REVISI - CA MAMAE - CBL V Manajemen - Majid Nugraha
REVISI - CA MAMAE - CBL V Manajemen - Majid Nugraha
E DENGAN
DIAGNOSA CA MAMAE DI RUANG RAWAT INAP VIP RUMAH
SAKIT SWASTA KOTA BANDUNG
Untuk memenuhi tugas CBL V mata kuliah manajemen keperawatan
Dosen Pembimbing: Dewi Mustikaningsih,S.Kep.,Ners., M.Kep
Disusun oleh:
Majid Nugraha (302018069)
1. Identitas Klien
Nama : Ny. E
No. Rekam Medis : 00-704927
Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 1 Maret 1975
Umur : 46 Tahun
Ruang Rawat Inap : VIP
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : IRT
Suku : Sunda
Bahasa : Sunda
Alamat : Wates Cikambuy, Sangkanhurip
Pembiayaan Kesehatan : BPJS
Kelas Ruangan : VIP
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku : Sunda
Hubungan dengan Klien : Suami
Bahasa : Sunda
Alamat : Wates Cikambuay, Sangkanhurip
No. Telpon :-
Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
DS: Nyeri Akut
- Pasien mengeluh nyeri pada area luka
operasi nyeri
DO:
- Skala nyeri 3 (0-10)
- Nyeri dirasakan menetap nyeri bertambah
apabila bergerak dan berkurang apabila
beristirahat tidur.
- Hasil pemeriksaan:
TTV TD:143/87 mmHg N:71 x/menit P:
20x/mnt S: 36,1oC
- Post op
Berdasarkan data pasien, masalah keperawatan yang dapat diangkat adalah Nyeri Akut.
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Berdasarkan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018), Luaran atau hasil yang ingin dicapai
pada Nyeri Akut adalah pengendalian nyeri dengan kriteria hasil:
a. Pasien tidak mengeluh nyeri
b. Nyeri berkurang dalam rentang (1-0)
c. Pasien tidak meringis
d. Pasien tidak memegang bagian yang nyeri
Berdasarkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016), intervensi yang dapat diberikan pada
pasien adalah Manajemen Nyeri.
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non-verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan terapi komplementer
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgtik, jika perlu
C. PENGELOLAAN PASIEN
1. Proses Penerimaan Pasien Baru
Pasien datang ke ruangan pada tanggal 5 Oktober 2021 pukul 17.00 WIB untuk
dilakukan operasi pada tanggal 6 Oktober 2021 pukul 12.00 WIB
Pada pukul 16.00 Ny. E dan suami datang ke poli onkologi untuk pengecekan sebelum
dilakukan tindakan operasi yang direncanakan pada tanggal 6 Oktober 2021. Perawat Poli
menanyakan ke bagian ruang rawat inap melalui telepon apakah ada bed yang kosong atau
tidak, lalu perawat Poli mendapatkan informasi ada bed kosong di Ruang rawat inap VIP,
selanjutnya perawat poli menjelaskan identitas dan diagnosa penyakit pada pasien tersebut.
Lalu perawat ruangan memberi tahu pada perawat ruang rawat inap VIP bahwa akan ada
pasien baru dan meminta untuk segera dipersiapkan perlengkapan untuk penerimaan pasien
baru tersebut seperti kelengkapan administrasi, lembar pasien masuk RS, lembar
pengkajian, lembar inform consent, sentralisasi obat, lembar tata tertib pasien, dan lembar
serah terima dari ruangan lain.
Pada pukul 17.00 WIB perawat Poli datang ke ruangan bersama Ny. E dan keluarga.
Ny. E dipindahkan oleh perawat ruangan ke bed yang ada diruangan tersebut, sedangkan
perawat pelaksana yang didelegasikan oleh kepala ruangan dan perawat Poli melaksanakan
serah terima pasien. Perawat PJ menerima obat, data pasien mulai data pribadi pasien,
riwayat penyakit, data alergi pada pasien, data pemeriksaan penunjang, data perencanaan
pasien dan catatan khusus kemudian mendokumentasikan pada lembar serah terima pasien.
2. Proses Orientasi Ruangan pada Pasien
Setelah dilakukan penerimaan pasien baru, perawat penanggung jawab asuhan di ruangan
VIP memperkenalkan diri terlebih dahulu. Selanjutnya perawat penanggung jawab asuhan
melakukan orientasi ruang rawat inap pada Ny. E dan keluarga. PPJA menjelaskan kepada Ny.
E yang dirawat diruangan VIP dan keluarga pasien tentang fasilitas di ruangan VIP, seperti
penggunaan bed yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan pasien, kamar
mandi yang ada diruangan, fasilitas AC didalam ruangan, lemari yang kecil untuk menyimpan
barang, kursi tunggu untuk keluarga pasien, dan dispenser. Lalu perawat pun memberikan
edukasi melakukan cuci tangan 6 langkah menggunakan air mengalir dan sabun atau handrub
sebagai pencegahan infeksi yang merupakan salah satu langkah patient safety. Keluarga pasien
dapat memencet bel yang berada di atas tempat tidur untuk memanggil perawat apabila
membutuhkan bantuan perawat. Lalu menginformasikan tata tertib atau aturan di ruang rawat
inap VIP. Jadwal besuk pasien Pagi: Pukul 10.30 – 12.00
Sore: Pukul 16.30 – 18.00. Jumlah pengunjung yang masuk ruangan maksimal 3 orang. Barang
berharga diharapkan tidak disimpan di ruangan dan ditempat yang mudah terlihat. Dilarang
merokok di ruang rawat inap. Keluarga dimohon mengikuti aturan selama berada di rumah
sakit dan ruang rawat inap. Selanjutnya, perawat penanggungjawab melakukan pemeriksaan
TTV pada pasien. Setelah selesai melakukan pemeriksaan. Perawat penanggungjawab
mendokumentasikan hasil orientasi.
3. Tingkat Ketergantungan pasien
Jelaskan tabel ketergantungan pasien dengan Barthel Index
Tabel 1. Ketergantungan Pasien (Barthel Index)
Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum 1 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi 0 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri 0 0 : Tergantung orang lain
(grooming) 1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) 1 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) 1 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) 0 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Keterangan skor:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Interpretasi hasil Barthel Index: Skor 4 ketergantungan total
4. Kebutuhan tenaga perawat dan kesimpulannya dalam satu shift dengan rumus:
Diketahui:
No Kategori Jumlah pasien Waktu perawatan Jumlah jam
perawatan (Jumlah
pasien x Waktu
perawatan)
Keterangan :
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu
pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :
• Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
• Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
• Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Interpretasi kebutuhan tenaga perawat:
Tenaga yang dibutuhkan adalah 4 orang perawat
d. Safety surgery
Pada pasien dilakukan intervensi pembedahan. Pada saat preoperasi perlu
diperhatikan safety surgery. Safety surgery berupa format ceklis sebagai alat
komunikasi pada saat prosedur operasi.
Fase Sign In
Sebelum induksi anestesi koordinator secara verbal memeriksa apakah identitas
pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi yang akan
dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimeter
pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional anestesi
mengkonfirmasi risiko pasien apakah pasien ada risiko kehilangan darah,
kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.
Fase Time Out
Setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran masing-masing.
Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal.
Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan
suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang
benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah
diberikan dalam 60 menit sebelumnya.
Fase Sign Out
Tim bedah akan meninjau operasi yang telah Dilakukan pengecekan
kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen,
kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang
dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada
manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari
kamar operasi. Pada setiap fase, koordinator checklist harus diizinkan untuk
mengkonfirmasi bahwa tim telah menyelesaikan tugasnya sebelum melakukan
kegiatan lebih lanjut.
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi pada pasien pos operasi pada Rumah Sakit Swasta Bandung
yaitu dengan menerapkan cuci tangan 6 langkah kepada perawat, dokter dan
keluarga pasien. Pastikan rutin penggantian sprei, selimut dan sarung bantal
untuk mencegah infeksi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir atau
pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Perawatan luka operasi.
f. Pencegahan pasien resiko jatuh
Pencegahan pasien jatuh yang dilakukan adalah dengan melakukan pengkajian
yang berisi ceklis pasien resiko jatuh saat pasien yang akan dilakukan rawat
inap. Apabila terdapat resiko jatuh maka akan ditempel stiker resiko jatuh pada
gelang pengenal pasien.
6. Penilaian Resiko Jatuh (Dewasa: Morse scale) Buat rekapan penilaian
resiko jatuh dan kesimpulan skor nya
Keterangan Skor:
Resiko tinggi (RT) : 51 atau lebih
Resiko sedang (RS) :25-50
Resiko rendah (RR) :0–24
Interpretasi penilaian resiko jatuh pasien:
Pada tanggal 05 Oktober Ny.E datang menggunakan kursi roda. Pada 06 oktober dilakukan
operasi sehingga Ny. E tidak dapat berjalan karena tirah baring dan masih pengaruh obat
anastesi, pasien tergolong beresiko tinggi jatuh karena berdasarkan skor pasien 60 karena
pasien merupakan pasien posoperasi dan tirah baring sehingga pasien dikategorikan pasien
resiko tinggi jatuh. Pada Tanggal 07 oktober skor penilaian menurun dan sudah dalam
kategori Resiko sedang.
7. Penilaian Resiko Dekubitus
Keterangan Skor:
Tidak beresiko decubitus jika skor ≥ 14
Beresiko decubitus jika skor ≤ 14
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
Dst
Hitung kebutuhan SDM perawat dalam 24 jam (Shift pagi, siang dan malam):
a. Pagi
Parcial care : 0,27 x 3 = 0,81
Total care : 0,36 x 3 = 1,08
Jumlah perawat 2 orang 1,88
b. Siang
Parcial care: 0,15 x 3 = 0,45
Total care : 0,30 x 3 = 0,9
Jumlah perawat 2 orang 1,35
c. Malam
Parcial care: 0,10 x 3 = 0,30
Total care : 0,20 x 3 = 0,60
Jumlah perawat 1 orang 0,9
Total perawat yang dibutuhkan saat shift pagi, siang dan malam adalah 5 orang
perawat ditambah 1 katim/PPJA dan 1 kepala ruangan dengan jumlah keseluruhan 8
orang.
11. Kebutuhan Logistik pada Pasien
Buat rekapan kebutuhan logistik pasien minimal 3 hari
2. Laboratorium dan
pemeriksaan diagnostik Radiologi thorax paru Rp 250.000
Patologi anatomi Rp 400.000
3. Ruang Perawatan: 3 hari Rp 900.000 Rp 2.700.000
Kelas VIP
4. Visit Dokter Spesialis Poli dalam 3 hari Rp 200.000 Rp 600.000
Poli Onkologi 3 hari Rp 250.000 Rp 750.000
5. Tindakan Keperawatan
B. Tahap Perencanaan
D. Tahap Evaluasi
Setelah dilakukan pemberian edukasi kesehatan kepada keluarga pasien
tentang keadaan Ny. E, keluarga pasien mengatakan mengerti dan paham
tentang apa saja yang telah dijelaskan perawat mengenai hal-hal yang
harus diperhatikan setelah di rumah dan akan terus berupaya membantu
dalam kesembuhan Ny. E.
Oluma, A., & Abadiga, M. (2020). Caring behavior and associated factors among nurses
working in Jimma University specialized hospital, Oromia, Southwest Ethiopia, 2019.
BMC Nursing, 19(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12912-020-0407-2
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan (SIKI) (1st ed.). PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (1st
ed.). PPNI.