Anda di halaman 1dari 30

VITAMIN D (CARCIFEROL)

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metabolisme Gizi Mikro
Dosen Pengampu : Iseu Siti Aisyah, S.P., M.Kes

Oleh :

Dian Putri Oktaviani 204102012

Risa Rianingsih 204102021

Dede Novirianti 204102024

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam marilah kita
panjatkan kepada Nabi Muhammad saw. semoga kita semua mendapat syafa’at
Beliau di akhir nanti. Aamiin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metabolisme Gizi
Mikro dengan judul “Vitamin D (Carciferol)” yang memberikan gambaran
mengenai apa itu Vitamin D, struktur, sumber, metabolismenya, kecukupan,
masalah defisiesni Vitamin D, serta toksisitas. Ucapan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Metabolisme Gizi MikroIbu Iseu Siti Aisyah, S.P., M.Kes
dan seluruh pihak terkait yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Namun, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah “Vitamin D
(Carciferol)” ini dikemudian hari.

Tasikmalaya, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 1

C. Tujuan Makalah .................................................................................. 2

D. Kegunaan Makalah ............................................................................. 2

E. Prosedur Penulisan Makalah ............................................................. 2

BAB II.............................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Definisi dan Sifat Vitamin D .............................................................. 3

B. Struktur................................................................................................ 3

C. Sumber Vitamin D .............................................................................. 4

D. Pencernaan dan Penyerapan.............................................................. 6

E. Transportasi Penyimpanan Vitamin D ............................................. 7

1. Protein Pengikat Vitamin D ........................................................... 8

2. Distribusi Jaringan .......................................................................... 8

F. Fungsi Metabolik Vitamin D .............................................................. 9

1. Sebagai Hormon Steroid ................................................................. 9

2. Jalur Genom Vitamin D................................................................ 10

3. Jalur Nonemik Vitamin D ............................................................ 11

4. Metabolisme Kalsium dan Fosfor ................................................ 11

ii
G. Metabolisme dan Ekskresi ............................................................... 11

H. Biomarker Vitamin D ....................................................................... 12

I. Kecukupan ......................................................................................... 13

J. Defisiensi ............................................................................................ 14

1. Rakhitis........................................................................................... 16

2. Osteomalasia .................................................................................. 19

3. Osteoporosis ................................................................................... 20

K. Toksisitas............................................................................................ 21

BAB III .......................................................................................................... 24

PENUTUP ..................................................................................................... 24

A. Kesimpulan ........................................................................................ 24

B. Saran .................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Vitamin D merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk tubuh.
Asupan gizi atau asupan vitamin D haruslah sesuai dengan kebutuhan. Vitamin D
memiliki peranan utamanya dalam pertumbuhan tulang. Vitamin D berbentuk
kriastal putih yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam minyak dan zat-zat
pelarut lemak (Syauqy, 2015).
Vitamin D juga memiliki peran penting bersama dengan mineral yaitu
kalsium (Ca), fosfor (P) dan magnesium (Mg) dalam pemeliharaan kesehatan dan
gigi. Status vitamin D mempengaruhi kesehatan tulang. Ini juga berfungsi dalam
pengaturan perkembangan seluler dan diferensiasi sebagian besar sel, dalam
pengaturan kelenjar paratiroid dan fungsi sistem kekebalan, di kulit, dalam
pencegahan kanker, dan dalam metabolisme senyawa asing. Hampir 40% saat ini
populasi orang dewasa mengalami kekurangan vitamin D. Diperkirakan 10 juta
orang di Amerika mengalami osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit karena
kerapuhan tulang yang meningkat yang bisa disebabkan karena kurangnya asupan
vitamin D.
Kekurangan vitamin D masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
global pada semua kelompok umur, dilihat dari dampak yang sering terjadi adalah
risiko penyakit tulang metabolik, rakhitis dan osteoporosis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud vitamin D?


2. Bagaimana struktur vitamin D?
3. Apa saja sumber bahan vitamin D?
4. Bagaimana pencernaan dan penyerapan vitamin D?
5. Bagaimana penyimpanan vitamin D dalam tubuh?
6. Bagaimana metabolisme dan eksresi vitamin D dalam tubuh?
7. Apa saja fungsi dari vitamin D?
8. Bagaimana biomarker status vitamin D?
9. Bagaimana angka kecukupan vitamin D dalam tubuh?
1
10. Bagaimana defisiensi vitamin D dalam tubuh?
11. Bagaimana toksisitas vitamin D dalam tubuh?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan vitamin D


2. Untuk mengetahui struktur vitamin D
3. Untuk mengetahui sumber bahan vitamin D
4. Untuk mengetahui pencernaan dan penyerapan vitamin D
5. Untuk mengetahui penyimpanan vitamin D dalam tubuh
6. Untuk mengetahui metabolisme dan eksresi vitamin D dalam tubuh
7. Untuk mengetahui fungsi dari vitamin D
8. Untuk mengetahui biomarker status vitamin D
9. Untuk mengetahui angka kecukupan vitamin D dalam tubuh
10. Untuk mengetahui bagaimana defisiensi vitamin D dalam tubuh
11. Untuk mengetahui bagaimana toksisitas vitamin D dalam tubuh

D. Kegunaan Makalah

1. Memberikan informasi tentang Vitamin D mencakup; bagaimana metabolismenya,


penyerapan dan pencernaan, fungsinya, penyimpanannya, angka kecukupan gizi
hingga defisiensi yang muncul karena vitamin D.
2. Sebagai tambahan wawasan bagi setiap pembaca

E. Prosedur Penulisan Makalah

Dalam menyusun makalah ini kami menggunakan metode


pengumpulan data. Pengumpulan data yang ditempuh menggunakan kajian
kepustakaan dengan membaca literature dari berbagai sumber.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Sifat Vitamin D

Vitamin D dikenal dengan nama karsiferol merupakan kelompok senyawa


atau hormon yang diproduksi dari sterol di dalam tubuh oleh aksi fotolitik sinar
ultraviolet pada kulit; individu yang menerima paparan sinar matahari
sederhana mampu menghasilkan vitamin D mereka sendiri. Vitamin D adalah
deskriptor generik untuk semua steroid yang secara kualitatif menunjukkan
aktivitas biologis kolekalsiferol.
Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu D2 atau disebut ergokalsiferol dan
D3 atau disebut kolekalsiferol. Ergokalsiferol terdapat dalam steroid tanaman,
sedangkan kolekalsoferol biasanya terdapat pada hewan. Vitamin D
memainkan peran penting, bersama dengan mineral penting kalsium (Ca),
fosfor (P), dan magnesium (Mg), dalam pemeliharaan kesehatan tulang dan
gigi.
Vitamin D2 dan D3 adalah bubuk putih-kuning yang tidak larut dalam air,
cukup larut dalam lemak, minyak, dan etanol; dan bebas larut dalam aseton,
eter, dan petroleum eter. Masing-masing menunjukkan serapan ultraviolet
(UV) yang kuat, dengan maksimum pada 264 nm. Masing-masing sensitif
terhadap O2, cahaya, dan yodium. Panas atau keasaman ringan dapat
mengubah masing-masing ke masing-masing 5,6-transdan bentuk tidak aktif
lainnya. Sementara vitamin stabil dalam bentuk kering, dalam pelarut organik,
dan di sebagian besar minyak tumbuhan (karena adanya -tokoferol, yang
berfungsi sebagai antioksidan pelindung), labilitas termal dan foto dapat
mengakibatkan kerugian selama prosedur persiapan seperti saponifikasi
dengan refluks. Dalam larutan, vitamin D2 dan D3 mengalami isomerisasi yang
reversibel dan bergantung pada suhu menjadi previtamin D, masing-masing
membentuk campuran keseimbangan kedua vitamin.

B. Struktur

Secara struktural, vitamin D berasal dari steroid dan dianggap sebagai


secosteroid karena salah satu dari empat cincinnya rusak. Vitamin D

3
mengandung tiga cincin utuh (A, C, dan D) dengan putusnya cincin B antara
karbon 9 dan 10 (lihat struktur previtamin). Dua bentuk utama vitamin D2
(ergocalciferol) dan D3 (cholecalciferol) berbeda dalam struktur rantai
sampingnya, tetapi tidak dalam metabolisme umum atau fungsinya dalam
tubuh.

Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu D2 atau disebut ergokalsiferol dan D3
atau disebut kolekalsiferol. Kedua jenis vitamin D ini memiliki struktur yang
berbeda
 Rantai sembilan karbon, tak jenuh tunggal yaitu memiliki satu ikatan rangkap.
Senyawa aktif vitamin D ini merupakan turunan dari ergocalciferol atau disebut
juga D2. Vitamer ini dapat diproduksi secara sintetik dengan fotolisis sterol
tumbuhan.
 Rantai delapan karbon, jenuh yaitu tidak memiliki ikatan rangkap. Senyawa
aktif turunan ini merupakan turunan dari kolekalsiferol atau disebut D3, yang
diproduksi secara metabolik melalui proses alami fotolisis 7-DHC pada
permukaan kulit yang terpapar sinar matahari. Vitamer yang aktif secara
metabolik adalah cincin terbuka tersubstitusi rantai samping dengan struktur
cis-triena dengan karbon terhidroksilasi pada posisi cincin 1 dan posisi rantai
samping 25.

C. Sumber Vitamin D

Vitamin D disediakan oleh sejumlah kecil makanan yang berasal dari


hewan. Dalam makanan, vitamin ini cukup stabil dan dengan demikian tidak

4
mudah hilang saat dimasak, disimpan, atau diproses. Jumlah vitamin terbesar
ditemukan pada ikan berlemak (dan minyaknya) seperti ikan todak, salmon,
tuna, dan sarden. Beberapa makanan yang berasal dari tumbuhan, seperti jamur
shitake.
Vitamin D diperoleh melalui sinar matahari dan makanan. Daerah tropis
tidak memungkinkan kemungkinan kekurangan vitamin D. Kekurangan
vitamin D lebih mungkin terjadi pada negara-negara yang tidak selalu
mendapat sinar matahari.
Sumber utama vitamin D pada daerah nontropis berasal dari makanan.
Sumber utama vitamin D dalam bentuk kalsiferol berasal dari makanan hewani,
yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati ikan.

5
Sumber utama vitamin D lainnya adalah yang dibuat dalam tubuh dari
steroid 5,7-cholestradienol, biasa disebut 7- dehydrocholesterol, yang
berasal dari kolesterol. Secara khusus, 7-dehydrocholesterol dibuat di
kelenjar sebaceous kulit dan disekresikan ke permukaan kulit, di mana ia
dimasukkan ke dalam berbagai lapisan kulit, termasuk dermis dan terutama
epidermis. Himpunan ikatan rangkap terkonjugasi (lima sampai tujuh) di
cincin B dari 7- dehidrokolesterol memungkinkan penyerapan panjang
gelombang cahaya tertentu yang ditemukan dalam kisaran ultraviolet. Jadi,
selama paparan langsung sinar matahari (foton tidak menembus kaca),
foton ultraviolet B (UVB) (panjang gelombang ~ 285-320 nm) menembus
ke dalam epidermis dan dermis, memungkinkan 7-dehidrokolesterol dalam
membran plasma sel kulit untuk menyerap foton; peristiwa ini
menyebabkan cincin B terbuka, membentuk previtamin 3 (juga disebut
precholecalciferol).

D. Pencernaan dan Penyerapan

Vitamin D yang diserap berasal makanan ataupun berasal dari kulit akan
masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah, vitamin D akan diikat oleh

6
vitamin D-binding protein (DBP) atau globulin yang merupakan suatu protein
transport. Vitamin D akan ditransportasikan ke hati yang selanjutnya pertama
kali vitamin D3 dihidroksilasi menjadi kalsidisol dengan bantuan enzim 25-
D3-hidroksilase. Lalu 25-hidroksi vitamin D3 memasuki sirkulasi menuju
ginjal dan mengalami hidroksilasi yang kedua dengan bantuan enzim 1α-
hydroxylase yang membentuk vitamin D yang metabolit aktif.
Vitamin D diserap dari usus kecil melalui difusi pasif tak jenuh yang
bergantung pada pelarutan misel. Jumlah terbesar vitamin D diserap di daerah
distal dimana makanan memiliki waktu transit yang lebih lama. Vitamin D
yang baru diserap dilepaskan oleh enterosit ke dalam limfatik di kilomikra.

E. Transportasi Penyimpanan Vitamin D

Vitamin D3 terbentuk di kulit ditranslokasikan ke dalam dermal capillary


bed, kemudian ke sirkulasi umum, melalui proses yang tampaknya selektif
untuk D3, meninggalkan previtamin D3 di epidermisnya. Pemain utama dalam
translokasi ini adalah spesifik DBP dalam plasma tempat semua vitamin asal
biogenik terikat.

Sebaliknya, vitamin D yang diserap secara enterik hadir dalam sirkulasi


yang terikat pada DBP dan lipoprotein dalam jumlah yang sebanding,
tampaknya ditransfer selama proses degradasi kilomikron di hati. Studi telah
menunjukkan bahwa tingkat sirkulasi metabolit hati, 25-OH-D3, dipengaruhi
oleh apolipoprotein E (apoE) genotipe manusia dan juga telah ditemukan
memiliki serum 25-OH-D . yang lebih besar konsentrasi daripada noncarrier.

7
1. Protein Pengikat Vitamin D

Seperti sterol lainnya, vitamin D diangkut dalam plasma sebagian besar


berhubungan dengan protein. Sementara beberapa burung dan mamalia
mengangkut vitamin D dalam hubungannya dengan albumin, dan ikan dengan
kerangka tulang rawan (misalnya, hiu dan pari) mengangkutnya Bersama
dengan lipoprotein plasma, sebagian besar spesies menggunakan protein yang
disebut transkalsiferin atau, lebih umum, DBP.

DBP berada dalam keluarga gen yang sama dengan albumin dan -
fetoprotein. Pada mamalia, iniadalah asam amino glikosilasi, kaya sistein, -
globulin atau 458 dengan berat molekul 55–58 kD, tergantung pada keadaan
glikosilasinya. Ini memiliki tiga domain -heliks homolog internaldan ada
sebagai beberapa isoform karena perbedaan baik struktur primer protein
(melibatkan ada/tidaknya sebuah asam-acetylneuraminic pada residu treonin
pada posisi 420) dan bagian karbohidrat yang ditambahkan setelah translasi.
Tiga alel yang umum. Ayam memiliki dua DBP yang berbeda (54 kDa dan 60
kDa) yang masing-masing secara istimewa mengikat vitamin D3dan
metabolitnya versus masing-masing vitamin D2 analog.
DBP mengikat vitamin D dan metabolit secara stoikiometri, dengan
pengikatan ligan bergantung padacis-struktur triena dan C3- pengelompokan
hidroksil. Pada individu yang cukup gizi, DBP mengikat sekitar 88% dari 25-
OH-D3dalam serum dengan afinitas dan urutan besarnya lebih besar dari 1,25-
(OH)2-D. Konsentrasi DBP dalam plasma, biasanya 4-8μM.

2. Distribusi Jaringan

Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak lainnya, vitamin D bukan
disimpan oleh hati mamalia kecuali pada beberapa ikan. Ini mencapai hati
dalam beberapa jam setelah diserap di usus atau disintesis di kulit, tetapi dari
hati didistribusikan secara relative merata di antara berbagai jaringan, di mana
ia berada di kompartemen hidrofobik. Oleh karena itu, jaringan lemak seperti
adiposa menunjukkan konsentrasi yang sedikit lebih besar. Namun, dalam
8
jaringan itu vitamin ditemukan dalam fase lipid curah, dari mana ia hanya
dimobilisasi secara perlahan. Sekitar setengah dari total vitamin D dalam
jaringan terjadi sebagai vitamin D induk spesies, dengan bentuk paling
melimpah berikutnya, 25-OH-D3, mewakili 20% dari total. Dalam plasma,
bagaimanapun, metabolit terakhir mendominasi beberapa kali lipat.Jaringan
termasuk ginjal, hati, paru-paru, aorta, dan jantung juga cenderung
mengakumulasi 25-OH-D3. Diperkirakan bahwa distribusi jaringan vitamin D
yang tidak merata, dalam berbagai bentuknya, berkaitan dengan perbedaan
dalam kandungan lipid jaringan dan protein pengikat vitamin D yang terkait
dengan jaringan, fraksi terakhir adalah yang lebih kecil dari dua kumpulan
vitamin intraseluler.

Konsentrasi kedua 25-OH-D3dan 1,25- (OH)2-D3 lebih rendah dalam


serum tali pusat janin dan bayi baru lahir daripada serum ibu mereka. 25-OH-
D . janin itu3tingkat berkorelasi dengan tingkat ibu (dan menunjukkan variasi
musiman yang sama) menunjukkan bahwa metabolit melintasi plasenta.
Korelasi seperti itu tidak terlihat untuk 1,25- (OH)2-D3. Tingkat pergerakan
transplasenta dari metabolit terakhir tidak diketahui; namun, plasenta
tampaknya mampumemproduksinya dari 25-OH-D . yang diturunkan dari ibu.

F. Fungsi Metabolik Vitamin D

1. Sebagai Hormon Steroid

Setidaknya beberapa, jika tidak semua, mekanisme kerja vitamin D


sesuai dengan model klasik hormon steroid. Artinya, ia memiliki sel
spesifik di organ target dengan protein reseptor spesifik; dan reseptor –
kompleks ligan bergerak ke nukleus, di mana ia mengikat kromatin pada
sekuens DNA spesifik dan merangsang transkripsi gen hilir tertentu untuk
menghasilkan mRNA spesifik yang mengkode sintesis protein spesifik
(ARA. 7.12). Vitamin D sendiri tidak aktif secara metabolik; itu harus
diubah menjadi metabolit aktif, 1,25- (OH)2-D3, yang berfungsi dalam dua
cara umum: dengan mengatur ekspresi gen dan dengan pensinyalan
nongenomik dari proses fisiologis utama.
9
2. Jalur Genom Vitamin D

Reseptor Vitamin D
Jaringan target untuk vitamin D mengandung reseptor nuklir
spesifik, VDR, yang mengikat 1,25- (OH)2-D3dengan afinitas tinggi dan
25-OH-D3dengan afinitas yang lebih rendah.73Studi autoradiografi telah
menunjukkan bahwa 1,25- (OH)2-D3 terlokalisasi dalam inti banyak jenis
sel yang mengandung VDR. VDR telah diidentifikasi di lebih dari 30 jenis
sel yang berbeda termasuk sel yang terlibat dalam homeostasis Ca (tulang,
ginjal, usus), fungsi kekebalan, fungsi endokrin, hematopoiesis, kulit, dan
tumor. Temuan tersebut menunjukkan luasnya fungsi genomik.74Defek
resesif autosomal yang jarang pada VDR bermanifestasi sebagai rakhitis
resisten vitamin D tipe II yang ditandai dengan plasma tinggi 1,25- (OH)2-
D3(membedakan kondisi dari rakhitis resisten vitamin D tipe I) dan, pada
beberapa keluarga, alopecia. Variasi alelik pada gen VDR dikaitkan dengan
penurunankepadatan mineral tulang dan peningkatan risiko patah tulang.

Elemen Responsif
Urutan promotor DNA spesifik bertindak sebagai VDRE. Ini mirip
dengan elemen responsif yang memediasi respons ekspresi gen dari
hormon tiroid atau asam retinoat; masing-masing terdiri dari pengulangan
langsung yang tidak sempurna dari elemen setengah pasangan enam
basa.Pengikatan 1,25- (OH)2-D3– Kompleks VDR menjadi VDRE
melibatkan salah satu reseptor retinoid X (RXR). Spesies aktif yang disukai
tampaknya merupakan heterodimer VDR– RXR.Sebagian besar sel berisi
VDR dan RXR; Oleh karena itu, ketersediaan 9-cis-asam retinoat dapat
menentukan set gen mana yang diatur oleh 1,25- (OH)2-D3. Regulasi
transkripsi ekspresi gen oleh vitamin D yang bekerja melalui sistem ini
diperkirakan melibatkan perubahan konformasi VDR yang dipengaruhi
oleh fosforilasi residu serinil spesifik pada pengikatan 1,25- (OH)2-D3. Ini
memfasilitasi perekrutan protein koaktivator yang menginduksi
remodeling kromatin dan mengekspos domain protein yang mampu

10
berinteraksi dengan VDRE untuk mempengaruhi transkripsi yang
dimediasi RNA polimerase.

3. Jalur Nonemik Vitamin D

Beberapa respons terhadap vitamin D terjadi dalam hitungan detik


hingga menit dari 1,25- (OH)2-D3paparan dan diperantarai oleh membran.
Ini menunjukkan pensinyalan yang tidak bergantung pada respons genomik,
yang biasanya memakan waktu berjam-jam hingga berhari-hari.
Tanggapan pertama yang diakui adalah transkaltachia, transportasi cepat
Ca2+melintasi mukosa usus. Beberapa respon transkripsi-independen
lainnya sejak itu telah ditunjukkan . Bahwa respons cepat ini bergantung
pada VDR ditunjukkan oleh ketidakhadirannya pada tikus VDR-null.
Namun, bukti menunjukkan keterlibatan reseptor lain, protein pengikat
steroid respons cepat terkait membran. Itu tampaknya merupakan protein
yang terlokalisasi di membran plasma caveolae.

4. Metabolisme Kalsium dan Fosfor

Fungsi vitamin D yang paling jelas dijelaskan adalah dalam


homeostasis Ca2+dan fosfat. Hal ini dipengaruhi oleh sistem
multihormonal yang melibatkan produksi terkontrol 1,25-(OH)2-D3, yang
berfungsi Bersama dengan PTH dan kalsitonin (CT). Pengaturan sistem ini
terjadi pada titik-titik absorpsi usus, akresi dan mobilisasi tulang, dan
ekskresi ginjal.

G. Metabolisme dan Ekskresi

Hidroksilasi kalsitriol pada karbon 24 oleh 24-hidroksilase menghasilkan


metabolit trihidroksi, 24, 25- (OH)3D, yang dapat dioksidasi lebih lanjut
menjadi , 25- (OH)224-okso D. Reaksi selanjutnya, termasuk pemutusan rantai
samping, menghasilkan asam kalsitroat produk akhir utama (lihat Gambar
10.12). Metabolit vitamin D lainnya juga terbentuk setelah hidroksilasi,
oksidasi, dan konjugasi tambahan. Metabolit asam kalsitroat dan vitamin D

11
diekskresikan terutama melalui empedu dalam feses. Sedikit (<30%) vitamin
diekskresikan melalui urin.

Lebih dari 40 metabolit hidroksilasi vitamin D lainnya telah diidentifikasi.


Satu, 24R, 25- (OH)2-D, tampaknya memiliki peran khusus dalam
kelangsungan hidup embrio dan penyembuhan patah tulang.64Sebagian besar
lainnya tampak tidak aktif secara fisiologis dan diubah menjadi bentuk yang
dapat diekskresikan. Sekitar 95% ekskresi vitamin D terjadi melalui empedu,
dengan produk hidroksilasi rantai samping terhitung hampir seperlima.
Sebagian besar tidak mengikat DBP; mereka dan produk rantai pendeknya
dibersihkan dari sirkulasi dan diubah menjadi bentuk ekskretoris termasuk
ester lemak dan glukuronida. Dua yang terikat oleh DPB adalah 25,26-(OH)2-
D3, terdeteksi dalam plasma setelah D3, dan 26, 23-lakton dari 25-OH-
D3(tampaknya dihasilkan dari 25-OH-D3oleh CYP24A1 ekstrahepatik, yang
terakumulasi pada hewan D hipervitaminotik dan merupakan metabolit
ekskresi utama pada beberapa spesies (kelinci percobaan, oposum).

H. Biomarker Vitamin D

Indikator status vitamin D yang paling informatif adalah konsentrasi


25- OH-D3dalam serum/plasma. Level tersebut biasanya dalam kisaran10–
40ng / mL (25–125nM). Kadar PTH serum juga dapat menjadi biomarker status
vitamin D yang berguna. Tingkat PTH maksimum terlihat pada plasma 25-OH-
D3tingkat c.100 nM; Ekspresi PTH diturunkan regulasinya pada peningkatan
25-OH-D3 tingkat IOM menganggap 50 nM cukup untuk kesehatan tulang

12
pada orang dewasa dan anak anak, meskipun konsensus ahli menganggap
tingkat 70-80 nM sebagai optimal beberapa titik akhir yang terkait dengan
Kesehatan tulang dan gigi, fungsi ekstremitas bawah, risiko jatuh, patah tulang,
dan kanker menemukan serum 25-OH-D yang optimal3tingkat menjadi 90-100
nM.

I. Kecukupan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances


(RDA) untuk vitamin D, yang diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun
2010, mengasumsikan paparan sinar matahari minimal dan menyarankan
asupan 600 IU (15 mcg) vitamin D untuk anak-anak (usia >1 tahun), remaja,
dan orang dewasa, termasuk wanita yang sedang hamil atau menyusui.
Asupan yang direkomendasikan meningkat menjadi 800 IU (20 mcg)
vitamin D untuk orang dewasa yang berusia lebih dari 70 tahun.
Persyaratan diperkirakan 400 IU (10 mcg) untuk kelompok usia ini. Jumlah
vitamin D yang cukup diperkirakan dapat diperoleh dengan paparan sinar
matahari selama sekitar 5-15 menit pada tengah hari beberapa kali per
minggu. Paparan tersebut diperkirakan dapat meningkatkan konsentrasi
serum 25-OH D (25-hidroksivitamin D) menjadi 45 ng / mL dan
mengurangi lebih banyak kematian daripada yang akan terjadi akibat
kanker kulit.
Selain itu, rekomendasi asupan Vitamin D untuk bayi yang mungkin
berisiko kekurangan karena ASI rendah vitamin D dan paparan sinar
matahari yang minimal yaitu dengan Suplemen vitamin D (400 IU atau 10
mcg dan setara dengan RDA) direkomendasikan setiap hari untuk bayi
yang diberi ASI eksklusif atau sebagian. Komite Pedoman Praktik
Endokrin merekomendasikan asupan 1.500-2.000 IU (37,5-50 mcg)
vitamin D untuk orang dewasa yang berisiko kekurangan vitamin D.

13
J. Defisiensi

Kekurangan vitamin D tersebar luas di seluruh Amerika Serikat dan


dunia. Tergantung pada nilai cutoff yang digunakan untuk serum 25-OH
D, prevalensi defisiensi vitamin dapat mencapai 80%.

Defisiensi vitamin D dapat terjadi karena beberapa penyebab. Penyebab


utama yaitu paparan sinar matahari yang tidak memadai, suplai vitamin D
yang tidak memadai, dan kurang konsumsi makanan yang mengandung
vitamin D. Penyebab sekundernya berhubungan dengan gangguan dalam

14
aktivasi metabolisme vitamin, gangguan penyerapan, atau pengikatan inti
vitamin, misalnya :
1. Penyakit gastrointestinal (misalnya, penyakit usus kecil,
gastrektomi, pankreatitis) yang melibatkan malabsorpsi vitamin.
2. Penyakit hati (sirosis bilier, hepatitis) yang mengurangi aktivitas
25-hidroksilase.
3. Penyakit ginjal, yang mengurangi aktivitas 1- hidroksilase (nefritis,
gagal ginjal) atau menyebabkan hilangnya 25-OH-D3 ke dalam urin
(sindrom nefrotik).
4. Paparan obat (misalnya, fenobarbital antikonvulsan,
difenilhidantoin) yang menginduksi katabolisme kedua 25-OH-D3
dan 1,25-(OH)2-D160.
5. Hipoparatiroidisme, mengganggu kemampuan untuk merespons
hipokalsemia dengan meningkatkan aktivitas 1-hidroksilase.
6. Mutasi, mengakibatkan hilangnya 25-OH-D aktivitas 1-
hidroksilase dalam rakhitis tergantung vitamin D tipe I.
7. Mutasi Vitamin D Reseptor (VDR), merusak transkripsi gen yang
diatur vitamin D di rakhitis yang bergantung pada vitamin D tipe II
(Purnama et al., 2021).
8. Resistensi hormon paratiroid (PTH), menghasilkan
pseudohipoparatiroidisme, yaitu hipokalsemia tanpa kompensasi
retensi ginjal atau mobilisasi tulang Ca, meskipun sekresi PTH
normal.
9. Resistensi vitamin D, kerusakan absorpsi enterik dan reabsorpsi
fosfat tubulus ginjal, hipersensitivitas terhadap PTH, dan
penurunan 1-hidroksilasi 25-OH-D.

Kekurangan vitamin D terutama mempengaruhi tulang. Indikator


biokimia defisiensi mungkin termasuk peningkatan total atau konsentrasi
alkali fosfatase dan PTH tulang, ekskresi kalsium urin 24 jam yang rendah,
dan konsentrasi kalsium dan atau fosfor dan 25-OH D serum yang rendah.
Tanda-tanda defisiensi vitamin D yang paling jelas adalah kegagalan dalam
mineralisasi tulang; tetapi kekurangan vitamin D juga meningkatkan risiko
kardiovaskular (CVD), penyakit pernapasan, dan infeksi.

15
1. Rakhitis

Menurut Almatsier (2003) Ricketsia adalah kekurangan vtamin


D pada anak-anak, terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak
terhambat sehingga menjadi lembek. Vitamin D dan kalsium
merupakan nutrient penting pada tulang. Pertumbuhan dan mineralisasi
tulang bergantung pada ketersediaan dari kalsium dan fosfat yang
cukup. Akibat kurangnya mineralisasi pada lempeng tulang
menyebabkan penyakit rickets atau rakhitis. Rakhitis adalah penyakit
metabolik pada tulang yang sering dihubungkan dengan defisiensi
vitamin D dan penurunan penyimpanan kalsium pada sirkulasi,
terutama karena kurangnya kemampuan tulang untuk menyerap
kalsium. Biasanya orang dengan penyakit rakhitis memiliki perawakan
bentuk tubuh yang pendek dan memiliki kelainan sendi. Rakhitis dapat
didiagnosis berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologi dan uji biokimia.

16
Rakhitis pertama kali muncul pada anak usia 6-24 bulan, tetapi
dapat bermanifestasi kapan saja sampai penutupan lempeng
pertumbuhan epifisis tulang. Hal ini ditandai dengan gangguan
mineralisasi tulang yang sedang tumbuh dengan disertai nyeri tulang,
nyeri otot, dan tetani hipokalsemia. Tanda-tanda rakhitis muncul pada
usia sekitar 6 bulan pada bayi yang terkena. Dengan defisiensi, tulang
rawan epifisis terus tumbuh dan membesar tanpa penggantian yang
cukup oleh matriks tulang dan mineral. Pelebaran lempeng epifisis
terutama terlihat di ujung tulang panjang (yaitu, pergelangan tangan,
pergelangan kaki, dan lutut) dan di persimpangan costochondral
(disebut sebagai rosario rachitic dan menyerupai manik-manik di
persimpangan tulang rusuk dan tulang rawan).

17
Gambar. Anak rakhitis dengan genu varum (kiri), genu valgum
(tengan), saber tibia (kanan).

Gambar. Radiografi lutut anak normal (kiri) dan rachitic genu valgum
(kanan).

Radiografi mengungkapkan lempeng pertumbuhan epifisis


yang membesar akibat kegagalannya untuk termineralisasi dan
melanjutkan pertumbuhan. Rakhitis paling sering dikaitkan dengan
asupan makanan rendah Ca, seperti kurangnya akses atau penghindaran
produk susu (Combs & McClung, 2017).
Apabila terjadi defisiensi vitamin D, maka penyerapan dari
kalsium akan berkurang dan apabila asupan kalsium pada makanan
rendah dapat menyebabkan defisiensi kalsium total pada tubuh dan
menyebabkan hiperparatiroidisme. Karena terjadi peningkatan hormon
paratiroid menyebabkan terjadinya fosfaturia dan kadar fosfat serum
yang rendah sebagai hasil adalah mineralisasi tulang abnormal.
Mineralisasi tulang yang abnormal pada lempeng tulang akan
menyebabkan beberapa gangguan pada tulang, seperti rakhitis dan
apabila mineralisasi tulang yang abnormal berasal dari matriks tulang
akan menyebabkan osteomalacia (Ismunandar et al., 2021).

18
2. Osteomalasia

Osteomalasia (Malacia berarti "pelunakan," dan osteo mengacu


pada tulang) yang merupakan gangguan pembentukan tulang sehingga
tulang lembek dan melunak. Menurut Almatsier (2003) Osteomalacia
adalah ricketsia pada orang dewasa, biasanya terjadi pada wanita yang
konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari
atau asupan Vitamin D. Orang yang terkena biasanya mempunyai ciri-
ciri kaki bengkok, tulang punggung memendek dan tulang pinggul
pipih. Osteomalacia terjadi pada anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa dengan tulang yang terbentuk yang penutupan epifisisnya.

Gambar. (A) Anak usia 10 tahun dengan genu varum. (B) Wanita 18
tahun dengan siber tibia. (C) Wanita dewasa dengan genu valgum.
Sumber : Genetics of Bone Biology and Skeletal Disease.

Tanda dan gejala osteomalacia lebih umum daripada rakhitis,


misalnya, kelemahan otot dan nyeri tulang, terutama di tulang belakang,
bahu, tulang rusuk, atau panggul. Lesi melibatkan kegagalan untuk
memineralisasi matriks tulang, yang terus disintesis oleh osteoblas
fungsional. Oleh karena itu, kondisi ini ditandai dengan peningkatan
rasio tulang yang tidak termineralisasi terhadap tulang yang
termineralisasi. Pemeriksaan radiografi mengungkapkan abnormal
rendah pada kepadatan tulang kepadatan tulang (osteopenia) dan
adanya pseudofractures, terutama di tulang belakang, tulang paha, dan
humerus atau tulang lengan atas. Pasien dengan osteomalacia berada

19
pada peningkatan risiko patah tulang dari semua jenis, tetapi terutama
pada pergelangan tangan dan panggul, yang biasanya disebabkan oleh
jatuh.
Kekurangan vitamin D dari waktu ke waktu menyebabkan
hiperparatiroidisme sekunder atau kelebihan produksi hormon
paratiroid yang berfungsi merangsang pembentukan vitamin D di ginjal,
yang meningkatkan pergantian tulang dan kehilangan mineral (Gropper
& Smith, 2018).

3. Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo “tulang” dan porous


“berlubang-lubang atau keropos. Osteoporosis adalah penyakit
metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan massa tulang dengan
retensi tampilan histologis normal karena berkurangnya matriks dan
mineral tulang sehingga tulang cenderung mudah patah (Handayani &
Soeriadi, 2021). Etiologinya (kehilangan tulang trabekula dengan
retensi struktur tulang).

Osteoporosis ini adalah penyakit multifaktorial yang terkait


dengan penuaan dan melibatkan gangguan metabolisme vitamin D dan
/atau fungsi yang terkait dengan tingkat estrogen yang rendah atau
menurun. Hasil Nurses' Health Study menunjukkan bahwa asupan
vitamin D yang cukup dikaitkan dengan risiko patah tulang pinggul

20
osteoporosis 37% lebih rendah dibandingkan dengan asupan vitamin
yang lebih rendah. Osteoporosis diklasifikasikan menjadi :
1) Osteoporosis Tipe I
Dicirikan oleh fraktur radial dan vertebra distal; terjadi
terutama pada wanita berusia 50-65 tahun dan mungkin
terkait dengan penurunan pascamenopause dalam jumlah
tulang yang terkalsifikasi di lokasi fraktur. Pada wanita,
osteoporosis ditandai dengan pengeroposan tulang yang
cepat (misalnya, 0,5-1,5% per tahun) dalam 5-7 tahun
pertama setelah menopause (Combs & McClung, 2017).
2) Osteoporosis Tipe II
Dicirikan oleh fraktur panggul, humerus proksimal, dan
panggul, yaitu, di mana telah terjadi kehilangan tulang
kortikal dan trabekular; terjadi terutama dengan proses
penuaan di antara individu di atas 70 tahun.

K. Toksisitas

Asupan vitamin D yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan kadar


25-OH-D yang bersirkulasi. Hal ini terutama berlaku untuk D3, asupan
tinggi yang menghasilkan serum 25-OH-D yang lebih besar 3 tingkat dari
asupan sebanding D2 (ergokarsiferol), membuat D3 (kolekarsiferol) 10–20
kali lebih beracun daripada D2. Sebuah penelitian terhadap 32 wanita
membuktikan bahwa setiap satu dosis vitamin D3 hampir dua kali lebih
efektif meningkatkan kadar kalsifediol (vitamin D dalam darah) daripada
vitamin D2. Toksisitas vitamin D dihasilkan dari konsumsi suplemen oral
dalam jumlah besar. Faktanya, vitamin D, ketika tertelan dalam jumlah
besar, adalah salah satu vitamin yang paling mungkin menyebabkan
toksisitas yang nyata.

21
Tingkat Asupan Atas yang Dapat Ditoleransi yang ditetapkan oleh
Institut Kedokteran untuk Vitamin D telah ditetapkan pada 4.000 IU (100
mcg) untuk anak-anak usia 9 tahun ke atas, remaja, dan orang dewasa.
Namun, banyak yang percaya bahwa level atas ini terlalu rendah. Komite
Pedoman Praktik Endokrin, misalnya, menyarankan tingkat atas 10.000 IU
(2.500 mcg) untuk orang dewasa di atas usia 19 tahun.
Paparan sinar matahari yang berlebihan, bagaimanapun, tidak
mengakibatkan produksi vitamin endogen yang berlebihan. Produksi
vitamin D kulit mencapai maksimum sekitar 20.000 IU (500 g), dan iradiasi
sinar ultraviolet seluruh tubuh yang luas umumnya meningkatkan
konsentrasi serum 25-OH D menjadi sekitar 40-80 ng / mL. Batas atas yang
aman untuk konsentrasi 25-OHD serum tidak jelas. Konsentrasi serum 25-
OH D lebih dari 60 ng / mL telah dikaitkan dengan peningkatan mortalitas
dan beberapa jenis kanker (terutama kanker pankreas). The Endocrine
Society menyarankan serum 25-OH D yang disukai berkisar antara 40
hingga 60 ng / mL
Hipervitaminosis D ditandai dengan hiperkalsemia akibat peningkatan
absorpsi enterik dan resorpsi tulang Ca, disertai penurunan PTH serum dan
filtrasi glomerulus. Konsentrasi kalsium serum yang tinggi menyebabkan
kalsinosis, yaitu pengapuran jaringan lunak termasuk organ seperti ginjal,
jantung, dan paru-paru, bersama dengan pembuluh darah. Kalsifikasi
merusak pembuluh darah dan jaringan, mengakibatkan manifestasi seperti

22
hipertensi, sakit kepala, disfungsi ginjal (ditandai dengan poliuria dan
polidipsia).

Sebuah penelitian selama 7 tahun terhadap sekitar 36.000 wanita


pascamenopause menemukan peningkatan 17% (dibandingkan dengan
kontrol) pada batu ginjal pada subjek yang diberi suplemen harian 1000 mg
Ca ditambah 400 IU (10 mg) vitamin D. Efek itu lebih mungkin terkait
dengan asupan Ca total, diperkirakan 2000 mg / hari, karena dosis vitamin
D itu diharapkan dapat meningkatkan serum 25-OH-D3 yang menjadi
penyebab hiperkalsemia.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Vitamin D dikenal dengan nama karsiferol merupakan kelompok


senyawa atau hormon yang diproduksi dari sterol di dalam tubuh oleh aksi
fotolitik sinar ultraviolet pada kulit; individu yang menerima paparan sinar
matahari sederhana mampu menghasilkan vitamin D mereka sendiri.
Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu D2 atau disebut ergokalsiferol dan
D3 atau disebut kolekalsiferol. Secara struktural, vitamin D berasal dari
steroid dan dianggap sebagai secosteroid karena salah satu dari empat
cincinnya rusak.
Vitamin D diperoleh melalui sinar matahari dan makanan. Sumber
utama vitamin D pada daerah nontropis berasal dari makanan. Sumber
utama vitamin D dalam bentuk kalsiferol berasal dari makanan hewani,
yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati ikan. Vitamin D
yang diserap berasal makanan ataupun berasal dari kulit akan masuk ke
saluran darah. Vitamin D diserap dari usus kecil melalui difusi pasif tak
jenuh yang bergantung pada pelarutan misel.
Beberapa fungsi metabolik vitamin D yaitu sebagai hormib steroid,
sebagai jalur genom vitamin D, jalur nonemik vitamin D, serta berfungsi
dalam metabolisme kalsium dan fosfor. Angka Kecukupan Gizi (AKG)
atau Recommended Dietary Allowances (RDA) untuk vitamin D yaitu 10
mcg/hari untuk usia 0-11 bulan, 15 mcg/hari untuk usia 1-70 tahun, 20
mcg/hari untuk usia >70 tahun, 15 mcg/hari untuk kehamilan dan menyusui.
Tanda-tanda defisiensi vitamin D yang paling jelas adalah
kegagalan dalam mineralisasi tulang, seperti rakhitis, osteomalasia, dan
osteoporosis. Selain itu, konsumsi suplemen oral atau menelan vitamin D
dalam jumlah banyak menyebabkan toksisitas. Hipervitaminosis D ditandai
dengan hiperkalsemia akibat peningkatan absorpsi enterik dan resorpsi
tulang Ca, disertai penurunan PTH serum dan filtrasi glomerulus
mengakibatkan manifestasi seperti hipertensi, sakit kepala, disfungsi ginjal
(ditandai dengan poliuria dan polidipsia).

24
B. Saran

Vitamin D merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting


untuk tubuh. Berbagai permasalahan penyakit bisa timbul karena
vitamin D dalam tubuh tidak tercukupi. Melihat dari beberapa kejadian
yang muncul karena defisiensi vitamin D, kita harus bisa mencukupi
asupan vitamun D agar tubuh sehat. Beberapa sumber makanan yang
mengandung vitamin D bisa kita dapatkan untuk mengurangi
prevalensi penyakit yang terjadi akibat defiseinsi vitamin D.
Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini,
kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang
membangun sangatlah kami harapkan, sehingga kami bisa lebih
memaksimalkan makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Combs, G. F., & McClung, J. P. (2017). The Vitamins Fundamental Aspects in
Nutrition and Health (Fifth Edit). Elsevier.

Gropper, S. S., & Smith, J. L. (2018). Advanced Nutrition and Human


Metabolism (7th ed.). National Academies of Sciences.

Handayani, S. P., & Soeriadi, E. A. (2021). Pencitraan Penyakit Metabolik


Tulang dengan Modalitas Kedokteran Nuklir. Journal Health Sains, 2(7),
966–977.

Ismunandar, H., Himayani, R., & Farisi, M. Al. (2021). Rickets : A Literature
Review. Medula Medical Journal of Lampung, 10(4), 644–653.

Purnama, R. B., Logamarta, S. W., & Dhartono, A. (2021). POLYMORPHISM


VITAMIN D RECEPTOR GENE (VDR) BSML (RS1544410)
CHRONIC PERIODONTITIS PATIENT IN JAVANESE BANYUMAS
ETHNIC. Journal of Vocational Health Studies, 4(3), 107–113.
https://doi.org/10.20473/jvhs.V4.I3.2021.107-113

Syauqy, A. (2015). Ekspresi Enzim Metabolisme Vitamin D Pada Sistem


Reproduksi Pria. JMJ Jambi Medical Journal, 3(1), 1–12.

26

Anda mungkin juga menyukai