Anda di halaman 1dari 24

PENGERTIAN, SEJARAH DAN MACAM-MACAM MAZHAB

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Perbandingan Mazhab
Dosen Pengampu: M. Sayyidul Abrori, M.Pd

Oleh:
Ahmad Nur Sidiq (191210006)
Rijal Mukhtarullah Al Fatih (192210181)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIMNU)
METRO LAMPUNG
2022 M / 1443 H
ii

KATA PENGANTAR

Assalmu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan
makalah ini sebagai tugas dalam Mata Kuliah Perbandingan Mazhab yang diampu
oleh Bapak M. Sayyidul Abrori, M.Pd. Tema yang akan dibahas di makalah ini
sengaja dipilih oleh Dosen pembimbing kami, untuk kami pelajari lebih dalam.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga kami dapat berusaha lebih baik lagi sesuai kemampuan yang kami miliki
dalam penyusunan tugas di masa yang akan datang. Atas kritik dan saran dari para
pembaca kami ucapkan terimakasih.

Wallahul muwafiq illa aqwamitharieq

Wa’alaikumussalam. Wr. Wb.

Metro, 10 September 2022

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Pengertian Mazhab.................................................................................................2
B. Sejarah Mazhab......................................................................................................2
C. Macam-Macam Mazhab.......................................................................................11
D. Tokoh-Tokoh Imam Mazhab................................................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan


penting. Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih
menunjukkan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal
tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai di manapun dan
kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat agama yang sedang
mengalami modernisasi. Perkembangan fiqih secara sungguh-sungguh telah
melahirkan pemikiran Islam bagi karakterisitik perkembangan Islam itu
sendiri.
Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut Islam, dan bahkan
secara amat dominan abad pertengahan mewarnai dan memberi corak bagi
perkembangan Islam dari masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian
mendalam tentang masalah kesejahteraan fiqih tidak semata-mata bernilai
historis, tetapi dengan sendirinya menawarkan kemungkinan baru bagi
perkembangan Islam berikutnya.
Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang pengertian mazhab, latar
belakang dan sejarah awal kemunculan mazhab-mazhab dalam fiqih, macam-
macam mazhab dan tokoh-tokah mazhab yang dikhususkan pada empat
mazhab yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab
Hanbali.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada


makalah ini adalah:
1. Apa yang pengertian mazhab?
2. Bagaimana sejarah mazhab?
3. Apa saja macam-macam mazhab?
4. Siapa tokoh-tokoh mazhab?
2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mazhab

Menurut bahasa Arab, “madzhab” (‫)م@@ذهب‬berasal dari shighah masdar


mimy (kata sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat)
dari akar kata fiil madhy “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi.1 Jadi, mazhab
itu secara bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).2 Sedangkan
menurut istilah ada beberapa rumusan:
1. Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat
mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil
syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul)
yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.3
2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam
tentang hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau
tentang kaidah-kaidah istinbathnya.4
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam
mujtahid dalam memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam.
Disini bisa disimpulkan pula bahwa mazhab mencakup;(1) sekumpulan
hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid; (2) ushul fiqh yang
menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-
hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.
Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa hukum-
hukum syariat (fiqh), yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-
hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci harus dipahami bahwa mazhab itu
sesungguhnya juga mencakup ushul fiqh yang menjadi metode penggalian
(thariqah al-istinbath) untuk melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika

1
Huzaemah Tahido Yanggo , Pengantar Perbandingan Mazhab (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997).
2
M. Husain Abdullah, Al-Wadhih Fi Usul Al-Fiqh (Beirut: Darul Bayariq, 1995).
3
M. Husain Abdullah, Al-Wadhih Fi Usul Al-Fiqh (Beirut: Darul Bayariq, 1995).
4
Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh Al_Islamiy (Damaskus: Dar al Hijroh, 1996).
4

kita mengatakan mazhab Syafi’i, itu artinya adalah, fiqh dan ushul fiqh
menurut Imam Syafi’i.5

B. Sejarah Mazhab

Awal mula munculnya berbagai aliran atau madzhab dalam ilmu fiqih
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor antara lain disebabkan oleh:
1. Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang Lafadz Nash.
2. Perbedaan Dalam Masalah Hadits.
3. Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash.
4. Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan (ta’rudl al-
adillah).
5. Perbedaan Tentang Qiyas.
6. Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum.
7. Perbedaan dalam Pemahaman Illat Hukum.
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh.6

Dalam sejarah perkembangan mazhab terdiri dari beberapa periode, mulai


dari pertumbuhan, pembentukan, keemasan, kemunduran dan kebangkitan.

1. Periode Pertumbuhan (Abad 0-1 H)


1) Madzhab Pada Masa Rasulullah
Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman
Rosulullah SAW, Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad
(pendapat) para sahabat dalam memahami agama, karena pada zaman itu
sumber hukum islam adalah hanya al-Quran dan Hadits, sehingga ketika
para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-masing; maka
mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada Rosulullah.7
Pertama: Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: “Ada 2 Sahabat dalam
perjalanan, ketika waktu sholat tiba dan tidak menemukan air, maka beliau
berdua melakukan Tayammum. Keduanya pun shalat. Setelah itu mereka
menemukan air saat waktu shalat belum habis.” “Satu dari mereka
5
Ahmad Nahrawi, Al-Imam Asy-Syafi’i Fi Mazhabayhi Al-Qadim Wa Al-Jadid (Kairo: Darul
Kutub, 1994).
6
Yusuf Al-Qordhowi, Fikih Ikhtilaf (Kairo: Dar al Fikr al- Islamiy, 1997).
7
Ayang Utriza Yakin, Sejarah Hukum Islam (Bandung: Grafika Intermedia, 2014).
5

mengulang shalat dengan berwudhu’. Sahabat yang lain tidak mengulang


shalatnya (cukup dengan Tayammum tadi)” Setelah mereka datang kepada
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan bercerita kejadian itu maka Nabi
bersabda kepada Sahabat yang shalat 1 kali saja: “Kamu sudah sesuai
Sunnah. Cukup shalatmu itu”. Dan kepada Sahabat yang shalat 2x (dengan
Tayammum dan Wudhu’) Nabi bersabda: “Kamu dapat 2 pahala”.8
Kedua: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

) ‫صَر ِإاَّل يِف بَيِن ُقَريْظَةَ ( رواه البخاري‬ َ َّ ‫صلِّنَي‬


ْ ‫َأح ٌد الْ َع‬ َ ُ‫ال ي‬

“Janganlah ada satupun yang shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan


Bani Quraizhah” 
Ketika mereka mendapati waktu shalat yang disebutkan oleh
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut di tengah jalan, sebagian
dari mereka mengatakan, “Kita tidak shalat sampai kita tiba di
perkampungan Bani Quraizhah.” Sementara yang lain bersikukuh tetap
melakukan shalat ‘Ashar pada waktunya, karena mereka memandang
bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bermaksud
menyuruh para shahabat Radhiyallahu anhum menunda shalat ‘Ashar
sampai lewat waktunya. Kemudian dua sikap yang berbeda dalam
menyikapi sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dilaporkan
kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak mencela salah salah satunya.9
Pada periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau Ijtihad para
sahabat dalam memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan kepada
Rosul akan kasus tersebut, sehingga Rosulullah SAW langsung
memutuskan kasus tersebut apakah salah satu yang benar atau keduanya
benar.10

8
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Cetakan ke (Bairut: Maktabah al-Isyriyyah, n.d.).
9
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Shahih Al-Bukhori, Cetakan ke (Bairut:
Maktabah al-Isyriyyah, n.d.).
10
Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh Al_Islamiy (Damaskus: Dar al Hijroh, 1996).
6

Madzhab secara sistematis belum terbentuk, hanya berbentuk


pendapat-pendapat para sahabat dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian
disampaikan kepada Rosulullah.
2) Madzhab Pada Masa Shahabat
Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring
dengan meninggalnya Rosulullah SAW; karena ketika di zaman
Rosulullah para Sahabat menemukan sebuah masalah, akan tetapi setelah
wafatnya Rosulullah, Para sahabat masing-masing memiliki pendapatnya.
Misalnya pendapat Aisyah ra, pendapat Ibn Mas’ud ra, pendapat Ibn
Umar. Masing-masing memiliki kaidah tersendiri dalam memahami nash
Al-Qur’an Al-Karim dan sunnah, sehinga terkadang pendapat Ibn Umar
tidak selalu sejalan dengan pendapat Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas. Tapi
semua itu tetap tidak bisa disalahkan karena masing-masing sudah
melakukan ijtihad.11
Para sahabat melihat Rasulullah Saw mengerjakan suatu tindakan,
sebagian sahabat menafsirkannya sebagai tindakan qurbah (ibadah),
sedangkan sebagian yang lain menyimpulkannya sebagai tindakan mubah
(biasa). Contohnya, para sahabat melihat Nabi Shallalahu Alaihi wa
Sallam melakukan lari-lari kecil saat thawaf. Oleh karena itu, mayoritas
mereka berpendapat hal tersebut adalah sunnah dalam tawaf. Sedangkan
Ibnu Abbas, mengintepretasikan tindakan beliau sebagai kebetulan karena
ada motivasi yang muncul.12
Rasulullah SAW mengerjakan ibadah haji dan orang-orang
menyaksikannya. Sebagian sahabat berpendapat bahwa beliau
mengerjakan ibadah haji secara tamattu’, sementara sebagian sahabat yang
lain menganggapnya mengerjakan ibadah haji secara qiran. Sebagian
sahabat lain menyangka beliau mengerjakan ibadah haji secara ifrad.13
3) Madzhab Pada Masa Tabiin
Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang
tujuh orang yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn
11
Hasan Mahmud, Pengantar Hukum Islam (Bandung: Pustaka al-Iman, 2009).
12
Mahmud Sirojuddin, Hukum Islam Sejarah Perkembangannya (Jakarta: Pustaka Lentera Iman,
2013).
13
Ahmad Ridho, Hukum Islam Dalam Sorotan (Jakarta: Pustakan Bina karya Utama, 2015).
7

Muhammad, Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan
Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar. Di kota Kufah
kita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i guru al-
Imam Abu Hanifah. Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri
dan Imam Sufyan as sauri.
Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal; Ikrimah
Maula Ibn Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan,
Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj, Alqamah
an Nakha’i, Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul ad Dimasyqy, Abu
Idris al-Khaulani.
Dalam kasus iddah wanita hamil karena berzina, Para ulama di
kalangan Tabiin berbeda pendapat:
a). Imam Sufyan as Sauri dan sebagain tabiin berpendapat bahwa tidak
ada iddah bagi wanita hamil karena berzina. Karena iddah untuk menjaga
nasab, sedangkan Pezina tidak menjaga nasab.
b). Imam Hasan basri, Ibrahim An Nakho’i dan sebagian tabiin lainnya
berpendapat bahwa wanita hamil karena berzina tetap ada iddahnya,
karena iddah itu karena Istibro’ (membersihkan Rahim).14
2. Periode Keemasan (Abad 3-9 H)
1) Mazhab Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi,
mempunyai nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha
Al-Kufi. lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan
masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari
dengan nama Abu Hanifah yang berarti suci dan lurus, karena sejak kecil
beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak mulia,
serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihnya
dinamakan Mazhab Hanafi.15
Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah: (Hammad bin
Abu Sulaiman Al-Asy’ari (W. : [120 H/ 738]) faqih kota “Kufah”, ‘Atha’
bin Abi Rabah (W. : (114 H/ 732 M) faqih kota “Makkah”, ‘Ikrimah’
14
Imam An Nawawi, Majmu Ala Syarhil Muhazzab (Damaskus: Maktabah al-Iman, 1996).
15
Muniroh Mukhtar, Madzhab Dan Sejarahnya (Pustaka Mghfiroh, 2008).
8

(W104 H/ 723 M) maula serta pewaris ilmu Abdullah bin Abbas, Nafi’
(W. : [117 H/ 735 M]) maula dan pewaris ilmu Abdullah bin Umar serta
yang lain-lain. Beliau juga pernah belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait”
seperti missal: Zaid bin Ali Zainal ‘Abidin (79-122 H/698-740 M),
Muhammad Al-Baqir ([57-114 H/ 676-732 M]), Ja’far bin Muhammad Al-
Shadiq (80-148 H/ 699-765 M) serta Abdullah bin Al-Hasan. Beliau juga
pernah berjumpa dengan beberapa sahabat seperti missal: Anas bin Malik
(10 SH-93 H/ 612-712 M), Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/ 704 M]) di
kota Kufah, Sahal bin Sa’ad Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697 M) di kota
Madinah serta bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W 110
H/729 M) di kota Makkah.
Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan
Al-Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para muridnya
itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri
Islam, bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas umat
Islam.16
2) Madzhab Imam Malik   
Malik bin Anas bin Malik, Imam maliki di lahirkan di Madinah al
Munawwaroh. sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat
perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqoha
meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada 94 H. ibn Khalikan dan
yang lain berpendapat bahawa imam Malik dilahirkan pada 95 H.
sedangkan. imam al-Dzahabi meriwayatkan imam malik dilahirkan 90 H.
Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia
menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada
70 ahli fiqh Madinah.
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan
Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari
Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az
Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya
yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.
16
Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab (Jakarta: Pustaka Bintang Pelajar,
2013).
9

Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya


ada yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada
yang sebaya seperti al Auza’i, Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits
bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar
darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi
Ishaq.
Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri,
Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul
Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain. Di antara murid beliau
adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu
Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin
Yahya al Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al
Auza’i, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu
Hudzafah as Sahmi, Az Aubairi, dan lain-lain.17
3) Mazhab Imam Syafii
Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-
syafi’i. Ia wafat pada 767 masehi 158 H.  Selamahidup Beliau pernah
tinggal di Baghdad, Madinah, dan terakhir di Mesir. Corak pemikirannya
adalah konvergensi atau pertemuan antara rasionalis dan tradisionalis.
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang
pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.18
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim
bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika
masih berusia 15 tahun. Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan
taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah
menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar
fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin
khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
Kemudian dia juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga

17
Mahmud Sirojuddin, Hukum Islam Sejarah Perkembangannya (Jakarta: Pustaka Lentera Iman,
2013).
18
Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh Al_Islamiy (Damaskus: Dar al Hijroh, 1996).
10

belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan
juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-
Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi
yang lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam
beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih
sebagaimana tersebut di atas.
Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia
mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9
malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah,
Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain.
Adapun Murid beliau yang paling terkenal antara lain adalah Imam ahmad
bin hanbal.19
4) Mazhab Imam Ahmad
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad
menjadi pusat peradaban dunia dimana para ahli dalam bidangnya masing-
masing berkumpul untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu. Dengan
lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar, lalu
tinggal di lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam
Ahmad memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan yang
besar untuk menjadi seorang yang besar pula.
Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad
bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir
bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail
bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma’qil.
Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal Keponakannya, Hambal bin
Ishaq.20
19
Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab (Jakarta: Pustaka Bintang Pelajar,
2013).
20
M. Ali Al-Sayis, Fiqih Ijtihad Pertumbuhan Dan Perkembangannya,(Nasy’ah Al-Fiqh Al-
Ijtihadi Wa Athwaruhu) Terj. M.Muzamil (Solo: Pustaka Mantiq, 1997).
11

 
5) Mazhab lainnya
Ada beberapa mazhab lain yang terkenal yang muncul pada abad 2
sampai dengan 3 hijriyyah antara lain Madzhab Atho, Madzhab Ibnu sirin,
Madzhab Zhohiriyyah yang di pelopori Imam Daud az zhohiri, Madzhab
As ya’bi, Mazhab Imam an-Nakho’i; akan tetapi madzhab-madzhab
tersebut tidak begitu berkembang seiring berjalannya zaman dari masa ke
masa.21
Contoh:
Para ulama berbeda pendapat tentang wanita hamil atau wanita
menyusui apakah wajib puasa atau tidak? Jika tidak wajb, apakah
mengqodho puasanya ataun membayar fidyah.
a) Imam Syafii berpendapat bahwa Wanita Hamil dan Menyusui boleh
tidak berpuasa akan tetapi keduanya wajib membayar qodho dan
membayar fidyah
b) Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Wanita hamil dan Menyusui
boleh tidak berpuasa, akan tetapi keduanya hanya wajib membayar
qodho saja
c) Imam Malik berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh
tdak berpuasa, akan tetapi keduanya hanya membayar fidyah
d) Imam Ahmad berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh
tidak berpuasa, akan tetapi wanita hamil wajib mengqodho puasa
sedangkan wanita menyusui wajib membayar Fidyah
e) Sebagian ulama lain seperti Imam Daud dari kalangan mazhab
zhohiriyyah berpendapat bahwa wanita hamil dan menyusui wajib
berpuasa.22
Para ulama berbeda pendapat karena tidak ada Nash yang shorih yang
menjelaskan hal tersebut, sehingga mereka mengqiyaskan dengan orang
yang sakit atau orang yang tidak mampu sama sekali berpuasa.
3. Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H)

21
Huzaemah Tahido Yanggo , Pengantar Perbandingan Mazhab (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997).
22
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (Damaskus: Dar an Nasr al Ilmiyyah, 1997).
12

Pada periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri
ke madzhab tertentu di antaranya: Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam
An Nawawi, Imam a-Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al
haistami dan lain-lain. Dari Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu
Yusuf, Imam As syaibani, Imam al Maruzi dan lain lain. Dari kalangan
Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah, Ibnu Rojab dan
lain lain. Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam
Syahnun, Imam Ibnu Rusyd dan lain lain.23
Mengenai perbedaan pendapat di kalangan ulama abad ke 3 -9 telah
banyak kitab yang membahasnya, masing masing menguatkan prndapat
Imam mazhabnya, walau tak jarang ada sebagian ulama yang berbeda
dengan imam mazhabnya.
 
4. Periode Kemunduran (Abad ke 10 – 13 H)
Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena faktor
penjajahan di dunia islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada saat
itu di bawah kepemimpinan daulah usmaniyyah pada periode akhir.
 
5. Periode Kebangkitan (Abad ke 14 – Sekarang)
Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan kembali, di mulai
dengan munculnya para ulama dengan kitab-kitabnya yang terkenal seperti
Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh Muhammad bin Sholeh al Usaimin, Syekh
Yusuf al Qordhowi, Syekh Ali Jum’ah dan lain lain, ada yang masih
mengukuti dan selaras dengan metodologi para Imam madzhab yang
empat, adapula yang mulai berusaha keluar dari metodologi para ulama
terdahulu karena pertimbangan zaman.24

C. Macam-Macam Mazhab

1. Mazhab Hanafi (80-150 H/ 696-767 M)

23
Mahmud Sholah, Hukum Islam Dan Perkembangannya (Jakarta: Pustaka Iman jama, 2004).
24
Muhammad Fairuz Abadi, Sejarah Perkembangan Mazhab Dalam Sorotan (Bandung: Pustaka
al-Inabah, 2013).
13

Memilik nama lengkap An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha bin Mahmuli
Taymillah bin Tsalabah. Dilahirkan pada tahun 80 H. Beliau termasuk Tabiit
Tabi’in (yang mengikuti Tabi’in). Belaiu orang Persia yang menetap di Kufah.
Yang menonjol dari fiqih Abu Hanifah ini antara lain adalah:
1) Sangat rasional, mementingkan maslahat, dan manfaat.
2) Lebih mudah dipahami dari pada mazhab yang lain.
3) Lebih liberal sikapnya terhadap dzimis (warga negara yang
nonmuslim).
Imam Abu Hanifah meninggal pada bulan Rajab tahun 150 H. Meskipun
Abu Hanifah seorang ulama besar, beliau tidak merasa memonopoli
kebenaran. Hal itu terbukti dari pernyataan:
“saya mengambil pendapat ini, karena pendapat ini benar, tapi
mengandung kemungkinan salah. Dan saya tidak mengambil pendapat itu,
karena pendapat itu salah, tapi mengandung kemungkinan benar”.
Beliau meninggal ketika sedang Shalat. Kitab yang langsung di nisbatkan
kepada Abu Hanifah adalah Fiqh al-Akbar, al-Alim wal Muta’alim, dan
Musnad.25
2. Mazhab Maliki (93-173H / 711-795M)
Imam Malik dilahirkan di Madinah. Nama lengkapnya Malik bin Anas bin
‘Amar. Abu Hanifah tigabelas tahun lebih tua dari Malik bin Anas. Beliau
adalah seoang yang saleh, sangat sabar, ikhlas dalam berbuat, mempunyai
daya ingat dan hafalan yang kuat, serta kokoh dalam pendiriannya. Beliau ahli
dalam ilmufiqih dan Hadits, yang diterima dari guru-gurunya di Madinah.
Dalam mengajar, Imam Malik sangat menjaga diri agar tidak salah dalam
memberi fatwa. Oleh karena itu, untuk masalah-masalah yang ditanyakan,
sedangkan beliau belum yakin betul akan kebenaran jawabannya, sering
menjawab “la adri” (saya tidak tahu). Beliau meninggal di Madinah pada
tahun 173 H. Kitab yang dinisbatkan kepada Imam Malik adalah kitab
Muwatho yang merupakan kitab Hadits tapi juga sekaligus kitab Fiqih.26
3. Mazhab Syafi’i (150-204 H / 767-822 M)

25
Prof. Dr. Mahmud Syalthut, Fiqh Tujuh Mazhab (Bandung: Pustaka Setia, 2000).
26
Prof. Dr. Mahmud Syalthut, Fiqh Tujuh Mazhab (Bandung: Pustaka Setia, 2000).
14

Imam Syafi’i memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris bin Abbas bin
Usman bin Syafi’i bin as-sai’ib bin Ubaid Yaziz bin Hasyim bin Murhalib bin
Abdu Munaf. Beliau termasuk suku Quraisy. Dilahirkan di Ghaza, salah satu
kota Palestina pada tahu 150 H. Beliau pergi ke Kabilah Hudzail untuk
mempelajari dan mendalami sastra Arab serta mengikutu saran hidup
Muhammad SAW, pada masa kecilnya. Disana beliau sampai hafal sepuluh
ribu bait syair-syair Arab.
Di Mekkah beliau berguru pada Sufyan bin Uyainah dan kepada Muslim
bin Khalid. Setelah itu pergi ke Madinah untuk berguru pada Imam Malik.
Pada saat itu beliau berumur 20 tahun dan belajar di sana selama tujuh tahun.
Bagi Imam Syafi’i ibadah itu harus membawa kepuasan dan ketenagan
dalam hati. Untuk itu diperlukan kehati-hatian. Inilah yang menyebabkan
konsep Ikhyat (kehati-hatian) mewarnai pemikiran Imam Syafi’i.
Imam Syafi’i menyebut Al-Quran dan Sunnah adalah sebagai dua dasar
(sumber) dan menetapkan Ijma’ dan Qiyas sebagai dasar (sumber)
pembantumya.27
4. Mazhab Hanbali (164-241 H)
Didirikan oleh Imam Ahmad Hanbal, dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal
tahun 164 H, di Baghdad. Beliau belajar hadits di Baghdad, Basrah, Kufah,
Mekkah, madinah, dan Yaman. Beliau selalu menuliskan hadits-hadits dengan
perawinya dan cara ini pun diharuskannya kepada muridnya.
Beliau memilik daya ingat yang kuat, sabar, ulet, memiliki keinginan yang
kuat dan teguh dalam pendirian. Dan beliau sangat ikhlas dalam perbuatannya.
Beliau pernah menantang pendapat muktazilah sehingga dijatuhi hukuman dan
dipenjara oleh khalifah al-Makmum yang menganut paham muktazilah. Ketika
khalifah al-Ma’mum wafat, beliau masih tetap dalam penjara dimasa
Mu’tashim Billah. Sesudah kelaur dari penjara beliau sakit-sakitan dan
akhirnya wafat pada tahun 241 H.
Imam Ahmad adalah ulama yang tidak percaya dengan Ijma’
“siapa yang menyatakan terdapat Ijma’, maka dia adalah pendusta”. Dauh
beliau. Menurut Dr, Abu Zahrahijma yang ditentang oleh Imam Ahmad adalah

27
Prof. Dr. Mahmud Syalthut, Fiqh Tujuh Mazhab (Bandung: Pustaka Setia, 2000).
15

Ijma’ sesudah masa sahabat. Adapun Ijma pada masa sahabat tetap diakui
keberadaannya.
Yang mengembangkan mazhab Hanbali yang terkenal serta pengaruhnya
terasa didunia islam sekarang adalah Ibnu Taimiyah (166 H) yang lahir ± 450
tahun setelah Imam Ahmad meninggal.28

D. Tokoh-Tokoh Imam Mazhab

1. Imam Hanafi
Imam Hanafi adalah seorang imam yang agung, yang memiliki nama
lengkap Abu Hanifah An-Nu’man Bin Tsabit Bin Zuutha At-Taimiy Al-Kufiy.
Beliau lahir di kota Kuffah pada tahun 80H/699M dan beliau wafat di
Baghdad pada tahun 150H/767M. Beliau di gelari Abu Hanifah (suci dan
lurus) karena kesungguhannya dalam beribadah sejak kecil. Gelar ini
merupakan berkah do’a dari doa Ali bin Abi Thalib yang mendoakan bahwa
kelak keturunan Tsabit akan menjadi orang yang utama di zamanya. Terbukti
dengan lahirnya Imam Hanafi. Beliau memperdalam ilmunya dalam belajar
Al-Qur’an, aktif mempelajari ilmu fiqh, dan mempelajari hadits. Imam Hanafi
dikenal sangat dalam ilmunya, ahli zuhud, sangat tawadhu dan sangat teguh
memegang ajaran agama. Beliau tidak tertarik akan jabatan rezmi kenegaraan.
Imam Hanafi meinggal saat umur 70 tahun yang bertepatan dengan lahirnya
Imam Syafi’i. Dan dimakamkan dipemakaman Khirza. Didirikanlah sekolah
yang diberi nama Jami’ Abu Hanifah.
Pokok fiqih madzhab hanafi bersumber pada tiga hal:
1) Sumber-sumber naqliyyah, yang meliputi Al-Qur’an, Al-Sunnah,
ijma’, dan pendapat para sahabat.
2) Sumber-sumebr ijtihadiyya, yaitu dengan menggunakan qiyas dan
istihsan.
3) Al-A’raf, yakni adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan nas,
terutama dalam masalah perdagangan. Abu hanifah bahkan
menganjurkan beramal dengan ‘urf.

28
Prof. Dr. Mahmud Syalthut, Fiqh Tujuh Mazhab (Bandung: Pustaka Setia, 2000).
16

Madzhab Imam Hanafi tersebar dan berkembang di Syam, Iraq, India,


Afganistan, Kaukaus, Turki, Balkan dan di sebagian penduduk Turki Usmany
dan Albania.29
2. Imam Malik
Imam Malik mempunyai nama lengkap Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn
Malik ibn Abi Amir ibn Amar ibn al-Haris ibn Gaiman ibn Husail ibn Amr ibn
al-Haris al-Ashabi al-Madani. Lahir pada 93H. Sebagai tokoh madzhab
Maliki. Madzhab ini terkenal sebagai madrasah Ahlul-Hadist. Imam Malik
sudah hafal Al-Qur’an dalam usia yang sangat dini, beliau juga menyusun
beberapa kitab, kitab yang terkenal adalah kitab Al-Muwatha. Imam Malik
mempelajari fiqih, teori-teori kajian hukum dan mempelajari hadis-hadis Nabi.
Salah satu dalil hukum yang sering digunakan oleh Imam Malik adalah ijma
ulama Madinah. Imam Malik lebih mengutamakan ajma dan amal Madinah
daripada qiyah, khabar ahad, dan qaul sahabat.
Madzahb Maliki mendasarkan fiqihnya pada 12 pokok:
1) Qur’an: zdahirnya, dalilnya, mafhumnya, dan illt-nya.
2) Al-Sunnah: al-mutawatirah dan al-masyhirah. Bila zdahirnya sunnah
bertentangan al-qur’an, di dahulukan Al- Sunnah.
3) Ijma’ penduduk madinah ijma’ secara naql. Ijma’ sebelum
terbunuhnya ‘Ustman, ijma’ mutakhir: masing-masing denagn
kekuatan hukum yang berbeda.
4) Fatwa sahaba
5) Khabar Ahad
6) Qiyas
7) Istihsan
8) Mashalih mursalah
9) Sadd Al- Dzara.i
10) Mura’at khilaf al-mujtahid
11) Istishab
12) Syar’uman qoblana

29
Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1983).
17

Imam Maliki wafat pada hari ahad tanggal 10 Rabi’ul al-Awwal tahun 179
H (798 M), dalam usia 87 tahun. Dimakamkan di Baqi’ Madinah.
Madzhabnya tersebar dan berkembang di Maroko, Algers, Tunisia, Tripoli,
Libya, juga sebagian di Irak, Palestina, Hijas, dan lain-lain.30
3. Imam Syafi’i
Beliau bernama Muhammad bin Idris al-Syafi’i gelar beliau abu abdillah.
Beliau dilahirkan di Gaza pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada tahun
204 H. Imam Syafi’i adalah orang yang cakap rupa parasnya. Dalam riwayat
hidupnya Imam Syafi’i adalah ulama besar yang mampu mendalami serta
menggabungkan antara metode ijtihad Imam Malik dan Abu Hanifah, beliau
sangat hati-hati dalam berfatwa. Pada masa sekarang ini, madzhab Asy-Syafi’i
berkembang di Palestina, Yodania, Libanon, Syiria, Irak, Pakistan, India,
Indonesia, Persia, dan Yaman yang sunni. Sekitar 100 juta umat Islam
menganut madzhab Asy-Syafi’i.
Pokok-pokok fiqih Syafi’i ada lima:
1) Al-Qur’an dan Al-Sunnah
2) Al-Ijma’
3) Pendapat yang tidak ada yang menentangnya
4) Ikhtilaf sahabat Nabi
5) Qiyas
Imam Syafi’i wafat pada hari kamis 29 Rajab tahun 204 H (820M).
Dimakamkan dipekuburan Banu Zahrah, tepatnya di Qarafah Shughra di
bawah kaki gunung “Al-muqaththam” Mesir.
Madzhab Imam Syafi’i tersebar dan berkembang di Mesir, Palestina,
Armenia, Ceylon, Persia, Tiongkok, Philipina, Indonesia, Australia, Hijaz,
Kurdi, Yaman, Hadramaut, Aden dan lain-lain.31
4. Imam Ahmad Ibn Hanbal
Nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hilal bin Usd bin Idris bin Idris
bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasit bin Mazin bin Syalban. Lahir pada
164 H. Beliau adalah seorang zuhud, bersih hatinya dari segala macam
pengaruh kebendaan, berwawasan luas, sangat dalam pemahamannya terhadap
30
Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1983).
31
Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1983).
18

ruh syariat. Beliau menguasai seluruh ilmu. Dalam pesantrennya, setiap


selesai sholat ashar, beliau membiasakan memberi fatwa dan bersama para
peserta pesantrennya menyebutkan diri dengan apa yang dilakukan oleh para
ulama salaf dalam pesantren mereka, yaitu pengkajian Al-Qur’an dan
tafsirnya.
Pokok-pokok fiqih madzhab Hambali:
1) Al-Nushush
2) Fatwa sahabat
3) Ikhtilaf sahabat
4) Hadis mursal dan dha’if
5) Qiyas
Imam Hambali wafat pada hari jum’at 12 Rai’ul al- Awwal, tahun 241 H
(855 M). Dalam usia 77 tahun. Ia dimakamkan di pekuburan Bab Harb di
Kota Baghdad. Madzhabnya berkembang di Mesir, Bahrain, Dailam, dan
Rahab. Sedikit berkembang di Hijaz, bahkan di Mesir pun semakin habis,
ditinggalkan orang.32

32
Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1983).
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum


Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah
(qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling
terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Latar belakang timbulnya madzhab karena Perbedaan Pemahaman
(Pengertian) Tentang Lafadz Nash, Perbedaan Dalam Masalah Hadits serta
Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash dan
lain-lain.
Mazhab yang sampai saat ini masih eksis dikalangan masyarakat adalah:
1. Imam Hambali
2. Imam Hanafi
3. Imam Malik
4. Imam Syafi’i

B. Saran

Penulis sangat menyadari bahwasanya karangan ilmiah ini dapat dibilang


jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan untuk masa
kedepannya.
20

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Muhammad Fairuz. Sejarah Perkembangan Mazhab Dalam Sorotan.


Bandung: Pustaka al-Inabah, 2013.

Abas Ubaidillah. Sejarah Perkembangan Imam Mazhab. Jakarta: Pustaka Bintang


Pelajar, 2013.

Ahmad Hasan. Nasyatul Fiqh Al_Islamiy. Damaskus: Dar al Hijroh, 1996.

Ahmad Nahrawi. Al-Imam Asy-Syafi’i Fi Mazhabayhi Al-Qadim Wa Al-Jadid.


Kairo: Darul Kutub, 1994.

Al-Bukhori, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahih Al-Bukhori. Cetakan


ke. Bairut: Maktabah al-Isyriyyah, n.d.

Al-Qordhowi, Yusuf. Fikih Ikhtilaf. Kairo: Dar al Fikr al- Islamiy, 1997.

Al-Sayis, M. Ali. Fiqih Ijtihad Pertumbuhan Dan Perkembangannya,(Nasy’ah


Al-Fiqh Al-Ijtihadi Wa Athwaruhu) Terj. M.Muzamil. Solo: Pustaka Mantiq,
1997.

Ayang Utriza Yakin. Sejarah Hukum Islam. Bandung: Grafika Intermedia, 2014.

Daud, Abu. Sunan Abu Daud. Cetakan ke. Bairut: Maktabah al-Isyriyyah, n.d.

Hasan Mahmud. Pengantar Hukum Islam. Bandung: Pustaka al-Iman, 2009.

Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid. Damaskus: Dar an Nasr al Ilmiyyah, 1997.

Khalil, Munawar. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1983.

M. Husain Abdullah. Al-Wadhih Fi Usul Al-Fiqh. Beirut: Darul Bayariq, 1995.

Mahmud Sholah. Hukum Islam Dan Perkembangannya. Jakarta: Pustaka Iman


jama, 2004.

Muniroh Mukhtar. Madzhab Dan Sejarahnya. Pustaka Mghfiroh, 2008.

Nawawi, Imam An. Majmu Ala Syarhil Muhazzab. Damaskus: Maktabah al-Iman,
21

1996.

Ridho, Ahmad. Hukum Islam Dalam Sorotan. Jakarta: Pustakan Bina karya
Utama, 2015.

Sirojuddin, Mahmud. Hukum Islam Sejarah Perkembangannya. Jakarta: Pustaka


Lentera Iman, 2013.

Syalthut, Prof. Dr. Mahmud. Fiqh Tujuh Mazhab. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Yanggo, Huzaemah Tahido. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: Logos


Wacana Ilmu, 1997.

Anda mungkin juga menyukai