Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Fauzy Syaputra

NIM : 120190025
Program Studi : Teknik Industri
Mata Kuliah : KEWARGANEGARAAN RH

Kewarganegaraan
Jelaskan Yang Dimaksud Dengan Relasi Antara Pendidikan Kewarganegaraan Dengan
Program Studi Anda Dan Tujuan Negara Mencerdaskan Kehidupan Bangsa?

Dimulai dengan pengertian dari Pendidikan kewarganegaraan di mana suatu


pembelajaran yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber
pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua, yang semuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis,
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 (Somantri, 2014). Dalam hubungannya dengan Teknik industri,
Pendidikan kewarganegaraan dibutuhkan karena merupakan suatu pembelajaran tentang jati
diri, yaitu bangsa Indonesia. Kita tahu sendiri, bahwa sebentar lagi dunia akan berpindah
sepenuhnya ke dunia virtual di mana kita dapat berinteraksi dengan banyak orang dari belahan
bumi mana pun. Banyak hal positif yang ditimbulkan dari interaksi tersebut, tetapi ada juga
kekurangan pada segi jati diri orang tersebut dalam dunia virtual di mana dibutuhkannya
Pendidikan kewarganegaraan untuk mencegah hal tersebut. Selain itu, dalam hubungan
pengembangan negara dan karakter bangsa, program studi teknik industri yang akan banyak
bergerak dalam bidang industri akan mendorong hal tersebut. Dikarenakan Indonesia saat ini
merupakan negara berkembang, dibutuhkannya sarjana teknik industri yang kompeten dalam
hal mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi dan juga kemampuan manajerial untuk
menduduk proses tersebut. Dan, ketika Indonesia ingin menjadi negara maju, perlunya
hubungan sosial dengan negara lain dan di sini dibutuhkannya pembelajaran tentang
kewarganegaraan. Dibutuhkannya kompetensi berpartisipasi secara aktif guna
memperkenalkan negara Indonesia dalam dunia profesional agar dapat memajukan bangsa.
Selain itu, ketika sudah berhubungan dengan negara lain, perlunya sikap demokratis dan
beretika yang baik di mana hal tersebut di dapatkan dari Pendidikan kewarganegaraan. Dan
terakhir, yang terpenting, dikarenakan sarjana teknik industri ditekankan untuk dapat menjalin
hubungan dengan berbagai bidang keahlian dalam satu negara atau beda negara, Pendidikan
kewarganegaraan akan sangat penting untuk memberikan jati diri sebagai warga negara
Indonesia. Dan hal itu juga dapat mencerminkan ideologi pancasila walaupun kita sedang
berada dalam lingkungan perusahaan luar negeri atau berada di negara luar Indonesia.

Selanjutnya, hubungan antara pendidikan kewarganegaraan dengan tujuan negara


Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilihat dari kompetensi yang
diharapkan dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Tujuan yang berhubungan
dengan hal ini adalah mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar sepanjang hayat (long live
learning), menjadi ilmuwan profesional yang berkepribadian dan menjunjung nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ditekankan pada kata long live learning di mana kita
sebagai warga negara atau sebagai manusia untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa perlu
adanya proses belajar seumur hidup. Karena proses belajar seumur hidup ini dapat sebagai bekal
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam hal segi intelektual. Ketika proses tersebut diterapkan dari
sekarang, memungkinkan akan di wariskan kepada generasi selanjutnya supaya itu menjadi bagian
dari budaya bangsa Indonesia. Selanjutnya, cerdas tidak hanya dalam segi intelektual, melainkan
dari segi etika yang juga di ajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan. Dan yang terpenting,
mengakui, merasa bangga, dan cinta tanah air merupakan dasar terpenting dari mencerdaskan
kehidupan bangsa. Karena, jika orang tersebut pintar secara intelektual dan etika dan tidak
mengakui bahwa dirinya merupakan warga negara Indonesia, hal itu sama saja seperti memberikan
hadiah kepada mantan dan setelah diterima kita ditinggal.

Identifikasi Sebuah Masalah Bangsa Yang Dapat Diantisipasi Melalui Pendidikan


Kewarganegaraan dan Apakah Masalah Itu Muncul Dari Perkembangan Iptek,
Tuntutan Dan Kebutuhan Masyarakat, Ataukah Tantangan Global Saat Ini Serta Apa
Solusi Dari Anda Sebagai Mahasiswa !

Kenakalan remaja mungkin sudah menjadi hal yang bahkan dapat dikatakan wajar jika
ditinjau di masa sekarang. Contohnya dapat seperti minum-minuman keras di bawah umur
yang banyak orang tua zaman dulu menandainya sebagai hal yang nakal. Tetapi, pada zaman
sekarang mungkin masih terdapat sebagian yang mengira hal tersebut nakal dan ada juga yang
menganggap lumrah. Contoh lain, seperti berhubungan intim di luar nikah yang sebelumnya
merupakan perilaku yang benar-benar nakal, tetapi sekarang banyak yang menganggap hal
tersebut lumrah. Sebetulnya masih banyak lagi kenakalan remaja yang lebih nakal dari yang
saya sebutkan, tetapi di sini kita akan membahas hanya dua itu saja.

Dalam kaitannya dengan pendidikan kewarganegaraan, kedua kenakalan remaja


tersebut dapat diantisipasi dengan pemberian bekal sesuai nilai pancasila. Jika di tinjau kembali
berdasarkan sila pertama pancasila, yaitu “ketuhanan yang maha esa” pastinya di ajarkan dalam
pendidikan kewarganegaraan ini, atau bahkan sudah dari pelajaran PPKN (Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan). Jika hal tersebut sudah di tanamkan sejak dini dan sudah di
aplikasikan, terdapat kemungkinan yang besar kenakalan remaja tersebut akan berkurang
karena itu dilarang dalam agama masing-masing. Selanjutnya, dengan tujuan pendidikan
kewarganegaraan untuk membuat mahasiswa berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan
yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (berhubungan dengan sila pertama), maka akan
banyak kampanye tentang kenakalan remaja tersebut. Kalau berdasarkan pemikiran dari saya
sendiri, kenakalan remaja tersebut muncul dari perkembangan iptek, tuntutan & kebutuhan
masyarakat, dan tantangan global. Kenapa bisa dibilang begitu? Karena menurut saya dengan
adanya perkembangan iptek, lebih mudahnya kita mendapatkan teman virtual yang kita sendiri
tidak tahu dia baik atau hanya ingin menjerumuskan kita. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat di
mana hal ini menjadikan kenakalan remaja sebagai hal yang lumrah. Contohnya dapat di lihat dari
budaya yang terbentuk dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang baru seperti “kalau belum
pernah mabuk berarti orangnya ga asik” atau “masih perawan berarti tandanya ga laku”. Memang
kedengaran tidak masuk akal, tetapi itu yang terpikirkan oleh saya. Dan terakhir, tantangan global
di mana berhubungan jati diri masing-masing individu di mana mungkin mereka melakukan
kenakalan tersebut karena sedang dalam masa krisis identitas. Dan berdasarkan pengalaman saya,
terdapat sebagian nilai yang dibutuhkan dari pendidikan kewarganegaraan, contohnya seperti dapat
mencari jati diri, yaitu jati diri sebagai bangsa Indonesia.

Selanjutnya, untuk solusi dari kenakalan remaja secara mudahnya mungkin dapat saya
bilang dengan “sosialisasi kepada remaja”, “pembuatan kampanye agar tidak nakal kepada
remaja”, “memberitahu mereka agar tidak melakukan hal tersebut”. Secara lapangannya, perkataan
tersebut hanya melewati lubang telinga dan keluar lagi dari lubang yang lainnya, tetapi memang
ada yang dapat menangkap maksud dari sosialisasi, kampanye, atau pemberitahuan saja. Jika di
analisis secara sederhana menggunakan pertanyaan “mengapa?” mungkin akan menjadi seperti ini.
“Mengapa anak muda zaman sekarang suka minum-minuman keras di bawah umur?”, mungkin
jawabannya akan seperti “karena kalau tidak minum berarti tidak asik”. “Mengapa tidak minum
dapat dinyatakan sebagai tidak asik?”, jawabannya dapat berupa “Karena itu merupakan aturan di
pertemanan saya”. “Mengapa hal tersebut dapat dijadikan aturan dalam lingkungan pertemanan”,
jawabannya “karena lingkungan pertemanan tersebut tidak ingin berteman dengan orang yang
culun”. “Mengapa lingkungan pertemanan tidak ingin orang yang culun?”, jawabannya “karena
akan direndahkan oleh pertemanan lainnya”. “Mengapa lingkungan pertemanan tersebut tidak mau
direndahkan oleh lingkungan lainnya?”, jawabannya “karena mereka merasa tidak percaya diri
dengan diri mereka sendiri dan lingkungannya”. “Mengapa mereka dapat tidak percaya diri?”,
jawabannya “Mungkin karena pengalaman buruk yang pernah di alami”. “Mengapa dia bisa
mengalami pengalaman yang buruk sehingga membuat dia tidak percaya diri?”, jawabannya
“karena kurangnya perhatian dari orang terdekatnya”. “Mengapa orang terdekatnya kurang
memberikan perhatian?”, jawabannya “karena orang terdekatnya tidak menginginkannya?”,
“karena dia merupakan kesalahan (hamil di luar nikah dalam konteks orang tua)”. Dan terjadilah
looping yang terjadi.

Terkadang, saya sendiri berpikir kalau masalah kenakalan remaja bukan diakibatkan oleh
orang tua, karena sifat orang tua akan dicerminkan ke anak dan seterusnya. Saya malah percaya
bahwa dengan pembangunan fasilitas publik seperti taman skateboard, open library (fisik), dan
fasilitas gratis yang memanjakan remaja akan lebih baik dari pada sosialisasi dan semacamnya.
Memang akan menjadi senjata makan tuan jika memanjakan remaja, tapi tidak salahnya bukan
dicoba?. Dengan pemberian fasilitas gratis, pikiran dari seorang akan terfokus pada “gratis”-nya
dan itu juga akan menarik perhatian para remaja lainnya jika tempat itu ramai dikunjungi. Dalam
hal ini menarik para remaja yang memang tertarik dalam bidang di fasilitas tersebut, seperti kutu
buku akan menarik kutu buku yang lainnya, pembicara akan menarik pembicara lainnya, dan
seterusnya. Menciptakan lingkungan yang sehat lebih penting dan saya lebih percaya bahwa
lingkungan di luar keluarga akan lebih memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan lingkungan
dalam keluarga. Tetapi, mungkin itu akan berbeda jika orang tuanya sangat skeptis tentang dunia
luar seperti majikan hewan peliharaan yang takut melepaskan ikan air tawar di laut.

Mengapa setiap negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan kepada


warganya dan apa urgensinya bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara?

Perlu adanya pendidikan kewarganegaraan dapat menjadikan warga negara menjadi


satu pandangan dengan pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia. Selain itu, jika
ditinjau pada konteks awal di mana dunia cepat atau lambat akan berpindah ke dunia virtual.
Dunia virtual ini akan membebaskan penggunanya dan biasanya tidak menampilkan identitas
dari negara mana dia berasal. Atau karena dunia virtual secara dominan di buat oleh
perusahaan, semua orang yang berada di dunia virtual akan dikategorikan sebagai warga negara
virtual perusahaan. Dan itu yang sangat mengerikan, sebuah perusahaan dapat mengatur warga
negaranya dengan term of agreement yang mungkin memberatkan pengguna, seperti data
pribadi, identitas yang harus berkebangsaan perusahaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
perlu pendidikan kewarganegaraan untuk memberikan jati diri kepada orang yang belajar
pendidikan tersebut untuk percaya bahwa dia merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Bukan
dari perusahaan buku bermuka.
References
Andhika. (2021, September 25). Contoh Masalah Sosial di Tahun 2021 dan Solusi
Menghadapinya. Retrieved from ajaib: https://ajaib.co.id/contoh-masalah-sosial-di-
tahun-2020-dan-solusinya/
Jamaludin, U., Setiawan, D., & Raharjo. (2017). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.
Palembang: BKS PTN-BARAT.
Somantri, N. (2014). dikti.

Anda mungkin juga menyukai