Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PELATIHAN DETEKSI DINI DAN PENATALAKSANAAN GANGGUAN JIWA


DI PUSKESMAS GONDOMANAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

Disusun oleh:
1. dr Yusniar Ridani
2. Anissa Eka Noviarini
Instansi : UPTD Puskesmas Girimulyo I Kulon Progo
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
PELATIHAN DETEKSI DINI DAN PENATALAKSANAAN GANGGUAN JIWA
DI PUSKESMAS GONDOMANAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari rangkaian proses
pembelajaran pada suatu pelatihan bagi ASN, karena tahap ini dianggap sebagai bentuk
pengkayaan dari seluruh materi yang selama ini telah diperoleh di dalam kelas.
Tujuan kegiatan PKL ini adalah memberikan kesempatan kepada peserta latih
untuk meningkatkan pemahaman bagaimana nantinya seorang dokter dan perawat
dapat melakukan deteksi dini dan penatalaksanaan gangguan jiwa dan memberikan
asuhan keperawatan pada pelayanan pasien dengan gangguan jiwa di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Selain untuk tujuan tersebut di atas, PKL juga mempunyai dasar pertimbangan
pada teori yang menyatakan bahwa proses belajar dapat terjadi melalui 2 cara
pendekatan yang berbeda, yaitu :
1. Belajar melalui pemahaman, seseorang mulai belajar ketika munculnya pemahaman
atau pengertian yang terjadi akibat adanya hubungan antara suatu hal dengan hal
lainnya. Dalam kegiatan ini peserta latih akan mendapat banyak pemahaman baru
mengenai diagnosis, tata laksana dan rujukan gangguan jiwa serta asuhan
keperawatan yang sering ditemui di FKTP.
2. Belajar melalui contoh, seseorang balajar melalui pengamatannya terhadap tingkah
laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut kemudian meniru tingkah laku
yang baru itu. Dalam kegiatan ini peserta latih akan melihat berbagai gambaran
pasien dengan berbagai masalah gangguan jiwa dan akan mendapatkan contoh dari
fasilitator bagaimana melakukan deteksi dini, diagnosis, penatalaksanaan dan
rujukan serta asuhan keperawatan pada pasien tersebut. Hal ini akan membantu
peserta latih saat menerapkan teori yang telah diberikan sebelumnya pada pasien di
tempat kerjanya masing-masing.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Bapelkes Yogyakarta melakukan
kegiatan PKL ini ke FKTP yang diyakini dapat memberikan pengalaman dalam
melakukan deteksi dini, tata laksana, asuhan keperawatan dan rujukan gangguan jiwa
pada pelayanan di FKTP. Adapun kegiatan PKL ini juga dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta latih dalam rangka membandingkan
kenyataan dari hasil yang diperoleh di lapangan terhadap teori yang telah dipelajari di
kelas, sehingga peserta latih lebih terampil dalam memberikan pelayanan pada pasien
gangguan jiwa di tempatnya masing-masing.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan PKL, peserta latih mampu melakukan deteksi dini,
penatalaksanaan, asuhan keperawatan serta rujukan kasus gangguan jiwa di FKTP.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai PKL, peserta latih mampu :
a. Melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa
b. Melakukan wawancara psikiatrik dan komunikasi terapeutik,
c. Melakukan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan gangguan ansietas,
d. Melakukan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan gangguan depresi,
e. Melakukan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan gangguan psikotik,
f. Melakukan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan gangguan perkembangan dan gangguan perilaku pada anak,
g. Melakukan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan gangguan demensia pada lansia,
h. Melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan psikiatrik.

II. HASIL PRAKTIK LAPANGAN


A. Identitas Pasien
Nama : Tn.”T.H”
Umur : 59 th
Agama : Kristen
Alamat : Sayidan GM II
Pekerjaan : Pensiunan wartawan rohani
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Kontrol tekanan darah ( anggota prolanis). Tidak mengeluhkan keluhan fisik.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merupakan anggota prolanis aktif Hipertensi yang selalu datang setiap
tanggal 15 setiap bulan untuk cek tekanan darah. Pasien tidak mengeluhkan
gangguan tidur, leher tidak cengeng, tidak ada pusing, tidak ada keluhan nyeri otot,
tidak ada nyeri dada, tidak ada jantung berdebar-debar. Pasien tidak mengeluhkan
adanya kelelahan fisik, tidak mengalami kehilangan minat pada hal-hal yang disukai,
pasien merasa bahagia dan nyaman dengan kondisinya saat ini. Pasien mengatakan
dia juga memiliki masalah dengan kejiwaannya dan rutin kontrol di RSUD Kota Jogja
tiap 3 bulan sekali. Terapi dari RSUD antara lain Risperidon 1x2mg, THP 1x2mg,
Diazepam 1x1 mg. Pasien mengatakan mengalami halusinasi tetapi saat ini sudah
jarang terjadi. Halusinasi muncul terakhir kali sudah sekitar 2 bulan yang lalu. Saat
halusinasi muncul,pasien memang sudah 4 bulan tidak kontrol ke RSUD. Saat ini
pasien rutin minum obat hipertensi dan obat antipsikotik.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami kecelakaan, tetapi tidak ada trauma pada kepala.
Tidak ada riwayat kejang demam. Pasien didiagnosis hipertensi sejak tahun 2010.
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alcohol, dulu merokok tetapi sekarang sudah
tidak merokok sekitar 5 tahun. Kadang pasien minum kopi.
Pasien mengatakan dulu mengalami masalah kejiwaan. Pada tahun 2006
pasien pernah periksa di RS Puri Nirmala dan dirawat inap selama 10 hari di RSJ
Magelang karena mengalami halusinasi. Saat halusinasi muncul pertama kali,
keluarga langsung mengetahui ada yang tidak wajar pada pasien sehingga langsung
dibawa berobat ke RS Puri Nirmala. Halusinasi yang dialami pasien adalah halusinasi
dengar. Pasien mengatakan mendengar suara wanita yang mengejar-ngejar dia
untuk mengajak menikah. Suara tersebut datang setiap saat, hampir setiap menit
selalu mendengar suara tersebut. Bahkan saat bekerja atau melakukan aktivitas
sehari-hari pun suara tersebut sering muncul. Saat halusinasi datang, pasien
memarahi suara tersebut dan mengomel sendiri. Pasien mengatakan faktor yang
mencetuskan timbulnya halusinasi adalah masalah pekerjaannya dan ada
hubungannya dengan keimanannya. Pasien merasa halusinasi yang dialami
merupakan ujian dari Tuhan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Bapak kandung mempunyai riwayat sakit Asma. Bapak pasien sudah
meninggal saat pasien kelas 5 SD. Adik kandung no 3 mempunyai riwayat hipertensi.
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat ganguan jiwa
5. Riwayat Psikososial
Hubungan dengan anggota keluarga baik. Istrinya masih bekerja sebagai
seorang guru yang sangat perhatian terhadap pasien. Pasien memiliki 2 orang anak
yang sudah berkeluarga semua. Dukungan keluarga akan kesembuhan pasien
sangat baik. Hubungan dengan tetangga baik. Saat ini pasien tinggal di rumah hanya
berdua dengan istrinya. Pasien dulu bekerja sebagai wartawan kerohanian. Sampai
saat ini pasien senang menulis dan sering diunggah ke facebook.
6. Pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (ADL)
Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri. Pasien tahu
kapan harus mandi dan makan. Aktivitas toileting dilakukan mandiri. Penampilan rapi,
bersih, tidak bau. Kegiatan yang sering dilakukan antara lain senam ringan di pagi
hari sebelum mandi, menulis artikel, menengok dan bermain dengan cucu. Setiap
kontrol ke puskesmas, pasien selalu datang sendiri tidak diantar keluarga.
C. Pemeriksaan Fisik
KU : baik
Kesadaran : CM
Vital Sign :
TD : 160/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 16x/menit
BB : 68 kg
TB : 163 cm
Kepala: Mesocepal, tidak anemis, tidak ikterik.
Leher: tidak ada peningkatan JVP
Thorax: cor S1, S2 reguler
Pulmo : suara dasar vesikuler kanan kiri. Tidak ada suara tambahan.
Abdomen :bunyi usus normal, tidak ada asites.
Ekstrimitas : tidak ada oedem, kekuatan otot normal, akral hangat.
D. Pemeriksaan Psikiatri
1. Kesan Umum
Pasien terlihat semangat. Pasien juga mengatakan bahwa perasaannya sedang
bahagia, tenang dan nyaman.
2. Orientasi
Pasien mengetahui saat ini pagi hari dan sedang berada di puskesmas untuk
mengambil obat. Pasien mampu mengenali orang yang berada di sekitarnya.
3. Sikap dan tingkah laku
Pasien tenang dan kooperatif. Ada kontak mata dengan pemeriksa.
4. Proses pikir
Bentuk pikir koheren, tidak ada waham dan berbicara nyambung. Pasien dapat
menceritakan kejadian yang pernah dialami atau dirasakan dengan runtut.
5. Roman muka
Afek sesuai
6. Gangguan persepsi dan sensori
Saat ini halusinasi tidak muncul
7. Gangguan memori
Tidak ada gangguan memori
8. Tilikan diri (Insight)
Pasien mampu mengenali siapa dirinya, memahami kondisinya saat ini, dan tahu apa
yang harus dilakukan jika gejala gangguan jiwanya muncul.
E. Diagnosa Medis
1. Hipertensi
2. Gangguan Psikosis dd Skizofrenia
F. Penatalaksanaan
1. Psikoedukasi
Menjelaskan pentingnya untuk minum obat secara teratur dan rutin. Menganjurkan
untuk melakukan aktivitas sosial di lingkungan sekitar rumah dan tetap melanjutkan
kegiatan menulisnya. Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan dan control rutin
setiap bulan.
2. Psikofarmaka
Risperidon 0-0-1/4
THP 0-0-1
3. Terapi Hipertensi
Amlodipin 1x5mg
G. Asuhan Keperawatan
Implementasi Evaluasi
Senin, 16 Oktober 2017
Jam 09.30 WIB

Diagnosis Keperawatan: S:
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pasien mengatakan senang saat bercakap-
cakap karena sudah banyak yang membantu
DS: untuk kesembuhan dirinya.
Pasien mengatakan pernah mengalami
halusinasi tetapi saat ini jarang muncul, O:
pasien mengatakan ada suara wanita yang - Pasien mampu mengidentifikasi isi,waktu,
mengejar-ngejar mengajak menikah. frekuensi, situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi.
DO: - - Pasien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi
- Pasien mampu memperagakan cara
Intervensi: mengajak orang lain bercakap-cakap jika
1. Kaji halusinasi halusinasi muncul
2. Jelaskan masalah halusinasi kepada
pasien A : Tidak ada halusinasi selama pertemuan
3. Ajarjan cara menghardik halusinasi
4. Ajarkan bercakap-cakap dengan P:
orang lain saat halusinasi muncul - Barcakap-cakap dengan orang lain
5. Ajarkan melakukan aktivitas secara - Minum obat antispikotik 1 kali per hari
terjadwal - Minum obat antihipertensi 1 kali per hari
6. Jelaskan manfaat patuh minum obat
dan prinsip 6 benar obat

H. Evaluasi
1. Subyektif
Pasien mengatakan senang karena sudah banyak yang membantu untuk
kesembuhan dirinya.
2. Obyektif
a. Pasien mampu mengidentifikasi isi,waktu, frekuensi, situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi.
b. Pasien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi
c. Pasien mampu memperagakan cara mengajak orang lain bercakap-cakap jika
halusinasi muncul.
3. RTL : kontrol rutin setiap sebulan sekali di puskesmas untuk pemeriksaan tekanan
darah. Kontrol ke RSUD Kota Jogja sebelum obat antipsikotik habis atau jika gejala
kekambuhan terjadi.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Deteksi dini gangguan jiwa sangat penting dilakukan oleh tenaga kesehatan,
kader dan keluarga agar semakin cepat ditemukan, semakin cepat diagnosis ditegakkan
maka semakin cepat pula dilakukan pengobatan dan penanganannya sehingga
memotong perjalanan penyakit dan mencegah hendaya dan disabilitas. Seperti halnya
dalam kasus ini, saat gejala halusinasi muncul pertama kali, keluarga langsung
menyadari dan membawa pasien periksa sehingga masalah yang dialami pasien segera
tertangani dan pada akhirnya sampai sekarang perkembangan kesehatan psikiatri
pasien lebih baik dibandingkan dengan yang terlambat mendapat pengobatan dan
perawatan.
B. Hambatan selama PKL
Pasien datang ke puskesmas sendirian tanpa ditemani keluarga sehingga kami
mengalami kesulitan untuk mengklarifikasi data (alo anamnesa).
C. Saran
1. Untuk Puskesmas
Pasien selalu kontrol gangguan psikotiknya ke RSUD kota jogja, sebaiknya ada
rujukan balik dari RSUD tentang kondisi pasien saat ini dan tentang kelanjutan terapi
apakah bisa di puskesmas atau tetap di RSUD. Dalam rekam medis pasien juga
belum ada catatan tentang penatalaksanaan dan intervensi keperawatan gangguan
jiwa, sehingga perlu bagi puskesmas untuk melengkapinya.
2. Untuk Dinas Kesehatan
Sebaiknya menyediakan obat antispikotik untuk puskesmas seperti Risperidon dan
Haloperidol injeksi. Selain itu sebaiknya ada monitoring terhadap nakes yang telah
dilatih tentang kesehatan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai