Referat Profil Pasien Skabies Rsu. Haji Surabaya (Derrya)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 74

PROFIL PENDERITA SKABIES DI POLIKLINIK KULIT DAN

KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA


PERIODE 1 JULI 2020 - 31DESEMBER 2020

Pembimbing:

dr.Rahimah,Sp.KK.

Disusun Oleh :

Derrya Ayu Widyanti

(20210420044)

SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA2022
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul “PROFIL PENDERITA SKABIES DI POLIKLINIK


KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA
PERIODE 1JULI 2020 - 31 DESEMBER 2020” telah diperiksa dan
disetujui sebagai salahsatu tugas dalam rangka menyelesaikan studi
kepaniteraan klinik Dokter Muda di Bagian Kulit dan Kelamin RSU Haji
Surabaya.

Surabaya,25 September 2022

Pembimbing,

dr.Rahimah,Sp.KK.

I
KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan rahmat–Nya, penulis dapat menyelesaikan referat
dengan judul “PROFIL PENDERITA SKABIES DI POLIKLINIK KULIT
DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PERIODE 1
JULI 2020–31 DESEMBER 2020”.
Referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin program pendidikan profesi dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya yang dilaksanakan
di RSUD Haji Surabaya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
dr. Rahimah, Sp.KK, selaku dokter pembimbing dan semua pihak terkait
yang telah membantu terselesaikannya referat ini.
Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan
hati, penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
dapat membangun referat ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya,25 September2022
Penulis,

Derrya Ayu Widyanti

II
DAFTARISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

2.1 SKABIES................................................................................................2

2.1.1 Definisi.......................................................................................................2

2.1.2 Sinonim......................................................................................................2

2.1.3 Epidemiologi..............................................................................................2

2.1.4 Etiologi.......................................................................................................3

2.1.5 Faktor Resiko.............................................................................................3

2.1.6 Patogenesis.................................................................................................4

2.1.7 Manifestasi Klinis.......................................................................................4

2.1.8 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang......................................................7

2.1.9 Diagnosis Banding.....................................................................................9

2.1.10 Tatalaksana.................................................................................................9

2.1.11 Prognosis....................................................................................................9

BAB III HASIL....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

LAMPIRAN......................................................................................................... 19

III
DAFTARGAMBAR

Gambar3.1 Sarcoptes scabiei mite.............................................................3

Gambar 2.2 Tipe skabies pada sela jari......................................................5

Gambar2.3 Papula dan nodul pruritus penis pada infestasi skabies..........5

Gambar2.4 Lesi papular pada puting dan areola merupakan lokasi umum
untuk skabies pada wanita.....................................................5

Gambar2.5 Sebuah terowongan linier khas................................................6

Gambar2.6 Distribusi karakteristik lesi pada orang dewasa.......................6

Gambar 2.7 Diagram Prevalensi Usia Penderita Skabies Setiap Bulan Di


Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode
1 Juli 2020 – 31 Desember2020..........................................11

Gambar 2.8 Diagram Jumlah Penderita Skabies Setiap Bulan Di Poliklinik


Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1July
2020 – 31 Desember 2020...................................................13

Gambar 2.9 Diagram Onset Penderita Skabies di Poliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 July 2020 –31
Desember 2020....................................................................14

Gambar 3.1 Diagram Jenis Kelamin Penderita Skabies di Poliklinik Kulit


dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1July 2020
–31 Desember 2020.............................................................15

Gambar 3.2 Diagram Distribusi Keluhan Utama Penderita Skabies di


Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji
Periode1 july 2020 -31 Desember 2020...............................16

Gambar3.3 Diagram Efloresensi Penderita Skabies di Poliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 July 2020 –31
Desember 2020....................................................................17

Gambar3.4 Diagram Lokasi Lesi Penderita Skabies diPoliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 July 2020 –
31Desember 2020................................................................18

IV
DAFTARTABEL

Tabel3.1 Prevalensi usia penderita skabies di Poliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 July 2020 –31
Desember 2020....................................................................10
Tabel3.2 Onset penderita skabies diPoliklinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 July 2020 – 31
Desember 2020....................................................................11

Tabel 3.3 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Skabies di Poliklinik Kulit


dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 july 2020
– 31Desember 2020.............................................................12
Tabel 3.4 Distribusi efloresensi pada penderita skabies di Poliklinik
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 july
2020 - 31 Desember 2020 13
Tabel 3.5 Distribusi efloresensi pada penderita skabies di Poliklinik
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 july
2020 - 31 Desember 2020 14
Tabel 3.6 Distribusi lokasi lesi pada penderita skabies di Poliklinik Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Periode 1 July 2020
–31Desember 2020..............................................................15

V
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies merupakan masalah kesehatan yang penting dan seringkali


menjadi penyakit endemik dimasyarakat. Penyakit skabies dapat mengenai
semua kelompok usia dan pada umumnya menyerang individu yang hidup
berkelompok, seperti individu yang tinggal di asrama, panti asuhan, pesantren,
perkampungan padat dan sebagainya. Luasnya distribusi penyakit skabies
(umumnya di daerah tropis) berkaitan erat dengan mudahnya proses transmisi
penyakit. Skabies dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dan tidak
langsung dengan penderita.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa skabies


merupakan salah satu penyakit yang paling terabaikan di dunia. Diperkirakan 200
juta orang didunia pernah menderita infeksi skabies setidaknya sekali seumur
hidup. Prevalensi skabies berkisar antara 0,2-71%. Sebuah Global Burden of
Disease Study pada tahun 2015 melaporkan bahwa Indonesia menempati urutan
pertama, diantara 195 negara didunia, dalam infeksi scabies.1

Berdasarkan pengumpulan data KSDAI (Kelompok Studi Dermatologi


Anak Indonesia) tahun 2001 dari 9 Rumah Sakit besar di 7 kota besar
diIndonesia, didapatkan sebanyak 892 pasien skabies. Jumlah pasien skabies
tertinggi diperoleh di RS Hasan Sadikin Bandung, tetapi jika berdasarkan wilayah
kota, maka tertinggi di Jakarta sebanyak 335 kasus (37,9%), dan Surabaya
menempati urutan ke 7,yaitu sebanyak 82 kasus (9,2%).

Dalam jangka waktu yang lama, penularan skabies masih merupakan


subjek perdebatan. Meskipun skabies bukan merupakan keadaan yang fatal atau
mengancam jiwa, tetapi penyakit ini dapat menjadi berat dan persisten, yang
dapat mengarah kekelemahan tubuh dan infeksi kulit sekunder. Skabies juga
merupakan salah satu penyakit yang membawa stigma sosial yang tinggi,
sehingga pasien ragu untuk mencari perawatan medis.

Penelitian retro spektif ini dibuat untuk menjelaskan profil penderita


skabiesdi Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Periode 1 Juli 2020–31Desember2020.

1
BABII

TINJAUANPUSTAKA

2.1 SKABIES
2.1.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. homini, family Sarcoptidae,
class Arachnida.2

2.1.2 Sinonim
Theitch, sky-bees, gudik, budukan, gatalagogo.3

2.1.3 Epidemiologi
Diperkirakan 130 juta orang di seluruh dunia terinfeksi oleh
skabies, pada waktu tertentu. Perkiraan ini didukung oleh tingginya
jumlah kasus yang dilaporkandi seluruh dunia setiap tahunnya,
mencapai 300 juta kasus. Analisis cross-sectional pada Global Burden
of Disease Study tahun 2015 menemukan bahwa Indonesia merupakan
salah satu dari lima negara dengan beban skabies terbesar diikuti oleh
China, Timor-Leste, Vanuatu, dan Fiji. Prevalensi skabies bervariasi dari
0,2 hingga 71% disetiap negara.1
DiIndonesia, laporan Kementerian Kesehatan tahun 2011
mengungkapkan bahwa 2,9% dari 69.15.315 orang terinfeksi skabies.
Pada tahun 2012, proporsinya meningkat menjadi 3,6%. Skabies sering
diamati pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Laporan
dari pusat kesehatan masyarakat atau 'Puskesmas' diseluruh Indonesia
menemukan bahwa skabies merupakan penyakit kulit ketiga yang paling
banyak ditemukan. Prevalensinya berkisar antara 5,6% hingga 12,9%.
Pada tahun 2012, jumlah kasus skabies di panti asuhan dan pondok
pesantren di

2
Jakarta Timur adalah 51,6% dan di Jakarta Selatan 68% pada tahun
berikutnya.1

2.1.4 Etiologi
Tungau ini berbentuk seperti mutiara, translusen, putih, tidak
bermata, dan berbentuk oval dengan empat pasang kaki pendek yang
gemuk. Tungau betina dewasa berukuran 0,4 × 0,3 mm dengan tungau
jantan sedikit lebih kecil—hanya sedikit terlalu kecil untuk dilihat dengan
2
mata telanjang. Tungau tidak dapat terbang atau melompat. Bentuk
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.3

Gambar2.1Sarcoptesscabieimite

2.1.5 Faktor Resiko


Penularan skabies paling sering melalui kontak kulit kekulit,
biasanya kontak kulit yang lama. Beberapa individu lebih rentan. Mereka
yang terkena dari segala usia atau strata sosial, dan kebersihan pribadi
yang baik tidak selalu mencegah infestasi. Wabah besar lebih sering
terjadi di institusi, yang kurang beruntung secara ekonomi, daerah tropis
yang padat, dan di daerah padat sumber daya yang miskin seperti yang
ditemukan di beberapa daerah adat di Kanada Utara dan Australia.
Penularan difasilitasi oleh kontak kulit kekulit, tidur dengan atau
berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi, berbagi tempat tinggal,

3
Dan kontak terus menerus yang dekat. Transfer melalui kontak biasa
seperti berjabat tangan jarang terjadi.4

2.1.6 Patogenesis
Tungau skabies dapat hidup selama 3 hari jauh dari host pada test
tube steril dan 7 hari apabila ditempatkan pada minyak mineral.
Mites/tungau tidak dapat melompat ataupun terbang. Sehingga skabies
biasanya ditransmisikan melalui kontak fisik yang dekat, seperti berjabat
tangan yang lama atau berbagi tempat tidur. Siklus hidup mites/tungau
seluruhnya terjadi pada kulit manusia. Infestasi dimulai ketika tungau
betina yang sudah difertilisasi tiba dipermukaan kulit. Dalam satu jam
tungau akan membuat terowongan secara miring dengan kombinasi
mengunyah dan gerak tubuh, dilapisan stratum korneum kulit sampai
batas stratum granulosum.2

Selama siklus hidup tungau (30 hari), terowongan memanjang dari


beberapa mm hingga cm. Telur diletakkan dengan kecepatan dua atau
tiga butir sehari dan pelet tinja (scybala) diendapkan di liang dibelakang
betina. Scybala berwarna gelap, berbentuk oval yang terlihat mudah
dengan telur saat pemeriksaan kerokan liang dibawah mikroskop.Scybala
mungkin bertindak sebagai iritan yang memicu timbulnya gatal. Telur akan
menetas dalam 10-12 hari dan larva akan meninggalkan selubung telur di
liang dan keluar ke permukaan, untuk menjadi dewasa dalam 14 hingga
17 hari. Kemudian larva akan menjadi dewasa dan mengulangi siklus
hidupnya. Oleh karena itu, 3 sampai 5 minggu setelah infestasi, hanya
dapat ditemukan beberapa tungau saja. Siklus hidup ini menjelaskan
mengapa gejala yang timbul pada pasien satu bulan awal setelah kontak
sangat minim.2

2.1.7 Manifestasi Klinis


Orang dengan skabies biasanya datang dengan pruritus intens dan
menyeluruh yang memburuk pada malam hari. Lesi kulit primer adalah

4
eritematosa, papula gatal, pustula, vesikel, dan nodul. 5 Gatal (onset
terjadi3-4 minggu setelah infeksi terjadi) adalah gejala klasik. Lokasi lesi
yang khas adalah jaringan jari (Gambar 2.2), permukaan fleksor
pergelangan tangan, siku, aksila, bokong dan alat kelamin (Gambar 2.3)
dan payudara wanita (Gambar2.4). Mukanya sering diremehkan. Lesi
khas skabies adalah liang (Gambar 2.5). Papula atau nodul pruritus
inflamasi, kadang-kadang diatasi oleh liang, pada alat kelamin laki-laki
6
adalah karakteristik. Distribusi karakteristik lesi pada orang dewasa
dengan skabies diilustrasikan pada gambar 2.6.5

Gambar2.2 Tipe skabies pada selajari

Gambar2.3 Papula dan nodul pruritus penis pada infestasi skabies

5
Gambar 2.4 Lesi papular pada puting dan areola merupakan lokasi
umum untuk skabies pada wanita

Gambar2.5 Sebuah terowongan linier khas.

Gambar2.6 Distribusi karakteristik lesi pada orang dewasa dengan


skabies klasik. Terowongan lebih sering terjadi pada tangan dan
pergelangan tangan, sedangkan lesi papula atau nodular umumnya ada
ditempat lain.

6
2.1.8 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa skabies dapat ditegakkan apabila ditemukan 2 dari 4
tanda cardinal berikut ini:3
a. Gatal utamanya memburuk pada malam hari (pruritus nocturnal)
b. Lesi kulit pada area predileksi
c. Adanya riwayat gejala yang sama pada keluarga atau teman satu rumah
d. Ditemukannya Sarcoptes scabei, larva, telur, atau kotorannya pada lesi
kulit.
Diagnosis pasti dibuat ketika salah satu tand a berikut diperoleh dari

terowongan atau vesikel dan diidentifikasi secara mikroskopis: tungau,


telur, selubung telur (telur yang menetas), atau feses (scybala). Sekitar 5
hingga 15 tungau betina hidup pada seseorang yang terinfeksi skabies
klasik. Kegagalan untuk menemukan tungau adalah hal biasa dan tidak
mengesampingkan diagnosis skabies.7

A. Identifikasi Burrow
Pertama, area yang paling tepat diamati pada terowongan. Untuk
memper jelas terowongan agar terlihat lebih jelas, permukaan harus
diolesi dengan setetes mineral atau minyak imersi atau tinta biru atau
hitam atau spidol (metode tinta mewarnai terowongan; tinta permukaan
dapat dihilangkan dengan kapas alkohol). Terowongan menyerap tinta
dan disorot sebagai garis gelap. Lesi yang menonjol dikikis dengan
perlahan dengan skapel no. 15 lengkung dan dipindahkan ke slide
mikroskop kaca untuk pengamatan.

B. Teknik Pengambilan Sampel dan Persiapan Pemasangan Slide

Berbagai teknik tersedia untuk memperoleh bahan diagnostik.


Dalam kebanyakan kasus, lesi yang di curigai dapat diambil sampelnya
dengan

Mudah jika dicukur atau digores dengan no. 15 pisau bedah dan bahan
dipindah kan ke slide mikroskop untuk pemeriksaan langsung.

7
C. Menggunakan Minyak

Setetes minyak mineral dapat ditempatkan diatas lesi yang dicurigai


sebelum diangkat. Kerokan kulit feses dipertahankan dan tungau
tetaphidup dan bergerak dalam minyak bening. Tungau bermigrasi pada
kacaslide yang dilumuri minyak, bahkan ketika kaca tersebut ditutup
dengankaca penutup. Agar tungau tidak keluar dari area di bawah kaca
penutup atau terjerat dibagian tepinya yang sulit dilihat, kaca penutup
harus di tutup dan kaca objek harus disimpan di lemari es, jika tidak
segera diperiksa.

D. Menggunakan Kalium Hidroksida.

Kerokan dipindahkan langsung ke kaca objek, satu tetes kalium


hidroksida ditambahkan, dan kaca penutup dipasang. Jika bahan
diagnostik tidak ditemukan, preparasi dipanaskan perlahan dan kaca
penutup ditekan untuk memisahkan sel skuamosa.

E. Menggunakan Pita Perekat.

Metode ini sederhana dan berguna untuk diagnosis infestasi


skabies di unit perawatan jangka panjang atau dimana lesi kerokan sulit
dijangkau. Pita perekat transparan (pita Tartan) dipotong menjadi
potongan-potongan seukuran slide mikroskop (25 × 50 mm), ditempelkan
dengan kuat padalesi, dan kemudian ditarik dengan cepat.Pita
dipindahkan keslide dan slide disimpan pada 10 ° C sampai 14°C sampai
dibaca. Slide dipindai pada perbesaran x40. Jika tungau dicurigai,
perbesaran ditingkatkan menjadix100.

F. Dermoskopi.

Dermoskopi dilakukan menggunakan dermatoskop genggam


dengan perbesaran×10. Terdapat “delta wing sign” menunjukkan adanya
tungau.

8
2.1.9 Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan
the greatest imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit
dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah prurigo,
pedikulosis korporis dan dermatitis.3

2.1.10 Tatalaksana
Krim Permetrin 5% (Elimite) adalah pengobatan lini pertama untuk
skabies. Dokter harus mengedukasi pasien mereka tentang aplikasi krim
permetrin yang benar, mengingatkan pasien bahwa krim permetrin harus
dioleskan ke semua area tubuh dari leher ke bawah, tetap di kulit selama
delapan hingga 14 jam atau semalaman, dicuci bersih, dan dioleskan
kembali dalam satu minggu. Pasien harus diberitahu bahwa pasien dapat
terus gatal hingga dua minggu, bahkan setelah pengobatan yang tepat
dan efektif.
Pengobatan dengan ivermectin oral (200 mcg per kg, dua dosis
terpisah 14 hari) merupakan pilihan untuk skabies menurut Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, meskipun biaya dan
ketersediaan sering membatasi terapi lini ke dua jika pengobatan dengan
permetrin topikal gagal.
Langkah-langkah pengendalian lingkungan untuk skabies termasuk
mencuci barang-barang seperti seprai dan pakaian pada suhu setidaknya
122° F(50° C) dan mengeringkan dalam pengering panas.

2.1.11 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat,
serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi antara
lain higiene, serta semua orang yang berkontak erat dengan pasien
harus diobati maka penyakit ini dapat diberantas dan prognosis baik.

9
BAB III

HASIL

Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan mengumpulkan


data dari rekam medis penderita skabies yang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 – 31
Desember 2020.Dari rekam medik tersebut dicatat data dasar (usia, jenis
kelamin, waktu kunjungan) dan anamnesis (keluhan utama, mulai timbul)
dan pemeriksaan (lokasi, morfologilesi).

Gambaran umum pasien skabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 – 31 Desember
2020tampak tabel. Jumlah penderita skabies dalam periode tersebut
berjumlah19 pasien. Berdasarkan tabel 3.1 dikelompokkan berdasarkan
kelompok usia, dan rata – rata penderita skabies pada rentan usia12tahun
– 45tahun yaitu 18 pasien dari 19 pasien skabies seluruhnya dalam satu
periode.

Tabel3.1 Prevalensi usia penderita skabies di Poliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 – 31
Desember 2020

USIA JUMLAHPENDERITASKABIES

Balita( 0 –5th) 0

Anak–Anak(5–11th) 1

RemajaAwal(12–16th) 6

RemajaAkhir(17–25th) 6

DewasaAwal(26–45th) 6

LansiaAwal(46–55th) 0

LansiaAkhir(56–65th) 0

Manula(65th–seterusnya) 0

10
Diagram Jumlah Penderita Skabies
7

5
Jumlah Penderita

0
Balita ( 0 – Anak – Anak Remaja Remaja Dewasa Lansia Awal Lansia Akhir Manula ( 65
5 th) ( 5 – 11 th) Awal (12 – Akhir (17 – Awal (26 – (46 – 55 th) (56 – 65 th) th –
16 th) 25 th) 45 th) seterusnya)
Prevalensi Usia penderita

Gambar2.7 Diagram Prevalensi Usia Penderita Skabies Setiap Bulan


DiPoliklinik Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode
1 Juli 2020–31Desember2020

Berdasarkan Tabel 3.2 bahwa pasien skabies di Poliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya periode 1 Juli 2020 – 31
Desember 2020 memiliki onset keluhan utama yang paling banyak selama
lebih dari 7 hari.

Tabel3.2 Onset penderita skabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode1Juli 2020 –
31Desember2020

ONSET JUMLAHPASIEN
<7hari 2
>7hari 12
Tidakadaketerangan 5

11
Diagram Onset Keluhan
14

12

10
Jumlah Penderita

0
< 7 hari >7 hari Tidak ada keterangan
Onset Keluhan

Gambar 2.9 Diagram Onset Keluhan Penderita Skabies di Poliklinik Kulit


dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 – 31
Desember 2020

PadaTabel3.3 berdasarkan jenis kelamin terbanyak penderita


skabies Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Periode 1Juli 2020–31 Desember 2020 yaitu laki–laki berjumlah 13 pasien
dari total 19 orang penderita skabies. Dan Keluhan utama terbanyak pasien
datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Periode 1 Juli 2020 – 31 Desember 2020 yaitu gatal - gatal(Tabel3.4).

Tabel3.3 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Skabies diPoliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 – 31
Desember2020
Jenis Kelamin Jumlah Penderita Persentase

Laki - Laki 13 69%

Perempuan 6 31%

TOTAL 19 100%

12
Diagram Distribusi Jenis Kelamin
Penderita Skabies

31%
Laki-Laki

Perempuan

69%

Gambar3.1 Diagram Distribusi Jenis Kelamin Penderita Skabies


diPoliklinik Kulitdan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

Periode1 Juli 2020 – 31 Desember 2020

Tabel 3.4 Distribusi keluhan utama pada penderita skabies di Poliklinik


Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode1 Juli
2020 – 31Desember 2020

KeluhanUtama JumlahPasein
Gatal–Gatal 19
Plinting 0
Tidakadaketerangan 0
TOTAL 19

13
Diagram Keluhan Utama
18
16
14

12
Jumlah penderita

10
8

6
4
2

0
Gatal - gatal Plentingan Tidak ada keterangan
Keluhan utama

Gambar 3.2 Diagram Distribusi Keluhan Utama Penderita Skabies


diPoliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode
1 Juli 2020 – 31 Desember 2020

Tabel3.5 Distribusi efloresensi pada penderita skabies di PoliklinikKulit


dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 –
31 Desember 2020

Efloresensi Jumlah
MakulaEritema 9
Eritemapapul 3
Eritemavesikel 4
Eritemapustule 3
Keterangan:setiapsatupasiendapatlebihdarisatuefloresensi

14
Diagram Efloresensi

Makula Eritema
20%
Eritema Pustula

Eritema Papul
50% Eritema Vesikel
15%

15%

Gambar 3.3Diagram Efloresensi Penderita Skabies di Poliklinik Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 – 31
Desember 2020

Tabel3.6 Distribusi lokasi lesi pada penderita skabies di Poliklinik Kulit


dan Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 –
31Desember 2020
LokasiLesi JumlahPenderitaSkabies
Kepala 1
Badan 6
EksterimtasAtas(Tangan) 15
EkstremitasBawah(Kaki) 12
Genitalia 5
Keterangan:setiapsatupasiendapatlebihdarisatulokasidistribusi
lokasilesi

15
Diagram Lokasi Lesi
16

14

12
jUMLAH PENDERITA

10

0
Kepala Badan Ekstremitas Atas Ektremitas Genitalia
Bawah
LOKASI LESI

Gambar 3.4 Diagram Lokasi Lesi Penderita Skabies di Poliklinik Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Periode 1 Juli 2020 – 31
Desember 2020

Lokasi lesi seperti ditunjukan pada tabel 3.6 terbanyak adalah


didaerah ekstremitas atas (tangan) yaitu sebanyak 15 pasien, dengan
morfologi lesi terbanyak tampak pada tabel 3.5 yaitu makula eritema
sebanyak 9 penderita.

Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa skabies dapat terjadi


pada semua usia. Penelitian ini menunjukkan usia pasien mayoritas
adalah kelompok remaja. Kelompok usia ini paling banyak didapatkan
skabies karena penularan sangat mungkin didapat dari teman satu
sekolah atau satu asrama yang kemudian dibawa ke rumah dan
berikutnya menular ke orang lain atau anggota keluarga / asrama yang
lain yang tinggal satu ruangan dengan pasien.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat membantu dalam


penegakkan diganosis. Pasien umumnya datang berobat dengan keluhan
utama gatal – gatal sebanyak 19 penderita, dan mayoritas onset keluhan
utama pasien selama lebih dari 7 hari. Hal itu sesuai dengan beberapa
penelitan yang menyebutkan bahwa manifestasi klinis dari skabies yaitu
gatal. Distribusi lokasi lesi skabiester banyak pada ekstremitas atas
16
terutama pada tangan dan sela- sela jari. Hal itu sesuaike pustakaan yang
menyatakan bahwa lokasi paling sering yaitu sela jari tangan. Lesi
biasanya ditemukan pada ekstremitas dan lipatan kulit dimana stratum
korneumnya tipis seperti pada sela – sela jari tangan, ketiak, pinggang,
genital, aerola, sekeliliing siku dan permukaan pergelangan depan.

17
DAFTARPUSTAKA

1. Widaty S, Miranda E, Cornain EF, Rizky LA. Scabies: update


ontreatment and efforts for prevention and control in highly
endemicsettings. J Infect DevCtries. 2022;16(2):244–51.

2. Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ,


McMichaelAJ,etal.Fitzpatrick’sDermatology.9theditio.McGraw-
HillEducation; 2019.

3. Linuwih S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit dan


kelamin7th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran universitas
Indonesia; 2018.Journalof
ChemicalInformationandModeling.2018.

4. Richards RN. Scabies: Diagnostic and Therapeutic Update. J


CutanMedSurg.2021;25(1):95–101

5. GunningK,CollegeU,CitySL.LiceandScabies:TreatmentUpdate.A
mFamPhysicianwebsite.2019;635–42.

6. GriffithsCE.,BleikerTO,CreamerD,IngramJR,SimpsonRC.Rook’s
Dermatology Handbook. Vol. 21, Clinical Medicine, Journal of
theRoyalCollegeof Physicians of London. 2022. 1055p.

7. Dinulos JGH. Habif’s Clinial Dermatology. Vol 53. 7th ed.


Elsevier;2021.

18
LAMPIRAN

Lampiran1

19
20
21
22
23
24
25
26
Lampiran2

27
28
29
30
31
Lampiran3

32
33
34
35
36
Lampiran4

37
38
39
40
41
42
43
Lampiran5

44
45
46
47
48
49
50
51
Lampiran6

52
53
54
55
56
Lampiran7

57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

Anda mungkin juga menyukai