Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA

PUTRI DI SMP UNGGULAN AISYAH BANTUL


Rafi Achmad Rukhama
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55184

Email: rairukhama@outlook.co.id / rafirukhama123@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang : Pada masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan, baik
secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang mengandung zat-
zat gizi menjadi cukup besar mendukung proses tumbuh kembangnya. Kondisi itu
membuat remaja memerlukan kecukupan gizi yang baik untuk memnuhi proses
pertumbuhan dan perkembangan. Tingkat kecukupan zat gizi dapat dilihat dari rata-rata
asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi orang sehat dalam
kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu. Ketidakseimbangan tingkat
kecukupan zat gizi dapat menimbulkan masalah gizi, baik masalah gizi kurang maupun
gizi lebih. Kecukupan gizi yang dianalisa kecukupan energy, protein, dan lemak.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat


kecukupan gizi pada remaja putrid di SMP Unggulan Aisyiyah Bantul.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian
kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Partisipan dalam penelitian berjumalah 65
orang yang terdiri dari siswi SMP Unggulan Aisyiyah yang ditentukan dengan metode
total sampling atau pengambilan sampel secara keseluruhan.

Hasil : Rata-rata responden penelitian memiliki tingkat kecukupan gizi (energy, lemak,
dan protein) normal.

Kesimpulan : Rata-rata tingkat kecukupan gizi siswi normal

Kata Kunci : Tingkat Kecukupan Gizi, Angka Kecukupan Gizi

Pendahuluan kecukupan gizi suatu kelompok atau


perorang. AKG adalah angka
Penetapan standar makanan untuk kecukupan zat gizi harian menurut
melihat pemeliharaan kesehatan telah golongan umur, jenis kelamin ukuran
mengalami banyak perkembangan tubuh dan aktivitas untuk mencegah
karena telah majunya pemahaman kekurangan ataupun kelebihan gizi
peran gizi dalam kesehatan. Sudah (Kartono 2017). Hasil Riskedas 2013
banyak negara yang telah memiliki menunjukkan 40,6% penduduk
angka kecukupan gizi (AKG) yang mengkonsumsi makanan dibawah
dianjurkan sebagai dasar rekomendasi kebutuhan minimal AKG yang
nasional dalam menilai tingkat dianjurkan, menurut kelompok umur
24,4% pada balita, dan 41% pada anak Karena perilaku gizi yang tidak
usia sekolah. baik itu remaja rawan mengalami
masalah kesehatan yang disebabkan
Peranan zat gizi yang begitu oleh ketidak cukupan tingkat gizi pada
penting bagi tubuh pada dasarnya dirinya. Prevalensi masalah kesehatan
tidak begitu diperhatikan dengan pada remaja yang disebabkan oleh
serius oleh masyarakat, terutama pada ketidak seimbangan gizi cukup besar,
remaja. Masa remaja merupakan masa 11,1% (3,3% sangat kurus dan 7.8%
pertumbuhan dan perkembangan, baik kurus), 10,8% gemuk dan obesitas
secara fisik, mental, dan aktivitas (riskesda, 2013). Salah satu zat gizi
sehingga, kebutuhan makanan yang yang penting bagi remaja putri adalah
mengandung zat-zat gizi menjadi zat besi, kebutuhan zat besi pada
cukup besar. Remaja putri banyak remaja meningkat dihubungkan
mengalami defisiensi gizi dalam pola dengan laju pertumbuhan, khusus pada
konsumsi makanan sehari-hari, pada remaja putri yang mengalami
umumnya remaja putri mengalami menstruasi. Menstruasi membuat
kekurangan zat besi, kalsium, vitamin remaja putri kehilangan Fe rata-rata 20
A, seng, iodium, vitamin B6, vitamin mg/bulan (Ristyaning dan Susane,
D, dan magnesium (Sumanto, 2009). 2016). Kurangnya zat gizi lain, seperti
Arini menjelaskan (2015), gizi yang protein dan berbagai macam vitamin
cukup sangat dibutuhkan remaja juga dapat menghambat pembentukan
sampai usia lanjut, di Indonesia hemoglobin dalam tubuh sedangkan
terdapat 4 maslah gizi remaja yang hemoglobin berperan penting dalam
utama yaitu Kurang Energi Protein proses transportasi oxygen dan zat gizi
(KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), dalam tubuhsehingga tubuh gagal
Kurang Vitamin A (KVA), dan memenuhi kebutuhan gizinya
Gangguan Akibat Kekurangan (Pramono, 2014).
Yodium (GAKI).
Metode
Perilaku gizi yang salah pada
Penelitian ini menggunakan
remaja putri berkaitan dengan
metode kuantitatif dengan dengan
keinginan mengontrol berat badan
analisa penelitian deskriptif. Partisipan
secara berlebihan, ketidakpuasan
dalam penelitian ini berjumalah 65
dengan betuk tubuh (Sutyawan,
orang yang terdiri siswi putri yang
2013).Faktor yang mempengaruhi
dilakukan dengan menggunakan
asupan gizi pada remajasaat ini ialah
teknik total sampling. Pengambilan
lingkungan, seperti teman dan media
data dilakukan dengan kuesioner food
dalam memilih makanan cenderung
recall 24 jam yang dilakukan selama 3
memilih makanan yang mengikuti
kali dalam 1 minggu.
perkembangan atau mengikuti tren.
Ditambah kebiasaan makan yang
salah seperti tidak menyukai atau
memiliki pantangan terhadap suatu
jenis makanan tertentu,
mengkonsumsi fast fooddan junk food,
dan jarang sarapan (Savitri,
Fatmawati, & Erwin, 2015).
Hasil Penelitian Pembahasan
A. Gambaran Tingkat Kecukupan 1. Tingkat Tingkat Kecukupan
Gizi Gizi
Tabel 1 Distibusi Tingkat Kecukupan Gizi Energi Anak Anak usia sekolah memerlukan
Remaja Putri SMP Unggulan Aisyiyah Bantul zat gizi setiap hari, yang diperoleh dari
AKG Defisit Defisit Defisit Nor Berle
Tingkat Tingkat Tingkat mal bih
berbagai macam makanan dan minuman
Berat Sedang Ringan yang digunakan sebaga sumber energi,
Energi 2 (4%) 7 (13%) 2 (4%) 32 11 pertumbuhan, mengganti sel-sel yang
(59 (20%) rusak, dan untuk menjaga kesehatan. Pada
%) dasarnya terdapat 6 macam zat gizi yaitu
Sumber : Data Primer 2018
karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
Tabel 2 Distibusi Tingkat Kecukupan Gizi Protei mineral, dan air. Kecukupan zat gizi anak
Remaja Putri SMP Unggulan Aisyiyah Bantul sekolah usia 12-15 tahun relatif lebih
AKG Defisit Defisit Defisit Nor Berle besar daripada anak sekolah usia 7-12
Tingkat Tingkat Tingkat mal bih tahun, karena pertumbuhannya relative
Berat Sedang Ringan
Protein - - 4 (7%) 45 6 cepat, terutama penambahan tinggi badan.
(82 (11%) Selain usia, jenis kelamin juga
%) mempengaruhi kecukupan zat gizi.
Sumber : Data Primer 2018 Adanya perbedaan pertumbuhan antar
jenis kelamin mulai usia10 tahun sehingga
Tabel 3 Distibusi Tingkat Kecukupan Gizi Lemak
Remaja Putri SMP Unggulan Aisyiyah Bantul kecukupan gizi anak laki-laki berbeda
AKG Defisit Defisit Defisit Nor Berle dengan anak perempuan (POM RI, 2013).
Tingkat Tingkat Tingkat mal bih
Berat Sedang Ringan Pemerintah telah menetapkan
Lemak - 4 (7%) 6 (11%) 38 7
(69 (13%)
kecukupan gizi tersebut dalam bentuk
%) angka kecukupan gizi (AKG) sebagai
Sumber : Data Primer 2018 istilah lain dari Recommended Dietary
Allowances (RDA) (Kartono, 2012). AKG
Table diatas menunjukan gambaran adalah angka kecukupan zat gizi setiap
dari kecukupan gizi (energy, protein dan hari menurut golongan umur, jenis
lemak) remaja putri SMP Unggulan kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas fisik
Aisyiyah Bantul dari 55 responden untuk mencegah terjadinya kekurangan
penelitian yang terbagi dalam 5 kategori ataupun kelebihan gizi (InfoDatin RI,
yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat 2016).Angka kecukupan gizi (AKG) dapat
sedang, defisit tingkat ringan, normal dan digambarkan berdasarkan kecukupan
berlebih. Kategori AKG energidefisit energy, protein dan lemak (Depkes,
tingkat berat 2 (4%), defisit tingkat sedang 2013).
7 (13%), defisit tingkat ringan 2 (4%),
Normal 32 (59%), dan berlebih 11 (20%). a. Tingkat Kecukupan Energi
Kategori AKG protein defisit tingkat berat
0 (0%), defisit tingkat sedang 0 (0%), Manusia dalam menjalani
defisit tingkat ringan 4 (7%), Normal 45 kehidupan sehari-hari pasti akan
(82%), dan berlebih 6 (11%). Kategori melakukan aktivitas, dan dalam
AKG lemak defisit tingkat berat 0 (0%), melakukan aktivitas setiap orang
defisit tingkat sedang 4 (7%), defisit memerlukan energi. Energi yang kita
tingkat ringan 6 (11%), Normal38 (69%), peroleh berasal dari makanan yang
dan berlebih 7 (13%). kita makan yang diolah tubuh
menjadi energi. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar Kementerian Bantul memiliki rata-rata kecukupan
Kesehatan Indonesia (2013), remaja konsumsi protein normal sebanyak
putri dianjurkan memenuhi 82% (45 siswi) dengan rata-rata
kebutuhan energi 2100 kkal/hari. kecukupan konsumsi protein perhari
Tingkat kecukupan gizi ini 76,2 gram. Penelitian ini sama
diperlukan remaja putrid dalam dengan penelitian Aningsih (2013),
menjalani aktivitas, terlebih lagi sebanyak 84,2% (48) responden
siswi di SMP Unggulan Aisyiyah memenuhi angka kecukupan gizi
menjalani aktivitas penuh disekolah protein normal. Penelitian ini berbeda
dengan program fullday school. dengan penelitian Sondari (2013),
sebanyak 59,6% (62) responden
Tabel 1 menunjukan distribusi mengalami defisit protein tingkat
angka kecukupan energi pada remaja berat.
putri di SMP Unggulan Aisyiyah
Bantul yang sebagian besar siswi c. TingkatKecukupan Lemak
SMP Unggulan Aisyiyah Bantul
memiliki rata-rata kecukupan energi Lemak menghasilkan energi
normal sebanyak 59% (32 siswi) tertinggi karena setiap 1 gram asupan
dengaan rata-rata kecukupan energi lemak akan menghasilkan 9 kkal
perhari 2587,2 kkal. Hasil penelitian energi. Pada umumnya lemak
ini sama dengan penelitian Aningsih merupakan trigliserida yang terdiri
(2013), 63,8% (30) siswa memenuhi dari gliserol dan asam-asam
angka kecukupan energi secara lemak.Asam lemak dikelompokkan
normal. Sedangkan hasil penelitian menjadi asam lemak jenuh (asam
ini berbanding terbalik dengan palmitat dan asam stearat), dan asam
penelitian Sondari (2013), sebanyak lemak tidak jenuh (omega-3
47,1% responden mengalami defisit (misalnya asam linolenat, asam
tingkat berat. dokosaheksaenoat/DHA) dan omega-
6 (asam linoleat, asam
b. Tingkat Kecukupan Protein arakidonat/ARA). Asam lemak tidak
jenuh sangat dibutuhkan anak-anak
Protein adalah suatu substansi terutama untuk proses pertumbuhan,
kimia dalam makanan yang terbentuk termasuk pada perkembangan otak
dari serangkaian atau rantai-rantai (POM RI, 2013).
asam amino. Protein dalam makanan
di dalam tubuh akan berubah menjadi Tabel 3 menunjukan distribusi
asam amino yang sangat berguna angka kecukupan protein pada remaja
bagi tubuh yaitu untuk membangun putri di SMP Unggulan Aisyiyah
dan memelihara sel, seperti sel otot, Bantul yang sebagian besar siswi
tulang, enzim, dan sel darah merah SMP Unggulan Aisyiyah Bantul
(Fatmah 2010).Berdasarkan Riset memiliki rata-rata kecukupan
Kesehatan Dasar Kementerian konsumsi protein normal sebanyak
Kesehatan Indonesia (2013), remaja 69% (38 siswi) dengan rata-rata
putri dianjurkan memenuhi kecukupan konsumsi lemak perhari
kebutuhan protein 69 g/hari. 84,7 gram dengan rekomendasi AKG
71 gram/hari.Penelitian ini sama
Tabel 2 menunjukan distribusi dengan penelitian Loliana (2015),
angka kecukupan protein pada sebanyak 54,2% (25) responden
remaja putri di SMP Unggulan memenuhi angka kecukupan gizi
Aisyiyah Bantul yang sebagian besar protein normal. Penelitian ini berbeda
siswi SMP Unggulan Aisyiyah dengan penelitian Irdiana (2017),
sebanyak 66,3% (53) responden mereka.Lena Hamstrong menemukan
mengkonsumsi lemak tidak sesuai bahwa di Eropa sekitar 34% remaja
rekomendasi normal 71 gram/hari. melewatkan sarapan di pagi hari. Dan
Hasil temuan pada siswi SMP kebiasaan sarapan pada remaja
Unggulan Aisyiyahbantul saat dilakukan dipengaruhi oleh kebiasaan orang tua
wawancara oleh peneliti, mereka mengaku mereka.Cara S. DeJong menemukan
terkadang melewatkan jam makan seperti bahwa faktor lingkungan dan kebiasaan
jam makan pagi dan jam makan siang kognitif berhubungan dengan kebiasaan
walapun pihak sekolah telah menyediakan sarapan pada remaja.Michael J
makan siang untuk setiap muridnya. menemukan bahwa remaja yang memiliki
Selain itu beberapa siswi mengaku bahwa kebiasaan sarapan memiliki kecendrungan
ia terkadang memilih makanan yang ia untuk tidak mengalami obesitas.
suka saja untuk dimakan dan lebih banyak
Hasil recall makanan yang dilakukan
mengkonsumsi makanan ringan.Hal ini
peneliti menunjukan bahwa sebagian
dapat mempengaruhi tingkat kecukupan
siswi mengkonsumsi makanan yang tidak
gizi yang dibutuhkan oleh para
berfariatif untuk dirinya, sehingga mereka
siswi.Seperti yang di jelakan oleh Irdiana
hanyak mendapatkan zat gizi yang sama
dalam buku Gizi Seimbang Daur
sehingga dapat menyebabkan
Kehidupan (2011) bahwa kebiasaan dan
keberlebihan suatu zat gizi tertentu saja
pola makan remaja menjadi hal yang
dan dapat menyebabkan kekurangan zat
paling mempengaruhi tingkat kecukupan
gizi lainnya. Hal tersebut menunjukkan
gizi pada remaja, seperti melewatkan
bahawa beberapa siswi kurang
waktu makan atau cenderung memilih
mengetahui makanan apa yang baik untuk
makanan yang disukai saja.Remaja yang
dikonsumsi. Faktoryang mempengaruhi
sering melewatkan makan sering
tingkat kecukupan gizi pada remaja adalah
mengalami ketidak seimbangan beberapa
tingkat pengetahuan gizi seimbang pada
jenis zat gizi. Faktor tersebut juga sama
remaja tersebut, remaja yang memiliki
disampaikan oleh Sutyawan (2013),
pengetahuan baik cenderung memiliki
bahwa hal yang pengaruhi ketidak
kecukupan gizi yang baik begitu pula
seimbanganangka kecukupan gizi pada
sebaliknya (Irdiana, 2011).
siswi bisa berupa kebiasaan makan
dengan pola makan yang tidak baik Wiqoyatussakinah (2016) menjelaskan
seperti melewatkan salah satu atau lebih bahwa informasi tentang gizi seimbang
jam makan, pengetahuan gizi seimbang mempengaruhi seseorang dalam memilih
juga mempengaruhi seseorang dalam makanan yang baik untuknya.Faktor yang
memilih makan yang bergizi sehingga jika mempengaruhi asupan gizi pada
pengetahuannya tidak baik dapat remajasaat ini ialah lingkungan, seperti
menyebabkan konsumsi makan yang teman dan media dalam memilih makanan
dimakan kurang baik juga. cenderung memilih makanan yang
mengikuti perkembangan atau mengikuti
Penelitian yang dilakukan oleh Jeong
tren. Ditambah kebiasaan makan yang
A. Kim di Korea (2001) menemukan
salah seperti tidak menyukai atau
bahwa pola makan pada remaja
memiliki pantangan terhadap suatu jenis
mempengaruhi kecukupan gizi
makanan tertentu, mengkonsumsi fast
food dan junk food, dan jarang sarapan Kesimpulan
perilaku tersebut membuat zat gizi yang
diperlukan pada dirinya tidak Berdasarkan hasil penelitian dan
seimbang(Savitri, 2015). pembahasan mengenai gambaran angka
kecukupan gizi remaja putri SMP
Selain itu Ernawati (2006) Unggulan Aisyiyah Bantul dapat
menjelaskan bahwa status ekonomi disimpulkan sebagai berikut:
seseorang menjadi salah satu faktor yang 1. Sebagian besar angka kecukupan gizi
remaja putri termasuk kategori normal
mempengaruhi tingkat kecukupan gizi
sebanyak; energi 32 (54%), protein 45
pada diri seseorang atau pada suatu (82%), dan lemak 38 (69%).
keluarga status ekonomi yang cukup 2. Sebanyak 2 (4%) siswi mengalami
bahkan status ekonomi yang tinggi deficit tingkat berat energi, 7(13%)
dihubungkan kualitas bahan makanan siswi mengalami defisit tingkat ringan
yang baik yang mampu dibeli oleh suatu energy, 11(20%) berlebihan energy.
keluarga atau individu.Selain itu remaja 3. Sebanyak 4 (7%) siswi mengalami
deficit tingkat ringan protein, 6 (11%)
saat ini lebih suka mengkonsumsi snack
siswi mengalami berlih protein.
daripada makan berat dengan alasan lebih 4. Sebanyak 4 (7%) siswi mengalami
praktis dan juga membuat kenyang defisit tingkat sedang lemak, 6 (11%)
padahal kandungan zat gizi pada snack siswi defisit tingkat ringan protein, dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi 7(13%) siswi berlebih lemak.
seseorang (Deni, 2009). 5.
Saran
Tubuh yang langsing sering menjadi
idaman bagi para remaja terutama wanita 1. Bagi Institusi Pendidikan
remaja.Hal itu sering menjadi penyebab Hasil penelitian ini dapat
masalah, karena untuk memelihara digunakan sebagai acuan teori
kelangsingan tubuh mereka menerapkan pembelajaran bagi mahasiswa
pengaturan pembatasan makanan secara tentang gambaran tingkat kecukupan
gizi remaja putri.
keliru.Sehingga kebutuhan gizi mereka
2. Bagi Sekolah
tak terpenuhi.Hanya makan sekali sehari Pihak sekolah dapat memberikan
atau makan makanan seadanya, tidak penyuluhan tentang kecukupan gizi
makan nasi merupakan penerapan prinsip yang baik bagi remaja
pemeliharaan gizi yang keliru dan 3. Bagi Kegiatan Penelitian Selanjutnya
mendorong terjadinya gangguan gizi a. Penelitian selanjutnya dapat
(Jafar, 2012).Selain itu Kementerian menjadikan penelitian ini
sebagai referensi untuk
Kesehatan RI (2014), menjelaskan
membantu penelitian sejenis
penyakit infeksi merupakan salah satu terkait tingkat kecukupan gizi
faktor penting yang mempengaruhi status pada remaja putri.
gizi seseorang secara langsung, terutama b. Penelitian selanjutnya
anak-anak. Seseorang yang menderita diharapkan dapat meneliti
penyakit infeksi akan mengalami sector zat gizi lain yang lebih
penurunan nafsu makan sehingga jumlah banyak.
dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh Referensi
berkurang.
Achadi, E. L. (2011). Gizi dan Kesehatan anDengan Kadar Hemoglobin
Masyarakat. Jakart: PT Raja PadaRemajaPutri
GrafIndo Persada. (StudiPenelitian di SMP Negeri
13 Semarang). Diponegoro
Arini, K. N. (2015). Pengetahuan Remaja University.
Putri Tentang Pola Makan dengan
Kadar Hemoglobin. Jurnal Genta Fitriani, K. (2014). Hubungan Asupan
Kebidanan, Volume 5, Nomor 1., Makan dengan Kejadian anemia
21-23. dan nilai Praktik pada Siswi Kelas
XI Boga SMKN 1 Buduran
Aningsih, F., Prasetyo, W. H., & Sidoarjo. e-journal boga Volume
Setiawati, D. (2013). Hubungan 03 Nomor 1, 46-53.
Tingkat Pengetahuan dan Tingkat
KOnsumsi Energi,Protein dengan Gibson, R. S. (2005). Priciples of
Status Gizi SMP N 3 Jorong Nutritional Assesment 2nd
Kabupaten Tanah Laut. Jurkessia, edition. USA: Oxford University
Vol. IV, No. 1 , 20-25. Press.

Badan POM Kemenkes RI (2013). Michael J. Merten PhD, Amanda


Pedoman Pangan Jajanan Anak L. Williams, Lenka H. Shriver
Sekolah untuk Pencapaian Gizi (2009). Breakfast Consumption in
Seimbang. Jakarta: Badan POM Adolescence and Young
RI. Adulthood: Parental Presence,
Community Context, and Obesity.
Basalamah, M. F., Pateda, V., & Journal of the American Dietetic
Rampenga, N. (2014). Hubungan AssociationVolume 109, Issue 8,
Infeksi Soil Transmitted Helminth Pages 1384-1391
dengan Kadar Hemobglobin Anak
Sekolah Dasar GMIM Buha Hapzah, & Yulita, R. (2012). Hubungan
Manado. Fakultas Kedokteran Tingkat Pengetahuan dan Status
Universitas Sam Ratulangi, 1-6. Gizi Terhadap Kejadian Anemia
Remaja Putri pada Siswi Kelas III
Batubara, Jose R.L. (2010). Adolescent Di SMAN 1 Tinambung
development.Sari Pediatri.Vol. 2.No. 1. Kabupaten Polewali Mandar.
Media Gizi Pangan Vol XIII Edisi
Cara S. DeJong, Frank J. van Lenthe, 1, 20-15.
Klazine van der Horst,
Anke Oenema Hasanah, D. N., Febrianti, &
(2009).Environmental and Minsarnawati. (2012). Kebiasaan
Cognitive Correlates of Makan Menjadi Salah Satu
Adolescent Breakfast Penyebb Kekurangan Energi
Consumption. Preventive Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di
Medicine: Volume 48, Issue 4, Poli Kebidanan RSI&A Lestari
Pages 372-377. Cirendeu Tangerang Selatan.
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol
Citrakesumasari. (2012). Anemia Gizi dan 3 No 3, 91 – 104.
Masalah Pencegahannya.
Yogyakarta: KALIKA. Hasdiana. (2014). Gizi Pemanfaatan Gizi,
Diet, dan Obesitas. Yogyakarta:
Dewi, A.N., Mulyati, T. Nuha Medika.
(2014).HubunganKebiasaanSarap
Info DATIN Kemenkes RI. (2016). Publikasi Kesehatan Masyarakat
Situasi Gizi. Jakarta: Kementerian Indonesia Vol 3 No 1, 26-31.
Kesehatan RI.
Loliana, N. & Nadhiroh, S. R. (2015).
Irdiana, W., & Nindya, T. S. (2017). Asupan dan Kecukupan Gizi
Hubungan Kebiasaan Sarapan dan antara Remaja Obesitas. Media
Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 2 ,
Gizi Siswi SMAN 3 Surabaya. 141-145.
Atika dan Sumarmi. Amerta Nutr ,
227-235. Matayane, S. G., Bolang, A. S., &
Kawengian, S. E. (2014).
Jafar, N. (2012). Perilaku Gizi Seimbang Hubungan antara Asupan Protein
pada Remaja. Jurnal dan Zat Besi dengan Kadar
Hasanuddin . Hemoglobin Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter
Jeong A. Kim (2001). Dietary Pattern And Angkatan 2013 Fakultas
Metabolic Syndrome In Korean Kedokteran Universitas Sam
Adolescent. Korean National Ratulangi. Jurnal e-Biomedik
Health And Nutritional Survey. (eBM) Volume 2 Nomor 3.
Diabetes Care. Volume 30.
Number 7 Melinda, D., Ningtyas, R., & Lestari, S.
(2017). Studi Komparatif Kadar
Kementerian Kesehatan, R. I. (2011). Hemoglobin pada Remaja yang
Pedoman Interpretasi Data Klinik. Sarapan dan Tidak Sarapan.
Jurnal Borneo Cendekia Volume
Kementerian Kesehatan, R. I. (2013). 1 No 1 , 70-78.
RISET KESEHATAN DASAR.
More, J. (2014). Gizi bayi, Anak dan
Kementerian Kesehatan, R. I. (2014). Remaja. Yogyakarta: Pustaka
Pedoman Gizi Seimbang. Pelajar.
Kiswari, R. (2014). Hematologi & Murray, R. K. (2009). Biokimia Harper.
Tranfusi. Jakarta: Erlangga. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kosasi, L., Oenzil, F., & Yanis, A. (2014).
Hubungan Aktivitas Fisik Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
terhadap Kadar Hemoglobin pada Metodologi Penelitian Ilmu
Mahasiswa Anggota UKM Keperawatan Edisi 2. Jakata:
Pandekar Universitas Andalas. Salemba Medika.
Jurnal Kesehatan Andalas, 178-
181. Pramono, J. S., & Hendri, H. P. (2014).
Analisa Kadar Hemoglobin
Kusharto, C., & Sadiyyah, N. (2007). Ditinjau dari Indeks Masa Tubuh,
Penilaian Konsumsi Pangan. Pola Makan, dan Lama Jam Kerja
Bogor: Fakultas Ekologi Manusia pada Wanita Dinas Pertamanan.
Institut Pertanian Bogor. Jurnal Husada Mahakam Volume
III No 8, 389-442.
Lewa, A. (2016). Hubungan Asupan
Protein, Zat Besi dan Vitamin C Prihatiyono, C. S. (2016). Hubungan
dengan Kejadian Anemia. Jurnal antara Pengetahuan dan Perilaku
Minum Teh/Kopi dengan
Kejadian Anemia pada Siswi di Sumanto, A. (2009). Tetap Langsing dan
SMA Takhassus Al-Qur’an Sehat dengan Terapi Diet.
Kalibeber Wonosobo. Jakarta: Agromedia pustaka.

Ristyaning, P., & Susane, I. M. (2016). Sondari, H. (2013). Hubungan Body


Madu sebagai Peningkat Kadar Image dengan Perilaku Diet,
Hemoglobin pada Remaja Putri Konsumsi Pangan dan Status Gizi
yang Mengalami Anemia Pada Remaja Putri di Perkotaan
Defisiensi Besi. Majority Volume dan di Perdesaan. Institut
5 Nomor 1, 49-53. Pertanian Bogor .

Rizkiriani, A. (2014). Aktivitas Fisik, Supariasa. (2001). Penilaian Status Gizi.


Body Image, dan Status Gizi Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Remaja Perkotaan. Institut
Pertanian Bogor. Suryani, D., Hafiani, R., & Junita, R.
(2015). Analisa Pola Makan dan
Savitri, E. N., Fatmawati, & Erwin, C. Anemia Gizi Besi pada Remaja
(2015). Hubungan Asupan Zat putri di Kota Bengkulu. Jurnal
Besi, Vitamin C, dan Tembaga Kesehatan Masyarakat Andalas
dengan Kadar Hemoglobin pada Vol 10 No 1, 11-18.
Mahasiswa Angkatan 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Syed, S., Addo, O. Y., Cruz-Góngora, V.
Riau. JOM FK Volume 2 No 2 , 1- D., Ashour, F. A., Ziegler, T. R.,
16. & Suchdev,P. S. (2016).
Determinants of Anemia among
Setyawati, V.A.V., Setyowati, M. School-Aged Children in Mexico,
(2015).KarakterGiziRemajaPutri the United States and Colombia.
Urban Dan Rural Di ProvinsiJawa Nutrients 387, 1-15.
Tengah.J. Kesehat. Masy. 11, 43–
52. Wiqoyatussakinah. (2016). Hubungan
Sumber Jumlah Informasi Gizi
Soedijanto, S. G., Kapantow, N. H., & dengan Tingkat Pengetahuan Gizi,
Basuki, A. (2015). Hubungan Tingkat Kecukupan Energi,
antara Asupan Zat Besi dan Protein, dan Serat pada
Protein dengan Kejadian Anemia Mahasiswa Program Studi S1
pada Siswi di SMP Negri 10 Pendidikan Kimia di Universitas
Manado. PHARMACON Jurnal Muhammadiyah Semarang.
Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol 4 Iib.unimus .
No 4 , 327-332.
Yudrik, Jahja. (2011).
Soekarti, M., & Sunita. (2011). Gizi PsikologiPerkembangan. Jakarta:
Seimbang dalam Daur Kencana
Kehidupan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Sompie, K. A., Mantik, M. F., & Rompis,


J. (2015). Hubungan antara Status
Gizi dengan Kadar Hemoglobin
pada Remaja Usia 12-14 Tahun.
Jurnal e-Clinic (eCl) Volume 3
Nomor 1, 150-156.

Anda mungkin juga menyukai