Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Konsep Persepsi dan Kaitanya dengan Proses Pembelajaran

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu : Muhammad Radian NurAlamsyah, M.Pd

Disusunoleh :

Kelompok 5

1. MaulinaAfniSaputri (1910305056)
2. Zumrotul Salisa (1910305112)
3. Galuh Nurani Esa Kinanti (1910305059)
4. Muhammad Taufiqurrahman (1910305047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 3


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019/2020
Pendahuluan

A. LatarBelakang
B. RumusanMasalah
1. Apapengertiandaripersepsi ?
2. Bagaimana proses terjadinyapresepsi ?
3. Apaperanpersepsidalampembelajaran?
4. Faktorapa yang menyebabkanterjadinyagangguanpersepsidanapasajagangguan yang
dapatterjadi?
C. Tujuan
1. Untukmengetahuikonsepdaripersepsi.
2. Mengetahui proses terjadinyapersepsi.
3. Mengetahuiperanpersepsidalampembelajaran.
4. Mengetahuifaktorapasaja yang
dapatmenyebabkangangguanpersepsidanapasajagangguandaripersepsitersebut.
Pembahasan

A. KonsepPersepsi
1. PengertianPersepsi
Persepsiberasaldaribahasainggris “perception”, yang diambildaribahasalatin yang
berartimenerimaataumengambil. Persepsisulitdirumuskansecarautuh.Olehkarenaitu,
paraahliberbeda-bedadalammemberikandefinisitentangpersepsiini.Persepsiadalah proses
yang menyangkutmasuknyapesanatauinformasikedalamotakmanusia.
Berikutadalahdefinisipersepsidaribeberapaahli.
a. MenurutJalaludinRakhmat, persepsiadalahpengalamantentangobjek, peristiwa,
atauhubungan-hubuungan yang
diperolehdenganmenyimpulkaninformasidanmenafsirkanpesa.
b. MenurutSondang P. Siagian ,persepsidapatdipahamisebagaisuatu proses
melaluibagaimanaseseorangmengorganisasikandanmenginterpretasikankesan-
kesansesnsorinyadalamusahanyamemberikansesuatumaknatertentukepadaling
kungannya.
c. Irwantomenyatakanbahwapersepsiadalah proses
diterimanyarangsanganobjekkualitas,
hubungananataragejalamaupunperistiwasampairansanganitudisadaridandimen
gerti, karenapersepsibukansekedarpenginderaan, makaada yang
menyatakanpersepsisebagai “the interpretation of experience”
(penafsiranpengalaman).
Dari beberappapengertiandiatas,
dapatdipahamibahwapersepsipadadasarnyamenyangkuthubunganmanusiadenganlingkung
annya, bagaimanaseseorangmengertidanmenginterpretasikansitimulus yang ada di
lingkungannyadenganmenggunakanpengetahuan yang dimilikinya.
2. Faktor-faktorterjadinyaPersepsi
Persepsiseseorangtidaktimbulbegitusaja.Tentuadafaktor- faktor yang
mempengaruhinya.Faktor -faktoritulah yang menyebabkanmengapadua orang yang
melihatsesuatumungkinmemberiinterpretasi yang berbedatentang yang dilihatnyaitu.
a. SecaraumummenurutSondang, bahwaterdapattigafaktor yang
mempengaruhipersepsiseseorang, yaitu.
1. Diri orang yang
bersangkutansendiriApabilaseseorangmelihatsesuatudanberusahamemberikan
interpretasitentangapa yang dilihatnya, iadipengaruhiolehkarakteristik
individual yang turutberpengaruhsepertisikap, motif, kepentingan, minat,
pengalamandanharapan.
2. Sasaranpersepsi,Sasarandapatberupa orang,
bendaatauperistiwa.Sifatsifatsasarantersebutberpengaruhterhadappersepsi
orang yang melihatnya.
3. FaktorsituasiSituasimerupakanfaktor yang
turutberperandalampenumbuhanpersepsiseseorang.
b. MenurutBimoWalgito, faktor-faktor yang
mempengaruhipersepsiadalahsebagaiberikut:
1. AdanyaObjek yang dipersepsi, objekmenimbulkan stimulus yang
mengenaialatinderaataureseptor.
stimulusdapatdatangdariluarindividudandaridalamindividu.
namunsebagianbesar stimulus berasaldariluarindividu.
2. Alatindera, saraf, danpusatsusunansaraf,
alatinderaataureseptormerupakanalatuntukmenerima stimulus yang
diterimareseptorkepusatsusunansaraf, yaituotaksebagaipusatkesadaran.
3. Perhatian, langkahpertamasebagaipersiapandalamrangkamengadakanpersepsi.
perhatianmerupakanpemusatanataukonsentrasidariseluruhaktivitasindividu
yang ditujukankepadasesuatuatausekumpulanobjek.
c. Iriani Indri Hapsaridkk, membagibeberapafaktor yang
berperandalampersepsiyaitu :
1. Adanyaobjek yang dipersepsiObjekmenimbulkanpersepsi stimulus yang
masukmelaluiinderaataureseptor. Stimulus
bisaberasaldarilingkunganmaupundaridalamdirimanusiasendiri yang
langsungmengenaisyarafpenerima yang bekerjasebagaireseptor,
tetapisebagianbesar stimulus berasaldariluarindividu.
2. Adanyaalatindera (sistemsensori) dansistemsarafpusat.
3. Atensi (perhatianselektif)Persepsisangatberkaitanlangsungdengan stimulus,
denganadanya stimulus makamempunyaibeberapafaktor yang
berperandalampersepsi.
B. Proses Persepsi
 Syaratterjadinyapersepsi:
a. Adanyaobjek : Objek stimulus alatindra (reseptor)
Stimulus berasaldariluarindividu (langsungmnegenaialatindra/ reseptor)
dandaridalamdiriindividu (langsungmengenaisarafsensori yang
bekerjasebagaireseptor).
b. Adanyaperhatiansebagailangkahpertamauntukmengadakanpersepsi.
c. Adanyaalatindrasebagaireseptorpenerima stimulus.
d. Sarafsensorisebagaialatuntukmeneruskan stimulus keotak
(pusatsarafataupusatkesadaran). Dari otakdibawamelaluisaraf motoric
sebagaialatuntukmengadakanrespon.
 Proses terjadinyapersepsi
Persepsimelewatitiga proses, yaitu
a. Proses fisik (kealaman) – objek stimulus resepptorataualatindra.
b. Proses fisiologis – stimulus sarafsensoriotak.
c. Proses psikologis – proses dalamotaksehinggaindividumenyadari stimulus
yang diterima.
Secarabagandapatdigambarkansebagaiberikut.

Objek Stimulus Reseptor

Sarafsensorik Otak

SarafMotorik

Persepsi
C. Peran Persepsi Dalam Pembelajaran

Siswa merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pembelajaran di
pendidikan formal. Siswa bisa belajar tanpa guru namun guru tidak bisa mengajar tanpa siswa.
Semua proses belajar selalu di mulai dengan persepsi, yaitu setelah siswa menerima stimulus dari
lingkungannya. Persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Oleh karena
itu sejak dini siswa harus ditanamkan rasa memiliki persepsi yang baik dan akurat mengenai apa
yang di pelajari. Kalau persepsi siswa terhadap apa yang akan dipelajari salah maka akan
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kegiatan belajar yang akan ditempuh.

Persepsi guru terhadap anak akan mempengaruhi gaya dan bentuk mengajar guru. Misalnya,
saat guru menganggap seorang anak nakal, maka guru akan bersikap berbeda dengan anak yang
nakal tersebut. Guru umumnya mengenal muridnya, yang memiliki kriteria berikut : yang cantik,
yang pintar, yang kelewat bodoh dan tentu saja yang nakal. Selebihnya, guru hampir tidak
mengenalnya. Kemudian, guru membentuk stereotyping untuk melekatkan semua karakter sesuai
dengan kategori murid dan bersikap sesuai stereotipe itu. Misalnya, persepsi guru terhadap anak
yang bodoh, akan menghasilkan kemalasan mengajarnya atau kasihan terhadapnya. Terhadap
anak yang pintar (atau kelas unggulan) kita akan senang mengajarnya dan penuh semangat. Jadi,
guru harus membangun persepsi positif sejak awal dan guru tidak boleh memiliki pikiran negatif
terhadap murid, karena persepsi negatif akan menghambat komunikasi. Dengan demikian kita
menyadari, persepsi guru terhadap siswa (positif atau negatif), akan mempengaruhi kebahagiaan
dan keberhasilan siswa.

Begitu pula, persepsi siswa terhadap gurunya, juga memberikan efek besar bagi proses
belajar mengajar (interaksi siswa-guru). Jika murid menganggap gurunya ‘galak’ dan tidak suka
diajak bercanda, maka sikap murid pasti berbeda dengan guru yang membangun keakraban.
Begitu pula, persepsi murid pasti berbeda terhadap guru yang memperhatikan kebutuhan
muridnya dengan guru yang lebih memperhatikan kebutuhan dirinya untuk menghabiskan materi
pelajaran saja dan menerima gajinya. Jika, persepsi ini telah menjadi kerangka berpikir (frame
mind) anak, maka kan sulit dihilangkan.
Dengan demikian dalam persepsi ada kalanya persepsi tersebut baik dan ada kalanya
persepsi tersebut buruk. Bila rangsangan yang diterima siswa itu baik menurut siswa tersebut,
maka siswa akan mempersepsi gaya mengajar guru tersebut baik dan akan berakibat mendorong
motivasi belajarnya.

D. Gangguan Persepsi dan Faktor Yang Menyebabkannya

Gangguan persepsi dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Depersonalisasi, yaitu suatu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subjektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri sebagai
tidak nyata atau khayali. Menurut kihlstrom, gangguan depersonalisasi sering muncul
pada remaja dan dewasa muda dengan ditandai perasaan hilangnya eksistensi diri.
Mereka tiba-tiba merasa berbeda, tubuhnya secara drastis menjadi berbeda. Sering
mereka merasakan dirinya terlepas dari badan mereka sendiri dan menyaksikan apa
yang terjadi pada badannya (out of body experience) yang diikuti persepsi mengunjungi
planet dan tempat lain. Umumnya digambarkan sebagai perasaan terisolasi, tak
bernyawa, aneh dan asing. Diri sendiri dan orang lain dianggap sebagai "otomat",
berperilaku otomatis seperti robot dan dan tanpa inisiatif ataupun pengendalian diri.
Faktor penyebabnya yaitu pengalaman traumatis yang seseorang alami dan yang sering
membuatnya mengalami tekanan yang tinggi.
2. Derealisasi, yaitu perasaan subjektif bahwa lingkungannya menjadi asing seolah-olah
tidak nyata. Gejala derealisasi meliputi:
 Perasaan terasing dari lingkungannya, seperti tinggal dalam sebuah film
 Merasa emosional terputus dari orang-orang yang di sayangi seperti dipisahkan oleh
dinding kaca.
 Lingkungan yang muncul terdistorsi, kabur, tidak berwarna, dua dimensi atau
buatan.
 Distorsi persepsi waktu, seperti peristiwa baru-baru terasa seperti masa lalu.
 Distorsi jarak, ukuran dan bentuk benda
Faktor yang menyebabkan derealisasi adalah hubungan dengantrauma masa
kecil seperti kekerasan verbal, KDRT, perceraian atau ditinggalkanorang yang
disayangi, riwayat orangtua sakit mental, stress dan trauma berat.

3. Ilusi, yaitu persepsi yang salah (misperception) atau interpretasi persepsi yang salah
(misinterpretation) terhadap suatu stimulus sensorik eksternal yang nyata. Ilusi sering
terjadi padasaat terjadinya ketakutan yang luar biasa. Baik yang disebabkan oleh racun,
infeksi maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ada juga penelitian yang
menyebutkan bahwa rangsang audio dan visual dapat mengakibatkan persepsi ilusi
apabila berulang kali dipaparkan. Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk yaitu
ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik
(pengecapan), dan taktil ( perabaan). Macam-macam faktor yang menjadi sebab
terjadinya illusi:
 Faktor kealaman Illusi terjadi karena faktor alam , misalnya illusi echo (gema),
illusi kaca .
 Faktor Stimulus: stimulus yang mempunyai arti lebih dari satu dapat
menimbulkan illusi. Misalnya gambar yang ambiguous, yang mempunyai arti
lebih dari satu dapat menimbulkan illusi.
 Faktor individu: faktor ini dapat disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat
juga karena adanya kesiapan psikologis.
4. Halusinasi, yaitu munculnya persepsi baru (false perception) tanpa objek luar.
Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan dengan stimulus
eksternal yang nyata. Misalnya mendengar suara atau bisikan orang tanpa ada orang
yang berbicara (sumber bunyi). Halusinasi juga dipengaruhi oleh mental images yang
kemudian di proyeksikan keluar seolah-olah datangnya dari luar dirinya.
Jenis-jenis halusinasi, seperti:
a. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensoris yang keliru yang terjadi saat akan tertidur;
secara umum bukan tergolong fenomena yang patologis.
b. Halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi saat terbangun dari
tidur; secara umum bukan tergolong fenomena patologis.
c. Halusinasi dengar (auditorik): persepsi bunyi yang palsu, biasanya berupa suara
orang tetapi dapat juga bunyi-bunyi lain, seperti musik; merupakan jenis halusinasi
yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatrik.
d. Halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang berupa citra yang berbentuk
(sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai contohnya,
kilatan cahaya); seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
e. Halusinasi cium (olfaktoris): persepsi menghidu yang palsu; seringkali terjadi pada
gangguan medis umum.
f. Halusinasi kecap (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang keliru, seperti rasa
kecap yang tidak menyenangkan, sebagai gejala awal kejang; seringkali terjadi pada
gangguan medis umum.
g. Halusinasi raba (taktil; haptik): persepsi keliru tentang perabaan atau sensasi
permukaan, seperti sensasi dari suatu tungkai yang teramputasi (phantom
limb),sensasi adanya gerakan pada kulit atau di bawah kulit (formication).
h. Halusinasi somatik: sensasi keliru tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam tubuh
atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari organ visceral (juga dikenal sebagai
cenesthesic hallucination).
i. Halusinasi liliput: persepsi yang keliru di mana benda-benda tampak lebih kecil
ukurannya (juga dikenal sebagai mikropsia) atau benda terlihat lebih besar
ukurannya (makropsia).
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood congruent hallucination): halusinasi di
mana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang depresi atau manik (sebagai
contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar suara yang mengatakan
bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien manik mendengar suara yang
mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan, dan pengetahuan yang
tinggi).
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination):
halusinasi di mana isinya tidak konsisten dengan mood yang depresi atau manik
(sebagai contohnya, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema tersebut
seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak diterima, atau ketidakmampuan;
pada mania, halusinasi tidak mengandung tema-tema tersebut seperti harga diri atau
kekuasaan yang tinggi).
l. Halusinosis: halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar, yang berhubungan
dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih,
berbeda dengan delirium tremens (DTs), yaitu halusinasi yang terjadi dalam konteks
sensorium yang berkabut.
m. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain (sebagai
contohnya, suatu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi
visual; suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai
didengar).
n. Trailing phenomenon: kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat
halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang
terpisah dan tidak kontinu.
o. Command hallucination: persepsi perintah yang palsu di mana seseorang dapat
merasa patuh terhadap perintah atau tidak mampu untuk menolak /menentang.

Berikut adalah beberapa faktor terjadinya halusinasi:

 Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dengan


gejala psikosis. Psikosis adalah kumpulan gejala gangguan mental di mana
seseorang merasa terpisah dari kenyataan yang sebenarnya, ditandai dengan
gangguan emosional dan pikiran. Penderita psikosis akan sulit membedakan hal
yang nyata dan tidak.
 Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan aura,
delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit Alzheimer.
 Terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti kokain,
amfetamin, heroin dan obat psikedelik.
 Demam pada anak kecil atau pada lanjut usia.
 Gangguan tidur, seperti narkolepsi.
 Penyakit berat, seperti gagal ginjal atau gangguan hati stadium lanjut,
HIV/AIDS, kanker otak.
 Cedera kepala berat.
 Gangguan elektrolit, misalnya rendahnya kadar natrium darah (hiponatremia)
dan rendahnya kadar magnesium (hipomagenesemia).
 Kelainan asam basa, seperti pada kondisi asidosis.
 Efek samping obat-obatan.

Anda mungkin juga menyukai