Penyebab seseorang melakukan penipuan di tengah merebaknya wabah Covid 19 adalah
adanya perubahan kehidupan. situasi darurat dapat menyebabkan masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya lagi menjadi nekat melakukan kejahatan demi bertahan hidup ditengah masa pandemi Virus Corona di Indonesia. Orang yang tidak kuat untuk bertahan dengan cara-cara yang halal akan melakukan jalan pintas yang bertentangan dengan hukum. Sehingga penipuan, pencurian, dan kejahatan lainnya menjadi solusi untuk bertahan hidup meskipun beresiko bagi pelaku.
b. Penipuan ditengah merebaknya Covid 19 tentu sangat bertentangan dengan Pancasila.
Bahkan sebelum terjadinya Covid 19, penipuan sangat bertentangan dengan Pancasila. Pancasila dibutuhkan sebagai dasar tiap rakyat Indonesia dalam berinteraksi, berpolitik, dan bekerja antara satu dengan yang lain. Pancasila juga sebagai pedoman kita dalam bertindak dalam kehidupan sehari - hari dan sebagai hukum dan peraturan yang harus kita taati dalam kehidupan sehari-hari. Dua sila Pancasila yang sangat berkaitan dengan perilaku penipuan ini yaitu : 1. Ketuhanan yang Maha Esa Karena penipuan adalah perilaku berbohong dan menipu, tentu saja itu melanggar perintah Tuhan untuk berperilaku jujur. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab Karena sesama manusia harus adil dan jujur serta harus memiliki adab yang luhur.
c 1. Patuhi aturan pemerintah
Percayalah, tidak ada pemimpin yang ingin menjerumuskan rakyat. Di tengah kondisi saat ini, kita harus mematuhi arahan para pemimpin, pemangku kebijakan, agar penanganan dan upaya-upaya untuk menanggulangi pandemi dapat berjalan dengan baik. Contohnya imbauan untuk berada di rumah (stay at home) dan bekerja dari rumah (work from home). Jika memang tidak ada yang mendesak, mengapa harus memaksa diri keluar rumah. Semakin sering kita keluar rumah, semakin besar kemungkinan bertemu engan orang lain. Jika pun kita tertular, kemungkinan kita yang justru menularkan karea tubuh kita yang sehat tidak mempan oleh virus korona tetapi dapat menjadi pembawa atau perantara (carrier) virus tersebut. Singkirkan dulu kepentingan politik, preferensi politik yang lama bersemayan di hati dan pikiran. Jangan lihat warna politik pemimpinnya. Ada saatnya kita berbeda pendapat, berbeda pilihan politik dengan para pemimpin kita. Namun tidak untuk saat ini. 2. Tidak panic buying Untuk apa kita membeli barang-barang atau kebutuhan pokok yang belum kita perlukan. Sikap waspada, antisipatif itu perlu. Tetapi ingat kita mestinya memiliki empati, kepedulian dan tenggang rasa kepada warga bangsa lainnya. Jika karena kita memiliki uang untuk memborong lantas menghabiskan persediaan yang ada, sementara tetangga kita kelaparan, terjangkit penyakit, apakah kita akan merasa nyaman? Tetangga kita adalah benteng pertahanan terluar sebelum rumah kita. Jika benteng di luar sudah runtuh, apakah rumah kita akan aman? Tidak memborong dengan panik juga berlaku kepada para pemain pasar modal. Ambyarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang disebut-sebut sudah mendekati Rp 16.000, jangan dijadikan peluang untuk meraih cuan. Ingat, jika sampai terjadi krisis moneter, apalagi ekonomi (riil) mungkin harta yang didapat akan terdampak juga. Kita tidak berbicara tentang kerusuhan sosial. Tetapi potensi itu nyata di dalam kondisi krisis. Kita sudah pernah mengalaminya berulangkali. Hanya keledai yang tidak tanggap akan hal-hal itu. 3. Segera periksa Kesehatan Jika merasa dirinya suspect, segera memeriksakan diri agar dapat diketahui apakah terjangkit atau tidak. Jangan menebak-nebak sendiri, apalagi bersikap jumawa. Hal demikian itu bukan hanya membahayakan diri sendiri namun juga keluarga terdekat dan mungkin warga se kampung mengingat penularan virus pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, ini menurut WHO sangat mudah menular. Jika sudah menjadi penyebab penular penyakit kepada warga se kampung, apakah Anda merasa bangga? Tentu tidak, bukan? 4. Tidak Sebar Hoaks Sudahlah, berhenti dulu menyebar hoaks. Apalagi jika tujuannya hanya sebagai pelampiasan kebencian pada seseorang, pada satu golongan, terlebih pada pemimpin kita. Mungkin ada di antara kita yang kurang sabar dengan tindakan yang diambil pemerintah pusat. Mungkin ada juga yang merasa satu-dua kepala daerah bertindak tidak tepat. Tetapi apakah hujatan, makian dan sebaran hoaks yang Anda lakukan dapat membantu meredakan pandemi? Tidak! Sekali lagi tidak, bahkan hanya semakin menambah kekisruhan, kekacauan, yang ada. Betapa hina diri kita mencaci seseorang yang tengah berupaya membebaskan negara, daerah, dari ancaman pandemi. Bahwa ada mungkin kekeliruan, ada keterbatasan, mengapa kita tidak ikut membantu? Bukankah dalam kondisi seperti sekarang ini, hal itu juga menjadi tanggung jawab kita bersama? 5. Donasi Hal kelima ini hanya bagi yang mampu. Berdonasi, seberapa besar pun sudah sangat berarti bagi yang membutuhkan.