Anda di halaman 1dari 12

1.

Model Miller-Or
Manajer Keuangan PT. Abadi Sentosa mengamati bahwa pengeluaran kas setiap hari
dari perusahaan ternyata bersifat acak. Variance arus kas harian ditaksir sebesar Rp.5.000.000
. Kas yang menganggur bisa diinvestasikan pada obligasi yang diharapkan memberikan
keuntungan 2% per bulan. Biaya transaksi untuk menjual obligasi ditaksir sebesar Rp
200.000 setiap transaksi. Perusahaan menetapkan batas bawah sebesar Rp. 5 juta. Manajer
tersebut ingin menetapkan model miller dan orr untuk pengelolaan kas perusahaan.
Pertanyaannya :
1. Berapa batas atas saldo kas perusahaan ?
2. Berapa jumlah obligasi yang harus dibeli pada saat saldo kas mencapai saldo batas
atas ?
3. Berapa rata-rata saldo kas perusahaan ?
Diketahui :
b : Rp200.000 i : 2% / bulan
r2 : Rp 5.000.000 L : Rp 5.000.000
Jawaban :

1. Z =
√3 3 b r2
4i
+ L

=

3 3(200.000)(5.000 .000)
4 (0,02/30)
+ Rp 5.000.000

=Rp 103.960,892 + Rp 6.000.000


= Rp 6.103.960,892 ( batas atas kas)
2. h= 3Z = 3 (Rp 6.103.960,892)
= Rp 18.311.882,68 (nilai kas optimal)
h – z = Rp 18.311.882,68 - Rp 6.103.960,892
= Rp 12.207.921,78
Jadi jumlah obligasi yang harus dibeli ketika kas mencapai batas atas adalah
Rp 12.207.921,78
( z+ h)+ L
3. Nilai kas rata-rata =
3
( Rp 6.103 .960,892+ Rp 18.311 .882,68 )−Rp 5.000 .000
=
3
= Rp 6.471.947,857

1
2. Model Boumel
Alex mengamati bahwa pengeluaran kas setiap hari dari perusahaan tempat ia bekerja,
relatif konstan. Setiap bulan pengeluaran yang dilakukan perusahaan rata-rata mencapai Rp
800 juta. Kalau kas tersebut dibelikan obligasi milik BUMN, setiap bulan akan memperoleh
keuntungan sekitar 2%. Biaya transaksi untuk membeli obigasi sebesar Rp 75.000 setiap kali
transaksi.

1. Berapa banyak nilai obligasi yang seharusnya dijual kalau dipergunakan model
Boumel ?

2. Sesuai dengan jawaban pada soal nomor 1, berapa saldo kas rata-rata yang
dimiliki perusahaan tempat alex bekerja

Diketahui :

b : Rp 800 juta

i : 2%

T : Rp 75.000

Penyelesaian :

1. C* =
√ 2 bT
i

=

2(800)(75.000)
0,02

= Rp77.459,67 juta

Ini berarti perusahaan perlu menjual surat berharga senilai Rp 77.459,67 juta setiap
kali saldo kas mencapai 0 (nol). Dengan cara tersebut perusahaan akan meminimumkan biaya
karena kehilangan kesempatan untuk menanamkan dana pada surat berharga dan biaya
transaksi.

2. C/2 = Rp 77.459,67 juta / 2

= Rp 38.729,84 juta

Jadi saldo kas rata-rata yang dimiliki oleh perusahaan tempat andi bekerja sebesar Rp
38.729,84 juta

1
3. Manajemen Piutang Dagang

PT. Abadi Sentosa suatu perusahaan dagang selama ini menjual tunai dengan
penjualan yang dicapai Rp 900 juta. Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan
mempertimbangkan penjualan kredit dengan syarat n/30. Penjualan diperkirakan mencapai
Rp1.200 juta. Profit margin 20%. Kemungkinan piutang tak tertagih 2 %. Kalau biaya modal
18%, apakah perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit ?

Jawab :
Tunai(juta n/30(juta rupiah)
Penjualan rupiah)
Rp 900 Rp 1.200
Keuntungan 20% Rp 180 Rp 240
Rata-rata hari pengumpulan piutang 0 30 hari
Perputaran piutang 0 (360:30)= 12x
Rata-rata piutang 0 (1200:12) = Rp 100
Investasi pada piutang 0 80%x100 = Rp 80
Biaya modal 18% 0 18%x80 = Rp 14,4
Piutang tak tertagih 2% 0 2%x 1.200= Rp 24
Manfaat :
Tambahan Keuntungan
(Rp240 - Rp 180) Rp 60
Pengorbanan :
Biaya Modal Rp 14,4
Piutang tak tertagih Rp 24
Jumlah Rp 38,4
Manfaat bersih Rp 21,6

Kesimpulan :

Perusahaan tersebut akan mengambil keputusan untuk beralih ke penjualan kredit


karena manfaat bersih yang diperoleh dari penjualan kredit lebih besar dari pada penjualan
tunai.

Kemudian PT. Abadi Sentosa sekarang mempertimbangkan perubahan kebijakan


penjualan dari n/30 menjadi 2/10, n/30. Penjualan diperkirakan meningkat menjadi Rp1.350
juta. 40% pelanggan diperkirakan memanfaatkan diskon. Piutang tak tertagih tetap 2%.
Apakah perusahaan akan mengubah kebijakan kreditnya ?

1
n/30 2/10, n/30 (juta rupiah)
Penjualan (juta rupiah)
Rp1.200 Rp 1.500
Keuntungan 20% Rp 240 Rp 300
(40%x10)+(60%x30)
Rata-rata hari pengumpulan piutang 30 hari = 22 hari
Perputaran piutang 12x 16 x
Rata-rata piutang Rp 100 1.500 : 16 = Rp 93,75
Investasi pada piutang Rp 80 80% x 93,75 = Rp 75
Biaya modal 18% Rp 14,4 18% x 75 = Rp 13,5
Piutang tak tertagih 2% Rp 24 2% x 1.500 = Rp 30
Biaya diskon 0 40% x 2% x 1.500 Rp 12

Manfaat :
Tambahan Keuntungan
(Rp 300 - Rp 240) Rp 60
Penghematan biaya modal (Rp14,4
- Rp 13,5) Rp 0,9
Jumlah Rp 60,9
Pengorbanan :
Biaya Diskon Rp 12
Tambahan Kerugian Rp 6
Jumlah Rp 18
Manfaat bersih Rp 42,9

Kesimpulan :

Ternyata dengan perubahan persyaratan kredit tersebut perusahaan memperoleh


keuntungan dan manfaat yang lebih besar dari kebijakan kredit sebelumnya oleh karena itu
perusahaan akan mengubah kebijakan kreditnya dari n/30 menjadi 2/10, n/30.

4. Manajemen Persediaan

1
1. Akuntansi Persediaan

Kasus:
Perusahaan dagang “ sentosa” selama bulan Agustus 2017 mempunyai data keuangan
sbb:
2/8 Persediaan 20.000 kg a’ Rp 400,-
4/8 Pembelian 30.000 kg a’ Rp 350,-
8/8 penjualan 30.000 kg a’ Rp 460,-
11/8 pembelian 40.000 kg a’ Rp 300,-
14/8 penjualan 28.000 kg a’ Rp 480,-
16/8 penjualan 26.000 kg a’ Rp 490,-
26/8 pembelian 46.000 kg a’ Rp 450,-
28/8 penjualan 40.000 kg a’ Rp 500,-

Pembahasan kasus
Pembelian
2/8 20.000 x 400 = Rp 8.000.000,-
4/8 30.000 x 350 = Rp 10.500.000,-
11/8 40.000 x 300 = Rp 12.000.000,-
26/8 46.000 x 450 = Rp 20.700.000,-
136.000 Rp 51.200.000,-
Penjualan
8/8 30.000 x 460 = Rp 13.800.000,-
14/8 28.000 x 480 = Rp 13.440.000,-
16/8 26.000 x 490 = Rp 12.740.000,-
28/8 40.000 x 500 = Rp 20.000.000,-
124.000 Rp 59.980.000,-

Persediaan Akhir : 136.000 – 124.000 = 12.000 kg

1
Metode-metode:
a Identifikasi Khusus

Misalkan sisa persediaan akhir 31/12/2017 terdiri dari:


1.500 kg x 400 = Rp 600.000
2.000 x 300 = Rp 600.000
2.500 x 450 = Rp 1.125.000
6.000 Rp 2.325.000

b Rata-rata Sederhana

400+350+300+ 450
Harga rata-rata = = Rp 375
4
Jadi nilai persediaan akhir = 12.000 x Rp 375 = Rp 4.500.000

c Rata-rata tertimbang

51.200 .000
Harga Rata-rata = = Rp 376,47
136.000

Jadi persediaan akhir = 12.000 x Rp 376,47 = Rp 4.517.640

d FIFO- Periodik

Nilai persediaan akhir = 12.000 x Rp 450 = Rp 5.400.000

1
FIFO-Perpetual :
Masuk Keluar Saldo
Tgl
Kg Harga Jumlah Kg Harga Jumlah Kg Harga Jumlah
02-Agu 20.000 Rp400 8.000.000 20.000 Rp400 8.000.000

04-Agu 30.000 Rp350 10.500.000 20.000 Rp400 8.000.000


30.000 Rp350 10.500.000

Rp40
08-Agu 20.000 8.000.000
0
Rp35
10.000 3.500.000
0
20.000 Rp350 7.000.000

11-Agu 40.000 Rp300 12.000.000 20.000 Rp350 7.000.000


40.000 Rp300 12.000.000
Rp35
14-Agu 20.000 7.000.000
0
Rp30
8.000 2.400.000
0
32.000 Rp300 9.600.000
Rp30
16-Agu 26.000 7.800.000 6.000 Rp300 1.800.000
0

26-Agu 46.000 Rp450 20.700.000 6.000 Rp300 1.800.000


46.000 Rp450 20.700.000

Rp30
28-Agu 6.000 1.800.000
0
Rp45
34.000.000 15.300.000
0
12.000 Rp450 5.400.000

e LIFO-Periodik

Nilai persediaan akhir = 12.000 x Rp 400 = Rp 4.800.000

1
LIFO- Perpetual:
Masuk Keluar Saldo
Tgl
Kg Harga Jumlah Kg Harga Jumlah Kg Harga Jumlah
02-Agu 20.000 Rp400 8.000.000 20.000 Rp400 8.000.000
04-Agu 30.000 Rp350 10.500.00 30.000 Rp350 10.500.000

08-Agu 30.000 Rp350 10.500.000


20.000 Rp400 8.000.000
11-Agu 40.000 Rp300 12.000.000 40.000 Rp300 12.000.000

14-Agu 28.000 300 8.400.000


20.000 Rp400 8.000.000
12.000 Rp300 3.600.000
16-Agu 12.000 Rp300 3.600.000
14.000 Rp400 5.600.000
6.000 Rp400 2.400.000
26-Agu 46.000 Rp450 20.700.000 46.000 Rp450 20.700.000

28-Agu 40.000 Rp450 18.000.000


6.000 Rp400 2.400.000
6.000 Rp450 2.700.000

12.000 5.100.000

Perhitungan Lifo-periodik dengan perhitungan Lifo-perpetual terjadi


perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena sistem periodik menandingkan total
penarikan selama bulan bersangkutan dengan total pembelian untuk bulan yang
sama dalam mengaplikasikan metode Lifo, sementara sistem perpetual
menandingkan setiap penarikan dengan pembelian terakhir yang mendahuluinya.

1
f Rata-rata bergerak

Masuk Keluar Saldo


Tgl
Kg Harga Jumlah Kg Harga Jumlah Kg Harga Jumlah
02-Agu 20.000 Rp400 8.000.000 20.000 Rp400 8.000.000

04-Agu 30.000 Rp350 10.500.000 50.000 Rp370 18.500.000

08-Agu 30.000 Rp370 11.100.000 20.000 Rp370 7.400.000

11-Agu 40.000 Rp300 12.000.000 60.000 Rp323,33 19.400.000

14-Agu 28.000 Rp323,33 9.053.240 32.000 Rp323,33 10.346.560

16-Agu 26.000 Rp323,33 8.406.580 6.000 Rp323,33 1.939.980

26-Agu 46.000 Rp450 20.700.000 52.000 Rp435,38 22.639.980

28-Agu 40.000 Rp435,38 17.415.200 12.000 Rp435,38 5.224.560

2. Economical Order Quantity ( EOQ)

a. Apabila Carrying cos/s-nya dinyatakan dalam prosentase dari persediaan


rata-rata.

Biaya Penyimpanan dan pemeliharaan di gudang adalah 40% dari nilai rata-
rata persediaan. Biaya pemesanan adalah Rp 15.000 setiap kali pesan. Jumlah
material yang dibutuhkan selama setahun sebanyak 1.200 unit dengan harga Rp
1.000 per unitnya.

Diketahui:

R = 1.200 unit

1
S = Rp 15.000

I = Rp 1.000

P = 40%

Jawab:

EOQ =
√ 2 RS
PI

=
√ 2 ( 1.200 ) (15.000)
0,40(1.000)

= 300 unit

Total biaya yang dikeluarkan adalah :

Biaya pemesanan (S) ( 1.200/300 x Rp 15.000) = Rp 60.000

Biaya Simpan (C) ( 300/2 x Rp 1.000 x 0,40) = Rp 60.000

Total Biaya = Rp 120.000

b. Apabila Carrying cos/s-nya dinyatakan dalam Rupiah per Unit

Kebutuhan bahan selama satu periode adalah 40.000 unit, biaya setiap kali
pesan adalah Rp 20.000 biaya simpan per unit sebesar Rp 200 dan Harga per unit
bahan Rp 2.000

Diketahui:

R = 40.000 unit

S = Rp 20.000

C = Rp 400

Jawab:

EOQ =
√ 2 RS
C

=
√ 2 ( 40.000 ) (20.000)
400

= 2.000 Unit

1
Dengan Total biaya yang dikeluarkan adalah :

Biaya pemesanan (S) (40.000/2.000 x Rp 20.000 = Rp 400.000

Biaya simpan (C) ( 2.000/2 x Rp 400) = Rp 400.000

Total Biaya Rp 800.000

3. Reorder Point dan Safety Stock

Misalnya kebutuhan akan bahan baku sudah diketahui secara pasti yaitu sebesar
2.000 unit. Tetapi untuk melakukan pesanan diperlukan waktu 7 hari. Dalam satu
tahun perusahaan beroperasi selama 300 hari, maka berarti dalam selama setahun
perusahaan harus melakukan pemesanan sebanyak 10 kali pesanan atau
perusahaan harus memesan setiap 30 hari. Itu berarti bahwa persediaan sebesar
6.000 unit akan habis diproses selama 30 hari. Untuk itu perusahaan harus
melakukan pemesanan saat persediaan yang ada hanya cukup untuk beroperasi
selama waktu menunggu hingga pesanan yang baru tiba atau lead time.

2000
ROP = x 7 = 466 Unit
30

Berarti pesanan harus dilakukan pada saat persediaan mencapai 466 Unit. Apabila
pemakaian setiap periode tidak pasti maka perusahaan perlu mempertahankan
safety stock agar ketidakpastian atau misalnya keterlambatan datangnya pesanan
yang baru dan pemakaian bahan tidak menunggu operasi perusahaan. Misalnya
suatu perusahaan menentukan safety stock sebesar 300 unit maka reorder point
harus dilakukan saat persediaan mencapai 766 Unit, atau sebesar pemakaian
selama leadtime ditambah safety stock.

4. Potongan Harga

Dengan menggunakan soal b diatas misalnya suatu perusahaan akan mendapatkan


potongan sebesar 5% dari harga jual apabila perusahaan membeli sebesar 10.000
unit setiap kali pembelian. Apakah perusahaan sebaiknya memanfaatkan potongan
atau tidak?

1. Apabila perusahaan akan memanfaatkan tawaran potongan ini maka biaya


yang harus ditanggung adalah:

a. Harga Bahan Baku

1
( 40.000 x Rp 2.000 x 95%) = Rp 76.000.000

b. Biaya Pemesanan

(40.000/10.000 x Rp 20.000) = Rp 80.000

c. Biaya Simpan (10.000/2 x Rp 4.00) = Rp 2.000.000

Total Biaya = Rp 78.080.000

Lalu apabila misalnya perusahaan tidak memanfaatkan potongan harga tersebut maka biaya
yang timbul adalah sebagai berikut:

a. Harga bahan baku

(40.000 x Rp 2.000) = Rp 80.000.000

b. Biaya Pemesanan

( 40.000/2.000 x Rp 20.000) = Rp 400.000

c. Biaya simpan (2.000/2 x Rp 2.000) = Rp 2.000.000

Total Biaya = Rp 82.400.000

Dengan demikian maka sebaiknya perusahaan memanfaatkan potongan tersebut


karena perusahaan akan mendapatkan penghematan sebesar Rp. 4.320.000,- penghematan ini
timbul karena potongan harga cukup tinggi sehingga dapat menutup kenaikan biaya simpan.

Anda mungkin juga menyukai