Anda di halaman 1dari 52

I

LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN OPERASI USAHA PERIKANAN PADA USAHA
“BUDIDAYA IKAN CUPANG KELURAHAN SEMAMPIR”

KELOMPOK 47
KELAS SOSIAL EKONOMI PERIKANAN (B)

Muhammad Hisyam Mariannanda 205080407113012


Bayu Adhi Trianggo 205080407113006
Muhamad Jullian Rifigo 205080407113008
Salwa Ahya 205080407113014
Rizky Noor Herdiansyah 205080407113010

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
II
LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN OPERASI USAHA PERIKANAN PADA USAHA
“BUDIDAYA IKAN CUPANG KELURAHAN SEMAMPIR”

HUJJATULLAH SHIDQA MUHAMMAD

KELOMPOK 47
KELAS SOSIAL EKONOMI PERIKANAN (B)

Muhammad Hisyam Mariannanda 205080407113012


Bayu Adhi Trianggo 205080407113006
Muhamad Jullian Rifigo 205080407113008
Salwa Ahya 205080407113014
Rizky Noor Herdiansyah 205080407113010

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
III
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Manajemen Operasi Usaha Perikanan disusun sebagai

salah satu syarat menyelesaikan Praktikum Manajemen Operasi Usaha

Perikanan dan lulus Mata Kuliah Manajemen Operasi Usaha Perikanan.

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

HUJJATULLAH SHIDQA M HUJJATULLAH SHIDQA M


NIM. 195080400111030 NIM. 195080400111030
IV

KARTU KENDALI PRAKTIKUM

Identitas Mahasiswa / Praktikan:

Nama :

NIM :

Foto 3x4 Kelas :

Kelompok :
Beralmamater
(Background Asisten :

No. Tanggal Asistensi Keterangan TTD Asisten

Malang, __ November 2021


Koordinator Asisten
Manajemen Operasi Usaha
Perikanan

HUJJATULLAH SHIDQA M
NIM. 195080400111030
V
KARTU KENDALI PRAKTIKUM

Identitas Mahasiswa / Praktikan:

Nama :

NIM :

Foto 3x4 Kelas :

Kelompok :
Beralmamater
(Background Asisten :

No. Tanggal Asistensi Keterangan TTD Asisten

Malang, __ November 2021


Koordinator Asisten
Manajemen Operasi Usaha
Perikanan

HUJJATULLAH SHIDQA M
NIM. 195080400111030
VI
KARTU KENDALI PRAKTIKUM

Identitas Mahasiswa / Praktikan:

Nama :

NIM :

Foto 3x4 Kelas :

Kelompok :
Beralmamater
(Background Asisten :

No. Tanggal Asistensi Keterangan TTD Asisten

Malang, __ November 2021


Koordinator Asisten
Manajemen Operasi Usaha
Perikanan

HUJJATULLAH SHIDQA M
NIM. 195080400111030
VII
KARTU KENDALI PRAKTIKUM

Identitas Mahasiswa / Praktikan:

Nama :

NIM :

Foto 3x4 Kelas :

Kelompok :
Beralmamater
(Background Asisten :

No. Tanggal Asistensi Keterangan TTD Asisten

Malang, __ November 2021


Koordinator Asisten
Manajemen Operasi Usaha
Perikanan

HUJJATULLAH SHIDQA M
NIM. 195080400111030
VIII

KARTU KENDALI PRAKTIKUM

Identitas Mahasiswa / Praktikan:


Nama :

NIM :

Foto 3x4 Kelas :

Kelompok :
Beralmamater
(Background Asisten :

No. Tanggal Asistensi Keterangan TTD Asisten

Malang, __ November 2021


Koordinator Asisten
Manajemen Operasi Usaha
Perikanan

HUJJATULLAH SHIDQA M
NIM. 195080400111030
IX
DAFTAR ISI
X
DAFTAR TABEL
XI
DAFTAR GAMBAR
XII
DAFTAR LAMPIRAN
XIII

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Perikanan menurut Hempel dan Pauly, Perikanan adalah

kegiatan eksploitasi sumber daya hayati dari laut. Yang artinya pengertian

perikanan yang diungkapkan oleh Hempel dan Pauly ini membatasi pada

perikanan laut, karena perikanan memang semua berasal dari kegiatan hunting

(berburu) yang harus dibedakan dari kegiatan farming seperti budi daya. Menurut

pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan

adalah “semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam

suatu sistem bisnis perikanan”.

Menurut Srie Jean Manajemen Usaha Perikanan merupakan merupakan

usaha tentang penggunaan sumberdaya atau lebih sering disebut dengan faktor-

faktor produksi antara lain tenaga kerja, mesin, peralatan , bahan mentah dan

lain sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja

menjadi berbagai produk atau jasa. Ditinjau dari pembangunan perikanan yang

berwawasan agrobisnis, pada dasarnya, menunjukkan arah bahwa

pengembangan manajemen usaha perikanan merupakan upaya yang sangat

penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong

munculnya industri baru di sektor perikanan; menciptakan struktur perekonomian

yang tangguh, efisien dan fleksibel; menciptakan value added, meningkatkan

penerimaan devisa; menciptakan lapangan kerja; dan memperbaiki pembagian

pendapatan.
XIV
Perikanan merupakan suatu kegiatan yang ada hubungannya dengan

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan dan lingkungan laut

sekitar termasuk memproduksi ikan dari hasil perikanan tangkap maupun

budidaya perikanan atau mengelolanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

karena ikan adalah salah satu komoditas yang memiliki protein yang tinggi.

Perikanan diartikan sebagai kegiatan yang meliputi praproduksi, produksi,

pengolahan hingga pemasarah yang akan dilakukan para pembisnis bidang

perikanan. Manajemen usaha perikanan merupakan sebuah usaha yang

menggunakan sumberdaya faktor produksi seperti tenaga kerja atau semua

peralatan yang berhubungan dengan suatu usaha perikanan dalam bentuk

produk atau jasa.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum Manajemen Operasi Usaha Perikanan diperlukan agar

praktikan dapat memahami perilaku manajemen dibidang usaha perikanan dan

mampu melakukan analisa pada suatu usaha meliputi perhitungan modal,

pembiayaan, penerimaan, R/C ratio, BEP, keuntungan, rentabilitas, analisa RTC

dan analisa REC.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum Manajemen Operasi Usaha Perikanan ini antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang penerapan

manajemen dalam sebuah usaha perikanan terutama skala kecil dan

menengah
XV
2. Mampu melakukan perhitungan analisis finansiil jangka pendek dalam

sebuah usaha.

3. Mampu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk membuat

sebuah usaha perikanan.

1.4 Waktu dan Tempat

Wawancara praktikum manajemen operasi usaha perikanan dilakukan

pada tanggal 29 oktober 2021. Tempat wawancara dilakukan di Jalan Mayor

Bismo Kelurahan Semampir Kota Kediri.


16

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Teknis

Menurut Suad dan Suwarsono Aspek teknis dan teknologi merupakan

suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara

teknis, teknologi dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai

dibangun. Aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini

timbulapabila sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah

menunjukan peluangyang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian

kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan

dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang

berkaitan dengan teknis/operasi, sehinggaapabila tidak dianalisis dengan baik,

maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian

hari. Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika produk dapat diterima dan

dapat diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasikelayakan teknis

melihat kepada kelayakan teknis teknologi yang digunakan

Aspek teknis atau biasa disebut dengan aspek produksi merupakan

sebuah analisis untuk menilai kesiapan suatu usaha dalam mengoperasikan

usahanya dengan menganalisis masalah ketepatan untuk menentukan lokasi

yang strategis untuk melakukan penjualan, penyusunan peralatan perusahaan,

dan proses produksi yang tepat hingga pemilihan teknologi yang sesuai dengan

usaha tersebut. Secara menyeluruh proses produksi akan dinilai efektif dan

efisien atau tidak, dapat ditentukan melalui salah satu faktor kecilnya keuntungan

yang diperoleh suatu perusahaan. Aspek teknis sangat berperan besar terhadap

perkiraan biaya karena akan memberikan sebuah analisis sementara dan dapat

meminimalisir kerugian perusahaan.


17

2.1.1 Sarana dan Prasarana Produksi

Menurut jurnal Repostori STAIN Kudus Sarana adalah semua perangkat

peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses

produksi dan penjualan. Sedangkan prasarana adalah semua perangkat

kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses

produksi dan penjualan. Sarana dalam artian secara ekonomi yaitu segala

sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan

dalam kegiatan perekonomian. Dengan kata lain, sarana lebih ditujukan untuk

benda-benda atau peralatan yang bergerak. Sarana dalam arti singkatnya yaitu

fasilitas yang dipakai secara langsung (utama). Contoh dari sarana dalam

produksi atau penjualan adalah Mesin, Motor, Mobil, meja, tenaga kerja, dan lain-

lain. Sedangkan contoh dari prasarana adalah gedung produksi, gudang, ruang

kerja, tempat parkir, dan lain-lain. Sedangkan prasana dalam arti yang lebih

praktis adalah yang menjadi penunjang utama terlaksananya suatu

pembangunan, dengan kata lain prasarana merupakan pendukung untuk sarana

agar dapat mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu yang sudah ditentukan

oleh pihak perusahaan

Sarana merupakan segala sesuatu seperti peralatan dan bahan yang

digunakan pada proses produksi. Sedangkan prasarana merupakan sesuatu

yang menunjang terlaksananya sebuah proses produksi. Sarana lebih ditujukan

sebagai benda atau sebuah alat yang bergerak. Sarana juga diartikan sebagai

fasilitas yang digunakan secara langsung selama proses produksi berlangsung.

Dengan menentukan sarana dan prasarana dapat mempermudah proses untuk

melakukan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu dan meningkatkan

produktivitas barang dan jasa, dan menghasilkan hasil yang berkualitas.


18

2.1.2 Proses Produksi

Faktor Alam

Faktor produksi pada usaha perikanan adalah tanah dan perairan contohnya

sungai, waduk, rawa, genangan dan laut. Perairan adalah suatu tempat yang

dapat digunakan untuk usaha pembudidaya dan penangkapan ikan.

Faktor Sarana Produksi

Faktor ini mencakup inti dari berbagai faktor produksi lainnya, tanpa tersedianya

faktor ini tidak mungkin dilaksanakan kegiatan berproduksi.

Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam bidang perikanan pada umumnya terdiri dari tenaga kerja

tetap dan tenaga kerja tidak tetap (sambilan). Tenaga kerja tetap umumnya

berasal dari keluarganya sendiri (tenaga inti) dan atau tenaga kerja yang

mendapat upah secara tetap pada periode tertentu, misalnya bulanan.

Sementara tenaga kerja tidak tetap (sambilan) atau dapat juga disebut tenaga

kerja harian lepas, umumnya bersifat buruh.

2.2 Aspek Manajemen

Manajemen pemasaran mencakup kegiatan mendistribusikan hasil produksi

kepada konsumen. Kegiatan tersebut sama halnya dengan menentukan

kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya

persaingan, dan menentukan strategi pemasaran yang harus dijalankan.

2.2.1 Planing

Perencanaan ini berfungsi sebagai tindakan untuk menentukan sasaran dan arah

yang akan dituju. Di dalam perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk

meramalkan, mewujudkan, dan melihat ke depan dengan dilandasi dengan

penuh perhitungan dan kecermatan yang akurat. Menurut stoner dibagi menjadi

4 tahap yaitu, menetapkan serangkaian tujuan, merumuskan keadaan sekarang,


19

identifikasi segala kemudahan dan hambatan, mengembangkan serangkaian

kegiatan untuk mencapai tujuan

2.2.2 Organizing

Pengorganisasian ini merupakan suatu tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan

antara kelompok yang ada serta menetapkan dan merinci hubungan hubungan

yang diperlukan. Ernest Dalemenguraikan pengorganisasian sebagai suatu

proses multi langkah, yaitu: pemerincian pekerjaan, pembagian pekerjaan,

pemisahan pekerjaan (pendepartemenan), koordinasi pekerjaan, monitoring dan

reorganisasi

2.2.3 Actuating

Pergerakan merupakan suatu tindakan untuk memotivasi anggota anggota

kelompok agar melaksanakan tugas tugas yang telah dibebankan dengan baik

dan penuh dengan tanggung jawab

2.2.4. Controlling

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode tersebut dapat

menggambarkan suatu objek sesuai dengan kondisi keadaan secara apa

adanya. Data yang didapatkan berasalkan dari dua sumber. Sumber pertama

yaitu data primer yang didapatkan melalui wawancara dengan pemilik Nebula

Betta.id dan sumber kedua yaitu data sekunder yang didapatkan melalui studi

pustaka seperti referensi artikel dan jurnal lain yang membahas mengenai ikan

cupang, Peternakan ikan hias, dan analisis strategi.

Pada penelitian ini menggunakan proses perumusan strategi dengan melalui

empat tahapan, tahap pertama yaitu melakukan wawancara dengan pemilik;

tahap kedua yaitu melakukan tahap masukan (analisis faktor internal dan faktor

eksternal); tahap ketiga yaitu merancang analisis SWOT yang berasal dari
20

analisis faktor internal dan eksternal; kemudian tahap terakhir yaitu pengambilan

keputusan.

2.3. Aspek Pemasaran

Assauri (2007), mendefinisikan pemasaran sebagai kegiatan manusia yang

diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui

proses pertukaran. Pengertian lain bahwa pemasaran merupakan usaha untuk

menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-

orang yang tepat pada tempat, waktu dan harga yang tepat dengan promosi dan

komunikasi yang tepat.

Pemasaran menurut Dixie dalam Crawford (1997) adalah: “The series of services

involved in moving a product (or commodity) from the point ofproduction to the

point of consumption”. Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang

dilakukan untuk memindahkan suatu komoditi dari titik produsen ke titik

konsumen. Dalam pengertian tersebut mengandung setidaknya tiga hal penting,

yaitu:

 Jasa, yaitu fungsi yang dijalankan dalam kegiatan pemasaran, yang

bertujuan untuk mengubah produk berdasarkan bentuk,waktu, tempat,

dan kepemilikan. Jasa ini akan memberikan nilai tambah untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Contoh: pengangkutan, pengolahan,

penyimpanan, dan lain-lain maupun kegiatan yang secara tidaklangsung

mempengaruhi, misalnya periklanan, dan risiko. Kegiatan jasa ini

memerlukan sejumlah biaya karena adanya jasa akan menambah nilai

produk dan konsumen harus membayar terhadap jasa yang dilakukan.

Nilai tambah suatu produk pada dasarnya terdiri dari biaya dari

pengadaan jasa ditambah sejumlah keuntungan untuk yang pihak


21

melakukan jasa tersebut. Adanya nilai tambah umumnya meningkatkan

efisiensi pemasaran.

 Titik produsen, yaitu titik asal barang dihasilkan. Kegiatan yang dilakukan

produsen ikan sering tidak diperhitungkan dalam pemasaran.

Bagaimanapun juga, kegiatan yang telah dilakukan produsen ikan

berpengaruh besar terhadap pemasarannya.

 Titik konsumen, sebagai titik akhir mengalirnya suatu barang. Di sini juga

relatif sama kondisnya dengan di produsen, yaitu jasa keterlibatan

konsumen jarang diperhitungkan.

2.3.1. Daerah Pemasaran

Strategi pasar untuk tempat pemasaran usaha budidaya ikan cupang ini adalah

masyarakat umum penghobi ikan hias. Karena dapat kita ketahui bahwa di kota

besar banyak sekali tempat budidaya ikan hias dan banyak sekali masyarakat

yang hobi mengoleksi ikan hias salah satunya yaitu ikan cupang baik dari anak-

anak hingga dewasa yang secara langsung menambah jumlah peminat dan

memamerkan hasil dari ikan hias tersebut kepada masyarakat luas. Ikan

hias/ikan cupang ini kita pasarkan atau kita jual pertama kali di pameran festival

kota dengan ditawarkan kepada masyarakat. Untuk kedepannya, kita bisa

menjual produk ini diluar kota dan luar negeri.

2.3.2. Cara/teknik Pemasaran

Dalam berjualan, kita akan memasarkannya dengan cara sederhana, seperti

menjualnya ke pasar atau pecinta ikan cupang. Namun, tidak menutup

kemungkinan untuk mencoba menjualnya langsung ke pengepul ikan yang kerap

membeli dalam jumlah banyak.


22

Promosi yang kami lakukan adalah dengan secara langsung mengenalkan dan

menawarkan produk terhadap konsumen. Kami juga memberikan pengertian

tentang produk dan memberitahukan manfaat dari produk, sehingga mereka bisa

langsung mengetahui produk dan bisa langsung mendapatkannya. Dan untuk

kedepannya, kita juga bisa mempromosikan produk secara online baik lewat blog

maupun facebook dan twitter.

2.3.3. Bauran Pemasaran

Menurut Angipora (1999) marketing mix adalah perangkat variabel-variabel

pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan

tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran.

Menurut Tjiptono (2004), bauran pemasaran merupakan seperangkat alat

yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik barang/jasa yang

ditawarkan kepada pelanggan. Jerome Mc-Carthy dalam Tjiptono (2004)

merumuskan bauran pemasaran menjadi 4 P (Product, Price, Promotion dan

Place). Adapun Bauran Pemasaran tersebut adaiah:

a)      Produk (Products)

Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk

mencapai tujuan melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Produk disini bisa berupa apa saja (baik yang berujud fisik maupun tidak)

yang dapat ditawarka kepada pelanggan potensial untuk.memenuhi

kebutuhan dan keinginan tertentu. Produk merupakan semua yang

ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh dan digunakan atau

dikonsumsi untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang berupa

fisik, jasa, orang, organisasi dan ide.

b)      Harga (Price)


23

Bauran harga berkenaan dcngan kebijakan strategis dan taktis seperti

tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi

harga diantara berbagai kelompok pelanggan. Harga menggambarkan

besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk

memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat

terjangkau oleh konsumen.

c)      Saluran Distribusi (Place)

Merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap

jasa bagi para pelanggan. Tempat dimana produk tersedia dalam

sejumlah saluran distribusi dan outlet yang memungkinkan konsumen

dapat dengan mudah memperoleh suatu produk.

d)     Promosi (Promotion)

Bauran promosi meliputi berbagai metode, yaitu Iklan, Promosi

Penjualan, Penjualan Tatap Muka dan Hubungan Masyarakat.

Menggambarkan berbagai macam cara yang ditempuh perusahaan

dalam rangka menjual produk ke konsumen.

2.4. Aspek Finansial

Dalam rangka menentukan rencana investasi, Aspek Finansial adalah suatu hal

yang diperlukan melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan.

Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji

kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan

dilakukan analisis kelayakan finansial adalah untuk menghindari ketelanjuran

penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak

menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 1997). Aspek finansial berkaitan

dengan penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus alokasinya serta


24

mencari sumber dana yang berkaitan secara efisien sehingga memberikan

keuntungan maksimal (Suratman, 2002).

Komponen yang diperlukan dalam penyusunan analisis ekonomi finansial

meliputi:

1. Asumsi Dasar Perhitungan

Sebagai titik tolak dari analisis finansial, diasumsikan bahwa studi-studi yang

telah dilakukan sebelumnya menghasilkan parameter dasar sebagai landasan

membuat perkiraan biaya sebagai batasan lingkup proyek. Asumsi dasar ini

biasanya mencakup umur proyek, suku bunga pinjaman yang berlaku, kapasitas

produksi, jumlah hari kerja produksi, harga yang berlaku, modal yang digunakan,

biaya pemeliharaan dan penyusutan mesin/peralatan produksi, dan lain

sebagainya. a) Perhitungan Harga bahan baku Biaya harga bahan baku adalah

biaya yang dikeluarkan untuk pemngadaan bahan baku produksi dalam satuan

waktu tertentu, meliputi biaya bahan baku utama, bahan baku pembantu, dan

bahan pengemas.

b) Perhitungan biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan mesin/ peralatan adalah biaya yang dikeluarkan

untukperawatan mesin/ peralatan. Komponen biaya pemeliharaan mesin/

perawatan adalah biaya perawatan preventif, biaya perawatan korektif, dan biaya

overhaul.

c) Perhitungan biaya penyusutan

Biaya penyusutan mesin/ peralatan adalah biaya yang dikeluarkan akibat

penurunan nilai mesin/ peralatan. Metode yang digunakan adalah metode

depresiasi garis lurus (Straight Line) yaitu metode yang berdasar pada asumsi
25

bahwa nilai aset berkurang secara proporsional terhadap waktu atau umur dari

aset tersebut (Pujawan, 2004). Komponen biaya penyusutan mesin/ peralatan

adalah nilai awal aset, nilai sisa aset, dan masa pakai (umur).

Keterangan:

D : Biaya penyusutan

P : Nilai awal asset

S : Nilai sisa asset

N : masa pakai aset

2. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

sejumlah produk per satuan waktu. Besarnya kapasitas produksi merupakan

parameter penting yang dapat dipakai sebagai masukan dalam perhitungan

aspek ekonomi-finansial dan aspek teknis dalam analisis kelayakan suatu usaha.

Tiga skenario yang digunakan dalam penentuan kapasitas produksi antara lain:

a) Skenario optimis

Skenario optimis dilaksanakan dengan mengerahkan penggunaan sumberdaya

yang ideal

b) Skenario moderat

Skenario moderat disusun berdasarkan pada kondisi penggunaan sumberdaya

yang optimal yang bisa dilaksanakan oleh stakeholders.

c) Skenario pesimis

Skenario pesimis dibangun berdasarkan pada rencana tindakan yang normatif.


26

3. Analisis Biaya

a) Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap

yang akan digunakan perusahaan untuk menjalankanaktivitas usahannya.

Secara umum biaya investasi digunakan untuk sewa tanah, bangunan,

pembeliaan mesin/peralatan produksi, kendaraan transportasi, peralatan kamtor,

penyediaan instalansi listrik, air, jalan.

b) Biaya Produksi

Biaya tetap adalah biaya produksi yang jumlah totalnya tetap meskipun volume

produksi berubah. Komponen biaya tetap meliputi biaya pembelian

mesin/peralatan produksi, biaya pemeliharaan mesin/peralatan produksi, dan

biaya penyusutan mesin/peralatan prduksi. Biaya variabel adalah biaya produksi

yang jumlah totalnya berubah secara proporsional terhadap perubahan volume

produksi. Komponen biaya variabel meliputi biaya bahan baku, biaya bahan

pembantu, biaya bahan pengemas, biaya utilitas, dan upah tenaga kerja.

c) Harga Pokok Produksi (HPP) dan Harga Jual

Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang dikeluarkan untuk

menghasilkan setiap satuan produk. Harga pokok produksi dapat ditentukan

berdasarkan biaya produksi dan kapasitas produksi.

d) Prakiraan Rugi laba


27

Prakiraan laba rugi adalah cara untuk melihat profitabilitas suatu usaha, yang

disusun secara sitematis. Prakiraan laba rugi digunakan untuk melihat besaran

keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan dalam kurun waktu

tertentu.

e) Kelayakan investasi

Sebuah proyek dapat dikatakan layak atau tidak secara finansial dapat diketahui

dari kriteria investasi (Husnan dan Suwarsono, 1997). Berdasarkan nilai uang,

kriteria investasi antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR) dan Benefit of Cost, sedangkan berdasarkan nilai waktu antara lain

Payback Periode (PP) dan Break event Point (BEP). Aspek Finansial adalah cara

paling efektif untuk menentukan rencana dan memperhitungkan serta dapat

menjadi perbandingan antara pengeluaran dan pemasukan, secara garis besar

aspek ini sangat efektif untuk Investor untuk berasumsi dalam menguji kelayakan

keuangan.

2.4.1. Permodalan

Sebagai seorang pengusaha atau pedagang mikro, Permodalan sangat

dibutuhkan agar oprasional dapat terus berjalan seperti memastikan adanya

bahan baku, menyimpan peralatan produksi dan juga menyewa lahan. Modal

adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam berbisnis atau berusaha,

berinvestasi, dan berbagai aktivitas lain yang memiliki tujuan untuk memperoleh

keuntungan maupun penghasilan. Jadi, pengertian modal adalah suatu aset

utama perusahaan dalam menjalankan bisnis yang umumnya berbentuk dana,

aset, atau utang. Dengan begitu, maka proses produksi hingga pemasaran

perusahaan bisa berjalan dengan lancar.


28

Bambang Riyanto menjelaskan bahwa pengertian modal adalah suatu hasil

produksi yang bisa dimanfaatkan kembali untuk diproduksi lebih lanjut. Dalam

prosesnya, modal akan lebih fokus pada nilai, daya beli atau kekuasaan

menggunakan yang terdapat dalam barang-barang modal.

Ada pula jenis – jenis Modal seperti berikut :

1) Jenis Modal Berdasarkan sumbernya

Modal dikategorikan menjadi 2 yaitu Modal Internal dan Modal Eksternal.

 Modal Internal

Sumber modal internal adalah modal yang diperoleh dari kekayaan

seseorang atau perusahaan tersebut yang biasanya didapat dari hasil

penjualan. Perlu diketahui bahwa modal internal ini akan sulit untuk

mengembangkan bisnis karena sifatnya yang juga terbatas dan akan

terasa sulit untuk mengalami peningkatan yang signifikan. Beberapa

contoh modal internal adalah gedung, saham, kendaraan, laba yang

diinvestasikan kembali, dll.

 Modal Eksternal

Sumber modal eksternal adalah sumber modal yang diperoleh dari luar

perusahaan atau dana yang didapat dari para kreditur atau para

pemegang saham. Dengan adanya keterbatasan yang ada pada modal

internal, membuat modal eksternal penting karena sifatnya tidak terbatas.

Umumnya, modal eksternal ini bisa didapat dari pinjaman bank, koperasi

atau sumber lainnya. Modal juga bisa didapat dari para investor yang
29

menanamkan dananya pada perusahaan. Contoh lain dari modal

eksternal adalah utang dagang, gaji karyawan yang belum terbayar, dll.

2) Jenis Modal Berdasarkan Pemiliknya

Berdasarkan fungsinya, modal terbagi menjadi dua, yaitu modal sosial dan modal

perseorangan.

 Modal Sosial

Modal sosial adalah modal yang dimiliki oleh masyarakat yang nantinya

modal tersebut akan mampu memberikan keuntungan untuk mereka

dalam melakukan operasional produksi. Contoh dari modal sosial adalah

jalan raya, jembatan, pasar, pelabuhan, dll.

 Modal Perseoarangan

Jenis modal perseorangan adalah modal yang diperoleh dari mereka

yang memiliki fungsi untuk memudahkan berbagai aktivitas dan akan

memberikan laba pada pemiliknya. Contoh dari modal perseorangan ini

adalah deposito, properti pribadi, saham, dll.

3) Jenis Modal Berdasarkan Wujudnya

Modal juga terbagi berdasarkan bentuk atau wujudnya, yaitu modal abstrak dan

modal konkret.

 Modal Abstrak (Modal Pasif)

Modal abstrak adalah modal yang tidak bisa dilihat secara kasat mata,

namun tetap penting untuk keberlangsungan suatu perusahaan,


30

contohnya adalah hak cipta, pengetahuan, skill tenaga kerja, koneksi, hak

pendirian usaha, citra perusahaan, dll.

 Modal Konkret

Modal konkret merupakan modal aktif yang artinya bisa dilihat secara

kasat mata atau memiliki bentuk, contohnya adalah bahan baku, mesin,

gedung, kendaraan, gudang, dll.

4) Jenis Modal Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, jenis modal terbagi menjadi dua jenis, yaitu modal tetap

dan modal lancar.

 Modal Tetap

Modal tetap adalah modal yang bisa digunakan untuk keperluan kegiatan

produksi dalam kurun waktu yang lama atau untuk beberapa kali proses.

Contoh modal tetap adalah gedung, tanah, kendaraan, laptop, mesin, dll.

 Modal Lancar

Modal lancar adalah jenis modal yang akan habis terpakai dalam satu kali

proses produksi, contohnya adalah bahan bakar, bahan baku, dll.

Dalam memulai sebuah usaha, pebisnis diharuskan untuk menghitung modal

awal. Modal awal adalah modal yang pertama kali digunakan dan diperhitungkan.
31

Umumnya, modal awal memiliki nilai yang cukup besar dan akan mengalami

penyusutan dari waktu ke waktu. Secara sederhana, modal awal ini dapat

didefinisikan sebagai investasi usaha yang dikeluarkan di awal dan dipakai dalam

jangka waktu panjang untuk menjalankan serta mengembangkan usaha.

1. Menggunakan Modal Akhir, Laba, dan Prive

Cara pertama, Anda bisa menggunakan tiga besaran sekaligus yakni modal

akhir, laba, dan prive. Sebelum mulai menghitung, Anda perlu kenalan dulu

dengan ketiga besaran ini. Modal akhir adalah jumlah keseluruhan dana dalam

bisnis yang diperoleh dari penambahan modal awal ditambah dengan laba atau

rugi lalu dikurangi total prive.

Laba adalah keuntungan-keuntungan bersih yang didapatkan dari bisnis

tersebut. Sedangkan prive adalah penarikan sejumlah dana yang dilakukan oleh

pemilik bisnis untuk memenuhi keperluan di luar bisnis atau penggunaan pribadi.

Rumus modal awal yang menggunakan ketiga besaran ini adalah modal akhir

dikurang dalam kurung laba dikurangi prive. Berikut gambaran rumusnya.

Modal Awal = Modal Akhir – (Laba+Prive)

2. Menggunakan Capital Expenses dan Operational Expenses

Cara kedua yang bisa Anda terapkan adalah menggunakan capital expenses

dan operational expenses. Capital expenses adalah modal yang digunakan untuk

mendukung keberlangsungan bisnis. Peralatan yang digunakan dalam jangka

waktu lama termasuk dalam capital expenses. Sedangkan operational expenses

adalah modal awal yang digunakan untuk kepentingan operasional perusahaan.


32

Hal-hal yang termasuk dalam operating expenses adalah biaya sewa gedung,

gaji karyawan, biaya listrik, telepon, dan lain sebagainya. Dari dua jenis modal

diatas, Anda bisa menghitung modal awal. Modal awal dapat dihitung dari modal

capital expenses ditambah modal operational expenses, berikut gambaran

rumusnya.

Modal awal = Modal capital expenses + modal operational expenses

3. Menggunakan Modal Investasi, Modal Kerja, dan Modal Operasional

Cara ketiga yang bisa Anda lakukan untuk menghitung modal awal adalah

menggunakan komponen modal investasi, modal kerja, dan modal operasional.

Sebelum itu, Anda perlu tahu lebih dulu arti dari ketiga aspek ini. Modal investasi

adalah banyaknya uang yang dikeluarkan untuk kepentingan pembelian

peralatan perusahaan yang bernilai tinggi dan digunakan dalam jangka waktu

lama.

Modal kerja adalah sejumlah uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

barang atau bahan baku produksi dan bahan lain yang dibutuhkan untuk

mengembangkan bisnis. Sedangkan modal operasional adalah jumlah uang

yang dikeluarkan untuk membantu kegiatan operasional bisnis. Pada dasarnya,

modal operasional ini tidak memiliki kaitan dengan kegiatan produksinya.

Cara menghitung modal awal menggunakan metode ini terbilang sangat

sederhana dan mudah. Anda hanya perlu menjumlahkan ketiga komponen ini.
33

Berikut gambaran sederhananya.

Modal Awal = Modal Investasi + Modal Kerja + Modal Operasional

4. Menggabungkan Lima Komponen Sekaligus

Cara terakhir yang bisa diterapkan untuk menghitung modal awal adalah dengan

menggabungkan lima komponen sekaligus yakni modal akhir, pendapatan,

beban, pajak, dan prive. Berikut gambaran rumus dari kelima komponen ini.

Modal Awal = Modal akhir – seluruh pendapatan + seluruh beban + pajak +

prive

Permodalan adalah salah satu atribut yang penting untuk memulai suatu usaha

maupun mengekspansi suatu kegiatan usaha dalam berbisnis.

2.4.2. Pembiayaan

Sama halnya seperti permodalan, Pembiayaan adalah pendanaan untuk

berbagai kebutuhan seperti pengadaan barang, aset atau jasa tertentu.

Adapula Jenis jenis Pembiayaan sesuai keperluan tiap tiap individu dalam

menyikapinya.

Pembiayaan memiliki berbagai jenis yang dibedakan berdasarkan kegunaan

yang diberikan. Adapun jenis pembiayaan diantaranya: 

Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif adalah jenis pendanaan yang diberikan untuk kebutuhan

membeli barang-barang ataupun jenis kebutuhan lainnya yang merupakan

produk konsumsi bukan untuk usaha atau menghasilkan keuntungan.


34

Tujuannya agar dapat digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti

pembelian barang-barang konsumtif seperti handphone, pembelian atau renovasi

rumah, hingga barang-barang elektronik. 

Pembiayaan Produktif

Jenis pembiayaan ini diberikan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan

produksi. Artinya, tanpa adanya pembiayaan ini, maka kebutuhan tersebut tidak

dapat terwujud.

Pembiayaan ini diberikan untuk berbagai tujuan, seperti meningkatkan usaha,

baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

Pembiayaan Perdagangan

Jenis pembiayaan selanjutnya yaitu ditujukan untuk perdagangan atau

perniagaan. Dana yang diperoleh dari pembiayaan ini, akan digunakan untuk

membeli barang dagangan.

Pembayaran pembiayaan diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan

tersebut. Jenis pembiayaan ini hanya dapat diberikan pada pengusaha yang

terjun di usaha perdagangan.

Jenis Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktunya

Selain itu, pembiayaan juga dapat dibedakan berdasarkan jangka waktunya atau

jenis kontrak, diantaranya:

 Pembiayaan jangka pendek (short term): jangka waktu pembiayaan

dengan maksimal selama 1 tahun.


35

 Proses pembiayaan jangka waktu menengah (intermediate term):

minimum jangka pembiayaan adalah selama satu tahun dan maksimum

jangka pembiayaan adalah tiga tahun.

 Pembiayaan jangka panjang (long term): jangka waktu ini bisa belasan

bahkan puluhan tahun, tergantung kebijakan pemberi pembiayaan dan

persetujuan penerima pembiayaan. 

 Demand loan atau call loan: jenis pembiayaan yang memungkinkan

pemberi biaya dapat meminta kembali dana yang diberikannya sewaktu-

waktu atau kapan saja.

Jenis Pembiayaan Berdasarkan Jaminannya

Pembiayaan juga dapat terlaksana dengan atau tanpa adanya jaminan. Tujuan

jaminan adalah untuk menambahkan keyakinan bagi pemberi pembiayaan

bahwa dana yang dikeluarkannya dapat kembali atau mendapatkan ganti

setimpal sesuai kesepakatan.

Biasanya, jenis pembiayaan menggunakan jaminan merupakan berjangka waktu

panjang.  Jika di tengah jalan peminjam mengalami kredit macet, maka pemberi

pinjaman berhak atas apa yang dijaminkan.

Selain dengan jaminan, pembiayaan juga dapat terjadi tanpa jaminan. Hal ini

dilihat berdasarkan risiko kredit, prospek usaha yang dijalankan, loyalitas atau

pun nama baik dari calon peminjam selama ini.

Selama ini Pembiayaan kerap kali disebut sebagai utang, Pembiayaan bisa

sangat membantu apabila terjadi suatu masalah dan terdesak untuk membayar

beban keuangan.
36

2.4.3. Penerimaan

Seiring berjalannya sebuah usaha, Penerimaan dari hasil penjulan adalah aspek

yang tidak bisa lepas dari aspek finansial. Pada prinsipnya, penerimaan

(revenue) merupakan jumlah unit moneter (uang) yang diperoleh dari penjualan

output produksi.

Berikut Jenis – Jenis Penerimaan :

1) Total Revenue (TR) adalah penerimaan total dari hasil penjualan output.

TR = P . Q

2) Average Revenue (AR) adalah penerimaan per unit dari penjualan output.

AR = TR/Q = P.Q/Q = P Jadi AR = P

3) Marginal Revenue (MR) adalah kenaikan atau penurunan penerimaan

sebagai akibat dari penambahan atau pengurangan satu unit output.

MR = ΔTR / ΔQ

Keterangan :

P = Price / Harga

Q = Quantity / Jumlah Barang


37

Penerimaan adalah cara yang paling efektif untuk mengetahui potensi kelayakan

barang/produk dan memaksimalkan potensi penjualan.

2.4.4. Analisis R/C Ratio

Setelah mengetahui Aspek aspek finansial, pengujian kelayakan pada suatu

bidang usaha juga sangat diperlukan untuk menunjang keberlangsungan waktu

oprasional dan produksi. Maka dari itu analisis sangat diperlukan dalam suatu

usaha, sera melihat relatif keuntungan.

Munawir (2010) berpendapat bahwa, analisis R/C Ratio adalah merupakan

perbandingan antara total penerimaan dengan biaya. Semakin besar nilai R/C

semakin besar pula keuntungan dari usaha tersebut.

Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C rasio merupakan analisis untuk

mengukur pengujian kelayakan dengan menggunakan rasio penerimaan

(revenue) dan biaya (cost) analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur

tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Dengan kriteria,

hasil :

R/C > 1 berarti sebuah usaha sudah dijalankan secara efisien

R/C = 1 berarti sebuah usaha yang dijalankan pada titik impas atau Break Even

Point (BEP)

R/C < 1 berarti sebuah usaha yang dijalankan tidak layak


38

Sari (2011) memaparkan menurut Rahmanto et al, (1998) dalam elisabeth et al

(2006) secara sederhana dapat ditulis rumus perhitungan R/C rasio :

Penerimaan = Pq . Q

Total Biaya = TFC + TVC

R/C ratio = {( Pq . Q) / (TFC + TVC)}

Keterangan :

Pq = Harga output

Q = Output

TFC = Total Biaya Tetap (fixed cost)

TVC = Total Biaya Variabel (variable cost)

Analisis R/C Rasio memang sangat efektif untuk menguji kelayakan sebuah

usaha dan melihat prospek sebuah usaha.

2.4.5 Break Even Point (BEP)

dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam

operasinya tidak  memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.

Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol.

Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya

tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya
39

variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan

sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya

akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya 

variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

Break Even Point menurut para ahli (Hansen dan Mowen (1994 : 16)

mengemukakan bahwa “Break Even Point is where total revenues equal total

costs, the point is zero profits” yang berarti ialah  ” BEP adalah di mana total

pendapatan biaya total yang sama, intinya adalah nol keuntungan”. Sedangkan

menurut Ross, Randolph, dan Bradford (1998 : 309) menyatakan “Break even

analysis is popular and commonly used tool for analyzing the relationship

between sales volume and profitability”, yang berarti ialah “BEP ialah Impas

analisis alat populer dan sering digunakan untuk menganalisis hubungan antara

volume penjualan dan profitabilitas.”

Rumus Menentukan Tingkat Break Even Point (BEP) / Titik Impas

Mathematical Approach

BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:

BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)

Fixed Cost

BEP =                                                          = Rp………(rumus 2)

Sales price/unit

1 –  variabel cost/unit

Formulasi break even point yang dikembangkan:


40

Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan

tetapi  juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita

formulasikan secara  sederhana sebagai berikut:

BEP  ->  TR = TC

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume,

Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas

sehingga menjadi lebih flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi yang 

berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana seperti

dibawah ini:

TR = TC

TR – TC = 0

Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :

TR = Unit Price x Qty

Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang  mana kita semua tahu bahwa dalam

Cost  Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed

Cost”, maka  turunan dari TC adalah:

TC = Variable Cost + Fixed Cost

Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:


41

TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost

Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat

persamaan linear secara penuh untuk kondisi “Break Even Point”:

TR – TC = 0

[Qty x Unit Price] – [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau

[Qty x Unit Price] – [Qty x Unit VC] – Fixed Cost = 0

Qty x [Unit Price – Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Graphical Approach

Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau

bagan, dengan grafik break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan

antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Secara grafis titik break

even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.

Jadi, Break Even Point adalah suatu kondisi pada sebuah usaha dimana usaha

tersebut tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian, atau bisa di bilang

berada pada titik nol/titik impas. Agar sebuah usaha tidak mengalami kondiasi
42

Break Even Point karena tidak memperoleh untung, maka dibutuhkannya sebuah

Analisis. Analisis Break Even Point yaitu dapat berguna untuk pimpinan agar

mempermudah mengambil keputusan. Diantaranya untuk menentukan jumlah

minimal penjualan yang harus dipertahankan dan target yang harus dicapai

untuk memperoleh keuntungan.

Keuntungan (Sunaryo) , keuntungan (laba) adalah selisih antara total

pendapatan dengan total biaya yang merupakan insentif bagi produsen

untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen

untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu.

2.4.6 Keuntungan

atau profit dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama laba dalam ilmu

ekonomi adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya implisit

maupun biaya eksplisit). Biaya implisit termasuk biaya kesempatan yang terjadi

ketika perusahaan memilih untuk menggunakan faktor produksi tertentu.

Sementara itu, Keuntungan dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara

harga penjualan dengan biaya produksi. Keuntungan merupakan elemen yang

paling menjadi perhatian karena diharapkan cukup untuk merepresentasi kinerja

perusahaan secara keseluruhan.

Menurut beberapa ahli ekonomi dan manajemen bisnis, mereka membagi laba

ke dalam empat jenis, yaitu:

1. Laba Kotor Atas Penjualan

Jenis laba yang pertama adalah laba kotor atas penjualan. Maksud dari laba

usaha ini adalah selisih dari penjualan bersih dalam periode tertentu dan harga
43

pokok penjualan (HPP) dari sebuah produk yang ditawarkan atau dijual.

 Kemudian, laba yang ada pun belum dikurangi dengan biaya lainnya. Itu dia

disebut laba kotor atas penjualan.

2. Laba Bersih Operasional

Berikutnya ada laba bersih operasional. Laba bersih ini didapatkan dari

mengurangi laba kotor atas penjualan dengan biaya-biaya lainnya.

 Seperti, biaya administrasi, umum, maupun biaya penjualan. Laba bersih

operasional memerlukan adanya efisiensi yang ketat. 

 Contohnya, biaya-biaya yang berhubungan dengan karyawan seperti, upah

lembur, dan lainnya. 

3. Laba Bersih Sebelum Pajak

Ketiga, ada laba bersih sebelum pajak. Artinya, laba bisnis diperoleh dari

pendapatan milik bisnis sebelum dipotong biaya pajak yang harus dibayarkan.

4. Laba Bersih Setelah Pajak

Jenis-jenis laba usaha yang terakhir adalah laba bersih setelah pajak.

Seperti namanya, laba ini merupakan laba bersih perusahaan yang diperoleh

dengan mengurangi pajak penghasilan.


44

Rumus Menentukan Keuntungan

1. Rumus Laba Kotor:

Laba Kotor = Pendapatan Bersih – Harga Pokok Penjualan

Contoh cara menghitung laba usaha kotor sebagai berikut:

Diketahui ada pendapatan bersih sebanyak Rp3.500.000 dengan harga pokok

penjualannya Rp750.000. Maka berapa total laba kotor yang didapat?

Jawaban:

Laba Kotor = Pendapatan Bersih – Harga Pokok Penjualan

= (Rp 3.500.000) – (Rp 750.000)

= Rp 2.750.000

Dengan itu, laba kotor dari hasil usaha tersebut adalah Rp2.750.000.

Namun, jangan merasa puas dulu. Sebab, laba kotor yang dihasilkan cukup

besar dikarenakan belum dikurangi lagi dengan biaya overhead atau

pengeluaran yang tak tentu.

2. Cara Menghitung Laba Bersih

Jelaskan cara menghitung laba usaha seperti laba bersih, laba kotor dalam bisnis

atau penjualan

– cara menghitung laba bersih —

– cara menghitung laba kotor —


45

– rumus laba bersih —

– rumus laba kotor–

Setelah mengetahui cara menghitung laba usaha kotor, kini saatnya kamu

mencari angka dari penjualan bersih terlebih dahulu.

Cara menghitung laba usaha bersih adalah mengurangi pendapatan usaha

dengan semua biaya yang sudah keluar transaksi penjualannya.

Rumus Laba Bersih:

Laba Bersih = Pendapatan – Biaya Produksi Tetap – Biaya Overhead

Contoh cara menghitung laba bersih adalah sebagai berikut:

Diketahui jumpah pendapatan minggu ini di suatu bisnis adalah Rp3.500.000

dengan biaya produkti tetapnya Rp750.000. Kemudian, tadi kita sudah

menemukan biaya overhead sebesar Rp2.750.000. Maka, berapa laba bersih

yang akan didapat?

Jawaban:

Laba Bersih = Pendapatan – Biaya Produksi Tetap – Biaya Overhead

= (Rp 5.000.000) – (Rp 750.000) – (Rp 2.750.000)

= Rp 1.500.000

Itulah jumlah laba bersih atau keuntungan bulanan yang kamu miliki dari usaha

pribadimu.
46

Penjualan bersih sebenarnya tidak selalu dalam bentuk kas namun, bisa juga

berupa piutang yang disebabkan adanya penjualan tidak memakai transaksi

tunai.

3. Cara Menghitung Laba Rugi

Cara menghitung laba usaha selanjutnya adalah laba rugi.

Unsur-unsur penting untuk menghitung laba rugi adalah laporan yang

menyajikan sumber pendapatan dan beban suatu perusahaan selama priode

akuntansi.

Rumus Menghitung Laba Rugi:

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha

Laporan laba rugi penting dibuat untuk menetapkan berapa harga jual kepada

konsumen. Sehingga, kamu dapat menikmati keuntungan dan mencapai tujuan

balik modal.

4. Cara Menghitung Biaya Harga Pokok Penjualan (HPP)

Selanjutnya, cara menghitung laba usaha harga pokok penjualan (HPP).

Seorang pengusaha harus mengetahui HPP terlebih dahulu agar mendapatkan

biaya total untuk mendapat atau membuat barang tersebut.

Biaya ini ditambah dengan biaya lainnya serta keuntungan dari harga jual.

Kemudian, harga pokok penjualan secara keseluruhan pun dikeluarkan untuk

memperoleh barang yang dijual.

Rumus Menghitung Harga Pokok Penjulan:


47

HPP = Bahan baku yang digunakan + Total produksi ( BTKL + Overhead pabrik )

+ Saldo akhir persedian (saldo awal persedian – saldo akhir persedian )

Keuntungan atau nama lain Laba, ialah penghasilan yang didapatkan oleh suatu

usaha. Keuntungan menjadi alasan masyarakat untuk berusaha. Maka memang

keuntungan harus diraih dengan cara-cara tertentu. Keuntungan yang

didapatkan bisa berupa keuntungan bersih, keuntungan kotor. Mengapa

keuntungan dibagi memiliki alasannya yaitu agar suatu usaha memiliki acuan

untuk mengeatahui keuntungan yang didapatkan dari suatu usaha itu merupakan

keuntungan mutlak atau tidak. Menurut akuntansi juga keuntungan merupakan

suatu komponen penting dalam setiap usaha.

2.4.7 Rentabilitas

Menurut Sutrisno (2003:18), rasio rentabilitas merupakan rasio keuangan yang

mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya.

Dikutip dari Riyanto (2001:36), rasio rentabilitas adalah perbandingan antara laba

usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipakai untuk mendapatkan

laba tersebut dan dinyatakan dalam bentuk persentase.

Sederhananya, rasio rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan sebuah laba dengan aktiva atau modal yang dimilikinya. Hal ini

menjelaskan bagaimana sebuah aset dapat mengembalikan modal. Itulah

sebabnya dalam bahasa Inggris istilahnya menjadi Basic Earning Power.

Rasio rentabilitas juga digunakan untuk proses pengambilan keputusan tentang

pendanaan investasi. Pilihannya adalah apakah akan menggunakan modal


48

sendiri atau berutang dari modal asing.

Rasio rentabilitas banyak diperbandingkan dengan perhitungan profitabilitas.

Sebenarnya keduanya sangat berbeda dari komponen yang dihitung, yaitu

profitabilitas menunjukkan jenis laba yang diperoleh, sedangkan rentabilitas

menunjukkan berapa banyak laba bersih yang diperoleh.

Perhitungan ini memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu volume

penjualan, efisiensi manajemen terutama dalam hal menekan biaya, produktivitas

tenaga, dan biaya modal.

Rumus Rasio Rentabilitas

Untuk melakukan perbandingan dalam mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba pada periode tertentu. Rumus umum yang digunakan

adalah laba yang dihasilkan dibagi dengan modal yang dikeluarkan untuk

menghasilkan laba.

Rasio Rentabilitas = Jumlah Laba / Modal yang digunakan x 100%

Perhitungan ini berkaitan erat dengan kondisi keuangan yang sehat. Semakin

besar nilai rasionya maka kondisi perusahaan semakin sehat.

Manfaat Rasio Rentabilitas

Menggunakan perhitungan ini memiliki sederet manfaat, yaitu:

 Untuk mengukur perolehan laba dalam satu periode tertentu

 Untuk menilai posisi laba dari tahun ke tahun

 Untuk mengevaluasi perkembangan laba dari waktu ke waktu

 Untuk mengetahui perbandingan laba sebelum pajak dengan total aset


49

 Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan, baik modal

sendiri atau modal pinjaman

Jenis-Jenis Rasio Rentabilitas

Berdasarkan sumber modal yang digunakan oleh perusahaan, terdapat dua jenis

rasio rentabilitas, yaitu:

1. Rentabilitas usaha

Rentabilitas usaha sering juga disebut rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas

usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang

berasal dari modal keuangan sendiri, tidak melibatkan modal asing.

Rumus rentabilitas usaha adalah:

= EAT / Modal Sendiri x 100%

EAT (Earning After Tax) adalah laba usaha setelah pajak penghasilan,

sedangkan modal sendiri adalah total modal dikurangi dengan modal asing.

2. Rentabilitas ekonomi

Rentabilitas ekonomi merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba yang berasal dari modal sendiri dan modal asing. Ada juga yang

mendefinisikan rentabilitas ekonomi sebagai kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi ini

adalah profit margin.

Adapun rumus rentabilitas ekonomi adalah:

= Laba / Modal x 100%.


50

Perhitungan Rasio Rentabilitas

1. Profit Margin

Profit margin adalah cara mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dalam tingkat penjualan tertentu. Perhitungan profit margin ini

bisa diketahui melalui laporan laba-rugi di bagian baris paling akhir.

Rumus menghitung profit margin yaitu:

Profit Margin = (Total penjualan – Harga pokok penjualan) : Total penjualan.

2. Gross Profit Margin

Ada dua cara menghitung gross profit margin. Yang pertama yaitu, menghitung

berapa laba murni yang bisa dihasilkan perusahaan. Semakin besar nilai gross

profit margin maka semakin efisien aktivitas yang dilakukan perusahaan.

Gross profit margin memang dapat dijadikan indikator kesehatan suatu

perusahaan. Adapun rumus cara menghitungnya adalah:

Gross Profit Margin = (Operating revenue – Operating expense) : Operating

revenue.

Yang kedua yaitu, menghitung berapa besar pendapatan laba kotor yang

dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu. Semakin besar nilai gross

profit margin maka semakin besar laba yang akan dihasilkan.

Laba kotor adalah laba sebelum dikurangi biaya operasional dan produksi.

Setelah mendapatkan nilai laba kotor, maka perhitungan gross profit margin akan

diperoleh. Adapun rumus cara menghitungnya adalah:


51

Gross Profit Margin = Laba kotor / Pendapatan penjualan.

3. Net Profit Margin

Perhitungan ini adalah kebalikan dari gross profit margin, yaitu menghitung dari

laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Rumusnya adalah:

Net Profit Margin = EAT : Pendapatan bersih x 100%

Net profit margin adalah rasio yang menghitung berapa besar laba bersih yang

dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan pendapatan bersihnya.

Semakin tinggi nilai rasio net profit margin, maka semakin besar laba bersih yang

dihasilkan.

Net profit margin banyak digunakan untuk mengukur efisiensi dari manajemen

dalam mengelola perusahaan. Net profit margin juga dipakai oleh para investor

untuk memperkirakan profitabilitas di masa yang akan datang.

4. Return on Investment (ROI)

Return on investment adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba yang sebesar-besarnya dibandingkan dengan besarnya

investasi yang telah dilakukan. Laba yang digunakan dalam perhitungan ini

adalah laba bersih setelah dikenakan pajak (Earning After Tax).

Adapun rumus cara menghitung return on investment adalah:

ROI = (total penjualan – investasi) / investasi x 100%.

5. Return on Assets (ROA)


52

Return on assets adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan memberdayakan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Laba yang

digunakan untuk perhitungan ini adalah laba sebelum terkena bunga bank dan

pajak atau disebut Earning Before Interest and Tax (EBIT).

Adapun rumus perhitungan return on assets adalah:

ROA = Laba setelah pajak / total asset

Rasio Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sebuah

laba dengan aktiva atau modal yang dimilikinya. Berdasarkan sumber dayanya,

terdapat dua jenis yaitu rentabilitas usaha dan rentabilitas ekonomi. Sedangkan

perhitungannya ada lima yaitu profit margin, gross profit margin, net profit margin,

return on investment, dan return on assets. Masing-masing memiliki manfaat

untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Perlu

diketahui bahwa laba yang besar saja tidak berarti mencerminkan efisiensi kerja

perusahaan. Untuk itulah dipergunakan rasio-rasio untuk menghitung kinerja laba

perusahaan, dan menjadi bahan evaluasi dalam mengelola manajemen laba.

Anda mungkin juga menyukai