Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 3

Italia, China, dan Teknologi Militer

Minggu (5/9/2021), harian ini memberitakan penangkapan tiga pengusaha China dari
dua perusahaan oleh aparat Italia terkait dugaan akuisisi teknologi militer.
Dua perusahaan China sebelumnya mengakuisisi perusahaan pesawat nirawak Italia,
Alpi Aviation. Mengutip Reuters, petugas menangkap tiga warga Italia dan tiga warga
China menyusul pemeriksaan petugas pajak ke kantor Alpi Aviation. Italia
melancarkan penindakan setelah mengetahui Badan Pengawasan Aset Negara di
China (SASAC) adalah pengendali kedua perusahaan China yang membeli 75 persen
saham Alpi Aviation, perusahaan pembuat pesawat nirawak.
Bukan rahasia lagi, hampir semua negara melarang pembelian perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi pertahanan/militer. Pembeli asal China disebut oleh
petugas pajak Italia sebagai investor pemangsa, dan investasi itu dilarang.
Jika membaca buku Modern Warfare, Intelligence and Deterrence-The Technologies
that are Transforming Them, terbitan The Economist tahun 2011, pesawat nirawak
dikupas khusus sebagai wahana pengintai, penyerang, yang kian besar peranannya,
khususnya di era sistem pertahanan udara semakin maju, sehingga semakin
mengancam pesawat tempur.
Kuncinya: membuat pesawat tempur kian bersifat siluman, stealthy, tak dapat dilacak
radar, atau membuat pesawat nirawak yang memiliki sifat serupa, mengingat
kemampuan radar juga makin canggih. China berkali-kali mengumumkan berhasil
mengembangkan radar yang bisa melacak jet tempur canggih Amerika Serikat, F-35
Lightning II. Pengembangan radar canggih yang disebut radar kuantum ini dilaporkan
sudah dimulai tahun 2016.
China juga merasa harus mengetahui lebih dalam karakteristik pesawat nirawak
mengingat AS mengembangkan sistem THOR pada 2019. Dalam uji coba, THOR
disebut bisa menjatuhkan 50 pesawat nirawak sekaligus. Jika sistem THOR bisa
dioperasikan penuh, bisa melindungi pangkalan militer penting AS dari serangan
pesawat nirawak, yang Bersama dengan rudal menjadi alat penyerang pangkalan
lawan.
Sistem lain yang juga dikembangkan untuk menangkal serangan udara, oleh pesawat
tempur atau pesawat nirawak, adalah senjata gelombang elektromagnetik. Sistem ini
sudah bisa menembak sasaran di ketinggian 1.500 meter.
Dari berita ini setidaknya kita bisa memetik dua kesimpulan. Pertama, pesawat
nirawak ikut rentan di era sistem pertahanan udara yang kian canggih, tetapi masih
dipandang perlu disempurnakan. Kedua, di era wahana penyerang yang makin sulit
dideteksi radar, harus dikembangkan sistem radar baru yang lebih ampuh untuk
melacak pesawat.
Ada dialektika abadi dalam kemiliteran: sisi ofensif dan defensif. Spionase teknologi
kemiliteran sejak dulu ada. Menjadi kewajiban setiap negara untuk melindungi
sebaik-baiknya aset pertahanannya agar tidak jatuh ke tangan lawan, yang semakin
hari punya cara makin canggih untuk mengaksesnya, seperti dengan berinvestasi atau
mengakuisisi perusahaan yang bergerak di dalam riset dan produksi teknologi
pertahanan.
Diterbitkan oleh kompas (6 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai