Anda di halaman 1dari 95

SENI PERTUNJUKAN SILEK TARI DALAM ACARA PERNIKAHAN

MASYARAKAT MELAYU DI DESA BONCAH TAGONANG


KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau

OLEH :

SEPTIA WINDY ERNOVITA


NPM : 156711057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
ABSTRAK

Septia Windy Ernovita (2019). Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara
Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan
Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

Penelitian ini berjudul “Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara


Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah
Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau” Tahun 2018/2019. Seni Pertunjukan Silek
Tari adalah seni pertunjukan yang berupa tarian silat yang ditampilkan dalam
acara pernikahan yang gerakan tangannya seperti orang menari diiringi dengan
alat musik gondang borogong dan mempunyai unsur-unsur seni, agama dan sosial.
Teori yang digunakan yaitu teori Junaidi Syam yang menyatakan bahwa poncak
adalah seni bela diri silat tradisional, biasanya berbentuk tarian dan diiringi oleh
musik Gondang Borogong. Sumber dan jenis data adalah primer dan sekunder.
Dalam hal ini menggunakan data primer melalui wawancara pengamatan secara
langsung atau menggunakan buku dan kamera untuk didokumentasikan.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis berdasarkan data


kulitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sampel penelitian terdiri dari beberpa orang yang
terdiri dari, 5 orang Pemusik dan 2 orang Pesilat, dan 5 orang penonton.
Narasumber yaitu Atuk Sakirman selaku guru pembina Silek Tari di Desa Boncah
Tagonang. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil temuan penelitian, Seni Pertunjukan Silek Tari
dalam acara pernikahan dimulai ketika mempelai laki-laki telah mendekati rumah
mempelai perempuan. Adapun pola gerakan Silek Tari yaitu : menyombah,
langkah gantong, langkah, arah, gerak langkah mundur, sipak, langkah maju, ilak,
tikam, langkah mundur, mumboi salam dengan pola lantai garis lurus dan
melengkung. Musik yang digunakan dalam Seni Pertunjukan Silek Tari adalah
gong, celempong, dan gendang.

Kata Kunci : Pertunjukan Silek Tari


ABSTRACT

Septia Windy Ernovita (2019). Silek Tari Performing Arts in the Marriage
Event of the Malay Society in Boncah Tagonang Village, Rambah District,
Rokan Hulu Regency, Riau Province.

This research is entitled "Silek Tari Performing Arts in the Marriage


Event of Malay Society in Boncah Tagonang Village, Rambah District, Rokan
Hulu Regency, Riau Province" Year 2018/2019. Silek Tari Performing Arts is a
performing art in the form of a martial arts dance that is displayed in weddings
that move their hands like dancing people accompanied by a Borogong gondang
instrument and have elements of art, religion and social. The theory used is the
theory of Junaidi Syam which states that poncak is a traditional martial arts
martial arts, usually in the form of dances and accompanied by Gondang
Borogong music. Sources and types of data are primary and secondary. In this
case using primary data through direct observation interviews or using books and
cameras to be documented.
The method used is descriptive analysis method based on qualitative
data that uses data collection techniques by means of interviews, observation and
documentation. The study sample consisted of several people consisting of, 5
Musicians and 2 Pesilat, and 5 spectators. The speaker was Atuk Sakirman as the
teacher of Silek Tari's coach in the village of Boncah Tagonang. Data collection
techniques are interviews, observation, and documentation. Based on the results
of the research findings, Silek Performing Arts Dance at the wedding begins when
the bridegroom approaches the bride's house. The Silek Tari movement pattern is:
menyombah, step pockets, steps, direction, step back, snake, step forward, step,
stab, step back, greeting mumboi with a straight and curved line pattern. The
music used in Silek Dance Performing Arts is gong, celempong, and drum.

Keywords: Silek Tari Performances


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT yang maha

pengasih dan penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis dalam menyelesaikan skrispsi yang berjudul “Seni Pertunjukan

Silek Tari Masyarakat Melayu Di Desa Boncah Tagonang Kecamatan

Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau”. Shalawat dan salam penulis

sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk gelar Sarjana S-1 pada

Program Studi Pendidikan Sendratasik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Riau. Selama menjalani program pendidikan dan penyusunan

skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Alzaber, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Riau yang telah banyak memberikan motivasi secara

langsung maupun tidak langsung kepada penulis.

2. Dr. Sri Amnah, S.Pd. M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau yang telah

memberikan pelayanan terutama yang berhubungan dengan administrasi

akademik.

3. Dr. Sudirman Shomary, M.A. selaku Bidang Administrasi dan Keuangan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau yang telah
banyak memberikan pelayanan dalam bidang keuangan yang ada di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

4. H. Muslim, S.Kar. M.Sn. selaku WD III Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Islam Riau yang telah memberikan kemudahan

kepada penulis dalam segala proses administrasi selama penulis mengikuti

perkuliahan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

5. Dr. Nurmalinda, S.Kar., M.Pd. selaku ketua Program Studi Sendratasik

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.

6. Dewi Susanti, S.Sn., M.Sn. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberi petunjuk, saran, pengarahan serta bimbingan dan motivasi

kepada penulis dalam perkuliahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

7. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau yang telah memberikan

bimbingan dan ilmu selama proses perkuliahan.

8. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Univeristas Islam Riau yang telah membantu penulis dalam hal

administrasi perkuliahan.

9. Kepada Atuk Sakirman selaku guru Silek Tari dan para Pesilek, pemusik,

dan tokoh masyarakat Desa Boncah Tagonang yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis melakukan penelitian.

10. Terutama sekali penulis persembahkan skripsi ini kepada kedua Orang

Tua Tercinta, Mama Ernalis S.Pd dan Papa Jumino, Adik-adik tersayang
Syadella Ernovita dan Raisya Ernovita, yang setia menemani dari awal

masuk kuliah hingga saat ini dan turut serta memberikan semangat, do’a

dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Terima kasih kepada keluarga besar (Atuk) Alm. H. Mansyur J, (Uak) Hj.

Faridah Yusuf, A.Md, (Acik) Mufi Harti, S.Sos, (Oom) Anto S.E,

(Mamak) Ali Akbar dan (Ante) Ati, yang menjadi motivasi bagi penulis

untuk tetap semangat dan sabar dalam menyelesaikan skripsi.

12. Terima kasih buat yang tersayang Yogi Arnas, yang setia menemani dan

menunggu dari awal hingga saat ini, selalu mendo’akan, senantiasa

membantu, memotivasi, yang selalu menemani keperpustakaan, sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

13. Terima kasih kepada keluarga yang ada di Pekanbaru (Ibu) Sakinayati,

(Bapak) Baharuddin, (Nenek) Yuzar Aida, (keponakan) Rizky

Febriansyah khususnya adik sepupu tercinta Maharani dan kakak sepupu

Ardina, keluarga yang ada di Rokan Hulu, di Siak dan di Bengkalis yang

telah memberikan do’a, dan semangat kepada penulis.

14. Terima kasih sahabat Dinda Andini, Sari Asyura, teman-teman Alumni

MTsN Rambah 2012, dan Alumni SMANSA Rambah 2015 yang selalu

memberi do’a dan motivasi.

15. Kemudian terimakasih kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Rambah

khususnya Kelas X IPA 3 dan X IPS 5 yang selalu memberi dukungan dan

do’a kepada penulis.


16. Teman-teman tercinta SULUNG Putri Sabaatunnisak, Sanita Agustina,

Yesi Mariyani yang dari awal berjuang sama-sama, terima kasih telah

memberi do’a, motivasi, dan sabar menunggu dosen pembimbing masing-

masing.

17. Teman-teman seperjuangan di kelas C Program Studi Sendratasik, teman-

teman seperjuangan di Fakultas lain Ahmad Sarwedi, Romi, Satria, Hamdi

dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan do’anya, mudah-

mudahan penulis bisa menggunakan ilmunya dengan baik guna mencapai

dan meraih cita-citanya.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan pahala kepada semua pihak

yang telah membantu penulis. Semoga skripsi ini dapat memberi ilmu yang

bermanfaat bagi pembacanya.

Pekanbaru, September 2018

Septia Windy Ernovita


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................vii
DAFTAR TABEL..............................................................................................viii
ABSTRAK .........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................8


2.1 Teori Seni Pertunjukan..................................................................................8
2.2 Teori Pencak Silat .........................................................................................9
2.3 Kajian Relevan ..............................................................................................12

BAB III METODOLODI PENELITIANAN ..................................................16


3.1 Metode Penelitian..........................................................................................16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................17
3.3 Subjek Penelitian...........................................................................................18
3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................................18
3.4.1 Data Primer .........................................................................................18
3.4.2 Data Sekunder.....................................................................................19
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................19
3.5.1 Teknik Observasi ...........................................................................19
3.5.2 Teknik Wawancara ........................................................................20
3.5.3 Teknik Dokumentasi......................................................................21
3.6 Teknik Analisis Data .....................................................................................21
3.7 Keabsahan Data .............................................................................................23

BAB IV TEMUAN PENELITIAN ..................................................................25


4.1 Temuan Umum Penelitian.............................................................................25
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kabupaten Rokan Hulu ..........................25
4.1.2 Letak Wilayah dan Geografis Kabupaten Rokan Hulu ......................27
4.1.3 Letak Wilayah dan Geografis Kecamatan Rambah ............................29
4.1.4 Keadaan Penduduk .............................................................................31
4.1.5 Agama .................................................................................................32
4.1.6 Kesenian dan Kebudayaan..................................................................33
4.2 Temuan Khusus .............................................................................................35
4.2.1 Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan Masyarakat
Melayu di Desa Boncah Tagonang Kec.Rambah Kab.Rohul ............35
4.2.2 Gerak ..................................................................................................36
4.2.2.1 Menyombah ............................................................................37
4.2.2.2 Langkah Gantong ...................................................................38
4.2.2.3 Langkah ..................................................................................39
4.2.2.4 Arah ........................................................................................40
4.2.2.5 Langkah Mundur ....................................................................41
4.2.2.6 Sipak .......................................................................................42
4.2.2.7 Langkah Maju .........................................................................43
4.2.2.8 Ilak ..........................................................................................44
4.2.2.9 Tikam ......................................................................................45
4.2.2.10 Mumboi Salam .....................................................................47
4.2.3 Musik ..................................................................................................47
4.2.4 Desain Lantai ......................................................................................72
4.2.5 Properti ...............................................................................................73
4.2.6 Kostum................................................................................................74
4.2.7 Panggung ............................................................................................74
4.2.8 Penonton .............................................................................................75

BAB V PENUTUP .............................................................................................77


5.1 Kesimpulan ...................................................................................................77
5.2 Hambatan ......................................................................................................79
5.3 Saran..............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................81


DAFTAR RESPONDEN ..................................................................................85
DAFTAR WAWANCARA ...............................................................................88
DAFTAR GAMBAR
HAL
Gambar 1 : Peta Kabupaten Rokan Hulu ............................................................27
Gambar 2 : Peta Kecamatan Rambah..................................................................29
Gambar 3: Wawancara dengan Narasumber Tuk Sakirman ...............................36
Gambar 4 : Gerak Menyombah ...........................................................................38
Gambar 5 : Langkah Gantong .............................................................................39
Gambar 6 : Langkah ............................................................................................40
Gambar 7 : Arah ..................................................................................................41
Gambar 8 : Langkah Mundur ..............................................................................42
Gambar 9 : Sipak .................................................................................................43
Gambar 10 : Gerak Langkah Maju......................................................................44
Gambar 11 : Gerak Ilak .......................................................................................45
Gambar 12 : Gerak Tikam ...................................................................................46
Gambar 13 : Gerak Mumboi Salam .....................................................................47
Gambar 14 : Pemusik Gondang Borogong & Alat Musik Gondang Borogong .48
Gambar 15 : Gambar Alat Musik Gong ..............................................................49
Gambar 16 : Gambar Alat Musik Celempong ....................................................50
Gambar 17 : Gambar Alat Musik Gondang ........................................................52
Gambar 18 : Pola dalam Silek Tari .....................................................................73
Gambar 19 : Panggung yang digunakan dalam Silek Tari ..................................75
Gambar 20 : Gambar Penonton yang menyaksikan Silek Tari ...........................76
DAFTAR TABEL
HAL
Tabel 1 : Luas Wilayah Kelurahan/Desa & Jumlah Penduduk Per Kelurahan/Desa
di Kecamatan Rambah ........................................................................................30
Tabel 2 : Jumlah Penduduk di Desa Boncah Tagonang ......................................32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dilihat dari sejarah perkembangan etimologisnya, Istilah seni pertunjukan

merupakan serapan dari istilah bahasa inggris “performance art” yang

berkembang di Eropa pada 1300-an. Kata “perform” diserap dari bahasa Prancis,

“parfornir (“par´dalam bahasa inggris berarti “completely” atau “fornir” dalam

bahasa inggris berarti “to provide”) yang berarti yang melakukan,

menyelenggarakan, menyelesaikan, atau mencapai.

Selain itu, dijelaskan dalam Jurnal Aditia Syaeful Bahri (2015:10) Seni

pertunjukan adalah karya seni yang sudah diatur dan direncanakan dengan baik,

serta didalamnya ada penataan yang saling berhubungan dan terorganisir.

Seni pertunjukan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Dengan berbagai macam ragam seni pertunjukan yang hadir ditengah-tengah

kehidupan masyarakat, menjadikan masyarakat Desa Boncah Tagonang

Kecamatan Rambah mampu beradaptasi dan menerima seni dengan bentuk dan

fungsi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pencak silat memiliki pengertian

permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis,

menyerang, dan membela diri, baik dengan senjata atau tanpa senjata. Penjelasan

dari segi ilmu bahasa tidak selalu diterima ole para pendekar-pendekar daerah.

Menurut para pendekar, istilah pencak silat dibagi dalam dua arti yang berbeda.
Menurut Junaidi Syam (703:2007) Poncak adalah seni bela diri silat

tradisional, biasanya berbentuk tarian dan diiringi oleh musik gondang borogong,

ditampilkan pada acara pesta pernikahan ketika menerima tamu kehormatan atau

dalam upacara adat, jenis-jenis tarian yang biasa dimainkan, tari tupai bogoluik

(tupai bergelut), tari olang bobega, borobah tobang bopulon, gajah bojuang

(gajah berjuang), tari poncuncun lelo, tari morandai, tari podang (Tari Pedang),

tari sewah, dan lain-lain.

Junaidi Syam (814:2007) berpendapat bahwa silek atau silat adalah

gerakan yang dipelajari berupa teknik-teknik untuk mempertahankan diri dari

serangan lawan, silat adalah seni bela diri asli Melayu, dalam bentuk aliran-aliran

yang berbeda diantaranya, silek tigo bulan, silek tondan, silek sendeng, silek

thariqat, dan lain-lain. Silek atau pencak silat adalah seni bela diri yang berupa

tarian silat,dengan diiringi dengan alat musik gendang atau gondang borogong.

Kemudian Azwar Aziz (353:2012) Silek;silat adalah olahraga (permainan)

yang didasarkan pada ketangkasan menyerang dan membela diri, dengan

memakai atau tanpa senjata.

Silat ini merupakan kesenian yang berbentuk silek tari yang sampai saat

ini masih tetap hidup dan dinikmati oleh masyarakat setempat. Silek tari adalah

suatu bentuk penyambutan dalam acara-acara besar yang bersifat keterampilan

fisik yang memiliki nilai-nilai. Pencak silat ini berfungsi untuk membela diri,

kadang-kadang disertai dengan unsur seni, spiritual atau gaib, keagamaan, dan

sosial. Sebelum menuntut ilmu silek tari, ada beberapa hal yang harus dimiliki
seperti beragama islam, berakal sehat, berakhlak baik, rajin shalat 5 waktu dan

dalam keadaan bersih. Pada umumnya silek tari memiliki unsur-unsur seni seperti

gerak, musik, dinamika, desain lantai, waktu, properti, kostum, panggung dan

penonton.

Gerak atau jurus dalam silek tari ini kira-kira ada sebanyak 10 jurus. Alat

musik yang digunakan sebagai pengiring silek tari yaitu gondang bororgong.

Dinamika pada pertunjukan silek tari dalam acara pernikahan masyarakat melayu

di Desa Boncah Tagonang terlihat pada level geraknya yang bervariasi, dari

lambat ke cepat dan dari tinggi kerendah. Desain lantai yang terdapat pada silek

tari berbentuk garis lurus dan lengkung.

Silek Tari biasanya dibawakan secara individu, berpasangan, dan bisa

lebih dari 2 orang yang dilakukan secara bergantian tergantung kemampuan

pesilatnya. Waktu yang digunakan pada saat pertunjukan silek tari dalam acara

pernikahan masyarakat melayu di Desa Boncah Tagonang yaitu pada pagi hari

sekitar pukul 08.00 WIB setelah semua tradisi pernikahan telah dilaksanakan.

Properti yang digunakan yaitu gunting, pisau atau parang. Kostum yang

digunakan yaitu baju hitam, celana hitam, kain songket dan peci. Panggung yang

digunakan dalam silek tari adalah panggung arena, seperti lapangan atau ruang

yang besar dan dapat memberikan kenyamanan bagi pesilat dan penonton.

Tujuannya agar para pesilat leluasa melakukan gerak-gerak silat, dan para tamu

undangan bisa melihat gerak dari berbagai posisi.Pada saat pertunjukan silek tari

posisi penonton berada disekeliling panggung.


Istilah yang digunakan dalam bahasa Arab pada istilah-istilah fiqih tentang

perkawinan adalah munakahat/nikah, sedangkan dalam bahasa Arab pada

perundang-undangan tentang perkawinan, yaitu Ahkam Al-Zawaj atau Ahkam

Izwaj. Jadi, Perkawinan atau nikah adalah sebuah momen penting bersatunya

sepasang manusia dalam ikatan suami isteri. Secara individu, pernikahan akan

merubah seseorang dalam menempuh hidup baru. Perkawinan umumnya dimulai

dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Sesuai dengan pendapat Junaidi

Syam (403:2007) kawin, nikah adalah menjalin hubungan yang syah antara

seorang lelaki dengan seorang perempuan yang boleh dikawinkan.

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan

manusia. Bagi masyarakat pernikahan bukan hanya urusan antara mempelai

dengan keluarga saja, tetapi juga berurusan dengan masyarakat. Nilai-nilai yang

ada dalam hal pernikahan tidak hanya berdasarkan kepada Undang-Undang

Pernikahan tetapi juga berpijak pada pola tradisi melayu.

Dalam acara pernikahan ada salah satu upacara adat dalam rangkaian

upacara pernikahan adalah mengarak pengantin lelaki kerumah orangtua

pengantin perempuan. Upacara ini beragam macamnya, sesuai dengan ketentuan

adat setempat. Upacara ini bertujuan memberitahu kepada seluruh masyarakat

setempat, bahwa saat itu salah seorang warganya sudah memasuki kehidupan

baru, yaitu berumah tangga.

Dari sisi lain, upacara itu menunjukkan kegotong royongan masyarakat

sebagai cerminan dari kehidupan yang penuh dengan tenggang rasa, rukun dan
damai. Arak-arakan itu lazimnya dimeriahkan dengn bunyi-bunyian, sebagaimana

dianjurkan oleh Rasulullah SAW melalui hadits yang diriwayatkan oleh Tarmizi

dari siti Asiyah RA yang artinya : “Umumkanlah upara pernikahan ini dan

laksanakan di masjid-masjid. Dan pukullah padanya rebana, untuk

meramaikannya”.

Dalam upacara adat pernikahan ini digunakanlah seni pertunjukan Pencak

Silat. Nama seni pertunjukan Pencak Silat yang ada di Desa Boncah Tagonang ini

adalah Silek Tari atau Silat Tari. Pertunjukan silek tari ini adalah lambang dari

“pertarungan” pihak lelaki yang tidak mudah untuk menyunting pengantin

perempuan. Sebelum mendapatkannya, pengantin laki-laki harus mampu

menghadapi beragam tantangan, sebagai lambang kejantanan dan kepiawiannya

sebagai calon kepala rumah tangga.

Selain itu, Pencak Silat adalah lambang sifat kepahlawanan tetapi penuh

persahabatan dan kasih sayang, yang menjadi salah satu nilai utama budaya

Melayu. Itulah sebabnya orang tua-tua mengatakan bahwa kata silat bermakna

sillaturrahmi, yaitu persudaraan yang kekal.

Pada umumnya daerah Rokan Hulu adalah daerah melayu, yang ditempati

oleh kaum pribumi atau melayu Rokan Hulu. Apabila etnis pendatang ingin

mengadakan hubungan dengan masyarakat, mereka masuk ke dalam kehidupan

suku melayu salah satunya di Luhak Rambah.


Desa Boncah Tagonang merupakan wilayah dari Kabupaten Rokan Hulu

yang berada di Kecamatan Rambah. Tingkah laku budaya masyarakat Desa

Boncah Tagonang diwarnai oleh kesenian budaya yang berbeda-beda. Masyarakat

melayu Desa Boncah Tagonang, umumnya sangat terkesan tradisional. Karena

mereka sangat teguh memegang adat dan tradisi daerahnya.

Salah satu kesenian yang terdapat di Desa Boncah Tagonang Kecamatan

Rambah Kabupaten Rokan Hulu yaitu Seni Pertunjukan Silek Tari Dalam Acara

Pernikahan Masyarakat Melayu. Pertunjukan Silek Tari ini sudah ada sejak zaman

dahulu dalam kehidupan masyarakat melayu Desa Boncah Tagonang, hanya saja

keberadaannya belum banyak diketahui oleh masyarakat khususnya anak-anak

muda, karena hanya sedikit yang menggunakan Pertunjukan Silek Tari ini diacara

pesta pernikahan. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi masyarakat setempat.

Dari uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan Mayarakat Melayu di Desa

Boncah Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi

Riau. Penelitian ini merupakan penelitian awal, karena sebelumnya belum ada

yang pernah meneliti tentang Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan

Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten

Rokan Hulu Provinsi Riau.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas masalah

penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan

Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan

Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi

penulis.

2. Hasil penelitian ini bisa menjadi sumber informasi bagi pembaca atau

peneliti yang melakukan penelitian dibidang yang sama.

3. Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu kajian ilmiah dibidang

akademik bagi program sendratasik.

4. Bisa memperkenalkan pada masyarakat luas secara tertulis tentang

keberadaan Seni Pertunjukan Silek Tari kepada masyarakat yang ada di

Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu

Provinsi Riau.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Seni Pertunjukan

Menurut Blazek dan Aversa (2000:24) mengatakan bahwa sebuah

pertunjukan memiliki tiga elemen dasar yakni :

1) Sesuatu yang dipertunjukan,

2) Pelaku yang mempertunjukan sesuatu itu baik secara individu maupun

kelompok dan,

3) Khalayak yang mendengar, menyaksikan, mengalami pertunjukan.

Edy Sedyawati (1980:54) mengungkapkan suatu seni pertunjukan, apabila

kesenian itu dipindah dari lingkungan etnik kelingkungan kita akan mengalami

modulasi dalam berbagai hal sebagai berikut :

1. Dalam kaitannya dengan tata hidup, maka dalam suatu pergelaran seni

pertunjukan hanya diselenggarakan ditempat dan waktu yang ditetapkan.

2. Seni pertunjukan yang berlangsung lebih dari 3 jam adalah suatu yang

berlebihan, kecuali suatu pertunjukan dianggap baik apabila mengandung

cukup variasi.

Menurut Y. Sumandiyo (2006:297) berbicara masalah unsur-unsur

pertunjukan, maka disini tampak erat kaitannya dengan seni. Kehadiran dalam

pertunjukan tidak dapat dielak lagi, menjadi kesatuan yang akrab. Sebagaimana

kegiatan itu disamping pengalaman keimanan, dan pengalaman etnis.


2.2 Teori Pencak Silat

Menurut Junaidi Syam (703 : 2007) poncak adalah seni bela diri silat

tradisional, biasanya berbentuk tarian dan diiringi oleh masuik gondang

borogong, ditampilkan pada acara pesta pernikahan ketika menerima tamu

kehormatan atau dalam upacara adat, jenis-jenis tarian yang biasa dimainkan, tari

tupai bagoluik (tupai bergelut), tari olang bubega, borobah tobang bopulon,

gajah bojuang (gajah berjuang), tari pocuncun lelo, tari morandai, tari podang

(Tari Pedang), tari sewah, dan lain-lain.

Silek atau silat Menurut Junaidi Syam (814:2007) adalah gerakan yang

dipelajari berupa teknik-teknik untuk mempertahankan diri dari serangan lawan,

silat adalah seni bela diri asli Melayu, dalam bentuk aliran-aliran yang berbeda

diantaranya, silek tigo bulan, silek tondan, silek sendeng, silek thariqat, dan lain-

lain. Silek atau pencak silat adalah seni bela diri yang berupa tarian silat, dengan

diiringi dengan alat musik gendang atau gondang barogong.

Murhananto (1993:42-43), silat adalah suatu jenis olahraga beladiri yang

memiliki aspek seni. Hal ini dapat dilihat dari gerakannya yang juga

memunculkan unsur keindahan. Gerakan-gerakan pencak silat, dari aliran apapun,

selalu bersifat halus, lemas, dan lentuk. Kalaupun ada unsur kekerasan, itu hanya

sesaat dengan tenaga yang dahsyat. Selain memiliki kaidah, pencak silat juga

memelihara unsur seni, misalnya kaidah bertanding.

Menurut Murhananto (2006:47) unsur dasar silat antara lain gerak tubuh

yaitu ruang, tenaga, dan waktu. Aspek dasar yang dibutuhkan untuk mengamati

gerak tubuh adalah yang berhubungan dengan faktor ruang berupa arah, level,
perluasan garis. Selanjutnya, Murhanato (2006:47), menambahkan bahwa unsur

seni silat berdasarkan unsur koreografernya ada 5 yaitu :

1. Desain lantai yaitu suatu garis dilantai yang dibuat oleh farmasi silat

atau garis abstrak yang dilalui pesilat.

2. Desain atas yaitu suatu tiang yang dibuat oleh tubuh pesilat sehingga

memberikan kesan emosional.

3. Desain dramatik yaitu menunjukkan pada suatu satuan untuk

penggarapan yang memiliki pembukaan, klimaks, dan penutup.

4. Dinamika yaitu kekuatan yang menyebabkan gerak menjadi hidup dan

menarik.

5. Gerak yaitu seluruh gerak yang dilakukan dalam silat dari awal hingga

akhir.

Notoseojitno (1997:19), menambahkan bahwa silat terus hidup dan

berkembang sepanjang sejarah masyarakat Rumpun Melayu dan mengalami

perkembangan yang pesat dengan corak dan gaya lokal etnis yang beragam pada

masa kerajaan-kerajaan Hindu, Budha dan Islam dikawasan hunian masyarakat

Rumpun Melayu pada zaman purba dan zaman madya, yakni pada abad ke-5

sampai dengan 20 Masehi.

Notosoejitno (1997:195-199) juga mengatakan, dalam silat terdapat 4

aspek yang mencakup nilai-nilai sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan,

nilai-nilai aspek tersebut diantaranya :


1. Nilai etis (aspek mental-spiritual), meliputi sifat dan sikap

a) Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

b) Tenggang rasa, percaya diri, dan berdisiplin,

c) Cinta bangsa dan tanah air,

d) Solidaritas sosial, mengejar kemajuan, serta membela kebenaran,

kejujuran, keadilan.

2. Nilai teknis (aspek beladiri)

a) Berani menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan,

b) Tahan uji dan tabah menghadapi cobaan dan godaan,

c) Tangguh (ulet) dan dapat mengembangkan kemampuan dalam

setiap usaha yang dilakukan,

d) Tanggap, peka, cermat dan cepat didalam menelaah dan mengatasi

setiap permasalahan yang dihadapi.

e) Menjauhkan diri dari sikap dan perilaku sombong atau takabur.

3. Nilai estetis (aspek seni)

a) Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia

yang bernilai luhur guna memperkuat kepribadian bangsa,

mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional serta

memperkokoh jiwa kesatuan.

b) Mengembangkan nilai pencak silat yang diarahkan pada

penerapan nilai-nilai kepribadian Pancasila.

c) Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai silat yang bersifat

aliran dan kedaerahan.


d) Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative.

e) Mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

f) Memiliki kepribadian yang kokoh.

4. Nilai atletis (aspek olahraga)

a) Berlatih dan melaksanakan silat sebagai bagian dari kehidupan

sehari-hari,

b) Meningkatkan prestasi,

c) Menjunjung tinggi sportivitas.

Menurut Wardoyo dan Lubis (2004:1) pencak silat merupakan salah satu

budaya asli bangsa Indonesia, dimana sangat meyakini oleh para pendekarnya dan

pakar pencak silat bahwa masyarakat melayu saat itu menciptakan dan

mempergunakan ilmu bela diri ini sejak masa prasejarah. Karena pada masa itu

manusia harus mengahadapi alam yang keras dengan tujuan mempertahankan

kelangsungan hidupnya (survive) dengan melawan binatang ganas dan berburu

yang pada akhirnya manusia mengembangkan gerak-gerak bela diri.

2.3 Kajian Relevan

Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa karya penelitian sebelumnya

yang memiliki tema yang hampir relevan dengan tema yang diangkat peneliti

yakni sebagai berikut :


Skripsi Siwi Rani (2012) dengan judul “Pertunjukan Silat Dalam Upacara

Perkawinan Masyarakat Melayu di Desa Sukarjo Mesim Kecamatan Rupat

Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau”. Dalam penelitian ini mambahas

permasalahan tentang bagaimanakah Pertunjukan Silat Dalam Upacara

Perkawinan Masyarakat Melayu di Desa Sukarjo Mesim Kecamatan Rupat dan

unsur-unsur seni apa sajakah yang terdapat pada Pertunjukan Silat Dalam Upacara

Perkawinan Masyarakat Melayu di Desa Sukarjo Mesim Kecamatan Rupat

Kabupaten Bengkalis. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Sedangkan teknik pengumpulan data adalah observasi non partisipan dengan

mengadakan pengamatan langsung ke daerah objek penelitian. Wawancara dan

dokumentasi. Peneliti mengambil acuan tentang latar belakang pertunjukan.

Skripsi Yendi Karolina Sari (2012) dengan judul “Seni Pertunjukan

Tradisi Pencak Silek 3 Bulan di Desa Kepenuhan Timur Kecamatan Kepenuhan

Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau”. Masalah yang diteliti yaitu :

bagaimanakah Seni Pertunjukan Tradisi Pencak Silek 3 Bulan di Desa Kepenuhan

Timur Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

Bagaimanakah fungsi Seni Pertunjukan Tradisi Pencak Silek 3 Bulan di Desa

Kepenuhan Timur Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analisis dengan

menggunakan data kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yaitu

menggunakan observasi non partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Yang

menjadi acuan penulis yaitu mengenai Tari Silek Penganten di Desa Kulim

Kecamatan Bukit Raya Kota Maddya Pekanbaru.


Skripsi Zakiah (2015) dengan judul “Silat Harimau ke Bentuk Tari Silat

Poncak 12 di Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Provinsi Riau”.

Permasalahan yang diteliti yaitu bagaimanakah Silat Harimau ke Bentuk Tari Silat

Poncak 12 di Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif Non Interaktif.

Sedangkan teknik pengumpulan data yaitu menggunakan observasi non

partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti mengambil acuan konsep silat.

Skripsi Tesi Pradama Wati (2016) dengan judul “Pertunjukan Pencak Silat

Pangean Dalam Acara Pernikahan Di Desa Dayun Kabupaten Siak”. Dalam

penelitian ini membahas tentang Pertunjukan Pencak Silat Pangean Dalam Acara

Pernikahan Di Desa Dayun Kabupaten Siak. Metode yang digunakan adalah

deskriptif analisis berdasarkan data kualitatif interaktif. Sedangkan pada

pengumpulan data yaitu langsung dari orang dalam lingkaran alamiahnya dalam

objeknya orang. Peneliti mengambil acuan tentang teori seni pertunjukan.

Skripsi Minarni (2007) dengan judul “Pertunjukan Silat Dalam

Penyambutan Tamu dalam Tradisi Masyarakat Suku Bonai Desa Ulak Patian

Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu”. Metode yang digunakan adalah

metode deskripstif kualitatif. Teknik pengumpulan data di lokasi memakai data

observasi langsung, wawancara yaitu memperoleh data atau informasi dengan

berdialog atau bertanya langsung dan dokumentasi dengan menggunakan foto dan

video. Analisis data yang digunakan dengan pengambilan keputusan dan

verifikasi.
Skripsi Dina Mariza (2014), Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul

“Keberadaan Tari Silat Pangean Dalam Upacara Pernikahan Adat Melayu Di

Desa Pangkalan Panduk Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan Provinsi

Riau”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam, dan

studi dokumentasi dengan cara melihat video penyajian tari Silat Pangean. Teknik

analisis data yang digunakan mereduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah alat untuk memecahkan suatu masalah yang akan diteliti.

Menurut Sugiyono metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data,

tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kunci yang

perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Metode yang

akan dipakai adalah metode deskriptif analisis berdasarkan data kualitatif, yaitu

metode yang menggambarkan hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Metode

juga dilakukan dengan cara pendekatan kualitatif terhadap objek yang akan diteliti

untuk mendapatkan data-data yang akurat. Menurut UU Hamidy (2003:23) dalam

bukunya metode penelitian, penelitaian kualitatif yaitu pendekatan yang akan

memperlihatkan segi-segi kualitas seperti : sifat, keadaan, peranan (fungsi) sejarah

dan nilai-nilai. Tujuan diadakan penelitian adalah untuk mendapatkan data yang

valid, reliable dan objektif tentang fenomena-fenomena yang berlaku (variabel

yang diteliti).

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis berdasarkan data

kualitatif berdasarkan pada filsafat fenomenologis, karena data yang diperoleh

adalah data yang ditemukan langsung dilapangan yaitu di Desa Boncah Tagonang

Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu dengan objek alamiah Seni

Pertunjukan Silek Tari dan lebih bersifat seni, karena mengutamakan

penghayatan, memahami dan mendefenisikan makna dari Pertunjukan Silek Tari

dalam situasi tertentu bertujuan untuk memberi gambaran tentang suatu gejala
yang ada dalam pertunjukan Silek Tari dan data hasil penelitian berkenaan dengan

interprestasi data yang ditemukan dilapangan yaitu Seni Pertunjukan Silek Tari Di

Desa Boncah Tagonang.

Sugiyono (2008:13-14) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, sebagai lawannya adalah

positif eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data yang dilakukan secara postpositive dan snowball, teknik

pengumpulan ddengan trigulasi (gabungan) analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih bersifat seni, dan disebut

metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan

interprestasi terhadap data yang ditemukan dilapangan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RT 002, RW 001, Kelurahan Rambah Tengah Hilir

Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Alasan

mengapa penulis melakukan penelitian di Kelurahan Rambah Tengah Hilir Desa

Boncah Tagonang karena peneliti merupakan penduduk asli di Desa Boncah

Tagonang, lokasi mudah dan jarak yang lumayan dekat dan tidak memakan

banyak biaya, serta terdapat suatu kesenian yaitu Seni Pertunjukan Silek Tari

Dalam Acara Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang.

Sedangkan waktu penelitian berawal dari pertama peneliti mewawancarai

narasumber Atuk Sakirman selaku pembina silek tari pada tanggal 30 September

2018 dikediaman beliau dan dilanjutkan wawancara yang kedua pada 16


November 2018 di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah. Kemudian

wawancara ketiga yakni pada tanggal 21 April 2019 yang bertempat di Desa

Boncah Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

Lokasi penelitian ini diambil karena beberapa faktor yaitu lokasi dan jarak yang

lumayan dekat dan tidak banyak biaya yang dikeluarkan.

3.3 Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono subjek penelitian untuk penelitian kualitatif adalah

subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan dan sebanyak mungkin data

yang dibutuhkan. Dengan persetujuan yang sudah diperoleh maka peneliti bisa

mengatur waktu dan tempat untuk melakukan wawancara yang disertai observasi

yang mendukung. Pada penelitian ini penulis mengambil subjek penelitian yaitu

Atuk Sakirman.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini yang berjudul “Seni Pertunjukan Silek

Tari di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu”

yang ama sumber datanya, yaitu : Data Primer dan Data Sekunder. Berikut

uraiannya :

3.4.1 Data Primer

Menurut Iskandar (2008:76-77) bahwa data primer adalah data yang

diperoleh melalui serangkaian kegiatan seperti observasi, wawancara,

penyebaran kuesioner kepada responden.

Pada jenis data ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan

dokumentasi. Wawancara dilakukan secara langsung dengan objek yang


mewakili populasi yaitu Guru Silek atau pembina Silek Tari di Desa Boncah

Tagonang. Untuk sementara penulis mengamati secara langsung

bagaimanakah Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan

Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu.

3.4.2 Data Sekunder

Menurut Iskandar (2008:77) mengatakan bahwa data sekunder adalah

data yang diperoleh melalui pengumpulan data atau pengolahan data yang

bersifat studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap dokumentasi pribadi,

resmi kelembagaan, referensi-referensi atau aparatur (literatur laporan, tulisan

dan lain-lain) yang memiliki referensi dengan fokus masalah penelitian.

Sumber data sekunder dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan

bahkan untuk meramalkan masalah penelitian.

Penulis juga melampirkan buku-buku yang relevan dengan judul

penelitian ini. Penulis menggunakan data sekunder agar data-data yang

penulis dapatkan memiliki bukti yang akurat dengan dilampirkan foto-foto

tentang Seni Pertunjukan Silek Tari, dan video yang berisi Seni Pertunjukan

Silek Tari yang akan dilampirkan dalam lampiran penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:

3.5.1 Teknik Observasi

Menurut Gordon E Mills. Mills (2003) menyatakan bahwa observasi

adalah sebuah kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan
mencatat perliaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan

tertentu, serta mengungkap apa yang ada dibalik munculnya perilaku dan

landasan suatu sistem tersebut. Inti dari observasi adalah adanya perilaku

yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai.

Observasi yang digunakan penulis adalah observasi non-partisipasi

ialah jika observasi tidak terlibat langsung secara aktif dalam objek yang

diteliti. Dalam penulisan ini penulis tidak terlibat dalam Seni Pertunjukan

Silek Tari. Penulis hanya mengadakan pengamatan secara langsung kedaerah

objek penelitian. Kemudian mengamati secara langsung kedaerah objek

penelitian. Kemudian mengamati secara langsung dari aspek sejarah, agama,

adat masyarakat, dan Pertunjukan seperti gerak, musik, dan kostum yang

digunakan dalam Seni Pertunjukan Silek Tari.

3.5.2 Teknik Wawancara

Menurut Moleong (2005) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam teknik ini, penulis berdialog atau bertanya secara langsung

kepada narasumber yaitu Atuk Sakirman yang mengetahui tentang sejarah

“Seni Pertunjukan Silek Tari Di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu”. Penulis memberikan beberapa wawancara kepada

narasumber yaitu tentang kehadiran Seni Pertunjukan Silek Tari.


3.5.3 Teknik Dokumentasi

Menurut Husiani Usman (1995), dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumentasi

biasanya diartikan sebagai pengumpulan catatan hasil kerja. Kita mengenal

berbagai dokumentasi. Yang akan kita bahas adalah dokumentasi foto dan

video. Yaitu kumpulan catatan atau rekaman hasil kerja dalam bentuk video

(gambar atau suara) dan foto.

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

mendapatkan konsep teori dan acuan yang dapat dipergunakan serta

mendapatkan teori-teori yang memperkuat penelitian tentang “Seni

Pertunjukan Silek Tari Di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu”.

3.6 Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dilapangan diperoleh dari berbagai narasumber

dikelompokkan, diseleksi sesuai dengan masalah yang ingin dijawab. Selanjutnya

data tersebut diproses dan dianalisis agar data yang diperoleh dapat diolah

menjadi informasi yang akurat. Menganalisis data merupakan tahap yang sangat

penting dari sebuah rangkaian penelitian yang dilakukan, dengan tahap ini dapat

ditemukan jawaban-jawaban terhadap pokok permasalahan.

Moleong (1998) mengatakan bahwa analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan. Kemudian penulis menggunakan teknik analisis data


yang dilakukan dengan menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dari

berbagai narasumber.

Menurut Patton (2002:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Ada berbagai cara untuk menganalisis data, secara garis besar

dengan langkah sebagai berikut :

1) Reduksi Data

Pada tahap reduksi data, data ditulis dan diketik dalam bentuk uraian dan

laporan terperinci sehingga memudahkan penulis untuk mencari kembali

data yang sekiranya penting.

2) Display Data

Format yang menyajikan informasi secara sistematis pada data yang telah

dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya.

3) Mengambil Keputusan/Verifikasi

Mengambil kesimpulan merupakan analisis data lanjutan dari reduksi data

dan display data sehingga data dapat disimpulkan penulis berdasarkan

semua data yang terkumpul, kemudian diolah dan ditampilkan dalam satu

gambaran yang singkat tetapi jelas. Setelah ditarik suatu kesimpulan,

penulis melakukan verifikasi untuk memastikan bahwa semua data yang

dikumpulkan sudah valid.


3.7 Keabsahan Data

Menurut Iskandar (2009:228) keabsahan data merupakan konsep penting

yang dipengaruhi dari konsep kesahihan/validitas dan keterandalan/reliabilitas dan

memiliki tahap tentang keabsahan data sebagai berikut :

a) Keabsahan Data

1. Menjamin desain penelitian

2. Fokus penelitian tepat

3. Kajian literatur yang relevan

4. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan

penelitian

5. Analisis data dilakukan secara benar

b) Kesahihan

1. Kesahihan Internal

Berupa perpanjangan keikut-sertaan peneliti dilapangan,

mengingkatkan ketekunan pengamatan, tringulasi, analisis kasus

negatif, tersedianya referensi-referensi.

2. Kesahihan Eksternal

Merupakan persoalan empiris bergantung dengan kesamaan konteks,

untuk dapat orang lain memahami temuan penelitian maka peneliti

bertanggung jawab menyediakan laporan deskriptif yang rinci, jelas,

sistematis, dan empiris.


c) Keterandalan

Maksudnya adalah menguji dan tercapai keterandalan atau reliabilias data

penelitian. Jika dua atau beberapa kali penelitian dengan fokus masalah

yang sama diulang penelitiannya, dalam suatu kondisi yang sama dan hasil

yang esensialnya sama, maka dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.


BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Temuan Umum Penelitian

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kabupaten Rokan Hulu

Sebelum penjajahan Belanda, wilayah Rokan Hulu terbagi

menjadi dua wilayah : wilayah Rokan Kanan yang terdiri dari

Kerajaan Tambusai, Kerajaan Rambah dan Kerajaan Kepenuhan, dan

wilayah Rokan Kiri yang terdiri dari Kerajaan Rokan IV Koto,

Kerajaan Kunto Darussalam serta beberapa kampung dari kerajaan

Siak (Kewalian negeri Tandun dan kewalian Kobun), kerajaan-

kerajaan ini sekarang yang disebut dengan Lima Luhak.

Kemudian pada tahun 1905 kerajaan-kerajaan dalam dua

wilayah tersebur mengikat perjanjian dengan Belanda dan dari pihak

Belanda diakuilah berdirinya kerajaan-kerajaan itu sebagai Lnadschap

serta setiap peraturan kerajaan mendapat pengesahan dari perwakilan

Belanda barulah dapat dijalankan.

Pada masa penjajahan Belanda ini banyak tokoh-tokoh Islam

yang anti penjajahan seperti Tuanku Tambusai (Pahlawan Nasioanl),

Tuanku Syekh Abdul Wahab Rokan, Sultan Zainal Abisindyah dan

lainnya yang berjuang menentang penjajahan. Perjuangan ini

dibuktikan dengan adanya benteng tujuh lapis, beberapa kubu kecil

yang namanya masih lekat sebagai nama desa tertentu seperti, Kubu

jua, Kubu manggis, Kubu joriang, dan lain-lain.


Pada masa Jepang, pemerintahan berjalan seperti biasanya

namun setelah beberapa raja ditangkap oleh Jepang maka

pemerintahan dijalankan oleh Kuncho yang diangkat oleh Jepang.

Kemudian dimasa kemerdekaan, Lanschap dimasa Belanda dan

KU dimasa Jepang dijadikan Kecamatan yang dikepalai oleh Camat

sampai saat sekarang kedua wilayah Rokan Kiri dan Rokan Kanan

telah disatukan menjadi Kabupaten Rokan Hulu dengan ibunegeri

Pasirpengarayan.

Kabupaten Rokan Hulu dibentuk pada tahun 1999 berdasarkan

Undang – Undang Nomor 53 tahun 1999, merupakan pemekaran dari

Kabupaten Kampar dengan ibukota Pasirpengarayan.

Kabupaten Rokan Hulu memiliki 10 Kecamatan dan terdiri dari

123 desa/kelurahan yaitu : Kecamatan Tambusai dengan ibunegeri

Dalu-dalu, Kecamatan Rambah dengan ibunegeri Pasirpengarayan,

Kecamatan Kepenuhan dengan ibunegeri Kota Tengah, Kecamatan

Rambah Samo dengan ibunegeri Danau Sati, Kecamatan Tandun

ibunegeri Ujung Batu, Kecamatan Rokan IV Koto ibunegeri Rokan,

Kecamatan Kunto Darussalam ibunegeri Kota Lama, dan Kecamatan

Bangun Purba dengan ibunegeri Tangun.

Peran Ulama dan Kerapatan adat sangat penting dalam

masyarakat Rokan Hulu, karena agama menjadi dasar beradat di

daerah ini yang mayoritas orang melayu yang identik dengan Islam.
4.1.2 Letak Wilayah dan Geografis Kabupaten Rokan Hulu

Gambar 1.

Peta Kabupaten Rokan Hulu

Kabupaten Rokan Hulu terletak ditengah pulau Sumatera

disebelah utara Bukit barisan tepatnya pada posisi 00 25 ‘ 20” LU –

010 25’ 41” LU dan 1000 02’ 56” – 1000 56’ 59” BT dengan luas

wilayah sekitar 646. 317 km persegi dengan kondisi morfologi

bervariasi dari daratan alluvial sampai dengan vulkanik yang terjal

dibagian barat. Bagian barat kemiringan lebih 40% dengan luas

sekitar 99.135 ha seluas 53.578 ha dengan kemiringan 15-40%

sedangkan kemiringan antara 2-15% seluas 13.266 ha selebihnya

360.943 ha dengan kemiringan 0-2%.

Wilayah Kabupaten Rokan Hulu memiliki 3 sungai besar

disamping beratus-ratus sungai kecil yang dijadikan masyarakat

tempatan sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Sungai Rokan

Kanan, sungai Rokan Kiri dan Batang Sosah yang bermuara ke


Sungai Rokan bagian Hilir dengan panjang lebih kurang 100 km,

kedalaman rata-rata 6 m serta lebar 92 m.

Daerah Rokan Hulu merupakan daerah dataran rendah sampai

sedang yang terletak dibagian timur deretan Bukit barisan dengan

ketinggian berkisar 5-1125 dpl. Dari berbagai bukit di deretan Bukit

Barisan yang dikenal oleh masyarakat Rokan Hulu adalah Bukit

Simerah atau Simolombu yang bagi sipetualang alam selalu

mendambakan bungkulan bukit itu dapat diraih. Kabupaten Rokan

Hulu pada umumnya beriklim tropis dengan temperatur maksimum

rata-rata 310oC – 220oC.

Kabupaten Rokan Hulu merupakan ibukota Pasir Pengaraian

yang memiliki wilayah dengan luas 7.299,78 km2 yang terdiri dari

85% daratan dan 15% daerah perairan atau rawa. Secara geografis

daerah ini berada pada posisi 100o50’ – 101o52’ BT dan 0o15’ – 1o30’

LU. Batas wilayah Kabupaten Rokan Hulu adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu,

Sumatera Utara.

 Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar.

 Sebelah Barat : Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat.

 Sebelah Timur : Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir.

Kabupaten Rokan Hulu dibagi kedalam 16 daerah Kecamatan

dengan jumlah penduduk 346.848 jiwa dengan rata-rata kepadatan


penduduk 47,98 jiwa/km. Ibukota Kabupaten berada di Kota

Pasirpengaraian sekitar 180 km dari Ibukota Provinsi Kota Pekanbaru.

4.1.3 Letak Wilayah dan Geografis Kecamatan Rambah

Gambar 2.

Peta Kecamatan Rambah

Kecamatan Rambah merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Rokan Hulu dengan luas wilayah 394,65 km 2. Pada tahun

2011 penduduk Kecamatan Rambah mempunyai penduduk sebanyak

41.000 jiwa dengan kepadatan penduduk (103) jiwa/km 2. Dilihat dari

bentangan wilayah, Kecamatan Rambah berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Bangun Purba

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Rokan IV Koto

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Rambah Samo


Wilayah kerja pemerintahan Kecamatan Rambah meliputi satu

Kelurahan dan Tiga Belas Desa yang terdiri dari 57 dusun/lingkungan,

118 Rukun Warga (RW), dan 240 Rukun Tetangga (RT).

Adapun luas wilayah Kelurahan/Desa dan jumlah penduduk per

Kelurahan/Desa di Kecamatan Rambah adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Luas Wilayah Kelurahan/Desa dan Jumlah Penduduk per

Kelurahan/Desa di Kecamatan Rambah

Kelurahan Luas Wilayah Jumlah penduduk

Pasir Pengaraian 17 km2 5.176 jiwa

Tanjung Belit 12,00 km2 1.498 jiwa

Suka Maju 27,30 km2 4.027 jiwa

Rambah Tengah Hilir 48,00 km2 2.793 jiwa

Babussalam 20,18 km2 2.136 jiwa

Rambah Tengah Hulu 56,04 km2 2.302 jiwa

Pasir Maju 10,00 km2 1.187 jiwa

. Pasir Baru 10,00 km2 1.104 jiwa

Pematang Berangan 20,17 km2 4.180 jiwa

Rambah Tengah Barat 35,10 km2 2.860 jiwa

Sialang Jaya 36,00 km2 1.053 jiwa

Menaming 72,30 km2 2.427 jiwa

Rambah Tengah Utara 10,56 km2 4.116 jiwa

Koto Tinggi 20,00 km2 5.594 jiwa


Berdasarkan keterangan diatas, dapat dilihat mengenai

gambaran umum tentang lokasi penelitian yang dijadikan tempat

penelitian penulis yaitu Kabupaten Rokan Hulu Kecamatan Rambah

Desa Boncah Tagonang. Dengan luas yang telah dijelaskan diatas

diwilayah inilah penulis akan mengadakan penelitian melalui

dokumen video yang berjudul Seni Pertunjukan Silek Tari Dalam

Acara Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang

Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau yang

membahas tentang bagaimana keberadaan Seni Pertunjukan Silek Tari

Dalam Acara Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Boncah

Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

Tujuan penulis adalah agar pembaca mengetahui dimana penelitian

Seni Pertunjukan Silek Tari Dalam Acara Pernikahan Masyarakat

Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah Kabupaten

Rokan Hulu Provinsi Riau dan menginformasikan kepada masyarakat

atau pembaca bahwa di Kecamatan Rambah Desa Boncah Tagonang

terdapat Silek Tari.

4.1.4 Keadaan Penduduk

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dikantor Kepala

Desa Boncah Tagonang bahwa etnis yang berdomisili di Kabupaten

Rokan Hulu sebagian besar adalah etnis melayu. Hanya sebagian kecil

saja seperti etnis Jawa, Minang, Sunda dan Batak. Namun etnis

Minang, Jawa, Sunda dan Batak tidak mendiami desa yang spesifik,
akan tetapi mambaur dengan penduduk setempat. Bahasa dan adat

istiadat masyarakat Boncah Tagonang adalah bernuansa melayu. Oleh

karena itu, Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Masyarakat Melayu di

Desa Boncah Tagonang masih ditampilkan karena masyarakat Desa

Boncah Tagonang mayoritas bersuku Melayu.

Untuk mengetahui jumlah penduduk di Desa Boncah Tagonang

(Rambah Tengah Hilir) berdasarkan tabel berikut :

Tabel 2.

Jumlah Penduduk di Desa Boncah Tagonang (Rambah Tengah Hilir)

No Penduduk Desa Boncah Tagonang

1 Jumlah laki-laki 181

2 Jumlah Perempuan 193

3 Jumlah Kepala Keluarga 125

4.1.5 Agama

Kecamatan Rambah khususnya Boncah Tagonang mayoritas

menganut agama islam. Berdasarkan jumlah penduduk yang ada,

agama islam ini tidak mempengaruhi kesenian yang ada di Desa

Boncah Tagonang. Hal ini dapat dibuktikan bahwa keberadaan Seni

Pertunjukan Silek Tari ini dapat diterima dengan baik oleh penduduk

Desa Boncah Tagonang yang mayoritas beragama islam.

Menurut Edy Sedyawati (2006:66) agama adalah suatu sistem

yang berintikan pada kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang


mutlak, disertai segala perangkat yang terintegrasi didalamnya

meliputi tata peribadatan, tata peran para pelaku, dan data benda yang

diperlukan untuk mewujudkan agama bersangkutan.

Ditinjau dari agama yang dianut sebagian besar masyarakat

Desa Boncah Tagonang beragama Islam. Kehidupan umat beragama

dapat berdampingan dengan harmonis sebagaimana terlihat dalam

kehidupan sehari-hari. Mayoritas masyarakat Desa Boncah Tagonang

menganut agama Islam, hal ini dapat dibuktikan bahwa keberadaan

Seni Pertunjukan Silek Tari ini diterima dengan sangat baik oleh

penduduk yang beragama islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kesenian yang ada di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu bisa diterima oleh masyarakat itu sendiri.

4.1.6 Kesenian dan budaya

Masyarakat Boncah Tagonang tetap berusaha setia terhadap

nilai-nilai ajaran adat istiadat yang ada didaerah tersebut. Seperti yang

penulis jelaskan sebelumnya, mayoritas yang ada di Desa Boncah

Tagonang adalah suku melayu.

Tumbuh dan berkembangnya suatu kesenian pada suatu daerah

sangat ditentukan, seberapa jauh perhatian dan apresiasi yang

berkaitan oleh masyarakat penduduknya serta perhatian pemerintah

terhadap kelangsungan hidup kesenian tersebut.


Dalam kehidupan masyarakat Desa Boncah Tagonang

Kecamatan Rambah ada beberapa kesenian yang masih bertahan

sampai sekarang, seperti :

1. Rebana, yaitu dengan melantunkan lagu-lagu islami yang terdiri

dari sepuluh atau lima belas orang.

2. Kesenian Pencak Silat, yaitu dilakukan oleh dua orang pemain

silat yang ditampilkan pada acara penyambutan tamu besar dan

acara pernikahan.

3. Berzanji, merupakan semacam seni baca Al-Qur’an namun buku

yang digunakan untuk dibaca bukan Al-Qur’an tetapi buku

berzanji yang sudah dibentuk menjadi kitab.

Di Kecamatan Rambah ini kebudayaan hidup dan berkembang

berbagai suku, namun masyarakat tetap berusaha menjaga dan

melestarikan nilai-nilai adat yang dibawa dari tempat asalnya. Adat istiadat

yang ada di Rambah yaitu :

a. Gondang berogong g. Tumbai

b. Berudah h. Gambus

c. Timang budak i. Tahan kulik

d. Dikie panjang j. Tari persembahan

e. Berzanji k. Tari kwayang

f. Marhaban l. Lukah gilo


4.2 Temuan Khusus

4.2.1 Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan


Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan
Rambah Kabupaten Rokan Hulu

Sebelum penulis membahas lebih lanjut tentang Seni

Pertunjukan Silek Tari, penulis ingin membahas dulu tentang sejarah

Seni Pertunjukan Silek Tari itu sendiri agar para pembaca lebih

mengerti.

Berdasarkan hasil observasi Silek Tari 21 April 2019 adalah

salah satu bentuk penyambutan dalam acara pernikahan dan acara-

acara besar yang bersifat keterampilan fisik disertai unsur-unsur

tertentu. Dengan tujuan untuk mengarak pengantin laki-laki kerumah

orangtua pengantin perempuan. Hal ini memberitahukan bahwa mulai

saat itu salah seorang warganya sudah memasuki kehidupan baru.

Hasil wawancara bersama Atuk Sakirman (57 tahun) pada 30

September 2018 :

Menurut Atuk Sakirman (30 September 2018) sebagai pembina


atau guru silek tari di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah,
“Sobolum dinamokan Silek Tari, namonyo potang Poncak Silek Bela
Diri atau Sendeng dek inyo digunokan untuk molindongi diri dari
ancaman bahayo. Silek Tari ko ndo tau sojak tahun berpaonyo lai
kiro-kironyo waktu zaman cino mato tilah, maksudnyo waktu islam
masuk siap majapahit tu runtuh, bukombang lah poncak silek ko taden
dengan campuran unsur-unsur cino dan islam. Dari situlah mulai lai
perubahan fungsi atau guno silek tu taden, potang digunokan untuk
melindungi diri dari lawan atau musuh, kinin digunokan dalam acara
urang kawin atau nikah untuk muarak pongantin, siap tu acara-acara
godang fungsinyo untuk hiburan. Silek Tari ko silek yang gerakan
tangannyo lagang urang munari lai unsur seninyo, unsur agamanyo
dan sosial.”
Diartikan dalam bahasa Indonesia :
“Sebelum dinamakan Silek Tari, dahulunya dinamakan Poncak
Silek Bela Diri atau Sendeng karena masih digunakan untuk
melindungi diri dari bahaya yang mengancam. Silek Tari tidak
diketahui sejak tahun berapa diperkirakan ada sejak zaman cino mato,
maksudnya ketika masuknya islam usai keruntuhan majapahit, pencak
silat berkembang dengan campuran unsur-unsur Cina dan Islam. Saat
itulah mengalami perubahan fungsi atau kegunaan, dulunya digunakan
untuk melindungi diri dari serangan lawan, namun saat ini digunakan
dalam acara pernikahan untuk mererak pengantin, dan acara-acara
besar yang fungsinya sebagai hiburan. Silek Tari adalah silat yang
gerakan tangannya seperti orang menari dan mengandung unsur-unsur
seni, agama dan sosial.”

Gambar 3.

Wawancara dengan Narasumber Tuk Sakirman

(30 September 2018)

4.2.2 Gerak

Menurut Soedarsono (1977:40) gerak merupakan gejala yang

paling primer dari manusia dan gerak media paling tua dari manusia

untuk menyatakan keinginan-keinginannya atau merupakan refleksi

spontan dari gerak batin manusia.


Berdasarkan observasi 21 April 2019, seni pertunjukan silek tari

merupakan sebuah pertunjukan yang bersifat menghibur dengan tujuan

untuk mengarak pengantin. Seni Pertunjukan Silek Tari memiliki

beberapa ragam gerak yang dilakukan dalam acara pernikahan di Desa

Boncah Tagonang Kecamatan Rambah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Atuk Sakirman (57 tahun)

pada 30 September 2018, selaku pembina seni pertunjukan Silek Tari

dalam acara pernikahan masyarakat melayu di Desa Boncah Tagonang

Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu :

“Gerak merupakan faktor utama dalam seni pertunjukan silek tari


dalam acara pernikahan di Desa Boncah Tagonang Kecamatan
Rambah Kabupten Rokan Hulu. Bentuk gerak yang digunakan dalam
silek tari ini berpijak pada dasar-dasar pencak silat di Desa Boncah
Tagonang. Gerakan yang terdapat pada seni pertunjukan silek tari di
Desa Boncah Tagonang memiliki beberapa ragam gerak yaitu,
diantaranya menyombah, langkah gantong, langkah, arah, langkah
mundur, sipak, langkah maju, ilak, tikam, dan mumboi salam.”

4.2.2.1 Menyombah

Menyombah atau gerak sembah pada pertunjukan silek tari

dalam acara pernikahan di Desa Boncah Tagonang dilakukan saat

pesilat memasuki area dengan posisi saling menghadap

kepenonton. Posisi badan level rendah atau jongkok. Badan

berputar 180 derajat kesamping kanan dengan posisi tangan berada

didepan wajah, telapak tangan saling berhadapan dan memberi

hormat kepada penonton, posisi kaki kanan kedepan dan kaki kiri

ditempat, niniek mamak hingga seluruh badan berdiri lurus

kembali.
Gambar 4. Gerak Menyombah (21 April 2019)

4.2.2.2 Langkah Gantong

Langkah gantong adalah gerakan yang dilakukan dengan

menaikkan kaki sebelah kiri untuk mendorong langkah maju dan

wajah melirik ke arah kanan atau ke arah pesilat lainnya. Posisi

tangan kanan berada diatas tangan kiri dengan siku sedikit ditekuk

dan posisi badan level tinggi.


Gambar 6. Langkah Gantong (21 April 2019)

4.2.2.3 Langkah

Langkah yaitu perubahan injakan kaki untuk melakukan

gerakan berikutnya. Yang tujuannya agar gerakan kita tidak mudah

dibaca lawan. Posisi badan sedang, kaki kuda-kuda dan badan

condong kedepan saling berhadapan dengan arah yang berbeda.

Padangan kedepan saling berhadapan dengan pesilat lainnya.

Kemudian pesilat melakukan gerakan selanjutnya.


Gambar 7. Langkah (21 April 2019)

4.2.2.4 Arah

Arah maksudnya yaitu berhubungan dengan kemana pesilat

akan melangkah dalam posisi menyerang maupun bertahan. Kedua

kaki dibuka lebar sambil kuda-kuda, kemudian telapak kaki

digesek-gesekkan ke tanah. Posisi badan level sedang.


Gambar 7. Arah (21 April 2019)

4.2.2.5 Langkah Mundur

Langkah mudur yaitu melakukan gerak mundur beberapa

langkah untuk mengatur langkah berikutnya. Badan diagonal

samping kiri. Posisi badan level sedang. Kaki kanan kesamping

kiri dan kaki kiri kebelakang samping kanan.


Gambar 8. Langkah Mundur ( 21 April 2019)

4.2.2.6 Sipak

Sipak yaitu gerakan kaki yang digunakan untuk menyerang

lawan. Dengan posisi badan level tinggi menggunakan tendangan

samping dengan menggunakan telapak kaki sebelah kanan, kaki

kiri sebagai penumpu untuk menjaga keseimbangan pesilat.


Gambar 9. Sipak (21 April 2019)

4.2.2.7 Langkah Maju

Pesilat melakukan gerak langkah maju kedepan saling

berhadapan. Posisi badan level sedang. Kaki kiri kedepan kaki

kanan dibelakang posisi kuda-kuda. Tangan kanan keatas sejajar

dengan kepala tangan kiri sejajar dengan pinggang.


Gambar 10. Gerak Langkah Maju (21 April 2019)

4.2.2.8 Ilak

Ilak atau mengilak atau menghindar yaitu gerakan

mempertahankan diri dari serangan lawan. Posisi badan level

rendah, wajah menunduk kebawah. Tangan kanan berada diatas

kepala dan tangan kiri mengikuti posisi badan. Kaki kiri

ditekukkan dan kaki kanan seperti kuda-kuda.


Gambar 11. Gerak Ilak (21 April 2019)

4.2.2.9 Tikam

Tikam atau munikam yaitu gerakan menyerang lawan

menggunakan senjata tajam guna untuk menjatuhkan lawan. Posisi

badan level sedang. Ketika gunting telah diambil kemudian pesilat

lainnya menikam lawan dengan posisi kaki berada diantara kaki

lawan kemudian menjatuhkan lawan sampai lawan berubah posisi

terbaring diatas tanah, lalu mengarahkan gunting ke lawan dengan

posisi menunduk. Tangan kanan keatas sambil mengarahkan

gunting ke lawan tangan kiri kebawah.


Gambar 12. Gerak Tikam (21 April 2019)
4.2.2.10 Mumboi Salam

Mumboi salam atau memberi salam yaitu melakukan gerak

penghormatan terakhir kepada sesama pesilat, penonton yang hadir

dan orang-orang yang dituakan. Posisi badan level rendah, kaki

kanan kedepan kaki kiri ditempat.

Gambar 13. Gerak Mumboi Salam (21 April 2019)

4.2.3 Musik

Soedarsono (1997:40) mengatakan musik merupakan pengiring

dalam sebuah tari. Elemen dasar musik adalah nada, ritme dan melodi.

Musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik

memberikan suatu irama yang selaras sehingga dapat membantu


mengatur ritme atau hitungan dalam tari tersebut dan dapat juga

memberikan gambaran dalam mengekspresikan suatu gerak.

Berdasarkan observasi pada 21 April 2018, musik yang

digunakan dalam Seni Pertunjukan Silek Tari adalah musik gondang

burogong dengan menggunakan alat musik antara lain gong,

celempong, dan gondang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Atuk Sakirman (57 tahun)

pada 30 September 2018 :

“Alat musik yang digunakan sebagai pengiring seni pertunjukan

silek tari yaitu celempong, 2 gendang panjang dan gong.”

Gambar 14. Pemusik Gondang Burogong dan Alat Musik

Gondang Burogong (21 April 2019)


1. Gong

Gambar 15. Gambar Alat Musik Gong (16 November 2018)

Cara memainkan gong dengan cara dipukul pada bagian

atasnya dengan pemukul yang terbuat dari kayu dan bagian

ujungnya dilapisi dengan karet.

Bagi orang melayu sungai rokan, gong termasuk barang

yang dihormati karena fungsinya untuk upacara. Terbuat dari

bahan tembaga, perunggu, perak dan emas yang dituang.

Gong terbuat dari campuran kuningan dengan timah putih,

melalui sistem pengecoran fero, ketebalan 2mm dengan bentuk

dan ukuran standar sebagaimana gambar diatas. Kadar timah putih

yang sedikit agar mendapatkan nada yang sempurna. Pemasangan

pada gantungan gong dilakukan dengan memberi tali melalui

pegangan kutimba yang disangkutkan digantungan gong.

Gong terdiri dari : tiang gong, kutimba dan gong. Nada

yang dihasilkan dari gong ini adalah “gung”. Gong digantung

dengan tali yang ditahan oleh kutimba untuk menjaga

keseimbangan gong serta memberikan bunyi yang diinginkan, jika


tiang gong tidak dapat dipergunakan maka tali ini dapat di jinjing

dalam memfungsikan selain memakai tiang gong.

Tokok gong terbuat dari kayu keras (klas 1) atau dari

smambu dan lalangkau, sejenis rotan. Bungkula tokok gong

terbuat dari getah sigaret yaitu getah yang terdapat pada pulan

(parit bekas potongan karet), karena sangat berkualitas, tahan la,a

dan menghasilkan nada gong yang sempurna, dan dapat

menghindari cedera terhadap bungkulan gong.

Agar gong dan celempong beserta tokoknya aman dalam

pengangkutan dibuatlah kotak. Kotak dirancang untuk keamanan

benda seni dari benturan dan setiap benda di kucong dengan kain

hitam.

2. Celempong

Gambar 16. Gambar Alat Musik Celempong

(16 November 2018)

Celempong dimainkan dengan cara dipukul juga dibagian

depannya sesuai dengan irama yang diinginkan.


Celempong terbuat dari campuran kuningan dengan timah

putih, melalui sistem pengecoran fero, ketebalan 1mm dengan

bentuk dan ukuran standar sebagaimana gambar teknis diatas,

kadar timah putih yang tedapat dalam campuran kuningan

mempengaruhi lengkingan dan dentangan celempong, sedangkan

pengaturan nada dibedakan atas ketebalan di bungkul celempong.

Pemasangan pada rumah celempong dilakukan dengan

memberi tali dua helai agar celempong mengeluarkan nada

sempurna sesuai yang diinginkan.

 Pemain

- Satu orang pemain

Celempong dapat dimainkan oleh satu orang dengan

hasil kurang sempurna, hanya menghasilkan melodi

saja, sedangkan celempong nomor 1 tidak berfungsi.

- Dua orang pemain

Biasanya celempong dimainkan oleh dua orang dengan

menghasilkan lagu yang harmonis.

- Tiga orang pemain

Bermain celempong dengan tiga orang tidak lazim

dilakukan karena sangat rumit.

 Cara duduk

Untuk memainkan celempong dengan cara duduk dapat

mempengaruhi nada yang dihasilkan dan merupakan


kesopanan dalam memainkan alat musik tradisional ini. Cara

duduk pemain celempong untuk laki-laki adalah boselo,

sedangkan bagi perempuan duduk bosimpuh.

3. Gondang

Gambar 17. Gambar Alat Musik Gondang

(16 November 2018)

Alat musik yang digunakan dalam Seni Pertunjukan Silek

Tari adalah 2 buah gendang yang diletakkan pada kedua kaki

sejajar agar tidak terlepas dari kaki dan berfungsi sebagai

tumpuan. Gendang yang di pakai berwarna coklat dengan lilitan

rotan yang kuat dibagian badan gendang. Alat yang digunakan

untuk memukul gendang adalah dua buah rotan kecil. Untuk lebh

jelas lihat digambar.

Gondang terdiri dari dua, pertama gondang polalu (melodi)

dan kedua gondang poningkah (bas). Kedua bentuk gondang ini

pada dasarnya sama, baik ukuran maupun bentuk, hanya stelan

tegang kulit dan cara pemukulan yang berbeda, sehingga

menghasilkan nada melodi dan bas.


Gondang tersebut dari kayu loso (loso bungo atau loso

tandak), kayu loso tersebut dibuat baluh (lobang tembus) lalu

dibalut dengan kulit kambing atau biri-biri didalamnya ditahan

dengan loka rotan sogo kemudian disirek dengan rotan sogo,

kemudian diikat dengan ikek jijak murai. Nada yang dihasilkan

sebuah gondang tergantung kepada kulit yang dipakai, kulit

cingkuk (monyet) adalah nada yang paling berkualitas, lalu diikuti

oleh kulit kijang, biri-biri dan kambing. Sedangkan bagian yang

terbaik dari kulit-kulit tersebut adalah pada bagian perut. Pemukul

gondang tersebut terbuat dari rotan sogo yang agak

dilengkungkan.

b. Pemain gondang adalah dua orang, satu pemain polalu dan

satu pemain lagi peningkah. Pemain polalu memainkan

gondang yang kecil, sedang peningkah memainkan

gondang yang besar.

c. Cara memakai gondang

Memainkan gondang ada dua cara yaitu :

1) Gondang botindieh : dengan cara jongkok lalu

kedua lutut ditekankan kepada bobaluh gondang.

2) Gondang botindieh bosonang-sonang : dengan

cara kaki kiri menekan baluh tumit di tancapkan

di depan gedang, kemudian kaki kanan menindih

baluh dengan lutut.


3) Gondang botindieh bosonang-sonang tumik

bosilang : dengan cara kaki kiri dan kanan

menekan baluh kemudian tumit disilangkan

didepan gondang, kedua cara yang terakhir (2 dan

3 adalah tidak sopan pada keramaian)

4) Gondang disandang : dengan menyandang tali

dileher dengan posisi gondang diatas perut.

d. Cara memukul gondang

Seperti halnya celempong. Cara memukul gondang yang

benar dan baik agar tidak mencederai gendang berikut cara

pemukulan yang benar :

- Memukul gondang polalu atau momuek

 Tanpa menggunakan penokok rotan

Posisi gondang sisi yang besar disebelah kiri

dengan memukul menggunakan jari telunjuk,

manis, malang dan kelingking yang dirapatkan

dengan posisi jempol di bibir sisi gendang

(menyangkut) lalu dengan mengayun keempat jari

tersebut sesuai ketukannya.

 Dengan menggunakan penokok

Posisi gondang sisi yang besar disebelah kanan

dengan memukulkan jari empat serupa dengan yang

diatas sedangkan tangan kanan memakai jari manis,


malang dan kelingking sedangkan telunjuk dan

jempol memegang penokok dari rotan.

 Gondang polalu mengikuti tingkah celempong

- Memukul gondang poningkah

 Tanpa menggunakan penokok rotan

Posisi gondang sisi yang besar disebelah kiri

dengan memukul menggunakan jari malang, manis

dan kelingking yang dirapatkan dengan posisi

jempol dan telunjuk di bibir sisi gondang

(menyangkut) lalu dengan mengayun ketiga jari

tersebut sesuai ketukannya.

 Dengan menggunakan penokok

Posisi gondang sisi yang besar disebelah kanan

dengan memukulkan jari malang, manis dan

kelingking sedangkan tangan kanan memakai jari

manis, malang dan kelingking, sedangkan telunjuk

dan jempol memegang penokok dari rotan.

 Pukulan gondang poningkah mengikuti tingkah

gong.
4.2.4 Desain lantai

Menurut Soedarsono (1977:40) desain lantai adalah garis-garis

lantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis dilantai yang

dibuat oleh formasi penari kelompok.

Berdasarkan hasil observasi pada 21 April 2019 desain lantai

yang digunakan pada Seni Pertunjukan Silek Tari yaitu garis lurus dan

garis melengkung. Sehingga terlhat jelas oleh penonton yang

menyaksikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Atuk Sakirman (57 tahun)

pada 30 September 2018 :

“Desain lantai yang digunakan dalam Seni Pertunjukan Silek


Tari adalah garis lurus dan lengkung.”

Pola 1. Garis Lurus

Pola 2. Garis Melengkung

Gambar 18. Pola dalam Silek Tari

4.2.5 Properti

Menurut Soedarsono (1977:40) Properti adalah perlengkapan

yang tidak termasuk kostum, tidak termasuk pula perlengkapan

panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan oleh

penari, misalnya kipas, tombak, pedang, selendang dan sebagainya.


Berdasarkan hasil observasi 21 April 2019, properti yang

digunakan dalam Seni Pertunjukan Silek Tari ini adalah gunting.

Berdasarkan hasil wawancara 30 September 2018 dengan Atuk

Sakirman (57 tahun) :

“Properti yang digunakan yaitu pisau atau parang, gunting dan


pedang.”

4.2.6 Kostum

Menurut Soedarsono (1977:40) Kostum dan tata rias merupakan

dua rangkaian yang tidak dapat dipisahkan untuk penyajian suatu

garapan tarian.

Berdasarkan hasil observasi 21 April 2019 kostum yang

digunakan saat Seni Pertunjukan Silek Tari berlangsung, pesilat

menggunakan baju teluk belanga warna hitam, celana hitam, memakai

pengikat kepala warna putih dan memakai songket, sedangkan

pemusiknya menggunakan baju teluk belanga warna merah, celana

hitam dan memakai tanjak.

Berdasarkan hasil wawancara 30 September 2018 dengan Atuk

Sakirman (57 tahun) :

“Kostum yang digunakan yaitu baju hitam, celana hitam, kain


songket dan peci.”

4.2.7 Panggung

Menurut Soedarsono (1977:40) Pemanggung timbul bersama-

sama timbulnya tari, karena membutuhkan ruang dan tempat.


Berdasarkan observasi pada 21 April 2019 panggung yang

digunakan yaitu panggung arena, karena penonton sangat dekat

dengan para pemain musik dan pesilat saat pertunjukan silek tari

berlangsung dalam acara pernikahan masyarakat melayu di Desa

Boncah Tagonang.

Berdasarkan hasil wawancara 30 September 2018 dengan Atuk

Sakirman (57 tahun) :

“Tamu undangan atau penonton berada disekeliilng panggung.


Tempat yang dipilih dalam seni pertunjukan silek tari adalah
lapangan atau ruang yang besar dan dapat memberikan kenyamanan
bagi pesilat dan tamu atau penonton.”

Penonton

Penonton Pesilat 2 orang Penonton

Pemusik Gondang Burogong Penonton


Gambar 19. Panggung yang digunakan dalam Silek Tari

4.2.8 Penonton

Menurut Soedarsono (1977) Penonton merupakan aspek

masyarakat yang bertujuan untuk saling melihat pertunjukan dan

menikmatinya.

Berdasarkan hasil observasi 21 April 2019, penonton yaitu

orang-orang yang diundang atau tamu undangan yang datang dan

melihat seni pertunjukan silek tari di Desa Boncah Tagonang.


Menurut hasil wawancara dengan atuk Sakirman (57 tahun)

pada 30 September 2018 :

“Penonton yaitu masyarakat yang ikut melihat dan menyaksikan


seni pertunjukan silek tari.”

Dari hasil wawancara dengan para penonton Seni Pertunjukan

Silek Tari (21 April 2019), mereka mengatakan bahwa :

“Silat ini sangat menarik untuk dilihat, karena Seni Pertunjukan


Silek Tari ini bisa memotivasi diri supaya bisa menjaga dan
melestarikan hingga ke anak cucu.”

Gambar 20. Gambar Penonton yang menyaksikan Silek Tari


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis

tentang “Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan

Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau” yang dibahas pada bab I, II,

III, dan IV maka dengan ini peneliti mengambil kesimpulan antara

lain sebagai berikut :

Silek Tari berasal dari kabupaten Rokan Hulu Kecamatan

Rambah Desa Boncah Tagonang yang merupakan silat yang sudah

ada dan berkembang sejak maso cino mato dan sampai sekarang

masih diwariskan kepada generasi penerusnya. Silat ini dahulunya

berfungsi untuk membela diri dari serangan musuh, kadang-kadang

disertai denga unsur seni, spiritual atau gaib, keagamaan dan sosial.

Namun saat ini Silek Tari dipertunjukkan atau ditampilkan dalam

acara pernikahan tujuannya untuk mengarak pengantin atau

menyambut kedatangan pengantin laki-laki sampai atau datang

kerumah pengantin perempuan sebelum masuk pintu gerbang

pelaminan. Bahkan, Silek Tari juga ditampilkan saat penyambutan

tamu-tamu besar seperti Bupati, Camat dan sebagainya. Tujuannya

sebagai tanda penghormatan kepada tamu-tamu tersebut.


Pertunjukan Silek Tari ini biasanya ditampilkan kira-kira Pukul

08.00 pagi dan waktu lebih kurang 5 menit bahkan tergantung

kemampuan pesilat tersebut. Silek Tari ini memiliki nilai-nilai

penghormatan kepada tamu-tamu yang datang kedaerah tersebut. Seni

pertunjukan Silek Tari dalam acara pernikahan ini hanya ditampilkan

oleh masyarakat yang memiliki ekonomi yang cukup saja dan bagi

masyarakat yang sedikit kurang hanya membuat acara pernikahan

pada malam hari saja.

Seni pertunjukan Silek Tari ini tidak mengalami perubahan dari

segi gerak hanya saja dalam segi kualitas penarinya, Silek Tari

memiliki unsur-unsur seni seperti seni gerak dan seni musik. Kostum

yang digunakan oleh pesilat adalah baju berwarna hitam dengan

lengan panjang, celana panjang, dengan memakai kain samping dan

memakai songkok atau kopiah berwarna hitam. Sedangkan alat musik

yang digunakan adalah 1 buah gondang panjang, 1 set celempong dan

1 gong dimainkan oleh 3 orang pemusik untuk mengiringi silat yang

ditampilkan. Tujuan utama ditampilkan Silek Tari adalah untuk

penghormatan tamu-tamu dan pengantin yang baru datang dan sebagai

hiburan bagi masyarakat setempat.


5.2 Hambatan

Dalam proses pencarian dan pengumpulan data pada penulisan

dengan judul “Seni Pertunjukan Silek Tari dalam Acara Pernikahan

Masyarakat Melayu di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau” penulis menemukan beberapa

hambatan antara lain :

1. Dalam penyusunan skripsi penulis sulit menemukan buku-buku

penunjang tentang silatdan tentang kesenian.

2. Sulitnya bertemu dengan narasumber dengan alasan pekerjaan dan

begitu juga pesilat, pemusik dan penontonnya.

3. Sulitnya dalam pengambilan dokumentasi harus menunggu ada

orang yang melaksanakan pesta pernikahan dan menampilkan seni

pertunjukan silek tari di Desa Boncah Tagonang.

5.3 Saran

Setelah melakukan penelitian penulis mengemukakan saran untuk

menyelesaikan masalah yang ditemui di lapangan antara lain :

1. Diharapkan kepada masyarakat untuk tetap mempertahankan dan

melestarikan bagian dari tradisi kehidupan, karena memiliki bentuk

yang masih murni serta memiliki ciri khas yang unik dan memiliki

nilai yang sangat berharga.

2. Diharapkan agar pemerintah dapat memberikan perhatian dan

memperkenalkan kepada forum yang lebih luas.


3. Diharapkan hasil penelitian ini merupakan upaya pembinaan,

pengembangan kebudayaan serta upaya pelestarian terhadap

kesenian tradisional dan membei informasi kepada masyarakat.

Selanjutnya penelitian ini dapat dipublikasikan dan sangat

bermanfaat bagi kalangan masyarakat terutama generasi muda

khususnya di Desa Boncah Tagonang Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

4. Diharapkan agar perpustakaan UIR dapat memperbanyak buku-

buku khususnya yang berhubungan dengan kesenian, karena

mahasiswa sendratasik masih kesulitan mencari informasi sebab

kekurangan buku.

5. Bagi peneliti mudah-mudahan penelitian ini dapat dijadikan

referensi awal bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian

lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA

A.Menners, Robert & David Kaplan. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Alamsyah, M.Teguh. 2017. “Analisis Musik Pengiring dan Fungsi Silat Pada

Upacara Pernikahan Adat Melayu Oleh Kelompok Lintau di Lampung

Lalang Kecamatan Medan Sunggal ”. Universitas Sumatera Utara Fakultas

Ilmu Budaya Program Studi Etnomusikologi Medan

Aziz, H. Anwar. 2012. Kamus Bosa Bahaso Asli Melayu Tuanku Tambusai.

Kabupaten Rokan Hulu Riau. Pekanbaru : PT. Arjuna Riau Grafindo

Bahri, Aditiya Syaeful. 2015. “Pertunjukan Kesenian EBEG Grup Muncul Jaya

Pada Acara Khitanan Di Kabupaten Pangandaran”. Universitas Pendidikan

Indonesia

Effendy, Tenas. 1970. Kesenian Riau. Riau : Badan Pembina Kesenian Riau.

Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2016. Metodologi Penelitian Kulitatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Hamkaz, Ismail. 2006. Sejarah Adat Istiadat Masyarakat Kepenuhan. Rokan

Hulu : Kantor Pariwisata dan Kebudayaan

Hamkaz, Ismail. 2012. Potatah Potitih Luhak Kepenuhan. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu


Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi dan Focus Groups sebagai

instrumen penggalian data kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers

Koenjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Djambatan

Kumaidah, Endang. “Penguatan Eksistensi Bangsa Melalui Seni Bela Diri

Tradisional Pencak Silat ”. Pengajar Jurusan Fisiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

Lubis, Johansyah. 2014. Pencak Silat Edisi Kedua. Jakarta : Rajawali Sport

Mariza, Dina. 2014. “Keberadaan Tari Silat Pangean Dalam Upacara Pernikahan

Adat Melayu Di Desa Pangkalan Panduk Kecamatan Kerumutan Kabupaten

Pelalawan Provinsi Riau” Jurusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa

Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Mardani. 2011. Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Yogyakarta :

Graha Ilmu

Minarni. 2007. “Pertunjukan Silat Dalam Penyambutan Tamu Dalam Tradisi

Masyarakat Suku Bonai Desa Ulak Patian Kecamatan Kepenuhan

Kabupaten Rokan Hulu” Program Studi Sendratasik (tari) Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru

Minarti, Helly, Yudi Ahmad Tajudin dan Dian Ika Gesuri. 2015. Rencana

Pengembangan Seni Pertunjukan Nasional 2015-2019. PT. Republik Solusi


PaEni, Mukhlis, Edy Sedyawati, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia : Seni

Pertunjukan & Seni Media. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Rani, Siwi .2012. “Pertunjukan Silat Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat

Melayu Di Desa Sukarjo Mesim Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis

Provinsi Riau” Program Studi Sendratasik (tari) Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru

Said, Mahidin. 1981. Adat dan Kebudayaan Pasirpengarayan. Pekanbaru

Sari, Yendi Karolina. 2012. “Seni Pertunjukan Tradisi Pencak Silek 3 Bulan Di

Desa Kepenuhan Timur Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu

Provinsi Riau” Program Studi Sendratasik (tari) Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru

Sedyawati, Edy. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta.

Siregar, Alimin, dkk. 2007. Potensi Budaya Rokan Hulu. Kantor Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu

Sudiana, I Ketut dan Nih Luh Putu Sepyanawati. 2017. Keterampilan Dasar

Pencak Silat. Depok : Rajawali Pers

Suryani, 2018. “Implementasi Perkawinan Sedarah Pada Masyarakat Desa

Serombou Indah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu”. JOM

Fakultas Hukum. Volume V, Nomor 1

Syam, Junaidi. 2007. Trombo Rokan. Rokan Hulu : Yayasan Garasibumy


Syam, Junaidi & Yusri Syam. 2015. Benda Cagar Budaya Bergerak;Rokan Hulu.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu

Taslim, dan Junaidi-Syam. 2013. Caro dan Cakap Nikah Kawin Luhak Rambah.

Pasir Pengaraian : Lembaga Kerapatan Adat Molayu Rokan Hulu

Wati, Tesi Pradama. 2016. “Pertunjukan Pencak Silat Pangean Dalam Acara

Pernikahan Di Desa Dayun Kabupaten Siak” Program Studi Sendratasik

(tari) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau

Pekanbaru

Yurikawati. 2007. Buku Panduan Alat Musik Tradisional Godang Borogong

Rokan Hulu. Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu Kantor Pariwisata dan

Kebudayaan Kegiatan Pengelolaan Keragaman Budaya : Pasirpengaraian

Yuswidiyati, Gita. 2012. “Silat Song-Song Pada Upacara Perkawinan”. Program

Studi Tari Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan

Zakiah. 2015. “Silat Harimau ke Bentuk Tari Silat Poncak 12 Di Kecamatan

Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Provinsi Riau” Program Studi

Sendratasik (tari) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam

Riau Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai