Tere Liye - 1. Bumi-141-150
Tere Liye - 1. Bumi-141-150
Kali ini sosok tinggi kurus itu lebih siap. Dia balas memukul.
Lubang hitam menganga muncul, menggantung di depan membentuk
tameng. Larikan petir yang diciptakan Seli tersedot ke dalam. Lubang itu
mengecil, hilang. Sosok tinggi kurus itu mendorongkan telapak
tangannya ke depan. Entah disentuh kekuatan apa, meski telapak tangan
itu jaraknya masih tiga meter dari kami, Seli tetap terbanting
menghantam dinding aula.
”Ringkus mereka berdua!” Sosok tinggi kurus itu tidak peduli. Dia
justru berseru lantang ke belakangnya. ”Akan menarik sekali bisa
membawa pulang seorang anggota Klan Matahari.”
Aku mendesah cemas. Apa yang harus kulakukan? Aku juga harus
melawan.
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 139
Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, tiga orang anak kelas sepuluh
melawan delapan orang dewasa yang tiba-tiba datang dari lubang di
dinding aula, ditambah sosok tinggi kurus itu. Kami bukan lawan
sebanding. Tidak adakah yang mendengar semua kegaduhan di dalam
aula? Datang menolong kami? Bukankah teriakanku dan Seli seharusnya
terdengar lantang dari luar?
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 140
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 141
”Dia bukan lawan kalian,” sosok tinggi kurus itu berseru, menyuruh
dua orang dari mereka mundur.
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 142
Aku mengangguk. Meski kakiku masih gemetar, aku jauh lebih baik
dibanding Seli. Aku bergegas membantu Seli duduk.
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 143
”Tiga, gadis itu—yang paling kuat tapi sama sekali tidak paham apa
kekuatannya, yang terus bingung dengan apa yang terjadi di sekitarnya,
berusaha mencari jawaban padahal jawaban itu ada di dirinya sendiri—
adalah bagian dari dunia lain.
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 144
”Tidakkah kamu akan malu jika tiga muridmu ini melihat gurunya
dipermalukan di hadapan mereka, Selena?” Sosok tinggi kurus itu
mengangkat tangannya. Dia jelas tidak akan pergi seperti yang disuruh.
Aku melirik Ali, apa yang sedang dia lakukan? Ali mengangkat
bahu. ”Hei, dia bisa saja tiba-tiba berdiri dan menyerang kita lagi, kan?”
Kurang-lebih begitu maksud wajah Ali tanpa dosa. Sepertinya dia terlalu
sering menonton film.
Miss Selena dan sosok tinggi kurus itu masih saling tatap,
berhitung. Tetapi pertarungan tidak bisa dihindari lagi, percakapan
selesai. Sosok tinggi kurus itu menyerang lebih dulu.
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 145
Sosok tinggi kurus itu tidak berhenti. Dia segera mengirim tiga-
empat pukulan lainnya. Aku menatap jeri. Tidak ada lagi yang kami kenali
dari Miss Selena, guru matematika kami. Dia melompat ke sana kemari,
dengan tangkas menghindari pukulan jarak jauh itu. Dentuman kencang
susul-menyusul.
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 146
Sosoknya menghilang, lalu cepat sekali dia sudah ada di depan Miss
Selena. Pertarungan jarak pendek telah dimulai. Tinju kanannya
memukul.
Aku tidak tahu berada di sisi mana Miss Selena dalam kejadian ini.
Bahkan aku sama sekali tidak punya ide apa yang sebenarnya sedang
terjadi. Sosok tinggi kurus ini siapa? Apa yang membuatnya memaksa
menjemputku? Kenapa Miss Selena tiba-tiba muncul? Apa peranannya
dalam kejadian ini? Jangan-jangan dia lebih jahat dibandingkan siapa
pun. Tapi tidak mungkin. Miss Selena guru matematika kami di sekolah.
Meskipun galak, disiplin, aku tahu dia selalu menyayangi murid-
muridnya.
http://pustaka-indo.blogspot.com
TereLiye “Bumi” 147
”Kamu boleh jadi ahli dalam pertarungan jarak jauh, Selena. Tapi
kamu tidak pernah menguasai pertarungan jarak dekat.” Sosok tinggi
kurus itu berdiri satu langkah di depan tubuh Miss Selena yang masih
tergeletak.
http://pustaka-indo.blogspot.com