Anda di halaman 1dari 35

ETNOMATEMATIKA DALAM TARI LULO SUKU TOLAKI SEBAGAI

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SULAWESI TENGGARA


Sosial Budaya

Diajukan untuk Mengikuti Pekan Matematika Regional (PAMERXIV)

OLEH
Andi Muhammad Tahir (13546)
Johan Tirta (14144)
Indri Ananda Hasanah (14129)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KENDARI


KENDARI
2020

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahNya-lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dalam rangka mengikuti lomba
“PAMER 2021”. Demikian pula penulis tidak lupa menyampaikan shalawat dan salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa baik dalam pencarian bahan hingga menjadi sebuah
karya tulis ilmiah, telah mendapat dorongan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, olehnya
itu izinkan kami untuk menyampaikan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyusun karya tulis ini, terutama kepada Guru pembimbing serta
teman-teman dan kerabat penulis yang telah membantu penulis selama penulisan karya tulis ini
hingga karya tulis ini selesai.

Akhir kata semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala keikhlasan
hati dan bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat.

Kendari, 21 Maret 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................... .................................... iii

KATA PENGANTAR............................................................................... ............... iv

DAFTAR ISI............................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii

ABSTRAK................................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… ..... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………...… 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. .... 4

C. Tujuan……………………………………………………………………… 4

D. Manfaat…………………………………………………………………..… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

A. Tari lulo adat tolaki masyarakat sulawesi tenggara ....................................... 5

B. Geometri ........................................................................................................ 7

C. Etnomatematika ............................................................................................. 9

BAB III METODE PENULISAN ........................................................................... 10

A. Tempat Dan Waktu Penulisan ....................................................................... 10

B. Metode Penyusunan ....................................................................................... 10

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 12

A. Jenis Dan Makna Tari Tradisional Lulo Masyarakat Tolaki

Sulawesi Tenggara………………………………………………………..…12

v
B. Sudut Yang Terdapat Pada Tari Tradisional Lulo Masyarakat Tolaki

Sulawesi Tenggara ......................................................................................... .13

C. Nilai-nilai dalam tari Tradisional Lulo Masyarakat Tolaki Sulawesi Tenggara 14

D. Simbol Budaya dan Makna Tarian Lulo ........................................................ 16

BAB V PENUTUP.................................................................................................... 19

A. Kesimpulan .................................................................................................... 19

B. Saran .............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sudut……………………………………………………….….…5

Gambar 2.2 Satuan Sudut………………………………..………….….……..7

Gambar 2.3 Jenis-jenis Sudut…………………………….…………….……..7

Gambar 3.1 Alir Skema Pelaksanaan Penelitian……………………………...7

Gambar 4.1 Penari Tradisional Lulo…………..……………………………...7

Gambar 4.2 Penari Tradisional Lulo…………..……………………………...7

Gambar 4.3 Responden 1…………………………………………………......7

Gambar 4.4 Responden 2…………………………………………………......7

Gambar 4.5 Responden 3…………………………………………………......7

vii
ABSTRAK

Nama Ketua Andi Muhammad Tahir (13546), angggota Johan Tirta(14144), anggota Indri
Ananda Hasanah (14129) “Etnomatematika Dalam Tari Lulo Suku Tolaki Sebagai Kearifan
Lokal Masyarakat Sulawesi Tenggara”. Dibimbing oleh Nurdiana, S.Pd, M.Pd.,

Etnomatematika didefinisikan sebagai antropologi budaya (cultural antropology of mathematics)


dari ilmu matematika. Tanpa disadari bahwa berbagai kelompok budaya yang berbeda telah
menggunakan pengetahuan matematika yang cukup beragam antara satu dengan lainnya dalam
berbagai hasil kebudayaan, seperti bentuk rumah adat, bentuk peralatan ritual atau upacara adat,
dan juga tari-tarian. Tari Lulo merupakan kebudayaan masyarakat suku Tolaki yang sekarang
sudah menyebar ke segenap daratan Sulawesi Tenggara. Tari Lulo ini memiliki beberapa jenis
yaitu Lulo Mbinetabe, Lulo Patah-Patah, dan Lulo Leba-leba. Tarian ini dilakukan dengan posisi
saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran. Tarian ini memiliki beberapa nilai-
nilai budaya antara lain nilai kebersamaan dan toleransi antar suku, dan juga memiliki nilai anti
diskriminatif. Data dalam penelitian merupakan data kuantitatif, yang diperoleh dengan metode
penelitian lapangan (field research), studi pustaka (library research) dan hasilnya dianalisis secara
elaboraatif. Adapun hasil dalam penelitian ini menunjukkan terdapat unsur etnomatematika dalam
tarian tradisional Lulo. Unsur Etnomatematika dapat ditemukan pada tarian Lulo khususnya
geometri dasar yaitu sudut. Sudut yang terdapat pada tari tradisional Lulo masyarakat Tolaki
Sulawesi Tenggara adalah sudut siku-siku dan sudut tumpul. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan adanya aturan simbolik yang harus di patui oleh para penari lulo, dimana jemari
tangan penari laki-laki harus berada di bawah jemari penari perempuan hal tersebut merupakan
simbolik bahwa laki-laki harus menjadi pelindung, pemimpin bagi perempuan dan berkaitan
dengan tinggi badan bahwa laki-laki dominan lebih tinggi dari pada wanita sehingga lengan
membentuk sudut siku-siku 90o sedangkan untuk sudut tumpul terbentuk akibat tarian lulo yang
di gunakan masyarakat untuk menginjak-injak semak belukar di bakal ladang yang akan di buka,
menyerupai Gerakan membersihkan lahan, serta memindahkan pohon yang besar dengan
menggunakan kaki sehingga terbentuk sudut tumpul 180o. Adapun nilai sosial dalam tari lulo
mengandung beberapa aspek meliputi nilai kepedulian social, nilai kerja keras dan nilai
kebersamaan.

Kata kunci : Etnomatematika, Tari Lulo, Geometri, Sudut Tumpul, Sudut Siku-Siku

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etnomatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya
sekedar etno (etnis) atau suku. Jika ditinjau dari sudut pandang riset maka
etnomatematika didefinisikan sebagai antropologi budaya (cultural
antropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan matematika
(Tandililing, 2013). Budaya yang di dalamnya terdapat unsur matematika
maka akan lebih dikenal sebagai etnomatematika. Perkembangan dan
sejarah etnomatematika di Indonesia sangat berkembang pesat karena
sudah banyak penelitian yang berkaitan dengan hal ini.
Turmudi (2012:5) menyatakan bahwa matematika berurusan
dengan gagasan, matematika bukan tanda-tanda sebagai akibat dari coretan
pensil, bahkan kumpulan benda-benda fisik berupa segitiga, namun berupa
gagasan yang direpresentasikan oleh benda-benda fisik. Matematika
memiliki peran utama dalam berbagai budaya, tepatnya pada kebiasaan
suatu suku atau masyarakat maupun dalam hal adat istiadat. Dalam dunia
pendidikan, matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting
karena bukan saja yang dialami siswa di sekolah tetapi proses
pembelajaran matematika perlu dikaitkan dengan permasalahan
kontekstual yang ada dalam masyarakat. Penyetaraan budaya dalam
pembelajaran akan membuat wawasan siswa semakin luas sehingga
dengan mudah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Tanpa disadari bahwa berbagai kelompok budaya yang ber-beda
telah menggunakan pengetahuan matematika yang berbeda antara satu
dengan lainnya. Kelompok petani dalam menanam jagung dapat
menghitung luas area pertanian mereka dengan jumlah persediaan bibit
jagung yang akan ditanam, atau mereka dapat membuat kalender untuk
menandai musim, merencanakan fasilitas penyimpanan berdasarkan jum-
lah hasil pertanian, penataan kebun, dan sawah, seperti yang masih kita
2

jumpai pada masyarakat Tolaki dengan beragam aktivitas di bidang


ekono- mi, perikanan, pertukangan, hingga kerajinan seni budayanya
dengan berbagai sentuhan geometri yang menarik.
Geometri merupakan salah satu bidang dalam matematika yang
mempelajari titik, garis, bidang dan ruang serta sifat-sifat, ukuran-ukuran,
dan keterkaitan satu dengan yang lain. Bila dibandingkan dengan bidang-
bidang lain dalam matematika, geometri merupakan salah satu bidang
dalam matematika yang dianggap paling sulit untuk dipahami. Jiang [3]
menyatakan bahwa geometri merupakan salah satu bidang dalam
Matematika yang sangat lemah diserap oleh siswa sekolah. Pengaplikasian
geometri dalam bidang Matematika secara realistis sangat banyak,
diantaranya adalah menentukan bentuk geometri suatu topologi jaringan
komputer , menentukan sudut kemiringan saat meletakkan tangga, untuk
menentukan besar sudut yang dibentuk pada pukul berapa lebih berapa
menit, perpindahan suatu bangun.
Seni tari dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan sekolah
dasar, mempunyai dampak yang positif, bukan saja bagi upaya pelestarian
seni tari, akan tetapi juga untuk kepentingan pendidikan itu sendiri.
Sesuatu obyek yang sangat menarik perhatian siswa, akan sangat
mempengaruhi pembentukkan pola pikir siswa setelah menjadi manusia
dewasa (Sujamto, 1992: 98-98).
Dalam tari Lulo makna yang terkandung dalam tari Lulo memang
menarik untuk disimak, makna lain bukan berupa bentuk fisik melainkan
makna lainnya yang terdapat dalam tari tersebut. Menurut Jazuli (2001:
68) simbol-simbol gerak tari adalah bagian penting dalam kehidupan
manusia dan juga merupakan sesuatu pengertian yang dipelajari, sehingga
mendorong manusia untuk mempelajari simbol-simbol tersebut. Melalui
komunikasi simbol-simbol dapat dipelajari arti, nilai dan karena itu dapat
dipelajari pula cara tindakan orang lain. Tari Lulo memiliki daya tarik
tersendiri sebagai salah satu tari tradisional di Sulawesi Tenggara. Tari
yang tergolong ke dalam tari kelompok ini merupakan salah satu tarian
3

yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Sulawesi Tenggara dalam setiap


acara-acara besar di Sulawesi Tenggara. Selain kostum, gerak dari tari
Lulo juga sangat menarik untuk disimak, gerakan bersama-sama dari para
penari yang terlihat indah menambah nilai estetis dari tarian ini. Iringan
tradisional tari Lulo merupakan khas Sulawesi Tenggara terdengar
sederhana namun menjadi ciri khas dari tari tersebut.
Bagi para arsitek, pengetahuan matematika dapat diterapkan di
dalam konstruksi bangunan atau gedung, jembatan, dan sebagainya. Oleh
karena itu, etnomatematika di Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan
suatu pengetahuan baru melainkan sudah dikenal sejak diperkenalkan ilmu
matematika itu sendiri. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
etnomatematika adalah mate-matika yang diterapkan oleh kelompok
budaya tertentu seperti suku ter- tentu, kelompok buruh, anak-anak dari
masyarakat kelas tertentu, kelas- kelas profesional, dan lain sebagainya.
Dari definisi seperti ini, maka etnomatematika memiliki pengertian
yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnik) atau suku dan jika ditinjau
dari sudut pandang riset, maka etnomatematika didefinisikan sebagai
antropologi budaya (cultural anthropology of mathematics) dari
matematika dan pendidikan matematika. Dalam hubungannya dengan
studi etnomatematika, penelitian ini menunjukkan ciri khususnya yakni
meng- introduksi penelitiannya pada subjek yang sangat jarang dijadikan
sebagai objek dan acuan dalam pendidikan. Dari latar belakang
antropologi, penelitian ini memberikan warna baru bagi studi
pengembangan mate-matika dalam latar budaya pada masyarakat Tolaki di
Sulawesi Tenggara khususnya di Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan.
Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk membuat karya tulisini
dengan judul “ Etnomatematika Dalam Tari Lulo Suku Tolaki Sebagai
Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Tenggara ” sebagai tambahan
pengetahuan masyarakat tentang kandungan matematika dalam tari
tradisional Lulo masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apa saja jenis tari Lulo tradisional Lulo masyarakat tolaki Sulawesi
Tenggara ?
2. Apa makna dari tari Lulo tradisional masyarakat tolaki Sulawesi
Tenggara ?
3. Matematika apa yang terkandung dalam tari Lulo tradisional
masyarakat tolaki Sulawesi Tenggara ?
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam tari tradisional Lulo masyarakat
tolaki Sulawesi Tenggara ?

C. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis tari Lulo tradisional Lulo masyarakat tolaki
Sulawesi Tenggara.
2. Untuk mengetahui makna dari tari Lulo tradisional masyarakat tolaki
Sulawesi Tenggara.
3. Untuk mengetahui matematika apa yang terkandung dalam tari Lulo
tradisional masyarakat tolaki Sulawesi Tenggara.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam tari tradisional
Lulo masyarakat tolaki Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat
1. Sebagai sumber pengetahuan masyarakat tentang penerapan geometri
matematika dalam tari Lulo tradisional masyarakat tolaki Sulawesi
Tenggara.
2. Sebagai acuan pembelajaran siswa di sekolah dan Sebagai bahan
rujukan bagi peneliti selanjutnya terutamah yang mengkaji mengenai
etnomatematika.
5

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tari Lulo Adat Tolaki Masyarakat Sulawesi Tenggara
Tari Lulo merupakan kebudayaan masyarakat Suku Tolaki yang
sekarang sudah menyebar ke segenap daratan Sulawesi Tenggara. Tari
Lulo yang notabenenya merupakan hasil kebudayaan dari masyarakat
Suku Tolaki, sekarang dapat dengan mudah kita jumpai di mana saja di
daerah Sulawesi Tenggara ini khususnya di setiap acara pernikahan, atau
pesta-pesta besar lainnya, hal ini di sebabkan karena kebudayaan
masyarakat Suku Tolaki ini dapat dengan mudah di pelajari oleh segenap
penduduk jazirah Tenggara ini (Ahmad Aldin B, 2019).
Pada awalnya Tari Lulo adalah sebuah tradisi yang dilakukan
untuk sesuatu yang sakral seperti misalnya pada zaman dulu, Tari Lulo ini
dilakukan pada hari-hari panen masyarakat Suku Tolaki, atau dengan kata
lain Tari Lulo adalah sebuah ritual adat sebagai sesuatu yang harus
dilakukan dikala panen telah selesai sebagai suatu bentuk rasa sukur
masyarakat Tolaki (Ahmad Aldin B, 2019).
Tari Lulo ini sendiri telah merambah ke seluruh pelosok jazirah
Tenggara, namun dizaman modern ini masih akan kita dapati Tari Lulo
tradisional yang dimainkan oleh para orang-orang tua/tetua-tetua
kampung, baik itu sebagai pembuka suatu acara atau bahkan upacara adat,
agar dapat berlangsung dengat hikmat, ataupun lainnya dan tentunya hal
ini dilakukan sebagai bentuk kesadaran akan bentuk Lulo kontenporer
yang mulai punah, sekaligus mengingatkan kembali para kaum muda akan
arti pentingnya Lulo kontenporer baik dari segi makna gerakan ataupun
yang lainnya. Hal ini sejalan seperti yang dikemukakan Budiono
Herusatoto, (1984: 48)
Lulo adalah tarian persahabatan, yang biasa ditujukkan kepada
muda mudi Suku Tolaki sebagai ajang perkenalan, mencari jodoh, dan
mempererat tali persaudaraan merupakan ajang silaturahim antar keluarga,
sahabat dalam suatu masyarakat. Tarian ini dilakukan dengan posisi saling
6

bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran. Peserta tarian ini


tidak dibatasi oleh usia maupun golongan, siapa saja boleh turut serta
dalam Lulo, kaya, miskin, tua, muda boleh bahkan jika anda bukan suku
tolaki atau dari Negara lain bisa bergabung dengan Lulo, yang penting
adalah bisa mengikuti gerakan Lulo, hal lain yang perlu di perhatikan
adalah posisi tangan saat bergandengan tangan, untuk pria posisi telapak
tangan di bawah menopang tangan wanita. Posisi tangan ini merupakan
simbolisasi dari kedudukan, peran, etika pria dan wanita dalam kehidupan.
Mengemukakan bahwa pelaksanaan upacara adat seharusnya
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, pemahaman dan penghayatan
tinggi yang dianut secara tradisional dari generasi satu kegenerasi
berikutnya. Oleh karenanya, upaya mengkaji dan memahami makna
dibalik Tari Lulo ini sendiri, perlu dilakukan penelitian mendalam. Zaman
sekarang Tari Lulo tidak hanya kita temukan di masyarakat Suku Tolaki,
tapi tradisi atau kebudayaan ini akan sangat mudah kita jumpai pada
masyarakat suku lainnya dijazirah Tenggara ini. Meskipun demikian,
walaupun banyak yang turut serta menjadi pelaku kebudayaan atau tradisi
ini, sebagian besar dan bahkan pada umumnya banyak dari mereka yang
tidak mengetahui awal kemunculan atau awal terciptanya kebudayaan ini,
hingga akhirnya menjadi tradisi bagi masyarakat Suku Tolaki. Masih
banyak diantara pelaku kebudayaan ini yang mengesampingkan nila-nilai
kesakralan dari budaya ini. Hal ini banyak terjadi di kalangan muda-mudi,
dimana budaya atau tradisi ini, lebih diperuntukkan atau dimanfaatkan
untuk mencari pasangan dan lain sebagainya.
Tari Lulo dahulunya dilaksanakan disaat panen padi sebagai
ungkapan rasa syukur atas berhasilnya hasil pertanian mereka. Pada saat
sekarang ini tari Lulo tidak hanya dilaksanakan disaat panen padi tetapi
tari Lulo dilaksanakan disaat ada acara pernikahan, penghormatan pada
tamu, aqiqahan, 17 Agustus dan acara besar lainnya. Tradisi tari Lulo ini
berlangsung cukup meriah, dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat.
7

Fenomena yang terjadi, tradisi ini tidak pernah dilewatkan disaat ada acara
pernikahan, menyambut tamu kehormatan ataupun pelantikan raja.

B. Geometri
Menurut Juwita, (2010: 266) Geometri adalah studi hubungan
ruang yang mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan
memisahkan gambar-gambar seperti segi empat, lingkaran, segitiga.

1. Sudut
Sudut adalah gabungan dua sinar garis yang bersekutu titik
pangkalnya.

Gambar 2.1 Sudut

Suatu sudut yang dibentuk oleh sinar garis OA dan OB


dinotasikan <AOB atau <BOA atau <O. Sinar garis OA dan
OB disebut kaki-kaki sudut dan titik O disebut titik sudut.
Ukuran sudut dinyatakan dengan derajat atau radian.
Perhatikan Gambar 2.1 berikut. Ukuran <AOB adalah 1º
apabila panjang busur AB sama dengan 1/360º keliling
lingkaran. Dengan kata lain, ukuran sudut satu putaran penuh
adalah 360º. Ukuran <AOB adalah 1 radian apabila panjang
busur AB sama dengan jari-jari lingkaran, yaitu r.

Gambar 2.2 Satuan Sudut

Hubungan antara dua satuan sudut, yaitu derajat dan radian


adalah sebagai berikut. Perhatikan kembali Gambar 2 di atas.
8

Suatu sudut disebut sudut nol apabila kaki-kaki sudut tersebut


berimpit. Sedangkan suatu sudut disebut sudut lurus apabila
kaki-kaki sudut tersebut berlawanan. Dua sudut berlainan
dikatakan berdampingan apabila kedua sudut tersebut memiliki
titik sudut yang sama dan salah satu kaki dari kedua sudut
tersebut berimpit, sedangkan kaki-kaki yang lain terletak
berlainan pihak terhadap garis yang memuat kaki yang
berimpit.
Daerah dalam <AOB (bukan sudut nol) adalah irisan antara
himpunan titik-titik yang sepihak dengan A terhadap sinar
garis OB dan himpunan titik-titik yang sepihak dengan B
terhadap sinar garis OA. Titik-titik yang tidak terletak pada
daerah dalam maupun pada <AOB dikatakan terletak pada
daerah luar <AOB.
Ukuran sudut nol adalah 0º dan ukuran sudut lurus adalah
180º. Sudut sikusiku adalah sudut dengan ukuran 90º. Sudut
lancip adalah sudut dengan ukuran lebih dari 0º tetapi kurang
dari 90º. Sudut tumpul adalah sudut dengan ukuran lebih dari
90º tetapi kurang dari 180º. Dalam praktik pembelajaran, dapat
diperkenalkan istilah sudut berat ke dalam (sudut refleks),
yaitu sudut dengan ukuran lebih dari 180º dan kurang dari
360º, sedangkan sudut dengan ukuran 0º sampai 180º disebut
sudut berat ke luar.

Gambar 2.3
Jenis-Jenis Sudut
9

C. Etnomatematika
Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomathematics, yang
terbentuk dari kata ethno, mathema, dan tics (Yusuf dkk, 2010) Awalan
ethno mengacu pada kelompok kebudayaan yang dapat dikenali.
Kemudian, mathema disini berarti menjelaskan, mengerti, dan mengelola
hal-hal nyata secara spesifik dengan menghitung, mengukur,
mengklasifikasi, mengurutkan, dan memodelkan suatu pola yang muncul
pada suatu lingkungan. Akhiran tics mengandung arti seni dalam teknik.
Pada pembelajaran kurikulum 2013 menekankan dari pengamatan
permasalahan konkret yaitu permasalahan yang benar-benar bisa
dibayangkan oleh siswa misalkan menggunakan contoh-contoh dari
lingkungan dimana mereka berada yang tentu saja setiap tempat berbeda di
Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa tentu saja berbeda. Isi kurikulum
mencakup masalah bagaimana mengurangi berbagai prasangka di dalam
tingkah laku radikal dari etnik- etnik tertentu dan di dalam materi apa
prasangka-prasangka tersebut dapat dikemukakan (Fatimah S. Sirate,
2012).
Etnomatematika merupakan sebagai suatu pendekatan yang
mengaitkan antara matematika dengan budaya (Kencanawati dan
Irawan,2017). Aktivitas matematika merupakan suatu aktivitas yang
melibatkan proses pengabstraksian dari pengalaman nyata yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari ke dalam matematika seperti
mengelompokkan, berhitung, mengukur, dan sebagainya. (Rachmawati,
2012).
Etnomatematika merupakan suatu pendekatan yang dapat di
pergunakan untuk menjelaskan realitas hubungan antara budaya
lingkungan dan matematika sebagai rumpun ilmu pengetahuan.
Keberhasilan negara Jepang dan Tionghoa dalam pembelajaran
matematika karena mereka menerapkan Etnomatematika dalam
pembelajaran matematika (Uloko dan Imoko, 2007).
10

BAB III

METODE PENULISAN

A. Waktu dan Tempat Penulisan :


1. Waktu penulisan: 12 februari 2021-1 Maret 2021
2. Tempat penulisan: Di Jl. Sisingamangaraja No.41

B. Metode Penyusunan :
Metode dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Persiapan merupakan kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan
pengelolaan data. Tahap persiapan ini meliputi:
a) Menentukan ide masalah
b) Menentukan kebutuhan data
c) Studi pustaka tentang permasalahan yang diambil
2. Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a) Metode Field Research
Metode field research yang penulis gunakan adalah teknik pengamatan
langsung dengan mengamati berbagai hal sehubungan dengan
penerapan matematika bidang geometri dalam tarian Lulo
b) Metode Library Research
Metode Library Research yaitu metode studi kepustakaan mengkaji
bahan-bahan yang bersumber dari buku-buku, artikel, dan lain-lain
yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam makalah karya
tulis ini.
c) Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif
dimana dalam analisis digunakan pemikiran logis dengan sandaran
11

yang tegas, dalam analisis ini, penulis akan menggunakan teknik


analisis komparatif, dimana kesimpulan diperoleh dengan
membandingkan data aktual dengan konsep-konsep yang ada, baik
melalui proses studi kepustakaan maupun studi lapangan.

Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :


1. Bagian Awal
Meliputi halaman judul yang mencantumkan judul makalah serta nama
penulis. Pada bagian awal juga terdapat lembar orisinalitas, kata pengantar,
daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel.
2. Bagian Inti
Terdiri dari pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat penulisan), kajian pustaka yang menunjukkan landasan teori dan
konsep yang relevan dengan masalah yang dikaji, metode penulisan (waktu
dan tempat penulisan, metode penyusunan, sistematika penulisan, dan
diagram alir penulisan), analisis-sintesis yang didasarkan pada data/atau
informasi serta tinjauan pustaka untuk menghasilkan alternatif model
pemecahan masalah, penutup (kesimpulan dan saran).
3. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran dan biodata peserta.

mulai pengelolaan data analisis data

kesimpulan dan
studi pendahuluan pengumpulan data saran

identifikasi dan
studi pustaka
penentuan Akhir
literatur
rumusan masalah

Gambar Alir skema pelaksanaan penelitian


(sumber : Dokumen Pribadi)
12

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis dan Makna Tari Tradisional Lulo Masyarakat Tolaki Sulawesi


Tenggara
Menurut M. Oktrisman Balagi Kepala Bidang Pesona Seni Budaya
Badan Pariwisata dan Kebudayaan Sultra dalam Ashur Arsamid bahwa,
Tarian Lulo menggambarkan kebersamaan masyarakat Tolaki dalam
keberagaman dengan meninggalkan sekat yang membedakan kaya dan
miskin serta status sosial lainnya. Pada zaman dahulu, masyarakat suku
Tolaki yang notabene mengkonsumsi sagu dan beras dalam memenuhi
kebutuhan konsumsinya, sering menggunakan teknik menghentakkan kaki
untuk menghaluskan rumbia menjadi sagu yang bisa dimakan dan
menggunakan teknik yang sama dalam melepaskan bulir padi dari
tangkainya (Muh Kharisman, 2020).
Dari kebiasaan inilah masyarakat menemukan gerakan-gerakan
yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah seni tari yang kini kita
kenal dengan sebutan Lulo (Muh kharisman, 2020).
Ada pun beberapa jenis tari Lulo masyarakat tolaki Sulawesi
Tenggara adalah sebagai berikut :
1. Tari Lulo Mbinetabe
Arti kata Mbinatabe pada tari Lulo ini ialah menghormat. Istilah ini
berawal dari bahasa daerah suku Tolaki. Disebutkan demikian karena
gerakan-gerakan pada variasi tarian tersebut menunjukkan cara-cara
penghormatan seseorang terhadap pejabat-pejabat atau orang-orang
yang dipandang lebih tua.
2. Tari Lulo Patah-Patah
Latar belakang sejarah tari Lulo Patah-Patah ini adalah pada saat
Kompleks Tawanga diserahterimakan dari Pemerintah Daerah Tingkat
II Kolaka kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kendari tanggal 31
September 1964. Sejak tari ini diciptakan maka setiap adanya
13

pertunjukkan tari Lulo, tari Lulo Patah-Patah ini selalu mendapat


kesempatan pertama dalam pertunjukkannya.
3. Tari Lulo Leba-leba
Artinya sedikit lenggang. Berhubung gerak tari ini pada dasarnya
adalah gerak tari Lulo, tetapi pada variasinya adalah gerak tari Moleba
yang hanya sedikit lenggang.

B. Sudut Yang Terdapat Pada Tari Tradisional Lulo Masyarakat Tolaki


Sulawesi Tenggara
Ukuran sudut nol adalah 0º dan ukuran sudut lurus adalah 180 º.
Sudut sikusiku adalah sudut dengan ukuran 90º. Sudut lancip adalah sudut
dengan ukuran lebih dari 0º tetapi kurang dari 90º. Sudut tumpul adalah
sudut dengan ukuran lebih dari 90º tetapi kurang dari 180º. Dalam praktik
peruang antara dua buah ruas garis lurus yang saling berpotongan. Besar
sudut pada lingkaran 360°. Dapat diperkenalkan istilah sudut berat ke
dalam (sudut refleks), yaitu sudut dengan ukuran lebih dari 180º dan
kurang dari 360º, sedangkan sudut dengan ukuran 0º sampai 180º disebut
sudut berat ke luar.
Dalam tari Lulo memiliki beberapa kandungan matematika salah
satunya adalah geometri dasar yaitu sudut, Sudut dalam geometri adalah
besaran rotasi suatu ruas garis dari satu titik pangkalnya ke posisi yang
lain.
1. Sudut siku-siku
Sudut pertama adalah sudut siku-siku dapat di lihat pada posisi
tangan yang di tekuk saat bergandengan tangan dengan penari
yang saling bergandengan dan di tekuk membentuk sudut siku-
siku, Sudut siku-siku adalah sudut dengan ukuran 90º
Gambar 4.1 penari tradisional
Lulo
Sumber : google
14

2. Sudut tumpul
Sutut ke dua adalah sudut tumpul dapat di lihat pada posisi kaki
penari yang di tekuk kebelakang dan kedepan membentuk
sudut tumpul, Sudut tumpul adalah sudut dengan ukuran lebih
dari 90º tetapi kurang dari 180º.

Gambar 4.2 penari tradisional Lulo


Sumber : google
C. Nilai-nilai dalam tari Tradisional Lulo Masyarakat Tolaki Sulawesi
Tenggara
Posisi tangan tari Lulo merupakan simbolisasi dari kedudukan,
peran, etika pria dan wanita dalam kehidupan.
1. Nilai Sejarah atau Nilai historis dari Tari Lulo, dimana dalam
perkembangannya sudah banyak melewati zaman dengan berbagai
macam pengaruh luar yang diterimanya namun tetap mampu
menyatukan masyarakat Suku Tolaki dalam suatu tempat tertentu,
walaupun dengan tujuan yang berbeda.
2. Nilai Solidaritas Tari Lulo ini juga terpampang jelas dari gerakan
Moese (gerakan naik turun dengan posisi tangan bergandengan),
dan juga Molakoako (gerakan kaki kekanan dan kekiri guna dapat
membuat satu putaran lingkaran Lulo). Dari dua gerakan ini
(Moese dan Molakoako), dapat kita lihat dengan jelas kumpulan
orang yang membentuk satu lingkaran, bergerak beriringan dan
tetap seirama dalam gerakan yang sama. Dari hal ini jelas bahwa
Tari Lulo memiliki nilai solidaritas yang sangat tinggi.
15

3. Nilai Etika Tari Lulo merupakan satu hal yang sangat dijunjung
tinggi demi keamanan dari keberlangsungannya suatu acara Lulo,
terutama etika kepada perempuan sebagai makhluk yang telah
melahirkan kita kedunia ini, dan juga etika kepada para penari Lulo
lainnya yang telah lebih dahulu ada dalam Tarian ataupun yang
baru akan ikut masuk bergabung dalam Tari Lulo.
4. Nilai Estetika atau keindahan dalam Tari Lulo ini terdapat pada
gerakan dari Tari Lulo itu sendiri, dan alunan musik yang
mengiringi Lulo tersebut (Lulo Tradisional). Dengan kata lain
bahwa maestro atau orang yang bertugas memukul atau
membunyikan alat musik adalah penentu dari gerakan yang penari
mainkan.

Dari data di atas penulis kembali melakukan observasi mengenai nilai-


nilai dan makna tari Lulo masyarakat tolaki Sulawesi Tenggara dengan
mengambil beberapa responden yang merupakan para orang tua dan juga
orang dewasa suku tolaki yag mengatakan bahwa nilai yang terkandung
dari tari tradisional Lulo tersirat sebagai berikut:

1. Responden 1 :

Gambar 4.3 responden 1


Sumber : Dok.Pribadi

Bernama kakek Dema (72 tahun) mengatakan bahwa “ maksudnya tari


Lulo itu mempersatukan suku, tidak pilih kasih siapa suku siapa mau
itu suku muna, suku buton suku apa saja, di rangkul kita punya tangan
itu maksudnya kita sama-sama suku itu kita rangkul, semua suku di
indonesia kita rangkul semua. Makanya ada itu mombesara atau
meletakan adat”
16

2. Responden 2 :

Gambar 4.4 responden 2


Sumber : Dok.Pribadi

Bernama john (38 tahun) mengatakan bahwa “tari Lulo itu tari yang
biasanya di lakukan untuk memperingati hari-hari besar seperti
pernikahan atau ada hari besar lainnya seperti hari panen, kan Lulo itu
untuk mempersatukan orang sekitar untuk mempererat tali
persaudaraan”

3. Responden 3 :

Gambar 4.5 responden 3


Sumber : Dok.Pribadi

Bernama nenek pati (75) mengatakan bahwa “artinya itu untuk


mempererat tali persaudaraan khusnya suku tolaki dan di dalam Lulo
itu tidak ada yang meninggikan derajatnya saya si ini saya si itu tidak
ada perbedaan. Dan tari Lulo itu banyak yang bilang habis Lulo itu
langsung segar dia punya badan, karna badan yang tadinya loyo pas
dengar musiknya Lulo langsung da ikut bergerak dan langsung bugar.
Itu mi kenapa orang-orang kampung sehat-sehat”

D. Simbol Budaya dan Makna Tarian Lulo


Tari Lulo merupakan kesenian khas khas Sulawesi Tenggara yang juga
populer di Konawe Selatan. Adapun simbol budaya dan makna yang
terdapat dalam tarian Lulo, sebagai berikut:
17

1. Bergenggaman tangan
Para penari harus masuk dari depan dan tidak diperbolehkan masuk
dari belakang. Selain itu, ketika akan mengajak calon pasangan
untuk menari, terutama pasangan pria yang mencari pasangan
wanita, hendaknya mencari wanita yang sedang berpasangan
dengan wanita. Seorang pria tidak diperbolehkan mangajak
seorang wanita yang sudah berpasangan dengan pria lain. Hal ini
untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika
tarian sedang berlangsung. Ketika terjadi penolakan dari calon
pasangan maka pria yang sedang mencari pasangan dikenai denda
adat yaitu seekor kerbau di tambah dua lembar sarung. Denda
serupa itu, tidak berlaku pagi seorang wanita. Seperti filosofi
masyarakat suku Tolaki yang diungkapkan dalam bentuk pepatah
Samaturu, medulu rongga mepokoaso, yang berarti bahwa
masyarakat Tolaki dalam menjalani perannya masing masing
selalu bersatu, bekerja sama, saling tolong menolong dan bantu
membantu
2. Melangkahkan Kaki dua kali ke kanan, dua kali ke kiri, ke depan
dan ke belakang
Simbol lain dari tari Lulo adalah melakukan gerakan kaki dua kali
ke kanan dua kali ke kiri, kedepan dan kebelakang secara berulang.
Serta gerakan badan lainnya seperti pinggul, kepala dan sebagainya
Hal ini mengandung makna bahwa manusia di dalam kehidupan
harus senantiasa bergerak dan beraktivitas (bekerja).
3. Membentuk Lingkaran
Simbol budaya dalam tarian Lulo adalah membentuk sebuah
lingkaran yang mengandung makna bahwa dalam kehidupan
dibutuhkan adanya persatuan dan kesatuan di dalam rangka
menjalani kehidupan yang harmonis dan serasi diantara sesama
manusia.
18

4. Penggunaan alat musik tradisional berupa gendang, gong dan


dongi-dongi (gong kecil) dimaksudkan agar di dalam melakukan
gerakan-gerakan tarian Lulo memiliki irama yang serasi dengan
alat musik tradisional yang dibunyikan sehingga memberikan
nuansa yang menarik bagi pelaku tarian maupun bagi mereka yang
menyaksikan tarin Lulo. Pengiringan tarian Lulo dengan
menggunakan alat musik tradisional di maksudkan bahwa dalam
menjalani kehidupan perlu dilakukan dengan kegembiraan.
19

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Tari Lulo merupakan kebudayaan masyarakat Suku Tolaki yang sekarang


sudah menyebar ke segenap daratan Sulawesi Tenggara. Tari ini memiliki
beberapa jenis yaitu Lulo Lulo Mbinetabe, Lulo Patah-Patah, dan Lulo
Leba-leba Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan
dan membentuk sebuah lingkaran. Lulo memiliki makna tarian
persahabatan, yang biasa ditujukan kepada muda mudi Suku Tolaki
sebagai ajang perkenalan, mencari jodoh, dan ajang silaturahim antar
keluarga, sahabat dalam suatu masyarakat. Dalam tari Lulo memiliki
beberapa kandungan matematika salah satunya adalah geometri dasar yaitu
sudut. Sudut dalam geometri adalah besaran rotasi suatu ruas garis dari
satu titik pangkalnya ke posisi yang lain. Adapun Sudut Yang Terdapat
Pada Tari Tradisional Lulo Masyarakat Tolaki Sulawesi Tenggara adalah
sudut siku-siku dan sudut tumpul. Sudut siku-siku dapat di lihat pada
posisi tangan yang di tekuk saat bergandengan tangan dengan penari yang
saling bergandengan dan di tekuk membentuk sudut siku-siku, Sudut siku-
siku adalah sudut dengan ukuran 90º. Sedangkan sudut tumpul dapat di
lihat pada posisi kaki penari yang di tekuk kebelakang dan kedepan
membentuk sudut tumpul, Sudut tumpul adalah sudut dengan ukuran lebih
dari 90º tetapi kurang dari 180º. Tari tradisional Lulo masyarakat tolaki
Sulawesi Tenggara memiliki beberapa nilai-nilai budaya dalam tari
tradisional masyarakat tolaki Sulawesi Tenggara yang pertama adalah nilai
kebersamaan dan toleransi antar suku, juga memiliki nilai anti
diskriminatif.
20

B. SARAN
- Disarankan kepada penulis untuk mengembangkan tulisan ini agar bisa
berguna untuk media pembelajaran dan edukasi pada masyarakat.
- Disarankan kepada pemerintah untuk memperhatikan tari tradisional
Lulo masyarakat tolaki Sulawesi Tenggara.
- Disarankan kepada masyarakat agar lebih melestarikan tari tradisional
Lulo masyarakat tolaki Sulawesi Tenggara sebagai ikon suku.
21

DAFTAR PUSTAKA

Sitti Fatimah s. sirate (2011) “Studi Kualitatif Tentang Aktifitas Etnomatematika


Dalam Kehidupan Masyarakat Tolaki” lentera Pendidikan, Vol. 16 No. 4,
123: 136, 2011.
Indah L. Nur’aini dkk (2017) “Pembelajaran Matematika Geometri Secara
Realistis Dengan GeoGebra” Program Studi Matematika, Fmipa,
Universitas Islam Bandung Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia. Jurnal Matematika Vol.16 No.2 Desember 2017 ISSN:
1412-5056 / 2598-8980.
Ami Nur Fahmi ddk (2017) “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas III
Sekolah Dasar dalam Mengenal dan Menggambar Jenis-Jenis Sudut”
Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya,
Pedadidaktika: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar-Vol. 4, No. 1
(2017) 120-129.
Ahmad Aldin B (2019) “Sejarah Tari Lulo Pada Masyarakat Suku Tolaki
Kelurahan Alangga Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan (1800-
1996)” Historical Education Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah E-ISSN:
2502-6674 P-ISSN: 2502-6666, Vol. 4 No. 1, Januari 2019.
Rahayu Pertiwi Sari ddk (2019) “The Development of Lulo Creation Dance to
Improve Students’ Social Skills” Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling:
Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling Volume 5
Nomor 2 Desember 2019. Hal 127-133 p-ISSN: 2443-2202 & e-ISSN: 2477-
2518
Vivi Rosida ddk (2018) “Efektivitas Pendekatan Etnomatika Berbasis Budaya
Lokal Dalam Pembelajaran Matematika” Dosen Pendidikan Matematika
STKIP Andi Matappa : Jurnal Pendidikan Matematika 2 (2), 2018, 97-107
ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719
Sihartin ddk (2018) “Pola Pelatihan Gerak Tari Lulo Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pada Siswa Kelas Vi Sdn 37 Kendari” Alumni Pascasarjana
Pendidikan Seni Universitas Halu Oleo, Dosen Universitas Halu Oleo,
Dosen Universitas Halu Oleo, Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3
No. 1 Juli 2018 , e-ISSN: 2502-4191
Asrul Jaya (2016) “Makna Komunikasi Pada Simbol Budaya Dalam Tarian Lulo
Di Konawe Selatan” Hasil penelitian 2 Dosen pada Program Studi
Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo,
Jl. H.E.A. Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari, Vol. 5 No.
2. Juni 2016 Halaman 129 – 114
Nasir & Rahmawati. M (2019) “Identifikasi Nilai Pedagogis Tarian Lulo Untuk
Integrasi Bangsa (Study Ethnography Masyarakat Di Sulawesi Tenggara”
Prodi Administrasi Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Kendari, Titian:
Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440 Vol. 03, No. 02, Desember
2019 E-ISSN: 2597 – 7229
Nasir ddk (2020) “Identifikasi Nilai Pedagogis Tarian Lulo untuk Memperkuat
Rasa Persatuan pada Anak Usia Dini” Administrasi Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Kendari12 Prodi Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas
22

Muhammadiyah Kendari, Volume 4 Issue 1 (2020) Pages 371-384, ISSN:


2549-8959 (Online) 2356-1327 (Print).
Irnawati Irwan (2019) “Perkembangan Gerak Tari Molulo Pada Masa Kini Di
Kelurahan Anawai Kecamatan Wua-Wua Kota Kendari Sulawesi Tenggara”
Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni Dan Desain Universitas
Negeri Makassar.
Nining Sriani (2016) “Membangkitkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Sekolah Dasar Melalui Media Sudut Siku-Siku” BRILIANT: Jurnal Riset dan
Konseptual Volume 1 Nomor 1, November 2016.
23

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Ketua Tim
Nama lengkap : Andi Muhammad Tahir
Tempat Lahir : Kendari
Tanggal Lahir : 17 April 2003
Penghargaan : -Juara 1LKTI Gebyar Bahasa
Tingkat Kota Kendari 2019
-Juara 1 Lomba Debat Kasus
Remaja BKKBN Tingkat Kota
Kendari 2019
-Juara 2 Lomba Debat Mimbar BK
Tingkat Kota Kendari 2019
-Juara 2 Lomba Konselor Remaja
Tingkat Kota Kendari 2019
-Juara 3 LCC 4 pilar MPR-RI prov.
Sultra 2019
- Juara 1 LKTI S3 BIOLOGI Tingkat
provinsi Tahun 2020

B. Anggota 1
Nama Lengkap : Johan Tirta
Tempat Lahir : Kendari
Tanggal Lahir : 28 juni 2004
Penghargaan : - Juara 3 LKTI Comic Sains Part III
Tingkat Provinsi Tahun 2019
- Juara 3 LKTI Comic Sains Part VI
Tingkat Provinsi Tahun 2020
-Juara 2 Lomba Cipta Cerpen Se-
Sulawesi Tenggara Tahun 2020
24

C. Anggota 2
Nama lengkap : Indri Ananda Hasanah
Tempat Lahir : Kendari
Tanggal : 11 Juli 2004
Penghargaan : -Juara 1 Lomba Cipta Baca Puisi
pada ajang Festival Kreasi Pemuda
Nasional yang diselenggarakan oleh
Rumah Cendekiawan Melayu
Indonesia Tahun 2020
-Juara 1 Lomba Essay dalam rangka
comic sains Tingkat Provinsi Part
VI Tahun 2020
-Juara 1 FLS2N Tingkat Provinsi
Sulawesi Tenggara yang
diselenggarakan oleh kemendikbud
Tahun 2020
-Juara 5 Jetrada(Jejak Tradisi
Daerah) Tingkat Regional yang
diselenggarakan oleh BPNB Tahun
2020
25

Lampiran 2
26

Lampiran 3
27

Lampiran 4

Anda mungkin juga menyukai