Anda di halaman 1dari 18

MASALAH KEKURANGAN

GIZI MIKRO DAN MASALAH GIZI LEBIH

Yuli Nafisa 204102004

Aanisah Dwi Kustianingsih 204102005

Maulida Ayu Sethiani Putri 204102007

Nabila Al Zahrani 204102011

Dian Putri Oktaviani 204102012

Risa Rianingsih 204102021


A. Pengertian Gizi Mikro
Zat gizi mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi
makro dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro
dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit,
namun mempunyai peranan esensial untuk kehidupan,
kesehatan, dan reproduksi. Zat gizi mikro terdiri atas mineral
dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan miligram
(mg) untuk sebagian besar mineral dan vitamin.
B. Masalah Kekurangan Gizi Mikro

Anemia KVA

01 03
02 04
GAKY Obesitas
C. Penyebab Kekurangan Gizi Mikro
Kelompok yang paling mudah mengalami kekurangan zat gizi mikro
adalah ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Hal
ini disebabkan karena mereka membutuhkan vitamin dan mineral dalam
jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok lainnnya. Bisa juga
disebabkan karena tidak seimbangnya asupan makanan, kualitas makan yang
buruk, dan ketersediaan pangan yang buruk juga. Di samping itu, kelompok
ini juga sangat mudah mengalami akibat yang merugikan dari kekurangan
zat gizi mikro.
D. Akibat kekurangan Gizi Mikro
Kekurangan zat gizi mikro dapat meningkatkan resiko terserang penyakit menular, kematian akibat
diare, campak, malaria dan paru-paru. WHO mencatat bahwa lebih dari 2000 juta penduduk di dunia
menderita kekurangan vitamin dan mineral, terutama vitamin A, yodium, besi dan seng.
1. Kekurangan Vitamin A (KVA)
Vitamin A memengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan ketahanan terhadap infeksi.
Kekurangan vitamin A mengurangi kemampuan sel-T untuk melawan infeksi dan menurunkan
produksi mukosa yang mengakibatkan lebih banyak bakteri dapat menempel pada mukosa
pernapasan. Sehingga meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi pernafasan, risiko ini lebih
tinggi terlepas dari status gizi anak secara keseluruhan.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan beberapa konsekuensi yang serius di antaranya:
• anak-anak yang menderita defisiensi vitamin A mempunyai respon kekebalan tubuh yang rendah
dibandingkan dengan anak-anak yang tercukupi kebutuhan vitamin A.
• Anak-anak dengan status vitamin A rendah mempunyai pertumbuhan yang lebih rendah daripada
yang mempunyai status vitamin A baik.
• Defisiensi vitamin A dapat memengaruhi perkembangan mental.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan buta senja (night blindness), menurunnya
fungsi kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan sel, terutama tulang dan gigi, kulit
menjadi kering dan kasar. Defisiensi vitamin A yang sudah berat dapat mengakibatkan
kebutaan.

2. Kekurangan Gizi Besi (Anemia Gizi Besi)


Kekurangan zat besi akan mengalami gangguan homeostasis dapat menyebabkan
konsekuensi klinis yang serius. Kekurangan zat besi adalah salah satu faktor risiko utama
untuk kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Defisiensi zat besi dapat menyebabkan
anemia. Anemia merupakan gangguan gizi yang banyak dijumpai di dunia, terutama di
negara berkembang. Anemia dapat menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan otak
pada anak, meningkatkan resiko kematian anak-anak, menurunkan produktivitas kerja
orang dewasa, penyebab prematuritas, bayi berat lahir rendah, kematian ibu, meningkatkan
resiko terjadinya pendarahan dan infeksi saat melahirkan.
Asupan zat besi yang rendah pada masyarakat disebabkan oleh pola konsumsi pangan
nabati yang monoton sehingga penyerapan zat besi di tubuh rendah. Prevalensi yang tinggi
akibat kekurangan zat besi di negara berkembang memiliki biaya kesehatan yang besar di
antaranya pada ibu hamil dan anak sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya penanggulangan
yang serius dalam mengatasi masalah anemia.
3. Kekurangan Zat Seng (zinc)
Defisiensi seng disebabkan karena rendahnya asupan, penyerapan, meningkatnya
kebutuhan serta pengeluaran zat seng. Diare serta infeksi kronis seperti penyakit paru-
paru juga dapat menyebabkan defisiensi seng. Defisiensi seng dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan, fungsi pencernaan, kekebalan, reproduksi, sistem saraf, otak,
kelenjar tiroid, metabolisme vitamin A, nafsu makan serta memperlambat
penyembuhan luka. Pada anak-anak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
dan anak menjadi rentan terhadap infeksi sedangkan pada ibu hamil berkaitan dengan
komplikasi saat melahirkan. Angka kecukupan seng yang dianjurkan adalah 13 mg
pada laki-laki dan 10 mg pada perempuan. Pada ibu hamil diperlukan tambahan 2 mg
pada kehamilan 3 bulan pertama, 4 mg pada 3 bulan kedua, dan 10 mg pada 3 bulan
ketiga. Sedangkan pada ibu menyusui diperlukan tambahan masing-masing sebesar 10
mg pada usia 6 bulan pertama dan 6 bulan kedua.
4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Defisiensi yodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (goiter).


Kekurangan yodium yang parah di awal kehamilan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan parah
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada bayi yang dilahirkan yang
disebut kretinisme (cebol). Kretinisme yang parah dapat menyebabkan bisu,
tuli dan gangguan mental. Kekurangan yodium juga dapat menyebabkan
kemampuan belajar yang rendah dan penurunan kepandaian (IQ).
Bila tubuh kekurangan yodium, kadar tiroksin dalam darah menjadi rendah.
Kadar tiroksin yang rendah akan merangsang kelenjar pituitary untuk
memproduksi lebih banyak hormon yang disebut TSH (thyroid stimulating
hormone). Hormone TSH menyebabkan kelenjar tiroid membesar karena
jumlah dan ukuran sel-sel epitel membesar.
E. Pengertian Gizi Lebih

Status gizi lebih adalah istilah yang digunakan untuk


kelebihan berat badan dimana berat badan seseorang
melebihi berat badan normal.
Gizi lebih dalam istilah awam lebih dikenal sebagai
kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang antara
asupan gizi yang berlebihan sehingga menghasilkan
ketidakseimbangan energi antara konsumsi makanan dan
pengeluaran energi yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan
F. Penyebab Gizi Lebih

01 Kurang aktivitas fisik 02 Perilaku Sedenter


Berdasarkan penelitian Perilaku atau gaya hidup
Novila, dkk (2019) sedenter merupakan gaya
didapatkan hasil bahwa hidup yang tidak memenuhi
aktivitas fisik berhubungan standar aktivitas fisik yang
dengan kejadian gizi lebih dilakukan seseorang dalam
pada anak usia Sekolah Dasar. sehari. Dengan mengabaikan
aktivitas fisik dan lebih
banyak melakukan kegiatan
yang tidak membutuhkan
energi merupakan seseorang
dengan gaya hidup sedenter.
F. Penyebab Gizi Lebih

Kurangnya Faktor keluarga


03 pengetahuan gizi
04 (besaran uang saku)
Pengetahuan gizi ini mencakup Berdasarkan penelitian Arisdanni dan
proses kognitif yang dibutuhkan Buanasita (2018), anak dengan gizi lebih
untuk menggabungkan cenderung memiliki uang saku lebih
informasi gizi dengan perilaku banyak dibandingkan kelompok gizi
makan, supaya struktur normal. Hasil uji statistik dengan
pengetahuan yang baik menggunakan uji chi square didapatkan
mengenai gizi dan kesehatan nilai p-value =0.023 yang berarti ada
dapat dikembangkan hubungan yang signifikan antara besaran
(Intantiyana et al., 2018). uang saku dengan gizi lebih
F. Penyebab Gizi Lebih

Kurangnya frekuensi dan


Citra tubuh (body
05 jumlah konsumsi buah 06 image)
dan sayur
Penelitian Intantiyana dkk (2018),
Berdasarkan penelitian Yanto dkk (2020), menunjukkan hasil uji statistik yaitu p-
bahwa terdapat hubungan yang value=0,008 < 0,05 yang artinya adalah
adanya hubungan yang bermakna antara citra
signifikan antara frekuensi dan jumlah
tubuh positif dengan kejadian obesitas pada
konsumsi buah dan sayur dengan
remaja putri gizi lebih. Hal tersebut
kejadian gizi lebih pada tenaga kesehatan menunjukkan bahwa citra tubuh merupakan
dan tenaga non kesehatan Rumah Sakit salah satu faktor yang mempengaruhi status
Type D Perawang Kabupaten Siak. gizi lebih pada remaja putri di SMA Negeri 9
Kota Semarang.
G. Akibat Gizi Lebih
Status gizi lebih merupakan keadaan patologis dimana fungsi tubuh terganggu
karena penimbunan lemak berlebihan.

Penyebab secara langsung dan tidak langsung, overweight/obesitas terjadi


akibat tidak ada keseimbangan antara konsumsi makanan dengan kalori yang
dibutuhkan dalam tubuh, sehingga kalori yang masuk lebih banyak daripada
yang dikeluarkan.

Overweight terjadi karena adanya beberapa faktor antara lain Faktor


keturunan/genetik, kurang tidur, psikologis, obat yang dikonsumsi, penyakit
tertentu, kurang aktivitas fisik dan faktor lingkungan.

Gaya hidup yang termasuk juga pola makan dan pola aktivitas fisik menjadi
faktor lingkungan yang juga memegang peranan yang penting dalam pengaruh
terjadinya status gizi lebih .
G. Akibat Gizi Lebih
Penyakit yang dapat meningkatkan berat badan adalah hipertiroidisme, sindrom
cushing, depresi, masalah neurologi lain yang dapat menyebabkan makan
berlebihan. Obat-obatan yang turut memicu peningkatan berat badan adalah
steroid, antipsikotik, antidepresan.

Dampak lain yang sering diabaikan adalah terjadi gangguan kejiwaan seperti
krisis percaya diri, merasa kurang percaya diri, terutama pada masa remaja yang
berdampak pada perilaku lebih pasif dan depresi karena keterbatasan aktivitas
fisik sehingga tidak dapat mengikuti ataupun diikutsertakan kegiatan Teman
sebaya
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana dan Bambang Wijatmadi. (2016). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana. Tersedia dari
https://www.google.co.id/books/edition/Pengantar_Gizi_Masyarakat/kqhADwAAQEAJ?hl=id&gbpv=1&d
q=akibat+anemia&printsec=frontcover

Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.


Amalia, Rizki Nur, Delmi Sulastri, and Rima Semiarty. (2016). Hubungan konsumsi junk food dengan status gizi
lebih pada siswa SD Pertiwi 2 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1).
https://doi.org/10.25077/jka.v5i1.466
Amelia, R. R. (2019). Prevalensi dan Zat Gizi Mikro Dalam Penanganan Stunting. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan, 6(2). 142-143.
Putra, W. N. (2017). Hubuhan Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Aktivitas Sedentari dengan Overweight di SMA 5
Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(3), 298–310. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i3.2017.
Yanto, N., Verawati, B., & Muchtar, D. (2020). Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur dengan Kejadian Gizi
Lebih pada Tenaga Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan. Jurnal Ners Universitas Pahlawan, 4(2), 1–10.
Yulia. (2015). Mikronutrien : Sedikit Tapi Penting. Articles. Diakses 21 Februari 2022, dari Binus University
Faculty of Engineering.

.
DAFTAR PUSTAKA
risdanni, H., & Buanasita, A. (2018). Hubungan Peran Teman, Peran Orang Tua, Besaran Uang Saku dan
Persepsi Terhadap Jajanan Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Anak Sekolah (Studi di SD Negeri Ploso
1/172 Kecamatan Tambaksari Surabaya Tahun 2017). Amerta Nutrition, 2(2), 189–196.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i2.2018.189-196
Febriani, R. T. (2019). Body Image dan Peran Keluarga Remaja Status Gizi Lebih di Kota Malang. Jurnal
Informasi Kesehatan Indonesia, 5(2), 72–78.
Intantiyana, M., Widajanti, L., & Rahfiludin, M. Z. (2018). Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik dan
Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri Gizi Lebih di SMA Negeri 9
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(5), 404–412.
Novalina, R., Zahtamal, & Priwahyuni, Y. (2019). Perilaku Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Gizi Lebih pada
Anak Usia Sekolah Dasar di SDN 018 Desa Kubang Jaya Kabupaten Kampar Tahun 2018. Journal of
Public Health Sciences, 8(1), 48–55.
Pattola, Firdaus, T., Yunianto, A. E., Rasmaniar, Marzuki, I., Unsunnidhal, L., Siregar, D., Puspita, R., Pakpahan,
M., & Mahardika, A. (2020). Gizi Kesehatan dan Penyakit. Yayasan Kita Menulis.

.
DAFTAR PUSTAKA
risdanni, H., & Buanasita, A. (2018). Hubungan Peran Teman, Peran Orang Tua, Besaran Uang Saku dan
Persepsi Terhadap Jajanan Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Anak Sekolah (Studi di SD Negeri Ploso
1/172 Kecamatan Tambaksari Surabaya Tahun 2017). Amerta Nutrition, 2(2), 189–196.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i2.2018.189-196
Febriani, R. T. (2019). Body Image dan Peran Keluarga Remaja Status Gizi Lebih di Kota Malang. Jurnal
Informasi Kesehatan Indonesia, 5(2), 72–78.
Intantiyana, M., Widajanti, L., & Rahfiludin, M. Z. (2018). Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik dan
Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri Gizi Lebih di SMA Negeri 9
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(5), 404–412.
Novalina, R., Zahtamal, & Priwahyuni, Y. (2019). Perilaku Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Gizi Lebih pada
Anak Usia Sekolah Dasar di SDN 018 Desa Kubang Jaya Kabupaten Kampar Tahun 2018. Journal of
Public Health Sciences, 8(1), 48–55.
Pattola, Firdaus, T., Yunianto, A. E., Rasmaniar, Marzuki, I., Unsunnidhal, L., Siregar, D., Puspita, R., Pakpahan,
M., & Mahardika, A. (2020). Gizi Kesehatan dan Penyakit. Yayasan Kita Menulis.

.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai