Anda di halaman 1dari 21

Doa Sehari-Hari Menurut Hindu

Om Swastyastu. Buku ini di-punia-kan kepada umat Hindu di mana pun berada, sebagai sebuah Jnyana-Yadnya dari
kami, dengan harapan dapat digunakan di saat bersembahyang baik dalam rangka suatu upacara tertentu maupun
dalam kehidupan sehari-hari.
Kita mengetahui bersama bahwa pada dewasa ini umat Hindu sedang menghadapi tantangan yang cukup berat
sebagai dampak pengaruh globalisasi dunia yang tidak hanya menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, maupun
budaya, tetapi juga telah memasuki bidang spiritual.
Oleh karena itu umat Hindu, khususnya kaum muda, pelajar, dan mahasiswa perlu mempunyai pegangan yang teguh
dalam ke-Hindu-an mereka, antara lain dalam mengucapkan doa, puja, dan mantra yang tepat dan benar.
Dalam hubungan itu, kami dari Lembaga Stiti Dharma, yakni sebuah LSM yang berdiri di Singaraja – Bali tanggal 16
Nopember 2005, berupaya menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk menegakkan Hindu yang kokoh di mana para
pemeluknya berpegang teguh pada ajaran Trihita Karana, yakni:

1. Memelihara bhakti yang luhur kepada Hyang Widhi.


2. Menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama umat manusia, melimpahkan kasih sayang, dan mencintai
semua mahluk di bumi.
3. Memelihara alam dan lingkungan agar tetap lestari.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Putu Setia dari Penerbit Pustaka Manikgeni yang telah
menghimpun doa-doa dalam buku ini, dan juga kepada Dewan Pengelola Dana Punia Peduli Umat Majalah Hindu
Raditya, yang telah membiayai penerbitan buku kecil yang khusus disumbangkan ini.
Om Santih Santih Santih Om
Singaraja, 1 Januari, 2006
LEMBAGA STITI DHARMA
—————————————————————-
MARI BERSEMBAHYANG
MantramTrisandhya
Kramaning Sembah/Panca Sembah
Memuja di Padmasana
Memuja di Kahyangan Tiga
Memuja di Pura Prajapati
Memuja di Pemerajan, Pura Segara
Memuja di Pura Batur, Pura Ulundanu
Memuja di Hari Saraswati
Memuja di Pura Rsi Agung
Memuja Hyang Ganapati (Ganesha)
DOA SEHARI-HARI
Doa menjelang tidur
Doa bangun pagi
Doa membersihkan muka
Doa gosok gigi
Doa berkumur
Doa membersihkan kaki
Doa mandi
Doa mengenakan pakaian
Doa panganjali
Doa menghadapi makanan
Doa mencicipi makanan
Doa selesai makan
Doa sebelum memulai pekerjaan
Doa selesai bekerja/bersyukur
Doa mohon bimbingan Tuhan
Doa mohon inspirasi
Doa mohon kecerdasan/kesucian
Doa mulai belajar
Doa mohon ampun segala dosa
Doa memotong hewan
Doa mengunjungi orang sakit
Doa mendengar/melayat orang meninggal
Doa untuk keselamatan penganten
Doa untuk memelihara ketenangan rumah tangga
Doa untuk kelahiran bayi
Doa untuk mohon cinta kasihnya
Doa mohon umur panjang
Doa pembukaan rapat/pertemuan
Doa penutup rapat/pertemuan
Doa untuk pedagang
Doa sebelum meditasi
Doa diucapkan ketika sakit
Doa pelantikan pejabat Negara
Doa mengheningkan cipta
Doa paramasanti
—————————————————————-
MARI BERSEMBAHYANG
Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan –baik dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah–
didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:
1. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
OM PRASADA STHITI SARIRA SIWA SUCI NIRMALAYA NAMAH SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.
2. Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan.
Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:
OM SUDDHA MAM SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
OM ATI SUDDHA MAM SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).
3. Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan
mantram di dalam hati:
OM ANG WAKTRA PARISUDDMAM SWAHA

atau lebih pendek:


OM WAKTRA SUDDHAYA NAMAH

Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.


4. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan
dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
OM AM DUPA DIPASTRAYA NAMA SWAHA

Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.
5. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya
enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali.
Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih
panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:
Mantram Trisandhya
OM BHUR BHVAH SVAH Tuhan adalah bhur svah.
TAT SAVITUR VARENYAM Kita memusatkan pikiran
BHARGO DEVASYA DHIMAHI pada kecemerlangan dan
DHIYO YO NAH kemuliaan Hyang Widhi,
PRACODAYAT Semoga Ia berikan semangat
pikiran kita.

OM NARAYANA EVEDAM Ya Tuhan, Narayana adalah


SARVAM semua ini apa yang telah ada
YAD BHUTAM YAC CA dan apa yang akan ada,
BHAVYAM bebas dari noda, bebas dari
NISKALANKO NIRAÑJANO kotoran, bebas dari
NIRVIKALPO perubahan tak dapat
NIRAKHYATAH SUDDO DEVA digambarkan, sucilah dewa
EKO Narayana, Ia hanya satu
NARAYANO NA DVITÌYO’STI tidak ada yang kedua.
KASCIT
OM TVAM SIVAH TVAM Ya Tuhan, Engkau
MAHADEVAH dipanggil Siwa, Mahadewa,
ÌSVARAH PARAMESVARAH Iswara, Parameswara,
BRAHMA VISNUSCA Brahma, Wisnu, Rudra, dan
RUDRASCA Purusa.
PURUSAH PARIKÌRTITAH

OM PAPO’HAM Ya Tuhan, hamba ini papa,


PAPAKARMAHAM perbuatan hamba papa, diri
PAPATMA PAPASAMBHAVAH hamba ini papa, kelahiran
TRAHI MAM PUNDARIKAKSA hamba papa, lindungilah
SABAHYABHYANTARAH hamba Hyang Widhi,
SUCIH sucikanlah jiwa dan raga
hamba.

OM KSAMASVA MAM Ya Tuhan, ampunilah


MAHADEVA hamba HyangWidhi, yang
SARVAPRANI HITANKARA memberikan keselamatan
MAM MOCA SARVA kepada semua makhluk,
PAPEBYAH bebaskanlah hamba dari
PALAYASVA SADA SIVA segala dosa, lindungilah
hamba oh Hyang Widhi.

OM KSANTAVYAH KAYIKO Ya Tuhan, ampunilah dosa


DOSAH anggota badan hamba,
KSANTAVYO VACIKO MAMA ampunilah dosa hamba,
KSANTAVYO MANASO ampunilah dosa pikiran
DOSAH hamba, ampunilah hamba
TAT PRAMADAT KSAMASVA dari kelahiran hamba.
MAM

OM SANTIH, SANTIH, Ya Tuhan, semoga damai,


SANTIH, OM damai, damai selamanya.

Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya
(mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram
untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa.
Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
OM PUSPA DANTA YA NAMAH SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.


Kramaning Sembah (Panca Sembah)
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian.
Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang.
Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
1. Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan
mantram ini:
OM ATMA TATTWATMA SUDDHA MAM SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.


2. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa
Aditya. Ucapkan mantram:
OM ADITYASYA PARAM JYOTI
RAKTA TEJO NAMO’STUTE
SWETA PANKAJA MADHYASTHA
BHASKARAYA NAMO’STUTE

Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang
Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari
berkilauan.
3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada
Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiran-
Nya pada waktu memuja.
Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-
beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang.
Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura
Kahyangan Jagat:
OM NAMA DEWA ADHISTHANAYA
SARWA WYAPI WAI SIWAYA
PADMASANA EKA PRATISTHAYA
ARDHANARESWARYAI NAMO NAMAH

Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di
mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada
Ardhanaresvari hamba memuja.
4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengucapkan mantram,
ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak “dilentikkan/dipersembahkan” tetapi
dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki).
Mantramnya adalah:
OM ANUGRAHA MANOHARAM
DEWA DATTA NUGRAHAKA
ARCANAM SARWA PUJANAM
NAMAH SARWA NUGRAHAKA
DEWA-DEWI MAHASIDDHI
YAJÑANYA NIRMALATMAKA
LAKSMI SIDDHISÇA DIRGHAYUH
NIRWIGHNA SUKHA WRDDISCA

Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan,
hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud jadnya suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
5. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai
penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran.
Mantramnya:
OM DEWA SUKSMA PARAMA CINTYAYA NAMA SWAHA.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan,
anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.
Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan
tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan
ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:
Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di
bawah ini:
OM, AKASAM NIRMALAM SUNYAM
GURU DEWA BHYOMANTARAM
CIWA NIRWANA WIRYANAM
REKHA OMKARA WIJAYAM

Artinya: YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya.
Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.
OM NAMA DEWA ADHISTHANAYA
SARVA WYAPI VAI SIWAYA
PADMASANA EKAPRATISTHAYA
ARDHANARESWARYAI NAMO’NAMAH

Artinya: Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah
berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat,
kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut:
OM ISANAH SARWA WIDYANAM
ISWARAH SARWA BHUTANAM
BRAHMANO’ DHIPATIR BRAHMA
SIVO ASTU SADASIWA

Artinya: Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup.
Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini:
OM, GIRIMURTI MAHAWIRYAM
MAHADEWA PRATISTHA LINGGAM
SARWADEWA PRANAMYANAM
SARWA JAGAT PRATISTHANAM

Artinya: Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-
dewa tunduk padaMu.

Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga:


OM, CATUR DIWJA MAHASAKTI
CATUR ASRAME BHATTARI
SIWA JAGATPATI DEWI
DURGA SARIRA DEWI

Artinya: YaTuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam,
dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala
bencana.
Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya:
OM BRAHMA PRAJAPATIH SRESTHAH
SWAYAMBHUR WARADO GURUH
PADMAYONIS CATUR WAKTRO
BRAHMA SAKALAM UCYATE

Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang
menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu
badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau padharman, mantramnya:
OM BRAHMA WISNU ISWARA DEWAM
TRIPURUSA SUDDHATMAKAM
TRIDEWA TRIMURTI LOKAM
SARWA WIGHNA WINASANAM

Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah
Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.

Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya:


OM NAGENDRA KRURA MURTINAM
GAJENDRA MATSYA WAKTRANAM
BARUNA DEWA MASARIRAM
SARWA JAGAT SUDDHATMAKAM

Artinya: Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah
Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.
Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya:
OM SRIDHANA DEWIKA RAMYA
SARWA RUPAWATI TATHA
SARWA JÑANA MANISCAIWA
SRI SRIDEWI NAMO’STUTE

Artinya: Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki
segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.

Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya:
OM SARASWATI NAMAS TUBHYAM
WARADE KAMA RUPINI
SIDDHARAMBHAM KARISYAMI
SIDDHIR BHAWANTU ME SADA

Artinya: Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat
didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.
Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka,
Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini:
OM DWIJENDRA PURVANAM SIWAM
BRAHMANAM PURWATISTHANAM
SARWA DEWA MA SARIRAM
SURYA NISAKARAM DEWAM

Artinya: Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita, la adalah Brahma, berdiri tegak paling
depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja
Siwa para pandita agung.
Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi,
mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan
ketiga pada Panca Sembah.
Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru
(rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah:
OM GANAPATI RSI PUTRAM
BHUKTYANTU WEDA TARPANAM
BHUKTYANTAU JAGAT TRILOKAM
SUDDHA PURNA SARIRINAM

Demikianlah mantram untuk Istadewata.


—————————————————————-
DOA SEHARI-HARI
Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum,
misalnya, membuka rapat/ pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku.
Doa menjelang tidur:
OM ASATO MA SAT GANAYA
TAMASO MA JAYATIR GANAYA
MRITYOR MAMRITAM GAMAYA
(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar, dari jalan gelap ke jalan terang,
hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)
Doa bangun pagi:
OM UTEDANIM BHAGAWANTAH SYAMOTA
PRAPITWA UTA MANDHYE AHNAM
UTODITA MAGHAWANTA SURYASYA WAYAM
DEWANAM SUMANTAU SYAMA

(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang selalu bernasib baik pada hari ini, menjelang tengah
hari, dan seterusnya. Semoga para Dewa melindungi diri hamba.)
Doa membersihkan/mencuci muka:
OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHA
OM WAKTRA PARISUDAHAYA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)


Doa menggosok gigi:
OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAH
OM SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH

(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)
Doa berkumur:
OM ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA

(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba.)


Doa membersihkan kaki:
OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)


Doa mandi:
OM GANGGA AMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHA
OM SARIRA PARISUDHAMAM SWAHA

(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci.)
Bisa pula dengan doa atau mantram ini:
OM GANGGE CA YAMUNE CAIWA
GODAWARI SARASWATI
NARMADE SINDHU KAWERI
JALE’SMIN SANNIDHIM KURU

(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba memanggil sungai suci Gangga, Yamuna, Godawari, Saraswati, Narmada, Sindhu dan
Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada hamba.)
Doa pada waktu mengenakan pakaian:
OM TAM MAHADEWAYA NAMAH SWAHA
OM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SWAHA
(Tuhan dalam perwujudanMu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud kepadaMu dalam
menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci.)
Selesai berpakaian hendaknya melakukan persembahyangan Trisandya.
Doa panganjali:
Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan
dicakupkan seperti menyembah, diangkat sejajar dada.
OM SWASTYASTU

(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)


Doa menghadapi makanan:
OM HIRANYAGARBHAH SAMAWARTATAGRE
BHUTASYA JATAH PATIREKA ASIT
SADADHARA PRITIWIM DYAM UTEMAM
KASMAI DEWAYA HAWISA WIDHEMA
OM PURNAM ADAH PURNAMIDAM
PURNAT PURNAM UDACYATE
PURNASYA PURNAM ADAYA
PURNAMEWAWASISYATE

(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang
memelihara semua makhluk, seluruh bumi dan langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan
yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba
mendapat makanan yang cukup berkat anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)
Doa di atas baik untuk makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat makan dalam suatu pertemuan. Jika sendirian
bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci Yajurveda:
OM ANNAPATE ANNASYA
NO DEHYANMIWASYA SUSMINAH
PRA-PRA DATARAM TARIS URJAM
NO DHEHI DWIPADE CATUSPADE

(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan
dari penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)
Doa mulai mencicipi makanan:
OM ANUGRAHA AMRTADI SAÑJIWANI YA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir dan bathin yang suci.)
Doa selesai makan:
OM DHIRGAYUR ASTU, AWIGHNAMASTU, SUBHAM ASTU
OM SRIYAM BHAWANTU, SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, KSAMA SAMPURNAYA NAMAH
SWAHA
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah masuk ke dalam tubuh hamba memberikan kekuatan dan keselamatan,
panjang umur dan tidak mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai
selama-lamanya.)
Doa sebelum memulai suatu pekerjaan:
OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHHAM
OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA

(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil
baik).
Doa selesai bekerja/bersyukur:
OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYAYA NAMAH SWAHA
SARWA KARYA PRASIDHANTAM
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maha karya, hanya atas anugrahMu-lah maka
pekerjaan ini berhasil dengan baik. Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selamanya).
Doa mohon bimbingan Tuhan:
OM ASATO MA SADYAMAYA
TAMASO MA JYOTIR GAMAYA
MRTYOR MA AMRTAM GAMAYA
OM AGNE BRAHMA GRBHNISWA
DHARUNAMA SYANTA RIKSAM DRDVAMHA
BRAHRNAWANITWA KSATRAWAHI SAJATA
WANYU DADHAMI BHRATRWYASYA WADHYAYA

(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari
kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan
yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan
kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada hamba
(nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar
pemimpin negara dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada
hamba.)
Doa mohon inspirasi:
OM PRANO DEWI SARASWATI
WAJEBHIR WAJINIWATI
DHINAM AWIÑYAWANTU

(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan
kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya.)
Doa mohon dianugrahi kecerdasan dan kesucian:
OM PAWAKANAH SARASWATI
WAJEBHIR WAJINIWATI
YAJÑAM WASTU DHIYAWASUH

(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci, anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah
persembahan hamba ini.)
Doa mulai belajar:
OM PURWE JATO BRAHMANO BRAHMACARI
DHARMAM WASANAS TAPASODATISTAT
TASMAJJATAM BRAHMANAM BRAHMA
LYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA SAKAMA

(Ya Tuhan, muridMu hadir di hadapanMu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama.
Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat
bersinar berkat cahayaMu yang senantiasa memancar.)
Doa mohon ampun dalam segala dosa:
OM DEWAKRTASYAINASO AWAYA JANAM
ASI MANUSYAKRTASI NAMA AWAYA JANAM
ASIPITRA KITASI NAMO AWAYA JANAM ASYATMA
KRTASYAENASO AWAYA JANAM
ASYENA SA’ ENASE WAYA JANAM ASI
YACCHAHAM ENO VIDVAMSCAKARA
YACCHAVIDVAMS TASYA VA YA JANAM ASI

(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap
orangtua hamba, terhadap teman hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa, terhadap
dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Tuhan, semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)
Doa memotong hewan:
OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH PRACODAYAT

(Semoga atas perkenan dan berkahMu para pemotong hewan dalam upacara kurban suci ini beserta orang-orang
yang telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Tuhan, hamba memotong
hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.)
Doa mengunjungi orang sakit:
OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA LARA ROGA WINASAYA NAMAH

(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan
semuanya.)
Doa mendengar atau melayat orang meninggal dunia:
OM ATMA TATTWATMA NARYATMA
SWADAH ANG AH
OM SWARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU, MURCANTU
OM KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA

(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai
keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas
kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu.) .
Doa untuk keselamatan penganten:
OM IHA IWA STAM MA WI YAUSTAM
WISWAM AYUR WYASNUTAM
KRIDANTAU PUTRAIR NAPTRBHIH
MODAMANAU SWE GRHE
(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada pasangan penganten ini kebahagiaan, keduanya tiada terpisahkan dan panjang
umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu yang memberikan penghiburan, tinggal di rumah yang
penuh kegembiraan.)
Doa memohon ketenangan rumah tangga:
OM WISOWISO WO ATITHIM
WAJAYANTAH PURUPRIYAM
AGNIM WO DURYAM WOCAH
STUSE SUSASYA MANMABHIH

(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap rumah. Engkau amat mencintai umatMu. Engkau adalah
sahabat yang maha pemurah. Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan, dalam ucapan maupun
tenaga dan dalam lagu pujian.)
Doa untuk kelahiran bayi:
OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO
JAGATAH STHATURUBHAYASYA YO WASI
SA NO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME
KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH

(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik
yang bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup
dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.)
Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram
Gayatri (bait pertama Puja Trisandya) masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.
Doa untuk memohon cinta kasih-Nya:
OM WICAKRAME PRTHIWIM ESA ETAM
KSETRAYA WISNUR MANUSE DASASYAN
DRUWASO ASYA KIRQYA JANASA
URUKSITIM SUJANIMA CAKARA

(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang membentang di bumi ini, menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum
yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi
mereka.)
Doa untuk memohon panjang umur:
OM TACCAKSUR DEWAHITAM SUKRAM UCCARAT
PASYEMA SARADAH SATAM
JIWEMA SARADAH SATAM

(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya, semoga
hamba hidup seratus tahun lamanya.)
Doa pembukaan rapat/pertemuan:
OM SAM GACCHADWAM SAM WADADWAM
SAM WO MANAMSI JANATAM
DEWA BHAGAM YATHA PURWE
SAMJANANA UPASATE
OM SAMANI WA AKUTIH
SAMANA HRDAYANI WAH
SAMANAM ASTU WO
MANO YATHA WAH SUSAHASATI
OM ANO BHADRAH KRATTAWO YANTU WISWATAH

(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikir sebagai
mana halnya para dewa selalu bersatu. Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu
dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik
datang dan segala penjuru.)
Doa penutup rapat/pertemuan:
OM ANUGRAHA MANOHARAM
DEVADATTA NUGRAHAKA
ARCANAM SARWA PUJANAM
NAMAH SARWA NUGRAHAKA
OM KSAMA SWAMAM JAGADNATHA
SARWA PAPA HITANKARAH
SARWA KARYA SIDHAM DEHI
PRANAMYA SURYESWARAM
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga
Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk,
ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan
sinar suci, ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai
di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram ini
disebut Santi Mantram. Bunyinya:
OM DYAUH SANTIR ANTARIKSAM SANTIH
PRTHIWI SANTIR APAH SANTIR
ASADHAYAH SANTIH WANASPATAYAH SANTIR
WISWE DEWAH SANTIR BRAHMA SANTIH
SARVAM SANTIH SANTIR EWA SANTIH
SA MA SANTIR EDHI

(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-
tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta. Semogalah
kedamaian senantiasa datang pada kami)
Doa untuk pedagang:
OM A WISWANI AMRTA SAUBHAGANI

(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada
hamba.)
Doa untuk kebajikan, juga dipakai sebelum meditasi:
OM WISWANI DEWA SAWITAR
DURI TANI PARA SUWA
YAD BHADRAM TANNA A SUWA

(Ya Tuhan, Sawitar, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang terbaik.)
Doa mohon perlindungan, juga baik diucapkan ketika sakit:
OM TRAYAMBHAKAM YAJAMAHE
SUGANDHIM PUSTI WARDHANAM
UNWARUKAM IWA BANDHANAT
MRTYOR MUKSIYA MAMRTAT

(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak
makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya, melepaskan dari kematian dan
bukan dari kekekalan.)
Doa untuk pelantikan pejabat negara:
(Yang dilantik biasanya menirukan)
OM A BRAHMAN BRAHMANO BRAHMAWARCASI JAYATAMA
RASTE RAAJANAH SURA ISAWYO TIWYADHI MAHARATHO JAYATAM
DOGDHRI DHENURYODANAD WANASUH SAPTIH PURANDHIRYOSAJISNU
RATHESTHAH SABHEYO YUWASYAJAYAMANASYA WIRO JAYATAM
NIKAAME-NIKAME NAH PARJANYO WARSATU PHALAWATYO NA
OSADHAYAH PACYANTAM YOGAKSEMO NAH KALPATAAM

(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah di negara ini lahir orang-orang yang memiliki pengetahuan spiritual.
Semoga pula pemimpin-pemimpin yang perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan seperti menggunakan senjata,
pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak memberikan susu, lembu pembawa barang dan kuda yang cepat.
Demikian pula lahir wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi masyarakat, sedia berkorban.
Semoga hujan turun memberi kemakmuran. Semoga pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)
Doa mengheningkan cipta:
OM-MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYDH

(Ya Tuhan, semoga kami mencintai tanah air ini sebagai ibu dan hamba adalah putra-putranya yang siap sedia
membela seperti para pahlawan kami.)
Doa paramasanti:
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

(Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)


MAKNA GALUNGAN
Rahajeng Nyangre Rahina Jagat Galungan
Menurut lontar Purana Bali Dwipa, hari raya Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama
Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi.
Dalam lontar itu disebutkan:
Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun
indria Buwana ikang Bali rajya
Artinya:
Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, (Wuku)
Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka.
1) Sri Kesari Warmmadewa (isaka 804-835)
2) Sri Ugrasena (isaka 837-858).
3) Sri Haji Tabanendra Warmmadewa (877-889).
4) Sri Jaya Singa Warmmadewa (isaka 892).
5) Sri Janasadhu Warmmadewa (isaka897).
6) Sri Maharaja Cri Wijaya Mahadewi (isaka 905).
7) Sri Dharmodayana + Mahendradata (isaka 911-933).
8) Sri Sang Ajnadewi (isaka 938).
9) Sri Wardana Marakata (isaka 944-948).
10) Sri Haji Hungsu (isaka 971-999).
11) Sri Walaprabu (isaka 1001-1010).
12) Sri Sakalindu Kirana (isaka 1010-1023).
13) Sri Suradhipa (isaka 1037-1041).
14) Sri Jayasakti (isaka 1055-1072).
15) Sri Gnijaya (isaka 1072-1077).
16) Sri Ragajaya (isaka 1077-1099).
17) Sri Maharaja Haji Jayapangus (isaka 1099-1103).
18) Sri Hekajaya Lancana (isaka 1103-1122).
19) Sri Adi Kuti Ketana (isaka 1122-1126).
20) Sri Adi Dewa Lancana (isaka 1126-).
21) Sri Indra Cakru (isaka 1172).
22) Pasukan Kertanegara (1206-1214).
23) Rajapatih Sri Jaya Katong (isaka 1214-1218).
24) Sri Taruna Jaya (isaka 1226).
25) Sri Masula-Masuli (isaka1246-1250).
26) Sri Astasura Ratna Bumi Banten (isaka1259-1265).
27) Expansi Majapahit (isaka 1265/1343M).
28) Kyayi Agung Pasek Gelgel (isaka 1265-1272).
29) Dalem Samprangan (isaka 1272).
30) Dalem Gelgel/Sri Kresna Kepakisan (isaka1302).
31) Dalem Waturenggong (isaka 1382).
Sejak itu Galungan terus dirayakan oleh umat Hindu di Bali secara meriah. Setelah Galungan ini
dirayakan kurang lebih selama tiga abad, tiba-tiba entah apa dasar pertimbangannya pada tahun 1103
Saka perayaan hari raya itu dihentikan. Itu terjadi ketika Raja Sri Ekajaya memegang tampuk
pemerintahan. Galungan juga belum dirayakan ketika tampuk pemerintahan dipegang Raja Sri
Dhanadi. Selama Galungan tidak dirayakan, konon musibah datang tak henti-henti. Umur para
pejabat kerajaan konon menjadi relatif pendek.
Ketika Sri Dhanadi mangkat dan digantikan Raja Sri Jayakasunu pada tahun 1126 Saka, barulah
Galungan dirayakan kembali, setelah sempat terlupakan kurang lebih selama 23 tahun. Keterangan
ini bisa dilihat pada lontar Sri Jayakasunu.
Lontar tersebut menceritakan bahwa Raja Sri Jayakasunu merasa heran mengapa raja dan pejabat-
pejabat raja sebelumnya selalu berumur pendek. Untuk mengetahui penyebabnya, Raja Sri
Jayakasunu mengadakan tapa brata dan samadhi di Bali yang terkenal dengan istilah Dewa Sraya
artinya mendekatkan diri pada Dewa. Dewa Sraya itu dilakukan di Pura Dalem Puri, tak jauh dari
Pura Besakih. Karena kesungguhannya melakukan tapa brata, Raja Sri Jayakasunu mendapatkan
pawisik atau bisikan religius dari Dewi Durgha, sakti dari Dewa Siwa. Dalam pawisik itu Dewi
Durgha menjelaskan kepada raja bahwa leluhurnya selalu berumur pendek karena tidak lagi
merayakan Galungan.
Karena itu Dewi Durgha meminta kepada Raja Sri Jayakasunu supaya kembali merayakan Galungan
setiap Rabu Kliwon Dungulan sesuai dengan tradisi yang pernah berlaku. Di samping itu disarankan
pula supaya seluruh umat Hindu memasang penjor pada hari Penampahan Galungan (sehari sebelum
Galungan).
Disebutkan pula, inti pokok perayaan hari Penampahan Galungan adalah melaksanakan byakala yaitu
upacara yang bertujuan untuk melepaskan kekuatan negatif (Buta Kala) dari diri manusia dan
lingkungannya. Semenjak Raja Sri Jayakasunu mendapatkan bisikan religius itu, Galungan dirayakan
lagi dengan hikmat dan meriah oleh umat Hindu di Bali
(Sumber : Upacara dan Makna Filosofis Hari Raya Sugian Jawa dan Sugian Bali (I Wayan Musna 78
- 84).Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama)
--------------------------------
Apa Itu Sugian Jawa dan Sugian Bali?
Sugihan Jawa
Sugihan Jawa adalah bermakna menyucikan bhuana agung di luar diri
manusia.lam lontar Sundarigama disebutkan bahwa pada hari Sugihan Jawa itu merupakan Pasucian
dewa kalinggania pamrastista batara
kabeh (Penyucian Dewa, karena itu hari penyucian semua bhatara).
Pelaksanaan upacara ini bertujuan untuk membersihkan segala tempat dan peralatan upacara di
masing-masing tempat suci.Sugihan Jawa disebutkan sujatinipun cawisannyané sampun
kaunggahang ring sajeroning Lontar Sundarigama sakadi puniki, “Sungsang,wrehaspati Wagé ngaran
parerebuan, sugyan jawa kajar ing loka, katwinya sugyan jawa ta ngaran, apan pakretin bhatara
kabeh arerebon ring sanggar
mwang ring parahyangan, dulurin pangraratan, pangresikan ring bhatara
saha puspa wangi. Kunang wwang wruh ing tattwa jnana, pasang yoga,
sang wiku angarga puja, apan bhatara tumurun mareng madyapada, milu
sangDéwa pitara, amukti bante anerus tekeng galungan. Prakerti nikang wang, sasayut mwang
tutwan, pangarad kasukan ngaranya. Tegesipun inggih punika : ri kala wuku Sungsang, rahina
Wraspati Wagé Sungsang kawastanin parerebuan utawi Sugihan Jawa sané kategesang nyuciang
Bhuana Agung (makrokosmos) olih krama. Kawastanin Sugihan Jawa santukan pinaka rahina suci
majeng para Bhatara sané kaniasayang antuk nglaksanayang rerebu ring sanggar, parahyangan
miwah ring pura-pura siosan, kalanturang antuk nglaksanayang pangraratan miwah angeresikan.
Taler wénten sané nglaksanayang Yoga. Para Pandita nglaksanayang puja
pangastawa sané ageng santukan ring rahina puniki Bhatara pacang tedun
ka marcapada kairing antuk makasami para Déwa taler leluhur sané jagi
nunas aturan sané kaunggahang.Aturan sané kaunggahang inggih
punika Sesayut Tutwam utawi sané kasengguh Ngarad Kasukan (penarik
kebahagiaan).
Demikianlah disebutkan upacara Sugihan Jawa ini yang dirayakan untuk
membersihkan dan mensucikan segala tempat dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci
sebelum merayakan sugihan bali untuk ketenangan bathin.
Sugihan Bali
Sugihan Bali disebutkan Kalinggania amretista raga tawulan (Oleh karenanya menyucikan badan
jasmani masing-masing)
Maksudnya ialah dilaksanakan pensucian bagi bhuana alit (mikrokosmos) dari alam semesta ini,
yaitu diri kita masing-masing.
Untuk hari Sugihan Bali, sebagai waktu yang ditujukan bagi pensucian bhuana alit, yaitu bagi diri
kita sendiri-sendiri. Dapat dilakukan dengan melaksanakan upawasa semampunya, maupun dengan
melaksanakan
persembahyangan baik di rumah maupun di tempat suci. Dapat pula dengan melakukan samadhi,
untuk menenangkan pikiran dalam
menyambut datangnya hari kemenangan dharma atas adharma. Sloka dari pustaka suci Manawa
Dharma Sastra berikut ini, dapat pula dijadikan pedoman dalam pelaksanaan Sugihan Bali. Adapaun
bunyinya sebagai
berikut:
Adbirgaatrani suddhyati, Manah satyena suddhyati, Vidya tapobhyam bhutaatma, Buddhir jnyanena
sudhyati
Terjemahannya
Badan dibersihkan dengan air, Pikiran disucikan dengan kebenaran dan
kejujuran, Atman disucikan dengan ilmu pengetahuan dan Tapa, Budhi disucikan dengan
kebijaksanaan.(Manawa Dharmasastra V.109)
Bunyi sloka tersebut, memberi kita suatu tuntunan tindakan yang dapat ditempuh dalam usaha-usaha
yang diperuntukan bagi pencapaian kesucian atau kebersihan dari diri kita sendiri, baik secara sekala
maupun niskala, dan secara jasmani maupun rohani. Bertolak dari bunyi sloka tersebut, maka
sebenarnya penerapan konsep atau tattwa dari hari raya Sugihan ini, dapat dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari. Konsep kesucian ini dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial kita secara
horisontal yakni dengan sesama dan juga dengan lingkungan alam
kita. Maupun kualitas hubungan rohani kita secara vertikal dengan Brahman.
Upacara yang bersifat khusus boleh dikatakan tidak ada dan agar diusahakan mohon tirta
penglukatan kehadapan Sang Sadaka atau
Sulinggih disamping bersembahyang serta mohon tirta sebagaimana biasa pada hari-hari Kliwon
Simbol Dan Makna Perlengkapan Penjor
Upacara
𝐍𝐠𝐚𝐛𝐡𝐚𝐤𝐭𝐢𝐧𝐞 𝐧𝐞 𝐤𝐚𝐜𝐚𝐭𝐮𝐫
𝐛𝐰𝐚𝐭 𝐧𝐮𝐧𝐚𝐬 𝐩𝐚𝐧𝐮𝐠𝐫𝐚𝐧𝐞
𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐈𝐝𝐚 𝐁𝐡𝐚𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐆𝐮𝐫𝐮
𝐤𝐚𝐥𝐢𝐡 𝐁𝐡𝐚𝐭𝐚𝐫𝐢 𝐏𝐫𝐭𝐢𝐰𝐢
𝐧𝐠𝐚𝐤𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐣𝐮 𝐧𝐠𝐚𝐬𝐭𝐮𝐭𝐢:
"𝐒𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢𝐡 𝐏𝐚𝐝𝐮𝐤𝐚 𝐁𝐡𝐚𝐭𝐚𝐫𝐚
𝐇𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐠𝐚𝐭-𝐍𝐚𝐭𝐡𝐚 𝐏𝐮𝐤𝐮𝐥𝐮𝐧
𝐤𝐚𝐰𝐮𝐥𝐚 𝐧𝐠𝐚𝐛𝐡𝐚𝐤𝐭𝐢.
----Alih Aksara dan Alih Bahasa Kidung Wargasari-I Made Sudiarga & Ni Wayan Ngasti---
𝙋𝙚𝙧𝙨𝙚𝙢𝙗𝙖𝙝𝙮𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪 𝙙𝙞𝙖𝙩𝙪𝙧𝙠𝙖𝙣
𝙠𝙚𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩 𝙥𝙚𝙣𝙟𝙪𝙧𝙪
𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙤𝙝𝙤𝙣 𝙖𝙣𝙪𝙜𝙚𝙧𝙖𝙝
𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙄𝙙𝙖 𝘽𝙖𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙂𝙪𝙧𝙪
𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝘽𝙖𝙩𝙖𝙧𝙞 𝙋𝙚𝙧𝙩𝙞𝙬𝙞
𝙢𝙤𝙝𝙤𝙣 𝙢𝙖𝙖𝙛 𝙙𝙞𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙢𝙪𝙟𝙖𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖
"𝙔 𝙖, 𝙋𝙖𝙙𝙪𝙠𝙖 𝘽𝙖𝙩𝙖𝙧𝙖
𝙃𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙅𝙖𝙜𝙖𝙩 𝙉𝙖𝙩𝙖 𝙥𝙪𝙠𝙪𝙡𝙪𝙣,
𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙧𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙢𝙪𝙟𝙖."
𝑀 𝑔𝒾 𝒮𝒶𝓂𝒾 𝑅𝒶𝒽𝒶𝓎𝓊 ᬒᬁ
Simbol Dan Makna Perlengkapan Penjor Upacara
Fungsi atau makna penjor Galungan dalam kegiatan upacara dan hari raya agama Hindu di Bali,
berkaitan erat dengan Galungan melambangkan pertiwi bhuwana Agung dan simbol gunung yang
memberikan kesejahteraan dan keselamatan. Lambang pertiwi digambarkan sebagai bentuk wujud
naga Basuki dan Ananta Boga. Jadi Penjor di Bali berfungsi sebagai sarana perlengkapan upakara
yang memiliki nilai sakral dan dalam pembuatannya harus memperhatikan unsur-unsur ataupun alat-
alat yang dipakai melengkapi penjor tersebut. Penjor bisa dibuat seindah atau seseni mungkin sesuai
dengan kemampuan, atau bahkan dibuat dengan sederhana sesuai kemampuan, situasi dan kondisi,
namun yang tidak bisa dikurangi adalah unsur perlengkapannya.
Penjor sendiri dibuat menggunakan alat atau unsur-unsur dari alam semesta, seperti batang bambu,
jenis daun (plawa) seperti janur, cemara, pakis aji dan andong, untuk buah-buahan dan umbi-umbian
yang digolongkan sebagai pala bungkah (umbi-umbian) seperti umbi ketela, pala gantung seperti
buah kelapa, pisang, mentimun atau jambu dan pala wija (buah berbiji) seperti jagung dan padi juga
dilengkapi dengan kue, tebu dan uang kepeng. Semua hasil bumi atau hasil dari alam semesta
tersebut juga memberikan arti sebagai rasa bakti dan ucapan terima kasih atas segala kemakmuran
yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widi Wasa pada umat manusia.
Unsur-unsur pada penjor merupakan simbol-simbol sebagai berikut:
Bambu, adalah simbol gunung dan gunung tempat stana para Ida Sang Hyang Widi dan juga sebagai
simbol kekuatan Hyang Brahma
Bambu (tiying) dibungkus ambu/kasa, simbol kekuatan Dewa Maheswara
Kain putih kuning, simbol kekuatan Dewa Iswara
Sampian, simbol kekuatan Dewa Parama Siwa
Janur, simbol kekuatan Dewa Mahadewa
Kue (jaja uli +gina), simbol kekuatan Dewa Brahma
Kelapa, simbol kekuatan Dewa Rudra
Pala bungkah, pala gantung, simbol kekuatan Dewa Wisnu
Tebu, sebagai simbol kekuatan Dewa Sambu
Plawa, simbol kekuatan Dewa Sangkara
Sanggah Cucuk, simbol kekuatan Dewa Siwa
Lamak, simbol Tribhuana
Banten Upakara sebagai simbol kekuatan Dewa Sadha Siwa
Klukuh berisi pisang, tape dan jaja, simbol kekuatan Dewa Boga
Ubag-abig, simbol Rare Angon
Hiasan cili, gegantungan, simbol widyadari
Tamiang, sebagai simbol penolak bala atau kejahatan
Unsur-unsur tersebut diatas diperlukan saat pembuatan penjor upacara di Bali karena melambangkan
simbol-simbol suci atas dasar atau landasan dari implementasi ajaran kitab suci weda, yang berkaitan
erat dengan nilai-nilai dan etika agama Hindu. Sedangkan penjor dekorasi tidak perlu melengkapi
dengan semua unsur tersebut di atas, cukup agar penjor tersebut tampil menarik dan indah. Penjor
adalah sebuah bagian warisan dan budaya dan tradisi agama Hindu di Bali.
Penjor Galungan ini sendiri dicabut genap setelah 35 hari Raya Galungan atau dikenal dengan Budha
Kliwon Pahang. Dengan banten Tumpeng Puncak Manik, peralatan penjor dibakar, kemudian abunya
dimasukkan ke klungah nyuh (kelapa) gading dan kemudian ditanam di hulu pekarangan rumah
ataupun bisa dihanyut ke laut.

Anda mungkin juga menyukai