Anda di halaman 1dari 8

2.

Menings & Cranialis

3. Pemeriksaan Rangsang 4. Pemeriksaan Nervus


Menings Cranialis
Muh Adnin M Hanafi Muh Adnin M Hanafi

Kaku Kuduk Nervus Olfactorius (Nn. Cranialis I)


1. Pemeriksa berada di sebelah kanan klien. Klien berbaring 1. Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada penderita
telentang tanpa bantal. Syarat Pemeriksaan : Tidak ada penyakit intranasal :
Meminta penderita duduk atau berbaring, sambil menutup
2. Tempatkan tangan kiri pemeriksa di bawah kepala klien
matanya
yang sedang berbaring, tangan kanan berada diatas dada
klien 2. Menaruh salah satu bahan/zat di depan salah satu lubang
hidungpenderita sementara lubang hidung yang lain
3. Rotasikan kepala klien ke kiri dan ke kanan  untuk
ditutup
memastikan klien sedang dalam keadaan rileks .
3. Meminta penderita mencium bahan/ zat yang dikenalnya
4. Kemudian tekukkan (fleksikan) kepala secara pasif dan
usahakan agar dagu mencapai dada. Interpretasi :

Normosmia : Pasien mengenal bahan dengan baik,


kemampuan menghidu normal

Hiposmia : Kemampuan menghidu menurun

Anosmia : Tidak dapat mencium sama sekali

Parosmia : Tidak dapat mengenali bau-bauan, salah hidu

Kakosmia : Mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak


ada

NERVUS OPTIKUS (Nn.Cranialis II)


Ketajaman penglihatan
Syarat Pemeriksaan : Tidak ada kelainan organic pada
bola mata, tidak ada fotofobia :

Interpretasi : 1. Meminta penderita duduk atau berdiri dengan jarak 3


meter dari pemeriksa
Kaku kuduk (-) / normal : bila tidak terdapat tahanan dan
dagu dapat mencapai dada. 2. Penderita diminta menghitung jari dari jarak tersebut.
Normal : ketajaman penglihatan 3/60 (60 adalah jarak
Kaku kuduk (+) / Abnormal : bila terdapat tahanan/nyeri
orang normal dapat menghitung jari)
atau dagu tidak mencapai dada.
3. Bila penderita hanya mampu menghitung jari
Laseque Sign dengan jarak kurang dari 3 meter maka ketajaman
1. Klien berbaring telentang penglihatan (visus) menurun
Cara lain : Gerakan tangan : Orang normal
2. Satu tungkai diangkat lurus, difleksikan pada sendi
membedakan gerak tangan pada jarak 300 meter.
panggul, tungkai sebelahnya tetap dalam keadaan lurus
Pemeriksaan senter : bila penderita hanya dapat
3. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan membedakan gelap dan terang, maka ketajaman
interpretasikan hasilnya penglihatan adalah 1/tak terhingga. Ketajaman
penglihatan nol (0) bila tidak dapat melihat cahaya.

Lapangan penglihatan

Tes konfrontasi

1. Syarat Pemeriksaan : Pemeriksa harus normal :


Meminta penderita duduk atau berdiri menghadap
pemeriksa dengan jarak 60-100 cm ( duduk atau
berdiri berhadapan)

2. Menings & Cranialis 1


2. Mata penderita yang akan diperiksa berhadapan
dengan mata pemeriksa, biasanya mata yang
berlawanan, mata kiri berhadapan dengan mata
kanan pada garis dan ketinggian yang sama. Mata
yang lain ditutup obyek (jari, benda)

3. Menggerakkan jari/polpen dari kuadran perifer


menuju ke arah sentral sampai penderita melihat
obyek. Obyek digerakkan dari segala jurusan.

4. Meminta penderita memberi respon jika mulai


Interpretasi : melihat gerakan jari dan hal ini dibandingkan
dengan pemeriksa apakah ia juga sudah
Laseque (-) / Nomal → Dapat mencapai sudut 70 derajat
melihatnya. Bila ada gangguan lapangan
sebelum timbul rasa sakit atau tahanan
penglihatan maka pemeriksa akan lebih dahulu
Laseque (+) → Bila terdapat tahanan atau rasa sakit melihat gerakan obyek tersebut.
sebelum mencapai sudut 70 derajat.
Interpretasi :
(nyeri menjalar dari bokong hingga ke tungkai sesuai
Lateral : 90-100 derajat
dengan inervasi n.ischiadicus sebelum mencapai 70°
dikatakan laseque’s test positif yang biasanya didapatkan Medial : 60 derajat
pada penderita herniasi discus L5, S1 atau S2) Superior : 50-60 derajat

Kernig’s Sign Inferior : 60-75 derajat

1. Klien berbaring telentang


NERVI CRANIALIS III, IV, VI
2. Fleksikan paha klien pada persendian panggul sampai 1. Inspeksi celah mata pasien untuk menilai apakah terdapat
membuat sudut 90 derajat
a. ptosis
3. Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
sampai membuat sudut 135 derajat atau lebih. b. kelopak mata terjatuh

4. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan c. mata tertutup dan tidak dapat dibuka.
interpretasikan hasilnya 2. Inspeksi posisi mata pasien, untuk menilai apakah terdapat

a. exopthalmus

b. enopthalmus

c. strabismus (divergen dan konvergen); atau

d. salah satu mata dalam posisi melihat ke atas atau


bawah (skew deviation).

3. Inspeksi dan catat pupil pasien

a. bentuk (bundar/lonjong)

b. ukuran (mm)

c. sama besar (isokor)

Refleks Cahaya Langsung

a. Minta pasien melihat jauh (fiksasi pada benda yang


jauh letaknya)

b. Senter pupil penderita dari arah luar ke sentral

Interpretasi :
Interpretasi :
Refleks cahaya langsung (+) : Bila pupil yang disenter
Kernig’s Sign (-) / Normal : bila ektensi lutut mencapai akan kontriksi.
minimal 135 derajat
Refleks cahaya langsung (-) : Bila tidak terjadi
Kernig’s Sign (+) / Abnormal : bila tidak dapat mencapai konstriksi.
135 derajat atau terdapat rasa nyeri
Refleks Cahaya Tidak Langsung
BRUDZINSKI I

2. Menings & Cranialis 2


1. Klien berbaring telentang, tanpa bantal a. Minta penderita melihat jauh (fiksasi pada benda yang
jauh letaknya)
2. Tangan kiri diletakkan  di bawah kepala, tangan kanan di
atas dada kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat b. Senter pupil penderita dari arah luar ke sentral, dan
kearah dada klien sejauh mungkin. lihat pupil sebelah kontralateral.

3. Tangan yang satunya  lagi ditempatkan di dada klien untuk Interpretasi :


mencegah di angkatnya badan
Refleks cahaya tidak langsung/refleks konsensual (+) /
Interpretasi : Normal : Bila pupil kontralateral ikut berkontriksi.

Brudzinski I (+) / Abnormal : bila kedua tungkai bawah Refleks cahaya tidak langsung/refleks konsensual (-) :
mengalami fleksi involunter pada sendi lutut Bila tidak terjadi konstriksi pupil kontralateral.

RCL D (-) | RCTL S (-) → N. II D rusak


BRUDZINSKI II
RCL S (+) | RCTL D (+) → N. II D rusak
1. Klien berbaring telentang
RCL D (-) | RCTL S (+) → N. III D rusak
2. Fleksikan satu tungkai pada sendi lutut, kemudian secara RCL S (+) | RCTL D (-) → N. III D rusak
pasif lakukan fleksi maksimal pada persendian panggul,
4. Refleks Akomodasi
sedangkan tungkai yang satu berada dalam kedaan
ekstensi (lurus) a. Meminta penderita melihat jauh

3. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan b. Kemudian penderita diminta melihat dekat dengan
interpretasikan hasilnya menempatkan pen di dekat mata penderita.

Interpretasi : c. Perhatikan apakah pupil berkontriksi.

Brudzinski II (+) / Abnormal : bila tungkai yang satu terjadi Interpretasi :


fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontraleteral.
Refleks akomodasi (+) : bila pupil berkontriksi

BRUDZINSKI III Refleks akomodasi (-) : bila pupil tidak berkontriksi.

1. Klien berbaring telentang 5. Pergerakan Bola Mata

2. Tekan os zygomatikus a. Pasien tidur terlentang

Interpretasi : b. Pemeriksa menempatkan pen pada posisi vertikal


sejauh 50 cm dari mata penderita dalam arah
Brudzinski III (+) / Abnormal : Bila terjadi fleksi involunter
penglihatan sentral.
pada kedua ekstremitas superior di sendi siku
c. Tangan yang lain memegang kelopak mata atau dagu
BRUDZINSKI IV penderita untuk fiksasi kepala.
1. Klien berbaring telentang d. Pemeriksa menggerakkan pen secara perlahan ke
2. Tekan os sympisis os pubis arah lateral, medial, atas, bawah, dan ke arah yang
miring yaitu atas-lateral, bawahmedial, atas-medial dan
Interpretasi : bawah-lateral.
Brudzinski IV (+) / Abnormal : Bila terjadi fleksi involunter e. Perhatikan apakah mata penderita dapat mengikuti
pada kedua ekstremitas inferior di sendi lutut gerakan itu dan tanyakan apakah penderita melihat
ganda (diplopia).

Interpretasi :

Parese m rectus lateralis : Bila penderita tidak dapat


menggerakkan mata ke arah lateral → ada gangguan
di N cranialis VI.

2. Menings & Cranialis 3


Parese m obliqus superior : Bila penderita tidak dapat
menggerakkan mata ke arah medial bawah → ada
gangguan di N cranialis IV.

Parese N cranialis III → Bila penderita tidak dapat


menggerakkan mata ke arah selain lateral dan medial-
bawah

Nervus Cranialis V
1. Pemeriksaan Sensorik

a. Melakukan pemeriksaan sensasi raba dengan jarum


pada daerah dahi, pipi, dan rahang bawah

b. Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum


pada daerah dahi, pipi, dan rahang bawah

c. Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas


yang dibasahi air hangat pada daerah dahi, pipi, dan
rahang bawah

Interpretasi :

Rasa raba terganggu : Ada lesi di nukleus induk


somatosensorik di pons

Rasa nyeri dan suhu terganggu, rasa raba tidak


terganggu : Ada lesi di traktus desendens nervus V

2. Pemeriksaan Motorik

a. Meminta pasien untuk merapatkan gigi sekuat kuatnya

b. Pemeriksa meraba musculus masseter dan musculus


temporalis

c. Meminta penderita untuk membuka mulut

d. Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris


dengan acuan gigi seri atas dan bawah

e. Meminta pasien menggerakkan rahang bawah ke kiri


dan kekanan

f. Perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah

Interpretasi :

Parese (+) / Abnormal : rahang bawah akan deviasi


kearah yang lumpuh

3. Pemeriksaan Refleks Kornea

a. Menyentuh kornea dengan ujung kapas dari sklera ke


arah limbus kornea

b. Menanyakan apakah pasien dapat merasakan


sentuhan tersebut

Interpretasi :

Refleks Kornea (+) / Normal : Terjadi kedipan mata

Nervus Cranialis VII


1. Inspeksi muka pasien :

a. simetris atau tidak.

b. kerutan dahi

2. Menings & Cranialis 4


i. Minta pasien mengangkat alis dan mengerutkan
dahi

ii. Perhatikan simetris atau tidak.

Interpretasi : Kerutan dahi menghilang pada sisi yang


lumpuh.

c. Pejaman mata

i. Meminta penderita memejamkan mata

ii. Kemudian pemeriksa mencoba membuka mata


penderita

Interpretasi : Pada sisi yang lumpuh, penderita tidak


dapat/sulit memejamkan mata (lagopthalmus) dan
lebih mudah dibuka oleh pemeriksa.

d. Sulcus nasolabialis dan sudut mulut

i. Meminta penderita menyeringai atau menunjukkan


gigi

ii. Mencucurkan bibir atau bersiul, dan

iii. Mengembungkan pipi.

Interpretasi : Sulcus nasolabialis akan mendatar, sudut


mulut menjadi lebih rendah, dan tidak dapat
mengembungkan pipi pada sisi lumpuh.

2. Bedakan kelumpuhan nervus VII tipe UMN dan tipe LMN.

a. Tipe UMN → bila kelumpuhan hanya terdapat pada


daerah mulut (m. orbicularis oris).

b. Tipe LMN → bila kelumpuhan terjadi baik pada daerah


mulut maupun pada mata (m. orbicularis oculi) dan
dahi (m. frontalis).

3. Fungsi Pengecapan

a. Meminta penderita menjulurkan lidah.

b. Mengeringkan lidah dengan tissue.

c. Meminta penderita tutup mata dan meneteskan larutan


yang telah disediakan (gula, asam, garam, dan
sesuatu yang pahit).

d. Meminta penderita buka mata, tetap menjulurkan lidah,


dan menunjuk/menuliskan rasa larutan yang telah
tertulis di kertas

Nervus Cranialis VIII


1. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran

a. Tes Rinne

i. Tujuannya untuk membandingkan pendengaran


melalui tulang dan udara dari pasien

ii. Garpu tala digetarkan dan ditempatkan pada


planum mastoid sampai pasien tidak dapat
mendengarnya lagi

iii. Kemudian dipindahkan ke depan meatus


eksternus

Interpretasi :

2. Menings & Cranialis 5


Rinne Test (+) / Normal / Tuli Sensorineural: Masih
terdengar

Rinne Test (-) / Tulis Konduktif : Tidak terdengar

b. Tes Weber

i. Tujuannya untuk membandingkan daya transport


melalui tulang di telinga kanan dan kiri pasien

ii. Garpu tala digetarkan dan diletakkan di dahi


pasien

Interpretasi

Normal : Kerasnya bunyi sama pada telinga kiri


dan kanan

Tuli konduktif : Bunyi lebih kuat pada telinga yang


tuli

Tuli Sensorineural : Bunyi lebih kuat pada telinga


yang sehat

c. Tes Swabach

i. Tujuannya untuk membandingkan hantaran tulang


penderita dengan hantaran tulang pemeriksa

ii. Garpu tala digetarkan dan ditempatkan di prosesu


mastoid pasien

iii. Jika pasien sudah tidak dengar, instruksikaInin


pasien untuk angkat tangan

iv. Pindahkan garpu tala ke prosesus mastoid


pemeriksa

v. Kemudian ulang pemeriksaan namun dari


pemeriksa dulu kemudian dipindahkan ke pasien

Interpretasi :

Swabach memendek : Bila pemeriksa masih


mendengar bunyi

Swabach normal / memanjang : jika pemeriksa


sudah tidak dengar bunyi

Swabach memanjang : jika pasien masih


mendengar bunyi

Nervus Cranialis IX, X


Nervus IX sensoris→ Jarang diperiksa, hanya pengecapan
pada 1/3 posterior lidah

1. Perhatikan kualitas suara

a. Normal

b. Disfonia → Berkurang / serak

c. Afonia → Tidak ada suara sama sekali

d. Disartria → Tidak mampu mengucapkan kata dengan


baik

2. Inspeksi Palatum

a. Klien diminta membuka mulut.

b. Perhatikan palatum molle dan faring.

2. Menings & Cranialis 6


c. agaimana sikap palatum molle, arkus faring dan uvula
dalam keadaan istirahat.

d. Dan bagaimana pula bila bergerak, misalnya waktu


bernafas atau bersuara (suruh penderita menyebut:
aaaaa)

Interpretasi :

Lumpuh Satu Sisi otot-otot faring dan falatum molle →


palatum molle, uvula, dan arkus faring sisi
yang lumpuh letaknya lebih rendah daripada yang
sehat dan bila bergerak, uvula dan arkus seolah-olah
tertarik ke bagian yang sehat.

Parese di kedua sisi → maka tidak didapatkan gerakan


dan posisi uvula dan arkus faring lebih rendah.

3. Gag Refleks

a. Pasien diminta untuk membuka mulut

b. Sentuh dinding belakang farings dengan spatel

c. Perhatikan uvula: akan terangkat ketika dilakukan


stimulus

d. Dilakukan stimulus pada kedua sisi dan dibandingkan


keduanya

4. Kemampuan menelan

a. Pasien diminta untuk duduk atau baring dengan posisi


kepala minimal ditinggikan sekitar 45 derajat.

b. Pasien diminta memakan makanan padat, lunak dan


menelan air

c. Perhatikan apakah ada salah telan (keselak, disfagia)

Interpretasi :

Kelumpuhan N IX dan X dapat menyebabkan disfagia

Nervus XI
1. Otot M. Sternocleidomastoideus

a. Minta pasien menolehkan kepala ke arah sisi yang


sehat, kemudian kita raba m. sternocleidomastoideus

Interpretasi :

Parese : Jika M. Sternocleidomastoideus tidak


menegang, terlihat atrofi

b. Minta pasien menoleh ke sisi yang berlawanan sambil


pemeriksa menahan nya, nilai tenaganya

2. Otot M. Trapezius

a. Inspeksi bahunya
Interpretasi :

Parese : Jika bahu sisi yang sakit lebih rendah


daripada sisi yang sehat

Kemudian suruh pasien angkat bahu sambil kita tahan


untuk menilai tenaganya.

Nervus Cranialis XII

2. Menings & Cranialis 7


1. Inspeksi Lidah → Penderita disuruh membuka mulut dan
perhatikan lidah dalam keadaan istirahat :

a. Besar lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan

b. atrofi,

c. berkerut, dan

d. fasikulasi.

2. Penderita disuruh menjulurkan lidah untuk memeriksa


adanya parese

a. Perhatikan apakah ada tremor dan fasikulasi

b. Perhatikan apakah ada deviasi lidah ke satu sisi.


Sebagai patokan dapat dipakai garis diantara kedua
seri (incisivus).
Interpretasi : Bila ada parese satu sisi, lidah berdeviasi
ke sisi parese.

c. Meminta penderita menyentuhkan lidah ke pipi kiri dan


kanan.
Saat bersamaan, tangan pemeriksa ditempatkan di pipi
sisi luar untuk merasakan kekuatan sentuhan lidah
penderita.

3. Meminta penderita mengucapkan huruf R atau kata-kata


yang mengandung huruf R, misalnya: ular lari lurus.
Pemeriksaan ini untuk menilai apakah ada disartria (bicara
cadel atau pelo).

2. Menings & Cranialis 8

Anda mungkin juga menyukai