Anda di halaman 1dari 15

( Sanes ustadz atau orang pandai berilmu,

saya hanya menyampaikan saja ayat atau hadits yang pernah saya baca / dengar )
ADAB DALAM MAJELIS ILMU
ADAB DULU BARU ILMU
ORANG YANG BERADAB SUDAH PASTI BERILMU, ORANG YANG BERILMU BELUM TENTU BERADAB

SAHABAT KAMILA YANG DIMULIAKAN ALLOH

ADAB DALAM BAHASA ARAB BERARTI BUDI PEKERTI, TATA KRAMA, ATAU SOPAN SANTUN, JADI ADAB DALAM
MAJELIS ILMU ADALAH BUDI PEKERTI, TATA KRAMA, ATAU SOPAN SANTUN YANG HARUS DIPERHATIKAN DAN
DILAKUKAN AGAR DAPAT MENGAMBIL MANFAAT DARI MAJELIS ILMU.
IMAM MALIK PERNAH BERKATA KEPADA MURIDNYA, “PELAJARILAH ADAB SEBELUM MEMPELAJARI ILMU.” BEGITU
PULA YANG DIPERINTAHKAN ULAMA-ULAMA LAINNYA.
ISLAM LEBIH MENINGGIKAN DAN MEMULIAKAN ORANG-ORANG YANG MEMILIKI ADAB / AKHLAK DARIPADA
MEREKA YANG BERILMU. INI JUGA YANG MENJADI MISI UTAMA KENABIAN RASULULLAH SAW.
RASULULLAH BERSABDA, “SESUNGGUHNYA AKU DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAKUL KARIMAH.”
(HR. BUKHARI)

HADITS YANG LAIN YANG DIRIWAYATKAN OLEH IMAM BUKHARI, RASULULLAH BERSABDA, “SEBAIK-BAIK KALIAN
ADALAH YANG MULIA AKHLAKNYA.”

“TIDAK ADA SESUATU PUN YANG LEBIH BERAT DALAM TIMBANGAN SEORANG MUKMIN PADA HARI KIAMAT
DARIPADA AKHLAK YANG MULIA.” (HR. TIRMIDZI)

JADI, KUALITAS DIRI SESEORANG BUKAN DILIHAT DARI SEBERAPA BANYAK ILMU YANG DIMILIKI, TETAPI
BAGAIMANA AKHLAKNYA DALAM MEMANFAATKAN ILMUNYA.

KEMBALI KE LAPTOP,...ehm; kembali ke tema ADAB DALAM MAJELIS ILMU

1. IKHLAS & BERSEMANGAT


HENDAKLAH KEPERGIAN DAN DUDUKNYA SEORANG PENUNTUT ILMU KE MAJELIS ILMU, HANYA KARENA ALLAH
SEMATA. TANPA DISERTAI RIYA’ DAN KEINGINAN DIPUJI ORANG LAIN. SEORANG PENUNTUT ILMU HENDAKLAH
BERMUJAHADAH DALAM MELURUSKAN NIATNYA. KARENA IA AKAN MENDAPATKAN KESULITAN DAN KELELAHAN
DALAM MELURUSKAN NIATNYA TERSEBUT.
KESUNGGUHAN DAN SEMANGAT YANG TINGGI DALAM MENGHADIRI MAJELIS ILMU TANPA MENGENAL LELAH
DAN KEBOSANAN SANGAT DIPERLUKAN SEKALI. JANGANLAH MERASA CUKUP DENGAN MENGHITUNG
BANYAKNYA. AKAN TETAPI HITUNGLAH BERAPA BESAR DAN BANYAKNYA KEBODOHAN KITA. KARENA
KEBODOHAN SANGAT BANYAK, SEDANGKAN ILMU YANG KITA MILIKI HANYA SEDIKIT SEKALI.

2. BERSEGERA DATANG KE MAJELIS ILMU DAN TIDAK TERLAMBAT, BAHKAN HARUS MENDAHULUINYA DARI
SELAINNYA.
SESEORANG BILA TERBIASA BERSEGERA DALAM MENGHADIRI MAJELIS ILMU, MAKA AKAN MENDAPATKAN
FAIDAH YANG SANGAT BANYAK. MENCARI DAN BERUSAHA MENDAPATKAN PELAJARAN YANG ADA DI MAJELIS
ILMU YANG TIDAK DAPAT DIHADIRINYA.
TERKADANG SESEORANG TIDAK DAPAT MENGHADIRI SATU MAJELIS ILMU KARENA ALASAN TERTENTU. SEPERTI
: SAKIT DAN YANG LAINNYA. SEHINGGA TIDAK DAPAT MEMAHAMI PELAJARAN YANG ADA DALAM MAJELIS
TERSEBUT. DALAM KEADAAN SEPERTI INI HENDAKLAH IA MENCARI DAN BERUSAHA MENDAPATKAN PELAJARAN
YANG TERLEWATKAN ITU. KARENA SIFAT PELAJARAN ITU SEPERTI RANGKAIAN. JIKA HILANG DARINYA SATU
BAGIAN, MAKA DAPAT MENGGANGGU YANG LAINNYA.

3. MENCATAT
SIAPKAN BUKU TULISAN KHUSUS
(Imam As-Syafi’i) pernah berkata: Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali
yang kuat.Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang.Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.

Ilmu adalah sesuatu yang tak ternilai harganya, sedangkan manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka
sangat penting untuk para penuntut ilmu untuk mencatat ilmu yang didapat.Lantas? Apakah saya mendapat
pahala dengan mencatat?
Jawabannya adalah ya. Menuntut ilmu sendiri sudah merupakan suatu keutamaan, apalagi menjaga keutamaan
tersebut. Sungguh mencatat banyak faedahnya. Tidak hanya untuk Sahabat, tapi juga untuk orang lain.

4. TENANG DAN TIDAK SIBUK SENDIRI DALAM MAJELIS ILMU, ora malah chatingan, dolanan hp atau ngobrol
dhewe

5. TIDAK BOLEH BERPUTUS ASA.


TERKADANG KITA HADIR DI SUATU MAJELIS ILMU DALAM WAKTU YANG LAMA. AKAN TETAPI TIDAK DAPAT
MEMAHAMINYA KECUALI SEDIKIT SEKALI. LALU MUNCUL PERASAAN PUTUS ASA DAN TIDAK MAU
MENDENGARKANNYA.KARENA TELAH DIMAKLUMI, BAHWA AKAL DAN KEMAMPUAN SETIAP ORANG BERBEDA.
PEMAHAMAN AKAN ILMU TERSEBUT AKAN BERTAMBAH DAN BERKEMBANG KARENA DIBIASAKAN. SEMAKIN
SERING SESEORANG MEMBIASAKAN DIRINYA, MAKA SEMAKIN KUAT.
Robbisyroh lii shodrii wa yassir liii amrii
wahlul 'uqdatam mil lisaanii
yafqohuu qoulii

Rodhitu billahi robba, wabi islaamidina,


wabimuhammadin nabiyya warasulla.
Robbi zidni ilma nafi’a warzuqni fahma.

Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla


ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.
DZIKIR YANG DIBACA DI WAKTU PETANG

HTTPS://RUMAYSHO.COM/18611-ALLOHUMMA-BIKA-ASH-BAHNAA-WA-BIKA-AMSAYNAA-DZIKIR-PAGI-
PETANG.HTML

(DARI TENGGELAM MATAHARI ATAU WAKTU MAGHRIB HINGGA PERTENGAHAN MALAM)

‫ان الرَّ ِج ِيم‬


ِ ‫ْط‬ ُ ‫َأع‬
َ ‫ُوذ ِباهَّلل ِ مِنَ ال َّشي‬
“AKU BERLINDUNG KEPADA ALLAH DARI GODAAN SYAITAN YANG TERKUTUK.”

[1] MEMBACA AYAT KURSI

َ ِ‫ َواَل ُيحِي ُطونَ ب‬،‫ َي ْعلَ ُم َما َبيْنَ َأ ْيدِي ِه ْم َو َما َخ ْل َف ُه ْم‬،ِ‫ش َف ُع عِ ْندَ هُ ِإالَّ بِِإ ْذنِه‬
ٍ‫ش ْيء‬ ِ ‫ت َو َما فِي اَأْل ْر‬
ْ ‫ مَنْ َذا الَّذِي َي‬،‫ض‬ َّ ‫ لَ ُه َما فِي‬،‫ الَ َتْأ ُخ ُذهُ سِ َن ٌة َوالَ َن ْو ٌم‬،‫هَّللا ُ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ه َُو ا ْل َح ُّي ا ْل َق ُّيو ُم‬
ِ ‫الس َم َاوا‬

َ ‫ت َواَأْل ْر‬
‫ َوه َُو ا ْل َعل ُِّي ا ْل َعظِ ي ُم‬،‫ َواَل َيُئو ُدهُ ِح ْف ُظ ُه َما‬،‫ض‬ َّ ‫ َوسِ َع ُك ْرسِ ُّي ُه‬،‫اء‬
ِ ‫الس َم َاوا‬ َ ‫ش‬َ ‫مِنْ عِ ْل ِم ِه ِإالَّ ِب َما‬
“ALLAH, TIDAK ADA ILAH (YANG BERHAK DISEMBAH) MELAINKAN DIA, YANG HIDUP KEKAL LAGI TERUS MENERUS
MENGURUS (MAKHLUK-NYA). DIA TIDAK MENGANTUK DAN TIDAK TIDUR. KEPUNYAAN-NYA APA YANG DI LANGIT
DAN DI BUMI. TIADA YANG DAPAT MEMBERI SYAFA’AT DI SISI-NYA TANPA SEIZIN-NYA. DIA MENGETAHUI APA-APA
YANG DI HADAPAN MEREKA DAN DI BELAKANG MEREKA. MEREKA TIDAK MENGETAHUI APA-APA DARI ILMU
ALLAH MELAINKAN APA YANG DIKEHENDAKI-NYA. KURSI ALLAH MELIPUTI LANGIT DAN BUMI. DIA TIDAK MERASA
BERAT MEMELIHARA KEDUANYA. DAN DIA MAHA TINGGI LAGI MAHA BESAR.” (QS. AL BAQARAH: 255) (DIBACA 1
X)
FAEDAH: SIAPA YANG MEMBACANYA KETIKA PETANG, MAKA IA AKAN DILINDUNGI (OLEH ALLAH DARI BERBAGAI
GANGGUAN) HINGGA PAGI. SIAPA YANG MEMBACANYA KETIKA PAGI, MAKA IA AKAN DILINDUNGI HINGGA
PETANG.

[2] MEMBACA SURAT AL IKHLAS, AL FALAQ, AN NAAS

‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬ َّ ِ ‫بِ ْس ِم هَّللا‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬

َّ ُ ‫ هَّللا‬.‫قُلْ ه َُو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬


‫ َولَ ْم ُيو َلدْ َولَ ْم َي ُكن لَّ ُه ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬. ْ‫الص َم ُد لَ ْم َيلِد‬
“DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG. KATAKANLAH: DIALAH
ALLAH, YANG MAHA ESA. ALLAH ADALAH ILAH YANG BERGANTUNG KEPADA-NYA SEGALA URUSAN. DIA TIDAK
BERANAK DAN TIADA PULA DIPERANAKKAN, DAN TIDAK ADA SEORANG PUN YANG SETARA DENGAN DIA.”  (QS.
AL IKHLAS: 1-4) (DIBACA 3 X)

‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬ َّ ِ ‫بِ ْس ِم هَّللا‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬

َ‫ش ِّر َحاسِ ٍد ِإ َذا َحسَد‬


َ ‫ َومِن‬ .‫ت فِي ا ْل ُع َق ِد‬
ِ ‫ش ِّر ال َّن َّفا َثا‬
َ ‫ َومِن‬.‫ش ِّر َغاسِ ٍق ِإ َذا َو َق َب‬ َ ‫ مِن‬.‫قُلْ َأ ُعو ُذ ِب َر ِّب ا ْل َفلَ ِق‬
َ ‫ َومِن‬. َ‫ش ِّر َما َخلَق‬
“DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG. KATAKANLAH: AKU
BERLINDUNG KEPADA RABB YANG MENGUASAI SHUBUH, DARI KEJAHATAN MAKHLUK-NYA, DAN DARI
KEJAHATAN MALAM APABILA TELAH GELAP GULITA, DAN DARI KEJAHATAN-KEJAHATAN WANITA TUKANG SIHIR
YANG MENGHEMBUS PADA BUHUL-BUHUL, DAN DARI KEJAHATAN ORANG YANG DENGKI APABILA IA
DENGKI”. (QS. AL FALAQ: 1-5) (DIBACA 3 X)

‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬ َّ ِ ‫ِب ْس ِم هَّللا‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬

ِ ‫ مِنَ ا ْل ِج َّن ِة َو ال َّن‬.‫اس‬


‫اس‬ ِ ‫ُور ال َّن‬
ِ ‫صد‬ ُ ‫ الَّذِي ُي َو ْس ِو‬.‫اس‬
ُ ‫س فِي‬ ِ ‫اس ا ْل َخ َّن‬
ِ ‫ش ِّر ا ْل َو ْس َو‬ ِ ‫ ِإلَ ِه ال َّن‬.‫اس‬
َ ‫ مِن‬.‫اس‬ ِ ‫قُلْ َأ ُعو ُذ بِ َر ِّب ال َّن‬
ِ ‫ َملِكِ ال َّن‬.‫اس‬
“DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG. KATAKANLAH: AKU
BERLINDUNG KEPADA RABB MANUSIA. RAJA MANUSIA. SEMBAHAN MANUSIA, DARI KEJAHATAN (BISIKAN)
SYAITAN YANG BIASA BERSEMBUNYI, YANG MEMBISIKKAN (KEJAHATAN) KE DALAM DADA MANUSIA, DARI JIN
DAN MANUSIA.” (QS. AN NAAS: 1-6) (DIBACA 3 X)
FAEDAH: SIAPA YANG MENGUCAPKANNYA MASING-MASING TIGA KALI KETIKA PAGI DAN PETANG, MAKA SEGALA
SESUATU AKAN DICUKUPKAN UNTUKNYA.

[3] DZIKIR PETANG

‫ َوَأ ُعو ُذبِ َك‬،‫ َر ِّب َأ ْسَأل ُ َك َخ ْي َر َما فِي َه ِذ ِه اللَّ ْيلَ ِة َو َخ ْي َر َما َب ْعدَ هَا‬،‫ش ْيءٍ َقدِي ٌر‬
َ ِّ‫ َوه َُو َعلَى ُكل‬،ُ‫ لَ ُه ا ْل ُم ْل ُك َولَ ُه ا ْل َح ْمد‬،ُ‫ش ِري َك لَه‬ َ ‫س ْي َنا َوَأ ْم‬
َ َ‫ اَل ِإلَ َه ِإالَّ هللا ُ َو ْحدَ هُ ال‬،ِ‫ َوا ْل َح ْم ُد هلل‬،ِ‫سى ا ْل ُم ْل ُك هلل‬ َ ‫َأ ْم‬

‫ب فِي ا ْل َق ْب ِر‬
ٍ ‫ار َو َع َذا‬ ٍ ‫ َر ِّب َأ ُعو ُذبِ َك مِنْ َع َذا‬،‫س ِل َوسُوءِ ا ْل ِك َب ِر‬
ِ ‫ب فِي ال َّن‬ َ ‫ َر ِّب َأ ُعو ُذبِ َك مِنَ ا ْل َك‬،‫ش ِّر َما َب ْعدَ هَا‬
َ ‫ش ِّر َما فِي َه ِذ ِه اللَّ ْيلَ ِة َو‬
َ ْ‫مِن‬
AMSAYNAA WA AMSAL MULKU LILLAH WALHAMDULILLAH, LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH,
LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN QODIR. ROBBI AS-ALUKA KHOIRO MAA FII
HADZIHIL LAILAH WA KHOIRO MAA BA’DAHAA, WA A’UDZU BIKA MIN SYARRI MAA FII HADZIHIL LAILAH WA SYARRI
MAA BA’DAHAA. ROBBI A’UDZU BIKA MINAL KASALI WA SUU-IL KIBAR. ROBBI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZABIN FIN
NAARI WA ‘ADZABIN FIL QOBRI.
ARTINYA:
“KAMI TELAH MEMASUKI WAKTU PETANG DAN KERAJAAN HANYA MILIK ALLAH, SEGALA PUJI BAGI ALLAH. TIDAK
ADA ILAH (YANG BERHAK DISEMBAH) KECUALI ALLAH SEMATA, TIADA SEKUTU BAGI-NYA. MILIK ALLAH
KERAJAAN DAN BAGI-NYA PUJIAN. DIA-LAH YANG MAHAKUASA ATAS SEGALA SESUATU.WAHAI RABBKU, AKU
MOHON KEPADA-MU KEBAIKAN DI MALAM INI DAN KEBAIKAN SESUDAHNYA. AKU BERLINDUNG KEPADAMU DARI
KEJAHATAN MALAM INI DAN KEJAHATAN SESUDAHNYA. WAHAI RABBKU, AKU BERLINDUNG KEPADAMU DARI
KEMALASAN DAN KEJELEKAN DI HARI TUA. WAHAI RABBKU, AKU BERLINDUNG KEPADA-MU DARI SIKSAAN DI
NERAKA DAN SIKSAAN DI KUBUR.” (DIBACA 1 X)
FAEDAH: MEMINTA PADA ALLAH KEBAIKAN DI MALAM INI DAN KEBAIKAN SESUDAHNYA, JUGA AGAR TERHINDAR
DARI KEJELEKAN DI MALAM INI DAN KEJELEKAN SESUDAHNYA. DI DALAMNYA BERISI PULA PERMINTAAN AGAR
TERHINDAR DARI RASA MALAS PADAHAL MAMPU UNTUK BERAMAL, JUGA AGAR TERHINDAR DARI KEJELEKAN DI
MASA TUA. DI DALAMNYA JUGA BERISI PERMINTAAN AGAR TERSELAMATKAN DARI SIKSA KUBUR DAN SIKSA
NERAKA YANG MERUPAKAN SIKSA TERBERAT DI HARI KIAMAT KELAK.

[4] DZIKIR PETANG

‫ َوِإلَ ْيكَ ْالمَصِ ْي ُر‬c،‫ُوت‬


ُ ‫ َو ِبكَ َنم‬،‫ك َنحْ يَا‬ َ ‫ َو ِبكَ َأصْ َبحْ َن‬،‫اللَّ ُه َّم ِبكَ َأمْ سَ ْي َنا‬
cَ ‫و ِب‬،‫ا‬
ALLAHUMMA BIKA AMSAYNAA WA BIKA ASH-BAHNAA WA BIKA NAHYAA WA BIKA NAMUUTU WA ILAIKAL MASHIIR.
ARTINYA:
“YA ALLAH, DENGAN RAHMAT DAN PERTOLONGAN-MU KAMI MEMASUKI WAKTU PETANG, DAN DENGAN RAHMAT
DAN PERTOLONGAN-MU KAMI MEMASUKI WAKTU PAGI. DENGAN RAHMAT DAN PERTOLONGANMU KAMI HIDUP
DAN DENGAN KEHENDAKMU KAMI MATI. DAN KEPADA-MU TEMPAT KEMBALI (BAGI SEMUA MAKHLUK).” (DIBACA 1
X)

[5] MEMBACA SAYYIDUL ISTIGHFAR

ْ ‫ َوَأ ُب ْو ُء بِ َذ ْنبِ ْي َف‬،‫ َأ ُب ْو ُء لَ َك بِن ِْع َمتِ َك َعلَ َّي‬، ُ‫ص َن ْعت‬
‫ِر ل ِْي َفِإ َّن ُه الَ َي ْغفِ ُر‬ƒْ ‫اغف‬ َ ْ‫ َأ ُع ْو ُذ ِب َك مِن‬، ُ‫اس َت َط ْعت‬
َ ‫ش ِّر َما‬ ْ ‫ َوَأ َنا َعلَى َع ْه ِد َك َو َو ْع ِد َك َما‬،َ‫ َخلَ ْق َتن ِْي َوَأ َنا َع ْب ُدك‬، َ‫اَللَّ ُه َّم َأنْتَ َر ِّب ْي الَ ِإلَـ َه ِإالَّ َأنْت‬

َ‫ال ُّذ ُن ْو َب ِإالَّ َأنْت‬


ALLAHUMMA ANTA ROBBII LAA ILAHA ILLA ANTA, KHOLAQTANII WA ANAA ‘ABDUKA WA ANAA ‘ALA ‘AHDIKA WA
WA’DIKA MAS-TATHO’TU. A’UDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHONA’TU. ABU-U LAKA BI NI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABU-U
BI DZAMBII. FAGH-FIRLII FAINNAHU LAA YAGH-FIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA.
ARTINYA:
“YA ALLAH, ENGKAU ADALAH RABBKU, TIDAK ADA ILAH YANG BERHAK DISEMBAH KECUALI ENGKAU,
ENGKAULAH YANG MENCIPTAKANKU. AKU ADALAH HAMBA-MU. AKU AKAN SETIA PADA PERJANJIANKU PADA-MU
(YAITU AKU AKAN MENTAUHIDKAN-MU) SEMAMPUKU DAN AKU YAKIN AKAN JANJI-MU (BERUPA SURGA
UNTUKKU). AKU BERLINDUNG KEPADA-MU DARI KEJELEKAN YANG KUPERBUAT. AKU MENGAKUI NIKMAT-MU
KEPADAKU DAN AKU MENGAKUI DOSAKU. OLEH KARENA ITU, AMPUNILAH AKU. SESUNGGUHNYA TIADA YANG
MENGAMPUNI DOSA KECUALI ENGKAU.” (DIBACA 1 X)
FAEDAH: BARANGSIAPA MENGUCAPKAN DZIKIR INI DI SIANG HARI DALAM KEADAAN PENUH KEYAKINAN, LALU IA
MATI PADA HARI TERSEBUT SEBELUM PETANG HARI, MAKA IA TERMASUK PENGHUNI SURGA. BARANGSIAPA
YANG MENGUCAPKANNYA DI MALAM HARI DALAM KEADAAN PENUH KEYAKINAN, LALU IA MATI SEBELUM PAGI,
MAKA IA TERMASUK PENGHUNI SURGA.

[6] DZIKIR PETANG

ُ ‫ َوَأنَّ ُم َحمَّدً ا َع ْب ُد َك َو َر‬،َ‫ش ِر ْي َك لَك‬


‫س ْولُ َك‬ َ َ‫ َأ َّن َك َأنْتَ هللا ُ الَ ِإلَـ َه ِإالَّ َأنْتَ َو ْحدَ َك ال‬،َ‫ َو َمالَِئ َك َت َك َو َج ِم ْي َع َخ ْلقِك‬،َ‫ش ِه ُد َح َملَ َة َع ْرشِ ك‬
ْ ‫ش ِه ُد َك َوُأ‬
ْ ‫س ْيتُ ُأ‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم ِإ ِّن ْي َأ ْم‬
ALLAHUMMA INNI AMSAYTU USY-HIDUKA WA USY-HIDU HAMALATA ‘ARSYIKA WA MALAA-IKATAK WA JAMI’A
KHOLQIK, ANNAKA ANTALLAHU LAA ILAHA ILLA ANTA WAHDAKA LAA SYARIIKA LAK, WA ANNA MUHAMMADAN
‘ABDUKA WA ROSUULUK.
ARTINYA:
“YA ALLAH, SESUNGGUHNYA AKU DI WAKTU PETANG INI MEMPERSAKSIKAN ENGKAU, MALAIKAT YANG MEMIKUL
‘ARYS-MU, MALAIKAT-MALAIKAT DAN SELURUH MAKHLUK-MU, BAHWA SESUNGGUHNYA ENGKAU ADALAH
ALLAH, TIADA ILAH YANG BERHAK DISEMBAH KECUALI ENGKAU SEMATA, TIADA SEKUTU BAGI-MU DAN
SESUNGGUHNYA MUHAMMAD ADALAH HAMBA DAN UTUSAN-MU.” (DIBACA 4 X)
FAEDAH: BARANGSIAPA YANG MENGUCAPKAN DZIKIR INI KETIKA PAGI DAN PETANG HARI SEBANYAK EMPAT
KALI, MAKA ALLAH AKAN MEMBEBASKAN DIRINYA DARI SIKSA NERAKA.

[7] DZIKIR PETANG

‫اح َف ْظن ِْي مِنْ َب ْي ِن‬ ْ ‫اي َوَأهْ ل ِْي َو َمال ِْي اللَّ ُه َّم‬
ْ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.‫اس ُت ْر َع ْو َراتِى َوآمِنْ َر ْو َعاتِى‬ ƒَ ‫ اَللَّ ُه َّم ِإ ِّن ْي َأ ْسَأل ُ َك ا ْل َع ْف َو َوا ْل َعافِ َي َة فِي ِد ْين ِْي َو ُد ْن َي‬،ِ‫اَللَّ ُه َّم ِإ ِّن ْي َأ ْسَألُ َك ا ْل َع ْف َو َوا ْل َعافِ َي َة فِي ال ُّد ْن َيا َو ْاآلخ َِرة‬

‫ َوَأ ُع ْو ُذ بِ َع َظ َمتِ َك َأنْ ُأ ْغ َتال َ مِنْ َت ْحت ِْي‬،‫ َومِنْ َف ْوق ِْي‬،‫ َوعَنْ َي ِم ْين ِْي َوعَنْ شِ َمال ِْي‬،‫ َومِنْ َخ ْلف ِْي‬،‫دَي‬
َّ ‫َي‬
ALLAHUMMA INNII AS-ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYAH FID DUNYAA WAL AAKHIROH. ALLAHUMMA INNII AS-ALUKAL
‘AFWA WAL ‘AAFIYAH FII DIINII WA DUN-YAAYA WA AHLII WA MAALII. ALLAHUMAS-TUR ‘AWROOTII WA AAMIN
ROW’AATII. ALLAHUMMAHFAZH-NII MIM BAYNI YADAYYA WA MIN KHOLFII WA ‘AN YAMIINII WA ‘AN SYIMAALII WA
MIN FAWQII WA A’UDZU BI ‘AZHOMATIK AN UGH-TAALA MIN TAHTII.
ARTINYA:
“YA ALLAH, SESUNGGUHNYA AKU MEMOHON KEBAJIKAN DAN KESELAMATAN DI DUNIA DAN AKHIRAT. YA ALLAH,
SESUNGGUHNYA AKU MEMOHON KEBAJIKAN DAN KESELAMATAN DALAM AGAMA, DUNIA, KELUARGA DAN
HARTAKU. YA ALLAH, TUTUPILAH AURATKU (AIB DAN SESUATU YANG TIDAK LAYAK DILIHAT ORANG) DAN
TENTERAMKANLAH AKU DARI RASA TAKUT. YA ALLAH, PELIHARALAH AKU DARI MUKA, BELAKANG, KANAN, KIRI
DAN ATASKU. AKU BERLINDUNG DENGAN KEBESARAN-MU, AGAR AKU TIDAK DISAMBAR DARI BAWAHKU (OLEH
ULAR ATAU TENGGELAM DALAM BUMI DAN LAIN-LAIN YANG MEMBUAT AKU JATUH).” (DIBACA 1 X)
FAEDAH: RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM TIDAKLAH PERNAH MENINGGALKAN DO’A INI DI PAGI
DAN PETANG HARI. DI DALAMNYA BERISI PERLINDUNGAN DAN KESELAMATAN PADA AGAMA, DUNIA, KELUARGA
DAN HARTA DARI BERBAGAI MACAM GANGGUAN YANG DATANG DARI BERBAGAI ARAH.

[8] DZIKIR PETANG

َ ‫ َوَأنْ َأ ْق َت ِر‬،ِ‫ان َوشِ ْر ِكه‬


‫ف َعلَى‬ ِ ‫ش ْي َط‬
َّ ‫ش ِّر ال‬ َ ْ‫ َأ ُع ْو ُذ ِب َك مِن‬، َ‫ش َه ُد َأنْ الَ ِإلَـ َه ِإالَّ َأنْت‬
َ ْ‫ َومِن‬،‫ش ِّر َن ْفسِ ْي‬ ْ ‫ َأ‬،ُ‫ش ْيءٍ َو َملِ ْي َكه‬ ِ ‫ت َو ْاَأل ْر‬
َ ِّ ‫ َر َّب ُكل‬،‫ض‬ َّ ‫شهَادَ ِة َفاطِ َر‬
ِ ‫الس َم َاوا‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم َعالِ َم ا ْل َغ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬

‫س ْو ًءا َأ ْو َأ ُج ُّر ُه ِإلَى ُم ْسل ٍِم‬


ُ ‫َن ْفسِ ْي‬
ALLAHUMMA ‘AALIMAL GHOYBI WASY-SYAHAADAH FAATHIROS SAMAAWAATI WAL ARDH. ROBBA KULLI SYAI-IN
WA MALIIKAH. ASYHADU ALLA ILAHA ILLA ANTA. A’UDZU BIKA MIN SYARRI NAFSII WA MIN SYARRISY-
SYAYTHOONI WA SYIRKIHI, WA AN AQTARIFA ‘ALAA NAFSII SUU-AN AW AJURRUHU ILAA MUSLIM.
ARTINYA:
“YA ALLAH, YANG MAHA MENGETAHUI YANG GHAIB DAN YANG NYATA, WAHAI RABB PENCIPTA LANGIT DAN
BUMI, RABB SEGALA SESUATU DAN YANG MERAJAINYA. AKU BERSAKSI BAHWA TIDAK ADA ILAH YANG BERHAK
DISEMBAH KECUALI ENGKAU. AKU BERLINDUNG KEPADAMU DARI KEJAHATAN DIRIKU, SETAN DAN
BALATENTARANYA (GODAAN UNTUK BERBUAT SYIRIK PADA ALLAH), DAN AKU (BERLINDUNG KEPADA-MU) DARI
BERBUAT KEJELEKAN TERHADAP DIRIKU ATAU MENYERETNYA KEPADA SEORANG MUSLIM.” (DIBACA 1 X)
FAEDAH: DO’A INI DIAJARKAN OLEH RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM PADA ABU BAKR ASH
SHIDDIQ UNTUK DIBACA PADA PAGI, PETANG DAN SAAT BERANJAK TIDUR.

[9] DZIKIR PETANG

‫السمِي ُع ا ْل َعلِي ُم‬ ِ ‫ش ْى ٌء فِى اَأل ْر‬


َّ ‫ض َوالَ فِى‬
َّ ‫السمَاءِ َوه َُو‬ َ ‫اس ِم ِه‬ ُ ‫بِ ْس ِم هَّللا ِ الَّذِى الَ َي‬
ْ ‫ض ُّر َم َع‬
BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL
‘ALIIM.
ARTINYA:
“DENGAN NAMA ALLAH YANG BILA DISEBUT, SEGALA SESUATU DI BUMI DAN LANGIT TIDAK AKAN BERBAHAYA,
DIA-LAH YANG MAHA MENDENGAR LAGI MAHA MENGETAHUI.” (DIBACA 3 X)
FAEDAH: BARANGSIAPA YANG MENGUCAPKAN DZIKIR TERSEBUT SEBANYAK TIGA KALI DI PAGI HARI DAN TIGA
KALI DI PETANG HARI, MAKA TIDAK AKAN ADA BAHAYA YANG TIBA-TIBA YANG MEMUDARATKANNYA.

[10] DZIKIR PETANG

‫سلَّ َم َنبِ ًّيا‬ َ ‫ َوبِ ُم َح َّم ٍد‬،‫ َوبِاِْإل ْسالَ ِم ِد ْي ًنا‬،‫َرضِ ْيتُ بِاهللِ َر ًّبا‬
َ ‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
RODHIITU BILLAAHI ROBBAA WA BIL-ISLAAMI DIINAA, WA BI-MUHAMMADIN SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WA SALLAMA
NABIYYAA.
ARTINYA:
“AKU RIDHA ALLAH SEBAGAI RABB, ISLAM SEBAGAI AGAMA DAN MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA
SALLAM SEBAGAI NABI.” (DIBACA 3 X)
FAEDAH: BARANGSIAPA YANG MENGUCAPKAN HADITS INI SEBANYAK TIGA KALI DI PAGI HARI DAN TIGA KALI DI
PETANG HARI, MAKA PANTAS BAGINYA MENDAPATKAN RIDHA ALLAH.

[11] DZIKIR PETANG

‫شْأن ِْي ُكلَّ ُه َوالَ َت ِك ْلن ِْي ِإلَى َن ْفسِ ْي َط ْر َف َة َع ْي ٍن َأبَدً ا‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫ث‬
َ ‫صل ِْح ل ِْي‬ ُ ‫َيا َح ُّي َيا َق ُّي ْو ُم بِ َر ْح َمتِ َك َأ ْس َت ِغ ْي‬
YAA HAYYU YAA QOYYUM, BI-ROHMATIKA AS-TAGHIITS, WA ASH-LIH LII SYA’NII KULLAHU WA LAA TAKILNII ILAA
NAFSII THORFATA ‘AININ ABADAN.
ARTINYA:
“WAHAI RABB YANG MAHA HIDUP, WAHAI RABB YANG BERDIRI SENDIRI (TIDAK BUTUH SEGALA SESUATU),
DENGAN RAHMAT-MU AKU MINTA PERTOLONGAN, PERBAIKILAH SEGALA URUSANKU DAN JANGAN DISERAHKAN
KEPADAKU SEKALI PUN SEKEJAP MATA (TANPA MENDAPAT PERTOLONGAN DARIMU).” (DIBACA 1 X)
FAEDAH: DZIKIR INI DIAJARKAN OLEH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM PADA FATHIMAH SUPAYA
DIAMALKAN PAGI DAN PETANG.

[12] DZIKIR PETANG

‫س ْب َحانَ هللاِ َو ِب َح ْم ِد ِه‬


ُ
SUBHANALLAH WA BI-HAMDIH.
ARTINYA:
“MAHA SUCI ALLAH, AKU MEMUJI-NYA.” (DIBACA 100 X)
FAEDAH: BARANGSIAPA YANG MENGUCAPKAN KALIMAT ‘SUBHANALLAH WA BI HAMDIH’ DI PAGI DAN PETANG
HARI SEBANYAK 100 X, MAKA TIDAK ADA YANG DATANG PADA HARI KIAMAT YANG LEBIH BAIK DARI YANG IA
LAKUKAN KECUALI ORANG YANG MENGUCAPKAN SEMISAL ATAU LEBIH DARI ITU.

[13] DZIKIR PETANG


‫ر‬ƒُ ‫ش ْيءٍ َق ِد ْي‬
َ ِّ ‫ لَ ُه ا ْل ُم ْل ُك َولَ ُه ا ْل َح ْم ُد َوه َُو َعلَى ُكل‬،ُ‫ش ِر ْي َك لَه‬
َ َ‫الَ ِإلَـ َه ِإالَّ هللاُ َو ْحدَ ُه ال‬
LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN
QODIIR.
ARTINYA:
“TIDAK ADA ILAH YANG BERHAK DISEMBAH SELAIN ALLAH SEMATA, TIDAK ADA SEKUTU BAGI-NYA. BAGI-NYA
KERAJAAN DAN SEGALA PUJIAN. DIA-LAH YANG BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU.” (DIBACA 1O X)
FAEDAH: BARANGSIAPA YANG MEMBACA DZIKIR TERSEBUT DI PAGI HARI SEBANYAK SEPULUH KALI, ALLAH
AKAN MENCATATKAN BAGINYA 10 KEBAIKAN, MENGHAPUSKAN BAGINYA 10 KESALAHAN, IA JUGA
MENDAPATKAN KEBAIKAN SEMISAL MEMERDEKAKAN 10 BUDAK, ALLAH AKAN MELINDUNGINYA DARI GANGGUAN
SETAN HINGG PETANG HARI. SIAPA YANG MENGUCAPKANNYA DI PETANG HARI, IA AKAN MENDAPATKAN
KEUTAMAAN SEMISAL ITU PULA.

[14] DZIKIR PETANG

َ‫ش ِّر َما َخلَق‬


َ ْ‫ت مِن‬ ِ ‫َأ ُع ْو ُذ ِب َكلِ َما‬
ِ ‫ت هللاِ ال َّتا َّما‬
A’UDZU BIKALIMAATILLAHIT-TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHOLAQ.
ARTINYA:
“AKU BERLINDUNG DENGAN KALIMAT-KALIMAT ALLAH YANG SEMPURNA DARI KEJAHATAN MAKHLUK YANG
DICIPTAKANNYA.” (DIBACA 3 X PADA WAKTU PETANG)
FAEDAH: SIAPA YANG MENGUCAPKANNYA DI PETANG HARI, NISCAYA TIDAK ADA RACUN ATAU BINATANG
(SEPERTI: KALAJENGKING) YANG MENCELAKAKANNYA DI MALAM ITU.
Sebuah Kisah dalam KITAB “Uddatush Shabirin”
Bekal untuk Orang-orang yang Sabar
Karya Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah melakukan sujud yang sangat lama
sebagai wujud syukur hingga sahabatnya mengira bahwa Nabi telah wafat.

Peristiwa apakah yang membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melakukan hal itu?

Dikisahkan oleh Abdurrahman bin Auf, beliau melihat Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi berjalan ke arah tombaknya. Tak lama kemudian, beliau masuk ke dalam
masjid, menghadap Kiblat, dan melakukan sujud yang amat lama.

Setelah usai, sahabat Nabi yang terkenal dengan kekayaan dan kedermawanannya ini
berkata, “Wahai Rasulullah, engkau bersujud satu kali dengan sujud yang lama.”
Tanya sang sahabat penuh keheranan, “Saking lamanya, sampai-sampai aku mengira
bahwa Allah Ta’ala telah menyabut jiwamu.”

“Tadi,” jawab Nabi yang mulia akhlaknya ini, “Jibril mendatangiku.”

Rupanya, malaikat Jibril mengunjungi beliau untuk menyampaikan Firman Allah Ta’ala
terkait hamba dan Rasul-Nya ini.

Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa bershalawat kepadamu (Muhammad);


Allahumma Sholli Ala Muhammad
Aku akan bershalawat kepadanya. Barang siapa mengucapkan salam kepadamu, Aku
akan mengucapkan salam kepadanya.”

“Karena itulah,” pungkas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan, “aku


langsung bersujud kepada Allah Ta’ala sebagai ungkapan syukur.”

(HR. Imam Ahmad bin Hanbal)

Maha benar Allah Ta’ala dengan segala firman-Nya. Terpujilah Nabi dan Rasul-Nya
yang mulia. Dialah sosok kekasih nan terpilih. Dialah sosok yang saat dipuji, Allah
Ta’ala akan langsung membalas siapa yang memujinya.

Bahkan dalam riwayat lain disebutkan, satu shalawat akan berbalas sepuluh shalawat
dari Allah Ta’ala. Bukankah ini suatu tawaran pahala yang amat menggiurkan?

Pasalnya, memuji Nabi adalah kebutuhan kita, yang pasti dan tidak boleh tidak yang
harus kita amalkan bagi kita yang mencintainya. Namun, meski kita yang butuh, Allah
Ta’ala akan langsung membalas shalawat yang kita sampaikan.

Maka membiasakan bershalawat adalah amal shaleh yang bernilai unggul di sisi-Nya.
Tentu, bukan sekadar ucapan Melainkan dihayati dengan sepenuh hati, lalu berupaya
sekuat tenaga untuk mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-
hari.
Keutamaan Ilmu dari Ibadah

Bila kamu tak tahan penatnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya
kebodohan (Imam Syafii).
Alkisah, ada seorang ahli ibadah dari golongan Bani Israil yang beruzlah di gunung
(menyendiri untuk beribadah kepada Allah). Suatu ketika, ia pergi keluar dari tempat
ibadahnya untuk sekadar berjalan-jalan sambil merenungi kekuasaan Allah. 
Saat dalam perjalanan, ia mendapati sesosok bangkai manusia yang telah membusuk.
Karena tidak tahan dengan baunya, ia kemudian pergi agar tidak terjebak dengan bau
bangkai yang menyengat tadi.
Saat ia pergi menghindar, setan mendatanginya dalam rupa laki-laki saleh dan berkata,
“Kebaikan yang telah kau lakukan kini sia-sia dan tidak ada satu pun yang tersisa.”
Mendengar hal itu, si ahli ibadah terkejut dan berkata, “Mengapa tuan bicara begitu?”
Dengan nada meyakinkan setan yang menjelma lelaki itu menjawab, “Itu karena engkau
bersikap sombong kepada bangkai manusia tersebut, padahal antara dirimu dan dia
(mayat) itu sama.”
Melihat wajah sedih si ahli ibadah, setan tersebut meneruskan hasutannya, “Jika dirimu
ingin diampuni Allah, aku nasihatimu agar engkau memburu tikus hutan. Setelah kau
mendapatkannya, maka bunuhlah ia, lalu kalungkan di pundakmu saat engkau beribadah
kepada Allah.”
Karena merasa bersalah dan ingin segera bertobat, si ahli ibadah itu mengiyakan saran
setan yang menjelma lelaki saleh tersebut. Segera ia ke hutan dan menangkap tikus.
Setelah mendapatkan tikus yang dicari, ia kemudian melaksanakan saran lelaki itu.
Disebutkan bahwa selama 60 tahun bahkan hingga akhir hayatnya, ia tetap beribadah
dengan mengalungkan tikus (najis) di pundaknya.
Betapa sia-sialah ibadah dan hidup si ahli ibadah itu. Ia hidup dalam kerugian, sebab
menjalankan sebuah ibadah dalam kebodohan.
Dalam Islam, wajib hukumnya melaksanakan sebuah ibadah berdasarkan ilmu. Sebab
ilmulah yang akan menuntun manusia melaksanakan ibadah dengan benar dan tepat.
Imam Nawawi pernah menceritakan bahwa jika Rasulullah ‫ ﷺ‬menjumpai dua majlis
dalam satu masjid; satu membahas tentang dakwah, yang satunya lagi membahas tema-
tema keilmuan, Rasulullah ‫ ﷺ‬akan lebih memilih duduk bersama mereka yang
menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan—meski kedua majlis mengajak pada
kebaikan.
Dalam sebuah riwayat lain, Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah berkata, “Kalau kalian sedang dalam
perjalanan lalu menjumpai taman-taman surga, mampirlah barang sebentar.”
Sahabat pun bertanya, “Ya Rasul ‫ﷺ‬, apa itu taman-taman surga?”
“Ia adalah majelis-majelis zikir,” jawab sang Rasul ‫( ﷺ‬HR. At-Tirmidzi no. 3510).
Imam ‘Atha, sebagaimana dikutip Imam Nawawi, berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan majlis-majlis zikir dalam hadis di atas adalah majlis ilmu yang di dalamnya
membahas tentang halal haram, tata cara berpuasa, nikah, haji, dan sebagainya.
Ibnu Umar ra. bahkan menegaskan, satu majelis ilmu jauh lebih baik daripada ibadah
selama enam puluh tahun.
Dalam Islam, menuntut ilmu adalah suatu keutamaan. Mereka yang serius menuntut ilmu
di jalan Allah adalah mereka yang lebih utama kedudukannya di sisi Islam. Allah
berfirman:
ِ ‫قُ ْل َه ْل َيسْ َت ِوى الَّ ِذي َْن َيعْ َلم ُْو َن َوالَّ ِذي َْن اَل َيعْ َلم ُْو َن ۗ ِا َّن َما َي َت َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْل َبا‬
٩-‫ب‬
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima
pelajaran (QS. Az-Zumar: 9).
Menyoal keutamaan ilmu dari ibadah, Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan bahwa satu
orang berilmu itu jauh lebih besar pahalanya daripada orang yang berpuasa berdiri tegak
berperang di jalan Allah.
Bahkan, orang yang menuntut ilmu, sampai kemudian ia kembali ke tempat asalnya, ia
dihukumi sebagai orang yang sedang beribadah atau berjuang di jalan Allah. Dalam
sebuah hadist disebutkan:
 ‫يل هَّللا ِ َح َّتى َيرْ ِج َع‬
ِ ‫ب ْالع ِْل ِم َفه َُو فِي َس ِب‬
ِ ‫َمنْ َخ َر َج فِي َط َل‬
Orang yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali
ke rumahnya (HR. At-Tirmidzi no. 2647).
Amal Ibadah yang Paling Utama
Khalid Abu Syaadi

Keutamaan amal ibadah ditentukan oleh empat hal utama ini:

1. Memperhatikan waktunya. Misalnya, ibadah yang paling utama di bulan Ramadhan


adalah qiyamullail. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

"Siapa yang mengisi malam bulan Ramadhan dengan keimanan dan ibadah, niscaya
baginya diampunkan dosa-dosanya yang telah lewat."(1)

Dan berderma, karena Rasulullah Saw: "beliau paling dermawan saat berada pada bulan
Ramadhan".(2) Jika masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka amal
ibadah yang paling utama adalah beri'tikaf dan tidak keluar dari masjid. Dan jika masuk
sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah, maka amal ibadah yang paling utama adalah
amal saleh dan berlomba untuk berjihad, berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

"Kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwanya, dan tidak menuntut
balasan dari dua hal itu."(3)

Amal ibadah yang paling utama pada bulan Muharram dan Sya'ban adalah puasa,
berdasarkan sabda Rasulullah Saw: "Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan
adalah puasa di bulan Muharram." (4) Dan perkataan A'isyah r.a.:

"Aku dapati Nabi Saw paling banyak berpuasa pada bulan Sya'ban." (5)

Amal ibadah yang paling utama saat mengajarkan orang yang ingin belajar adalah:
bersungguh-sungguh untuk mengajarkannya, dan meninggalkan pekerjaan yang lain. Dan
ibadah yang paling utama saat wuquf di Arafah adalah: berusaha untuk bermunajat,
berdo'a, dan berdzikir, serta tidak berpuasa yang dapat melemahkan tubuh untuk
melakukan semua ibadah tadi.

Ibadah yang paling utama pada waktu menjelang subuh adalah: shalat dan istighfar.
Berdasarkan firman Allah SWT:

"dan yang memohon ampun di waktu sahur." Ali Imran: 17.

dan amal ibadah yang paling utama saat berbuka adalah: berdoa. Berdasarkan sabda
Rasulullah Saw:

"Tiga kelompok orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa saat ia berbuka
puasa, ...".(6)

Amal ibadah yang paling utama saat mendengarkan adzan adalah, membalas ucapan
adzan tersebut.

2. Memperhatikan Tempat.

Ada beberapa tempat , yang jika dilakukan ibadah di situ, akan mendapatkan pahala dan
keutamaan yang lebih besar dibandingkan jika dilakukan di tempat lain. Seperti shalat di
Masjidil Haram, setara dengan seratus ribu shalat di tempat lainnya. Shalat di Masjid
Nabawi, setara dengan seribu shalat di tempat lainnya. Dan shalat di Masjid Aqsha, setara
dengan lima ratus kali shalat di tempat lainnya.

Shalat yang paling utama dilakukan di masjid adalah shalat wajib. Sementara untuk shalat
sunnah,yang paling utama adalah jika dillakukan di rumah. Berdasarkan sabda Nabi Saw:

"Shalat yang paling utama bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib."(7)

Dzikir dan berdoa di Shafa dan Marwa lebih utama dari shalat. Thawaf bagi orang yang
baru datang dari luar Mekkah lebih utama dari shalat, dan sebaliknya bagi orang Mekkah
sendiri. Do'a saat masuk rumah atau keluar dari rumah lebih diutamakan daripada
membaca Al Qur'an.

3. Memperhatikan Jenis Ibadah.

Jenis shalat lebih utama dari jenis membaca Al Qur'an. Jenis membaca Al Qur'an lebih
dibandingkan jenis dzikir. Jenis dzikir lebih utama dibandingkan jenis do'a. jenis jihad
lebih utama dari jenis ibadah hajji. Bahkan di antara satu jenis ibadah sendiri ada
perbedaan keutamaan antara satu macam dengan macam yang lain. Misalnya:

"Puasa (sunnah) yang paling utama adalah puasa nabi Daud, yaitu berpuasa satu hari dan
berbuka satu hari".(8) Dan

"Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah bagi sanak keluarga yang membenci kita."
(9)

Dan

"Syuhada yang paling utama adalah yang darahnya ditumpahkan musuh, dan
kendaraannya dirusak musuh"(10). Dan

"Dzikir yang paling utama adalah: la ilaha illah Allah, dan doanya yang paling utama
adalah: alhamdulillah." (11)

Dan

"Jihad yang paling utama adalah membela kebenaran di hadapan penguasa yang lalim."
(12)

4. Memperhatikan Situasi dan Kondisi.

Rasulullah Saw bersabda:

"Jika Allah SWT kagum melihat seorang hamba, niscaya hamba itu tidak akan
dihisab."(13)

Kemudian beliau mengabarkan tentang sipat orang-orang yang membuat Allah SWT
tertawa. Beliau bersabda:

"Tiga kelompok manusia yang dicintai dan dikagumi oleh Allah SWT dan diberikan
kabar gembira oleh-Nya adalah: ..., seseorang yang mempunyai isteri cantik dan peraduan
yang nyaman nan indah, kemudian ia bangun di waktu malam untuk beribadah. Terhadap
orang tersebut Allah SWT berkomentar: "dia meninggalkan syahwatnya untuk beribadah
kepada-Ku, padahal jika ia mau ia dapat terus menikmati tidurnya." Dan orang yang
sedang berada dalam perjalanan bersama rombongan, kemudian ia tidak tidur malam
kecuali sedikit, dan ia isi akhir malamnya dengan ibadah, baik dalam kesulitan maupun
dalam kesenangan."(14)

Ini jika dalam kondisi negara aman. Sedangkan jika dalam kondisi perang, ukurannya lain
lagi, berbeda dengan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan situasi dan
kondisi. Orang yang cerdik adalah orang yang mengetahui amal ibadah yang paling utama
di segala situasi dan kondisi. 'Auf bin Harits adalah salah seorang yang cerdik ini. Ketika
ia bertanya kepada Nabi Saw pada saat perang Badar, sebagai berikut: "Wahai Rasulullah
Saw, apakah yang membuat Rabb-ku tertawa? (maksudnya: apakah amal ibadah yang jika
dikerjakan oleh seseorang pada situasi saat ini mencukupi untuk membuat dirinya
terbebaskan dari perhitungan akhirat). Nabi Saw menjawab:

"Orang yang menerjang musuh dengan tanpa perisai". Maka dia pun melepaskan baju besi
yang ia pakai, kemudian mengambil pedangnya dan segera menyerang pasukan musuh,
hingga ia mendapatkan syahid.

Memperhatikan situasi dan kondisi mencakup memperhatikan potensi masing-masing


peserta kompetisi dan kelebihan yang mereka miliki. "Orang kaya yang memiliki banyak
harta, dan hatinya merasa sayang untuk menyumbangkan hartanya itu: maka shadaqah
hartanya dan kerelaan hatinya untuk menyumbangkan hartanya itu lebih utama baginya
dibandingkan qiyamullail dan berpuasa sunnah di siang hari. Orang yang pemberani dan
kuat, yang ditakuti musuh: keikutsertaannya dalam pasukan jihad walau sebentar, dan
berjihad melawan musuh-musuh Allah, baginya lebih utama dibandingkan melaksanakan
ibadah hajji, berpuasa, bersedekah dan melakukan ibadah sunnah. Orang yang
berpengetahuan, yang mengetahui sunnah Nabi, ilmu halal-haram, dan ilmu tentang mana
yang baik dan mana yang tercela menurut agama: baginya bergaul dengan manusia,
mengajarkan mereka, dan memberikan mereka nasihat dalam agama, itu lebih utama
daripada mengucilkan diri, menghabiskan waktunya untuk shalat, membaca Al Qur'an
dan bertasbih. Pejabat pemerintah yang memegang urusan manusia: baginya, duduk
sebentar untuk mengurusi perkara masyarakat, membantu orang yang dizhalimi,
menjalankan hadd Allah, membantu pihak yang benar, dan melawan pihak yang salah, itu
lebih utama baginya dari pada beribadah bertahun-tahun."(15)

Kami tambahkan: amal ibadah yang paling utama bagi orang yang dikuasai oleh sikap
masa bodoh terhadap siksaan Allah SWT dan yang tertipu oleh dirinya sendiri adalah:
dengan merasa takut kepada Allah SWT. Amal ibadah yang paling utama bagi orang yang
dikuasai oleh keputus asaan dan patah harapan dari rahmat Allah SWT adalah:
menumbuhkan sikap pengharapan kepada-Nya. Amal yang paling utama bagi orang yang
junub adalah: mandi besar. Amal yang paling utama bagi orang yang takut impoten
adalah: segera menikah. Amal yang paling utama saat kedatangan tamu adalah: melayani
dan menemuinya, dibandingkan wirid yang sunnah. Amal ibadah yang paling utama saat
membantu orang yang ditimpa kesulitan adalah: memfokuskan diri untuk membantunya
dan menolongnya, dan mementingkan hal itu dibandingkan wirid dan khalwatnya. Amal
ibadah yang paling utama saat seorang muslim sakit adalah: menjenguknya. Dan amal
ibadah yang paling utama saat kematiannya adalah: menyaksikan jenazahnya. Amal
ibadah yang paling utama ... dst.

Catatan kaki:

1. Hadits diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah, seperti terdapat


dalam Sahih Jami' Shagir, no. 6316.
2. Hadits diriwayatkan oleh Bukhari, An Nasai dan Ahmad dari Ibnu Abbas.
3. Hadits diriwayatkan oleh jama'ah, kecuali Muslim dan an Nasai, dan redaksi
hadits ini dari Ahmad.
4. Hadits diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dan Thabrani, dari Jundub,
seperti terdapat dalam Sahih Jami' Shagir, no. 1127.
5. Hadits diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Daud, seperti terdapat dalam
Sahih at Targhib wat Tarhib, no. 1014.
6. Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, ibnu Majah, dan Tirmidzi dari Abu Hurairah,
dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, seperti terdapat dalam al Muntaqa, no. 513
7. Hadits diriwayatkan oleh An Nasai, Thabrani, dan Abu Daud, dari Zaid bin Tsabit,
seperti terdapat dalam Sahih Jami' Shagir, no. 1128
8. Hadits diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan An Nasai, dari Abdullah bin Umar, seperti
terdapat dalam Sahih Jami' Shagir, no. 1131.
9. Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dari Abu Ayyub, seperti terdapat
dalam Sahih Jami' Shagir, no. 1121.
10. Hadits diriwayatkan oleh Thabrani dasri Abu Umamah, seperti terdapat dalam
Sahih Jami' Shagir, no. 1119.
11. Hadits diriwayatkan oleh Tirmidzi, An Nasai, dan Ibnu Majah, dari Jabir, dan
dinilai hasan oleh al Albani, dalam Sahih Jami' Shagir, no. 1115.
12. Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad dan Thabrani dari Abu Umamah,
seperti terdapat Sahih Jami' Shagir, no. 1111
13. Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya'la. Para perawinya tsiqat.
14. Hadits diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al Kabir, dengan sanad hasan, seperti
terdapat dalam Sahih at Targhib wa at Tarhiib, no. 650.
15. 'Uddatu as Shaabiriin wa Dzakhiiratu asy Syaakiriin, hal. 105.

Kompetisi Menuju Surga


Judul Asli: Sibaaq Nahwa al Jinaan
Penulis: Khalid Abu Syaadi
Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani dan Rukman AR. Said
Penerbit: Daar Basyiir, 2000
Edisi bahasa Indonesia insya Allah akan diterbitkan oleh Gema Insani Press.
Ilmu yang wajib dipelajari adalah ILMU HAAL yaitu ilmu yang dibutuhkan
setiap hari.

Ilmu yang penting dipelajari adalah:


1. Akidah dan tauhid.
2. Fikih ibadah, seperti
perkara bersuci dan shalat.
3. Ilmu terkait amalan hati,
contoh tawakal kepada Allah.
4. Ilmu terkait profesi kita, misalnya
sebagai pedagang harus memahami fikih jual beli.

1. AKIDAH DAN TAUHID


Aqidah ( ُ‫اَ ْل َعقِ ْي َدة‬ ) merupakan keyakinan yang kuat terhadap sesuatu tanpa terselip
keraguan sedikitpun (Al Mu’jam Al Washith 2/614). Islam memiliki aqidah yang
sudah pasti benar karena bersumber dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Definisi aqidah tidak hanya diuraikan oleh satu sumber. Para ahli dan ulama juga
turut menguraikan pengertian aqidah. Berikut ini pengertian aqidah menurut
beberapa ulama:

 Aqidah merupakan sesuatu yang dipegang teguh dan tertancam kuat di dalam
hati dan tak dapat beralih dari padanya (M Hasbi Ash Shiddiqi).
 Aqidah yaitu sesuatu yang diharuskan hati membenarkannya sehingga menjadi
ketentraman jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan
keragu-raguan (Syekh Hasan Al-Bannah).
 Aqidah adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat
yang wajib tetap pada-Nya, juga membahas tentang Rasul-rasul-Nya,
meyakinkan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada mereka, apa yang
boleh dihubungkan pada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya
kepada diri mereka (Syekh Muhammad Abduh).
 Aqidah ialah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal sehat, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia
di dalam hati serta diyakini keberadaannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu (Abu Bakar Jabir al-Jazairy).
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aqidah ialah
keteguhan iman terhadap Allah subhanahu wa ta’ala dengan melaksanakan
segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, sekaligus beriman kepada
malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan lain sebagainya.
Tauhid ( ‫توحيد‬ ) yaitu menyatakan keesaan Allah dalam hal-hal yang menjadi
kekhususan diri-Nya, diantaranya meliputi rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa
shifat (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5).
Definisi tauhid terbilang luas. Hal ini dapat diketahui dari beberapa pendapat dari
para ulama berikut ini.

 Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang


hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa
Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang
mengatur dan mengubah keadaan mereka (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17).
 Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan
baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17).
 Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan
nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan ditetapkan dalam Al Qur’an dan Hadits
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam (Syarh Tsalatsatil Ushul).
Semoga dapat menambah pengetahuan sekaligus meningkatkan keimanan kita
terhadap Allah subhanahu wa ta’ala.

Anda mungkin juga menyukai