K
Pokok sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah
JA
koreksi positif Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan sebesar
Rp 6.309.520.000,00, yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding,
dimana menurut Terbanding sebesar Rp 1.504.932.273,00,
sedangkan menurut Pemohon Banding sebesar 7.814.452.273,00
PA
Menurut Terbanding:
N
Bandingnya a quo;
LA
bahwa Terbanding dalam Surat Nomor: S-2630/PJ.07/2018 tanggal 6 April 2018 perihal
Kesimpulan Akhir, pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
Pokok Sengketa
1.
DI
bahwa Pemohon Banding mengajukan banding atas Keputusan Terbanding Nomor : KEP-
00099/KEB/WPJ.10/2017 tanggal 20 Juli 2017 tentang Keberatan Wajib Pajak atas SKPLB
GA
PPN Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2015;
2. bahwa pokok sengketa adalah koreksi terhadap Pajak Masukan sebesar Rp
6.309.520.000,00;
N
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding dengan alasan :
PE
hal ini lawan transaksi (PKP Penjual) baru dikukuhkan sebagai PKP dengan nomor : S-
1734/KP/WPJ.10/KP.1303/2015 tanggal 10 September 2015;
IA
b. bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf a dan ditegaskan kembali pada ayat (8) huruf d
UU Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN) bahwa Pajak Masukan (Faktur Pajak Nomor 010.004-
15.74419484 tanggal 22 Desember 2015 sebesar Rp
AR
Tanggapan Terbanding
ET
1) Dasar Hukum
1.1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
KR
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009:
K
a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
JA
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa
Kena Pajak;
c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan; atau saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
PA
Menteri Keuangan;
N
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
LA
Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah
Pasal 19:
DI
(1) Faktur Pajak wajib diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak pada saat
penyerahan atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (3), ayat (5), ayat (8), ayat
GA
(9), dan ayat (10);
(3) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak setelah melewati
jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat tidak
diperlakukan sebagai Faktur Pajak;
(4) Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak sebagaimana
N
dimaksud pada ayat (3) tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan;
Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
IA
Pasal 16 :
(1) PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu
SE
K
1.4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-50/PJ/2011 tentang Penegasan
Saat Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagai Dasar
JA
Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai dan Saat Pembuatan Faktur Pajak:
PA
berlaku ketentuan sebagai berikut:
2) untuk penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak
untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut,
secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli;
N
Butir 4:
LA
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, dengan ini ditegaskan bahwa
Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak pada saat:
a. penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sesuai dengan
DI
ketentuan pada butir 3 huruf a dan huruf b di atas; atau
b. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
GA
2) Data dan Fakta
1.
2.
N
2.1. bahwa Pemohon Banding membeli sebidang tanah dan bangunan dari Abdullah
Khafidz untuk kegiatan usaha di Pendosawalan, Kalinyamatan, Jepara dan Sengon,
PE
2015;
2.3. bahwa berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli nomor : 1/LEG/NE/VII/2015 tanggal 01
IA
Juli 2015 poin C diketahui bahwa telah terjadi pembayaran uang muka untuk
transaksi pengalihan hak atas tanah dan bangunan tersebut (telah terjadi
pembayaran);
AR
2.4. bahwa berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli nomor : 1/LEG/NE/VII/2015 tanggal 01
Juli 2015 poin I diketahui bahwa sejak ditandatanginya surat perjanjian tersebut,
tanah dan bangunan sepenuhnya menjadi milik pihak pembeli (telah terjadi
penyerahan);
ET
2.5. bahwa pihak penjual dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal 10 September 2015;
2.6. bahwa atas transaksi pengalihan hak atas tanah dan bangunan tersebut pihak
penjual menerbitkan Faktur Pajak nomor : 010.004-15.74419484 tanggal 22
Desember 2015 dengan jumlah PPN terutang sebesar Rp 6.309.520.000,00
KR
3) Penjelasan Terbanding
1.
2.
3.
3.1. bahwa berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli nomor : 1/LEG/NE/VII/2015 poin C dan
K
I yang telah ditandatangani oleh Pemohon Banding dan Abdullah Khafidz (penjual)
di hadapan notaris Muh. Khaerono, SH, Sp.N pada tanggal 01 Juli 2015, diketahui
JA
bahwa telah terjadi pembayaran dan penyerahan tanah dan bangunan antara pihak
penjual kepada Pemohon Banding sebagai pihak pembeli, sejak ditandatanganinya
surat perjanjian tersebut, sehingga saat terutangnya PPN adalah tanggal 01 Juli
2015;
PA
3.2. bahwa pihak penjual seharusnya menerbitkan Faktur Pajak tanggal 01 Juli 2015 atau
paling lambat 3 (tiga) bulan sejak saat terutangnya PPN tersebut;
3.3. bahwa pihak penjual baru menerbitkan Faktur Pajak tanggal 22 Desember 2015
(melebihi 3 (tiga) bulan sejak saat terutangnya PPN), sehingga berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak
N
dan pihak pembeli (Pemohon Banding) tidak dapat mengkreditkan PPN yang
tercantum dalam Faktur Pajak sebagai Pajak Masukan;
LA
3.4. bahwa berdasarkan Laporan Keuangan tahun 2015 yang telah diaudit Kantor
Akuntan Publik Mucharam dan Rekan, tanah dan bangunan tersebut telah diakui
sebagai aktiva tetap dan telah disusutkan mulai bulan Juli 2015;
Kesimpulan
DI
GA
a. bahwa Pajak Masukan yang dikreditkan Pemohon Banding diterbitkan melebihi jangka
waktu 3 (tiga) bulan sejak saat terutangnya PPN;
b. bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012, Faktur Pajak yang
diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
N
saat Faktur Pajak seharusnya dibuat tidak diperlakukan sebagai Faktur Pajak dan pihak
pembeli (Pemohon Banding) tidak dapat mengkreditkan PPN yang tercantum dalam Faktur
PE
Usul
T
sehingga Terbanding mengusulkan agar Majelis Hakim Yang Mulia menolak permohonan
banding dari Pemohon Banding;
AR
bahwa demikian Kesimpulan Akhir ini disampaikan untuk menjadi pertimbangan Majelis Hakim
Pengadilan Pajak dalam memutus sengketa banding dan mohon agar kesimpulan akhir ini
dapat dimuat dalam amar putusan;
ET
bahwa Pemohon Banding mengemukakan sebagaimana dalam Surat Banding, dan Surat
Bantahan a quo;
KR
bahwa berdasarkan perintah Yang Mulia Majelis Hakim pada sidang tanggal 22 Maret 2018,
dengan ini Pemohon Banding menyampaikan Pernyataan Akhir (clossing statement) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari:
- Tanggapan SPHP Nomor: 008/KMJ/ACC/PJK/VIII/2016 tanggal 15 Agustus 2016;
- Surat Keberatan Nomor: 010/KMJ/ACC/PJK/X/2016 tanggal 24 Oktober 2016;
- Surat Banding Nomor: 011/KMJ/ACC/PJK/VIII/2017 tanggal 29 Agustus 2017;
- Bantahan SUB : 020/KMJ/ACC/PJK/XII/2017 tanggal 5 Desember 2017;
- Tanggapan atas KKP No. : 04/KMJ/ACC/PJK/III/2018 tanggal 22 Maret 2018;
K
1. Koreksi Pemeriksa
JA
bahwa Surat KPP Pratama Jepara Nomor: SPHP-
00025/WPJ.10/KP.1305/RIK.SIS/2016 tanggal 11 Agustus 2016 tentang Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan:
PA
Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan:
N
bahwa dasar dilakukan koreksi: berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen sumber,
LA
Pemeriksa menyimpulkan bahwa faktur pajak dengan nomor : 010.004-15.74419484 tanggal 22
Desember 2015 dengan jumlah PPN terutang senilai Rp. 6.309.520.000,00 tidak
dapat dikreditkan. Hal ini disebabkan karena faktur pajak tersebut terlambat dibuat oleh PKP
Penjual dan keterlambatan pembuatan faktur pajak tersebut telah melebihi jangka waktu 3 (tiga)
bulan sejak tanggal penyerahan;
DI
bahwa Dasar hukum: PP No. 1 Tahun 2012, PER-24/PJ/2012, SE-50/PJ/2011;
GA
2. Tanggapan Pemohon Banding
hal: Tanggapan SPHP: Wajib Pajak (Pemohon Banding sebagai PKP Pembeli) tidak setuju
dengan Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa tersebut denganalasan:
PE
- bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf a dan ditegaskan kembali pada ayat (8) huruf d
UU RI Nomor 42 tahun 2009 (UU PPN), bahwa Pajak Masukan (Faktur Pajak Nomor:
AR
3. Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (PAHP) tanggal 7 September 2016,
ET
Risalah Pembahasan
-
Pendapat Pemeriksa Pajak dalam PAHP: Pemeriksa Pajak tidak setuju dengan
KR
K
a. Dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya 0 0
4 Jumlah PPN yang lebih dibayar 7.814.452.273 1.504.932.273
JA
5. Keberatan Pemohon Banding Nomor: 010/KMJ/ACC/PJK/X/2016 tanggal 24 Oktober 2016,
diterima KPP Pratama Jepara tanggal 26 October 2016;
PA
Alasan Keberatan Pemohon Banding:
a. Pajak Masukan Masa Pajak Desember 2015 sebesar Rp. 6.309.520.000,00 dapat
dikreditkan oleh PKP Pembeli sesuai Pasal 9 ayat (2) dan (2b) UU PPN, karena:
N
- Faktur Pajak sebesar Rp. 6.309.520.000,00 tersebut memenuhi ketentuan Pasal 13
ayat (5) UU PPN;
LA
- Pajak Masukan sebesar Rp. 6.309.520.000,00 tidak termasuk Pasal 9 ayat (8) huruf a
s.d. huruf j UU PPN, sehingga dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli;
- Pemohon Banding (PKP Pembeli) telah melakukan pembayaran PPN (Pajak Masukan)
DI
sebesar Rp. 6.309.520.000,00 kepada PKP Penjual dan telah melaporkan sebagai
“Pajak Masukan yang dapat dikreditkan”dalam “SPT Masa PPN Masa Pajak Desember
2015”;
GA
- PKP Penjual (Abdullah Khafidz) telah membayar membayar PPN (Pajak Keluaran)
tersebut sebesar Rp. 6.309.520.000,00 ke Kas Negara tanggal 29 Desember 2015
NTPN: 0B5CA3D1IFPLKRKM dan melaporkannya sebagai Pajak Keluaran ke KPP;
b. Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) huruf d UU KUP, seharusnya yang dikenakan sanksi
N
6. Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I, Surat Pemberitahuan Untuk Hadir Nomor: S-
1361/WPJ.10/2017 tanggal 16 Juni 2017, Pemberitahuan Daftar Hasil Penelitian
Keberatan:Hasil Penelitian
T
Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU
AR
K
- Berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli nomor : 1/LEG/NE/VII/2015 tanggal 01 Juli
2015 poin I diketahui bahwa sejak ditandatanganinya surat perjanjian tersebut, tanah
JA
dan bangunan sepenuhnya menjadi milik pihak pembeli (telah terjadi penyerahan);
- Pihak penjual (Abdullah Khfidz) dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal 10 September
2015;
PA
- Atas transaksi tersebut pihak penjual menerbitkan Faktur Pajak nomor: 010.004-
15.74419484 tanggal 22 Desember 2015 dengan jumlah PPN terutang sebesar Rp.
6.309.520.000,00; dan telah disetorkan tanggal 29 Desember 2015 dengan NTPN
0B5CA3D1IFPLKRKM;
- Pemohon Banding mengkreditkan Faktur Pajak nomor : 010.004-15.74419484
N
tanggal 22 Desember 2015 dengan jumlah PPN terutang sebesar Rp
6.309.520.000,00 tersebut pada SPT Masa PPN masa pajak Desember 2015 sebagai
LA
Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan;
- Berdasarkan Laporan Keuangan tahun 2015 yang telah diaudit Kantor Akuntan Publik
Mucharam dan Rekan, tanah dan bangunan tersebut telah diakui sebagai aktiva tetap
DI
dan telah disusutkan mulai bulan Juli 2015;
c. PER-24/PJ/2012 Pasal 2 ayat (1) huruf a dan b mengatur bahwa Faktur Pajak harus
GA
dibuat pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak atau saat
penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
1) PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan
sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
PE
e. Berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli nomor : 1/LEG/NE/VII/2015 tanggal 01 Juli 2015
IA
poin C dan I diketahui bahwa telah terjadi pembayaran dan penyerahan tanah dan
bangunan antara pihak penjual kepada Pemohon Banding sebagai pihak pembeli, sejak
AR
f. Pihak penjual seharusnya menerbitkan Faktur Pajak tanggal 01 Juli 2015, paling lambat 3
ET
g. Pihak penjual baru menerbitkan Faktur Pajak tanggal 22 Desember 2015 (melebihi 3
(tiga) bulan sejak saat terutangnya PPN), sehingga berdasarkan PER-24/PJ/2012
KR
dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak dan pihak pembeli (Pemohon Banding) tidak
dapat mengkreditkan PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak sebagai Pajak Masukan;
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka terdapat cukup alasan untuk menolak
keberatan Wajib pajak dan mempertahankan jumlah pajak yang lebih dibayar dalam Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar nomor : 00423/407/15/516/16 tanggal 13 September 2016
Masa Pajak Desember 2015 tetap seperti semula;
7. Tanggapan Pemohon Banding tanggal 05 Juli 2017 atas Hasil Penelitian Keberatan: tidak
setuju dengan Hasil Penelitian Keberatan di atas karena PPN sebesar Rp.6.309.520.000,00
yang telah dibayar tidak diperhitungkan sebagai “Pajak Masukan yang dapat
diperhitungkan”;
K
8. Keputusan Terbanding Nomor: KEP-00099/KEB/WPJ.10/2017 tanggal 20 Juli 2017 tentang
JA
Keberatan Pemohon Banding atas SKPLB PPN Masa Pajak Desember 2015Nomor
00423/407/15/516/16 tanggal 13 September 2016:
PA
- menolak Keberatan Pemohon Banding
- mempertahan SKPLB PPN Masa Pajak Desember 2015 dengan rincian:
N
(Rp) (Dikurangi) (Rp)
(Rp)
LA
a. PPN (Lebih) Bayar (1.504.932.273,00) 0,00 (1.504.932.273,00)
b. Kelebihan Pajak yang sudah 0,00 0,00 0,00
dikompensasikan
c. Jumlah PPN yang (lebih) (1.504.932.273,00) 0,00 (1.504.932.273,00)
dibayar
Alasan Banding
DI
GA
A. Dasar Hukum Pemohon Banding
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
N
- Pasal 14 ayat (1) huruf d: “Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan
Pajak apabila: ….pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu”;
- Pasal 14 ayat (4): “Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
T
dimaksud pada ayat 1 huruf d, huruf e, atau huruf f masing-masing, selain menyetor
IA
pajak yang terutang, dikenai sanksi adminitrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen)
dari Dasar Pengenaan Pajak;
AR
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN) :
ET
Pasal 9 ayat (2): “Pajak masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran dalam Masa Pajak yang sama”;
Pasal 9 ayat (2b): “Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang
KR
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)”;
Pasal 9 ayat (8): Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk:
a. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan
SE
K
mencantumkan nama, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
JA
g. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
PA
h. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak;
i. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan, dan
N
j. Perolehan Barang Kena pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum
Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a);
LA
Pasal 13 ayat (5): Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
GA
penerima Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
N
Pasal 13 ayat (9): “Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material”;
Pasal 7 ayat (1): Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
AR
Pasal 7 ayat (2): “Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan herarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”, Penjelasan: “Dalam ketentuan ini yang dimaksud
KR
K
B. bahwa Faktur Pajak nomor : 010.004-15.74419484 tanggal 22 Deseber 2015 sebesar Rp.
6.309.520.000,00 (Faktur Pajak a quo) yang diterbitkan oleh PKP Penjual (Abdullah
JA
Khafidz) merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli (Pemohon
Banding) dengan alasan sebagai berikut:
a. Faktur Pajak a quo memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (2) UU PPN: “Pajak Masukan
PA
dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang
sama”; bahwa PKP Pembeli (Pemohon Banding) telah mengkreditkan Faktur Pajak a
quo pada Masa Pajak yang sama yaitu pada bulan Desember 2015 sebagaimana
tercantum pada SPT PPN Masa Desember 2015;
N
b. Faktur Pajak a quo memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (2b) UU PPN: “Pajak Masukan
yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan
LA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)”, terbukti: dalam Daftar
Temuan Pemeriksaan Masa dan Tahun Pajak: Desember 2015 dan Pemberitahuan
Daftar Hasil Peneltian Keberatan: tidak menyebutkan bahwa Faktur Pajaka quo tidak
DI
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) UU
PPN, berarti Faktur Pajak a quo telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 13 ayat (5) dan ayat ((9) UU PPN;
GA
c. Faktur Pajak nomor : 010.004-15.74419484 tanggal 22 Desember 2015 sebesar Rp.
6.309.520.000,00 tidak termasuk Pajak Masukan yang tidak dapat dkreditkan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (8) huruf a sampai dengan huruf j UU PPN,
N
berarti Faktur Pajak tersebut dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak
Desember 2015;
PE
D. Dasar hukum Pemeriksa dan Peneliti Keberatan (Terbanding): Peraturan Direktur Jenderal
IA
Pajak Nomor: PER- 24/PJ/2012 tanggal 22 November 2012 Pasal 16, bahwa Pemohon
Banding tidak setuju dengan dasar hukum Terbanding tersebut, dengan alasan karena
PER-24/PJ/2012 bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
AR
lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2) dan Penjelasannya UU Nomor
12 tahun 2011 tersebut nomor 3.1.c di atas:
- Pasal 16 ayat (2) PER-24/PJ/2012 bertentangan dengan Pasal 14 ayat (1) huruf d dan
ET
bahwa berdasarkan dasar hukum dan alasan banding tersebut di atas, terbukti dengan jelas
dan nyata bahwa Koreksi Pemeriksa atas Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan sebesar
Rp. 6.309.520.000,00 yang dipertahankan Peneliti Keberatan adalah tidak benar (salah);
SE
A. Dasar Hukum
- Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
Pasal 1 angka 5: Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan
antara Wajib Pajak atau penanggung pajak dengan Pejabat yang berwenang sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada
Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk
gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-Undang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa;
- Dasar hukum Pemohon Banding dalam Surat Banding tersebut di atas;
K
B. bahwa SUB a quo Menurut Terbanding No. B.1: Pemohon Banding menyampaikan alasan
JA
banding yang sama dengan tanggapan Wajib Pajak pada saat pembahasan sengketa
perpajakan dan pembahasan hasil penelitian keberatan ditambah dengan alasan baru
tentang dasar hukum yang digunakan Pemeriksa dan Peneliti Keberatan (Terbanding) yang
PA
menurut Pemohon Banding bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2) dan
Penjelasannya UU Nomor 12 Tahun 2011 sebagai berikut:
- Pasal 16 ayat (2) PER-24/PJ/2012 bertentangan dengan Pasal 14 ayat (1)
huruf d dan ayat (4) UU KUP;
N
- Pasal 16 ayat (3) PER-24/PJ/2012 bertentangan dengan Pasal 9 ayat (2), ayat (2b) dan
ayat (8) UU PPN;
LA
Bantahan Pemohon Banding:
C. SUB a quo menurut Terbanding nomor B.2: Mengingat alasan banding sama dengan
PE
bahwa alasan Terbanding tersebut adalah tidak benar (salah) karena tidak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 5
UU Pengadilan Pajak;
AR
D. SUB a quo Menurut Terbanding nomor B.3: Terhadap alasan tambahan yang disampaikan
Pemohon Banding, dengan ini disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
ET
Jenderal Pajak tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahun dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan
Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak;
- Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa baik Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 84/PMK.03/2012 maupun Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-
24/PJ/2012 merupakan aturan pelaksanaan dari UU PPN;
- Dengan demikian, alasan tambahan Pemohon Banding tidak membuktikan adanya
pertentangan antara PER-24/PJ/2012 dengan UU PPN;
K
- Pasal 9 ayat (8) UU PPN: Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk, tersebut nomor 2.1.b di atas;
JA
- bahwa Pasal 9 ayat (8) UU PPN mengatur tentang “Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan” dan tidak memberikan perintah kepada Menteri Keuangan untuk membuat
peraturan pelaksanaannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 12
PA
Tahunn 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
N
pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
LA
- Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
151/PMK.03/2013 Pasal 21 huruf a : Peraturan Menteri Nomor: 84/PMK.03/2012 dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal 1 Januari 2014; sehingga dasar
hukum Terbanding tidak benar (salah);
DI
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran,
GA
Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan,
Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak,
Pasal 16:
3) PKP yang membuat Faktur Pajak setelah melewati batas waktu sebagaimana
N
dimaksud dalam Pasal 2 dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat
(4) UU KUP; berdasarkan ketentuan tersebut seharusnya PKP Penjual (Abdullah
PE
5) PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang menerima
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat mengkreditkan Pajak
IA
bahwa berdasarkan Bantahan Pemohon Banding atas SUB a quo tersebut di atas, terbukti
dengan jelas dan nyata bahwa Koreksi Pemeriksa atas Pajak Masukan yang tidak dapat
diperhitungkan sebesar Rp. 6.309.520.000,00 yang dipertahankan Terbanding adalah tidak
benar (salah);
ET
Dasar Hukum
KR
- Pasal 1 angka 5: "Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul daiam bidang
perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung pajak dengan Pejabat yang beiwenang
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan
kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-Undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa”,
- Pasal 69 ayat (1) Alat bukti dapat berupa: a. surat atau tulisan, b. keterangan ahli, c.
keterangan para saksi, d. pengakuan para pihak, dan/atau e, pengetahuan Hakim; ayat
(2): Keadaan yang jelas diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan;
K
a. akta autentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum,
yang menurut peraturan perundang-undangan berwenang membuat surat itu
JA
dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau
peristiwa bukum yang tercantum di dalamnya;
b. akta dibawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan dilandatangani oleh pihak-pihak
yang bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang
PA
peristiwa atau peristiwa bukum yang tercantum di dalamnya;
c. surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan oleh Pejabat berwenang;
d. surat-surat lain atau tulisan yang tidak termasuk huruf a, huruf b, dan huruf c, yang
ada kaitannya dengan banding atau gugatan;
N
2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
LA
2009 (selanjutnya disebut UU KUP) dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berkaitan dengan sengketa pajak:
· Pasal 1 angka 25 UU KUP: Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
DI
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
GA
· Penjelasan Pasal 29 ayat (2) alinea ke-3 UU KUP: Pendapat dan simpulan petugas
pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
N
Pasal 1 angka 12: Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) adalah catatan secara rinci dan jelas
yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, data,
keterangan, dan/atu bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang
diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan;
T
informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang diajukan oleh Wajib Pajak;
- d. KKP harus diparaf oleh pembuaf dan penelaah KKP;
- Pasal 4 huruf c: Temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang
cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
ET
4) bahwa Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks: N.8.1.2 Rincian Pajak Masukan atas perolehan
BKP/JKP dalam negeri yang tidak dapat dikreditkan Masa Pajak Desember 2015 = SPHP
tersebut nomor 2.2 diatas;
KR
bahwa fakta hukum menunjukkan dengan jelas dan nyata bahwa KKP Indeks: N.8.1.2 tidak
memenuhi ketentuan Pasal 5 huruf d Peraturan Direktur Jenderal Nomor: PER-23/PJ/2013
tentang Standar Pemeriksaan (tersebut nomor I.3 diatas), karena tidak diparaf oleh Ketua
Tim (Eko Joko Purwanto) dan Supervisor (Philip Arnold Pattynama) sebagai Penelaah KKP,
SE
sehingga:
§ KKP Indeks: N.8.1.2 tidak syah sebagai dasar koreksi Terbanding; dengan demikian
Koreksi Terbanding atas Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan Masa Pajak
Desember 2015 sebesar Rp. 6.309.520.000,00 adalah tidak benar (salah);
§ KKP Indeks: N.8.1.2 bukan merupakan bukti yang kuat sebagaimana dimaksud pada
Penjelasan Pasal 29 ayat (2) alinea ke-3 UU KUP (tersebut nomor I.2 di atas);
§ KKP Indeks: N.8.1.2 bukan merupakan aiat bukti sebagaimana dimaksud pada Pasal 69
ayat (1) huruf a juncto Pasal 70 huruf aUU Nomor: 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak (tersebut nomor I.1 diatas);
K
1. bahwa fakta hukum menunjukkan dengan jelas dan nyata,bahwa Faktur Pajak nomor :
JA
010.004-15.74419484 tanggal 22 Desember 2015 sebesar Rp.
6.309.520.000,00(Faktur Pajak a quo) yang diterbitkan oleh PKP Penjual (Abdullah
Khafidz) merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli (Pemohon
Banding) dengan alasan sebagai berikut:
PA
a. Faktur Pajak a quo memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (2) UU PPN: “Pajak Masukan
dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang
sama”; bahwa PKP Pembeli (Pemohon Banding) telah mengkreditkan Faktur Pajak a
quo pada Masa Pajak yang sama yaitu pada bulan Desember 2015 sebagaimana
N
tercantum pada SPT PPN Masa Desember 2015;
LA
b. Faktur Pajak a quo memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (2b) UU PPN: “Pajak Masukan
yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)”, terbukti: dalam Daftar
Temuan Pemeriksaan Masa dan Tahun Pajak: Desember 2015 dan Pemberitahuan
DI
Daftar Hasil Peneltian Keberatan: tidak menyebutkan bahwa Faktur Pajak a quo tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) UU
PPN, berarti Faktur Pajak a quo telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
GA
pada Pasal 13 ayat (5) dan ayat ((9) UU PPN;
berarti Faktur Pajak tersebut dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak
Desember 2015;
PE
- Koreksi Terbanding atas Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan Masa Pajak
Desember 2015 sebesar Rp. 6.309.520.000,00 adalah tidak benar (salah);
T
- Keterlambatan pembuatan Faktur Pajak a quo oleh PKP Penjual (Abdullah Khafidz)
IA
seharusnya yang dikenakan sanksi administrasi berupa denda adalah PKP Penjual
(Abdullah Khafidz) sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) huruf d dan ayat (4)
UU KUP;
AR
3. bahwa SKPLB PPN Masa Pajak Desember 2015 Nomor: 00423/407/15/516/16 tanggal 13
September 2016, terbukti dengan jelas dan nyata:
- Tidak benar (salah), karena Koreksi Terbanding atas Pajak Masukan yang tidak dapat
ET
4. bahwa fakta hukum menunjukkan dengan jelas dan nyata bahwa Faktur Pajak Nomor:
010.004-15.74419484 tanggal 22 Desember 2015 sebesar Rp.
6.309.520.000,00 merupakan Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan dengan Pajak
SE
Keluaran Masa Pajak Desember 2015, sesuai dengan SPT PPN Masa Pajak Desember
2015, sehingga Perhitungan PPN Masa Pajak Desember 2015 menurut SPT PPN Masa
Pajak Desember 2015 adalah benar sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (2) UU
KUP. Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh
Pemohon Banding adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
5. bahwa perhitungan PPN Masa Pajak Desember 2015 menurut Pemohon Banding sesuai
SPT PPN Masa Pajak Desember 2015:
K
SKPLB PPN Banding
1. Dasar Pengenaan Pajak:
JA
a.Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN:
a.1. Ekspor 6.434.549.505 6.434.549.505
a.2. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri 0 0
PA
a.3. Penyerahan yg PPN-nya dipungut oleh Pemungut 0 0
PPN
a.4. Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut 0 0
a.5. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN 0 0
a.6. Jumlah (a.1+a.2 + a.3 + a.4 +a.5) 6.434.549.505 6.434.549.505
N
b.Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang tidak terutang
PPN
6.434.549.505 6.434.549.505
LA
c.Jumlah Seluruh Penyerahan (a.6 +b)
d.Atas Impor BKP/Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari
Luar Daerah Pabean/Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah
Pabean/Pemungut Pajak oleh Pemungut Pajak/Kegiatan
d.7. Jumlah (d.1 atau d.2 atau d.3 atau d.4 atau d.5 atau 0 0
d.6)
e. Seharusnya tidak terutang (Pasal 17 ayat (2) KUP) 0 0
2 Perhitungan PPN Lebih Bayar
.
T
b. Dikurangi:
b.1. PPN yang disetor di muka dalam Masa Pajka yang sama 0 0
1.504.932.273 7.814.452.273
AR
K
bahwa demikian pernyataan akhir (clossing statement) Pemohon Banding sampaikan, mohon
dengan hormat dapat dipertimbangkan;
JA
Menurut Majelis:
PA
bahwa yang menjadi sengketa adalah koreksi Terbanding atas Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan sebesar Rp 6.309.520.000,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
bahwa Terbanding melakukan koreksi, karena menurut Terbanding, Faktur Pajak Nomor:
010.004-15.74419484 tanggal 22 Desember 2015 dengan jumlah PPN terutang senilai Rp.
N
6.309.520.000,00 tidak dapat dikreditkan, disebabkan faktur pajak tersebut terlambat dibuat
oleh PKP Penjual dan keterlambatan pembuatan faktur pajak tersebut telah melebihi jangka
LA
waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal penyerahan;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju, karena Faktur Pajak Nomor: 010.004-15.74419484
tanggal 22 Desember 2015 dengan jumlah PPN terutang senilai Rp.
6.309.520.000,00 yang di terima dari lawan transaksi (PKP Penjual - Abdullah Khafidz) adalah
DI
benar dan sah dan merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan karena tidak termasuk
Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf a dan huruf d UU Nomor
42 Tahun 2009;
GA
bahwa berdasarkan data dan keterangan dalam berkas sengketa, serta penjelasan para Pihak
diketahui sebagai berikut:
- bahwa pada tanggal 1 Juli 2015, Pemohon Banding ( Pihak Pertama) dan Abdullah Khafidz
N
(Pihak Kedua) sepakat untuk mengadakan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPIB) tanah
dan bangunan gedung per 1 Juli 2015, sesuai Akta Perjanjian Jual Beli Nomor:
PE
c. Biaya sewa bangunan yang sudah dibayar oleh Pihak Pertama(Pemohon Banding)
kepada Pihak Kedua selama 5 tahun, setelah dikurangi sewa Maret sampai dengan
Juni) maka sisa biaya sewa akan dijadikan uang muka (DP);
d. Sisa pembayaran atas jual beli tanah dan bangunan, akan dilakukan review oleh Pihak
Pertama setelah Pihak Kedua menyelesaikan kewajibannya dalam menyiapkan data
sertipikat Hak Milik (SHM) atas tanah yang akan dijual kepada Pihak Pertama, dengan
batas maksimal di bulan Agustus;
e. bahwa sejak ditandatangani perjanjian jual beli tersebut, maka tanah beserta gedung
K
menjadi milik Pihak pertama (Pemohon Banding);
- bahwa jumlah total nilai/harga tanah dan bangunan sesuai invoice no:
JA
01/INV/AK/2015 tanggal 22 Desember 2015 dari Abdullah Hafidz adalah adalah sebagai
berikut:
PA
Uraian m2 Rp/m Nilai Total (Rp)
Tanah Depan 34.773 498.303 17.327.500.000
Bangunan 24.115 1.500.000 36.172.500.000
Jumlah 53.500.000.000
Tanah Belakang 26.139 300.000 7.841.700.000
Tanah Belakang II 7.014 250.000 1.753.500.000
N
Jumlah 9.595.200.000
Total transaksi Tanah dan Bangunan 63.095.200.000
LA
PPN 10% 6.309.520.000
Jumlah 69.404.720.000
- bahwa atas invoice di atas, Pihak Kedua (Abdullah Hafidz) menerbitkan Faktur Pajak
-
Nomor: 010.004-15.74419484;
DI
bahwa Pihak kedua (Abdullah Hafidz) selaku PKP Penjual, baru dikukuhkan sebagai PKP
GA
dengan nomor: S-1734/KP/WPJ.10/KP.1303/2015 tanggal 10 September 2015;
bahwa dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
PE
yang sama;
IA
a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha;
KR
K
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bersangkutan dan terhadap Pengusaha Kena
Pajak belum dilakukan pemeriksaan;
Contoh:
JA
Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tertanggal 7 Juli 2010
dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak Juli 2010 atau pada Masa Pajak
berikutnya paling lama Masa Pajak Oktober 2010;
PA
Pasal 13 ayat (5)
Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak;
N
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima
Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
LA
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak;
bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak
PE
Penjualan Atas Barang Mewah Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, (selanjutnya disebut PP Nomor 1 Tahun 2012), diatur:
T
Pasal 19
IA
(1) Faktur Pajak wajib diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak pada saat penyerahan atau
ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Pasal 17 ayat (3), ayat (5), ayat (8), ayat (9), dan ayat (10);
AR
(2) Ketentuan mengenai kewajiban penerbitan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
untuk tujuan produktif yang tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3);
(3) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak setelah melewati jangka waktu
ET
3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat tidak diperlakukan sebagai Faktur
Pajak;
(4) Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak;
KR
(5) Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan;
Ayat (3)
Pada dasarnya Faktur Pajak harus dibuat pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak, namun demikian karena suatu hal dapat terjadi keterlambatan
penerbitan Faktur Pajak. Atas keterlambatan penerbitan Faktur Pajak dikenai sanksi sesuai
Pasal 14 ayat (1) huruf d juncto Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan tanpa adanya ketentuan mengenai batas waktu keterlambatan.
Untuk menjamin kepastian terlaksananya pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan
Nilai, perlu adanya pembatasan jangka waktu penerbitan Faktur Pajak. Di samping itu,
ketentuan ini dimaksudkan juga untuk menyelaraskan pengakuan penghasilan di dalam
menghitung peredaran usaha yang digunakan di dalam menghitung Pajak Penghasilan dengan
K
peredaran usaha yang digunakan untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai. Termasuk dalam
pengertian Faktur Pajak dalam ketentuan ini adalah dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak yang diterbitkan atas penyerahan Barang Kena Pajak
JA
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
Ayat (4)
PA
Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Dengan
demikian, Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melebihi batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bukan merupakan bukti pungutan pajak yang sah;
N
Ayat (5)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli Barang Kena Pajak dan/atau penerima
Jasa Kena Pajak dengan menegaskan bahwa Faktur Pajak yang diterbitkan lebih dari 3 (tiga)
LA
bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bukan
merupakan bukti pungutan pajak yang sah, sehingga Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum
dalam Faktur Pajak tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan;
DI
bahwa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaiman telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009, (selanjutnya disebut Undang-Undang KUP), diatur:
GA
Pasal 14 ayat (1) huruf d
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur
N
Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, huruf e, atau huruf f masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari Dasar Pengenaan
Pajak;
T
bahwa berdasarkan fakta dan peraturan perundang-undangan di atas, serta keyakinan Majelis,
IA
Majelis berpendapat:
· bahwa PKP Penjual baru menerbitkan invoice dan Faktur Pajak pada tanggal 22 Desember
AR
2015 karena pada saat perjanjian jual beli dibuat belum dikukuhkan sebagai PKP, dan baru
dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal 10 September 2015;
· bahwa Pemohon Banding mengkreditkan Faktur Pajak tersebut pada Masa Pajak
ET
Desember 2015 sesuai tanggal penerbitan Faktur Pajak, sehingga mengacu pada contoh
penjelasan Pasal 9 ayat (9) Undang-Undang PPN, masih dalam batas waktu 3 bulan;
· bahwa Pasal 14 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang KUP, telah mengatur sanksi
KR
terhadap PKP Penjual yang menerbitkan faktur pajak tidak tepat waktu;
· bahwa pengkreditan Faktur Pajak telah diatur dalam Pasal 9 ayat (2), ayat (2b), ayat (8) dan
ayat (9) serta Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) Undang-Undang PPN;
SE
· bahwa Majelis berkesimpulan, koreksi Terbanding atas Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan sebesar Rp 6.309.520.000,00, tidak dapat dipertahankan;
Menimbang:
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi,
kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
K
Menimbang:
JA
bahwa berdasarkan pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk
mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding, sehingga perhitungan PPN
Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2015 dihitung kembali menjadi sebagai berikut :
PA
Dasar Pengenaan Pajak
- Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN
- Ekspor Rp 6.434.549.505,00
- Penyerahan yang PPN nya harus dipungut sendiri Rp 0,00
N
- Penyerahan yang PPN nya dipungut oleh Pemungut PPN Rp 0,00
- Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut Rp 0,00
LA
- Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN Rp 0,00
Jumlah Rp 6.434.549.505,00
Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang tidak terutang PPN Rp 0,00
Jumlah Seluruh Penyerahan Rp 6.434.549.505,00
PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri
Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan :
Menurut Terbanding
DI
Rp 1.504.932.273,00
Rp 0,00
GA
Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp 6.309.520.000,00
Menurut Majelis Rp 7.814.452.273,00
Jumlah Perhitungan PPN Lebih Bayar Rp 7.814.452.273,00
Kelebihan Pajak yang sudah : Rp
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya Rp 0,00
N
Mengingat;
T
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan peraturan perundang-
undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;
IA
Memutuskan:
AR
- Ekspor Rp 6.434.549.505,00
- Penyerahan yang PPN nya harus dipungut sendiri Rp 0,00
- Penyerahan yang PPN nya dipungut oleh Pemungut PPN Rp 0,00
- Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut Rp 0,00
SE
K
Demikian diputus di Yogyakarta pada hari Kamis tanggal 12 April 2018 berdasarkan
JA
musyawarah Majelis IVB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis sebagai berikut :
PA
R. Aryo Hatmoko,S.IP, M.M. sebagai Hakim Anggota,
yang dibantu oleh Arief Kurniadi,Ak. sebagai Panitera Pengganti,
dan diucapkandalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis, tanggal 6
September 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, serta dihadiri
N
oleh Terbanding dan dihadiri oleh Pemohon Banding.
LA
DI
N GA
T PE
IA
AR
ET
KR
SE