nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto
dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau
yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Meliala & Suryamiharja, 2007).
Menurut Potter & Perry (2006), nyeri merupakan pengalaman pribadi yang
diperlihatkan dengan cara berbeda pada setiap individu. Setiap individu memiliki pengalaman
nyeri dengan skala tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan dipersepsikan individu berdasarkan
pengalamannya. Nyeri menjadi alasan paling umum seseorang mencari perawatan kesehatan
karena merasakan terganggu dan menyulitkan mereka. Nyeri secara serius jika tidak
kondisi tersebut akan merusak kemampuan individu untuk melakukan aktifitas perawatan
diri, menyebabkan isolasi sosial, depresi serta perubahan konsep diri. Menurut Smeltzer &
Bare (2002), Secara umum nyeri di kategorikan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Menurut International Association for the Studi of Pain (2010), penyebab nyeri pada
anak tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker, tetapi juga cidera,
operasi, luka bakar, infeksi, dan efek kekerasan. Anak-anak juga mengalami nyeri dari
banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh dokter dan perawat untuk
Hingga saat ini nyeri tercatat sebagai keluhan yang paling banyak membawa pasien keluar
masuk untuk berobat ke Rumah Sakit, diperkirakan prevalensi nyeri kronis adalah 20% dari
populasi dunia, di Eropa tercatat jumlah pasien nyeri sebanyak 55% (JMJ, 2014). Murphy dalam
Lumunon, Sengkey & Angliadi (2015), melaporkan prevalensi nyeri akut di inggris mencapai
42% dengan angka kejadian pada pria sebanyak 17% dan wanita sebanyak 25%. Sembilan dari 10
orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih dilaporkan menderita nyeri minimal sekali dalam satu
bulan dan sebanyak 42% merasakannya setiap hari (Latief dalam Sinardja, 2013).
Respon fisik terhadap nyeri ditandai dengan perubahan keadaan umum, suhu tubuh,
wajah, denyut nadi, sikap tubuh, pernafasan, kolaps kardiovaskuler, dan syok. Nyeri yang
tidak diatasi akan memperlambat masa penyembuhan atau perawatan, menimbulkan stres,
dan ketegangan yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis sehingga memerlukan upaya
Pada pasien dengan fraktur biasanya akan terjadi gangguan rasa aman nyaman.
Gangguan rasa aman nyaman yang sering terjadi yaitu nyeri, dimana nyeri yang ditimbulkan
dapat berupa nyeri akut maupun nyeri kronis yang diakibatkan oleh agen cidera fisik. Fraktur
atau patah tulang merupakan suatu keadaan dimana struktur tulang mengalami pemutusan secara
sebagian atau keseluruhan (Appley, 2005). Salah satu penyebab fraktur adalah adanya tekanan
atau hantaman yang sangat keras dan diterima secara langsung oleh tulang. Tekanan tersebut
disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. Jika kulit diatasnya masih utuh disebut
fraktur tertutup, sedangkan jika salah satu dari rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka
(Appley, 2005).
Tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas setara dengan meningkatnya angka kejadian
fraktur. Data yang dikeluarkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menyebutkan bahwa
setiap tahun sekitar 1,3 juta orang atau setiap hari sekitar 3.000 orang meninggal dunia akibat
kecelakaan, 90% terjadi di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang juga memiliki permasalahan dengan tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas
khususnya kecelakaan sepeda motor sebesar 52.2% (Polisi Masyarakat Indonesia, 2014).
Mengingat masih banyaknya kasus fraktur yang ditemui di lapangan dengan menunjukan
bahwa pasien mengalami nyeri, cidera fisik, dan kerusakan integritas kulit harus diberi
pertolongan dengan segera, dengan memberikan kebutuhan dasar yaitu manajemen nyeri.
Manajemen nyeri yang efektif dapat mengurangi keluhan yang dirasakan oleh pasien maka
dari itu penulis tertarik untuk untuk menulis tugas akhir tentang fraktur yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Oksigenasi Pada Sdr. S dengan Chronic Kidney Diseases