Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Ada banyak sekali konflik yang muncul di Indonesia tetapi membutuhkan waktu
penyelesaian yang cukup lama. Tempat ibadah maupun kantor pemerintahan kerap menjadi
sasaran konflik. Sebut saja seperti pembakaran, sengketa lahan, dan lain sebagainya. Menurut
Nurdjana, konflik adalah perbedaan yang timbul antara keinginan dan keadaan yang
menimbulkan permasalahan kedepannya (A. Wahyudi, n.d.). sementara menurut Stoner,
konflik merupakan adanya ketidaksepakatan mengenai nilai, status, visi misi, dan tujuan dari
suatu masyarakat (A. H. Wahyudi, 2006).
Dalam melakukan Analisa ini, peneliti menggunakan beberapa jurnal yang berasal
dari penelitian terdahulu yang membahas konflik yand pernah ada di Indonesia, antara lain 1.)
jurnal milik Ellya Rosana yang terbit di Al-Adyan pada 2015 yang membahas konflik yang
kerap timbul pada masyarakat modern (Rosana, 2015); 2.) jurnal milik Murtamadji yang
terbit pada tahun 2006 di Humanika yang membahas mengenai factor apa saja yang
menyebabkan timbulnya sebuah koonflik (Murtamadji, 2006). Berdasarkan beberapa jurnal
terdahulu yang dipaparkan, peneliti menemukan persamaan dan perbedaan. Persamaannya
yaitu sama-sama membahas mengenai konflik, perbedaannya yaitu permasalahan atau konflik
yang diangkat terlalu luas, sehingga dalam hal ini peneliti ingin memfokuskan pada satu
permasalahan saja, yaitu pada kasus GKI Yasmin.

Tahapan konflik GKI Yasmin


Menurut Wiyono, sebuah konflik memiliki beberapa tahapan, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Konflik tersembunyi
Merupakan perasaan yang dirasakan oleh individu tetapi belum mengganggu dirinya
sendiri. Pada GKI Yasmin, dimulai dengan diterbitkannya IMB oleh pemerintah Bogor pada
19 Juli 2006 dalam rangka pembangunan Gereja Kristen Indonesia
2. Konflik mendahului,
Tahapan ini terjadi Ketika mulai timbul perubahan perasaan yang dirasakan tetapi
masih belum mengganggu dirinya. Biasanya berupa perbedaan visi dan misi. Pada kasus GKI
Yasmin tahapan ini dimulai Ketika pemerintah Bogor mengeluarkan edaran mengenai
pencabutan IMB GKI pada 11 Maret 2011 karena adanya penolakan setelah adanya kasus
pemalsuan tanda tangan persetujuan.
3. Konflik muncul dan dapat diamati,
Tahapan ini muncul karena tahapan konflik mendahului belum terselesaikan. Dimulai
Ketika pemerintah bogor pada 5 Juli 2012 menawarkan adanya relokasi kepada ketua majelis
GKI Yasmin.
4. Konflik dalam perilaku
Merupakan tahapan dimana munculnya usaha untuk menyelesaikan konflik melalui
perilaku seperti konsolidasi. Pada 16 Mei 2014 pemerintah Bogor mengunjungi Kementrian
Dalam Negeri dan Kementrian Agama agar para jemaat GKI dapat segera menerima
kebijakan relokasi. Kemudian pada 21 Januari 2015, diadakan pertemuan dengan
Ombudsman Republik Indonesia guna mendata jemaat yang setuju dengan adanya relokasi.
5. Penyelesaian
Pada tahap ini, dimulai Ketika ketua FKUB Bogor menyampaikan bahwa sejak 10
MEI 2021 berkas ratusan jemaat yang setuju untuk relokasi telah masuk dan akan
ditindaklanjuti sehingga tahun 2021 permasalahan tersebut dapat segera diselesaikan.
Factor penyebab terjadinya konflik di Indonesia berkaitan dengan kasus GKI Yasmin
Adanya protes dari para jemaat (dalam hal ini jemaat GKI) merupakan bentuk pelampiasan
kekecewaan mereka terhadap pemerintah karena rakyat tidak berdaya untuk melakukan
perlawanan. Sebagaimana menurut Mohtar Mas’oed (Mas’oed, 1997) bahwa fenomena
konflik dapat menimbulkan massa yang berkumpul. Dalam hal ini demo bisa saja terjadi
akibat Tindakan yang dilakukan negara, dalam hal ini pemerintah kota Bogor sebagai bentuk
tanggapan karena keinginan untuk memiliki tempat ibadah terhalang. Factor selanjutnya yaitu
berkurangnya kepercayaan antara masyarakat dengan pemerintah akibat kurangnya pelayanan
public dan aspirasi masyarakat yang kerap diabaikan juga menjadi penyebab konflik GKI
Yasmin timbul
Faktor sebagaimana yang telah disebutkan di atas menimbulkan kekecewaan yang
mendalam bagi masyarakat sehingga mudah marah karena masih belum menemukan jalan
keluar. Masyarakat juga melampiaskan kekecewaan dengan mengadakan demo dengan
harapan agar aspirasi mereka dapat didengar.

Penegakan hukum di Indonesia ditinjau dari kasus GKI Yasmin


Jika ditinjau dari kasus ini maka pada dasarnya perlu adanya demokratisasi pada struktur
organisasi dalam masyarakat. Ketika ingin mengambil keputusan maka perlu untuk
melibatkan seluruh elemen masyarakat, tidak hanya pemerintah saja. Sehingga dengan
adanya partisipasi, masyarakat akan muncul rasa kesetiaan dan kebersamaan bagi kelompok
GKI Yasmin. Pemerintah kota Bogor dalam hal ini telah melanggar pasal 29 UUD 1945 ayat
2 yang mengatur kebebasan untuk beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing. Penyelesaian kasus GKI yang memakan waktu cukup lama bahkan hingga 15 tahun
dapat menjadi bukti lambannya kinerja penegakan hukum di Indonesia. Dilansir dari laman
Tempo, masalah ini tidak kunjung selesai karena masih adanya larangan jemaat beribadah di
bangunan tersebut salah satunya oleh Pemerintah Kota Bogor, meskipun kenyataannya
pembangunan gereja tersebut telah memiliki kekuatan hukum berdasarkan keputusan
Mahkamah Agung dan Ombudsman Republik Indonesia. Kasus ini juga mengundang
perhatian dunia, terbukti dengan dimuatnya kasus ini pada Human Rights Watch Woeld
Report 2012 halaman 337 yang semakin “memperkenalkan” lambannya kinerja hukum di
Indonesia (Wibowo, 2012).

Simpulan
Kasus ini merupakan salah satu kasus yang mengancam integritas nasional Indonesia. Pada
dasarnya integrasi timbul karena adanya komunikasi yang intens. Maka kemudian integrasi
nasional tidak dapat muncul dengan menggunakan otoriter yang dimiliki pemerintah,
sebaliknya justru seharusnya cukup dengan pengakuan dan pemberian kesempatan yang sama
dalam hal ini jemaat GKI untuk beribadat. Integrasi nasional belum ditemukan pada kasus ini,
jika dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin peristiwa seperti GAM akan terulang
kembali akibat kekecewaan yang dirasakan selama puluhan tahun.

Daftar Pustaka

Mas’oed, M. (1997). Tantangan Terhadap Integrasi Bangsa (Studi Kasus Konflik Sosial dan
Kerusuhan Masal). Yogyakarta. Retrieved from file:///D:/data order jago ketik/3814-
9871-1-SM.pdf
Murtamadji. (2006). KONFLIK DAN TINDAK KEKERASAN DI ERA PASCA ORDE
BARU SERTA UPAYA MENUMBUHKAN INTEGRASI NASIONAL DI
INDONESIA. Humanika, 6(1), 95–105. Retrieved from file:///D:/data order jago
ketik/3814-9871-1-SM.pdf
Rosana, E. (2015). KONFLIK PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT (Telaah Mengenai
Teori dan Penyelesaian Konflik Pada Masyarakat Modern). Al Adyan, 10(2). Retrieved
from https://media.neliti.com/media/publications/177546-ID-konflik-pada-kehidupan-
masyarakat-telaah.pdf
Wahyudi, A. (n.d.). Konflik, Konsep Teori Dan Permasalahan. 1–15.
Wahyudi, A. H. (2006). Manajemen Konflik dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Wibowo, S. (2012). Masalah GKI Yasmin Menjadi Catatan Dunia. Retrieved from Tempo.co
website: https://nasional.tempo.co/amp/379395/masalah-gki-yasmin-jadi-catatan-dunia

Anda mungkin juga menyukai