LATAR BELAKANG
Pembangunan di wilayah Barat Kabupaten Sumedang sudah sedemikian pesat selain pusat pendidikan dengan
kehadiran beberapa kampus besarseperti ITB, Unpad dan IPDN di Kec.
Jatinangor, juga industri di Kec. Cimanggung dan Jatinangor. Bahkan
berdasarkan Gubernur Jawa Barat dalam agendanya untuk dibangun
Monorel yang
TUJUAN
Tujuan Umum
Pembuatan Proposal RUMAH SEHAT PADJADJARAN BARU di Wilayah Timur Kapubaten Sumedang sebagai RS.
SWASTA adalah didasari dengan jumlah kebutuhan masyarakat yang membutuhkan pelayanan rawat jalan dan
rawat inap yang akan terus bertambah setiaptahunnya..
Tujuan Khusus
1. Layaknya didirikan RS SWASTA di Wilayah Timur
Kabupaten Sumedang
2. Tercapainya pelayanan kesehatan bermutu untuk
masyarakat sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. Terwujudnya RS SWASTA yang terakreditasi Nasional
dan Internasional untuk RUMAH SEHAT PADJADJARAN
BARU Sumedang
Sesuai dengan kondisi alamnya, Kabupaten Sumedang memiliki potensi kesuburan tanah yang cukup baik dengan suhu
udara sedang, iklim sedang, lama penyinaran matahari cukup baik, jumlah hari hujan efektif cukup banyak dan curah hujan
yang cukup tinggi. Kondisi alam yang demikian merupakan potensi yang sangat mendukung dan menguntungkan untuk
kegiatan budidaya pertanian, sementara itu mata
pencaharian pokok masyarakat Kabupaten Sumedang
pada umumnya masih berada pada sektor pertanian
dan perkebunan campuran (43,85 %). Hal ini akan
meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan
dalam usaha budi daya pertanian dan sekaligus akan
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan.
Keberuntungan yang diperoleh dari anugrah kondisi
sumber daya alam sebagaimana tersebut pada
umumnya dinikmati oleh masyarakat yang berada di
daerah pedesaan, terutama di kawasan bagian utara
(Buahdua, Conggeang, Surian), bagian tengah
(Cimalaka, Cisarua, Ganeas, Situraja, Sumedang Utara dan Sumedang Selatan), sebagian wilayah barat (Tanjungmedar,
Tanjungkerta, Rancakalong, Pamulihan dan Tanjungsari), serta wilayah bagian timur (Ujungjaya, Tomo, Jatigede,
Jatinunggal, dan Wado).
dinamika kehidupan masyarakat, terutama tingginya aktivitas ekonomi di wilayah perkotaan. Dampak positif yang
dihasilkan adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, tetapi juga telah mengakibatkan
ketidaknyamanan lingkungan perkotaan sebagai akibat dari kurang tertibnya para pengguna lahan diperkotaan, terutama
dengan maraknya jumlah PKL dan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Wilayah Kabupaten Sumedang bagian barat yaitu di Kecamatan Jatinangor terdapat Kawasan Pendidikan Tinggi dan telah
berdiri berbagai perguruan tinggi yang berskala
nasional, seperti STPDN, UNPAD, IKOPIN dan
UNWIM. Dalam kerangka kebijakan Provinsi
Jawa Barat maupun kebijakan nasional wilayah
ini telah dijadikan kawasan perguruan tinggi yang
merupakan pusat pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan bagi
pemanfaatan sumber daya alam dan kapasitas
masyarakat lokal untuk bisa bersaing pada era
globalisasi dan perdagangan bebas.
Keberadaan kawasan Perguruan Tinggi tersebut
akan berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat di wilayah tersebut, baik terhadap
kondisi ekonomi maupun sosial budaya, terutama pada bidang pendidikan itu sendiri. Dilihat dari perspektif pembangunan
pendidikan, posisi kewilayahan yang strategis sebagaimana tersebut akan sangat berpengaruh terhadap akselerasi
pencapaian masyarakat berpendidikan yang cerdas.
Kependudukan
Perkembangan penduduk di Wilayah Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, adapun jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan,Catatan Sipil dan Transmigrasi Kab Sumedang tahun 2011
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebaran kepadatan penduduk di tiap-tiap Wilayah Kecamatan yang terletak
di Kabupaten Sumedang tidaklah merata, dan jumlah penduduk terbanyak diwilayah timur KabupatenSumedang yaitu di
Kecamatan Wado, Jatinunggal, Darmaraja, Situraja, Jatigede, Ganeas.
Terelebih dengan di Bangunnya Waduk JatiGede, akan menambah Populasi kepadatan Penduduk di beberapa Kecamatan
terdekat pada Objek Wisata ( Wado, Darmaraja, Jatinunggal dan JatiGede )
Analisa Sosial
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial erat kaitannya dengan upaya meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat Kabupaten Sumedang yang
tercermin pada Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) menggambarkan kualitas
pembangunan manusia suatu wilayah
pada satu kurun waktu tertentu. Menurut
kepentingannya yang diperlukan saat
ini,maka komponen Indeks Pembangunan Manusia ditentukan mencakup 3 (tiga) dimensi pembangunanmanusia, yakni
Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli Masyarakat. Adapun pencapaian IPM untuk Wilayah Kabupaten
Sumedang adalah sebagai berikut :
Tabel Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wilayah Kapubaten Sumedang Tahun 2008-2011
Sumber Data : Hasil pemantauan Pusdalisbang Jawa Barat
Capaian IPM pada Tahun 2011 tidak terlepas dari kontribusi capaian ketiga komponen, yaituindeks pendidikan, indeks
kesehatan dan indeks daya beli. Oleh karena itu masih diperlukan upayamaksimal untuk meningkatkan derajat pendidikan
melalui peningkatan angka partisipasi sekolahpenduduk usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun, derajat kesehatan masyarakat
melalui peningkatan danpemerataan pelayanan kesehatan, serta peningkatan daya beli masyarakat melalui
perluasankesempatan kerja bagi penduduk, peningkatan kompetensi kerja dan peningkatan daya saing.Selanjutnya
dengan memperhatikan capaian dari ketiga komponen IPM sebagaimana data diatas, ternyata Indeks Daya Beli
memberikan kontribusi yang paling rendah dibandingkan 2 agregatpembentuk IPM lainnya. Sehingga walaupun
pencapaian Indeks Kesehatan masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Indeks pencapaian Daya Beli namun
pencapaian untuk bidang Kesehatan masih dapat dikatakan belum terlampau tinggi sehingga selain upaya untuk
peningkatan pencapaian Indeks daya Beli perlu juga ditambahkan upaya-upaya untuk melakukan peningkatan di bidang
kesehatan agar pencapaian Indeks Kesehatan dan Indeks Daya beli masyarakat dapat sama dengan pencapaian Indeks
Pendidikan.
Analisa Ekonomi
Indikator yang sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan
per kapita atau PercapitaIncome. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat
kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Berdasarkan asumsi bahwa pendapatan
faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer
yang masuk (transfer in)maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini digunakan karena
sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan yang masuk dan keluar.
Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Jumlah penduduk yang dipakai dalam estimasi pendapatan per kapita untuk Tahun 2010 adalah jumlah penduduk hasil
Sensus Penduduk Tahun 2010. Angka yang diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama
tersebut akan sangat dipengaruhi olehbesaran dari kedua variabel.
Sebagai gambaran sederhana, apabila nilai PDRB besar
sedangkan jumlah penduduknya sedikit maka rata-rata PDRB per
kapitanya akan menjadi besar; sebaliknya apabila nilai PDRB kecil
sedangkan jumlah penduduknya banyak maka PDRB per kapita
akan menjadi kecil. Olehkarena itu PDRB per kapita menjadi
ukuran bagi tingkat kemakmuran daerah, tetapi data tersebut tidak
dapat digunakan langsung dalam pengukuran pemerataan
pendapatan. Tersedianya data PDRB per kapita menurut daerah
kecamatan pada suatu kurun waktu yangrelatif panjang akan
membantu para pemakai data dalam melakukan perbandingan
baik antar wilayahmaupun antar tahun.
Sumber Data : PDRB Kab Sumedang Tahun 2011-2012
Tabel di atas menunjukkan PDRB per kapita atas dasar harga
berlaku masing-masing kecamatan dan perbandingannya dengan
PDRB per kapita kabupaten pada Tahun 2009-2010. Daritabel
tersebut pada Tahun 2010 tampak bahwa 13 kecamatan mempunyai nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di atas
rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Sumedang yaitu Kecamatan Buahdua,Sumedang Utara, Cimanggung,
Congeang,Situraja, Tomo, Ujungjaya,Cimalaka,Jatinangor, Sumedang Selatan,Darmaraja,Tanjungkerta,dan Wado .
Sedangkan 13 kecamatan lainnya berada di bawah rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Sumedang yaitu Kecamatan
Paseh, Rancakalong, Tanjungsari, Cibugel, Jatigede, Cisarua, Cisitu, Surian, Ganeas, Tanjungmedar, Sukasari, Pamulihan
dan Jatinunggal.
Secara umum pendapatan per kapita seluruh kecamatan mengalami peningkatan, kecuali adabeberapa kecamatan yang
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan series jumlah penduduk yang sudah menggunakan data
penduduk hasil sensus penduduk Tahun 2010. Sedangkan untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat, bisa
digunakan PDRB perkapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Secara umum, daya beli masyarakat di Kabupaten
Sumedang meningkat 4,15% pada Tahun 2010. PDRB perkapita atas dasar harga konstan ‘2000 dimasing-masing
kecamatan pada Tahun 2010 berkisar antara Rp.1,9 juta sampai dengan Rp. 7,5 juta. Pencapaian tertinggi diperoleh oleh
Kecamatan Cimanggung yaitu sebesar Rp.7,5 juta sedangkan yang terendah di Kecamatan Jatinunggal yaitu Rp. 1,9 juta.