Anda di halaman 1dari 62

Katalog: 2101038.

34

id
o.

#Mencatat Indonesia
.g

Analisis
ps
.b
ta
ar

Profil Penduduk
y ak
og
//y

D.I. Yogyakarta
s:
tp
ht

Peran Lintas Generasi dalam Pembangunan


BADAN PUSAT STATISTIK
PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
id
o.
g
s.
bp
a.t
ar
ak
gy
yo
//
s:
tp
ht

#Mencatat Indonesia

Analisis
Profil Penduduk
Indonesia
BADAN PUSAT STATISTIK
PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
id
o.
g
s.
bp
t a.
ar
ak
gy
//yo
s:
tp
ht

Analisis Profil Penduduk Indonesia


ISBN:
Katalog: 2101038.34
No. Publikasi:
Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm
Jumlah Halaman: ix + 30 halaman
Naskah: Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta
Penyunting: Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta
Gambar Kulit: Direktorat Diseminasi Statistik
Ilustrator Kover: Photo Anonim dari beberapa Media Elektronik
Diterbitkan oleh: ©Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Tim Penyusun
Pengarah : Sugeng Arianto, M.Si.

Penanggung Jawab : Sugeng Arianto, M.Si.


Pengolah Data : Mutijo, S.Si, M.Si.


dan Penulis Naskah Fitri Puji Astuti, S.ST, MM.

Penata Letak : Mutijo, S.Si, M.Si.


Mohammad Heru Widodo, S.Mn, MM.

id
o.
g
s.
bp
t a.
ar
ak
gy
//yo
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//yo
gy
ak
ar
ta.
bp
s.
go.
id
Kata Pengantar

Kata
Pengantar

S
ensus Penduduk merupakan amanat Undang-Undang No. 16
Tahun 1997 tentang Statistik, yang dilaksanakan sepuluh tahun
sekali pada tahun yang berakhiran angka nol. Sensus Penduduk
2020 (SP2020) adalah sensus penduduk yang ketujuh sejak
Indonesia merdeka. Keenam sensus penduduk sebelumnya dilaksanakan
dengan menggunakan metode tradisional, yaitu mencatat setiap
penduduk dari rumah ke rumah. Pertama kalinya dalam sejarah sensus

id
o.
penduduk di Indonesia, SP2020 menggunakan metode kombinasi yaitu

g
dengan memanfaatkan data Administrasi Kependudukan (Adminduk)
s.
dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen
bp
Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai data dasar
a.

pelaksanaan SP2020. Hal ini dirancang dan dilaksanakan sebagai upaya


t
ar

untuk mewujudkan “SATU DATA KEPENDUDUKAN INDONESIA”.


ak

Publikasi “Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta, Peran Lintas Generasi


gy

dalam Pembangunan” menyajikan berbagai informasi kependudukan D.I.


yo

Yogyakarta di antaranya dinamika kependudukan, profil


anak, profil usia produktif dan profil penduduk usia lanjut.
//
s:

Publikasi ini merupakan hasil pengolahan data dari


tp

Sensus Penduduk 2020 dan didukung oleh berbagai data


ht

hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik


serta data sekunder dari Kementrian/Lembaga/Dinas/
Instansi lainnya.
Harapan kami publikasi ini dapat memenuhi kebutuhan
bagi masyarakat secara luas dan khususnya para
pengambil kebijakan terkait perencanaan dan evaluasi
pembangunan bidang kependudukan. Saran serta
kritik dari semua pihak sangat kami hargai, guna
penyempurnaan publikasi berikutnyai.

Yogyakarta, Juni 2022


Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi D.I. Yogyakarta

Sugeng Arianto, M.Si.

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta v


ht
tp
s:
//yo
gy
ak
ar
ta.
bp
s.
go.
id
Daftar Isi

Daftar Isi
Halaman

Tim Penyusun....................................................................................................................................... iii


Kata Pengantar.................................................................................................................................... v
1. Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta ................................................................................. 1
A. Posisi dan Komposisi Penduduk ..................................................................................... 3
B. Antara Kuantitas dan Kualitas......................................................................................... 6
C. Penduduk Kabupaten/Kota dan Ketimpangan Pembangunan Wilayah......... 11
D. Perubahan Struktur Penduduk dan Implikasinyai .................................................. 12
2. Profil Anak................................................................................................................................... 17
A. Anak dan bonus demografi................................................................................................ 19

id
B. Struktur Pendudukan dan Persebaran Anak di Indonesia.................................... 20

o.
C. Pendidikan anak.................................................................................................................... 21

g
s.
D. Kesehatan anak...................................................................................................................... 23
bp
E. Pekerja Anak........................................................................................................................... 26
a.

F. Pernikahan Anak................................................................................................................... 27
t

G. Kesimpulan.............................................................................................................................. 28
ar
ak

3. Profil Usia Produktif . .............................................................................................................. 31


gy

A. Penduduk Usia Produktif sebagai Aktor Utama Pembangunan ....................... 33


yo

B. Komposisi Penduduk Usia Produktif ............................................................................ 35


//

C. Kualitas Penduduk Usia Produktif D.I. Yogyakarta ................................................ 37


s:

D. Menjawab Peluang Ketenagakerjaan dan Ujian Pandemi COVID-19............. 42


tp

E. Kesimpulan ............................................................................................................................. 50
ht

Analisis Profil Penduduk Indonesia vii


id
o.
g
s.
bp

1
a.
t
ar
ak
gy
yo
//
s:
tp
ht

Dinamika Penduduk
D.I. Yogyakarta
A. Posisi dan Komposisi Penduduk

B. Antara Kuantitas dan Kualitas

C. Penduduk Kabupaten/Kota dan Ketimpangan Pembangunan Wilayah

D. Perubahan Struktur Penduduk dan Implikasinya


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

id
o.
g
s.
bp
a.t
ar
ak
gy
// yo
s:
tp
ht

† Lorem ipsum dolor sit


amet, consectetuer
adipiscing elit, sed
diam nonummy nibh
euismod tincidunt ut
laoreet dolore magna
aliquam erat volutpat.
Ut wisi enim ad minim
veniam, quis nostrud
exerci tation

2 Analisis Profil Penduduk Indonesia


D.I. Yogyakarta
Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

Dinamika Penduduk
D.I. Yogyakarta

S
etiap manusia yang tinggal atau hidup di bumi tidak bisa dilepaskan dari
yang namanya ruang atau wilayah untuk ditinggali atau ditempati. Setiap
wilayah yang ditempati oleh manusia akan memiliki permasalahannya
sendiri. Meskipun setiap permasalahan pada suatu wilayah sering muncul,
tetapi manusia akan selalu mencari solusi terbaiknya, karena manusia adalah
makhluk hidup yang berakal.

id
go.
A. Posisi dan Komposisi Penduduk D.I. Yogyakarta
s.
bp
Pembangunan memerlukan informasi tentang subyek dan obyek dari
a.

pembangunan itu sendiri. Sebagai contoh untuk subyek pembangunan adalah


t
ar

pelaku pembangunan atau sumber daya manusia (SDM). Obyek pembangunan


ak

bisa manusia, makhluk hidup lain, atau segala barang dan jasa yang dibutuhkan
gy

manusia. Oleh karena manusia selain sebagai sebagai subyek juga menjadi obyek
yo

dari pembangunan maka sudah semestinya diperlukan informasi yang banyak,


akurat, dan tepat waktu tentang keadaan manusia itu sendiri. Keadaan manusia
//
s:
tp
ht

Gambar 1. Sebaran Penduduk Indonesia menurut Provinsi, 2020 (persen)

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 3


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2020 (jiwa)

Jenis Kelamin
Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Aceh 2.647.563 2.627.308 5.274.871
Sumatera Utara 7.422.046 7.377.315 14.799.361
Sumatera Barat 2.786.360 2.748.112 5.534.472
Riau 3.276.658 3.117.429 6.394.087
Jambi 1.810.015 1.738.213 3.548.228
Sumatera Selatan 4.320.078 4.147.354 8.467.432
Bengkulu 1.029.137 981.533 2.010.670
Lampung 4.616.805 4.391.043 9.007.848
Kepulauan Bangka Belitung 749.548 706.130 1.455.678

id
Kepulauan Riau 1.053.296 1.011.268 2.064.564

o.
DKI Jakarta 5.334.781 5.227.307 10.562.088

g
s.
Jawa Barat 24.508.885 23.765.277 48.274.162
bp
Jawa Tengah 18.362.143 18.153.892 36.516.035
a.

DI Yogyakarta 1.817.927 1.850.792 3.668.719


t
ar

Jawa Timur 20.291.592 20.374.104 40.665.696


ak

Banten 6.070.271 5.834.291 11.904.562


gy

Bali 2.171.105 2.146.299 4.317.404


yo

Nusa Tenggara Barat 2.656.208 2.663.884 5.320.092


//

Nusa Tenggara Timur 2.663.771 2.661.795 5.325.566


s:
tp

Kalimantan Barat 2.784.113 2.630.277 5.414.390


ht

Kalimantan Tengah 1.385.705 1.284.264 2.669.969


Kalimantan Selatan 2.062.383 2.011.201 4.073.584
Kalimantan Timur 1.961.634 1.804.405 3.766.039
Kalimantan Utara 370.650 331.164 701.814
Sulawesi Utara 1.341.918 1.280.005 2.621.923
Sulawesi Tengah 1.534.706 1.451.028 2.985.734
Sulawesi Selatan 4.504.641 4.568.868 9.073.509
Sulawesi Tenggara 1.330.594 1.294.281 2.624.875
Gorontalo 591.349 580.332 1.171.681
Sulawesi Barat 720.187 699.042 1.419.229
Maluku 936.478 912.445 1.848.923
Maluku Utara 657.411 625.526 1.282.937
Papua Barat 597.128 536.940 1.134.068
Papua 2.294.813 2.008.894 4.303.707
Indonesia 136.661.899 133.542.018 270.203.917

Sumber: Sensus Penduduk 2020

4 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

dalam istilah yang umum disebut kependudukan.


Informasi kependudukan yang mendasar adalah tentang jumlahnya, jenis kelamin,
umur, agama yang dianut, dan lain-lain. Selain itu dari data dasar tersebut bisa
diperoleh data turunan seperti komposisi menurut umur, komposisi menurut jenis
kelamin, rasio jenis kelamin, rasio ketergantungan, tingkat kepadatan penduduk,
pertumbuhan penduduk, dan sebagainya. Informasi data dasar dapat diperoleh
secara lengkap bila dilakukan pendataan secara sensus yaitu metode pengumpulan
data dengan obyek pendataan seluruh populasi dalam wilayah cakupan pendataan.
Sejak jaman merdeka, Indonesia telah melakukan 7 (tujuh) kali sensus penduduk
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990,
2000, 2010, dan 2020. Pada Sensus Penduduk 2020 (SP2020) jumlah penduduk
D.I. Yogyakarta sebanyak 3.668.719 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-lakii
sebanyak 1.817.927 jiwa dan perempuan sebanyak 1.850.792 jiwa. Secara
persentase proporsi penduduk laki-laki sebanyak 49,55 persen dan perempuan

id
go.
s.
bp
a.
t
ar

Perempuan Laki-laki
ak

50,45% 49,55%
gy
// yo
s:
tp
ht

Gambar 2. Komposisi Penduduk D.I. Yogyakarta menurut Jenis Kelamin,


2020 (persen)

sebanyak 50,45 persen. Komposisi ini menunjukkan bahwa antara penduduk laki-
laki dan perempuan relatif seimbang.
Posisi di level nasional jumlah penduduk D.I. Yogyakarta relatif kecil. Jumlah
penduduk Indonesia hasil SP2020 sebanyak 270.203.917 jiwa. Jadi penduduk
D.I. Yogyakarta hanya 1,36 persen dari jumlah penduduk Indonesia tahun 2020.
Sementara kalau dilihat di Pulau Jawa, proporsi penduduk D.I. Yogyakarta sebesar
2,42 persen dari penduduk Pulau Jawa.
Sebaran penduduk menurut kabupaten/kota memperlihatkan bahwa Kabupaten
Sleman mempunyai penduduk terbesar di antara lima kabupaten/kota, dengan
jumlah penduduk sebanyak 1.125.804 jiwa. Sementara Kabupaten Bantul
menempati urutan kedua dengan jumlah penduduk sebanyak 985.770 jiwa,
dan urutan ketiga Gunungkidul sebanyak 747.161 jiwa. Proporsi terhadap
jumlah penduduk D.I. Yogyakarta, Kabupaten Sleman sebesar 30,69 persen,

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 5


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

Bantul sebesar 26,87 persen, Gunungkidul sebesar 20,37 persen. Hal ini berarti
pula bahwa sebanyak 77,92 persen penduduk D.I. Yogyakarta berada di ketiga
kabupaten tersebut. Sementara itu, proporsi penduduk Kabupaten Kulon Progo
dan Kota Yogyakarta masing-masing sebesar 11,90 persen dan 10,18 persen.
Tabel 2. Jumlah Penduduk D.I. Yogyakarta menurut Wilayah dan Jenis
Kelamin, 2020
Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Laki-laki +
Perempuan

Kabupaten Kulon Progo 216.167 220.228 436.395

Kabupaten Bantul 491.033 494.737 985.77

Kabupaten Gunungkidul 369.323 377.838 747.161

Kabupaten Sleman 559.385 566.419 1.125.804

id
Kota Yogyakarta 182.019 191.57 373.589

g o.
D.I. Yogyakarta 1.817.927 1.850.792 3.668.719
s.
bp
Sumber: Sensus Penduduk 2020
a.t
ar

B. Antara Kuantitas dan Kualitas


ak
gy

Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik
yang dimiliki individu (Priyono, Marnis, 2008). Sumber daya manusia dapat dilihat
yo

dari dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas mencerminkan salah satu
//
s:

unsur dari pengertian sumber daya manusia, yaitu daya fisik, sementara kualitas
tp

menggambarkan keterpaduan antara unsur daya fisik dan daya pikir.


ht

Kualitas dan daya saing sumber daya manusia menjadi isu penting dalam
pembangunan, tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh negara di dunia. Bagi
Indonesia kualitas menjadi indikator yang krusial karena berdasarkan indikator
global Human Capital Index (HCI) yang disusun oleh World Bank, peringkat
Indonesia masih tertinggal dari Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam,
dan Singapura. HCI Indonesia tahun 2020 baru berada di angka 0,54, sementara
negara-negara tetangga Indonesia tersebut sudah berada di atas 0,60 (World Bank,
2021). Indikator global lain, Human Development Index (HDI), peringkat Indonesia
ada di 107 yang memosisikan Indonesia berada di bawah rata-rata dunia (UNDP,
2021).
Melihat kondisi tersebut maka untuk mengejar ketertinggalannya, akselerasi
pembangunan di segala bidang memerlukan peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu, agenda pembangunan yang tertuang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2020-2024 yaitu “Meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang Berkualitas dan Berdaya Saing” merupakan kebijakan yang
tepat dan harus didukung. Peningkatan kualitas dan daya saing harus menyertai
meningkatnya kuantitas SDM dari waktu ke waktu. Sebagai salah satu wujudnya,
misalnya dalam bidang ketenagakerjaan, SDM yang diharapkan adalah pekerja keras

6 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

yang dinamis, produktif, terampil, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terus berkembang. Kondisi ini akan mendukung terciptanya produktivitas
tenaga kerja yang tinggi. Pembangunan akan optimal bila pertumbuhan penduduk
disertai dengan peningkatan produktivitasnya.
Peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja juga menjadi bagian
dari agenda pembangunan global seperti yang tercantum dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) atau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Disebutkan dalam Tujuan ke-8, yaitu
“meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan
kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua”.
Tujuan SDGs ini menyiratkan makna bahwa produktivitas yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan output dari aktivitas ekonomi yang dihasilkan oleh setiap tenaga
kerja yang berkualitas. Tercantumnya isu produktivitas dan daya saing tenaga
kerja dalam agenda pembangunan global dan nasional mencerminkan pentingnya
mencermati kualitas SDM yang bersumber dari data karakteristik kependudukan
yang pengukurannya tercermin dari kuantitas karakteristik dan indikatornya.

id
Oleh karena itu, dalam membahas kependudukan dan ketenagakerjaan informasi

o.
tentang kuantitas dan kualitas tidak dapat dipisahkan.

g
s.
Pencermatan kuantitas dan kualitas SDM juga diperlukan di tataran regional,
bp
baik level provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan demikian, dapat diketahui
a.

potensi antarwilayah, baik potensi secara umum maupun spesifik masing-masing


t

wilayah. Selanjutnya, hasil identifikasi tersebut dapat menjadi bahan acuan


ar

pemerintah daerah/provinsi dan kabupaten untuk mengevaluasi dan memperbaiki


ak

kebijakan terkait kependudukan dan ketenagakerjaan. Data dan indikator yang


gy

menggambarkan kuantitas dan kualitas kependudukan dan ketenagakerjaan di


yo

antaranya komposisi penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, klasifikasi


//

generasi, pendidikan, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, jumlah


s:

jam kerja dalam seminggu, kemampuan baca tulis, dan lain-lain.


tp
ht

Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Indikator Pembangunan di Pulau Jawa, 2020


Rasio
Kepa-
Jenis
datan Rasio
Jumlah Kelamin Tingkat PDRB per
pen- Keter- Pering-
Provinsi Penduduk (laki-laki Pengang- Kapita
duduk gantugan kat IPM
(ribu jiwa) per 100 guran (ribu Rp)
(orang/ (DR)
perem-
km2)
puan
DKI Jakarta 10.562.088 15.907 102,1 39,73 10,95 260.44 1

Jawa Barat 48.274.162 1.365 103,1 42,94 10,46 41.814 10

Jawa Tengah 36.516.035 1.113 101,1 43,16 6,48 38.598 13

D.I. Yogyakarta 3.668.719 1.171 98,2 45,40 4,57 35.646 2

Jawa Timur 40.665.696 851 99,6 42,33 5,84 57.651 14

Banten 11.904.562 1.232 104,0 42,89 10,64 47.6 8

Sumber: BPS

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 7


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

Banyak faktor yang memengaruhi kualitas pembangunan di suatu wilayah. Terkait


dengan faktor dari manusia dalam hal sebagai pelaku pembangunan, jumlah
penduduk yang besar tidak selalu selaras dengan kualitas yang tinggi. Demikian
pula sebaliknya, jumlah penduduk yang lebih sedikit tidak selalu selaras dengan
kualitas yang lebih rendah.
Melakukan evaluasi pencapaian indikator pembangunan selain menggunakan
indikator target dapat juga melakukan perbandingan dengan wilayah lain yang
dikelompokkan berdasarkan letak geografis terdekat, atau level kondisi sosial dan
ekonominya. Terkait capaian indikator pembangunan ekonomi dan kependudukan
posisi D.I. Yogyakarta dapat dilihat dan dibandingkan dengan provinsi-provinsi di
Pulau Jawa.
Persebaran penduduk yang dilihat dari kepadatan penduduk di Pulau Jawa tampak
tidak ada perbedaan yang menyolok, kecuali DKI Jakarta karena merupakan
ibukota negara. Angka ini menjelaskan rata-rata jumlah penduduk dalam setiap
kilometer persegi luas wilayahnya. Kondisi tahun 2020 kepadatan penduduk D.I.
Yogyakarta adalah 1.171 jiwa per kilometer persegi, lebih tinggi dibanding Jawa

id
Tengah dan Jawa Timur tetapi di bawah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

o.
g
Seperti halnya dengan kepadatan penduduk, angka rasio jenis kelamin, juga relatif
s.
seimbang dengan rentang angka 98,2 sampai dengan 104,0 dengan angka terendah
bp
di D.I. Yogyakarta dan tertinggi Provinsi Banten. Berdasarkan Tabel 1 dapat
a.

dihitung angka rasio jenis kelamin kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta dan ternyata
t
ar

pada rentang angka 95 hingga 99,3 dengan angka terendah di Kota Yogyakarta dan
ak

tertinggi di Kabupaten Bantul. Rasio jenis kelamin untuk tiga kabupaten lainnya,
gy

Sleman, Kulon Progo, dan Gunungkidul masing-masing sebesar 98,8, 98,2, dan
// yo
s:
tp
ht

Sumber: BPS, Sakernas, 2010, 2015, dan 2020

Gambar 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Kabupaten/Kota di


D.I. Yogyakarta, 2010-2020

8 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

97,7.
Angka rasio ketergantungan (Dependency Ratio - DR) merupakan perbandingan jumlah
penduduk berumur 0 hingga 14 tahun ditambah jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas,
dibandingkan dengan jumlah penduduk berumur 15 hingga 64 tahun. Sebagai indikator
demografi, rasio ketergantungan diartikan sebagai ukuran jumlah tanggungan terhadap
total penduduk angkatan kerja di suatu wilayah atau negara. Rasio ketergantungan D.I.
Yogyakarta sebesar 45,4, lebih rendah dibanding angka tahun 2010 yang sebesar 45,9. Angka
ini menjelaskan bahwa dari setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) menanggung 45
orang usia nonproduktif. Artinya, di D.I. Yogyakarta ada kecenderungan meningkatnya jumlah
penduduk usia produktif dibandingkan penduduk usia nonproduktif. Bonus demografi ini bisa
merupakan keuntungan atau bisa juga menjadi ancaman bagi ekonomi D.I. Yogyakarta. Bonus
demografi menguntungkan bila penduduk usia 15-64 tahun merupakan penduduk yang
berkualitas dan produktif. Sebaliknya, bonus demografi menjadi ancaman apabila penduduk
yang di usia 15-64 tahun tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai
sehingga malah menjadi beban penduduk lainnya. Secara eksternal ancaman bonus demografi
akan mengurangi daya saing D.I. Yogyakarta.

id
Di Pulau Jawa, rasio ketergantungan D.I. Yogyakarta tahun 2020 merupakan yang tertinggi

o.
di antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa. DKI Jakarta dengan rasio ketergantungan 39,7

g
s.
menjadi paling menguntungkan bila bonus demografi yang dicapai mencerminkan penduduk
bp
yang di usia 15-64 tahun merupakan penduduk yang berkualitas dan produktif. Sementara
a.

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten mempunyai angka rasio ketergantungan
t

sekitar 42-43.
ar
ak

Rasio ketergantungan akan dibahas lebih mendalam dan menarik di kelompok umur muda dan
gy

juga kelompok umur lansia. Pembahasan pada kelompok umur tersebut juga akan mengurai
untuk angka di level kabupaten/kota.
yo
//

Pengangguran terbuka terdiri dari mereka yang sedang aktif mencari pekerjaan, mereka
s:

yang sedang mempersiapkan usaha tetapi usahanya belum mulai berjalan, mereka yang
tp

sengaja tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkannya, dan
ht

mereka yang sudah memiliki pekerjaan tapi belum mulai bekerja. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT), selanjutnya lebih populer disebut tingkat pengangguran, didefinisikan sebagai
persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Manfaat yang didapat dari
angka pengangguran adalah untuk mengevaluasi keberhasilan program ketenagakerjaan,
pembangunan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan. Demikian pula dalam menyusun
perencanaan pembangunan dapat menjadi acuan pemerintah untuk menyediakan lapangan
pekerjaan baru. Tingkat pengangguran D.I. Yogyakarta kondisi Agustus 2020 sebesar 4,57
persen dan merupakan yang terendah di Pulau Jawa. Jawa Tengah yang merupakan provinsi
teredekat, angka penganggurannya 6,48 persen. Sebaran tingkat pengangguran lebih rinci
di tingkat kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3. Pada tiga tahun
referensi, hingga tahun 2020, terlihat bahwa tingkat pengangguran cenderung menurun,
namun adanya adanya pandemi Covid-19 angka pengangguran cenderung meningkat. Kota
Yogyakarta merasakan dampak yang sangat berat karena angka pengangguran meningkat
tajam, dari 4,8 persen di tahun 2019 menjadi 9,16 persen di tahun 2020. Sementara
kabupaten lain meskipun terdampak juga tetapi angka pengangguran masih di bawah 6
persen.Angka pengangguran akan dibahas lebih rinci menurut kelompok umur, pendidikan,
daerah perkotaan dan pedesaan di Bab 3.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita adalah PDRB rata-rata per satu orang
penduduk. PDRB per kapita atas dasar harga konstan mencerminkan pertumbuhan nyata

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 9


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

ekonomi per orang/kapita penduduk suatu daerah. PDRB per kapita D.I. Yogyakarta tahun
2020 sebesar 35,6 juta rupiah, atau 2,97 juta rupiah per bulan. Bila PDRB terdistribusi
relatif merata maka PDRB per kapita menggambarkan tingkat kemakmuran, namun pada
kenyataannya terdapat ketimpangan distribusi pendapatan di antara penduduk. Posisi PDRB
per kapita D.I. Yogyakarta terendah di Pulau Jawa, sedangkan yang tertinggi di DKI Jakarta.
PDRB per kapita Jawa Tengah sebesar 38,60 juta rupiah dan posisinya terendah kedua setelah
D.I. Yogyakarta.
Perkembangan PDRB per kapita kabupaten/kota selama sepuluh tahun terakhir sangat pesat
dan semua kabupaten/kota meningkat drastis. Kulon Progo meningkat 107,7 persen, Bantul
naik 90,7 persen, Gunungkidul naik 93,9 persen, Sleman naik 91,0 persen, dan Kota Yogyakarta
naik 84,8 persen (Tabel 4). Berpijak pada dua tahun pengamatan ini juga memperlihatkan
kesenjangan yang semakin melebar antara Kota Yogyakarta dengan kabupaten/kota lain.
Tabel 4. PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta,
2010-2020

Kabupaten/Kota 2010 2020

id
o.
Kulon Progo 12.917 26.825

g
Bantul 13.319
s. 25.401
bp
a.

Gunungkidul 13.062 25.323


t
ar

Sleman 19.466 37.184


ak

Yogyakarta 44.407 82.049


gy
yo

D.I. Yogyakarta 18.653 35.646


//
s:

Sumber: BPS
tp
ht

Kondisi demikian dapat menjadi acuan pemerintah untuk menggenjot pembangunan dan
meningkatkan investasi di empat kabupaten lain, terutama di Gunungkidul, Bantul, dan Kulon
Progo.
Proses pembangunan seharusnya mencakup seluruh aspek, termasuk pembangunan
manusia. Pembangunan manusia penting dilakukan demi mencapai kemakmuran penduduk
suatu wilayah/negara. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI) adalah pengukuran bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. IPM diperkenalkan oleh United Nations
Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam
laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM merupakan indikator penting
untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (penduduk/
masyarakat) dan juga dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/
negara. Oleh karena itu IPM menjadi data strategis sehingga masuk dalam indikator
target pembangunan manusia Indonesia. Pemerintah daerah (provinsi/kabupaten) telah
menetapkan menjadi salah satu indikator target pembangunan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam perencanaan pembangunan tahunan, Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), IPM juga menjadi salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU)
yang dipantau dan dievaluasi setiap triwulan.
IPM D.I. Yogyakarta di level nasional hingga tahun 2020 menempati peringkat tertinggi

10 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

kedua setelah DKI Jakarta. Angka IPM D.I. Yogyakarta tahun 2020 sebesar 79,97 dan masuk
dalam kategori tinggi. Hanya DKI Jakarta yang sudah mencapai kategori sangat tinggi
(81,11). Keunggulan indikator-indikator IPM D.I. Yogyakarta adalah di dimensi umur panjang
yang sehat, Usia Harapan Hidup (UHH), dan Harapan Lama Sekolah (HLS) yang merupakan
tertinggi di Indonesia. Angkanya masing-masing 74,99 tahun dan 15,59 tahun. Sementara
indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar 9,55 tahun berada di peringkat kelima dari
34 provinsi di Indonesia. Indikator standar hidup layak yang didekati dengan pengeluaran per
kapita yang disesuaikan sebesar 14,01 juta rupiah berada di peringkat ketiga.

C. Penduduk Kabupaten/Kota dan Ketimpangan Pembangunan Wilayah


Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan mengenai persebaran penduduk menurut
kabupaten/kota dan komposisi penduduk jenis kelamin. Pada subbab ini dititikberatkan pada
pencermatan mengenai perubahan komposisi dari tahun 2010 ke tahun 2020. Komposisi
persentase terhadap total penduduk D.I. Yogyakarta, di tiga kabupaten yaitu Kabupaten
Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul meningkat. Komposisi persentase penduduk di ketiga

id
kabupaten tersebut sebanyak 57,14 persen meningkat menjadi 59,13 persen. Dengan

o.
demikian komposisi persentase penduduk Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta menjadi

g
turun dari 42,86 persen menjadi 40,87 persen. Fenomena lain yang bisa dilihat adalah
s.
bp
komposisi persentase penduduk laki-laki maupun perempuan di Kulon Progo, Bantul, dan
Gunungkidul juga meningkat.
t a.

Konsekuensi dari perubahan komposisi penduduk di antaranya adalah bergesernya tingkat


ar

kepadatan penduduk. Dalam sepuluh tahun terakhir kepadatan penduduk kabupaten/kota


ak

di D.I. Yogyakarta terlihat ada perubahan yang nyata. Kota Yogyakarta sebagai ibukota
gy

provinsi dan juga kerajaan mempunyai kepadatan penduduk 11.495 jiwa per kilometer
yo

persegi. Kepadatan penduduk Kota Yogyakarta dalam sepuluh tahun terakhir menurun
//

3,9 persen. Sebaliknya, di empat kabupaten lain kepadatan penduduk relatif meningkat
s:

dengan peningkatan tertinggi terjadi di Kabupaten Gunungkidul sebesar 14,7 persen, diikuti
tp

Kabupaten Kulon Progo sebesar 12,2 persen, Bantul sebesar 7,9 persen, dan Sleman sebesar
ht

3,0 persen. Secara keseluruhan kepadatan penduduk D.I. Yogyakarta meningkat 7,9 persen

Tabel 5. Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta, 2010-2020

2010 2020
Kode dan Nama Kabupaten/ Laki-laki + Laki-laki +
Kota Perempuan Perempuan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

3401. Kabupaten Kulon Progo 190.694 198.175 388.869 216.167 220.228 436.395

3402. Kabupaten Bantul 454.491 457.012 911.503 491.033 494.737 985.770


3403. Kabupaten Gunungkidul 326.703 348.679 675.382 369.323 377.838 747.161
3404. Kabupaten Sleman 547.885 545.225 1.093.110 559.385 566.419 1.125.804

3471. Kota Yogyakarta 189.137 199.490 388.627 182.019 191.570 373.589


3400. D.I. Yogyakarta 1.708.910 1.748.581 3.457.491 1.817.927 1.850.792 3.668.719
Sumber: BPS, Sensus Penduduk 2010 dan Sensus Penduduk 2020

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 11


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

dalam sepuluh tahun terakhir (Tabel 5). Kaitannya dengan pergeseran komposisi penduduk,
proporsi penduduk Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul terhadap total D.I. Yogyakarta
meningkat dan diikuti oleh peningkatan kepadatan penduduk. Kota Yogyakarta proporsi
penduduknya menurun dan diikuti turunnya angka kepadatan penduduk. Sementara untuk
Sleman proporsi penduduknya turun tetapi kepadatan penduduknya meningkat.

Tabel 6. Kepadatan Penduduk D.I. Yogyakarta menurut


Kabupaten/Kota, 2010 dan 2020 (jiwa per km2)

Kabupaten/Kota 2010 2020

Kulon Progo 663 744

Bantul 1.798 1.940

Gunungkidul 455 522

id
Sleman 1.902 1.959

o.
Yogyakarta 11.958 11.495

g
s.
bp
D.I. Yogyakarta 1.085 1.171
a.

Sumber: BPS
t
ar
ak

D. Perubahan Struktur Penduduk dan Implikasinya


gy
yo

Salah satu faktor yang menyebabkan adanya pergeseran komposisi penduduk adalah tingkat
//

kelahiran. Berbagai literatur demografi menjelaskan bahwa dinamika kependudukan di suatu


s:

wilayah ditunjukkan dengan perubahan tingkat kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas).
tp

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017,
ht

angka fertilitas D.I. Yogyakarta meningkat dari 2,1 menjadi 2,2. Fenomena peningkatan angka
fertilitas juga terjadi di tiga provinsi lain, yaitu Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.
Sementara angka fertilitas nasional menurun, dari 2,6 menjadi 2,4. Arti dari angka fertilitas
D.I. Yogyakarta tahun 2017 adalah terdapat 2,2 kelahiran per 1000 penduduk pertengahan
tahun 2017.
Perkembangan penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir tetapi secara
bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang dapat terjadi pada semua golongan
umur. Dalam konteks spasial, moblitas penduduk juga berpengaruh terhadap perubahan
dalam jumlah penduduk, karena imigrasi akan menambah jumlah penduduk dan emigrasi
akan mengurangi jumlah penduduk dalam suatu wilayah.
Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal positif karena
dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek pembangunan,
perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak. Namun di sisi lain
beberapa kalangan justru meragukan apakah jumlah penduduk yang besar adalah sebagai
aset seperti yang dijelaskan sebelumnya, atau malah sebaliknya, bahwa penduduk merupakan
beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang semakin lama
semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut. Pandangan
pesimis seperti ini didukung oleh teori Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan
penduduk menurut deret ukur sementara pertumbuhan bahan makanan menurut deret

12 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

hitung. Substansi mendasar dari pandangan pesimis ini adalah bukan kesejahteraan yang
didapat tapi justru kemelaratan akan ditemui apabila jumlah penduduk tidak dikendalikan
dengan baik.

Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta, 2010-2020


Rasio Pertumbuhan Proporsi Usia
Kode dan Nama Kabupaten/ Ketergantungan 2010-2020 Produktif
Kota Usia Pro- Usia Non-
2010 2020 2010 2020
duktif produktif
3401. Kabupaten Kulon Progo 54,39 49,04 4,81 16,25 64,77 67,10

3402. Kabupaten Bantul 46,57 44,39 4,64 9,78 68,23 69,26


3403. Kabupaten Gunungkidul 54,51 50,37 5,05 13,67 64,72 66,50
3404. Kabupaten Sleman 41,64 43,50 6,18 1,66 70,60 69,69

3471. Kota Yogyakarta 35,53 40,30 5,33 -7,14 73,78 71,27

id
o.
3400. D.I. Yogyakarta 45,93 45,40 5,27 6,50 68,53 68,78

g
s.
Sumber: BPS, Sensus Penduduk 2010 dan Sensus Penduduk 2020 bp
a.

Perkembangan rasio ketergantungan di Kabupaten Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul


t
ar

cukup bagus. Ketiga kabupaten ini selama kurun waktu 2010 hingga 2020 rasio
ak

ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap usia penduduk produktif menurun


gy

(Tabel 6). Sebaliknya, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta mengalami kenaikan angka
rasio ketergantungan. Artinya, di kedua wilayah ini pada tahun 2020 penduduk usia produktif
yo

menanggung lebih banyak penduduk usia nonproduktif dibanding tahun 2010.


//
s:

Pertumbuhan usia produktif dan usia nonproduktif dari tahun 2010 ke 2020 dapat
tp

dicermati juga di Tabel 6. Pertumbuhan usia produktif di Kabupaten Kulon Progo, Bantul,
ht

dan Gunungkidul lebih rendah dibandingkan pertumbuhan usia noproduktifnya. Kondisi


sebaliknya terjadi di Sleman. Sementara di Kota Yogyakarta kelompok usia nonproduktif
mengalami pertumbuhan minus, sedangkan usia produktif tumbuh positif.
Gambaran perkembangan indikator demografi rasio ketergantungan, pertumbuhan
penduduk, dan pertumbuhan kelompok usia produktif dapat memberikan kesimpulan bahwa
pertumbuhan penduduk di Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul lebih berkualitas karena
pertumbuhan penduduk dibarengi dengan meningkatnya jumlah proporsi usia produktif
serta menurunnya rasio ketergantungan. Sementar dii Sleman, jumlah penduduk yang
meningkat dibarengi meningkatnya jumlah kelompok usia produktif tetapi secara proporsi
kelompok usia produktif menurun dan berdampak pada meningkatnya rasio ketergantungan.
Fenomena di Kota Yogyakarta berbeda lagi, yaitu jumlah penduduknya menurun, jumlah dan
proporsi kelompok usia produktif juga menurun, dan berdampak pada meningkatnya rasio
ketergantungan.
Bila ditinjau menurut konsepnya, semua kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta sudah menikmati
bonus demografi, yaitu proporsi penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan dengan
penduduk usia tidak produktif. Struktur penduduk D.I. Yogyakarta dan juga secara umum di
Indonesia sedang mengalami perubahan/pergeseran dari muda menuju dewasa muda. Hal
ini ditandai dengan menurunnya proporsi penduduk usia di bawah 15 tahun dan sebaliknya
terjadi peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) secara perlahan,

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 13


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

sedangkan penduduk usia produktif (15-64 tahun) meningkat cukup pesat. Proporsi usia
produktif Kota Yogyakarta masih merupakan yang tertinggi, di atas 70 persen, meskipun
proporsi angkanya menurun.
Dikaitkan dengan dengan indikator ekonomi dan sosial lainnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan bonus demografi di antaranya sebagai berikut:

1. Kesehatan
Kesehatan merupakan investasi jangka panjang, dan setiap manusia memerlukan kesehatan.
Secara komprehensif ukurannya adalah usia harapan hidup (UHH) bayi yang baru lahir karena
mencerminkan kesehatan orang dewasa dan lingkungannya. UHH D.I. Yogyakarta merupakan
yang tertinggi di Indonesia.
Pemerintah saat ini juga terus berupaya memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat dengan
berbagai program jaminan kesehatan nasional maupun daerah dan juga dikuatkan dengan
membuat lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang wewenangnya jauh
lebih besar dari PT. Asuransi Kesehatan (Askes). Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan

id
puskesmas juga diperbaiki baik fisik maupun layanannya.

o.
g
2. Pendidikan
s.
bp
Komponen penting dan utama berikutnya adalah pendidikan karena pendidikan akan
mengubah pola pikir suatu bangsa menjadi lebih baik dan terarah. Salah satu upaya yang tepat
a.t

untuk meningkatkan kualitas anak muda sebagai penduduk produktif di masa mendatang
ar

yaitu menyediakan kesempatan pendidikan seluas-luasnya, baik pendidikan formal maupun


ak

nonformal. Hal ini menjadi lebih optimal bila didukung oleh prasarana pendidikan yang
gy

lengkap serta tenaga pendidik yang berkualitas sehingga akan terbentuk masyarakat terdidik
yo

yang berkualitas.
//

Dimensi pembangunan manusia pada aspek pendidikan di D.L. Yogyakarta mempunyai


s:

prospek yang terbaik di antara provinsi-provinsi lain. Hal ini ditunjukkan oleh angka HLS yang
tp

merupakan tertinggi di Indonesia. Demikian pula angka RLS D.I. Yogyakarta yang mencapai
ht

posisi tertinggi kelima sebagai cerminan keberhasilan pencapaian bonus demografi.

3. Lapangan pekerjaan
200.

Lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja sangat berperan karena merupakan lahan dan
sarana untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pemerintah harus terus mempersiapkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan masyarakat
juga harus kreatif dan terampil menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Salah satu faktor
keberhasilan mengatasi permasalahan ketenagakerjaan ini adalah rendahnya angka tingkat
pengangguran. Penduduk usia produktif yang bekerja di lapangan pekerjaan yang memadai
akan meningkatkan kualitas hidup dirinya dan juga orang-orang yang ditanggung.

4. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh terhadap bonus demografi dan pembangunan.
Pertumbuhan penduduk merupakan pertambahan penduduk yang diukur dalam jangka
waktu tertentu. Pertambahan penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi.
Dalam ilmu demografi dikenal istilah pertambahan penduduk alami dan pertambahan
penduduk total. Disebut pertambahan penduduk alami bila hanya dipengaruhi oleh kelahiran

14 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

dan kematian, sedangkan disebut pertambahan penduduk total dipengaruhi oleh kelahiran,
kematian, migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi).
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat mengganggu keberadaan bonus demografi.
Apalagi bila pertambahan penduduknya didominasi oleh usia nonproduktif. Oleh karena
itu pemerintah juga harus mengontrol. Program pemerintah yang berkaitan erat dengan
kebijakan pengendalian kelahiran adalah Keluarga Berencana (KB). Keberhasilan program
KB yang dirintis sejak era Orde Baru menjadi faktor penentu keberhasilan pencapaian angka
fertilitas yang rendah sehingga penambahan penduduk terkendali.
Sementara itu pertambahan penduduk yang dipengaruhi migrasi selama ini di D.I. Yogyakarta
tidak menjadi masalah, artinya masih dalam kondisi normal. Pertambahan penduduk migrasi
meledak bila terjadi eksodus yang biasanya diakibatkan oleh adanya kekacauan politik,
bentrok antarsuku, dan sentimen SARA lainnya.
Tiga piramida hasil SP 2000, SP 2010, dan SP 2020 menjelaskan proses pergeseran komposisi
penduduk menurut umur. Selama dua dekade dari tiga kali Sensus Penduduk nampak
kelompok umur muda atau produktif semakin meningkat pesat dan kelompok umur lansia

id
meningkat perlahan, sedangkan kelompok umur nonproduktif di anak (0-14 tahun) mengalami

o.
penurunan. Hal ini berarti pula bahwa masa bonus demografi masih berlangsung hingga 2020.

g
Diperkirakan bonus demografi terus akan berlangsung beberapa tahun ke depan bahkan
hingga 2045 (BPS). Implikasi dari kondisi ini kebijakan pendidikan dan ketenagakerjaan s.
bp
menjadi sangat penting untuk membekali pengetahuan dan keterampilan serta memberi
a.

kesempatan lapangan pekerjaan bagi generasi muda.


t
ar
ak
gy

75+
Perempuan Perempuan
yo

Laki-laki 75+
70-74
Laki-laki 70-74
65-69
//

65-69
60-64 60-64
s:

55-59 55-59
50-54
tp

50-54
45-49 45-49
ht

40-44 40-44
35-39 35-39
30-34 30-34
25-29 25-29
20-24 20-24
15-19 15-19
10-14 10-14
05-09 05-09
00-04 00-04
.000 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

SP 2000 SP 2010
75+
Laki-laki 70-74 Perempuan
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
05-09
00-04

160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

SP 2020
Gambar 4. Piramida Penduduk D.I. Yogyakarta, 2000-2020

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 15


Dinamika Penduduk D.I. Yogyakarta

id
o.
g
s.
bp
a.t
ar
ak
gy
// yo
s:
tp
ht

16 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


id
o.
g
s.
bp

2
a.t
ar
ak
gy
yo
//
s:
tp
ht

Profil Anak
A. Anak dan bonus demografi

B. Struktur Pendudukan dan Persebaran Anak di Indonesia

C. Pendidikan anak

D. Kesehatan anak

E. Pekerja Anak
Profil Anak

id
o.
g
s.
bp
a.t
ar
ak
gy
// yo
s:
tp
ht

18 Analisis Profil Penduduk Indonesia


D.I. Yogyakarta
Profil Anak

Profil Anak

A
nak merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya yang harus
dijaga dan dididik sebagai sumber daya. Selain sebagai generasi penerus
keluarga, anak juga merupakan aset sumber daya manusia yang penting
dalam pembangunan bangsa dan negara. Meskipun demikian, anak
merupakan populasi yang rentan terhadap kondisi yang tidak ideal yang disebabkan
fisik yang lemah dan kondisi emosional yang belum stabil dibandingkan dengan
orang dewasa. Kemampuan anak dalam bertahan hidup dan berkembang sangat

id
o.
bergantung pada orang dewasa di sekitarnya. Oleh sebab itu, untuk mempersiapkan

g
anak sebagai sumber daya manusia yang unggul harus dilakukan sejak dini melalui
s.
upaya-upaya perlindungan terhadap anak, peningkatan kesejahteraan, kesehatan,
bp
pendidikan, dan bidang lain yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia
a.

D.I. Yogyakarta di masa yang akan datang..


t
ar
ak
gy

A. Anak dan bonus demografi


yo

Mulai tahun 1990-an Indonesia umumnya telah memasuki bonus demografi,


//

demikian pula dengan D.I. Yogyakarta. Bonus demografi adalah masa dimana
s:

penduduk usia produktif (15-65 tahun) lebih banyak dibandingkan penduduk


tp

usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan proporsi
ht

hampir 69 persen dari total penduduk D.I. Yogyakarta. Menyikapi potensi yang
dihasilkan dari bonus demografi ini, dalam RPJMD D.I. Yogyakarta 2017-2022
juga telah ditekankan pada penguatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini juga
untuk menyongsong agenda besar pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development Goals) pada tahun 2030.
Pembangunan yang telah dicapai oleh D.I. Yogyakarta selama ini telah memberikan
dampak yang positif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, salah satunya
tercermin dari peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan
hidup sendiri berdampak terhadap peningkatan persentase penduduk lanjut usia
atau lansia (60 tahun ke atas). Sejak tahun 1990 persentase penduduk lansia
D.I. Yogyakarta sudah mencapai lebih dari 10 persen dan pada tahun 2020 ini
meningkat menjadi 15,94 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa sejak 1990 D.I.
Yogyakarta berada dalam masa transisi era ageing population. Menghadapi kondisi
tersebut, pemerintah perlu untuk mulai mempersiapkan kebijakan pembangunan
yang responsif.
Selain merupakan aset yang menentukan kehidupan di masa depan, anak juga
merupakan populasi yang rentan terhadap kondisi yang tidak ideal. Kemampuan
anak dalam bertahan hidup dan berkembang sangat tergantung dengan lingkungan

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 19


Profil Anak

dan orang dewasa di sekitarnya. Secara fisik anak lebih lemah demikian pula
kondisi mental emosional anak yang belum stabil sehingga rawan menjadi korban
kekerasan. Permasalahan mengenai anak meliputi aspek sosial, ekonomi, dan
budaya antara lain lingkungan keluarga dan pola pengasuhan, kesehatan dasar dan
kesejahteraan, pendidikan, hak sipil, kebebasan dan perlindungan khusus.

B. Struktur Penduduk dan Persebaran Anak


Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun
2002 tentang perlindungan anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang
berusia kurang dari 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sesuai
dengan konsep usia anak dalam undang-undang tersebut maka dalam analisis ini
batasan usia yang akan digunakan adalah dari anak yang masih bayi (penduduk
berusia di bawah 1 tahun) dan belum berusia 18 tahun.
Jumlah penduduk D.I. Yogyakarta pada tahun 2020 mencapai 3.457.491 jiwa
yang terdiri dari 1.708.910 jiwa penduduk laki-laki dan 1.748.581 jiwa penduduk

id
perempuan. Sebanyak 26,6 persen dari total penduduk D.I. Yogyakarta adalah

o.
penduduk anak (usia 0-17 tahun) atau sebanyak 917.980 jiwa. Jumlah penduduk

g
anak laki-laki sebesar 471.226 jiwa, sedikit lebih tinggi dibandingkan jumlah
s.
bp
penduduk anak perempuan yang mencapai 446.754 jiwa. Berdasarkan domisili
tempat tinggal, sebanyak 66,04 persen penduduk anak tinggal di wilayah perkotaan
a.

dan sisanya tinggal di wilayah perkotaan.


t
ar
ak

Tabel 1. Penduduk D.I. Yogyakarta Menurut Kelompok Usia, Jenis Kelamin, dan
gy

Rasio Jenis Kelamin, 2020


yo

Laki-laki Perempuan Total Rasio


//

Kelompok Usia Jenis


s:

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Kelamin


tp
ht

0-17 471.226 27,6 446.754 25,5 917.980 26,6 105,48

18+ 1.237.684 72,4 1.301.827 74,5 2.539.511 73,4 95,07

Total 1.708.910 100,0 1.748.581 100,0 3.457.491 100 97,73

Sumber: BPS

Salah satu upaya untuk memperluas pilihan bagi masyarakat tanpa kecuali,
termasuk anak-anak sebagai aset daerah adalah dengan pembangunan manusia.
Pembangunan berbasis gender menjadi titik fokus yang penting agar semua
masyarakat dapat berpartisipasi peuh dalam kehidupan sosial dan berdaya secara
ekonomi dan politik. Sejalan dengan salah satu tujuan SDGs yaitu kesetaraan
gender, D.I. Yogyakarta perlu merumuskan kebijakan yang responsif terhadap
gender guna mendukung pemberdayaan perempuan. Data tentang proporsi jenis
kelamin diperlukan sebagai dasar perumusan kebijakan tersebut. Proporsi jenis
kelamin atau rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk
laki-laki dan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan pada satu
waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100
perempuan.

20 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Anak

Besaran rasio jenis kelamin (RJK) pada kelompok usia anak menunjukkan angka
lebih dari 100 artinya jumlah penduduk anak laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah penduduk anak perempuan. RJK anak D.I. Yogyakarta pada tahun
2020 sebesar 105. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap 100 penduduk
perempuan akan terdapat 105 penduduk laki-laki. Kondisi ini berbanding terbalik
dengan RJK penduduk yang berusai 18 tahun ke atas yang menunjukkan angka 97,7
yang berarti setiap 100 penduduk dewasa perempuan terdapat 97-98 penduduk
dewasa laki-laki. Hal ini terkait dengan kondisi kesehatan dan risiko kerja yang
lebih besar berakibat pada kematian pada penduduk dewasa laki-laki.

C. Pendidikan Anak
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama suatu negara untuk unggul dalam
persaingan global. Pendidikan dianggap sebagai bidang paling strategis dalam
mewujudkan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu pendidikan menjadi salah
satu kunci dari arah pembangunan sumber daya manusia (SDM). Peningkatan
kualitas dan daya saing SDM diharapkan dapat mencetak generasi penerus bangsa

id
o.
yang sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil dan berkarakter. SDM yang cerdas

g
dan berkarakter merupakan prasyarat terbentuknya peradaban yang tinggi.
s.
bp
Dalam rangka optimalisasi layanan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing,
pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan akses layanan pendidikan. Salah
a.

satunya adalah dengan kebijakan zonasi dalam sistem penerimaan peserta didik
t
ar

Tabel 2. Jumlah Sekolah Menurut Status Sekolah dan Jenjang Pendidikan Pada Tahun
ak

Ajaran 2019/2020 dan 2020/20210


gy
yo

Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid


Status
//

Sekolah
s:

2019/2020 2020/2021 2019/2020 2020/2021 2019/2020 2020/2021


tp

SD/MI
ht

2.026 2.024 22.387 23.177 315.571 311.664

SMP/MTs 554 558 11.670 11.809 156.662 159.455

SMA/MA 222 225 6.267 6.422 73.742 74.566

SMK 220 216 6.821 7.310 90.390 88.225


Sumber Data: Provinsi DI Yogyakarta Dalam Angka 2021

baru. Kebijakan tersebut merupakan salah satu strategi percepatan pemerataan


akses layanan dan kualitas pendidikan. Pemanfaatan zonasi selanjutnya akan
diperluas untuk pemenuhan sarana prasarana, redistribusi dan pembinaan guru,
serta pembinaan kesiswaan.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah sekolah jenjang Sekolah Dasar
(SD) baik negeri maupun swasta jauh lebih banyak daripada jumlah sekolah
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi ini bisa menjadi indikasi
bahwa masih ada lulusan SD yang tidak tertampung oleh SMP di D.I. Yogyakarta.
Sebagian siswa yang tidak tertampung akan sekolah di luar D.I. Yogyakarta dan
yang lebih memprihatinkan jika anak-anak lulusan SD ini tidak melanjutkan
sekolah karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Hal ini tentu saja akan

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 21


Profil Anak

Tabel 3. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar


(APK) Menurut Jenjang Pendidikan di D.I. Yogyakarta, 2019-
2020

Jumlah Sekolah Jumlah Guru


Jenjang Pendidikan
2019/2020 2020/2021 2019/2020 2020/2021

SD/MI 99,53 99,59 106,18 105,96

SMP/MTs 84,04 83,98 95,00 95,44

SMA/SMK/MA 70,49 70,98 89,07 89,30

Sumber Data: Provinsi DI Yogyakarta Dalam Angka 2021

Tabel 4. Harapan Lama Sekolah Menurut Wilayah di D.I. Yogyakarta, 2015-2020

id
Harapan Lama Sekolah (tahun)

o.
Status Sekolah

g
2020 2019 2018 2017 2016 2015

s.
bp
Kulon Progo 14,26 14,25 14,24 14,23 13,97 13,55
a.

Bantul 15,17 15,15 15,03 14,74 14,73 14,72


t
ar
ak

Gunung Kidul 12,97 12,96 12,95 12,94 12,93 12,92


gy

Sleman 16,73 16,72 16,71 16,48 16,08 15,77


yo

Kota Yogyakarta 17,43 17,28 17,05 16,82 16,81 16,32


//
s:
tp

D.I. Yogyakarta 15,59 15,58 15,56 15,42 15,23 15,03


ht

Sumber Data: Provinsi DI Yogyakarta Dalam Angka 2021

mempengaruhi pencapaian program pemerintah yang mencanangkan program


pendidikan dasar 9 tahun. Selain jumlah sekolah, faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan adalah ketersediaan pengajar. Rasio guru terhadap murid
D.I Yogyakarta untuk seluruh jenjang pendidikan berkisar antara 11-14, artinya 1
orang guru menghadap 11-14 orang murid.
Salah satu indikator tercapainya pembangunan dalam bidang pendidikan
adalah nilai Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK).
APM  adalah  proporsi  anak  sekolah pada  suatu  kelompok  tertentu yang 
bersekolah  pada  tingkat yang  sesuai  dengan  kelompok umurnya.  APM selalu lebih
rendah dibanding APK  karena pembilangnya  lebih  kecil sementara penyebutnya
sama. Sementara APK adalah proporsi  jumlah penduduk yang sedang bersekolah
pada suatu jenjang  pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai
dengan jenjang pendidikan tersebut. Jika jumlah populasi siswa yang bersekolah
pada suatu jenjang tertentu melebihi jumlah anak pada batas usia sekolah sesuai
jenjang yang sesuaian maka nilai APK jenjang tersebut akan lebih besar dari 100.
Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah  yang bersekolah  di 
suatu  jenjang pendidikan pada suatu wilayah.

22 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Anak

APK pada jenjang pendidikan SD/MI melebihi angka 100 persen menunjukkan bahwa
usia anak yang mengenyam pendidikan dasar masih ada yang berada di luar kelompok umur
7-12 tahun. Salah satu menyebabnya adalah beberapa orang tua yang sudah mendaftarkan
anaknya yang belum berusia 7 tahun untuk masuk ke SD/MI. Semakin tinggi jenjang
pendidikan, nilai APK juga akan semakin rendah. Sementara itu APM pada setiap jenjang
pendidikan masih belum mencapai angka 100 persen. Artinya penduduk yang berusia sesuai
dengan jenjang pendidikan tersebut belum seluruhnya bersekolah sesuai dengan jenjangnya.
Selama masa pandemi, pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam bidang pendidikan
berupa School From Home (SFH) yaitu dengan mengalihkan kegiatan pembelajaran dari
sistem pembelajaran tatap muka menjadi sistem pembelajaran secara daring. Hal ini salah
satu upaya untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-19. Dalam sistem pembelajaran
daring dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi sehingga menuntut siswa
di semua jenjang pendidikan untuk bisa melek teknologi dan memanfaatkannya. Kegiatan
SFH bisa dilaksanakan dengan menggunakan beberapa aplikasi yang tersedia seperti zoom,
google meet, dan juga google classroom sebagai media pengganti pembelajaran tatap
muka. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan ibarat dua mata pisau, selain mendapat

id
manfaat juga akan menimbulkan dampak negatif jika penggunaan teknologi oleh anak tidak

o.
ada pendampingan. Selain itu dalam penggunaan teknologi tersebut juga ada kendala yang

g
menjadi penghambat dalam pelaksanaan SFH. Jaringan internet yang cepat dan layanan
s.
telepon yang baik serta ketersediaan alat komunikasi yang dibutuhkan menjadi tantangan
bp
selama pelaksanaan SFH.
ta.

Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang
ar

disajikan dalam Publikasi Profil Anak Indonesia 2017-2020 menunjukkan bahwa persentase
ak

anak usia 7-17 tahun yang mengakses internet di D.I. Yogyakarta masih di bawah 70 persen.
gy

Meskipun demikian selama kurun waktu penelitian angka tersebut menunjukkan kenaikan
yo

setiap tahunnya.
//
s:

D. Kesehatan Anak
tp
ht

Tumbuh kembang anak adalah proses yang dilalui oleh setiap anak. Meskipun sering
digunakan secara bersamaan tetapi istilah tumbuh dan kembang memiliki arti yang berbeda
secara biologis. Tumbuh adalah perubahan ukuran fisik seperti berat badan, tinggi badan, dan
ukuran tubuh lainnya. Kembang adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
menjadi lebih kompleks, mengacu pada perubahan kualitatif misalnya kemampuan berbicara
atau berjalan.
Gambar 2. Persentase Anak Usia 7-17 Tahun Yang
Mengakses Internet di D.I. Yogyakarta, 2016-
2019

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 23


Profil Anak

Dalam kondisi normal, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bersamaan


dan tidak dapat dipisahkan. Pada usia 0-5 tahun merupakan periode emas (golden
age) dimana perkembangan anak akan terjadi secara pesat. Selama periode emas
ini penting bagi orang tua untuk menstimulus perkembangan anak supaya dapat
berkembang secara optimal.
Dalam rangka mencapai perkembangan anak secara optimal diperlukan adanya
peran orang tua untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan
pada anak. Peran tersebut meliputi asuh, asih, dan asah. Peran asuh meliputi
kebutuhan fisik-biomedis, antara lain pemberian ASI, gizi yang sesuai, kelengkapan
imunisasi, pengobatan bila anak sakit, pemukiman yang layak, kebersihan individu
dan lingkungan, rekreasi dan bermain. Peran asih meliputi kebutuhan emosi dan
kasih saying. Sementara itu asah meliputi kebutuhan akan stimulus mental yang
merupakan cikal bakal untuk proses belajar anak.
Selain peran orang tua, pemerintah juga memiliki peran penting dalam proses
tumbuh kembang anak, salah satunya dengan membentuk peraturan atau panduan
terkait pelaksanaan tumbuh kembang anak. Dalam Permenkes RI No. 66 tahun

id
2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh

o.
Kembang Anak terdapat berbagai panduan terkait tumbuh kembang anak.

g
s.
Pemantauan tumbuh kembang merupakan kegiatan untuk menemukan secara dini
bp
adanya penyimpangan pertumbuhan, seperti gizi kurang atau buruk dan stunting
a.

serta penyimpangan perkembangan, baik perkembangan fisik, perkembangan


t
ar

kognitif, maupun perkembangan sosial dan emosional.


ak

Salah satu masalah dalam tumbuh kembang anak yang menjadi fokus beberapa
gy

tahun terakhir adalah stunting. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada
yo

anak yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi dalam jangka
//

panjang dan infeksi berulang dalam 1.000


s:

hari pertama kehidupan. Organisasi


tp

kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan


† Stunting merupakan
ht

stunting adalah kondisi pada balita yang


kondisi gagal tumbuh
memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang dari standar pertumbuhan balita pada anak yang
yang ditetapkan oleh WHO. Indonesia disebabkan oleh
menempati urutan kelima sebagai negara asupan gizi yang tidak
dengan jumlah anak yang stunting di dunia,
dan nomor dua kawasan Asia Tenggara mencukupi dalam
setelah Laos. jangka panjang dan
Badan kesehatan dunia  (World Health infeksi berulang dalam
Organization-WHO) menggolongkan 1.000 hari pertama
penyebab stunting menjadi beberapa kehidupan.
faktor, diantaranya faktor keluarga dan
rumah tangga, faktor pemberian makanan
pendamping yang tidak adekuat, faktor
yang berkaitan dengan proses menyusui, dan faktor infeksi yang berkaitan dengan
terjadinya stunting pada anak. Faktor-faktor tersebut juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang berdampak secara tidak langsung, seperti ekonomi, sosio-
kultural, dan lingkungan. Faktor yang disebutkan dapat saling mempengarusi dalam
interaksi yang kompleks antara kondisi rumah tangga, lingkungan sosioekonomi,

24 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Anak

Tabel 5. Persentase Balita Pendek Dan Sangat Pendek (Persen)

Pendek Sangat Pendek


Provinsi
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

D.I. Yogyakarta 16,2 17,1 14,7 15,1 4,4 4,7 5,1 6,3

Indonesia 18,9 19,0 19,8 19,3 10,1 8,6 9,8 11,5

Sumber: Pemantauan Status Gizi, Profil Kesehatan Indonesia, KEMENKES

dan pengaruh budaya dalam penyebab terjadinya stunting pada anak.


Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Status Gizi yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2015, prevalensi balita pendek di D.I. Yogyakarta adalah 16,2 persen. Angka
ini mengalami peningkatan pada tahun 2016 menjadi 17,1 persen. Namun prevalensi balita
pendek kembali mengalami penurunan hingga menjadi 15,1 persen pada tahun 2018. Jika

id
prevalensi balita pendek D.I. Yogyakarta cenderung menurun selama 2015-2018, prevalensi

o.
balita sangat pendek justru mengalami peningkatan. Prevalensi balita sangat pendek pada

g
tahun 2015 mencapai 4,4 persen dan meningkat hingga menjadi 6,3 persen pada tahun 2018.
s.
bp
Kondisi Kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu
a.

yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat,
t
ar

ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan. Mengingat
ak

faktor penyebab stunting berkaitan erat dengan kondisi ibu maka salah satu cara mencegah
gy

stunting adalah dengan memperbaiki status gizi pada remaja putri.


yo

Tahun 2020 seluruh dunia dikejutkan dengan penyebaran penyakit baru Coronavirus
//

Disease 2019 (COVID-19). Penyakit yang disebabkan oleh virus ini menyebar melalui kontak
s:

langsung dengan percikan dahak dari orang yang terinfeksi ataupun kontak langsung dengan
tp

permukaan yang terkontaminasi virus. Berawal dari Kota Wuhan di China pada akhir tahun
ht

2019 kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk juga Indonesia dan menjadi
pandemi pada tahun 2020. COVID-19 menunjukkan gejala yang berbeda-beda pada setiap
orang, mulai dari yang tanpa gejala hingga gejala yang berat. Penyakit ini juga menimbulkan
kematian dan lebih rentan pada orang yang mempunyai penyakit bawaan sebelumnya. Selain

Gambar 3. Persentase Anak Usia 0-17 Tahun D.I. Gambar 4. Persentase Anak Usia 0-17
Yogyakarta Yang Mengalami Keluhan Tahun D.I. Yogyakarta menurut
Kesehatan, 2016-2019 Kepemilikan Jaminan Kesehatan,
2016-2019

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 25


Profil Anak

itu, COVID-19 juga tidak memandang usia dalam menginfeksi sehingga pasiennya
hampir mewakili semua umur termasuk anak-anak. Menurut Dinas Kesehatan D.I.
Yogyakarta, hingga Februari 2022 akumulasi jumlah anak yang terpapar COVID-19
mencapai 34.200 anak dengan rentang usia 0-20 tahun. Untuk kategori 0-10 tahun
ada sebanyak 13.429 kasus dan usia 11-20 tahun sebanyak 20.802 kasus. Salah satu
alasan tingginya kasus COVID-19 pada anak karena belum adanya program vaksin
virus corona untuk anak di bawah usia 18 tahun. Program vaksinasi virus corona
untuk anak usia 6-11 tahun baru dilaksanakan pada pertengahan Desember 2021.
Selain stunting dan COVID-19, masalah kesehatan yang lain juga masih membayangi
anak-anak. Selama kurun waktu 2016-2019, persentase anak usia 0-17 tahun
yang mengalami keluhan kesehatan di D.I. Yogyakarta cenderung meningkat dan
mencapai hampir 40 persen pada tahun 2019. Hal ini tentu saja harus menjadi
perhatian pemerintah dalam penanganan masalah kesehatan pada anak. Meskipun
demikian, satu hal yang patut diapresiasi adalah perhatian masyarakat dalam
hal kepemilikan jaminan kesehatan bagi anak. Persentase anak usia 0-17 tahun
menurut kepemilikan jaminan kesehatan semakin meningkat hingga mencapai 75

id
persen pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan salah satu kepedulian masyarakat

o.
terhadap kesehatan khususnya kesehatan anak. Dengan adanya jaminan kesehatan

g
maka jika suatu saat terjadi masalah kesehatan tidak akan terlalu berat dari sisi
biaya. s.
bp
a.

E. Pekerja Anak
t
ar
ak

Salah satu permasalahan sosial yang menjadi isu global adalah eksploitasi
gy

ekonomi terhadap anak dengan mempekerjakan anak atau yang dikenal dengan
yo

istilah pekerja anak. Pekerja anak adalah setiap anak yang berumur di bawah 18
tahun dan melakukan pekerjaan yang dapat mengganggu dan membahayakan
//
s:

keselamatan serta tumbuh kembang anak. Kesulitan ekonomi orang tua menjadi
tp

alasan bagi anak-anak untuk bekerja. Selain kemiskinan, pendidikan juga menjadi
ht

faktor penyebab munculnya pekerja anak. Rendahnya pendidikan orang tua juga
mempengaruhi pola pikir anak yang lebih mementingkan menghasilkan uang
dibandingkan sekolah. Kemiskinan dan pendidikan seolah menjadi rantai yang sulit
diputuskan tanpa adanya campur tangan kebijakan dari pemerintah. Meskipun
program pendidikan dasar 9 tahun yang menggratiskan biaya pendidikan hingga
jenjang SMP masih belum cukup untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah.

Gambar 5. Persentase Anak Usia 10-17 Tahun Yang Bekerja di D.I.


Yogyakarta, 2018-2020

26 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Anak

Gambar 6. Penduduk Usia 10-17 Tahun D.I Yogyakarta


yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan "SD Ke Bawah", 2016-2019

Berdasarkan data hasil Sakernas diketahui bahwa persentase anak usia 10-17

id
tahun yang bekerja di D.I. Yogyakarta selama periode 2018-2020 cenderung

o.
berfluktuatif. Pada tahun 2018 ada 1,73 persen anak usia 10-17 tahun yang bekerja

g
dan meningkat menjadi 2,08 persen pada tahun 2019. Selanjutnya persentase anak
s.
usia 10-17 tahun yang bekerja menurun menjadi 1,91 persen pada tahun 2020.
bp
Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak terlibat dalam
ta.

usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Kemiskinan juga merupakan


ar

salah satu faktor penyebab putus sekolah. Dalam upaya untuk menurunkan
ak

jumlah anak yang bekerja, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara
gy

lain dengan membentuk Program Aksi Menuju Indonesia Bebas Pekerja Anak
yo

Tahun 2022 dengan salah satu kegiatannya adalah Penghapusan Pekerja Anak
//

dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH). Melalui PPA-


s:

PKH, pemerintah mengembalikan pekerja anak untuk kembali bersekolah dengan


tp

prioritas sasarannya adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).


ht

F. Pernikahan Anak
Pernikahan anak adalah pernikahan yang terjadi sebelum anak berusia 18 tahun
dimana laki-laki dan perempuan belum siap secara jasmani dan rohani. Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dengan pasal 7
ayat (1) dinyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pihak pria dan
wanita mencapai umur 19 tahun. Pernikahan anak dapat dilaksanakan apabila
mendapatkan persetujuan dispensasi dari pengadilan.
Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan
Anak, beberapa tahun terakhir persentase anak perempuan yang berstatus kawin
pada usia 10-17 tahun cenderung rendah. Peningkatan cukup tinggi terjadi pada
tahun 2012 yang mencapai 2,04 persen dan kemudian menurun hingga 0,21
persen pada tahun 2016. Selama 2017-2019 tren pernikahan anak mengalami
sedikit peningkatan.
Selama pandemi COVID-19 disepensasi untuk melakukan pernikahan anak di
D.I. Yogyakarta justru mengalami peningkatan. Faktor utama yang menyebabkan
terjadinya pernikahan anak adalah kehamilan di luar nikah (KTD). Dinas

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 27


Profil Anak

pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk


(DP3AP2) D.I. Yogyakarta menyatakan bahwa hingga akhir tahun 2020 ada hampir
700 kasus dispensasi penikahan anak yang terjadi di seluruh kabupaten dan kota di
D.I. Yogyakarta yang sebagian besar disebabkan oleh KTD atau mencapai hampir
80 persen. Faktor lain penyebab pernikahan anak di antaranya faktor ekonomi dan
kemiskinan, nilai budaya, regulasi, globalisasi yang mempengaruhi perilaku remaja,
serta ketidaksetaraan gender.
Pernikahan anak memiliki dampak buruk terhadap pendidikan, kesehatan
(terutama bagi anak perempuan), dan kesejahteraan. Pendidikan sangat penting
dalam kehidupan karena menjadi dasar terbangunnya kehidupan yang lebih baik.
Namun demikian kesempatan untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi menjadi
hilang akibat terjadinya pernikahan anak. Biasanya anak yang sudah melakukan
pernikahan akan berhenti sekolah karena peraturan sekolah dan juga faktor
psikologis. Meskipun demikian kesempatan untuk melanjutkan sekolah bagi anak
laki-laki yang sudah menikah lebih besar dibandingkan bagi anak perempuan
apalagi jika pernikahan tersebut terjadi karena KTD. Selanjutnya dampak dari

id
terhambatnya pendidikan juga akan memperngaruhi kesejahteraan. Pendidikan

o.
rendah yang dimiliki oleh pelaku pernikahan anak akan menjadi penghalang untuk

g
mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik dengan tingkat pendapatan yang
s.
cukup. Selain itu pernikahan anak juga berdampak buruk terhadap kesehatan
bp
terutama anak perempuan yang belum matang secara fisik dan psikologis tetapi
a.

sudah mengalami KTD. Kehamilan dini memiliki konsekuensi yang besar bagi ibu
t
ar

dan bayi. Risiko komplikasi akibat kehamilan dan persalinan lebih tinggi pada ibu
ak

hamil remaja dan lebih rentan terhadap kematian. Bayi yang dilahirkan oleh ibu di
gy

bawah usia 20 tahun juga menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk lahir dengan
berat rendah, kelahiran premature, dan kondisi neonatal yang parah.
// yo

Upaya pencegahan pernikahan anak harus terus digalakkan demi untuk mencegah
s:

dampak buruk yang lebih banyak terjadi akibat pernikahan anak. Perubahan
tp

undang-undang perkawinan menjadi salah satu cara pemerintah untuk mencegah


ht

pernikahan anak. Meskipun demikian undang-undang ini menjadi tidak berarti


ketika masih ada permintaan dispensasi umur pernikahan. Pengadilan akan sulit
mencegah permintaan dispensasi apabila pernikahan terjadi karena KTD. Saat
ini masih berkembang pandangan bahwa pernikahan merupakan penyelamat
kehormatan keluarga apabila terjadi KTD. Dengan demikian solusi yang paling
tepat dilaksanakan untuk mencegah pernikahan anak adalah dengan pendekatan
sosio-kultural. Peran orang tua dan masyarakat sangat penting dalam pengawasan
pergaulan anak-anak, selain juga pendekatan dari sisi agama. Agama berperan
penting dalam membentengi pergaulan anak-anak dengan menanamkan nilai-nilai
akidah dan norma.

G. Kesimpulan

1. Anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya yang harus dijaga
dan dididik sebagai sumber daya. Pembangunan yang telah dicapai oleh
D.I. Yogyakarta selama ini telah memberikan dampak yang positif dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, salah satunya tercermin dari
peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan hidup sendiri
berdampak terhadap peningkatan persentase penduduk lanjut usia atau lansia

28 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Anak

(60 tahun ke atas).

2. Jumlah penduduk D.I. Yogyakarta pada tahun 2020 mencapai 3.457.491


jiwa yang terdiri dari 1.708.910 jiwa penduduk laki-laki dan 1.748.581
jiwa penduduk perempuan. Sebanyak 26,6 persen dari total penduduk D.I.
Yogyakarta adalah penduduk anak (usia 0-17 tahun) atau sebanyak 917.980
jiwa. Jumlah penduduk anak laki-laki sebesar 471.226 jiwa, sedikit lebih tinggi
dibandingkan jumlah penduduk anak perempuan yang mencapai 446.754 jiwa.
Berdasarkan domisili tempat tinggal, sebanyak 66,04 persen penduduk anak
tinggal di wilayah perkotaan dan sisanya tinggal di wilayah perkotaan.

3. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama suatu negara untuk unggul
dalam persaingan global. Hingga tahun 2020 jumlah sekolah jenjang Sekolah
Dasar (SD) baik negeri maupun swasta jauh lebih banyak daripada jumlah
sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi ini bisa menjadi
indikasi bahwa masih ada lulusan SD yang tidak tertampung oleh SMP di D.I.
Yogyakarta. APK pada jenjang pendidikan SD/MI melebihi angka 100 persen

id
menunjukkan bahwa usia anak yang mengenyam pendidikan dasar masih

o.
ada yang berada di luar kelompok umur 7-12 tahun. APM pada setiap jenjang

g
s.
pendidikan masih belum mencapai angka 100 persen. Artinya penduduk
bp
yang berusia sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut belum seluruhnya
a.

bersekolah sesuai dengan jenjangnya.


t
ar

4. Salah satu upaya dalam kesehatan anak adalah pemantauan terhadap tumbuh
ak

kembang anak untuk mencegah penyimpangan dalam pertumbuhan dan


gy

perkembangan anak. Salah satu fokus kesehatan anak adalah masalah stunting
yo

dan belakang yang juga tidak bisa dihindarkan adalah pengaruh pandemi
//

terhadap kesehatan anak karena COVID-19 juga cukup masif menularannya di


s:

kalangan anak.
tp
ht

5. Pekerja anak menjadi salah satu permasalahan sosial secara global. Faktor
ekonomi menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus pekerja anak dimana
anak terpaksa bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Pendidikan
juga turut andil dalam masalah kemiskinan yang kemudian memicu munculnya
pekerja anak.

6. Pernikahan anak cukup banyak terjadi di D.I. Yogyakarta termasuk ketika masa
pandemi. Salah satu faktor penyebab pernikahan anak adalah kehamilan di luar
nikah. Kondisi ini memaksa pengadilan untuk memberikan dispensasi umur
pernikahan atas nama menyelamatkan kehormatan keluarga. Pencegahan
terhadap terjadinya pernikahan anak tidak cukup hanya dengan regulasi
pemerintah tetapi juga didukung oleh peran orang tua dan masyarakat serta
dengan penanaman nilai-nilai akidah dan norma sosial.

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 29


Profil Anak

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Pendidikan 2020.
Badan Pusat Statistik. 2020. Analisis Perkembangan Anak Usia Dini Indonesia
2018 – Integrasi Susenas dan Riskesdas 2018.
Badan Pusat Statistik. 2020. Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2020.
Badan Pusat Statistik. 2020. Profil Anak Usia Dini 2020.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. 2020. Profil Anak Indonesia 2020.
Badan Pusat Statistik. 2021. Provinsi DI Yogyakarta Dalam Angka 2021.

id
g o.
s.
bp
a.
t
ar
ak
gy
// yo
s:
tp
ht

30 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


id
o.
g
s.
bp

3
a.
t
ar
ak
gy
yo
//
s:
tp
ht

Profil Usia
Produktif
A. Penduduk Usia Produktif sebagai Aktor Utama Pembangunan
B. Komposisi Penduduk Usia Produktif
C. Kualitas Penduduk Usia Produktif D.I. Yogyakarta
D. Menjawab Peluang Ketenagakerjaan dan Ujian Pandemi
COVID-19
E. Kesimpulan
ht
tp
s:
//yo
gy
ak
ar
ta.
bp
s.
go.
id
Profil Usia Produktif

Profil Usia Produktif

B
onus demografi adalah suatu fenomena yang ditandai oleh struktur
penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena
jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang jumlah usia belum
produktif semakin kecil dan jumlah usia lanjut belum terlalu banyak.
Negara Indonesia telah memasuki masa bonus demografi dan diprediksi tumbuh
menjadi negara maju di usianya yang ke-100 tahun nanti. Bonus demografi terjadi
pada seluruh provinsi di Indonesia, tidak terkecuali D.I. Yogyakarta. Indonesia

id
o.
diprediksi akan mengalami masa bonus demografi pada tahun 2020-2035. Bonus

g
demografi merupakan fenomena langka karena proporsi penduduk usia produktif
s.
umur 15 sampai dengan 64 tahun berada lebih dari dua pertiga jumlah penduduk
bp
keseluruhan. Bonus demografi yang terjadi akibat berubahnya struktur umur
a.

penduduk, digambarkan dengan menurunnya rasio perbandingan antara jumlah


t
ar

penduduk nonproduktif (umur kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap
ak

jumlah penduduk produktif.


gy

Komposisi penduduk usia produktif yang cukup besar, tak terkecuali di D.I.
yo

Yogyakarta, akan berperan sangat krusial. Pokok permasalahannya adalah apakah


mereka benar-benar produktif? Selanjutnya seberapa besar kuantitas dan kualitas
//
s:

produktivitasnya? Bila hal itu dijawab dengan di area yang positif maka kesempatan
tp

emas menjadi negara maju di 2045 akan sexual harapan. Sebaliknya, bila disia-
ht

siakan maka bonus demografi akan menjadi beban negara dan bangsa. Untuk itu
pertanyaan-pertanyaan di atas untuk menjawabnya menjadi sangat menarik untuk
menelaah variabel-variabelnya.

A. Penduduk Usia Produktif sebagai Aktor Utama Pembangunan


Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), mendefinisikan
penduduk usia produktif adalah penduduk yang berusia antara 15 sampai dengan
64 tahun. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyatakan
bahwa usia produktif adalah usia  ketika seseorang masih mampu bekerja dan
menghasilkan sesuatu. Penduduk dengan usia produktif memiliki rentang usia 15-
64 tahun.
Hasil SP2020 mencatat persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) di D.I.
Yogyakarta sebesar 68,78 persen. Komposisi usia produktif ini relatif tidak banyak
berubah bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 68,51 persen, tetapi
menurun dibanding tahun 2000 yang sebesar 69,11 persen. Artinya, selama dua
dasa warsa terakhir D.I. Yogyakarta mash berada dalam masa bonus demografi
karena lebih dari dua pertiga penduduknya berada di usia produktif.
Jika dilihat dari rasio ketergantungan penduduk nampak untuk D.I. Yogyakarta

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 33


Profil Usia Produktif

Tabel 1. Penduduk D.I. Yogyakarta Menurut Kelompok Usia,


Jenis Kelamin, dan Rasio Jenis Kelamin, 2020

Rasio Ketergantungan 2000 2010 2020

Usia 0 – 14 Tahun 32,38 32,11 29,67

Usia 65+ Tahun 12,43 14,08 15,72

Usia 0 – 14 dan 65+ Tahun (Total) 44,81 46,19 45,40

Sumber: BPS

pada tahun 2020 sebesar 45,40 persen. Rasio Ketergantungan (Defendency Ratio)


adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan
jumlah  penduduk  65 tahun ke atas (usia non produktif) dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia 15-64 tahun (usia produktif). Semakin tingginya persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif

id
dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin

o.
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang

g
s.
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
bp
lagi. Dalam hali ini, dapat dikatakan bahwa ada sebanyak 45 atau 46 orang yang
a.

belum produktif dan dianggap tidak produktif yang bergantung kepada 100 orang
t

penduduk berusia kerja (dianggap produktif) di D.I. Yogyakarta.


ar
ak

Bila ditinjau lebih rinci menurut kelompok umur, pada tahun 2020 Angka Rasio
gy

Ketergantungan Provinsi D.I. Yogyakarta masih didominasi oleh penduduk usia


anak (0 – 14 tahun) yang sebesar 29,67 pada tahun 2020. Artinya, setiap 100 orang
yo

penduduk usia produktif di D.I. Yogyakarta harus menanggung beban biaya hidup
//
s:

dari 29 atau 30 orang penduduk usia belum produktif. Sementara itu, Angka Rasio
tp

Ketergantungan penduduk usia lanjut sebesar 15,72 yang berarti setiap 100 orang
ht

penduduk usia produktif harus membiayai 15 atau 16 orang penduduk yang tidak
produktif lagi.
Bonus demografi merupakan kesempatan emas bagi D.I. Yogyakarta untuk
mempercepat laju pembangunan. Demikian pula pembangunan harus direncanakan
dengan sebaik-baiknya untuk memberikan peluang dan manfaat bagi generasi
usia produktif. Penduduk usia produktif memiliki peran dominan dalam era bonus
demografi dalam pencapaian target-target pembangunan daerah maupun nasional.
Banyaknya penduduk usia produktif menunjukkan potensi jumlah orang yang
mampu atau siap bekerja di wilayah manapun dan di lapangan usaha apapun yang
membutuhkan. Tentunya potensinya akan menjadi berlipat ganda jika memiliki
keunggulan kualitas. Di era globaliasasi ini, penduduk usia produktif harus mampu
berdaya saing dengan dunia luar. Oleh karena itu membangun kualitas penduduk
terutama penduduk usia produktif menjadi sangat penting untuk mendukung
kesuksesan pencapaian tujuan pembangunan nasional yaitu Indonesia Maju.
Di sisi lain, bonus demografi juga menjadi tantangan bagi D.I. Yogyakarta karena
jika tidak dimanfaatkan dengan baik justru akan menjadi beban bagi perekonomian.
Pertama, melimpahnya jumlah penduduk usia produktif ini tentunya harus
diikuti penyiapan lapangan pekerjaan yang memadai. Saat sumber daya melebihi
daya tampung, dampaknya adalah membludaknya angka pengangguran. Jika

34 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

kesempatan ini tidak disalurkan dengan baik, bukan tidak mungkin malah menjadi
masalah bagi D.I. Yogyakarta.
Sumber daya penduduk usia produktif yang unggul dan berkualitas sangat
krusial dalam pencapaian target-target pembangunan nasional. Sebagai modal
sosial sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing sangat
dibutuhkan perannya untuk mewujudkan target Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang akan sager berakhir. Pada periode
RPJPN ini ditargetkan pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai tingkat
kesejahteraan yang setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah ke
atas. Peningkatan kualitas penduduk usia
produktif diupayakan pemerintah melalui

† Pada tahun 2020


jumlah usia produktif
di D.I. Yogyakarta
agenda pembangunan yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) IV 2020-
2024. Keberhasilan target pembangunan
sekitar 7,56 juta orang ini diharapkan dapat mewujudkan visi

id
Indonesia pada tahun 2045, khususnya
dimana sebanyak

o.
poin pertama, yaitu tersedianya

g
3,82 juta orang laki- sumber daya manusia Indonesia yang
laki (50,5 persen) dan s.
kecerdasannya menggungguli bangsa-
bp
sebanyak 3,74 juta bangsa lain di dunia.
ta.

orang perempuan Semua provinsi termasuk D.I. Yogyakarta


ar

sangat diharapkan untuk turut


ak

(49,5 persen). menyukseskan tantangan Indonesia


gy

Emas Tahun 2045. Menyongsong hari


yo

jadi Kemerdekaan Indonesia yang ke-


//

100 di tahun 2045 nanti, Pemerintahan Indonesia telah menetapkan visi Negara
s:

Kesatuan Republik Indonesia 2045 dengan 4 pilar yaitu (1) Pembangunan Manusia
tp

serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2) Pembangunan Ekonomi


ht

Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan, serta (4) Pemantapan Ketahanan


Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.
Penduduk usia produktif sebagai aktor pembangunan sangat diharapkan untuk
menjawab tantangan visi Indonesia Emas 2045 tersebut. Optimisme pencapaian
visi tersebut di antaranya didukung oleh besarnya proporsi penduduk usia
produktif dan terus meningkatnya kualitas pembangunan manusia Indonesia.
Namun demikian, tantangan ke depan yang perlu diperhatikan adalah penuaan
penduduk, peningkatan penduduk perkotaan, masalah ketenagakerjaan dan
perkembangan teknologi informasi, kemiskinan ekstrem, pengangguran, serta
kesenjangan sosial lainnya.

B. Komposisi Penduduk Usia Produktif


Pada tahun 2020 jumlah usia produktif di D.I. Yogyakarta sekitar 7,56 juta orang
dimana sebanyak 3,82 juta orang laki-laki (50,5 persen) dan sebanyak 3,74 juta
orang perempuan (49,5 persen).
Sejak tahun 2000, D.I. Yogyakarta sudah masuk dalam era bonus demografi,
walaupun komposisinya cenderung menurun. Pada tahun 2000, jumlah penduduk
usia produktif D.I. Yogyakarta sebanyak 2.156.097 jiwa (69,11 persen), pada tahun

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 35


Profil Usia Produktif

Tabel 2. Jumlah Penduduk Usia Produktif D.I. Yogyakarta,


Tahun 2000, 2010 dan 2020

Rasio Ketergantungan 2000 2010 2020

Laki-laki 1.069.919 1.173.945 1.255.596

Perempuan 1.086.178 1.194.889 1.267.629

Laki-laki dan Perempuan 2.156.097 2.368.834 2.523.225


Sumber: BPS

2000 2010 2020

id
g o.
s.
bp
ta.
ar
ak
gy

Gambar 1. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur D.I. Yogyakarta


yo

dan Indonesia (persen), 2000, 2010 dan 2020


//
s:
tp

2010 sebanyak 2.368.834 jiwa (68,51 persen), dan pada tahun 2020 sebanyak
ht

2.523.225 jiwa (68,78 persen). Berbeda dengan D.I. Yogyakarta, komposisi usia
produktif secara nasional berada pada tren meningkat walaupun nilainya masih di
bawahnya. Pada tahun 2000, secara nasional usia produktif sebesar 65,03 persen,
naik menjadi 66,09 persen pada tahun 2010, dan 69,28 persen pada tahun 2020.
Pada tahun 2000, di D.I. Yogyakarta komposisi usia penduduk belum produktif 8,53
persen dan tidak produktif 22,36 persen. Tahun 2010, komposisi usia penduduk
belum produktif naik menjadi 9,51 persen, sedangkan tidak produktif turun
menjadi 21,98 persen. Pada tahun 2020, usia penduduk belum produktif terus naik
menjadi 10,81 persen, dan usia tidak produktif turun lagi menjadi 20,41 persen.
Data penduduk hasil SP2020 menunjukkan bahwa dari 2.523.225 jiwa penduduk
usia produktif di D.I. Yogyakarta tersebar di berbagai wilayah kabupaten/kota.
Komposisi terbanyak di Kabupaten Sleman sebesar 30,69 persen setara dengan
1.125.804 jiwa, diikuti oleh Kabupaten Bantul sebesar 26,87 persen (985.770 jiwa),
Kabupaten Gunungkidul sebesar persen 20,37 persen (747.161 jiwa), Kabupaten
Kulon Progo sebesar 11,90 persen (436.395 jiwa), dan terkecil di Kota Yogyakarta
sebesar 10,18 persen (373.589 jiwa).

36 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

Yogyakarta Kulon Progo


10,55% 11,60%

Bantul
Sleman 27,06%
31,09%

Gunungkidul
19,69%

Gambar 2. Sebaran penduduk Gambar 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) D.I.


usia produktif menurut Yogyakarta dan Indonesia, 2010-2020
Kabupaten/Kota di D.I.

id
Yogyakarta, 2020 (jiwa)

go.
C. Kualitas Penduduk Usia Produktif D.I. Yogyakarta
s.
bp
Indikator sosial kependudukan mempunyai karakteristik yang khas. Sebagai
a.

provinsi yang berstatus kerajaan tentunya budaya dan adat istiadat juga
t
ar

memberikan pengaruh terhadap karakteristik sosial masyarakatnya. Apalagi D.I.


ak

Yogyakarta yang menyandang sebagai


gy

kota pendidikan memberikan nilai yang


yo

berbeda dibanding dengan kota-kota

† Indeks Pembangunan lainnya. Secara umum D.I. Yogyakarta


//

Manusia (IPM) D.I.


s:

mempunyai SDM yang relatif unggul


tp

Yogyakarta menempati dari provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini


ht

tercermin dari nilai Indeks Pembangunan


urutan tertinggi kedua Manusia (IPM) D.I. Yogyakarta menempati
setelah DKI Jakarta urutan tertinggi kedua setelah DKI
Jakarta. IPM merupakan indikator penting
untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
Sejak tahun 2010, IPM D.I. Yogyakarta terus meningkat. Pada tahun 2010
sebesar 75,37 menjadi 79,97 pada tahun 2020. Bahkan di tahun 2019 sebelum
pandemi Covid-19 melanda hampir semua negara di Dunia IPM D.I. Yogyakarta
sudah mencapai 79,99. IPM D.I. Yogyakarta jauh di atas rata-rata nasional, yang
perkembangannya pada tahun 2010 tercatat 66,53 menjadi 71,94 pada tahun
2020.
IPM merupakan agregasi dari tiga dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehat,
pengetahuan, serta standar hidup layak. Untuk menghitung dimensi umur
panjang dan hidup sehat, digunakan indikator Umur Harapan Hidup (UHH) saat
lahir. Sedangkan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS)
merupakan indikator yang mewakili dimensi pengetahuan. Selanjutnya, dimensi
standar hidup layak diwakili oleh indikator Pengeluaran Per kapita Disesuaikan
(PPP).

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 37


Profil Usia Produktif

Tabel 3. IPM Provinsi di Pulau Jawa dan Indikator Pembentuk IPM serta Peingkat IPM,
2020
Umur Harapan Rata-rata engeluaran per
Harapan Lama Lama Kapita yang
Provinsi Hidup Sekolah Sekolah Disesuaikan
IPM Peringkat
(tahun) (tahun) (tahun) (Ribu Rupiah)

DKI Jakarta 72,91 12,98 11,13 18.227 80,77 1

Jawa Barat 73,04 12,50 8,55 10.845 72,09 10

Jawa Tengah 74,37 12,70 7,69 10.930 71,87 13

DI Yogyakarta 74,99 15,59 9,55 14.015 79,97 2

Jawa Timur 71,30 13,19 7,78 11.601 71,71 15

Banten 69,96 12,89 8,89 11.964 72,45 8

id
Sumber Badan Pusat Statistik

go.
s.
Pada tahun 2020 Umur Harapan Hidup D.I. Yogyakarta tercatat 74,99 tahun,
bp
Harapan Lama Sekolah 15,59 tahun, Rata-rata lama sekolah 9,55 tahun, dan
pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan sebesar Rp. 14,02 juta rupiah dengan
a.

skor IPM 79,97. Pencapaian ini menempatkan D.I. Yogyakarta sebagai provinsi
t
ar

dengan nilai IPM tertinggi kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Provinsi Banten
ak

dalam kawasan di Pulau Jawa berada di peringkat ketiga namun di tingkat nasional
gy

berada pada peringkat ke delapan.


yo

Selain angka IPM, kualitas SDM juga bisa dilihat dari produktivitas tenaga kerjanya.
//

Produktivitas tenaga kerja menunjukkan seberapa besar kontribusi penggunaan


s:

input tenaga kerja untuk menghasilkan suatu output produk. Produktivitas tenaga
tp

kerja juga dapat diartikan sebagai indikator yang menggambarkan output yang
ht

dihasilkan oleh setiap tenaga kerja selama periode waktu satu tahun. Semakin
efisien dan produktif tenaga kerja, semakin tinggi pula angka produktivitas tenaga
kerja. Ada tiga ukuran penghitungan produktivitas tenaga kerja, yaitu produktivitas
tenaga kerja, produktivitas jam kerja, dan produktivitas tenaga kerja penuh atau
Ekuivalen Tenaga Kerja (ETK).
Produktivitas tenaga kerja dihitung dari hasil bagi antara Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dibagi dengan jumlah
tenaga kerja Sakernas Agustus. Pada tahun 2020, produktivitas tenaga kerja
D.I. Yogyakarta umur 15 tahun ke atas tercadat sebesar 47,82 juta rupiah per
tenaga kerja per tahun. Angka produktivitas tenaga kerja D.I. Yogyakarta menjadi
yang terendah dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa, bahkan juga
lebih rendah dibanding dengan angka rata-rata nasional. Secara rata-rata nilai
produktivitas tenaga kerja Indonesia pada tahun 2020 sebesar 83,47 juta rupiah
per tenaga kerja per tahun. Hal ini di antaranya dipengaruhi oleh kultur D.I.
Yogyakarta yang tetap menjaga sebagai kota budaya dan kota pendidikan, serta
tidak menyiapkan diri menjadi destinasi pengembangan kegiatan industri yang
berskala besar dan sedang.
Mencermati angka produktivitas provinsi-provinsi di Pulau Jawa, produktivitas

38 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

Sumber: Pengukuran Produktivitas dan Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2021- Kementerian
Ketenagakerjaan RI
Gambar 4. Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi di Pulau Jawa, 2020 (Juta
rupiah per tenaga kerja per tahun)

id
tenaga kerja umur 15 tahun ke atas di DKI Jakarta jauh di atas provinsi lainnya.

o.
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup lebar antara pusat ibukota

g
s.
dengan provinsi-provinsi lain, apalagi bila dibandingkan dengan yang di luar Jawa.
bp
Penghitungan produktivitas berikutnya adalah produktivitas jam kerja. Berbeda
a.

dengan penghitungan produktivitas tenaga kerja, produktivitas jam kerja


t
ar

mampu memberikan gambaran produktivitas seorang tenaga kerja per jamnya.


ak

Penghitungan produktivitas ini menggambarkan seberapa besar output yang


mampu dihasilkan oleh seorang tenaga kerja setiap 1 jam bekerja.
gy
yo

Produktivitas jam kerja umur 15 tahun ke atas D.I. Yogyakarta pada tahun 2020
mencapai 25.396 rupiah per tenaga kerja per jam. Angka ini juga terendah di
//
s:

antara provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa. Produktivitas jam kerja tenaga kerja
tp

tertinggi dicapai oleh DKI Jakarta yaitu 173.277 rupiah per tenaga kerja per jam,
ht

atau hampir tujuh kali lipat produktivitas jam kerja D.I. Yogyakarta. Sementara
produktivitas jam kerja tenaga kerja secara rata-rata nasional senilai 42.852 rupiah
setiap jamnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa produktivitas jam kerja tenaga
kerja D.I. Yogyakarta jauh di bawah rata-rata nasional.
Peraturan mengenai jam kerja diatur secara khusus oleh pemerintah, yaitu tertuang
dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Pada pasal
77 ayat 1, UU No. 13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan
ketentuan jam kerja yaitu 40 jam dalam 1 minggu. Apabila tenaga kerja bekerja
melebihi ketentuan waktu kerja tersebut, maka kelebihan jam kerja dianggap
sebagai waktu kerja lembur.
Pemenuhan kondisi jam kerja ideal selama 40 jam tidak tertangkap pada
penghitungan produktivitas tenaga kerja. Namun, kondisi ini dapat terlihat
pada pengukuran produktivitas ekuivalen tenaga kerja (ETK) atau yang
dikenal juga sebagai produktivitas tenaga kerja penuh. Tujuan penghitungan
produktivitas ekuivalen tenaga kerja (ETK) adalah untuk melihat efisiensi tenaga
kerja di Indonesia dalam menghasilkan output. Produktivitas tenaga kerja dan
produktivitas ekuivalen tenaga kerja dibedakan oleh penghitungan jumlah tenaga
kerja berdasarkan jumlah jam kerja selama satu minggu.

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 39


Profil Usia Produktif

Sumber: Pengukuran Produktivitas dan Daya Saing Tenaga Kerja


Indonesia Tahun 2021- Kementerian Ketenagakerjaan RI
Gambar 5. Produktivitas Jam Kerja Menurut Provinsi di Pulau Jawa,
2020 (Rupiah per Jam per Tenaga Kerja)

id
o.
Pada produktivitas tenaga kerja, seseorang dalam satu minggu bekerja minimal

g
1 jam berturut turut maka ia terhitung sebagai 1 tenaga kerja. Sementara itu,
s.
pada produktivitas ekuivalen tenaga kerja seseorang yang bekerja selama 40 jam
bp
selama seminggu baru terhitung sebagai 1 tenaga kerja penuh. Dengan demikian,
a.

efisiensi tenaga kerja dapat terjadi jika produktivitas ekuivalen tenaga kerja lebih
t
ar

tinggi dibanding produktivitas tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
ak

menghasilkan output yang sama dengan penggunaan jam kerja yang lebih sedikit.
gy

Produktivitas ekuivalen tenaga kerja (bekerja selama 40 jam selama seminggu)


yo

penduduk umur 15 tahun ke atas D.I. Yogyakarta tahun 2020 sebesar 52,24
//

juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Produktivitas ekuivalen tenaga kerja D.I.
s:

Yogyakarta tersebut jauh di bawah DKI Jakarta yang mencapai angka tertinggi
tp

yaitu 356,46 juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Sementara angka produktivitas
ht

ETK rata-rata nasional senilai 88,15 juta rupiah per tenaga kerja per tahun.

Sumber: Pengukuran Produktivitas dan Daya Saing Tenaga Kerja


Indonesia Tahun 2021- Kementerian Ketenagakerjaan RI
Gambar 6. Produktivitas Ekuivalen Tenaga Kerja Menurut Provinsi di Pulau
Jawa, 2018-2020 (Juta rupiah per tenaga kerja per tahun)

40 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

Dilihat pencapaian produktivitas ETK provinsi-provinsi di Pulau Jawa, setelah DKI


Jakarta diikuti oleh Provinsi Jawa Timur di peringkat kedua dengan nilai 80,82 juta
rupiah per tenaga kerja per tahun. Selanjutnya diikuti oleh Provinsi Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan terendah D.I. Yogyakarta. Ternyata hanya DKI Jakarta
yang berada di atas angka rata-rata nasional.
Selain produktivitas tenaga kerja, kualitas tenaga kerja bisa dilihat dari indeks
daya saing tenaga kerja. Indeks ini bertujuan dapat mengetahui sejauh mana
kondisi pasar tenaga kerja di suatu wilayah. Dengan indeks daya saing tenaga kerja,
akan terlihat kesiapan setiap wilayah dalam menghadapi persaingan bebas pasar
tenaga kerja. Untuk menggambarkan daya saing yang bersifat multi dimensi, maka
diperlukan dimensi dan indikator yang dapat menggambarkan daya saing tenaga
kerja. Indeks daya saing dibentuk dari tiga dimensi yakni: pemberdayaan angkatan
kerja; kualitas tenaga kerja; dan kompensasi dan produktivitas.
Dimensi pemberdayaan angkatan kerja didapat dari indikator-indikaor
penyusunnya, yakni tingkat pengangguran terbuka, persentase setengah
menganggur, persentase pengangguran dengan pendidikan tinggi, kapasitas

id
BLK dibanding dengan pencari kerja dan rata-rata lama menganggur. Dimensi

o.
kualitas tenaga kerja disusun dari persentase pekerja tidak dibayar, persentase

g
s.
pengusaha, persentase pekerja dengan akses internet, persentase morbiditas
bp
tenaga kerja, rata-rata lama sekolah penduduk bekerja dan persentase penduduk
a.

yang pernah/sedang mengikuti pelatihan. Sementara itu, dimensi kompensasi dan


t

produktivitas disusun dari rata-rata upah kategori lapangan usaha industri dan jasa
ar

disesuaikan PPP (Purchasing Power Parity), produktivitas upah ETK disesuaikan


ak

PPP, ketimpangan upah/gap upah, persentase tenaga kerja dengan upah di atas
gy

Upah Minimum Provinsi (UMP) dan persentase tenaga kerja yang terdaftar dalam
yo

asuransi ketenagakerjaan.
//
s:

Di antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa, indeks daya saing tenaga kerja di


tp

D.I. Yogyakarta merupakan yang terendah dengan nilai 57,76. Pencapaian


ht

tersebut dipengaruhi oleh pencapaian dimensi-dimensinya. Sebenarnya dimensi


pemberdayaan angkatan kerja mencapai angka tertinggi kedua yaitu 72,02. Pada

Tabel 4. Indeks Daya Saing dan Dimensinya menurut Provinsi di Pulau


Jawa, 2020
Dimensi Dimensi Dimensi Indeks Daya
Provinsi Pemberdayaan Kualitas Kompensasi dan Saing Tenaga
Angkatan Kerja Tenaga Kerja Produktivitas Kerja

DKI Jakarta 64,66 63,31 78,23 68,17

Jawa Barat 64,75 68,39 49,10 61,43

Jawa Tengah 72,24 61,35 37,66 58,23

DI Yogyakarta 72,02 55,64 43,20 57,76

Jawa Timur 71,64 62,17 43,64 60,06

Banten 63,63 56,81 64,02 61,34

Sumber: Publikasi Kementerian Ketenagakerjaan, 2021

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 41


Profil Usia Produktif

dimensi ini tertinggi dicapai oleh Jawa Tengah, yaitu 72,24. Di dimensi kompensasi
dan produktivitas angkanya relatif rendah meskipun bukan yang terendah.
Sementara di dimensi kualitas tenaga kerja posisi D.I. Yogyakarta yang terendah,
jauh dari pencapaian Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Kondisi ini
menggambarkan bahwa banyak pekerjaan rumah bagi D.I. Yogyakarta yang perlu
dioptimalkan pencapaiaanya. Salah satu contohnya bagaimana meningkatkan
kualitas tenaga kerja dengan meningkatkan akses tenaga kerja terhadap akses
pendidikan/pelatihan dan kesehatan. Selain itu, bagaimana meningkatkan
pencapaian kompensasi dan produktivitas dengan cara mendorong produktivitas
lapangan usaha industri sehingga mampu memberikan upah tenaga kerjanya
mencapai di atas rata-rata upah minimum.

D. Menjawab Peluang Ketenagakerjaan dan Ujian Pandemi


COVID-19
Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan
oleh Badan Pusat Statistik adalah The Labor Force Concept yang disarankan oleh

id
International Labor Organization (ILO). Penduduk dibagi menjadi dua kelompok,

o.
yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja

g
adalah mereka yang berusia 15 tahun ke atas, sedangkan bukan usia kerja adalah
s.
mereka yang berusia di bawah 15 tahun (UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003).
bp
Jika kita hubungkan antara penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) dengan
a.
t

penduduk usia produktif (15 sampai dengan 64 tahun). Maka dapat dikatakan
ar

bahwa penduduk usia kerja adalah penduduk usia produktif ditambah dengan
ak

penduduk usia tidak produktif (65 tahun ke atas). Penghitungan survei BPS melalui
gy

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), menggunakan konsep penduduk usia


yo

kerja yang dibagi lagi ke dalam dua kelompok lagi yaitu angkatan kerja dan bukan
//

angkatan kerja. Penduduk yang tergolong angkatan kerja adalah penduduk usia
s:

kerja (15 tahun ke atas) yang aktif secara ekonomi.


tp
ht

Tabel 5. Keadaan Ketenagakerjaan DKI Jakarta, Agustus 2019-


Agustus 2020

Provinsi Agustus 2019 Agustus 2020


Penduduk Usia Kerja (orang) 3.088.829 3.132.754
Angkatan Kerja (orang) 2.246.194 2.228.162
Bekerja (orang) 2.174.712 2.126.316
Pengangguran (orang) 71.482 101.846
Bukan Angkatan Kerja (orang) 842.635 904.592
Pekerja Sektor Formal (orang) 1.051.665 905.701
Pekerja Sektor Informal (orang) 1.123.047 1.220.615
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72,72 71,12
Tingkat Kesempatan Kerja (%) 96,82 95,43
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3,18 4,57
Sumber: Sakernas Agustus, 2019-2020

42 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

Struktur penduduk dalam kelompok angkatan kerja mencakup penduduk yang


kegiatan utamanya bekerja dan mencari pekerjaan. Pada kenyataannya penduduk
usia tidak produktif pun sebagian ada yang kegiatan utamanya bekerja dan mencari
pekerjaan. Tentu saja penduduk usia kerja sebagian besarnya ada pada rentang
penduduk usia produktif.
Sedangkan penduduk yang masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah
penduduk yang kegiatan utamanya sekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan
lainnya (pensiunan, orang jompo, orang cacat, penerima pendapatan dan lainnya).
Penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang tidak aktif secara
ekonomi.
Ada berbagai indikator ketenagakerjaan penting diantaranya tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT). TPAK adalah suatu indikator ketenagakerjaan
yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam
kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Salah satu
indikator yang dapat menggambarkan partisipasi angkatan kerja adalah General

id
Economic Activity Ratio (Rasio Aktivitas Ekonomi Umum) TPAK. TPAK merupakan

o.
perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Indikator ini

g
s.
menggambarkan persediaan tenaga kerja dalam pasar kerja dan biasa digunakan
bp
untuk menganalisa partisipasi angkatan kerja.
a.

Pada Agustus 2020, TPAK D.I. Yogyakarta mencapai 71,12 persen. Angka ini lebih
t
ar

rendah bila dibandingkan dengan capaian tahun 2019. TPAK 2020 memberikan
ak

informasi bahwa dari 100 orang penduduk usia kerja, lebih dari 71 orang diantaranya
gy

adalah angkatan kerja, sedangkan sekitar 29 persen adalah bukan angkatan kerja.
yo

Jika dicermati menurut jenis kelamin, selama periode Agustus 2019-Agustus


//

2020, TPAK laki-laki turun 3,65 persen poin (81,85 persen menjadi 78,20 persen).
s:

Sebaliknya, TPAK perempuan naik 0,38 persen poin (63,95 persen menjadi 64,33
tp

persen).
ht

Indikator ketenagakerjaan berikutnya adalah tingkat kesempatan kerja (TKK). TKK


adalah peluang penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja untuk bekerja.

Sumber : Sakernas Agustus, 2018-2020


Gambar 7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin
di D.I. Yogyakarta, Agustus 2018 - Agustus 2020 (Persen)

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 43


Profil Usia Produktif

Sumber : Sakernas Agustus, 2018-2020


Gambar 8. Tingkat Kesempatan Kerja di D.I. Yogyakarta,
Agustus 2018 - Agustus 2020 (Persen)

TKK menggambarkan kesempatan seseorang untuk masuk pada pasar kerja. TKK merupakan
perbandingan jumlah penduduk bekerja terhadap jumlah angkatan kerja.
Pada Agustus 2020, peluang seorang penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja
untuk bekerja mencapai 95,43 persen. Hal ini memberikan informasi bahwa dari 100 orang

id
angkatan kerja, sebanyak 95 orang di antaranya adalah penduduk bekerja, sedangkan sisanya

o.
penduduk yang mencari kerja. Selama periode Agustus 2019 - Agustus 2020, TKK di D.I.

g
s.
Yogyakarta mengalami penurunan sekitar 1,39 persen poin.
bp
Indikator ketenagakerjaan berikutnya adalah penduduk bekerja. Bekerja adalah kegiatan
a.

ekonomi yang dilakukan oleh seseorang paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam
t
ar

seminggu yang lalu, dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
ak

atau keuntungan. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan penduduk yang bekerja dengan
status pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
gy
yo

Penduduk bekerja umur 15 tahun ke atas di D.I. Yogyakarta didominasi oleh kelompok umur
35-59 tahun. Terlihat bahwa umur 35-59 tahun sebesar 53,89 persen, kemudian 15-34 tahun
//
s:

sebesar 39,61 persen dan umur 60 tahun ke atas hanya sebesar 6,50 persen.
tp

Analisa mengenai penduduk bekerja menurut jenis kelamin dilakukan untuk mengetahui
ht

komposisi atau dominasi pekerja suatu wilayah menurut jenis kelamin. Pada Agustus 2020,
komposisi pekerja didominasi oleh laki-laki dengan proporsi sebesar 53,41 persen. Namun
jika diperhatikan komposisi pekerja wanita pada Agustus 2020 ini naik menjadi 46,59 persen
dari tahun sebelumnya sebesar 44,84 persen.
Indikator ketenagakerjaan berikutnya adalah penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan
utama. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga

Tabel 6. Penduduk Bekerja menurut Kelompok Umur di D.I.


Yogyakarta, Agustus 2020
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Total
(Tahun)
15-34 378.653 328.807 707.460

35-59 569.745 503.750 1.073.495

60 + 187.187 158.174 345.361

Total 1.135.585 990.731 2.126.316

Sumber: Sakernas, 2020

44 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

45,58 44,84 46,59

55,42 55,16 53,41

Agustus 2018 Agustus 2019 Agustus 2020


Laki-laki Perempuan
Sumber : Sakernas Agustus, 2018-2020

Gambar 9. Persentase Penduduk Bekerja terhadap Total


Pekerja menurut Jenis Kelamin di DKI Jakarta,
Agustus 2018-Agustus 2020 (Persen)

id
kerja. Jumlah penduduk bekerja selama Agustus 2020 sebagian besar terserap ke

g o.
dalam lapangan usaha Perdagangan; Pertanian; Industri Pengolahan; Penyediaan
s.
Akomodasi dan Makan-Minum; dan Jasa Lainnya. Tiga lapangan usaha urutan
bp
teratas, yaitu Perdagangan, Pertanian, dan Industri Pengolahan, masing-masing
a.

memiliki porsi lebih dari 17 persen. Selama periode tersebut, ketiga lapangan usaha
t

ini mampu menyerap 58,22 persen penduduk bekerja di D.I. Yogyakarta, sedangkan
ar

sisanya terserap ke dalam lapangan usaha lainnya. Tiga lapangan usaha tersebut
ak

menjadi sandaran hidup paling utama penduduk D.I. Yogyakarta. Selain ketiga
gy

lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja paling banyak tersebut, Penyediaan
yo

Akomodasi dan Makan-Minum, Jasa Lainnya, Pendidikan, dan Konstruksi juga


//

menjadi lapangan usaha utama, dengan kontribusi penyerapan tenaga kerja sebesar
s:

26,93 persen. Dengan demikian terdapat tujuh lapangan usaha yang mendominasi
tp

penyerapan tenaga kerja di D.I. Yogyakarta, sebesar 85,15 persen.


ht

Dampak COVID-19 yang menyebabkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK)


di beberapa perusahaan, turut menyebabkan pergeseran porsi lapangan usaha.
Kenyataan untuk tetap bisa mencari nafkah telah mendorong orang yang di PHK
mencoba bekerja di lapangan usaha lain. Fenomena ini di antaranya terlihat dari
adanya pergeseran yang cukup siginifikan di porsi lapangan usaha Perdagangan.
Berdasarkan data Sakernas Agustus 2020, ada kenaikan porsi lapangan usaha
Perdagangan sebesar 2,03 persen poin.
Lapangan usaha Perdagangan, terutama tersebar di UMKM dengan berbagai
jenis produk komoditasnya menjadi ladang usaha utama di semua strata ekonomi
masyarakat. Lapangan usaha perdagangan juga memberikan pilihan peluang yang
besar, baik yang bersifat pekerjaan formal maupun informal yang tidak harus
memiliki kualifikasi pendidikan tinggi dan skill yang memadai. Jenis pekerjaan
lapangan usaha ini bisa dilakukan oleh siapa saja bahkan yang kualifikasi
pendidikannya rendah sekalipun. Berkembangnya sistem perdagangan online,
terlebih sejak masa pandemi Covid-19, menjadi pendorong meningkatnya usaha
perdagangan, karena sekalipun tidak punya tempat dan modal besar dapat
membuka usaha.

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 45


Profil Usia Produktif

Sumber : Sakernas Agustus, 2020


Gambar 10. Persentase Penduduk Bekerja terhadap Total Pekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama di D.I. Yogyakarta, Agustus 2020

id
(Persen)

o.
g
s.
Lapangan usaha kedua yang menjadi sandaran hidup penduduk D.I. Yogyakarta
bp
terutama di perdesaaan adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan
a.

gambaran hingga Agustus 2020 mampu menyerap 20,17 persen penduduk bekerja
t

di D.I. Yogyakarta. Lapangan usaha ini terbukti paling kuat bertahan dari guncangan
ar

dampak pandemi. Sebagai usaha warisan turun temurun pengelolaan usaha ini juga
ak

bisa dilakukan secara sederhana maupun dengan sentuhan teknologi modern.


gy

Lapangan usaha ketiga yang juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar
yo

adalah Industri Pengolahan, yaitu 17,03 persen dari penduduk yang bekerja.
//
s:

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, Industri Pengolahan (Manufacturing)


tp

digolongkan menjadi 4 (empat) skala, yaitu: Industri Rumah Tangga dengan jumlah
ht

tenaga kerja 1-4 orang; Industri Kecil jumlah tenaga kerjanya 5-19 orang, Industri
Sedang jumlah tenaga kerjanya 20-99 orang, dan Industri Besar dengan jumlah
tenaga kerjan 100 orang atau lebih.
Sementara itu, jika dilihat dari persentase penduduk bekerja menurut status
pekerjaan memperlihatkan terjadinya perubahan besaran porsi namun tidak
merubah struktur secara umum. Penduduk yang bekerja dengan status buruh/
karyawan/pegawai jumlahnya paling besar dengan persentase pada kondisi
Agustus 2020 sebesar 38,78 persen, meskipun terjadi menurun 5,49 persen poin
bila dibandingkan Agustus 2019. Kondisi ini mencerminkan bahwa banyak pekerja
yang terkena PHK atau dirumahkan pada saat pandemi karena perusahaannya
tutup atau mengurangi produksi sehingga terpaksa harus memberhentikan
pekerjanya.
Persentase penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri menempati peringkat
kedua yaitu sebesar 18,13 persen pada Agustus 2020 atau meningkat sebanyak
0,44 persen poin dibandingkan Agustus 2019. Selanjutnya, penduduk yang bekerja
dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar pada Agustus
2020 sebesar 17,58 persen, atau naik sebesar 2,32 persen poin dibandingkan
Agustus 2019. Mereka yang bekerja membantu keluarga dan tidak dibayar serta
pekerja lain yang tidak dibayar ada sebanyak 14,48 persen, bertambah 2,98 persen

46 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

id
g o.
Gambar 11. Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama
s.
di D.I. Yogyakarta, Agustus 2019 - Agustus 2020 (Persen)
bp
a.

poin dibandingkan kendisi Agustus 2019. Ini merupakan peningkatan tertinggi


t
ar

dibanding kategori status pekerjaan utama yang lain.


ak

Indikator ketenagakerjaan berikutnya adalah pekerja formal dan informal. Pekerja


gy

yang berstatus buruh/karyawan/pegawai dan berusaha dibantu buruh tetap itulah


yo

disebut dengan pekerja sektor formal. Pekerja yang berstatus berusaha sendiri,
berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas dan pekerja keluarga/tidak
//
s:

dibayar disebut sebagai pekerja sektor informal.


tp

Tingginya persentase orang yang bekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai


ht

bila dibandingkan dengan status pekerjaan lain menyebabkan porsi pekerja


formal masih lebih besar dibandingkan pekerja informal. Hal ini juga menunjukkan
banyaknya keberadaan usaha berskala besar dan Sedang yang mendukung
perekonomian di D.I. Yogyakarta.

51,64 57,41

48,36 42,59

Agustus 2019 Agustus 2020

Formal Informal
Gambar 12. Persentase Pekerja Formal dan Informal di D.I.
Yogyakarta, Agustus 2018 - Agustus 2020

Pekerja formal pada Agustus 2020 mengalami penurunan dibandingkan Agustus


2019 sebesar 5,76 persen poin terutama pada buruh/karyawan/pegawai.
Sebaliknya, pekerja informal pada Agustus 2020 naik dibanding Agustus 2019

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 47


Profil Usia Produktif

dengan peningkatan
terbanyak pada status
pekerja keluarga/tak dibayar.
Tidak/belum tamat SD Banyaknya orang yang
9,15%
kehilangan pekerjaan karena
Universitas
13,64% di PHK di masa pandemi akibat
DI/II/III SD COVID-19 turut menjadi
4,58% 17,36% penyebab menurunnya porsi
SMK pekerja formal, dan hanya
21,08%
sebagian dari mereka yang
SMP
16,23% dapat ditampung atau beralih
bekerja ke sektor informal.
SMA
17,95% Dilihat dari sisi pendidikan,
komposisi penduduk bekerja
umur 15 tahun ke atas di
D.I. Yogyakarta dengan

id
Sumber : Sakernas Agustus, 2020 pendidikan tertinggi Sekolah

o.
Menengah Kejuruan (SMK)

g
Gambar 13. Persentase Penduduk Bekerja menempati persentase
menurut Pendidikan di D.I.
s.
tertiinggi yaitu 21,08 persen
bp
Yogyakarta, Agustus 2020 (Persen) dan Sekolah Menengah
a.

Atas (SMA) sebesar 17,95


t
ar

persen. Dapat dikatakan


ak

bahwa hampir separoh penduduk bekerja (49,03 persen) adalah SMA/sederajat.


gy

Sementara itu, pendidikan di bawah SMA/sederajat sebesar 33,59 persen dan di


atas SMA/sederajat sebesar 18,22 persen.
// yo

Indikator penting lainnya untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat


s:

dalam bidang ketenagakerjaan adalah tingkat pengangguran. Pengangguran


tp

dibedakan menjadi beberapa kategori, antara lain pengangguran terbuka (open


ht

unemployment), setengah pengangguran (under employment), dan pengangguran


terselubung (disguised unemployment). Dalam analisis ini akan dibatasi pada
pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
Tingkat pengangguran terbuka (open unemployment rate) merupakan
perbandingan antara pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Indikator ini
memberikan informasi tentang jumlah angkatan kerja yang termasuk dalam
kelompok pengangguran. Selain pencari kerja, yang juga termasuk pengangguran
adalah mereka yang tidak bekerja, tetapi sedang mempersiapkan usaha, mereka
yang sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja atau mereka yang
merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan tetapi mau menerima tawaran
pekerjaan.
Jumlah pengangguran terbuka penduduk umur 15 tahun ke atas di D.I. Yogyakarta
selama Agustus 2019 hingga Agustus 2020 sebanyak 101.846 orang. Jumlah
pengangguran ini naik signifikan sebesar 42,48 persen, atau bertambah 1,39
persen poin dari 3,18 persen. Pandemi akibat COVID-19 menjadi salah satu faktor
utama melejitnya kenaikan tingkat pengangguran D.I. Yogyakarta. Hal ini juga
dapat dilihat dari turunnya kesempatan kerja seperti telah diuraikan pada subbab
sebelumnya.

48 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

Pandemi akibat COVID-19 membuat pemerintah harus mengambil keputusan


sulit yaitu memberlakukan kebijakan Pembatasan Kegiatan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang berdampak cukup serius terhadap perkonomian dimana adanya
pembatasan usaha dan juga jam operasi usaha untuk mencegah penyebaran
COVID-19, tak terkecuali di D.I. Yogyakarta. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
PHK maupun pengurangan jam kerja sebagai resiko yang harus diterima. Kenaikan
TPT terjadi baik laki-laki maupun perempuan. TPT laki-laki naik 2,17 persen poin
menjadi 5,37 persen dan perempuan naik 0,47 persen poin menjadi 3,64 persen
pada Agustus 2020.

4,57

3,37 3,18

5,37

3,32 3,44 3,64


3,2 3,17

id
o.
g
Agustus 2018 Agustus 2019 Agustus 2020
s.
bp
Laki-Laki Perempuan Total
Sumber : Sakernas Agustus, 2018-2020 Sumber: Sakernas Agustus, 2020
a.t

Gambar 15. Persentase Pengangguran


ar

Gambar 14. Tingkat Pengangguran Terbuka


menurut Pendidikan di D.I.
ak

menurut Jenis Kelamin di D.I.


Yogyakarta, Agustus 2018- Agustus Yogyakarta, Agustus 2020
gy

2020 (Persen) (Persen)


yo
//
s:

Berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, sebagian besar pengangguran


tp

di D.I. Yogyakarta merupakan lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sebesar


ht

34,41 persen dari total pengangguran. Diikuti oleh lulusan SMA sebesar 27,08
persen. Tingginya jumlah pengangguran lulusan SMK dan SMA ini menunjukkan
masih kurangnya penyerapan tenaga kerja untuk lulusan pendidikan
menengah. Padahal di tengah masyarakat, lulusan SMA dan SMK ini dianggap
sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk dapat terserap
ke dalam lapangan pekerjaan. Tingginya pengangguran untuk lulusan SMK juga
dimungkinkan karena ada mismatch antara keterampilan yang dimiliki dengan
keterampilan yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan yang tersedia.
Berikutnya pekerja tidak penuh yaitu penduduk yang bekerja di bawah jam kerja
normal (kurang dari 35 jam dalam seminggu). Pekerja tidak penuh dibedakan
menjadi setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu. Setengah pengangguran
adalah penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal, dan masih mencari
pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. Sementara pekerja paruh
waktu (part time worker) adalah penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal,
tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.
Persentase penduduk bekerja yang berpredikat pekerja tidak penuh (setengah
pengangguran dan pekerja paruh waktu) di D.I. Yogyakarta selama kurun waktu
Agustus 2018 hingga Agustus 2020 ditunjukkan di Gambar 16. Persentase
setengah penganggur dan pekerja paruh waktu dihitung terhadap total penduduk

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 49


Profil Usia Produktif

28,29
26,76
24,34

8,04
4,25 3,94

Agustus 2018 Agustus 2019 Agustus 2020

Setengah Pengangguran Pekerja Paruh Waktu

Sumber : Sakernas Agustus, 2018-2020


Gambar 16. Persentase Penduduk Bekerja dengan Status Pekerja Tidak

id
Penuh di D.I. Yogyakarta, Agustus 2018-Agustus 2020

g o.
s.
yang bekerja. Pada periode Agustus 2019 hingga Agustus 2020, angka setengah
bp
pengangguran naik sebesar 4,10 persen poin (dari 3,94 persen menjadi 8,04
persen) dan angka pekerja paruh waktu juga naik sebesar 1,53 persen poin (dari
a.t

26,76 persen menjadi 28,29 persen).


ar
ak

Pandemi Covid-19 yang mewabah secara global dan di Indonesia mulai menyebar
gy

di akhir Maret 2020 membuat pemerintah menerapkan kebijakan PSBB demi


menahan meluasnya penyebaran COVID-19. Kegiatan ekonomi maupun sosial
yo

dibatasi dan diawasi dengan protokol kesehatan yang ketat. Kondisi ini sangat
//

memukul kinerja perekonomian maupun kegiatan sosial.


s:
tp

E. Kesimpulan
ht

Penduduk usia produktif terus meningkat di seluruh wilayah kabupaten/kota di D.I.


Yogyakarta. Penduduk usia produktif khususnya yang berkualitas, baik dari segi
pendidikan, karakter, dan kompetensi memiliki peran penting dalam pemanfaatan
bonus demografi dan meningkatkan pembangunan.
Jumlah penduduk usia produktif yang terus meningkat memunculkan banyak
potensi kedepannya. Namun, ada beberapa tantangan dalam pemanfaatannya.
Masyarakat D.I. Yogyakarta harus segera berbenah untuk sejak sekarang untuk
mengatasi berbagai tantangan tersebut agar bisa mendukung visi Indonesia Emas
2045.
Secara regional di Pulau Jawa, kualitas penduduk D.I. Yogyakarta relatif lebih
baik. Hal ini bisa dilihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maupun komponen-
komponen penyusunnya. Namun demikian masih banyak tantangan yang harus
dihadapi, di antaranya produktivitas tenaga kerja, indeks daya saing, produktivitas
jam kerja, dan sebagainya. Untuk itu kualitas dan daya saing penduduk usia
produktif yang bekerja perlu terus ditingkatkan, agar mereka bisa berkontribusi
maksimal sebagai motor penggerak pembangunan.
Memasuki bulan ketiga tahun 2020, Indonesia mendapatkan ujian pandemi akibat
COVID-19. Pemerintah memberlakukan kebijakan PSBB sebagai pilihan yang

50 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


Profil Usia Produktif

harus diambil untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatan masyarakat


walaupun berdampak pada berkurangnya aktivitas perekonomian sehingga
berimplikasi terhadap pengurangan tenaga kerja, multi dampak berikutnya adalah
tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2020 naik signifikan bila dibandingkan
dengan keadaan sebelum pandemi.
Namun demikian, dengan bermodal sosial kualitas penduduk usia produktif yang
baik serta pengendalian pandemi yang terstruktur dan terukur maka peluang
memperbaiki kondisi ketenagakerjaan memberikan harapan optimisme yang tinggi.
Peluang untuk menggerakkan penduduk usia produktif sebagai motor penggerak
ekonomi masih memberikan keyakinan tinggi untuk segera bangkit dan maju
menyongsong Indonesia Emas 2045. Seiring dengan membaiknya perekonomian
maka bonus demografi benar-benar bisa menjadi akselator pencapaian tujuan
pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat.

id
go.
s.
bp
ta.
ar
ak
gy
yo
//
s:
tp
ht

Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta 51


Profil Usia Produktif

Daftar Pustaka
Biro Pusat Satistik. 1992. Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 1990 Seri S
Nomor 2. Jakarta.
Badan Pusat Statistik.2001. Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2000 Seri
L2.2. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2011. Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Hasil
Sensus Penduduk 2010. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Pemuda Indonesia 2020. Jakarta.
_______. 2021. Hasil Sensus Penduduk 2020. Berita Resmi Statistik. https://www.
bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.
html [diakses 28 Mei 2022]
_______. 2021. Jumlah Penduduk Hasil SP2020 Laki-laki Menurut Wilayah,

id
Kelompok Umur (Orang), 2020.

o.
g
https://bps.go.id/indicator/12/2135/1/jumlah-penduduk-hasil-sp2020-laki-laki-
s.
menurut-wilayah-kelompok-umur.html [diakses 19 Juni 2022].
bp
Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2020. Indikator Kesejahteraan
a.

Rakyat D.I. Yogyakarta 2020. Yogyakarta.


t
ar
ak

_______. 2021. Hasil Sensus Penduduk 2020. Berita Resmi Statistik. https://
yogyakarta.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1077/hasil-sensus-
gy

penduduk-2020.html [diakses 18 Juni 2022].


yo

Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2021. Daerah Istimewa Yogyakarta
//
s:

Dalam Angka 2021. Yogyakarta.


tp

Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2021. Indikator Kesejahteraan


ht

Rakyat D.I. Yogyakarta 2021. Yogyakarta.


Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2020. Indikator Kesejahteraan
Rakyat D.I. Yogyakarta 2020. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2019. Indikator Kesejahteraan
Rakyat D.I. Yogyakarta 2019. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2018. Indikator Kesejahteraan
Rakyat D.I. Yogyakarta 2018. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2021. Keadaan Angkatan Kerja D.I.
Yogyakarta Agustus 2020. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2020. Keadaan Angkatan Kerja D.I.
Yogyakarta Agustus 2019. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. 2019. Keadaan Angkatan Kerja D.I.
Yogyakarta Agustus 2018. Yogyakarta.
Kementrian Ketenagakerjaan RI. 2021. Produktivitas dan Daya Saing Tenaga Kerja
Indonesia Tahun 2021. Jakarta.

52 Analisis Profil Penduduk D.I. Yogyakarta


ht
tp
s:
//yo
gy
ak
ar
ta.
bp
s.
go.
id
id
g o.
s.
bp
t a.
ar
ak
gy
//yo
s:
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK ISBN: XXXXXXXXXX


PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya (Lingkar Selatan), Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Telp : (0274) 4342234 Fax : (0274) 4342230
Homepage : http://www.yogyakarta.bps.go.id E-mail : bps3400@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai