Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN MASYARAKAT DESA DAN KOTA

KARAKTERISTIK TINGKATAN DAN CIRI KEMISKINAN


MASYARAKAT PEDESAAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN

DOSEN PENGAMPUN

SITI HAJAR SITORUS S.Sos.l.,M.A

DI SUSUN OLEH :

KIKI MAYA SARI (12040126481)

ROIMANSYAH (12040117494)

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN : 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur sama-sama kita panjatkan kehadirat Allah


Ta’ala. Atas limpahan rahmat dan Karnuia-nya sehingga makalah kami yang
berjudul, “KARAKTERISTIK TINGKATAN DAN CIRI KEMISKINAN
MASYARAKAT PEDESAAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN “
dapat diselesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi kami sebagai penyaji dan bagi pembaca, dan
pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yag telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada yang telah memberikan banyak kontribusi, Dosen
pembimbing, ibuk SITI HAJAR SITORUS S.Sos.l.,M.A, dan juga kepada kawan-
kawan seperjuangan yang membantu dalam berjalannya diskusi nantinya.

Demikian makalah, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya
ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf
kepada semuanya. Kami sebagai tim penulis sangat mengharapkan dan menerima
kritik dan saran seluas-luas nya dari pembaca agar kami bisa membuat karya
makaah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Pekanbaru, 25 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1  Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3  Maksud dan Tujuan.................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kemiskinan............................................................................................3
2.2 Indikator dan Ciri Kemiskinan.................................................................................4
2.2 Indikator Kemiskinan......................................................................................5
2.3 Karakteristik Kemiskinan...............................................................................6
2.4 Faktor Penyebab Kemiskinan............................................................................8
2.5 Penanggulangan Kemiskinan..........................................................................9
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah


      Keadaan Perekonomian dewasa ini sangat memprihatinkan. Yang kita ketahui
khususnya di Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang menyangkut
mengenai kehidupan bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan, masalah
pengangguran, masalah lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut timbul
akibat semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak disesuaikan dengan
kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah kebawah. Hingga kini
kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling krusial di
dunia ini.
      Pada kesempatan ini penulis mencoba memaparkan secara global kemiskinan
negara-negara di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang nota-benenya ada
di belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik mengenai
kemiskinan di Negara Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara berkembang
adalah Negara yang memiliki standar pendapatan rendah dengan infrastruktur
yang relatif terbelakang dan minimnya indeks perkembangan manusia dengan
norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut meliputi sebagian Negara-
negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-negara pinggiran
benua Asia.

1.2  Rumusan Masalah
      Dari permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba untuk
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
            1.      Apa definisi dari kemiskinan?
            2.      Apa indikator terjadinya kemiskinan?
            3.      Faktor apa saja yang menjadi penyebab kemiskinan?
            4.      Bagaimanakah tingkat dan ciri kemiskinan di desa ?
            5.      Apa strategi penanggulangannya ?

1
1.3  Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1.  Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal
materi agar ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di
Indonesia.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi
kemiskinan yang merupakan tantangan global dunia ketiga.
3.  Untuk mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan di Indonesia.
4.  Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang
berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di
Indonesia.
5. Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas
terstruktur dari mata pelajaran Sosiologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemiskinan


Kemiskinan secara etimologis berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak
berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik,
mendefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002).
Secara harfiah Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 2008, miskin itu berarti
tidak berharta benda. Miskin juga berarti tidak mampu mengimbangi tingkat
kebutuhan hidup standar dan tingkat penghasilan dan ekonominya rendah. Secara
singkat kemiskinan dapat didefenisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah yaitu adanya kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standard kehidupan yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Kemiskinan dapat dicirikan keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang
biasa dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum, hal-
hal ini berkaitan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara
(Perpes No 7 Tahun 2005 tentang RPJMN). Secara ekonomi, kemiskinan dapat
dilihat dari
tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan
hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang (Amelia, 2012).
Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan
pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk
menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004).
Pengertian kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang
oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara
yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan
hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia,

3
hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara
maju yang lebih menekankan pada “kualitas hidup” yang dinyatakan dengan
perubahan lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak
mengurangi bahkan justru menambah tingkat polusi udara dan air, mempercepat
penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara
untuk negara-negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi pada Tahun 1960 sedikit sekali pengaruhnya dalam mengurangi tingkat
kemiskinan.

2.2 Indikator dan Ciri Kemiskinan


1. Ciri Kemiskinan
Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru (2014) memberikan
rumusan yang konkrit sebagai ciri utama kemiskinan adalah:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu
berkualitas rendah/tembok tanpa diplester
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama
dengan rumah tangga lain
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam satu kali
seminggu
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
puskesmas/poliklinik

4
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani
dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan,
buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan
pendapatan dibawah Rp 600.000,- per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak
tamat SD/tamat SD
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan
minimal Rp 500.000,- seperti sepeda motor kredit/non kredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya
15.
2.2 Indikator Kemiskinan
      Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara
detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator
kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai
berikut:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
6.  Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

5
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal
dan terpencil).
2.3 Karakteristik Kemiskinan
Dimensi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers (2006) memberikan
penjelasan mengenai bentuk persoalan dalam kemiskinan dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kondisi yang disebut memiskinkan. Konsep kemiskinan
tersebut memperluas pandangan ilmu sosial terhadap kemiskinan yang tidak
hanya sekedar kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhan- kebutuhan pokok, akan tetapi juga kondisi ketidakberdayaan sebagai
akibat rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan, rendahnya perlakuan
hukum, kerentanan terhadap tindak kejahatan (kriminal), resiko mendapatkan
perlakuan negatif secara politik, dan terutama ketidakberdayaan dalam
meningkatkan kualitas kesejahteraannya sendiri.

Masyarakat miskin sesuai karakteristiknya menurut Kartasasmita (1993),


umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada
kegiatan ekonomi, sehingga semakin tertinggal jauh dari masyarakat lainnya
yang mempunyai potensi lebih tinggi. Berdasarkan kondisi kemiskinan,
kemiskinan memiliki 5 bentuk.
Adapun bentuk-bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004) :

1. Kemiskinan absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya
berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan
dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan,
pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan utama
dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-
faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang

6
membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialnya.

2. Kemiskinan relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan
mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep
kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu,
kemiskinan dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar
ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah,
maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu
miskin.

3. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena
rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu
tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya
pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki
unsur diskriminatif. Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan
yang paling banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di
kalangan negara-negara pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF,
dan Bank Pembangunan Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap
paling banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk kemiskinan yang telah
disebutkan sebelumnya (Jarnasy, 2004).

4. Kemiskinan Situsional atau kemiskinan natural.


Kemiskinan situsional terjadi di daerah-daerah yang kurang menguntungkan
dan oleh karenanya menjadi miskin.

7
5. Kemiskinan kultural.
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat
adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal
dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf
hidup dengan tata cara modern. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas,
pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung
pada pihak lain.

2.4 Faktor Penyebab Kemiskinan


Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu
kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber
daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana
alam. Kemiskinan buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang
berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia,
sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut.
Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang
mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.
Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah
Kuraiyyim, yang antara lain adalah:
1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
            Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-
kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan
naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka
pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
 Naiknya standar perkembangan suatu daerah.

8
 Politik ekonomi yang tidak sehat.
Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
1. Rusaknya syarat-syarat perdagangan
2. Beban hutang
3. Kurangnya bantuan luar negeri, dan
4. Perang

2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.


Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3. Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat
dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan
oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan
publik dan banyaknya pengangguran.
4. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan
sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh
pajak negara.

2.5 Penanggulangan Kemiskinan


Faktor penghambat dalam melakukan pengentasan kemiskinan antara lain:
1. Kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah baik ditingkat
pusat sampai desa, banyak yang belum dilakukan secara menyeluruh.
2. Dari segi masyarakat, masih banyak yang belum mempunyai kesadaran
akan potensi sumberdaya wilayah yang mereka punyai.

9
3. Dalam sektor pendidikan, sarana prasarana yang berhubungan dengan
proses belajar mengajar jauh dari standar pendidikan.
4. Untuk bidang kesehatan, jumlah tenaga kesehatan yang harus melayani
sampai ke pelosok pesisir masih kurang.
Secara teoritis, upaya pengentasan kemiskinan mensyaratkan adanya
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
dapat diwujudkan dengan kebijakan perluasan kesempatan kerja (mengurangi
tingkat pengangguran) dan memaksimalkan investasi yang produkif di berbagai
sektor ekonomi. Beberapa upaya yang telah dan yang akan dilakukan oleh
pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejaheraan masyarakat adalah
melalui kebijakan penanggulangan kemiskinan yang diatur melalui Peraturan
Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan :
1.Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin
2.Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin
3.Mengembangkan dan menjamin keberlajutan Usaha Mikro dan Kecil dan
4.Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
Sektor pertanian berperan penting terhadap upaya pengurangan kemiskinan di
wilayah perdesaan dibandingkan wilayah perkotaan. Sedangkan di wilayah
perkotaan, industri pengolahan berperan penting dalam upaya mengurangi
kemiskinan. Tidak hanya itu faktor pemberdayaan perempuan juga penting untuk
mengatasi kemiskinan. Karena kebanyakan perembuan (ibu rumah tangga) hanya
mendapatkan penghasilan dari sang suami maka cara untuk menanggulangi
kemiskinan melalui kegiatan perempuan diBentuk partisipasiPerempuan
(anggotaProgram P3EL) terhadap upaya pengentasan kemiskinan berbasis
pemberdayaan pada Program P3EL di KabupatenSidoarjo, Bisa diklasifikasikan
sebagai berikut (1) Partisipasi dalam bentuk tenaga (physical participation). (2)
Partisipasi yang berupa kerjasama atau networking antar anggota kelompok. (3)
Partisipasi berupa sumbangan pemikiran (Psychological participation).

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang mempengaruhi faktor kemiskinan di indonesia kebanyakan ialah karena
SDM yang kurang mendapatkan pendidikan atau pengetahuan, kurangnya
lapangan kerja dan kurang bisanya memanfaatkan potensi alam indonesia untuk di
jadikan sumber matapencaharian. Tidak hanya itu faktor di bidang kesehatan yang
minim di peroleh rakyat indonesia terutama di daerah pelosok juga salah satu
faktor yang menyebabkan kemiskinan di indonesia hal – hal tersebut
yangmengurangi kadar kesejahteraan bagi rakyat indonesi . mesjipun begitu
pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk menangani kemiskinan di
indonesia.

B. Saran
Melalui makalah ini penulis enyarankan untuk penulis selanjutnya dapat
mengembangkan makalah ini terkhusus pada bagian kemiskinan dari segi
keseluruhan dii Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, I.F. (2016). “Pengentasan Kemiskinan Pada Masyarakat


Pertambakan Sebagai
Upaya Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan (Studi di Kecamatan
Jabon
Kabupaten Sidoarjo)”. JKMP (ISSN. 2338 -455X), Volume 4, No.1. Mart
2016.
Hal: 75-88. Diunduh 12 Desember 2017. https://ojs.umsida.ac.id
Hamazah, A. (2012). “Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Dan
Kelaparan di Indonesia :
Realita Dan Pembelajaran”. Jurnal AAK, Volume,1. No.1. September 2012.
Hal: 1-55. Diunduh 12 Desember 2017.
https://media.neliti.com/media/publications/8251-ID-policy-tackling-
thepoorness-and-hunger-in-indonesia-reality-and-study.pdf

Hermawan, I. (2012). “Analisis Eksistensi Sektor Pertania Terhadap


Pengurangan
Kemiskinan di Desa”. MIMBAR, Volume, 28, No.2. Desember 2012. Hal:
135-
144. Diunduh 12 Desember 2017. https://ejournal.unisba.ac.id
Jounaidi, A. (2012). “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di
Indonesia”. Jurnal
Kajian Ekonomi, Volume 8, No.3. Oktober 2012. Hal: 140-164. Diunduh 12
Desember 2017. https://ejournal.unp.ac.id
Maryam, E.W., Ririn, D. (2015) “Partisipasi Masyarakat Terhadap Upaya
Pengentasan
Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Perempuan Melalui Program P3EL
Kabupaten Sidoarjo” Volume. : 3 No. 1 , Januari 2015. Hal 91. Diunduh 10
Desember 2017. https://ojs.umsida.ac.id

12
Nizar, C., Abubakar, H., Sofyan, S. (2013). “Pengaruh Investasi Dan Tenaga
Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Indonesia”. Jurnal Ilmu Ekonomi (ISSN 2302-0172), Volume 1, No.2. Mei
2013. Hal: 1-8. Diunduh 12 Desember 2017. https://prodipps.unsiyah.ac.id
Rejekiningsih, T.W. (2011). “Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan di
Kota Semarang
Dari Dimensi Kultural ”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 12, No.1.
Juni
2011. Hal: 28-44. Diunduh 12 Desember 2017.
https://eprin.undip.ac.id/32846/1/jurnal_.pdf

Sanadjihitu, S., Totok W.A., Luluk F. (2015). “Karakteristik Kemiskinan dan


Penanggulangannya di Kabupaten Sidoarjo”. Jurnal MIMBAR, Volume 31,
No.2. Desember 2015. Hal: 495-506. Diunduh 27 Oktober 2017.
https://scholar.google.co.id

Sulistiawati, R. (2012). “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan


Tenaga Kerja Dan
Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia ”. ISSN 1693-9093,
Volume,
8, No.3. Oktober 2012. Hal: 195-211. Diunduh 12 Desember 2017.
www.repository.polnep.ac.id

Manik, T. (2013). “Analisis Pengaruh Kemakmuran Ukuran Pemerintah


Daerah, Inflasi,
Intergovemental,Revenue dan Kemiskinan Terhadap Pembangunan Manusia
dan Perumbuhan Ekonomi”. Jurnal Organisasi dan Management, Volume 9,
No.2. September 2013. Hal: 107-124. Diunduh 10 Desember 2017.
https://lip.ut.ac.id

13

Anda mungkin juga menyukai