SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan
dan Ilmu pendidkan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH:
JULIANA ABDULLAH
105430012315
i
ii
iii
MOTTO
Orang-orang sukses dan tidak sukses tidak berbeda jauh. Mereka berbeda dalam
(John Maxwell)
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tua ku Bapak Abdullah (ALM) dan
Ibu Samsiah, saudara, keluarga tercinta serta semua sahabat yang senantiasa
iv
ABSTRAK
Juliana Abdullah.2020. Kesadaran hukum masyarakat terhadap pentingnya
kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah di Desa Bentenge Kec. Mallawa Kab.
Maros. Skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.Dibimbing oleh Dr. A. Rahim, SH., M.Hum sebagai pembimbing I dan
Auliah Andika Rukman, SH.,MH sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum
masyarakat terhadap pentingnya pendaftaran hak milik atas tanah di Desa
Bentenge Kec. Mallawa Kab. Maros dan faktor-faktor yang menghambat
masyarakat untuk mendaftarkan hak milik atas tanahnya di Desa Bentenge Kec.
Mallawa Kab. Maros.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif.Untuk mengumpulkan data, penelitian
menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.Teknik analisis data
yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, Verifikasi dan kesimpulan.
v
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah dan patut penulis ucapkan kecuali
Alhamdulillah dan syukur kepada Iilahi Rabbi Yang Maha Rahman dan Maha
nikmat kesehatan, kekuatan dan kemampuan senantiasa tercurah pada diri penulis
Di Desa Bentenge Kec. Mallawa Kab. Maros”. Begitu pula salawat dan taslim
kepada Rasulullah Saw, serta para keluarganya dan sahabat yang sama-sama
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami penulis,
tetapi berkat usaha, doa, bantuan serta motivasi yang diberikan oleh berbagai
pihak, maka hambatan itu dapat teratasi. Olehnya itu penghargaan dan ucapan
1. Kedua orang tua ku bapak Abdullah (ALM) dan ibu Samsiah berserta keluarga
besar yang telah memberikan doa dan dukungan serta motivasi kepada saya.
Muhammadiyah Makassar.
vi
4. Dr. Muhajir, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan
Muhammadiyah Makassar.
yang selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabat terkasih serta
kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga karya sederhana ini membawa suatu
senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak dan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama dari diri pribadi penulis.
Aamiin.
Juliana Abdullah
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Pustaka……................................................................. 7
B. Subjek Penelitian..................................................................... 27
viii
ix
B. Pembahasan ............................................................................ 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 47
B. Saran ............................................................................................ 48
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sumber daya alam yang
dan prasarana lainnya. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat
mendasar, manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap
saat manusia selalu berhubungan dengan tanah. Dapat dikatakan hampir semua
kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu
kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan
menguasainya.
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting di
dalam kehidupan manusia. Tanah merupakan bagian dari bumi, air dan ruang
angkasa yang merupakan bagian dari kekayaan alam yang berlimpah sebagai
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu sudah seharusnya kita
melestarikan, menjaga dan mengelola secara baik tanah tersebut baik untuk
generasi sekarang maupun untuk yang akan datang. Sebagai sumber daya yang
aturan di bidang pertanahan yang dapat diterima bersama sebagai landasan hukum
sedangkan ketersediaan tanah yang sangat terbatas. Karena terbatasnya tanah yang
tersedia dan kebutuhan akan tanah semakin bertambah, dengan sendirinya akan
disebut undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok
Agraria yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang mulai
pengertian:
“sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (2) huruf c Undang-undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan
yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”.
Sedangkan pengertian sertifikat dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan
“sertifikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur
dan buku tanah yang bersangkutan”.
Untuk itu dinyatakan bahwa sebelum dibuktikan yang sebaliknya, data
fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertifikat harus diterima sebagai
data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam sengketa
di pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam
“Dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu
objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya”.
Bagi pemegang hak atas tanah, memiliki sertifikat mempunyai nilai lebih
pentingnya sertifikat tanah ini sehingga setiap pemilik tanah yang sah dianjurkan
Namun demikian dalam kenyataannya tidak jarang masyarakat yang tidak peduli
dengan pendaftaran tanahnya, hal ini diakibatkan karena tingkat ekonomi yang
itu prosesnya lama dan biayanya mahal. Kenyataan yang terjadi adalah pelayanan
yang masih lambat, sulit, dan berbelit-belit. Hal ini membuat masyarakat menjadi
terpenting ada saksi-saksi yang mengetahui batas-batas tanahnya dari tanah yang
dimilikinya itu sudah cukup untuk menguatkan hak atas tanahnya tersebut.
atas diketahui bahwa pendaftaran hak milik atas tanah dan kesadaran hukum
memberikan jaminan kepastian hukum mengenai hak atas tanah bagi semua orang
tanpa membedakan status, yakni dengan memberikan surat tanda bukti yang lazim
disebut dengan sertifikat tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat
terhadap pemegang hak atas tanah. Tujuan pendaftaran tersebut akan tercapai
dengan adanya peran serta dan dukungan pelaksanaan pendaftaran tanah tersebut
B. Rumusan Masalah
pendaftaran hak milik atas tanah di Desa Bentenge Kec. Mallawa Kab.
Maros?
14
hak milik atas tanahnya di Desa Bentenge Kec. Mallawa Kab. Maros?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian
Kab. Maros
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
sertifikat tanah sehingga bisa di jadikan dasar dan acuan untuk penelitian
yang ideal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
15
b. Bagi Pemerintah
c. Bagi Masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
individu adalah dasar atau pokok terpenting dari kesadaran hukum masyarakat.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali.
segala hukum adalah kesadaran hukum. Oleh sebab itu yang disebut hukum
akan kehilangan kekuatan mengikat. Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada
pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu
kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara
hukum dengan onrecht, antara yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya
dilakukan. Kesadaran tentang apa hukum itu berarti kesadaran bahwa hukum itu
yang dianggap sebagai mediator antara hukum dengan perilaku manusia, baik
Soekanto (2002) Kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa
hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari
hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum (recht) dan
tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak
seyogyanya dilakukan.
Marzuki (1995) Pertama-tama bertitik tolak dari pemahaman yang
memandang bahwa kesadaran hukum merupakan bagian alam kesadaran manusia.
Hanya pada manusia yang berada dalam kondisi kesadaran yang sehat serta
adekuat (compos menitis) dapat bertumbuh dan berkembang penghayatan
kesadaran hukum. Kesadaran hukum bukan bagian dari alam ketidaksadaran
manusia, meskipun pertumbuhannya dipengaruhi oleh naluriah hukum
(rectsinstinct) yang menempati wujud bawah peraaan hukum (lagere vorm van
rechtsgevoed).
Ali (2012), kesadaran hukum itu sendiri ada dua macam, yaitu:
kesadaran hukum merupakan sumber dari segala hukum. Jadi, hukum hanyalah
undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan hilang
kekuatan mengikatnya.
18
Kesadaran hukum adalah sumber dari segala hukum. Dengan kata lain
kesadaran hukum tersebut ada pada setiap manusia karena setiap manusia
dengan baik maka kepentingannya akan terlindungi dan apabila terjadi pergesekan
kesadaran hukum bukan hanya harus dimiliki oleh golongan tertentu saja seperti
sarjana hukum, pengacara, polisi, jaksa serta hakim, tetapi pada dasarnya harus
terlindungi.
perilaku tertentu tersebut telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang
berlaku.
20
kesaadaran hukum yang masih rendah, tetapi jika seseorang telah berperilaku
sesuai dengan hukum dalam suatu masyarakat maka dapat dikatakan bahwa ia
memiliki tingkat kesadaran hukum yang tinggi. Kemajuan suatu bangsa dapat
dilihat dari tingkat kesadaran hukum warga negaranya. Semakin tinggi tingkat
akan semakin tidak terkendali, sehingga yang berlaku adalah hukum rimba
1. Pengertian Tanah
Dalam era pembangunan dewasa ini, arti dan fungsi tanah bagi negara
dapat dikatakan bahwa tanah bagi masyarakat Indonesia merupakan salah satu hal
21
kesejahteraan.
Sebutan "tanah" dalam bahasan ini dapat dipahami dengan berbagai arti,
maka penggunaannya perlu diberi batasan agar diketahui dalam arti apa istilah
tersebut digunakan. Dalam hukum tanah sebutan istilah "tanah" dipakai dalam arti
yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh Undang-
bahwa:
"Atas dasar hak menguasai dari Negara ..., ditentukan adanya macam-macam hak
atas permukaan bumi yang disebut tanah yang dapat diberikan dan dipunyai oleh
orang-orang.".
Tanah dalam pengertian yuridis mencakup permukaan bumi sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Hak tanah
Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang
akan bermakna jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan
bumi saja. Untuk keperluan apa pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga
penggunaan sebagai tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang
diamanatkan dalam UUD 1945. Agar bumi, air dan ruang angkasa dapat berfungsi
dengan baik dan tepat, maka pemanfaatannya perlu diatur dengan undang-undang
sampai saat ini masih belum menggunakan hak – hak atas kepemilikan tanah itu
untuk didaftarkan dan diberikan tanda bukti kepemilikannya baik itu berupa Akta
Jual Beli, Akta Hibah, Akta Waris sampai kepada sertifikat disebabkan adanya
baik itu berupa ekonomi maupun berupa teknis administrasi yang dilakukan oleh
2. Pengertian Sertifikat
Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang terdiri dari salinan buku
tanah dan surat ukur, diberi sampul, dijilid menjadi satu yang bentuknya
(BPN). Ada dua jenis sertifikat. Pertama, sertifikat yaitu tanda bukti hak yang
diberikan bagi tanah-tanah yang sudah ada surat ukurnya ataupun tanah- tanah
yang sudah diselenggarakan pengukuran desa demi desa, dan yang kedua,
sertifikat sementara, yaitu tanda bukti hak yang diberikan bagi tanah- tanah yang
belum ada surat ukurnya, artinya tanah-tanah di desa-desa yang belum dihitung
yang kuat, baik subyek maupun obyek hak atas tanahnya dan sertifikat sementara
Setipikat Hak Milik atas tanah merupakan hal yang sangat penting karena
Surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c
UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam
buku tanah yang bersangkutan. Kalau dilihat Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA,
maka sertifikat itu merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
bukti yang kuat.
Sedangkan menurut pasal 32 ayat (1) peraturan pemerintah no 24 tahun
Surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai
data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data
yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah
yang bersangkutan.
Adapun manfaat sertifikat untuk individu/masyarakat antara lain
penguasaan hak atas tanah, dapat dijadikan jaminan bank, menjadikan bukti
bangunan, hak pakai, hak sewa dll, memberi peluang kepada pemerintah untuk
menyewa tanah kepada pihak asing dan atau perusahaan dalam negeri.
Sertifikat bagi masyarakat yang memiliki aset adalah hal yang mutlak
dimiliki, sebab sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, artinya pemegang
hak atas tanah yang namanya tercantum dalam sertifikat harus dianggap sebagai
benar sampai dibuktikan sebaliknya di Pengadilan dengan alat bukti lain. Baik itu
sertifikat dalam hal kepemilikan, tanah, rumah, dan lain sebagainya. Kita
mengenal macam-macam sertifikat hak atas tanah, ada Sertifikat Hak Milik
(SHM), Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), Sertifikat Hak Guna Usaha
(SHGU) ataupun Sertifikat Hak atas Satuan Rumah Susun (SHSRS). Sertifikat
memiliki banyak fungsi bagi pemiliknya. Dari sekian fungsi yang ada, dapat
dikatakan bahwa fungsi utama dari sertifikat adalah sebagai alat bukti yang kuat.
pemegang hak atas tanah bila telah jelas namanya tercantum dalam sertifikat itu.
Selain memiliki fungsi sebagai alat bukti kepemilikan, sertifikat juga memiliki
manfaat untuk masyarakat dan pemerintah. Selain hal tersebut di atas, maka
sehubungan dengan Fungsi Sosial hak atas tanah sebagaimana diatur di dalam
dan juga dihargai sebagai pihak yang mempunyai hak atas tanah.
25
hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah yang berisi data fisik
(keterangan tentang letak, batas, bidang tanah, serta bangunan yang ada di
atasnya) dan data yuridis (keterangan tentang status tanah dan bangunan yang
didaftar, pemegang hak atas tanah dan hak-hak pihak lain serta beban-beban lain
yang berada di atasnya) merupakan tanda bukti yang kuat. Dengan memiliki
sertifikat, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya,
subjek hak dan objek haknya menjadi nyata selain hal tersebut sertifikat
dengan pihak lain, serta memperkuat posisi tawar menawar apabila hak atas tanah
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang
yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah
tersebut. Menurut Achmad Chomzah (2002), Hak atas tanah berbeda dengan hak
penggunaan atas tanah. Dalam hukum agraria di kenal konsep hak atas tanah, di
dalamnya terdapat pembagian antara hak tanah primer dan hak tanah sekunder.
Hak tanah atas primer ialah hak atas tanah yang dapat di miliki atau di
kuasai secara langsung oleh badan hukum ataupun perorangan yang bersifat lama
dan dapat diwariskan, adapun hak tanah yang bersifat primer meliputi : Hak Milik
Atas Tanah (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak
Pakai (HP).
saja, seperti hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, dan hak menyewa
atas tanah pertanian. Dalam hak-hak atas tanah juga diatur mengenai perlindungan
dan kepastian hukum yang dimiliki yang memliliki mekanisme tersendiri yang
disebut dengan RechtKadaster.
Ciri khas dari hak atas tanah adalah seseorang yang mempunyai hak atas
tanah berwenang untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah yang
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai
e. Hak Sewa
f. Hak Membuka Tanah
g. Hak Memungut Hasil Hutan
h. Hak-Hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang
ditetapkan oleh undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomer 5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria disebutkan adanya dua hak yang sebenarnya bukan
merupakan hak atas tanah yaitu hak membuka tanah dan hak memungut hasil
hutan karena hak-hak itu tidak memberi wewenang untuk mempergunakan atau
pengejawantahan (manivestasi) dari hak ulayat. Selain hak-hak atas tanah yang
disebut dalam Pasal 16 dijumpai juga lembaga-lembaga hak atas tanah yang
27
a. Hak Gadai
b. Hak Usaha Bagi hasil
c. Hak Menumpang
d. Hak Sewa Untuk Usaha Pertanian
Hak-hak tersebut bersifat sementara karena pada suatu saat nanti sifatnya
pemerasan oleh golongan ekonomi kuat pada golongan ekonomi lemah (kecuali
hak menumpang). Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan asas-asas hukum tanah
nasional (Pasal 11 ayat (1)). Selain itu hak-hak tersebut juga bertentangan dengan
jiwa dan Pasal 10 yang menyebutkan bahwa tanah pertanian pada dasarnya harus
dikerjakan dan diusahan sendiri secara aktif oleh orang yang mempunyai hak.
Sehingga apabila tanah tersebut digadaikan maka yang akan mengusahakan tanah
tersebut adalah pemegang hak gadai. Hak menumpang dimasukkan dalam hak-
hak atas tanah dengan eksistensi yang bersifat sementara dan akan dihapuskan
bertentangan dengan asas dari hukum agraria Indonesia. Dalam hak menumpang
terdapat hubungan antara pemilik tanah dengan orang lain yang menumpang di
Pokok-Pokok Agraria
28
a. Hak Milik
Pasal 20 ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
“hak milik adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan Pasal 6. Hak
milik dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain.”
bagi setiap orang, bahkan hak tanah dapat berpindah dengan proses
Subyek dari hak milik adalah : Warga Negara Indonesia dan Badan
Hukum tertentu (PP No. 38 tahun 1963) yaitu, badan hukum perbankan
Berakhirnya suatu hak milik atas tanah yaitu dapat dengan cara :
Agraria adalah:
“Hak Guna Usaha diberikan waktu paling lama 25 tahun atau untuk
perusahaan tertentu dapat diberikan Hak Guna Usaha untuk paling lama 35
tahun”.
(Urip Santoso, 2010) Luas tanah Hak Guna Usaha adalah untuk
1996).
subyek dan obyek serta proses yang terjadi dalam pemberian hak tersebut,
“hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lamanya 30 tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun. 45 Selain itu Hak
Guna Bangunan (HGB) dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain”.
tanah musnah dan bukan Warga Negara Indonesia (WNI) lagi (Pasal 30
d. Hak Pakai
“hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasi
langsung oleh Negara atau tanah hak milik orang lain, yang memberikan
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya
oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dengan perjanjian
dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau
perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria”.
dari kata “memungut hasil” dalam Hak Pakai menunjukan pada pengertian
Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas
Tanah yakni :
Sejalan dengan hal tersebut apabila orang atau badan hukum yang
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 39 ayat (1) diatas, maka wajib dalam
satu tahun pemegang hak melepaskan atau mengalihkan hak itu pada pihak
yang lain yang memenuhi syarat, jika tidak dilakukan maka hak tersebut
akan terhapus.
baru, sementara ketentuan yang sudah ada dianggap masih berlaku. Hak-
1) Hak Gadai
3) Hak Menumpang
pakai, tetapi sifatnya sangat lemah karena setiap saat pemilik dapat
B. Kerangka Pikir
. Kesadaran tentang apa hukum itu berarti kesadaran bahwa hukum itu
mengetahui adanya suatu hukum maka kesadaran hukum yang dimiliki masih
rendah. Pengertian dan pemahaman hukum yang berlaku perlu dipertegas secara
mendalam agar masyarakat dapat memiliki suatu pengertian terhadap tujuan dari
pemegang hak atas tanah yang dimiliki. Di samping itu tanah merupakan aset
yang berharga bagi negara, tanah merupakan faktor ekonomi yang penting untuk
negara dan memiliki nilai strategis dari mana pun baik sosial, politik atau kultur,
dalam hal ini PP No. 24 Tahun 1997 telah menyepurnakan UUPA Pasal 19 yang
telah ada.
masyarakat memperoleh hak atas tanah dan juga adanya faktor penghambat
masyarakat memperoleh hak atas tanahnya menjadi hal yang harus diketahui
terlebih dahulu.
sebagai berikut:
35
Tersertipikasinya tanah
masyarakat di Desa Bentenge
Kec.Mallawa Kab.Maros
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
keaslian, tidak bertolak dari teori melainkan dari fakta yang sebagai mana
adanya di lapangan atau dengan kata lain menekankan pada kenyataan yang
Maros. Adapun waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih satu bulan, mulai
B. Subjek Penelitian
dengan istilah informan, yaitu orang yang memeberi informasi tentang data
kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah serta faktor apa yang menghambat
masyarakat untuk mendaftarkan hak milik atas tanahnya. Oleh karena itu,
adapun objek penelitian yaitu masyarakat yang belum memiliki sertifikat hak
37
milik atas tanah di desa Bentenge Kec. Mallawa Kab. Maros dan setiap
terkait dengan masalah yang diteliti serta dapat mewakili warga desa Bentenge
lainnya.
sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
2. Teknik Wawancara
akan dijadikan sampel untuk menggali data. Ada beberapa alasan mengapa
telah mencapai titik jenuh, sudah tidak ada hal baru lagi yang akan
dikembangkan.
3. Teknik Dokumentasi
E. Instrument Penelitian
Adapun isntrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:
a. Pedoman Observasi
b. Pedoman Wawancara
c. Pedoman Dokumentasi
dibaca dan diinterprestasikan. Analisa data dilakukan sejak awal penelitian hingga
39
penelitian ini, maka digunakan teknik analisa kualitatif, yaitu analisis deskriptif
kualitatif. Analisis ini juga dimaksudkan agar kasus-kasus yang terjadi di lokasi
penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat
digambarkan secara lebih terperinci Data yang sudah didapat selanjutnya diedit
ulang dan dilihat kelengkapannya dan diselingi dengan klasifikasi data untuk
Soedjono dan Addurrahman, analisis ini adalah suatu teknik yang digunakan
analisis terhadap makna yang terkandung dalam masalah yang hendak dibahas
agar dapat menjadikan data semakin sistematis dan akurat. Dari kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang saling berkaitan pada saat sebelumnya, selama maupun
1. Reduksi Data
itu berlangsung.
2. Penyajian Data
mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1987 pada waktu itu masih merupakan Desa Persiapan Bentenge, dan nanti
setelah Tahun 1990 Resmi menjadi Desa Defenitif dan terbagi menjadi 3 (tiga)
Dusun.
Sejak tahun 1987 sampai sekarang Desa Bentenge sudah 4 (empat) kali
berbeda-beda yaitu:
Islam, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Bugis dan bahasa
dibidang pertanian, PNS, dan sebahagian lagi menjadi tenaga kerja diluar
dan Dusun Reatoa serta dikelilingi oleh pegunungan, hal ini membuat Desa
Bentenge mempunyai udara yang sejuk dan masih segar. Secara Geografis
Desa Bentenge berada diketinggian kurang lebih 700 Meter dari permukaan
Desa Bentenge juga mempunyai sikap toleransi yang besar terhadap sesama
maupun pendatang, hal ini dapat terlihat dari kegiatan sosial kemasyarakatan
mempunyai luas wilayah kurang lebih 2.523,3 Ha separuh dari itu adalah
hutan alam, kerapatan penduduk (minus lahan hutan) sebesar 4.6 Ha ini berarti
rumah dan ladang pertanian dengan asumsi lahan tersebut terdistribusi dengan
merata, ditambah lagi dengan kondisi tanah yang subur dengan iklim yang
kemiri, kakao, kopi, cengkeh, rambutan, dan berbagai jenis tanaman sayuran,
bahkan desa ini sedang berupaya untuk menjadi desa penghasil kopi terbesar
di Kabupaten Maros.
Sumber daya hutan desa sangat potensial karena kaya dengan hasil
hutan non kayu seperti madu, anggrek, jamur, rotan dan pakis serta gula aren.
Hutan lindung dan cagar alam yang masih terjaga memberikan dampak positif
bagi ketersediaan sumber daya air untuk irigasi dan air minum, masyarakat
desa bentenge juga mengembangkan usaha peternakan kuda dan sapi yang
dimanfaatkan untuk membajak sawah dan alat angkut hasil pertanian seperti
padi dan kacang tanah, selain memanfaatkan daging dan tenaga, ternak sapi
Tabel 4.1
Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah
Laki-Laki 8
Perempuan 24
Jumlah 32
Tabel 4.2
Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah
SD 21
SMP 4
SMA/SMU -
S1 2
Lain-Lain
5
(tidak sekolah)
Jumlah 32
Tabel 4.3
Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah
Petani 28
PNS -
Jumlah 32
berjumlah 2 orang.
dari jawaban informan terkait indikator dari kesadaran hukum yang terdiri dari
46
keseluruhan diteliti sesuai dengan pedoman wawancara yang terdiri dari 7 butir
pertanyaan.
Dari hasil observasi dan dokumentasi yang bersumber dari Kantor Desa
Bentenge dan hasil wawancara dengan informan didapatkan hasil bahwa indikator
Tabel 4.4
Hasil Observasi Di Kantor Desa Bentenge
Pengamatan Variable Jumlah
Jumlah 1.070
Yang Memiliki
127
Jumlah Penduduk Yang Sertifikat
penduduk di Desa Bentenge Kec. Mallawa Kab. Maros adalah 1.070 penduduk
dan jumlah penduduk yang memiliki sertifikat hanya 127 orang, sedangkan yang
belum memiliki sertifikat sebanyak 943 orang. Hal ini menunjukkan kurangnya
47
a. Pengetahuan hukum
berikut:
Tabel 4.5
Hasil Wawancara Sesuai Indikator Pengetahuan Hukum
Pertanyaan Jawaban Jumlah
1. Apakah Bapak/Ibu
dalam pendaftaran
Tidak Paham 4 orang
tanah?
2.Apakah Bapak/Ibu
memahami prosedur
tanah?
informan memberikan jawaban tidak tahu sebanyak 25, yang tidak paham
sangatlah kurang.
b. Sikap Hukum
informan yang merupakan masyarakat Desa Bentenge sesuai dengan data hasil
wawancara berikut:
Tabel 4.6
Hasil Wawancara Sesuai Indikator Sikap Hukum
Pertanyaan Jawaban Jumlah
sertifikat
baik karena semua informan memberikan jawaban positif yakni, mereka setuju
c. Pemahaman Hukum
Tabel 4.7
Hasil Wawancara Sesuai Indikator Pemahaman Hukum
Pertanyaan Jawaban Jumlah
1.Apakah Bapak/Ibu
Paham tujuan
memahami tujuan dari 32 orang
pendaftaran tanah
pendaftaran tanah?
2.Apakah Bapak/Ibu
memahami apabila
tidak memiliki
sertifikat tanah
Tahu tapi kurang peduli 30 orang
merupakan rawan
terjadinya klaim
sepihak, sengketa
memberi jawaban yang kurang positif, yakni mereka tahu bahwa tanpa
50
sertifikat rawan terjadi klaim sepihak tetapi mereka acuh tak acuh. Hal ini
faktor penghambat. Hal ini dapat di ketahui berdasarkan data hasil wawancara
berikut:
Tabel 4.8
Hasil Wawancara Mengenai Faktor Penghambat
Pertanyaan Jawaban Jumlah
yang mau mendaftarkan tanahnya tapi tidak tau caranya 5 informan, ada pula yang
merasa tidak perlu mendaftarkan tanahnya 7 informan dan 6 orang informan yang
51
merasa tidak perlu selama mereka memiliki sasksi yang bisa membuktikan bahwa
salah satu staf yang bertugas di kantor Desa Bentenge. Adapun jawaban SB
pendaftaran tanah, sebab sebagian mengira bahwa yang paling penting untuk di
daftarkan adalah tanah tempat bangunan rumah mereka berdiri jadi mereka
merasa tidak perlu jika harus juga mendaftarkan tanah perkebunan atau sawahnya.
Selain dari hal itu, masyarakat juga terhalang masalah biaya pengurusan”
untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu: “ Banyak yang berfikir biar tidak ada
suratnya tidak ada juga yang akan ganggu itu tanah karena pemberian ataupun
warisan dari orang tuanya dan banyak juga yang tidak membuatkan tanahnya
sertifikat karena faktor ekonomi. Dimana pajaknya itu harus dibayar tiap tahun
dan mereka merasa bahwa itu dapat menambah beban mereka. Terus biasanya
hak miliknya dapat dikategorikan rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
sebanyak 1.070 orang, kurang dari 20% jumlah penduduk yang memiliki
sertifikat hak milik atas tanah, yaitu hanya sebanyak 127 orang dan sebanyak
943 orang belum memiliki sertifikat hak milik atas tanah. Hal ini di sebabkan
karena masyarakat masih sangat kurang dibeberapa aspek, yaitu kurang dalam
perilaku tertentu tersebut telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang
dimaksud di sini adalah hukum tertulis maupun tidak tertulis. Perilaku tersebut
sertifikat tanah, yang dimana diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang
pendaftaran tanah.
baik karena banyak dari mereka yang memberikan jawaban positif mengenai
pemahaman yang benar dari seorang pelajar tentang hakikat dan arti
menghindarkan dari terjadinya sengketa, tapi mereka juga merasa tidak perlu
sangatlah kurang.
a. Faktor Ekonomi
sertifikat hak atas tanah terutama bagi untuk masyarakat yang kekurangan
dalam segi ekonomi. Hal ini dikarenakan dalam proses administrasinya pasti
membutuhkan biaya dan juga pajak yang harus dibayar tiap tahun, sehingga
masyarakat yang lemah dalam segi ekonomi pasti akan berpikir dua kali jika
tahu cara-cara yang diperlukan jika ingin mendaftarkan tanah hak miliknya.
berpikiran jika didesa meskipun tidak memiliki sertpikat tanah tidak menjadi
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di Desa Bentenge Kec. Mallawa Kab. Maros, maka dapat penulis kemukakan
hak milik atas tanah di Desa Bentenge Kec. Mallawa Kab. Maros bisa
hukum, pemahaman hukum dan sikap hukum. Hal ini juga di buktikan
dengan dari 1.070 masyarakat desa Bentenge, hanya 127 yang memiliki
tanahnya.
mensertipikasi tanahnya.
B. Saran
masyarakat juga harus berhati-hati karena ada juga oknum yang suka
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali. 2012. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori
Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-
Undang (Legisprudence). Jakarta: Kencana. Cet 4.
Achmad Ali dan Wiwie Heryani. 2012. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap
Hukum. Jakarta: Kencana.
Herman Hermit, 2004. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah
Negara, dan Tanah Pemda, Jakarta: CV. Mandar Maju
Kartini Muljandi dan Gunawan Widjaja, 2007. Hak-hak atas Tanah, Jakarta:
Kencana
Sutedi, Adrian, 2006. Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta:
Sinar Grafika
Urip Santoso, 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Jakarta:
Kencana
60
Asas Fungsi Social Hak Atas Tanah Pada Negara Hukum (Suatu Tinjauan
Dari Teori, Yuridis Dan Penerapan Di Indonesia), Jurnal FKIP,
Volume 5 Nomor 2, Agustus 2016. ISSN : 2355-4665 , Triana
Rejekiningsih
Peran Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Jual Beli
Tanah, jurnal UNNES Volume 5 Nomor 2, Juli 2010. ISSN : 1907-
8919, Iga Gangga Santi Dewi
PEDOMAN WAWANCARA
pendaftaran tanah?
sertifikat tanah?
sebagainya?
tanah?
pendaftaran tanah?
- Jawaban SM, US, AM, DL, MK, AS, KR, FR, MT, NS, MR, WL, NR,
IR, AN, JY, SH, MN, HW, TL, AT, SM, TM, PR : “Tidak tahu”
desa”
- Jawaban SS : “Tidak terlalu paham karena yang masalah seperti itu ada
- Jawaban MI : “Tidak tahu karena kalau yang seperti itu tinggal minta
- Jawaban AM, DL, MK, AS, KR, FR, MT, NS, MR, SE, NE, IR, AN,
dikantor desa”
- Jawaban SS : “Tidak tahu itu saja kalau kita bikin surat tanah berarti
- Jawaban MI : “Tidak tahu karena kalau yang seperti itu tinggal minta
sertifikat tanah?
- Jawaban PB : “Kalau ada sertipikat lebih bagus lagi karena ada bukti
tanah”
juga”
kita ada bukti kalau itu tanah memang kita yang punya”
kalau itu tanah memang punya kita supaya tidak ada yang bisa ambil”
- Jawaban SH : “Kalau ada bagus tapi kalau orang disini juga tau kalau
selama dia tau batas tanahnya tidak ada yang mau ambil apalagi ada
saksinya”
- Jawaban MI : “Memang harus ada tapi susah kalau mau bikin tapi
- Jawaban PB : “Didaftar itu tanah jadi ada bukti kita yang punya itu
tanah”
- Jawaban SR : “Supaya jadi bukti kalau itu tanah sudah kita daftar
punya kita”
- Jawaban SS : “Supaya kita ada bukti kalau itu tanah memang kita
- Jawaban SE : “Memang bagus supaya kita ada buktinya kalau itu tanah
surat-suratnya”
- TMSebagai bukti”
- Jawaban MI : “Didaftar supaya itu nanti yng jadi bukti surat tanahnya”
sebagainya?
begitu orang-orangnya”
terjadi”
selesaikan”
batas tanahnya”
- Jawaban PB : “Iya bisa terjadi itu tapi masyarakat disini semua tau
- Jawaban MK : “Kalau itu tidak mungkin terjadi karena itu tanah dikasi
bisa diselesaikan”
saksinya”
masalah”
- Jawaban SS : “Pasti terjadi sengketa kalau tidak ada bukti tanah tapi
- Jawaban IR : “Orang juga tau kalau itu tanah tanah orang karena ada
itu”
dengan jelas”
itu”
tanah?
tanahnya”
- Jawaban MR : “Tidak perlu karena siapa yang mau ambil tanah orang”
69
masalah”
dan lama”
- Jawaban HW : “Yang penting orang lain sudah tau itu tanah punya
saya”
- Jawaban TL : “Biar tidak ada bukti surat-surat yang penting ada saksi”
- Jawaban SM : “Kalau ada saksi bahwa itu tanah punya saya tidak
14. Dimanakah lokasi tanah Bapak/Ibu yang belum dibuatkan sertipikat tanah?
- Jawaban SM : “Lappake”
- Jawaban US : “Lompojennae”
- Jawaban DL : “Dia’balangnge”
- Jawaban MK : “Diattang”
- Jawaban AS : “Kariango”
- Jawaban MR : “Lappake”
- Jawaban SS : “Kunraniang”
- Jawaban SE : “Diattang”
- Jawaban NR : “Tiheroe”
- Jawaban AN : “Dilappake”
71
- Jawaban MN : “Diaddeangnge”
- Jawaban HW : “Disamaenre”
- Jawaban TL : “Dilappake”
- Jawaban AT : “Diattang”
- Jawaban SM : “Dilacipue”
PEDOMAN OBSERVASI
Jumlah 1.070
SD 21
SMP 4
Pendidikan SMA/SMU -
S1 -
LAIN-LAIN 5
Pekerjaan PETANI 28
75
PNS -
WIRASWASTA 2
LAIN-LAIN -
76
PEDOMAN DOKUMENTASI
Responden Penelitian
1. Samsuddin
2. Usman
77
3. Ambo
4. Dellung
5. P. Bahar
78
12. Mantasia
8. Farida
16. Nurbiah
20. Ira
17. Anti
21. Hj. Jaya
80
81
82
RIWAYAT HIDUP
Negeri 12 Mallawa pada tahun 2012 dan kemudian tamat SMA Negeri 7 Mallawa
pada tahun 2015. Pada tahun yang (2015), penulis melanjutkan pendidikan S1