Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN STUNTING

KELOMPOK 1 MAGELANG

DISUSUN OLEH :

JUDI ANDRIWANTO
ANA OKTIFYANI

NUR WAHYUNI
ERWAN ADITANTO

TRINI PRASETYANTI
RITA WIDYANINGSIH
SRI RATNA WIDININGSIH

TOMI SRI WARDHANI


ENDAH PRIHATI

ESTI RIA AIGUSTINA

RENDI ADIAT DWI P

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022

0 0
A. KONSEP STUNTING

1. Pengertian

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan karena malnutrisi kronis

yang ditunjukkan dengan nilai z-score panjang badan menurut umur (PB/U)

kurang dari -2 SD (Al-Anshori, 2013). Stunting adalah masalah kurang nutrisi

kronis yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang kurang dalam waktu cukup

lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi (Farid, dkk.

2017).

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan

adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis

berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia

(TB/U) < -2 SD berdasarkan standar WHO (Hairunisa, 2016).

Berdasarkan tiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa stunting

merupakan gangguan pertumbuhan karena malnutrisi dan penyakit infeksi kronis

yang mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi yang ditunjukkan dengan nilai z-

score TB/U <-2.

2. Faktor-Faktor Penyebab Stunting

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada

anak. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung

maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan

gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsung adalah

0 0
pemberian ASI dan MP-ASI, kurangnya pengetahuan orang tua, faktor ekonomi,

rendahnya pelayanan kesehatan dan masih banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).

1. Faktor penyebab langsung.

a. Asupan Gizi.

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tubuh. Usia anak 1 – 2 tahun merupakan masa kritis dimana

pada tahun ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi

makanan yang tidak cukup merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan stunting (Kinasih dkk, 2016).

Hasil penelitian Kurniasari dkk, 2016 di Kabupaten Bogor melaporkan

setiap penambahan satu persen tingkat kecukupan energi balita, akan menambah

z-score TB/U balita sebesar 0,032 satuan.

b. Penyakit infeksi kronis

Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh

terhadap berat badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier.

Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi

lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang.

Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit

infeksi yang diderita tidak tertangani tidak akan dapat memperbaiki status

kesehatan dan status gizi anak balita. (Dewi dan Adhi, 2016).

Menurut penelitian dari Sari dkk, 2016 menunjukkan prevalensi stunting pada

kelompok penyakit infeksi lebih besar 1,07 kali.

0 0
2. Faktor penyebab tidak langsung.

a. Pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI.

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi karena

memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI

terdapat kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh,

foremik (susu awal) yang mengandung protein laktosa dan kadar air tinggi dan

lemak rendah sedangkan hidramik (susu akhir) memiliki kandungan lemak yang

tinggi yang banyak memberi energi dan memberi rasa kenyang lebih lama

(Ruslianti dkk, 2015).

Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang

semula hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-ASI

adalah sebagai pemenuhan nutris yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya

oleh ASI selain itu sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa. MP-

ASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan

mempertimbangkan waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan

energinya (Ruslianti dkk, 2015). Hasil penelitian dari Aridiyah dkk, 2015

mengatakan bahwa pemberian ASI dan MP-ASI memberi pengaruh 3,27 kali

mengalami stunting.

b. Pengetahuan orang tua.

Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan

memberikaan asuhan pada keluarga dengan baik pula. Pengetahuan orang tua

tentang gizi akan memberikan dampak yang baik bagi keluarganya karena,

0 0
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang

pada akhirnya dapat mempengaruhi kebutuhan gizi Nikmah, 2015.

c. Faktor ekonomi.

Dengan pendapatan yang rendah, biasanya mengkonsumsi makanan yang

lebih murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang

tinggi umumnya mengkonsumsi makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi

penghasilan yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan

yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan

oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan untuk

memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai

meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi Ibrahim dan Faramita, 2014.

Menurut penelitian dari Kusuma dan Nuryanto 2013 menunjukkan

bahwa anak dengan status ekonomi keluarga yang rendah lebih berisiko 4,13

kali mengalami stunting.

d. Rendahnya pelayanan kesehatan

Perilaku masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan di mana

masyarakat yang menderita sakit tidak akan bertindak terhadap dirinya karena

merasa dirinya tidak sakit dan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan

beranggapan bahwa gejala penyakitnya akan hilang walaupun tidak di obati.

Berbagai alasan dikemukakan mengapa masyarakat tidak mau memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan seperti jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap

petugas yang kurang simpati dan biaya pengobatan yang mahal (Ma’rifat, 2010).

Dengan perilaku masyarakat yang demikian akan menyebabkan tidak

0 0
terdeteksinya masalah kesehatan kususnya kejadian stunting di masyarakat

karena ketidakmauan mengikuti posyandu.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Kementrian desa, (2017) balita stunting dapat dikenali dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

• Tanda pubertas terlambat.

• Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.

• Pertumbuhan gigi terlambat.

• Usia 8 - 10 tahun anak menjadi lebih pendiam

• Tidak banyak melakukan eye contact.

• Pertumbuhan melambat.

• Wajah tampak lebih muda dari usianya.

4. Patofisiologi Stunting

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi

ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai

usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh

(catch up growth) yang memadai (Mitra, 2015).

Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan

atau non patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada

asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare,

sehingga memberi dampak terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman,

2018).

Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi

berulang menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi,

0 0
pemberian ASI dan MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta

pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan mempengaruhi pada kecukupan

gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena kegagalan dalam

perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting atau kurang gizi

kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga tidak mampu

memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).

Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya

lapisan lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi

sehingga tubuh memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan

produksi albumin juga ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang

infeksi dan mengalami perlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Balita

dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran

cerna yang akan menimbulkan diare (Maryunani, 2016).

0 0
• PATHWAY

Faktor nutrisi Penyakit infeksi Pemberian ASI Sosial Ekonom


dan MP-ASI

Intake nutrisi menurun Defisit pengetahuan


orang tua
Gangguan Tumbang Gizi Kurang

Kegagalan melakukan perbaikan


gizi yang terjadi dalam waktu lama
manajemen keleuarga
Stunting tidak efektif

Intake kurang dari kebutuhan tubuh


Defisit protein dan kalori

Hilangnya lemak Daya tahan tubuh Asam amino dan produksi


di bantalan kulit menurun albumin menurun

Turgor kulit Keadaan umum Gangguan pertumbuhan


menurun lemah dan imun tubuh rendah

Risiko gangguan Risiko infeksi Keletihan


integritas kulit

Resiko infeksi saluran pencernaan Defisit perawatan diri:


makan

Anoreksia Hiperperistaltik usus

Defisit nutrisi Diare

(Maryunani, 2016)

0 0
5. Dampak Stunting

Menurut Kementrian desa, 2017 dampak buruk yang ditimbulkan akibat stunting

antara lain:

• Anak akan mudah mengalami sakit.

• Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.

• Kemampuan kognitif berkurang.

• Saat tua berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan.

• Fungsi tubuh tidak seimbang.

• Mengakibatkan kerugian ekonomi.

6. Klasifikasi dan Pengukuran Stunting

Penilaian status gizi pada anak biasanya menggunakan pengukuran

antropometri, secara umum pengukuran antopometri berhubungan dengan

pengukuran dimensi tubuh. (SDIDTK, 2016).

Indeks antopometri yang digunakan biasanya berat badan berdasar umur

(BB/U), tinggi badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi

badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi (SD). Keadaan stunting

dapat diketahui berdasarkan pengukuran TB/U lalu dibandingkan dengan

standar. Secara fisik balita stunting akan tampak lebih pendek dari balita

seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per

umur (TB/U) (SDIDTK, 2016).

Tabel 2.1 Status Gizi Anak berdasarkan Indeks PB/U.


Kategori Status Gizi Ambang batas Z-score
Sangat pendek z score <- 3.0
Pendek z score ≥ - 3,0 sampai dengan z score < - 2.0
Normal z score ≥ -2,0
Sumber: Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang Anak, 2016.

0 0
7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma, 2016 mengatakan pemeriksaan penunjang untuk

stunting antara lain:

• Melakukan pemeriksaan fisik.

• Melakukan pengukuran antropometri BB, TB/PB, LILA, lingkar kepala.

• Melakukan penghitungan IMT.

• Pemeriksaan laboratorium darah: albumin, globulin, protein total, elektrolit

serum.

8. Penatalaksanaan Stunting

Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu.

• Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu

setiap bulan.

• Pemberian makanan tambahan pada balita.

• Pemberian vitamin A.

• Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.

• Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2

tahun dengan ditambah asupan MP-ASI.

• Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan

minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat

meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.

• Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap-

guna yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi

kekurangan gizi.

0 0
B. KONSEP NUTRISI

1. Definisi Nutrisi

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, motabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi (Supariasa, 2012)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme

tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang

mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan

metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang

mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-

ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan

nutrisi (Herdman, 2018).

3. Komponan- komponen Nutrisi

Pada usia balita anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat terutama pada dua tahun pertama kehidupan. Pada masa ini seorang

anak akan lebih aktif dalam bergerak dan memiliki rasa keingin tahuan yang

tinggi terhadap apa yang ada disekitarnya karena itulah balita memerlukan

nutrisi yang cukup untuk memenuhi energinya.

Balita memerlukan nutrisi yang mengandung zat gizi yang diperlukan

untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Zat gisi tersebut antara lain

sebagai berikut:

0 0
1. Kalori

Balita memerlukan asupan kalori sekitar 1500 kalori/ hari ini dikarenakan

gerakan balita yang cukup aktif sehingga memerlukan kalori yang cukup.

Kalori dapat diperoleh dari makanan yang mengandung protein, lemak dan

gula (Rusilanti dkk, 2015).

2. Protein

Protein merupakan molekul ysng kompleks, besar dan tersusun atas unit

pembangun yang disebut asam amino. Protein dibutuhkan dalam pertumbuhan

dan perkembangan yang normal. Protein dalam tubuh akan dipecah menjadi

energi ketika kadar karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Protein disimpan

dalam otot, tulang, darah, kartilago dan limfe (Rusilanti dkk, 2015).

3. Lemak

Balita memerlukan lemak lebih banyak dibandingkan orang dewasa

karena mereka menggunakan energi yang lebih selama masa pertumbuhan dan

perkembangan, selain itu lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin

A,D,E,dan K yang hanya larut dengan lemak (Rusilanti dkk, 2015).

4. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi anak serta bermanfaat

bagi perkembangan otak, setengah dari kebutuhan energi anak sebaiknya

berasal dari karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat sehari untuk anak 1

tahun keatas antara 50-60% (Rusilanti dkk, 2015).

5. Serat

Serat merupakan bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak

dipecah dalam usus kecil dan berguna untuk mencegah sembelit. Serat akan

0 0
memberikan dampak perut terasa cepat penuh dan kenyang, sehingga akan

memberi ruang bagi makanan lainnya (Rusilanti dkk, 2015).

6. Vitamin dan mineral

Vitamin merupakan zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

sangat kecil. Mineral adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai

fungsi. Pemberian makanan yang bervariasi akan memberikan vitamin dan

mineral yang bervariasi juga sehingga akan memenuhi jumlah yang cukup dari

semua zat gizi yang diperlukan (Rusilanti dkk, 2015).

7. Zat besi

Balita sangat memerlukan zat besi terutama untuk membantu

perkembangan otaknya. Jika kebutuhan zat besi tidak terpenuhi kemungkinan

akan mengalami kelambanan dalam fungsi otak. Makanan yang mengandung

vitamin C merupakan salah satu makanan yang bermanfaat dalam penyerapan

zat besi (Rusilanti dkk, 2015).

8. Kalsium

Kalsium diperlukan balita sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi.

Kalsium berguna dalam memperkuat masa tulang sehingga balita dengan

gerakan yang aktif bisa terhindar dari patah tulang. Kebutuhan kalsium pada

balita sekitar 500-650 mg/hari.kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, kacang-

kacangan dan ikan salmon (Rusilanti dkk, 2015).

4. Definisi Ketidakseimbangan Nutrisi

Ketidakseimbangan nutrisi adalah suatu keadaan ketika individu yang

tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang

0 0
berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrient

yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Kusuma dan Nurarif, 2016).

C. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya berkelanjutan dengan

pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman dalam upaya menyelesaikan

masalah kesehatan komunitas. Proses keperawatan komunitas meliputi

pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi:

1. Pengkajian

Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan

negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun strategi

untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman (Anderson and

Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan

dan riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh sub system komunitas

yang terdiri dari lingkungan fisik, perumahan, pendidikan, keselamatan dan

transportasi, politik pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi,

ekonomi dan rekreasi. Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan

langsung, data statistik, angket dan wawancara.

Pengkajian pada stunting meliputi :

1) Data Inti

a. Riwayat/sejarah perkembangan komunitas, batas wilayah, data

demografi meliputi jumlah penduduk, rentang umur, jenis kelamin.

0 0
b. Status kesehatan komunitas meliputi keluhan yang dirasakan saat ini,

bisa diambil dari data di posyandu, riwayat penyakit keluarga 96

bulan terakhir)

c. Pola pemenuhan nutrisi balita dalam kebutuhan sehari-hari seperti

frekuensi makan balita, komposisi makan setiap hari

d. Status gizi balita

e. Status pemberian ASI eksklusif

f. Penanganan awal keluarga sebelum ke pelayanan kesehatan

g. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

h. Pola perilaku tidak sehat

2) Data Lingkungan Fisik

a. Pemukiman ; pencahayaan, jarak rumah

b. Sanitasi : air bersih, kebiasaan BAB dan BAK, jarak sepric

tank, jentik dalam penampungan air, pengelolaan sampah

c. Fasilitas : pekarangan rumah

3) Pelayanan Kesehatan : sarana transportasi ke pelayanan

kesehatan

4) Ekonomi : jenis pekerjaan, pengeluaran rata-rata tiap bulan,

jumlah anggota keluarga

5) Politik dan pemerintahan : balita datang ke posyandu setiap bulan

6) Sistem komunikasi : informasi tentang posyandu, pendidikan

orang tua balita

0 0
7) Pendidikan : pendidikan orang tua balita

8) Rekreasi : pemanfaatan waktu luang anggota keluarga balita

9) Budaya : kebiasaan memasak, kebiasaan makan bersama,

pemberian makanan tambahan

10) Pengetahuan : pengetahuan ibu tentang gizi balita

1. Analisa dan diagnosa keperawatan komunitas

Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa seberapa besar

stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul

dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan

diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan menurut Muecke

(1995) terdiri dari masalah kesehatan, karakteristik populasi dan lingkungan

yang dapat bersifat aktual, ancaman dan potensial.

Menurut SDKI diagnosa yang muncul pada askep stunting di komunitas adalah :

(SDKI)

1) Defisit Nutrisi berubungan dengan intake yang tidak adekuat, proses infeksi,

faktor ekonomi. ( D.0019)

2) Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan ketidakadekuatan nutrisi,

infeksi, ekonomi lemah.(D.0106)

3) Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan kurang terpapar

informasi, kompleksitas program perawatan/pengobatan, kesulitan ekonomi.

(D.0116)

0 0
4) Defisit Pengetahuan Tentang Nutrisi dan Tumbuh Kembang Anak

berhubungan dengan kurang terpapar informasi, keterbatasan kognitif.

(D.0111)

5) Diare berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan ( D.0020 )

6) Resiko Infeksi berhubungan dengan malnutrisi, penurunan daya tahan tubuh

( D.0142 )

7) Defisit perawatan diri : makan berhubungan dengan gangguan pertumbuhan,

keletihan/kelemahan (D.0109 )

8) Resiko gangguan intregitas kulit /jaringam berhubungan dengan perubahan

status nutrisi penurunan turgor kulit (D.0129)

Prioritas Masalah Komunitas( Ekasari, 2006)

No Masalah A B C D E F G H I J K L
Kesehatan

Keterangan Huruf:
A= sesuai dengan peran CHN
B= sesuai dengan program pemerintah
C= sesuai dengan intervensi pendidikan kesehatan

D= Risiko terjadi
E= Risiko parah
F= Minat masyarakat
G= kemudahan untuk diatasi

H= tempat
I= dana
J= Waktu
K= fasilitas
L= petugas

0 0
Keterangan angka:
1=Sangat rendah

2= Rendah
3= Cukup
4= Tinggi

5=Sangat tinggi

2. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier yang

cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan

diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini

meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas

sesuai dengan prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan sasaran,

menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.

Intervensi menurut SIKI dan SLKI

N Diagnosa SLKI SIKI


o. Keperawatan
1. Defisit Nutrisi Tujuan :
Setelah dilakukan  Observasi :
bd dengan
intake yg tdk intervensi a) Identifikasi status nutrisi
adekuat, proses keperawatan selama
b) Identifikasi alergi dan intoleransi
infeksi, faktor 3 hari maka
makanan
ekonomi ekspektasi membaik
(D.0019) dengan kriteria hasil: c) Identifikasi makanan yang disukai
- pengetahuan
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
tentang standar
nutrien
asupan nutrisi
yang tepat e) Identifikasi perlunya penggunaan
meningkat selang nasogastrik
- sikap terhadap
f) Monitor asupan makanan
makanan/minum
an sesuai dengan g) Monitor BB
tujuan kesehatan
h) Monitor hasil pemeriksaan
meningkat
laboratorium
- BB membaik
- IMT membaik  Terapeutik

0 0
- nafsu makan
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan
membaik.
bila perlu
(L.03030)
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis.piramida makanan)
c) Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan bila perlu
g) Hentikan pemberian makanan melalui
nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
 Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
b) Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis pereda nyeri, antiemetik
jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumla kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
(SIKI, I.03119)
2 Tujuan :
Gangguan Tumbuh  Observasi
Setelah dilakukan
intervensi a) Identifikasi pencapaian tugas
Kembang keperawatan selama perkembangan anak
3 hari maka
berhubungan ekspektasi membaik
b) Identifikasi isyarat perilaku dan
fisisologis yg ditunjukkan bayi/balita
dengan kriteria hasil:
dengan - Keterampilan/perilaku
mis lapar,tdk nyaman
sesuai usia meningkat  Terapeutik
ketidakadekuatan - Kemampuan
melakukan perawatan Perawatan perkembangan ( I.10339)
nutrisi, infeksi, diri meningkat a) Pertahankan lingkungan yang
- BB sesuai usia mendukung perkembangan optimal
ekonomi lemah. - PB/TB sesuai usia
- Lingkar kepala b) Motivasi anak berinteraksi dengan
(D.0106) meningkat anak lain
- Kecepatan c) Sediakan aktivitas yg memotivai anak
pertambahan BB berinteraksi dengan anak lain

0 0
- Kecepatan
pertambahan PB/TB d) Dukung anak mengekspresikan diri
- IMT meningkat melalui penghargaan positif
- Asupan nutrisi e) Pertahankan kenyamanan anak
meningkat
(L.10101 L.10102) f) Fasilitasi anak melatih ketrampilan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri
mis makan, siakt gigi, cuci tangan,
memakai baju
 Edukasi
a) Jelaskan orang tua tentang milestone
perkembangan anak
b) Anjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya
c) Ajarkan anak keterampilan
berimteraksi
d) Ajarkan anak teknik asertif
 Kolaborasi
Rujuk untuk konseling bila perlu

Promosi Berat Badan ( I.03136 )


Edukasi Nutrisi Anak (I.12396)
Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Edukasi stimulasi Bayi/Anak (I.12448)
3 Tujuan :
Manajemen Edukasi kesehatan (I.12383)
Setelah dilakukan
intervensi  Observasi
Kesehatan Tidak
keperawatan selama
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
3 hari maka
Efektif berhubungan menerima informasi
ekspektasi membaik
dengan kriteria hasil: b) Identifikasi faktor-faktor yg dpt
dengan kurang
- Melakukan meningkatkan dan menurunkan
tindakan untuk motivasi PHBS
terpapar informasi,
mengurangi faktor
 Terapeutik
resiko meningkat
kompleksitas
- Menerapkan a) Sediakan materi dan media
program pendidikan kesehatan
program
perawatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat
perawatan/pengobata sesuai kesepakatan
- Aktivitas hidup
ehari-hari efektif c) Berikan kesempatan untuk bertanya
n, kesulitan ekonomi.
memenuhi tujuan
 Edukasi
kesehatan

0 0
E Risiko parah
F= Minat masyarakat
G= kemudahan untuk diatasi

H= tempat
I= dana
J= Waktu
K= fasilitas
L= petugas

Keterangan angka:
1=Sangat rendah

2= Rendah
3= Cukup
4= Tinggi

5=Sangat tinggi

2. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier yang

0 (keluarga,
cocok dengan kondisi klien 0 masyarakat) yang sesuai dengan

diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini


meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas

sesuai dengan prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan sasaran,

menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.

Intervensi menurut SIKI dan SLKI

N Diagnosa SLKI SIKI


o. Keperawatan
1. Defisit Nutrisi Tujuan :
Setelah dilakukan  Observasi :
bd dengan
intake yg tdk intervensi a) Identifikasi status nutrisi
adekuat, proses keperawatan selama
b) Identifikasi alergi dan intoleransi
infeksi, faktor 3 hari maka
makanan
ekonomi ekspektasi membaik
(D.0019) dengan kriteria hasil: c) Identifikasi makanan yang disukai
- pengetahuan
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
tentang standar
nutrien
asupan nutrisi
yang tepat e) Identifikasi perlunya penggunaan
meningkat selang nasogastrik
- sikap terhadap
f) Monitor asupan makanan
makanan/minum
an sesuai dengan g) Monitor BB
tujuan kesehatan
h) Monitor hasil pemeriksaan
meningkat
laboratorium
- BB membaik
- IMT membaik  Terapeutik

0 0
- nafsu makan
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan
membaik.
bila perlu
(L.03030)
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis.piramida makanan)
c) Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan bila perlu
g) Hentikan pemberian makanan melalui
nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
 Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
b) Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis pereda nyeri, antiemetik
jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumla kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
(SIKI, I.03119)
2 Tujuan :
Gangguan Tumbuh  Observasi
Setelah dilakukan
intervensi a) Identifikasi pencapaian tugas
Kembang
keperawatan selama perkembangan anak
3 hari maka
berhubungan ekspektasi membaik
b) Identifikasi isyarat perilaku dan
fisisologis yg ditunjukkan bayi/balita
dengan kriteria hasil:
dengan - Keterampilan/perilaku
mis lapar,tdk nyaman
sesuai usia meningkat  Terapeutik
ketidakadekuatan - Kemampuan
melakukan perawatan Perawatan perkembangan ( I.10339)
nutrisi, infeksi, diri meningkat a) Pertahankan lingkungan yang
- BB sesuai usia mendukung perkembangan optimal
ekonomi lemah. - PB/TB sesuai usia
- Lingkar kepala b) Motivasi anak berinteraksi dengan
(D.0106) meningkat anak lain
- Kecepatan c) Sediakan aktivitas yg memotivai anak
pertambahan BB berinteraksi dengan anak lain

0 0
- Kecepatan
pertambahan PB/TB d) Dukung anak mengekspresikan diri
- IMT meningkat melalui penghargaan positif
- Asupan nutrisi e) Pertahankan kenyamanan anak
meningkat
(L.10101 L.10102) f) Fasilitasi anak melatih ketrampilan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri
mis makan, siakt gigi, cuci tangan,
memakai baju
 Edukasi
a) Jelaskan orang tua tentang milestone
perkembangan anak
b) Anjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya
c) Ajarkan anak keterampilan
berimteraksi
d) Ajarkan anak teknik asertif
 Kolaborasi
Rujuk untuk konseling bila perlu

Promosi Berat Badan ( I.03136 )


Edukasi Nutrisi Anak (I.12396)
Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Edukasi stimulasi Bayi/Anak (I.12448)
3 Tujuan :
Manajemen Edukasi kesehatan (I.12383)
Setelah dilakukan
intervensi  Observasi
Kesehatan Tidak
keperawatan selama
3 hari maka a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Efektif berhubungan ekspektasi membaik menerima informasi
dengan kriteria hasil: b) Identifikasi faktor-faktor yg dpt
dengan kurang
- Melakukan meningkatkan dan menurunkan
tindakan untuk motivasi PHBS
terpapar informasi, mengurangi faktor
 Terapeutik
resiko meningkat
kompleksitas - Menerapkan a) Sediakan materi dan media
program pendidikan kesehatan
program
perawatan
meningkat b) Jadwalkan pendidikan kesehatan
perawatan/pengobata - Aktivitas hidup sesuai kesepakatan
ehari-hari efektif c) Berikan kesempatan untuk bertanya
n, kesulitan ekonomi.
memenuhi tujuan
 Edukasi
kesehatan

0 0
meningkat
(D.0116) a) Jelaskan faktor resiko yang dapat
- Verbalisasi kesultan
mempengaruhi kesehatan
dalam menjalankan
program b) Ajarkan PHBS
perawatan/pengobatan c) Ajarkan strategi yg dpt digunakan
menurun
untuk meningkatkan PHBS
(L.12104)
Pelibatan Keluarga (I.14525)
Promosi Kesiapan Penerimaan
Informasi ( I.12470)

4 Tujuan :
Defisit Pengetahuan Edukasi Kesehatan ( I.12383)
Setelah dilakukan
intervensi Edukasi Diet (I.12369)
Tentang Nutrisi dan keperawatan selama
3 hari maka Edukasi Nutrisi Anak ((I.12396)
Tumbuh Kembang ekspektasi membaik Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
dengan kriteria hasil:
Anak berhubungan Edukasi pemberian makan (I.12403)
- Perilaku sesuai anjuran
menigkat
dengan kurang - Verbalisasi minat
dalam belajar
terpapar informasi, meningkat
- Kemampuan
keterbatasan menjelaskan
pengetahuan yang
kognitif. (D.0111) sesuai dengan topik
- Perilaku sesuai
pengetahuan
- Pertanyaan ttg masalah
yg dihadapi menurun
- Persepi yg keliru thd
masalah menurun
- Perilaku membaik
(L.12111)

0 0
5 Tujuan :
Diare berhubungan Edukasi Kesehatan ( I.12383)
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan Edukasi Diet (I.12369)
dengan infeksi selama 3 hari maka
ekspektasi membaik Edukasi Nutrisi Anak ((I.12396)
saluran pencernaan dengan kriteria hasil: Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
- Kontrol pengeluaran
feses meningkat Edukasi therapi cairan (I.12455)
( D.0020 )
- Nyeri abdomen
menurun
- Konsistens feses
membaik
- Peristaltik usus
membaik

6 Tujuan :
Resiko Infeksi - Pencegahan infeksi (I. 14539)
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan - Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan selama 3 hari maka
ekspektasi membaik - Pemantauan nutrisi (I.03123)
malnutrisi, dengan kriteria hasil: - Manajemen imunisasi ( I.03116)
- Kebersihan tangan
penurunan daya meningkat
- Nafsu makan
tahan tubuh meningkat
- Demam menurun
- Kemeraha, nyeri,
(D.0142 ) 0
bengkak menurun 0
- Letargi menurun
- Kadar sel darah putih
membaik
7 Tujuan :
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan - Dukungan perawatan diri :
makan/minum (I.11351)
intervensi keperawatan
: makan berhubungan selama 3 hari maka
- Manajemen nutrisi (I.03119)
ekspektasi membaik
dengan gangguan dengan kriteria hasil: - Perawatan mulut (I.11356)
- Kemampuan mandi - Pemberian makanan (I.03125)
pertumbuhan, meningkat
- Kemampuan makan
keletihan/kelemahan meningkat
- Minat melakukan
(D.0109 ) perawatan diri
meningkat
- Mempertahankan
kebershan mulut
meningkat

8 Tujuan :
Resiko gangguan - Perawatan integritas kulit (I.11353)
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan - Edukasi pencegahan infeksi
intregitas kulit selama 3 hari maka (I.14539)
ekspektasi membaik
/jaringam dengan kriteria hasil: - Edukasi perawatan kulit (I.12426)
- Elastisitas, hidrasi dan - Pemantauan nutrisi (I.03123)
berhubungan dengan perfusi jaringan
meningkat
perubahan status - Kerusakan jaringan dan
lapisan kulit menurun
nutrisi (penurunan - Pigmentasi,0kemerahan 0
menurun
turgor kulit (D.0129) - Suhu kulit,
sensasi,pertumbuhan
rambut, tekstur
membaik

3. Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan

(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan

diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan

kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu

penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan

bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat

terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya

masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada

diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk menghambat proses

penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat

0 0
keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap

tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada

pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari

ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya

kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk

mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.

Implementasi dari perencanaan dicatat dalam lembar catatan

keperawatan tersendiri yang berorientasi pada masalah. Lembar ini berisi

catatan tentang tindakan yang telah dilakukan termasuk pemantauan,

kemajuan kondisi klien dan lainnya harus dicatat secara obyektif serta

mencerminkan perkembangan yang mengarah pada hasil yang diharapkan.

Apabila terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan hendaknya tidak

menggunakan penghapus melainkan cukup mencoret satu kali dan diberi

paraf (Subekti dkk, 2016).

4. Evaluasi

Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang

diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses

dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,

menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan

penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan

asuhan keperawatan.

0 0
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Data Inti

a. Riwayat/sejarah perkembangan komunitas

Kramat merupakan sebuah Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Magelang utara,

Kota Magelang Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Kramat merupakan pusat pendidikan

perguruan tinggi di Kota Magelang. Dua perguruan tinggi negeri besar di Kota Magelang

antara lain Universitas Tidar dan Akademi keperawatan berlokasi di Kelurahan ini. Wilayah

kerja Kelurahan Kramat dibagi menjadi dua lingkungan antara lain Lingkungan Kramat

Utara, dan Lingkungan Kramat Selatan. Luas wilayah Kelurahan Kramat adalah 142,8 ha.

Kelurahan Kramat yang berada di Kota Magelang apabila dilihat dari Topografinya

merupakan dataran sedang yang dulunya masih dalam kondisi sejuk, namun semenjak

perkembangan Kota Magelang Kelurahan Kramat menjadi cukup panas di siang hari. Jarak

Kelurahan Kramat dengan Kantor Kecamatan Magelang Utara yaitu 3 km, sedangkan jarak

dengan pusat kantor balai Kota Magelang yaitu 4 km. Sedangkan untuk batas wilayah dengan

Kelurahan lainnya sebagai berikut ini:

0 0
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Secang

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bandongan

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Potrobangsan

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kedungsari

Kelurahan Kramat merupakan Kelurahan yang berada di pusat Kota Magelang. Banyak

terdapat lingkungan yang padat akan penduduk. Beikut ini merupakan data mengenai jumlah

penduduk Kelurahan Kramat beserta Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW).

Jumlah Penduduk Kelurahan Kramat Kota Magelang Tahun 2019

Jumlah berdasar Jenis Kelamin Total


UMUR
L P
0-4 136 143 279
5-9 136 145 281
10-14 202 162 364
15-19 218 230 448
20-24 229 213 442
25-29 228 212 440
30-39 256 295 551
40-49 319 426 745
50-59 376 379 755
60 + 272 248 520
JML 2.372 2.453 4835

b. Data Demografi

Dalam pengkajian komunitas balita, diambil sample sebanyak 50 orang balita.


0 0
 Jenis Kelamin
Berdasarkan data diatas jenis kelamin balita di RW 01 Kelurahan Kramat adalah 18

orang (34%) perempuan dan 32 orang (66%) laki-laki .

 Usia

Berdasarkan data diatas usia balita di RW 01 Kelurahan Kramat yang terbanyak adalah

usia 4 tahun yaitu 15 orang (30%) dan usia terendah adalah usia < 2 tahun dan 5 tahun

yaitu 7 orang(14%).

c. Status kesehatan Komunitas

 Keluhan yang dirasakan saat ini

Berdasarkan data posyandu keluhan saat ini yang dirasakan balita di RW 01 Kelurahan

Kramat adalah yang terbanyak adalah balita sehat yaitu 45 orang (90%) dan yang

terendah adalah balita sakit yaitu 5 orang(10%).

 Riwayat penyakit keluarga (6 bulan terakhir)

Penyakit keluarga yang dialami keluarga balita di RW 01 Kelurahan Kramat adalah yang

terbanyak menderita batuk pilek yaitu020 0rang0 (40%), Asma 3 balita (6 %), Thypoid 7

balita ( 14 %), yang lainnya sehat.


 Pola pemenuhan nutrisi balita dalam kebutuhan sehari

1. Frekuensi Makan Balita

Data kebiasaan makan balita RW 01Kelurahan Kramat adalah yang terbanyak yaitu 3 kali

sehari yaitu 43 orang (86%), 2 kali (8%), 4 kali (6%)

Frekuensi Makan Habis= 8 balita(16% ), makan 1/2 porsi = 16 balita (32%), makan 1/4

porsi= 16 balita (32%), makan 1-5 sendok=10 balita (20%)

2. Komposisi Makan Setiap Hari

Berdasarkan data variasi makanan setiap hari balita RW 01 Kelurahan Kramat adalah

yang terbanyak yaitu variasi nasi,sayur, lauk, buah, camilan = 20 orang (40%), variasi

nasi, sayur,lauk = 30%, variasi nasi, sayur lauk, buah = 20 %, variasi nasi,sayur=10%

 Status Gizi Balita

Berdasarkan data diatas stasus gizi balita RW 01 Kelurahan Kramat adalah yang

terbanyak berstatus baik yaitu 43 orang(86%) sedangkan yang berstatus kurang yaitu 6

orang (12%) serta balita yang berstatus0 lebih adalah


0 1 orang (2%)

Berdasarkan data stasus gizi balita RW 01 Kelurahan Kramat adalah yang terbanyak
berstatus normal yaitu 38 balita (76%) sedangkan yang berstatus pendek yaitu 10 balita

(20%) serta balita yang berstatus tinggi adalah 2 orang (4%).

 Status pemberian ASI eksklusif

Berdasarkan data pemberian ASI Eksklusif balita RW 01 Kelurahan kramat adalah yang

terbanyak mendapatkan ASI Eksklusif yaitu 38 orang (76%).

 Penanganan awal keluarga sebelum ke pelayanan kesehatan

Berdasarkan data yang didapatkan kebiasaan keluarga balita sebelum ke pelayanan

kesehatan di RW 01 Kelurahan Kramat adalah yang terbanyak adalah membeli obat

bebas yaitu 50 orang (100%).

 Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

Berdasarkan data yang didapatkan kebiasaan keluarga balita bila sakit di RW 01

Kelurahan Kramat adalah pergi ke puskesmas yaitu 50 orang (100%).

 Pola perilaku tidak sehat

Berdasarkan data diatas anggota keluarga balita merokok di RW 01 Kelurahan Kramat

adalah yang terbanyak merokok yaitu 40 orang (80%) dan terendah tidak merokok yaitu

10 orang (20%).

2. Data Lingkungan Fisik

a. Pemukiman

 Pencahayaan

0 0
Berdasarkan data diatas pencahayaan pada siang hari rumah balita RW 01 Kelurahan

Kramat adalah yang terbanyak terang yaitu 31 orang(62%), dan 38 %remang-

remang.

 Jarak rumah

Berdasarkan data diatas jarak rumah balita dengan rumah lain di RW 01 Kelurahan

kramat adalah yang terbanyak rumah berdekatan yaitu 46 orang (92%), terpisah

4%, Bersatu 4 %.

b. Sanitasi

 Air bersih

Berdasarkan data diatas sumber air bersih balita di RW 01 Kelurahan Kramat adalah

yang terbanyak dari PDAM yaitu 35 orang (70%) dan terendah dari sumur yaitu

15 orang(30%).

 Kebiasaan keluarga BAB dan BAK

Berdasarkan data yang didapatkan kebiasaan BAB & BAK keluarga balita RW 01

Kelurahan Kramat adalah menggunakan jamban/WC yaitu 50 orang (100%).

 Jarak Septic Tank

Berdasarkan data yang didapatkan jarak sumber air dari septic tank keluarga balita di

RW 01 Kelurahan Kramat adalah < 10 meter yaitu 50 orang (100%).

 Jentik dalam penampungan air

Berdasarkan data diatas terdapat jentik dalam penampungan air di rumah balita RW

01 Kelurahan Kramat adalah ada jentik yaitu 9 orang (18%) dan tidak ada jentik

yaitu 41 orang (82%).

 Pengelolaan Sampah

0 0
Berdasarkan data yang didapatkan pengelolaan sampah di RW 01 Kelurahan Kramat

adalah dibuang di TPS yaitu 50 orang (100%).

c. Fasilitas

Pekarangan rumah

Berdasarkan data diatas rumah balita terdapat pekarangan di RW 01 Kelurahan

Kramat adalah terbanyak tidak ada pekarangan rumah yaitu 27 orang (54%) dan

terendah ada pekarangan yaitu 23 orang (46%).

3. Pelayanan Kesehatan

 Sarana tranportasi

Berdasarkan data diatas sarana transportasi ke pelayanan kesehatan keluarga balita

RW 01 Kelurahan Kramat adalah yang terbanyak menggunakan kendaraan

pribadi yaitu 30 orang (60%) dan yang ke pelayanan dengan jalan kaki sebanyak

20 orang (40%).

4. Ekonomi

 Jenis pekerjaan

Berdasarkan data jenis pekerjaan orang tua balita RW 01 Kelurahan Kramat adalah

yang terbanyak sebagai wiraswasta yaitu 24 orang (55%) dan yang terendah

sebagai TNI/POLRI yaitu 1 orang (2%) dan Dosen/Guru yaitu 1 orang (2%)

sedangkan PNS yaitu 3 orang (7%), karyawan swasta 3 orang (7%) sedangkan

untuk IRT sebanyak 12 orang (27%).

 Pengeluaran rata-rata tiap bulan

Berdasarkan data pengeluaran rata-rata perbulan keluarga balita RW 01 Kelurahan

Kramat adalah yang terbanyak < 1000.000 yaitu 25 orang, 1000.000-2000.000

sebanyak 15 orang, terendah 10


0 orang dengan
0 penghasilan >2.000.000.
 Jumlah anggota keluarga

Berdasarkan data jumlahanggota keluarga setiap KK di RW 01 Kelurahan Kramat

adalah 4 orang sebanyak 24 KK, 3 orang sebanyak 8KK, 5 orang sebanyak 16

KK dan 6 orang sebanyak2 KK.

5. Politik dan pemerintahan

 Balita datang ke Posyandu

Berdasarkan data diatas kedatangan balita ke posyandu setia bulan di RW 01

Kelurahan Kramat adalah yang datang tiap bulan ada 34 orang (68%) sedangkan

untuk yang tidak datang sejumlah 16 orang (32%).

6. System komunikasi

 Informasi tentang posyandu

Berdasarkan data informasi tentang posyandu balita RW 01 Kelurahan Kramat adalah

yang terbanyak melalui telepon yaitu 30 orang (60%), melalui kader langsung 40

7. Pendidikan

 Pendidikan orang tua balita 0 0

Berdasarkan data pendidikan orang tua balita di RW 01 Kelurahan Kramat adalah


yang terbanyak pedidikan SMA yaitu 38 orang (76%) dan yang terendah adalah

pedidikan SD yaitu 3 orang (6%) dan SMP yaitu 3 orang(6%), Pendidikan

Diploma 12 %.

8. Rekreasi

Berdasarkan data pemanfaatan waktu luang anggota keluarga balita RW 01 Kelurahan

Kramat adalah yang terbanyak diam dirumah yaitu 35 orang (70%), bepergian 30%

9. Budaya

 Kebiasaan memasak makanan

Berdasarkan data kebiasaan memasak makanan ibu balita RW 01 Kelurahan Kramat

adalah yang terbanyak memasak sendiri yaitu 35 orang (70%), kebiasaan

membeli makanan 30 %

 Kebiasaan makan Bersama

Berdasarkan data kebiasaan makan bersama dalam keluarga balita RW 01 Kelurahan


0 0
Kramat adalah yang terbanyak tidak pernah yaitu 23 orang (46%), jarang makan

Bersama 40%, selalu makan Bersama 14%


 Pemberian makanan tambahan

Berdasarkan data pemberian makanan tambahan pada balita RW 01 Kelurahan

Kramat adalah yang terbanyak tidak pernah yaitu 29 orang (58%), yang jarang

memberikan makanan tambahan yaitu 11 oang (22%) dan yang selalu 10 irang

(20%).

10. Pengetahuan

 Pengetahuan ciri-ciri balita kurang

- Berdasarkan data pengetahuan ibu tentang cukup gizi balita RW 01 Kelurahan Kramat

adalah yang terbanyak baik yaitu 14 orang (38%), yang cukup yaitu 20 orang (40%) dan

yang kurang yaitu 16 orang (32%). Banyak dari ibu-ibu di Posyandu belum mengetahui

tentang tumbuh kembang anak sesuai usia. Dan beberapa dari ibu balita yang berat badan

kurang mengatakan anaknya tidak kurang gizi hanya terlihat kurus. Banyak ibu balita

sering bertanya tentang masalah penurunan berat badan saat posyandu di meja 4. Ada ibu

yang anaknya belum bisa berjalan dan berbicara seperti anak seusianya.

0 0
B. Analisa Data Asuhan Keperawatan Komunitas

Nama Komunitas : Balita RW 1 Kelurahan Kramat

NO Diagnosa Faktor yg Berhubungan Data


111. Kurang terpapar DS :
Manajemen
informasi, kompleksitas - Beberapa dari Ibu balita di Posyandu
Kesehatan Tidak
program mengatakan jika anaknya tidak kekurangan
Efektif D.0116)
perawatan/pengobatan, gizi hanya terlihat kurus

kesulitan ekonomi. - Beberpa Ibu balita mengatakan apabila

anaknya kurus hanya dibiarkan saja

- ibu balita ada yang mengatakan tidak

mengetahui tentang tumbuh kembang yang

sesuai dengan usia

DO:

- Berdasarkan hasil angket didapatkan data

pengetahuan ibu tentang cukup gizi balita

RW 01 Kelurahan Kramat adalah

Pengetahuan baik yaitu 14 orang (28%),

pengetahuan cukup yaitu 20 orang (40%)

pengetahuan kurang yaitu 16 orang (32%).

- Tampak ibu balita sering bertanya masalah

penurunan berat badan ketika berada pada

meja 4 posyandu.

- berdasarkan data status gizi balita

0 0
status normal yaitu 38 balita (76%)

berstatus pendek yaitu 10 balita ( 20%)

balita yang berstatus tinggi adalah 2 balita

(4%).
2 ketidakadekuatan nutrisi, DS : - Ibu balita mengatakan jika anaknya
Gangguan Tumbuh
2 infeksi, ekonomi lemah tidak kekurangan gizi hanya terlihat kurus
Kembang.
- Ibu balita mengatakan anaknya belum
(D.0106)
bisa berjalan dan berbicara seperti anak

seusianya

DO : - Berdasarkan data diatas stasus gizi

balita RW 01 Kelurahan Kramat adalah

yang terbanyak berstatus baik yaitu 43

orang(86%) sedangkan yang berstatus

kurang yaitu 6 orang (12%) serta balita

yang berstatus lebih adalah 1 orang (2%)

- Berdasarkan data stasus gizi balita RW 01

Kelurahan Kramat adalah yang terbanyak

berstatus normal yaitu 38 balita (76%)

sedangkan yang berstatus pendek yaitu 10

balita (20%) serta balita yang berstatus

tinggi adalah 2 orang (4%).

- Frekuensi Makan Habis= 8 balita(16% ),

makan 1/2 porsi = 16 balita (32%),

makan 1/4 porsi= 16 balita (32%),

makan 1-5 sendok=10 balita (20%)

0 0
C. Prioritas Diagnosa dan Intervensi

Dx 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Manajemen 5 4 5 5 4 4 4 4 3 2 2 3 45
kesehatan
tidak efektif
2. Gangguan 5 4 4 5 3 4 5 4 3 2 2 3 44
Tumbuh
kembang
Keterangan
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas / CHN
2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia

Keterangan Pembobotan
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
0 0
Diagnosa Keperawatan :
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan kurang terpapar
informasi, kesulitan ekonomi.(D.0116)

2. Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan ketidakadekuatan

nutrisi, infeksi, ekonomi lemah.(D.0106)

N Diagnosa SLKI SIKI


o. Keperawatan
1. Tujuan :
Manajemen Kesehatan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan (I.12383)
intervensi  Observasi
Tidak Efektif
keperawatan selama
c) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
3 hari maka
berhubungan dengan menerima informasi
ekspektasi membaik
dengan kriteria hasil: d) Identifikasi faktor-faktor yg dpt
kurang terpapar
- Melakukan meningkatkan dan menurunkan
tindakan untuk motivasi PHBS
informasi,
mengurangi faktor
 Terapeutik
resiko meningkat
kompleksitas program
- Menerapkan d) Sediakan materi dan media
program pendidikan kesehatan
perawatan/pengobatan, perawatan
e) Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat
kesulitan ekonomi. sesuai kesepakatan
- Aktivitas hidup
ehari-hari efektif f) Berikan kesempatan untuk bertanya
(D.0116) memenuhi tujuan
 Edukasi
kesehatan
meningkat
0
- Verbalisasi kesultan
0 d) Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
dalam menjalankan
e) Ajarkan PHBS
program

Anda mungkin juga menyukai