edmund melambaikan tangan, mengusirnya.


Dengan gugup Aaron Ainsley bergegas pamit untuk
menyampaikan surat itu.

Anna Kanina
568
The Duchess Want a Divorce

Keterlibatan Edmund dengan sihir bukan lagi rahasia. Terlalu


banyak saksi yang melihatnya muncul tiba-tiba dari udara
kosong untuk menangkap tangan Abigail. Selain itu mereka
juga melihat Edmund menangkap Killian. Tapi seluruh
penghuni Rosiatrich memilih bergunjing diam-diam tanpa
berani mengonfirmasi.

Suatu saat nanti negara akan mengetahuinya dan menanyai


Edmund soal ini. Dia mungkin perlu pergi dari Teutonia
selama beberapa tahun untuk menunggu rumor mereda.
Tidak ada hukum yang bisa menjeratnya. Bahkan untuk
menuduhnya sebagai pembunuh berantai pun mereka perlu
memiliki bukti yang logis. Edmund yakin mereka tidak akan
menemukannya karena dia bisa berpindah tempat dengan
teleportasi sihir.

Edmund melihat ke luar jendela. Hari masih baru beranjak


siang dan cukup mendung karena habis turun salju. Dia
mungkin belum terlambat mengajak Gwen makan siang di
restoran favoritnya.

***

Edmund tersenyum di sepanjang perjalanan dalam kereta


kuda. Tangannya membawa buket bunga Hydrangea ungu
kesukaan istrinya. Banyak yang bilang kalau hadiah bunga
adalah bentuk kemalasan dari si pria karena tidak tahu harus

Anna Kanina
569
The Duchess Want a Divorce

memberi hadiah apa untuk kekasih mereka. Tapi menurut


Edmund, itu adalah pilihan terbaik, dia tahu kalau Gwen
menyukai bunga Hydrangea dan Edmund mendapatkannya
dengan kekuatan sihir. Sekarang musim dingin dan tidak ada
bunga yang mekar. Tidak ada hadiah apa pun yang bisa
menandinginya.

Edmund tidak menduga apa pun walau dia melihat gerbang


rumah Remian tertutup rapat dan sepi. Biasanya selalu ada
pelayan sibuk di teras atau tukang kebun yang
membersihkan embun membeku di lantai marmer mereka.

Nicolas terlihat duduk di teras rumah seakan menunggu


Edmund.

"Anda sudah menerima pesan saya, Your Grace?" katanya


muram.

Nicolas menyuruhnya untuk mengunjungi rumah Remian


hari ini apa pun kesibukan yang dimiliki sang duke. Katanya
sangat penting. Edmund tidak menduga apa-apa dan
mengira Gwen mungkin ingin menemuinya.

"Nicolas, di mana Her Grace?" tanya Edmund mulai merasa


tidak nyaman dengan situasi ini.

Anna Kanina
570
The Duchess Want a Divorce

"Dia baru saja pergi, Your Grace." Nicolas menundukkan


kepalanya.

"Pergi? Kenapa kau tidak mengawalnya?" Edmund merasa


marah. Nicolas telah mengabaikan tugasnya.

"Beliau memaksaku tinggal, dan saya tidak bisa


menolaknya."

"Karena apa?"

"Her Grace berpesan untuk memberikan surat ini untuk


Anda." Nicolas sedikit gemetar ketika memberikannya. Dia
lalu mundur dan menjauh dari tuannya.

Edmund membuka amplop surat itu dengan gusar. Seperti


biasa, Gwen tidak lupa membubuhkan parfumnya pada surat
itu. Edmund langsung tahu kalau itu benar, Gwen yang
memberikannya.

Dia melihat selembar kertas dengan tulisan tangan Gwen


serta kertas lain yang adalah salinan dokumen perceraian
dari kuil. Kakinya lemas seketika. Dia merasa kehilangan
kekuatan seakan segala harapan meluruh begitu saja dari
jiwanya.

Anna Kanina
571
The Duchess Want a Divorce

Edmund menyadari pandangannya berkabut dan sulit


melihat jelas karena air mulai membendung di pelupuk
matanya. Itu adalah sesuatu yang bahkan tidak pernah dia
tunjukkan ketika hampir mati terbunuh di peperangan.

Dear Edmund,
Maaf, aku pergi. Berbahagialah dan lupakan aku.

Anna Kanina
572
The Duchess Want a Divorce

Bab 53 - The Wicked Witch

Dear Edmund,

Aku tahu kau mungkin tidak menyangka ini, tapi aku merasa
sudah menyerah untuk membuatmu mengerti.

Sejak lama aku diajarkan kalau suami-istri itu partner. Tidak


ada yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang lain. Aku
tahu itu semua terdengar konyol bagimu. Aku pun awalnya
bersedia menerima dirimu dan beradaptasi dengan budaya
keluargamu.

Tapi aku sudah lelah, Ed, aku lelah mencintaimu. Aku tidak
bisa terus bertahan mengharapkan cintamu. Aku juga tidak
bisa menerima segala keputusan egoismu terus.

Aku ingin bahagia sama seperti aku menginginkanmu


bahagia. Aku khawatir akan membuatmu membenciku jika
menjalani terus pernikahan ini. Karena aku mungkin akan
berubah jadi wanita penuntut dan tidak bersyukur.

Aku tidak ingin menjadi bebanmu, Ed. Maaf karena aku telah
memaksakan perasaanku padamu. Maaf kalau aku tidak
pernah bisa menjadi istri yang baik bagimu.

Anna Kanina
573
The Duchess Want a Divorce

Kau tidak perlu cemas, aku akan bilang pada semua orang
kalau aku yang jahat dan pembangkang. Tidak akan ada
yang menyalahkanmu atas perceraian ini.

Aku akan mengejar mimpiku yang lain di Arbavia. Mungkin


sama seperti dirimu, aku pun akan menemukan seseorang
yang bisa mengerti dan menerima diriku.

Walaupun hanya sesaat, terima kasih telah pernah menjadi


suamiku, Ed. Menjadi istrimu adalah salah satu masa-masa
yang menyenangkan walaupun kadang berat untuk kujalani.

Maaf karena tidak cukup kuat untuk menghadapi semua ini,


Ed.

Berbahagialah, dan lupakan aku.

***

Ini salah. Ini tidak seharusnya terjadi. Edmund duduk tepekur


dengan tatapan mata kosong di teras rumah Remian. Para
pelayan dan staf di sana berpura-pura tidak melihat dan
menyibukkan diri mereka sendiri.

Hanya Nicolas yang duduk di sebelahnya dan menepuk


pundaknya menunjukkan simpati. Edmund butuh seseorang
untuk menguatkannya, tapi dia tidak punya banyak teman

Anna Kanina
574
The Duchess Want a Divorce

dekat. Keluarganya pun tidak terlalu akrab dengannya.


Nicolas mengabaikan statusnya yang kesatria dan nekat
berperan layaknya teman. Dia merasa sang duke akan
kehilangan nalar jika tidak ada orang yang menguatkannya.

Edmund masih mencoba mencerna semuanya. Mereka tidak


mungkin bercerai. Sesekali pundaknya gemetar mengingat
setiap baris kalimat perpisahan di surat Gwen. Dia bahkan
tidak berusaha menutupi air mata yang mengalir turun dari
pelupuknya. Dia membutuhkannya untuk melarutkan
kesedihan yang menyesakkan.

Edmund selalu berpikir kalau Gwen akan terus bersamanya


karena dia tidak akan pernah menceraikannya. Dia
menganggap Gwen tidak bisa meninggalkannya apa pun
yang dia lakukan. Tapi Edmund kalah langkah. Dia tidak tahu
adanya undang-undang lain di mana pasangan bisa
mengajukan cerai ke kuil jika salah satu dari mereka
penyembah iblis.

Gwen meninggalkannya. Benar-benar pergi darinya. Ini


kenyataan, bukan seperti mimpi buruk yang dulu kerap
dialaminya ketika masih dikutuk oleh Viola.

Edmund mungkin tidak lagi bisa melihat senyumnya, apalagi


menyentuhnya atau menikmati parfum yang dia racik sendiri
sesuai aroma favoritnya. Seharusnya ini semua tidak bisa

Anna Kanina
575
The Duchess Want a Divorce

terjadi. Bukankah Gwen berkali-kali mengaku mencintai


Edmund sambil memberikan tatapan memuja?

Bagaimana bisa seseorang yang mengaku cinta bisa


meninggalkan orang yang dicintainya begitu saja? Edmund
hampir tidak pernah mengungkapkan perasaannya, tapi
tidak pernah sekali pun terpikir untuk meninggalkan Gwen.

Apakah Gwen sebenarnya tidak pernah mencintainya? Atau


segala perbuatan Edmund terlalu berat untuk Gwen terima
dan membuat rasa cintanya menguap? Apakah manusia bisa
semudah itu melupakan perasaannya?

Berapa kali pun Edmund mencoba memikirkan alasannya,


dia tidak bisa menemukannya. Apakah yang dilakukan
Edmund sungguh tidak termaafkan sampai Gwen dengan
mudah memutuskan bercerai? Padahal Gwen seharusnya
tahu kalau usaha dia sendiri belum maksimal untuk mencoba
membuat Edmund mengerti.

Edmund memang keras kepala. Tapi yang dilakukan Gwen


mungkin lebih egois dari dirinya. Dia tidak mau berjuang
lebih keras dan menganggap dirinya sebagai satu-satunya
korban.

Edmund mungkin bersalah, tapi itu karena


ketidaktahuannya. Ketimbang memaksa agar Edmund

Anna Kanina
576
The Duchess Want a Divorce

mengerti dan terlalu cepat menyerah, bukankah Gwen


seharusnya berjuang lebih keras?

Edmund ragu kalau Gwen memutuskan ini semua sendirian.


Pasti ada yang membujuknya untuk bercerai. Keluarga
Remian memang tidak terlalu suka pada Edmund dan kerap
mencari-cari alasan untuk memisahkan mereka berdua.
Quentin pasti yang mengusahakan perceraian itu, termasuk
memberikan bukti kalau Edmund adalah penyembah iblis.

Sang duke kecewa dan merasa dikhianati. Dia sadar kalau dia
sudah keterlaluan, tapi dia berusaha memperbaiki
semuanya. Dia sudah bertahan dengan kutukan selama
bertahun-tahun, dan ketika dia mengorbankan segalanya
demi Gwen, wanita itu meninggalkannya.

"Kapan keluarga Remian berangkat?" Edmund akhirnya


bicara setelah merasa hatinya cukup kuat untuk mengatasi
keterkejutannya. Dia kembali menjadi duke yang tenang dan
rasional.

"Sekitar dua jam yang lalu," kata Nicolas.

"Kau sudah tahu soal perceraian ini?" tanyanya dengan mata


memandang ke kakinya.

Anna Kanina
577
The Duchess Want a Divorce

"Ya, saya tahu. Tapi Duchess memintaku bersumpah untuk


tidak mengatakannya pada siapa pun. Maafkan saya, Your
Grace."

"Ini sudah terjadi, aku tidak akan menyalahkanmu. Kalau ini


memang sebuah kesalahan, ini adalah salahku dan dia. Kita
berdua tidak cukup dewasa menjalani hubungan ini," kata
Edmund lagi tanpa melihat Nicolas.

Nicolas merasa yang dikatakan sang duke sudah terlambat.


Mereka sudah telanjur bercerai. Di Teutonia, pasangan yang
telah bercerai tidak mudah untuk rujuk kembali. Ada
serangkaian hukum yang akan menghambat langkah sang
duke. Perceraian sama kuatnya dengan pernikahan.
Teutonia tidak pernah menganggap kalau ikatan pernikahan
adalah permainan.

"Mereka mungkin masih di dermaga, ke mana tujuan


mereka?" Edmund mengangkat kepalanya.

"Ya, Your Grace, mereka akan ke Arbavia," kata Nicolas.

"Tidak akan sempat, kapal mereka sudah berlayar ketika


Anda tiba di dermaga. Lagi pula Duchess sudah telanjur
menceraikan Anda. Seandainya saya tahu kalau
kunjungannya kemarin di kuil untuk mengurus perceraian,

Anna Kanina
578
The Duchess Want a Divorce

saya mungkin akan berusaha mencegahnya." Nicolas


mengaku penuh sesal.

"Aku tahu, setidaknya aku ingin membuat dia paham


alasanku, dan seandainya harus berpisah, aku ingin berpisah
tanpa kesalahpahaman," kata Edmund lagi yang merasa
sedang menghunjam jantungnya sendiri dengan kata-kata.

"Tapi seperti kata saya, tidak akan sempat. Lady Gwendolyn


memastikan Anda menerima surat itu ketika dia sudah
berlayar," kata Nicolas lagi.

"Kau memanggilnya Lady Gwendolyn, bukan lagi duchess."


Edmund menegur.

"Maaf, Your Grace, tapi saya merasa sulit untuk


memanggilnya duchess lagi."

"Suruh kusir menyiapkan kereta kuda, Nicolas." Edmund


bangkit dari duduknya dan memilih bersikap dewasa. Dia
bukan remaja patah hati. Dia seorang duke dan akan
menyelesaikan masalahnya sebagai orang dewasa, artinya
dia tidak akan mengasihani diri sendiri atau berlarut dalam
kesedihan.

"Apakah Anda akan menyusul ke dermaga?"

Anna Kanina
579
The Duchess Want a Divorce

"Tidak, maksudku adalah bawa kereta itu pulang ke mansion.


Aku akan menyusul Duchess." Edmund menanggapi tenang.

"Bagaimana caranya, Sir? Anda berjalan kaki atau mungkin


mau naik kuda yang lebih cepat?" Nicolas berusaha
menebak.

Edmund melepas sarung tangan kulitnya dan membuat


tangannya saling menggenggam. Tidak lama, Nicolas
terperangah melihat tangan sang duke seakan terbakar oleh
api kemerahan.

"Tidak usah terlalu terkejut, Nicolas. Bukankah kalian sudah


lama menerkanya? Kuil Edna menyetujui perceraian kami
karena mereka menganggapku penyembah iblis, kan? Itu
tidak sepenuhnya benar. Aku hanya memanfaatkan iblis itu
sehingga bisa menggunakan sihir." Edmund menjelaskan
tenang.

"Sekarang pulanglah dan sampaikan kepada para pelayan


untuk menyiapkan kamar tidur Duchess. Aku akan
menjemputnya pulang," kata Edmund dingin sebelum kabut
hitam menelan dirinya dan menghilang seakan membaur
dengan salju yang mulai menitik turun ke bumi.

***

Anna Kanina
580
The Duchess Want a Divorce

"Tidak perlu khawatir, peramal cuaca bilang tidak akan ada


badai dalam waktu dekat. Hanya saja perjalanan akan terasa
membeku. Kami sudah pastikan membawa berton-ton kayu
kering untuk dibakar di perapian selama perjalanan. Yang
perlu kita semua waspadai hanya jangan sampai terpeleset
ke laut, karena ketika tubuhmu mengambang, kau akan
berubah menjadi sebongkah es batu raksasa. Pelampung
tidak akan banyak membantu." Harvey menjelaskan.

"Apakah kapal ini juga memiliki pemecah es? Kudengar kita


akan melewati pecahan lempeng es raksasa dari kutub
sebelum bisa menuju Arbavia." Gwen memastikan.

"Tidak, tidak perlu. Kita akan mengikuti para paus," ujar


Harvey.

"Para paus?"

"Ya, paus biru lebih tepatnya. Mereka sangat besar dan


kerap berenang di sekitar lempeng es kutub itu. Kita akan
melewati jalur yang dipecahkan oleh mereka." Harvey
menjelaskan lagi.

"Aku tidak tahu kalau itu bisa dilakukan. Apakah kita bisa
bertemu dengan mereka?" Gwen merasa takjub mendengar
paus biru berenang di dekat Arbavia.

Anna Kanina
581
The Duchess Want a Divorce

"Gwen." Quentin datang menghentikan percakapan mereka.


Saat ini Harvey dan rombongannya, serta Gwen dan
ayahnya-yang sudah berbaring di kabin nyamannya-telah
menaiki kapal yang akan membawa mereka ke Arbavia.
Quentin tentunya tidak ikut karena dia kesatria Teutonia.
Seluruh pekerjaan dan kehidupannya ada di Teutonia. Dia
hanya mendoakan kebahagiaan dan petualangan yang seru
bagi ayah, ibu, dan adiknya.

Quentin punya petualangannya sendiri di Teutonia. Dia dan


beberapa kesatria kerajaan serta kuil Edna sedang
mengumpulkan semua literatur berumur ribuan tahun yang
mungkin mereka perlukan untuk menghadapi sihir. Mereka
tahu kalau sejak lama sihir memang ada. Tapi biasanya
mereka hanya menghadapi tukang tenung atau kerasukan
yang bisa diatasi dengan siraman air suci dari kuil Edna.
Namun kini orang-orang penting Teutonia terlibat oleh sihir.
Awalnya hanya Edmund, kemudian Killian. Dua-duanya
adalah duke yang kekuasaannya hanya setingkat di bawah
raja.

"Kapal akan berangkat sebentar lagi, kau akan baik-baik


saja?" Quentin memastikan.

"Entahlah, aku masih merasa seharusnya tidak pergi begitu


saja," kata Gwen lagi.

Anna Kanina
582
The Duchess Want a Divorce

"Dia bisa dengan mudah memengaruhimu, Gwen. Kau masih


punya perasaan terhadapnya. Kesempatan seperti ini
mungkin tidak akan datang lagi. Perceraian ini adalah
pertama kalinya kau bersikap rasional sejak kau jatuh cinta
padanya selama belasan tahun. Kau harus sadar kalau dia
bukan pria yang tepat buatmu. Apalagi dia itu penyihir."
Quentin tidak setuju.

"Jadi itu pendapatmu, Quentin? Aku sudah mengira kalau


Gwen tidak mungkin membuat keputusan itu seorang diri."
Edmund ikut campur dalam pembicaraan mereka. Dia
muncul layaknya hantu dan tiba-tiba terlihat duduk di dek
kapal bersama mereka.

"Edmund?" seru Gwen kaget.

"Edmund, Anda seharusnya tidak sempat mengejar kami.


Bagaimana bisa?" Quentin mengernyitkan dahi.

"Seperti katamu, aku itu penyihir." Edmund tersenyum.

"Kau dengar, kan, katanya? Dia benar seorang penyembah


iblis. Tindakanmu sudah benar." Quentin menegaskan
sambil melihat mata adiknya.

Orang mulai berkerumun karena penasaran. Mayoritas isi


kapal tidak tahu kalau pasangan tersohor itu sudah bercerai.

Anna Kanina
583
The Duchess Want a Divorce

Harvey dan asistennya memilih menjauh dan mengawasi


saja. Itu semua bukan urusannya. Dia hanya berperan
sebagai sponsor untuk pekerjaan baru Gwen di Arbavia.
Gadis itu telah tegas menolak untuk menikah, tidak dengan
dirinya atau pria lain yang merasa layak untuknya.

"Aku ingin bicara berdua saja dengan Gwen. Bisakah kalian


semua pergi?" kata Edmund.

"Aku tidak bisa membiarkan ada orang berbahaya di dekat


adikku. Saya meminta Anda pergi, Your Grace." Quentin
menunjukkan sebilah pedang perak di pinggangnya yang
gagangnya diikat dengan semacam tasbih bermata mutiara.
Itu terlihat seperti perhiasan, tapi Edmund menyadarinya.

"Pedang yang disucikan di kuil serta tasbih kesatria suci.


Quentin, kau mau menjadi pemburu iblis?" Edmund tertawa
kecil.

"Seseorang harus melakukannya, karena ada orang-orang


seperti Anda dan Killian." Quentin enggan terpengaruh sikap
meremehkan dari sang duke dan memilih tetap berwaspada.

"Tidak perlu seperti itu padaku, Quentin. Aku mungkin bisa


sihir, tapi aku bukan orang jahat," ujar Edmund meminta
Quentin sedikit rileks.

Anna Kanina
584
The Duchess Want a Divorce

"Para pendeta Edna bilang semua penyihir itu jahat."

"Kadangkala, hakim mengampuni seseorang yang terpaksa


membunuh dan mencuri karena kelaparan atau terancam
nyawanya." Edmund memberi tahu.

"Apa hubungannya dengan ini semua?"

"Sudah kubilang, Ed bukan orang jahat." Gwen menengahi


mereka berdua.

"Aku menjadi penyihir karena harus bertahan hidup."

"Apa maksudnya?" Quentin masih berwaspada.

"Ini tidak ada hubungannya denganmu, Quentin. Aku ingin


bicara dengan istriku. Karena ini semua tentang dirinya."

"Aku akan memberikan kalian waktu." Quentin


menyarungkan kembali pedangnya dan berjalan menjauh.

"Tapi aku akan mengawasimu, Your Grace," kata Quentin


lagi.

Quentin menyerah dan berjalan menjauh sambil


mengangkat bahun. Dia bergabung bersama Harvey dengan
mata tetap mengawasi mereka.

Anna Kanina
585
The Duchess Want a Divorce

"Ed, kenapa kau menyusulku? Aku sudah menjelaskan


semuanya di dalam suratku. Aku harus pergi, Ed," kata Gwen
merasa menyesal.

"Tapi aku merasa perlu menjelaskan semuanya kepadamu.


Atau aku akan menyesalinya. Mungkin setelah
mendengarnya, kau bersedia membatalkan perceraian itu,"
tatapan mata Edmund berubah lembut dan menggenggam
tangannya.

"Dengar baik-baik, Gwen. Aku ingin kau tahu kalau aku


mencintaimu dan aku menyesali semua perbuatan egoisku
kepadamu. Aku paham kalau caraku berkomunikasi buruk
dan demi Edna aku berjanji itu tidak akan terulang lagi.
Walaupun aku seorang penyihir dan menerima kekuatan ini
dari iblis, aku memastikan tidak akan pernah melukaimu."
Edmund berbisik serius di dekat telinga Gwen, memastikan
Gwen mendengar semuanya.

"Benarkah itu, Ed?"

"Ya, aku bersumpah demi Dewi Edna." Edmund mengangguk


serius. "Karena itu, pulanglah bersamaku. Aku akan mencari
cara untuk membatalkan perceraian itu." Edmund meremas
tangan Gwen yang terasa dingin untuk berbagi
keteguhannya.

Anna Kanina
586
The Duchess Want a Divorce

Gwen menggigit bibirnya dan melihat mata Edmund ragu.


Dia tahu kalau Edmund mungkin tidak berbohong. Gwen bisa
merasakan kejujurannya. Tapi ada perasaan lain dari diri
Gwen yang terus berteriak untuk menjauh darinya.

"Gwen?" Edmund menegur, memecah kesunyian antara


mereka berdua.

"Tidak bisa, Ed, aku tidak bisa kembali padamu." Gwen


menggeleng.

"Apa? Kenapa?" Edmund merasa untuk kesekian kalinya


jantungnya teriris hari ini.

"Karena aku sudah membuat keputusan. Kalau kau benar


mencintaiku, maka kau harus merelakanku, Ed." Mata Gwen
berkaca-kaca ketika mengatakannya.

"Kapten! Kapten! Jalankan kapalnya!"

Edmund tidak sempat mempertanyakan kembali keputusan


Gwen karena keributan terjadi di dermaga. Para kelasi
berbondong-bondong naik ke kapal. Quentin berlari ke pagar
untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dia seharusnya tidak
naik kapal itu.

Anna Kanina
587
The Duchess Want a Divorce

Sesosok monster raksasa mirip naga bersisik hitam dan


berjalan seperti manusia terlihat melangkah tidak tentu
arah. Dia sengaja menabrak semua hal yang
menghalanginya, tidak terkecuali manusia yang tidak tahu
apa-apa dan sedang sial berdiri di jalurnya.

"Baramut! Itu Baramut! Dia iblis berwujud naga yang dulu


pernah menjadi peliharaan raja Zalim dari Zabinroute!"
Harvey berseru. Dia tahu nama makhluk itu dari katalog kuno
makhluk mitologi yang dipelajarinya belakangan ini.

"Itu bukan Baramut." Edmund menanggapi. Dia berlari


hendak meninggalkan kapal. Bayangan hitam membantunya
melompat tinggi sebelum menjejakkan kakinya keras ke
dermaga yang mulai ditinggalkan manusia.

"Tidak aman berlayar untuk saat ini. Bawa Gwen dan


ayahmu ke kuil Edna terdekat! Jaga mereka dengan
nyawamu!" Edmund berseru pada Quentin sebelum
menghadapi sang monster.

Edmund, Edmund Rosiatrich sialan. Kau akan mati di sini,


kata monster itu dengan suara batinnya.

"Duke Alderbranch, apakah kau menikmati tinggal di


penjara?" ledek Edmund pongah. Dia menarik pedang
hitamnya dan bersiap melawannya.

Anna Kanina
588
The Duchess Want a Divorce

Naga hitam itu melompat dan berniat mengoyak isi perut


Edmund. Pedang Edmund membentur sisik ekornya dan
dentingan keras terdengar seakan sisik itu tercipta dari baju
zirah baja para kesatria.

Anna Kanina
589
The Duchess Want a Divorce

Bab 54 - The Monster and The Duke

Sepintas makhluk itu serupa naga, hewan mitologi


penyembur api yang ganas dan menjadi objek ketakutan di
banyak dongeng anak-anak. Tapi makhluk yang ini tidak
sedang menawan putri mana pun di kastil dan menantang
kesatria yang berusaha menyelamatkannya. Dia adalah
mesin pembunuh dan tidak akan bersedia berdiam di
menara kastil sambil menyemburkan napas api dari jauh
layaknya pengecut.

Harvey memanggilnya Baramut. Edmund juga bilang kalau


itu adalah jelmaan Duke Killian, tapi mereka semua tidak
punya waktu untuk membuktikan perkataannya. Karena
mereka semua sibuk menjauh dari cakar tajam sang monster
yang menimbulkan gempa kecil setiap kali si monster
mengayunkannya.

Baramut atau Killian, yang jelas makhluk itu berbahaya. Para


penjaga keamanan mematuhi perintah duke Rosiatrich
untuk membawa semua orang sipil menjauh dari dermaga.
Walau sebenarnya mereka tidak perlu memaksa warga
menyingkir. Para manusia berlarian panik berusaha menjauh
dari monster itu. Kapal-kapal dikosongkan karena entah
bagaimana angin berubah tenang. Mereka ragu bisa cepat
berlayar menjauh dari dermaga dan memutuskan

Anna Kanina
590
The Duchess Want a Divorce

meninggalkan kapal dan berpencar tanpa membawa barang


bawaan mereka.

"Aku harus pergi," kata Quentin setelah memastikan ayah


dan adiknya aman di bawah altar kuil Edna yang biasa
digunakan para pelaut untuk berdoa sebelum berlayar. Ada
kabin bawah tanah di sana yang biasanya tidak diketahui
banyak orang selain para pendeta. Quentin baru-baru ini
menjadi tamu tetap kuil Edna dan dia mengetahui banyak
rahasianya.

Walaupun pengap dan sedikit berdebu, seharusnya monster


itu tidak akan terpikir untuk menggali sampai ke bawah sana.
Kalau dia makan manusia, dia punya banyak stok makanan.
Karena secepat apa pun kaki manusia berlari, Baramut bisa
menangkap mereka.

"Hati-hati, Quentin, biarkan para kesatria lain yang


menanganinya. Mereka lebih membutuhkan otakmu."
Marquis Remian berpesan. Dia terbangun karena keributan
di luar kabin dan dipaksa masuk ke ruang bawah tanah dalam
keadaan masih belum sepenuhnya segar.

Dia memeluk Gwen yang tampak cemas dengan bibir


gemetar. Gwen tidak pernah serius memikirkan sihir. Dalam
benaknya dia menganggap sihir itu seperti kutukan atau
ramuan cinta dan sejenisnya. Tidak ada yang pernah bilang

Anna Kanina
591
The Duchess Want a Divorce

kalau monster seperti naga itu eksis di dunianya. Dia hanya


pernah membacanya di buku-buku legenda.

"Aku tahu." Quentin mengiakan walau tangan kanannya


bersiap memegang gagang pedangnya. Dia tidak bisa
bersikap pengecut. Kesatria tetaplah seorang kesatria,
setinggi apa pun gelar kebangsawanan mereka. Edmund
sendiri selalu berperang di garis depan walaupun dia tetap
terlibat sebagai ahli strategi. Gelar tidak terlalu berarti dalam
pertempuran. Dia mungkin bisa menyebut gelarnya agar
ditempatkan di barisan teraman, tapi dia akan pulang
dengan rasa malu.

Menjadi kesatria adalah pilihan hidupnya, artinya dia sudah


bersiap kalau nyawanya mungkin terenggut dalam
pertempuran. Namun Quentin enggan bersikap sok jagoan.
Setiap hentakan pedangnya dan bidikan panahnya harus
diperhitungkan. Dia tidak mau asal menyerang tanpa
rencana.

Quentin menuju salah satu sudut bangunan kokoh tempat


beberapa pedagang menjual suvenir dan pajangan ikan
marlin. Di sana dia melihat Harvey, pangeran yang jelas
bukan petarung. Tapi dia bukan pengecut. Dia menunggu
Quentin sambil memegang sebilah belati yang tentunya
tidak mempan mengiris selembar pun sisik Baramut.

Anna Kanina
592
The Duchess Want a Divorce

Beberapa kesatria Teutonia berjaga di dekatnya sementara


naga itu mengamuk saling berkejaran dengan Edmund.

"Jadi bagaimana?" Quentin bertanya.

"Semua warga sipil sudah aman?" tanya Harvey.

"Ya, monster itu fokus hanya pada Edmund sehingga


evakuasi cukup berhasil. Tapi kita tidak bisa membiarkan
makhluk itu mengamuk terus. Dia harus dibunuh," kata
Quentin.

Walau sedari tadi si naga hanya mengejar Edmund yang


melompat-lompat ringan di udara sambil sesekali
melontarkan tebasan dengan pedangnya, tubuhnya yang
besar membuat kerusakan masif. Siapa pun bisa terkena
reruntuhan dan tewas karenanya.

Edmund terlihat membawa si monster menjauh dari area


ramai dan menggiringnya ke tanah lapang. Quentin
menyaksikan ketika sang duke muda melompat tinggi
kemudian menghilang di udara kosong berganti dengan
percikan kabut kelabu. Lalu dia muncul kembali di dekat
kepala Baramut, berusaha menusuk matanya. Quentin pun
akhirnya tahu bagaimana sang duke bisa berpindah tempat
dengan cepat ketika dia membunuh para korbannya.

Anna Kanina
593
The Duchess Want a Divorce

Sayangnya Quentin sama sekali tidak bisa memasukkan itu


dalam barang bukti. Dia bisa sihir dan bisa melakukan
teleportasi seperti para orang sakti dalam legenda. Lalu apa?
Tidak ada yang bisa membuktikan kelogisan ceritanya. Tidak
ada hukum yang bisa menjeratnya. Kecuali kalau para dewan
membuat undang-undang baru. Tapi duke Rosiatrich adalah
pemegang hak veto. Dia bisa menganulir undang-undang
baru itu kapan saja.

Saat ini fokus utama mereka adalah menyingkirkan Baramut.


Demi keamanan negara. Bersekutu dengan penyihir pun dia
akan lakukan.

"Aku sudah berusaha mengingat semua legenda tentang


Baramut, ada satu cerita di mana dia dikalahkan." Harvey
berkisah dengan posisi setengah berjongkok dan melindungi
kepalanya dari reruntuhan.

"Bagaimana?" Quentin bersuara agak keras untuk meredam


kebisingan di sekitarnya.

"Monster itu mati tenggelam. Kita sedang berada di


dermaga. Kita perlu menahannya selama mungkin di bawah
air." Harvey melanjutkan.

"Bagaimana caranya? Bahkan menenggelamkan seekor


banteng mengamuk saja mungkin membutuhkan lusinan

Anna Kanina
594
The Duchess Want a Divorce

prajurit terlatih." Quentin berpikir, memaksa otaknya


berputar lebih cepat.

"Aku tidak tahu! Kau pemimpinnya di sini! Lihatlah, semua


kesatria itu menunggumu." Harvey berbisik keras.

Segala keriuhan itu telah mengundang banyak kesatria ke


dermaga. Walaupun bukan kekuatan penuh Teutonia,
mereka berharap bisa melakukan sesuatu. Edmund terdesak
dan walaupun dia bilang kalau monster itu jelmaan Baramut,
orang sulit percaya karena Killian adalah pria tua yang gemuk
dan berjalan sedikit jauh saja membuat napasnya terengah.
Tapi monster itu sangat gesit. Lambaian ekornya saja sudah
membunuh lusinan orang. Cakarnya merusak beton dengan
mudah. Dia bahkan belum menyemburkan api walaupun
Quentin bisa merasakan hawa panas yang keluar dari lubang
hidungnya yang besar.

"Baiklah, lalu apa kata legenda tentang Baramut? Apa


kelemahannya?"

"Dia tenggelam ketika kakinya terjerat akar tanaman bawah


air."

"Kalau begitu kakinya, kita harus menahan kakinya." Quentin


tidak punya strategi apa pun selain mengikuti legenda yang

Anna Kanina
595
The Duchess Want a Divorce

diketahui. Walaupun dia yang awam mengerti kalau


kebenaran dari sebuah legenda tidak sampai setengahnya.

"Kita harus memberi tahu Edmund soal ini." Quentin


berfokus dan membenahi sepatunya. Hatinya menyanyikan
kidung pada Dewi Edna untuk menguatkan diri dan
mengharapkan bantuan. Dia sebentar lagi akan menikah dan
tidak mau membuat Lady Miraila berduka setelah bersedia
membuatnya menunggu bertahun-tahun.

"Bawa beberapa kesatria bersamamu!"

"Tidak, itu terlalu mencolok perhatian. Aku akan mendekati


mereka diam-diam," Quentin pun berlari meninggalkan toko
suvenir yang aman menuju bahaya.

***

Edmund masih berusaha memahami Killian. Walaupun


wujudnya saat ini tidak beradab dan terkesan sebagai
makhluk tidak berakal-menyerang karena naluri hewani-dia
tahu kalau tubuhnya dikendalikan nalar manusia yang
cerdas.

Killian memang tidak sepandai Edmund. Namun dia pernah


berperang di masa mudanya. Kabarnya dia sempat
berperang di garis depan. Artinya dia bukan pengecut

Anna Kanina
596
The Duchess Want a Divorce

apalagi dalam wujud seekor monster raksasa yang tidak


punya tandingan. Termasuk Edmund, yang merasa segala
keahlian pedangnya seolah tumpul. Padahal dia yakin kalau
pedangnya sangat tajam dan pemberian Ornlu. Tapi dia tidak
bisa menggores apa pun. Edmund kelelahan dan merasa
yang dilakukannya sia-sia.

Dari sudut matanya, Edmund tiba-tiba melihat Quentin yang


diam-diam memanjat tiang kapal terbesar dekat lokasi
Baramut alias Killian berada. Dia berdiri di puncaknya dan
mengayunkan pedang seakan memberitahukan
keberadaannya. Setelah Edmund dan Quentin melakukan
kontak mata, Quentin menempelkan jarinya di bibir
memintanya agar tidak membiarkan Baramut tahu.

Apa rencanamu? Quentin tersentak mendengar Edmund


bicara ke dalam benaknya.

Satu-satunya cara untuk mengalahkan Baramut adalah


menenggelamkannya. Harvey memberitahuku. Kita harus
menjerat kakinya dengan sesuatu dan menahannya cukup
lama di dalam air.

Edmund masih sibuk mengalihkan perhatian Killian. Namun


fokusnya terganggu karena kehadiran Quentin. Ekor si naga
menyentak dan memukul punggungnya. Dia jatuh menabrak
menara jam bekas mercusuar karenanya. Edmund langsung

Anna Kanina
597
The Duchess Want a Divorce

bangkit dan dengan sedikit sempoyongan berusaha berlari


lagi. Namun cakar dari Killian yang besar menahan
sepatunya-lebih tepatnya hampir seluruh betisnya.

Melihat Edmund terdesak, Quentin menarik tali busurnya


dan membidik mata sang monster. Dengan rasa berdebar
bercampur takut dia melepaskannya. Panahnya meleset dan
menancap pada hidung. Dia meraung hebat karena walau
tidak terlihat fatal, panah itu mungkin memiliki racun yang
sanggup menyakitkan.

Edmund berhasil melepaskan diri dan melakukan


teleportasi. Dia muncul di sebelah Quentin setelah berhasil
menyimpulkan sesuatu. Quentin belum lama menjadi
kesatria suci dan memegang segala artefak kuil Edna.
Senjatanya ternyata sanggup melukai Killian karena telah
disucikan oleh para pendeta Edna.

"Para kesatria suci bisa melukainya. Ada berapa anak panah


yang kau miliki?"

"Lebih dari selusin," sahut Quentin gugup.

"Bidik dia terus, terutama matanya."

"Susah kalau dia bergerak terus, tapi aku akan mencobanya."


Quentin mengangguk dan membidikkan anak panahnya

Anna Kanina
598
The Duchess Want a Divorce

yang berharga sekali lagi. Kali ini Quentin berhasil


menggores kelopak matanya.

"Sekali lagi! Usahakan bidik matanya." Edmund memerintah.


"Dari tadi aku juga mengincarnya!"

Quentin akhirnya sukses menancapkan panah suci itu ke


bola matanya yang besar dan keemasan. Kali ini raungannya
lebih pedih layaknya gema lolongan hewan liar di
pegunungan yang hutannya terbakar. Edmund menepuk
pundak Quentin.

"Sekarang kembalilah ke kuil, bawa sebanyak-banyaknya


senjata dan air suci dari kuil Edna. Bawa juga para kesatria.
Kita akan berburu." Setelah Edmund mengatakannya,
Quentin menghilang. Tubuhnya dipindahkan secara gaib
oleh Edmund.

Edmund berpikir melukai matanya bisa memberikan waktu


bagi Quentin untuk mengumpulkan orang. Edmund
melompat lagi dan menghadapi monster yang terluka itu.
Jelas kalau senjata Edmund tidak bisa melukainya karena
mereka berdua sama-sama menerima kekuatan dari iblis.

Walaupun matanya telah buta sebelah, fisiknya masih


sangat bugar. Edmund hanya perlu menahannya sampai
para kesatria kuil Edna datang. Dia siap untuk bermain kejar-

Anna Kanina
599
The Duchess Want a Divorce

kejaran dengan taruhan nyawa lagi. Tapi dia melihat Killian


tampak memejamkan mata dan tubuh raksasanya diliputi
sinar kehijauan. Ketika dia membuka matanya, Edmund bisa
melihat kedua pupilnya menatap tajam. Luka di matanya
sudah pulih seperti semula.

Quentin dan dirinya mungkin sudah benar-benar


membuatnya marah. Killian dalam wujud naga itu membuka
mulut, memperlihatkan taring tajam dan menyemburkan api
yang panasnya mampu melelehkan baja. Sebuah kapal besar
terbakar seketika dan tenggelam ke dasar laut. Apinya
meluas dan menyambar banyak bangunan berbahan kayu di
sekitar.

Edmund. Sudah cukup main-mainnya. Sekarang aku akan


benar-benar membunuhmu.

Edmund merasa kakinya membeku di tempat. Apa yang


terjadi? Apakah Killian dari tadi hanya bersikap rendah hati
padanya? Dia bisa membekukan kakinya hanya dengan
menatapnya. Edmund lupa, makhluk itu bukan monster buas
biasa. Dia adalah penyihir. Artinya, selain kekuatan sihir, dia
juga punya kekuatan fisik yang besar. Edmund yang sekarang
jelas tidak punya kemampuan untuk menghadapinya.

Anna Kanina
600
The Duchess Want a Divorce

Berhenti bersikap keras kepala, Duke Rosiatrich, kau tahu


cara paling mudah untuk mengalahkannya. Berserahlah dan
terima kekuatanku. Ornlu berbisik ke pikirannya.

Apa dia memintanya berubah seperti Killian? Kalau Killian


berubah menjadi naga, artinya Edmund akan berubah
menjadi monster ular raksasa?

Edmund menggeleng, lalu dia menangkupkan tangannya.


Dia belum mencoba semua cara. Dia tahu, kalau dia
menyerahkan tekadnya dan menerima kekuatan penuh
Ornlu, maka pikirannya akan lebih mudah dikendalikan iblis.
Edmund mungkin akan melepaskan kekuatan Ornlu sedikit
lebih besar dari biasanya.

Kali ini dia berhasil membuat kakinya kembali berjalan dan


mematahkan sihir Killian. Dia pun melepaskan ribuan panah
yang tercipta dari bayangan dan menghujani monster itu.
Killian meraung lagi dan meronta berusaha menerkamnya.
Edmund melirik ke arah lain sembari menahan segala
serangan si monster dan berharap Quentin dan kesatria
lainnya segera tiba.

***

"Kenapa? Apa yang terjadi?" Marquis Archibald bertanya


cemas pada para pendeta.

Anna Kanina
601
The Duchess Want a Divorce

"Putra Anda kembali bersama para kesatria dan membawa


banyak persediaan air suci kami yang katanya akan mereka
gunakan untuk melawan monster itu." Si pendeta menjawab
damai.

"Kenapa dia bisa kembali secepat itu?"

"Dia bilang duke Rosiatrich mengirimnya seperti merpati


pos. Saya juga kurang paham maksudnya," kata si pendeta
lagi santun.

"Dan mereka pergi lagi?" Gwen ikut bertanya.

"Ya, mereka semua sangat terburu-buru. Mereka membawa


semua artefak suci kuil. Sayangnya, kuil Edna di dermaga
tidak cukup besar. Seharusnya mereka bisa mendapatkan
suplai lebih banyak dari kuil utama," tanggap si pendeta.

Gwen dan ayahnya memutuskan untuk keluar dari ruang


bawah tanah karena mendengar suara Quentin. Tapi
kakaknya bahkan tidak sempat menegur mereka karena
terburu-buru. Gwen melihat kuil Edna tidak terlalu penuh.
Ada banyak warga sipil berlindung di sana.

Gwen melihat ke sekeliling dan menemukan sesuatu yang


menarik perhatiannya, sesuatu yang berkilau tergeletak di

Anna Kanina
602
The Duchess Want a Divorce

bawah meja persembahan. Itu adalah sesuatu yang sangat


familier karena Quentin sering bercerita tentang benda itu.

"Quentin melupakan tasbih sucinya!" Gwen berseru.

"Simpan saja, kita akan berikan nanti," kata ayahnya.

"Ayah tidak mengerti, tanpa ini Quentin tidak akan cukup


kuat melawan monster itu. Ini harus dipegang oleh semua
kesatria suci. Aku rasa monster itu adalah jelmaan iblis atau
semacamnya. Karena itu, Quentin mengumpulkan semua
artefak sihir di sini." Gwen menjelaskan.

"Sudah terlambat, Quentin mungkin sudah pergi jauh."

"Kita harus memberikannya, aku akan mencari kesatria yang


masih tersisa untuk mengantarkannya." Gwen mengikat
rambut panjangnya dan mengangkat sedikit gaunnya agar
mudah berlari.

"Gwen!"

Gwen mengabaikan panggilan ayahnya. "Aku akan segera


kembali!"

Ketika Gwen tiba di luar kuil, tidak ada kesatria mana pun
yang tersisa. Tasbih milik Quentin bercahaya di tangannya.

Anna Kanina
603
The Duchess Want a Divorce

Dia cemas Quentin akan celaka tanpa benda itu. Gwen


melihat seekor kuda berbulu kelabu dengan sadel di
punggungnya sedang merumput tenang.

Dia tidak terlalu pandai berkuda, tapi dia sudah berhasil


menunggang kuda tanpa terjatuh selama beberapa kali di
Rosiatrich Mansion. Gwen pun merobek sedikit bagian
bawah gaunnya dan menggulungnya sehingga menyerupai
celana panjang. Dia tidak mengenakan baju berkuda
sehingga dia harus berimprovisasi. Gwen menarik napas
sambil berdoa dan menaiki kuda itu dengan hati-hati. Dia
lalu menyentak tali kekang kulit dan membuat si kuda
mengangkat kaki depannya sedikit sebelum berlari kencang
ke arah menara jam, tempat Baramut, Edmund, serta
kakaknya tengah berada.

Anna Kanina
604
The Duchess Want a Divorce

Bab 55 - The Prey and The Hunter

Ini semua di luar kebiasaannya. Jauh melampaui apa yang


pernah Gwen pikirkan. Dia menunggang kuda seorang diri
tanpa ada pengawal yang mengawasinya. Gwen tidak tahu
apa yang merasukinya sampai berani melakukan ini. Dia bisa
saja mengkhayal sebagai Katrina si pemburu Siren yang
dengan gagah berani memimpin kapal perang. Tapi Gwen
sama sekali bukan Katrina.

Gwen tidak pernah menyamar menjadi pria dan menjalani


segala latihan keprajuritan seperti Katrina. Bahu dan
lengannya bahkan terasa sakit hanya karena berusaha tidak
jatuh dari kudanya. Gwen mengagumi keberanian Katrina,
tapi dia enggan turut belajar menombak ikan paus atau
melentingkan tali busur.

Keraguannya membuat Gwen menarik sedikit tali kekang


kuda, memaksa mamalia gagah pemakan rumput itu untuk
berhenti berlari. Namun gerakan Gwen yang canggung
teraba oleh si kuda yang mengetahui keamatirannya. Kuda
itu merasakan kegelisahan Gwen, dan seperti hewan cerdas
pada umumnya, dia mulai gusar.

"Tenanglah, tenang." Gwen berucap gugup karena tidak


tahu nama kuda curiannya itu.

Anna Kanina
605
The Duchess Want a Divorce

Dermaga terlihat lengang padahal satu jam yang lalu tempat


itu ramai oleh warga dengan segala aktivitas. Keheningan itu
membuatnya takut, seakan sesuatu bisa muncul kapan saja
dan menerkamnya. Dia dan kudanya bak sasaran empuk.
Apalagi mereka semua bilang ada monster naga yang
muncul.

Gwen masih membawa tasbih milik Quentin yang aman di


balik bajunya. Apakah ini keputusan yang salah? Quentin
mungkin akan mendapatkan bantuan. Atau dia akan
menangkap monster jelmaan iblis itu tanpa tasbih sucinya.
Bukankah kata pendeta tadi dia pergi terburu-buru dengan
membawa seluruh artefak suci milik kuil?

Quentin memang bilang kalau tasbih itu diberikan oleh


pendeta tinggi di kuil utama dan akan menjadi senjata
andalannya dalam menghadapi penyihir dan para sekutu
iblis. Tapi bukan berarti Quentin akan otomatis berubah
lemah tanpa benda itu. Dia memang tidak setangguh
Edmund, tapi Quentin memiliki teman sesama kesatria yang
saling melindungi.

Hanya saja, Gwen tidak bisa menepis rasa khawatirnya


ketika membayangkan kalau Quentin akan terluka bahkan
tewas. Gwen bisa menyalahkan dirinya seumur hidup karena
urung memberikan tasbih itu kepada Quentin.

Anna Kanina
606
The Duchess Want a Divorce

Gwen masih berdiam di tempatnya ragu, mengalkulasi


keputusan selanjutnya. Dia tidak ingin menjadi beban. Dia
tidak mau membahayakan diri sendiri. Tapi dia harus
memberikannya pada Quentin. Gwen menolehkan kepala
cantiknya ke sekeliling sambil berpikir, sampai sebuah
seruan terdengar di telinganya.

"Your Grace! Anda baik-baik saja?" Itu adalah Rico, kesatria


Rosiatrich yang datang menunggang kuda.

"Sir Rico!" Gwen terdengar lega.

"Sir Quentin mengirim saya ke kuil untuk menjaga Anda dan


ayah Anda, tapi saya tidak menemukan Anda." Rico tidak
bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Dia seakan melihat
Gwen sebagai gadis nakal pembuat onar yang hampir saja
membakar seluruh dermaga.

"Aku akan kembali ke kuil, tapi Anda tolong berikan ini pada
kakakku," kata Gwen sambil memaksa Rico memegang
tasbihnya.

"Saya diminta untuk menjaga Anda." Rico menggeleng.

"Rico, apa benar para kesatria dan Edmund sedang


menghadapi monster jelmaan iblis?"
Rico mengangguk.

Anna Kanina
607
The Duchess Want a Divorce

"Karena itu, Quentin membutuhkannya. Tanpa ini, mungkin


kekuatan suci Edna tidak akan maksimal." Gwen melihat
mata Rico bersungguh-sungguh.

Rico terlihat ragu sejenak. Dia memperhatikan


lingkungannya. Dermaga sangat kosong dan lokasi kuil Edna
hanya beberapa menit jaraknya dengan menunggang kuda.

"Anda yakin bisa sampai di kuil dengan aman?" tanya Rico.

"Ya. Aku bisa, Sir." Gwen mengangguk.

"Beberapa kesatria masih berjaga di kuil Edna bersama ayah


Anda. Kalian akan aman di sana sementara kami berusaha
mengalahkan monster itu." Rico berpesan.

"Saya tidak akan ke mana-mana. Saya tahu yang saya


lakukan berbahaya, karena itu saya berhenti berkuda dan
tidak segera menuju menara jam untuk menemui kakak
saya. Karena saya tahu kalau saya harus menjauhi bahaya."
Gwen menyakinkan Rico sekali lagi.

"Baiklah, Your Grace, tetaplah di kuil sampai semua ini


selesai." Rico mengangguk dan menghentak kudanya untuk
berlari pergi membawa tasbih.

Anna Kanina
608
The Duchess Want a Divorce

Gwen lega melihat punggung Rico semakin menjauh dari


pandangan matanya. Setidaknya Quentin akan menerima
tasbihnya. Kini dia hanya perlu kembali ke kuil dan
bersembunyi di ruang bawah tanah seperti tikus dapur.

Hanya saja Gwen tidak menyadari kalau langit berubah


mendung. Tidak seperti yang dikatakan Harvey, sepertinya
cuaca tidak akan terlalu baik. Gwen meminta kudanya
kembali ke kuil dengan langkah yang tidak terburu. Namun
awan kelabu terlihat semakin gelap dan berat di atas
kepalanya.

Ketika akhirnya kilat menyambar dan terdengar menakutkan


di telinganya, Gwen berteriak. Kudanya tampak panik dan
bergerak gelisah. Entah karena jeritan Gwen atau karena
suara petir, yang jelas Gwen kehilangan keseimbangannya
dan terjatuh ke tanah.

Dia mengaduh karena kakinya sedikit terkilir. Namun masih


bersyukur karena kepalanya tidak terbentur. Hujan mulai
turun, dimulai dari gerimis. Petir menyambar. Dia gemetar
sekaligus kesakitan. Dia takut hujan. Dia trauma akan petir.
Bayangan ketika anjingnya dulu mati karena disengat kilat
mulai berseliweran di benaknya.

Gwen melepas sepatunya dan memaksa berdiri. Bajunya


mulai meneteskan air dan kaki telanjangnya melangkah hati-

Anna Kanina
609
The Duchess Want a Divorce

hati di atas tanah berpasir yang berubah gelap karena hujan.


Bahunya gemetar kedinginan, tapi dia perlu segera mencari
tempat berteduh.

Kudanya lari entah ke mana. Untungnya Gwen bisa melihat


atap kuil Edna di seberangnya. Dia hanya perlu berjalan
sedikit dan dia akan aman.

Namun fokusnya beralih pada pemandangan yang tidak


seharusnya ada. Abigail Mileva muncul tiba-tiba dengan
gaun putih kelabu di hadapannya bagaikan hantu. Itu gaun
penjara dan sudah kuyup karena air hujan. Dia memandang
ke arah Gwen dengan tatapan kosong. Gwen gentar. Dia
bergerak mundur.

Seharusnya dia dipenjara. Seharusnya dia tidak ada di sini.


Seharusnya hari ini cerah dan dia sudah dalam perjalanannya
ke Arbavia. Seharusnya Gwen tidak perlu menyusul Quentin.
Beragam penyesalan berbaris di pikirannya, tapi Gwen tahu
kalau dia harus menjauhi wanita itu.

Alih-alih berlari ke arah kuil, Gwen malah berbalik dan


berjalan ke arah sebaliknya. Dia tidak mau berpapasan
dengan perempuan itu. Tidak tanpa pengawal di dekatnya.
Tidak dengan keadaan hujan deras dan badai petir. Dalam
sekian menit, rasa percaya dirinya menguap.

Anna Kanina
610
The Duchess Want a Divorce

"Your Grace, larilah." Abigail menyusul di belakangnya


sambil berkata serius.

"Saya tidak ingin, saya sudah lelah dengan semua ini. Tapi
Killian membuat saya terus berjalan sejak dia
menghancurkan penjara tadi. Dia mengendalikan tubuh saya
dan yang saya tahu dia menyuruh saya untuk membunuh
Anda." Abigail mengatakannya dengan tatapan lelah dan
senyum yang dipaksa. Dia menertawakan dirinya sendiri dan
nasibnya.

Gwen bisa melihat kaki telanjang Abigail yang berdarah dan


mungkin menyimpan pecahan kerikil tajam di balik kulitnya.
Tapi dia seperti mayat hidup yang dikendalikan. Gwen
berusaha lari dengan kaki kanannya yang terkilir. Dia sangat
takut. Dia akan mati.

Gwen menunduk dan menyempatkan diri mengambil


sebongkah batu yang tampak samar ketika matanya
berusaha menepis aliran hujan yang cukup deras saat ini.
Gwen melemparnya kuat-kuat dan mengenai kepala Abigail.
Darah tampak mengalir dari pelipisnya berbaur dengan
hujan dan segera menghilang.

"Anda harus berusaha lebih keras dari itu untuk membunuh


saya." Abigail tertawa. Dia tidak merasakan apa pun. Seluruh

Anna Kanina
611
The Duchess Want a Divorce

sendi dan sarafnya bertindak dengan sendirinya. Otaknya


tidak lagi punya kuasa.

Abigail sudah memutuskan untuk introspeksi diri di penjara


dan mungkin membela diri sebagai korban ketika
pengadilannya nanti. Namun Killian berubah menjadi naga
dan menghancurkan penjara. Dia membebaskan ratusan
penjahat Teutonia termasuk dirinya.

Hanya saja Killian tidak membiarkannya bebas. Dia


menangkap Abigail hanya dengan menatapnya sambil
mengembuskan napas panas dari hidung reptilnya.
Selesaikan tugasmu, Abigail.

Setelahnya, Abigail tidak lagi punya kendali pada tubuhnya.


Dia hanya tahu kalau dia harus membunuh Gwen, padahal
dia sudah enggan terlibat.

"Kenapa kau begitu membenci saya?" Gwen berseru sambil


berusaha lari.

"Apakah Anda ingin melakukan pembicaraan ini lagi? Ketika


kita berdua akan mati, sebaiknya kita bahas hal-hal yang
menyenangkan, bukan?" sahut Abigail yang berhasil
menangkap tangan Gwen.

Anna Kanina
612
The Duchess Want a Divorce

Gwen meronta dan merasa genggamannya sangat kuat


seperti bukan wanita. Mungkin Abigail berkata jujur. Dia
sedang dikendalikan.

"Coba lawan sihir ini! Menyerah saja, ini tidak mudah."


Abigail menggeleng.

Gwen menggenggam sesuatu dari balik pakaiannya. Sebuah


amulet yang diberikan oleh Quentin. Gwen memukulkannya
pada pelipis Abigail yang terluka. Wanita itu menjerit
kesakitan dan melepaskan cengkeramannya. Setelah
beberapa detik, dia terlihat bingung.

"Aku merasakan sakit, benda apa itu?"

"Ini amulet suci dari kuil untuk menangkal sihir. Anda


dikendalikan oleh sihir iblis. Benda ini seharusnya bisa
menahan Anda." Gwen menjawab dari kejauhan. Dia masih
berusaha menghindari Abigail. Napasnya terengah. Dia
seorang lady yang tidak pernah berolahraga berat. Untuk
sesaat Gwen lupa pada traumanya akan hujan.

"Anda harus lari sejauh-jauhnya dari saya, Your Grace. Saya


tidak tahu apa yang terjadi. Tapi kalau saya mati karena ini,
dan Anda masih hidup, tolong katakan sesuatu yang baik
tentang saya," mohonnya sambil tersenyum duka. Dia

Anna Kanina
613
The Duchess Want a Divorce

melihat sendiri kukunya memanjang dan runcing serupa


cakar hewan buas tanpa dia bisa mencegahnya.

Anna Kanina
614
The Duchess Want a Divorce

Bab 56 - The Tale of Demon

"Hujan." Edmund menggumam ke arah langit dengan mata


menyipit. Sejenak dia abai dengan lusinan kesatria yang
mencoba menahan monster naga yang tampak masih
menyimpan segunung energi tiada habisnya.

Reptil raksasa itu memberontak tatkala para kesatria


perkasa itu membelitnya dengan tali tambang yang telah
dibasahi oleh air suci dari kuil. Mereka semua bisa melihat
kalau sisiknya yang bersentuhan dengan tali itu seperti
terbakar karena ada asap yang menguap darinya. Namun dia
tidak menyerah begitu saja.

Cakarnya yang sekokoh pilar gerbang gunung Kailon


mencengkeram seakan berusaha mengoyak tanah berpasir
di bawah kakinya. Dia bangkit dengan kaki belakang dan
menghentakkan marah kepalanya. Para kesatria gentar.
Mereka mungkin sudah berhadapan dengan panah beracun,
pedang tertajam, dan pelontar api, tapi tidak ada yang
pernah menghadapi naga sebelumnya. Mereka sendiri
selama ini hanya mengenalnya dari legenda.

Namun mereka semua didoktrin untuk siap mati dalam tugas


dan siap menjalankan perintah komandan. Tidak ada satu
pun dari mereka yang berpikir untuk kabur. Walaupun

Anna Kanina
615
The Duchess Want a Divorce

rasanya seperti menahan gudang mesiu yang siap meledak


jika sejenak saja mereka lengah.

Edmund telah membungkam rahangnya dengan melilitkan


seekor ular piton besar seperti tali. Edmund cukup
memejamkan mata dan memainkan imajinasinya untuk
menghadirkan ular itu di dunia nyata. Bau mereka sedikit
busuk dan terbakar seakan baru lepas dari suramnya neraka.

"Kenapa dengan hujan?" Quentin bertanya. Dia


mendampingi Edmund dan Harvey yang masih meraba cara
mengalahkan makhluk itu.

"Gwen takut hujan dan petir, kuharap dia aman di kuil,"


sahutnya dengan nada datar.

"Dia akan baik-baik saja. Rico dan beberapa kesatria sudah


kita utus untuk melindungi mereka. Kini kita semua hanya
harus fokus untuk membunuh makhluk ini," desak Quentin.

"Senjata yang diberkati oleh kuil bisa melukainya, tapi tidak


sampai membunuhnya. Sihirku tidak cukup kuat untuk
menahannya. Harvey, apa yang dikatakan oleh legenda
tentang Baramut?"

"Harus ditenggelamkan. Hanya itu satu-satunya cara yang


terlintas di ingatanku. Duke, mungkin sudah saatnya kau

Anna Kanina
616
The Duchess Want a Divorce

terbuka pada kami. Apa yang diinginkan iblis itu darimu?"


Harvey bertanya.

"Kita punya banyak waktu untuk mengobrol nanti. Kini kita


akan menenggelamkan naga itu. Quentin, apakah kau punya
artefak suci lain yang cukup kuat? Karena semua senjata
yang kita gunakan tidak cukup dalam melukainya." Edmund
bertanya.

"Mungkin ada, tasbihku. Tapi aku menjatuhkannya. Entah di


mana." Quentin menggeleng cepat.

"Pasti ada yang bisa kau lakukan, Duke, berubah menjadi


monster juga misalnya." Harvey mengusulkan.

"Aku tidak akan pernah melakukannya." Edmund


menggeleng enggan.

Monster Killian meronta. Dia mengangkat kaki depannya dan


menabrak tanah sampai menimbulkan getaran. Para kesatria
itu terlempar dan beberapa terombang-ambing karena
terjerat tali yang tadi mereka gunakan untuk mengikat si
monster.

"Mundur! Mundur semuanya!" Quentin membidik si


monster sekali lagi dengan sisa anak panah terakhirnya.

Anna Kanina
617
The Duchess Want a Divorce

Quentin tidak boleh meleset. Dia sekali lagi mengincar


matanya.

Killian meraung lagi. Namun para kesatria itu sadar kalau


lukanya mulai pulih kembali setelah panah itu tercabut dari
matanya.

"Aku mungkin akan mencoba sesuatu yang baru."

"Apa?" Harvey bertanya.

"Harvey, aku membuat kontrak dengan Ornlu." Edmund


menundukkan kepalanya mencoba fokus.

"Ornlu, jadi maksudmu-" Harvey tampak terperanjat.

"Ya, mungkin aku adalah penyihir besar yang muncul lima


ratus tahun sekali, seperti yang tadi kau bahas,"

Edmund baru menyadarinya tentang legenda lima ratus


tahun sekali ketika tadi Harvey memaparkan teorinya. Ketika
dewa para iblis memilih raja atau para pemimpin untuk
mendapatkan kekuatan, para raja itu menebarkan ketakutan
dan meruntuhkan iman para pengikut Edna. Dia bisa
menghadirkan banyak hal menakutkan dan selalu
memenangi peperangan. Masa ketika munculnya penyihir

Anna Kanina
618
The Duchess Want a Divorce

besar adalah saat paling suram di mana para manusia


kehilangan harapan.

Namun kekuasaan penyihir besar itu tidak berlangsung lama.


Selalu ada para kesatria suci yang melawan dan menyegel
kekuatannya sebelum mereka muncul kembali lima ratus
tahun kemudian. Semua penyihir besar itu menerima
kekuatan Ornlu seperti Edmund.

"Bukan Killian?" Harvey memastikan. Dia tadi menduga kalau


Killian adalah si penyihir besar.

"Kalau seperti katamu, semua penyihir besar itu membuat


kontrak dengan Ornlu, berarti bukan Killian. Karena aku yang
memiliki kekuatan Ornlu saat ini."

Edmund masih mencoba menangkap Killian dengan monster


ular raksasanya, tapi Killian sangat kuat. Dia bisa lepas dan
kembali mengayunkan cakar dan ekor berdurinya.

"Kalau begitu, seharusnya kau bisa mengalahkannya dengan


mudah. Apa yang kau katakan itu benar?" Harvey tidak
bersedia percaya begitu saja.

"Aku menahan kekuatanku, karena aku tahu Ornlu berusaha


menguasaiku," kata Edmund lagi.

Anna Kanina
619
The Duchess Want a Divorce

"Kalau begitu jangan lakukan itu, Duke! Kita akan


menghadapinya tanpa sihir!" Quentin menyarankan.

"Tidak, kita bisa lihat kalau para kesatria itu mulai


kewalahan. Kita akan kehabisan tenaga dan Killian akan
leluasa menyerang. Seperti kata Harvey, kita akan
menenggelamkannya." Edmund berkomentar.

"Kita sudah mencobanya. Monster Killian itu terjatuh ke laut,


tapi tidak lama dia melompat dari air dan kembali mendarat
di daratan. Maksudku, dia bisa berenang!" Quentin
menyanggah.

"Tapi kita semua lihat kalau dia sedikit lemah setelah sempat
terendam di laut. Artinya air memang kelemahannya. Kita
membutuhkan sesuatu untuk menahannya." Harvey
berkomentar.

"Ini cara terakhirku." Edmund mengangkat tangan. Sinar


keemasan muncul dari telapaknya. Bumi tampak bergetar
seakan sedang terjadi gempa bumi lokal. Tanah berubah
retak dan sebuah lubang tercipta. Lalu cakar mengerikan
terlihat memanjat ke atas. Itu naga yang lain.

"Bagaimana caramu melakukannya?" Harvey bertanya.

Anna Kanina
620
The Duchess Want a Divorce

"Tidak tahu, terpikir begitu saja di otakku." Edmund


mengangkat bahu.

Edmund memerintahkan naganya yang bersisik emas untuk


bergulat dengan naga Killian. Para kesatria melepaskan tali
sucinya dan diminta berlari menyingkir. Ini kembali menjadi
pertarungan antara Killian dan Edmund lagi. Hanya saja,
Edmund tidak bisa terlalu percaya diri. Memanggil naga
menggunakan terlalu banyak kekuatan Ornlu. Mata
kanannya terasa perih dan pupilnya kini berubah serupa
mata ular. Otaknya menjadi terganggu dan dia merasa
sesuatu yang gelap mencoba menguasainya.

Edmund bertahan. Dia memiliki harga diri tinggi dan enggan


tunduk pada siapa pun termasuk iblis bernama Ornlu yang
kini terlihat tersenyum di seberang dermaga, menampakkan
wujudnya yang setengah ular.

Naga emas itu menyeret ekor Killian dan menariknya ke


dasar laut. Sebuah gelombang besar tercipta dan menyapu
banyak kapal, menjauh dari pelabuhan. Dua naga raksasa itu
kini menghilang setelah sebelumnya sempat terdengar
raungan dari Killian yang murka karena tahu dia terkalahkan.
Naga emas itu lebih kuat darinya dan berhasil menahannya
selama bermenit-menit di dalam air.

Anna Kanina
621
The Duchess Want a Divorce

Keriuhan sukacita terdengar dari dermaga. Para kesatria


bersorak karena monster Killian sudah dikalahkan. Mereka
mengabaikan Duke Edmund yang kini tidak berminat ikut
berpesta karena sakit kepala hebat melandanya. Rasanya
menyakitkan karena dia berusaha tidak termakan oleh
kekuatan Ornlu.

Edmund menutup wajahnya dengan sebelah tangan sambil


sedikit membungkuk. Hawa gelap dan misterius muncul
darinya. Dia tidak ingin dikenang dalam legenda sebagai
penyihir besar yang zalim. Dia tidak bersedia dimanfaatkan
oleh iblis untuk tujuan mereka. Namun semakin banyak
Edmund mencicipi kekuatan iblis, maka semakin berhasrat
dirinya akan kekuatan itu. Ornlu telah meningkatkan sisi
serakahnya ke level maksimal dan menggodanya dengan
menghadirkan mimpi-mimpi indah untuk meyakinkannya.

Pantas saja Ornlu bersedia menuruti syarat Edmund ketika


Edmund membuat kontrak dengannya. Ketika itu Ornlu
bilang kalau Edmund tidak akan merasa cukup dengan
kekuatan itu dan akan menggunakannya. Ornlu begitu yakin
kalau Edmund akan menjelma menjadi penyihir besar dalam
legenda lima ratus tahun sekali. Kalau Edmund sudah
membunuh 44 orang pendosa, dia sebenarnya akan
terbebas dari kekuatan Ornlu.

Anna Kanina
622
The Duchess Want a Divorce

Edmund beralasan kalau dia khawatir kerajaan akan


mengendus kejahatannya sehingga dia menunda
membunuh lagi. Namun kenyataannya dia mungkin hanya
tidak ingin segera bebas dari kekuatan itu. Edmund
menyimpan ketamakan dalam dirinya. Walau sesaat dia
pernah lupa tujuan utamanya yang memiliki sihir demi
mengalahkan kutukan. Kini ketika dia merasakannya sendiri,
Edmund nyaris menyerah. Kekuatan yang ditawarkan Ornlu
terlalu menggiurkan baginya.

Harga dirinya dan rasa enggannya tunduk pada iblis adalah


beberapa hal yang masih membuatnya bertahan. Rasa takut
akan terlihat buruk dan dibenci oleh Gwen adalah hal utama
yang membuatnya tidak kunjung bersedia menjadi penyihir
jahat.

"Your Grace, apakah Anda baik-baik saja?" Quentin


bertanya.

Edmund merasa sangat marah dan ingin mengamuk. Ini


semua di atas kewajaran dan dia sadar kalau kekuatan
iblislah yang mendesak emosinya sampai seperti ini. Sapaan
Quentin kembali mengingatkannya pada perbuatannya.
Tentang Quentin yang menyelidikinya sebagai malaikat
kematian, atau bantuan dan bujukan kepada istrinya untuk
meninggalkannya. Serta fakta lain kalau Quentin kini adalah
kesatria suci yang suatu hari bisa menantangnya.

Anna Kanina
623
The Duchess Want a Divorce

Quentin adalah pengganggu. Dia harus disingkirkan.


Edmund mengulurkan tangannya dan mengangkat kerah
baju Quentin. Pria itu terkejut akan serangan cepat itu. Dia
tidak mengenali tatapan Edmund saat ini. Edmund mungkin
tidak ramah dan menakutkan, tapi dia bukan penjahat keji.
Edmund yang sekarang ini sama sekali bukan Duke Edmund
yang dia kenal.

Para kesatria tadi secara intuisi kembali waspada. Duke


Edmund terlihat punya niat buruk terhadap Quentin. Earl
Remian itu terangkat dari tanah dan meronta, berusaha
melepaskan diri. Tangan Edmund terlihat kaku dan tidak
goyah seakan otot dan dagingnya telah bereinkarnasi
menjadi baja.

Edmund menggelengkan wajah dan menjatuhkan Quentin


ke tanah. Dia terengah karena baru saja menghadapi perang
yang dahsyat pada batinnya.

"Pergi! Jauhi diriku. Kalian semua! Tidak terkecuali!


Pergilah!" Edmund kini bersimpuh dan membungkuk,
berusaha meredam kekuatan iblis yang mendesak minta
perhatian.

Edmund bisa merasakan Ornlu melangkah mendekatinya


dan bicara padanya dengan nada kecewa.

Anna Kanina
624
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa kau melepaskannya? Bukankah seharusnya kau


mengikuti instingmu dan menyingkirkan semua orang yang
menentang jalanmu, Edmund?" katanya dengan suara
dingin bercampur serak.

Edmund diam saja berusaha abai.

"Sudah cukup. Biar aku membuka matamu, Edmund. Aku


akan membuatmu yakin kalau tidak ada satu pun yang harus
kau lindungi di dunia ini, dan kenapa kau harus mengikuti
hatimu melakukan apa pun yang kau inginkan," kata Ornlu
sambil mengulurkan tangannya sebelum membawa pikiran
Edmund ke dimensi yang berbeda untuk bicara.

Anna Kanina
625
The Duchess Want a Divorce

Bab 57 - The Selfish Women

Derasnya hujan tidak berlangsung lama dan berganti dengan


gerimis yang membekukan kulit. Saat ini adalah akhir musim
gugur di mana udara sangat dingin. Gwen menggigil dan
gemetar. Seluruh gaunnya basah. Dia sendiri kesulitan
berlari karena merasa gaunnya mungkin telah menyerap air
sebanyak isi bak mandinya.

Hujan tidak biasa terjadi pada bulan ini. Ramalan cuaca juga
bilang tidak ada badai, seperti yang dikatakan Harvey.
Apakah hewan mirip naga yang tadi muncul di dermaga
benar-benar ada karena sihir seseorang? Gwen yakin kalau
itu bukan Edmund karena sang duke berbincang dengannya
sebelum monster itu muncul.

Berarti ada penyihir lain? Gwen menggelengkan kepala.


Dunia sudah memiliki terlalu banyak masalah dan kini
mereka direpotkan oleh penyihir? Bagaimana mungkin tiba-
tiba segala isu sihir ini menjadi sangat nyata? Padahal sudah
ratusan tahun dunia ini mengenal orang-orang yang diisukan
bisa sihir, tapi mereka tidak benar-benar menunjukkan
kekuatannya. Atau memang mereka tidak punya apa-apa
untuk dipamerkan.

Quentin bilang pada Gwen, para penyihir biasanya hanya


berdiam di rumah mereka dan menyembah iblis. Kadang

Anna Kanina
626
The Duchess Want a Divorce

mereka membunuh seseorang untuk pengorbanan bagi iblis


sebagai ganti kekuatan. Namun tetap saja tidak banyak yang
bisa memunculkan naga raksasa atau kekuatan mengerikan
lainnya. Namun Quentin meyakini ada penyihir yang cukup
kuat bernama Theodore dan Viola di salah satu kastil negara
musuh mereka.

Kedua penyihir itu mati di tangan Edmund. Kabarnya mereka


bisa memuntahkan laba-laba dari mulut mereka serta
menyemburkan api dari tangan mereka. Saksinya cukup
banyak walau otoritas tidak terlalu berminat untuk
menyelidikinya lebih lanjut.

Quentin meyakini kalau Edmund adalah penyihir dan


khawatir kalau Gwen diajak bergabung menjadi penyembah
iblis. Investigasinya mendapat informasi kalau Viola adalah
wanita gipsi yang tidak suka bersosialisasi. Dia bertemu
Theodore dan jatuh cinta, kemudian mengajaknya menjadi
penyembah iblis untuk mendapatkan kekuatan sihir.

Karena itu, Quentin mendesak Gwen untuk meninggalkan


Edmund dan menyuruhnya untuk memakai banyak atribut
penangkal sihir hitam di tubuhnya, seperti amulet di
lehernya, serta memintanya memasang simbol Dewi Edna di
kamarnya.

Anna Kanina
627
The Duchess Want a Divorce

Gwen meraba kalungnya dan bernapas sepelan mungkin. Dia


hanya bergantung pada benda itu saja saat ini. Abigail
kerasukan oleh sesuatu dan dia melihat kukunya
memanjang. Gwen berhasil bersembunyi di balik lusinan
kargo dagang yang gagal dimuat ke kapal karena
kemunculan naga di dermaga.

Abigail kini kerasukan oleh sesuatu dan memburu nyawanya.


Gwen bisa melihat kuku jarinya memanjang yang sepertinya
terjadi agar dia lebih mudah membunuhnya. Gwen diberi
tahu kalau kalung amulet dari Quentin bisa menangkal sihir
hitam. Mungkin Abigail tidak bisa menemukannya jika dia
tetap berdoa dan memakai kalung itu.

Gwen melepaskan alas kakinya agar bisa lebih mudah


berjalan di tanah yang licin. Dia memasang telinganya baik-
baik agar bisa tahu pergerakan Abigail.

"Kita berdua sama-sama akan mati, Your Grace. Jadi kenapa


harus membuat dirimu lelah seperti ini?" kata Abigail.
Gwen tidak akan menyahut apa pun. Dia tidak boleh
membiarkan Abigail tahu keberadaannya.

"Ah, tapi saya rasa Anda tidak pernah menghadapi situasi


seperti ini. Anda punya suami yang baik dan berkuasa.
Keluarga Anda kaya raya. Mana mungkin Anda pernah
mengalami situasi hampir mati seperti ini. Mungkin ini terasa

Anna Kanina
628
The Duchess Want a Divorce

menegangkan buatmu, kan? Seperti petualangan kecil," ujar


Abigail lagi.

Petualangan katanya? Gwen merasa geram. Apanya yang


menyenangkan dari ini semua? Gwen tidak bisa meminta
bantuan siapa pun dan hampir mati saat ini. Kalau Abigail
menangkapnya, Gwen tidak akan seberuntung sebelumnya.
Dia sudah terlalu lelah dan kedinginan.

"Apakah Anda menganggap saya iri dengan kalian? Pada lady


yang terhormat dan kaya raya? Tidak juga. Saya dulu ingin
seperti Anda, hidup terhormat dan berkecukupan. Namun
tinggal di ibu kota telah memberi tahu saya banyak hal. Saya
mungkin tahu lebih banyak dari Anda. Saya pernah miskin
dan saya juga tahu kehidupan orang kaya. Itu membuat saya
muak pada kalian. Kenapa? Karena kalian adalah wanita-
wanita egois." Abigail berujar lagi sambil berjalan pelan
menyusuri setiap kargo, mencari Gwen. Dia sudah tidak
punya kendali atas tubuhnya.

Gwen mengernyitkan dahi. Kenapa Gwen disebut egois?


Kalau Abigail membahas para orang miskin, Gwen merasa
sudah cukup dermawan. Rosiatrich punya lembaga amal
sendiri dan dia mendonasikan banyak uang untuk orang
miskin, bahkan mereka baru saja membangun rumah sakit.
Gwen tersinggung mendengarnya.

Anna Kanina
629
The Duchess Want a Divorce

"Kemarin aku sempat berbincang dengan Anda dan Putri


Gisca. Walau bukan pertemuan yang ramah dan menyisakan
bekas tamparan yang menyenangkan di wajahku. Tapi itu
adalah yang sesungguhnya aku rasakan belakangan ini. Aku
melihat para wanita Teutonia seperti hewan ternak tanpa
harapan. Aku melihat para sapi yang sejak lahir sudah tahu
kalau mereka akan disembelih. Aku melihat para ayam yang
tahu kalau seumur hidup akan di kandang demi diambil
telurnya. Aku tidak melihat siapa pun dari kami yang punya
kesempatan untuk menolak takdir yang sudah ditentukan."
Abigail melanjutkan ceritanya.

Gwen merasa hawa dingin meliputi tengkuknya dan melihat


Abigail tiba-tiba berdiri di belakangnya. Gwen terkejut dan
mencoba lari. Dia memegang amuletnya kuat untuk
meminta perlindungan pada Dewi Edna. Namun Abigail
tetap mencengkeram tangannya kuat. Gwen menepisnya
dan kabur meninggalkannya. Abigail lebih cepat dan
menahan kakinya sampai Gwen terjatuh.

"Sepertinya amulet yang kau pakai cukup kuat menahanku.


Aku tidak berharap Anda mati. Mungkin Anda bisa selamat
dari sihir ini. Tapi izinkan saya melanjutkan cerita saya," kata
Abigail.

"Bolehkah?" lanjutnya lagi meminta persetujuan.

Anna Kanina
630
The Duchess Want a Divorce

"Kau salah, Nona Abigail! Saya tidak egois!"

"Ya! Anda egois! Karena seperti yang pernah kubilang,


sebenarnya Anda bisa menggunakan gelar dan nama baik
Anda untuk menyelamatkan wanita Teutonia! Tapi Anda
memilih pura-pura tidak tahu dan menjaga gaya hidup
Anda!" tuduh Abigail.

"Anda tidak tahu apa-apa soal saya! Tidak ada kesalahan apa
pun yang saya lakukan karena itu semua adalah hak saya!"
Gwen tidak mau kalah sambil berusaha menarik kakinya.
Amulet itu membuat tangan Abigail berasap ketika
menyentuh kulitnya.

"Ya! Saya tahu! Bukankah Anda kini mau meninggalkan


kehidupan Anda di Teutonia dan memulai hidup baru yang
menyenangkan di negara lain? Anda tidak sanggup
diperlakukan seperti objek politik oleh suami Anda. Hanya
itu? Tapi Anda sudah menyerah dan memutuskan pergi?
Bukankah itu tindakan pengecut?"

"Nona Abigail! Saya berhak memiliki kebahagiaan saya


sendiri!" Gwen membela dirinya.

"Tepat sekali! Sayangnya, tidak semua wanita Teutonia


punya kesempatan itu. Seperti aku, seorang janda dari desa
kecil yang mencoba membuktikan diri. Aku sudah berusaha.

Anna Kanina
631
The Duchess Want a Divorce

Aku memulai semua ini dengan hati yang jujur dan kerja
keras. Lalu apa yang aku dapat? Rasa frustrasi dan
kemarahan, kehamilan karena pemerkosaan? Dipenjara dan
kini diperalat Killian untuk membunuh Anda!" Abigail
meraung putus asa. Dia menangis.

Gwen terhenyak. Begitu banyak luka di hati Abigail dan


waktu tidak memberikannya kesempatan untuk
menyembuhkannya. Gwen menyadari kalau Abigail memilih
berdiam di rumah suaminya dan tidak bercerai, dia akan
mati dalam keadaan depresi. Kalau dia menetap di rumah
ayahnya, maka semua akan menganggapnya beban dan
objek amarah. Abigail membuat pertaruhan. Dia pergi ke ibu
kota, tapi perkosaan dan sikap Perellia telah
mengecewakannya, merusak titik moral di otaknya dan
membuatnya berpikir kalau dia bisa melakukan apa saja
demi tujuannya.

Abigail terluka. Dia seharusnya memiliki seseorang untuk


memeluknya, memberinya minuman hangat, dan
mendengarkannya bercerita. Tanpa sadar, Abigail mungkin
menganggap Gwen temannya. Karena itu, dia meluapkan
seluruh emosi dan keluhannya walau dalam keadaan
berusaha membunuh Gwen.

"Maafkan saya, Your Grace." Abigail menangis. Rambutnya


yang lepek menutupi sebagian wajahnya yang muram.

Anna Kanina
632
The Duchess Want a Divorce

Namun Gwen merasakan ketulusan dan jeritan minta tolong


dari jiwanya. Gwen tahu kalau Abigail tidak pantas
mengalami ini semua. Dia adalah korban dari sistem buruk
budaya patriarki Teutonia yang memaksanya mengambil
jalan yang kurang terpuji.

Gwen menjerit tatkala kuku Abigail berhasil menggores


betisnya.

"Maafkan saya, saya tidak ingin melakukan ini lagi," ujarnya


lagi sambil membenamkan kukunya lebih dalam.

Apakah Gwen akan mati hari ini? Tapi dia dan Edmund masih
belum selesai bicara. Dia ingin berpisah, tapi bukan dengan
cara seperti ini.

"Your Grace!"

Abigail tiba-tiba terlempar ke sisi lain. Dia menjauh dari


tubuh Gwen yang basah dan berkalang tanah. Rico baru saja
memukul rahangnya dengan ujung pedangnya. Rico adalah
kesatria yang tidak pernah membunuh. Namun Gwen
merasa saat itu Rico mungkin akan melakukan pembunuhan
pertamanya karena dia sangat geram melihat darah banyak
keluar dari kaki Gwen. Dia menunjukkan sisi tajam
pedangnya yang berkilat dan mengayunkannya.

Anna Kanina
633
The Duchess Want a Divorce

"Tidak, Rico!"
Rico berhenti dan melihat ke arah Gwen.

"Dia mau membunuhmu!" katanya geram.

"Tidak! Tidak! Lihat baik-baik! Dirinya tidak normal. Dia


terkena sihir atau apa pun itu yang membuatnya melakukan
ini. Ampuni dia, Sir! Aku tahu aku bukan lagi duchess dan
tidak bisa memerintahmu, karena itu aku memohon
padamu." Gwen mengiba.

"Anda tetap duchess, saya tidak bisa menganggap Anda


bukan istri Duke Edmund. Saya belum bisa menerimanya."
Rico menggeleng sambil memandangi Abigail waspada. Dia
masih belum menyarungkan pedangnya.

"Anda sudah memberikan tasbih itu kepada Quentin?"


Rico menggeleng.

"Saya melakukan kesalahan. Tugas saya adalah melindungi


Anda. Saya segera berbalik mencari Anda setelah sadar.
Segenting apa pun, bahkan walau itu mungkin mengancam
dunia, saya tidak seharusnya melanggar perintah." Rico
mengeluarkan tasbih itu dari kantongnya dan
menunjukkannya pada Gwen.

"Tasbih itu! Cepat buat Abigail memakainya di leher!"

Anna Kanina
634
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa?"

"Itu akan membuatnya kembali normal-kurasa." Gwen


memberikan tatapan yakin yang tidak terlalu meyakinkan,
tapi Rico memutuskan menurut.

Tubuh Abigail berusaha bangkit dan menyerang Gwen lagi.


Namun tasbih itu mengelilingi lehernya. Dia menjerit seolah
seluruh otot tubuhnya berubah tegang dan tertarik. Kuku
tangannya terlihat berubah normal. Itu berlangsung
beberapa detik sebelum dia berubah lemas dan terpuruk di
tanah. Dia pun menangis lega. Ada sedikit senyuman di
wajahnya.

"Tidak apa, Lady Abigail. Semua sudah berakhir. Anda aman


dan kita berdua masih hidup." Gwen memaksa berjalan ke
arahnya dan memberikannya pelukan.

Rico terheran-heran dengan pemandangan itu. Namun


akhirnya dia menyarungkan pedangnya setelah merasa
semua sudah aman.

***

Gwen berada di kuil Edna bersama para pendeta dan


pengungsi lainnya. Termasuk ayahnya, Rico, dan Abigail.
Para pendeta memberi baju ganti pada Abigail dan kini

Anna Kanina
635
The Duchess Want a Divorce

mendoakannya. Abigail tampak lega dan ekspresinya begitu


damai. Tapi para kesatria berjaga di dekatnya. Dia tetap
seorang kriminal yang harus mempertanggungjawabkan
segala kesalahannya.

"Rico, ayo kita ke sana," ajak Gwen.

"Ke mana?"

"Bertemu Edmund dan Quentin. Tasbih itu mungkin bisa


membantu mereka," kata Gwen. "Selain itu ...." Gwen
tampak ragu untuk melanjutkan.

"Aku harus bicara dengan Edmund. Aku tidak bisa


meninggalkan Teutonia." Gwen bicara sedikit berbisik,
khawatir ayahnya mendengarnya.

Rico tampak senang dan bersemangat karena


mendengarnya. Itu artinya Gwen akan membatalkan
perceraian.

Mungkin semua orang akan berpikir dia plinplan dan tidak


punya pendirian. Tapi pertemuannya hari ini dengan Abigail
telah membuka pikirannya. Bagaimana mungkin Gwen bisa
begitu egois meraih kebahagiaannya sendiri di negara lain
dan bersikap cengeng karena perlakuan suaminya? Ada

Anna Kanina
636
The Duchess Want a Divorce

jutaan wanita lain di Teutonia yang bernasib lebih buruk


darinya.

Setidaknya Gwen punya keluarga dan teman-teman yang


mendukungnya. Dia punya bantuan, bahkan dari pangeran
Arbavia yang bersahabat dengannya. Gwen hanya sesekali
mengalami kesulitan hidup dan bersikap terlalu cengeng
karenanya. Gwen seharusnya memanfaatkan titel dan
kekayaannya untuk hal yang lebih berguna.

Gwen akan mencoba untuk ikhlas menerima hujatan dan


gosip dari masyarakat. Gwen juga merasa bisa menerima
kalau suaminya menjadikannya alat untuk tujuan politik.
Tapi sebagai gantinya, Gwen bisa juga memanfaatkan
suaminya dan nama Rosiatrich untuk memengaruhi
kerajaan.

Gwen bisa memaksa Edmund membuat undang-undang


yang bisa membantu para wanita Teutonia. Dia bisa
berjuang untuk kesetaraan. Apalagi kalau Edmund benar
menjadi putra mahkota. Dia bisa membujuk Edmund untuk
meloloskan undang-undang kesetaraan atau hak yang
pantas bagi para wanita Teutonia. Sedikit pengorbanan dan
duka yang dia terima mungkin bisa membantu para wanita
yang tertindas di negaranya.

Anna Kanina
637
The Duchess Want a Divorce

Gwen kini hanya berharap kalau Edmund tidak terlalu marah


dan bersedia menerimanya kembali.

Anna Kanina
638
The Duchess Want a Divorce

Bab 58 - The Truth About All

Edmund merasakan deja vu. Dia mungkin pernah mengalami


situasi ini. Tenang dan sunyi, tidak ada suara apa pun bahkan
walau sekadar embusan angin. Serupa dengan ketika dia
berada di kandungan ibunya. Hangat, tenteram, dan
telanjang-walau dia jelas masih berpakaian lengkap.

Sekelilingnya sangat terang dan Edmund tidak bisa meraba


batasnya. Dia hanya melihat kehampaan luas. Dia berada di
dunia pikiran yang diciptakan oleh Ornlu. Dimensi berbeda
di mana hukum ruang dan waktu tidak lagi berfungsi.
Tempat di mana pikiran Edmund ditelanjangi dan dikupas
sejak masa dia pertama kali mengeluarkan kata pertamanya
di umur satu tahun.

Ini adalah alam mimpi, tempat Ornlu meramu ketakutan,


menciptakan teror dan mengirimkannya pada pikiran
manusia-manusia yang bernasib buruk. Bagaikan kanvas
putih, tempat itu menunggu Ornlu hadir untuk menorehkan
tintanya dan memberinya warna. Suasananya begitu magis,
Edmund membayangkan sesuatu yang menyenangkan.
Seperti anak-anak kecil yang berlarian mengejar gelembung
di taman ketika musim semi. Atau karnaval para seniman
kota setiap mereka menyambut kemenangan perang.

Anna Kanina
639
The Duchess Want a Divorce

Edmund sesungguhnya orang sederhana yang tidak butuh


terlalu banyak syarat dan usaha untuk membuat dirinya
bahagia. Hal-hal kecil dan hangat seperti itu bisa
memberinya energi dan menjalani hari berat dengan
senyuman.

Sayangnya Ornlu tidak berminat menciptakan mimpi indah.


Dia adalah iblis merangkap dewa mimpi buruk yang ditakuti
manusia. Dia yang bertanggung jawab akan segala ketakutan
manusia ketika bermimpi. Tenggelam di lumpur isap,
dikhianati atau dibunuh secara brutal oleh pasangan
terkasih, atau pertemuan dengan monster menakutkan, itu
adalah beberapa skenario yang pernah Ornlu ciptakan untuk
membuat manusia trauma.

Walaupun Ornlu kreatif dan sangat berbakat membuat


manusia bangun dalam keadaan mengompol karena
ketakutan, membuat mimpi buruk tidak pernah menjadi
pekerjaan utamanya. Dia punya tujuan jelas dalam hidup
abadinya yang terkutuk, yaitu menyesatkan manusia.

Sayangnya Edna dan para dewa lainnya bekerja sama


menentangnya. Walau sejak awal dunia diciptakan, mereka
membuat perjanjian kalau setiap dewa diizinkan punya
peran masing-masing, mereka membayangkan dunia yang
ideal. Sebuah utopia di mana kedamaian dan kesejahteraan
harus dirasakan setiap jiwa yang ada.

Anna Kanina
640
The Duchess Want a Divorce

Tapi mereka sendiri tahu kalau kehidupan selalu ada sisi baik
dan buruk agar dunia tetap seimbang dan berjalan
sebagaimana mestinya. Karena itu, mereka membiarkan
kejahatan tetap ada berdampingan dengan kebaikan. Ornlu
seharusnya punya peran yang penting di sana.

Tapi Edna menganggap Ornlu sebagai kesalahan karena


Ornlu menginginkan porsi kejahatan di dunia harus lebih
besar. Dia pun berperang untuk pertama dan terakhir kalinya
untuk menyegel kekuatan Ornlu. Perang berakhir seimbang.
Namun dewa lainnya setuju untuk membatasi kekuatan
Ornlu.

Ornlu dipaksa untuk menjaga neraka dan hanya bisa


memunculkan kekuatan sejatinya selama lima ratus tahun
sekali. Itu pun dia harus melakukannya dengan perantara
manusia. Tujuannya adalah demi keseimbangan alam
sekaligus pengingat manusia untuk tetap bersyukur dan
beriman kepada para dewa.

Selain itu, Ornlu hanya bisa mengutus para iblis bawahannya


untuk menggoda manusia dengan hadir dalam mimpi dan
memancing mereka ke hutan pulau Soran untuk membuat
kontrak. Para manusia itu akan menjadi kaki tangan mereka
untuk berbuat onar di dunia.

Anna Kanina
641
The Duchess Want a Divorce

Tapi Ornlu berbeda. Dia hanya bisa memilih satu orang saja
selama lima ratus tahun sekali. Seseorang yang cukup kuat
untuk menerima kekuatannya, cerdas dan juga berkuasa. Dia
haruslah seseorang yang dikagumi dan mampu memimpin.
Karena dengan begitu dia bisa menyesatkan banyak
manusia.

"Selamat datang di pikiranku." Ornlu menyapa tatkala


Edmund masih tenggelam dalam benaknya sendiri. Dia
tanpa sadar menyimak sejarah singkat tentang konflik para
dewa dan kehidupan Ornlu.

Edmund pun tersentak dan sadar kalau ini bukan waktunya


untuk belajar sejarah, apalagi memahami Ornlu. Iblis itu
berusaha membujuknya sejak lama untuk mengikuti
pahamnya. Namun melihat kenangan Ornlu sangat menarik
bagi Edmund, dia merasa Ornlu dan para dewa lainnya
mungkin tidak terlalu berbeda dengan manusia. Mereka
semua punya jiwa, hanya saja tubuh mereka tidak pernah
mati.

"Kembalikan aku ke duniaku, apa pun yang kau katakan tidak


akan bisa membujukku, Ornlu," ujar Edmund tenang.

"Aku bilang aku ingin membuka pikiranmu. Kalau kau seyakin


itu tidak akan goyah, kenapa tidak kau biarkan saja aku
berkisah?" kata Ornlu.

Anna Kanina
642
The Duchess Want a Divorce

"Ini membuang-buang waktuku."

"Tidak juga, konsep waktu dan ruang tidak berlaku di sini.


Jangan lupa ketika dirimu membuat kontrak di pulau Soran.
Walau rasanya hanya dua hari, tapi sesungguhnya sudah
terjadi lebih dari satu bulan. Aku bisa membalikkannya.
Setelah ini semua selesai, kau hanya seakan berkedip
sejenak." Ornlu menjelaskan.

"Lihatlah, Edmund, dia adalah manusia yang membuat


kontrak denganku lima ratus tahun sebelum kau. Seorang
raja yang perkasa. Dia memelihara seekor naga di sisinya dan
juga tiran terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah."
Ornlu menampilkan kenangannya pada penglihatan
Edmund.

Edmund hanya tahu orang itu dari legenda. Seorang tiran


yang berhasil menyatukan seluruh negara benua timur
menjadi satu negara bernama Teutonia. Leluhur jauhnya
sekaligus pencipta sekte agama Ornluism dengan jutaan
pengikut.

"Atau yang ini. Wanita yang hidup seribu tahun sebelumnya.


Ratu yang terkenal memerintah negara yang kuat dan
menciptakan beragam penemuan seperti tungku
pembuatan senjata serta racun yang bisa membunuh tanpa
rasa sakit. Dia juga dikenal sangat cantik dan membuat para

Anna Kanina
643
The Duchess Want a Divorce

raja negara tetangga menyembah dan mengikuti


perintahnya." Ornlu berkisah lagi.

Edmund mengenal legenda itu. Wanita itu adalah ratu yang


disebut keturunan peri. Dia menciptakan perang dahsyat
ribuan tahun silam karena para raja menginginkan dirinya
sebagai istri.

Ornlu menyebutkan nama-nama lainnya, menunjukkan


kalau dia sudah hidup sangat lama. Beberapa membuatnya
bangga, sebagian lagi mengecewakannya. Tapi nyaris
semuanya hidup dengan menentang Dewi Edna. Mereka
berpengaruh dan punya banyak pengikut. Edmund pun
merenung, mungkin dia akan menjadi salah satu dari
penyihir yang mengecewakan Ornlu.

"Tidak, Edmund! Mereka yang gagal membuatku senang


adalah karena aku salah menilai mereka. Mereka tidak cukup
cerdas, tidak cukup licik dan tidak sekuat dirimu. Tapi
mereka semua beriman penuh kepadaku dan menjadi
pengikut setiaku sampai ajal mereka." Ornlu menerka isi
pikiran Edmund dan membantahnya.

"Ini semua bukan kebetulan, Ed. Aku sudah tahu sejak lama
kalau kau akan melangkahkan kaki di pulau Soran dan
membuat kontrak denganku. Aku memilihmu sejak lama,
sejak kau remaja." Ornlu mengaku.

Anna Kanina
644
The Duchess Want a Divorce

"Apa? Bagaimana bisa?"

Ornlu memberikan Edmund pemandangan lainnya. Kali ini


dia melihat dirinya sendiri ketika remaja yang baru saja
kehilangan kedua orang tuanya karena konspirasi
pembunuhan berbau politik. Edmund menyadari betapa
keras ekspresi wajahnya dan mengingat ketika dia menahan
diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan siapa pun.

"Biarkan aku membuat pengakuan padamu, Edmund. Aku


bilang kalau kau tidak punya siapa pun yang perlu kau
lindungi dan aku hanya ingin memberikan kesempatan
bagimu untuk melakukan apa pun yang kau inginkan."
Ornlu menampilkan pemandangan lain. Kenangan ketika
Edmund bersekolah dan duduk sendirian di perpustakaan
untuk mengejar titel sebagai siswa teladan. Namun sesekali
matanya melihat ke arah luar jendela dengan rasa cemburu,
melihat remaja lain bermain olahraga dan bersenda gurau.
Tidak ada yang memaksa Edmund untuk menjadi yang
terbaik. Dia menciptakan sendiri batasan itu untuknya walau
tanpa sadar itu merenggut masa remajanya.

"Aku mengamatimu terus, Edmund, ada dirimu dan lebih


dari selusin kandidat lainnya. Namun kaulah yang paling
menonjol dan potensial,"

Anna Kanina
645
The Duchess Want a Divorce

Ornlu menunjukkan lagi kenangan lama Edmund. Ketika dia


menjadi kesatria dan untuk pertama kalinya pergi
berperang. Saat itu Edmund sudah menunjukkan
kepemimpinannya. Sebagai kesatria, mereka tidak terlalu
melihat gelar. Tidak ada yang peduli walaupun Edmund
adalah calon duke Rosiatrich. Tapi kemampuan dan kejelian
Edmund ketika berperang telah membuat komandan dan
para rekannya kagum. Karirnya naik dengan cepat dan
meraih pangkat setara jenderal di usia dua puluh tujuh
tahun. Edmund seakan tidak punya kelemahan. Seluruh
hidupnya dibaktikan untuk negara dan nama keluarga.

"Aku menginginkanmu, Edmund. Kau adalah kandidat


terbaik untuk menjadi penyihir besar berikutnya. Tapi
sayangnya aku punya kendala." Ornlu menjeda bicaranya.

"Kau terlalu lurus dan beriman sehingga Dewi Edna


melindungimu. Aku tidak bisa menjangkaumu lewat mimpi.
Aku butuh cara lain untuk bertemu denganmu. Aku harus
membuatmu begitu putus asa sehingga kau harus membuat
kontrak dengan iblis. Tapi itu tidak mudah, Edmund
Rosiatrich. Kau tidak punya kelemahan. Kau sudah kaya raya
sehingga kau tidak akan tergoda oleh emas. Kau juga sudah
berada di jabatan tinggi dengan usahamu sendiri. Kau
memiliki kehormatan dan harga diri tinggi dan menolak
memiliki kelemahan. Kau bahkan tidak pernah secara dekat
memiliki ikatan emosional dengan siapa pun termasuk adik

Anna Kanina
646
The Duchess Want a Divorce

kandungmu sendiri-yang kau kirim ke negara lain demi


keamanannya." Ornlu panjang lebar menjelaskan. Dia
menyeringai, sengaja menyimpan hal terbaik di saat
terakhir. Dia menikmati kebingungan sang duke.

"Aku mengatur rencana agar kau bertemu dengan Theodore


dan Viola dan mereka bisa memberikan kutukan padamu.
Ya, tentu saja iblis bernama Abraxas yang membuat kontrak
dengan Viola memastikannya untukku. Aku juga mengatur
bagaimana Harvey bisa berada di Arbavia dan memberikan
informasi soal Ben Hawk padamu. Dan, ya, bisa kau tebak
kejadian selanjutnya. Ben Hawk juga memberimu saran
menjadi penyihir karena aku yang menyuruhnya tanpa dia
sadari."

Edmund masih mencoba mencerna. Itu artinya semua yang


dia alami sudah direncanakan? Tapi masih ada yang belum
disampaikan oleh Ornlu.

"Bagiku mudah saja merasuki mimpi setiap orang dan tanpa


mereka sadar aku memberikan sugesti pada mereka.
Mengarahkan jalan mereka dan melakukan apa pun yang
kuinginkan. Temanmu, Harvey, dia seorang ateis. Dewi Edna
tidak pernah memberkatinya sehingga mudah bagiku untuk
mengarahkan tindakannya. Tentunya aku tidak boleh
menyetirnya menjadi seseorang yang culas atau keji. Aku

Anna Kanina
647
The Duchess Want a Divorce

hanya membutuhkannya untuk menggiringmu ke pulau


Soran," lanjut Ornlu lagi.

"Kau mengetahui kelemahanku dan membuatku berusaha


keras untuk menyingkirkan kutukan itu demi
menyelamatkan istriku," ujar Edmund geram. Seandainya
dia punya pedang, dia akan menebas leher iblis itu sekarang
juga.

Ornlu tertawa, merasa geli akan sesuatu. Dia mengasihani


Edmund yang dikenal cerdas dan tahu segalanya tapi kini
terguncang karena sadar sudah terjebak dalam permainan
iblis.

"Kelemahanmu! Ya, Edmund! Cintamu pada istrimu adalah


kelemahanmu! Itu sulit, karena kau tidak pernah benar-
benar peduli pada apa pun selain dirimu atau kesejahteraan
negaramu. Jadi, akulah yang menciptakan kelemahanmu."
Ornlu mengaku.

"Apa maksudnya? Bagaimana kau melakukannya?"

"Aku menyiapkannya sejak lama, sejak aku tahu potensimu."


Ornlu menampilan senyum misteriusnya.

"Aku memilih Gwendolyn Remian sebagai objek asmaramu.


Dia sejak remaja dikenal akan kecantikannya dan berasal dari

Anna Kanina
648
The Duchess Want a Divorce

keluarga bergelar tinggi di kerajaan. Dia adalah kandidat


yang sempurna. Rasa cinta yang gigih dan tidak kenal
menyerah yang dia tunjukkan selama bertahun-tahun cepat-
lambat akan memengaruhimu. Dan aku benar, pada
akhirnya kau berbalik membalas cintanya." Ornlu
tersenyum.

"Apa yang kau lakukan padanya, Ornlu?!"

"Dia memang pengikut Dewi Edna, tapi aku bisa memasuki


mimpinya karena ada beberapa mantra yang akan lolos dari
pengawasan Edna. Itu adalah mantra cinta," ujar Ornlu
santai.

Edmund merasa kakinya lemas. Harapan yang tadi masih


tersisa kini menguap dari jiwanya. Dia tidak ingin setuju
dengan Ornlu, tapi kalau itu semua benar, Edmund sudah
kehilangan makna menjalani hidup.
Ornlu terbahak mendapati Edmund yang berduka.

"Kau pikir semua pemujaan dan perhatiannya kepadamu itu


wajar? Seorang gadis secantik dia, dengan beragam pria
tampan dan bergelar tinggi meminta cintanya mau bertahan
mencintaimu selama belasan tahun lamanya? Apa itu masuk
di akal? Padahal kau hanya seorang pria yang walaupun
bertitel tinggi tapi dingin dan tidak pernah membalas
cintanya. Ya, Edmund! Aku memantrainya, membuat dia

Anna Kanina
649
The Duchess Want a Divorce

jatuh cinta padamu dan mengejarmu sampai kau menyerah


dan balik mencintainya! Kini kau tahu, kan, Edmund, kenapa
aku bilang kalau kau tidak punya sesuatu apa pun yang harus
kau lindungi. Istrimu menceraikanmu dan kau kini tahu kalau
dia sebenarnya tidak mencintaimu! Bukankah selama ini kau
sudah menahan keinginanmu? Kau boleh mendendam, Ed,
membenciku dan berusahalah membunuhku. Kau mungkin
bisa melakukannya kalau kau mau berserah dan menerima
kekuatanku. Setelah itu semua, jangankan istrimu, kau bisa
mendapatkan wanita mana pun yang kau inginkan. Karena
aku tidak berlebihan, Ed. Dengan kekuatanku, maka seluruh
dunia berada di genggamanmu."

Anna Kanina
650
The Duchess Want a Divorce

Bab 59 - How to Say Goodbye

Ornlu mungkin menganggapnya remeh dan merasa bisa


menguasainya. Dia sudah berhasil melakukannya pada
puluhan penyihir yang pernah hidup di dunia. Tapi kali ini,
Ornlu mungkin menghadapi seseorang yang bisa
mengabaikan bujuk rayunya. Edmund sudah terlatih untuk
mengabaikan perasaan pribadi. Dia bahkan sempat
mengorbankan istri yang dikasihinya demi kepentingan
negara. Lalu apa bedanya dengan saat ini?

Istrinya mungkin tidak pernah mencintainya dan semua


perjuangannya akan sia-sia. Lalu kenapa? Keselamatan
orang lain dan kejayaan Teutonia tetap selalu menjadi
prioritasnya. Kalau dia saja mampu menyakiti orang yang
dikasihinya, kenapa Edmund tidak bisa mengesampingkan
rasa egoisnya?

Tidak ada lagi situasi yang mendesak Edmund untuk


merengkuh kekuatan Ornlu secara total. Edmund berharap
tidak lagi akan menghadapinya. Killian yang bertransformasi
menjadi monster telah memaksanya menggunakan terlalu
banyak kekuatan sihir. Itu semua nyaris menelan
kewarasannya, karena perasaan hebat dan berkuasa itu
sangat menggoda.

Anna Kanina
651
The Duchess Want a Divorce

Edmund tidak merasa cukup percaya diri untuk bilang kalau


dia pasti bisa menolak godaan itu selamanya. Tapi Edmund
tahu kini kalau dia mungkin satu-satunya manusia di dunia
yang sanggup melawan godaan sihir dan kekuatan nyaris
tanpa batas dari Ornlu. Dan itu membuat Ornlu frustrasi.

Iblis itu berusaha melemahkan mental Edmund dengan


memanfaatkan kelemahan besar Edmund, yakni Gwen. Dia
mengaku kalau seluruh kehidupan Edmund telah
direncanakan agar Edmund terjebak membuat kontrak sihir
dengannya.

Ornlu juga meminta Baramut, salah satu komandannya,


untuk membuat kontrak dengan Killian demi menghadirkan
makhluk yang kekuatannya akan mendesak Edmund sampai
batasnya dan terpaksa harus menggunakan sihir lebih
banyak. Itu semua akan melemahkannya dan membuat
kekuatan gelap mulai memangsa jiwanya.

Akan tetapi, Edmund tetap bertahan. Godaan untuk menjadi


orang terkuat dan mewujudkan ambisi menaklukkan banyak
negara lain memang menarik. Tapi semua itu dikalahkan
karena Edmund adalah pria dengan harga diri tinggi. Dia
tidak ingin kehormatannya ternoda. Untuk selamanya dia
ingin tercatat sebagai pahlawan di buku sejarah, bukannya
seorang tiran kuat yang ditakuti karena kekejiannya.

Anna Kanina
652
The Duchess Want a Divorce

Edmund tahu jika dia mencicipi sedikit lagi kekuatan Ornlu,


maka kegelapan bisa memangsanya jiwanya. Ornlu pun
perlahan menghilang dari hadapannya setelah tahu dia
masih gagal membuat Edmund menjadi kaki tangannya. Iblis
itu murka sekaligus respek terhadap Edmund. Kontrak yang
dia buat tegas dan jelas. Dia bersedia membunuh 44 orang
sebagai ganti kekuatan sihir Ornlu, setelah itu dia akan bebas
sepenuhnya.

Ornlu mengira Edmund akan sama saja seperti manusia lain


yang tergoda menjadi kuat atau meraup gunung emas dan
permata. Tapi dia tidak melakukannya.

Ornlu telah mengulurkan tangan dan meminta Edmund


menyentuhnya untuk menerima kekuatannya. Namun
Edmund bergeming dan memilih menatap sang iblis angkuh.
Walaupun dia melemah dan marah karena perkataan Ornlu,
dia tidak bersedia mengikuti kemauannya.

Dia ingin menebas dan membunuh iblis itu. Tapi dia tahu
kalau semua itu tidak cukup untuk pembalasan dendamnya.
Edmund sendiri tidak yakin apakah dia bisa membunuh
dewa. Dia tidak sebodoh itu.

Satu-satunya hal yang akan membuat Ornlu gusar dan


terkalahkan adalah jika Edmund tidak melakukan apa-apa
dan mengabaikan ajakannya.

Anna Kanina
653
The Duchess Want a Divorce

"Masih ada waktu, Edmund. Lain kali kau tidak akan bisa
menolak takdirmu," gumam Ornlu geram sebelum benar-
benar pergi.

Kabut putih terang di sekitarnya pun menghilang, berganti


dengan rasa kantuk yang berat. Namun matanya memaksa
membuka. Ketika jiwanya kembali dari dimensi Ornlu dan
melihat pemandangan dermaga, dia sadar kalau Gwen kini
ikut bersimpuh di dekatnya memeluk lehernya erat.

Rambutnya basah, riasannya pun luntur. Dia juga


mengenakan pakaian khas pendeta wanita kuil Edna karena
baju lamanya basah kehujanan. Edmund melihat kalau kulit
betisnya terluka dan hanya dirawat seadanya. Dia
perempuan yang tidak pernah beraktivitas fisik berat, gadis
bangsawan yang selalu bersemangat walau dimanja seumur
hidupnya. Tapi kini dia memeluk Edmund seolah
menegaskan kalau dia akan mengikuti Edmund sampai
kapan pun meski jelas Edmund adalah orang berbahaya yang
bisa saja melukainya.

Edmund tahu kalau para kesatria pasti melarangnya.


Edmund sendiri merasakan ketakutan dari pelukannya.
Gwen takut Edmund akan berubah menjadi monster dan
berusaha menahannya walau itu semua mungkin sia-sia.
Gwen tidak peduli walaupun Edmund sudah berkali-kali
menyakiti dan mengkhianatinya. Dia tidak ingin Edmund

Anna Kanina
654
The Duchess Want a Divorce

berubah menjadi sesuatu yang dibencinya. Gwen


menggunakan nalurinya, memanfaatkan pengalamannya
bersama Abigail tadi.

Edmund bisa melihat kalau Gwen mengenakan amulet dari


kuil suci, serta tasbih milik Quentin dikalungkannya di leher
Edmund. Gwen menjaganya tetap berada di tempatnya
dengan memeluknya erat sambil memejamkan matanya
cemas. Gwen yang manja telah mengambil risiko kehilangan
nyawa demi melindungi Edmund.

Edmund mengangkat tangannya dan balas memeluk tubuh


Gwen yang dingin. Dia ingin berbagi kehangatan sekaligus
dalamnya kerinduannya pada Gwen. Dia menyesal dan
merasa bersalah luar biasa karena menyaksikan kekasihnya
berulang kali tersiksa karena perlakuannya, bahkan kini
hampir terbunuh. Edmund menahan tekanan menyesakkan
di dadanya. Gwen tidak seharusnya terlibat dalam
kehidupannya.

"Ed?" Gwen tampak lega. Mata cantiknya berbinar.

"Apa yang terjadi? Kenapa dengan kakimu?" Edmund


bertanya pelan.

Para kesatria di sekeliling mereka mulai menyingkir setelah


mengetahui kalau Edmund akan baik-baik saja.

Anna Kanina
655
The Duchess Want a Divorce

"Killian menyihir Abigail untuk melukaiku. Tapi Rico


menyelamatkanku. Syukurlah karena kau sudah
mengalahkan Killian," kata Gwen senang.

Edmund tidak bisa tersenyum tulus. Dia hampir kehilangan


Gwen untuk selamanya. Seandainya saja Rico terlambat
menyelamatkannya, Gwen tidak hanya akan terluka di
kakinya. Edmund tidak pernah merasa segagal ini dalam
hidupnya. Dia seharusnya memastikan keamanan Gwen
segenting apa pun situasi yang dia hadapi.

Edmund meraih pipi kanan Gwen dan menyibak rambut


merahnya yang bergelombang. Edmund sudah menerkanya,
tapi melihatnya sendiri ternyata sakitnya berkali-kali lipat.
Edmund tidak tahu kenapa tidak pernah menyadari hal itu
sebelumnya. Apakah karena Ornlu seorang dewa, jadi dia
bisa menempatkan mantranya tanpa terdeteksi?

Tapi kini Edmund bisa memastikannya. Sebuah kristal magis


terbentuk di salah satu sisi kepalanya. Itu adalah benda yang
tidak bisa dilihat mereka yang tidak punya kekuatan sihir. Di
sanalah Ornlu menaruh mantranya untuk memanipulasi jiwa
Gwen agar Gwen mencintai Edmund.

Edmund berpikir kalau Gwen seharusnya tidak perlu


menghabiskan belasan tahun yang sia-sia dalam hidupnya
untuk mencintai Edmund. Ornlu telah memaksa mereka

Anna Kanina
656
The Duchess Want a Divorce

bersama demi tujuannya. Semua ini dia lakukan agar bisa


membuat Edmund menjadi penyihir besar dan menyebarkan
ajaran Ornlu di dunia.

Tapi Gwen hanyalah seorang wanita lugu yang sebenarnya


bisa jatuh cinta sungguhan dan bahagia bersama pria yang
menghargainya.

"Aku harus bicara padamu, Ed. Aku tidak tahu apakah


waktunya tepat. Tapi aku membatalkan rencanaku pergi ke
Arbavia. Dan kalau kau mau memaafkanku, aku juga ingin
membatalkan perceraian dan-" Gwen bicara sedikit cepat
sebelum Edmund menghentikannya.

"Tidak, Gwen, terlalu berbahaya berada di sisiku saat ini. Aku


bisa kapan pun dikuasai oleh iblis." Edmund tersenyum.

"Apa? Tidak, Ed! Aku mengenalmu. Aku tahu, apa pun yang
terjadi, kau tidak akan menyakitiku," sanggah Gwen.

Gwen benar. Edmund hanya menggertak. Dia cukup yakin


kalau dia bisa mengatasi Ornlu. Dia tahu kalau dia tidak akan
semudah itu terpengaruh oleh kegelapan. Tapi Edmund
perlu meyakinkan Gwen untuk menjauh darinya.

Edmund pun meraih kristal magis itu dan mencabutnya


perlahan dari kepala Gwen. Tangan Edmund sedikit gemetar

Anna Kanina
657
The Duchess Want a Divorce

ketika melakukannya, karena itu artinya dia benar-benar


memutuskan koneksi apa pun yang masih mengikat mereka
berdua. Edmund bisa melihat Gwen menundukkan sedikit
kepalanya bingung, lalu mendongakkan wajahnya dan
melihat Edmund lagi. Tapi tatapannya sudah sedikit
berbeda.

"Aku merasa aneh," gumam Gwen seperti baru saja tersadar


dari mabuk tiba-tiba. Padahal dia yakin tidak makan atau
minum apa pun yang mengandung alkohol hari itu.

"Harvey, pastikan kalau Gwen tiba di Arbavia dengan


selamat. Dia tidak boleh ada di Teutonia." Edmund
memapah Gwen dan meminta Harvey serta Quentin
menghampirinya.

"Kenapa dengan Gwen?" tanya Quentin khawatir.


Gwen diam saja dan mengalihkan pandangannya kembali
pada Edmund. Menatapnya seakan dia seorang yang asing.
Dia ingat seluruh kenangannya bersama Edmund, tapi ada
sesuatu yang berbeda. Gwen tidak bisa langsung
menebaknya.

"Berbahagialah, Gwen. Lupakan aku." Edmund tersenyum


seraya membelai kepalanya untuk terakhir kalinya.

Anna Kanina
658
The Duchess Want a Divorce

Edmund melihat Gwen berjalan pelan bersama Harvey


diiringi beberapa kesatria untuk kembali ke kapalnya. Jadwal
mereka sudah terlambat dan mereka enggan mulai berlayar
terlalu malam. Gwen masih melangkah ragu walaupun dia
tidak lagi menengok ke belakang.

"Apa yang akan Anda lakukan sekarang, Duke?" tanya


Quentin.

"Kita banyak pekerjaan, aku harus membuat laporan tentang


ini semua. Termasuk soal sihir dan Killian," kata Edmund
menjelaskan. Dia memutuskan untuk tidak lagi
bersembunyi. Dia masih berada dalam kontrak bersama
Ornlu dan tahu beberapa hal yang bisa mengancam para
manusia jika mereka tidak melakukan tindakan.

"Terima kasih karena Anda bersedia merelakan Gwen, saya


menjamin kalau dia akan bahagia di kehidupan barunya.
Saya dan ayah saya sudah menyiapkan semua di Arbavia
untuk Gwen." Quentin bicara hal pribadi, menunjukkan
hormatnya sebelum kembali membahas urusan negara.

"Hanya itu yang saya harapkan. Dengan atau tanpa saya,


Gwen harus bahagia." Edmund tersenyum.

Anna Kanina
659
The Duchess Want a Divorce

Dia baru saja merelakan cintanya meskipun baginya mudah


saja menahan Gwen tetap di sisinya. Edmund tahu kalau
yang dia lakukan mungkin tidak bisa menebus kesalahannya
pada Gwen. Tapi dia ingin menunjukkan kalau seorang duke
Rosiatrich bisa mengorbankan keegoisannya demi
seseorang. Selain itu, bukankah ada pepatah lama yang
bilang bahwa mencintai tidak harus bersama?

Anna Kanina
660
The Duchess Want a Divorce

Bab 60 - The Journey Begin

8 bulan kemudian.

Akhir musim semi, Gwen masih sempat melihat pohon-


pohon jacaranda berbunga ungu nan lebat di sekitar istana.
Gwen kembali membiasakan diri mengenakan gaun, karena
selama berbulan-bulan dia terlibat dalam penelitian
lapangan yang mengharuskannya mengenakan celana
panjang dan sepatu kulit. Meski begitu, dia sudah menjalani
hidup ala seorang lady selama puluhan tahun sehingga dia
tidak kehilangan keanggunannya.

Gwen tetap memikat dan membuat siapa pun menahan


napas ketika dia melangkah. Gwen masih tetap memaksa
mata para pria melirik ketika dia tersenyum. Dia juga masih
mampu membuat para pria gagap ketika berbicara
dengannya, bahkan walau kini statusnya sudah menjadi
janda.

"Silakan ke sini, My Lady." Seorang kesatria menyambut


untuk mengantarnya.

Gwen sudah kembali ke Teutonia. Mendengar orang di


sekitarnya tidak lagi memanggilnya "Your Grace" terasa
sedikit asing baginya. Tapi Gwen sudah membiasakan diri.
Segala kesibukannya yang padat sampai harus terkena

Anna Kanina
661
The Duchess Want a Divorce

wabah dan memaksanya tidur di tenda penggalian


berminggu-minggu telah membantunya melupakan
perceraiannya.

"Sigmar!" Gwen menyapa dan memeluk singkat sang putra


mahkota Teutonia dengan riang.

Gwen berkunjung ke istana. Berbeda dengan sayap barat


tempat keluarga kerajaan tinggal, dia pergi ke area istana
yang diisi dengan segala kegiatan politik dan perumusan
peraturan kerajaan Teutonia, tempat Sigmar kini bekerja.

"Gwen! Kejutan apa ini? Kukira kau baru akan pulang ke


Teutonia akhir tahun ini," kata Sigmar.

"Penggalian arkeologi di Arbavia sudah selesai dua bulan


lalu. Aku berpikir untuk melanjutkan misiku di Teutonia.
Berkirim surat denganmu memakan waktu dan aku lelah
menunggu," kata Gwen mengeluh.

"Ah, ya, aku sudah menyampaikan usulanmu kepada


anggota dewan. Walau ada penolakan, aku tetap bisa
membuat mereka setuju. Sebenarnya aku ingin
menyampaikannya nanti, tapi karena kau sudah di sini," ujar
Sigmar dengan nada sedikit serius.

Anna Kanina
662
The Duchess Want a Divorce

"Yang benar?" Gwen berseru, matanya membulat karena


terkejut bercampur senang.

"Ya, sekarang Teutonia memberikan kuota dua puluh persen


bagi wanita untuk menjadi hakim." Sigmar tampak bangga
mengatakannya.

Gwen dan Sigmar menjadi teman surat-menyurat selama


gadis itu tinggal di Arbavia. Gwen menggunakan koneksinya
sebagai sahabat dekat putra mahkota untuk memberikan ide
bagi undang-undang Teutonia. Itu tidak terlalu sulit karena
Sigmar sendiri memiliki relasi yang luas dan pandangan
politiknya lebih demokratis. Gwen bisa dengan mudah
meminta bantuan Sigmar untuk meloloskan peraturan yang
akan membuat kehidupan wanita lebih mudah.

Tidak mudah, dan mungkin perlu waktu lama bagi Teutonia


untuk memperluas wawasan. Gwen memulainya dengan
usulan kalau wanita bisa menjadi hakim. Gwen berharap di
masa depan kaum wanita akan lebih terlindungi dan
mendapat keadilan di mata hukum. Selama ini para sarjana
hukum perempuan hanya bisa menjadi asisten jaksa, hakim,
atau pengacara, tanpa memiliki hak pertimbangan atau
membuka biro hukum mereka sendiri.

Anna Kanina
663
The Duchess Want a Divorce

"Kau melakukan hal yang benar, Sigmar. Kau akan menjadi


raja yang baik." Gwen memuji masih memegang tangan si
pangeran.

"Yah, terlalu cepat untuk memutuskan. Segala urusan putra


mahkota ini memang sangat menyita pikiran. Siapa yang
menyangka kalau menjadi raja akan serumit ini? Aku nyaris
tidak pernah melihat ayahku sibuk di kantornya. Pantas saja
Edmund enggan menjadi putra mahkota. Dia sendiri sudah
terlalu banyak pekerjaan." Sigmar panjang lebar
menjelaskan. Lalu dia menyadari air muka Gwen berubah.

"Ah, maaf, apa aku boleh menyebut namanya?" Sigmar


memastikan.

"Memangnya kenapa? Kita tidak bisa selalu menghindar


untuk membahas dia setiap kali bicara, kan?" Gwen bersikap
seolah itu bukan masalah baginya.

Dia enggan membahas soal Edmund pada siapa pun. Rasa


kesal dan frustrasi yang memuncak membuatnya tidak mau
mengklarifikasi apa pun. Ada kejanggalan pada
perceraiannya. Memang, Gwen yang berinisiatif meminta
cerai, tapi Gwen juga sempat ingin membatalkannya. Namun
Edmund ketika itu seperti biasa, tidak mau membahasnya
dan membuat kesimpulan sendiri. Edmund memaksa

Anna Kanina
664
The Duchess Want a Divorce

mereka lekas berlayar dan tidak lagi pernah menghubungi


Gwen.

Dia bahkan tidak kunjung membalas surat Gwen, padahal


Gwen mencurahkan seluruh keberaniannya untuk
menulisnya. Gwen sakit hati dan merasa sedih karenanya.
Apakah Gwen terlalu berharap muluk? Dia tahu kalau
pertemanan antara mantan suami-istri jarang terjadi, tapi
apakah Edmund harus sedingin itu padanya? Apakah
Edmund berdusta ketika itu? Padahal Gwen masih sangat
mengingat kalimat Edmund kala itu. Edmund mengaku
mencintai Gwen dan menginginkannya kembali. Lalu setelah
dia mengalahkan Killian, Edmund bersikap seolah itu semua
tidak pernah terjadi dan memaksa Gwen lekas pergi.

Memang, ketika itu Gwen merasa sedikit bingung seperti


para orang tua yang mulai pikun. Entah apa yang
membuatnya seperti itu. Dia jadi tidak bereaksi wajar atas
percakapan terakhir mereka berdua. Setelah beberapa hari
di kapal, Gwen tersadar dan menyesali perceraiannya.
Namun karena Edmund sendiri sudah bersedia berpisah,
Gwen tidak mungkin menelan kata-katanya sendiri. Dia pun
menganggap semua sudah terjadi dan bersiap memulai
hidup baru.

"Bagaimana kabar Edmund?" Gwen bertanya dengan raut


sedikit tegang.

Anna Kanina
665
The Duchess Want a Divorce

Gwen berusaha tidak mau tahu dengan apa pun yang terjadi
pada mantan suaminya selama ini. Dia bersyukur karena
sempat merantau di negara lain, bahkan berkemah
berbulan-bulan di lokasi penggalian bersama Harvey. Gwen
jadi tidak tahu berita terbaru di Teutonia. Keluarganya
sendiri, tanpa diminta, tidak pernah membahas soal Edmund
dengannya. Gwen pun memastikan dirinya sangat sibuk agar
lebih mudah melupakannya.

Gwen menunggu jawaban Sigmar dengan rasa berdebar.


Apakah Edmund baik-baik saja? Apakah dia bisa mengatasi
masalahnya dengan iblis? Lalu apakah Edmund sudah
menemukan pengganti Gwen yang baru? Hati Gwen terasa
sakit ketika memikirkan pertanyaan terakhir.
Bagaimanapun, Edmund adalah orang penting, keluarga
besarnya pasti terus mendesaknya untuk menikah kembali.

"Dia baik-baik saja. Dia mengaku sebagai pembunuh


berantai dengan julukan malaikat kematian. Namun semua
itu dilakukannya karena desakan iblis. Ed bersedia bekerja
sama dengan negara untuk mencari para penyihir lain.
Katanya lima ratus tahun sekali para penyihir dengan
kekuatan serupa Killian akan muncul di banyak negara. Dia
sangat sibuk belakangan ini. Negara mengampuninya
asalkan dia bersedia berbagi pengetahuan dengan kuil dan
kesatria untuk mengatasi iblis dan penyihir." Sigmar
menjelaskan.

Anna Kanina
666
The Duchess Want a Divorce

Informasi itu cukup menenangkan bagi Gwen. Dia bersyukur


Edmund tidak menerima tuntutan hukum atau
semacamnya. Dia sendiri sempat mendengar dari Quentin
kalau Edmund adalah penyihir terkuat di dunia saat ini dan
bersyukur karena Edmund tidak menjadi jahat seperti Killian.

"Lalu, apa Gisca belum pulang ke Teutonia?"

"Tidak, dia memaksa ikut ekspedisi para kesatria. Kau tahu,


dia menyalahgunakan posisinya sebagai putri kerajaan demi
alasan pribadi. Maksudku, dia terus merepotkan Quentin
belakangan ini." Sigmar menggelengkan kepalanya
mengeluh. Dia sadar dulu dia juga menyebalkan dan tukang
membuat onar, tapi yang dilakukan Gisca tidak kalah
merepotkan.

Quentin menerima tanggung jawab besar sebagai kesatria


Edna. Dia adalah kesatria pertama yang mengetahui masalah
tentang sihir dan iblis. Dia juga yang pertama kali berinisiatif
untuk mengumpulkan artefak suci. Kini dia banyak
melakukan eksperimen dibantu oleh Edmund demi
mengalahkan para penyihir yang mungkin akan mengancam
negara nantinya. Lady Miraila tidak lagi bisa menunggu
karena Quentin sekali lagi mau menunda demi urusan
negara. Miraila memutuskan membatalkan pernikahan
mereka. Kini Gisca memastikan kalau dia adalah satu-
satunya wanita yang dilihat oleh Quentin.

Anna Kanina
667
The Duchess Want a Divorce

Mengingat karakter Gisca yang persisten, Gwen merasa akan


menerima undangan pernikahan mereka tidak lama lagi.
Berbeda dengan Lady Miraila yang pendiam, Gisca tidak
mudah menyerah.

"Jadi? Mau menjadi pasanganku malam ini? Kau punya


undangan untuk pesta ulang tahun raja hari ini, kan? Aku
tidak tahu harus memilih mengajak siapa karena statusku
sekarang putra mahkota. Para gadis itu bisa salah paham dan
terlalu berharap jadi ratu nanti. Padahal aku hanya butuh
menggandeng seseorang agar tidak terlihat terlalu
menyedihkan." Sigmar mengeluh.

"Sayangnya tidak bisa, aku sudah telanjur punya pasangan


untuk pesta ulang tahun raja Teutonia malam ini." Gwen
menggeleng enggan.

***

Para perencana acara sudah bekerja baik hari ini. Seperti


biasa, pesta ulang tahun raja selalu meriah. Ada balok-balok
es yang didatangkan dari danau dan dipahat menyerupai
patung peri. Lilin-lilin lebah dinyalakan di setiap sudut untuk
menambah suasana temaram nan mewah. Gwen bisa
mencium aroma madu yang secara alamiah keluar dari
setiap batang lilin yang terbakar. Gwen juga bisa melihat
danau istana dipenuhi teratai yang mekar, lengkap dengan

Anna Kanina
668
The Duchess Want a Divorce

cawan-cawan berbentuk kelopak lotus dengan lilin kecil


mengambang di atas permukaan airnya yang tenang.
Gwen pun melihat satu per satu bangsawan memasuki
gerbang dengan pakaian terbaik mereka. Masing-masing
dari mereka mengangkat kepala dengan tinggi seakan
menegaskan gelar mereka. Gwen sesekali memperhatikan
penampilan mereka serta wewangian yang mereka kenakan.
Dia merasa sedang berjalan di pertokoan elit yang ramai
dengan para bangsawan itu sebagai peraga busananya.

"Teutonia punya selera dekorasi yang menarik." Seorang pria


berambut pirang dengan raut wajah serupa adonis menyapa
Gwen, membuyarkan lamunan si gadis yang mulai bosan.
Dia adalah salah satu pangeran yang dikenal Gwen dalam
hidupnya.

"Apakah Arbavia tidak pernah mengadakan pesta seperti


ini?"

"Seringnya hanya acara internal, hanya dihadiri keluarga


saja. Raja tidak terlalu suka diperhatikan."

"Bagaimana denganmu nanti, Leonard? Apa yang akan kau


lakukan jika raja Arbavia mengadakan pesta ulang tahun
untukmu?" Gwen bertanya iseng.

Anna Kanina
669
The Duchess Want a Divorce

"Entahlah, yang jelas tidak akan separah Harvey. Dia bahkan


tetap menginap di perpustakaan universitas walau dia tidak
lupa ulang tahunnya. Ya ampun, kurasa suatu hari dia akan
menikahi salah satu muminya." Pria itu tergelak
membayangkan kakaknya sendiri.

Meledek Harvey adalah salah satu hobi Leonard. Dia senang


mengenal Gwen yang juga tidak segan melontarkan lelucon
tentang pangeran yang berprofesi sebagai profesor
arkeologi itu. Leonard adalah pangeran termuda Arbavia
yang baru saja lulus akademi dan menjadi diplomat. Gwen
pulang ke Teutonia dengan hanya ditemani oleh Leonard
yang kebetulan juga menerima undangan dari raja Teutonia.

Leonard tidak pernah tahu kalau kakaknya Harvey, yang


seakan tidak pernah tertarik pada perempuan itu, pernah
dua kali melamar Gwen. Harvey menegaskan kalau itu akan
menjadi pernikahan yang saling menguntungkan tanpa
ikatan emosional. Gwen meminta waktu untuk menjawab
karena dia masih berharap menemukan cinta yang baru
suatu hari nanti. Tapi pada akhirnya Harvey memutuskan
kalau itu semua tidak akan adil bagi Gwen, jadi dia tidak lagi
ingin Gwen memikirkannya.

Harvey telah banyak membantunya dan memberikan


pengalaman yang menyenangkan untuk hidupnya. Dia
bahkan bersedia mengajak Gwen melakukan penggalian

Anna Kanina
670
The Duchess Want a Divorce

arkeologi lagi. Gwen tidak memberi tahu Leonard, tapi dia


mendeteksi sesuatu ketika dia bersama Harvey ikut
ekspedisi. Harvey punya ikatan spesial dengan salah seorang
asistennya, tapi Harvey sendiri sepertinya belum sadar akan
perasaannya.

"His Grace, Edmund Rosiatrich dan Lady Annabelle hadir!"


Jantung Gwen serasa melompat ketika nama mantan
suaminya disebut oleh penjaga pintu. Siapa itu Annabelle?
Gwen diam-diam melirik. Dia tidak tahu kalau Edmund akan
hadir. Biasanya dia tidak suka hadir di acara seperti ini.
Mantan suaminya hadir dengan aura agung seperti biasa,
angkuh nan misterius. Dia jauh lebih tidak bisa ditebak
ketimbang ketika dulu mereka bersama. Tidak tahu kenapa,
mungkin karena mereka sudah berpisah lama. Edmund
terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dan Gwen yang
berpikir sudah melupakannya kini berdebar.

Edmund menggandeng lady bernama Annabelle itu dengan


pandangan kaku. Dia memperlakukan semua seremoni hari
itu sebagai kewajiban semata. Dia seorang duke,
keluarganya terus mendesak untuk menikah lagi. Annabelle
hanyalah seorang wanita bangsawan yang dikenalkan oleh
kerabatnya. Edmund berharap mereka akan bungkam jika
kali ini Edmund menurut dan berkencan dengan seseorang.

Anna Kanina
671
The Duchess Want a Divorce

Gwen bersembunyi di balik pilar dan diam-diam


memperhatikan Edmund yang terlihat gelisah karena ingin
segera pulang. Gwen mengenali perilaku itu. Edmund
mengetukkan jarinya di meja dengan bertopang dagu. Dia
tidak ingin mendengar siapa pun bicara padanya. Dia tidak
menyahut apa pun meskipun para bangsawan
memberanikan diri menegurnya. Edmund biasanya hanya
mengangguk dan menyibukkan diri dengan minuman.

Sejak jati dirinya sebagai penyihir terbongkar, auranya lebih


gelap dari biasanya. Dalam artian dia menjadi lebih sulit
dijangkau dan orang lebih hati-hati ketika bicara dengannya.

Gwen menebak, Edmund belum tahu kedatangannya.


Apakah Gwen sebaiknya pergi? Tapi Gwen sedikit risih
melihat wanita bernama Annabelle yang terlihat berusaha
membuat Edmund memperhatikannya. Dia cukup jelita
dengan perona bibir merah terang dan rambut cokelat gelap
yang serasi dengan gaun birunya. Tapi dia sama sekali bukan
tipe kesukaan Edmund. Bukannya Gwen ingin bersikap
seolah paling mengenal Edmund, tapi wanita itu memiliki
aura dewasa, serupa dengan laba-laba black widow yang
gemar melahap pejantannya di malam perkawinan mereka.
Dia mungkin lebih bisa disebut penyihir ketimbang Edmund
yang asli penyihir.

Anna Kanina
672
The Duchess Want a Divorce

"Leon, bantu aku." Gwen berbisik pada si pangeran yang


masih makan kaviar.

"Apa?"

***

Edmund melirik jam tangannya. Masih ada dua jam lagi


sebelum pesta berakhir. Raja selalu datang satu jam sebelum
acara selesai karena dia senang melihat para tamunya ramai.
Sudah menjadi aturan tidak tertulis kalau tidak ada yang
boleh pulang sebelum raja hadir. Mereka juga perlu
membungkuk kepada raja. Ada ajudan yang mencatat siapa
yang membungkuk dan siapa yang tidak. Edmund merasa
acara ini serupa dengan kamp para kesatria. Karena itu,
Edmund sering memilih untuk tidak datang. Dia adalah satu
dari segelintir orang Teutonia yang punya privilese itu.
Dia bosan. Seluruh dunia terasa tidak menarik baginya saat
ini. Dia enggan direpotkan untuk urusan mencari istri, tapi
kini hal itu telah memuncaki tugas yang diembannya sebagai
seorang duke Rosiatrich. Setiap ada rapat keluarga, itu selalu
menjadi hal pertama yang dibahas. Bahkan rumah terasa
menyesakkan baginya.

Memangnya mudah menikah lagi? Dia bahkan tidak sanggup


mengosongkan kamar Gwen atau merenovasinya. Dia masih
sesekali berkunjung ke sana dan membayangkan kalau suatu

Anna Kanina
673
The Duchess Want a Divorce

hari Gwen bisa muncul dan tersenyum padanya setiap pagi


seperti dulu.

Edmund mulai meragukan kemampuannya untuk menahan


diri, karena dia bahkan mengkhayal melihat Gwen di pesta
ulang tahun raja hari ini. Gwen dalam halusinasinya
mengenakan gaun malam berwarna marun dan sepatu hak
yang serasi di kaki indahnya. Rambutnya tidak disanggul
untuk menonjolkan rambut merah bergelombang yang
dibanggakannya. Edmund pasti sudah terlalu
merindukannya sampai melihat khayalan senyata itu. Sudah
lebih dari delapan bulan. Segala kesibukannya tidak terlalu
membantu.

"Apa kabarmu, Your Grace?" Gwen menyapanya manis,


menarik kursi dan duduk di sebelahnya. Gwen memaksa
Leonard untuk mengajak Annabelle berdansa. Dia ingin
bicara dengan Edmund.

Edmund tidak langsung bereaksi, dia melihat Gwen selama


beberapa saat, masih berpikir kalau sosok di depan matanya
saat ini hanya halusinasinya. Pria itu tersenyum, merengkuh
rahangnya dan membelai rambutnya lembut dengan
tatapan memuja. Gwen terlihat bingung karenanya. Dia
mengira reaksi Edmund akan sedikit berlawanan dari itu. Dia
mungkin akan marah dan pergi karena sangat muak dengan

Anna Kanina
674
The Duchess Want a Divorce

Gwen. Mungkin pria itu tampak benar-benar ingin


membuangnya, karena itu tidak pernah membalas suratnya.

"Ed?" tegur Gwen bingung. Apakah Edmund sudah mabuk?

Gwen dalam khayalannya terlihat sangat nyata dan lebih


cantik dari terakhir kali mereka bertemu. Kalau ini hanya
halusinasi, Edmund tidak perlu menahan diri. Hanya kali ini
saja, Edmund ingin meluapkan emosinya. Mungkin dengan
cara ini dia bisa benar-benar melepaskan Gwen.

Edmund membawa bibir Gwen mendekat dan memejamkan


matanya, lalu memberinya kecupan yang diawali lembut.
Apakah Edmund kembali dirasuki iblis? Kalaupun iya, Gwen
enggan melewatkan itu. Gwen beradaptasi. Dia ikut
memejamkan mata dan membuka sedikit bibirnya. Edmund
semakin tenggelam dan melumat bibir cantiknya tidak sabar.
Gwen mulai panik diikuti rasa sedih. Apakah Edmund banyak
berkencan selama mereka berpisah? Karena ciumannya
berbeda dengan yang dulu pernah mereka lakukan. Dia
seakan lebih berpengalaman.

Gwen merasakan gairah, kerinduan, dan keinginan Edmund


untuk menguasainya. Ini terlalu berlebihan. Mereka berada
di tengah pesta. Tidak peduli walaupun area mereka
sekarang cukup sepi, berciuman panas seperti saat ini tetap
saja bukan perilaku yang pantas.

Anna Kanina
675
The Duchess Want a Divorce

"Ed! Tunggu!" Gwen mendorong Edmund menjauh.


Bagaikan tersengat sesuatu, Edmund nyaris melompat dari
kursinya begitu menyadari kenyataan. Gwen yang tadi
diciumnya sama sekali bukan halusinasi. Kalau dia palsu,
seharusnya dia tidak bisa menolak apalagi marah karenanya.

"Gwen? Tunggu! Kau benar-benar Gwen?" ujar Edmund


panik.

"Apa kau sudah mabuk, Ed?" Gwen menuduh.


"Mabuk? Tidak-astaga. Maafkan aku, aku kira kau-"

"Kau mengira diriku Lady Annabelle? Makanya kau


menciumku seperti tadi?" Gwen merasa terluka. Suaranya
bergetar. Bukan hanya karena Edmund seperti tidak
menginginkan kehadirannya, tapi juga karena Edmund
memberinya ciuman yang selalu diinginkannya tapi mengira
dia adalah perempuan lain. Pertemuan pertama mereka
langsung memberinya trauma.

"Bukan! Tidak begitu!" Edmund menggeleng kuat.

"Aku melakukannya karena aku pikir kau adalah kau!"


Edmund menegaskan. Gwen sedikit bingung karenanya.
Namun dia tidak jadi menangis.

"Maksudnya?"

Anna Kanina
676
The Duchess Want a Divorce

Edmund tercekat. Dia bisa tanpa sengaja membongkar


semuanya saat ini juga. Dia bisa membebani pikiran Gwen
kalau dia tahu Edmund tidak pernah merenovasi kamarnya.
Atau betapa dia berjuang untuk tidak pernah membuka
surat dari Gwen karena dia khawatir akan langsung
menyusulnya ke Arbavia. Edmund sama sekali tidak ingin
membebani Gwen. Dia tahu karakter Gwen yang mudah
kasihan. Dia tidak bisa benar-benar bebas kalau tahu
Edmund masih mengharapkannya.

"Aku ...." Edmund mulai bicara gugup. Gwen bersiap


mendengarkannya saksama.

"Aku mau pulang, ada pekerjaan." Edmund berdiri dari


duduknya dan beranjak pergi dengan canggung. Ini terlalu
berlebihan bagi jantungnya. Kejutan ini sulit diterima. Dia
mungkin harus menemui dokter setelah ini.

"Tunggu, Ed!" Gwen menangkap tangannya.

"Bisakah kali ini kita bicara? Benar-benar bicara? Karena kau


tahu, sikapmu yang seperti inilah yang membuatku
menceraikanmu!" Gwen melihat mata Edmund teguh.

"Bicara apa? Aku dan kau sudah tidak ada urusan lagi."
Edmund menggeleng.

Anna Kanina
677
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kau menciumku?" Gwen bertanya lembut. Ini


bukan interogasi di kantor kehakiman. Gwen tidak mau
terlalu galak. Dia hanya ingin memastikan.

Edmund terdiam. Matanya memandang perempuan jelita


itu, mendamba. Apa dia masih perlu menyembunyikannya?
Apa dia tidak sebaiknya jujur saja? Edmund juga tidak
terpikir alasan apa yang masuk akal untuk tindakannya tadi.

"Aku kira kau halusinasiku, aku tidak tahu kalau kau akan
pulang ke Teutonia apalagi menghadiri pesta ini. Jadi aku ...
melakukannya." Edmund mengusap wajahnya. Ini sungguh
memalukan.

"Kenapa? Apa kau mencium gadis mana pun kalau mengira


mereka hanya halusinasi?"

"Tidak. Hanya dirimu." Edmund mengaku, membuang


wajahnya ke arah lain. Edmund merasa bingung akan
situasinya. Dia ingin cepat-cepat pergi, tapi juga tidak mau
segera berpisah. Ini menyiksanya. Dia bisa saja kembali
melakukan keputusan egois yang bisa membuat Gwen
bersedih. Memaksanya pulang misalnya. Itu sangat

Anna Kanina
678
The Duchess Want a Divorce

menggoda, dan kalau dia tidak ingat sumpahnya untuk pergi


dari hidup Gwen, dia pasti sudah melakukannya.

Gwen merasa Edmund sangat manis. Dia tahu itu mungkin


pandangan yang melecehkan seorang duke terhormat dan
menakutkan seperti dirinya. Tapi dia gemas akan usaha
Edmund yang kentara untuk menyembunyikan perasaannya.
Edmund jelas sangat senang melihat Gwen.

"Ketika di dermaga, kenapa kau menyuruhku pergi, Ed?"

"Kau menceraikanku." Edmund merasa sesuatu menekan


dadanya ketika mengatakannya.

"Tidakkah kau pernah berpikir kalau mungkin saja aku


menceraikanmu karena berharap kau mengejarku dan
memintaku kembali?"

"Aku sempat berpikir untuk itu. Tapi aku sadar kalau aku
menginginkan kebahagiaanmu." Edmund mengaku. Dia
merasa lebih rileks dan merasa hatinya mungkin lebih damai
jika membahasnya.

"Apa kau bahagia, Ed? Setelah bercerai denganku?"


Edmund diam sejenak.

"Tidak." Edmund menggeleng pelan. "Tapi kau tidak usah

Anna Kanina
679
The Duchess Want a Divorce

memikirkan itu. Aku sudah bilang, berbahagialah," sambung


Edmund lagi.
Gwen tersenyum mendengarnya.

"Baiklah, Ed."

Edmund bersedih. Tapi dia tidak bisa memaksakan cintanya.


Dia tahu kalau dia bisa saja tetap bersama Gwen atas dasar
obsesi sepihak, tapi dia tidak sanggup berpikir kalau Gwen
suatu hari akan membencinya. Edmund dan Ornlu telah
merenggut masa remajanya, membuat dia membuang
waktu untuk mencintai seorang duke yang jarang
menghargainya. Edmund tidak merasa cukup baik bagi
Gwen.

"Bisakah aku mendapat ciuman lagi? Yang tadi terdengar


tidak adil bagiku karena kau mengira telah mencium
halusinasi yang menyerupai aku, tapi bukan aku. Astaga,
membingungkan sekali! Aku ingin tahu ciuman seperti apa
yang akan dilakukan Edmund pada Gwen yang asli." Gwen
menuntut karena merasa diperlakukan tidak adil.

"Apa? Gwen, tidak. Kalau kau melanjutkan ini, aku khawatir


kau akan menyesalinya." Edmund memperingatkan.

"Kenapa?"

Anna Kanina
680
The Duchess Want a Divorce

"Karena aku tidak akan melepasmu lagi." Edmund


meyakinkan Gwen.

"Itu bagus, karena aku juga tidak akan ke mana-mana."


Gwen tersenyum. Dia lalu merangkul lengan Edmund dan
memeluknya seperti gadis kecil yang mendapat hadiah ulang
tahun terbaik.

"Tunggu, aku tidak paham."

"Kau bilang aku harus berbahagia. Aku ingin bersamamu lagi,


Ed. Apakah kau mau membantuku untuk itu?" Gwen
bertanya manja.

Gwen sendiri tidak menyangka. Awalnya dia hanya ingin


bertanya kenapa Edmund tidak membalas suratnya? Tapi
ciuman dan reaksi Edmund telah menegaskan satu hal
baginya. Dia tidak ingin kehilangan momen itu. Gwen tidak
mau menyesal lagi karena berpisah. Karena Gwen tidak tahu
kapan lagi dia bisa merasakan cinta selain bersama Edmund.
Walaupun hubungan mereka tidak sempurna dan mereka
berdua tidak akan pernah menjadi yang terbaik, tapi Gwen
tidak mau lelah berusaha.

"Ki-kita harus menikah lagi. Lalu kau bisa kembali menjadi


duchess dan tinggal di rumahku." Edmund langsung
memutuskan. Dia khawatir Gwen akan berubah pikiran.

Anna Kanina
681
The Duchess Want a Divorce

"Tidak, Ed. Kita berkencan saja dulu," sahut Gwen santai.


Edmund tidak bisa langsung jadi sempurna, begitu pun
dirinya. Tapi mereka bisa mengingatkan dan jujur satu sama
lain, karena itu adalah hal dasar yang harus dimiliki setiap
pasangan.

Pesta masih ramai di kediaman raja. Kembang api pun


diletuskan mewarnai langit dengan percikan api berwarna-
warni. Malam yang biasanya diramaikan oleh gesekan sayap
jangkrik kini dipenuhi riuh sorakan para tamu. Tapi bagi
beberapa orang, mereka seakan tidak sedang merayakan
ulang tahun raja, melainkan bersukacita akan reuni dua
manusia kasmaran yang sekali lagi memulai petualangan
mereka.

ꭆ-TAMAT-ḁ

Anna Kanina
682
The Duchess Want a Divorce

EPILOG

"Apakah aku terlihat pantas memakai setelan ini, William?"


Edmund bertanya sambil mematut dirinya di cermin.

Dia mengenakan setelan cokelat muda dengan kemeja putih


pas badan di baliknya. Sepatu kulitnya disemir dan dia juga
menyisir rambutnya. Dia mencoba terlihat menarik
walaupun dia yakin dia akan tetap tampan dengan apa pun
yang dia kenakan. Entah mengapa dia merasa perlu
berdandan ekstra hari ini. Hanya parfum yang tidak dia
gunakan. Edmund beranggapan pria yang memakai parfum
itu tidak pantas.

Lagi pula Gwen pernah bilang kalau dia suka aroma alami
Edmund setiap dia habis mandi. Edmund berendam dengan
tetesan minyak patchouli dan lavender setiap harinya.
Baginya itu membuatnya rileks. Tapi Gwen menganggapnya
seksi. Entah apa tujuan Gwen mengatakan itu. Yang jelas,
Edmund pakai lebih banyak minyak esensial di bak mandinya
petang ini.

"Sempurna, Your Grace." William si butler mengangguk puas


dengan senyum tenang yang terlatih.

"Apa kau yakin? Apakah warna setelan ini tidak terlalu cerah
bagiku?" Edmund masih membenahi kerah bajunya.

Anna Kanina
683
The Duchess Want a Divorce

"Tidak, Your Grace, justru itu memberikan kesan segar dan


tidak muram," jawab William santai.

"Jadi selama ini penampilanku muram?"

"Mirip yang dikenakan petugas pemakaman, Your Grace,"


sahut William tanpa takut. Butler itu adalah satu-satunya
orang di mansion-nya saat ini yang berani bicara apa saja
pada Edmund.

Edmund mengerling tidak suka, tapi lekas mengabaikannya.

"Kau tahu, ini pertama kalinya setelah satu minggu. Akhirnya


aku bisa bertemu dengan istriku. Astaga, dia sangat sibuk."

"Bukan istri Anda, Your Grace. Maksud Anda tunangan?"


William mengoreksi.

"Sama saja, apa bedanya? Dia akan jadi istriku sebentar lagi.
Oh, iya, mungkin kau perlu menyiapkan kamarnya. Pasang
seprai warna kesukaannya." Edmund memberi perintah.

"Apa maksud Anda, Your Grace? Apakah Lady Gwendolyn


akan menginap di sini?" William memastikan, berusaha tidak
terdengar menuduh.

Anna Kanina
684
The Duchess Want a Divorce

"Ya, mungkin. Mungkin juga tidak. Tapi kurasa itu tidak


masalah. Kami kan pernah menikah. Entahlah. Aku tidak
tahu. Astaga, apa yang harus kulakukan William?" Edmund
tiba-tiba gugup.

"Duduklah, Your Grace. Coba bernapas normal. Anda terlalu


mengkhawatirkan kencan Anda. Demi Edna, ini hanya makan
malam." William bicara sedikit tegas sambil menarik kursi,
meminta tuannya duduk.

"Entahlah, aku selalu khawatir tidak bisa mengontrol diriku


dan menakutinya. Masih dua bulan lagi, William! Tapi, tiap
kali kami bertemu dan mengantarnya pulang, aku selalu
terpikir untuk menculiknya dan memaksanya tinggal di sini."
Edmund mengaku. Gwen setuju untuk menikah ulang dua
bulan lagi. Namun Edmund selalu khawatir Gwen akan
berubah pikiran.

"Anda tidak punya alasan untuk rendah diri, Your Grace."


William menggeleng.

"Aku tidak rendah diri." Edmund mengelak.

Ketakutannya beralasan. Edmund belum bisa benar-benar


memastikan perasaan Gwen padanya. Dia jelas melihat
mantra cinta Ornlu berada di kepala Gwen.

Anna Kanina
685
The Duchess Want a Divorce

"Saya rasa Anda akan baik-baik saja. Karena saya melihat


Anda sudah berusaha tidak mengecewakannya." William
berkomentar sambil memunguti pakaian Edmund yang
berserakan karena dia beberapa kali merasa bimbang dan
menggantinya.

"Entahlah, bagaimana menurutmu tentang saputangan ini?


Haruskah kutaruh di saku atau dikantongi saja? Lalu apa
sepatu ini tidak terlalu formal?" Edmund memastikan.

"Astaga, Your Grace. Bagaimana kalau Anda pakai lagi saja


setelan petugas pemakaman yang biasa?" William
menanggapi lagi setengah menyindir. Edmund tidak pernah
terlalu peduli akan penampilannya sebelum ini. Kesempatan
kedua yang dia dapat tidak bisa membuatnya rileks.

***

"Jadi, kudengar kau sangat sibuk, Gwen."

Gisca mulai bicara ketika bertemu sahabatnya. Kulitnya


sedikit kecokelatan karena habis bepergian ke daerah tropis.
Tapi dia tidak bisa menikmati kencan yang menyenangkan
karena Quentin sibuk bekerja, bahkan sempat terkena
malaria. Ternyata menjadi kesatria tidak mudah.

Anna Kanina
686
The Duchess Want a Divorce

Apalagi kalau dia juga harus melindungi Gisca si tuan putri.


Quentin beberapa kali memohon agar Gisca pulang ke
Teutonia. Mereka berhadapan dengan penyihir dan orang-
orang berbahaya, tapi Gisca menganggap semua itu piknik
yang romantis. Gisca berhasil membuat Quentin berjanji
untuk menikahinya sebagai ganti kepulangannya.

"Ya, aku punya banyak rencana untuk diajukan ke parlemen.


Beruntung Sigmar mendukungku." Gwen menggumam
sambil membaca beberapa lembar kertas di tangannya.

"Kukira kau rajin ke istana karena menungguku pulang."


Gisca berkomentar seolah bersedih.

"Maksudnya? Memangnya aku seperti anjing pudel yang


merindukan tuannya?" sahut Gwen ketus.

"Kenapa kau suka menyamakan dirimu dengan anjing?"

"Aku hanya tidak terpikir perumpamaan lain. Lagi pula anjing


pudel itu manis."

"Kau seharusnya melihat pudel peliharaan bibiku. Mereka


seperti monster berwujud boneka. Mereka mengencingi apa
saja, termasuk mantel buluku."

Anna Kanina
687
The Duchess Want a Divorce

"Oh, iya, Gisca. Aku mendengar dari Sigmar. Katanya kau


merawat anak Abigail?" tanya Gwen.

"Astaga, padahal aku sudah bilang kalau dia tidak boleh


bilang siapa pun."

"Kau melakukan hal yang mulia, Gisca."

"Abigail harus mendekam di penjara selama tujuh tahun.


Bayi itu tidak diterima oleh kakek dan neneknya. Itu hal yang
wajar dilakukan siapa pun."

"Kurasa tidak. Biasanya panti asuhan yang akan merawat


anak-anak yang lahir di penjara."

"Dengar, aku tidak benar-benar merawatnya. Aku meminta


pelayan mengawasi dan mengurusnya. Aku membiayai
semuanya. Hanya itu. Seperti yang gadis-gadis kaya biasa
lakukan."

"Sudah kubilang, tidak ada gadis kaya lain yang melakukan


itu."

"Terserahlah. Anggap saja aku hanya iseng." Gisca mengelak.

Gwen tersenyum. Dia mengenal sifat Gisca. Dia selalu


bersikap layaknya putri manja egois, dan gadis lain jadi

Anna Kanina
688
The Duchess Want a Divorce

menjauhinya. Tapi sesungguhnya dia mudah bersimpati dan


peduli pada orang lain. Gisca tidak pernah berkhianat atau
meninggalkan Gwen, bahkan ketika Gwen dimusuhi oleh
para wanita bangsawan lainnya.

"Jadi, kau kembali bersama Edmund?" Gisca bertanya.

"Ya, kami akan menikah lagi." Gwen menyahut dengan


tangan sibuk menulis.

"Kau yakin? Bagaimana kalau dia tetap menyebalkan seperti


dulu?"

"Kita tidak selalu bisa mendapatkan yang terbaik. Di sanalah


aku diuji untuk lebih dewasa. Maksudku, aku sudah bersiap
untuk menoleransi sifat buruknya. Tapi kali ini aku juga
berusaha membuat dia memahamiku." Gwen berhenti
melakukan kegiatannya untuk menanggapi pertanyaan
Gisca.

"Dan apakah menurutmu dia bisa berubah? Serta segala isu


soal sihir yang melekat padanya, apa kau tidak takut? Selain
itu, hidupmu sudah nyaman dan kau melakukan apa pun
yang kau sukai. Kenapa kau mau ambil risiko berhubungan
kembali dengan Edmund yang bisa saja membatasimu?"
Gisca ingin sahabatnya berpikir ulang.

Anna Kanina
689
The Duchess Want a Divorce

"Aku tahu, tapi aku rasa kali ini Edmund tidak akan
mengulangi kesalahannya. Quentin juga sudah memastikan
kalau Edmund bukan penyihir yang jahat. Kau akan paham
kalau berada di posisiku. Aku pikir semua ini sudah
ditakdirkan. Karena baik aku maupun Edmund tidak bahagia
dengan perceraian kami."

***

Aula itu adalah salah satu tempat paling sulit dijangkau oleh
rakyat. Sebuah singgasana mewah dibangun di sana dengan
latar jendela besar bertirai sutra lebar yang ditenun oleh
pengrajin kerajaan. Di sudut-sudutnya ada pot-pot gerabah
berhias batu jade yang menjadi rumah bagi tanaman hias
yang subur kembali karena hangatnya musim semi. Namun
raja tidak terlalu sering duduk di sana. Dia lebih suka
menerima tamu di perpustakaan pribadinya yang didekorasi
sofa empuk dari negeri Drakela.

Hari ini perpustakaannya sedang dirapikan sehingga dia


harus bertemu tamunya di sana. Raja Phillip masih terlihat
bugar di usianya yang hampir setengah abad. Dia
mengenakan pakaian kasual dan tidak terlalu formal.
Mungkin orang bisa terkecoh dan mengiranya pegawai
istana yang sedang bertugas.

Anna Kanina
690
The Duchess Want a Divorce

Dia memilih berdiri saja di dekat singgasananya karena


tamunya kali ini cukup akrab dengannya. Walaupun begitu,
Quentin si kesatria tidak bisa terlalu santai. Bagaimanapun,
dia sedang menghadap seorang raja. Quentin menunduk dan
membungkuk untuk menyapa sang raja.

"Terima kasih sudah bersedia bertemu denganku di sela


kesibukanmu, Quentin," kata Raja Phillip dengan nada
bijaksana.

"Justru saya yang merasa terhormat, Yang Mulia."

"Langsung saja, bagaimana dengan penyelidikanmu tentang


para penyihir?"

"Saya sudah punya beberapa kesimpulan awal, dibantu oleh


sejarawan dan petinggi kuil di beberapa negara. Kami setuju
kalau selama lima ratus tahun sekali akan muncul seorang
penyihir besar, utusan iblis di dunia. Peristiwa itu juga akan
dibarengi kemunculan penyihir-penyihir lain yang
berkekuatan besar seperti Killian. Kami sudah menemukan
satu di Arbavia serta dua orang di Drakela. Berbeda dengan
penyihir yang ada sebelumnya, mereka lebih kuat dan
merepotkan. Dunia harus bersiap menghadapi keajaiban-
keajaiban, seperti jika mereka menjelma menjadi monster
layaknya Duke Killian." Quentin menjelaskan.

Anna Kanina
691
The Duchess Want a Divorce

"Apakah kalian sudah menemukan cara menghadapi


mereka?"

"Ya, kami bisa, dibantu oleh Duke Edmund tentunya."

"Dan penyihir besar itu adalah-"

"Edmund Rosiatrich, Yang Mulia."

"Kalau begitu seharusnya dia menjadi penyihir yang paling


jahat dan berbahaya. Jelaskan padaku kenapa kita malah
mengampuninya?"

"Karena dia kooperatif. Dia mengakui kesalahannya dan


bersedia membantu kami. Menurut saya, seandainya bukan
Edmund, kondisi dunia akan serupa lima ratus tahun lalu.
Tidak semua orang bisa menahan godaan iblis seperti Duke
Edmund. Dia tidak lagi terlihat menggunakan kekuatan
sihirnya."

"Lalu bagaimana dengan kontraknya? Bukankah dia harus


membunuh 44 orang sebagai ganti kebebasannya? Kenapa
itu tidak disegerakan agar kita bisa terbebas dari ketakutan
ini?"

"Menurut beberapa ahli dan agamawan, Dewa Ornlu masih


bisa mencari kandidat lainnya. Karena pernah ada cerita

Anna Kanina
692
The Duchess Want a Divorce

seribu tahun silam, penyihir besar bunuh diri dan penyihir


baru dengan kekuatan sama muncul dua tahun kemudian.
Kita tidak bisa ambil risiko. Mungkin saja pengganti Edmund
ternyata jahat seperti Duke Killian." Quentin beralasan.

"Jadi, apa yang kita lakukan untuk menghadapi ancaman


ini?"

"Kita semua harus menjaga agar Duke Edmund tidak


memberontak dan selalu senang. Apa pun caranya.
Termasuk membiarkan adik saya berhubungan lagi dengan
Duke Edmund. Bagaimanapun, ada iblis dalam dirinya. Kalau
keluarga kami melarang, saya khawatir Duke Edmund bisa
berbuat nekat. Mereka berdua sama-sama keras kepala.
Tapi setidaknya kita bisa tenang kalau ada Gwen di
dekatnya."

"Apa itu artinya kita kini memelihara singa yang sewaktu-


waktu bisa terbangun dan mengamuk?"

"Bisa dibilang begitu, Yang Mulia."

"Selain itu, kami juga sudah berkoordinasi dengan semua kuil


Edna untuk melatih kesatria suci. Saya kesatria biasa dan
belakangan menerima banyak pelatihan untuk menghadapi
kekuatan iblis. Tapi saya tetap kesatria Teutonia. Maksud
saya, kesatria suci harus tetap tinggal di kuil dan tidak

Anna Kanina
693
The Duchess Want a Divorce

menikah. Saya calon marquis jadi tidak bisa melakukannya."


Quentin menggeleng.

"Ya, tentu saja. Anda harus menikah suatu hari nanti.


Bagaimana dengan Gisca?"

"Maaf?" Quentin berubah gugup.

"Putri saya, Gisca. Bukan rahasia lagi kalau Gisca menyukai


Anda. Saya juga sudah memikirkannya. Saya harus
memastikan kalau Edmund akan tetap setia pada Teutonia.
Jadi kau akan menikah dengan Gisca. Dengan begitu kita
akan menjadi kerabat. Ini akan bagus untuk takhtaku dan
Sigmar nantinya, karena Gwen adalah adik Anda."

Quentin tersenyum canggung. Urusan perempuan selalu


terasa menjadi penghambat bagi pekerjaannya. Pertama
Miraila, kini Gisca. Tapi dia calon marquis dan kepala
investigator Teutonia untuk urusan sihir. Quentin sangat
sibuk dan dia tidak mau menambah kesibukannya dengan
terus mengelak dari desakan pernikahan. Kalau raja
melihatnya sebagai pernikahan politik, Quentin tidak terlalu
merasa itu masalah. Lagi pula sebenarnya dia sudah telanjur
berjanji pada Gisca untuk bicara pada raja.

"Baiklah, Yang Mulia. Putri Gisca adalah gadis yang baik. Saya
akan membuatnya bahagia." Quentin membungkuk setuju.

Anna Kanina
694
The Duchess Want a Divorce

Yang dia katakan tidak sepenuhnya basa-basi. Berbulan-


bulan berkelana bersama membuatnya cukup mengenal
Gisca. Quentin tahu Gisca gadis yang baik dan dia tidak yakin
ada pria lain yang bisa mengatasi kemanjaan dan beberapa
sifatnya yang merepotkan selain dirinya.

***

"Maaf, aku terlambat, Ed." Gwen menyapa begitu dia tiba di


restoran.

Itu adalah salah satu restoran favorit Gwen di mana dia bisa
makan lasagna terenak di Teutonia. Tempat itu selalu ramai
pengunjung dan harus melakukan reservasi beberapa
minggu sebelumnya. Tapi Edmund bisa ke sana kapan saja
karena dia salah satu pemegang saham terbesar. Kalau
pemiliknya bersedia, mungkin dia akan membelinya. Tapi
mereka bilang restoran itu adalah usaha turun-temurun
keluarga selama hampir dua abad. Jadi mereka tidak akan
menjualnya sampai kapan pun.

Ketika Gwen duduk, dia bisa merasakan tatapan beberapa


orang di sekitarnya. Perceraian mereka sudah diketahui luas.
Kini mereka menjalin hubungan kembali, tentunya itu juga
menjadi pembahasan yang ramai. Terkait insiden delapan
bulan silam, Edmund memberitakan kalau hubungannya
dengan Abigail hanya jebakan untuk menangkap Killian dan

Anna Kanina
695
The Duchess Want a Divorce

mengadili kejahatannya. Gwen bercerai dan bersekolah di


luar negeri karena keinginan Edmund yang
mengkhawatirkannya.

Seharusnya tidak ada yang akan menyalahkan Gwen. Tapi


orang selalu butuh sesuatu untuk dibahas.

"Tidak apa, duduklah, Gwen." Edmund tersenyum tenang.


Dia berusaha menyembunyikan fakta kalau dia cemas karena
Gwen terlambat. Dia hampir menyuruh Nathaniel untuk
mencari Gwen. Dia khawatir ada kecelakaan atau apa.

"Apa kau tidak marah?"

"Tidak."

"Bukankah aku sudah bilang kalau kau harus belajar jujur


padaku, Ed?"

"Tapi aku memang tidak marah." Edmund menggeleng


tegas. Dia tidak marah, tapi kecewa karena Gwen datang
terlambat dan membuatnya cemas.

"Baiklah, kalau begitu mari kita pesan makan malamnya."


Gwen terlihat bersemangat dan lapar. Dia membaca lembar
kertas menu di tangannya.

Anna Kanina
696
The Duchess Want a Divorce

"Bagaimana kalau aku pesankan iga panggang asap dengan


saus tomat, Ed?" Gwen bertanya.

"Sepertinya enak." Edmund mengangguk.

Gwen menarik napas dan meletakkan buku menunya gusar.


Dia pun menyilangkan kakinya dan melipat tangan sambil
memandang Edmund galak.

"Ini salah, Ed. Bukankah kau bilang ingin memperbaiki


hubungan kita?"

"Aku melakukannya. Aku setuju dengan semua


permintaanmu," kata Edmund bingung.

"Bukan itu yang kuinginkan. Aku tidak mau kekasih yang


selalu mengalah. Bukankah kita sudah setuju untuk
memperbaiki komunikasi kita? Kau tidak suka saus tomat,
Ed. Dan aku juga tahu kau tidak suka orang yang datang
terlambat. Kau tidak perlu memaklumi semua yang aku
lakukan. Katakan kalau kau tidak suka. Aku pun akan
mengatakannya. Lalu kita cari jalan keluarnya bersama-
sama."

Edmund memegang rambutnya dan menggeleng sedikit.

"Ini membuatku frustrasi," keluhnya.

Anna Kanina
697
The Duchess Want a Divorce

"Ya, ini memang tidak mudah untuk orang yang biasa egois
sepertimu, Ed. Tapi kau harus terbiasa." Gwen sedikit
tertawa melihat kekasihnya.

"Bukan masalah itu."

"Lalu apa?"

"Aku sudah terlalu tua untuk berkencan. Ini buang-buang


waktu. Kita bisa melakukan apa saja kalau sudah menikah.
Kalau perlu, ajak kokinya ke rumah," kata Edmund kesal.

"Oh, apa akhirnya kau mulai jujur, Ed? Kau benar, aku yang
mengusulkan untuk berkencan dulu. Dan kenapa kau
langsung setuju?" Gwen berkata dengan nada meledek.

"Aku khawatir kau sadar kalau kau tidak mencintaiku lagi


atau bertemu orang lain yang lebih menarik, lalu
membatalkannya." Edmund membuang wajahnya ke arah
lain agar Gwen tidak bisa mendeteksi kedukaannya.

"Apa kau mau membahas soal omong kosong bahwa aku


pernah dimantrai oleh iblis agar aku mencintaimu?"

"Ya."

"Apa sekarang mantra itu masih ada di kepalaku?"

Anna Kanina
698
The Duchess Want a Divorce

"Sudah tidak ada."

"Lalu, apa kau pikir aku tidak bisa memahami perasaanku


sendiri? Kalau aku tidak mencintaimu, lalu apa alasannya aku
mau bersamamu kembali? Padahal kau seorang duke yang
angkuh, pengekang, kolot, dan berteman dengan iblis."
Gwen menegaskan.

"Baiklah, itu sedikit menyinggung."

"Aku bukan lagi Gwen yang dulu, Ed. Aku tidak akan segan
mengatakan apa pun padamu. Sebaiknya kau bersiap karena
pernikahan kedua ini akan seperti mengarungi badai-dalam
artian yang positif." Gwen tertawa jahil mengatakannya.
Edmund tersenyum dan menarik napasnya lagi.

"Kau ingin aku jujur, Gwen? Baiklah. Kalau ini bukan restoran
umum, aku akan menciummu sampai kau hampir kehabisan
napas."

"Edmund, kau sudah gila." Gwen tertawa.

"Kalau kita tidak berkencan, aku juga akan membawamu


pulang dan menyekapmu di kamar."

"Apakah aku akan mendapatkan pelayan? Apakah akan ada


tart blueberry buatan koki rumahmu?"

Anna Kanina
699
The Duchess Want a Divorce

"Tidak ada pelayan untukmu. Aku akan meliburkan mereka


agar kita bisa berdua saja. Tapi aku tahu kau seorang lady
yang biasa dilayani. Jadi aku yang akan mengganti bajumu."
Edmund menggodanya. Gwen bimbang menanggapinya.
Sejak awal dia merasa memimpin dalam hubungan mereka.
Dia suka reaksi Edmund setiap dia bergurau dan
menggodanya. Tapi mendapat serangan balik seperti ini,
Gwen sedikit gugup.

"Apakah para iblis yang mengajarimu bicara nakal seperti ini,


Ed?" Gwen tertawa dan menyesap anggurnya untuk
menyingkirkan rasa canggung.

"Mungkin, apa kau suka Edmund yang seperti ini?" Edmund


menyandarkan punggungnya, menikmati reaksi Gwen yang
malu dan gugup. Ternyata Gwen tidak terlalu berubah. Dia
tetap lemah pada Edmund.

Edmund tidak tahu kenapa. Dia jelas melihat sendiri mantra


itu ada di kepalanya. Tapi kalau Gwen tetap mencintainya,
apakah itu artinya Ornlu berdusta? Dia bisa saja
menanamkan mantra itu belakangan. Tapi Edmund tidak
akan terlalu memikirkannya lagi. Gwen jelas mencintainya.

"Aku juga punya pengakuan. Kurasa kau tidak terlalu


memahami tata cara perceraian di kuil. Ada masa satu tahun
setelah perceraian di mana para istri bisa melakukan

Anna Kanina
700
The Duchess Want a Divorce

pembatalan. Aku melakukannya dua bulan lalu. Tepat


keesokan harinya setelah kita mulai berkencan," ujar Gwen
santai.

Siku tangan kanan Edmund yang digunakan untuk menopang


wajahnya tergelincir dari meja karena terkejut
mendengarnya.

"Itu artinya-"

"Aku masih istrimu, Ed."

"Jadi kita tidak lagi perlu mengulangi semua seremoni


pernikahan itu lagi?"

"Tidak. Astaga, itu melelahkan."

Edmund tersenyum sembari menjaga wibawanya yang


tenang dan misterius. Tentu dia tidak mau menuruti emosi
kekanakannya seperti berteriak sambil mengepalkan tangan
atau semacamnya.

"Itu saja? Aku mengharapkan reaksi yang berbeda darimu,


Ed." Gwen berkata seolah-olah mengeluh.

Anna Kanina
701
The Duchess Want a Divorce

"Aku mungkin perlu minuman lebih banyak setelah


mendengarnya. Lalu menurutmu, apakah marquis keberatan
kalau putrinya tidak pulang malam ini?" Edmund
menanggapi dengan sedikit seringai di wajahnya.

Anna Kanina
702
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (1) - Hug and Kisses

"Aku sudah meminta William untuk merapikan kamarmu,


apakah ada yang tidak berkenan? Mungkin kau ingin
mengganti seprainya atau lainnya?" Edmund bertanya tidak
lama setelah mereka mendarat di kamar lama Gwen.

Ya, kata mendarat mungkin lebih tepat untuk


menggambarkan proses perjalanan Gwen tadi. Karena dia
tidak mengendarai kereta kuda. Dia bahkan tidak naik tangga
menuju kamar melalui jalur biasa. Gwen hanya
memejamkan mata selama beberapa detik dan melihat
kamar lamanya segera setelah matanya membuka. Edmund
memberikan tatapan misterius bercampur kesenangan
karena menikmati kebingungan istrinya yang baru pertama
kali mengalami perjalanan magis.

Edmund bisa melakukannya. Karena dia seorang penyihir.


Tapi selama ini Edmund sudah enggan menunjukkan
kekuatannya pada siapa pun dan membuat Gwen sejenak
lupa. Mengalami keajaiban itu membuat Gwen mengingat
kembali kenyataan bahwa Edmund adalah seorang duke
yang jarang tersenyum dan dianggap berbahaya.

Gwen menikmati hari demi hari selama dia berstatus sebagai


tunangan Edmund. Kencan di banyak tempat, makan malam
bersama, serta mencuri ciuman ketika tidak ada orang lain di

Anna Kanina
703
The Duchess Want a Divorce

sekitar mereka. Semua itu membuat Gwen percaya kalau


Edmund jinak dan tidak berbahaya. Edmund seorang
gentleman sempurna dan berusaha selalu
menyenangkannya.

Tapi kali ini, alarm Gwen berbunyi. Edmund jelas bukan pria
gentleman biasa. Gwen merasa jantungnya berdebar lebih
cepat karena malam ini mungkin Edmund akan membawa
Gwen melangkah lebih jauh dalam hubungan ini. Mereka
mungkin akan melakukan sesuatu yang sudah seharusnya
mereka lakukan lebih dari satu tahun silam.

Semua karena ucapan bodoh Gwen yang tanpa perhitungan.


Edmund bercerita kalau kamar Gwen di mansion-nya tidak
pernah direnovasi dan interiornya belum berubah. Gwen
bilang ingin melihatnya malam ini.

Dia kira Edmund akan menolak. Bagaimanapun, rahasia


kalau mereka sesungguhnya masih suami-istri belum
diketahui banyak orang-termasuk penghuni kediaman
Rosiatrich. Kehadiran Gwen di kamarnya akan menimbulkan
tanya. Apalagi Edmund terkenal sangat menjaga nama
keluarganya. Dia tidak mungkin membuat rumor.

Gwen lupa kalau Edmund adalah penyihir dan kini mereka


berdua berada di kamar lama Gwen tanpa seorang pun tahu

Anna Kanina
704
The Duchess Want a Divorce

kedatangan mereka. Semua orang masih berpikir kalau


pasangan itu masih berada di restoran.

Gwen merasa bersalah, seakan tengah melakukan hal yang


tidak pantas-walau kenyataannya mereka masih suami-istri.
Yang terjadi saat ini tidak akan terlalu dipandang positif oleh
orang lain.

"Kenapa kau meminta William merapikan kamarku? Apa


jangan-jangan kau sudah merencanakannya?" Gwen
bertanya sedikit berbisik.

"Merencanakan apa? Kau sendiri yang bilang ingin melihat


kamarmu." Edmund tertawa.

"Jangan keras-keras, atau pelayan di luar kamar ini akan


mendengarnya." Gwen memohon.

"Kamar ini kosong, jadi tidak ada pelayan mana pun yang
berjaga di sini. Astaga, kenapa dengan dirimu? Kau terlihat
seperti remaja yang mau berduaan dengan pacarnya.
Tenanglah. Tidak akan ada yang tahu kau di sini." Edmund
meminta Gwen duduk di sebelahnya. Dia duduk di ranjang
Gwen.

"Kenapa harus duduk di sana kalau ada sofa?" Gwen mulai


panik.

Anna Kanina
705
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak akan mengelak kalau aku merasa situasi ini akan
menguntungkanku, Gwen. Kini kau terjebak bersamaku."
Edmund menunjukkan seringai kecil.

Gwen merasa terusik dan memutuskan untuk berhenti


bersikap layaknya kelinci yang terjebak di sarang rubah.
Gwen duduk bersebelahan dengan Edmund, lalu
memandangnya sedikit menantang. Apa yang mau dia
lakukan sekarang? Kalau Edmund terang-terangan meminta
Gwen melakukan sesuatu, Gwen akan menolaknya. Edmund
tidak akan bisa memaksanya, itu bukan sifatnya.

Edmund merangkul Gwen dan memeluk pinggangnya,


membuat kepala kekasihnya bersandar di bahunya, sampai
mereka berdua bisa mendengar detak jantung dan napas
masing-masing. Beberapa detik berlalu dalam keheningan
yang canggung sebelum Edmund kembali bicara.

"Aku menemukan rahasiamu, Gwen," katanya.

"Apa? Rahasia apa?" Gwen tidak merasa menyembunyikan


apa pun.

"Koleksi rahasia di bawah ranjangmu," kata Edmund lagi.

Wajah Gwen berubah merah padam. Astaga, bagaimana


mungkin dia bisa lupa. Itu adalah kegemaran lamanya yang

Anna Kanina
706
The Duchess Want a Divorce

sesekali menemaninya di malam-malam yang sepi ketika dia


masih menjadi istri Edmund. Kesibukannya menjelang
perceraian telah membuatnya sama sekali lupa. Dia bahkan
tidak memasukkannya ke dalam koper ketika akan pindah.

Gwen punya setumpuk novel roman dewasa yang dia


sembunyikan di bawah ranjangnya.

"Astaga! Siapa saja yang mengetahui itu? Apakah William


dan para pelayan tahu?" Gwen menutup wajahnya malu.
Kalau itu benar, dia sudah kehilangan persona sebagai lady
yang sopan serta rajin beribadah di kuil. Mereka mungkin
akan menganggapnya sedikit nakal dan vulgar karena
menggemari bacaan seperti itu.

"Hanya William yang tahu. Aku memastikan tidak ada orang


lain yang mendengarnya," kata Edmund lagi sambil
membelai rambut kekasihnya.

"Oh, astaga, itu memalukan." Gwen hendak bangun dari


duduknya, tapi Edmund menahannya.

"Tidak salah, semua orang boleh punya hobi. Lagi pula itu
menghibur juga ketika aku membacanya." Edmund
berkomentar.

"Kau membacanya?" Gwen terperangah.

Anna Kanina
707
The Duchess Want a Divorce

"Aku juga ingin tahu seperti apa fantasimu. Beberapa


membuatku terkejut, seperti kapten Aranath si bajak laut
yang menggunakan rantai untuk-"

"Astaga! Astaga! Aku tidak seperti itu, Ed! Itu hanya sekadar
bacaan. Aku tidak membelinya karena ingin melakukannya!"
Gwen membela diri nyaris frustrasi.

"Apa? Padahal aku sudah bersiap kalau kau memang-"

"Pembohong! Kau hanya ingin menggodaku, Ed!" Gwen


cemberut dan melepaskan diri dari pelukan Edmund.

"Aku ke sini karena ingin melihat kamarku. Sepertinya kau


sudah menyingkirkan segala jimat, topeng aneh, dan artefak-
artefak penangkal bala dari dindingku." Gwen mengalihkan
pembicaraan.

"Oh? Kau menyadarinya. Memang, interior kamarmu agak


sedikit berbeda. Hanya itu. Aku hanya menghilangkan semua
benda beraura seram itu. Karena aku sudah tidak
membutuhkannya." Edmund mengangkat bahu.

Gwen mengenang di masa dia masih menjadi istri Edmund


dulu. Edmund memaksa memasang segala benda berbau
sihir atau mantra di kamarnya. Gwen tidak mendapatkan

Anna Kanina
708
The Duchess Want a Divorce

jawaban apa pun. Apakah kali ini Edmund akan


mengatakannya?

"Kenapa kau dulu mengoleksi begitu banyak jimat, Ed? Kalau


itu karena statusmu yang seorang penyihir, bukankah
sekarang kau masih penyihir? Kenapa kau tidak lagi
menggunakannya?"

Edmund diam sebentar. Dia tidak langsung menjawab dan


memilih untuk melepas sepatu dan jasnya santai. Gwen kini
bisa melihat kemeja putih pas badan Edmund yang sedikit
basah karena keringat di malam musim panas yang lembap.
Lekukan otot terlihat sempurna karena Edmund tidak
mengizinkan fisiknya melemah. Edmund masih rutin
melakukan latih tanding dengan para kesatrianya walaupun
dia kini lebih sering berada di kantor.

Gwen merasa seperti sedang disuguhi buah terlarang dari


surga. Dia ingin memalingkan wajah, tapi dia tahu kalau
tubuh Edmund adalah haknya. Kalau dia menutup mata,
Edmund akan mengetahui kelemahannya. Gwen juga
menyadari napasnya sedikit lebih cepat. Dia pun mengutuk
diri sendiri dalam hati karena merasa sedang melecehkan
suaminya hanya karena melihat lekuk ototnya.

Edmund menyamankan diri, berbaring setengah duduk di


ranjang Gwen, sebelum menjawab.

Anna Kanina
709
The Duchess Want a Divorce

"Kukira kau sudah tahu." Edmund terdengar mengenang


peristiwa yang lalu.

"Tahu apa?"

"Rico tidak memberitahumu apa pun? Serius?"

Gwen mengingat-ingat. Sepertinya Rico dulu sempat ingin


memberitahukan sesuatu ketika Gwen sedang mengajukan
perceraian di kuil. Tapi Gwen bersikeras tidak mau
mendengarnya.

"Rico sempat mau mengatakan sesuatu padaku. Tapi aku


menolak untuk mendengar. Dulu kau menyebalkan sekali
dan aku tidak mau keputusanku goyah." Gwen menanggapi.

Edmund tersenyum lemah. Dia menerka kalau Gwen sedang


mengingat hari di mana dia menceraikannya.

"Aku akan menceritakannya. Semua jimat itu aku kumpulkan


dan sebarkan ke seluruh mansion ini sebelum aku menjadi
penyihir."

"Dan kenapa kau ingin menjadi penyihir?"

"Itu adalah satu-satunya cara yang aku tahu ketika itu untuk
menyelamatkan nyawamu."

Anna Kanina
710
The Duchess Want a Divorce

Mata Gwen membulat terkejut karena hal itu sama sekali


baru baginya. Gwen pun duduk di sebelah Edmund untuk
mendengarnya lebih baik.

Edmund sekarang tidak lagi suka berahasia. Dia selalu


menjawab apa pun yang Gwen tanyakan. Tidak peduli
sepenting atau seremeh apa pun pertanyaannya. Edmund
sudah bertekad untuk tidak mengulangi lagi kesalahannya.

Edmund memberi tahu tentang Viola dan kutukannya.


Tentang mimpi buruknya selama empat tahun lamanya.
Tentang pertemuannya dengan Ben Hawk termasuk soal
Ornlu. Gwen mendengarnya dengan bibir gemetar. Tanpa
dia sadari, Edmund ternyata memendam semuanya
sendirian.

Seketika emosi Gwen meluap. Dia merasakan air mata mulai


menetes nyaris tidak terbendung. Gwen ketika itu hanya
fokus pada kesalahan Edmund tanpa mengetahui sisi lain
seperti pengorbanan Edmund untuk dirinya. Gwen selalu
menganggap dirinya korban dan menjadikan Edmund
sebagai antagonis yang membuat hidupnya kurang bahagia.

"Bagaimana kau bisa menyembunyikan fakta itu dariku?"


Gwen terisak.

Anna Kanina
711
The Duchess Want a Divorce

"Itu keputusanku, aku tidak ingin kau takut. Aku tahu kalau
aku bisa menyelamatkanmu sendirian."

"Setidaknya jika aku tahu kau bermimpi buruk setiap malam,


aku akan menemanimu." Gwen menyeka hidungnya.
Membiarkan mata cantiknya meluapkan rasa bersalah
bercampur haru.

Edmund mendekat dan menyentuh rahang istrinya lembut


sambil menyeka air mata yang masih mengalir tidak terlalu
deras.

"Dulu, hanya dengan menyentuh rambutmu, atau


memelukmu, kutukan itu akan datang mengancamku. Kini,
aku bisa sedekat ini denganmu dan bebas mencintaimu. Aku
bersedia mengorbankan jiwaku untuk itu. Tidak ada yang
perlu aku sesali." Edmund berujar.

"Tapi aku malah menceraikanmu. Kita mungkin bisa saja


tidak akan pernah lagi bersama, Ed. Lalu semua
pengorbananmu sia-sia." Gwen berusaha menahan
tangisnya.

"Tidak, Gwen. Kau masih hidup dan bahagia. Itu tetap hal
yang harus kusyukuri," kata Edmund lagi seraya membelai
pipi istrinya yang terasa sedikit lembap.

Anna Kanina
712
The Duchess Want a Divorce

Edmund memeluk Gwen yang membenamkan wajahnya di


dadanya, masih dalam posisi setengah berbaring di ranjang.
Gwen masih berusaha mencerna semuanya. Kalau Gwen
tetap bercerai, kisah hidup Edmund mungkin akan menjadi
akhir alur novel romansa tersedih yang pernah dia baca.
Gwen meyakini dia kini lebih memahami Edmund dan dekat.

Gwen bernapas pelan di dada Edmund yang hanya dibatasi


selembar kemeja tipis. Gwen mengenakan gaun malam
dengan model bahu terbuka sehingga Edmund bisa melihat
bahu dan leher jenjangnya yang indah. Sisi liar dari Edmund
ingin memangsa telinganya dan memberi kecupan lembut di
lehernya. Aroma tubuh Gwen telah membangkitkan sesuatu
darinya.

Edmund tidak merencanakan itu. Dia benar-benar hanya


ingin menunjukkan kamar Gwen. Karena mereka berdua
memutuskan untuk menunggu sedikit lebih lama untuk
mengumumkan pembatalan perceraian mereka. Gwen tidak
bisa segera pindah ke mansion-nya.

"Gwen, kurasa kita harus segera kembali ke restoran.


Pelayan mungkin sedang mencari kita." Edmund
menyelamatkan dirinya sendiri sebelum dia melakukan
sesuatu yang bisa dia sesali.

Anna Kanina
713
The Duchess Want a Divorce

Situasi hanya berdua bersama Gwen di sebuah kamar


tertutup terlalu berbahaya untuk hasratnya. Ini mungkin
lebih berat dari godaan iblis sekelas Ornlu.

"Tidak." Gwen menggumam. Dia mendongakkan wajah


cantiknya. Bahkan setelah menangis pun dia masih sangat
jelita.

Gwen meraih wajah Edmund, memejamkan matanya dan


memberikan ciuman. Edmund sedikit terkejut akan tindakan
Gwen, tapi memilih menerimanya. Edmund mengetatkan
pelukan, memberi tahu kalau dia sudah menangkap Gwen
dan tidak bersedia segera melepasnya. Itu adalah kesalahan
besar. Gwen tidak akan lagi bisa mengelak dari skenario apa
pun yang akan terjadi setelah ini.

Itu karena Gwen telah memberi umpan bagi hewan buas


yang sudah terlalu lama menahan diri.

Ciuman sang duke terasa sedikit memaksa dan penuh


dengan pendambaan. Gwen tidak pernah merasa sedekat ini
sebelumnya dengan Edmund. Dia bagaikan berada di
dimensi yang berbeda di mana hanya ada keheningan dan
detak jantung mereka berdua yang sama-sama terpacu.

Tidak perlu lama bagi Gwen untuk tahu kalau baik dirinya
maupun Edmund sama-sama tidak ingin malam kencan

Anna Kanina
714
The Duchess Want a Divorce

mereka segera berakhir. Gwen sadar kalau saat ini dia dan
Edmund bukan berciuman biasa.

"Mau kembali ke restoran sekarang?" Edmund bertanya


menggunakan kewarasan yang masih tersisa. Dia
memberikan Gwen kesempatan terakhir. Karena jika Gwen
menjawab tidak, maka Edmund sendiri tidak yakin apakah
dia bisa menundanya.

Gwen menggeleng setengah ragu. Dia takut sekaligus


penasaran. Apakah ini waktu yang tepat? Haruskah dia
bernegosiasi dengan Edmund, bilang kalau malam pertama
idealnya harus begini atau begitu?

"Ini tidak akan lama." Edmund menggumam sebelum


melanjutkan aksinya.

Membiarkan semua terjadi sealamiah mungkin akan lebih


berkesan baginya.

Gwen membiarkan Edmund membimbingnya. Perasaan


Gwen saat ini bergantian antara keingintahuan dan takut.
Dia merasakan banyak hal baru untuk pertama kalinya dalam
satu malam ini saja.

Anna Kanina
715
The Duchess Want a Divorce

Gwen merasa ingin membatalkannya. Mungkin ini terlalu


cepat. Masih ada hari lain. Dia belum siap. Tapi dia tahu kalau
itu sudah terlambat.

Mereka berdua fokus pada dirinya masing-masing. Edmund


bertujuan untuk mengakhiri semuanya dengan cara yang
benar. Gwen hanya berharap tubuhnya bisa mengatasi
semuanya.

Ranjang yang sudah dirapikan itu kini berantakan. Para


pelayan mungkin bisa menebak sesuatu telah terjadi.
Penjelasan apa yang bisa Gwen katakan? Tapi Gwen enggan
memikirkannya. Edmund cerdas, dia pasti bisa
mengatasinya. Lagi pula dia seorang duke. Siapa yang berani
mempertanyakannya?

Ketika akhirnya Edmund memberinya rasa sakit yang sempat


lama dirindukannya, Gwen merasa lega. Dia tidak menangis
karena dia senang mengetahui kalau ini semua segera
berakhir.

"Kau baik-baik saja?" Edmund bertanya, menyadari raut


wajah Gwen yang sedikit pucat.

"Tidak. Bisakah kita kembali ke restoran sekarang?" sahut


Gwen jujur.

Anna Kanina
716
The Duchess Want a Divorce

"Apa? Tidak. Aku bahkan belum mulai." Edmund


menggeleng enggan.

***

Gwen selamat. Dia terbangun di ranjangnya sendiri yang ada


kediaman Remian dengan pakaian yang sudah berganti baju
tidur.

Kukira aku bakal mati.

Gwen tidak bercanda. Edmund mungkin sedikit lepas kontrol


semalam. Dia seharusnya tidak memberikan malam pertama
yang terlalu berat untuk Gwen. Kata liar tidak sepenuhnya
tepat untuk menggambarkan Edmund saat itu. Dia sangat
mendominasi dan melepaskan seluruh emosi dan obsesinya
ketika itu.

Edmund tidak bersedia mendengarkan Gwen yang ingin


menyudahinya. Walau selama mereka berkencan Edmund
terlihat berusaha memperbaiki sikapnya, ternyata keegoisan
masih menjadi sifatnya. Seluruh tubuhnya terasa remuk
karena kelelahan.

"Apakah tidur Anda nyenyak, My Lady?" Pelayannya


bertanya sambil menyibak tirai kamar.

Anna Kanina
717
The Duchess Want a Divorce

Gwen tidur sangat nyenyak sampai tidak bermimpi. Dia


terlalu lelah.

"Bagaimana aku bisa berada di kamarku?"

"Duke Edmund mengantar Anda pulang ketika dini hari.


Katanya Anda terlalu mabuk sampai tertidur."

Gwen tersenyum. Setidaknya Edmund tahu cara yang benar


untuk menjaga nama baiknya.

"Utusan Duke Edmund juga baru saja menitipkan surat ini


untuk Anda." Gwen menerima surat dari si pelayan dan
membukanya segera karena ingin tahu.

Maafkan aku.

Aku telah menyakitimu dan terlalu memaksamu. Tolong


katakan padaku kalau itu tidak akan menjadi malam terakhir
kita bersama. Aku berjanji akan berusaha menahan diri di
malam yang lain.

Aku akan bilang pada ayahmu hari ini tentang pembatalan


perceraian kita agar kau bisa segera kembali menjadi
duchess Rosiatrich.

PS: aku sudah merindukanmu ketika aku menulis surat ini.

Anna Kanina
718
The Duchess Want a Divorce

Edmund

Gwen tersenyum. Bagaimana dia bisa merasa sayang


sekaligus kesal di saat yang bersamaan dengan seseorang?
Sepertinya hanya Edmund yang bisa membuatnya
merasakan itu.

Gwen melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke


dalam amplop lalu mendekapnya.

"Sepertinya kita harus mulai mengemasi pakaianku. Aku


akan segera pindah kembali ke rumah Duke Edmund." Gwen
memberi tahu pelayannya.

Anna Kanina
719
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (2) - Vivian and The Duke

"Aku menerima undangan resital piano ini tadi pagi.


Bukankah seharusnya kau mengabariku jauh sebelumnya?
Padahal aku sudah berjanji untuk hadir di acara amal malam
ini." Gwen mengeluh sambil menunjukkan sepucuk surat
pada Edmund.

Duke muda itu masih setengah terlelap. Gwen membuka


tirai dan membiarkan sinar mentari menelusup hangat dari
relung jendela, memaksa matanya untuk terbuka walau
belum sepenuhnya.

Gwen dan Edmund berbagi kamar yang sama segera setelah


Gwen pindah ke mansion itu. Walaupun Edmund seringnya
bekerja sampai larut malam dan tiba di kamar ketika Gwen
sudah memejamkan mata, Edmund merasa mendapatkan
energi tambahan setiap kali memandang wajah damai Gwen
yang sudah masuk ke alam mimpi. Itu membantu Edmund
tidur lebih nyenyak ketika mengetahui kalau istrinya aman
bersamanya.

Menjadi istri seorang duke sekelas Edmund tidak mudah.


Edmund punya banyak musuh karena enggan berkompromi
untuk hal-hal yang tidak sesuai prinsipnya. Para bangsawan
itu kerap terlihat mencoba memengaruhi Gwen agar
Edmund bersedia bekerja sama dengan mereka. Mereka

Anna Kanina
720
The Duchess Want a Divorce

juga sesekali berusaha menghalang-halangi usaha mulia


Gwen di parlemen, seperti menunda persetujuan undang-
undang baru tentang hak cuti melahirkan bagi para ibu yang
bekerja di sektor domestik.

Karena mereka tidak bisa mendesak Edmund, kini mereka


mencoba menekan istrinya. Sampai saat ini Gwen tidak
pernah sekali pun mengeluh tentang itu. Sampai Edmund
mengetahuinya sendiri dan akhirnya membuat pesan tegas
bagi para bangsawan itu dengan sedikit intimidasi.

Edmund adalah entitas berkuasa yang mungkin ditakuti


menyamai raja. Rumor kalau dia adalah penyihir besar dalam
legenda sudah diketahui banyak orang. Tidak ada yang
berani memantik amarahnya karena dia seakan-akan bisa
mengutuk mereka kapan saja.

Tapi kenyataannya Edmund tidak semenakutkan itu. Dia


memang jarang tersenyum dan beraura gelap, tapi bukan
berarti dia bisa kapan saja merasa lapar dan ingin memakan
seseorang.

"Undangan apa? Siapa?" Edmund menggosok mata dengan


punggung tangan kirinya. Dia bangkit setengah rebah dari
peraduannya. Edmund juga menggeser selimutnya yang
tanpa sengaja jadi menunjukkan otot perutnya yang
sesempurna goresan cat lukis para maestro.

Anna Kanina
721
The Duchess Want a Divorce

"Vivian Heather, adikmu dan-astaga, Ed! Apa kau tidak


kedinginan?" omel Gwen tidak nyaman. Bagaimana mungkin
seseorang bisa tidur tanpa pakaian? Apa karena Edmund
selalu tidur dengan tertib seperti patung? Berbeda dengan
istrinya yang selalu tidur dengan aneka ragam gaya. Entah
kenapa Edmund tetap betah tidur satu ranjang dengannya.
Gwen ingat dia pernah terbangun suatu pagi dengan kaki
menginjak leher suaminya.

Itu sangat tidak anggun dan menurunkan nafsu makan siapa


pun yang melihatnya. Gwen sudah memohon agar Edmund
tidur di kamar lain, tapi Edmund malah menganggap cara
tidurnya menarik. Entah iblis seperti apa yang merusak kadar
kewarasan Edmund. Karena itu, Gwen kini berusaha untuk
selalu bangun lebih pagi dari Edmund agar suaminya tidak
perlu menyaksikan gaya tidur Gwen yang buruk.

"Vivian?" Edmund membungkuk merasa sedikit pusing


karena kurang tidur.

"Dia pulang ke Teutonia? Tunggu, sepertinya Ainsley pernah


mengabariku soal ini." Edmund sudah hampir bangun
sepenuhnya tapi tidak terlalu menganggapnya serius.

Edmund pun menyibak selimutnya dan duduk di sisi ranjang


sambil memijat pelan pelipisnya. Matanya masih mencoba

Anna Kanina
722
The Duchess Want a Divorce

beradaptasi dengan cahaya. Sang duke tiba-tiba terlihat


tidak nyaman dan memegangi rahangnya.

"Astaga, Gwen, bantu aku. Ada yang salah dengan mulutku."


Edmund tampak gelisah.

"Apa? Kenapa? Apakah kau ingin diambilkan air?" Gwen


mendekat karena khawatir.

"Tidak-tidak. Bukan itu. Kemarilah, bantu aku." Gwen pun


memegang kedua pipi suaminya dan memeriksanya. Lalu
tanpa peringatan, Edmund mendekapnya dan memberinya
kejutan ciuman yang intens.

Beberapa menit berlalu dan Edmund pun menjilat bibirnya


yang telah lembap sambil menyeringai kecil.

"Sekarang aku baik-baik saja," katanya masih belum mau


melepaskan pelukannya.

"Edmund, astaga." Gwen menggeleng protes dengan wajah


tersipu. Dia pun ingin menjauhi suaminya. Namun Edmund
tidak akan membiarkannya. Edmund pun bernapas pelan di
dekat telinga istrinya yang jelita.

"Ed, ini masih terlalu pagi." Gwen menggeleng lemah.

Anna Kanina
723
The Duchess Want a Divorce

"Sedikit olahraga pagi yang menyenangkan bagus untukmu,"


ujar Edmund menggoda dengan sedikit berbisik dekat
telinganya.

***

Gwen tidak terlalu sering ke tempat itu. Walaupun dia


seorang bangsawan kelas atas dan mendapatkan banyak
undangan dari sesama ningrat untuk beragam acara-
menonton pertunjukan musik biasanya menjadi prioritas
urutan bawah.

Biasanya sebuah resital atau pertunjukan opera berlangsung


lebih dari tiga jam. Dia juga harus duduk di tempat sampai
acara selesai dengan hanya beberapa kali jeda istirahat.
Walau Gwen menyukai seni pertunjukan, dia tidak suka
menontonnya terlalu sering.

Minggu lalu, Gwen baru saja menonton sebuah drama


opera, dan kini dia hadir lagi ke gedung teater karena Vivian
Heather melakukan konser mendadak. Vivian jarang ke
Teutonia. Meskipun dia pianis yang cukup dikenal, dia
biasanya jarang melakukan pertunjukan di luar negeri. Vivian
adalah adik kandung Edmund yang menikah muda di usia
delapan belas tahun dengan marquis negara Drakela yang
jauh.

Anna Kanina
724
The Duchess Want a Divorce

Gwen melihatnya. Wanita itu hanya lebih tua tiga tahun dari
Gwen. Dia atraktif dengan rambut lurus hitam seperti
Edmund dan sorot mata tegas. Namun Gwen pernah
berbicara dengannya beberapa tahun lalu. Dia ingat kalau
Vivian adalah gadis yang hangat dan berbeda dengan para
Rosiatrich lain yang gemar bermuka masam.

Gwen melirik ke arah suaminya yang terlihat fokus


mendengarkan. Dia tampak tidak terlalu emosional dan
melihat permainan piano itu datar. Vivian dan Edmund tidak
terlalu dekat, dan sejak menikah, Vivian hanya beberapa kali
berkunjung ke Teutonia.

Vivian memainkan jemarinya lincah berbalut keanggunan di


atas tuts-tuts piano klasik yang dibuat oleh pengrajin
ternama Teutonia. Alunan nada riang bernuansa musim semi
terdengar manis dan menenangkan. Kabarnya itu adalah
lagu gubahan suaminya.

Edmund terkesan dingin dan membuang adiknya ke luar


negeri. Padahal sebenarnya Edmund cukup memikirkan
perasaan Vivian. Benjamin Heather adalah seorang marquis
sekaligus komposer ternama. Edmund memilihkannya
sebagai suami karena dia tahu Vivian tidak bisa berpisah dari
piano. Benjamin akhirnya juga menjadi suporter utama
untuk karir bermusik Vivian.

Anna Kanina
725
The Duchess Want a Divorce

Tepuk tangan di ruang teater terdengar bergemuruh tatkala


Vivian Heather menyelesaikan not terakhir dan
membungkuk di hadapan pendengar. Gwen menunggu
Benjamin Heather muncul, tapi Vivian tetap sendirian di
panggung sampai tirai diturunkan.

"Vivian luar biasa." Gwen bertepuk tangan.

"Ya, aku sudah lama tidak mendengarnya. Tapi menurutku


ada satu atau dua not sumbang. Secara keseluruhan dia
tetap pianis yang baik." Edmund berkomentar datar.

"Dia bukan hanya pianis yang baik, Ed! Dia pianis terbaik
yang dimiliki Drakela!" Gwen memprotes.

Duke dan duchess itu berdebat dan pembicaraan mereka


mulai melantur ke hal-hal yang tidak ada hubungannya
dengan Vivian. Di pernikahan kedua ini Gwen tidak lagi pasif
dan tidak segan membicarakan pendapatnya. Edmund pun
masih keras kepala walaupun dia kini bersedia mendengar.

"Edmund!" Vivian tiba-tiba muncul dan merangkul kakaknya.

Edmund menahan tangannya sejenak karena canggung.


Bagaimanapun, mereka hampir tiga tahun tidak bertemu.
Perjalanan dari Drakela menuju Teutonia bisa memakan

Anna Kanina
726
The Duchess Want a Divorce

waktu hampir dua bulan dengan kapal. Edmund akhirnya


membalas pelukan adiknya.

"Oh, hai, Gwen! Sudah kuduga kau akan kembali pada


Edmund. Aku tidak pernah percaya kalian bercerai sejak
berita itu merebak." Vivian tertawa akrab kemudian
memeluk Gwen juga.

"Kukira kami harus mengunjungimu nanti di ruang rias. Tapi


kau mendatangi kami seperti ini." Gwen berkomentar.

"Oh, aku ingin menumpang kereta kuda kalian. Lebih baik


kalau sekalian saja," sahut Vivian.

"Maksudnya?" Edmund bertanya bingung.

"Aku sudah bilang, kan, dalam suratku? Aku akan tinggal di


Rosiatrich Mansion mulai sekarang," kata Vivian lagi.

***

"Berpisah dengan Benjamin?" Edmund bertanya untuk


memastikan.

Vivian yang sedari tadi ceria tampak menyembunyikan


kesedihannya. Selama di perjalanan dia hanya
membicarakan hal yang acak seperti putrinya, Leila, yang

Anna Kanina
727
The Duchess Want a Divorce

baru berusia lima tahun. Gadis kecil itu terus memegang


ujung gaun ibunya karena takut pada Edmund yang
melihatnya seperti rubah lapar mengintai kelinci. Ketika
akhirnya mereka tiba di rumah, barulah Vivian mengakui
alasan kenapa dia harus menetap di Teutonia.

Wanita berambut hitam itu mulai terisak. Edmund


mengangkat tangannya, meminta para pelayan
meninggalkan mereka.

"Aku kira Benjamin mungkin berselingkuh dariku." Vivian


berbisik, khawatir Leila mendengarnya. Dia kini sibuk
bermain sebuah boneka porselen yang biasa hanya dijadikan
pajangan di ruang tamu.

"Oh, astaga." Gwen menggeleng prihatin.

"Jadi kau ingin bagaimana? Mati tersiksa atau mati


perlahan?" Edmund bertanya dingin.

"Tidak, Ed! Leila masih membutuhkan ayahnya!" Vivian


melarang dengan suara berbisik.

"Kalau begitu, selingkuhannya saja Leila tidak


membutuhkannya, kan? Aku bisa-"

Anna Kanina
728
The Duchess Want a Divorce

"Ed, diamlah! Vivian yang berhak membuat keputusan."


Gwen memotong.

"Benjamin sudah berani melecehkan garis keturunan


Rosiatrich, kau kira mereka bisa bebas begitu saja?" bantah
Edmund tidak setuju.

"Terima kasih, tapi aku ke sini untuk memulai hidup baru.


Aku tidak ingin kau melakukan apa-apa pada Benjamin. Aku
ingin tetap menjaga hubungan baik demi masa depan Leila,"
kata Vivian bijak.

"Terserah kau. Jadi, berapa lama kau akan tinggal?"

"Entahlah, mungkin satu atau dua bulan."

"Apa? Itu terlalu lama. Kita punya banyak mansion mewah di


dekat sini, kau-"

"Ed, biarkan Vivian tinggal di sini selama yang dia mau. Dia
tidak punya siapa pun selain kita di Teutonia. Aku pernah
merasakan perceraian dan para wanita seperti Vivian
membutuhkan teman." Gwen menasehati.

Edmund berpikir sebentar sebelum menyetujuinya. Dia tidak


punya alasan yang cukup kuat untuk menolaknya. Lagi pula

Anna Kanina
729
The Duchess Want a Divorce

jika Vivian benar akan bercerai, dia akan kembali menjadi


bagian keluarga Rosiatrich

***

Hari-hari setelahnya terasa sedikit berbeda di kediaman


Rosiatrich. Gwen dan Vivian selalu kompak melakukan
segala hal bersama. Seperti berkuda, melukis, menghadiri
klub buku dengan para lady di sekitar mereka, serta belajar
memasak. Gwen berusaha menyenangkan tamunya. Sebagai
gantinya, Vivian juga menghiburnya dengan menceritakan
masa kecil Edmund, bahkan mengajaknya melihat ke kamar
masa kecil mereka.

Rosiatrich Mansion terlalu besar, bahkan Gwen sendiri


belum menjelajah semua tempat.

Mereka berdua memang besar di kota Caleigh. Tapi jika


berkunjung ke ibukota, mereka akan selalu tinggal di kamar
itu. Vivian dan Edmund ternyata cukup akrab di masa
kecilnya. Namun segala tekanan yang diterima oleh mereka
berdua memaksa mereka menjauh tanpa sadar. Mulai dari
sekolah di tempat yang berbeda sampai pindahnya Vivian ke
negara lain karena menikah.

Anna Kanina
730
The Duchess Want a Divorce

Gwen melihat kamar yang secara mengejutkan ternyata


terawat. Tidak ada sarang laba-laba maupun debu di sana.
Walau tidak dihuni, kamar itu tidak ditelantarkan.

Leila senang bergaul dengan Gwen. Walau masih belia, Leila


mungkin lebih pandai main piano ketimbang Gwen. Leila
terlihat berusaha dekat dengan Gwen dan melihat Edmund
sebagai musuh yang ingin merebut perhatian Gwen darinya.

"Aku melihat Benjamin mencium salah seorang pemain


biolanya." Vivian akhirnya bercerita. Setelah hampir dua
minggu akhirnya dia bersedia menumpahkan
kegamangannya.

"Oh, ya ampun, lalu apa yang terjadi?"

"Aku sangat syok, aku pun diam-diam meminta promotorku


untuk mengadakan konser mendadak ke Teutonia. Aku tidak
berencana pulang kembali ke Drakela."

Leila masih sibuk menjelajah kamar masa kecil ibunya dan


menemukan banyak mainan lama yang sudah tidak
diproduksi lagi.

"Apakah kau sudah mengajukan perceraian?" Gwen berbisik.

Anna Kanina
731
The Duchess Want a Divorce

"Belum, kurasa aku akan menggunakan pengacara Teutonia


untuk itu," kata Vivian lagi.

"Apakah kau tidak akan menyesal?"

"Menyesal untuk apa? Dia sudah mengkhianatiku, kenapa


aku harus memaafkannya? Semua tidak akan sama lagi."
Vivian menggeleng.

"Aku pun pernah bercerai dari Edmund. Dia sangat


keterlaluan waktu itu. Tapi ternyata perceraian tidak terlalu
membuatku bahagia. Maksudku, ketika itu aku sadar kalau
aku tidak memberikan cukup kesempatan untuk Edmund.
Aku belum berusaha cukup keras untuk mendapatkan
kejelasan." Gwen melontarkan pendapatnya.

"Entahlah, Gwen. Aku terlalu takut untuk bicara dengannya."


Vivian menggeleng.

"Kau mencintainya?"

"Ya, walau awalnya tidak. Kami memang tidak pernah saling


bilang cinta, tapi selama ini aku yakin kalau dia merasakan
yang sama. Entahlah, walau kami berdua seniman dan
dianggap romantis bagi kebanyakan orang, kenyataannya
hubungan kami tidak sehangat itu," sahut Vivian sendu.

Anna Kanina
732
The Duchess Want a Divorce

"Apa pun keputusanmu, kami akan tetap bersamamu."

Vivian tersenyum jenaka tiba-tiba.

"Aku sedikit tidak enak pada Edmund, sepertinya kami


terlalu memonopolimu," katanya sambil tertawa kecil.

***

"Lagi?" Edmund bertanya dengan nada sedikit tinggi.

"Leila memaksa tidur bersamaku malam ini. Kau bisa tidur di


kamar lain, Ed. Dia bilang dia sedih tidak bisa bertemu
papanya. Dia khawatir dengan kuda yang dia tinggalkan di
Drakela." Gwen minta pengertiannya. Leila sudah berbaring
nyaman di ranjang Gwen dengan pakaian tidur bergambar
kucing. Dia menarik selimut sampai hidungnya ketika
Edmund datang.

"Kuda? Selangka apa kudanya? Apakah dia memelihara kuda


unicorn yang harus diberi makan pelangi? Tidak bisa. Anak
ini harus tidur bersama Vivian. Ini sudah hampir seminggu,
Gwen." Edmund memprotes tidak terima.

"Rinrin bukan unicorn! Dia kuda poni!" Leila terlihat mau


menangis.

Anna Kanina
733
The Duchess Want a Divorce

"Edmund, kau menakutinya." Gwen memeluk Leila untuk


membuatnya nyaman.

"Astaga, baiklah, terserah kalian." Edmund menghela napas


dan berbalik pergi dengan pakaian tidurnya.

Leila dengan malu-malu menggeser turun selimutnya untuk


bertanya.

"Apakah Paman Edmund takut tidur sendirian? Kukira orang


dewasa sudah tidak takut hantu," tanyanya lugu.

Gwen hanya tersenyum menanggapinya. Besok pagi dia


harus mencari Edmund sebelum dia menumpahkan
kekesalannya pada para pelayan yang tidak bersalah.

***

"Edmund!" Gwen mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Ed! Buka pintumu! Aku tahu kau ada di dalam."

Pintu ruang kerjanya terbuka. Gwen melihat Edmund


memasang wajah masam sekaligus cerah karena melihat
kedatangan Gwen.

Anna Kanina
734
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa? Biasanya kau langsung sibuk bermain bersama


Leila atau Vivian, membiarkan suamimu kesepian dari pagi
sampai malam," kata Edmund sinis.

"Apa kau sedang merajuk?"

"Menurutmu?"

"Oke, maafkan aku. Aku hanya ingin menjadi tuan rumah


yang baik. Aku duchess di rumah, ini kan?" Gwen beralasan.

"Vivian memang adikku, tapi dia punya keluarganya sendiri.


Aku tidak ingin wilayahku dilanggar. Tidak peduli walaupun
Leila masih kecil, dia tidak seharusnya memonopoli dirimu.
Sudah cukup. Besok aku akan meminta Vivian pindah ke
mansion lain. Di sana banyak komunitas ibu muda, Leila akan
punya teman sebaya. Aku mau rumahku kembali normal."
Edmund membuat keputusan.

"Baiklah, kurasa itu cukup adil." Gwen menyerah.

"Apa kau menyesal telah mengabaikanku?" Edmund


bertanya lagi, memandang istrinya tajam.

"Mengabaikan apa maksudmu?"

Anna Kanina
735
The Duchess Want a Divorce

"Kau jarang menemuiku, bahkan membuatku tidur di kamar


lain selama hampir dua minggu ini," kata Edmund lagi
kecewa.

"Maafkan aku, tapi bukankah kita setiap hari sudah selalu


bersama?"

Edmund menggeleng.

"Bagiku, yang sekarang, aku merasa harus bertemu


denganmu setiap waktu. Atau aku tidak akan pernah merasa
tenang." Edmund mengangkat Gwen dan membuatnya
duduk di meja kerjanya.

"Apa yang hendak kau lakukan?" Gwen bertanya antara


penasaran bercampur takut, walau sudah bisa menerkanya-
mengingat betapa hausnya Edmund terhadap dirinya.

"Aku minta kompensasi. Sudah seminggu lebih tidak


menyentuhmu, kali ini aku mau melakukannya sekarang,"
ujar Edmund serius.

Gwen menarik napasnya.

"Sudah mengunci pintu?" Gwen bertanya lemah.

Anna Kanina
736
The Duchess Want a Divorce

Ini masih terlalu pagi. Para ajudan Edmund bahkan belum


tiba untuk bekerja. Gwen bisa mendengar suara burung
kenari bersiul di luar jendela ruang kerja Edmund yang
berinterior kayu dan marmer mewah. Dia juga mendengar
beberapa pelayan melewati ruang kerja Edmund sambil
berbicara sibuk.

Gwen sulit untuk fokus pada apa pun selain Edmund,


beberapa kali pikirannya seperti melayang karena terbuai
oleh permainan cinta sang duke. Edmund mungkin punya
bakat alami soal itu, karena walaupun Gwen sempat trauma
karena malam pertama yang berat, Edmund dengan sukses
berhasil merehabilitasinya di kesempatan berikutnya.

Namun ada setitik kecemasan di hatinya karena Edmund


tidak menjawab pertanyaan Gwen. Apakah dia sudah
mengunci pintu? Bagaimana kalau Ainsley atau Nathaniel si
kesatria masuk ke dalam ruangan Edmund tanpa mengetuk?

"Kau sudah tidak waras, Ed." Gwen mengeluh terbata.

"Berhenti pura-pura. Kau, kan, tahu aku tergila-gila


padamu."

***

Anna Kanina
737
The Duchess Want a Divorce

"Ada seseorang di luar, Ed!" Gwen meminta suaminya


bergabung melihat ke arah jendela. Gwen masih membenahi
rambutnya sendiri. Memiliki suami seperti Edmund yang
kadang impulsif dan gemar melakukannya tanpa kenal
waktu dan tempat, membuat Gwen jadi terbiasa untuk
merapikan penampilannya sendiri. Dia tidak perlu pelayan
untuk tahu apakah rambutnya sudah tergerai dengan rapi.

Edmund dan Gwen melihat seorang pria yang sedikit kurus


dan jangkung dengan rambut cokelat gelap yang sedikit
kemerahan karena sorotan sinar matahari. Matanya teduh
menunjukkan kedewasaan serta kerinduan mendalam. Dia
Benjamin Heather, suami Vivian.

"Vivian! Pulanglah! Aku mencintaimu! Kau belahan jiwaku!


Aku tidak bisa hidup tanpa dirimu dan Leila!" Pria itu
berteriak penuh emosi, tidak peduli akan lingkungan sekitar
atau para pelayan Rosiatrich Mansion yang melihatnya
bingung.

Edmund mengernyitkan dahi. Kenapa dia malah


mempermalukan dirinya sendiri? Seharusnya dia minta izin
saja untuk bertemu dengan Vivian dan bicara.

"Pria bodoh, mana mungkin Vivian luluh karena itu."


Edmund berkomentar sinis sambil membenahi kemejanya.

Anna Kanina
738
The Duchess Want a Divorce

Tidak lama, Gwen dan Edmund menyaksikan pintu jendela


Vivian membuka, dan adik Edmund itu membalas pengakuan
cinta kekasihnya.

"Benjy! Aku juga mencintaimu!" Vivian ikut berteriak dan


tampak menangis haru.

Para pelayan dan kesatria Rosiatrich yang berada di sekitar


sana dengan kompak bertepuk tangan riuh seakan tengah
menyaksikan pertunjukan opera.

Edmund terpana. Lalu untuk apa semua pengorbanan dan


kerepotan yang mereka lakukan demi Vivian? Kini dia begitu
saja menerima suaminya yang menyusulnya jauh-jauh dari
Drakela.

"Vivian bilang Benjamin orang yang kaku dan serius. Melihat


dia melakukan itu pasti sangat luar biasa bagi Vivian. Yah,
kami para wanita sebenarnya cukup sederhana." Gwen
berkomentar.

"Lalu? Apa kau berharap aku seperti itu?" Edmund kesal


membayangkan dirinya sendiri berlutut dan mengucapkan
kata-kata manis untuk Gwen. Apalagi mengumumkan
cintanya di depan umum seperti itu.

Anna Kanina
739
The Duchess Want a Divorce

"Yah, mungkin kalau sesekali kau begitu akan membuatku


senang." Gwen tertawa tersipu.

"Aku tidak perlu melakukan semua itu hanya untuk


membuktikan cintaku." Edmund menggeleng enggan.

"Aku tahu." Gwen tertawa sambil merangkul lengan


suaminya bahagia.

Anna Kanina
740
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (3) - Quentin and His Women Problem

"Terima kasih sudah bersedia datang, Quentin. Untuk


masalah ini, aku hanya bisa bertanya padamu." Edmund
menangkupkan tangan sembari duduk di kursi ruang
kerjanya dan memandang kesatria berpangkat tinggi itu
serius.

"Ada apa? Apa Anda sudah mendapatkan gambaran


bagaimana untuk mengalahkan pengaruh para iblis itu untuk
selamanya?" Quentin menebak sambil menegakkan
punggungnya di kursi. Selama setahun terakhir dia dan
Edmund bekerja sama untuk mengerti dunia para iblis.
Edmund bilang itu tidak mudah, karena setiap dia mencoba
mengais pikiran Ornlu, iblis itu selalu akan berusaha menarik
Edmund ke sisi gelap dirinya.

"Tidak-tidak, aku memanggilmu bukan untuk itu. Ini urusan


yang jauh lebih penting." Edmund menyanggah. Masih
melihatnya serius.

"Dan urusan itu adalah?"

"Adikmu, Gwen. Kau dekat dengannya, kan? Kira-kira apa


yang membuatnya menjauhiku selama seminggu ini? Aku
sudah memikirkan semuanya, tapi tidak ada jawaban," kata
Edmund lagi serius.

Anna Kanina
741
The Duchess Want a Divorce

Quentin terperangah. Dia sudah menghabiskan dua jam


perjalanan yang melelahkan dari kota lain demi hadir di
Rosiatrich Mansion. Dia kira ada urusan hidup dan mati yang
sedang dipertaruhkan. Tapi apa ini? Edmund malah sedang
mencoba berkonsultasi asmara dengannya?

"Tidak tahu, Anda sudah coba bertanya?"

"Sudah. Dia malah menangis dan mengunci kamarnya,"


sahut Edmund kesal.

"Dia akan membaik dengan sendirinya. Gwen tidak pernah


lama-lama menyimpan masalah. Anda hanya perlu
membiarkannya sendiri." Quentin berpendapat. Dia
memang kecewa, tapi membuat Edmund marah juga bukan
keputusan bijak. Seluruh Teutonia tahu kalau Duke Edmund
tidak boleh terpancing emosi. Dia bisa saja terpengaruh oleh
iblis dan menghancurkan kota.

Seharusnya Gwen sudah paham ini. Tapi kini dia malah nekat
membuat duke angkuh itu kesal? Apakah Quentin kurang
banyak mengajari Gwen tentang bagaimana berinteraksi
dengan penyihir seperti Edmund?

Lagi pula urusan perempuan tidak pernah menjadi


keahliannya. Dia hampir gagal atas hubungannya dengan
dua wanita. Miraila yang tidak bisa menunggu Quentin sekali

Anna Kanina
742
The Duchess Want a Divorce

lagi menunda pernikahan, serta Gisca yang belakangan


mudah marah dan bersikap kekanak-kanakan. Tidak bisakah
laki-laki dan perempuan menikah lalu fokus pada diri mereka
masing-masing saja? Berusaha menebak keinginan
perempuan membuat Quentin merasa harus mengambil
kuliah lagi jika ada jurusan Ilmu Memahami Wanita di
universitas.

"Quentin, kenapa diam?"

Sang kesatria tersentak pelan. Dia tanpa sadar melamun


selama beberapa saat.

"Tidak, saya hanya memikirkan sesuatu. Saya jadi ingat kalau


Gisca belakangan dingin terhadap saya." Quentin merespons
yang segera disesalinya. Untuk apa dia membahas soal Gisca
pada Edmund?

"Lupakan, urusan perempuan memang tidak pernah mudah,


ya?" Quentin buru-buru menambahkan sambil tertawa
canggung.

"Setidaknya kau tidak perlu sampai harus menjual jiwa


kepada iblis demi bisa bersama Gisca, kan? Kau juga cukup
populer. Tidak usah cemas seandainya Gisca membatalkan
pernikahannya," tanggap Edmund enteng.

Anna Kanina
743
The Duchess Want a Divorce

Quentin merasa tersinggung. Apa dia baru saja beradu nasib


dengannya? Padahal dia sendiri juga tidak selalu melalui
jalan mulus untuk hubungan asmara. Lagi pula, karena
kalimat itu keluar dari mulut penyihir seperti Edmund,
Quentin merasa sedang dikutuk. Ditinggalkan wanita dua
kali akan terlihat terlalu menyedihkan baginya.

"Apa ada lagi yang mau Anda bahas selain masalah dengan
Gwen?"

"Tidak ada," sahut Edmund cuek.

"Mungkin Anda punya informasi baru tentang para iblis?"

"Tidak ada, aku belakangan sedang enggan mencari tahu.


Kurasa semua tetap aman. Aku akan menjaga kontrak ini
setidaknya selama sepuluh tahun agar dunia aman selama
lima ratus tahun ke depan." Edmund mengangkat bahu dan
memundurkan punggungnya nyaman.

"Baiklah," tanggap Quentin datar.

Dia berwaspada. Edmund tidak pernah bisa ditebak. Hanya


ada beberapa situasi di mana dia bisa didekati layaknya
manusia normal. Salah satunya ketika menyangkut urusan
tentang istrinya. Bahkan ketika di situasi perang sekalipun,
dia lebih suka membuat keputusan sendiri.

Anna Kanina
744
The Duchess Want a Divorce

Belakangan, sang duke tetap berburu para penjahat


menggunakan pedang hitamnya. Edmund bilang kalau akan
ada masa-masa di mana kegelapan memengaruhinya begitu
kuat. Edmund harus membunuh untuk membungkam
bujukan iblis.

Membiarkan Gwen berada di sisinya adalah salah satu upaya


untuk menjaga sisi humanisnya.

"Apa Anda mau saya bicara pada Gwen?"

Quentin menawarkan. Kalau pasangan itu bermusuhan


terlalu lama, Quentin khawatir sisi iblis dari Edmund akan
muncul. Quentin menghela napas. Rasanya salah
membiarkan seorang penyihir, pembunuh berantai, dan
sosok minim empati seperti Edmund tinggal dengan damai
di Teutonia tanpa seorang pun bisa menentangnya. Tapi saat
ini itu adalah pilihan yang terbaik.

"Apa? Tidak. Kalau Gwen tahu aku minta bantuan orang lain,
dia tidak akan suka. Dia selalu membuatku berpikir apa yang
salah dan memintaku memahaminya. Kalau aku gagal, aku
harus tidur di kamar lain." Edmund mengeluh.

Quentin tertawa kecil. Setidaknya Gwen masih bisa


menjaganya tetap jinak.
***

Anna Kanina
745
The Duchess Want a Divorce

Quentin sudah telanjur berada di ibukota karena Duke


Edmund memintanya datang. Dia merasa sia-sia karena
sebenarnya pekerjaannya di kota lain belum selesai. Quentin
pun berpikir untuk santai sejenak dan mengunjungi kafe
favoritnya.

Kafe itu terletak di dekat istana. Bangunan klasik bernuansa


putih itu menjadi salah satu tujuan favorit para pebisnis
Teutonia untuk bertemu. Tempat itu juga populer di
kalangan pasangan karena suasananya yang romantis.

Quentin pernah ke sana beberapa kali dengan para gadis.


Tapi tidak ada yang lebih sering diajaknya selain Lady Miraila.
Gadis pemalu itu seringnya hanya diam saja di sepanjang
pertemuan mereka. Quentin tersenyum mengenangnya
karena karakternya yang sungguh jauh berbeda dengan
Gisca.

"Sir Quentin?" Earl Remian itu nyaris tersedak kopi ketika


seseorang menyapanya dari belakang.

Ini seperti kebetulan yang direncanakan. Quentin baru saja


memikirkan Miraila dan kini gadis itu berdiri di belakangnya
dengan ekspresi yang sulit diartikan. Antara terkejut
sekaligus lega dan senang.

Anna Kanina
746
The Duchess Want a Divorce

"Lady Miraila? Sedang berkencan?" Quentin bertanya basa-


basi. Dia memang sudah bertunangan kembali dengan
bangsawan lain. Itu berita yang sudah umum diketahui.

"Tidak, aku sendirian ke sini." Dia membantah.

"Oh, kebetulan sekali. Mau duduk di mejaku?" Quentin


beramah-tamah.

"Saya senang Anda baik-baik saja. Saya mengikuti berita


Anda di koran. Saya cemas ketika mengetahui Anda
mengalami insiden di Drakela bulan lalu." Miraila bicara.

"Duduklah." Quentin tersenyum sambil mempersilakan


sekali lagi.

"Apakah itu harus dilakukan, Sir? Berperang di garis depan


sepanjang waktu? Anda seorang bangsawan, biasanya
kesatria berdarah biru lebih banyak duduk di kantor." Miraila
mengeluh setelah dia duduk di hadapan Quentin.

Miraila kerap mengatakan hal seperti itu di setiap kencan


mereka dulu. Dia tidak suka Quentin pergi berperang.

"Anda tahu jawaban saya. Pekerjaan ini penting bagiku.


Terima kasih atas kepedulian Anda, tapi saya baik-baik saja,"
tanggap si kesatria.

Anna Kanina
747
The Duchess Want a Divorce

"Maaf, saya tahu ini bukan urusan saya lagi. Saya sendiri
yang memutuskan untuk pergi dari hidup Anda. Tapi
pertemuan yang tidak disengaja ini jadi membuat saya
berpikir untuk menjelaskan semuanya." Miraila berujar lagi.

"Anda boleh mengatakan apa saja."

"Saya belakangan menyadari keegoisan saya. Saya tidak bisa


memahami kecintaan Anda pada pekerjaan Anda. Saya
menyesalinya dan berpikir kalau mungkin saya telah bodoh
membuang kesempatan bersama orang sehebat Anda
karena tidak bisa bersabar." Miraila menundukkan wajah,
merasa malu sendiri atas pengakuannya.

"Ini sudah berlalu, Lady Miraila. Anda sudah membuang


waktu menunggu tiga tahun yang sia-sia demi saya. Sayalah
yang bersalah untuk ini semua. Anda tidak perlu
menyesalinya." Quentin tersenyum.

Miraila menyeka air mata yang mulai mengembang di sudut


matanya. Dia balas tersenyum. Dia adalah wanita atraktif
dengan rambut cokelat lurus dan kulit sedikit pucat.
Sebagaimana para wanita bangsawan lainnya, dia tidak
mengizinkan wajahnya terlihat buruk walau harus menangis.

"Saya merasa lega sekarang," kata Miraila senang.

Anna Kanina
748
The Duchess Want a Divorce

"Itu bagus, mau kubelikan minuman?"

"Tidak, terima kasih. Saya ada janji kencan malam ini dan
harus menata rambut saya." Miraila menolak sopan.

Mereka berdua masih lanjut bicara beberapa saat sampai


Miraila meninggalkan meja mereka. Tapi salah seorang
pelayan Gisca yang sedang berkunjung ke kafe melihatnya.
Si pelayan yang geram karena salah paham pun berniat
mengabari Gisca soal itu.

***

Ini seharusnya menjadi hari kencan yang biasa bagi Quentin.


Gisca yang menentukan harinya. Dia juga yang memutuskan
di mana lokasi kencan mereka. Quentin nyaris tidak pernah
berinisiatif soal itu selama mereka bertunangan.

Kali ini, Gisca minta bertemu di istana. Di sinilah Quentin


berada sekarang. Tanpa seragam, dengan sedikit keringat
dingin mengalir di tengkuknya karena rasa gugup. Gisca
sedang memeluknya, membuat Quentin sesekali menahan
napas karena enggan mencium aroma parfumnya. Baginya
itu tidak pantas. Gisca seorang putri.

Anna Kanina
749
The Duchess Want a Divorce

Tapi Gisca kerap memaksanya dan meminta Quentin selalu


melihat dirinya. Setiap kali mereka bersama, Gisca
memastikan kalau Quentin berfokus padanya.

Hari ini adalah peringatan satu tahun pertunangan mereka.


Hubungan mereka terjadi karena perintah raja. Quentin juga
bersedia karena cepat atau lambat dia harus menikah. Dia
mengenal Gisca sejak kecil karena gadis itu adalah sahabat
Gwen. Dia tidak pernah berpikir kalau di masa depan sang
putri akan memiliki ketertarikan romansa dengannya.

Quentin selalu tahu kalau Gisca adalah gadis egois dan


kadang pemaksa. Tapi tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Bahkan ketika Gisca memaksa ikut dalam sebuah ekspedisi
pun dia tidak terlalu fokus pada Quentin.

Ini pertama kalinya Gisca langsung memeluknya ketika


Quentin tiba tanpa bicara apa pun. Gadis ramping itu
memiliki tubuh indah dengan rambut pirang bergelombang
yang kini dia panjangkan sampai punggung. Dia sedikit
mungil dan mirip seperti boneka porselen yang menjadi
pajangan di kamarnya sendiri.

Sebagai laki-laki normal tentunya situasi ini sangat


berbahaya bagi si kesatria. Tidak ada seorang pun di sana
dan apa pun bisa terjadi. Ini merepotkan dan membuat

Anna Kanina
750
The Duchess Want a Divorce

Quentin gelisah. Dia tidak ingin ada rumor apa pun yang bisa
mengurangi kemuliaan Putri Gisca.

"Gisca, hei?" Quentin menegurnya gugup.

"Diamlah." Gisca masih memeluknya dan Quentin berani


bersumpah kalau baru saja sang putri menyesap udara dari
dada bidangnya.

"Gi-Gisca, seseorang akan datang." Quentin mencegahnya.


Dia khawatir kalau dia akan tergoda melakukan hal yang
terlarang.

Gadis itu mendongakkan kepala cantiknya dan memandang


mata si kesatria penuh arti. Gisca lalu mencuri ciuman dari
Quentin dan tidak mengizinkan sang kesatria menolaknya.
Quentin terperangah, tapi naluri kelaki-lakiannya
membujuknya untuk ikut memejamkan mata dan
berciuman.

Ini bukan ciuman pertama mereka, tapi ini adalah kali


pertama Gisca memberi ciuman yang dalam dan penuh
perasaan.

"Kenapa kau lakukan itu, Gisca?" Quentin mendorong gadis


itu perlahan.

Anna Kanina
751
The Duchess Want a Divorce

"Apanya?"

"Menciumku seperti itu, seseorang bisa saja datang dan


berpikir buruk tentang dirimu. Kita belum menikah."
Quentin menggeleng.

Dia lelah. Gisca terlalu mendominasinya. Umumnya kaum


pria yang memegang kendali. Namun bersama Gisca-putri
kerajaan yang selalu dimanja-Quentin tidak mengalaminya.
Dia membiarkan Gisca memegang kontrol dan perlahan dia
mulai lelah.

"Aku tidak peduli." Gisca menggeleng tegas.

"Kau tahu, seharusnya sebagai seorang wanita kau lebih


tenang dan mengurangi sedikit sifat impulsif seperti ini."
Quentin menasehati.

"Seperti Miraila?" Raut wajah Gisca berubah sedikit marah.

"Apa? Kenapa kau membahas Lady Miraila?"

"Karena kau suka perempuan seperti dia, kan? Apa kau pikir
aku tidak tahu kalau kemarin kau diam-diam bertemu
dengannya di kafe? Sekarang kau membandingkan aku
dengannya?" ujar Gisca geram dan perlahan menjauhi
Quentin. Dia merasa terluka.

Anna Kanina
752
The Duchess Want a Divorce

"Apa? Tidak, Gisca. Kau salah paham, aku tidak bermaksud-"

"Jujurlah, Quentin. Kau tidak mencintaiku, kan? Kau terpaksa


menjalani pertunangan ini denganku?" Suara Gisca
terdengar bergetar ketika mengatakannya.

Quentin diam sejenak. Kenyataannya, dia bertunangan


dengan Gisca karena diperintah oleh raja.

"Kurasa, awalnya memang seperti itu, tapi ...." Quentin tidak


melanjutkan. Dia tidak tahu harus berkata apa karena dia
masih sulit memahami dirinya sendiri. Dia menganggap
hubungannya dengan Gisca adalah bagian dari kewajiban,
karena dia kesatria Teutonia yang mengabdi pada raja.

Gisca menundukkan wajahnya. Dia tidak menangis walau


hatinya terluka. Kini dia sadar bahwa dia tidak bisa sekuat
Gwen yang bertahan akan cintanya walau Edmund dulu
kerap menolak bahkan memperlakukannya dengan buruk.

Quentin tidak pernah menolak apa pun keinginan Gisca


karena dia adalah putri raja, bukan karena Quentin memiliki
perasaan pada Gisca.

"Keluar, tinggalkan istanaku," kata Gisca dingin.

"Apa?"

Anna Kanina
753
The Duchess Want a Divorce

"Pertunangan kita batal! Aku akan bilang pada raja!" Gisca


memutuskan dengan suara tegas yang sedikit bergetar.
Gadis itu pun meninggalkan Quentin seorang diri yang
tampak terguncang. Dia benar-benar ditinggalkan untuk
kedua kalinya. Apakah Edmund kemarin benar sedang
mengutuknya?

***

"Gwen!"

Edmund akhirnya bisa melihat sosok istrinya yang kerap


menghindar selama seminggu ini. Biasanya, ketika dipanggil,
Gwen akan lari dan masuk ke salah satu ruangan dan
menguncinya tanpa bicara apa pun.

"Edmund." Gwen diam di tempatnya, tidak lagi berusaha lari


seperti kucing jalanan. Raut wajahnya lebih tenang
bercampur gelisah.

"Kenapa kau menghindariku terus? Bukankah kita sudah


sepakat untuk selalu jujur dan bicara agar tidak ada
kesalahpahaman?" Edmund menasehati.

Gwen menggandeng tangannya dan mengajak suaminya


duduk di ruang piano. Kamar itu cukup terang walau sedikit
panas karena tidak memiliki tirai.

Anna Kanina
754
The Duchess Want a Divorce

"Aku panik." Gwen mengaku.

"Karena?" Edmund siap menyimak.

Gwen menutup wajah dengan kedua belah tangannya


merasa malu.

"Aku menemukan ada jerawat di punggungku minggu lalu.


Aku tidak ingin kau melihatnya," kata Gwen sedih dengan
suara pelan.

Edmund sedikit emosi mendengarnya. Alasan itu sangat


sepele dan terdengar tidak masuk akal.

"Karena hal sekecil itu kau membuatku gelisah berhari-hari?


Astaga, Gwen! Sedikit jerawat di punggungmu tidak akan
membuatku enggan menyentuhmu. Bahkan meskipun kau
menumbuhkan tanduk dan ekor, aku akan tetap tergila-gila
padamu!" Edmund bicara dengan nada tinggi.

"Benarkah? Bahkan kalau aku menumbuhkan tanduk?


Tunggu, itu tidak penting. Kemarin aku memutuskan
memanggil dokter untuk berkonsultasi tentang masalah
kulitku. Dan dia bilang ...." Gwen bicara sedikit tersipu kali
ini.

Anna Kanina
755
The Duchess Want a Divorce

"Dia bilang ada perubahan pada kulitku karena reaksi


hormon. Dokter bilang aku hamil," ujar Gwen memberi tahu.

Edmund terkesiap. Dia tidak menduga itu sebelumnya. Hamil


katanya? Itu artinya mereka akan memiliki anak?

"Tunggu, biarkan aku mencerna ini semua sejenak. Jadi kau


hamil? Bagaimana bisa?" Edmund bertanya.

"Pertanyaan macam apa itu? Sudah setahun lebih kau


meniduriku seperti kuda birahi. Cepat atau lambat ini akan
terjadi, Ed," sahut Gwen kesal.

Edmund mengenang. Sebagai seorang duke tentunya dia


selalu didesak untuk melahirkan pewaris gelarnya. Tapi sejak
kembali bersama Gwen, dia tidak pernah mengingatnya. Dia
hanya senang melakukannya, bukan karena berusaha
memiliki anak.

"Itu bagus, aku sangat senang, tapi ...."

"Kau tidak terdengar senang, Ed." Gwen berkomentar ragu,


dia sedikit kecewa karena reaksi suaminya cukup datar.

"Aku hanya ingin tahu apakah dokter bilang kalau aku tetap
boleh menyentuhmu ketika kau hamil?" Edmund bertanya
serius.

Anna Kanina
756
The Duchess Want a Divorce

Gwen menghela napas, memutuskan untuk menyerah saja.


Dia memang tidak pernah berpikir kalau Edmund akan
bereaksi seperti para pria di novel romansa, yang berseru
emosional atau menangis ketika tahu kekasihnya hamil.
Edmund sama sekali bukan tipe pria seperti itu.

"Bisa, tapi kau harus sangat ekstra hati-hati ketika


melakukannya. Kalau selama ini kau menyentuhku seperti
seekor serigala lapar, cobalah untuk menahannya seperti
seekor kelinci jinak." Gwen membuat perumpamaan.

"Apa? Itu mustahil, tapi aku akan mencoba." Edmund


menegaskan tekadnya sebelum membuka kancing
pakaiannya.

"Sekarang, Ed?" Gwen bertanya tidak percaya.

"Aku akan berusaha hati-hati, mungkin tidak bisa seperti


kelinci jinak. Tapi aku coba untuk setidaknya menjadi kelinci
liar," kata Edmund yang tidak terlalu meyakinkan bagi Gwen.

Anna Kanina
757
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (4) - The Duke's Banquet

Ini adalah hari yang tidak terlalu biasa di Rosiatrich Mansion


karena keluarga Rosiatrich terkenal selalu kaku dan hanya
bersosialisasi seperlunya. Hampir tidak ada pewaris
Rosiatrich yang gemar berpesta atau minum dan bermain
poker dengan sesama bangsawan lainnya. Para wanitanya
juga tidak terlalu sering mengadakan acara, kecuali jika
benar-benar penting seperti jika ada yang menikah atau
meninggal dunia.

Biasanya, bangsawan bergelar tinggi suka mengadakan


pesta ulang tahun yang meriah. Tapi tidak begitu dengan
Edmund atau kepala keluarga Rosiatrich sebelumnya.
Mereka hampir tidak pernah merayakan ulang tahun.
Edmund sendiri tidak pernah membuat acara besar-besaran.
Orang tuanya hanya membuat jamuan mewah untuk
keluarga besar. Mereka nyaris tidak pernah mengundang
orang luar karena begitu menjaga rahasia kemakmuran
mereka.

Tapi hari ini, karena Gwen memaksa, Edmund mengadakan


acara ulang tahun yang cukup meriah. Ketika itu petang
sudah berlalu dan langit mulai gelap, tapi mansion megah itu
terang karena para staf menancapkan obor di sekeliling
rumah. Bola api kebiruan yang sesekali berubah merah
tampak melayang di puncak setiap obor. Para tamu tidak

Anna Kanina
758
The Duchess Want a Divorce

bisa menemukan obor semacam itu di mana pun karena


Duke Edmund menyalakannya dengan sihir.

Suasana begitu hidup dan ceria. Pohon-pohon dihias dan


patung para peri kecil dalam legenda juga bisa ditemukan di
sana. Juga ada para penampil yang menari diiringi alunan
musik klasik yang ceria.

Makanan disajikan melimpah dan menerbitkan air liur siapa


pun yang melihatnya. Walau ada juga yang seketika merasa
kenyang membayangkan hidangan sebanyak itu.

Mungkin seluruh bangsawan Teutonia hadir saat ini.


Termasuk para bangsawan dari negara lain yang tengah
singgah. Entah siapa yang memulai rumo, para tamu itu
percaya kalau pestanya akan sangat meriah. Tapi bukan itu
yang membuat mereka datang, semua orang di sana, sangat
penasaran dengan kemegahan Rosiatrich Mansion dan
berharap bisa mengintip ke dalamnya.

Mungkin Duke Edmund tidak akan mengadakannya lagi di


hari lain. Jadi mereka tidak mau melewatkan kesempatan.

Walaupun mayoritas tamu dan penghuni mansion itu sedang


tertawa dan menari senang sambil mencicipi hidangan, Duke
Edmund yang sedang berulang tahun malah hanya duduk di
kursinya, dingin dan tidak membaur. Auranya masih terasa

Anna Kanina
759
The Duchess Want a Divorce

tidak bersahabat seakan dia terpaksa melakukan itu semua.


Para tamu yang berpapasan hanya membungkuk
mengucapkan selamat sebelum berlalu.

Ini memang bukan gaya Edmund sama sekali. Istrinya, Gwen,


yang mengaturnya. Demi mewujudkan harapan Gwen yang
sedang hamil muda, Edmund bersedia berkompromi.
Namun baru selang satu jam acara berjalan, Edmund mulai
menyesali keputusannya.

"Duke, mereka sudah menunggu di ruang makan utama."


Nicolas, kesatrianya memberi tahu.

Edmund membiarkan para kesatrianya mengenakan baju


formal dan berbaur dengan para tamu. Edmund tidak butuh
perlindungan. Edmund hanya tidak ingin ada tamu yang
terlalu mabuk dan merusak acara. Dia memerintahkan para
kesatria untuk memisahkan tamu yang kira-kira berpotensi
membuat masalah. Dia tidak mau mengambil risiko sedikit
pun yang bisa membuat istrinya sedih.

Istrinya sedang hamil, dan Edmund memberikan semuanya


untuk Gwen agar dia tetap ceria dan bahagia. Termasuk
membiarkan Gwen merancang pesta ulang tahun suaminya.

Edmund melihat para tamu terpilih sudah berkumpul di aula


pribadi. Tamu Edmund, di luar dugaan, sangat banyak. Tapi

Anna Kanina
760
The Duchess Want a Divorce

Rosiatrich memastikan kalau semuanya akan senang dan


kenyang. Walaupun begitu, ada sekelompok orang
beruntung yang dipilih untuk bisa makan malam bersama
sang duke yang tersohor.

Dari keluarga istrinya, ada Madam dan Marquis Remian serta


Quentin yang bermuka sedikit muram malam ini. Lalu juga
ada beberapa pasang bangsawan dan sahabat Edmund.
Serta ada Gisca bersama pasangannya yang tidak pernah
dilihat Edmund sebelumnya. Edmund sedikit terhibur karena
dia mungkin tahu alasan kenapa ekspresi Quentin sangat
buruk.

Quentin mengetukkan jarinya gelisah. Baru dua minggu yang


lalu Gisca minta berpisah. Quentin tidak menggeleng dan
mengangguk soal itu. Dia hanya minta Gisca untuk
memikirkan ulang keputusannya. Gisca tidak percaya kalau
pertemuannya dengan Miraila hanyalah kebetulan. Quentin
pikir Gisca akan memaafkannya. Bagaimanapun, gadis itu
sangat gencar mengejarnya selama setahun belakangan.
Mana mungkin dia merelakan Quentin secepat itu?

Tapi gadis itu tampak bahagia bersama pria baru yang


Quentin tahu kalau dia adalah seorang pangeran dari
Drakela. Kulitnya sedikit gelap dengan mata yang menarik.
Cara bicaranya pun luwes. Quentin mendengar sedikit ketika
dia bicara. Dia tampak membuat Gisca nyaman dan terus

Anna Kanina
761
The Duchess Want a Divorce

tersenyum. Quentin tidak tahu kalau dia bisa merasa tidak


nyaman melihat pemandangan itu.

"Quentin, kau baik-baik saja?" Marquis Archibald berbisik


pada putranya yang masih menekuk wajahnya muram. Dia
bertingkah seperti remaja belasan tahun.

"Ini ulang tahun Duke Edmund. Cerialah," kata Marquis lagi


masih berbisik.

"Dia sengaja melakukannya," tanggap Quentin geram.

"Ya, mungkin saja. Kapan kalian berpisah? Kalau tahu akan


begini, seharusnya tadi kau ajak seseorang," bisik Marquis
lagi.

"Aku sama sekali tidak tahu soal ini." Quentin menggeleng.


"Ayah tidak usah ikut campur. Ini urusan pribadiku." Quentin
melanjutkan geram.

"Aku merasa prihatin, sudah dua kali kau ditinggalkan. Aku


merasa harus mulai memberi nasihat asmara padamu. Lagi
pula-"

"Aku baik-baik saja!" bisik Quentin geram.

Anna Kanina
762
The Duchess Want a Divorce

Quentin tanpa sengaja beradu pandang dengan Gisca. Dia


dengan cepat langsung membuang wajahnya ke arah lain
dengan canggung. Dia menyesal setelahnya. Apakah itu tidak
sopan? Itu juga terlalu kentara kalau Quentin menghindari
sang putri. Gisca mungkin akan menghampirinya dan
mengomel setelah ini. Itu yang biasa dia lakukan.

Beberapa saat berlalu, Gisca masih tetap di kursinya


beramah-tamah dengan si pangeran Drakela-yang jelas tidak
kenal Edmund dan seharusnya tidak bisa duduk di aula
makan pribadinya. Pasti Gisca yang mengajaknya.

Gisca mengabaikannya. Rasa kesal pun timbul di hati


Quentin. Apa salahnya? Quentin tidak pernah berbuat apa
pun yang mengkhianati Gisca. Raja memang menjodohkan
mereka, tapi Quentin tidak berpikir untuk menganggap
hubungan mereka remeh.

Acara makan tidak segera dimulai. Para tamu mulai


bertanya-tanya. Ke manakah sang duchess yang tersohor?
Kenapa hanya ada Duke Edmund saja?

Duke mengetukkan garpu di gelas kristal untuk meminta


perhatian tamunya.

"Duchess belum hadir di sini karena dia sedang menyiapkan


sesuatu di dapur," kata Edmund datar nyaris tanpa ekspresi.

Anna Kanina
763
The Duchess Want a Divorce

Para tamu itu pun saling berpandangan. Sementara para


anggota keluarga Remian terlihat pucat seakan baru
menerima kabar kematian anggota keluarga mereka. Gwen
tidak pernah diizinkan ke dapur ketika dia masih gadis. Bukan
karena statusnya yang bangsawan. Banyak lady yang gemar
masak sendiri walau seringnya hanya untuk hobi mereka,
tapi Gwen pengecualian.

"Dia menyiapkan makanan pembuka seharian ini,


mengorbankan waktu istirahatnya walau dia juga sedang
hamil. Karena itu, kuperingatkan," Edmund memandang
seisi ruangan dengan serius, "makan dan habiskan semuanya
dengan tersenyum, tidak ada yang boleh memuntahkannya
atau berkomentar buruk soal masakannya, atau ...." Edmund
merendahkan nada suaranya.

"Atau kalian mungkin akan menghabiskan sisa umur kalian


dengan lidah yang tidak bisa merasakan apa pun," kata
Edmund serius.

Para tamu terdiam. Seharusnya mereka tidak terlena dengan


rumor yang mengatakan kalau duke Rosiatrich berubah jinak
atau semacamnya. Dia masih sama menakutkan, terlebih
dengan statusnya sebagai penyihir.

Edmund memundurkan punggungnya dan mengangkat gelas


anggur.

Anna Kanina
764
The Duchess Want a Divorce

"Sekarang tersenyumlah, sebentar lagi makanan pembuka


akan disajikan. Aku tidak mau kalian makan malam dengan
istriku seperti sedang menikmati jamuan pemakaman. Ini
ulang tahunku." Edmund tersenyum seakan mencoba
mencairkan suasana.

***

Gwen menyajikan shepherd's pie. Pai gurih dengan isian


daging domba cincang yang cocok sebagai hidangan
pembuka. Kulitnya renyah dan tidak terasa kering, dagingnya
juga dimasak dengan baik. Semua seharusnya akan baik-baik
saja kalau Gwen tidak menyajikannya dengan krim kocok di
atasnya layaknya keik. Belum lagi dengan sedikit taburan
kulit jeruk di isiannya.

Gwen selalu suka eksperimen. Dia tidak suka mengikuti


pakem dan merasa kalau semua resep yang dimiliki para chef
terbaik seharusnya lebih bisa ditingkatkan lagi rasanya.
Sayangnya itu adalah kreativitas yang tidak perlu. Untungnya
porsinya tidak besar sehingga para tamu bisa dengan cepat
menghabiskannya dan beralih pada menu selanjutnya-yang
dibuat oleh chef betulan.

Gwen tampil memesona dengan gaun putih yang sedikit


longgar di bagian perut. Kehamilannya masih muda sehingga
perutnya masih terlihat rata. Gwen kini menjadi acuan mode

Anna Kanina
765
The Duchess Want a Divorce

bagi para wanita Teutonia. Pakaiannya hari ini mungkin akan


dibahas oleh media esok hari. Edmund hanya perlu
memastikan kalau masakan aneh istrinya tidak akan dibahas
di artikel.

Setelah jamuan makan selesai, Gwen pun mendatangi


suaminya dan mengecup pipi kanannya.

"Edmund, selamat ulang tahun. Maaf, aku tidak sempat


mengucapkannya lebih awal karena aku sangat sibuk di
dapur. Seandainya kau tahu berapa kali aku harus
membuang adonan yang gagal. Tapi sepertinya aku sukses,
piring mereka bersih tidak tersisa. Astaga! Senang sekali bisa
kembali ke dapur sekali lagi. Ayah dan Quentin dulu
melarangku. Katanya masakanku mengerikan," celoteh
Gwen riang.

"Mungkin kini kau lebih pandai memasak." Edmund


tersenyum sambil merangkul pinggang rampingnya.

"Oh ya? Kurasa itu benar. Besok aku akan memasakkan


sesuatu untukmu, Ed. Kau suka pasta, kan? Kudengar jahe
bubuk baik untuk kesehatan. Aku akan membuatkanmu
pasta sehat dengan taburan jahe. Bagaimana?" Gwen
bersemangat menceritakan rencananya. Edmund tertawa
tidak tulus. Seperti apa rasanya pasta dengan taburan jahe?

Anna Kanina
766
The Duchess Want a Divorce

Seandainya ada undang-undang khusus soal penistaan


makanan, Gwen pasti akan masuk daftar terorisnya.

"Kurasa sebaiknya tidak, My Dear. Kau sedang hamil dan aku


tidak ingin kau terlalu lelah." Edmund menasehati. Gwen
langsung berpikir.

"Kau benar, Ed. Sebaiknya aku tidak perlu sering ke dapur."

"Ya, tapi bagaimana dengan kursus masak? Aku bisa


mencarikan guru terbaik untukmu?" Edmund menawarkan
lagi. Dia berjuang untuk kedamaian perutnya di masa depan.
Dia sudah cukup lega karena Gwen bersedia tidak ke dapur
untuk sementara.

***

"Duke Edmund itu orang yang menarik, ya?" Leland,


pangeran Drakela itu mulai bicara setelah berhasil
menyendiri bersama Gisca dan menyusuri halaman belakang
rumah Rosiatrich yang luas.

"Ya, dia memang sedikit angkuh. Seluruh Teutonia


mengetahuinya," sahut Gisca tidak terlalu peduli.

Gisca kini sudah melepaskan topeng dan menunjukkan sifat


aslinya terhadap Leland. Dia tidak terlalu menikmati

Anna Kanina
767
The Duchess Want a Divorce

menghabiskan hari bersama si pangeran yang dikenalkan


Sigmar pada dirinya. Sigmar bilang Gisca harus sesekali
melakukan tugas negara, termasuk menjamu tamu.

Kebetulan hari ini dia diundang ke acara ulang tahun Duke


Edmund. Dia enggan datang sendirian karena akan terlihat
menyedihkan. Gisca mengira Quentin akan datang bersama
gadis lain. Sudah dua minggu berlalu dan Quentin tidak
mendatanginya, padahal Gisca berharap Quentin akan
memohon maafnya. Gisca lelah selalu menjadi pihak yang
mengejar. Dia tidak sekuat Gwen. Dia tidak mau berharap
pada cinta yang bertepuk sebelah tangan.

"Maksudku, jujur saja, pai buatan istrinya tadi tidak enak,


tapi dia memaksa kita semua untuk berpura-pura
menikmatinya. Kurasa dia sangat terpikat pada istrinya."
Leland melanjutkan. Gisca bertahan untuk terus
mendengarnya bicara walau dia sudah sangat bosan. Dia
tidak suka pria yang banyak bicara.

"Tapi ketika aku melihat istrinya. Wow! Duchess Rosiatrich


memang seperti rumor. Dia sangat cantik. Astaga, aku
beruntung bisa melihatnya. Pantas saja Duke Edmund begitu
memujanya. Aku mungkin rela membunuh untuk bersama
perempuan secantik itu walau dia tidak punya otak dan
masakannya tidak enak." Leland tertawa.

Anna Kanina
768
The Duchess Want a Divorce

"Berhenti sampai di situ." Gisca mengangkat tangannya tidak


sabar.

"Hei, aku hanya bergurau, Tuan Putri."

"Kau tidak tahu apa-apa soal mereka. Aku menghargai


Edmund walau dia seram dan menyebalkan. Dia berusaha
keras untuk menjaga perasaan istrinya sekarang. Selain itu,
Duchess tidak bodoh. Dia bertanggung jawab hampir
separuh dari seluruh undang-undang yang terbit di Teutonia
dua tahun belakangan ini tentang hak wanita. Tidak apa
untuk punya sedikit kekurangan karena tidak ada manusia
yang sempurna." Gisca bicara ketus sesuai dengan gayanya
selama ini.

"Oke, baiklah. Maafkan aku." Leland mengernyitkan dahi.

"Sudah malam, Yang Mulia. Saya diminta menginap oleh


Duchess. Anda bisa pulang sendiri?" Gisca berbohong. Dia
hanya merasa tidak sanggup harus pulang di kereta kuda
yang sama dengan pangeran pesolek itu.

"Santai saja, Yang Mulia, aku mungkin akan berkeliling


mencari teman kencan sebelum pulang," katanya seakan
bukan masalah. Dia membungkuk dan mencium punggung
tangan Gisca sebelum berlalu pergi.

Anna Kanina
769
The Duchess Want a Divorce

Gisca pun merenungi lagi kata-katanya sendiri. Apakah dia


seharusnya lebih bersabar? Quentin pria yang baik. Walau
dia tidak peka dan tidak pernah menunjukkan ketertarikan
romantis pada Gisca, dia menghargai hubungan mereka.
Gisca sudah mengonfirmasi sendiri pada Miraila. Lady itu
menegaskan kalau mereka hanya kebetulan bertemu. Dia
juga sudah bahagia bersama calon suami barunya.

Gisca mempertahankan harga dirinya untuk menunggu dan


terus menunggu. Dia berharap suatu hari Quentin akan
mengetuk jendela kamarnya dan meminta maaf. Dia tidak
bersalah. Gisca hanya tidak bisa menerima kalau Quentin
tidak balas mencintainya.

"Gisca?"

Quentin menegur ketika Gisca sedang membawa matanya


menyelami danau buatan Rosiatrich Mansion yang jernih.

"Quentin?"

"Dia bukan pria yang tepat untukmu, Gisca. Ketika dia


meninggalkanmu tadi, aku melihat dia langsung merayu
gadis lain di pesta Edmund." Quentin berkata serius.

"Apa?" Gisca memastikan pendengarannya.

Anna Kanina
770
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak berbohong. Kau bisa bertanya pada kesatria di


sana." Quentin bersungguh-sungguh. "Aku tidak mau kau
bersama pria yang tidak tahu caranya menghargaimu.
Tinggalkan dia."

"Itu bukan urusanmu, Quentin." Gisca menggeleng malas.

"Bagaimana kalau pria itu tidak perayu, cerdas, tampan,


serta baik padaku? Apakah kau tidak akan menggangguku
lagi?" kata Gisca dingin.

"Aku tidak tahu, tapi-"

"Tidak usah repot-repot peduli padaku, Quentin. Itu semua


bukan urusanmu." Gisca menggeleng kesal kemudian
berbalik akan pergi.

"Gisca! Tunggu!" Quentin memegang tangan sang putri,


sedikit memaksa.

"Apa lagi? Kau tidak suka padaku. Kau bahkan


mengabaikanku berminggu-minggu. Untuk apa kau peduli
dengan siapa aku berkencan?" kata Gisca ketus.

"Tentu saja ini menjadi urusanku! Karena hanya aku pria


yang sanggup meladenimu yang egois, pemaksa, dan banyak
menuntut!"

Anna Kanina
771
The Duchess Want a Divorce

Gisca memiringkan kepalanya. Apa Quentin baru saja


mengatainya?

"Juga cantik, ceria, dan merupakan orang paling baik yang


pernah kukenal. Maksudku-aku tidak tahu bagaimana
mengatakannya. Bahkan walau pria itu sebaik dan
sesempurna karakter fiktif di novel yang suka dibaca oleh
Gwen, aku tetap tidak akan senang." Quentin menegaskan
lagi sambil memandang serius mata sang putri.

Gisca menyadari kalau keharuan melandanya tanpa bisa


dicegah. Dia pun merangkul leher Quentin dan memberinya
ciuman. Si kesatria tampak terkejut dengan serangan itu,
tapi balas memeluknya dan menerima kecupan itu.

"Jadi, mau di mana melanjutkannya? Di sana ada semak-


semak," kata Gisca serius.

Quentin yang masih menyeka bibirnya yang basah tampak


terperanjat. Itu ajakan yang sangat berani, bahkan walau
dilakukan oleh gadis seperti Gisca.

"Ap-apa maksudnya?"

"Bercanda, bodoh! Seharusnya kau lihat wajahmu!" Gisca


tertawa.

Anna Kanina
772
The Duchess Want a Divorce

"Oh, kukira." Quentin menggaruk rambutnya dengan


canggung. Wajahnya memerah.

"Hei, sepertinya kau terdengar kecewa. Jangan bilang kalau


kau benar-benar mempertimbangkannya. Jangan sedih. Aku
mau, kok, melakukannya. Kapan? Di mana? Apa kita minta
saja pada Gwen untuk meminjamkan salah satu kamarnya
malam ini? Hei! Quentin, kenapa kau malah pergi?" celoteh
Gisca, menggoda dan mengejar Quentin yang kabur sambil
menggelengkan kepala.

Anna Kanina
773
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (5) - His Lovely assistant (part 1)

Mereka-para penunjuk jalan yang adalah warga lokal-bilang


kalau tidak ada yang berani menginjak tempat itu sejak
beberapa ratus tahun terakhir. Aslinya itu adalah sebuah
kompleks kuil kuno yang belum jelas diketahui dewa mana
yang pernah disembah di sana. Seperti bangunan kuno
lainnya, suasana misterius segera menerpa orang yang
melihatnya.

Kuil itu sudah tidak terurus. Di beberapa bagian tumbuh


pohon beringin besar bersulur panjang. Semua itu
meningkatkan kewaspadaan semua orang. Pohon dan
semak yang lebat juga menambah derajat kengerian tempat
itu. Sesekali angin kencang berembus melewati sela hampa
di beberapa dinding sehingga menimbulkan suara layaknya
hantu yang melolong.

"Kami tidak mau berkemah di sana." Para penunjuk jalan itu


menggeleng, menjatuhkan tas dan semua bawaan yang tadi
mereka pikul di pundak.

"Tidak usah berkemah di dalam, hanya di depannya saja."


Harvey berusaha mencegah mereka pergi. Harvey menduga
penggaliannya kali ini akan cukup berat karena kontur
tanahnya yang keras sehingga dia butuh tenaga lokal.

Anna Kanina
774
The Duchess Want a Divorce

"Kami takut dikutuk kalau mengusik tempat itu." Mereka


kompak menggeleng dan berbalik meninggalkan si profesor
serta anggota timnya.

"Tidak ada hal semacam itu!" Harvey menggeleng sungguh-


sungguh. Tapi itu semua gagal. Emas Arbavia gagal
membujuk mereka.

Harvey berdecak kesal sambil memungut tasnya. Dia melihat


para arkeolog lain serta mahasiswa tingkat akhir di
sekelilingnya. Mereka memberikan pandangan menghakimi.
Harvey bilang kutukan tidak ada, padahal dia berhadapan
langsung dengan monster serupa Killian dan melihat apa
yang dilakukan Duke Edmund di Teutonia.

Namun Harvey tetap sama. Dia memilih percaya kalau


semua yang dilihatnya hanya lelucon dari alam. Killian dalam
bentuk naga mungkin korban dari percobaan alkimia
terlarang. Edmund dan para penyihir lain mungkin hanya
pelaku ilmu kuno yang bisa diwariskan. Harvey percaya pada
sebuah disertasi alkemis yang bilang kalau komposisi
tertentu bisa membuat seseorang menyemburkan api atau
es dari tangannya. Itu memang terdengar mustahil, tapi lebih
masuk akal ketimbang percaya bahwa semua peristiwa itu
disebabkan oleh sihir.

Anna Kanina
775
The Duchess Want a Divorce

Ya, Harvey tidak percaya pada Edna, Ornlu, atau figur mistis
mana pun. Dia hanya percaya pada sains dan menjadikan
ilmu kuno tentang sihir dan kutukan itu sebagai bagian
sejarah bumi belaka.

Harvey sudah lama ingin ke tempat ini. Sebuah kuil misterius


yang dijauhi manusia karena katanya menyimpan kutukan.
Tapi Harvey punya dugaan kuat kalau itu adalah tempat
pertapaan rahasia yang dihuni oleh raja agung Drakela 1000
tahun silam. Sayangnya raja itu serupa Edmund. Dia seorang
penyihir besar yang keji dan menghabiskan hari terakhir
hidupnya menyendiri di tengah hutan.

Raja Drakela itu tidak ingin dikenang. Dia membakar nyaris


semua literatur tentang dirinya sebelum menghilang,
membuat sejarah kerajaan Drakela seakan-akan hilang
sekitar 80 tahun. Orang Drakela bahkan tidak tahu nama
aslinya.

Tapi kali ini Harvey akan menyeretnya keluar dari kuburan


dan mempelajari rahasianya. Dia susah payah berjuang
mendapatkan izin dari negara Drakela untuk melakukan itu
dan dia tidak mau menyia-nyiakannya hanya karena tidak
punya warga lokal untuk membantunya menggali.

"Profesor Harvey, boleh aku bicara?" Dia adalah Laura


Griffin, asistennya yang setia. Gadis ramping dengan rambut

Anna Kanina
776
The Duchess Want a Divorce

gelap serta wajah jelita walau terkesan dingin dan jarang


tersenyum.

"Katakanlah." Harvey menyisingkan lengan bajunya, hendak


mulai menggali.

"Arkeolog lain ketakutan, bukan hanya soal hantunya, tapi


bagaimana dengan ular atau hewan buas?" Laura berbisik.

"Apa? Ketakutan kalian tidak beralasan. Kita punya tim


dokter. Mereka sudah punya ratusan jenis serum penawar
bisa. Sebutkan saja ular apa pun yang kau tahu. Atau
kalajengking? Atau semut peluru? Mereka punya
penawarnya," ujar Harvey percaya diri.

Kalau pangeran lain memilih menghabiskan kekayaannya


dengan membeli kapal atau rumah mewah di pulau, Harvey
berfoya-foya dengan cara membiayai banyak penelitian
mahal. Termasuk membayar tim terbaik dari seantero
benua. Dia bilang kekayaan keluarga kerajaan juga harus
dimanfaatkan untuk perkembangan sains dan budaya.

Harvey juga sesekali memberi sumbangan besar bagi


lembaga riset sains atau universitas kedokteran yang
berjuang menemukan obat kusta. Harvey mungkin bukan
orang yang religius, tapi dia sangat menghargai kecerdasan

Anna Kanina
777
The Duchess Want a Divorce

dan percaya kalau kaum religius adalah penjaga budaya.


Mereka sama pentingnya dengan para penemu.

"Lalu bagaimana dengan kutukannya?"

"Kutukan apa? Laura, kau seorang doktor! Itu tidak bisa


dijelaskan secara ilmiah!"

"Kenapa kau begitu keras kepala? Aku dengar kau dulu yang
memberi semua informasi tentang penyihir pada Edmund.
Makanya dia tahu dia bisa membuat kontrak dengan Ornlu.
Kau juga berhadapan dengan monster naga dalam legenda.
Lalu setelah mengalami semua itu, kau memilih
mengabaikannya seolah itu tidak nyata?" Laura memastikan.

"Tidak! Pikiranku tidak beres kala itu." Harvey menggeleng.

Ya, dia memang merasa sesuatu memengaruhinya. Edmund


pernah bilang kalau iblis bernama Ornlu mungkin merasuki
mimpinya dan membuatnya melakukan banyak hal untuk
memancing Edmund ke pulau Soran. Tapi Harvey tidak
percaya. Dia mungkin hanya terbentur atau terhipnotis
sesuatu. Tidak mungkin ada iblis di dunia ini. Harvey mungkin
akan berkonsultasi ke psikiater tentang kemungkinan kalau
dia punya skizofrenia.

Anna Kanina
778
The Duchess Want a Divorce

"Tunggu apa lagi? Ayo, bangun tendanya agar kita bisa mulai
bekerja!" Harvey memerintah timnya.

"Aku akan masuk ke dalam, mumpung saat ini masih ada


sinar matahari. Aku akan mencari di mana lokasi yang pas
untuk mulai menggali." Harvey memberi tahu lalu pergi ke
dalam dengan membawa ranselnya.

"Tunggu, kau sendirian?"

"Iya," kata Harvey lagi santai.

"Ini berbahaya! Aku akan ikut denganmu." Laura dengan


terburu mengambil tasnya dan memakainya.

***

"Apa perasaan Anda sedang buruk hari ini?" Laura bertanya


tatkala Harvey sedang bersimpuh mencatat data
penelitiannya.

"Apa?"

"Anda orang yang ceria, Profesor. Sedari tadi Anda tidak


tersenyum. Bahkan ketika Julian melawak, Anda tidak
tertawa. Dia jadi merasa mungkin telah melakukan
kesalahan," kata Laura lagi.

Anna Kanina
779
The Duchess Want a Divorce

Harvey menarik napas, kemudian meminta gadis cerdas itu


duduk di sebelahnya.

"Seperti biasa, kerajaan kali ini mempersulit dana untuk


penelitian. Tapi kali ini mereka mulai mengurangi fasilitas
pribadiku. Mereka bilang aku harus mulai serius dengan
hidupku," keluh Harvey sambil melihat ke langit.

"Oh, mereka lagi-lagi meminta Anda untuk-"

"Ya, mereka mendesakku untuk menikah. Sebagai pangeran


kedua, aku harus segera mencari pasangan. Tapi itu bukan
hal yang mudah. Aku selalu bepergian. Tidak mudah
berkeluarga dalam situasi seperti itu," lanjutnya.

Laura melihat ke arah Harvey yang diliputi aura biru. Apakah


ini waktu yang tepat untuk mengakui perasaannya? Laura
sudah lama mencintai Harvey sejak dia masih menjadi adik
tingkatnya dulu. Harvey mendukungnya penuh. Bahkan
berkat pengaruhnya, Laura yang wanita bisa melanjutkan
pendidikannya sampai doktor.

Arbavia memang memberikan banyak kemudahan bagi


wanita sejak lama, termasuk di bidang pendidikan, tapi tidak
banyak yang mencapai gelar doktor. Rasa harus membalas
budi membuat Laura bersedia ikut dalam setiap
penelitiannya yang kadang berbahaya dan menyengsarakan.

Anna Kanina
780
The Duchess Want a Divorce

Harvey tidak pernah gagal untuk membuatnya tersenyum di


hari yang berat. Kepedulian dan sifat ramahnya membuat
Laura terpikat.

Dia ingin mengakui perasaannya. Namun dia ingat peristiwa


di masa lampau ketika salah seorang adik tingkatnya
menyatakan perasaannya pada Harvey. Pria itu menolak dan
memutuskan pertemanan mereka. Dia bilang tidak mau
terlibat dalam situasi yang canggung. Laura tidak ingin
Harvey menjauhinya. Karena itu, dia tidak pernah mengaku.

"Dulu kupikir aku sudah punya kandidat istri yang tepat."


Harvey menggumam. Dia membahas Gwen, antikuarian
amatir yang beberapa bulan sempat ikut penelitian Harvey.
Dia juga berteman dengan Laura dan gadis itu tidak bisa
membencinya.

"Dia dan aku sama-sama suka artefak kuno dan bertualang.


Aku membayangkan pernikahanku akan seru dengan istri
seperti dia, tapi aku merasa itu tidak adil untuknya. Kami bisa
saja menikah sebagai sahabat, tapi dia menginginkan cinta."
Harvey melanjutkan lagi.

"Aku tahu cerita itu. Sayang kalian tidak berjodoh," kata


Laura sambil tersenyum getir.

Anna Kanina
781
The Duchess Want a Divorce

Harvey sama sekali tidak peka. Gwen yang baru beberapa


bulan kenal dengan Laura saja langsung bisa menebak kalau
Laura menyukai sang profesor. Dia merasa iba karena Harvey
terus memperlakukannya sebagai adik tingkat.

Semua kriteria istri yang diinginkan Harvey ada pada Laura,


tapi Harvey seakan buta.

"Aku tidak butuh istri, lagi pula kau akan terus betualang
bersamaku, kan?" Harvey bertanya ceria sambil mengelus
rambutnya. Laura tersipu karenanya. Dia tahu kalau dia
harus mengatakannya.

"Itu-apakah calon istrimu harus bangsawan?" Laura


bertanya hati-hati.

"Kurasa tidak harus. Aku tidak suka pernikahan karena


perjodohan." Harvey merasa kesal membayangkannya.

"Itu bagus, karena-bagaimana kalau aku?" Laura


memberanikan diri bertanya.

"Apa? Kenapa kau?"

"Kita selalu bersama dan melakukan semua penelitian ini


sebagai tim. Kurasa tidak ada salahnya jika-"

Anna Kanina
782
The Duchess Want a Divorce

"Kita sudah selalu bersama dan kau ingin menambahnya


dengan ikatan pernikahan? Apa itu tidak berlebihan?"
Harvey tertawa. Laura terguncang, dia merasa ingin
menangis saat itu.

Bukankah itu yang tadi Harvey katakan? Dia


mempertimbangkan Gwen karena lebih mudah untuk
bertualang. Tapi kenapa Laura tidak bisa? Itu seolah
menegaskan kalau Harvey memang tidak menginginkan
Laura.

Gadis itu terisak.

"Laura?"

"Sesuatu menggigitku." Laura berbohong.

"Apa? Jangan-jangan semut peluru. Itu berbahaya, biar aku-


" Harvey hendak meraih lengan Laura. Namun gadis itu
berdiri dan menamparnya kuat-kuat.

Harvey bengong sesaat. Pukulan itu penuh amarah dan


emosi yang dipendam. Laura begitu sakit hati saat ini. Lebih
sakit lagi karena dia tahu kalau Harvey tidak sepenuhnya
salah.

Anna Kanina
783
The Duchess Want a Divorce

"Ada nyamuk besar di pipimu tadi," kata Laura geram masih


menahan tangis.

"Oh ya?" tanya Harvey ragu.

"Besar sekali! Seukuran tawon! Aku menyelamatkanmu tadi.


Kau bisa mati kehabisan darah kalau digigitnya." Laura
menambah kebohongannya, geram.

Harvey masih berusaha mencerna tamparan tadi. Kalau


nyamuk jenis itu ada, dia bisa saja beralih jadi ahli biologi dan
memamerkannya di jurnal ilmiah. Harvey mungkin akan
menamainya dengan namanya sendiri. Nyamuk Maxwellia
terdengar cocok. Nyamuk itu pasti spesies yang sangat
langka.

"Laura, tidak ada nyamuk seperti itu di sini." Harvey akhirnya


memenangkan logikanya. "Apa aku membuatmu marah?"
Harvey menerka.

"Menurutmu?"

"Apa ini soal ajakanmu menikah tadi?" tanya Harvey hati-


hati.

"Lupakan! Aku sudah menyerah!"

Anna Kanina
784
The Duchess Want a Divorce

Laura memakai kembali tasnya, menyeka air mata dengan


punggung tangannya, dan bergerak pergi dengan terburu.

"Hei! Laura!"

Harvey mengejar.

"Tidak usah repot-repot mengkhawatirkanku. Kau punya


misi penting di sini, Prof!" sergah Laura sambil berlari pergi.

"Tidak! Tunggu! Ada seseorang di sini!" Harvey menarik


tangan Laura dan bersembunyi di balik semak.

"Siapa?"

"Kukira ada penduduk lokal di sini yang mengawasi kita."

"Apa? Tapi warga lokal bahkan tidak mau menyentuh


tempat ini!" bisik Laura tidak setuju.

"Bukan mereka! Kurasa ada suku primitif yang tinggal di


dekat sini. Aku pernah membaca jurnal penelitian soal itu.
Mereka tidak peduli soal kutukan atau apa pun itu karena
mereka tidak pernah mendengarnya." Harvey menjelaskan.

"Tapi, Prof, itu hanya isu. Tidak ada yang benar-benar pernah
melihat mereka."

Anna Kanina
785
The Duchess Want a Divorce

Laura mulai curiga kalau Harvey mengarang. Mungkin dia


hanya ingin mengalihkan pembicaraan dari kecanggungan
tadi. Laura tidak keberatan, bagaimanapun dia masih harus
menghabiskan beberapa bulan lagi bersama Harvey.

"Kita harus kembali ke kemah dan memastikan dugaanku.


Kalau kita hanya berdua, kita tidak tahu apa yang akan
terjadi. Aku tidak cukup pandai bertarung. Aku hanya punya
pisau lipat di saku." Harvey membuat rencana.

Sebelum mereka keluar dari persembunyian mereka, Harvey


dan Laura mendengar suara terompet yang bergema.
Namun tidak terlalu memekakkan telinga. Tidak lama, suara
dengung terdengar di dekat mereka.

"Nyamuk raksasa! Apa itu suara nyamuk raksasa yang tadi


kau bilang?" Harvey bertanya panik.

"Apa? Tidak ada! Aku hanya mengarangnya. Aku tadi hanya


sangat marah dan ingin menamparmu." Laura mengaku.

Harvey tidak sempat protes karena sumber suara itu


langsung mengagetkannya. Sekawanan lebah terlihat marah
dan mengincar mereka berdua.

Harvey dan Laura langsung berlari sekuatnya ke arah yang


sama. Mereka sudah mengalami banyak hal mengesalkan

Anna Kanina
786
The Duchess Want a Divorce

selama misi penelitian. Tapi lebah adalah hal yang traumatis


bagi mereka. Kalau mereka menyengat beramai-ramai,
rasanya tidak akan enak dan mereka harus menghabiskan
beberapa hari di tenda dalam keadaan kulit membengkak.

Laura dan Harvey bukan atlet, tapi mereka biasa mendaki


dan membawa tas berat sehingga stamina dan napas mereka
cukup kuat. Mereka berlari ke arah tanah lapang dan
berharap lebah itu akan pergi ketika mereka sudah cukup
jauh. Namun Laura tiba-tiba merasa tanah di bawahnya
kehilangan kekuatan, seperti menginjak atap jerami yang
rapuh.

Benar saja. Mereka terperosok ke dalam lubang jebakan.


Untungnya tidak ada kayu tajam di sana. Tapi mereka segera
tahu kalau itu jebakan yang dibuat manusia.

"Kau tidak apa?" Harvey bertanya dengan suara terengah.

"Astaga, kita ditangkap suku primitif. Apa yang lain akan


mencari kita?" Laura cemas dan gemetar.

"Tenanglah! Tidak apa. Aku akan melindungimu, Laura! Aku


tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada kita
berdua!" Harvey menegaskan sambil memeluk bahunya.

Anna Kanina
787
The Duchess Want a Divorce

Suara ribut pun terdengar dari atas kepala mereka. Harvey


melihat ada sekitar lima orang pria dengan riasan wajah yang
dibuat dari getah serta tumbukan jagung kering melongok ke
bawah. Mereka membuat suara-suara ribut tanda
kemenangan. Itu artinya mereka sudah mendapatkan
buruannya.

Anna Kanina
788
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (6) - His Lovely Assistant (part 2)

Harvey tidak pernah menganggap pekerjaannya sebagai


petualangan. Dia tidak seperti para antikuarian atau para
orang kaya yang sesekali menyewa kapal dan berlayar ke
pulau yang jauh. Mereka yang mengaku sebagai penjelajah
pergi dengan membawa kartografer dan buku jurnal, lalu
berharap bisa menemukan benua baru, spesies binatang
unik, atau suku primitif untuk mereka klaim sebagai temuan
mereka. Maka nama mereka akan tercatat dalam sejarah.

Harvey tidak terlalu memedulikan itu. Dia seorang peneliti,


pencinta sejarah sejati. Tidak banyak tempat di dunia ini
yang belum terjamah manusia. Biasanya dia melakukan
penggalian di situs yang sudah terdaftar walau belum pernah
dikupas arkeolog lainnya. Dia tidak merasa perlu membawa
pengawal karena dia tidak membawa banyak uang. Selain itu
orang tidak akan mengenalinya sebagai pangeran dari
negara kaya karena dia lebih suka memakai baju safari yang
berkalang tanah seharian.

Dia juga tidak bersiap akan menghadapi suku pemenggal


kepala atau kanibal di lokasi penggaliannya. Sebagai
pangeran, dia jarang mengikuti kelas seni pedang atau
mempelajari taktik perang. Harvey menganggap dirinya
orang yang beruntung walau setiap kali dia ke kuil, yang dia
lakukan hanya mengagumi artefak serta pahatan patung

Anna Kanina
789
The Duchess Want a Divorce

tanpa sekali pun mengucapkan doa yang tulus-dia merasa


hidupnya sempurna seakan Dewi Edna benar-benar ada dan
mendukungnya.

Dia pikir tidak ada hal buruk yang akan mengancam


nyawanya. Bahkan ketika kemarin dia terlibat dalam insiden
Killian dan Edmund, dia lolos tanpa lecet sedikit pun. Harvey
hanya pandai memainkan pisau lipatnya. Itu pun karena dia
pernah mempelajari kehidupan sirkus keliling demi makalah
ilmiah tentang kaum gipsi. Harvey ahli melempar belati ke
sasaran. Delapan dari sepuluh lemparannya tepat. Namun
itu tidak cukup untuk menjadi tiketnya tampil di panggung.
Kepala sirkus bilang kalau mereka hanya menggunakan pisau
asli untuk atraksi, jadi mereka tidak mau ambil risiko.

Sayangnya, keahliannya itu tidak terlalu berguna saat ini. Dia


dan asisten cantiknya terjebak di sebuah sumur buatan yang
berisi daun dan kayu kering. Walau mirip sumur, tidak ada
setetes pun air di sana. Harvey membayangkan kalau itu
mungkin jebakan untuk babi hutan. Ini sedikit aneh karena
mereka tidak berada di hutan. Bangunan kuil tua itu
terpencil dan terletak di balik lembah pegunungan yang
sedikit gersang. Seharusnya tidak ada manusia yang mau
tinggal di sana. Tempat itu panas dan sepertinya tidak
banyak sumber air di sana.

Anna Kanina
790
The Duchess Want a Divorce

"Astaga, apa mereka mau memakan kita?" Laura berbisik


cemas.

"Memakan kita? Tidak, kalau mereka kanibal, mereka pasti


lebih dulu memakan penduduk desa yang kita singgahi tadi."
Harvey menggeleng tidak setuju.

Harvey dan Laura mendongak ke atas. Matahari masih cukup


silau di mata mereka sehingga mereka sulit melihat jelas.
Namun Harvey bisa melihat beberapa kepala sedang
mengamati mereka. Sepertinya mereka semua bertelanjang
dada dan memakai riasan dari arang hitam di muka mereka.

"Apa mau kalian?!" Harvey bertanya.

Mereka diam saja, lalu tidak lama seutas tali turun ke sumur
itu. Para orang primitif itu minta mereka naik ke atas.

"Kau bisa melakukannya?" Harvey bertanya pada Laura yang


ingin memanjat lebih dulu.

"Aku bisa."

"Tidak, sebaiknya aku dulu. Mereka semua laki-laki. Aku


khawatir mereka akan mencelakaimu begitu kau tiba di atas.
Lebih buruk lagi-melepas talinya sehingga aku tidak bisa

Anna Kanina
791
The Duchess Want a Divorce

naik. Aku tidak akan bisa melindungimu." Harvey mencegah


Laura.

"Aku akan memastikan kau naik dengan aman," lanjutnya


lagi.

Butuh bermenit-menit yang melelahkan sampai mereka


benar-benar tiba di permukaan. Napas kedua arkeolog itu
terengah. Memanjat tali tambang ternyata bukan pekerjaan
mudah, tidak seringan yang seperti diperlihatkan pada
kesatria di kerajaan mereka.

Harvey membungkuk memberi salam, Laura mengikutinya


dengan perasaan tegang.

Orang-orang di depan mereka tidak seperti suku primitif


yang mereka bayangkan. Fisik mereka serupa. Beberapa
orang memiliki rambut pirang dan mata biru. Namun mereka
bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain kulit sebagai
penutup bokong.

Harvey segera menyadari sesuatu yang janggal dari mereka,


tapi memilih untuk menyelamatkan nyawanya dan Laura.
Dia harus bernegosiasi agar dia dan seluruh kru aman.

Semakin lama, semakin banyak orang yang datang. Mungkin


hampir dua lusin dan beberapa di antaranya ada wanita

Anna Kanina
792
The Duchess Want a Divorce

beserta anak-anak. Mereka semua berparas muram dan


kurang bersahabat. Semua dari mereka lusuh dan
mengenakan pakaian yang dijahit seadanya.

Harvey dan Laura pun melihat salah satu dari mereka yang
memiliki kumis dan janggut lebat di wajahnya maju ke
depan. Dia bersikap seperti pemimpin para orang primitif
itu. Dia pun menggerakkan tangan dan memainkan gestur
tubuh untuk berkomunikasi dengan Harvey.

Si pangeran mengernyitkan dahi sedikit sembari mencoba


memahami. Orang itu membuat gerakan memukul dan
mengebaskan tangannya kencang. Intinya mereka mau
mengusir Harvey dan rombongannya.

"Kami tidak akan mengganggu. Ini hanya sebentar. Kami


ingin melihat tempat ini." Harvey mengeja kalimatnya sambil
membuat bahasa isyarat.

Orang itu menggeleng dan menghunus pisau yang awalnya


dia sarungkan di pinggangnya.

Dia tidak bercanda soal itu. Harvey juga tahu, kalau mereka
dibunuh di sana, mungkin tidak akan ada yang menemukan
mayat mereka berdua.

Anna Kanina
793
The Duchess Want a Divorce

"Satu minggu saja?" Harvey bernegosiasi sambil menelan


ludahnya.

Dia sudah susah payah ke tempat ini dan tidak mau pulang
dengan tangan hampa.

Orang itu pun berunding dengan rekannya dan berdebat


sebentar. Harvey dan Laura merasa cemas. Mereka semua
tidak suka akan kehadiran para arkeolog. Mereka sama
sekali tidak suka pendatang.

Perdebatan itu pun berujung pada perkelahian. Mereka


saling menggumam dan menahan diri untuk berucap apa
pun. Laura dan Harvey melihat dengan bingung seluruh
kejadian itu. Sampai akhirnya si pemimpin berteriak dan
menunjuk ke arah pasangan itu. Beberapa pria segera
menangkap mereka berdua dan mengikat tangan mereka di
belakang, mengabaikan teriakan panik Laura dan protes
Harvey.

***

Harvey dan Laura dikurung di sebuah tempat mirip gua-


walaupun kenyataannya hanya relung kecil nan sempit di
balik tanah cadas yang kokoh. Di sana sangat pengap dan
membuat sekujur tubuh mereka berkeringat.

Anna Kanina
794
The Duchess Want a Divorce

Hari sudah malam dan mereka hanya bisa melihat sinar


bulan. Kaki mereka diikat kuat dengan tali yang terbuat dari
akar pohon. Namun tangan mereka dibiarkan bebas.
Meskipun begitu, mereka tidak bisa lari begitu saja karena
kaki mereka diluruskan dan simpulnya terletak di luar
jangkauan mereka.

"Oh, sudah cukup! Apa mau mereka dari kita?" Laura


mengeluh untuk kesekian kalinya.

Sudah satu jam berlalu dan Harvey hanya menggumam dan


menyahut seadanya ketika Laura mengeluh.

"Aku tadi sedang berpikir. Sepertinya aku tahu tentang


mereka," ujar Harvey setengah berbisik.

"Akhirnya, sedari tadi kau tidak membahas apa pun soal ini.
Aku kira kau digigit nyamuk berpenyakit yang membuatmu
kehilangan akal. Aku sangat takut, orang primitif itu mungkin
sedang menyiapkan api unggun untuk memasak kita." Laura
merengek.

Gadis itu selalu tampil dingin dan anggun. Namun sebagai


perempuan dia juga sesekali bisa merasa lemah dan tidak
berdaya. Dia tidak suka menunjukkan kelemahannya, tapi
entah kenapa setiap dia bersama Harvey, Laura tidak kuasa
berpura-pura.

Anna Kanina
795
The Duchess Want a Divorce

"Laura, mereka bukan kanibal. Mereka bahkan bukan orang


primitif."

"Maksudnya? Mana mungkin. Jelas mereka berpakaian


seperti orang primitif," kata Laura tidak setuju.

"Tidak, Laura, tidak mungkin ada suku yang hidup terpisah


seperti itu sementara mereka hanya berjarak beberapa mil
dari desa. Mereka pasti akan berpapasan karena orang-
orang ini hanya memiliki beberapa sumber air. Termasuk
sungai yang mengalir di dekat sini. Orang-orang yang
menangkap kita tadi, mereka menjauhi orang desa."

"Apa itu mungkin?" Laura meragu.

"Selain itu, mereka tidak bicara sepatah kata pun dengan


kita. Kalau mereka benar suku primitif, mereka akan bicara
walau dengan bahasa mereka. Tapi mereka langsung pakai
bahasa isyarat dengan kita. Mereka tidak ingin kita tahu
kalau mereka bisa bahasa Drakela."

"Itu benar, kenapa aku tidak menyadarinya."

"Kurasa mereka adalah buronan yang kabur dan hidup


menetap selama puluhan tahun di tempat ini. Mereka tahu
kalau tidak ada orang desa yang berani berkunjung ke kuil
terbengkalai ini. Banyak rumor seram yang menakutkan

Anna Kanina
796
The Duchess Want a Divorce

tentang situs ini. Karena itu, orang-orang tadi merasa aman


tinggal di sini." Harvey menjelaskan lagi.

Laura pun terhenyak. Mereka mungkin berada dalam situasi


yang tidak kalah berbahaya dibanding berhadapan dengan
suku kanibal. Mereka berhadapan dengan kriminal. Nyawa
mereka tetap terancam di sini.

"Kita harus membuat rencana." Harvey menyarankan.

"Baiklah, tapi ini sangat panas. Aku sulit bernapas." Laura


mengeluh, kemudian melepas kemejanya. Dia mengenakan
pakaian safari pria agar mudah bergerak. Di baliknya dia
memakai kamisol simpel tanpa renda. Harvey melihat nyaris
tanpa berkedip ketika gadis itu bersalin.

"Harvey?" Laura menegur.

"Oh, ya?" Harvey tersadar. Dia langsung membuang


pandangannya.

"Apa kau memandangiku? Serius, Harvey? Tapi aku bukan


gadis mumi yang diawetkan atau kerangka berusia puluhan
ribu tahun." Laura menyindir kegemaran Harvey yang
kadang terobsesi dengan artefak temuannya.

Anna Kanina
797
The Duchess Want a Divorce

"Sadarlah, Laura, aku ini masih normal. Aku tidak mengelak


kalau menyenangkan sesekali melihat pemandangan seperti
itu. Apa ini alasanmu kenapa selalu pakai baju seperti itu?
Tidak ingin terlalu terlihat cantik atau apa?"

"Kenapa? Itu karena agar lebih mudah bergerak."

"Tidak, kau juga jarang mengenakan gaun di universitas.


Sudahlah! Tapi usahakan untuk menutup dadamu karena
banyak pria di luar sana." Harvey memperingatkan.

"Kenapa?"

"Apa kau tidak sadar? Dibanding wanita-wanita yang mereka


miliki, kau lebih cantik untuk diperistri!"

"Oke! Oke! Sekarang apa rencana kita?" potong Laura tidak


sabar.

***

"Sayang sekali, seandainya saja mereka tahu kalau aku ini


pangeran Arbavia. Daripada memakan kita, lebih baik
menjadikanku sandera. Mereka bisa dapat banyak uang."
Harvey bersandiwara dengan Laura. Dia bicara keras ketika
salah seorang dari mereka berada di dekat tempat kaki
mereka diikat.

Anna Kanina
798
The Duchess Want a Divorce

"Kau benar, tapi mereka tidak akan sebodoh itu, kan?


Menyandera pangeran artinya memaksa satu batalion
pasukan Arbavia menyerbu ke sini. Mereka tidak mungkin
mendapatkan uang."

"Yah, tapi mereka bisa saja beruntung. Seandainya saja ada


dari mereka yang bisa bahasa Drakela, aku akan meminta
mereka membebaskanku dan kuhadiahi banyak uang."

"Tapi bagaimana mereka bisa menikmati uang mereka?


Bukankah mereka sempat menahan kita? Mereka akan
ditangkap pada akhirnya."

"Tidak, aku ini pangeran. Aku bisa melakukan apa saja,


termasuk menghapus catatan kriminal seseorang," lanjut
Harvey lagi.

"Benarkah itu?" Seorang pria berkepala botak dengan


bernafsu bertanya pada Harvey.

"Oh, Anda bisa bahasa Drakela?" Harvey pura-pura terkejut.

"Namaku Wayne. Kami sudah tujuh tahun di sini. Apa yang


kau bilang itu benar? Kau bisa menghapus catatan
kriminalku? Aku bisa kembali ke peradaban sebagai orang
bebas?" cecar Wayne penuh harap.

Anna Kanina
799
The Duchess Want a Divorce

"Tentu saja, tapi hanya cukup Anda seorang saja."

"Aku akan membebaskanmu, tapi aku ikut denganmu,"


katanya waspada.

Harvey dan Laura tersenyum, tidak menyangka kalau


rencana mereka berjalan lancar.

***

Harvey tidak tahu bagaimana caranya orang-orang tadi


membawa mereka benar-benar jauh dari kemah mereka.
Karena mata mereka kini tidak menemukan kuil tua, situs,
apalagi tenda para kru mereka yang mungkin sedang panik
karena hilangnya kepala proyek penggalian beserta
asistennya.

Lebih buruk lagi skenario yang dipikirkan oleh Laura. Para


peneliti itu bisa mengira dia dan Harvey sengaja menjauh
untuk pergi menyendiri layaknya remaja kasmaran.
Setengah dari tim sudah tahu kalau Laura menyukai Harvey.
Itu sangat memalukan baginya.

"Dengan menaiki rakit ini, kita bisa tiba di desa." Wayne


memberi tahu sambil menarik rakit yang ditambatkan ke
tepian sungai. Rakit itu sengaja ditutupi dengan tanaman air
agar tidak ada yang bisa menemukannya.

Anna Kanina
800
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa tidak jalan kaki saja? Itu tidak terlihat aman." Laura
menanggapi ragu.

"Tidak, kalau kalian lewat jalan darat, mereka bisa


memergoki kita. Hampir semua sudah setuju untuk
membunuh kalian tadi, agar tidak ada yang mengetahui
posisi kami. Kami tidak mau kembali ke penjara, tapi
sejujurnya hidup seperti ini juga tidak lebih baik daripada
penjara. Naiklah!" Wayne meminta mereka mengikutinya
menaiki rakit bambu itu dengan galak.

Laura dan Harvey merasa bambu itu tidak stabil dan bisa
buyar begitu berlayar, tapi mereka tidak punya pilihan lain.

"Aku akan memastikan kalian menepati janji. Jangan coba-


coba kabur." Wayne mengancam sambil menghunus
belatinya yang sudah berkarat.

Ketika Wayne memastikan Laura dan Harvey sudah stabil


berada di rakit yang terlihat lebih rapuh ketimbang perahu
berusia lima ribu tahun itu, sekumpulan orang berlari ke arah
mereka sambil berteriak. Sepertinya akhirnya upaya
melarikan diri mereka telah diketahui.

"Wayne! Apa yang kau lakukan!" teriak si pemimpin dari


kejauhan.

Anna Kanina
801
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak mau lagi hidup seperti orang primitif! Aku akan
pergi!" Wayne pun bergegas akan naik. Namun orang-orang
tadi melemparinya dengan batu. Sebongkah batu tajam
mengenai kepalanya, dia pun terhuyung dan jatuh ke sungai.
Laura memekik panik. Pemandu mereka tenggelam dan
mereka tidak tahu harus apa.

Harvey memercayai instingnya dan mendorong rakit


menjauh dengan tongkat bambu panjang. Rakit mereka
berlayar dan mereka memandangi orang-orang tadi yang
masih meneriaki mereka. Tapi sepertinya mereka hanya
memiliki satu rakit, jadi mereka tidak bisa mengejar Harvey.

Para arkeolog itu belum sepenuhnya bebas karena aliran


sungai itu ternyata cukup deras. Rakit mereka terbukti tidak
serapuh yang terlihat. Namun bisa terbalik kapan saja.

"Lindungi kepalamu, Laura!"

"Harvey! Ada air terjun di sana!"

"Seharusnya ini masih musim kemarau! Kenapa di saat


seperti ini airnya malah deras!"

"Apakah keluhan itu berarti sekarang?"

Anna Kanina
802
The Duchess Want a Divorce

"Tahan napasmu, Laura! Lindungi kepalamu! Rakit ini akan


terhempas!"

Suara kepanikan mereka pun tenggelam dalam derasnya


aliran sungai. Rakit itu terbelah, tapi Harvey memastikan
untuk memegang tangan Laura.

***

"Laura! Hei! Bangunlah!"

Harvey cukup andal berenang, dia langsung menuju tepian


sungai dan memastikan posisi mereka tidak akan diketahui
oleh orang-orang tadi.

Pangeran itu basah kuyup, tapi dia sama sekali tidak


terganggu untuk itu. Dia cemas akan Laura yang tidak
bernapas.

Harvey menepuk pipinya dan menekan perutnya, berusaha


melakukan pertolongan pertama yang dia ketahui. Namun
gadis cerdas itu tidak kunjung menunjukkan kesembuhan.
Harvey pun memberinya napas buatan dan masih tetap
berusaha memompa air keluar dari paru-parunya.

"Astaga! Demi Dewi Edna! Selamatkanlah Laura!" Harvey


berteriak frustrasi.

Anna Kanina
803
The Duchess Want a Divorce

Tidak lama setelah Harvey berdoa, Laura terbatuk dan


memaksa bangun. Dia terengah.

"Syukurlah, Laura!" Harvey merasa lega.

"Harvey! Apa aku tidak salah dengar? Tadi kau berdoa pada
Dewi Edna?" Laura bertanya bingung. Dia tahu kalau
seharusnya itu bukan prioritasnya.

"Itu-karena aku tidak tahu bagaimana lagi cara untuk


menyelamatkan nyawamu. Kupikir-"

"Kau berdoa pada Dewi Edna demi keselamatanku?" Laura


tampak tersentuh. Harvey adalah seorang ateis yang tidak
percaya pada dewa mana pun. Dia merelakan harga dirinya
karena cemas pada asistennya. Padahal Laura tahu kalau dia
bahkan tidak pernah tulus berdoa ketika pemakaman
pamannya-yang lebih akrab ketimbang ayahnya-beberapa
waktu lalu.

"Apa kau mengolokku, Laura? Tapi tidak apa, yang penting


kau selamat. Dewi Edna atau apa pun itu, aku akan berterima
kasih padanya," sahut Harvey.

Laura pun segera mengalungkan tangannya ke leher sang


pangeran dan memberinya ciuman. Harvey bahkan tidak

Anna Kanina
804
The Duchess Want a Divorce

sempat memejamkan matanya. Dia terus memandangi gadis


jelita itu dengan bingung sampai dia puas mencium.

"Umm-"

"Aku menyukaimu, Prof," tegas Laura sambil menatap mata


sang pangeran.

Harvey tampak sedikit terkejut. Dia seorang pangeran yang


cukup tampan. Banyak wanita yang mendekatinya karena
berharap menjadi putri Arbavia dan menikmati gelar
kerajaan. Tapi Laura selalu menunjukkan sikap yang berbeda
dari perempuan kebanyakan. Dia tidak berpikiran dangkal
dan memiliki cita-cita tinggi. Harvey tanpa gelar bangsawan
dan titel pangerannya seharusnya tidak cukup menarik bagi
wanita sekelas Laura.

Harvey terdiam sejenak kemudian tertawa canggung. Laura


tampak rileks dan lega setelah mengakui perasaannya. Dia
mungkin akan mengalami lagi situasi yang mengancam
hidupnya dan bersyukur sempat mengatakannya, walaupun
reaksi Harvey mungkin tidak seperti yang diharapkannya.

Pangeran itu pun menyadari, kalau dia menampik


keberanian Laura hari ini, mungkin gadis itu akan benar-
benar menjauh darinya. Dia tahu kalau dia kerap
melakukannya pada gadis lainnya. Walau Harvey belum bisa

Anna Kanina
805
The Duchess Want a Divorce

memastikan perasaannya, tapi dia tidak mau Laura menjadi


salah satu dari mereka.

Dia pun memeluk pinggang asistennya dan memberikan


ciuman sekali lagi setelah memejamkan mata.

"Kalau mau berkencan, sebaiknya kita lakukan dengan


benar," kata Harvey serius.

"Oh ya? Kalau begitu, tolong ajari aku, Profesor." Laura


tertawa. Harvey membalas dengan memainkan rambut
basah asistennya gemas. Mereka berdua pun menunggu
pagi sambil ditemani sinar bintang sampai beberapa
arkeolog lainnya akhirnya menemukan mereka.

Anna Kanina
806
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (7) - The Feminist and The Duke

"Kau hanya perlu sekali saja bicara dengannya, Ed!"

"Aku bilang tidak!"

"Tapi ini penting buatku. Aku rasa anggota dewan akan


punya sudut pandang yang lebih luas setelah bertemu
dengannya." Gwen masih berusaha membujuk suaminya.
Dia melihatnya dengan tatapan memohon. Edmund masih
duduk di meja makan, berhadapan dengan piring yang
hampir kosong. Para pelayan segan membersihkan meja
karena tuan mereka sedang berdebat dengan sang duchess.

"Kau tahu bagaimana pandanganku terhadap pemikiran


perempuan itu, Gwen. Jadi, lupakanlah! Itu hanya buang
waktu dan mempermalukan dirinya sendiri karena sudah
jelas anggota dewan tidak akan menerimanya." Edmund
bersikeras.

"Aku tahu, aku pun banyak tidak setuju dengannya. Tapi dia
juga punya pemikiran dan solusi yang sesuai dengan kondisi
Teutonia. Kau sudah baca buku barunya?" Gwen tidak
menyerah.

"Sudah, aku membaca sepuluh halaman pertama dan


berhenti setelah itu. Pemikirannya terlalu berbahaya. Kurasa

Anna Kanina
807
The Duchess Want a Divorce

dia adalah pengaruh buruk buatmu, Gwen," kata Edmund


lagi.

"Ed! Sharona adalah temanku!"

"Ya! Dan dia juga ekstremis dalam pergerakan hak


perempuan yang sempat dipenjara dua tahun atas usahanya
menyerang hakim!" Edmund tidak mau kalah.

"Sharona hanya kecewa atas keputusan sang hakim yang


memberikan hak asuh anak kepada si suami, padahal jelas
suaminya berselingkuh dan ringan tangan." Gwen
menanggapi.

"Yang dia lakukan tetap salah, dan perempuan itu tidak bisa
membuktikan kesalahan suaminya. Selain itu, pengadilan
malah bisa membuktikan kalau istrinya punya gangguan
jiwa. Itulah hukum, Gwen. Temanmu Sharona tidak waras.
Kenapa dia berpendapat kalau selalu pria yang salah?"

"Yah, itu karena .... Dengar, Ed, aku tahu Sharona terlalu
bersemangat untuk feminisme dan aku tidak sepenuhnya
mendukungnya. Tapi ini akan jadi strategi yang bagus, Ed.
Anggota dewan Teutonia berisi sekumpulan pria kolot dan
patriarki. Sementara Sharona adalah pembela hak asasi
wanita yang fanatik. Kalau mereka bicara, mungkin akan

Anna Kanina
808
The Duchess Want a Divorce

lahir pandangan baru yang lebih netral dan menjembatani


kedua kubu." Gwen melanjutkan penjelasannya.

"Entahlah, Gwen, ini urusan politik dan tidak mungkin


sesederhana itu. Selain itu, aku tidak peduli urusan mereka.
Aku memikirkanmu! Kau terlibat terlalu jauh, Gwen! Kau
terlalu terobsesi untuk ini semua. Baiklah, seperti katamu,
negara kita memang jauh tertinggal untuk urusan
kesetaraan, tapi kita sudah memulainya, Gwen. Arbavia
butuh seratus tahun sebelum punya menteri wanita
pertama mereka. Ini adalah proses yang panjang dan kita
harus adil dalam membuat sebuah undang-undang. Kau
tidak bisa memaksa semua terjadi sesuai keinginanmu.
Tenanglah, tidak perlu terburu-buru." Edmund menasehati
istrinya.

Gwen meremas gaunnya, sebagian besar dari dirinya setuju


dengan Edmund. Tapi sebagian lagi enggan mengakui karena
pengaruh hormon dan harga dirinya.

"Ya, kau mungkin benar, Ed. Aku terlalu bersemangat soal


ini." Gwen mengaku pelan.

"Ya, coba cari hobi lain. Aku tidak melarangmu kalau kau
mau ke museum atau galeri. Aku bahkan akan menemanimu.
Pikirkan kandunganmu, dokter bilang kau harus selalu
senang."

Anna Kanina
809
The Duchess Want a Divorce

Gwen sangat terpengaruh dengan situasi Abigail dulu. Itu


membuatnya merasa bersalah sebagai bangsawan bertitel
tinggi. Dia punya suami seorang duke dan bersahabat
dengan putra mahkota. Dia merasa harus melakukan
sesuatu.

"Aku tahu, aku tidak terlalu pintar soal ini. Aku tidak tahu dan
bodoh soal hukum." Gwen merajuk.

"Apa? Aku tidak bilang dirimu bodoh."

"Jadi kau menganggap diriku bodoh?!" sergah Gwen


emosional.

"Err, Gwen, aku sudah bilang barusan, aku tidak bilang kau
bodoh."

"Lalu? Belakangan kau selalu menolak permintaanku. Apa


karena sekarang aku gemuk dan tidak menarik lagi?" Gwen
berkata emosional.

"Gwen! Kau tidak gemuk! Kau hanya sedang hamil! Astaga,


demi Dewi Edna!" Edmund menggeleng lelah.

Dokter sudah memperingatkannya. Kehamilan Gwen cukup


berat dan hormon memengaruhi psikisnya. Karena itu,
Edmund harus menghadapi drama seperti itu hampir setiap

Anna Kanina
810
The Duchess Want a Divorce

hari. Ada saat-saat di mana Gwen memarahinya tanpa sebab


atau berkata tidak masuk akal tentang dirinya. Dia juga kerap
curiga dan rendah diri karena tumbuh satu atau dua jerawat
super mungil dan nyaris tidak terlihat di wajahnya.

"Edmund! Kau memarahiku? Apa kau sudah tidak


mencintaiku lagi?" Gwen terisak.

"Astaga! Baiklah, Gwen! Aku akan bertemu dengan Sharona!


Sekarang berhenti menangis. Tolong habiskan juga
makananmu karena aku tidak mau anakku kurang nutrisi."
Edmund melembutkan nada bicaranya.

"Kalau kau mau aku makan, kau harus menyuapiku." Gwen


merajuk, masih terisak.

"Baiklah, kita minta pelayan membawanya ke kamar kita."


Edmund enggan melakukan itu di hadapan para pelayan. Itu
sedikit merusak citranya sebagai duke yang dingin.

"Tidak mau, aku ingin kau menyuapiku di sini, sekarang


juga," rengek Gwen.

"Baiklah, sayangku, baiklah." Edmund menyerah sambil


menyendok sup ke mulut istrinya.

***

Anna Kanina
811
The Duchess Want a Divorce

"Edmund, katakan kalau kau mencintaiku." Gwen berbisik


ketika dia sedang melepas kepergian Edmund dengan kereta
kudanya.

"Sekarang?"

"Ya, sekarang."

Edmund menghela napas. "Aku mencintaimu, Gwen," kata


sang duke dengan mata tidak fokus pada istrinya.

"Aku juga mencintaimu, Edmund." Gwen mengecup pipi


suaminya pelan, kemudian berjalan kembali masuk ke
rumah sambil memegangi perut buncitnya riang.

Edmund melihat Aaron Ainsley memandangnya penuh


respek. Namun itu terkesan meledeknya.

"Kau lihat apa? Tidak pernah punya istri yang sedang hamil?"
hardiknya pelan.

"Saya belum menikah, Your Grace." Aaron menggeleng


cepat.

"Istri saya juga dulu begitu, Your Grace. Perempuan hamil


memang punya perasaan sensitif. Tapi ini biasanya tidak
lama." Nicolas berkomentar.

Anna Kanina
812
The Duchess Want a Divorce

"Oh, apa aku tadi minta pendapatmu?" tanya Edmund galak.

"Your Grace, saya hanya bersimpati dengan Anda. Ini


memang tidak mudah." Nicolas menanggapi serius. Namun
terlihat ada seulas senyum tipis di bibirnya.

"Astaga, kalian semua menikmati ini rupanya." Edmund


menggeleng dan bergegas masuk ke kereta kudanya.

Edmund tidak pernah berpikir kalau hormon kehamilan bisa


memengaruhi watak seseorang melebihi sihir iblis. Dulu,
waktu Gwen disihir oleh Ornlu, dia tidak merepotkan seperti
saat ini. Tapi karena semua orang bilang itu hal yang wajar-
walau tidak semua perempuan hamil mengalaminya-
Edmund mau tidak mau harus bersabar. Dia mencintai
Gwen, dia tidak akan menjauh hanya karena Gwen berubah
menjadi penuntut dan terlalu manja padanya.

Sang duke meluangkan waktunya yang berharga demi


bertemu Sharona, feminis asal Arbavia yang dulu berteman
dengan Gwen ketika mereka sempat bercerai. Edmund tidak
akan mengizinkan wanita itu bicara di forum para dewan
Teutonia. Itu terlalu bagus untuknya. Edmund tidak lagi
terlalu kolot dan putra mahkota mendukung emansipasi,
tapi Sharona terlalu vokal.

Anna Kanina
813
The Duchess Want a Divorce

Akhirnya mereka bertemu. Wanita itu datang lebih dulu dan


duduk di meja sambil meminum tehnya perlahan. Dia adalah
perempuan atraktif dengan rambut pendek sebahu.
Riasannya tidak berlebihan tapi tetap menawan. Dia
mengenakan blazer mirip setelan pria bangsawan,
dipasangkan dengan gaun katun berwarna senada.
Tubuhnya ramping dan yang paling menarik dari dirinya
adalah mata yang memikat dan membuat siapa pun ingin
memandangnya berlama-lama.

Edmund mengernyitkan dahi, tidak seperti reaksi


sewajarnya. Ada hukum tidak tertulis di mana mereka akan
saling mengenali sesamanya satu sama lain. Sharona sama
sepertinya, walau dia tidak sekuat Edmund, dia adalah
penyihir.

"Sejak kapan Anda membuat kontrak dengan iblis?" Itu


adalah sapaan pertama Edmund sebelum dia menarik kursi
dan duduk di hadapannya.

"Duke Edmund, saya selalu ingin bicara dengan Anda."


Sharona sengaja mengabaikan pertanyaan Edmund.

"Tentang isu feminisme di negara kami?"

"Tidak, tentu saja tentang sihir. Saya ingin tahu bagaimana


Anda bisa membuat kontrak dengan Ornlu."

Anna Kanina
814
The Duchess Want a Divorce

Edmund tertawa sinis.

"Jadi Anda tidak di sini demi memperjuangkan para wanita


Teutonia?"

"Aku ingin tahu, karena itu mungkin bisa membantu


perjuangan saya," kata Sharona jujur.

"Selain Ben Hawk dan beberapa tukang sihir jahat, aku tidak
pernah bertemu dengan penyihir lainnya. Siapa lagi selain
Anda?"

"Kami menghindari Anda, Duke, karena Anda yang walau


seorang penyihir juga adalah pemburu penyihir. Mereka
tidak akan mau membongkar jati diri di hadapan Anda."

"Dan kenapa Anda malah ingin bertemu saya?"

"Saya penyihir yang tidak terlalu jahat, sejinak Ben Hawk


yang lebih memilih sibuk dengan ternaknya. Saya ingin
berdiskusi banyak hal dengan Anda, Duke. Masalah hak-hak
perempuan adalah salah satunya." Wanita itu tersenyum.
Edmund teringat pada Viola. Dia sendiri tidak yakin apakah
dia bisa menyebut dirinya sendiri sebagai orang baik karena
Edmund harus membunuh sebagai ganti kekuatannya.
Bagaimana dengan wanita itu? Apakah dia juga harus
membunuh sejumlah nyawa sebagai ganti kekuatannya?

Anna Kanina
815
The Duchess Want a Divorce

"Edmund, bagaimana dengan Sharona?"

Itu adalah sapaan pertama ketika suaminya pulang. Edmund


langsung melepas jasnya dan berbaring di sebelah istrinya.
Gwen tampak segar setelah mandi dengan rambut disanggul
sederhana sehingga menampakkan lehernya yang jenjang.

Gwen makan cukup banyak selama hamil. Namun bentuk


badannya tidak banyak berubah selain perut yang
membuncit serta dada yang semakin berisi. Hormon
kehamilan tidak hanya memengaruhi tabiatnya. Kulitnya
semakin halus dan lembap, rona di pipi, dan bibirnya juga
semakin merah. Kalau boleh jujur, Gwen semasa hamil lebih
cantik dan membuat Edmund selalu ingin memeluknya.
Namun Edmund menyesal karena dokter kerap
mengingatkan mereka untuk mengurangi frekuensi bercinta
karena bisa menyebabkan kontraksi dini.

Edmund membawa wajahnya ke perut Gwen dan memberi


kecupan serta mengusapnya sebelum merebahkan
kepalanya ke pangkuan sang istri.

"Aku jauh lebih tidak menyukainya saat ini. Jangan harap aku
mau mengizinkannya bicara di hadapan anggota dewan,"
kata Edmund malas.

"Karena?"

Anna Kanina
816
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak bisa bilang. Sebaiknya kita juga jangan bertengkar


dulu karena aku sangat lelah." Edmund memohon.

"Oh! Mana tanganmu, Ed? Dia menendangku!" Gwen tiba-


tiba memekik bersemangat.

"Apa? Siapa yang berani menendangmu, Gwen?" tanggap


Edmund marah, tidak terlalu fokus.

"Bukan itu! Bayiku menendang, Ed! Dokter bilang di usia


kehamilan empat bulan aku akan mulai merasakannya.
Astaga, kini aku percaya sesuatu benar-benar menghuni
perutku." Gwen terlihat terharu.

Edmund meletakkan tangannya ke perut Gwen dengan


sedikit ragu. Dia bersemangat sekaligus takjub. Dia selama
ini dibesarkan dengan pemahaman kalau bereproduksi
adalah kewajiban setiap pasangan. Itu adalah sesuatu yang
alamiah dan tugas penting untuk melanjutkan nama
keluarga.

Namun belakangan Edmund punya cara pandang yang


berbeda. Sesuatu tengah tumbuh di rahim istri tercintanya.
Baginya itu adalah keajaiban yang melebihi sihir mana pun.
Beberapa tahun sebelumnya Edmund bahkan berpikir tidak
akan lagi melihat Gwen. Tapi kini wanita itu tidur di ranjang
yang sama dengannya dan mengandung anaknya.

Anna Kanina
817
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa kau tersenyum?" Gwen bertanya sambil membelai


rambut suaminya.

"Aku hanya bersyukur hari ini kau tidak serewel biasanya."


Edmund meledek.

"Oh, Ed, kau tahu kalau dokter bilang itu semua pengaruh
hormon kehamilan. Aku tidak selalu menyebalkan."

"Kau tidak pernah menyebalkan, Gwen. Apa pun yang kau


lakukan, aku tidak akan bisa membencimu," ujar Edmund
menyanjungnya.

"Itu manis sekali, Ed. Tapi sayangnya hari ini bukan jadwal
bercinta, jadi aku tidak bisa membiarkanmu menyentuhku."
Gwen tertawa.

"Ah, sial."

***

"Sulit tidur, Your Grace?" Ainsley bertanya prihatin.

"Bukan urusanmu! Kenapa kau suka sekali mencampuri


urusan pribadiku?"

Anna Kanina
818
The Duchess Want a Divorce

Aaron tampak terperanjat karena tiba-tiba dimaki seperti itu


oleh tuannya. Dia nyaris menjatuhkan tumpukan surat yang
dibawanya untuk Edmund.

"Tapi saya hanya bertanya," cicit Ainsley ketakutan.

"Dan mungkin saya juga bisa menawarkan resep teh herbal


yang bisa membuat Anda tidur nyenyak." Ainsley
melanjutkan.

"Tidak perlu, panggilkan Nathaniel ke sini, cepat!"

Mana mungkin Edmund bisa tidur nyenyak di samping


istrinya semalaman dengan gaun tidur barunya yang lebih
terbuka daripada biasanya. Apa Gwen sengaja membuatnya
frustrasi? Dia tahu semalam bukan jadwal bercinta mereka.
Tapi sepertinya Gwen hanya memilih gaun yang nyaman
secara asal, lalu pergi tidur.

Edmund menahan tangannya semalaman karena Gwen tidur


lebih cepat dari biasanya. Menyentuh perempuan yang
sedang pulas tertidur tanpa dia ketahui rasanya seperti
tengah melakukan perbuatan biadab.

Sang duke mungkin sudah terpengaruh dengan Sharona


yang selama satu jam lebih pertemuan pertama mereka
menjejalkan banyak pandangannya sebagai feminis. Katanya

Anna Kanina
819
The Duchess Want a Divorce

suami tidak boleh menyentuh istri mereka tanpa


persetujuan. Kalau melanggar, artinya si suami telah
melakukan pemerkosaan.

Gwen dekat dengan Sharona. Dia pasti sudah terpapar


pemahaman feminisme. Apakah selama ini Gwen pernah
menganggap Edmund seorang bajingan mesum perundung?
Karena Edmund kerap memaksakan hasratnya walau
beberapa kali Edmund tahu Gwen sedang enggan
melakukannya. Atau dia sebenarnya tidak nyaman ketika
Edmund suka tiba-tiba memeluk dan merabanya ketika dia
mau tidur atau berpapasan di lorong rumah besar mereka?

Apa mungkin Gwen juga risih setiap kali dokter kandungan


berkunjung ke rumah mereka untuk memeriksa bayi Gwen?
Karena Edmund sering kali bertanya tentang boleh-tidaknya
berhubungan badan selama hamil dan bernegosiasi dengan
si dokter ketika Edmund merasa frekuensinya terlalu jarang.

Apakah Gwen ketika itu mungkin merasa diperlakukan


sebagai objek semata? Tapi dia tidak pernah memprotes apa
pun. Lagi pula Edmund tidak bisa mengontrol obsesinya
terhadap Gwen. Edmund tahu kalau dia pasti akan menyesal
sudah bicara dengan Sharona karena dia jadi memikirkan
banyak hal dan membuatnya sulit fokus.

"Your Grace." Nathaniel mengetuk pintu.

Anna Kanina
820
The Duchess Want a Divorce

"Bagaimana investigasimu?"

"Lady Sharona tidak terlihat punya indikasi melakukan


kejahatan selain yang berhubungan dengan perannya
sebagai pembela hak wanita." Nathaniel menyimpulkan.

Edmund pun merenung. Dia selama ini memang butuh


teman sesama penyihir untuk berbagi cerita dan
pengalaman. Walau perempuan itu menyebalkan,
sepertinya Edmund bisa berdiskusi banyak hal padanya.

Anna Kanina
821
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (8) - The Feminist and The Duke

Semua orang yang melihat akan mengiranya tidak sengaja


tertidur. Dia belakangan memang kurang istirahat karena
beragam pikiran, tapi dia memejamkan mata dan bersandar
di kursi ruang kerjanya bukan karena tertidur.

Walau dia selalu bersikap normal dan membuat orang di


sekitarnya perlahan melupakannya, Edmund tetap seorang
penyihir.

Ada kalanya Ornlu mengambil alih kesadarannya dan


memaksa bicara dengan benaknya. Seperti saat ini.

"Kenapa kau tidak segera lunasi utangmu dan selesaikan


kontrak kita? Ini sudah dua tahun dan kau tidak terlihat ingin
memanfaatkan kekuatanku lagi," ujar Ornlu dingin segera
setelah mereka bertemu.

"Aku tidak ingin segera memutuskan kontrak ini." Edmund


menanggapi.

"Oh ya? Sampai kapan? Kau baru menyerahkan delapan


nyawa untukku. Itu terlalu lama."

Anna Kanina
822
The Duchess Want a Divorce

"Tidak mudah mencari korban. Kau menginginkan jiwa para


pendosa, bukan jiwa orang biasa," tanggap Edmund lagi
santai.

"Apa karena kau ingin mengulur waktu, Edmund? Kau


mencegah aku membuat kontrak dan kemunculan penyihir
besar lain, kan? Apa kau kira aku tidak bisa menerkanya?"

"Itu mungkin benar, setidaknya sampai ajalku hampir tiba."

"Kau tahu kalau itu pertaruhan yang berisiko, Edmund.


Kontrak kita menyebutkan, kalau kau gagal membayar utang
sebanyak 44 jiwa sebelum ajalmu tiba, aku akan membawa
jiwamu ke neraka. Kau akan abadi di sana menjadi
pelayanku. Dewi Edna atau dewa mana pun tidak akan bisa
membantumu," kata Ornlu menggertak.

"Aku tahu, aku menerima risiko itu."

Edmund memandang iblis itu percaya diri. Ornlu melihat


balik pria itu dengan serius, kemudian dia menyeringai.

"Kalau kau bersikeras bermain-main seperti ini, baiklah.


Perhatikan ke mana kau akan melangkah dan apa yang kau
makan. Kau tidak tahu apa yang bisa merenggut nyawamu
tiba-tiba."

Anna Kanina
823
The Duchess Want a Divorce

Kemudian Edmund terbangun. Tengkuknya berkeringat. Dia


harus jujur mengakui kalau ancaman Ornlu membuatnya
gemetar. Bagaimanapun, Ornlu adalah seorang dewa, iblis
terkuat yang bisa melakukan apa saja.

Edmund tidak pernah merasa hal ini mudah baginya.


Awalnya dia membuat kontrak karena ingin bersama dengan
Gwen sampai mereka menua. Kini dia tanpa sadar terlibat
menjadi satu-satunya orang di dunia yang bisa mencegah
datangnya kutukan 500 tahun sekali. Walau terlihat tenang,
sebenarnya Edmund kadang terbebani.

Edmund bersyukur karena sempat membuat Ornlu berjanji


untuk tidak menyakitinya atau mencoba merenggut
nyawanya sebelum perjanjian selesai. Tapi dia tahu kalau
Ornlu punya banyak pengikut dan penyihir yang membuat
kontrak dengan para iblisnya. Mereka bisa menjadi kaki
tangan Ornlu untuk menghabisinya.

Edmund yakin kalau Ornlu telah memulainya sebelum ini.


Dia pernah menemui makanan beracun di restoran yang
disinggahinya. Kudanya juga pernah tiba-tiba patah kaki dan
membuat kereta kudanya hampir celaka.

Namun Edmund masih leluasa menggunakan kekuatan


sihirnya sehingga dia mampu mendeteksi semua itu.
Serangan itu minor dan remeh baginya, tapi bisa fatal bagi

Anna Kanina
824
The Duchess Want a Divorce

orang-orang yang dikasihinya, termasuk Gwen yang-tanpa


wanita itu tahu-dilindungi dengan mantra sihir dari Edmund.

Para penyihir itu tidak berani menyerangnya langsung


karena mereka sadar kalau Edmund adalah penyihir besar
yang memegang kekuatan tertinggi. Edmund juga tahu
bahwa hanya Ornlu iblis yang bisa menunjukkan
kekuatannya langsung di antara manusia, tanpa perantara.
Dan untungnya dia sudah berjanji untuk tidak akan langsung
menyakiti Edmund.

Tapi segala serangan minor dari musuh yang bersembunyi


membuat hidupnya tidak tenang. Setidaknya dia harus
bertahan selama satu dekade menjadi penyihir. Edmund
perlu mengetahui siapa saja para penyihir itu kalau perlu
bernegosiasi dengan mereka.

Karena itulah dia bersedia bertemu Sharona lagi.

Kali ini wanita itu yang mendatangi Rosiatrich Mansion.


Dengan langkah anggun dan sedikit intimidatif, wanita itu
berjalan ke ruangan Edmund dipandu oleh Nathaniel, salah
seorang kesatria Rosiatrich yang diandalkan sang duke.

Pelayan segera menyajikan teh hitam dengan sedikit aroma


vanila tanpa gula di meja, berdampingan dengan pai rasberi
hangat, setelah wanita menawan itu duduk di sofa.

Anna Kanina
825
The Duchess Want a Divorce

Beberapa kesatria masih berjaga di ruangan itu. Sebenarnya


Edmund sama sekali tidak membutuhkan penjaga. Sebelum
dia menjadi penyihir, dia diakui sebagai ahli pedang terbaik
Teutonia, serta pahlawan perang. Keberadaan mereka lebih
sering dibutuhkan untuk mencari informasi atau
menyampaikan pesan dan melindungi anggota Rosiatrich
lainnya.

"Kalian semua keluarlah, saya perlu bicara empat mata


dengan Lady Sharona," kata Edmund memerintah. Dengan
patuh para kesatria itu pun keluar ruangan.

Sering kali, untuk pertemuan antara wanita dan pria harus


disertai saksi agar tidak ada fitnah dan salah paham. Namun
kali ini Edmund tidak bisa membiarkan orang lain
mendengarnya. Status Sharona yang penyihir tidak boleh
diketahui siapa pun. Itu bisa membahayakannya karena
dunia saat ini memerangi orang-orang seperti mereka.

Edmund dan Quentin berusaha mengedukasi kalau tidak


semua penyihir itu jahat seperti sang duke dan Ben Hawk.
Tapi biasanya mereka memperlakukan mereka semua sama
rata. Beruntung setiap negara memberikan jaminan hukum
bagi para penyihir itu sehingga negara bisa memberikan
keadilan.

Anna Kanina
826
The Duchess Want a Divorce

"Wah, Your Grace, apa tidak apa membiarkan mereka


keluar?" kata Sharona dengan seringai tipis.

"Karena kita di sini tidak ingin membahas omong kosong soal


ideologi feminisme Anda, Lady Sharona," sahut Edmund
tenang.

"Oh, sudah kuduga Anda meminta saya kemari bukan karena


memutuskan untuk mendukung perjuangan saya dan
Gwen."

"Tidak usah membawa istri saya dalam perjuangan Anda."

"Bagaimana kalau dia sendiri yang ingin? Apa Anda akan


melarangnya? Your Grace, apa tidak melelahkan menjadi
orang berpikiran sempit? Dunia ini luas, Duke."

"Lady Sharona, saya tidak ingin didebat mengenai cara hidup


saya. Anda waktu itu berjanji untuk memberi tahu saya lebih
lanjut soal para penyihir. Siapa saja mereka? Di mana
mereka tinggal? Apa yang mereka lakukan untuk hidup?
Apakah mereka bersembunyi atau hidup berbaur dengan
orang normal?"

"Pertanyaan Anda sangat banyak, Duke. Saya tidak ingin


membahayakan para penyihir lainnya. Anda bekerja sama
dengan para kesatria suci dan menangkap kami."

Anna Kanina
827
The Duchess Want a Divorce

"Anda juga harus tahu kalau saya berusaha adil dan


memastikan mereka semua mendapatkan perlindungan
hukum. Kecuali jika mereka menyerang dan membahayakan
nyawa kami. Saya hendak menawarkan kesempatan bagi
para penyihir seperti Anda untuk tampil. Setidaknya saya
perlu mendata kalian semua. Ini demi kebaikan kalian.
Karena saya tahu tidak mudah hidup bersembunyi seperti
itu. Saya tahu beberapa dari kalian berutang nyawa dan
harus menyetor jiwa kepada para iblis. Tapi saya tahu
solusinya. Dunia tidak kekurangan orang jahat. Seperti saya,
kalian bisa membunuh para terpidana mati ketimbang
melukai orang tidak bersalah." Edmund menjelaskan.

"Saya paham maksud Anda, jadi Anda ingin saya


menyampaikan tawaran Anda kepada para penyihir yang
saya tahu? Anda ingin menjadikan kami sekutu?"

"Saya memberi kesempatan bagi kalian yang bersedia


menjaga dunia ini tetap aman dan mencegah kutukan lima
ratus tahun terulang kembali. Tapi mereka yang tidak
bersedia akan kami tangkap dan adili."

"Duke, saya rasa sulit. Bagaimana dengan perbuatan


kriminal yang sudah telanjur mereka lakukan?"

"Akan ada negosiasi dan amnesti dari raja Teutonia. Tapi


Anda semua harus bersedia memberi sumbangsih. Saya tahu

Anna Kanina
828
The Duchess Want a Divorce

kalau masing-masing dari kalian punya kemampuan khusus.


Salah satu penyihir yang saya kenal bernama Ben Hawk,
Anda tahu apa yang bisa dia lakukan?" Edmund bertanya.

"Ya, saya pernah mengenalnya. Kemampuan sihirnya adalah


mampu berbicara dengan binatang. Karena itu, dia beternak
domba dan tidak makan daging."

"Ya, kini dia menggunakan sihirnya untuk membantu


peternakan lebih produktif dan mengendalikan kawanan
serigala gunung yang kerap mengganggu. Beberapa penyihir
lain punya keahlian berubah wujud atau terbang. Kami
belum tahu bagaimana untuk mengkaryakan mereka dan
mungkin mereka akan diminta membantu militer. Itu kalau
mereka bersedia. Sayangnya kebanyakan tidak. Mereka
tidak bersedia bernegosiasi."

"Itu tawaran yang menarik, Your Grace. Sejujurnya saya


cukup berminat, tapi ini akan sulit. Rata-rata kami tidak
bersedia mengungkap jati diri kami. Tidak banyak orang yang
bersedia menerima status kami yang menyembah iblis," kata
Sharona sebelum menyeruput tehnya yang sudah
mendingin.

"Itu pilihan kalian, raja Teutonia dan Arbavia sudah


menyetujui ini. Berperang dengan kami atau menjadi sekutu
kami. Itu saja." Edmund menanggapi.

Anna Kanina
829
The Duchess Want a Divorce

Detik jarum jam terdengar cukup jelas tatkala mereka


berdua terdiam selama beberapa menit.

"Jadi, bagaimana Anda bisa berteman dengan istri saya?"


Edmund mengganti topik pembicaraan untuk meredakan
kecanggungan di antara mereka.

"Dia membaca buku saya dan mencari saya di Teutonia. Dia


bertanya tentang perjuangan saya untuk wanita Arbavia.
Katanya dia juga mau memulainya di Teutonia. Aku bilang
padanya kalau perjuangannya tidak mudah karena Teutonia
sangat patriarki. Kemudian dia banyak bercerita, kami jadi
berteman dan aku tahu kalau dia baru bercerai dengan pria
berkuasa di Teutonia. Seorang duke yang bisa memanggil
naga." Sharona tersenyum.

"Kurasa dia banyak bicara hal buruk tentang diriku. Itu tidak
mengejutkan. Aku banyak mengecewakannya ketika itu."
Edmund menanggapi dengan senyum.

"Tidak juga. Aku juga mengerti bagaimana seseorang bisa


menjadi penyihir dan aku bilang siapa pun yang bisa
memanggil naga pasti sangat keji. Aku juga bilang kalau dia
beruntung telah berpisah dari suaminya. Tapi dia membela
Anda, Your Grace. Dia bilang Edmund memang membunuh,
tapi dia tahu kalau Edmund tidak akan pernah membunuh
tanpa alasan kuat. Kukira dia ingin menegakkan emansipasi

Anna Kanina
830
The Duchess Want a Divorce

di negaranya karena telah disiksa mantan suaminya atau


apa. Ternyata tidak sesederhana itu," cerita Sharona.

Wanita itu menggeser kursinya mendekat dan


mencondongkan tubuhnya ke arah Edmund. Dia
memastikan aroma parfumnya yang unik tercium oleh sang
duke yang tidak memperkirakan itu sebelumnya. Sharona
bersikap sedikit menggoda dan tersenyum sambil menggigit
sedikit bibirnya.

"Kurasa memang tidak mudah bagi Gwen melepaskan


mantan suaminya. Kini saya paham kenapa. Awalnya saya
mengira Anda adalah pria murung yang seram. Saya
memang pernah melihat foto Anda di surat kabar, tapi
kurasa fotografernya tidak terlalu andal. Anda ternyata
sangat tampan, Your Grace," kata Sharona memuji.

"Saya terima itu sebagai pujian." Edmund memandangnya


curiga.

"Apakah tidak sayang pria berkuasa dan tampan seperti


Anda hanya memiliki satu wanita dalam hidupnya? Apakah
Anda pernah mempertimbangkan untuk memiliki selir?"
kata Sharona lagi.

"Tidak." Edmund menggeleng kuat.

Anna Kanina
831
The Duchess Want a Divorce

"Duke, Anda tahu apa keahlian sihir saya?"

"Apakah Anda akan mengatakannya?"

"Saya seorang pemikat, saya bisa membuat siapa pun jatuh


cinta dengan saya kalau saya menginginkannya," katanya
sembari tersenyum.

"Oh, aku tidak menduganya."

"Apakah Anda bisa mengatasi sihir saya, Your Grace?"


Sharona menantang.

"Kurasa Anda tidak akan berhasil." Edmund tertawa. "Anda


tidak boleh lupa kalau saya adalah penyihir besar yang
membuat kontrak dengan Ornlu," katanya lagi.

"Baiklah, apa Anda akan mengizinkan saya untuk


mencobanya pada Anda?" Sharona bertanya.

"Cobalah."

Sharona pun melakukan tindakan yang sama sekali di luar


dugaan sang duke. Seperti laba-laba, dia menaiki meja dan
tidak lama dia menyentuh rahang sang duke sambil merayap
ke tubuhnya.

Anna Kanina
832
The Duchess Want a Divorce

Edmund membelalakkan mata. Dia pikir wanita itu akan


merapal mantra padanya atau berusaha memikatnya
dengan tatapan mata. Tapi wanita itu kini meraba rahangnya
sambil menatapnya lekat.

Edmund tersenyum.

"Hanya itu? Apa ini sihir Anda? Ini hanya mengagetkan tapi
tidak-"

"Edmund!" Gwen berseru.

Edmund berubah pucat seketika karena melihat Gwen yang


tampak murka di ambang pintu. Terlebih lagi, Sharona masih
berada di atas tubuhnya.

"Ini-"

"Sudah kubilang padamu, Gwen! Semua pria sama saja! Dia


mengizinkanku melakukan semua ini kepadanya! Aku sudah
bilang padamu, kan? Dia akan berkhianat padamu!" Sharona
beranjak dari posisi kontroversialnya, kemudian
menghambur ke arah Gwen.

"Dia berbohong, Gwen! Dia itu-" Edmund ingin membongkar


jati diri perempuan itu, tapi ragu sejenak.

Anna Kanina
833
The Duchess Want a Divorce

"Demi Edna! Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang


sama! Aku tidak mau membiarkanmu salah paham
kepadaku. Dengar! Sharona adalah penyihir dan yang aku
lakukan hanya membiarkannya menguji sihirnya kepadaku.
Dia punya sihir pemikat." Edmund menjelaskan. Dia
memutuskan membongkar semuanya. Dia tidak lagi ingin
mengambil risiko kehilangan Gwen.

"Omong kosong apa itu? Sharona bukan penyihir!"

"Iya, dia penyihir!"

"Gwen, dia tadi merabaku." Sharona tampak tersakiti ketika


mengatakannya.

"Astaga, apa kau sudah bosan hidup? Jelas-jelas kau sendiri


yang naik ke pangkuanku!"

"Oh, diamlah! Sharona kau juga sudah keterlaluan! Edmund


tidak mungkin melakukan itu padamu!"

"Tapi, Gwen ...." Sharona merajuk.


"Aku tahu kalau kau tidak bersalah, Ed. Sharona memang
tidak suka padamu."

Sharona mencibir merasa kesal.

Anna Kanina
834
The Duchess Want a Divorce

"Tapi seharusnya kau tidak membiarkannya


memanipulasimu, Ed."

"Aku tahu, maaf aku hanya lengah." Edmund memeluk


istrinya.

"Terima kasih sudah memercayaiku, Gwen." Edmund berujar


tulus.

"Baiklah, maaf, aku sudah keterlaluan. Mengenai tawaran


Anda, aku akan menyampaikannya pada penyihir yang lain.
Kuharap mereka bersedia bekerja sama. Dan Gwen, maaf
sudah mengerjaimu. Anggap saja ini balasan karena sudah
meninggalkanku. Aku tidak sabar menanti hari Sabtu untuk
rencana berpesta kita. Your Grace, saya pamit dulu."
Sharona pun menarik tangan Gwen dan memberikan
kecupan di pipi kanannya. Wanita itu pun mengelus pipinya
dengan tatapan rindu sebelum pergi.

"Sudah kubilang, kan, dia itu penyihir. Aku hanya membahas


masalah sihir dengan Sharona, tidak mungkin sesuatu terjadi
di antara aku dan dia!" Edmund masih berusaha meyakinkan
Gwen.

"Ya, Edmund, aku tahu kalau kalian tidak akan berselingkuh.


Itu tidak mungkin karena aku tahu kalau Sharona tidak akan
pernah menyukaimu apalagi berminat tidur denganmu."

Anna Kanina
835
The Duchess Want a Divorce

"Apa? Gwen, aku sadar kalau aku cukup atraktif. Bukan


hanya kau perempuan yang mau tidur denganku. Itu sedikit
menyinggung."

"Tidak, bukan begitu, Ed. Sharona tidak suka pria. Dia suka
wanita. Karena itu, dia selalu berusaha memisahkanku
darimu. Dulu dia mengaku menyukaiku," kata Gwen santai.

Edmund terkejut mendengarnya. Dia tahu kalau Sharona


seorang feminis, tapi kini dia tahu kalau wanita itu mungkin
hanya terlalu membenci pria.

"Kau tidak boleh berpesta dengannya, Gwen!"

"Apa? Kau sudah mengizinkanku!"

"Tidak jadi! Batal! Kalau kau memaksa, aku akan ikut


denganmu."

"Tidak bisa, Edmund! Itu acara khusus perempuan!"

"Hapus bekas lipstik di pipimu, Gwen! Astaga, tidak hanya


para pria, kini aku juga harus mengkhawatirkan para wanita
yang bergaul denganmu?" Edmund tampak gusar dan
membersihkan pipi istrinya dengan saputangannya.

Anna Kanina
836
The Duchess Want a Divorce

Alih-alih kesal, Gwen malah sedikit terhibur dengan reaksi


Edmund.

"Ya ampun, Your Grace, kenapa aku harus terpikat dengan


pria lain kalau aku sudah memilikimu? Lagi pula tidak akan
ada pria yang berani nekat menggoda istri seorang duke.
Sharona hanya bergurau." Gwen tertawa kecil setelah
mengatakannya.

"Entahlah, kau pernah meninggalkanku satu kali. Itu


membuatku selalu khawatir."

"Aku mencintaimu, Edmund Rosiatrich, itu tidak akan


berubah." Gwen duduk di pangkuan suaminya sambil
menyentuh rahang sang duke dengan kedua tangan dan
melihat matanya yang jernih.

Gwen pun memberinya ciuman. Edmund membalas


pengakuan cinta istrinya dengan sentuhan yang lebih dalam
dan penuh perasaan melalui ciuman balasannya. Edmund
memastikan kalau Gwen bisa mencicipi obsesi dan hasratnya
serta penegasan kalau sampai kapan pun dia membutuhkan
dan selalu menginginkan Gwendolyn Rosiatrich.

Anna Kanina
837
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (9) - The Duke and His Baby

Hari yang cukup hangat, anginnya juga tidak terlalu kencang.


Gwen akhirnya diperbolehkan suaminya untuk berjalan-
jalan ke kebun setelah hampir seminggu tidak boleh keluar
rumah karena cuaca mendung. Edmund kini memasang
ayunan di salah satu ranting kokoh pohon kenari yang ada di
dekat danau buatan.

"Apa aku tidak boleh naik ayunan itu?" Gwen bertanya


sambil memegangi perutnya yang membuncit.

"Tidak, itu berbahaya." Edmund menggeleng tegas.

Gwen cemberut. Tapi dia sudah terbiasa. Kali ini dia tidak
punya hak untuk protes karena semakin tua kehamilannya,
semakin lemah dirinya. Gwen tidak bisa melalui
kehamilannya tanpa mual muntah serta lelah sepanjang
hari. Mulai dari minggu awal kehamilan sampai menjelang
delapan bulan dia mengandung, harinya terasa berat.

Dia beruntung karena Edmund selalu mendampinginya.


Duke Rosiatrich itu memutuskan untuk tidak menerima
pekerjaan di luar mansion. Dia tidak bersedia meninggalkan
istrinya yang semakin pucat tapi berusaha terlihat tegar.
Gwen bahkan berusaha menambahkan perona wajah di pipi
agar dia tidak terlihat pucat.

Anna Kanina
838
The Duchess Want a Divorce

Dia sama sekali tidak boleh beraktivitas berat karena itu akan
membahayakan kehamilannya. Edmund sendiri masih
merasa cemas sejak kunjungan dokter terakhir kali di dua
hari yang lalu. Katanya ada masalah dengan tekanan darah
istrinya. Dia diminta meminum banyak obat serta harus
istirahat total di ranjang.

Dokter bilang, Rosiatrich harus menghadapi kemungkinan


yang terburuk.

Edmund tidak bisa menerimanya. Karena saat ini Gwen


masih tersenyum ceria sambil menggandeng tangannya.
Walaupun kehamilannya berat, istrinya tidak pernah sekali
pun mengeluhkan bayinya.

"Setelah anak kita berusia tiga tahun, aku ingin keliling dunia,
kita sekeluarga. Bisakah?" Gwen bertanya riang.

"Aku akan mengecek jadwalku dulu," tanggap Edmund.

"Astaga! Dasar, sok sibuk," protes Gwen.

"Aku hanya bergurau. Asalkan dirimu berjanji untuk tidak


absen minum obat dan menuruti perintah dokter."

Gwen terdiam sejenak. Hanya ada seulas senyum tipis di


wajahnya. Obat-obatan itu mungkin bisa menjaga

Anna Kanina
839
The Duchess Want a Divorce

kesehatannya, tapi dia juga tahu kalau itu bisa


membahayakan bayinya. Gwen tidak menginginkan itu. Dia
berharap bayinya sehat, begitu pun dirinya.

Karena itu, sejak beberapa minggu ini, Gwen mulai


mengurangi obatnya yang diam-diam dia buang sebagian.
Gwen tahu dia sudah membangkang dari perkataan
suaminya, tapi insting keibuan memaksanya untuk itu.

"Aku akan baik-baik saja, Edmund, aku kuat dan keras


kepala. Aku juga tidak pernah flu." Gwen menyentuh rahang
suaminya dan menatapnya sungguh-sungguh.

Dokter sendiri yang mengatakan padanya-tanpa


sepengetahuan Edmund. Dokter itu bilang, adalah
keputusan dan hak dari sang ibu untuk menjalani
kehamilannya. Duke bersikeras untuk memberikan obat apa
pun yang bisa menyelamatkan nyawa Gwen. Anaknya adalah
prioritas kedua. Namun tidak begitu bagi Gwen.

Gwen yang menjalani kehamilannya. Walau dia tidak tahu


wajah bayinya, tapi dia merasakan tendangannya atau
sensasi cegukan dari si bayi yang membuatnya bahagia.
Bayinya berhak lahir sehat. Gwen tidak mau merasa bersalah
seumur hidup karena kurang maksimal menjaga bayinya.

"Maafkan aku, Gwen," ujar Edmund sendu.

Anna Kanina
840
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa?"

"Karena aku membuatmu hamil dan kau harus sakit seperti


ini."

"Ed, aku tidak sakit. Aku hamil. Dan bukan hanya aku ibu
yang mengalami kehamilan berat." Gwen menegaskan.

"Setelah anak kita lahir, aku tidak akan mengizinkanmu


hamil lagi." Edmund memutuskan.

"Apakah satu anak saja cukup untuk mansion yang besar ini,
Ed?" Gwen menanggapi setengah bergurau.

"Aku tidak membutuhkan anak yang lain kalau itu bisa


membahayakan kesehatanmu."

"Aku akan baik-baik saja." Gwen tersenyum walau ada setitik


keraguan dalam hatinya.

***

Ini mungkin malam paling kelam dan menegangkan selama


Edmund hidup di dunia. Ini sama sekali tidak bisa
dibandingkan dengan menghadapi monster naga Killian atau
berhadapan dengan lusinan tentara bersenjata lengkap
seorang diri. Ketika itu Edmund tidak merasakan takut.

Anna Kanina
841
The Duchess Want a Divorce

Tapi kali ini kakinya lemas, tangannya sesekali gemetar. Dia


tidak bersedia makan atau minum apa pun dan hanya duduk
di sofa yang berada di depan kamar Gwen.

Para pelayan dan butlernya, William, berjaga di dekatnya.


Sesekali ada pelayan berseragam yang keluar dan masuk
pintu kamar itu. Edmund merasa jantungnya berdegup
kencang setiap kali melihat pelayan keluar dari kamar itu
membawa handuk bernoda darah.

Ditambah lagi, pintu dan dinding tebal itu tidak terlalu


berhasil meredam suara jeritan dan tangisan dari Gwen
istrinya yang berusaha melahirkan bayinya.

Edmund tidak boleh masuk karena emosinya tidak stabil.


Madam Remian, ibu kandung dari Gwen, adalah satu-
satunya kerabat yang diizinkan menemani sang duchess.
Sesekali Lady Remian keluar kamar hanya untuk
menenangkan Edmund. Dia tersenyum menunjukkan kalau
semua baik-baik saja.

Tapi Edmund tidak akan merasa lega sampai dia mendengar


tangisan bayi dan tahu kalau istrinya baik-baik saja.

"Aku bawakan teh kamomil, Duke." William menyodorkan


cangkir berasap pada Edmund.

Anna Kanina
842
The Duchess Want a Divorce

"Aku tidak mau minum apa-apa dulu."

"Ini bisa mengatasi kecemasan Anda. Kalau saya boleh


menambahkan, Anda tidak perlu khawatir karena Duchess
ditangani oleh dokter terbaik Teutonia."

"Aku tahu." Edmund menanggapi.

Setelah hampir empat jam Edmund tersiksa dengan


kekalutan. Dia mendengar suara tangisan bayi. Edmund
tidak bisa menjelaskan perasaannya saat itu. Dia belum
pernah menjadi orang tua. Dia tidak merasa senang atau
semringah. Sebaliknya, dia malah cemas. Kini dia sudah
menjadi seorang ayah. Lalu apa yang harus dia lakukan?

"Your Grace." Pintu kamar membuka dan dia melihat


seorang perawat membawa buntalan kain yang
menghangatkan bayinya.

Edmund bisa mendengar pelayan dan butlernya memekik


dan bereaksi senang. Namun mereka juga menanti apa yang
akan dilakukan Edmund yang saat ini hanya berdiri
menghadapi bayi itu terpaku.

"Dia bayi laki-laki yang sehat, Your Grace. Anda mau


menggendongnya?" kata perawat dengan aura keibuan itu
sambil tersenyum.

Anna Kanina
843
The Duchess Want a Divorce

Edmund sedikit ragu, tapi akhirnya dia mendekap bayinya


dengan hati-hati. Edmund melihat bayinya yang baru saja
selesai menangis. Kulitnya kemerahan sementara
rambutnya hitam sepertinya. Matanya masih terpejam, jadi
Edmund belum bisa mengomentari apakah dia lebih mirip
Edmund atau Gwen.

"Bagaimana dengan istri saya?"

"Sebentar, Your Grace." Perawat itu masuk ke dalam,


kemudian segera keluar setelah beberapa detik.

"Masih ada lagi, Your Grace."

"Apa?"

"Duchess melahirkan bayi kembar, istri Anda sedang


berjuang melahirkan anak kedua Anda," kata perawat itu.

Para pelayan bersorak senang. Mereka lalu mengerubungi


sang duke dan mengagumi kelucuan dari si bayi pertama.

Ada dua bayi, dokter tidak pernah menyebut itu


sebelumnya. Pantas saja kehamilan Gwen begitu berat
karena dia merawat lebih dari satu anak di rahimnya.

Anna Kanina
844
The Duchess Want a Divorce

Beberapa menit berlalu, kemudian terdengar suara tangisan


bayi kedua. Perawat lain segera keluar setelah
membersihkan si bayi dan mengenalkannya pada sang duke.

"Bayi laki-laki yang sehat, Your Grace. Selamat," katanya


semringah.

Bayi keduanya berambut merah seperti Gwen dan langsung


menangis begitu dipeluk oleh ayahnya.

"Astaga, apa ada yang salah? Kenapa dia menangis?"


Edmund seketika panik.

"Tidak apa, Your Grace, bayi-bayi ini hanya ingin segera


menyusu. Biar kami membawanya lagi kedalam," kata salah
seorang perawat.

"Lalu bagaimana dengan istri saya?"

"Anda boleh masuk sebentar lagi, Your Grace. Duchess perlu


mengganti bajunya."

***

"Edmund! Bagaimana dengan Gwen?" Marquis Archibald


dan Quentin terlihat berjalan tergesa.

Anna Kanina
845
The Duchess Want a Divorce

"Entahlah, mereka belum mengizinkan aku masuk." Edmund


menggeleng gelisah.

"Lalu apakah keponakanku laki-laki atau perempuan?"

"Dua-duanya laki-laki." Edmund menjawab datar.

Marquis dan Quentin terpana sejenak sebelum berkomentar


lebih lanjut.

"Anda sudah boleh masuk, Your Grace."

Salah satu perawat memberi tahu.

"Kami akan menunggu di sini, Edmund," tanggap sang


marquis. Belakangan dia bersikap santai dengan Edmund,
bahkan tidak lagi menyapanya hormat walau gelarnya di
atasnya. Edmund tidak keberatan dengan itu karena dia
sudah lama tahu kalau Marquis Remian berbeda dengan
bangsawan kebanyakan.

Di dalam kamar dia melihat ibu mertuanya sedang


menggendong salah satu bayi dan tersenyum padanya.

Edmund mengabaikannya dan langsung beralih pada istrinya


yang masih terbaring lemah di ranjang. Bayinya yang
berambut merah sedang menyusu padanya.

Anna Kanina
846
The Duchess Want a Divorce

"Edmund, kita punya bayi kembar," kata sang duchess ceria.


Namun parasnya masih pucat.

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak pernah lebih baik dari ini," sahutnya lagi.

Dokter yang memelihara kumis tipis itu berdeham meminta


perhatian sang duke.

"Your Grace, saya ingin bicara berdua saja."

Edmund yang tadinya sudah lega melihat Gwen kini berubah


gundah kembali.

"Dia kehilangan banyak darah, saya sudah melakukan sebisa


saya. Dua hari ini saya akan memantaunya. Bayi Anda harus
disusukan kepada ibu pengganti untuk sementara.
Mengenai kedua putra Anda, semuanya sehat."

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

Dokter itu menarik napasnya.

"Duchess tidak meminum semua obatnya, tapi dia cukup


pintar untuk mengurangi dosisnya. Walaupun itu mungkin
bisa berisiko untuk kesehatannya, tapi anaknya sehat. Dia

Anna Kanina
847
The Duchess Want a Divorce

akan baik-baik saja, Your Grace. Saya harap Anda tidak akan
memarahinya."

Memarahinya? Edmund akan punya banyak waktu untuk


melakukannya. Tapi tidak untuk saat ini. Dia masih belum
bisa tenang melihat Gwen lemah di ranjang. Edmund juga
belum bisa mengabaikan handuk dan seprai bernoda darah
yang dilihatnya keluar dari kamar Gwen.

Edmund mendekati istrinya kembali dan memegang


tangannya. Walaupun dia masih pucat dan lemah, tapi dia
tetap cantik seperti yang dia kenal.

"Segera sehat, Gwen. Apakah kau ingin makan sesuatu?"


Edmund bersikap biasa, dia tidak akan membahas apa pun
yang dikatakan dokter padanya.

"Mungkin sepotong pai daging dari restoran kesukaanku


akan menyenangkan. Aku sangat lapar, Ed."

***

Gwen tidak sempat memakan painya. Dia sangat lemah saat


ini. Pendarahannya tidak berhenti. Dia pucat dengan
keringat dingin mengalir di wajah dan tengkuk. Dia merasa
sangat kedinginan walau memakai beberapa lapis selimut.

Anna Kanina
848
The Duchess Want a Divorce

Seluruh penghuni Remian Mansion cemas. Ini lebih buruk


dari perkiraan mereka semua. Edmund sudah
mendatangkan dokter lain dan mereka semua bilang sudah
berusaha maksimal.

"Gwen, kenapa dengan dirimu?" Edmund bicara terbata


sambil menyentuh tangannya yang terasa dingin. "Bukankah
tadi kau bilang akan baik-baik saja?" Suaranya berubah
gemetar. Namun istrinya tidak menjawab apa pun. Dokter
bilang dia sedang tidak sadar. Itu juga pengaruh obat. Dia
benar-benar butuh istirahat saat ini.

Edmund tidak pernah berpikir akan kehilangan Gwen. Dia


tidak tahu kalau dia bisa setakut ini. Dia tidak peduli pada
anaknya. Seandainya saja Gwen tidak hamil, semua ini tidak
perlu terjadi.

Edmund tahu ada hal lain yang bisa dia lakukan, tapi Gwen
tidak akan memaafkannya untuk itu.

Edmund sudah lama tidak menggunakan kekuatan iblis.


Ornlu bisa melakukan apa saja termasuk menyelamatkan
nyawa seseorang dari kematian, tapi bayarannya tidak akan
murah.

Menyembuhkan seseorang tidak pernah masuk ke dalam


kontraknya.

Anna Kanina
849
The Duchess Want a Divorce

Edmund mengheningkan cipta, memejamkan mata dan


berusaha memanggil Ornlu.

Dewa iblis itu hadir segera dengan seringai di wajahnya.

"Kau membutuhkanku?"

"Selamatkan nyawa istriku." Edmund menjawab.

"Kalau kau melakukannya, kau harus menerima kekuatanku


seluruhnya." Ornlu tampak bersemangat.

Edmund bergeming selama beberapa saat. Dia adalah pria


rasional yang hampir selalu mengorbankan urusan pribadi
demi keselamatan atau kepentingan negara. Dulu dia
bahkan bersedia mengorbankan Gwen. Tapi kali ini, dia tidak
terlalu yakin.

Beberapa saat sebelum dia akan menerima tangan Ornlu,


sesuatu menarik lengan bajunya. Gwen kini melihatnya
serius tanpa senyum.

"Aku tahu apa yang akan kau lakukan, Edmund Rosiatrich.


Demi Edna, batalkan! Aku sudah bilang padamu kalau aku
akan baik-baik saja," ujar Gwen susah payah.

"Gwen!" seru Edmund lega.

Anna Kanina
850
The Duchess Want a Divorce

"Bukankah kau sendiri yang bilang kalau iblis itu terus


menggodamu agar kau menyerah? Bukankah kita sudah
sama-sama bersumpah untuk mengabaikan nyawa kita
sendiri demi keselamatan dunia? Jangan lemah, Ed!" Gwen
menasehatinya.

"Aku tidak bisa kehilanganmu."

"Aku akan kuat, Edmund. Bukankah kita sudah berjanji untuk


berkeliling dunia bersama anak-anak kita nanti? Aku tidak
mungkin mati begitu saja." Gwen berujar keras kepala.

Sosok Ornlu kini perlahan menghilang setelah sebelumnya


memberikan tatapan marah. Tapi iblis itu tahu kalau selalu
akan ada kesempatan lain.

Edmund berteriak memanggil dokter dan tidak lama kamar


istrinya kembali ramai oleh orang berkepentingan, termasuk
keluarga Remian yang juga menanti dengan cemas.

"Dia akan baik-baik saja." Dokter tersenyum pada sang duke.


Kali ini senyumnya tulus, bukan sengaja dibuat-buat agar
Edmund tenang.

"Masa kritisnya sudah lewat, pendarahannya berhenti," kata


si dokter lagi.

Anna Kanina
851
The Duchess Want a Divorce

"Ibu tahu kau akan kuat, Gwen." Lady Remian berkomentar.

"Astaga, kenapa kalian berwajah cemas begitu? Mana


bayiku? Ed, apakah kau sudah memberi mereka nama?"
Gwen bertanya.

"Belum, bagaimana kalau kau yang memikirkannya?"

Anna Kanina
852
The Duchess Want a Divorce

Extra Chapter (10) - Max and Noah

"Tuan Muda Max!" William si butler memanggil sambil


membawa tumpukan serbet dan taplak meja di tangannya.
Walau dia sudah di penghujung usia enam puluh tahun, dia
masih belum ingin pensiun. Ada satu tugas yang belum bisa
dia alihkan ke orang lain, yaitu menata meja makan sang
duke.

Hari ini dia akan pulang dari medan perang setelah dua bulan
lamanya. William dan seisi mansion sibuk menyiapkan
makan malam spesial untuk menyambutnya.

Tapi William sedikit tidak fokus karena dia juga punya


tanggung jawab lain, yaitu memastikan para tuan muda
duduk manis di ruang belajar bersama guru mereka. Dan
seperti biasa, Maximillian-putra Duke Edmund yang
berambut merah-tidak bisa ditemukan di mana pun.

Max punya bakat khusus untuk bersembunyi. Selain William,


mungkin Max adalah satu-satunya penghuni Rosiatrich
Mansion yang cukup mengenal rumah besar itu. Max bahkan
menemukan ruang bawah tanah tua dan pintu rahasia yang
Edmund sendiri tidak tahu.

Sejak dia lancar berjalan, Max tidak bisa diam. Dia terus ingin
menjelajah dan William kerap menemaninya. Karena itu,

Anna Kanina
853
The Duchess Want a Divorce

tidak ada penghuni rumah yang bisa menemukan


keberadaan Max setiap kali dia menghilang, selain William
dan Duke Edmund.

Sering kali William harus berpikir layaknya detektif. Ke mana


Max bersembunyi kali ini? William menarik napas dan
memaksa otak rentanya untuk berpikir. Pagi hari ini dia
melihat pakaian tidur Max sedikit bernoda tanah. Dia tengah
melakukan sesuatu di kebun. Itu mungkin akan menjadi
lokasi tujuannya kali ini jika para kesatria yang berjaga tidak
bisa menjawab.

"Lihat Tuan Muda Max?" William bertanya pada Nicolas yang


baru saja keluar dari perpustakaan.

"Tidak, Will. Dia berulah lagi, ya?"

"Ya, sudah ketiga kalinya di minggu ini. Setiap kali Duke pergi
berdinas, dia jadi semakin nakal." William mengeluh.

"Aku akan bertanya pada kesatria lain dan akan


memberitahumu," ujar Nicolas prihatin bercampur cemas.

Mansion ini sangat besar, anak kecil yang hilang tentu


membuat siapa pun cemas. William dan para kesatria
bertanggung jawab terhadap para tuan muda mereka. Gwen

Anna Kanina
854
The Duchess Want a Divorce

mudah khawatir sehingga William berjanji untuk menjaga


Max dan Noah dengan nyawanya.

Ketika ayah mereka yang tegas dan galak berada di rumah,


Max tidak berani berbuat kenakalan apa pun. Sementara
Noah, ada atau tidak ada ayahnya, tetap menjadi anak yang
penurut.

***

"Tuan Muda Max! Sir William mencari Anda." Salah seorang


pelayan memergokinya sedang berada di balik pohon.

Max menekuk bibirnya kesal. Sepandai apa pun dia


bersembunyi, selalu akan ada yang menemukannya. Tidak
ada privasi di rumah besar ini. Lusinan kesatria dan puluhan
pelayan berkeliaran sibuk di sana.

"Aku tidak suka guru sejarahnya!" Max menjulurkan lidah


lalu tertawa dan berlari pergi. Danau buatan yang dulu ada
di sana kini sudah mengering dan berganti dengan cerukan
dalam yang tidak curam. Tukang kebun mengubahnya
menjadi taman indah serta beberapa kolam kecil dangkal.

Gwen selalu mencemaskan anak-anaknya terutama Max


yang aktif sehingga dia mengubah rumahnya menjadi lebih
aman. Gwen kerap membayangkan kalau suatu saat Max

Anna Kanina
855
The Duchess Want a Divorce

tercebur ke danau dan ditemukan mengambang. Kini dia


bisa lebih tenang karena danau itu sudah tidak ada.

"Maximillian!" William memanggil, nadanya sedikit tegas


bercampur marah. Dia bisa bicara balik dengan Edmund,
tidak terkecuali Max yang kelewat nakal.

"Oh, ya ampun, kenapa kau menemukanku begitu cepat?"


Max terperanjat.

"Apa yang kau sembunyikan di sekitar sini?"

"Tidak ada!"

Max berbohong, tangan dan kukunya penuh tanah. Dia


menyembunyikan sesuatu. Namun William kali ini
memutuskan untuk mengabaikannya.

"Ayo masuk ke ruang belajar!"

"Tidak!"

"Apa kau tidak dengar, Max? Ayahmu pulang hari ini."


William menakutinya.

Seketika, Max berubah tenang dan menurut walau masih


menggerutu.

Anna Kanina
856
The Duchess Want a Divorce

Edmund tidak pernah mengasari anak-anaknya, tapi


pribadinya yang dingin dan jarang tersenyum membuat
mereka takut dan hormat kepadanya. Edmund hampir tidak
pernah bicara pada mereka selain nasihat-nasihat atau
pembicaraan formal. Dia tidak tahu cara yang
menyenangkan untuk bergaul dengan putranya.

Salah satu kegiatan yang bisa mereka nikmati bersama


adalah ketika berlatih pedang. Max punya bakat cemerlang
dalam bidang bela diri. Kini kemampuannya sudah setara
prajurit pemula walau dia baru boleh memegang pedang
kayu. Edmund selalu menyempatkan diri untuk mengajarkan
ilmu pedang dan memanah. Namun Noah tidak terlalu
berminat dengan semua itu, dia mewarisi karakter Edmund
yang serius dan logis.

Noah disebut sebagai salah satu jenius di Teutonia dan sudah


menamatkan semua ilmu dasar yang harus dipelajari remaja
berusia enam belas tahun. Padahal umurnya baru tujuh
tahun. Duke pun mengajari sendiri putra pertamanya dan
menyiapkannya untuk ujian masuk universitas di usianya
yang kesembilan nanti. Noah tertarik pada politik dan ilmu
pemerintahan.

Sementara Gwen lebih suka anaknya berkembang dengan


normal dan menikmati masa kecil mereka. Walaupun Duke
Edmund memegang kendali untuk pendidikan, Gwen juga

Anna Kanina
857
The Duchess Want a Divorce

mengajari mereka etiket dasar, seni sopan santun dan cara


bersosialisasi. Gwen sendiri yang menjadi guru mereka.
Sering Gwen mengajak mereka mengunjungi kota dan
pedesaan, membuat mereka mengenal beragam tipe
manusia serta belajar bertani.

"Kau terlambat, Maximillian Rosiatrich." Sapaan itu keluar


dari mulut bocah berambut hitam berusia tujuh tahun.
Nadanya sedikit rendah dan meremehkan.

"Bleeh .... Dasar anak rumahan." Max mencibir begitu


William memaksanya duduk.

"Kau juga anak rumahan, bodoh. Walau kau berlarian ke


sana kemari, tetap saja kau cuma berputar-putar di rumah
yang luas ini." Noah membalas dingin.

"Tuan Muda Noah, tersenyumlah sesekali." William


memintanya dengan nada jenaka.

"Kenapa?"

"Pelayan masih ramai membicarakannya, mereka


membahas Tuan Muda Noah yang ternyata punya senyum
semanis malaikat ketika mencicipi quiche bayam
pertamanya." William sedikit meledeknya.

Anna Kanina
858
The Duchess Want a Divorce

Rona wajah Noah berubah merah dan dia berusaha


menutupinya dengan buku.

"Ah, itu ...," katanya gugup.

"Idih! Aku jadi gatal-gatal!" Max mencibir.

Noah memukul kepalanya dengan buku.

"Dasar rubah tidak bisa diam!"

"Kutu buku!"

"Ehem!" Seseorang berusaha menginterupsi. Dia adalah


Aaron Ainsley si ajudan yang sudah naik pangkat menjadi
kepala administrasi Rosiatrich.

"Dari tadi aku bertanya-tanya, apa yang Anda lakukan di


sini?" tanggap Noah.

"Yeah, biasanya Anda sangat sibuk di kantor ayah."

"Yah, itu. Ayah kalian menyuruhku menjadi guru pengganti.


Guru lama kalian mengundurkan diri." Ainsley tampak
enggan.

Anna Kanina
859
The Duchess Want a Divorce

"Sekarang mereka masalahmu, Ainsley," ujar William riang


sebelum meninggalkan mereka bertiga dan menutup pintu.

"Ilmu sejarah apa yang mau kau ajarkan pada kami?"

"Aku tidak tahu, bagaimana kalau aku lihat catatan kalian?


Sampai mana kalian sudah belajar?" Ainsley masih berusaha
tersenyum manis.

"Aku sudah mempelajari sejarah seluruh benua, profesor


bilang tidak ada yang bisa diajarkan lagi padaku," kata Noah
tanpa ada maksud menyombong.

"Masa?"

"Ibu mengajarkan sejarah lebih baik dari semua guru yang


ada, walau tidak sebanyak Noah. Aku juga cukup pandai
untuk ini." Max menjawab sambil mengorek hidungnya.

Ainsley tersenyum merasa kalah. Lalu untuk apa dia yang


terlahir dengan bakat dan otak biasa-biasa saja mengajari
dua anak istimewa ini? Yang satu berbakat dalam bela diri,
satu lagi seorang jenius. Tapi dia punya tugas penting di sini.
Seluruh pendidikan mereka berjalan melebihi tahap normal
yang biasa dialami bocah ningrat lain. Karena itu, ada satu
kelas di mana mereka berdua harus duduk bersama dan
belajar dari guru yang juga tidak terlalu luar biasa.

Anna Kanina
860
The Duchess Want a Divorce

Mereka perlu belajar dari beragam perspektif. Selama ini


orang memperlakukan mereka spesial karena mereka
terlahir dari keluarga dengan gelar tinggi dan secara alamiah
memiliki kepandaian yang langka.

Setiap dua bulan kelasnya berganti. Kemarin mereka belajar


politik, kali ini sejarah. Tapi guru mereka mundur karena
tidak sanggup mengimbangi mereka. Max, walaupun
terkesan sulit diatur, juga cukup cerdas dan membuat
gurunya kewalahan. Noah malah memaksa para gurunya
berpikir di luar kotak. Seperti memaksa mereka mendengar
tentang teori sejarah alternatif yang seharusnya layak
dipresentasikan pada jurnal ilmiah nasional.

Tugas Ainsley adalah membawa para tuan muda itu


menjejak kembali ke tanah dan berbaur dengan kalangan
umum karena di masa depan mereka tidak akan selalu
berurusan dengan sesama jenius.

"Aku tahu, kita akan bermain di kebun saja! Bagaimana


dengan kisah raja pertama Teutonia yang mengalahkan raja
jahat dan menyatukan benua barat?" Ainsley mengusulkan.

"Oh, aku tahu! Kita main pura-pura! Kalau begitu, aku jadi
Arwen, si raja Teutonia. Noah yang jadi Draugluin, si raja
lalim!" Max mengusulkan.

Anna Kanina
861
The Duchess Want a Divorce

"Kenapa aku jadi yang jahatnya!" protes Noah.

"Karena mukamu seperti ayah dan rambutmu hitam!"

"Tapi raja Arwen berambut hitam, bodoh!" protes Noah lagi.

"Lalu, aku jadi apa?" Ainsley bertanya dengan nada manis.

"Kau jadi kuda! Raja Arwen membutuhkan kuda!" titah Max.

"Raja Draugluin juga harus punya kuda!"

"Oke, kita minta William carikan seseorang yang mau jadi


kuda untukmu." Max mengangguk serius.

Ainsley sedikit pucat saat ini karena idenya soal main di


kebun mungkin akan memakan korban lain selain dirinya.

***

Gwen sedang mematut diri di cermin kamarnya sendirian.


Kadang kala dia butuh sendirian dan bereksperimen dengan
penampilannya. Dia tidak mau selalu melibatkan pelayan
untuk membantunya berpakaian. Gwen masih menyisiri
rambutnya perlahan dan mempertimbangkan apakah dia
akan membiarkannya tergerai atau digelung.

Anna Kanina
862
The Duchess Want a Divorce

Di sela-sela fokusnya, dia melihat cermin dan menyaksikan


munculnya kabut gelap yang perlahan memadat di
belakangnya. Edmund pun muncul darinya. Kehadirannya
yang kadang serupa hantu sudah terbiasa dilihat oleh Gwen
sehingga dia hanya tersenyum dan menoleh ke belakang.

"Kukira kau akan naik kapal sampai dermaga dan menunggu


dijemput oleh para kesatriamu." Gwen menyapa.

Edmund memeluk istrinya dan memberikan kecupan di dahi.

"Aku tidak sabar untuk segera bertemu denganmu, Gwen.


Bagaimana keadaan mansion? Di mana anak-anak?" kata
Edmund.

"Semua baik-baik saja, hari ini kita makan malam bersama


Quentin dan Gisca. Kudengar Sigmar juga akan hadir
bersama istrinya nanti, jadi aku dan William sedikit sibuk
dengan persiapannya. Kau harus bersikap baik hari ini karena
Celeste, putri angkat Gisca, akan masuk sekolah asrama
bulan depan dan dia masih sedih soal itu. Max dan Noah hari
ini belajar bersama Ainsley karena guru sejarah mereka
mengundurkan diri."

Gisca mengangkat putri Abigail menjadi anaknya dan cukup


menyayanginya. Abigail sudah menjalani hukuman penjara
dan kini mengabdi di kuil Edna yang ada di Caleigh. Celeste

Anna Kanina
863
The Duchess Want a Divorce

sendiri lebih memilih tinggal bersama Gisca walaupun dia


tahu kalau Gisca bukan ibu kandungnya.

"Mengundurkan diri? Ah, ya, itu tidak aneh kalau


menyangkut Max dan Noah."

"Bagaimana dengan misimu?"

Semua orang tahu kalau duke mereka pergi berperang


sebagai bagian dari kesatria kerajaan. Namun kenyataannya
dia berada di Drakela untuk mengikuti pertemuan para
penyihir Ednarea. Edmund dan Sharona yang
membentuknya, dan sudah dua kali mereka mengadakan
pertemuan. Sementara untuk urusan perang, Edmund hanya
sesekali mengurusnya. Dia seorang penyihir yang bisa
berteleportasi kapan pun dia mau. Dia semakin kuat dan
memahami kekuatan Ornlu tanpa harus terseret dalam
kegelapan.

Edmund tidak lagi berpikir untuk segera mengakhiri


kontraknya. Namun dia juga berusaha mengakali seandainya
saja dia tiba-tiba harus bertemu ajalnya. Edmund menanam
kapsul racun pada pembuluh darah lebih dari lima puluh
terpidana mati yang ada di banyak negara. Seandainya dia
akan mati, Edmund harus ingat untuk memicu racun
menyebar dengan kekuatan sihirnya. Dengan begitu,
Edmund tidak harus menjalani kehidupan abadi di neraka.

Anna Kanina
864
The Duchess Want a Divorce

Edmund bisa saja sepenuhnya menggunakan kutukan.


Namun Ornlu bilang Edmund harus membunuh dengan cara
manual. Sihir diperbolehkan hanya untuk membantu.

Ornlu memang iblis terkuat, tapi Edmund kini tahu kalau


mereka tidak selalu lebih cerdas daripada manusia. Kontrak
mereka bisa diakali. Karena itu juga Edmund berusaha
mengedukasi sesama penyihir dan mencegah mereka
mengambil jalan yang salah.

"Semua baik-baik saja, kini aku dan para kesatria suci akan
fokus mencari cara untuk menghadapi kemunculan penyihir
besar Ornlu 500 tahun ke depan."

"Apa kau tidak ingin menyapa William dan penghuni rumah


ini dulu? Kau datang seperti hantu, mereka tidak tahu kau
sudah tiba," tanya Gwen mengingatkan.

"Memang sengaja, kalau mereka tahu aku datang, rumah ini


akan sibuk, begitu pun dirimu. Aku hanya ingin segera
menemui istriku." Edmund meremas pundak Gwen dari
belakang, kemudian mereka pun berciuman.

***

Anna Kanina
865
The Duchess Want a Divorce

"Aku punya rahasia, apa kalian bersedia untuk tidak


mengatakan ini pada siapa pun?" Max berkata, masih
bersikap layaknya Raja Arwen yang mengeluarkan sabdanya.

Mereka sudah lelah bermain perang-perangan. Selain


Ainsley, ada dua atau tiga orang pelayan ikut dalam
permainan mereka. Dua di antaranya dipaksa pura-pura
menjadi kuda dan kucing.

"Ya, aku bisa menerkanya. Dari bajumu yang kotor serta sela-
sela kukumu yang bertanah, pasti kau bermain-main dengan
binatang." Noah menebak layaknya detektif. Dia tidak terlalu
terkejut. Edmund tidak suka ada hewan yang tinggal di
rumahnya selain kuda yang digunakan untuk transportasi.

Max tidak menerimanya semudah itu. Dia pernah


memelihara kucing liar serta katak yang dia temukan di
kolam. Semuanya sukses diadopsi oleh orang lain yang
tinggal di luar rumah mereka. Salah satu kucingnya
dipelihara oleh Sir Archibald, kakek mereka. Archie
menjadikan kucing itu untuk jaminan agar para cucunya
kerap mengunjungi mansion-nya.

Max pun berbisik pada saudara kembar tidak identiknya.


Noah mengangguk. Mereka berdua tidak selalu bertengkar.
Mereka juga kompak dalam banyak hal, terutama saat
merencanakan kenakalan. Noah tidak terlalu penurut,

Anna Kanina
866
The Duchess Want a Divorce

mereka berdua suka memanfaatkan kecerdasan masing-


masing untuk kesenangan yang merepotkan para pengasuh.

"Sir Ainsley, aku akan mengajak Noah untuk melihat


peliharaan baruku," kata Max

"Di mana?"

"Ada gua di bawah akar pohon besar ini," sambung Max


memberi tahu.

"Apakah tidak berbahaya? Kurasa aku harus bertanya pada


William soal ini dulu." Ainsley terdengar ragu.

"Tidak perlu, aku sudah berulang kali ke sana dan tidak ada
ular ataupun kalajengking. Itu bukan gua alami, kurasa ada
pekerja yang dulu iseng membuatnya." Max masih mencoba
meyakinkannya.

Ainsley pun melongok ke tempat yang ditunjukkan Max.


Mungkin hanya anak-anak dan kurcaci yang bisa masuk ke
sana. Ainsley merogoh tempat sempit itu dan memastikan
tidak ada yang berbahaya di sana.

"Baiklah, aku akan menunggu kalian di luar sini," kata Ainsley


menyanggupi.

Anna Kanina
867
The Duchess Want a Divorce

Max dan Noah pun masuk ke lubang di bawah pohon itu.


Selama beberapa menit terdengar suara anak-anak bermain.
Lalu seketika berubah hening. Ainsley pucat pasi tatkala dia
sekali lagi mengecek ke dalam dan mendapati lubang itu
telah kosong. Ainsley yang malang pun berteriak panik
memanggil William. Para tuan muda mereka telah
menghilang.

***

Rosiatrich Mansion berusia lebih dari dua ratus tahun. Walau


setiap lima tahun dilakukan renovasi, tetap saja ada banyak
relung rahasia di sana. Di bawah pohon ada bungker rahasia
yang sepintas hanya ruang kecil yang sempit. Namun
sesungguhnya ada pintu yang dapat dibuka di sana dan ada
lorong panjang yang menyambungkan ruangan itu dengan
rumah utama.

Max dan Noah menduga kalau dulunya itu digunakan untuk


jalur melarikan diri. Ketika masa perang, mansion itu sering
diserang dan para bangsawan menggunakannya untuk
bersembunyi.

Noah akhirnya mengetahui apa yang disembunyikan


saudaranya. Bukan lagi kucing atau anjing, tapi seekor anak
rubah. Dia terlihat jinak dan giginya tidak terlalu tajam. Max

Anna Kanina
868
The Duchess Want a Divorce

diam-diam menyembunyikannya di sana dan memberinya


makan potongan roti dan sosis.

Noah dengan gemas menepuk kepalanya dan sedikit


meremasnya.

"Hati-hati, dia masih kecil!" Max memperingatkan.

"Kapan kau mau bilang pada ibu?"

"Sekarang, karena itu aku mengajakmu. Biar dia tidak hanya


marah padaku, tapi juga padamu." Max tertawa yang
disambut jitakan kecil di kepalanya oleh Noah.

"Kalau begitu, sekarang saja. Sudah hampir siang. Hari ini


ayah akan pulang. Ibu pasti akan sibuk sampai malam," kata
Noah.

"Iya, akan kutunjukkan lagi padamu sesuatu yang menarik.


Lorong ini adalah jalan tembus menuju rumah utama."

Dua anak dan seekor anak rubah itu pun menelusuri lorong
yang cukup terang karena memiliki ventilasi. Ada cahaya
matahari yang cukup untuk menerangi kaki mereka.

Noah dan Max pun menemukan sebuah jalan buntu.

Anna Kanina
869
The Duchess Want a Divorce

"Aku pernah ke sini sebelumnya, tapi ibu tidak tahu. Dia pasti
akan terkejut." Max berbisik jahil.

Dua bocah itu berusaha membuka pintu yang menempel


lengket seperti dinding. Mereka menimbulkan suara yang
cukup gaduh seperti suara anjing yang menggali pintu,
berusaha keluar dengan cakarnya.

Ketika Noah dan Max berhasil keluar, wajah Edmund yang


marah adalah hal pertama yang mereka jumpai. Pintu
mereka membuka di salah satu sudut kamar ibunya.

"Ayah?" Seru mereka terkejut.

"Kukira kalian pencuri, ayah hampir memotong jari kalian,"


katanya geram. Dia melipat tangan dan menggelengkan
kepalanya. Baju atasannya sudah terbuka dan hanya
menyisakan celana panjang.

"Noah? Max? Bukankah seharusnya kalian berada di kelas?"

"Ayah? Bukankah seharusnya kau belum tiba? Kenapa kau


tidak berpakaian dan kenapa ibu malah berganti baju tidur
padahal kini siang hari?" Noah yang cerdas mulai beranalisa.

"Aku hanya ingin membuat kejutan untuk ibu." Max merajuk


dan menunjukkan anak rubahnya.

Anna Kanina
870
The Duchess Want a Divorce

"Ya, kami sangat terkejut, Nak. Dari mana kalian datang?"


omel Edmund sarkastik.

"Tunggu dulu, aku tahu situasi ini. Para profesor bilang


seharusnya aku belum mengetahui semua ini karena aku
masih kecil. Tapi aku tahu. Ayah dan ibu sedang berusaha
memberikan kami adik, kan?" Noah menuduh.

Edmund langsung menjitak kepala Noah.

"Ayah baru datang. Hari ini sangat panas, jadi ayah mau
mandi. Ibu kalian sedang sakit, jadi dia mau tidur. Sekarang
mana Ainsley? Mana William?"

Gwen menunjuk ke arah jendela. Sepertinya seisi mansion


panik karena menghilangnya para tuan muda mereka.

"Oke, Max dan Noah, ayah baru datang tapi kalian sudah
membuat ulah. Kalian akan ayah hu-"

"Ayah tidak bisa menghukum kami!" Noah menginterupsi.

"Oh ya? Aku ayah kalian, seorang duke, kalian mau lari ke
mana?" Edmund tertawa merasa menang.

"Karena ayah tidak seharusnya ada di sini. Ayah seharusnya


masih berlayar. Situasi akan berubah canggung kalau aku

Anna Kanina
871
The Duchess Want a Divorce

menjelaskan pada William apa yang kami lihat ketika kami


muncul dari pintu rahasia," kata Noah serius.

Edmund mencubitnya pelan.

"Astaga." Gwen menggeleng dan menutup wajahnya. Lalu


dia tertawa.

"Aku juga akan tutup mulut selamanya. Walaupun aku tidak


paham kenapa ini jadi rahasia, tapi aku ingin ayah setuju aku
memelihara ini." Max menunjukkan si anak rubah.

Edmund tertawa dan sedikit menutup wajahnya.

"Kalian semua sudah belajar cara yang benar menjadi


bangsawan Rosiatrich rupanya. Kalkulatif, mengamati dan
sedikit licik. Baiklah, aku setuju, ini akan menjadi rahasia kecil
kita," kata Edmund lagi.

"Kurasa kalian harus segera kembali ke sana sebelum


William panik dan jatuh pingsan karena hilangnya kalian. Ini
bukan perilaku yang baik, kalian tidak boleh nakal. Kalian
mengerti?" Gwen menasehati.

"Kami tahu, Bu, kami sayang Ibu." Max dan Noah masing-
masing memberikan kecupan ke pipi Gwen.

Anna Kanina
872
The Duchess Want a Divorce

"Kasih ciuman juga untuk ayah kalian," kata Gwen.

"Idih!" Noah dan Max bergidik berbarengan.

"Sesama laki-laki tidak melakukan itu." Edmund juga


menyahut dingin.

"Masa? Padahal ketika mereka berdua masih bayi, kau tidak


lupa memberi mereka ciuman."

"Itu ketika mereka masih kecil dan manis. Sekarang mereka


sudah dewasa."

"Edmund, mereka masih tujuh tahun." Gwen memprotes.

"Baiklah, ayo kemari. Sapa ayah kalian yang baru pulang


setelah dua bulan." Edmund membungkuk untuk menerima
ciuman.

Walau canggung, Max dan Noah mencium pipi ayahnya.


Walau mereka awalnya sedikit cemberut, perlahan mereka
tersenyum karena merasa lucu.

Hari-hari yang damai di Rosiatrich Mansion masih akan


berlangsung lama setelah ini. Kisah duke angkuh dan
menakutkan yang jatuh cinta dengan duchessnya mungkin
tidak terasa spesial. Tapi mereka tidak tahu ada perasaan

Anna Kanina
873
The Duchess Want a Divorce

dan nyawa yang dikorbankan demi bersatunya mereka


berdua. Sang duke tidak akan membiarkan apa pun
mengusik kedamaian keluarganya. Dia kini terus beradaptasi
untuk tetap menjadi duke dan kesatria yang bertanggung
jawab sekaligus suami dan ayah yang baik. Sesuatu yang
dulunya dianggap sulit dilakukan ternyata bisa terjadi berkat
upaya komunikasi dan saling memahami.

====== F.I.N =====

Anna Kanina
874

Anda mungkin juga menyukai