NIM : 22302092
UU KUP UU HPP
Pasal 2 Ayat 1A - Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
merupakan penduduk Indonesia menggunakan
nomor induk kependudukan.
Pasal 5 Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan DIHAPUS
serta tata cara pendaftaran dan pengukuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) termasuk
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 10 Dalam rangka penggunaan nomor induk -
kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1a),
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri memberikan
data kependudukan dan data balikan dari
pengguna kepada Menteri Keuangan untuk
diintegrasikan dengan basis data perpajakan.
Pasal 8 Ayat 4 Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan
melakukan pemeriksaan, dengan syarat pemeriksaan, dengan syarat Direktur Jenderal
Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan Pajak belum menyampaikan surat pemberitahuan
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan hasil pemeriksaan, Wajib Pajak dengan kesadaran
kesadaran sendiri dapat mengungkapkan sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan
dalam laporan tersendiri tentang tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan keadaan yang sebenarnya, dan proses
sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat pemeriksaan tetap dilanjutkan
mengakibatkan: a. pajak-pajak yang masih
harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
kecil; b. rugi berdasarkan ketentuan
perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih
besar; c. jumlah harta menjadi lebih besar
atau lebih kecil; atau d. jumlah modal
menjadi lebih besar atau lebih kecil dan
proses pemeriksaan tetap dilanjutkan
Pasal 13 Ayat 1 Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam jangka waktu
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Tahun Pajak setelah dilakukan tindakan
Bayar dalam hal-hal sebagai berikut: a. pemeriksaan dalam hal sebagai berikut: a.
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, pajak terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar; b.
yang terutang tidak atau kurang dibayar; b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam
apabila Surat Pemberitahuan tidak jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
disampaikan dalam jangka waktu 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat disampaikan pada waktunya sebagaimana
(3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak ditentukan dalam Surat Teguran; c. terdapat Pajak
disampaikan pada waktunya sebagaimana Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
ditentukan dalam Surat Teguran; c. apabila Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen); d.
Atas Barang Mewah ternyata tidak terdapat kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
seharusnya dikompensasikan selisih lebih Pasal 28 atau Pasal 29 yang tidak dipenuhi
pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak
(nol persen); d. apabila kewajiban yang terutang; e. kepada Wajib Pajak diterbitkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan
Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan
diketahui besarnya pajak yang terutang; e. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan (4a);atau f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau
secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Jasa Kena Pajak dan telah diberikan pengembalian
Pasal 2 ayat (4a);atau f. Pengusaha Kena Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak
Pajak tidak melakukan penyerahan Barang Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak ayat (6e) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau 1984 dan perubahannya.
Jasa Kena Pajak dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan atau telah
mengkreditkan Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e) Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
Pasal 13 Ayat 3 Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
ditambah dengan sanksi administrasi berupa administratif berupa: a. bunga dari Pajak
kenaikan sebesar: a. 50% (lima puluh persen) Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam
dari Pajak Penghasilan yang tidak atau 1 (satu) Tahun Pajak; b. bunga dari Pajak
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; b. Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong atau
100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan dipungut; c. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh
yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau lima persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang
kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau yang tidak atau kurang dibayar; atau d. kenaikan
kurang disetor; atau c. 100% (seratus persen) sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak
dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Penghasilan yang dipotong atau dipungut tetapi
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tidak atau kurang disetor
yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 13 Ayat 3b - Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a dan huruf b sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dihitung sejak
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, dan dikenakan paling lama 24
(dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Pasal 32 Ayat 3a Persyaratan serta pelaksanaan hak dan Seorang kuasa yang ditunjuk sebagaimana
kewajiban kuasa sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (3) harus mempunyai
pada ayat (3) diatur dengan atau kompetensi tertentu dalam aspek perpajakan,
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan kecuali kuasa yang ditunjuk merupakan suami,
istri, atau keluarga sedarah atau semenda sampai
dengan derajat kedua
Pasal 32A - Menteri Keuangan menunjuk pihak lain untuk
melakukan pemotongan, pemungutan,
penyetoran, dan/atau pelaporan pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pihak yang terlibat langsung atau
memfasilitasi transaksi antarpihak yang
bertransaksi. (3) Penetapan, penagihan, upaya
hukum, dan pengenaan sanksi terhadap Wajib
Pajak sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan
berlaku secara mutatis mutandis terhadap pihak
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4)
Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan penyelenggara sistem
elektronik, selain dikenai sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), terhadap penyelenggara
sistem elektronik dimaksud dapat dikenai sanksi
berupa pemutusan akses setelah diberikan
teguran. (5) Dalam hal pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) telah melakukan
pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau
pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan setelah diberikan teguran,
terhadap pihak lain tidak dikenai sanksi pemutusan
akses. (6) Dalam hal pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) telah melakukan
pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau
pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan setelah dilakukan
pemutusan akses, terhadap pihak lain dilakukan
normalisasi akses kembali. (7) Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika berwenang melakukan
pemutusan akses sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan melakukan normalisasi akses
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berdasarkan
permintaan Menteri Keuangan.
Pasal 34 Ayat 3 Untuk kepentingan negara, Menteri Demi kepentingan negara, dalam rangka
Keuangan berwenang memberi izin tertulis penyidikan, penuntutan, atau dalam rangka
kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada mengadakan kerja sama dengan lembaga negara,
ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana instansi pemerintah, badan hukum yang dibentuk
dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan melalui Undang-Undang atau Peraturan
keterangan dan memperlihatkan bukti Pemerintah, atau pihak lain, Menteri Keuangan
tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada berwenang memberikan izin tertulis kepada
pihak yang ditunjuk. pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
untuk memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang
Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk
Pasal 40 Tindak pidana di bidang perpajakan tidak Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat
dapat dituntut setelah lampau waktu 10 dilakukan penuntutan setelah lampau waktu 10
(sepuluh) tahun sejak saat terhutangnya (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak,
pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun
Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang
Pajak yang bersangkutan. bersangkutan.
Pasal 43A Ayat 2 Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di
bidang perpajakan yang menyangkut petugas bidang perpajakan yang menyangkut petugas
Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan dapat
dapat menugasi unit pemeriksa internal di menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan
lingkungan Departemen Keuangan untuk Kementerian Keuangan untuk melakukan
melakukan pemeriksaan bukti permulaan pemeriksaan bukti permulaan
Pasal 43A Ayat 1a - Pemeriksaan Bukti Permulaan dilaksanakan oleh
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang menerima surat
perintah pemeriksaan bukti permulaan.