1. Identifikasi Penggolongan Tindak Pidana Militer dalam Buku II, KUHPM!
a. Tindak Pidana Militer Murni
Tindak pidana militer murni merupakan suatu tindak pidana yang hanya dilakukan oleh seorang militer, karena sifatnya yang khusus militer. Adapun contoh dari tindak pidana militer murni ini diatur dalam Pasal 73 KUHPM yang berbunyi: “Diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau sementara maksimum dua puluh tahun militer yang dalam waktu perang dengan sengaja menyerahkan kepada musuh atau membuat atau membiarkan berpindah ke dalam kekuasaan musuh, suatu tempat atau pos yang diperkuat atau diduduki yang berada dibawah perintahnya, ataupun Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), Angkatan Udara (AU) atau suatu bagian daripadanya tanpa melakukan segala sesuatu untuk itu sebagaimana yang dipersyaratkan atau dituntut oleh kewajiban dari dia dalam keadaan itu” Selain itu pula terdapat Tindak Pidana Penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP yaitu: 1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang ebrsalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. 5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. b. Tindak Pidana Militer Campuran Tindak pidana militer campuran merupakan suatu perbuatan yang terlarang dan sudah memiliki peraturan, hanya saja peraturan tersebut berada pada peraturan perundang-undangan yang lain. Dalam tindak pidana militer campuran ini, ancaman hukumannya terasa terlalu ringan apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh seorang militer. Maka dari itu, perbuatan yang telah diatur oleh perundang-undangan lain yang jenisnya sama, diatur kembali di dalam KUHPM yang disertai dengan ancaman hukuman yang lebih berat, serta disesuaikan dengan ciri khas militer. Adapun contoh dari tindak pidana militer campuran yaitu pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang militer pada saat perang. Apabila pemerkosaan dilakukan pada keadaan damai, maka pemerkosaan dikenakan ancaman hukum yang berlaku di dalam KUHP. Tetapi, apabila pemerkosaan dilakukan pada saat perang, maka akan dikenakan ketentuan-ketentuan dalam KUHPM. Meskipun di dalam Pasal 52 KUHP tentang Pemberatan Ancaman Pidana, ancaman pidana yang diatur di dalam KUHP tersebut masih dirasakan belum memenuhi standar rasa keadilan. Maka dari itu, perlu adanya aturan secara khusus yang berada di dalam KUHPM. Hal tersebut dikarenakan mengatur hal-hal yang bersifat khusus, maka hukum pidana militer juga disebut hukum pidana khusus.