Sistem hemodialisis terdiri dari tiga komponen dasar yaitu dializer, dialisat, dan sistem
penghantar darah. Mekanisme kerja dari proses hemodialisis terdiri dari proses difusi dan
proses ultrafiltrasi. Proses difusi bertujuan untuk membuang zat -zat terlarut dalam
darah (blood purification), sedangkan proses ultrafiltrasi bertujuan untuk
mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh (volume kontrol) (Roesli, 2006).
Difusi merupakan proses perpindahan molekul dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke daerah dengan larutan berkonsentrasi rendah sampai tercapai kondisi seimbang melalui
membran semipermeabel. Bila darah yang mengandung ureum dan zat – zat sisa
metabolisme lainnya berkontak dengan kompartemen dialisat melalui membran
semipermeabel, maka akan terjadi perpindahan zat – zat terlarut dari darah ke
kompartemen dialisat sampai tercapai tingkat keseimbangan yaitu konsentrasi zat – zat di
dalam darah sama dengan di dalam dialisat (Nissenson et al, 2017).
Proses ultrafiltrasi dapat dicapai dengan cara mengefektifkan selisih tekanan
hidrostatik antara kompartemen darah dan kompartemen dialisat, yaitu dengan cara
meninggikan tekanan positif dalam kompartemen darah dan mengatur tekanan negative
dalam kompartemem dialisat sehingga air akan berpindah dari darah ke dialisat untuk
selanjutnya dibuang (Henrich, 2012).
Pada pasien wanita hasil perhitungan diatas dikalikan dengan 0,85 Pengukuran TKK berdasarkan
pengumpulan urin 24 jam
U
TKK = xV
P
U = kadar kreatinin dalam urin (mg/dL)
P = kadar kreatinin dalam plasma (mg/dL) V = volume urin (mL/menit)
Urin ditampung selama 24 jam untuk menghitung jumlah urin dan kadar kreatinin dalam urin. Pada
akhir pengumpulan urin dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin serum dan klirens kreatinin dihitung
dengan rumus volume urin x kadar kreatinin urin dibagi kadar kreatinin darah. Hasil perhitungan
2
dikonversikan dengan Luas Permukaan Badan (LPB) untuk mendapatkan hasil TKK per 1,73 m LPB.
1. Tidak mungkin didapatkan akses vaskular pada HD atau terdapat gangguan di rongga peritoneum
pada CAPD.
volume.
ln = Logaritma natural
R = Ureum pasca dialisis
BB = Berat badan
BB pra dialisis - BB pasca dialisis
UF/W=
Rumus lain:
C1
URR =100 x (1 - ) C0
Antikoagulasi Rutin
Untuk pasien stabil tanpa risiko perdarahan, heparin dapat diberikan secara kontinyu :
menyebar merata, kemudian dialisis dimulai. Dilanjutkan dengan infus heparin dengan
kecepatan 1000 U/jam secara kontinyu (dengan pompa).
(50-100 unit/kgBB).
1. Secara visual :
1. Darah dalam sirkuit ekstrakorporeal berwarna sangat tua.
2. Dalam dialiser terlihat garis-garis merah.
3. Dalam drip chamber terlihat busa dan pembentukan bekuan
darah.
chamber.
a. HeparinisasiMinimal
Pemberian heparin secara ketat (tight/minimal heparin) dilakukan untuk pasien berisiko sedang (moderate)
untuk mengalami perdarahan.
Heparin minimal dilakukan dengan cara sebagai berikut :
40%.
Lebih disukai dengan cara sbb : Infus heparin konstan 250-2000 unit/jam (biasanya 600 unit/jam),
setelah bolus dikurangi atau tidak diberikan bolus awal (750 unit; dan cek ACT/activated
clottingtimesetelah3 menit).
perikarditis, koagulopati, trombositopenia, perdarahan intraserebral, baru menjalani operasi atau baru
melakukan transplantasi ginjal.
Pengawasan ketat oleh perawat (hanya 5% risiko untuk pembekuan sirkuit secara lengkap).
Cara:
1. Bilas sirkuit dialisis dengan NaCl 0,9%/liter yang telah
jalur arteri.
a. Enoxaparinsodium
Dosis : 0,5-1 mg/kg BB, disuntikkan kedalam jalur arteri (arterial line) dari sirkuit dialisis pada awal
dialisis, akan cukup untuk dialisis
mL mL mL
b. Nadroparinkalsium Dosis :