Anda di halaman 1dari 20

2

MODUL PERKULIAHAN

F041700009 – HUKUM BISNIS DAN


LINGKUNGAN

Aspek-Aspek Hukum Bisnis

Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS)

Pada Pokok bahasan ini akan Sub-CPMK 1


mendiskripsikan mengenai hal-hal
yang dasar tentang aspek hukum Dasar hukum secara umum dan aspek
bisnis. hukum dalam bisnis.

Pengertian dan Tujuan Hukum


Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

01
Swarmilah Hariani.,SE.M.Acc.,CIBA.,CBV
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
A. Pengertian Hukum

Mengenai definisi hukum para sarjana dan para ahli membuat rusuman atau
definisi yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan hukum. Van
Vollenhoven dalam bukunya Hat Adatrecht van Nederlandsche Indie menyatakan:
“Recht is een verchijnsel der almaar stromende samenieving, met andere vershijnsel in
rusteloze wisselwerking van stuw en tegenstuw”. (Hukum adalah suatu gejala dalam
pergaulan hidup, yang bergejolak terus-menerus dalam keadaan bentur-membentur tanpa
henti-hentinya dengan gejala lain). (Riduan Syahrani, 2013:16). Utrecht misalnya, dalam
bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia mengemukakan: “Hukum adalah himpunan
petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat, dan oleh karena itu seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan”. (Riduan Syahrani, 2013:17). Selanjutnya, Wirjono
Prodjodikoro dalam tulisan yang berjudul Rasa Keadilan Sebagai Dasar Segala Hukum
menyatakan bahwa: “Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah
laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.” (Riduan Syahrani, 2013:17).
Definisi hukum oleh J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto dalam buku mereka
yang berjudul Pelajaran Hukum Indonesia (Arus Akbar Silonde dan Wirawan B. Ilyas,
2011:2) memberikan definisi bahwa adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa
yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut
dikenakan sanksi atau hukuman tertentu.
Maka hukum itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a. Hukum terdiri dari serangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku
manusia dalam masyarakat.
b. Peraturan-peraturan hukum tersebut bermaksud untuk mengatur tata tertib dan
kepentingan-kepentingan manusia dalam masyarakat.
c. Agar aturan-aturan hukum tersebut dapat terlaksana dengan baik.
d. Pelanggaran terhadap aturan-aturan hukum tersebut sanksinya adalah tegas.

Leon Dugoit (dikutip dalam C.S.T Kansil, 2011) mengemukakan bahwa hukum
adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan jika yang dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu. Menurut Aristoteles (dikutip dalam Wawan Muhwan Hariri,
2012) hukum adalah particular law is that which each community lays down and applies to
its own members. Universal law is the law of nature (hukum adalah pijak mendasar untuk

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kehidupan anggota masyarakat. Hukum alam merupakan hukum universal). Wawan
Muhwan Hariri (2012) mendefinisikan hukum adalah peraturan, ketentuan dan ketetapan
yang telah disepakati oleh masyarakat dan para penegak hukum, yang harus
dilaksanakan sebaik-baiknya. Drs. C.S.T. Kansil, SH, hukum itu mengadakan ketata-
tertiban dalam pergaulan manusia, sebagai keamanan dan ketertiban terpelihara.
Kesimpulannya hukum merupakan alat pengatur guna memelihara kehidupan menjadi
aman dan tertib.
Hukum mengandung sanksi tertentu untuk diterapkan pada para pelanggar
hukum. Peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat mempunyai 2 (dua) bentuk yaitu
tertulis dan tidak tertulis. Peraturan yang tertulis sering disebut perundang-undangan
tertulis atau hukum tertulis dan kebiasan-kebiasaan yang terpelihara dalam kehidupan
masyarakat. Sedang Peraturan yang tidak tertulis sering disebut hukum kebiasaan atau
hukum adat.

B. Tujuan Hukum

Menurut teori etis (“etische theory”), hukum hanya semata-mata bertujuan


mewujudkan keadilan. Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh filsuf Yunani,
Aristoteles, dalam karyanya Ethica Nicomachea dan Rhetorika, yang menyatakan
bahwa: “Hukum mempunyai tugas yang suci, yaitu memberikan kepada setiap orang yang
ia berhak menerimanya.” (Riduan Syahrani, 2013:20).
Secara teoretis dapat dikemukakan beberapa asas untuk menentukan apakah
sesuatu itu adil atau tidak, yaitu (Riduan Syahrani, 2013:21):
1. Asas persamaan, di mana diadakan pembagian secara mutlak. Setiap warga
masyarakat mendapatkan bagian secara merata tanpa memperhatikan
kelebihan/kekurangan individu.
2. Asas kebutuhan, di mana setiap warga masyarakat mendapatkan sebagian sesuai
dengan keperluan yang nyata.
3. Asas kualifikasi, di mana keadilan didasarkan pada kenyataan, bahwa yang
bersangkutan akan dapat mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya.
4. Asas prestasi objektif, bahwa bagian seseorang warga masyarakat didasarkan pada
syarat-syarat objektif.
5. Asas subjektif, yang didasarkan pada syarat-syarat subjektif, misalnya: intensi,
ketekunan, kerajinan, dan lain-lain.

Menurut teori utilities (“utilities theorie”), hukum bertujuan mewujudkan semata-


mata apa yang berfaedah saja. Hukum bertujuan menjamin adanya kebahagiaan

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Teori ini diajarkan oleh Jeremy
Bentham (tahun 1748 – 1832) seorang ahli hukum dari Inggris dalam bukunya
Introduction to the Morals and Legislation (Riduan Syahrani, 2013:21). Bentham dianggap
tokoh radikal yang menghendaki banyak perubahan bagi kehidupan di Inggris. Ia adalah
pencetus dan pimpinan aliran pikiran “kemanfaatan”. Menurut Bentham hakikat
kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan.
Karenanya, maksud manusia melakukan tindakan adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan. Baik buruknya
tindakan diukur dari baik buruknya akibat yang dihasilkan tindakan itu.
Teori selanjutnya yang merupakan campuran dari kedua teori tersebut di atas
dikemukakan oleh para sarjana berikut ini. Bellefroid, yang dapat dikelompokkan pada
teori campuran ini, dalam bukunya Inleiding tot de Rechtswetenschap in Nederland
menyatakan bahwa: “Isi hukum harus ditentukan menurut dua asas, yaitu keadilan dan
faedah” (Riduan Syahrani, 2013:22). Kemudian van Apeldoorn dalam bukunya Inleiding
tot de Studie van het Nederlands Recht mengatakan: “Tujuan hukum adalah untuk
mengatur pergaulan hidup secara damai.” Hukum menghendaki kedamaian. Kedamaian
di antara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-
kepentingan manusia yang tertentu, yaitu kehormatan, kemerdekaan, jiwa harta benda,
dan sebagainya terhadap yang merugikan. Kepentingan individu dan kepentingan
golongan-golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain. Pertentangan
kepentingan-kepentingan ini selalu akan menyebabkan pertikaian dan kekacauan satu
sama lain kalau tidak diatur oleh hukum untuk menciptakan kedamaian. Dan hukum
pertahankan kedamaian dengan mengadakan keseimbangan antara kepentingan yang
dilindungi, di mana setiap orang harus memperoleh sedapat mungkin yang menjadi
haknya.” (Riduan Syahrani, 2013:22).
Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Perbuatan Melanggar Hukum bahwa:
”Tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan bahagia dan tertib dalam masyarakat.
(Riduan Syahrani, 2013:23). Kemudian Mochtar Kusumaatmadja dalam tulisannya yang
berjudul Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional mengatakan
bahwa: “Tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan
ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia yang
teratur. Di samping ketertiban tujuan lain daripada hukum adalah tercapainya keadilan,
yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masrakat dan zamannya.” (Riduan
Syahrani, 2013:24).

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban di dalam masyarakat, diharapkan kepentingan manusia akan
terlindungi (Arus Akbar Silonde dan Wirawan B. Ilyas, 2011:3).

Sistimatika Pembagian Hukum Perdata


Salah satu hukum yang berlaku di Indonesia adalah Hukum Perdata. Hukum
Perdata di Indonesia berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) atau
dalam bahasa Belanda adalah Burgerlijk Wetboek atau dikenal dengan BW. Istilah hukum
perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai terjemahan dari
burgerlijkrecht pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim hukum
perdata adalah civielrecht dan privatrecht.
Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H. mengatakan bahwa Hukum Perdata adalah
hukum yang mengatur kepentingan perseorangan yang satu dengan perseorangan yang
lainnya. Prof. R. Soebekti, S.H., Hukum Perdata adalah semua hak yang meliputi hukum
privat materiil yang mengatur kepentingan perseorangan. Wirjono Prodjodikoro, Hukum
Perdata adalah suatu rangkaian hukum antara orang-orang atau badan hukum satu sama
lain tentang hak dan kewajiban. Dari beberapa pengertian-pengertian tersebut di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari Hukum Perdata itu adalah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang atau badan hukum yang satu dengan orang
atau badan hukum yang lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepentingan
perseorangan (pribadi) badan hukum.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau BW yang ada dan berlaku di
Indonesia mempunyai sistematika yang terdiri dari 4 buku yaitu :
1. Buku I tentang orang (van personen) yang berisi hukum perorangan (personen recht)
dan hukum keluarga (familie recht) :
mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga (Pasal 1 s/d 498).
2. Buku II tentang benda (van zaken) yang berisi hukum kebendaan (zakenrecht) dan
hukum kewarisan (erfrecht) Pasal 499 s/d 1232)
3. Buku III tentang perikatan (van verbintenissen) Pasal 1233 s/d 1864
4. Buku IV tentang pembuktian dan kadaluwarsa (van bewijs en verjaring) yang
mengatur alat-alat bukti dan akibat lewat waktu terhadap hubungan hukum diatur
(Pasal 1805 s/d 1993).

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Soedjono Dirjosisworo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum menyebutkan 4
(empat) tahap fungsi hukum , yaitu:
1. Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.
2. Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan social lahir batin.
3. Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan.
4. Fungsi kritis dari hukum. (Riduan Syahrani, 2013:24).

Sumber – sumber Hukum

Sumber hukum adalah “segala apa saja yang dapat menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata” (CST. Kansil, 1984:46) (dikutip
dalam Zaeni Asyhadie, 2005).
Adapun sumber-sumber hukum adalah sebagai berikut (Zaeni Asyhadie, 2005:6) :
1) Undang-undang
Undang-undang merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 5 ayat (1) jo. Pasal 20 ayat (1) UUD
1945).
2) Yurisprudensi, yaitu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap, yang secara umum memutuskan sesuatu persoalan yang belum ada
pengaturannya pada sumber hukum yang lain.
3) Kebiasaan
Kebiasaan merupakan perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang dalam hal
keadaan yang sama. Bila suatu perbuatan manusia telah diterima oleh masyarakat
sebagai suatu kebiasaan, dan kebiasaan ini selalu berulangkali dilakukan sehingga
perbuatan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran
(perasaan hukum), maka timbullah suatu kebiasaan yang dipandang sebagai hukum.
Syarat-syarat suatu kebiasaan bisa menjadi hukum adalah sebagai berikut.
a) Syarat materiil, yaitu adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap dan diulang
dalam jangka waktu yang lama.
b) Syarat intelektual, yaitu kebiasaan itu menimbulkan keyakinan bahwa perbuatan
tersebut merupakan kewajiban hukum.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
c) Adanya akibat hukum apabila dilanggar.
4) Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak
yang lain untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu hal sehingga pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian tersebut terikat oleh isi perjanjian yang mereka
buat.
5) Perjanjian Internasional
Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh dua Negara atau lebih
(bilateral atau multilateral).
6) Doktrin/Pendapat para ahli
Mengenai pendapat para ahli hukum, pernah dikenal pendapat umum yang
menyatakan bahwa orang tidak boleh menyimpang dari Communis Opinio Doctorum
(pendapat umum para sarjana). Oleh karena itu, pendapat para sarjana (doktrin)
mempunyai kekuatan mengikat sebagai sumber hukum. Doktrin adalah
pendapat/argumen dari para ahli hukum yang terkemuka dan dijadikan dasar atau
asas penting dalam hukum dan penerapannya.
Dalam melaksanakan pemerintahan Negara di Indonesia, kebiasaan yang disebut
convention mempunyai tempat yang penting di samping undang-undang. Kalau undang-
undang berisi ketentuan-ketentuan yang bersifat memaksa dan bertentangan dengan
hukum kebiasaan, undang-undang mengalahkan hukum kebiasaan. Akan tetapi, pada
umumnya diakui, bahwa hukum kebiasaan dapat mengesampingkan ketentuan-ketentuan
undang-undang yang bersifat pelengkap (Riduan Syahrani, 2013:112).

Subjek dan Objek Hukum


Hukum adalah peraturan yang mengikat yang mengatur tindakan manusia yang
diakui oleh Negara. Kita sebagai manusia sudah seharusnya mematuhi hukum tersebut
karena manusia merupakan subjek hukum. Di dalam hukum bukan saja terdapat subjek
hukum, namun hukum juga mempunyai objeknya.
A. SUBJEK HUKUM
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat menjadi pendukung hak dan
kewajiban (Said Sampara dkk, 2009:151). Subjek hukum adalah orang. Yang termasuk
orang menurut hukum adalah manusia dan badan hukum. Oleh karenanya 2 golongan
“orang”, yaitu manusia dan badan hukum.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Manusia Sebagai Subjek Hukum:

Sebagai subjek hukum, setiap manusia memiliki hak dan kewaiban, tanpa kecuali.
Inilah yang disebut dengan istilah “kewenangan hukum”. Setiap manusia memiliki
kewenangan hukum, namun tidak setiap manusia memiliki kecakapan untuk melakukan
tindakan hukum. Golongan manusia yang tidak cakap untuk bertindak itu disebut dengan
istilah Personae Miserabile. Mereka itu terdiri atas :
a. Manusia yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum kawin (minderjarigheid);
b. Manusia dewasa yang berada di bawah kuratele.

Yang dimaksud manusia dalam pengertian ini adalah orang yang dilahirkan secara
biologis ataupun natural (Arus Akbar Silondae & Wirawan B. Ilyas, 2011:9). Sebagai
subjek hukum manusia mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan
suatu tindakan hukum, membuat perjanjian, memiliki harta kekayaan, dan sebagainya
(Arus Akbar Silondae & Wirawan B. Ilyas, 2011:9). Berlakunya manusia sebagai subjek
hukum adalah sejak ia dilahirkan dalam keadaan hidup dan subjek hukum berakhir sejak
manusia itu meninggal dunia.

2. Manusia yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum kawin :

Seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum kawin, oleh hukum belum
diizinkan melakukan tindakan hukum sendiri; meskipun oleh hukum ia masih berada
dalam kandungan, kalau kepentingannya menghendaki, ia sudah merupakan subjek
hukum.
3. Manusia dewasa yang berada di bawah kuratele :

Pengampuan adalah keadaan seseorang (curandus) karena sifat pribadinya


dianggap tidak cakap atau di dalam segala hal tidak cakap bertindak sendiri (pribadi)
dalam lalu lintas hukum. Atas dasar hal itu, orang tersebut dengan keputusan hakim
dimasukkan ke dalam golongan orang yang tidak cakap bertindak. Orang tersebut diberi
wakil menurut undang-undang yang disebut pengampu (curator).
Dalam pasal 433 sampai dengan pasal 462 KUH Perdata (Burgerlijk; Wetboek)
alasan yang mengharuskan seseorang ditaruh di bawah pengampuan adalah :
- Karena keadaan dungu;
- Karena sakit otak;
- Mata gelap;
- Karena boros.

Yang berhak meminta seseorang di bawah kuratele, karena gila :


a. setiap anggota keluarga;

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. suami atau istri;
c. Jaksa, kalau orang itu dapat membahayakan umum.
Yang berhak meminta kuratele bagi orang yang keborosan ialah :
a. anggota keluarga yang sangat dekat;
b. suami atau istri.

Permintaan itu harus diajukan kepada pengadilan. Kedudukan seseorang yang


berada di bawah pengampuan adalah sama dengan seorang yang belum dewasa. Akan
tetapi, seorang yang karena keborosan dirinya masih dapat membuat surat wasiat serta
menikah. Orang yang mengampu disebut kurator atas ketetapan pengadilan. Orang yang
diampu disebut kurandus.
Balai Harta Peninggalan yang bertindak sebagai Pengampu Pengawas
(Toeziende curator) dalam pengampuan orang dewasa yang berada dalam keadaan
dungu, gangguan kejiwaan, dan boros. Menurut pasal 449 KUH Perdata, setiap
keputusan Pengadilan terhadap pengampuan yang telah berkekuatan tetap, maka
pengangkatan pengampu harus segera mungkin diberitahukan kepada Balai Harta
Peninggalan selaku pengampu Pengawas.
Anak-anak yang belum dewasa tidak boleh dimintakan pengampuan karena ia
tetap dalam kekuasaan/ tanggungjawab walinya yang masih hidup. Orang yang ditaruh
dalam pengampuan karena boros ia tetap berhak untuk melakukan perbuatan hukum
seperti membuat surat wasiat dan mengadakan perkawinan.
Dalam hal kedudukan dan peranan Balai Harta Peninggalan sebagai pengampu
pengawas adalah sama dengan perwalian pengawas. Tugas Pengampuan Pengawas
berakhir apabila seseorang yang ditaruh dalam pengampuan sembuh atau meninggal.
Syarat-syarat Pendukung pengampuan:
1. Penetapan Pengadilan Negeri;
2. Identitas Pengampu;
3. Identitas orang yang ditaruh di bawah Pengampuan;
4. Bukti Kekayaan orang yang ditaruh di bawah Pengampuan.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
(Sumber:http://bhpjakarta.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=186%3Aproses-pengurusan-
pengampuan&catid=84%3Atugas-a-wewenang&Itemid=144&limitstart=1, diakses:
25/7/2015).

Tidak cakap melakukan perbuatan hukum berdasarkan Pasal 1330 KUH perdata
tentang orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yaitu :
- Orang-orang yang belum dewasa (belum mencapai usia 21 tahun).
- Orang ditaruh dibawah pengampuan (curatele) yang terjadi karena gangguan jiwa
pemabuk atau pemboros.
- Kurang cerdas.
- Sakit ingatan.

Manusia sebagai subjek hukum telah mempunyai hak dan mampu menjalankan
haknya dan dijamin oleh hukum yang berlaku dalam hal itu menurut pasal 1 KUH Perdata
menyatakan bahwa menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak
kewarganegaraan.

4. Badan Hukum sebagai Subjek Hukum :

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Badan hukum merupakan badan atau himpunan ataupun kumpulan orang-orang
dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama (Arus Akbar
Silondae & Wirawan B. Ilyas, 2011:10). Badan hukum ini dianggap juga “orang” atau
“person” oleh hukum, karena badan hukum mempunyai hak dan kewajiban tersendiri,
yang terpisah dari manusia-manusia yang menjadi pengurusnya.
Syarat-syarat untuk menentukan adanya kedudukan sebagai suatu badan hukum
adalah:
a. Adanya harta kekayaan yang terpisah;
b. Mempunyai kepentingan sendiri;
c. Mempunyai tujuan tertentu;
d. Mempunyai organisasi yang teratur.

Badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum (melakukan


perbuatan hukum) seperti manusia dengan demikian, badan hukum sebagai pembawa
hak dan tidak berjiwa dapat melalukan sebagai pembawa hak manusia seperti dapat
melakukan persetujuan-persetujuan dan memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas
dari kekayaan anggota-anggotanya, oleh karena itu badan hukum dapat bertindak dengan
perantara pengurus-pengurusnya.

B. Objek Hukum
Menurut Kansil, objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek
hukum dan yang dapat menjadi objek perhubungan hukum (dikutip dalam Arus Akbar
Silondae & Wirawan B. Ilyas, 2011:11). Wujud dari objek hukum adalah benda. Objek
hukum juga sering disebut benda, yaitu segala barang-barang dan hak-hak yang dapat
dimiliki orang.
Menurut Pasal 499 KUHPerdata, pengertian benda atau “zaak” : segala sesuatu
yang dapat dijadikan objek hak milik. Yang dapat menjadi objek hak milik dapat
berupa barang dan hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain-lain. Namun pengertian
“benda” yang dimaksud oleh KUHPer :
- benda berwujud seperti kendaraan bermotor, tanah, dan lain-lain.
benda tak berwujud seperti hak cipta, hak paten, tidak diatur oleh KUHPerdata ,
tetapi diatur dengan undang-undang tersendiri.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Hukum Kontrak
Salim. H,S, Hukum Kontrak: Keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum. Pengertian kontrak atau perjanjian diatur Pasal 1313 KUH
Perdata. Pasal 1313 KUHPerdata berbunyi : "Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih." Ada juga
yang memberikan pengertian kepada kontrak sebagai suatu kesepakatan yang
diperjanjikan (promissory agreement) di antara 2 (dua) atau lebih pihak yang dapat
menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum (Black, Henry
Campbell, 1968:394). Dalam KBBI, kontrak adalah :
a. Perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam perdagangan, sewa-menyewa,
dsb.
b. Persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
atau tidak melakukan kegiatan.
c. Mengikat dengan perjanjian (tentang mempekerjakan orang dsb).
d. Menyewa.

Dalam ilmu hukum, dikenal beberapa asas hukum terhadap suatu kontrak, yaitu
sebagai berikut (Munir Fuady, 2012:11):
1. Asas kontrak sebagai hukum mengatur.
2. Asas kebebasan berkontrak.
3. Asas pacta sunt servanda.
4. Asas konsensual.
5. Asas obligatoir.

Asas Kontrak Sebagai Hukum Mengatur :


Hukum mengatur (aanvullen recht, optional law) adalah peraturan-peraturan hukum
yang berlaku bagi subjek hukum, misalnya para pihak dalam suatu kontrak. Akan tetapi,
ketentuan hukum seperti ini tidak mutlak berlakunya karena jika para pihak mengatur
sebaliknya, maka yang berlaku adalah apa yang diatur oleh para pihak tersebut. Jadi,
peraturan yang bersifat hukum mengatur dapat disimpangi oleh para pihak. Pada
prinsipnya hukum kontrak termasuk ke dalam kategori hukum mengatur, yakni sebagian
besar (meskipun tidak seluruhnya) dari hukum kontrak tersebut dapat disimpangi oleh
para pihak dengan mengaturnya sendiri. Karena itu, hukum kontrak ini disebut sebagai
hukum yang mempunyai sistem terbuka (open system). Lawan dari hukum mengatur,
adalah apa yang disebut dengan “hukum memaksa” (dwinged recht, mandatory law).

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Yang dimaksud hukum memaksa adalah aturan hukum yang berlaku secara memaksa
atau mutlak, dalam arti tidak dapat disimpangi oleh para pihak yang terlibat dalam suatu
perbuatan hukum, termasuk oleh para pihak dalam suatu kontrak.

Asas kebebasan berkontrak :


Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) ini merupakan konsekuensi dari
berlakunya asas kontrak sebagai hukum mengatur. Dalam hal ini yang dimaksudkan
dengan asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang mengajarkan bahwa dalam
suatu kontrak para pihak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat
kontrak, demikian juga kebebasannya untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut. Asas
kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh rambu-rambu hukum sebagai berikut :
a. Harus memenuhi syarat sebagai suatu kontrak.
b. Tidak dilarang oleh undang-undang.
c. Tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.
d. Harus dilaksanakan dengan itikad baik

Asas Pacta Sunt Servanda (Asas Kepastian Hukum) :

Istilah ”pacta sunt servanda” berarti “janji itu mengikat”. Yang dimaksudkan adalah
bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah oleh para pihak mengikat para pihak
tersebut secara penuh sesuai isi kontrak tersebut. Istilah lain dari asas ini adalah ”my
word is my bonds”, yang artinya dalam bahasa Indonesia bahwa jika sapi dipegang
talinya, jika manusia dipegang mulutnya, mengikat secara penuh atas kontrak atas
kontrak yang dibuat oleh para tersebut oleh hukum kekuatanya dianggap sama saja
dengan kekuatan mengikat dari suatu undang-undang. Oleh karena itu, apabila suatu
pihak dalam kontrak yang telah dibuatnya oleh hukum disediakan ganti rugi atau bahkan
pelaksaan kontrak secara paksa.
Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, misalnya salah satu pihak ingkar
janji (wanprestasi), maka hakim dengan keputusannya dapat memaksa agar pihak yang
melanggar itu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai perjanjian. Bahkan hakim
dapat memerintahkan pihak yang lain membayar ganti rugi. Putusan pengadilan itu
merupakan jaminan bahwa hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian memiliki
kepastian hukum secara pasti memiliki perlindungan hukum.

Asas Konsensual :

Konsensus = sepakat.
Konsensual secara sederhana diartikan sebagai kesepakatan. Dengan tercapainya
kesepakatan antara para pihak lahirlah kontrak, meskipun kontrak pada saat itu belum

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dilaksanakan. Hal ini berarti juga bahwa dengan tercapinya kesepakatan oleh para pihak
melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka yang membuatnya (atau dengan kata lain
perjanjian itu bersifat obligatoir). Yang dimaksud dengan asas konsensual dari suatu
kontrak adalah bahwa jika suatu kontrak telah dibuat, maka dia telah sah dan mengikat
secara penuh, bahkan pada prinsipnya persyaratan tertulis pun tidak disyaratkan oleh
hukum, kecuali untuk beberapa jenis kontrak tertentu, yang memang dipersyaratkan
syarat tertulis. Perjanjian telah mengikat begitu kata sepakat dinyatakan dan diucapkan,
sehingga sebenarnya tidak perlu lagi formalitas tertentu.
Syarat tertulis tersebut misalnya dipersyaratkan untuk jenis kontrak berikut ini :
a. Kontrak perdamaian.
b. Kontrak pertanggungan.
c. Kontrak penghibahan.
d. Kontrak jual beli tanah.

Asas Obligatoir :

Asas obligatoir adalah suatu asas yang menentukan bahwa jika suatu kontrak telah
dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatan itu hanya sebatas timbulnya hak
dan kewajiban semata - mata. Sedangkan prestasi belum dapat dipaksakan karena
kontrak kebendaan (zakelijke overeenkomst) belum terjadi. Jadi, jika terhadap kontrak jual
beli misalnya, maka dengan kontrak saja, hak milik belum berpindah, jadi baru terjadi
kontrak obligatoir saja. Hak milik tersebut baru dapat berpindah setelah adanya kontrak
kebendaan atau sering disebut serah terima (levering). Hukum kontrak di Indonesia
memberlakukan asas obligatoir ini karena berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Kalaupun hukum adat tentang kontrak tidak mengakui asas obligatoir karena
hukum adat memberlakukan asas kontrak riil, artinya suatu kontrak haruslah dibuat
secara riil, dalah hal ini harus dibuat secara terang dan tunai. Kontrak harus dilakukan di
depan pejabat tertentu, misalnya di depan penghulu adat atau ketua adat, yang sekaligus
juga dilakukan levering-nya. Jika hanya sekedar janji saja, seperti dalam sistem obligatoir,
dalam hukum adat kontrak semacam ini tidak mempunyai kekuatan sama sekali.
Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya 4 (empat) syarat sahnya suatu
perjanjian, yaitu:
1. Adanya Kata Sepakat.
Supaya kontrak menjadi sah maka para pihak harus sepakat terhadap segala hal
yang terdapat di dalam perjanjian. Pada dasarnya kata sepakat adalah pertemuan
atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam perjanjian. Kesepakatan
para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak. Kesepakatan

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


14 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya
penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut. Terjadinya kesepakatan
dapat terjadi secara tertulis dan tidak tertulis. Para pihak yang melakukan
kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan baik dengan akta di bawah tangan
maupun dengan akta autentik. Akta di bawah tangan merupakan akta yang dibuat
oleh para pihak tanpa melibatkan pejabat yang berwenang membuat akta seperti
notaris, PPAT, atau pejabat lain yang diberi wewenang untuk itu.
Berbeda dengan akta di bawah tangan yang tidak melibatkan pihak berwenang
dalam pembuatan akta, akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan
pejabat yang berwenang.
2. Kecakapan untuk Membuat perikatan.
Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap untuk
membuat perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang dinyatakan tidak
cakap. Syarat kecakapan untuk membuat suatu perikatan, harus dituangkan
secara jelas mengenai jati diri para pihak. Pasal 1330 KUH Perdata, menyebutkan
bahwa orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah :
1. Orang-orang yang belum dewasa, belum berusia 21 tahun dan belum
menikah
2. Berusia 21 tahun tetapi di bawah pengampuan seperti gelap mata, dungu,
sakit ingatan, atau pemboros dan;
3. Orang yang tidak berwenang.
Berdasarkan pasal 330 KUHPerdata, seseorang dianggap dewasa jika dia telah
berusia 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi telah menikah. Kemudian
berdasarkan pasal 47 dan Pasal 50 Undang-Undang No 1/1974 menyatakan
bahwa kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di bawah
kekuasaan orang tua atau wali sampai dia berusia 18 tahun. Dalam suatu kontrak
objek perjanjian harus jelas dan ditentukan oleh para pihak, objek perjanjian
tersebut dapat berupa barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak
berbuat sesuatu. Hal tertentu ini dalam kontrak disebut prestasi yang dapat
berwujud barang, keahlian atau tenaga, dan tidak berbuat sesuatu. Untuk
menentukan tentang hal tertentu yang berupa tidak berbuat sesuatu juga harus
dijelaskan dalam kontrak seperti “berjanji untuk tidak saling membuat pagar
pembatas antara dua rumah yang bertetangga.

3. Suatu Hal Tertentu (een bepaald onderwerp).


Suatu hal tertentu adalah hal bisa ditentukan jenisnya (determinable). Pasal 1333
KUHPerdata menentukan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai pokok suatu

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


15 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
benda (zaak)yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus
memiliki objek tertentu dan suatu perjanjian haruslah mengenai suatu hal tertentu
(certainty of terms), berarti bahwa apa yang diperjanjikan, yakni hak dan
kewajiban kedua belah pihak.
4. Kausa Hukum yang Halal.
Yang dimaksud sebab yang halal adalah bahwa isi kontrak tersebut tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Isi perjanjian harus
memuat/causa yang diperbolehkan. Apa yang menjadi obyek atau isi dan tujuan
prestasi yang melahirkan perjanjian harus tidak bertentangan dengan undang-
undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Syarat sahnya kontrak di atas berkenaan baik mengenai subjek maupun objek perjanjian.
Persyaratan yang pertama dan kedua berkenaan dengan subjek perjanjian dan
pembatalan untuk kedua syarat tersebut adalah dapat dibatalkan (voidable). Sedangkan
persyaratan ketiga dan keempat berkenaan dengan objek perjanjian dan pembatalan
untuk kedua syarat tersebut di atas adalah batal demi hukum (null and void). Dapat
dibatalkan (voidable) berarti bahwa selama perjanjian tersebut belum diajukan
pembatalannya ke pengadilan yang berwenang maka perjanjian tersebut masih tetap sah,
sedangkan batal demi hukum (null and void) berarti bahwa perjanjian sejak pertama kali
dibuat telah tidak sah, sehingga hukum menganggap bahwa perjanjian tersebut tidak
pernah ada sebelumnya.
Oleh hukum umumnya diterima teori bahwa kesepakatan kehendak itu ada jika tidak
terjadinya salah satu unsur-unsur sebagai berikut :
a. Paksaan (dwang, duress).
Setiap tindakan yang tidak adil atau ancaman yang menghalangi kebebasan
kehendak para termasuk dalam tindakan pemaksaan. Paksaan dapat berupa
kejahatan atau ancaman kejahatan, hukuman penjara atau ancaman hukuman
penjara, penyitaan dan kepemilikan yang tidak sah, atau ancaman penyitaan atau
kepemilikan suatu benda atau tanah yang dilakukan secara tidak sah, dan
tindakan-tindakan lain yang melanggar undang-undang, seperti tekanan ekonomi,
penderitaan fisik dan mental, membuat seseorang dalam keadaan takut, dan lain-
lain.
b. Penipuan (bedrog, fraud).
Menurut Pasal 1328 KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan
merupakan alasan pembatalan perjanjian. Penipuan adalah tindakan yang
bermaksud jahat yang dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat.
Perjanjian tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


16 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
mereka menandatangani perjanjian itu. Kontrak yang mempunyai unsur penipuan
di dalamnya  tidak membuat kontrak tersebut batal demi hukum (null and void)
melainkan kontrak tersebut hanya dapat dibatalkan (voidable). Hal ini berarti
selama pihak yang dirugikan tidak menuntut ke pengadilan yang berwenang maka
kontrak tersebut masih tetap sah.
c. Kesilapan/Kekeliruan (dwaling, mistake).
Dalam hal ini, salah satu pihak atau beberapa pihak memiliki persepsi yang salah
terhadap objek atau subjek yang terdapat dalam perjanjian.
Ada 2 macam kekeliruan:
- Error in persona, yaitu kekeliruan pada orangnya.
Contohnya, sebuah perjanjian yang dibuat dengan artis yang terkenal
tetapi kemudian perjanjian tersebut dibuat dengan artis yang tidak terkenal
hanya karena dia mempunyai nama yang sama.
- Error in substantia yaitu kekeliruan yang berkaitan dengan karakteristik suatu
benda.
Contohnya seseorang yang membeli lukisan Basuki Abdullah tetapi
kemudian setelah sampai di rumah orang itu baru sadar bahwa lukisan
yang dibelinya tadi adalah lukisan tiruan dari lukisan Basuki Abdullah
Ada beberapa syarat untuk kontrak yang berlaku umum tetapi diatur diluar Pasal 1320
KUH Perdata, yaitu sebagai berikut :
a. Kontrak harus dilakukan dengan itikad baik.
b. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.
c. Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan.
d. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum.
Suatu kontrak haruslah memenuhi beberapa syarat khusus yang ditujukan untuk kontrak-
kontrak khusus. Syarat-syarat khusus tersebut adalah sebagai berikut :
a. Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu.
b. Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu.
c. Syarat akta pejabat tertentu (selain notaris) untuk kontrak-kontrak tertentu.
d. Syarat izin dari pejabat yang berwenang untuk kontrak-kontrak tertentu.

Penulisan Naskah Kontrak

Dalam penulisan naskah kontrak di samping diperlukan kejelian dalam menangkap


berbagai keinginan para pihak, juga memahami aspek hukum, dan bahasa kontrak.
Penulisan kontrak perlu mempergunakan bahasa yang baik dan benar dengan berpegang
pada aturan tata bahasa yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa, baik bahasa

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


17 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Indonesia maupun bahasa asing harus tepat, singkat, jelas dan sistematis. Walaupun
tidak ditentukan suatu format baku di dalam perundang-undangan, dalam praktek
biasanya penulisan kontrak bisnis mengikuti suatu pola umum yang merupakan anatomi
dari sebuah kontrak, sebagai berikut :
1) Judul;
2) Pembukaan;
3) Pihak-pihak;
4) Latar belakang kesepakatan (Recital);
5) Isi;
6) Penutupan.

Judul harus dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas misalnya Jual Beli.
Pembukaan terdiri dari kata-kata pembuka, misalnya dirumuskan sebagai berikut : “Yang
bertanda tangan di bawah ini atau Pada hari ini ….tanggal …. bulan tahun…., kami yang
bertanda tangan di bawah ini.”
Setelah itu dijelaskan identitas lengkap pihak-pihak. Sebutkan nama pekerjaan atau
jabatan, tempat tinggal, dan bertindak untuk siapa. Bagi perusahaan/badan hukum
sebutkan tempat kedudukannya sebagai pengganti tempat tinggal.
Contoh penulisan identitas pihak-pihak pada perjanjian jual beli sebagai berikut :
Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini bertindak untuk diri
sendiri/untuk dan atas nama .... berkedudukan di .... selanjutnya disebut penjual;
Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini bertindak untuk diri
sendiri/selaku kuasa dari dan oleh karenanya bertindak untuk atas nama ....
berkedudukan di .... selanjutnya disebut pembeli.
Pada bagian berikutnya diuraikan secara ringkas latar belakang terjadinya kesepakatan
(recital). Contoh perumusannya seperti ini : “dengan menerangkan penjual telah menjual
kepada pembeli dan pembeli telah membeli dari penjual sebuah ….. merek .... tipe ....
dengan ciri-ciri berikut ini : Engine No. .... Chasis ...., Tahun Pembuatan .... dan Faktur
Kendaraan tertulis atas nama .... alamat .... dengan syarat-syarat yang telah disepakati
oleh penjual dan pembeli seperti berikut ini.”
Pada bagian inti dari sebuah kontrak diuraikan panjang lebar isi kontrak yang dapat
dibuat dalam bentuk pasal-pasal, ayat-ayat, huruf-huruf, angka-angka tertentu. Isi kontrak
paling banyak mengatur secara detail hak dan kewajiban pihak-pihak, dan bebagai janji
atau ketentuan atau klausula yang disepakati bersama.
Jika semua hal yang diperlukan telah tertampung di dalam bagian isi tersebut,
kemudian baru dirumuskan penutupan dengan menuliskan kata-kata penutup,
misalnya:

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


18 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
“Dibuat dan ditandatangani di .... pada hari ini .... tanggal .... Di bagian bawah kontrak
dibubuhkan tanda tangan kedua belah pihak dan para saksi (kalau ada). Dan akhirnya
diberikan materai. Untuk perusahaan/badan hukum memakai cap lembaga masing-
masing.”
Akibat hukum suatu kontrak pada dasarnya lahir dari adanya hubungan hukum dari
suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban
inilah yang merupakan salah satu bentuk daripada akibat hukum suatu kontrak.
Kemudian, hak dan kewajiban ini tidak lain adalah hubungan timbal balik dari para pihak,
maksudnya, kewajiban di pihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, begitu pun
sebaliknya, kewajiban di pihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, begitu pun
sebaliknya, kewajiban di pihak kedua merupakan hak bagi pihak pertama. Dengan
demikian, akibat hokum di sini tidak lain adalah pelaksanaan dari pada suatu kontrak itu
sendiri.
Menurut pasal 1339 KUH Perdata, suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal
yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian diharuskan (diwajibkan) oleh kepatutan, kebiasaan, dan undang-
undang.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


19 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Silondae, Arus Akbar dan Ilyas, Wirawan B. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis.
Jakarta : Salemba Empat.
2. Kansil, C.S.T. 2011. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia (PIH). Cetakan pertama.
Jakarta : PT. Rineka Cita.
3. Fuady, Munir. 2012. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era
Globalisasi. Cetakan ke IV. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
4. Syahrani, Riduan. 2013. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum Edisi Revisi. Cetakan ke
VI. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
5. Sampara, Said. 2009. Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum. Cetakan I. Yogyakarta :
Total Media.
6. Hariri, Wawan Muhwan. 2012. Pengantar Ilmu Hukum (PIH). Cetakan pertama.
Bandung : Pustaka Setia.
7. Asyhadie, Zaeni. 2014. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia
Edisi Revisi. Cetakan ke-8. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
8. http://bhpjakarta.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=186%3Aproses-pengurusan-
pengampuan&catid=84%3Atugas-a-wewenang&Itemid=144&limitstart=1

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


20 Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai

  • Modul 8
    Modul 8
    Dokumen13 halaman
    Modul 8
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul 6
    Modul 6
    Dokumen18 halaman
    Modul 6
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul 4
    Modul 4
    Dokumen12 halaman
    Modul 4
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul 7
    Modul 7
    Dokumen16 halaman
    Modul 7
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul Pertemuan Ke - 6
    Modul Pertemuan Ke - 6
    Dokumen12 halaman
    Modul Pertemuan Ke - 6
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen12 halaman
    Modul 1
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • HBL - Tatap Muka - 04
    HBL - Tatap Muka - 04
    Dokumen28 halaman
    HBL - Tatap Muka - 04
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul Pertemuan Ke - 1
    Modul Pertemuan Ke - 1
    Dokumen10 halaman
    Modul Pertemuan Ke - 1
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul 10
    Modul 10
    Dokumen18 halaman
    Modul 10
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • HBL - Tatap Muka - 02
    HBL - Tatap Muka - 02
    Dokumen13 halaman
    HBL - Tatap Muka - 02
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul Pertemuan Ke - 4
    Modul Pertemuan Ke - 4
    Dokumen11 halaman
    Modul Pertemuan Ke - 4
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul 5
    Modul 5
    Dokumen16 halaman
    Modul 5
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Modul Pertemuan Ke - 2
    Modul Pertemuan Ke - 2
    Dokumen15 halaman
    Modul Pertemuan Ke - 2
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat
  • Akuntansi Aktiva Tetap
    Akuntansi Aktiva Tetap
    Dokumen42 halaman
    Akuntansi Aktiva Tetap
    M Rizki Fadhilah
    Belum ada peringkat