Anda di halaman 1dari 17

Nama : Enung Nuraeni

Npm : 18.156.01.11.046
Kelas : 3B Keperawatan
Tugas Individu Minggu ke 5

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

A. Kegawatdaruratan Psikiatri
Adalah gangguan akut perilaku, pikiran atau suasana hati pasien yang
memerlukan intervensi segera.

B. Kondisi Gaduh Gelisah


a) Tindak Kekerasan (Violence)
b) Tentamen Suicidum / Percobaan Bunuh Diri
c) Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
d) Delirium
e) Depresi
f) Ansietas
g) PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)

C. Strategi Umum Penanganan Pasien Dengan Kegawatdaruratan Psikiatri


Strategi
1. Umum :
a) Lakukan penilaian adanya bahaya melukai/menyakiti diri sendiri
maupun orang lain.
b) Dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung layanan kesehatan.
c) Penting untuk memperhatikan keselamatan staf, anggota tim dan
keselamatan pasien
d) Jangan menolong sendiri, minimal 4 orang dalam 1 tim
e) Cegah perlukaan
f) Cek benda-benda berbahaya yang mungkin disembunyikan seperti
senjata, gunting, pisau atau benda berbahaya lainnya.
g) Menyadari bahwa semua pasien memiliki potensi untuk melakukan
kekerasan.
2. Modifikasi Lingkungan
a) Ciptakan lingkungan dengan kebisingan minimal atau rangsangan
minimal untuk mengurangi kecemasan pasien.
b) Pencahayaan ruangan cukup untuk mengurangi ilusi dan mispersepsi
lingkungan yang dapat meningkatkan risiko perilaku kekerasan atau
agresif.
c) Ciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam.

D. Prinsip Wawancara Dalam Kegawatdaruratan Psikiatri


a) Lakukan pengkajian pada area yang tertutup (privasi)
b) Ciptakan hubungan terapeutik
c) Yakinkan bahwa pasien berada di tempat yang aman
d) Lakukan komunikasi terapeutik :
 Bicara dengan tenang, ajak pasien untuk tenang
 Vokal jelas dan nada suara tegas
 Intonasi rendah
 Gerakan tidak tergesa-gesa
 Pertahankan posisi tubuh
 Hargai dan bicara dengan sopan kepada pasien

E. Strategi Umum Penanganan Pasien Dengan Kegawatdaruratan Psikiatri


a) Kumpulkan sebanyak mungkin informasi
b) Pertanyaan fokus pd keluhan saat ini, kalimat pendek dan mudah dipahami
c) Tetap mempertahankan keselamatan petugas dan pasien (jarak aman 2-3
langkah dr pasien)
d) Singkirkan kemungkinan masalah terkait penyakit fisik, ketergantungan
zat/alcohol yang mungkin mengancam nyawa, pertimbangkan gangguan
jiwa lain bila hal2 tersebut bisa disingkirkan
e) Nilai derajat fungsi, berat ringannya gejala psikiatri, adanya penyakit
penyerta, kualitas dan ketersediaan sistem pendukung

F. Strategi Umum Dalam Mengevaluasi Pasien


1. Perlindungan Diri
 Mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang keadaan pasien
sebelum bertemu
 Menyiapkan tim yang terlatih untuk melakukan pemgikatan (fiksasi)
 Waspada terhadap resiko kekerasan yang mungkin dilakukan pasien
 Usahakan tidak ada penghalang ke tempat yang aman (mis. Akses ke
pintu)
 Dalam melakukan pemeriksaan sebaiknya tidak sendiri.
 Usahakan selalu ada orang di sekitar pemeriksa
 Usahakan untuk membina rapport dengan pasien (mis. Jangan
mengkonfrontasi atau menakut-nakuti pasien psikosis paranoid
2. Pencegahan Terhadap Bahaya
 Cegah perilaku melukai diri sendiri dan bunuh diri
 Cegah kekerasan terhadap orang lain. Selama penilaian, lakukan
penilaian cepat apakah pasien menunjukan kecenderungan untuk
melukai orang lain
 Jika ditemukan resiko perilaku kekerasan, pertimbangkan pilihan –
pilihan berikut:
 Informasikan kepada pasien bahwa perilaku kekerasan
merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan (tidak
diperbolehkan)
 Lakukan pendekatan kepada pasien dengan cara yang tidak
menakutkan.
 Tenangkan pasien dan bantu pasien untuk memahami keadaan
dirinya
 Siapkan medikasi
 Informasikan kepada pasien bahwa kemungkinan akan
dilakukan fiksasi atau isolasi jika diperlukan
 Siapkan tim yang terlatih untuk melakukan fiksasi
 Jika pasien difiksasi, selalu lakukan observasi ketat, dan
lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital sesering
mungkin.Tempatkan pasien yang difiksasi di tempat yang
tenang dan tidak ada gangguan
 Segera lakukan tindakan selanjutnya : medikasi, menenangkan
pasien dan evaluasi medik

G. Penilaian
a) Apakah pasien aman berada di ruang gawat darurat ?
b) Apakah pasien mengalami masalah organik, fungsional atau gabungan
keduanya ?
c) Apakah pasien mengalami gangguan psikotik ?
d) Apakah pasien menunjukan perilaku kekerasan/bunuh diri ?
e) Bagaimana kemampuan pasien untuk merawat diri?

H. Tatalaksana Umum Kegawatdaruratan Psikiatri


1. Yang Perlu Dilakukan :
 Berpikir dan bersikap kritis
 Tetap tenang
 Perlu kontrol thd perasaan bingung,
 aneh, atau depresi
 Bersikap suportif
 Jaga jarak aman
 Tawarkan pilihan : mengontrol diri,
 minum obat, atau dibantu dg fiksasi
 Tegaskan bahwa perilaku kekerasan tdk diperkenankan
 Lakukan dokumentasi
2. Yang Harus Dihindari :
 Mengancam
 Mentertawakan
 Merasa tdk adekuat atau sangat tidak pasti
 Merasa terancam
 Menghakimi
 Marah thd keluarga yg membawa

I. Pemeriksaan Yg Dilakukan Pada Pasien Dengan Kegawatdaruratan Psikiatri


a) Pemeriksaan Fisik Dan Neurologik
b) Pemeriksaan Status Mental
c) (Bila Perlu Dan Tersedia) Usia > 40 tahun :
 Skrining toksikologi,
 EKG,
 Rontgen,
 Laboratorium

J. Penanganan Kegawatdaruratan Psikiatri


1. Tenaga Kesehatan :
 Dokter
 Perawat
 Bidan
2. Tenaga Keamanan :
 Satpam / Hansip
 Pamong praja
 Keamanan desa
3. Tokoh Masyarakat :
 Lurah / Kades
 RT, RW
 Tokoh agama
 Tokoh wanita
K. Obat-obat untuk kegawatdaruratan psikiatri
a) Obat oral
 Haloperidol tablet 0.5, 1.5 dan 5 mg
 Chlorpromazine tablet 25 mg, 100 mg
 Risperidone tablet 2 mg
 Lorazepam tablet 2 mg , 5 mg
 Diazepam tablet 2 mg, 5 mg
 Propanolol 10 mg, 40 mg
b) Obat injeksi
 Haloperidol injeksi 5 mg (kerja singkat)
 Diazepam injeksi 10 mg
 Diphenhidramin injeksi
 Sulfas atropin injeksi

L. Setting Penatalaksanaan
a) Keamanan harus dipersiapkan oleh staf medis, bukan oleh tenaga
keamanan.
b) Apabila perlu, pasien gaduh gelisah dan menunjukan perilaku kekerasan
harus diperlakukan seperti pasien yang tidak gaduh gelisah.
c) Staf medik di ruang gawat darurat harus memahami bahwa pasien sedang
berasa dalam keadaan disstres secara fisik maupun emosional dan
mempunyai harapan pantasi yang bermacam-macam yang seringkali tidak
relistis mempengaruhi penatalaksanaan

M. Tujuan Utama
a) Penilaian apakah pasien berada dalam keadaan krisis.
 Membuat diagnosis awal,
 Mengidentifikasi faktor presipitasi dan kebutuhan yang diperlukan
segera
 Memberikan terapi atau merujuk pasien ke tempatpelayanan yang
sesuai untuk pasien.
b) Kondisi pasien kadang-kadang sulit diperkirakan → Harus selalu siap
dengan penataksanaan segera.

N. Triage
a) Tim Triage → Psikiater/Perawat, Perawat Dan Pekerja Sosial Psikiatrik
b) Identifikasi
 Kondisi gawat darurat
 Pasien yang memerlukan penangan segera
 Pasien yang tidak memerlukan penanganan segera
 Menentukan yang mana yang bukan prioritas

O. Depresi
1. Definisi
Satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk pada perubahan
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
2. Epidemiologi
a) Jenis Kelamin : Perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki-
laki
b) Usia : Rata-rata usia sekitar 40 tahunan, hampir 50% awitan diantara
usia 20 – 50 tahun
c) Status Perkawinan : Orang yang tidak mempunyai hubungan
interpersonal yang erat, pada orang yg bercerai atau pisah
3. Etilogi
a) Faktor Biologi
 Penurunan serotonin
 Aktivitas dopamin menurun
b) Faktor Genetik
c) Faktor Psikososial
 Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
4. Klasifikasi
Berikut adalah pembagian dari episode depresif berdasarkan PPDGJ III :
a) Episode depresif ringan (F32.0)
b) Episode depresif sedang (F32.1)
c) Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
d) Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
e) Episode depresif lainnya (F32.8)
f) Episode depresifYTT (F32.9)
5. Gejala Klinis
a) Gejala Utama :
 Afek depresi (sedih, murung, lesu,menangis)
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
b) Gejala Lainnya :
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan suram dan pesimis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan terganggu
6. Diagnosa Episode Depresif Menurut Ppdgj Iii
a) Episode Depresif Ringan :
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
seperti tersebut di atas
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar
2 minggu
 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang
biasa dilakukannya.
b) Episode Depresif Sedang :
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
 Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, dan urusanrumah tangga.
c) Episode Depresif Berat Dengantanpa Gejala Psikotik:
 Semua 3 gejala utama depresi harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
 Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang
menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal
demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi
berat masih dapat dibenarkan.
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan
sosial,pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
d) Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik :
 Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di
atas (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau
stupor depresi.
 Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau
kotoran.Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor.
e) Tatalaksana
a) Tujuan :
 Keselamatan pasien harus terjamin
 Kelengkapan evaluasi diagnostic pasien harus dilakukan
 Rencana terapi bukan hanya untuk menghilangkan gejala, tetapi
kesehatan jiwa pasien
b) Indikasi Rawat Inap:
 Adanya kebutuhan untuk diagnostik
 Resiko bunuh diri atau melakukan pembunuhan
 Tidak ada dukungan dari keluarga
c) Obat
 Golongan SSRI : Fluoxetine, sertraline
 Golongan trisiklik :Amitriptiline
 Golongan tetrasiklik : Maprotilin
 Golongan atypical :Trazodone
 Golongan MAOI reversible : Mocoblemide
d) Prognosis
1. Kekambuhan depresi berat
 25% pada 6 bln setelah keluar dari RS
 30-50% dalam 2 thn pertama
 50-70% dalam periode 5 thn
2. Insidensi relaps berkurang pd pasien yg melanjutkan
psikofarmaka
3. Prognosis baik : episode ringan, gejala psikotik (-), waktu
rawat inap singkat, psikososial baik
4. Prognosis buruk : depresi berat, penyalahgunaan alcohol,
ditemukan gejala cemas, depresi berulang

P. Ansietas
1. Definisi
Keadaan dari kombinasi kompleks berkaitan dengan perasaan ketakutan,
sering disertai oleh sensasi fisik seperti jantung berdebar, napas pendek
atau nyeri dada
2. Faktor Predisposisi
a) Psikoanalitik (Freud):
 Primer : Tingkat Ketegangan Dihasilkan Penyebab Eksternal
Terjadi Pada Masa Infant (Trauma Lahir Atau Stimulus Tiba-
Tiba)→Ansietas Di Kehidupan Selanjutnya
 Subsekuen : Konflik Emosional Antara Dua Elemen Personalitas
Id Dan Superego.
b) Interpersonal : Sullivan mengatakan ansietas muncul di kehidupan
selanjutnya jika seseorang berpandangan ia tidak berharga atau akan
kehilangan orang yang bermakna
c) Perilaku
 Produk frustasi yang disebabkan sesuatu yang mengganggu
pencapaian tujuan
 Ketakutan yang intense pada masa kecil cenderung lebih mudah
cemas setelahnya
 Konflik yang terjadi jika seseorang mengalami dua tujuan yang
sama kuatnya dan harus memilih
 jenis konflik:
 Approach-approach: mengejar dua keinginan yang sama tapi
tujuan tidak sama
 Approach-avoidance: mengejar keinginan dan
menghindarinya
 Avoidance-avoidance: memilih dua tujuan yang sama-sama
tidak diinginkan
 Double approach-avoidance: melihat aspek
 Faktor Keluarga
Faktor keturunan dalam keluarga dan merupakan perilaku early
learning di mana anak mengadopsi perilaku orang tua atau dewasa
dalam keluarga yang mengalami ansietas.
 Biologis
 Sistem GABA  Neurotransmitter inhibitor di
postsinaptik→reseptor GABA di Amigdala dan hipokampus
(system limbic)→pusat emosi (amuk, rangsangan, dan
ketakutan) dan memori.↓ GABA→Ansietas
 Sistem Norepinefrin → Mediasi respons fight or flight
 Sistem Serotonin→Disregulasi serotonin →Hipersensitif
d) Stresor Presipitasi
 Ancaman Integritas Fisik
Ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kemampuan
melakukan aktivitas sehari-hari :
 External Sources : Infeksi virus dan bakteri polusi,
perumahan, makanan, pakaian tidak adekuat, cedera traumatic
 Internal Sources : Kegagalan mekanisme fisiologis :
Gangguan jantung, system imun, regulasi
suhu.Nyeri→Indikasi awal ancaman fisik
 Ancamanterhadap Konsep Diri
Ancaman pada identitas, harga diri dan integritas social seseorang.
 External Sources → Kematian, perceraian, pindah
rumah,PHK
 Internal Sources →Kesulitan interpersonal dalam melakukan
peran baru.
e) Sumber Koping
 Aset Ekonomi : Keberadaan sumber-sumber ekonomi untuk
menyelesaikan suatu konflik
 Kemampuan Problem Solving : Learning
experience→Kemampuan menyelesaikan masalah saat ini
 Dukungan Social Budaya : Posisi cultural menentukan
kemampuan koping
 Keyakinan positif
f) Mekanisme Koping (Mekanisme Pertahanan Ego)
 Kompensasi
Proses individu dengan citra diri yang kurang, berupaya
menggantinya dengan menonjolkan kelebihan lain yang
dianggapnya sebagai aset.
 Penyangkalan
Menghindari relitas yang tidak menyenangkan dengan
mengabaikan/menolak untuk mengakuinya.
 Pengalihan (Displacement)
Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau
benda tertentu ke benda/orang yang biasanya netral/tidak
membahayakan.
 Disosiasi
Pemisahan setiap kelompok proses perilaku/mental dari sisa
kesadaran/identitas.
 Identifikasi
Proses individu mencoba untuk menjadi seseorang yang
dikaguminya dengan menirukan pikiran, perilaku atau
kesukaannya.
 Intelektualisasi
Penggunaan alasan atau logika yang berlebihan untuk menghindari
perasaan- perasaan mengganggu yang dialami.
 Itroyeksi
Tipe identifikasi yang intens yang dialaminya, individu
menyatukan kualitas/nilai-nilai orang lain/kelompok ke dalam
struktur egonya sendiri.
 Isolasi
Memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang dapat
bersifat sementara atau jangka panjang.
 Proyeksi
Mengaitkan pikiran atau impuls diri, terutama keinginan perasaan
emosional, motivasi yang tidak dapat ditoleransi kepada orang
lain.
 Rasionalisasi
Memberikan penjelasan yang diterima secara sosial/tampak masuk
akal untuk membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif
yang tidak dapat diterima.
 Formasi Reaksi
Pembentukan sikap dan pola perilaku yang disadari, yang
berlawanan dengan apa yang sebenarnya dirasakan/ingin
dilakukan individu.
 Regresi
Kemunduran karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang
lebih awal akibat stress
 Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls, atau
memori yang menyakitkan/bertentangan dari kesadaran,
pertahanan ego primer, yang cenderung memperkuat mekanisme
pertahanan lainnya.
 Splitting
Memandang orang atau situasi sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk; gagal untuk mengintegrasikan kualitas positif
dan negative diri.
 Sublimasi
Penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial karena
dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.
 Supresi
Proses yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan, tetapi
Sebenarnya merupakan analogi represi yang disadari;
pengesampingan yang disengaja tentang suatu topik dari
kesadaran.
 Undoing
Tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan yang sudah
ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan premitif.
g) Rentang Respon
Rentang Respon

Adaptif Maladaptive

antisipasi Ringan Sedang Berat Panic

TINGKAT ANSIETAS
 Ansietas ringan ; sadar dan pandangan persepsi luas,
melihat,mendengar dan menguasai lebih cepat motivasi
pembelajaran, perkembangan dan kreativitas
 Ansietas sedang : focus pada masalah yang dihadapi, penyempitan
pandangan persepsi, melihat, mendengar tapi lama
mengendalikan, biasanya blok tapi dapat diarahkan
 Ansietas berat : ↓ pandangan persepsi signifikan, focus pada detail
masalah, tidak berpikir apapun, perlu diarahkan untuk focus pada
orang lain
 Panik : terpana, takut dan merasakan terror, tidak mampu berbuat
apapun Meskipun diarahkan, diorganisasi dan mengancam hidup,
aktivitas motoric menurun, distorsi →Kematian
h) Diagnosa Medis
Gangguan ansietas menyeluruh
Farmakoterapi : Antiansietas : Benzodiazepin
Indikasi:
 Menurunkan ansietas dan insomnia
 Insomnia jangka pendek
 Putus alcohol akut, kejang, tetanus, anestesi
Bentuk : Oral, Injeksi (IM, IV) , Level puncak : 1⁄2-6 jam , Jenis :
Alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam, klorazepat, diazepam,
estazolam, lorazepam, triazolam , Efek merugikan : Sedasi, pusing,
mengantuk, konfusi, ataksia . Gejala putus zat (4-6 minggu) : Ansietas,
gejala seperti flu, gelisah, insomnia, iritabel, tegang/kram, anoreksia,
konfusi,depersonalisasi, halusinasi
i) Pengkajian
Perilaku
1. Respons Fisiologis
 Predominansi reaksi simpatetik SS otonom
o Mekanisme fight or flight (sel medulla adrenal)
o Sindrom adaptasi umum
 Ancaman : Stimulus melalui saraf simpatetik system saraf
otonom→Kelenjar adrenal →Melepas epinefrin
 Kardiovaskular : Palpitasi, berdebar-debar,TD ↑
 Respirasi : Napas cepat, napas dangkal & pendek,
sesak,tenggorokan tersumbat, sensasi tersedak, terengah-engah
 GastrointestinaI : Hilang selera makan, ketidaknyamanan
abdomen
 Neuromuskuler : Refleks meningkat, reaksi kaget, kedutan
kelopak mata, insomnia, tremor, rigiditas, resah, mondar-
mandir, muka tegang, lemas, kaki goyah, pergerakan kikuk
 Integumen : Muka merah, berkeringat di tempat tertentu
(mis.,telapak tangan)
2. Respons Perilaku
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi kaget, sangat waspada,
bicara cepat, kurang koordinasi, kecenderungan celaka, menarik
diri dari hubungan interpersonal, segan, lari dari masalah,
menghindar,hiperventilasi
3. Respons Kognitif
Kerusakan perhatian, konsentrasi buruk, pelupa, kesalahan menilai,
preokupasi, blok dalam berpikir, penurunan pandangan persepsi,
penurunan kreativitas, produktivitas hilang, konfusi, tidak sadar
pada diri sendiri, hilang objektivitas, ketakutan kehilangan kendali,
bayangan visual menakutkan, takut cedera atau mati, muncul
ingatan masa lalu, mimpi buruk
4. Respons Afektif
Gugup, tidak sabar, kekhawatiran, tegang, takut, frustasi, tidak
berdaya, waspada, terror, mati rasa, rasa bersalah, malu
j) Masalah Keperawatan
 Ansietas
 Koping Tidak Efektif

Q. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)


1. Definisi Trauma
reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu
peristiwakejadian atau pengalaman spontanitas atau secara mendadak/tiba-
tiba yangmembuat individu kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri
yang tidak mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia.
2. JENIS-JENIS TRAUMA
Berdasarkan kajian psikologi, berikut jenis-jenis trauma yang dilihat dari
sifat dan sebab terjadinya trauma:
 Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang
luar biasa,yang terjadi secara spontan/mendadak pada diri individu
tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss
helpness) dan merusak fungsi ketahanan mental individu secara
umum. Akibat dari jenis trauma ini dapat menyerang individu secara
menyeluruh (fisik dan psikis)
 Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat
(otak) individu akibat benturan benda keras atau pemukulan di
kepala. Komplikasinya kondisi otak individu mengalami pendarahan,
iritasi dsb. Biasanya sifatnya sementara.
 Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari
kondisi atau problema fisik individu seperti cacat tubuh, amputasi
salah satu anggota tubuh yang menimbulkan shock dan gangguan
emosi.Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi
akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman atau peristiwa
yang pernah dialaminya yang memicu timbulnya histeris atau fobia.
 Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis
dianggap sebagaisuatu penyakit yang bersumber dari stimulus-
stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau berulang-
ulang seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman
3. Definisi sindroma pasca trauma adalah gangguan kecemasan yang dapat
terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang
menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat
penganiayaan fisik atau perasaan terancam
4. Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan yang
dapat terbentuk dari peristiwa traumatic yang mengancam keselamatan
individu atau membuat inividu merasa tidak berdaya.
5. Macam – Macam PTSD
 Ptsd akut (1-3 bulan setelah trauma)
 Ptsd kronik (terjadi setelah 3 bulan)
 Ptsd dengan onset yang memanjang (with delayed onset)/ muncul
setelah bertahun-tahun kemudian
6. Fase-Fase Ptsd
 Fase Kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yang mana
terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap
bencana. Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-
gejala depresi seperti keinginan bunuh diri, perasaan sedih mendalam,
susah tidur,dan dapat juga menimbulkan berbagai gejala psikotik.
 Fase Setelah Kritis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan
penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan
setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang
menjadi suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD)
sehingga bila bencana tersebut terulang lagi, orang akan memasuki
fase ini dengan cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya.
 Fase Stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan
(dapat berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana
terdapat dogma “semua telah berubah”.
7. PERIODE BENCANA
 Periode Impact : Hanya berlangsung selama kejadian bencana. Pada
periode ini, korban selalu diliputi perasaan tidak percaya dengan apa
yang dialami. Periode ini selalu berlangsung singkat.
 Periode Penyejukan Suasana (Recoil Period) : Berlangsung beberapa
hari selepas kejadian. Pada periode ini, tampak bahwa para korban
mulai merasakan diri mereka lapar dan mencari bekal makanan untuk
dimakan.Mereka tidak memahami bagaimana mereka harus
memulihkan keadaan dan mengganti harta benda mereka yang hilang.
 Periode Post Traumatic (Recovery Period) : Berlangsung lama, bahkan
sepanjang hayat. Periode ini berlangsung tatkala korban bencana
berjuan untuk melupakan pengalaman yang terjadi berupa tekanan,
gangguan fisiologi, dan psikologi akibat bencana yang mereka alami.
8. PENYEBAB PTSD
 Kejadian traumatic
 Trauma masa kecil
 Trauma fisik
 Prosedur medikasi
 Jenis kepribadian introvert
 Lingkungan kerja
 Tingkat spiritual
 Tingkat pendidikan
 Pengalaman
 Bencana alam, perang, kehilangan, kekerasan
 Faktor psikodinamika
 Biologis
9. Peristiwa Traumatik Yang Dapat Mengarah Ptsd
 Perang (War)
 Pemerkosaan (Rape)
 Bencana alam (Natural disasters)
 Kelakaan mobil/Pesawat (A car or plane crash)
 Penculikan (Kidnapping)
 Penyerangan fisik (Violent assault)
 Penyiksaan seksual/fisik (seksual or physical abuse)
 Prosedur medikal - Terutama pada anak-anak (Medical
 procedures - Especially inkids)
10. Tanda Dan Gejala Ptsd
 Merasakan kembali peristiwa traumatic (Experience Symptom), tanda
merasakan kejadian seakan terulang kembali
 Menghindar (Avoidance Symptom), tanda berusaha meenghindari
pemikiran, pembicaraan tentang traumanya,menghindari tempat yang
mengingatkan
 Waspada (Hyperarousal Symptom), tanda sulit tidur, tidur tapi gelisah,
mudah marah, sulitt konsentrasi, selalu awas seakan bahaya
mengincar, gelisah, tidak tenang, waspada
11. DAMPAK PTSD
 Gejala gangguan fisik: Pusing, gangguan pencernaan, sesak napas,
tidak bisa tidur, kehilangan selera makan, impotensi, dan sejenisnya.
 Gangguan kognitif: Gangguan pikiran seperti disorientasi,mengingkari
kenyataan, linglung, melamun berkepanjangan, lupa,terus menerus
dibayangi ingatan yang tak diinginkan, tidak fokus dan tidak
konsentrasi, tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang
sederhana, tidak mampu mengambil keputusan.
 Gangguan emosi: Halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang
menekan, berbahaya, dan memerlukan perawatan aktif yang
dini),mimpi buruk, marah, merasa bersalah, malu, kesedihan yang
berlarut-larut, kecemasan dan ketakutan.
 Gangguan perilaku : Menurunnya aktivitas fisik,seperti gerakan tubuh
yang minimal. Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif
(berulang-ulang).
 Gangguan sosial: Memisahkan diri dari lingkungan,menyepi, agresif,
prasangka, konflik dengan lingkungan, merasa ditolak atau sebaliknya
sangat dominan.
12. Penatalaksanaan Ptsd
a) Farmakologi :
 Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs): mengatasi gejala
cemas, depresi, perilaku menghindar, dan pikiran yang intrusive
(mengganggu) pada penderita PTSD. Obat golongan SSRIs antara
lain:fluoxetine, sertraline
 Mood stabilizers (ex: carbamazepin)
 Beta adrenergic blocking agents (ex: propanolol)
 Antidepresan
 Atipikal Antipsikotik
 Bertindak sebagai dopaninergik dan serotoninergik. Obat ini
digunakan pada pasien dengan psikotik sebagai komorbidnya.
Atipikal Antipsikotik tidak dianjurkan untuk monoterapi pada
PTSD.
 Benzodiazepin
b) Non Farmakologi
 CBT: Exposure therapy, cognitive therapy, Kognitif
restrukturisasi.
 Anxiety management melalui: relaxation training, breathing
retraining
 Positive thinking dan self-talk
 Assertiveness training
 Thought stopping
 Terapi bermain berguna pada penyembuhan anak dengan PTSD
 Terapi debriefing
 Support group therapy dan terapi bicara
 Terapi keluarga
13. MASALAH KEPERAWATAN
a. Sindroma Pasca Trauma
b. Keputusasaan
c. Ketidakberdayaan

Anda mungkin juga menyukai