Anda di halaman 1dari 240

1

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
1. Setiap orang yang dengan atau tanpa hak melakukan pelanggaran terhadap
hak ekonomi yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan ancaman pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta
rupiah)
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk peggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp. 1. 000. 000.000 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud ayat (3) yang di- lakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.
000.000 (empat miliar rupiah).

2
PERSEMBAHAN

Disertasi kupersembahkan kepada:


Ayahku
Ibundaku
Sosok yang selalu mendampingiku
Istri tercinta
Anak-anakku tersaya

3
ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER
Penulis:
Dr. Abdul Halim, S.Ag., M.Ag
Prof. Dr. Maisah, M.Pd.I
Dr. H. Kasful Anwar. US, M.Pd

Editor : Dr. Jalaluddin, M.Pd.I


Layout : Team WADE Publish
Design Cover : Team WADE Publish
Sumber Gambar: https://www.freepik.com/

Diterbitkan oleh:

Anggota IKAPI 182/JTI/2017

Cetakan Pertama, Desember 2019


ISBN: 978-623-7548-36-2

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfoto- copy, merekam atau
dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa seizin tertulis dari Penerbit.

15x23 cm

4
KATA PENGANTAR PENULIS

Buku ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian per- syaratan


untuk memperoleh gelar Doktor (S3) Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
Penulisan buku ini, dilandasi beberapa kajian literatur yang
berhubungan dengan analisis kebijakan nasional dan pen- didikan
karakter. Buku ini ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan yang
dilaksanakan pada Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Jambi. Rasa
syukur penulis ucapkan, atas terselesaikan- nya penulisan buku dengan
judul: Analisis Kebijakan Pen-
didikan Karakter.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu demi kelancaran dalam penyelesai- an buku ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. A. Husein Ritonga MA selaku Direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi.
2. Ibu Prof.Dr. Maisah, M.Pd.I dan Bapak Dr.H. Kasful Anwar, US,
M.Pd selaku promotor dan Co-Promotor.
3. Ibu Dr. Risnita M.Pd selaku wakil direktur Pascasarjana UIN STS
Jambi
4. Kepala Kesbanglinmas provinsi Jambi yang telah
memberikan izin penelitian.
5. Kepala MAN Model Jambi, Bapak Ambok Pera Afrizal, MA.
6. Kepala MAN 1 Kuala Tungkal, Bapak Muswadi, S.Ag, M.Pd.I.
7. Kepala MAN Bangko, Bapak Tri Sulistyo, S.Pd, MA.

5
8. Para guru, staf, dan siswa MAN Model Jambi, MAN 1 Kuala
Tungkal, MAN Bangko.
9. Bapak dan ibu Dosen Pascasarjana UIN STS Jambi.
10. Bapak dan ibu Staf Pascasarjana UIN STS Jambi.
11. Kedua orang tua
12. Istri dan anak-anak
13. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi.
14. Semua yang tidak dapat peneliti sampaikan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, saran dan


tanggapan guna penyempurnaan disertasi ini, akan penulis terima,
semoga disertasi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya
penulis ucapkan terima kasih.

Jambi, November 2019


Penulis,

Abdul Halim
NIM: DMP.16.138

6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENULIS..................................................5


SAMBUTAN DIREKTUR PASCASARJANA UIN STS
JAMBI................................................................................................7
DAFTAR ISI.....................................................................................9

BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN..........................................................................11
A. Latar Belakang........................................................................11
B. Tujuan dan Kegunaan Penulisan............................................37

BAGIAN KEDUA
STUDI TEORETIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
KARAKTER....................................................................................39
A. Analisis Kebijakan.................................................................39
B. Pendidikan Karakter...............................................................56
C. Undang-Undang dan Peraturan tentang
Kebijakan Nasional terhadap Pendidikan
Karakter..................................................................................78

BAGIAN KETIGA
DESKRIPSI MAN JAMBI...........................................................83
A. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Jambi.....................83
1. Sejarah MAN Model Jambi...........................................83
2. Visi MAN Model Jambi.................................................86
3. Misi MAN Model Jambi................................................87
4. Tujuan Pendidikan MAN Model Jambi.........................88
5. Data Identitas Madrasah.................................................89
6. Letak geografis...............................................................90
7. Tenaga pendidik.............................................................90
8. Tenaga Kependidikan.....................................................96
9. Keadaan Peserta Didik...................................................97
10. Sarana dan Prasarana......................................................98
B. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Kuala Tungkal..............100
1. Sejarah MAN I Kuala Tungkal....................................100
2. Tujuan MAN I Kuala Tungkal.....................................101

9
3. Visi MAN I Kuala Tungkal.........................................102
4. Misi MAN I Kuala Tungkal.........................................102
5. Letak Geografis............................................................103
6. Tenaga Pendidik...........................................................103
7. Tenaga Kependidikan...................................................106
8. Peserta didik.................................................................107
9. Sarana Prasarana..........................................................108
C. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangko............................108
1. Sejarah MAN Bangko..................................................108
2. Visi MAN Bangko.......................................................110
3. Misi MAN Bangko.......................................................110
4. Data Identitas MAN Bangko........................................110
5. Tujuan MAN Bangko...................................................111
6. Tenaga Pendidik...........................................................111
7. Tenaga Kependidikan...................................................114
8. Peserta didik.................................................................115
9. Sarana dan Prasarana....................................................116

BAGIAN KEEMPAT
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL KEBIJAKAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI MAN JAMBI.....................119
A. Dasar-Dasar Pemerintah Mengeluarkan
Kebijakan Nasional Tentang Pendidikan Karakter
di Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi.................................119
B. Analisis Kebijakan Nasional Tentang Pendidikan Karakter di
Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi.....................................136
C. Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah
Aliyah Negeri di Provinsi Jambi..........................................171
D. Implementasi Kebijakan Nasional Belum Mampu
Mencapai Standar Pendidikan Karakter di
Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi.....................................215

DAFTAR PUSTAKA...................................................................225
RIWAYAT HIDUP PENULIS...................................................235

10
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fakta historis pasca reformasi 1998 bangsa Indonesia
menghadapi banyak tantangan dan permasalahan dari berbagai aspek.
Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan, feno- mena
maraknya korupsi, terorisme, plagiatisme naskah, anarkis- me, LGBT,
tawuran, bullying, tindakan asusila dan amoral serta banyak lagi yang
lain. Arus modernisasi yang begitu kencang juga banyak memberi
perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia secara umum.
Globalisasi sebagai anak kandung modernisasi secara serta merta juga
memberikan pengaruh negatif yang mengarah pada krisis moral dan
akhlaq. Krisis ini sudah menjalar hampir ke seluruh aspek kehidupan
dan elemen bangsa.
Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan
kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah
sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada
populasi manusia untuk hidup bersama dalam ke- damaian serta
membentuk dunia yang dipenuhi dengan ke- bajikan, yang bebas dari
kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral.1
Fenomena ini dalam analisis peneliti berawal dari kele- mahan
dunia pendidikan dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi yang
turut bertanggungjawab membenahi moralitas

1 Hasirah, Pendidikan Budi Pekerti dalam Membentuk Karakter Siswa di Sekolah Menengah
Pertama, (Jurnal Mau’izhah Akademika/Vol. 3/No.02/Oktober 2014), hal. 777.

11
anak bangsa. Di antara lembaga/ institusi pendidikan yang paling dekat
dengan pembinaan moral dan akhlak anak bangsa adalah sekolah.
Kegagalan pembentukan moral dan akhlak anak bangsa pada fakta
tersebut berawal dari konten materi pelajaran yang diberikan kepada
siswa di sekolah yang tidak korelatif terhadap pengembangan nilai-
nilai karakter peserta didik. Di sisi lain, sebagai bangsa yang kaya akan
nilai-nilai tradisi dan budaya, sudah sejak lama warisan nilai tradisi dan
budaya ter- sebut menjadi banteng pengaman bagi kekuatan moral anak
bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan dunia.
Menyadari kondisi ini, pemerintah berupaya mengintegrasikan nilai-
nilai tradisi dan budaya lokal tersebut ke dalam kurikulum
pembelajaran sekolah dalam bentuk kurikulum muatan lokal di
sekolah-sekolah.
Sekolah menjadi sorotan utama bagi pembinaan dan
pembentukan moral dan akhlaq belakangan ini lebih akrab disebut
dengan “karakter”-anak. Memang benar, dunia pendi- dikan bukan
satu-satunya yang bertanggungjawab atas pem- bentukan karakter anak
bangsa. Namum, melalui pendidikanlah peradaban masyarakat
terbentuk, sebab itu, dunia pendidikan juga sangat sering disebut
sebagai agen perubahan atau agent of change. Bagaimanapun,
pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup
dan kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya suatu komunitas
manusia, me- merlukan adanya pendidikan.
Sekolah merupakan salah satu wadah komunitas manusia untuk
mengenyam pendidikan formal. Sekolah dasar merupakan basis
pembentuk awal bagi moral dan budi pekerti komunitas manusia
tersebut yang disebut dengan siswa atau anak didik. Sekolah dasar
merupakan Institusi terendah dan paling ber- pengaruh dominan bagi
terbentuknya karakter suatu siswa atau anak didik sebagai generasi
perubahan komunitas manusia di masa akan datang. Melalui kurikulum
dan proses pembelajaran yang telah direncanakan oleh sekolah, para
peserta didik

12
terbentuk. Pendidikan menjadi sangat penting bagi setiap komu- nitas
masyarakat. Pendidikan merupakan kebutuhan utama anak bangsa
dalam menghadapi dan menjalani kehidupannya di masa yang akan
datang. Pendidikan merupakan sarana pembentuk karakter anak bangsa
baik karakter pribadi maupun karakter publik.
Lembaga pendidikan seperti sekolah ini dibentuk untuk
menciptakan Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Peranan
sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka
sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan
memperhalus tingkah laku anak didik.2 Sekolah merupakan sebuah
lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan kualitas sumber
daya manusia, dalam menjalakan kinerja kelembagaan pendidikan
harus mempertim- bangkan banyak hal diantaranya kebijakan yang
lahir dalam sistem sekolah. Pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah tidak hanya memprioritaskan perkembangan aspek kognitif
atau pengetahuan peserta didik, yang lebih penting di era millenial
yakni perkembangan individu sebagai pribadi yang unik serta utuh.
Pendidikan juga merupakan upaya untuk memajukan
budi pekerti, pola pikiran, dan jasmani anak yang selaras dengan alam
dan masyarakatnya3. Kata pendidikan bukanlah suatu istilah baru yang
asing dan sulit bagi masyarakat Indonesia. Sebab itu, pendidikan bagi
masyarakat Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang tidak
terpisahkan dari berbagai aspek kegiatan kehidupan sehari-hari. Terkait
dengan upaya yang dilakukan berbagai kalangan untuk memajukan
budi pekerti anak bangsa, secara sadar atau tidak sesungguhnya
pendidikan karakter menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam
proses pendidikan yang dilalui siswa.

2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 2012), hal. 49.


3 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra; Internalisasi Nilai-nilai Karakter
melalui pengajaran Sastra, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013, hal. 2.

13
Karakter merupakan kepribadian atau akhlak seseorang yang
digunakan sebagai landasan dalam menentukan cara pandang, bersikap,
berfikir, dan bertindak. Narvaez mengatakan “character is the set
psychological characteristic that motivate and enable an individual to
function as a competent moral agent4. Bahwa karakter yang ada dalam
diri seseorang dapat membentuk moral seseorang. Karakter baik akan
membentuk moral yang baik, begitu sebaliknya. Jika didefinisikan,
karakter berasal dari kata character Bahasa Ingris yang dirujuk dari
Bahasa Yunani charassein yang berarti to engrave (melukis,
menggambar). Selan- jutnya character diartikan sebagai tanda atau ciri
khusus. Sebab itu, karakter kemudian diartikan dalam banyak kamus
sebagai “sifat”,”akhlak”,”budi pekerti” yang menjadi ciri khas
seseorang5.
Darmiyati Zuchdi mengatakan bahwa pendidikan karakter
bersifat holistic menyeluruh atau komprehensif, menyangkut banyak
aspek yang terkait menjadi satu kesatuan. Pendidikan karakter yang
bertumpu pada strategi tunggal sudah tidak memadai untuk dapat
menjadikan peserta didik memiliki moral yang baik6.
Pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan
bersama-sama dengan orang tua dan anggota masya- rakat untuk
membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat
peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.7 Berdasarkan pengertian
ini, terlihat jelas bahwa pendidikan karakter atau pembentukan karakter
seseorang dapat dilakukan pada seseorang yang masih anak-anak atau
remaja. Proses pengubahan sifat, kejiwaan, akhlak, budi pekerti
seseorang atau

4Nucci L dan Narvaez D, Hnadbook of Moral and Character Education, (New York :
Routledge, 2008), hal. 415.
5Arnold Jacobus,dkk, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Melalui Keteladanan

dan Pembiasaan, Jurnal JPDI Vol I Nomor 2 bulan September 2016, hal.25-29.
6 Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan – Menemukan kembali Pendidikan yang

Manusiawi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hal.35.


7Darwanto, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta : Gaya Media, 2013),

hal.85.

14
kelompok orang agar menjadi dewasa atau dalam Bahasa agama Islam;
menjadi insan kamil merupakan kegiatan pendidikan karakter yang
hanya bisa dilakukan pada level anak-anak dan remaja.
Orang tua dan guru memiliki peran besar dalam pembentukan
karakter anak, sebagaimana dijelaskan dalam Al-
ۡ َ
Qur’an berikut ini:
ِ ِ
‫ۡوإ َقا ۡ ل ل ن ل ۡبنهۦ و ُه َو َيع ُظ ُهۥ َي َٰ ُب َ ََّن َلٱ تُ ۡ ِۡش ۡك بٱ ِّۖلل إن‬
‫ٱ‬

‫ٱل ِۡش َك ل ُظۡل‬ َٰ ‫ذ ق َم‬


ِ

٣١ ‫عِظمي‬
Artinya: “Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya memper-
sekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.
(Q.S. Luqman: 13)8
Dan dilanjutkan pada surah Luqman ayat 17
‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ۡ ‫ٱ‬
ۡ ۡ َ
‫ِ قم ٱ لصل ٰو َة و ٱ ُم ۡر بٱ ل َم ۡع ُروف وٱ ۡن َه َ عن ٱ ٓ ل ُمن ِۖ ِر وٱ ۡص‬
َ ‫ِۡب َع َٰل ما َٱصا َب ك َي َٰ ُب‬

‫َّن‬
‫ٱ‬
ُ‫إن ذَٰ ِ َِل من ع ۡز ِم ٱ ۡ ل‬
٧١ ‫ُمو ِر‬
Artinya: “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah manusia
berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguh- nya yang demikian itu termasuk perkara yang
penting. (Q.S. Luqman: 13)9

Karakter seseorang memiliki banyak pengaruh terhadap


keseluruhan aspek kehidupan seseorang. Bagi anak dan remaja,
karakter memiliki peran yang sangat besar bagi berbagai prestasi yang
diperolehnya di sekolah. Karakter menjadi pembeda antara
15
8Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an Tiga Bahasa (Depok: Al- Huda,
2009), hal. 802.
9Ibid., hal. 803.

16
satu anak dengan anak yang lain. Karakter seseorang juga memiliki
hubungan yang kuat dengan pola pengasuhan anak sehari-hari dalam
keluarga, lingkungan dan masyarakat. Pendidikan karakter menjadi
sangat penting karena memiliki tujuan untuk menerapkan nilai-nilai
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter merupakan
proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuh- nya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga,
rasa, dan karsa10. Pendidikan karakter merupakan proses penanaman
nilai-nilai karakter atau pengembangan etika melalui olah pikir, olah
rasa, olah raga, dan olah karsa yang meliputi komponen pengetahuan,
keasadaran, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter tidak hanya
bersumber dari ajaran agama un-sich, tetapi juga bersumber dari nilai-
nilai dan ajaran yang terkandung dalam kearifan local.
Kemajuan suatu bangsa dan daerah ini tidak akan
terwujud jika kecerdasan, kepandaian atau keterampilan sumber daya
manusianya tidak dilandasi dengan keimanan dan akhlak yang mulia.
Kepandaian dan keterampilan tanpa moral dan akhlak yang mulia akan
menjerumuskan dan mencelakakan. Dimensi moral erat kaitannya
dengan dimensi watak. Maka krisis moral dapat diatasi dengan
pembinaan watak.11
Pelaksanaan pembinaan watak atau karakter peserta didik di
sekolah menjadi tanggung jawab semua elemen sekolah, baik tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan sampai kepada peran aktif orang tua.
Pembinaan watak di sekolah merupakan suatu proses yang
membutuhkan waktu lama guna mengubah watak siswa yang amoral
menjadi bermoral, proses tersebut bukanlah proses yang bisa dilakukan
sekali jadi. Semua pihak sekolah baik

10Novan A Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar; Konsep dan Strategi,
(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal.27-28.
11Rohinah M. Noor, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra: Solusi Pendidikan Moral yang
Efektif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), hal. 44.

17
kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling, OSIS,
bahkan siswa itu sendiri menjadi bagian penting yang terlibat aktif
dalam membentuk karakter anak di sekolah.
Pada proses pendidikan, guru dan kepala sekolah adalah
komponen yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat yang
paling mendasar dan mereka memerlukan bantuan- bantuan khusus
dalam memecahkan masalah mereka. Bantuan khusus sesuai dengan
tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan
kurikulum.12
Bentuk kenakalan dan perilaku menyimpang dari para siswa
menjadi beban tambahan sekaligus sumber kepedulian utama bagi
guru. Bentuk kenakalan siswa yang sering terjadi di sekolah seperti
membuang sampah di sembarang tempat apalagi sampah permen karet
yang sering menimbulkan permasalahan antar siswa, berkelahi,
mencuri, tidak disiplin dalam belajar, sering bolos, dan bahkan terdapat
beberapa siswa yang menjadi pecandu obat-obat terlarang. Perilaku
menyimpang tersebut sering kali menyebabkan terjadinya konflik di
lembaga pendidikan.
Pentingnya pendidikan karakter yang komprehensif dan terukur
bagi masyarakat dan anak bangsa ini, menjadi perhatian besar
pemerintah Republik Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir. Hal ini
dibuktikan dengan lahirnya beberapa undang- undang dan peraturan
yang mempertegas signifikansi pen- didikan karakter di seluruh satuan
pengelola pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang memiliki tujuan
yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini harus
diwujudkan dengan pendidikan yang memanusiakan manusia
Indonesia.
12 Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah: Untuk Mahasiswa, Guru, dan Peserta
Kuliah Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 152.

18
Standar pendidikan nasional berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional
pendidikan bertujuan menjamin mutu pen- didikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermar- tabat. Standar nasional pendidikan
disempurnakan secara terencana, terarah dan berkelanjutan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.13
Sistem pendidikan mengandung proses pendidikan khususnya di
sekolah yang bekerja untuk langsung atau tidak langsung mencapai
tujuan pendidikan. Proses ini merupakan interaksi fungsional antara
komponen-komponen pengambil kebijakan pendidikan pada
pemerintah di pusat, pemerintah di daerah provinsi dan kabupaten/kota,
serta penyelenggara pendidikan di sekolah merupakan penjabaran
tujuan pendidikan nasional. Semua masukan pendidikan disusun
menurut pola tertentu menjadi bagian baik dalam bentuk jenjang
maupun jenis pendidikan yang mempunyai hubungan fungsional
mencapai suatu tujuan.14
Garis besar kebijakan pendidikan nasional sebagaimana tertuang
dalam padal 31 UUD 1945, yang menyatakan bahwa:
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta takhlak mulia dalam rangka men- cerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan Undang- Undang.

13Mukhtar dkk, Pengelolaan Madrasah Bermutu, (Jambi: Salim Media Indonesia, 2017), hal.
7
14 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan: Pembuka

Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi
Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 17.

19
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya duapuluh persen dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyeleng- garaan
pendidikan nasional.
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.15

Amanat kebijakan pendidikan nasional dirumuskan ke dalam


fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yakni pendidikan yang
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan anak bangsa. Kebijakan nasional pendidikan bertujuan
mengembangkan potensi anak didik men- jadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia,
sehat jasmani dan rohani, berilmu, kecakapan, bersikap mandiri dan
kreatif, dan menjadi bagian dari warga negara yang bertanggung jawab.
Pendidikan sangat rentan dengan isu-isu kebijakan yang sering
muncul akibat ketimpangan pengambilan kebijakan baik secara internal
maupun eksternal. Untuk melahirkan suatu pengetahuan dan
memberikan arah sebuah tindakan unsur organisasi maka analisis
sebuah kebijakan sangat penting dilak- sanakan oleh para pemangku
wewenang pendidikan. Sebagai sebuah prosedur berpikir, analisis
kebijakan memiliki prosedur atau cara untuk mencari sebuah solusi
dalam memecahkan masalah kebijakan berdasarkan pemahaman
pelaksana analisis terhadap dunia pendidikan. Dengan melakukan
analisis pen- didikan hasil akhir yang diharapkan adalah berupa saran
dan tindakan akankan kebijakan pendidikan yang diterapkan saat ini

15 Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 10.

20
akan dilanjutkan dengan sebuah catatan perbaikan atau dihentikan
dengan mengganti yang lain.
Setiap lembaga pendidikan memiliki komponen yang berfungsi
secara integral dengan kebijakan pendidikan yang di- tetapkan secara
nasional maupun secara lokal. Lembaga pen- didikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan vokasi, pen- didikan agama, dan pendidikan
tinggi mengandung komponen- komponen yang penting sebagai
penunjang terlaksananya sistem pendidikan. Secara internal komponen
lembaga pendidikan digerakkan oleh kebijakan yang diambil oleh
pimpinan masing- masing lembaga. Secara eksternal komponen
lembaga pen- didikan terintegrasi dengan kebijakan yang diambil
secara nasional oleh sistem pendidikan nasional dan kebijakan
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan baik sosial budya,
ekonomi, politik, dan teknologi.
Perubahan sistem pemerintahan membawa perubahan
pada pola pendidikan. Beberapa generalisasi terjadi pada sifat
reformasi pendidikan. Perubahan pendidikan terkait dengan adanya
perubahan politik pemerintahan merupakan sebuah faktor kontekstual
yang sangat penting. Dimana kebijakan imple- mentasi pendidikan
diambil secara terpusat oleh pemerintah barulah didistribusikan dan
dikembangkan di lini lembaga. Perubahan yang juga mempengaruhi
kestabilan pendidikan yakni perubahan ekonomi yang berdampak pada
besarnya nilai pembiayaan pendidikan. Kekuasaan politik mampu
mengatur ulang dan menata pergeseran pendidikan pada tiap kelasnya.
Kecenderungan perubahan pendidikan berfokus pada
serangkaian perubahan pada tingkat sekolah yang terbatas pada tujuan
jangka pendek. Perubahan ini seringkali mengandung penyebutan
contoh-contoh asing dalam pengemasan retori- kanya. Perubahan
pendidikan mengandung banyak sumber daya baik sumber daya
manusia maupun sumber daya alam. Ber- bagai aspek perubahan
sumber daya manusia berkonten unsur budaya, cita-cita, dan adat
istiadat dalam praktek pendidikan.

21
Perubahan pendidika pada konten cita-cita ini lahir dan berkembang
dari cita-cita awal seluruh rakyat Indonesia, inilah yang dilakukan oleh
elemen pemerintah dan juga pelkasana pendidikan dengan
mengintegrasikan perubahan pendidikan dengan cita-cita awal
pendidikan bangsa Indonesia. Sebuah cita- cita membangun negara
dengan peradaban yang kuat dan nilai- nilai moral, menjadi sebuah
budaya yang mengakar dengan kuat. Cita-cita bangsaa berperadapan
inilah menguatkan sistem pendidikan yang diperbaharui dengan
pendidikan berkarakter. Pola-pola pendidikan terus dikembangkan
untuk menjawab tantangan zaman yang menjadi semakin pesat.
Bentuk dan perubahan pendidikan menurut William K.
Cummings muncul dalam dua dimensi. Bentuk sistem tersebut yaitu
diferensiasi atau integrasi berbagai peluang pendidikan. Keduanya
muncul melalui divisi vertikal dan horizontal dan pemisahan atau
inklusi yang berbeda dari kelompok sosial yang ada dalam berbagai
peluang pendidikan terutama melalui horisontal segmentasi atau
pelacakan. Sebuah perbedaan khas harus dihadirkan dari kedua struktur
sistem masing-masing dan dalam cara masing-masing negara yang
dapat diandalkan untuk membangun arah. Di antara cara yang tersedia
untuk negara untuk mempengaruhi arah adalah standar pendirian,
akreditasi, keuangan, penerimaan, dan sistem ujian pendidikan.16
Berbagai kemajuan yang ditampilkan oleh bidang pendidikan
akhir-akhir ini sangat pesat. Penemuan-penemuan baru banyak
dilahirkan melalui proses pembelajaran dan ekspe- rimen para penggiat
pendidikan baik peserta didik maupun pendidik. Setiap pelaksanaan
pendidikan telah diatur ber- dasarkan kebijakan termasuk mengenai
pelaksanaan pendidikan karakter. Namun dalam implementasinya tidak
dapat dipungkiri bahwa masih terdapat banyak masalah atau hambatan
yang terus masuk ke dalam nasib pendidikan.
16 Joseph Zajda dan Macleans A. Geo-JaJa, The Politics of Education Reforms, (New York:
Springer, 2010), hal 22

22
Berbagai masalah yang sedang melanda dunia pen- didikan
saat ini sangatlahh kompleks. Kebijakan peningkatan anggaran
pendidikan yang telah dilakukan oleh pemerintah se- hingga
mengalami kenaikan sebesar 27,4% masih belum men- jangkau secara
rata untuk seluruh daerah apalagi daerah yang jauh dari perkotaan atau
pusat pemerintah. Penyebaran tenaga pendidik yang ahli pada
bidangnya juga masih belum tercapai secara maksimal. Masih banyak
tenaga pendidik yang meng- ampu mata pelajaran tidak sesuai bidang
keahlian. Hal ini akan menyebabkan tidak maksimalnya implementasi
kebijakan sistem pendidikan yang terus diperbaharui melalui
perubahan kuri- kulum pendidikan. Permasalahan tenaga pendidik juga
tidak berhenti hanya sebatas bidang keahlian karena masih dihadap-
kan pada kebutuhan sarana dan prasaran pembelajaran. Ter- dapat
ketimpangan dan belum terpenuhi secara maksimal fasilitas pendidikan
antara daerah sehingga berdampak pada kualitas pendidikan yang
diselenggarakan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan secara
nasional.
Kenaikan anggaran pendidikan diharapkan mampu
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Pada realita- nya
tidak didorong dengan peningkatan jumlah anak yang mampu
mengenyam pendidikan, sehingga angka putus sekolah anak pada
tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah masih tinggi. Tingginya
angka putus sekolah ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik karena
kondisi ekonomi keluarga peserta didik maupun karena kenakalan yang
berdampak pada drop out atau pemberhentian anak oleh pihak sekolah.
Pada tahap penyelenggaraan, fungsi dan tujuan pen- didikan
nasional dijabarkan ke dalam kurikulum pendidikan, standar nasional
pendidikan, progam dan kebijakan pendidikan, proses pelaksanaan
pembelajaran, dan sistem evaluasi. Pada perkembangan dunia
pendidikan saat ini, fungsi dan tujuan tersebut tidak dapat dijawab
secara operasional dalam kegiatan

23
pendidikan bahkan seolah-olah memiliki sifat parsial terhadap program
dan kebijakan pendidikan.
Berdasarkan tujuan Undang-Undang tersebut dan Tujuan Jangka
Panjang Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007 maka pemerintah membuat Kebijakan Pendidikan
Karakter yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Peraturan ini selanjutnya direalisasikan oleh Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dalam bentuk
aturan turunannya; Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
pada Satuan Pen- didikan Formal. Selanjutnya, kebijakan nasional
tentang pendididkan karakter tersebut difahami, diwujuddkan dan
diimplementasikan secara parsial dan berbeda oleh satuan pendidikan
formal setingkat Madrasah Aliyah Negeri di Kota Jambi sesuai dengan
visi misi madrasah tersebut.
Berbagai perubahan kebijakan pendidikan dan kurikulum
pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah sampai pada tahap
penyelenggara namun belum menjawab tantangan kualitas proses dan
mutu lulusan yang berkarakter. Setiap tahun peme- rintah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada semua
jenjang dan jalur pendidikan. Semua pihak terlibat dalam setiap
perubahan kebijakan yang dilakukan termasuk pimpinan pendidikan,
orang tua, dan masyarakat. Namun kualitas proses dan lulusan
pendidikan di sekolah belum mencapai tujuan pembetukan karakter
sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga
memberikan dampak baik berupa perubahan

24
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. 17 Imple- mentasi
atau penerapan pendidikan karakter merupakan aktualisasi konsep dan
program pendidikan karakter dalam pembelajaran atau aktivitas di
sekolah sehingga peserta didik mengalami perubahan pada aspek
afektif dan juga kognitif dan psikomotorik. Penerapan pendidikan
karakter di lembaga pendidikan atau biasa dikenal dengan pendidikan
budi pekerti ditujukan untuk membangun lulusan pendidikan yang
memiliki nilai-nilai agama yang kuat dan moral yang positif.
Pada tahap jenjang pendidikan menengah atas atau Madrasah
Aliyah, konsep yang relevan untuk membentuk karakter peserta
didik adalah “Ing Madya Mangun Karsa”, artinya pada jenjang ini
guru merupakan fasilitator bagi peserta didik untuk memberi semangat
belajar. Guru tidak mendikte atau menekan peserta didik, melainkan
membakar semangat
belajar keras peserta didik. Ketika guru memfasilitasi atau men-
dampingi peserta didik dalam proses pembelajaran, maka peserta didik
akan menginternaslisasikan nilai-nilai karakter seperti rasa ingin tahu,
belajar keras, disiplin, mandiri, dan karakter lainnya.18
Pengembangan sikap peserta didik (attitude), pengem- bangan
watak (character) dan penanaman akhlak mulia (budi pekerti) adalah
beberapa unsur sentral dari tujuan besar pendidikan Indonesia yang
sudah termaktub dii dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan
Nasional. Secara garis besar tujuan tersebut terkait dengan
pembentukan karakter dan moral pendidikan peserta didik sehingga
menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki pondasi kuat baik dari
pengetahuan, keterampilan, keagamaan, dan nilai-nilai kebangsaan.

17 Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan: Analisis dan Solusi
terhadap Kinerja Manajemen Kelas dan Strategi Pengajaran yang Efektif, (Jakarta:
Pustaka Prestasi, 2012), hal. 233.
18 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2015), hal. 17.

25
Taktik dan gerakan organisasi yang dihasilkan pada pelajar
Indonesia yang menimba ilmu di Mesir mengembalikan gagasan sistem
pembelajaran character formation and religious education atau
pembentukan karakter dan pendidikan agama (tarbiyah) adalah cara
terbaik untuk membangun sebuah gerakan untuk perubahan sosial.
Cara paling efektif untuk melakukan pembentukan karakter pada
pelajar atau siswa ini adalah melalui formation of intimate learning
circles atau pembentukan lingkaran belajar yang intim (halaqah) dan
kelompok pendukung (usrah, "keluarga") dimana mereka mencoba
untuk menerapkan hukum Tuhan dalam semua aspek kehidupan
mereka.19
Prinsip pertama implementasi pendidikan Islam terin- tegrasi
telah dilakukan pada kurikulum pembelajaran di sekolah. Sebagian
besar pihak yang mendukung konsep sistem integrasi pendidikan Islam
melihat adanya pola pencampuran sebagai sebuah penerapan komitmen
dari prinsip yang menyentuh antara hubungan sekolah Islam dengan
masyarakat. Secara khusus, sekolah berfungsi untuk memberikan
pelayanan, tidak hanya sebagai tempat untuk melatih anak didik, tetapi
sebagai penggerak penanaman nilai-nilai Islam dan karakter akhlakul
karimah di lingkungan masyarakat.
Pemahaman dalam integrasi pendidikan Islam dengan kurikulum
di sekolah dikembangkan melalui keterpaduan orang tua secara aktif di
sekolah. Orang tua sebagai stakeholder yang langsung berhubungan
dengan kepentingan anak di sekolah berkesinambungan dengan peran
aktif guru dalam komunitas- komunitas bentukan sekolah. Ini
merupakan cara efektif untuk melibatkan orang tua yang tidak terhenti
hanya sebatas pada tanggung jawab di pintu pendaftaran. Sehingga
terlahir rasa bertanggung jawab terhadap perubahan pada peserta didik
dan sistem pendidikan. Mengingat kembali bahwa orang tua

19 Robert W. Hefner, Making modern Muslims: the politics of Islamic education in Southeast
Asia (USA: University of Hawai‘i, 2009), hal. 74.

26
memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak didik dan
keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan.
Seiring berkembangnya tuntutan output atau keluaran
pendidikan yang siap diterima oleh berbagai bidang stakeholder terjadi
karena semakin banyak problema yang menjangkit pada dunia anak-
anak baik dari tingkat dasar sampai anak remaja. Seringnya terjadi
kasus tindakan pelecahan seksual, kekerasan, bullying, diskriminasi,
dan penggunaan obat-obat terlarang melahirkan tanda tanya apa
sebenarnya pendidikan karakter yang selama ini digencarkan untuk
diimplementasikan di seluruh lembaga pendidikan. Terlebih lagi
mereka akan menjadi generasi pengganti para elit pemerintah, elit
politik, pemerhati pendidikan, kelompok keluarga baru yang
seharusnya sudah benar-benar disiapkan sejak mereka menempuh
pendidikan. Nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan dan
ditanamkan kepada peserta didik masih tidak memberikan perubahan
pada degradasi moral yang merajalela di seluruh lini lembaga.
Bagaimana cara pendidikan karakter ditanamkan sesung-
guhnya sudah dijelaskan secara praktis di dalam kurikulum. Karakter-
karakter yang harus dikembangkan pada setiap jenjang pendidikan
diturunkan dari konsep dasar nilai-nilai karakter yang dirumuskan oleh
kementerian pendidikan melalui pen- dekatan nilai-nilai moralitas yang
terdiri dari 18 unsur. Secara umum nilai keteladanan dan pembiasaan
diinternalisasikan melalaui enerapan budaya sekolah sehingga terdapat
integrasi seluruh unsur sekolah baik dari kepala sekolah, guru, peserta
didik, dan orang tua. Idealnya pembiasaan di sekolah didukung dengan
pembiasaan di rumah bersama orang tua.
Implementasi kebijakan pendidikan karakter di sekolah
diarahkan melalui pembentukan kurikulum karakter yang dilaksanakan
dengan strategi yang mikro dalam kegiatan intra maupun
ekstrakurikuler yang masih mengandung modus nilai konvensional.
Urgensi pemberian orientasi bagaimana dan apa pendidikan karakter
dan nilai-nilai moral yang harus

27
dikembangkan pada ranah afektif dan psikomotorik peserta didik
mengharuskan keterlibatan langsung dan praktik peserta didik dalam
kegiatan sekolah.
Studi kasus yang telah dilakukan oleh beberapa ahli mencakup
kebijakan pendidikan yang mempengaruhi reformasi kurikulum,
kecenderungan evaluasi dan asesmen, desentralisasi dan privatisasi di
pendidikan Indonesia, pendidikan teknis dan kejuruan, pendidikan anak
usia dini, serta keunggulan dan kualitas dalam pendidikan. Serangkaian
tawaran temuan terbaru mengenai isu-isu penting pada arah pendidikan
dan kebijakan komparatif sangat dibutuhkan.
Pengembangan berbagai strategi baru dalam internal sekolah
seperti mode pembelajaran yang lebih komprehensif, fleksibel, dan
inovatif, harus memperhitungkan kebutuhan peserta didik yang selalu
berubah dan berkembang. Seluruh perkembangan termuat dalam
perubahan kebijakan pendidikan untuk mengatasi disparitas dan
ketidaksetaraan pendidikan yang sering terjadi karena adanya
perbedaan sosial-ekonomi. Pengembangan strategi ditujukan agar
kualitas pendidikan mengalami peningkatan secara signifikan. Oleh
karena itu berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan sebuah pola
pem- belajaran pada pendidikan yang sesuai kebutuhan peserta didik
dan pertumbuhan kualitas sumber daya manusia dengan menye-
laraskan pendidikan dan budaya lokal. Penguatan pendidikan di
sekolah dengan didukung budaya lokal untuk melestarikan nilai- nilai
hubungan peserta didik dengan sosial masyarakat. Strategi ini
memberikan arah pendidikan yang berciri khas budaya lokal. Dan
untuk menjawab tantangan yang lebih kompleks, lembaga pendidikan
melakukan kolaborasi sistem pembelajaran lokal dengan kerjasama
internasional sehingga kebijakan pendidikan merata dengan perubahan
dan reformasi pendidikan di seluruh daerah.

28
Budaya sekolah memberikan gambaran bagaimana seluruh
aktivitas akademika bergaul, bertindak dan menyele- saikan masalah
dalam segala urusan di lingkungan sekolahnya. Kebiasaan
mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas diri merupakan kultur
yang seharusnya hidup sebagai suatu tradisi yang tidak lagi dianggap
sebagai beban bagi peserta didik. Sekolah sebagai sebuah kesatuan
lembaga formal dan mem- punyai sasaran masing-masing, cenderung
memiliki kekhasan dalam interaksi yang terjadi di antara sesama
peserta didik, guru, dan para pegawai. Suatu budaya tidak dapat
dikategorikan bernilai baik atau buruk. Kesan baik atau buruk itu
timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain dengan
menggunakan budayanya sendiri tanpa memperhatikan dan
menyesuaikan dengan budaya lawan bicaranya.
Pemberian pendidikan agama merupakan salah satu
persyaratan mata pelajaran wajib yang sempat mengalami pengurangan
jumlah jam pelajaran. Kebijakan pemerintah tidak berpihak pada
kebutuhan pembinaan peserta didik. Pendidikan agama menjadi bagian
kurikulum nasional yang diatur oleh kebijakan kementerian
pendidikan. Tujuan, konten atau isi dan pendekatan pendidikan agama
ditentukan oleh banyak pihak yang terlibat berdasarkan aturan pada
Undang-Undang sistem pendidikan nasional. Esensi sistem pendidikan
terdapat pada isi kurikulum yang diuraikan dalam silabus. Kurikulum
nasional secara umum dituntut untuk memuat perkembangan spiritual,
moral, budaya, mental dan fisik peserta didik di sekolah.
Fleksibilitas dalam perumusan pendidikan sangat penting
dimana kebijakan pendidikan melibatkan seluruh unsur aka- demisi,
praktisi, dan pemerhati sosial masyarakat. Konten pen- didikan
disepakati dan disusun dari tingkat nasional dan diselenggarakan di
tingkat lokal. Lembaga pendidikan diharus- kan untuk membuat
ketentuan bersifat kolektif. Berbagai hal

29
harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pen- didikan
termasuk latar belakang dengan memperhatikan latar belakang darah,
keluarga, etnis, ekonomi, dan sosial.
Kegiatan pendidikan di sekolah menjadi wadah pemuatan
pendidikan karakter. Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki
kegiatan kurikuler, kegiatan kokurikuler, dan kegiatan ekstra- kurikuler
terintegrasi secara menyuluruh bukan hanya dalam pelajaran Agama
Islam atau Pendidikan Kewarganegaraan. Pengintegrasian ini menjadi
sangat penting untuk mencpai kebeehasilan penerapan kebijakan
pendidikan karakter. Sebuah narasi baru muncul yang mengangkat
kebutuhan penetapan pendidikan karakter menjadi sebuah mata
pelajaran tersendiri.
Lembaga pendidikan memiliki kebijakan internal untuk
mengembangkan pola penerapan pendidikan karakter yang sesuai
dengan potensi dan ruang lingkup lembaga. Sebuah pola yang akan
melatih pengembangan peserta didik dalam me- numbuhkan semangat
untuk menjalankan kehidupan sosial yang sehat, menegakkan nilai
kebangsaan, menjaga lingkungan sekitar keberadaan mereka,
melakukan dialog-dialog pendi- dikan, dan melakukan kegiatan dengan
masyarakat sekitar sekolah maupun sekitar tempat tinggal. Kegiatan
bersifat sosial juga akan meningkatkan kemampuan kognitif atau
pengetahuan peserta didik. Interaksi peserta didik dalam aktivitas sosial
menumbuhkan kepakaan terhadap kondisi lingkungan yang ada di
sekitar.
Kebijakan pendidikan karakter di sekolah yang sudah
dimasukkan ke dalam kurikulum masih dilematis. Penerapan
pendidikan karakter akan memberikan hasil maksimal ketika sejalan
dengan jumlah jam pelajaran agama. Dimana nilai-nilai karakter yang
dikemas kementerian pendidikan sesungguhnya ada pada nilai
pelajaran agama. Pada saat ini porsi jam pelajaran agama di sekolah
sangat sedikit hanya berkisar dua sampai tiga jam. Kebijakan
pemerintah ini tidak seiring sejalan dengan kebutuhan pelaksanaan
pendidikan karakter. Jumlah jam

30
pelajaran agama yang saat ini dialokasikan di sekolah hanya cukup
untuk menyampaikan atau mengajarkan nilai kognitif peserta didik
yang bersifat klasikan dan teoretis. Isi pembelajaran menguatkan unsur
hafalan teori dibandingkan dengan pemahaman peserta didik dalam
nilai terapan.
Karakter anak didik yang berkembang di lingkungan sekolah
terjalin melalui interaksi dan komunikasi berbagai pihak baik guru dan
sesama anak didik. Pentingnya membangun sebuah komunikasi dalam
aspek afektif juga telah dijabarkan
ِ ٓ
Islam dalam sebuah surah yaitu:

٣٦٢ ‫۞ َق ۡول ۡ ع ۡغ ِف ۡ ۡي ص َد َق ٖة َي ۡت َب ُع وٱ ُّلل غَ حلمي‬


‫ٌَّن‬ ‫َها ذى‬ ‫ُروف َرةٌ و َم من‬
‫خ‬ ‫م‬
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada
sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah
Mahakaya, Maha Penyantun. (Q.S Al-Baqarah: 263)20

Strategi pengajaran yang akan mendukung kebijakan pendidikan


karakter adalah sebuah strategi yang besifat praktek dan konkret
bukanlah sebuah startegi teoretis yang tentu tidak dapat berdampak
langsung nilai karakter pada peserta didik. Untuk melihat sejauh mana
tingkat keberhasilannyapun harus dilakukan evaluasi yang bersifat
otentik. Evaluasi yang bersifat telaah terhadap penguasaan kompetensi
secara menyeluruh tidak sebatas pada akademik. Oleh karena itu guru
pendidikan agama harus menguasai pengetahuan, sikap yang memang
layak sebagai suri teladan bagi peserta didik, dan keterampilan dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Dengan pembagian jumlah jam
pelajaran masing-masing merujuk kepada kurikulum nasional,
menguatkan aspek ajaran pendidikan karakter.
Sebuah estetika mampu mengakomodir penerapan pen-
didikan karakter di sekolah. Proses sebuah pendidikan estetika atau
pendidikan seni mengembangkan daya imajinatif dan

20 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Op.Cit., hal. 77.

31
kreativitas peserta didik yang akan menciptakan kesehatan pikiran dan
jiwa peserta didik. Melalui pola pendidikan estetika yang biasanya
diterapkan dalam pendidikan seni maka menjadi sangat efektif
penanaman karakter peserta didik. Penggunaan pola pengajaran
menjadi lebih kreatif dan luas. Penanaman karakter pada peserta didik
membutuhkan sebuah kelembutan dari para pendidik sehingga
endorong mereka menyadari betapa pentingnya perilaku atau sikap
yang berakhlakul karimah di tengah kemampuan kognitifnya. Sebuah
keindahan memberikan stimulus kepada peserta didik sehingga lebih
mudah menerima nilai karakter yang ditanamkan.
Sejatinya pendidikan dan karakter adalah satu nyawa, tidak
dapat dipisahkan. Pendidikan membentuk karakter se- dangkan
karakter memperkuat pendidikan. Inilah yang men- jadikan pendidikan
dan karakter itu penting untuk terus di- evaluasi prosesnya dalam
pembelajaran sehari-hari. Akan tetapi, dalam praktiknya di lapangan,
pendidikan karakter kerap kali menghadapi berbagai macam persoalan
mulai dari yang bersifat teknis hingga pragmatis. Ini banyak terjadi di
lembaga pen- didikan formal binaan pemerintah mulai dari sekolah
dasar hingga sekolah menengah atas. Peristiwa pemukulan seorang
siswa terhadap gurunya sendiri di Sampang Madura Jawa Timur lalu
membuka fakta betapapun canggihnya kurikulum pen- didikan karakter
yang selama ini diajarkan di kelas, moral siswa masih belum tersentuh.
Akibatnya kekerasan baik terhadap sesama maupun gurunya sendiri
akan tetap terjadi. Hal ini juga berpotensi terjadi di daerah lain. Dengan
demikian dapat kita pahami bahwa sejatinya pendidikan karakter di
Indonesia yang dijalankan di sekolah umum belum selesai. Ada banyak
hambatan dalam implementasinya yang perlu didiskusikan bersama.21

21 Muhamad Bari Baihaqi, http://www.neraca.co.id/article/97888/hambatan- dalam-


implementasi-pendidikan-karakter, Sabtu, 03 Maret 2018.

32
Sebuah studi yang dilakukan Prof.Dr.H. Irwan Prayitno, PSi,
MSc mengenai pendidikan karakter sebagai solusi mengatasi masalah
moral dan hilangnya rasa malu di Sumatera Barat. Dunia pendidikan
Indonesia saat ini masih berkutat pada domain peningkatan aspek
kognitif. Krisis moral yang terus bergulir menimpa semua elemen
bangsa tidak kunjung ter- selesaikan. Berbagai krisis moral yang
merebak antara lain meningkatnya pergaulan bebas baik pada tingkat
anak sekolah dasar, menengah, sampai perguruan tinggi. Bahkan marak
angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman,
pencurian remaja, kebiasaan mencontek yang berakibat pada rusaknya
mental peserta didik. Penyalahgunaan obat-obatan, pornografi,
perusakan milik orang lain, dan budaya korupsi sudah menjadi masalah
sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.22
Semua permasalahan pendidikan di atas merupakan
akibat tidak langsung dari kurangnya penghayatan nilai-nilai karakter
yang ada dalam pembelajaran. Oleh karena itu penguatan pendidikan
karakter sangat relevan untuk mengatasi krisis moral anak bangsa saat
ini. Konsep pendidikan karakter yang ditawarkan oleh Irwan Prayitno
bertumpu pada ajaran agama, adat dan budaya, dan nasionalisme.
Irwan menekankan pada keterpaduan antara kognitif, afektif dan
psikomotorik dalam pembentukan kurikulum
Latar belakang pembangunan karakter dalam rangka
mewujudkan realisasi amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
karena adanya permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini,
seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila;
keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-
nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa;
ancaman disintegrasi bangsa;
22 Irwan Prayitno, http://irwan-prayitno.com/2015/11/pendidikan-karakter-solusi- atasi-
masalah-moral/ 19 November 2015.

32
dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk mendukung per- wujudan
cita-cita pembangunan karakter sebagaimana di- amanatkan dalam
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan
kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan
karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional.
Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana
pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan
visi pem-
bangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan
falsafah Pancasila.”
Sebuah generasi pasti akan mengalami pergantian, dan di
kemudian hari akan lahir generasi-generasi muda sebagai penerus
bangsa yang lahir atas harapan menjadi bangsa yang lebih maju.
Generasi muda merupakan penggerak yang sangat mempengaruhi
perputaran tata kehidupan sebuah bangsa. Sehingga ada sebuah jargon
yang menyatakan bahwa jika rusak sebuah generasi muda maka akan
hancur suatu bangsa dan sebaliknya jika baik sebuah generasi muda
maka sebuah bangsa akan terus maju dan berkembang dengan inovasi-
inovasi baru yang lahir dari daya pikir dan kreativitas generasi muda.
Kurikulum pendidikan karakter merupakan produk besar dari
kepentingan pemerintah dan kebutuhan masyarakat untuk
melanggengkan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Output dari
lembaga pendidikan akan diserap oleh lingkungan tersebut.
Pembekalan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan akan
menunjukkan tingkat keberhasilan melalui lulusan yang di- keluarkan.
Mata pelajaran yang dipilih dalam kurikulum, peng- ajaran pendekatan
yang digunakan, bahkan bahasa yang di- gunakan oleh guru di ruang
kelas, dianggap sebagai peserta didik yang istimewa dan memfasilitasi
masuknya mereka ke pen- didikan lebih lanjut. Peserta didik menjadi
pelaku pendidikan yang disorot akhir-akhir ini. Sebuah kegagalan
produk

33
pendidikan dimana banyak sekali terjadi tindakan korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat pemerintah dan tindakan asusila oleh para
oang dewasa. Ini adalah kegagalan produk pendidikan pada masa
lampau yang tidak mampu memberikan penguatan nilai-nilai karakter
peserta didik. Pendidikan masa lalu masih telalu berfokus kepada
peningkatan kognitif sehingga nilai-nilai sikap tidak menjadi perhatian
besar.
Anak-anak dididik di sekolah dan para orang tua mem-
percayakan pendidikan anak mereka di sekolah karena mereka
meletakkan harapan bahwa anak-anak akan terhindar dari pengaruh
pergaulan bebas yang salah dan mendapat didikan moral yang baik.
Harapan orang tua sebagaimana harapan seluruh rakyat suatu bangsa
agar mereka memiliki kehidupan berbudaya yang berkontribusi pada
pembentukan sumber daya manusia yang unggul dari kompetensi dan
karakter hidup. Anak-anak harus tumbuh menjadi individu yang
berkarakter karena saat ini sesungguhnya bangsa Indonesia sedang
meng- hadapi penjajah yang merongrong melalui pengrusakan karakter
anak didik. Sehingga bangsa Indonesia menjadi lemah dan mudah
diprovokasi untuk memecah belah persatuan.
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan
peneliti di lapangan, maka beberapa grandtour ditemukan dari
Madrasah Aliyah di kota Jambi yang menjadi tempat keterwakilan
penelitian. Grandtour dilakukan peneliti dengan menggunakan
observasi langsung terhadap sumber informasi utama terkait
implementasi pendidikan karakter di sekolah.
Hasil pengamatan pertama yakni pelaksanaan pendidikan
karakter tidak semudah mendesain pendidikan karakter itu sendiri.
Permasalahan perilaku anak di madrasah yang sering terjadi dalam
penanaman nilai-nilai disiplin, jujur, dan toleran. Anak-anak madrasah
yang sedang berada pada tahap remaja awal dan merupakan fase
dimana mereka mencari jati diri, tidak patuh pada aturan-aturan
madrasah. Sikap melanggar aturan madrasah yang dilakukan oleh
peserta didik sebagai bentuk

34
pergolakan anak terhadap peraturan yang tidak disetujui oleh pendapat
mereka. Sikap ketidaksiplinan yang menimbulkan masalah peserta
didik sehingga mereka harus menerima hukum- an sesuai dengan
tindakannya.23
Hasil pengamatan kedua yaitu adanya kebiasaan merokok
dikalangan anak-anak madrasah yang masuk dalam kategori usia
remaja. Menurut keterangan yang diberikan oleh guru bim- bingan
konseling, peserta didik yang terlibat tindakan merokok selalu
menganggap bahwa merokok merupakan sebuah simbol kehebatan dan
kekuatan. Peserta didik yang merokok men- dapatkan pengaruh dari
teman sebaya ketika mereka bergaul di lingkungan luar madrasah.
Kebiasaan merokok dikalangan pelajar madrasah dapat membahayakan
keadaan sosial dan emosional. Beberapa hal yang lebih
menghawatirkan tindakan tersebut dapat burujung kepada penggunaan
narkotika dan obat- obat terlarang. Penggunaan narkoba akan merusak
psikologi anak dan menjatuhkan mental mereka dalam berkarya dan
membangun sebuah kreativitas. Anak-anak yang telah memakai
narkoba akan mengalami penurunan tingkat konsentrasi dalam belajar
dan dapat memberikan pengaruh terhadap teman lain- nya. Sekolah
menindak tegas terhadap anak yang menggunakan obat-obat
terlarang.24

23 Observasi, Karakter Peserta Didik, Januari 2019.


24 Wawancara, Karakter Peserta Didik, Januari 2019.

35
Perbuatan Awal Pencurian

Berbuat
Amoral Berbohong

Tidak
Mengindah kan Peraturan Perkelahian
Antar Siswa

Permasalahan
Peserta Didik

Kurang Mengganggu
Disiplin Waktu Teman

Berkata
kasar dan tidak hormat
Menonton
Pornografi
Merokok

Diagram Permasalahan Karakter Peserta Didik pada


Madrasah

Peserta didik pada masa sekolah menengah mengalami fase


perubahan yang sangat besar dimana cara berpikir dan pergaulan
mereka sangat rentan dengan perkembangan ling- kungan sosial dan
pengaruh digitalisasi. Berbagai permasalahan perilaku yang dialami
peserta didik di madrasah menjadi suatu hal yang kompleks sehingga
harus diberikan perlakuan yang baik melalui aktivitas peserta didik di
madrasah sehingga tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain
termasuk madrasah. Perilaku bermasalah peserta didik akan membuat
menurunnya prestasi mereka dan madrasah. Menjadi perhatian penting
masalah karakter peserta didik karena mereka menjadi output

36
lembaga dan generasi masa depan yang akan memangku kepentingan
bangsa.

B. Tujuan dan Kegunaan Penulisan


Tujuan penulisanini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui alasan pemerintah mengeluarkan kebijakan
pendidikan karakter di Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi
2. Untuk mengetahui hasil analisis kebijakan pendidikan karakter di
Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi
3. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di Madrasah
Aliyah di Provinsi Jambi
4. Untuk mengetahui kendala implementasi kebijakan nasional
belum mampu mencapai standar pendidikan karakter di Madrasah
Aliyah di Provinsi Jambi

Selanjutnya penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat


bagi:
1. Kepentingan Ilmiah, dapat menjadi contributions to knowledge
bagi para pemerhati pendidikan dan memperkaya bidang kajian
analisis kebijakan pendidikan di Indonesia.
2. Kepentingan akademik, manfaatnya dapat dijadikan sebagai
referensi dalam bentuk rumusan tentang perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap
kebijakan nasional tentang pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah-sekolah.

37
38
BAGIAN KEDUA
STUDI TEORETIS KEBIJAKAN
PENDIDIKAN KARAKTER

A. Analisis Kebijakan
Secara etimologi kata kebijakan (policy) diturunkan dari bahasa
Yunani, yaitu polis yang artinya kota. Kebijakan juga mengacu kepada
cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan untuk
mengelola kegiatan mereka. Dalam hal ini, kebijakan berkenaan
dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal
yang sama-sama diterima pemerintah/ lembaga sehingga dengan hal itu
mereka berusaha mengejar tujuannya.25
Analisis kebijakan adalah suatu proses yang dapat meng-
hasilkan informasi teknis sebagai salah satu masukan bagi perumusan
beberapa alternatif kebijakan yang didukung oleh informasi teknis. 26
Penelitian kebijakan (policy research) secara spesifik ditujukan untuk
membantu pembuat kebijakan (policy maker) dalam menyusun rencana
kebijakan, dengan jalan memberikan pendapat atau informasi yang
mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Kebijakan dan kemampuan menjadi poin penting bagi sebuah
institusi untuk mewujudkan keunggulan atas pesaing utama dalam
memberikan proposisi nilai. Terdapat dua dimensi

25Mukhtar dkk, Analisis Kebijakan Pendidikan: Standar Kompetensi Manajerial Kepala


Sekolah/Madrasah (Jambi: Salim, 2018), hal. 16.
26Ali Masykur Musa, Politik Anggaran Pendidikan Pasca Perubahan UUD 1945, (Jakarta :
Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2009), hal.27

39
bagaimana memenangkan kebijakan yaitu pertama dimensi rantai nilai
infrastruktur. Hal ini berkaitan dengan sumber daya dan kemampuan
internal telah dibuat institusi untuk men- dukung proposisi nilai yang
dipilih dan target pasar, jaringan mitra kerjasama yang dibentuk untuk
mendukung model pene- rapan kebijakan di badan penyelenggara, dan
kebijakan diorganisasikan ke dalam model penciptaan dan pengiriman
nilai yang koheren secara keseluruhan. Kedua adalah dimensi
manajemen. Hal ini meliputi pilihan institusi tentang struktur
organisasi, struktur keuangan, dan kebijakan manajemen. Gaya
organisasi dan manajemen terkait erat satu sama lain. Pada sebuah
institusi yang dikelola terutama di sekitar manajemen bidang produk
atau keluaran sering sangat tersentralisasi. Bagi instaitusi yang
beroperasi dengan struktur organisasi yang lebih geografis biasanya
dikelola dengan dasar yang lebih terdesentralisasi.27
Dalam perpspektif Islam dapat diselaraskan tentang dasar
pijakan pelaksanaan tahapan kebijakan publik yang disandarkan pada

‫ٱ‬
surat al-Nahl ayat 125 yakni:
‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
ۖ
ِ ‫ح‬ۡ ‫ل‬ ِ َ ِ ۡ ِ َ ۡ َ
َٰ ‫ٱ ۡدع إ َٰل س ِبيل ر ِب ك بٱ لۡحك ة وٱ ل َم ۡ ۡو ع ظ ٱة َ ّ ٱ س َن ة و َ ُۚج‬
‫دل ُهم ب ٱل ِِت َِه ٱَحس ن‬
‫ٱ‬
ۡ‫إن ر َب ّك ه و َٱ ۡع َ ُۡل ب من ضل عن س ِبي ِ ِِلۦ و ُه و َٱ ۡع َ ُۡل بٱ ل ُم‬
َ َ َ
٥٢١ ‫هۡ َتدين‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang apa yang tersesat dari jalanNya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”28.

27 Cornelis A. de Kluyver dan John A. Pearce II, Strategic Management: An Executive


Perspective (New York: Business Expert Press, LLC, 2015), hal. 2.
28 Departeman Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, ( Jakarta : Proyek Depag RI, 2007).

Hlm. 270.

40
Pemahaman yang terkandung dalam ayat di atas bahwa Allah
memerintahkan kepada kita agar melakukan dakwah dan komunikasi
dengan suatu kebijaksanaan (policy) dan penyam- paian saran atau
masukan yang baik dan benar sehingga berlangsung sebaik mungkin.
Atas dasar pemahaman ini, maka kebijakan publik merupakan bagian
dari keputusan yang harus ditetapkan dan disampaikan dengan bijak
(policy) dan dengan cara yang baik serta komunikasi persuasif. Konsep
dasar dari makna ayat ini merupakan tahapan pelaksanaan dari
kebijakan publik yang menjadi fokus penelitian disertasi ini. Pada surat
Al-
‫ٱ‬
Syuura ayat 38 dikatakan:

‫وٱ‬
َِّ
‫ٱ‬ ‫ٱ‬
ُ َ ْ ْ
‫لين ٱ ۡس َتجا ُبو إ ل َر ِ ِّب ۡم وَٱ َقا ُمو إ ٱ لصل ٰو َة وَٱ ۡم ُر ُۡه شو َرى َب ۡي َ َُن‬
‫ۡم و ِم َّما ر َزۡق َنَ ُ َٰ ۡم‬

٨٣ ‫ُين ِف ُقو َن‬


Artinya: "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka."

Setelah ayat yang lalu menguraikan hal-hal yang selalu dihindari


oleh orang-orang yang wajar memperoleh kenikmatan yang abadi, ayat
ayat diatas mengemukakan apa yang selalu menhiasi diri mereka. Ayat
diatas bagaikan menyatakan : Dan kenikmatan abadi itu disiapkan juga
bagi orang orang yang benar benar memenuhi seruan tuhan mereka dan
merekan melaksanakan shalat secara bersinambung dan sempurna,
yakni sesuai rukun serta syaratnya juga dengan khusyuk kepada Allah.
Dan semua urusan yang berkaitan dengan masyarakat mereka adalah
musyawarah antara mereka, yakni mereka memutus- kannya (membuat
keputusan) dengan cara musyawarah, tidak ada diantara mereka yang
bersifat otoriter dengan memaksakan pendapatnya ; dan disamping itu
mereka juga dari sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka, baik harta

41
maupun selainnya, mereka senantiasanya nafkahkan secara tulus serta
bersinambung baik nafkah wajib maupun sunnah. Kata Syura’,
terambil dari kata syaur. Kata syuura bermakna meng- ambil dan
mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan mem- perhadapkan satu
pendapat dengan pendapat yang lain. Kata ini terambil dari kata Syirtu
Al-‘Asal yang bermak na : saya mengeluarkan madu (dari wadahnya).
Ini berarti mempersama- kan pendapat yang terbaik dengan madu dan
bermusyawarah adalah upaya meraih madu itu di manapun I
ditemukan. Atau dengan kata lain, pendapat siapa pun yang dinilai
benar tanpa mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya.
Al-Qur’an tidak menjelaskan bagaimana bentuk syuura
yang dianjurkannya. Ini untuk memberi kesempatan kepada setiap
masyarakat menyusun bentuk syuura yang mereka inginkan sesuai
dengan perkembangan. Perlu diingat bahwa ayat ini turun pada periode
belum lagi terbentuk masyarakat Islam yang memiliki kekuasaan
politik sebelum terbentuknya negara madinah dibawah pemimpin
Rasulullah SAW dan turunnya ayat yang menguraikan syuura pada
periode makkah menunjukan bahwa bermusyawarah adalah anjuran
Al-Quran dalam segala waktu dan untuk berbagai persoalan yang
belum ditemukan petunjuk Allah di dalamnya. Mengambil keputusan
dengan jalan musyawarah merupakan pelaksanaan perintah Allah.29
Menurut Subarsono bahwa kebijakan public dapat berupa
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan pemerintah provinsi,
peraturan pemerintah kabupaten/ kota, dan keputusan
walikota/bupati30. Kebijakan pemerintah atau kebijakan public
merupakan hasil interaksi intensif antara para aktor pembuat kebijakan
berdasarkan pada fenomena yang harus dicarikan solusinya. Meski
demikian, aspek yang juga sangat penting

29 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta Pusat : Lentera hati, 2002), Hlm.177- 179.
30 Riant D Nugroho, Kebijakan Publik Evaluasi: Implementasi dan Evaluasi, (Jakarta : Elex
Media Komputindo, 2003) Lihat Juga: Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009)

42
adalah partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
kebijakan.
Penetapan suatu strategi dipengaruhi pula oleh kebijakan dan
program. Apabila kebijakan dan programnya baik, futuristik, dan
bersifat kompetitif, maka pimpinan suatu lembaga akan mudah
menerjemahkannya ke dalam strategi. Pearce me- mandang pentingnya
merumuskan suatu kebijakan. Merumus- kan kebijakan yang baik,
antara lain memuat hal-hal berikut:
a. Merumuskan misi, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal).
b. Mengembangkan profil yang mencerminkan kondisi intern dan
kapabilitas.
c. Menilai lingkungan ekstern meliputi pesaing, dan faktor- faktor
kontekstual umum.
d. Mengalisis opsi dengan mencocokkan sumber dayanya dengan
lingkungan ekstern.
e. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki.
f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum
(grand strategy) yang diharapkan dapat mencapai pilihan yang
paling dikehendaki.
g. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka panjang
yang sesuai dengan strategi jangka panjang dan strategi umum
yang dipilih.
h. Mengimplementasikan pilihan strategis dengan cara
mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada
kesesuaian anara tugas, SDM, struktur, teknologi, dan sistem
imbalan.
i. Mengevaluasi keberhasilan proses strategis sebagai masukan bagi
pengambil keputusan yang akan datang.31

31 Dedi Mulyasana., Op.Cit., hal. 215.

43
Sebuah upaya yang dilakukan forum pelajar atau National
Further Learner Forum (NFLF) untuk mengkolaborasikan suara pelajar
dalam praktek kebijakan pendidikan. Penelusuran sejarah peran NFLF
sebagai sarana untuk merefleksikan beberapa man- faat dan tantangan
membawa pelajar sebagai bagian penting dalam pengambilan kebijakan
pendidikan. Forum pelajar ini menghadirkan debat pendidikan tentang
proses suara pem- belajar bersama debat kebijakan publik. Hal tersebut
membahas seputar peran data kualitatif dalam proses pengambilan
keputus- an untuk mengekspos perspektif yang berbeda tentang seperti
apa proses suara pelajar seharusnya. Menjelajahi bagaimana per-
debatan ini telah membentuk NFLF dan membahas apa arti suara
pelajar dalam kebijakan pelatihan dan pendidikan yang lebih lanjut.
NFLF bertransformasi dengan memasukkan hak suara pelajar dalam
tinjauan kebijakan dan penilaian badan peme- rintah. Pelajar adalah
subjek pelaksana kebijakan pendidikan sehingga menjadi komponen
penting untuk pengembangan kebijakan yang suaranya harus
didengarkan oleh para pembuat kebijakan dan administrator di tingkat
lokal, regional, dan nasional. Kebijakan pendidikan akan lebih tepat
sasaran dalam sebuah transformasi pendidikan yang langsung
melibatkan pelaksana dan pelaku kebijakan.32
Analisis kebijakan pendidikan yang digunakan di
Indonesia, kebanyakan menggunakan model analisis kebijakan politik-
publik. Indikatornya yaitu:
a. Pertama, ketidakjelasan dalam asumsi yang digunakan ter- hadap
permasalahan pendidikan. Kompleksitas dan hetero- genitas jenis,
sifat, dan situasi yang disebut sekolah selalu diidentikan dengan
pendidikan. Sehingga tidak meng- herankan ketika dibahas
mengenai sistem pendidikan maka

32 Leah Dowdall, Edel Sheerin, Niamh O’reilly, The National Further Education and
Training (FET) Learner Forum: The Benefits and challenges of Transforming Learner
Voice into Policy Change, Adult Learner (0790-8040) is the property of AONTAS: The
National Adult Learning Organisation 2019, pp.148-162. 15.

44
yang dibahas adalah sistem persekolahan. Menganalisis kebijakan
pendidikan yang dianalisis ternyata kebijakan penyelenggaraan
persekolahan. Akibatnya paradigma pendidikan yang universal
dipandang secara sempit dan lebih banyak adaptif dari pada
inisiatif.
b. Kedua, dalam melakukan analisis kebijakan pendidikan kurang
kontekstual sebagai suatu kebijakan yang utuh dan terintegrasi
secara empirical, evaluative, normative, pre- diktive, yang
memberi pedoman yang jelas bagi penge- jawantahan formulasi,
evaluasi, dan implementasi ke- bijakan. Sebagai suatu produk
kebijakan pendidikan tidak difromulasikan berdasarkan elemen-
elemen yang perlu diintegrasikan secara sinergi bukan sebagai
komponen yang terdikotomi. Artinya apakah rumusan-rumusan
kebijakan tersebut telah memenuhi kriteria kebijakan yang utuh
atau masih ada butir-butir yang lepas dari ruang lingkupnya.33

Analisis situasi merupakan awal proses dalam meru- muskan


strategi. Leader harus menemukan kesesuaian strategis antara peluang-
peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping
memperhatikan ancaman eksternal dan kelemahan internal.
Lingkungan internal meliputi kekuatan (strengths) yaitu situasi dan
kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan
organisasi memenuhi keuntungan strategik dalam mencapai visi dan
misi. Kelemahan internal (weaknesses) adalah situasi dan faktor-faktor
luar organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat organisasi
mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
Lingkungan eksternal meliputi peluang (opportunities) adalah situasi
dan faktor luar organisasi yang bersifat positif, yang membantu
organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
Tantangan/ancaman (threats) adalah faktor luar

33Yoyon Bachtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada,


2012), hal. 44-45.

45
organisasi yang bersifat negatif yang dapat mengakibatkan organisasi
gagal dalam mencapai visi dan misi.34
Analisis kebijakan menghadapi sebuah tantangan besar karena
sangat kompleks kaitannya dengan berbagai bidang yang masing-
masing memiliki konstruksi masalah kebijakan. Analisis kebijakan
bekerja pada konteks kebijakan kehidupan yang real, salah satu contoh
dalam bidang pendidikn dalam meng- klarifikasi formulasi atau
perumusan masalah dalam publikasi llembaga pendidikan. Semua
permasalahan menjadi pertim- bangan yang didistribuskan dalam
proses pengambilan keputusan oleh para pemangku kepentingan.
Aspek internal dan eksternal lembaga pendidikan akan mempengaruhi
bagaimana keputusan kebijakan pendidikan.
Terdapat beberapa model analisis kebijakan salah satunya
menurut Eugene Bardach yang biasa dikenal dengan istilah Bardach’s
Eightfold Path karena terdapat delapan mekanisme analisis kebijakan.
Menemukan masalah menjadi sebuah starting place yang tepat dan
akhir yang tepat pada sebuah analisis adalah telling the story.
Bardach’s Eightfold path yaitu:

34Akdon, Strategic Management for Educational Management, (Bandung : Alfabeta, 2011),


hal. 111-112.

46
Define the
Problem

Assemble Some
Evidence

Construct the Alternatives

Select the Criteria

Project the Outcomes

Confront the Trade Offs

Decide

Tell Your Story

Gambar Model Analisis Kebijakan The Eightfold Path dari


Eugene Bardach35

Ilmuwan penelitian analisis kebijakan pertama yakni William N.


Dunn mengemukakan aspek-aspek kunci metodologi proses analisis
kebijakan. Model dasar sumber pertama tulisan William N. Dunn
penelitian ini:

35 Eugene Bardach, A Practical Guide for Policy Analysis: The Eightfold Path to More Effective
Problem Solving (New York: Seven Bridges Press, 2000), hal. Xiv.

47
Gambar Model Dasar Aspek Metodologi Analisis
Kebijakan William N. Dunn36

36 William N. Dunn, Methods of The Second Type: Copying with The Wilderness of
Conventional Policy Analysis (Policy Studies of Review, 1988), Volume 7 No. 4, pp. 720-
737 725

48
Penjelasan dari gambar di atas yakni:
a. Problem sensing and problem structuring. Proses analisis
kebijakan tidak berawal dari permasalahan yang jelas, tetapi dari
pemikiran kecemasan yang menyebar dan tanda-tanda munculnya
ketegangan sebagai bentuk dari persoalan situasi. Permasalahan
kebijakan adalah hasil tindakan pemikiran atas lingkungan,
elemen persoalan situasi inilah abstrak sebagai sebuah konstruk
konseptual.
b. Problem structuring and problem solving. Analisis kebijakan
adalah sebuah proses multilevel meliputi metode pertama problem
solving dan metode kedua problem structuring yang disebut
sebagai desain kebijakan.
c. Problem resolving, problem unsolving, dan problem dissolving,
menunjuk kepada tiga jenis proses error correcting di dalam
analisis kebijakan. Problem resolving melibatkan reanalysis
struktur masalah secaa benar untuk mengurangi error kali- berasi.
Problem unsolving menunjukkan ketertinggalan solusi
berdasarkan masalah yang salah dan hasil problem structuring
untuk memformulasikan permasalahan yang tepat. Problem
dissolving menunjukkan formulasi per- masalahan yang salah
terhadap beberapa upaya untuk memecahkan masalah tersebut.

Secara umum, perkembangan proses analisis kebijakan


menempuh enam jenjang metode, sebagaimana yang dikemuka- kan
William N. Dunn dalam Mukhtar, yaitu:
1. Perumusan masalah, yaitu menyadari adanya masalah dan
memiliki potensi pemecahan masalah yang timbul tersebut, yang
juga berfungsi sebagai pusat pengatur seluruh proses analisis
kebijakan.
2. Peliputan, yaitu alternatif yang memungkinkan seseorang
menghasilkan informasi mengenai sebab dan akibat kebijakan
pada masa telah lalu.

49
3. Peramalan, yaitu alternatif yang memungkinkan seseorang
menghasilkan informasi mengenai akibat dari kebijakan yang
akan di ambil pada masa yang akan datang.
4. Evaluasi yaitu pemberian informasi mengenai hasil kebijakan
yang telah diambil pada masa lalu dan masa yang akan datang.
5. Rekomendasi yaitu informasi mengenai kemungkinan arah
tindakan kebijakan yang akan diambil pada masa yang akan
datang sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna.37

Prosedur-prosedur analisis kebijakan seperti yang dikemukakan


oleh William N. Dunn digambarkan sebagai berikut:

Perumusan
Peramalan

Rekomendasi

Pemantauan

Penilaian

Penjelasan dari setiap prosedur analisis kebijakan seperti yang


dikemukakan oleh William N. Dunn yaitu: 38

37 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Pers,
2009), hal. 33.
38 Nanang Fatah, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal.

8-9

50
1. Perumusan masalah. Perumusan masalah dapat memasok
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan memersoalkan
asumsi-asumsi yang mendasari definisi masalah dan memasuki
proses pembuatan kebijakan melalui penyusunan agenda (agenda
setting). Perumusan masalah dapat mem- bantu menentukan
asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebab-
penyebabnya, memetakan tujuan yang memungkinkan,
memadukan pandangan-pandangan yang bertentangan dan
merancang peluang kebijakan baru.
Beberapa aktivitas dalam merumuskan kebijakan
pendidikan:
a. Pengenalan masalah diawali dengan pengakuan atau
dirasakannya keberadaan situasi masalah. Situasi masalah
dapat dilakukan dengan menemukan dan mengenali masalah
b. Pencarian masalah, biasanya yang didapat adanya tumpuk
masalah yang saling mengkait. Kumpulan masalah yang
saling mengkait namun belum ter- struktur tersebut disebut
meta masalah
c. Pendefinisian dari setumpuk masalah yang belum terstruktur
menghasilkan masalah substantif
d. Spesifikasi masalah dari masalah subtantif kemudian
dilakukan spesifikasi masalah dan menghasilkan masalah
formal sebagai masalah kebijakan
e. Perancangan tindakan dengan dihasilkannya masalah formal
maka tahapan berikutnya adalah perancangan tindakan yang
akan dilakukan pemerintah dalam rangka memberikan solusi
terhadap masalah kebijakan proses ini disebut usulan
kebijakan39

39 Abd Madjid, Analisis Kebijakan Pendidikan (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), hal. 37.

51
2. Peramalan, menyediakan pengetahuan baru yang relevan dengan
kebijakan tentang masalah yang akan terjadi pada masa
mendatang sebgai akibat dari diambilnya alternatif, termasuk
tidak melakukan sesuatu. Ini dilakukan pada tahap formulasi
kebijakan. Peramalan dapat menguji masa depan yang plausible,
potensial, dan secara normatif bernilai estimasi akibat dari
kebijakan yang ada atau diusulkan, mengenali kendala-kendala
yang mungkin akan terjadi dalam pencapaian tujuan, dan
mengestimasi kelayakan politik dari berbagai pilihan
3. Rekomendasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan tentang manfaat atau biaya berbagai alternatif yang
akibatnya pada masa mendatang telah diestimasi melalui
peramalan. Ini membantu pengambil kebijakan pada adobsi
kebijakan. Rekomendasi membantu mengestimasi tingkat resiko
dan ketidakpastian, mengenali eksternalitas dan akibat ganda,
menentukan kriteria dalam pembuatan pilihan, dan menentukan
pertanggung jawaban administrasi bagi implementasi kebijakan.
4. Pemantauan menyediakan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan tentang akibat dari kebijakan yang diambil sebelumnya.
Ini membantu pengambil kebijakan pada tahap implementasi.
Banyak badan secara teratur memantau hasil dan dampak
kebijakan dengan meng- gunakan berbagai indikator kebijakan.
Misalnya indikator kesehatan, pendidikan, perumahan,
kesejahteraan, kri- minalitas, serta ilmu dan teknologi.
Pemantauan membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan
akibat-akibat yang tidak diinginkan dari kebijakan dan program,
meng- identifikasi hambatan dan rintangan implementasi, serta
menemukan letak pihak-pihak yang bertanggung jawab pada
setiap tahap

52
5. Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang
diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan. Jadi ini
membantu pengambil kebijakan pada tahap penilaian kebijakan
terhadap proses pembuatan kebijakan. Evaluasi tidak hanya
menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah telah
terselesaikan tetapi juga menyumbang pada klasifikasi dan kritik
terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan, membantu dalam
penyesuaian dan perumusan kembali masalah.

Indikator implementasi kebijakan dapat diuraikan sebagai


berikut:
a. Komunikasi
Keberhasilan komunikasi dapat diukur dengan melihat tiga
indikator yaitu tranmisi, penyaluran komunikasi yang baik akan
menghasilkan suau implementasi yang baik pula. Kejelasan
komunikasi yang diterima pelaksana kebijakan harus jelas dan
tidak membingungkan.
b. Sumber daya
Sumber daya utama implementasi kebijakan adalah staf yang ahli
dan mampu mengimplementasikan suatu ke- bijakan. Kedua yaitu
informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan
kebijakan, implementator harus menge- tahui apa yang harus
mereka lakukan saat mendapat perintah untuk melaksanakan
tindakan.
c. Diposisi
Pelaksanaan kebijakan akan efektif jika pelaksana tidak hanya
mengetahui apa yang akan dilaksanakan tetapi juga memiliki
kemampuan untuk melakukannya sehingga dalam praktik
kebijakan tidak terjadi bias.
d. Struktur birokrasi
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut kerjasama banyak
orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada

53
kebijakan yang tersedia maka hal ini akan menyebabkan sumber
daya tidak efektif dan menjadi penghambat jalannya kebijakan. 40

Permasalahan bidang pendidikan seperti pemerataan,


peningkatan kualitas, efektivitas dan efisiensi, dan relevansi pen-
didikan dengan pembangunan nasional mempengaruhi bentuk
kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan tersebut yaitu:
melanjutkan program pemberantasan buta huruf dan dikem- bangkan
dengan memberi keterampilan; melaksanakan pen- didikan masyarakat
agar memiliki kemampuan, mental, spiritual, dan keterampilan;
mengenalkan pendidikan luar sekolah yang berorientasi kepada
kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya; mengenalkan inovasi
pendidikan; pembinaan generasi muda melalui OSIS, OMK, KNPI;
dan dilaksanakannya program orang tua asuh.41 Aspek proses
komunikasi kebijakan berikut:

40 Mukhtar, Analisis Kebijakan Pendidikan, Op.Cit., hal. 23-24.


4141 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 14

54
Gambar Proses komunikasi kebijakan. Disarikan dari William
N. Dunn, Public Policy Analysis42

Berdasarkan uraian beberapa teori di atas maka dapat dipahami


sebuah sintesis bahwa analisis kebijakan pendidikan adalah
serangkaian aktivitas pengambilan keputusan berdasar- kan informasi
yang telah diperoleh pada masa lalu untuk mendapatkan perubahan
pada pendidikan di masa mendatang. Indikator analisis kebijakan
pendidikan adalah penyusunan masalah pendidikan, formulasi
kebijakan, penilaian, dan rekomendasi.

42 Yoyon Bachtiar Irianto, Op.Cit., hal. 39.

55
B. Pendidikan Karakter
Konsep Islam menunjukkan kata pendidikan banyak dirujuk
kepada kata äl-tarbiyah”, äl-ta’lim”, dan al-ta’dib”. Masing- masing
term memiliki makna dan pemahaman yang berbeda- beda, meski
dalam hal tertentu term tersebut sering disamakan pengertiannya.
Ketiga term tersebut bersumber dari sumber utama ajaran Islam,al-
quran dan al-sunnah. Term al-tarbiyah selanjutnya diartikan
sebagai : “mengasuh”, “menanggung”, memberi makan”,
”mengembangkan”, “memelihara”, “mem- buat”,
“membesarkan”dan “menjinakkan”43.
Definisi pendidikan dapat digali dari berbagai sumber. Salah
satunya diawali dengan memaknai pendidik. Pendidik adalah orang
yang mendidik. Kata mendidik diartikan mem- berikan latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecer- dasan pikiran sehingga
pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan.44
Pendidikan dalam menjalankan fungsi untuk melakukan
perubahan perilaku maka terdapat nilai-nilai yang harus ditanamkan
dalam pendidikan. Nilai tersebut yaitu mental (hal- hal yang berkaitan
dengan sikap batin dan watak manusia), moral (hal-hal yang berkaitan
dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban
atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, dan kesusilaan),
fisik (hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan
dan penampilan manusia secara lahiriah), dan artistik (hal yang
berkaitan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan).45

43Sulaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2012).Hlm.16
44 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya

(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 122.


45 Ibid., hal. 124.

56
Sementara itu jika dilihat secara terminologis terdapat beberapa
pengertian tentang karakter, diantaranya dapat di- sebutkan pendapat
beberapa ahli berikut:
a. Homby and Pamwell (1972) mendefinisikan karakter sebagai
kualitas mental ataumoral, kekuatan moral, nama atau reputasi,
b. Tadkirotun Musfiroh (2008), karakter mengacu kepada serangkaian
sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang
berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku.
c. Hermawan Kartajaya (2010) mendefinisikan karakter adalah ciri
khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu manusia. Ciri
khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana
seorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespon sesuatu.
d. Simon Philips (2008) mengatakan karakter adalah kumpulan tata
nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pikiran, sikap,
dan prilaku yang ditampilkan.
e. Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik
atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
f. Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian
tentang karakter. Pertama; ia menunjukkan bagai- mana seseorang
bertingkahlaku. Kedua; istilah karakter erat kaitannya dengan
personality.
g. Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan
akhlaq, yaitu ; spontanitas manusia dalam bersikap,

57
atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia
sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi46.

Sedangkan jika digabungkan dua kata “pendidikan-


karakter” maka Pendidikan karakter merupakan proses yang
berorientasi membimbing dan menuntun kondisi jiwa manusia
khususnya agar dapat menumbuhkan karakter dan kebiasaan yang baik
sesuai dengan aturan akan manusia dan syariat agama dalam
hubungannya dengan sang Kholiq dan makhluk serta
alam sekitarnya47.
Pada level lembaga atau institusi pendidikan seperti sekolah,
terdapat mata pelajaran pendidikan agama Islam, dimana guru mata
pelajaran PAI ini mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing,
dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Tugas
guru dititikberatkan pada pemberian arahan dan motivasi pencapaian
tujuan ; melalui pengalaman belajar yang memadai, membantu
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri.
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.
Karakter dapat dianggap sebagai nilai- nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, dan

46Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi, (Bandung : Alfabeta,


2017).Hlm.2-3.
47Suprihatin, Pendidikan Budi Pekerti, Jurnal Penelitian Pendidikan Media Komunikasi
Penelitian dan Pengembangan Ilmu-ilmu Pendidikan, Vol.2 No. 1.

58
perkataan, perbuatan yang berdasarkan norma agama, hukum, tata
krama, budaya, adat istiadat, dan estetika.48
Untuk level sekolah terdapat kriteria karakter siswa yang sudah
dirumuskan berikut ini49:

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter


No. NILAI DESKRIPSI
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
1 RELIGIUS melaksanakanajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap ibadah agama lain dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.

Perilaku yang didasarkan kepada upaya


2 JUJUR menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.

Sikap dan tindakan yang menghargai per-


3 TOLERANSI bedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib


4 DISIPLIN dan patuh pada berbagai ketentuan
peraturan.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
5 KERJAKERAS sungguh dalam mengatasi berbagai hambat- an
belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.

Berpikir dan melakukan sesuai menghasilkan


6 KREATIF cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah ter-
7 MANDIRI gantung pada orang lain dalam menye-
lesaikan tugas-tugas.
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
8 DEMOKRATIS menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
Sikap dan tindakan yang selalu beruapaya
9 RASA INGIN TAHU untuk mengetahui lebih dalam dan meluas

48 Muchlas samani. Konsep dan model pendidikan karakter.(Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2013), hlm. 41-42
49Zubaedi, Desain Penddikan Karakter, (Jakarta : Kencana, 2011).Hlm. 74-76. Baca juga :

Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan


Karakter, (Jakarta : Kemendiknas, 2011). Hlm.40-47.

59
dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan
didengar.

Cara berpikir, bertindak dan berwawasan


10 SEMANGAT yang menempatkan kepentingan bangsa dan
KEBANGSAAN negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang


11 CINTA TANAH AIR menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan
politik bangsa.

12 MENGHARGAI Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya


PRESTASI untuk menghasilkan sesuai yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui serta menghormati
keberhasilan orang lain

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang


13 BERSAHABAT/ berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang
KOMUNIKATIF lain.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang
14 CINTA DAMAI menyebabkan orang lain merasa senang dan aman
atas kehadirannya.
Kebiasaan yang menyediakan waktu untuk
15 GEMAR MEMBACA membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
Sikap dan tindakan yang selalu mencegah
16 PEDULI LINGKUNGAN kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah
diperbaiki.

Sikap dan tindakan yang selalu ingin mem-


17 PEDULI SOSIAL beri bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
Sikap dan prilaku seseorang untuk melak-
18 TANGGUNGJAWAB sanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya
dilakukan terhadap dirinya, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan YME.

Pendidikan karakter sebagaimana dimaksudkan di atas pada


dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah kepada pembentukan karakter dan akhlaq
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan

60
seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan. Melalui proses ini, hasilnya akan nampak bagi peserta
didik sehingga mereka mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan
serta mempersonalisasikan niali-nilai karakter dan akhlaq mulia yang
diwujudkan dalam prilaku sehari-hari50.
Dalam konsep Islam, perintah penerapan pendidikan karakter
untuk tujuan mengkondisikan dan menciptakan perbaikan prilaku
manusia agar menjadi lebih baik, dapat dicerna melalui pemahaman
kita terhadapt ayat al-Quran pada
ۡ ِ ۡ ۡ ۡ
surat Ali-Imron ayat 104 yang berbunyi :
ۡ
‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫ول َتكن مُنك ُٱ َّمة َ إَل خ وَيٱ ُم بٱل َم ۡع وي َنۡ عن ٱل‬
‫ۡ ِۡي ُرو َن ُروف ۡ َون ُمنك ُِۚ ر‬ ‫َي ۡد ن‬
‫عو ٱل‬ ‫ٱ‬

٤٠١ ‫ُُه حو َن‬ َ


ٰ‫وٱُ ْول‬
‫ٱلۡ ُم ۡف‬ ‫ٓ ئِك‬
‫ِل‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”51 (Q.S Ali-Iman: 104)

Penjelasan ayat di atas dipertegas secara parsial oleh suatu hadis


yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berbunyi:

‫ إ َن ّ َما ُب ِعْثت ل َت ِِم َم َمك ِر َم‬...


‫إلخالق‬ ِ
“...sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlaq”52.

50 E Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara. 2011). Hlm.9.


51 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Proyek Depag RI, 2010).

61
Hlm. 133-134.
52 Ahmadi bin Husain bi Ali bin Musa al Husru al Jaudi al Hurotomi, Muhammad Abdul
Qodir ‘Atha, Assunan Al Kubro (Lebanon, Beirut: Darul Kutub al Ilmiah, 2003), hal. 323.

62
Pada teks/matan hadis di atas, secara jelas bahwa Rosulullah
Muhammad SAW mengatakan sesungguhnya beliau diutus Allah
sebagai Nabi dan Rosul bertujuan utama untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlaq ummat manusia tanpa terkecuali. Membangun
masyarakat yang memiliki akhlaq yang mulia sangat berat dilakukan.
Pekerjaan tersebut harus dimulai
dari ajakan untuk berbuat kebaikan dan ma’ruf serta seruang
untuk meninggalkan segala yang keji dan munkar. Para Imam besar
seperti Imam Syafi’i dan Imam Ghazali menjelaskan akan
pentingnya akhlaq atau adab bagi seseorang melebihi keutamaan ilmu
yang dimiliki. Sebab itu mereka menyimpulkan bahwa “al-
Adabu Fauqol ‘ilmi”; adab atau akhlaq atau moral atau karakter
derajatnya di atas ilmu. Para ulama juga sepakat bahwa sebelum
mempelajari ilmu, terlebih dahulu seseorang itu mempelajari
akhlaq. Dalam banyak catatan sejarah kehidupan para ulama terdahulu
disimpulkan bahwa mereka rata-rata sebelum mempelajari berbagai
ilmu telah terlebih dahulu mempelajari dan memperdalam akhlaq atau
adab selama puluhan tahun.
Seruan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar berlaku
bagi siapa saja dan kapan saja. Dalam konteks pendidikan, satuan
penyelenggara pendidikan menjadi berkepentingan untuk
menghidupkan dan menggerakkan prinsip dan aksi amar ma’ruf nahi
munkar di sekolah masing-masing. Sehingga pengelolaan sekolah
menjadi profesional dan berkualitas dan melahirkan peserta didik yang
berkarakter baik, bermoral, berbudi, dan berakhlakul karimah.
Melahirkan generasi tangguh, berkualitas, dan berkarakter, berarti telah
menciptakan generasi penerus bangsa yang tidak perlu dikhawatirkan
masa depannya. Prinsip ini sejalan dengan mafhum mukholafah yang
terdapat pada ayat 9
surat An-Nisa’ :
‫ٱ‬
‫ولۡ َيخش ٱ‬ َِّ
‫لين لَ ۡو َت َر ُكوْ إ من خلۡ ِفهِ ۡم ذ ِ ر َي ّ ٗة ض َع َٰ فًا خا ُفوْ إ عَلَ ۡ ِۡي ۡم َفلۡ َي َّت ُقوْ إ‬
‫ٱ‬
‫ٱ َّلل‬

٩ ‫ولۡ َي ُ ُقولوْ إ َق ۡو َٗل سدي ًدإ‬

63
Artinya: “dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”53.

Dalam bahasa Arab, karakter diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u


artinya budi pekerti, tabiat, atau watak. Karakter merupakan kumpulan
dari beragam aspek kepribadian yang melambangkan kepribadian
seseorang. Karakter merupakan ciri- ciri tertentu yang sudah menyatu
pada diri seseorang yang ditampilkan dalam bentuk perilaku. Karena
itu dikatakan Farid Anjar yang dikutip Abdullah Idi bahwa pendidikan
karakter adalah pendidikan akhlak. Sifat-sifat yang ada dalam diri
seseorang, terdapat sifat yang menonjol/dominan, yang kemu- dian
menjadi karakteristik seseorang atau sekelompok orang. Sifat yang
dimiliki manusia sangat ditentukan pendidikan yang
mempengaruhinya. Pendidikan dapat mengembangkan potensi baik
dan dapat menekan potensi buruk manusia. Karakter merupakan
kualitas moral dan mental yang pembentukannya dipengaruh oleh
faktor bawaan (fitrah atau nature) dan lingkungan (sosialisasi atau
nurture).54
Ketidakjelasan penentuan pendidikan karakter menurut
para ahli pendidikan diketahui dengan mengidentifikasi fitur- fitur
tertentu yang diperlukan, definisi permasalahan yang universal pada
pendidikan karakter. Starting point definisi menggunakan literatur
prototype. Saran evaluasi program pendidikan karakter berdasarkan
konsistensi dengan model program yang terdiri dari 7 fitur. Dua
strategi untuk meng- evaluasi apakah dan sejauh mana program
dapat dianggap

53 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Proyek Depag RI, 2010).
54 Abdullah Idi dan Safarina, Etika Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), hal. 124.

64
sebagai contoh pendidikan karakter disebut klasifikasi polythetic dan
pencocokan prototipe. Tujuannya adalah untuk membantu para peneliti
dan praktisi lebih efektif membedakan pendidikan karakter dari jenis
program lain yang dimaksudkan untuk pengembangan diri. Efektivitas
program pendidikan karakter biasanya diukur melalui perbaikan
perilaku remaja. Tanpa sebuah definisi yang baik tentang apa yang
membentuk program pendidikan karakter, banyak program
dimaksudkan untuk meningkatkan perilaku prososial atau resistensi
terhadap perilaku negatif sebagai contoh pendidikan karakter.55
Al-Ghazali telah meletakkan empat prinsip utama akhlak yang
menyebabkan manusia melahhirkan akhlak terpuji sebagaimana yang
dikutip oleh Muhammad Abdurrahman yaitu:
a. Hikmah (kebijaksanaan). Jika seseorang memiliki hikmah maka
dengan sendirinya melahirkan sifat baik, cerdas, cerdik, dan selalu
husnuzhan (berprasangka baik)
b. Adil. Segala sesuatu dilakukan dengan pertimbangan jiwa,
meminimalisir keterlibatan nafsu dan perasaan marah dalam
setiap aktivitas. Semuanya didasarkan atas landasan syariah.
c. Syaja’ah (keberanian). Keberanian dalam melawan nafsu
dan kemarahan. Berani melakukan perlawanan terhadap maksiat
dengan jalan bermujahadah, menanggung pen- deritaan lewat
kesabaran dan berlemah lembut terhadap manusia.
d. Iffa. Dapat mendidik keinginan nafsu untuk tunduk kepada
kemauan akal dan syariat. Pemurah, malu, sabar, pemaaf,
qana’ah, wara’, tolong menolong, peramah, dan kurang
mengharap dari orang lain.56
55 Robert E. McGrath, What Is Character Education? Development of a Prototype (Fairleigh
Dickinson University, Journal of Character Education, 2018) Volume Vol. 14, No. 2,,
2018, pp. 23–35 ISSN 1543-1223.
56 Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2016), hal. 35-36.

65
Karakter bisa dikembangkan melalui dua cara yaitu guru sebagai
teladan dan habituasi atau pembudayaan karakter di sekolah. Di kelas
guru berperan sebagai fasilitator. Untuk mengembangkan karakter, guru
berperan sebagai teladan. Karakter tidak diajarkan tetapi dipraktikkan
dalam kehidupan nyata. Guru teladan lebih efektif mengembangkan
karakter siswa. Siswa bisa terinspirasi oleh guru yang berprestasi,
terampil, baik, sabar, berwawasan luas, tekun, dan disiplin, meski
dirinya tidak meminta siswa untuk menirunya. Habituasi karakter juga
akan berhasil jika kepala sekolah berperan sebagai pengontrol langsung
implementasi budaya tertentu. Ia berusaha serius menjadi orang pertama
yang melaksanakan karakter baik dan unggul tanpa perlu sering
ceramah atau menasehati bawah- an. Pengembangan karakter tidak
berhasil karena komunitas sekolah baru samai tahap mengetahui baik
buruk dan meng- inginkan baik, tetapi tidak mau melaksanakan yang
baik dan menghindari yang buruk. Sekolah dan guru gagal
menghadirkan kultur baik dan unggul di satu sisi, dan siswa terpengaruh
oleh lingkungan buruk di sisi lain. Akibatnya siswa tidak memiliki sifat-
sifat yang seharusnya dimiliki oleh pembelajar, seperti rasa ingin tahu,
tekun, membaca, dan meneliti. Siswa sedemikian sulit menerima
pembelajaran dan pendidikan, dan sulit berprestasi kecuali sekolah
mengubah kultur sekolah menjadi kultur baik.57 Pendidikan karakter
tidak cukup di ajarkan di sekolah.
Melalui prakarsa kepala sekolah, orang tua dan tokoh msyarakat
harus segera dilibatkan dalam menanggulangi atau mencegah tawuran
melalui pendidikan karakter di tiga lingkungan secara bersama yakni
sekolah, rumah, dan masyarakat. Sekolah juga bisa mengajar aparat
kepolisian sebagai mitra kerja sama dalam menangani tawuran pelajar.
Pertama orang tua wajib menjalin komunikasi yang baik dengan anak.
Ini bisa dilakukan saat sarapan, makan malam, sebelum tidur,
dan saat berlibur

57 Jejen Mustafah, Manajemen Pendidikan “Teori, Kebijakan, Praktik”, (Jakarta: Kencana,


2015), hal. 48-49.

66
bersama. Orang tua harus mengetahui perkembangan anak, masalahnya
apa saja, temanya siaa saja, mata pelajaran kesukaan- nya apa, dan
gurunya siapa dan bagaimana mengajarnya. Sesibuk apapun orang tua
harus menyempatkan berkomunikasi dengan anak. Kedua,
mengembangkan budaya di sekolah. Pendidikan karakter tidak hanya
diajarkan di kelas, melainkan dicontohkan dalam setiap sikap dan
perilaku komunitas sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Karakter baik menjadi budaya sekolah. Sekolah berul-betul
mengajarkan kejujuran, ke- disiplinan, saling menghormati, saling
menghargai, dan mudah memaafkan. Ketiga, para pemimpin dan warga
masyarakat perlu memberikan contoh karakter utama sesuai perannya
masing- masing. pemimpin menunjukkan sikap sederhana dan santun,
serta peduli. Warga masyarakat hidu rukun. Keemat, polisi seharusnya
menjalin kerja sama dengan sekolah. Polisi meng- awasi sekolah dan
titik-titik rawan tawuran. Polisi juga bisa memantau media sosial para
pelajar. Usaha yang serius dan menyeluruh serta melibatkan semua
pihak harus segera dilakukan guna mewujudkan pelajar yang
berkarakter. Pelajar yang mencintai sesama dan berperilaku santun,
serta menolak kekerasan, pelajar yang menggunakan akal dan hati
nurani serta dialog dalam memecahkan masalah. Itulah tujuan
pendidikan karakter yang selalu kita dengungkan kepada guru di
sekolah.

67
Ciri-ciri karakter yang baik meliputi tiga unsur yaitu:

Gambar Komponen-Komponen Karakter yang Baik58 Masing-

masing domain karakter dan komponen


pembentuknya dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengetahuan moral
Terdapat enam pengetahuan moral yang dapat menjadi tujuan
pendidikan karakter yaitu:
1. Kesadaran moral. Anak-anak harus mengetahui bahwa tanggung
jawab moral pertama adalah menggunakan akal mereka untuk
melihat kapan sebuah situasi membutuhkan penilaian moral,
kemudian memikirkan dengan cermat pertimbangan apakah yang
benar untuk tindakan tersebut. Pendidikan nilai mengajarkan
siswa cara memastikan fakta terlebih dahulu sebelum membuat
timbangan moral.

58 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter : Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi


Pintar dan Baik, terjemahan Lita S, (Bandung: Nusa Media, 2014), hal. 74.

68
2. Mengetahui nilai-nilai moral. Nilai moral seperti meng- hormati
kehidupan dan kemerdekaan, bertanggung jawab terhadap orang
lain, kejujuran, keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri,
integritas, belas kasih, kedermawanan, dan keberanian adalah
faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik. Faktor ini
akan menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
3. Pengambilan perspektif, adalah kemampun untuk meng- ambil
sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang
orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan berfikir,
bereaksi, dan merasa. Kita tidak dapat menghormati orang dengan
baik dan bertindak denan adil jika tidak memahami mereka.
Tujuan mendasar pendidikan moraladalah membantu siswa
merasakan dunia dari sudut pandang orang lain.
4. Penalaran moral, adalah memahami makna sebagai orang yang
bermoral dan mengapa kita harus bermoral. Penalaran moral juga
melibatkan pemahaman prinsip moral klasik seperti hormati
martabat setiap individu dan perbanyaklah berbuat baik.
5. Membuat keputusan. Mampu memikirkan langkah yang akan
diambil seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral
disebut keterampilan pengambilan keputusan reflektif.
6. Memahami diri sendiri, berarti sadar terhadap kekuatan dan
kelemahan karakter dan mengetahui cara untuk mem- perbaiki
kelemahan tersebut. Salah satunya kecenderungan melakukan apa
yang diinginkan lalu mencari pembenaran berdasarkan fakta yang
ada.

69
b. Perasaan moral
1. Hati nurani. Hati nurani memiliki dua sisi yaitu kognitif dan
emosional. Sisi kognitif menuntun dalam menen- tukan hal
yang benar, sedangkan sisi emosional menjadikan kita merasa
berkewajiban untuk melakukan hal yang benar. Banyak orang
yang mengetahui hal yang benar tetapi merasa tidak
berkewajiban berbuat sesuai dengan pengetahuan tersebut.
2. Penghargaan diri. Jika memiliki penghargaan diri yang sehat,
maka akan menghargai diri sendiri, lalu akan menghormati
diri sendiri. Jika memiliki penghargaan diri, kita tidak akan
bergantung pada pendapat orang lain.
3. Empati, adalah kemampuan mengenali atau merasakan
keadaan yang tengah dialami orang lain. Empati
memungkinkan kita keluar dari kulit dan masuk ke kulit
orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari
pengambilan perspektif.
4. Mencintai kebaikan. Orang mencintai kebaikan akan merasa
senang melakukan kebaikan. Cinta akan melahirkan hasrat,
bukan hanya kewajiban.
5. Kontrol diri, penting untuk mengekang keterlenaan diri.
Hanya dengan memperkuat kontrol diri, masalah seperti
penyalahgunaan narkoba dan aktivitas seksual yang prematur
di kalangan remaja dapat dikurangi secara signifikan.
6. Kerendahan hati, adalah bagian dari pemahaman diri. Suatu
bentuk keterbukaan murni terhadap kebenaran sekaligus
kehendak untuk berbuat sesuatu demi memperbaiki
kegagalan.

70
c. Tindakan moral
1. Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah
pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral
yang efektif. Untuk menyelesaikan sebuah konflik secara adil,
misalnya kita membutuhkan keterampilan praktis seperti
mendengarkan, mengkomunikasikan, dan melaksanakan
solusi.
2. Kehendak, dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap
terkendali oleh akal. Kehendak juga dibutuhkan untuk dapat
melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh
dimensi moral. Kehendak dibutuhkan untuk mendahulukan
kewajiban bukan kesenangan, menahan godaan, bertahan dari
tekanan teman sebaya, dan melawan gelombang. Kehendak
merupakan inti keberanian moral.
3. Kebiasaan, merupakan faktor pembentuk perilaku moral.
Orang memiliki karakter yang baik akan bertindak dengan
sungguh-sungguh, loyal, berani, berbudi dan adil tanpa
banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya. Mereka sering
menentukan pilihan yang benar secara tak sadar. Mereka
melakukan hal yang benar karena kebiasaan.

Implementasi pendidikan karakter bisa dilakukan melalui:


a. Terintegrasi dalam pembelajaran
Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam proses
pembelajaran artinya pengenalan nilai-nilai, kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku
peserta didik melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di
dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Kegiatan
pembelajaran selain menjadikan peserta didik menguasai kompetensi
(materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta
didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
karakter

71
dan menjadikannya sebagai perilaku dalam kehidupan sehari- hari.
Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran sebagaimana
gambar berikut:59

Gambar Skema Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam


Proses Pembelajaran

b. Terintegrasi dalam pengembangan diri melalui kegiatan


ekstrakurikuler
Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan
pengembangan diri, berbagai hal terkait dengan karakter
diimplementasikan dalam kegiatan pengembangan diri melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang
memuat pembentuka karakter antara lain:
1) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan
lainnya)
2) Keagamaan (baca tulis Al-Qur’an, kajian hadis, ibadah)
3) Seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater)
4) KIR
5) Kepramukaan
6) Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta Didik (LDKS)

59Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah: Konsep dan Praktik


Implementasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 16

72
7) Palang Merah Remaja (PMR)
8) Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
9) Pameran Lokakarya
10) Kesehatan60

Pendidikan karakter terintegrasi dalam pengembangan diri


kegiatan ekstrakurikuler digambarkan sebagai berikut:

Gambar Skema Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam


Proses Pembelajaran

c. Terintegrasi dalam manajemen sekolah


Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam manajemen sekolah
artinya berbagai hal terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman
dan ketaqwaan, dan lain-lain), dirancang dan diimplementasikan dalam
aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan peserta didik,
regulasi/peraturan sekolah, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan
informasi serta pengelolaan lainnya. 61

60 Ibid., hal. 17.


61Ibid., hal. 18.

72
Pendidikan karakter terintegrasi dalam manajemen sekolah
sebagaimana tergambar pada skema berikut:

Gambar Skema Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam


Proses Pembelajaran

CEP (Character Education Partnership) yang dibangun tahun


1993 mempresentasikan "Sebelas Prinsip Efektif Pendidikan
Karakter,” merupakan dokumen yang mengusulkan kerangka
kerja yang menjabarkan perencanaan dari setiap program pendidikan
karakter yang efektif yang diadopsi dan
membimbing para leader dan pendidik untuk meningkatkan hasil
implementasi pendidikan karakter yang efektif. 11 prinsip tersebut
terdiri dari:
1) Komunitas sekolah atau distrik mempromosikan nilai-nilai etika
dan kinerja inti sebagai landasan karakter yang baik.
2) Sekolah atau distrik mendefinisikan "karakter" secara
komprehensif untuk memasukkan pemikiran, perasaan, dan
tindakan.

73
3) Sekolah atau distrik menggunakan pendekatan yang
komprehensif, disengaja, dan proaktif untuk pengembangan
karakter.
4) Sekolah atau distrik menciptakan komunitas peduli.
5) Sekolah atau distrik memberi siswa kesempatan untuk melakukan
tindakan moral.
6) Sekolah atau kabupaten menawarkan kurikulum akademik yang
bermakna dan menantang itu menghormati semua peserta didik,
mengembangkan karakter mereka, dan membantu mereka untuk
sukses.
7) Sekolah atau distrik menumbuhkan motivasi diri siswa.
8) Staf sekolah atau distrik adalah komunitas belajar etis yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan menganut
nilai-nilai inti yang sama yang membimbing siswa.
9) Sekolah atau distrik menumbuhkan kepemimpinan bersama dan
dukungan jangka panjang dari inisiatif pendidikan karakter.
10) Sekolah atau distrik melibatkan keluarga dan anggota masyarakat
sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
11) Sekolah atau kabupaten secara rutin menilai budaya dan iklimnya,
dan fungsinya staf sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana
siswa memanifestasikan karakter baik.62

Tingkat keasadaran masyarakat semakin tinggi akan pentingnya


karakter generasi muda yang saat ini dalam ancaman bahaya. Krisis
karakter yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini merupakan bagian
dari tanggungjawab lembaga pendidikan. Problem krisis karakter anak
bangsa terpapar secara lokal maupun global dengan adanya perubahan
industri 4.0 yang

62 Ruba Khoury, Character Education as a Bridge from Elementary to Middle School: A Case
Study of Effective Practices and Processes (California State Polytechnic University,
Pomona, U.S.A), Volume 8, Number 2, Fall 2017 ISSN: 1934-9726 hal. 52

74
menciptakan makin maraknya penggunaan media sosial dan teknologi
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada
hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan
perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas
sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan
pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Seperti
yang tergambar pada diagram berikut:
Gambar Koheresi Karakter Dalam Konteks Totalitas Proses
Psiko Sosial63

63 Heri Gunawan, Op.Cit., hal. 25.

75
Heri Gunawan menulis sebuah buku berjudul Pendidikan
Karakter: Konsep Dan Implementasi, berangkat dari persoalan
pergaulan bebas atau free sex yang dilakukan oleh para pelajar dan
mahasiswa. Tulisan ini didasarkan pada hasil survei yang dilakukan
oleh Social Behavior Survei di 5 kota besar di Indonesia pada tahun
2011. Semua prilaku negatif masyarakat Indonesia yang terjadi di
kalangan pelajar, mahasiswa maupun kalangan yang lainnya, jelas
menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salahsatunya
disebabkan oleh tidak optimal- nya pengembangan pendidikan karakter
di lembaga pendidikan. Lebih jauh, Heri mengkritik keras terhadap
pelaksanaan pendidikan karakter yang hanya diserahkan pada guru
agama saja. Pendidikan karakter merupakan tugas semua pihak di
lembaga pendidikan. Penerapan pendidikan karakter yang benar dan
terarah oleh semua pihak.
Kegelisahan tentang dampak arus modernisasi yang begitu
banyak memberikan perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan tersebut justru cenderung mengarah kepada krisis moral dan
akhlaq. Terdapat adanya hubungan yang erat antara karya sastra
dengan perubahan dalam masyarakat. Sebuah sastra merupakan hasil
dari sebuah kebudayaan atau hasil kreasi dari seorang sastrawan yang
hidup terkait dengan tata kehidupan masyarakatnya. Sastra berada
dalam hubungan antara kebebas- an kreasi pengarang dan hubungan
sosial yang didalamnya terdapat etika, norma, dan kepentingan
ideologis bahkan juga doktrin agama. Oleh karena itu sastra menjadi
produk individual yang pada saat ia berada di tengah masyarakat,
seketika itu pula ia dipandang menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat. Adanya hubungan tersebut menunjukkan bahwa karya
sastra mempunyai kesempatan untuk menjadi sarana dalam mengubah
kondisi sosial masyarakatnya. Adanya hubungan antara sastra, agama,
dan revolusi sosial menjadi sebuah kajian penting untuk memperoleh
pendekatan yang paling tepat dalam mengem- bangkan pendidikan
karakter yang tepat bagi peserta didik di

76
sekolah. Dimana sastra memiliki fungsi yang mampu membangun
karakter anak didik, meski porsi pelajaran sastra di sekolah masih tidak
begitu dipentingkan.
Pembelajaran materi pendidikan karakter agar tepat sasaran
sesuai tujuan yang akan dicapai, strategi pembelajaran yang efektif dan
efesien. Berbagai penelitian dilakukan mengenai strategi pembelajaran,
dihadapkan dengan dilema yang ditemui- nya dari kritik dan keluhan
para mahasiswa yang mengatakan;
”mengapa strategi pembelajaran yang dipelajari di perguruan
tinggi tidak cocok saat diterapkan di sekolah dan madrasah ketika
sedang PPL dan Kukerta?”. Buku ini ditulis, selain untuk
menjawab pertanyaan di atas juga menjawab keresahan penulis
terhadap krisis karakter yang melanda anak bangsa ini. Buku ini sangat
fokus pada strategi dan metode pembelajaran yang berbasis karakter.64
Pada tahun 1985 Thomas Lickona pernah melakukan
penelitian tentang program-program pendidikan di sekolah- sekolah di
Amerika dan Kanada. Penelitian tersebut dibukukan pada tahun 2008
dengan judul Educating for Character. Pada tahun 2013 buku tersebut
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Lita S dengan judul
Pendidikan Karakter : Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi
Pintar dan Baik yang diterbitkan oleh penerbit Nusa Media Bandung.
Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat dipahami bahwa
sintesis pendidikan karakter adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
untuk membentuk perilaku peserta didik yang berakhlakul karimah
dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter untuk menjadi insan
kamil. Indikator pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah
religius, jujur, toleransi, disiplin, semangat kebangsaan, cinta damai,
dan peduli sosial.

64Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2015).

77
C. Undang-Undang dan Peraturan tentang Kebijakan
Nasional terhadap Pendidikan Karakter
Kebijakan nasional pendidikan merupakan salah satu
bagian dari input instrument yang memiliki kontribusi dalam
peningkatan mutu lulusan lembaga pendidikan untuk mem- bentuk
karakter atau kepribadian peserta didik secara khusus dan warga
sekolah secara umum. Efektivitas penyelenggaraan pendidikan akan
menghasilkn mutu yang diharapkan sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan sekolah.
Atik Maisaroh, dan kawan-kawan dalam tulisannya yang
berjudul Manajemen Program Penguatan Pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar mengatakan bahwa terdapat empat jalur pelaksanaan
program penguatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar yaitu melalui
: 1. Pengintegrasian, 2. Pembudayaan, 3. Keteladanan, 4. Kerjasama
orangtua. Sedangkan pengawasan bersifat langsung dengan cara ;
menyusun rencana evaluasi, mengawasi, mengolah data, dan rapat
perbaikan.65
Terdapat beberapa faktor yang terlibat di dalam pelak- sanaan
pendidikan, sebagaimana digambarkan pada gambar komponen
pendidikan sebagai berikut:

65 Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Volume 1 Nomor 3 September 2018.


Hlm. 302-312.

78
Gambar 2.9 Peta Komponen Pendidikan Sebagai Sistem66

Terdapat beberapa Undang-undang dan Peraturan yang


melandasi dan mengatur pemberlakuan kebijakan pemerintah tentang
pendidikan karakter di satuan pengelola pendidikan formal, antara lain;
a. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia,
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Indonesia,
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter,

66 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah:
Membangun Sekolah yang Bermutu, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 60.

79
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter menyatakan:
- Pasal 2 bahwa PPK memiliki tujuan: a. membangun dan
membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun
2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik
guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; b.
mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan
pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik
yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;
dan c. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi
pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan
lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
- Pasal 3 PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meiiputi nilai-nilai
religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatit mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komuni- katif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab.
- Pasal 6 disebutkan sebagai berikut :
(1) Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan
Formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a angka 1
dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan:
a. Intrakurikuler;
b. Kokurikuler;
c. Ekstrakurikuler.
(2) Penyelenggaraan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan Satuan
Pendidikan Formal.

80
(3) PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah.
(4) Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan
Formal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan tanggung jawab
kepala satuan Pendidikan Formal dan guru.
(5) Tanggung jawab kepala Satuan Pendidikan Formal dan guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sebagai
pemenuhan beban kerja guru dan kepala Satuan Pendidikan
Formal.67

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal menyatakan:
- Pasal 4 ayat 3: Muatan karakter dalam penyelenggaraan PPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diimplementasikan melalui
kurikulum dan pembiasaan pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar atau satuan pendidikan jenjang pendidikan
menengah.
- Pasal 6 (1) Penyelenggaraan PPK yang mengoptimalkan fungsi
kemitraan tripusat pendidikan sebagaimana di- maksud dalam
Pasal 5 dilaksanakan dengan pendekatan berbasis: a. kelas; b.
budaya sekolah; dan c. masyarakat. (2) Pendekatan berbasis kelas
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan dengan: a. mengintegrasikan nilai-nilai
karakter dalam proses pembelajaran secara tematik atau
terintegrasi dalam mata pelajaran sesuai dengan isi kurikulum; b.
merencanakan pengelolaan kelas dan metode
pembelajaran/pembimbingan sesuai dengan karakter

67 https://setkab.go.id/wp-
content/uploads/2017/09/Perpres_Nomor_87_Tahun_2017.pdf

81
peserta didik; c. melakukan evaluasi pembelajaran/ pem-
bimbingan; dan d. mengembangkan kurikulum muatan lokal
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah, satuan
pendidikan, dan peserta didik. (3) Pendekatan berbasis budaya
sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilakukan dengan: a. menekankan pada pem- biasaan
nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah; b. memberikan
keteladanan antar warga sekolah; c. melibatkan seluruh pemangku
kepentingan pendidikan di sekolah; d. membangun dan mematuhi
norma, peraturan, dan tradisi sekolah; e. mengembangkan
keunikan, keunggulan, dan daya saing sekolah sebagai ciri khas
sekolah; f. memberi ruang yang luas kepada peserta didik untuk
mengem- bangkan potensi melalui kegiatan literasi; dan g. khusus
bagi peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar atau satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah
diberikan ruang yang luas untuk mengembangkan potensi melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Pendekatan berbasis masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan: a.
memperkuat peranan orang tua sebagai pemangku kepentingan
utama pendidikan dan Komite Sekolah sebagai lembaga
partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi prinsip gotong
royong; b. Meli- batkan dan memberdayakan potensi lingkungan
sebagai sumber belajar seperti keberadaan dan dukungan pegiat
seni dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan
dunia industri; dan mensinergikan implementasi PPK dengan
berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat
pendidikan, lembaga swadaya masya- rakat, dan lembaga
informasi.68

68 https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2018_Nomor20.pdf

82
BAGIAN KETIGA
DESKRIPSI MAN JAMBI

A. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Jambi


1. Sejarah MAN Model Jambi
Latar belakang sejarah MAN Model Jambi yang berada
dikomplek perguruan Jl. Adityawarman Thehok adalah berasal dari
komplek PGAN Jambi yang luasnya mencapai 4.3 Ha yang dibeli dari
dana anggaran negara melalui DIP Tahun 1969 oleh Asyari Thoha, BA
(Kepala PGAN 6 Tahun Jambi/PGAN Jambi Periode III Tahun 1967-
1983). Pada tahun 1973 komplek PGAN ini mulai dibangun secara
bertahap sebanyak 6 lokal dan pada tahun 1974 aktifitas belajar
mengajar PGAN jambi yang waktu itu masih 6 tahun mulai
dilaksanakan dan tahun 1975 PGAN Jambi yang semula berlokasi di Jl.
Hayam Wuruk Simpang Jelutung Jambi secara keseluruhannya pindah
ke komplek perguruan ini.69
PGAN 6 Tahun Jambi semula berada di komplek sekolah di
Jelutung bersama SMP N 4 Jambi sejak tahun 1967-1975. Adapun
sejarah awal dari keberadaan PGAN Jambi, yaitu pada tahun
1959/1960 PGAN 4 Tahun mulai didirikan yang berlokasi di pakuan
baru dipimpin oleh H. Nurdin Yusuf yang merupakan masa periode
pertama hingga tahun 1965. Mulai tahun ajaran 1963/ 1964 PGAN 4
Jambi kemudian dikembangkan menjadi PGAN 6 Tahun Jambi yang
berlokasi di Pakuan Baru kemudian

69 Dokumentasi, Sejarah MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.

83
pindah di komplek sekolah bekas sekolah Cina di Jelutung Jl. Hayam
Wuruk Jambi.70
Berawal dari sejarah singkat PGAN 6 Tahun Jambi yang
kemudian tahun 1978 PGAN 6 Tahun Jambi mengalami alih fungsi
atau perubahan menjadi PGAN Jambi selama 3 tahun setingkat SMA
dan menjadi MTs N Jambi selama 3 tahun seting- kat SMP yang saat
itu masih dibawah pimpinan Asyari Thoha, BA (periode III) yang
kemudian tahun 1983 PGAN Jambi dipimpin oleh Drs. H.A. Razak
Hazzal hingga tahun 1989 (periode IV).71
Selama dalam perjalanan PGAN (3 Tahun) Jambi telah
menghasilkan tenaga guru yang cukup besar dan kemudian sebagai
realisasi keputusan Menteri Agama RI nomor 64 tahun 1990 tanggal 25
april 1990, maka PGAN Jambi yang dipimpin oleh Drs. Selamat
Wasito (masa tugas 1989-1994 periode PGAN ke V dan periode I
Kepala MAN) dialih menjadi Madrasah Aliyah Negeri Jambi, sehingga
dengan itu angka pada tahun ajaran 1990/1991 MAN Jambi merupakan
tahun pertama pene- rimaan siswa kelas I dengan jumlah siswa-siswi
yang diterima sebanyak 299 orang disamping secara bertahap
penyelenggaraan program kegiatan belajar mengajar kelas II dan kelas
III PGAN Jambi.72
Tahun ajaran 1992/1993 adalah masa berakhirnya siswa PGAN
Jambi secara keseluruhannya yang berarti bahwa MAN Jambi telah
memiliki kelas I, II dan III yang pada saat itu siswa berjumlah 521
orang. Madrasah Aliyah Negeri Jambi mengalami perubahan diawal
kepemimpinan Dr. Arfah Hap (Mulai bertugas sejak 9 September 1994
yang merupakan masa bhakti periode II kepala MAN Jambi tahun 1994
hingga tahun 2002) dan mulai tahun ajaran 1998/1999 MAN Jambi
mengalami perubahan status menjadi MAN Model Jambi berdasarkan
keputusan Dirjen

70 Ibid.

71 Ibid.
72 Ibid.

84
Bimbingan Islam Departemen Agama RI No. E.IV/ PP.00.6/
Kep/17.A/1998 tanggal 20 Februari 1998. Perubahan status menjadi
MAN Model Jambi dimaksudkan agar MAN Jambi dipacu sebagai
pusat pembelajaran, pembinaan dan dapat dijadikan contoh bagi
Madrasah Aliyah lainnya dalam provinsi Jambi.73
Pendidikan berbasis keunggulan MAN Model Jambi telah
dimulai tahun pelajaran 2009/2010. MAN Model Jambi telah berupaya
mengembangkan model pembelajaran berbasis IT. Dalam rangka
mempersiapkan pelaksanaan program tersebut, pada tanggal 16 Mei
2009 telah diresmikan Website MAN Model Jambi oleh Bapak
Kakanwil Depag Provinsi Jambi. Disamping mengembangkan model
pembelajaran, MAN Model Jambi juga mengembangkan program
kelas unggul. MAN Model Jambi menyelenggarakan pendidikan
Kecakapan Hidup (Life Skil) untuk mewujudkan visi Mandiri. MAN
Model Jambi mengem- bangkan kurikulum khusus yaitu
pengembangan keterampilan vokasional terdiri dari keterampilan tata
busana, elektronik, komputer (Maintenance dan programer).74
Mulai tahun pelajaran 2016/2017 MAN Model Jambi mulai
melaksanakan secara utuh Kurikulum Tiga Belas (K-13) untuk semua
tingkatan kelas. Struktur K-13 MAN Model Jambi memuat:
a. Sistem Pengelolaan Pendidikan
b. Struktur dan Muatan Kurikulum
c. Beban Belajar peserta didik
d. Kalender Pendidikan
e. Lampiran Silabus dan Program Pengajaran

73 Ibid.
74 Dokumentasi, Perkembangan Sistem Pembelajaran MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.

85
Muatan Struktur Kurikulum terdiri dari:
a. Kelas X: Memuat 19 Mapel + Mulok
b. Kelas XI: Memuat 19 Mapel + Mulok
c. Kelas XII: Memuat 19 Mapel + Mulok.75

Beban Belajar per minggu untuk semua tingkatan kelas adalah


46 Jam pelajaran (46 x 45 menit). Kelas X dan XI mendapatkan
pelajaran keterampilan yang merupakan kuri- kulum khusus (pilihan)
di MAN Model Jambi yang terdiri dari keterampilan tata busana,
elektronik, dan komputer (Mein- tenance dan program). Bagi kelas X
dan XI juga mendapatkan program pengembangan diri yang bersifat
ekstra kurikuler.76
Standar terendah yang ditetapkan untuk KKM Mata pelajaran di
MAN Model Jambi pada tahun pelajaran 2016/2017 adalah 70 dan
tertinggi 75. Standar KKM ini akan terus ditingkatkan dalam tahun-
tahun kedepan. Pendidikan keteram- pilan di MAN Model Jambi
merupakan bentuk kurikulum khusus yang dikembangkan dalam
rangka menyiapkan tenaga- tenaga terampil di bidang tata busana,
elektronik, software dan hardware komputer bertujuan agar para
lulusan MAN Model Jambi memiliki kemandirian dalam
mengembangkan usaha. Pola Pendidikan Keterampilan dikembangkan
melalui 2 jalur yaitu intra kurikuler dan ekstra kurikuler.77

2. Visi MAN Model Jambi


Adapun visi MAN Model Jambi adalah “Menjadi lembaga
pendidikan yang Islami, berkualitas, populis, dan mandiri.” 78

75 Dokumentasi, Kurikulum Pembelajaran MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.


76 Ibid.

77 Ibid.
78 Dokumentasi, Visi MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.

86
3. Misi MAN Model Jambi
Misi MAN Model dijelaskan sebagai berikut:
1) Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai Islami pada siswa,
guru, karyawan.
2) Membudayakan sikap dan prilaku yang Islami bagi semua
komponen (stakeholder) Madrasah.
3) Mengembangkan budaya yang berorientasi pada mutu dalam
setiap aktifitas Pendidikan.
4) Mengembangkan wawasan dan kompetensi peserta didik di
bidang IPTEK.
5) Menampilkan citra positif madrasah pada masyarakat.
6) Mengembangkan metodologi pembelajaran yang mampu
menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik agar menjadi
pribadi yang mandiri ditandai oleh kemampuan berpikir logis,
kritis dalam menemukan, menganalisis, dan memecahkan
masalah.
7) Mengembangkan budaya belajar baik tenaga pendidik maupun
peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat yang
ditandai dengan meningkatnya kegemaran membaca dan menulis.
8) Mengembangkan potensi akademik, vokasional, dan estetika yang
dimiliki siswa menjadi sebuah kompetensi kecakapan hidup (Life
Skil)
9) Mengembangkan budaya pola hidup sehat ditandai dengan
terwujudnya kondisi pisik peserta didik, guru , dan lingkungan
madrasah yang bersih dan sehat.79

79 Dokumentasi, Misi MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.

87
4. Tujuan Pendidikan MAN Model Jambi
Tujuan diselenggarakan pendidikan MAN Model Jambi adalah:
1) Menampilkan performa MAN Model Jambi sebagai sebuah
lembaga pendidikan Islam yang masyarakatnya mampu berprilaku
Islami.
2) Meningkatkan standar prestasi akademik lulusan di atas angka
rata-rata kelulusan Ujian Nasional, baik kuantitas maupun
kualitas.
3) Meningkatkan pencapaian prestasi ekstrakurikuler baik kuantitas
maupun kualitas.
4) Mencetak lulusan yang menguasai IPTEK yang dilandasi oleh
keimanan dan ketaqwaan pada Allah Swt.
5) Mencetak lulusan yang berakhlak mulia, memiliki kepekaan
sosial, dan mampu menjadi teladan bagi orang lain.
6) Mencetak lulusan yang mampu berperan sebagai motivator,
inspirator, inovator bagi masyarakat disekitarnya.
7) Mencetak lulusan yang mampu menyelesaikan masalah baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
8) Mencetak lulusan yang bekepribadian mandiri, kreatif, yang
mampu menghadapi tantangan hidup dan persaingan global.
9) Mencetak lulusan yang sehat jasmani dan rohani, berjiwa satria,
menjunjung tinggi sportivitas, dan pantang menyerah.
10) Mempersiapkan lulusan ke jenjang pendidikan tinggi.80

Strategi penyelenggaraan pendidikan MAN Model Jambi


adalah:
1) Melaksanakan Pembinaan akhlak mulia dan kepribadian secara
maksimal

80 Dokumentasi, Tujuan Pendidikan MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.

88
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
3) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.
4) Memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang
terstandar.
5) Menjamin terlaksananya Tupoksi untuk semua personil yang ada.
6) Terlaksananya administrasi penyelenggaraan Pendidikan.
7) Menyusun dan mengadakan Pedoman/TOR/Juknis pelak- sanaan
manajemen dan administrasi pengelolaan madrasah.
8) Mengoptimalkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembiayaan untuk keperluan operasional madrasah.
9) Melaksanakan kegiatan evaluasi/penilaian baik program madrasah
maupun program pengajaran secara optimal.
10) Melaksanakan pengembangan program yang dituangkan dalam
Renstra pengembangan madrasah baik dalam bentuk program
jangka pendek (program tahunan), program menengah (3
tahunan), maupun program jangka panjang (5 tahunan) dan secara
kontinu melakukan review program.81

5. Data Identitas Madrasah


Nama Madrasah : MAN Model Jambi
Nomor statistic : 131115710010
Status : Madrasah Model berdasarkan SK Dirjen Bimbaga Islam No.
E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/1998
SK Pendirian : Berdasarkan KMA No. 42 tanggal 27 Januari 1992 Alamat
: Jl. Aditya Warman The Hok Kota Jambi Kode Pos 36138
Telp : (0741) 41213
Website : http://manmodel-jambi.sch.id82

81 Dokumentasi, Strategi Penyelenggaraan Pendidikan MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.

82 Dokumentasi, Data Identitas MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.

89
6. Letak geografis
1) Sebelah Barat berbatasan dengan pemukiman
masyarakat
2) Sebelah Utara berbatasan dengan MTsN Model Jambi
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Adityawarman
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Fatahlaside83

7. Tenaga pendidik
Tenaga pendidik yang biasa disebut dengan guru memiliki tugas
mulia dalam membentuk kerangka berpikir anak didik. Guru adalah
sosok yang digugu dan ditiru sehingga setiap tindakan yang dilakukan
oleh seorang guru akan menjadi tolak ukur dan cerminan bagi seluruh
anak didik dan rekan kerja. Interaksi guru yang baik dengan seluruh
warga madrasah akan membentuk sebuah iklim kerja yang kondusif
bagi perkem- bangan sekolah.
Guru mampu menentukan arah penyelenggaraan sebuah proses
pendidikan dan keberhasilan sebuah madrasah. Jabatan menjadi
seorang guru harus didukung oleh kompetensi yang baik sehingga
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Jenjang
pendidikan guru membantu guru untuk memiliki wawasan yang luas
mengenai bidang pendidikan.
Dalam pelaksanaan tugas struktural maupun fungsional, guru
MAN Model Jambi mengikuti peraturan akademik yang diberlakukan
di madrasah. Berdasarkan data dokumentasi, guru MAN Model Jambi
telah memenuhi kriteria-kriteria yang dipersyaratkan sebagai seorang
tenaga pendidik di madrasah. Hal ini dibuktikan dengan adanya data
tenaga pendidik MAN Model Jambi. Setiap guru telah memiliki
sertifikat sebagai seorang pendidik profesional. Sehingga nilai
akreditasi MAN Model mencapai A menjadi sebuah kewajaran, karena
telah ditopang oleh guru-guru profesional.

83 Dokumentasi, Letak Geografis MAN Model Jambi, 01 Agustus 2017.

90
Data guru MAN Model Jambi disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel Tenaga Pendidik MAN Model Jambi Tahun 201984


Status Tk.Pdd
NO NAMA PENDIDIK Tempat,Tgl Lahir Mapel
Non
RA/MADRASAH PNS S1 S2 S3
PNS
1 Hj. Mainidar, S.Pd Ma.Bungo, 23 Mei 1958 PNS - 1 - - Sosiologi
2 Hj. Marlina Yetty, S.Pd Balai Gurah, 2 Februari 1958 PNS - 1 - - BK
3 Dra. Hj.Lili Rosita, S.Pd Pagar Alam, 01 Juli 1964 PNS - 1 - - Ekonomi
4 Dra. Rosmawati Kp.Nangka, 17 Januari 1965 PNS - 1 - - Fisika
5 Dra. Irwinda Rawang, 29 Oktober 1969 PNS - 1 - - Kimia
6 Drs. Ahadiyanto, M.Si Kab.Solok, 11 Oktober 1966 PNS - - 1 - Biologi
7 Drs. Herry Santoso Jambi, 11 Juni 1969 PNS - 1 - - Kimia
8 Drs. Basyir, M.Pd.I Magelang, 5 Juli 1963 PNS - - 1 - Bahasa Inggris
9 Mistriza Elvy, S.Pd Padang, 31 Januari 1969 PNS - 1 - - Fisika
10 Drs. Syaiful Bahri Jambi, 12 Desember 1966 PNS - 1 - - BK
11 Drs. Marwen Agam, 28 Oktober 1966 PNS - 1 - - Penjaskes
12 Drs. H.Muslim,S.pd, M.Pd.I Batu sangkar, 18 Oktober 1964 PNS - - 1 - Ekonomi
13 Drs. Panji Tulung Agung, 31 Juli 1965 PNS - 1 - - Penjaskes
14 Dra. Nurnas, M.Pd Kumun, 1 November 1964 PNS - - 1 Kimia
15 Dra. Nurhayati Tungkal Ulu, 31 Desember 1967 PNS - 1 - - Bahasa Arab

84 Dokumentasi, Format Pendidik dan Tenaga Kependidikan MAN Model Jambi, 05 Juli 2019.
91
16 Dra. Jaudah Ds.Baru, 10 Januari 1966 PNS - 1 - - Bahasa Arab
17 Dra. Juslina Ernawati, M.Pd Jambi, 15 Julin1966 PNS - - 1 - Bahasa Indonesia
18 Heryani, S.Pd Bandung, 17 Desember 1971 PNS - 1 - - Bahasa Indonesia
19 Herbon Kosassih, M.Pd Tj.Pauh, 21 November 1971 PNS - - 1 - Bahasa Inggris
20 Hj. Dian Saptarini,S.Pd Palembang, 4 Desember 1975 PNS - 1 - - Bahasa Indonesia
21 Ali Imron, S.Pd, M.Pd.I Pekalongan, 2 Januari 1971 PNS - - 1 TIK
22 Brianti Amazona, S.Pd Payakumbuh, 29 Desember 1973 PNS - 1 - - Keterampilan
23 Awaluddin, S.Pd, M.SI Bengkulu, 12 Oktober 1973 PNS - - 1 - Keterampilan
24 Deni Nusfa, S.Pd Padang, 3 Agustus 1971 PNS - 1 - - Keterampilan
25 Yenni, S.Pd Jambi, 10 Maret 1971 PNS - 1 - - Bahasa Indonesia
26 Yokmi, S.Pd Padang, 31 Oktober 1965 PNS - 1 - - Keterampilan
27 Sri Raihana, S.Pt Jambi, 23 April 1972 PNS - 1 - - Mulok
28 Siti Ropiah,SP,M.Si Jambi, 8 Juni 1972 PNS - - 1 - Biologi
29 DR.Michrunnisa Ramli M.Pmat Jambi, 12 Desember 1971 PNS - - - 1 Matematika
30 Nurjamal. S.Pd Semurup, 05 Februari 1970 PNS - 1 - - Bahasa Inggris
31 Durrah, S.Ag Jambi, 15 Juli 1972 PNS - 1 - - Bahasa Arab
32 Latifah Hanum Lubis,M.Pd Pmt.Siantar, 31 Desember 1970 PNS - - 1 - Bahasa Inggris
33 Andi Neha, S,Ag,M.Fhil.I Jambi, 23 Agustus 1969 PNS - - 1 - Qur’an Hadits
34 Sapar Marwan,S.Pd Gumawang, 5 Novemeber 1967 PNS - 1 - - Bahasa Arab
35 Dra. Siti Maryam Pasaman, 3 Desember 1966 PNS - 1 - - Biologi
36 Dra. Herni Suryaningsih Jambi, 29 Agustus 1968 PNS - 1 - - Kimia
37 Butet Noperita, S.Pd Jambi, 26 November 1970 PNS - 1 - - Bahasa Indonesia
38 Aslamiah,S.Pd Botung, 13 April 1969 PNS - 1 - - PKN
39 M. Ichsan Amin,S.Ag Palembang, 26 Oktober 1972 PNS - 1 - - Fiqih

92
40 Tridiawati,S.Pd Padang Sibusuk, 3 September 1973 PNS - 1 - - Bahasa Indonesia
41 Drs. Sawang Jambi, 11 September 1965 PNS - 1 - - Aqidah Akhlak
42 Roslina, S.Ag Jambi, 10 Maret 1976 PNS - 1 - - SKI
43 Rahmawati, S.Pd Jambi, 17 Maret 1978 PNS - 1 - - Matematika
44 Dr. Darma Putra,M.Pkim Koto Tuo Tanah Kampung PNS - - - 1 Kimia
45 Dr. Doddy Prabencana, M.Pd.I Kenali Asam, 17 September 1975 PNS - - - 1 Aqidah Akhlak
46 Nur Asiah, S.Pd Simpang Empat, 21 Februari 1980 PNS - 1 - - Matematika
47 Zaimarni,M.Si Jambi, 10 Januari 1978 PNS - - 1 - Matematika
48 M. Adong, S.Ag Nipah Panjang, 2 April 1972 PNS - 1 - - Al-Qur’an Hadits
49 Tri Astutiek,ST Blora, 14 Januari 1969 PNS - 1 - - Matematika
50 Rini Mariani, S.Pd Jambi, 11 Maret 1984 PNS - 1 - - Matematika
51 Ismail Fahmi, S.Ag Jambi, 04 Februari 1972 PNS - 1 - - Bahasa Arab
52 Fidya Nova Frismayanti, SE Jambi, 13 April 1977 PNS - 1 - - Ekonomi
53 Ai Wardah Mardiah,S.Sos Bandung, 27 Mei 1974 PNS - 1 - - Sosiologi
54 Gogor Hastiwono SW,S.Pd Jambi, 9 November 1983 PNS - 1 - - Bahasa Jerman
55 Marini Ariesta, S.Sos Painan, Pesisir 27 Maret 1982 PNS - 1 - - Geografi
56 Budhi Harsono,SH Jambi, 10 Oktober 1972 PNS - 1 - - PKn
57 Rahayu Eulandari,S.Pd.I Ma.Bungo 25 September 1981 PNS - 1 - - PKn
58 Vinda Nur Rahmawati, S.Pd Surakarta, 20 April 1985 PNS - 1 - - BK
59 Zamrizal, S.Pd.I, MA Malapari, 16 Mei 1977 PNS - - 1 - Aqidah Akhlak
60 Drs. Ali Hasbi Pulungan Taspel, 14 Mei 1958 - Non PNS 1 - - Al-Qur’an Hadits/Tafsir
61 M. Basid, S.Sos I Pemetung, 11 Oktober 1976 - Non PNS 1 - - Ilmu Hadits
62 Dedy Purwandi, S.Pd Jambi, 17 Februari 1986 - Non PNS 1 - - Seni Budaya
63 Sri Wahyuningsih, S.Pd Jambi, 19 Januari 1983 - Non PNS 1 - - Sejarah

93
64 Leni Marlina, S.Kom Purwodadi, 1 Maret 1977 - Non PNS 1 - - BK.TIK
65 Satria Hendrayani, S.Pd Jambi, 15 Desember 1980 - Non PNS 1 - - BK
66 Tri Iskawati, S.Pd.I Jambi, 5 Juli 1986 - Non PNS 1 - - Fiqih
67 Keristinah, S.Kom Jambi, 22 Januari 1981 - Non PNS 1 - - BK.TIK
68 Idrus Salam, S.H.I, M.H Bungo, 22 Juli 1979 - Non PNS - 1 - Fiqih
69 Widya Andriyani, S.Pd Sarana Jaya, 9 September 1989 - Non PNS 1 - - Seni Budaya
70 Lasmira, S.Pd Jambi, 3 Mei 1987 - Non PNS 1 - - Sejarah
71 Bayu Setiawan Syap, S.Pd Jambi, 1 September 1989 - Non PNS 1 - - BK
72 Rika Maryati. A, S.Pd Jambi, 27 Maret 1988 - Non PNS 1 - - Sosiologi
73 Rahmi Fitriani, S.Ag Jambi, 18 September 1977 - Non PNS 1 - - Aqidah Akhlak
74 Mutamimah,S.Pd.I Teluk Sialang,17 Januari 1983 - Non PNS 1 - - SKI
75 Yoana Tri Astutik, SE Jambi, 15 Juni 1977 - Non PNS 1 - - Sosiologi
76 Ida Agustiawati, SH Surabaya, 20 Agustus 1965 - Non PNS 1 - - Seni Budaya
77 Ifit Mandalia, S.Pd Jambi, 5 Februari 1989 - Non PNS 1 - - Matematika
78 M.Riko Aprianto, S.Pd Ma Tembesi, 24 Juni 1991 - Non PNS 1 - - Penjaskes
79 Eni Astuti, S.Pd Jambi, 31 Desember 1988 - Non PNS 1 - - BK
80 Hijrah,S.Pd Mudik, 7 Februari 1990 - Non PNS 1 - - Bahasa Arab/SKI
81 Syamsu Akmal, S.Pd.I Jambi, 17 Desember 1985 - Non PNS 1 - - Tafsir
82 Rifqiati Jalinus, S.Pd.I Jambi, 25 Janauri 1984 - Non PNS 1 - - SKI
83 Ary Triandiah, S.Pd Jambi, 22 Januari 1994 - Non PNS 1 - - Penjaskes
84 Syamsiah HS, S.Pd.I Mendahara Ilir, 20 Januari 1981 - Non PNS 1 - - Sejarah
85 Iqbal Fuady, S.Pd Jakarta, 24 Oktober 1992 - Non PNS 1 - - Matematika
Sumber: Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MAN Model Jambi Tahun 2019

94
Berdasarkan data pada tabel di atas, tenaga pendidik di MAN
Model Jambi sudah memenuhi standar kualifikasi pendidikan, minimal
pada jenjang pendidikan S-1. MAN Model memiliki tenaga pendidik
yang sangat kompeten, hal ini terbukti dengan adanya guru yang
berpendidikan S1 berjumlah 68 orang terdiri dari 43 orang sebagai
guru PNS dan 25 orang adalah guru Non PNS. Selanjutnya 14 orang
guru yang telah lulus jenjang pendidikan S-2 dan 3 orang guru yang
telah lulus dari jenjang pendidikan S-3. Dari 14 orang guru yang
berpendidikan Magister, 13 orang guru PNS dan 1 orang guru Non
PNS. Kemu- dian 3 orang Doktor yang mengajar adalah guru PNS di
MAN Model Jambi. Tabel di atas menunjukkan bahwa guru MAN
Model Jambi memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan
kompetensi diri dengan melanjutkan pendidikan pada jenjang S2 dan
S3.
Guru sebagai tenaga kerja yang bertugas mendidik peserta
didik maka wajib menguasai pembelajaran secara afektif, kognitif dan
psikomotorik memang benar adanya. Guru profe- sional adalah guru
yang memiliki seluruh kemampuan dalam bidang keahliannya
dillengkapi dengan kepribadian dan jiwa sosial yang baik. Guru adalah
sosok yang selalu menjadi per- hatian khusus para pelajar di madrasah.
Perilaku praktik dan tauladan juga menjadi hal yang patut dilakukan.
Dalam konteks ini, para guru berperan besar dalam menciptakan
sebuah ke- biasaan atau budaya Islam yang berorientasi pada
penanaman pendidikan karakter di madrasah. Kebijakan pendidikan
karak- ter yang diluncurkan oleh pemerintah letak keberhasilannya
sangat tergantung kepada peran guru sebagai pendidik. Pola pikir dan
tingkah laku peserta didik dapat dibentuk dalam proses pendidikan di
madrasah oleh guru sehingga peserta didik menjadi lulusan yang
unggul yakni faham dan mempraktikkan ilmu agama dengan benar,
menguasai sains yang menjadi pelajarannya, juga menjadi insan-insan
yang bermoral dan berguna dalam masyarakat. Kinerja guru
merupakan faktor yang
95
amat menentukan bagi keberhasilan kebijakan pendidikan karakter
dalam pembelajaran/pendidikan yang berimplikasi pada kualitas output
madrasah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

8. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan mendorong terselenggaranya proses
pendidikan yang tertib. MAN Model Jambi dipimpin oleh Ambok Pera
Afrizal, MA. Jumlah tenaga kependidikan secara rinci diuraikan pada
lampiran 1.
Berdasarkan data tabel tersebut, maka jumlah tenaga
kependidikan di MAN Model Jambi diketahui sebanyak 29 orang.
Jenis tugas tenaga kependidikan MAN Model Jambi terdiri dari tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga
kebersihan, pengemudi, penjaga sekolah, dan tenaga keamanan. Jumlah
tenaga kependidikan berstatus PNS sebanyak 10 orang dan non PNS
sebanyak 19.
Pemberdayaan tenaga kependidikan dilakukan agar terdapat
penataan tugas yang tepat, peningkatan kemampaun pengetahuan
maupun personal, dan keterlibatan dalam setiap pengambilan
keputusan dalam teaching-learning process untuk meningkatkan hasil
yang efektif, produktif dan bermutu. Untuk membedayakan staf atau
pegawai di madrasah, maka kepala madrasah selaku pimpinan tertinggi
di madrasah harus mempercayai kemampuan dan komitmen seluruh
pegawai di madrasah. Sebaliknya, para pegawai di madrasah harus
dapat mempercayai dan menghargai kepala madrasah. Oleh karena itu,
pemberdayaan membutuhkan saling pengertian dan saling
mempercayai sehingga tugas pendidik dan kependidikan terlaksana
dengan baik. Kepala madrasah harus mengem- bangkan kemampuan
para tenaga kependidikan melalui program baru yang dapat
menyegarkan program sekolah serta meningkatkan mutu pembelajaran
dan mutu pelayanan.

96
Pegawai staf dalam lembaga pendidikan sering dikenal dengan
isitilah tenaga kependidikan. Di lembaga madrasah ada beberapa staf
yang fungsu, tugas, dan kedudukannya telah diatur dalam Undang-
Undang. Berdasarkan Peraturan Peme- rintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005, bab VI tentang Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, pasal 35 menya- takan bahwa tenaga kependidikan pada
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi,
tenaga perpus- takaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan
sekolah/ madarasah.85

9. Keadaan Peserta Didik


Pertumbuhan jumlah peserta didik MAN Model Jambi sejak
tahun 2004 hingga 2018 dijelaskan pada tabel lampiran 2. Tabel
lampiran menunjukkan jumlah peserta didik MAN Model Jambi yang
hampir mengalami peningkatan pada tahun pelajaran baru. Penurunan
peserta didik terjadi pada T.P 2010/2011. Penurunan ini
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti perubahan ekonomi
masyarakat yang tidak stabil, kurangnya minat masyarakat terhadap
lembaga pendidikan madrasah, dan persaingan antar lembaga
pendidikan. Ketatnya persaingan karena banyak lembaga pendidikan
setara sekolah menengah menawarkan program-program baru sehingga
pihak manajemen madrasah melakukan upaya perbaikan untuk
meningkatkan jumlah siswa pada tahun berikutnya sampai pada tahun
2019.
Peserta didik merupakan bagian penting dalam pen-
didikan yang memiliki potensi diri untuk dikembangkan di madrasah.
Setiap peserta didik memiliki hak yang sama dalam pelayanan
pendidikan. Pelayanan pendidikan memberikan pengaruh dalam
peningkatan jumlah peserta didik. MAN Model

85Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2006 Tentang Standar Nasional Satuan
Pendidikan (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 188.

97
Jambi terus berupaya memberikan pelayanan administrasi dan
akademik yang terbaik.
Berdasarkan data jumlah peserta didik pada lampiran 3, terlihat
jelas bahwa jumlah peserta didik di MAN Model Jambi tahun 2019
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelum- nya. Hal ini
membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap lembaga pendidikan
di madrasah semakin meningkat. Upaya perbaikan yang dilakukan
pihak manajemen madrasah telah meningkatkan kepercayaan
masyarakat yang terus bertahan sampai pada periode tahun 2017/2018.

10. Sarana dan Prasarana


Sarana pendidikan yang dimiliki oleh madrsah sebagai lembaga
pendidikan profesional adalah terdiri dari peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan oleh suruh warga madrasah. sarana
pendidikan sangat menunjang proses pendidikan di madrasah
khususnya proses belajar mengajar. Sarana di madrasah dapat berupa
seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, dan alat pengajaran. Prasarana
pendidikan madrasah berupa fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti
halaman, kebun, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.
Untuk mengoptimalkan pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan ini diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan
prasarana sekolah. Sekolah dituntut memiliki kemampuan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan sekolah menurut ke- butuhan dan
kemampuan sendiri serta berdasarkan pada aspi- rasi dan partisipasi
warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundangan-
undangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal itu terutama ditujukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan. Kelayakan fasilitas madrasah, baik kuantitas maupun
kualitas- nya, merupakan faktor penting yang mempengaruhi keber-
hasilan upaya peningkatan mutu madrasah.

98
Madrasah wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Prasarana yang wajib dimiliki setiap satuan pendidikan adalah lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpus- takaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
ber- olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi,
tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pem- belajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Sarana dan prasarana menjadi sebuah perantara atau media yang
menunjang kelancaran proses pendidikan di madrasah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik secara langsung membutuhkan
dukungan sarana dan prasarana seperti ruang kelas, meja, kursi, buku,
alat tulis, alat peraga dan beberapa alat teknologi pendukung seperti
komputer, pengeras suara, dan infokus. Beberapa fasilitas secara tidak
langsung juga sangat membantu proses pembelajaran seperti halaman
madrasah, taman, jalan, dan lapangan olahraga yang dapat digunakan
pada pelajaran berbasis praktik. Penyelenggaraan pendidikan di MAN
Model Jambi sudah didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan
yang lengkap, baik ruang kelas, ruang tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, laboratorium, asrama, fasilitas kebersihan, keamanan,
dan kesehatan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan madrasah
telah dilaksanakan dengan cara pembelian, buatan sendiri, pene-
rimaan hibah atau bantuan, penyewaan, pinjaman, dan pendaur-
ulangan. Sehingga madrasah memiliki aset milik sendiri, tidak lagi
bergantung kepada aset pemerintah daerah. Pengelolaan sarana
prasaran dilakukan oleh seluruh warga madrasah mulai dari
penyimpanan sarana dan prasarana, berupa pengurusan,

99
penyelenggaraan, dan pengaturan persediaan sarana dan prasarana di
dalam ruang penyimpanan/gudang. Sehingga sarana prasarana selalu
siap pakai oleh peserta didik juga guru dan staf.

B. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Kuala Tungkal


1. Sejarah MAN I Kuala Tungkal
MAN I Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat
didirikan Tahun 1979. Pada awal berdiri bernama MAN Kuala Tungkal
yang merupakan hasil peleburan dari PGA Negeri 6 Tahun yang
beralamat di Jalan Palembang Kuala Tungkal, pada saat itu sebagai
satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Kuala Tungkal
dengan Kepala Madrasah pertama yaitu Bapak
Drs. Rifa’i Majid beralamat di Jalan Kalimantan, seiring berjalan
waktu Jalan Kalimantan beralih nama menjadi Jalan Syarif
Hidayatullah yang masih dipakai sampai saat ini.86
MAN Kuala Tungkal berdiri di atas tanah seluas 5.200 M 2 yang
merupakan hibah dari tokoh masyarakat Kuala Tungkal yang peduli
terhadap dunia pendidikan khususnya pendidikan agama. Karena
terbatasnya luas tanah yang dimiliki madrasah akhirnya pada Tahun
2004 MAN Kuala Tungkal mendirikan lokal jauh di Jalan Beringin
Ujung Kuala Tungkal tetapi administrasi tetap berpusat di MAN Kuala
Tungkal Jalan Syarif Hidayatullah.87
Pada Bulan November Tahun 2009 terjadi pengembangan
Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi
2 madrasah. MAN Kuala Tungkal yang berlamat di Jalan Syarif
Hidayatullah menjadi MAN I Kuala Tungkal dan lokal jauh yang
berlamat di Jalan Beringin Ujung menjadi MAN 2 Kuala Tungkal.88

86 Dokumentasi, Sejarah MAN I Kuala Tungkal, 11 Juli 2019.


87 Ibid.
88 Ibid.

100
2. Tujuan MAN I Kuala Tungkal
Tujuan Pendidikan Tingkat Menengah adalah meningkat- kan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
Tujuan khusus MAN I Kuala Tungkal pada Bidang Akademik
1) Peningkatan rata-rata Ujian Nasional 6,54 menjadi 7,50
2) Terampil menjalankan ajaran agama
3) Terampil berbahasa Inggris dan Arab89

Tujuan khusus MAN I Kuala Tungkal pada Bidang Non


Akademik adalah terampil di bidang olah raga dan seni.
1) Olah raga
a) Bola kaki
b) Bola volly
c) Bola basket
d) Tenis meja
e) Takraw
2) Seni
1) Seni baca Al-Qur’an
2) Pidato
3) Kaligrafi/seni lukis90

Segenap komponen yang ada pada MAN I Kuala Tungkal


sepakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada MAN I Kuala
Tungkal. Strategi penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan cara
antara lain :
1) Mendesain pengembangan MAN I Kuala Tungkal berjangka
panjang, menengah dan pendek.
2) Melengkapi struktur organisasi dan manajemen kelem- bagaan,
manajeman pendidikan, implementasi dan

89 Dokumentasi, Tujuan Pendidikan MAN I Kuala Tungkal, 11 Juli 2019.


90 Ibid.

101
pengembangan kurikulum, monitoring dan evaluasi sistim
pembelajaran.
3) Melengkapi sarana fisik dan komponen pendidikan.91

3. Visi MAN I Kuala Tungkal


Visi lembaga pendidikan MAN Kuala Tungkal adalah
“Unggul dalam mutu, terampil dan berakhlak mulia”. 92
Indikator Visi MAN I Kuala Tungkal
1) Unggul dalam UN
2) Unggul dalam persaingan masuk perguruan tinggi favorit
3) Terampil dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
4) Terampil mengamalkan ajaran Agama Islam
5) Terampil di bidang olahraga dan seni93

4. Misi MAN I Kuala Tungkal


Misi MAN I Kuala Tungkal dalam menyelenggarakan
pendidikan adalah:
1) Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
efisien dan terprogram.
2) Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan input bebagai
media pembelajaran sehingga menimbulkan kreatifitas siswa.
3) Meningkatkan kinerja guru dengan media pengembangan diri
sehingga memacu profesionalisme guru.
4) Menjadikan ruang/kelas, kantor dan madrasah menjadi lebih
nyaman dan kondusif.
5) Menggalang peran serta masyarakat/komite madrasah sehingga
memberi nilai tambah pada kinerja madrasah.
6) Menumbuhkan semangat berprestasi, belajar dan bekerja
keras.94

91 Dokumentasi, Strategi Penyelenggaraan Pendidikan MAN I Kuala Tungkal, 11 Juli 2019.


92 Dokumentasi, Visi MAN I Kuala Tungkal, 11 Juli 2019.
93 Ibid.

94 Dokumentasi, Misi MAN I Kuala Tungkal, 11 Juli 2019.

102
5. Letak Geografis
MAN I Kuala Tungkal terletak di Jalan Syarif Hidayatullah No.
44 RT. 13 Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan
Latitude -0,818454 dan Longitude +103,467865. Jika dilihat dari lokasi
MAN I Kuala Tungkal terletak pada tempat yang strategis dan
memudahkan peserta didik menuju ke madrasah.95
Adapun batas-batas geografis MAN I Kuala Tungkal sebagai
berikut:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Mandala
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Syarif Hidayatullah
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan MTs Negeri Kuala Tungkal
4. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan setapak.96

6. Tenaga Pendidik
Data dokumentasi menunjukkan bahwa MAN I Kuala Tungkal
telah memiliki sejumlah guru PNS dan juga non PNS. Guru non PNS
diberdayakan di madrasah untuk membantu kelancaran proses
pembelajaran dikarenakan guru PNS yang ada belum mencukupi
kebutuhan madrasah. Guru non PNS juga telah memenuhi kriteria
jenjang pendidikan yang dipersyaratkan sebagai tenaga pendidik.
Data mengenai tenaga pendidik MAN I Kuala Tungkal akan
dijelaskan dalam tabel berikut ini:

95 Dokumentasi, Letak Geografis MAN I Kuala Tungkal, 11 Juli 2019.


96 Ibid.

103
Tabel Jumlah Tenaga Pendidik MAN I Kuala Tungkal Tahun 2019
No Nama Status Jenjang Pdd Pangkat/gol Mata Pelajaran
1 Muswadi, S.Ag, M.Pd.I PNS S2 Pembina (IV/a) Al-Qur'an Hadits
2 Drs. H. Bakhtiar, S.Pd PNS S1 Pembina (IV/a) Fiqih
3 Dra. Hj. Jannatul Wardiyah, PNS S1 Pembina (IV/a) Bahasa Arab
4 Drs. H. Wakidi, M.Pd.I PNS S2 Pembina (IV/a) Kimia
5 H. Heri Pasudi, S.Pd, M.Pd PNS S2 Pembina (IV/a) Kimia
6 H. M. Zainal Arifin Hadi, M.Pd.I PNS S2 Pembina (IV/a) Fiqih
7 Dra. Hj. Sitti Fatimah PNS S1 Pembina (IV/a) SKI
8 Zamrizal, S.Pd.I. M.A PNS S2 Penata Tk. I (III/d) Akidah Akhlak
9 Nurwahijah, S.Pd PNS S1 Penata Tk. I (III/d) Bahasa Indonesia
10 Hidayat Samin, S.Pd.I PNS S1 Penata Tk. I (III/d) Biologi
11 Dra. Maimunah PNS S1 Penata (III/c) PKn
12 Hosiah, S.S PNS S1 Penata Muda Tk. I (III/b) Bahasa Inggris
13 Hasan Basri, S.Ag, M.Ud PNS S2 Penata Muda (III/a) Bahasa Arab
14 Siti Zubaidah PNS SMA Pengatur Muda (II/a) Bahasa Inggris
15 Husnul Khatimah, S.Sos.I Non PNS S1 - Sosiologi
16 Zel Fahmi, S.Ag Non PNS S1 - Penjaskes
17 Iklima Agustina,S.Pd Non PNS S1 - Fisika
18 Megawati, S.Pd Non PNS S1 - Bahasa Indonesia
19 Gustiana, S.Ag Non PNS S1 - Al-Qur'an Hadist
20 Kamaruddin, S.Pd.I Non PNS S1 - SKI
21 Nurul Fitry, S.Pd Non PNS S1 - Sejarah
104
22 Reskilap, S.Pd.I Non PNS S1 - Aqidah Akhlak
23 Dela Yuliyanti, S.Pd Non PNS S1 - Fisika
24 Dini Maidika, S.Pd Non PNS S1 - Biologi
25 Indah Riana Arista, S.Pd Non PNS S1 - Ekonomi
26 Siti Wardah, S.Pd Non PNS S1 - Matematika
Sumber : Laporan Bulanan Data Guru MAN I Kuala Tungkal Tahun 201997

97 Dokumentasi, Laporan Bulanan Data Guru MAN I Kuala Tungkal, 11 Juli 2019.

105
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa MAN I
Kuala Tungkal telah mempunyai 14 orang guru PNS dan 12 orang guru
non PNS. Sebagian guru MAN I Kuala Tungkal telah mencapai
kualifikasi pendidikan S1 dan ada beberapa guru PNS sudah S2. Guru
PNS yang berpendidikan S1 berjumlah 7 orang dan S2 berjumlah 6
orang, sedangkan 1 orang guru PNS masih lulusan SMA dan sedang
menempuh pendidikan S1. Sedangkan guru Non PNS rata-rata
berpendidikan S1 berjumlah 12 orang. Semua guru ditempatkan pada
bidang pelajaran yang sesuai dengan basis keahlian masing-masing.
Sehingga setiap guru memiliki peluang untuk mengembangkan diri
baik ke- mampuan, keterampilan, dan karir.

7. Tenaga Kependidikan
MAN I Kuala Tungkal memperhatikan pelayanan pen- didikan
di semua bidang, baik bidang akademik maupun administrasi. Terdapat
beberapa tenaga kependidikan yang ditempatkan pada setiap unsur
jabatan. Mereka terlibat secara langsung dalam pengelolaan
administratif di madrasah dan dapat bekerjasama dengan guru dan
kepala sekolah dalam penyelesaian tugas di masdrasah. Unsur tenaga
kependidikan MAN I Kuala Tungkal telah meliputi kepala tatausaha,
staf tatausaha, bendahara, satpam, dan cleaning service.
Tenaga kependidikan MAN I Kuala Tungkal memiliki
jenjang pendidikan yang bervariasi, mulai dari lulusan SMA hingga
lulusan perguruan tinggi. Keterampilan dan kemampuan dalam ilmu
teknologi merupakan bagian penting dalam penem- patan jabatan.
Tenaga kependidikan MAN I Kuala Tungkal me- rupakan pegawai
yang diberdayakan dalam rangka mem- perlancar proses administrasi
madrasah sehingga proses administrasi tidak mengganggu proses
pembelajaran. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala
madrasah dalam meningkatkan kemampuan pegawai adalah dengan
mendorong

106
para tenaga kependidikan untuk melanjutkan studi dan mengikuti
pelatihan kepegawaian.
Data tenaga kependidikan MAN I Kuala Tungkal akan
dijelaskan lebih rinci pada tabel lampiran 5. Berdasarkan tabel tersebut,
diketahui bahwa tenaga kependidikan di MAN I Kuala Tungkal
berjumlah 12 orang, berstatus sebagai PNS sebanyak 3 orang
sedangkan yang berstatus Non PNS sebanyak 9 orang. Jabatan tenaga
kependidikan terdiri dari Kaur TU, Staf TU, bendahara, security dan
cleaning service. Upaya peningkatan ke- mampuan tenaga pendidikan
dilakukan dengan program lanjut studi ke perguruan tinggi.
Untuk memberdayakan tenaga kependidikan maka kepala
madrasah harus mampu memberdayakan dirinya terlebih dahulu.
Kepala madrasah juga memiliki tugas dan fungsi sebagai tenaga
kependidikan. Oleh karena itu, kepala madrasah beserta tenaga
kependidikan bersama-sama melakukan inisiatif untuk mendukung
penyelenggaraan kebijakan pendidikan karakter di madrasah.

8. Peserta didik
Data mengenai peserta didik dijelaskan lebih rinci dalam tabel
lampiran 6. Jumlah peserta didik di MAN I Kuala Tungkal telah
mencapai angka 477 siswa dengan jumlah rata-rata setiap kelas di atas
30 orang. Dari data tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah peserta
didik dalam kurun waktu tiga tahun mengalami peningkatan. Siswa
yang berada pada kelas X merupakan siswa baru yang masuk pada
tahun 2019 dengan berjumlah 176 orang. Siswa yang berada pada kelas
XI merupakan siswa baru yang diterima pada tahun 2016 dengan
jumlah 162 orang. Siswa yang berada pada kelas XII merupakan siswa
baru yang diterima pada tahun 2015 dengan jumlah 139 orang.
Peningkatan jumlah peserta didik menggambarkan kualitas madrasah
telah diakui oleh masyarakat di lingkungan, sehingga banyak orang tua
mempercayakan pendidikan anak mereka di madrasah. Peserta

107
didik menjadi produk akhir dari lembaga pendidikan yang menjadi
cerminan keberhasilan madrasah dalam menerapkan kebijakan
pendidikan karakter. Perilaku dan prestasi peserta didik di madrasah
akan menjadi sorotan masyarakat.

9. Sarana Prasarana
Data mengenai sarana dan prasarana MAN I Kuala Tungkal
dijelaskan lebih rinci dalam tabel lampiran 7. MAN I Kuala Tungkal
dibangun di atas lahan seluas 5.200 m 2. Keber- adaan MAN I Kuala
Tungkal juga sudah didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap
mencakup lahan, gedung, ruang, laboratorium, lapangan, dan fasilitas
MCK. Semua sarana dan prasarana yang tersedia di madrasah dapat
dipergunakan untuk kepentingan madrasah karena semua sarana
prasarana yang ada merupakan hak milik madrasah sendiri. Sehingga
seluruh per- sonel madrasah dapat memanfaatkan untuk kelancaran
proses pembelajaran dan administrasi madrasah. pemenuhan ke-
butuhan sarana dan prasarana di madrasah didasarkan pada aturan
standar dari pendidikan nasional.

C. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangko


1. Sejarah MAN Bangko
Madrasah Aliyah Negeri Bangko didirikan mulai tahun 1981,
yang saat itu bernama MAPN (Madrasah Aliyah Persiapan Negeri)
yang dipelopori oleh bapak Imam Sofwan, BA yang saat itu adalah
Kepala Kandepag Kabupaten sarko dan bapak Zakaria yang sehari-
harinya adalah peawai Departemen Agama Kabupaten Sarko dan
dibantu oleh Nawawi Salim, BA dan Zainal Abidin yang juga pegawai
Departemen Agama Kabupaten Sarko dan A. Malik Husin pegawai
Pemda Kabupaten Sarko, dan didukung sepenuhnya oleh Pemda
Kabupaten Sarko yang saat

108
itu bupatinya adalah bapak H. Moh Syukur dan ketua DPRD adalah
Zainuddin Abbas.98
Pada saat itu keadaan MAN Bangko, yang masih berstatus
MAPN memiliki sarana dan prasarana antara lain:
1) Gedung 3 lokal yang merupakan pinjaman dari masyarakat Pasar
Atas Bangko, di samping Masjid Agung Al-Jihad Pasar Atas
Bangko.
2) Siswa MAPN saat itu berjumlah lebih kurang 17 orang, terdiri
dari 10 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Proses
pembelajaran dilakukan pada sore hari mulai dari jam 14.30 WIB
3) Tenaga guru yang ada hanya berjumlah 5 orang yang semuanya
adalah tenaga sukarela yang dipimpin oleh bapak
M. Sugu dan bapak Zakaria sebagai pelaksana tatausaha sampai
tanggal 1 Oktober 1983
4) Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1983, seiring dengan
berubahnya status dari MAPN menjadi MAN Bangko. Maka
dilantiklah bapak Abdullah Karim, BA sebagai kepala MAN
Bangko yang depenitif dan pada tahun 1984 MAN Bangko
mendapat gedung baru yang dibangun oleh Departemen Agama
Kabupaten Sarko yang berlokasi dibelakang MTsN Bangko yaitu
yang ditempati sekarang ini.
5) Sejak berstatus negeri MAN Bangko sudah beberapa kali
penggantian pimpinan/kepala yaitu:
a. Abdullah Karim, BA : 01-10-1983 s/d 1989
b. Drs. Abu Bakar : 1989 s/d 1994
c. Drs. Asnawi AR : 01-06-1994 s/d 01-07-2000
d. Drs. Muchsin Thahir : 01-07-2000 s/d 10-08-2004
e. Alipiah, S.Ag : 10-08-2004 s/d 2009
f. Drs. Abdullahlim : 2009 s/d 201799

98 Dokumentasi, Sejarah MAN Bangko, 11 Juli 2019.


99 Ibid.

109
MAN Bangko terus mengalami perkembangan mengikuti
perkembangan zaman, baik dari fisik maupun non fisik. Sehingga
seluruh fasilitas pembelajaran saat ini telah memenuhi kebutuhan
proses pembelajaran anak di madrasah. MAN Bangko juga telah
beberapa kali mendapat juara nasional yaitu di bidang kebersihan
maupun kesehatan atau PMI di madrasah.

2. Visi MAN Bangko


Visi MAN Bangko yaitu “Terwujudnya Madrasah Aliyah
Negeri Bangko sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan
informatika dan teknologi yang berlandaskan iman, taqwa, dan
berakhlaq mulia menuju masyarakat madani”.100

3. Misi MAN Bangko


Misi MAN Bangko terdiri dari:
1) Meningkatkan mutu akademik dan non akademik
2) Menumbuh kembangkan kualitas potensi diri siswa secara
optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya
3) Mewujudkan lingkungan Madrasah Aliyah Negeri Bangko bersih,
kondusif, dan transparan.
4) Menerapkan manajemen partisipasi dan pelayanan prima dengan
mengikut sertakan komite madrasah dan masya- rakat yang peduli
terhadap pendidikan.101

4. Data Identitas MAN Bangko


Identitas madrasah dijelaskan sebagai berikut:
Nama sekolah : MAN Bangko
Alamat : Jalan MAN
Kelurahan/Desa : Pasar Atas
Kecamatan : Bangko
Kabupaten : Merangin
Provinsi : Jambi

100 Dokumentasi, Visi MAN Bangko, 15 Juli 2019.


101 Dokumentasi, Misi MAN Bangko, 15 Juli 2019.

110
Kode Pos 37312
Telepon : (0746) 21042
Status Sekolah : Negeri
NSS 131115020003
Tahun didirikan : Tahun 1983102

5. Tujuan MAN Bangko


Tujuan penyelenggaraan pendidikan MAN Bangko adalah agar
siswa memiliki empat kemampuan dasar yang islami, yaitu:
1) Memiliki ilmu pengetahuan yang dilandasi iman dan taqwa
2) Berakhlaq mulia dan berkarakter
3) Kreatif, inovatif, dan mandiri
4) Menguasai informatika dan teknologi103

6. Tenaga Pendidik
MAN Bangko adalah sebuah madrasah yang terletak di
kabupaten dan jauh dari kota namun memiliki peringkat nasional. Hal
ini berarti MAN Bangko telah menjadi salah satu lembaga pendidikan
Islam yang mutunya dapat dipertanggung- jawabkan secara lokal dan
nasional.
Data tenaga pendidik MAN Bangko akan dijelaskan pada tabel
berikut:

102 Dokumentasi, Profil MAN Bangko, 15 Juli 2019.


103 Dokumentasi, Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan MAN Bangko15 Juli 2019.

111
Tabel Tenaga Pendidik MAN Bangko Tahun 2019
No Nama Tempat, Tanggal Lahir Jenjang Pdd Gol Status
1 Tri Sulistyo, S.Pd, MA Magelang, 04/11/1974 S2 III/c Kepala
2 Agustina Kurnianingsih, S.Pd Mendalo Darat, 31/08/1984 S1 III/a PNS
3 Asnul Kabri, S.Pd.I Bangko, 02/02/1978 S1 III/a PNS
4 Aprizon, S.Pd Merangin, 07/10/1976 S1 III/c PNS
5 Drs. Rasmul Hendrianto, M.H, M.Pd Jambi, 19/11/1969 S2 III/d PNS
6 Mekartinita, S.P, M.Sc Palembang, 26/04/1973 S2 III/b PNS
7 Yuni Mariya, S.Ag, M.Pd Lubuk Resam, 04/06/1977 S2 III/c PNS
8 Dra. Buraidati Bangko, 06/08/1963 S1 IV/a PNS
9 Husmita, S.HI Tanjung Pauh, 01/12/1979 S1 III/a PNS
10 Marwan, M.Pd.I Pulau Rengas, 19/09/1969 S2 III/d PNS
11 Legiman, S.Ag Kota Jambi, 09/03/1971 S1 IV/a PNS
12 Drs. Abdullahlim, M.Pd.I Dusun Guguk, 11/04/1967 S2 IV/a PNS
13 Drs. Muslim Pulau Rengas, 11/11/1965 S1 IV/a PNS
14 Juairiah, S.Ag Merangin, 01/06/1969 S1 IV/a PNS
15 Dra. Nila Retnodewati Taratak Payakumbuh, 29/03/1965 S1 IV/a PNS
16 Suhaibah, S.Pd Tanjung Rendah, 06/06/1970 S1 IV/a PNS
17 Drs. Fuadi Sarko, 15/01/1966 S1 IV/a PNS
18 Ernelita, S.Pd Kerinci, 25/06/1970 S1 III/c PNS
19 Gusri Yeni, S.Pd Muara Labuh, 16/08/1975 S1 III/c PNS

112
20 Zulkifli, S.Ag Merangin, 29/09/1969 S1 IV/a PNS
21 Dra. Rusydawati Tilatang Kamang, 27/06/1969 S1 IV/a PNS
22 Amiruddin, S.Pd Siulak Gedang, 01/05/1972 S1 III/c PNS
23 Resti Aripin, S.Pd Pasar Siulak Gedang, 06/05/1987 S1 III/a PNS
24 Muhammad Aminullah, S.P Bangko, 20/02/1978 S1 III/a PNS
25 Yetmita, S.Pd.I Kungkai, 04/03/1978 S1 - Non PNS
26 Variny Mariza, S.Pd Jambi, 05/03/1986 S1 - Non PNS
27 Reni Afrita, S.Pd Batu Sangkar, 08/04/1984 S1 - Non PNS
28 Iwenti, S.Pd Pulau Rengas, 14/02/1987 S1 - Non PNS
29 Nova Indriani, S.Pd Ubalimpaso, 11/11/1978 S1 - Non PNS
30 Mita Hariani, S.Pd Rambai Kaca, 17/07/1990 S1 - Non PNS
31 Rici Karnita, S.Pd Paninggahan, 15/06/1987 S1 - Non PNS
32 Ahmad Riadi, S.Pd.I Kungkai, 06/04/1985 S1 - Non PNS
33 Tsuwaibatul Aslamiah, S.Pd.I Jakarta, 14/04/1987 S1 - Non PNS
34 Ratih Wulansari, S.Pd Kungkai, 31/10/1993 S1 - Non PNS
Sumber : Data Pegawai MAN Bangko Tahun 2017104

104 Dokumentasi, Tenaga Pendidik MAN Bangko, 21 Agustus 2017.

113
MAN Bangko merupakan salah satu madrasah yang dijalankan
oleh guru-guru kompeten di bidangnya. Berdasarkan data pada tabel di
atas, terdapat 24 orang guru PNS dan 10 orang guru non PNS di MAN
Bangko. Dari 24 orang guru PNS terdapat 6 orang guru PNS yang
sudah berpendidikan Strata 2 (S2) dan guru PNS yang berpendidikan
S1 berjumlah 18 orang. Sedangkan guru Non PNS yang sudah
berstatus pendidikan S1 berjumlah 10 orang. Guru madrasah yang
berstatus S2 melanjutkan jenjang pendidikan mereka ketika mereka
telah menjadi bagian dari pegawai MAN Bangko. Lanjut studi
merupakan bagian dari upaya pengembangan diri melalui peningkatan
kompetensi guru yang sesuai dengan bidang keahliannya yang akan
mening- katkan kinerja madrasah secara keseluruhan. Jenjang
pendidikan guru memberikan dampak pengembangan bagi guru sendiri
dan juga bagi madrasah.
Peran guru menjadi paling utama sebagai ujung tombak
untuk merealisasikan tujuan pendidikan dan mengembangkan moral
dan skill (keahlian) peserta didik. Penyelesaian tugas guru secara
maksimal melambangkan bagaimana sebuah tanggung- jawab yang
baik dari seorang guru. Peran strategis guru di dalam pelaksanaan
pendidikan di madrasah, sebagai sumber daya manusia pendidikan
yang memadai kualitas dan kuantitas dalam menangani setiap
fenomena yang terjadi di madrasah. kuantitas dan kualitas guru dituntut
terus berkembangan sebagaimana perkembangan madrasah dan
kebijakan pendidikan.

7. Tenaga Kependidikan
Data tenaga kependidikan MAN Bangko dijelaskan pada tabel
lampiran 9. MAN Bangko telah memiliki sejumlah tenaga
kependidikan yang terampil di bidang pekerjaan pengadminis- trasian.
Staf MAN Bangko sangat menentukan kestabilan faktor pendukung
pelaksana proses pendidikan di madrasah seperti pelayanan
perpustakaan, pelayanan administrasi, ekstra- kurikuler dan keamanan
madrasah. Berdasarkan data pada tabel
114
di atas, maka tenaga kependidikan MAN Bangko berjumlah 12 orang,
yang terdiri dari kepala tatausaha, staf tatausaha, satpam, pramubakti,
dan pustakawan. Terdapat 5 orang tenaga kepen- didikan yang sudah
berstatus sebagai PNS dan 7 orang masih berstatus honorer. Jenjang
pendidikan terdiri dari lulusan Strata 1 (S1), SMP, dan SMA, yaitu 8
orang lulusan S1, 3 orang lulusan SMA, dan 1 orang lulusan SMP.

8. Peserta didik
Berdasarkan data dokumentasi, maka jumlah peserta didik pada
tahun 2017 mengalami peningkatan. Banyak peserta didik dan orang
tua yang tertarik untuk memberikan pendidikan agama sekaligus
pendidikan umum di MAN Bangko. Para peserta didik banyak yang
berasal dari kabupaten Bangko dan beberapa lainnya dari luar
kabupaten Bangko. Sehingga pada tahun 2017 mencapai 523 siswa.
Data peserta didik MAN Bangko dijelaskan pada tabel lampiran
10. Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh informasi jumlah peserta
didik tiga tahun terakhir. MAN Bangko meng- alami penurunan jumlah
peserta didik pada tahun 2016 kemu- dian mengalami peningkatan pada
tahun 2017. Peserta didik sebagai individu, juga sebagai subjek didik
memiliki pendirian sendiri, aspirasi sendiri, dan kemampuan sendiri.
Mereka mampu melakukan kegiatan untuk mengembangkan dirinya
dengan perlengkapan yang mereka miliki. Perlengkapan peserta didik
meliputi lima kelompok, yaitu watak, kemampuan umum atau IQ,
kemampuan khsusus atau bakat, kepribadian, dan latar belakang.
Watak adalah sifat yang dibawa sejak lahir dan hampir tidak dapat
diubah, IQ adalah kecerdasan yang bersifat umum dapat dijadikan
ramalan tentang keberhasilan seseorang. Bakat adalah kemampuan
tertentu yang dibawa sejak lahir yang mengarah kepada sita-cita.
Kepribadian ialah penampilan sese- orang secara umum seperti sikap,
besarnya motivasi, kuatnya kemampuan, tabahnya menghadapi
rintangan, penghargaan

115
terhadap orang lain, kesopanan, dan toleransi. Latar belakang ialah
lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungan keluarga.

9. Sarana dan Prasarana


MAN Bangko memiliki sarana dan prasarana yang me- nunjang
proses pendidikan di madrasah. Data sarana dan prasarana MAN
Bangko akan dijelaskan pada tabel lampiran 11 dan 12. Berdasarkan
tabel tersebut, diketahui bahwa MAN Bangko telah memiliki sarana
dan prasarana yang sangat me- nunjang pelaksanaan proses pendidikan.
Keseluruhan sarana dan prasarana merupakan hak kepemilikan
madrasah sendiri dan lahan dimana madrasah berkembang adalah lahan
hibah. Hal ini membuktikan adanya kepedulian masyarakat sekitar
terhadap keberadaan madrasah bukan karena paksaan atau desakan dari
pemerintah namun atas kesadaran sendiri.
Pengembangan sarana dan prasaranan pendidikan sema- kin
pesat seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dibutuhkan oleh MAN Bangko, MAN Model, dan MAN 1 Kuala
TUngkal. Madrasah Aliyah Negeri sebagai garda terdepan bagi anak-
anak usia remaja mengenyam pendidikan pada lembaga pendidikan
Islam terus melakukan berbagai inovasi. Berbagai inovasi termasuk
dalam pengembangan peng- gunaan alat pendidikan sehingga
membantu kelancaran proses pendidikan di madrasah. Penggunaan alat
pendidikan tetap berlandaskan kepada dasar-dasar pendidikan dan
mengacu kepada tujuan yang telah direncanakan. Alat-alat pendidikan
harus mengandung nilai-nilai operasional yang mampu mengan- tarkan
kepada tujuan pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan
karakter. Nilai-nilai tersebut tentunya berdasarkan kepada dasar atau
karakteristik tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan di
madrasah.
Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi
pendidikan nasional yang diterjemhakan ke dalam visi dan misi

116
madrasah, maka diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) Madrasah
Aliyah Negeri sebagai penyelenggara dan satuan pendidikan, yang
antara lain meliputi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait
dengan penyelenggaraan pendidikan. Dalam kaitan ini, kriteria
penyelenggaraan pendidikan di madrasah dijadikan pedoman untuk
mewujudkan tersedianya sarana dan prasarana belajar untuk
mendorong berkembangnya potensi peserta didik secara optimal dan
menanamkan nilai-nilai karakter di dalam pembelajaran maupun
kegiatan atau aktivitas peserta didik di madrasah. Acuan dasar tersebut
merupakan standar nasional pendidikan yang dimaksudkan untuk
memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar dapat
meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pen- didikan
yang bermutu dalam penggunaan sarana dan prasarana yang tepat.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor
19 Tahun 2005, Pasal 42, tentang Standar Sarana dan Prasarana,
menegaskan bahwa (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana
yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku
dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang pro- ses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki
prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.105

105 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005.

117
118
BAGIAN KEEMPAT
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL
KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI MAN JAMBI

A. Dasar-Dasar Pemerintah Mengeluarkan Kebijakan


Nasional Tentang Pendidikan Karakter di Madrasah
Aliyah di Provinsi Jambi
Kebijakan pendidikan karakter lahir berdasarkan analisis
berbagai aspek diantaranya aspek perilaku peserta didik sebagai sebuah
lulusan yang sekarang banyak terpapar paham-paham radikalisme,
terpapar penyalahgunaan obat-obat terlarang, pelanggaran HAM,
perilaku seks bebas, dan semakin banyak aparatur pemerintah yang
melakukan tindakan korupsi. Lem- baga pendidikan memiliki posisi
sangat strategis dalam pem- binaan afektif dan kognitif peserta didik.
Sebagian besar waktu peserta didik dihabiskan di lembaga pendidikan.
Sehingga lembaga pendidikan harus benar-benar menjadi wadah yang
mampu menciptakan lulusan berkarakter.
Sistem pendidikan di Indonesia menggunakan sistem
desentralisasi yang terpusat. Karena kebijakan pendidikan karakter
yang diimplementasikan di Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi
adalah suatu produk olahan pemerintah dengan menggabungkan unsur-
unsur yang terkait selanjutnya dijadikan sebagai panduan pengambilan
keputusan yang legal oleh seluruh lembaga pendidikan yang berada di
bawah naungan

119
pemerintah dan lembaga non pemerintah. Kebijakan yang diambil oleh
masing-masing pimpinan madrasah atau kepala madrasah tetaplah
mengacu kepala implementasi kebijakan pendidikan nasional. Dalam
pengembangannya, kepala madra- sah dan tenaga pendidik dalam
melakukan perubahan yang telah disesuaikan dengan lingkungan
pendidikan di madrasah. Kepala madrasah yang diberikan wewenang
dalam mengelola bagaimana bentuk sistem pendidikan di madrasah
harus tetap mengacu kepada kebijakan pendidikan nasional.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan nasional tentang
pendidikan karakter yang diterpkan Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi
sebagai sebuah formulasi baru untuk mengatasi kegagalan produk
pendidikan sebelumnya. Aplikasi pendidikan karakter di lembaga
pendidikan sampai dengan saat ini belum dapat menunjukkan output
yang signifikan, sebagaimana dengan apa yang dimaksudkan dalam
tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdas- kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Beberapa temuan penelitian berkaitan dengan dasar alasan
pemerintah mengeluarkan kebijakan nasional tentang pen- didikan
karakter diantaranya:

1. Landasan Historis Kebijakan Pendidikan Karakter


Alasan historis adanya kebijakan pendidikan karakter terkait
dengan perjalanan sejarah bangsa sejak perlawanan yang bersifat
kedaerahan, kebangkitan nasional, revolusi fisik merebut kemerdekaan,
hingga mem¬pertahankan kemerdekaan. Pada setiap perlawanan
tersebut terdapat etos perjuangan yang patut di teladanin seperti jiwa
sepi ing pamrih rame ing gawe. Mentalitas

120
tersebut dimanifestasikan oleh perjuangan tanpa pamrih, tidak
mengharapkan imbalan jasa, yang penting Indonesia bebas dari
penjajah yang telah menghisap darah Ibu Pertiwi. Kuntul baris, rawe-
rawe rantas malang-malang putung adalah mentalitas bekerja sama
yang kokoh antara rakyat dengan pimpinan sehingga daya juang pada
waktu itu sangat dasyat. Oleh karena itu etos perjuangan tersebut harus
di ajarkan kepada generasi muda sekarang melalui pendidikan karakter
ini.106

2. Landasan Sosiologis Pendidikan Karakter


Alasan sosiologis adalah alasan yang timbul dari adanya
kenyataan di masyarakat seperti merebaknya berbagai perilaku buruk
yang sangat jauh dari kehidupan berkarakter yang melanda Indonesia.
Kondisi demikian mendorong pemerintah untuk melakukan penguatan
kembali proses pendidikan hingga menyentuh aspek pengembangn
karakter, utamanya di per- sekolahan dan perguruan tinggi.107
Secara sosiologis, bangsa Indonesia hidup di tengah- tengah
masyarakat dan bangsa-bangsa yang sangat heterogen dan terus
berkembang. Mereka berada di tengah-tengah masya- rakat yang
berasal dari suku, etnis, agama, golongan, status sosial, dan ekonomi
yang berbeda-beda. Di samping itu, bangsa Indonesia juga hidup
berdampingan dan melakukan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain.
Upaya untuk mengembangkan karakter yang saling menghargai dan
toleran pada bermacam- macam tatanan kehidupan dan aneka ragam
perbedaan itu menjadi sangat mendasar.108

106 Dokumentasi, Ahmad Irfan Mufid, Pendidikan Karakter Landasan Pembangunan Bangsa.
107 Dokumentasi
108 Dokumentasi

121
3. Landasan Agama
Semua agama mengajarkan tentang moral, nilai, etika,
pentingnya melakukanperbuatan baik, tidak diperbolehkan untuk
melakukan perbuatan jelek, dan berbagaiajaran spirituali- tas. Dalam
ajaran agama Islam, banyak sekali ayat-ayat dalam al- Qur’an dan
Hadis-hadis Nabi yang berbicara tentang karakter atau dalam bahasa
agama disebut dengan akhlak. beberapa dalil dan pandangan-
pandangan ilmuan tentang pendidikan karakter menjadi dasar pijakan
dalam mengembangkan dan membangun nilai karakter.109

4. Landasan Psikologi
Akar pendidikan karakter telah ada seiring dengan terbangunnya
peradaban dan perkembangan psikologi manusia itu sendiri. Secara
psikologis, terdapat hubungan antara jiwa atau kebatinan dengan watak
atau karakter manusia. Karakter adalah paduan dari semua tabiat
manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk
membedakan orang yang satu dengan yang lain. Nilai-nilai karakter
dalam psikologI yakni: Pertama, pada tingkat subjektif, nilai-nilai
karakter yang dapat muncul adalah kesejahteraan, kesenangan dan
kepuasan. Kedua, pada tingkat individu sekaligus merupakan ciri
positif individu, beberapa nilai karakter adalah kapasitas bakat dan
cinta, ke- beranian atau keteguhan hati, kemampuan interpersonal,
kehalusan budi, kegigihan, mengampuni orang lain,orisinalitas
mempunyai visi ke depan, spiritualitas, keberbakatan, dan
kebijaksanaan. Ketiga, pada tingkat kelompok sekaligus menjadi
kebaikan warga negara atau suatu lembaga yang menggerakkan
individu-individu untuk menjadi warga negara yang baik.110

109 okumentasi, Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Suatu Tinjauan Filosofis


110 Dokumentasi, Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Suatu Tinjauan Filosofis.

122
5. Landasan Yuridis Pendidikan Karakter
Pertama, dasar pertama pentingnya kebijakan nasional tentang
pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri Provinsi Jambi adalah
untuk menjalankan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia yang menjamin seluruh masyarakat- nya mendapatkan
pendidikan yang layak. Di dalam UUD 1945 dsebutkan dengan jelas
dalam alenia ke 4 bahwa “untuk mem- bentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial”. Amanah mencerdaskan kehidupan bangsa
adalah sebuah tugas besar setelah masyarakat Indonesia terbebas dari
penjajahan. Lembaga pendidikan me- miliki peran penting dalam
merealisasikan cita-cita bangsa ke dalam sistem pendidikan yang lebih
adaptif dan inovatif di tengah perubahan. Dahulu para pejuang
kemerdekaan ber- perang melawan senjata untuk mendapatkan hak
hidup, seka- rang kemerdekaan hak hidup telah dimiliki oleh seluruh
masyarakat untuk diteruskan dalam hak berpendidikan. Agar peserta
didik sebagai lulusan tetap memiliki nilai-nilai cita bangsa dalam
perjuangan mereka.111

Selanjutnya lebih rinci dijelaskan di dalam pasal 31 berikut:


Pasal 31
a. Ayat 1
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
b. Ayat 2
Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.

Observasi, Dokumen Dasar Kebijakan, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


111

Tahun 1945, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama Provinsi Jambi, Agustus
2019.

123
c. Ayat 3
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka men- cerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang- undang.
d. Ayat 4
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendidikan dan belanja
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
e. Ayat 5
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.112

Arah kebijakan nasional dengan berasaskan pada UUD 1945 dan


pasal 31 di atas sangat jelas pada ayat ke-3 menjelaskan nilai-nilai
karekter yaitu “keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia”.
Dasar negara telah memberikan arah bagaimana bentuk sistem
pendidikan yang baik. Program pendidikan yang di- ciptakan saat ini
bersifat menyeluruh dan menyentuh semua
aspek pengelolaan pendidikan, termasuk aspek paradigma,
manajemen dan proses pembelajaran. Dalam hal paradigma,
penyelenggaraan pendidikan diharapkan bersifat desentralistik,
otonom, dan partisipatif. Dalam hal manajemen penyeleng- garaan
pendidikan lebih mudah di akses, profesional, bervariasi, efektif, dan
efisien, terarah, terpadu, dan bermutu. Dalam hal pembelajaran,
penyelenggaraan pendidikan diharapkan relevan

Observasi, Dokumen Dasar Kebijakan, UUD 1945 pasa 31, Kementerian Pendidikan dan
112

Kementerian Agama Provinsi Jambi, Agustus 2019.

124
dengan potensi peserta didik, kebutuhan masyarakat, dan tantangan
kehidupan masyarakat era globalisasi.
Kedua, dasar pendidikan di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, sebagai berikut:

Bab I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud:
1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengen- dalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
2) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.
3) Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk men- capai
tujuan pendidikan nasional.

BAB II
Dasar, Fungsi, Dan Tujuan
Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemam-
puan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan

125
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.113
Dasar dalam undang-undang Sisdiknas di atas sanget jelas
ditujukan untuk mengembangkan watak atau karakter atau moral.
Sebuah karakter yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman pentingnya nilai-nilai
keagamaan. Nilai keagamaan yang terus dijaga meski Madrasah Aliyah
Negeri Provinsi Jambi adalah sebuah lembaga pendidikan agama Islam
tetap menjaga nilai pluralisme di tengah masyarakat yang sangat
multikultur dan multireligi. Menjaga nilai agama di tengah
keberagaman diperkuat dengan nilai persatuan untuk menjaga
keutuhan tanpa melihat perbedaan suku, ras, agama, atau bangsa.
Sehingga tidak timbul paham radikal atau liberal di Madrasah Aliyah
Negeri Jambi. Nilai-nilai kemanusian yang dibentuk kepada peserta
didik menciptakan toleransi yang beradab kepada sesama manusia dan
terhadap kondisi lingkungan alam sekitar. Sehingga produk pendidikan
karakter menjadi individu-indi- vidu yang mampu memimpin diri
sendiri dan juga memimpin orang lain nilai keagamaan, persatuan,
kemanusiaan, kepedulian, dan keadilan sosial.
Sistem pendidikan nasional di dalam kebijakan pendidikan
karakter harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan
bagi seluruh peserta didi. Kebijakan pendidikan karakter yang
diimplementasikan harus memenuhi peningkatan mutu serta relevansi
dan efisiensi manajemen pendidikan. Mutu pendidikan, relevansi
kebijakan pendidkan dengan kebutuhan pendidikan, serta efisiensi
penggunaan manajemen dalam pengelolaan pendidikan dalam
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan. Perubahan
pendidikan menyertai

113Observasi, Dokumen Dasar Kebijakan, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20


Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kementerian Pendidikan dan
Kementerian Agama Provinsi Jambi, Agustus 2019.

126
perubahan kehidupan dan sebaliknya perubahan tatanan kehidupan
baik ekonomi, politik, budaya, alam, dan kehidupan sosial baik secara
lokal, nasional, dan global akan berubah. Pembaharuan pendidikan
harus dilakukan diawali dengan pem- baharuan kebijakan pendidikan
nasional secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pembaharuan ini tidak dapat hanya dibuat tanpa dikontrol.
Pembaharuan harus bersifat kontinu untuk mendapatkan hasil atau
output yang maksimal.
Peserta didik yang kini berada pada jenjang madrasah sedang
berada di tengah-tengah krisis multidimensi. Madrasah Aliyah Negeri
Provinsi Jambi melakukan pola pendidikan yang menyerap berbagai
dimensi kebutuhan peserta didik dan pendukung lembaga pendidikan.
Pada tahun 2019 ini peserta didik berada di arus globalisasi dimana
tantangan pendidikan juga sangat besar. Berdasarkan hasil observasi
peneliti maka ditemukan bahwa Madrasah Aliyah Negeri Provinsi
Jambi saat ini menghadapi berbagai tantangan sistem pendidikan yaitu;
pertama madrasah harus mempertahankan kualitas pendidikan dan
meningkatkan mutu pendidikan dan mutu pelayanan dengan berbasis
teknologi. Kedua, madrasah harus mampu mempersiapkan lulusan
yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam pesaingan pasar
MEA atau pasar bebas dalam jangka dekat pada tahun 2020. Ketiga,
madrasah harus membuat terobosan baru dalam sistem pendidikan baik
dalam proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan bakti
sosial dengan masyarakat dan program yang membekali peserta didik
ketrampilan dalam berkomunikasi, berpikir, berkreasi, dan berinovasi.
114

Kebijakan nasional tentang pendidikan karakter yang


tercantum dalam UU Sisdiknas menjadi acuan bagi madrasah untuk
melakukan peruhbahan dan penyesuaian program

114Observasi, Fenomena Pendidikan Karakter, Tantangan Kebijakan Pendidikan Karakter


dalam Sistem Pendidikan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama
Provinsi Jambi, Agustus 2019.

127
madrasah. Sehingga tujuan pendidikan madrash tercapai dan tujuan
pendidikan nasional juga tereaslisasi. Kepala madrasah dan tenaga
pendidik harus mampu mempertahankan prestasi atau kualitas lulusan
pendidikan yang telah dicapai dan mening- katkan mutu pendidikan
dengan dukungan teknologi. Peserta didik saat ini dihadapkan dengan
akses pendidikan berbasis teknologi, pusat informasi dan ujian nasional
yang dilakukan berbasis teknologi sebagai bentuk olahan kebijakan
pemerintah untuk memberikan keadilan berpendidikan. Madrasah
dituntun untuk mempersiapkan sumber daya manusia atau lulusan yang
berkompeten. Peserta didik yang memiliki kompetensi mampu
bersaing dengan lulusan dari lembaga lain dalam dunia perguruan
tinggi maupun dunia kerja saat pasar kerja global mulai dibuka di
Indonesia. Madrasah menggunakan manajemen yang efektif untuk
dapat mengelola seluruh sumber daya madrasah secara maksimal.
Ketiga, dasar pendidikan karakter mengacu kepada
Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan
Nasional, 2010–2014. Pendidikan karakter meru- pakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam pencapaian visi dan misi pembangunan
nasional (RPJP 2005 -2025). Pencapaian RPJP dilakukan melalui
pentahapan, yakni Tahap I: 2010—2014; Tahap II: 2014— 2020; Tahap
III: 2020—2025. Dengan demikian, pro- gram pengembangan
pendidikan karakter harus terkandung di dalam rencana strategis
pembangunan pendidikan nasional pada setiap tahapnya. Pelaksanaan
pendidikan karakter memerlukan rencana aksi yang aplikatif dalam
konteks nilai secara terus menerus dan berkelanjutan.115
Sehubungan dengan hal itu, Rencana Aksi Nasional (RAN)
pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional harus segera
disusun program dan kegiatannya dan dituangkan dalam setiap rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM). Pada

Observasi, Dokumen Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter 2010-2014, Kementerian


115

Pendidikan dan Kementerian Agama Provinsi Jambi, Agustus 2019

128
RPJM Tahap I (2010—2014), langkah-langkah yang diprioritas- kan
untuk pendidikan karakter adalah sebagai berikut. (1) Reorientasi dan
penyadaran akan pentingnya pendidikan karakter. (2) Penyusunan
perangkat kebijakan terpadu dan pem- berdayaan pemangku
kepentingan agar dapat melaksanakan pendidikan karakter secara
efektif. (3) Pelaksanaan, pemantapan, dan evaluasi pendidikan
karakter.116
Dalam rangka menghadapi permasalahan pendidikan nasional
maka terdapat arah kebijakan pembangunan pendi- dikan di dalam
Program Pembangunan Nasional yang terdiri dari:
1) Perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan
2) Peningkatan profesionalisme, kemampuan akademik, dan
kesejahteraan tenaga pendidik
3) Pembaruan sistem pendidikan melalui diversifikasi kurikulum dan
jenis pendidikan
4) Pembedayaan lembaga pendidikan di sekolah dan luar sekolah
serta peningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat
5) Penerapan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuwan, dan
manajemen
6) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi lembaga pendidikan
7) Peningkatan mutu SDM secara lebih dini, terarah, terpadu, dan
menyeluruh
8) Peningkatan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi117

Upaya program pembangunan pendidikan agar tidak mengalami


turbulensi ketika terjadi pergolakan globalisasi yang berdampak pada
sistem pendidikan di madrasah, maka beberapa

116 Observasi, Dokumen Langkah-Langkah Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter


2010-2014, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama Provinsi Jambi, Agustus
2019
117 Observasi, Program Pembangunan Nasional, Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan,

Agustus 2019.

129
hal yang dilakukan oleh madrasah untuk mengantisipasi
ketidakstabilan proses pendidikan dan keterbelakangan output
pendidikan sebagai sebuah kebijakan pada tingkat madrasah
diantaranya:
1) Peningkatan standar mutu proses pendidikan dan daya saing
lulusan pendidikan yang mengandung nilai relevan kebutuhan
masyarakat
2) Peningkatan kualitas guru yang harus bersifat transformatif
3) Peningkatan kinerja kepala madrasah, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan efisiensi manajemen pendidikan
4) Implementasi penghayatan dan pengamalan nilai-nilai (pancasila
dan agama) sebagai sebuah filter terhadap pengaruh negatifnya
budaya maupun pendidikan asing

Keempat, dasar kebijakan nasional pendidikan karakter di dalam


Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 87 Tahun 2017,
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Pada Bab I, Ketentuan
Umum, dijelaskan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter yang
selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pen- didikan di bawah
tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta
didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga
dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga,
dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM).118
Selanjutnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudaya- an
Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2018, Tentang Penguatan
Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal. Beberapa hal
yang termuat dalam Permen terserbut berkaitan dengan teknis
pelaksanaan Pendidikan Karakter yaitu:

Observasi, Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 87 Tahun 2017, Tentang


118

Penguatan Pendidikan Karakter, Agustus 2019.

130
Pasal 11
1) Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan selama 6
(enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam 1 (satu) minggu.
2) Penyelenggaraan PPK dalam 5 (lima) hari sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan:
a. Kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan;
b. Ketersediaan sarana dan prasarana;
c. Kearifan lokal; dan
d. Pendapat tokoh masyarakat dan/atau tokoh agama di luar
komite sekolah.
3) Kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan sebagai- mana
dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan keter- sediaan jumlah
pendidik sesuai dengan jumlah rombongan belajar dan jumlah
pendidik sesuai dengan mata pelajaran.
4) Ketersediaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b paling sedikit meliputi:
a. Ketersediaan ruang belajar sesuai dengan jumlah rombongan
belajar;
b. Ketersediaan sumber daya lainnya untuk pelaksanaan
kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler; dan
c. Akses transportasi dari dan menuju sekolah.
5) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
sesuai dengan karakteristik dan ciri khas daerah.

Pasal 12
1) Pelaksanaan PPK pada Satuan Pendidikan di daerah dikoor-
dinasikan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dengan
melibatkan unit pelaksana teknis lainnya di lingkungan
Kementerian.
2) Pimpinan unit utama di lingkungan Kementerian sesuai dengan
kewenangannya bertanggung jawab terhadap

131
koordinasi pelaksanaan PPK pada Satuan Pendidikan di daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).119

Kebijakan penguatan pendidikan karakter terintegrasi dalam


Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara
berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama
yang dikembangkan dalam penguatan pendidikan karakter adalah
religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai
karakter ini ditanamkan kepada peserta didik melalui proses
pembelajaran di madrasah, khususnya Madrasah Aliyah Negeri di
Provinsi Jambi. Praktek penanaman nilai tersebut melalui sistem
pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di
seluruh sendi kehidupan warga madrasah yang terdiri dari kepala
madrasha, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masya-
rakat sekitar dan para stakeholder.
Penguatan pendidikan karakter sebagai bentuk kesadaran
akan tantangan ke depan yang semakin kompleks pada era revolusi
industri dimana seluruh sistem pendidikan dan tatananan kehidupan
bersentuhan langsung dengan proses digitalisasi. Komunikasi langsung
menjadi bagian yang tergerus nilainya karena tergantikan oleh dunia
digital. Banyak harapan bagi masa depan bangsa agar anak-anak
bangsa menjadi produk yang unggul. Hal ini menuntut lembaga
pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan
kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai
moral, spiritual dan keilmuan.
Tujuan penguatan pendidikan karakter adalah Mem- bangun dan
membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045
guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan,
Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama

Observasi, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 20


119

Tahun 2018, Agustus 2019.

132
dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia, Me-
revitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi ekosistem
pendidikan.120
Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 12, bahwa pelaksanaan
PPK pada Satuan Pendidikan di daerah dikoor- dinasikan oleh
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Maka untuk melaksanakan
mutu pendidikan, dilakukan 2 hal penting yaitu penetapan standar mutu
pendidikan dan evaluasi/ penilaian/audit terhadap standar mutu
pendidikan. Adapun strategi untuk mengatasi kelemahan pendidikan
diantaranya adalah: meningkatkan standar mutu dan daya saing
lembaga pendidikan yang relevan dengan kebutuhan, meningkatkan
mutu guru/ustadz/ tenaga pendidik dan kinerja manajemen pendidikan
serta mengusahakan pengakuan internasional hasil pendidikan,
meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai- nilai dasar
(pancasila/agama) sebagai filter system terhadap pengaruh liberalisasi
& budaya asing komponen standar mutu pendidikan nasional.
Teknologi informasi & komunikasi pada sistem pen-
didikan menjadi bagia wajib yang harus diterapkan secara mandiri
maupun implisit di dalam pembelajaran untuk menjaga mutu
pendidikan kita. Hal ini mengakibatkan kompetensi guru perlu
ditingkatkan dan mengubah bentuk proses pendidikan di madrasah
diantaranya adalah denganmengubah pola hubungan komunikasi
tenaga pendidik dengan peserta didik, teknologi instruksional dan
sistem pendidikan secara keseluruhan. Adanya didukung oleh
kompetensi guru yang standar. salah satu dari kompetensi pemilikan
kemampuan/ penguasaan teknologi bagi peningkatan kualitas
pembelajaran. Tenaga pendidik akan membelajarkan penggunaan
teknologi yang tepat guna. Tenaga pendidik yang tersu melakukan
inovasi berhak mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan
tugasnya. Perlindungan

Observasi, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 20


120

Tahun 2018, Tujuan PPK, Agustus 2019.

133
untuk guru meliputi: perlindungan hukum perlindungan profesi, dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Penguatan pendidikan
karakter juga akan berjalan maksimal.
Kelima, dasar pentingnya kebijakan nasional pendidikan
karakter di madrasah adalah degradasi moralitas bangsa. Sebagai
bentuk perwujudan nawacita ke-8 yaitu revolusi karakter bangsa atau
revolusi mental maka dilahirkan dalam penguatan pendidikan
karakter.121 Indonesia sedang dalam keadaan darurat, berbagai tindakan
kejahatan terjadi pada setiap jenjang usia masyarakat dan di lini
kehidupan. Anak-anak muda berada pada krisis moral dengan
terdeteksinya pengguna narkoba terbanyak adalah anak remaja usia 12
tahun sampai 16 tahun. Jumlah mereka mencapai angka 3 juta
pengguna yang rata-rata adalah peserta didik dengan berbagai latar
belakang saat ini menuju ambang kehancuran.
Kebijakan nasional pendidikan karakter menjadi sebuah pilihan
tepat untuk memperbaiki moralitas anak bangsa. Tindakan kejahatan
atau kriminalitas cenderung banyak dilakukan oleh anak-anak pada
tingkat remaja dimana sebenar- nya mereka sedang mengikuti proses
pendidikan di sekolah menengah. Oleh karena itu pemerintah
mengutamakan pen- didikan karakter dalam dunia pendidikan.
Kebijakan pendidikan karakter menghasilkan pribadi anak bangsa
dengan intelektual yang tinggi dan karakter mulia. Komitmen atau
keteguhan seluruh unsur-unsur pendidikan menentukan tingkat keber-
hasilannya.
Dasar kebijakan nasional pendidikan karakter yang
diimplementasikan pada Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi
berdasarkan grand desain kebijakan nasional berikut ini:

121 Observasi, Dasar Penguatan Pendidikan Karakter, Agustus 2019.

134
Pembukaan
UUD 1945 &
Pasal 31

Permen No. UU No. 20


20 Tahun Tahun 2003
2018 tentang tentang
PPK Sisdiknas

KEBIJAKAN
PENDIDIKAN
KARAKTER DI
MAN JAMBI

RAN
PP No. 87
Pendidikan
Tahun 2017
Karakter,
tentang PPK
2010–2014

RPJP
2005 -2025)

Gambar Desain Kebijakan Pendidikan Karakter di MAN Jambi

Grand design Kebijakan pendidikan karakter yang dilahir- kan


dari perpaduan unsur yaitu mengandung nilai Agama, Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945. Keseluruhan nilai-nilai karakter tersebut
diberdayakan dan dibudayakan dalam proses pembelajaran
sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No.
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pendidikan karakter

135
membangun nilai-nilai perilaku individu, keluarga, masyarakat, dan
nilai luhur dan madrasah menjadi habituasi terbaik setelah keluarga
dalam membentuk karakter anak. Kebijakan mem- butuhkan dukungan
pelaksana di tingkat madrasah yang men- jadi seperangkat pendukung
kebijakan yang terdiri dari pedoman kebijakan yang jelas, sumber daya
manusia yang berkualitas, lingkungan madrasah, sarana dan prasarana,
interaksi atau komunikasi warga madrasah, dan komitmen pemangku
kepentingan baik pemerintah, pimpinan madrasah, tenaga pendidik,
dan peserta didik.

B. Analisis Kebijakan Nasional Tentang Pendidikan Karakter


di Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi
Kebijakan nasional tentang pendidikan karakter adalah
sebuah reformasi kebijakan nasional dalam pendidikan untuk lebih
mengutamakan sistem pembelajaran yang menguatkan pembentukan
afektif peserta didik. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerinah tidak
akan mampu membuahkan sebuah solusi atas rendahnya tingkat
capaian afektif peserta didik apabila tidak didukung oleh pemerintah
dalam implementasinya. Apabila pemerintah hanya menetapkan sebuah
kebijakan baru tanpa adanya persiapan dari lembaga pendidikan, maka
kebijakan yang ditetapkan tidak akan terlaksana dan jika kebijakan di-
tetapkan oleh pemerintah secara parsial maka kebijakan nasional
tentang pendidikan karakter tidak menyentuh apa hakikatnya
permasalahan yang sedang melanda lembaga pendidikan. Pemerintah
dan para pengelola lembaga pendidikan harus saling terhubung secara
aktif agar pembenahan kebijakan penetapan kebijakan dapat dilakukan
secara tepat sasaran dan dilakukan secara totalitas oleh berbagai pihak
yang terlibat.
Persiapan lembaga pendidikan khususnya Madrasah Aliyah
Negeri di Provinsi Jambi menjadi sangat penting dalam menyambut
kebijakan nasional. Fokus dalam temuan ini mengenai kesiapan
Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah

136
Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko
dalam mempersiapkan unsur-unsur lembaga pendidikan untuk
mengimplementasikan kebijakan pendidikan nasional di madrasah.
Temuan penelitian berkaitan dengan berbagai kegiat- an penyusunan
masalah yang dihadapi oleh lembaga pendidikan atau madrasah,
perumusan kebijakan pada tingkat madrasah, evaluasi pelaksanaan
kebijakan di madrasah, dan rekomendasi yang diberikan untuk
meningkatkan kemampuan madrasah dalam menyerap kebijakan.

Temuan penelitian diuraikan sebagai berikut:


Pertama, penyusunan masalah yang dihadapi oleh Madrasah
Aliyah Negeri di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi menyatakan bahwa
secara rutin saya dan dewan guru serta staf selalu mengadakan rapat
pada tiap semester dan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Rapat ini
berisi pembahasan mengenai masalah apa yang saja yang dihadapi oleh
guru selama satu semester melaksanakan program pembelajaran di
kelas maupun di luar kelas. Dari hasil diskusi rapat saya selalu
menekankan mengenai langkah tindak lanjut atas permasalahan yang
di- hadapi guru dalam pembelejaran maupun tenaga kependidikan
dalam memberikan layanan akademik kepada para peserta didik.122
Rapat merupakan satu bentuk pertemuan yang sangat penting
untuk dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan. Rapat yang baik
adalah yang dilakukan secara rutin untuk mengetahui permasalahan
krusial yang sedang dihadapi agar tidak terjadi penyebaran pada unsur-
unsur lain. Dan sebuah langkah awal untuk dapat mencari berbagai
tindakan preventif sehingga ketika di kemudian hari terjadi
permasalahan yang sama dapat segera dicegah. Seluruh elemen
Madrasah Aliyah Negeri harus

Wawancara, Kepala Madrasah, Keterlibatan Penyusunan Masalah Pendidikan di Madrasah,


122

Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 6 Agustus 2019.

137
dilibatkan mengingat bahwa permasalahan lembaga timbul dari
berbagai unsur dan pelaksana hasil keputusan rapat juga seluruh
elemen pengelola madrasah.
Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kuala Tungkal menyatakan bahwa selaku kepala madrasah
saya selalu memberikan instruksi kepada guru dan staf yang ikut rapat
menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan satu tahun kemudian. Di
dalam agenda semester belum pernah melakukan rapat khusus untuk
membahas mengenai pendidikan karakter. Karena sesungguhnya
pendidikan karakter telah ada sejak kurikulum KTSP, di dalamnya
terdapat nili-nilai karakter yang harus dikembangkan pihak madrasah.
Melakukan penyu- sunan agenda kegiatan pasti dilakukan untuk
memetakan kegiatan madrasah berdasarkan pada kalender pendidikan.
Sehingga pelaksanaan kegiatan madrasah lebih terencana tidak bersifat
dadakan dan realisasinya lebih optimal. Kecuali kegiatan yang
terlaksana akibat adanya musibah atau bencana alam.123
Penyusunan agenda kegiatan madrasah ditujukan untuk
mengontrol kegiatan madrasah selama satu tahun. Kepala madrasah
memberikan pelung kepada seluruh elemen madrasah untuk
menyampaikan pendapat demi kemajuan pendidikan madrasah.
Pendapat yang disampaikan bermacam bentuk baik berupa gagasan
baru maupun permasalahan madrasah berkaitan dengan sistem
madrasah maupun peserta didik. Setiap semester ditemukan masalah-
masalah yang kompleks. Pendidikan karakter telah ada sejak lama di
dalam kandungan kurikulum.
Kepala Madrasah Aliyah Negeri Bangko menyatakan
pendapatnya bahwa sebagai kepala madrasah saya memiliki wewenang
dalam menentukan program kerja madrasah. Program tersebut tetap
mengacu kepada aturan pendidikan dari kementerian agama dan
pendidikan nasional. Ketika pendidikan karakter diluncurkan oleh
pemerintah maka kami menggunakan

Wawancara, Kepala Madrasah, Keterlibatan Penyusunan Masalah Pendidikan di Madrasah,


123

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, 31 Agustus 2019.

138
format kurikulum yang disosialisasikan oleh pemerintah. Pada awal
penerimaan integrasi pendidikan karakter ke dalam kurikulum
madrasah kami mengalami kesulitan karena harus mengubah
kurikulum madrasah yang secara otomatis mengubah silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), modul belajar, buku pedoman, dan
kegiatan ekstrakurikuler. Ini men- jadi masalah yang timbul karena
pada tahun 2011 pendidikan karakter diterapkan dan kami harus
mempersiapkan kemam- puan guru yang mendukung perubahan
tersebut. Sedangkan kami sebagai pelaksana kebijakan juga
membutuhkan pen- didikan karakter untuk bisa memberikan
pembinaan sikap siswa.124
Perubahan pola pendidikan yang sangat sering terjadi
membutuhkan respon cepat dari kepala madrasah dan dewan guru
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi. Respon tersebut terkait
dengan kemampuan kepala dan guru dalam mem- persiapkan diri
mengelola sistem pendidikan di madrasah yang menunjang
implementasi kebijakan pendidikan yang baru. Kewenangan kepala
sebagai pimpinan di madrasah dapat memutuskan program apa saja
yang tepat untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter.
Pengelola madrasah memiliki wewenang untuk mengembangkan
kurikulum pembelajaran sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
Sebagaimana kebutuhan pendidikan karakter di sekolah tingkat
menengah yang menempati posisi genting dalam membentuk watak
anak bangsa di masa depan.
Madrasah membutuhkan sebuah sistem pendidikan yang
membekali peserta didik kemampuan dalam bersaing di era industri
dengan menjaga nilai-nilai kebangsaan dan kegamaan yang kuat.
Sebagaimana hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal menyatakan bahwa say
sangat setuju dengan adanya

Wawancara, Kepala Madrasah, Keterlibatan Penyusunan Masalah Pendidikan di Madrasah,


124

Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 24 Agustus 2019.

139
kebijakan pendidikan karakter. Perubahan sikap anak-anak sekarang
sangat berbeda dengan zaman saya menjadi siswa di sekolah menengah
dimana anak sekarang ketika bertemu dengan guru saja cara berbicara
mereka sering tidak sopan, terkesan lancang. Kami selalu berusaha
untuk menerima setiap kebijakan pendidikan yang diturunkan dari
pusat meski terkadang ganti menteri maka ganti kebijakan. Kami
menyadari bagaimana kegagalan pendidikan pada masa sebelumnya
dengan melihat banyaknya orang-orang yang menjadi pejabat negara
dan mereka tetap mau mengambil hak orang lain dengan jalan korupsi.
Dengan adanya kebijakan pendidikan nasional untuk menerapkan nilai-
nilai karakter dalam pembelajaran dari sejak menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan hingga Kurikulum 2013 merupakan pilihan
yang tepat untup sistem pendidikan saat ini.125
Kebijakan pendidikan karakter memberikan kesempatan
kepada guru untuk bisa mengintegrasikan pendidikan akhlak dalam
pembelajaran di sekolah. Kekhawatiran guru akan kegagalan lulusan
madrasah yang memiliki moral buruk bisa diminimalisir. Tuntutan
pendidikan karakter kembali hadir di Indonesia karena pemerintah
melihat adanya kerusakan dalam sistem yang menghasilkan output
pendidikan mengalami kerusakan moral. Namun guru dan kepala
Madrasah Aliyah Negeri juga harus meningkatkan kemampuan mereka
sehigga tidak terjadi permasalahan ketika diterapkan di lembaga.
Kerusakan moral merupakan masalah mendasar yang sangat
mempengaruhi pola pikir dan masa depan peserta didik. Hasil
wawancara peeneliti dengan guru Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi
Jambi menyatakan bahwa peserta didik pada era yang sering mereka
sebut dengan generasi milenial mengalami kerusakan nilai-nilai etika
baik etika dengan sesama teman, etika

125 Wawancara, Guru Pendidikan Agama Islam, Keterlibatan Penyusunan Masalah


Pendidikan di Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, 31 Agustus 2019.

140
dengan guru, etika dengan orang tua, kepedulian terhadap ling-
kungan, dan nilai-nilai agama. Peserta didik kehilangan ke- sadaran
moral mereka untuk bisa melakukan tindakan yang tidak berlebihan di
media sosial. Postingan kata-kata yang berisi ujaran kebencian dan
foto-foto yang tidak sepatutnya dilakukan seorang pelajar mereka
gunakan sebagai ajang sosialisasi ter- hadap khalayak ramai. Guru
menyatakan bahwa sering melihat peserta didik kehilangan kontrol diri
dalam berkomunikasi di madrasah dan dalam menggunakan teknologi
sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang membuat peserta didik tidak
merasa malu dan takut ketika berbuat salah. Anak-anak tidak malu
memamerkan foto-foto pacaran dengan pasangan.126

Tabel Pelanggaran Peserta Didik Di Madrasah127


MAN MAN 1 MAN
No Jenis Pelanggaran
Model K. Tungkal Bangko
1 Bolos dari jam belajar √ √ √
2 Perkelahian dengan √ √ √
teman
3 Pacaran di sekolah √ √ √
4 Melawan dengan guru √ √ √
5 Memakai obat-obatan √ √ √
terlarang
6 Tawuran - - -
7 Melakukan Free sex - - -
8 Penyalahgunaan √ √ √
media sosial

Berdasarkan hasil observasi dokumen guru bimbingan konseling


didapatkan dari data bahwa masih terdapat peserta didik yang sering
tidak masuk sekolah dan beberapa diantaranya

126 Wawancara, Guru Pelajaran Aqidah Akhlak, Penyusunan Masalah Pendidikan di


Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal,
Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.
127 Observasi, Dokumen, Masalah Pendidikan, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019

141
bolos sekolah. Keinginan belajar peserta didik terkalahkan oleh
pergaulan dengan teman yang mengajak mereka berkumpul di luar
sekolah. Sehingga terjadi sebuah perkelahian anak yang disebabkan
kesalahpahaman mereka mengenai seseorang yang dianggap sebagai
pacar. Dan keadaan anak yang sedang di- bawah kendali konsumi
minuman keras. Terkikisnya rasa kepedulian terhadap masa depan anak
itu sendiri dan orang- orang yang ada di sekitarnya menghilangkan rasa
menghargai diri sendiri terlebih lagi orang lain. 128
Pada prinsipnya kepala madrasah dan guru memiliki peran
penting dalam pemberian pendidikan karakter. Ber- dasarkan observasi
dokumen di madrasah maka ditemukan bahwa dari segi kuantitas atau
jumlah pelaksana baik dari segi guru, bidang tata usaha, petugas
perpustakaan, petugas ke- amanan, guru bimbingan konseling, pembina
kegiatan ekstra- kulikuler, dan kepala madrasah telah memenuhi.
Unsur-unsur pelaksana kebijakan pendidikan di masrasah telah
memenuhi jumlah yang dimiliki madrasah. Masalah yang terdeteksi
dari awal adalah segi kualitas unsur pelaksana. Kebijakan pendidikan
nasional merupakan sebuah kebijakan yang ditetapkan dari pusat
dengan melihat keterwakilan wilayah sehingga Madrasah Aliyah
Negeri di provinsi Jambi harus menyesuaikan dengan kebijakan
tersebut. Di lapangan kualitas guru dan tenaga kependidikan belum
semuanya memadai. Guru memiliki tugas mendidik dan juga tuntutan
memenuhi administrai pembelajar- an. Guru terlalu disibukkan
mengurus perangkat pembelajaran dan lupa untuk menjadi sosok
panutan bagi peserta didik. Guru dan tenaga kependidikan belum
mencerminkan nilai-nilai karakter yang seharusnya ditanamkan kepada
peserta didik.129

128 Observasi, Data Dokumen Bimbingan Konseling, Masalah Pendidikan di Madrasah,


Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah
Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.
129 Observasi, Guru Madrasah, Mendiagnosis Faktor Pendukung dan Penghambat Kebijakan

di Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal,
Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.

142
Masalah awal kebijakan nasional pendidikan karakter telah
teridentifikasi. Dengan dirasakannya oleh kepala Madrasah Aliyah
Negeri di rovinsi Jambi, keberadaan masalah awal yang muncul dari
persiapan pelaksana kebijakan yaitu tenaga pendidik dan tenaga
kependidika. Keadaan tersebut disadari oleh kepala dan juga tenaga
pendidik. Berkaitan dengan hal tersebut madrasah merupakan badan
pelaksana kebijakan pendidikan yang terpusat. Seluruh kegiatan dan
kalender pendidikan diterima dari pusat sesuai juknis dan
dikembangkan di madrasah. Sehingga masalah-masalah tersebut akan
saling berkaitan dimana sasaran pendidikan adalah anak didik yang
juga memiliki latar belakang berbeda-beda sebagaimana tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Setelah dilakukan analisa mendasar
mengenai permasalahan pendidikan yang dihadapi madrasah maka
kepala dan seluruh majelis guru serta tenaga kependidikan
merumuskan tujuan madrasah sebagai jawaban masalah-masalah
subtantif tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah
mengenai penetapan tujuan madrasah menyatakan bahwa saya
membentuk tujuan madrasah berdasarkan hasil musyawarah dengan
seluruh majelis guru dan stakeholder. Tujuan ini ditetap- kan bersama
agar seluruh pengelola madrasah dan pemangku kepentingan merasa
bertanggung jawab atas relaisasinya dalam program kegiatan di
Madrasah Aliyah Negeri Provinsi Jambi. Tujuan pendidikan yang
dirumuskan tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang
mengandung unsur nilai-nilai kebang- saan, nilai budaya, dan nilai
agama. Sehingga pelaksanaan kegiatan madrasah berorientasi pada
pencapaian tujuan madrasah. Tujuan pendidikan di Madrasah disusun
bersama agar dapat mencerminkan kondisi madrasah dengan ciri khas
sebagai lembaga pendidikan yang unggul di bidang prestasi

143
akademik, prestasi olahraga, dan kekhasan perilaku peserta didik yang
menghayati nilai-nilai agama.130
Observasi peneliti terhadap dokumen madrasah menun- jukkan
bawhwa tujuan pendidikan madrasah sangat men- cerminkan
pelaksanaan kebijakan pendidikan nasional. Setiap madrasah berusaha
untuk memeberikan perubahan pada pendidikan di madrasah agar
kelak lulusan menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan baik
dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin canggih. Dimana
peserta didik akan terus berinovasi tanpa harus kehilangan identitad
diri.131
Berikut ini ditampilkan tabel tujuan pendidikan yang
dirumuskan oleh madrasah provinsi Jambi dan koherensi dengan
kebijakan nasional pendidikan karakter yaitu:

Tabel Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi


Jambi
NO LEMBAGA TUJUAN PENDIDIKAN KOHERENSI
DENGAN
KEBIJAKAN
PENDIDIKAN
KARAKTER
1 MAN Model Jambi 1. Masyarakatnya mampu √
berprilaku Islami.
2. Meningkatkan standar √
prestasi akademik lulusan
3. Meningkatkan prestasi √
ekstrakurikuler
4. Mencetak lulusan yang √
menguasai IPTEK yang
dilandasi keimanan dan
ketaqwaan

130 Wawancara, Kepala Madrasah, Memetakan Tujuan Pendidikan Madrasah, Madrasah


Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, Agustus 2019.
131 Observasi, Dokumen Profil Madrasah, Tujuan Pendidikan Madrasah, Madrasah Aliyah

Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, Agustus 2019

144
5. Mencetak lulusan yang √
berakhlak mulia, memiliki
kepekaan sosial,
dan menjadi teladan bagi
orang lain

6. Mencetak lulusan yang √


mampu berperan sebagai
motivator, inspirator,
inovator bagi masyarakat.

7. Mencetak lulusan yang √


mampu menyelesaikan
masalah dirinya sendiri
maupun orang lain.

8. Mencetak lulusan yang √


bekepribadian mandiri,
kreatif, yang mampu
menghadapi tantangan
hidup dan persaingan
global.

9. Mencetak lulusan yang √


sehat jasmani dan rohani,
berjiwa satria, menjunjung
tinggi sportivitas, dan
pantang menyerah.

10. Mempersiapkan lulusan √


ke jenjang pendidikan tinggi.

2 MAN Bangko Siswa memiliki empat


kemampuan dasar yang islami,
yaitu:
1. Memiliki ilmu √
pengetahuan yang dilandasi
iman dan taqwa
2. Berakhlaq mulia dan √
berkarakter
3. Kreatif, inovatif, dan √
mandiri
4. Menguasai informatika √
dan teknologi

145
3 MAN 1 Kuala Tujuan umum: √
Tungkal 1. meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup
mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih
lanjut.

Tujuan khusus Bidang


Akademik:
1. Peningkatan rata-rata Ujian √
Nasional 6,54 menjadi
7,50
2. Terampil menjalankan √
ajaran agama
3. Terampil berbahasa Inggris √
dan Arab
Tujuan khusus pada Bidang √
Non Akademik:
1. terampil di bidang olah
raga dan seni.
Sumber: Dokumen Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi132

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perumusan tujuan


pendidikan telah sesuai dengan konfigurasi nilai-nilai karakter yang
dikelompokkan dalam acuan desain pendidikan karakter dan kebijakan
pendidikan karakter yang melahirkan 18 pencapaian karakter pada
peserta didik. Tujuan pada masing- masing lembaga telah fokus kepada
lulusan sebagai sasaran penerapan kebijakan pendidikan. Oleh karena
itu program kerja madrasah yang dilahirkan juga akan mencerminkan
pencapaian tujuan pendidikan madrasah yang sejalan dengan
penerapan kebijakan nasional mengenai pendidikan karakter di
madrasah. Peserta didik yang berada pada lingkungan sekitar madrasah
akan menjadi lulusan yang memiliki keilmuan yang terintegritas

132Observasi, Dokumen Profil Madrasah, Tujuan Pendidikan Madrasah, Madrasah Aliyah


Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, Agustus 2019.

146
dari berbagai bidang dan pengembangan sikap yang tetap melestarikan
nilai-nilai luhur bangsa.
Pembentukan tujuan madrasah ini telah melalui proses penilaian
bagaimana kondisi lingkungan sekitar Madrasah Aliyah Negeri di
Provinsi Jambi. Sehingga Madrasah hadir untuk mengakomodir
kebutuhan pendidikan di lingkungan tersebut. Dalam penyusunan
permasalahan pendidikan karakter yang pertama melakukan
identifikasi kebijakan kepala madrasah dan program kerja guru untuk
melihat kebutuhan kebijakan pendidikan karakter.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keala Madrasah Aliyah
Negeri Provinsi Jambi menyatakan bahwa tantangan pendidikan di
madrasah yang sangat besar saat ini adalah menjadikan lulusan menjadi
seorang insan kamil dan juga memiliki jiwa nilai-nilai pancasila di
dalamnya. Peserta didik diharuskan memiliki kemampuan bersaing
secara global untuk dapat berprestasi. Kemampuan peserta didik juga
harus ditunjang dengan keterampilan hidup yang berkontrobusi pada
arah kehidupan peserta didik di masa depan. Begitu banyak kebutuhan
peserta didik yang harus dikembangkan di madrasah. Madrasah
menjadi ujung tombak bagaimana karakter peserta didik
dikembangkan. Kepala dan guru madrasah menjadi figur teladan yang
diikuti tingkah laku dan tutur katanya selama peserta didik mengenyam
pendidikan di madrasah. Kesesuaian antara kebutuhan pelaksanaan
kebijakan pendidikan dan persiapan kemampuan guru memakan waktu
yang cukup panjang. Selaku kepala madrasah dan juga guru sama-sama
memiliki peluang untuk berkembang bersama perkembangan karakter
peserta didik.133
Perencanaan penerapan kebijakan nasional pada lembaga
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi menjadi bagian

Wawancara, Kepala Madrasah, Merancang Peluang Kebijakan, Madrasah Aliyah Negeri


133

Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko,
Agustus 2019.

147
penting dalam penyusunan masalah pendidikan untuk men- jawab
permasalahan subtantif dan juga masalah formal yang muncul saat
penganalisisan kondisi lembaga pendidikan. Setelah melakukan
diagnosa permasalahan dan melihat adanya peluang di madrasah untuk
menerapkan kebijakan nasional dalam pen- didikan karakter,
selanjutnya dilakukan perencanaan penerapan kebijakan. Berdasarkan
wawancara peneliti dengan kepala Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi
Jambi maka ditemukan bahwa sebagai pelaksana kebijakan nasional
kami tidak memiliki persiapan khusus dalam menerima pendidikan
karakter. Dari pemerintah juga tidak terdapat komitmen tertentu atau
fasilitas khusus yang diberikan kepada madrasah. Sehingga kepala
madrasah dan guru menerima penjelasan mengenai pendidikan karakter
melalui kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat
maupun dinas kabupaten. Kepala madrasah dan guru hanya melakukan
internalisasi nilai-nilai karakter ke dalam kurikulum pada saat
penyusunan program kerja guru di awal semester. Beberapa kegiatan
yang diselenggarakan madra- sah untuk menjaga budaya islami dan
budaya kebangsaan.134
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap dokumen
atau arsip madrasah menunjukkan bahwa Madrasah Aliyah Negeri di
Provinsi Jambi tidak memiliki buku petunjuk khusus untuk pengarahan
pendidikan karakter di madrasah. Tidak juga terdapat persiapan untuk
melakukan kegiatan pembinaaan guru secara terencana, karena
persiapan kemampuan guru dalam menghadapi kebijakan pendidikan
karakter bersifat tergantung kepada ketetapan kementerian agama
pusat, provinsi, dan kabupaten baik dalam bentuk workshop dan
pelatihan. Buku

134Wawancara, Kepala Madrasah, Penerapan Perencanaan Kebijakan, Madrasah Aliyah


Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, Agustus 2019.

148
pelajaran juga diperoleh madrasah dengan menunggu pengirim- an
buku dari pusat dan penerbit-penerbit yang berkerjasama dengan
madrasah.135
Implementasi kebijakan pendidikan karakter melibatkan semua
pihak. Dalam pelaksanaan di ruang-ruang kelas melibat- kan kesiapan
guru dan peserta didik. Pendidikan karakter tidaklah hanya terwujud
melalui aktivitas ceramah-ceramah guru dalam kelas. Dalam tataran
pimpinan membutuhkan kesiapan pimpinan dalam pengambilan
keputusan yang lebih adaptif terhadap perubahan kegiatan pendidikan.
Kebijakan pendidikan karakter saat ini menginternalisasikan totalitas
tujuan pendidikan nasional. Sebuah kekhawatiran pada tataran
kebijakan jika tidak dilakukan perencanaan yang matang dalam
menerapkan kebijakan di Madrasah Aliyah Negeri adalah kebijakan
yang tidak kontinu dan akan berubah ketika terjadi perubahan
kepemimpinan kementerian pendidikan.
Kepala Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Jambi mene- rima
setiap kebiajakan nasional diluncurkan. Berdasarakan hasil wawancara
dengan wakil kepala bidang kurikulum menyatakan bahwa kami selalu
menerima perubahan kebijakan pendidikan yang ditetapkan
Kementerian Pendidikan. Pendidikan karakter dimasukkan dalam
kurikulum pembelajaran di madrasah. Dalam pembentukan kurikulum,
kepala madrasah memberikan kebebasan kepada guru untuk
mengembangkan perangkat pem- belajaran sesuai dengan pedoman
dari kementerian. Kesulitan yang dialami oleh guru Madrasah Aliyah
Negeri adalah ketika mereka harus menginternalisasikan nilai-nilai
karakter ke dalam pembelajaran. Setiap langkah pembelajaran dan
setiap aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di dalam atau di luar
ruang

Observasi, Dokumen Arsip Rapat Madrasah, Penerapan Perencanaan Kebijakan, Madrasah


135

Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, Agustus 2019.

149
kelas harus mengarah kepada aktivitas pengembangan karakter peserta
didik.136
Internalisasi kebijakan nasional pendidikan karakter ke dalam
sistem pembelajaran di madrasah merupakan kebijakan dan
implementasi kurikulum pendidikan untuk membentuk manusia
seutuhnya. Memiliki kesadaran pengetahuan yang tinggi, kesadaran
moral, kesadaran adaptif terhadap perubahan lingkungan. Sebuah
pendidikan yang diharapkan mampu menyiapkan generasi muda
menghadapi kehidupan di masa datang dan membangun sikap mental
bangsa yang mandiri. Pembentukan sebuah istilah memanusiakan
manusia yakni menjadikan berbudi pekerti luhur manusia hanya dapat
dilakukan apabila didukung dengan kesiapan semua pihak dan
penyediaan fasilitas yang memadai secara merata.
Kedua, perumusan kebijakan pada tingkat madrasah.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala Madrasah Aliyah
Negeri di Provinsi Jambi menyatakan bahwa kebijakan nasional selalu
dibentuk oleh kementerian pendidikan. Kepala madrasah dan guru
bersifat menerima karena madrasah negeri berada di bawah koordinasi
peemerintah pusat. Ketika kebijakan nasional diterapkan madrasah
akan menerima dan setiap kepala madrasah akan dikumpulkan dalam
rapat pembahasan per- ubahan sistem pendidikan. Madrasah harus siap
untuk menerap- kannya mengingat bahwa pemerintah akan
memberikan pelatihan kepada kepala madrasah dan juga tenaga kepen-
didikan untuk terus memperbaharui kemampuan mereka. Yang
disayangkan adalah bahwa seluruh mata pelajaran harus menerapkan
pendidikan karakter namun hanya guru tertentu yang bisa dikirim.
Sehingga akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru lain untuk
mempersiapkan pembelajaran yang benar-benar

136Wawancara, Wakil Kepala Bidang Kurikulum di Madrasah, Menginternaslisasikan


Pendidikan Karakter ke dalam Kurikulum Pembelajaran madrasah, Madrasah Aliyah
Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, Agustus 2019.

150
mendukung pendidikan karakter di madrasah. Madrasah terus berupaya
untuk menyiapkan diri mengintegrasikan kebijakan nasional ke dalam
kebijakan pendidikan madrasah. Pedoman pengembangan kurikulum
dilakukan berdasarkan modul yang dibuat oleh kementerian
pendidikan.137
Kebijakan nasional mengenai pendidikan karakter selalu
direncanakan dan diformulasikan secara terpusat. Pola komuni- kasi
pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah dengan
pelaksana kebijakan pendidikan karakter di madrasah terjalin satu arah.
Integrasi pendidikan karakter di madrasah melalui penyaluran
komunikasi yang baik akan menghasilkan suatu implementasi yang
baik pula. Kejelasan komunikasi yang diterima pelaksana kebijakan
harus jelas dan tidak membingungkan.
Pada tataran madrasah, kepala madrasah tidak terlibat dalam
perumusan kebijakan nasional karena sebagai pelaksana kebijakan
nasional. Namun kepala madrasah adalah perumus kebijakan pada
tataran madrasah. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa
kepala madrasah dan guru memiliki wewenang dalam merumuskan
kebijakan madrasah terkait dengan kegiatan penyelenggaraan
pendidikan karakter. Perumusan kegiatan dilakukan pada pertemuan
rutin yang telah terjadwal dalam agenda kerja di awal tahun
penyambutan tahun ajaran baru. Kepala madrasah memberikan
instruksi kepada guru madrasah untuk mengikuti aturan pendidikan
yang sedang diberlakukan yaitu menerapkan pendidikan karakter di
dalam kurikulum madrasah.138
Sebuah bentuk aturan tertulis yang mengikat antara penye-
lenggaran pendidikan dari pusat ke daerah, maka kebijakan

137 Wawancara, Kepala Madrasah, Integrasi Kebijakan Nasional ke dalam Kebijakan


Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal,
Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.
138 Observasi, Dokumen Rapat Madrasah, Perumusan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Dalam Kurikulum, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.

151
menjadi keputudan formal organisasi pendidikan yang meng- atur
segala bentuk perilaku penyelenggaraan pendidikan di madrasah.
Dengan tujuan pendidikan untuk menciptakan tata nilai baru bagi para
peserta didik dan juga tenaga pendidik serta tenaga kependidikan
dalam interaksinya di lingkungan masya- rakat dan madrasah.
Kebijakan nasional telah menjadi rujukan utama bagi unsur
pemerintah, pimpinan madrasah, tenaga pendidik, dan juga tenaga
kependidikan, serta peserta didik dalam melaksanakan kegiatan
madrasah yang sesuai dengan potensi masing-masing.
Merumuskan potensi madrasah dalam menerapkan pendidikan
karakter harus dilakukan agar madrasah mampu menerapkan kebijakan
dengan tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Madrasah
Aliyah Negeri Model Jambi menyatakan bahwa madrasah memiliki
potensi lingkungan yang terdiri dari sistem tempat tinggal asrama.
Tepat tinggal arsrama memiliki kelebihan dalam mempermudah
pelaksanaan pen- didikan karakter dan juga pengawasan terhadap
peserta didik. Peserta didik yang menjadi bagian dari anggota
madrasah 50% berasal dari latar belakang pendidikan agama berupa
Madrasah Tsanawiyah, sekolah Islam terpadu, dan pendidikan
pesantren, peserta didik telah memiliki dasar pendidikan akhlak dan
berpotensi untuk dikembangkan secara berkelanjutan di madrasah.
Tidak hanya potensi dari sistem pendidikan asrama dan latar belakang
pendidikan peserta didik, Madrasah Aliyah Negeri Jambi juga memiliki
tenaga pendidik sebanyak 85 orang yang sangat efektif dalam
pemberian percontohan.139
Kelebihan yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah bahwa
madrasah berada di wilayah yang penduduknya sangat peduli terhadap
kegiatan keagamaan. Kota kabupaten Kuala

Wawancara, Kepala Madrasah, Potensi Madrasah Dalam Menerapkan Pendidikan


139

Karakter, Madrasah Aliyah Negeri Model, 10 Agustus 2019.

152
Tungkal merupakan tempat adanya komunitas atau perkum- pulan
umat Islam yang besar di Jambi. Madrasah terletak dekat dengan
perguruan tinggi Islam terbesar di kabupaten Tanjung Jabung Barat dan
ada banyak tokoh agama besar di Kuala Tungkal. Peserta didik juga
tinggal tidak jauh dari Kuala Tungkal, meski ada yang berasal dari
seberang mereka tinggal di sekitar madrasah. Tenaga pendidik yang
berstatus sebagai peng- ajar di madrasah mayoritas tinggal di Kuala
Tungkal sehingga dapat lebih intensif beraktifitas dengan peserta didik.
Sebagai- mana kebijakan yang membutuhkan kerjasama dengan peme-
rintah, madrasah mendapat dukungan kuat dari pemerintah kabupaten
dalam penyelenggaraan kegiatan yang bersifat akademik, sosial,
maupun lingkungan. Peluang besar lain juga dimiliki oleh
madrasahkarena terletak di tengah kota kabupaten yang memiliki
pelabuhan Marine yang menghubungkan Kuala Tungkal dengan
beberapa kepulauan di provinsi Pekanbaru. Pelabuhan tersebut juga
menghubungkan Jambi dengan Kepualuan Riau atau Batam bahkan
sampai ke luar negeri yaitu dekat dengan negara Singapura dan
Malaysia. Di pelabuhan juga telah dibangun tempat wisata pantai.
Aktivitas yang dilakukan masyarakat di sekitar berlangsung sampai
pada malam hari.140
Sebuah potensi besar juga dimiliki Madrasah Aliyah
Negeri Bangko sebgaimana hasil wawancara dengan kepala madrasah
yang menyatakan bahwa madrasah ini adalah satu- satunya lembaga
Madrasah Aliyah Negeri di Merangin. Untuk letak juga sangat strategis
karena berada dekat dengan Madrasah Tsanawiyah dan berada pada
jalur jalan lintas Padang, ber- bataasan dengan provinsi Sumatera
Barat. Daerah ini juga berada pada wilayah penghasil emas sehingga
tingkat perekonomian masyaraktanya berada pada kategori stabil dan
meningkat. Jumlah peserta didik mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, orang tua peserta didik juga sangat aktif dalam mengikuti

Wawancara, Kepala Madrasah, Potensi Madrasah Dalam Menerapkan Pendidikan


140

Karakter, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 30 Agustus 2019.

153
kegiatan di madrasah. pemerintah daerah juga ikut mendukung
keberadaan madrasah, mengingat bahwa pimpinan daerah Bangko
masih memiliki usia muda berprestasi. Madrasah juga terletak di
kabupaten yang sedang berkembang dan memiliki banyak tempat
wisata bersejarah yang menjadi bagian dari temuan langka seperti
Geopark dengan batu pakis tertua serta delta gunung Masurai yang
menjadi penghubung wilayah Indonesia. Kekayaan alam ini menjadi
peluang besar bagi pengembangan program pembelajaran di
madrasah.141
Besarnya potensi yang dimiliki madrasah juga memiliki
tantangan yang besar pula. Berdasarkan hasil observasi peneliti di
lapangan bahwa Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Jambi
menemukan hambatan dalam mrmaksimalkan kebijakan pen- didikan
karakter di madrasah karena beberapa hal diantaranya pertama daerah
dengan masyarakat yang sangat majemuk membutuhkan program
kegiatan yang kreatif dan inovatif untuk bisa menjadi daya tarik
lembaga. Kedua kemampuan guru belum mampu bersifat adaptif
sehingga program pembelajaran yang diberikan dapat menyerap
potensi lingkungan yang ada. Sedangkan tenaga pendidik di madrasah
didominasi oleh guru- guru yang sudah senior dan mereka dituntut
harus kreatif dan inovatif, hal ini menjadi kendala besar karena daya
kreatifivtas guru juga berkurang. Ketiga, tidak adanya bantuan khusus
yang diberikan dari pemerintah dalam bentuk fasilitas atau finansial.
Dukungan pemerintah daerah hanya dalam bentuk kegiatan yang sering
diadakan bersama. Dalam menerapkan kebijakan pendidikan nasional
membutuhkan fasilitas yang menunjang dan lengkap.142
Kebijakan nasional yang ditetapkan pemerintah pusat
dirumuskan dengan menggali potensi daerah dan melihat

141Wawancara, Kepala Madrasah, Potensi Madrasah Dalam Menerapkan Pendidikan


Karakter, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 23 Agustus 2019.
142Observasi, Dokumen Madrasah, Merumuskan Kendala Dalam Pelaksanaan Pendidikan
Karakter, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal,
Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.

154
kelemahan yang dimiliki daerah. Hasil dari survei hanyalah
keterwakilan wilayah sehingga masing-masing lembaga harus berfikir
lebih keras untuk meminimalisir kelemahan dan memaksimalkan
potensi yang ada. Tujuan kebijakan pendidikan karakter yang telah
dibuat dan ditetapkan juga sejatinya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Provinsi Jambi. Perumusan
kebijakan memberikan arah model pendidikan Indonesia secara umum
dan pendidikan di madrasah provinsi Jambi secara khusus dimana saat
ini masyarakat sedang dihadapkan kepada tantangan masyarakat
berkembang di era digitalisasi yang sudah masuk ke dalam sistem
pendidikan. Untuk mempersiapkan diri generasi muda dalam kebijakan
pendidikan di rumuskan dan lembaga pendidkan memiliki kewenangan
membuat kebijakan pada tingkat lembaga.
Ditinjau dari kesiapan, masih terdapat beberapa aspek
pendidikan yang belum sepenuhnya siap untuk menerima dan
melaksanakan kebijakan seperti aspek pimpinan, tenaga pendidik,
sarana dan prasarana, dan sumber dana dalam opera- sional kegiatan
madrasah. Pada sisi yang bebrbeda beberapa aspek tertentu sudah
mengalami kesiapan seperti sebagai sasar- an dalam pelaksanaan
kebijakan yaitu peserta didik, stabilitas keamanan lingkungan
madrasah, potensi lingkungan dalam bentuk sumber daya alam yang
siap untuk dieksplorasi keberadaannya.
Alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah
teridentifikasi merupakan sebuah langkah penting dalam analisi
kebijakan nasional ini. Berdasarkan hasil observasi peneliti maka
ditemukan bahwa beberapa solusi yang diadakan untuk meng-
antisipasi kendala kebijakan pendidikan karakter di madrasah berupa
pertama pemberian kesempatan pelatihan atau training atau workshop
kepada tenaga pendidik untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan kebijakan pendidikan karakter di madrasah. Pelatihan
yang diselenggarakan di madra- sah agar semua guru mendapatkan
peningkatan pengetahuan.

155
Selanjutnya kedua melakukan pengadaan buku paker ajar melalui dinas
pendidikan terkait dan penerbit buku yang telah bekerjasama dengan
madrasah. Ketiga melibatkan orang tua untuk berperan aktif di
madrasah melalui wadah komite madrasah. Dalam permasalahan
birokrasi dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat merupakan
peran kepala madrasah untuk membangun jaringan komunikasi aktif
melalui pelaksanaan kegiatan madrasah yang dibarengkan dengan
kegiatan pemerintah daerah.143
Permasalahan yang timbul di dalam sistem pendidikan sangat
bervariasi. Dari sisi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sampai pada tataran birokrasi pemerintah. Pendidikan yang diterapkan
masih memiliki sistem sentralistik bukan desentralisasi murni.
Pendidikan karakter tidak semata-mata hanya kebutuhan peserta didik
yang telah menjadi dasar untuk merumuskan bagaimana formula
kebijakan pendidikan karakter yang cocok untuk masyarakat
berpendidikan. Namun memiliki intervensi besar dalam birokrasi
Kementerian Pendidikan yang setiap kebijakannya diintervensi oleh
para pemangku kekuasaan. Oleh karena itu, pada tataran lembaga
madrasah upaya mengem- bangkan formula yang tepat juga sangat
penting dalam menganlisis potensi dan kelemahan lembaga. Estimasi
per- masalahan yang akan timbul di kemudian hari dan seleksi pilihan
solusi untuk kebijakan nasional yang diterapkan di Madrasah Aliyah
Negeri di Provinsi Jambi dilakukan dengan cara melibatkan seluruh
tenaga pendidik, tenaga kependidikan serta kepala madrasah sebagai
pemegang kebijakan di madrasah. Pemerintah daerah menjadi bagian
dari implementasi kebijakan nasional pendidikan karakter karena setiap
informasi dari Kementerian Pendidikan pusat diturunkan terlebih
dahulu ke pemerintah daerah dan selanjutnya ke lembaga madrasah.

143Observasi, Peristiwa Madrasah, Merumuskan Alternatif Solusi Dalam Pelaksanaan


Pendidikan Karakter, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.

156
Pemerintah sebagai pemegang mandat publik harus menem- patkan
pendidikan sebagai kebijakan publik. Aktivitasnya akan tampak dari
keberpihakan pemerintah untuk mempersiapkan peserta didik menuju
hidup yang survive (perimbangan antara knowledge, skill dan values
yang akan menciptakan manusia terampil dan berbudi pekerti) baik
sebagai akademisi, peneliti, pengusaha, petani, atau kelak menjadi
seorang politisi yang terdidik. Kebijakan nasional tentang pendidikan
karakter harus diupayakan sejalan dengan kebijakan lainnya.
Estimasi dukungan politik atau dukungan pemerintah atas
pelaksanaan kebijakan nasional di lembaga pendidikan sangat
menentukan keberhasilan penerapan kebijakan pendidikan karakter.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Madrasah Aliyah Negeri
di Provinsi Jambi menyatakan bahwa pemerintah tetap mendukung
pelaksanaan kebijakan di madrasah. Dukung- an yang diberikan berupa
pemberian pelatihan kepada guru, pemberian buku modul dari tim
pengembang pada Balai Pelatihan, dan pembekalan kepada peserta
didik melalui kegiat- an pembinaan kepemimpinan. Mengenai sarana
dan prasarana pendidikan, madrasah sudah memiliki gedung yang
memadai dari bantuan pemerintah pusat yang diajukan dari pihak
madrasah meskipun pada beberapa bagian baru tahapan pem-
bangunan. Madrasah masih membutuhkan pemenuhan fasilitas
pendukung pembelajaran yang belum terealisasi.144
Sebagaimana hasil observasi peneliti bahwa sistem
birokrasi yang begitu panjang menjadi sumber kesulitan dari kepala
madrasah dan tenaga pendidik untuk melakukan koordinasi dengan
pemerintah. Hal tersebut berdampak kepada lemahnya koordinasi
pengelola sekolah yang membuat lambat- nya daya serap madrasah
terhadap kebijakan nasional. Untuk

144Wawancara, Kepala Madrasah, Estimasi Kelayakan Dukungan Politik Pemerintah Dalam


Menerapkan Kebijakan Pada Tingkat Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model,
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus
2019.

157
sampai ke tangan tenaga pendidik lalu diimplementasikan kepada
sasaran yaitu peserta didik membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
hal ini tercatat dari tahun 2010 wacana pendidikan karakter
diluncurkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter,
lembaga madrasah baru dapat menyerap pada tahun 2011 dan
melakukan pelaksanaan pada tahun 2012. Hal ini menyebabkan
lambatnya pertumbuhan pendidikan.145
Dari waktu ke waktu, pemerintah membuat kebijakan
pendidikan atas dasar pertimbangan-pertimbangan politik. Keputusan-
keputusan tentang pendidikan sering dipengaruhi oleh faktor-faktor
keuangan yang dihadapi oleh pemerintah dan ketidakmerataan
pendidikan pada suatu daerah yang tentunya akan bersentuhan kembali
dengan pemegang politik di daerah. Jika politik di dalam dunia
pendidikan dipahami sebagai sebuah praktik kekuatan atau kekuasaan
para pemangku jabatan pemerintah dalam masyarakat dan pembuatan
keputusan otoritatif tentang alokasi sumber daya alam atau sumber
daya manusia dan nilai-nilai sosial, maka jelaslah bahwa pendidikan
tidak lain adalah sebuah ajang bisnis. Semua lembaga pendidikan baik
milik pemerintah seperti Madrasah Aliyah Negeri maupaun non-
pemerintah seperti sekolah swasta, tidak terlepas dari pihak- pihak
pembuatan keputusan yang disertai otoritas yang diberlakukan.
Estimasi dukungan politik bagi terselenggaranya pendidikan sangat
penting, karena politik itu sendiri adalah bagian dari paket kehidupan
lembaga pendidikan, yang melaksanakan semua fungsi utama sistem
politik.
Formulasi kebijakan nasional pada ranah implementasi di
madrasah yang kebijakannya berada pada tampuk pimpinan kepala
madrasah, dirumuskan melalui pola interaksi aktif berbagai unsur.
Koordinasi dengan pada pemegang kebijakan

145Observasi, Dokumen Kurikulum Madrasah, Estimasi Kelayakan Dukungan Politik


Pemerintah Dalam Menerapkan Kebijakan Pada Tingkat Madrasah, Madrasah Aliyah
Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, Agustus 2019.

158
politk mempengaruhi jalannya proses pendidikan di madrasah.
Berbagai interaksi yang tidak terdookumentasikan terjadi karena
lemahnya penetapan kriteria dan metode dalam melakukan perumusan.
Dengan sebuah kebijakan nasional akan dapat dilakukan estimasi
pengendalian serta peninjauan perbaikan sistem pendidikan karakter di
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi. Dalam formulasi kebijakan
disadari adanya masalah yang dihadapi madrasah dan potensi untuk
melakukan pemecahan masalah tersebut.
Ketiga, evaluasi pelaksanaan kebijakan di madrasah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Madrasah Aliyah Negeri
di Provinsi Jambi ditemukan bahwa sebagai seorang pimpinan kepala
madrasah melakukan penilaian terhadap pelak- sanaan kebijakan
pendidikan karakter di madrasah. Penilaian dilakukan satu kali dalam
satu tahun, dimana semua tenaga pendidik baik guru mata pelajaran
agama, pendidikan sosial, pendidikan saintek, pendidikan bahasa,
pendidikan mulok, guru kegiatan ekstrakurikuler, dan guru bimbingan
konseling mela- porkan program kerjanya selama satu tahun pelajaran.
Evaluasi dilakukan secara bersama-sama pada saat pertemuan atau
rapat pengelola madrasah dengan tidak menggunakan format penilaian
secara tertulis. Kepala madrasah tidak menggunaka pedoman khusus
dalam mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter.
Hanya menggunakan sistem tanya jawab dalam forum mengenai
implementasi kebijakan pendidikan karakter. Beberapa hal yang perlu
disampaikan dalam evaluasi oleh tenaga pendidik adalah apa saja
kendala tenaga pendidik dalam melaksanakan program pembelajaran
bebasis karakter, bagaimana perkembangan prestasi akademik peserta
didik, bagaimana perubahan prestasi afektif atau sikap peserta didik.
Dari evaluasi yang telah dilakukan maka kepala madrasah

159
bersama tenaga kependidikan dan tenaga pendidik menentukan
tindakan sebagai bentuk solusi atau tindakan pencegahan.146
Hasil penilaian implementasi kebijakan pendidikan karakter di
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi menjadi acuan bagi
perbaikan program kerja tenaga pendidik, perubahan program kerja
madrasah, pengembangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,
dan pengembangan kegiatan ekstra- kurikuler atau mata pelajaran
pilihan di masa yang akan datang. Kepala madrasah dapat
mengidentifikasi dan menyiapkan sumber daya manusia yang lebih
handal untuk memegang tanggung jawab implementasi pendidikan
karakter di madrasah. Kepala madrasah telah memberikan kebebasan
kepada tenaga pendidik untuk memformulasikan kegiatan yang lebih
efektif bagi pengembangan peserta didik. Dengan melihat hasil
penilaian, telah menggambarkan nilai relatif keberhasilan imple-
mentasi kebijakan pada lembaga madrasah. Kepala madrasah
mendapatkan informasi mengenai apa saja potensi, kendala, dan
langkah yang diambil sebagai bentuk tindak lanjut kebijakan.
Implementasi kebijakan nasional pada tingkat madrasah
telah dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi,
Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru
Pendidikan Kewarganegaraan menyatakan bahwa implementasi
pendidikan karakter telah dilaksanakan di semua jenjang kelas mulai
dari kelas X sampai pada kelas XII. Seluruh peserta didik menjadi
sasaran utama dalam pendidikan karakter karena tujuan pendidikan
karakter adalah menghasilkan lulusan yang memiliki keyakinan dan
sikap yang berlandaskan kepada agama, budaya, nilai-nilai pendidikan
pancasila, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Idelanya
pendidikan karakter juga diterapkan kepada guru karena guru
yang menjadi orang

146Wawancara, Kepala Madrasah, Jadwal dan Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan


Karakter di Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.

160
pertama yang menyalurkan kebijakan pendidikan nasional kepada
peserta didik. Sayangnya kepala madrasah juga tidak mungkin
memaksakan kepada guru harus menguasai semua nilai-nilai karakter
melalui sebuah jenjang pembinaan. Penguasa- an kembali kepada
kepribadian guru masing-masing. Jika guru mampu menerapkan pada
diri sendiri maka mereka akan mampu menerpkan kepada peserta
didik. sehingga yang ditekankan di madrasah adalah bagaimana
caranya agar peserta didik mampu menyerap nilai-nilai karakter.
Seluruh kegiatan madrasah dikemas dengan masukkan nilai karakter
agar dari proses pembelajaran hingga kegiatan ekstrakurikuler
mengikuti standar pendidikan karakter.147
Pendidikan sebagai sebuah proses pembekalan peserta didik
menyangkut proses transmisi ilmu pengetahuan dan budaya, serta
perkembangan keterampilan dan pelatihan. Pada implementasi
pendidikan karakter terjadi proses transmisi dan reformasi sebuah
pengetahuan moral. Pengetahuan moral dan kesadaran moral menjadi
bagian penting dalam proses peng- alokasian dan pendistribusian nilai-
nilai individu dan sosial dalam program pembelajaran. Kebijakan
pendidikan karakter dipandang sebagai cara untuk mengelola
lingkungan pembe- lajaran yang luas cakupannya bagi kehidupan
peserta didik. Maka tugas Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi
untuk membantu para peserta didik mendapatkan nilai-nilai karakter
positif.
Ketetapan perumusan pendidikan karakter di madrasah
diinternalisasikan ke dalam kurikulum madrasah. Berdasarkan hasil
pengamatan peliti bahwa seluruh mata pelajaran yang diberikan pihak
sekolah telah menerapkan sistem pendidikan karakter. Setiap
pembelajaran memiliki cara masing-masing,

147Wawancara, Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah, Implementasi Kebijakan


Nasional Pendidikan Karakter Pada Tingkat Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model,
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus
2019.

161
dimana pembelajaran dilakukan dengan menyeimbangkan antara
pemberian teori dan prakti. Di ruang kelas peserta didik dibekali materi
pelajaran dan penjelasan dengan memasukkan nilai-nilai karakter
dalam setiap aktivitas kelas yang dilakukan peserta didik. Dan di luar
kelas peserta didik langsung disajikan dengan interaksi sosial
lingkungan sekitar. Sehingga tenaga pendidik dan peserta didik terlibat
aktif dalam interaksi sosial. Secara administrasi kurikulum, seluruh
perangkat pembelajaran telah menggunakan sistem penddidikan
karakter. Dan ketika peserta didik dan tenaga pendidik melakukan
interaksi sosial dengan lingkungan sekitar maka mereka menjalin
komunikasi dengan para stakeholder. Cara penerapan teori dan praktik
ini memiliki tingkat keberhasilan yang baik, dan keberhasilan
penerapan kebijakan pendidikan karakter di madrasah telah
membuahkan penghargaan khusus atas pencapaiannya.148
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan guru mata
pelajaran Fiqih menyatakan bahwa Madrasah Aliyah Negeri Bangko
telah menerima penghargaan dari Kementerian Pen- didikan atas
prestasinya sebagai sekolah madrasah terbersih. Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kuala Tungkal telah menerima penghargaan atas
keberhasilannya menjadi juara dalam kegitan
keagamaan secara nasional melalui kejuaraan syarhil Qur’an.
Madrasah Aliyah Negeri Model juga telah menerima beberapa prestasi
lokal dan nasional bahkan internasional atas prestasi peserta didik di
bidang keagamaan dan pengetahuan.149
Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi yang membuat seluruh
elemen madrasah termotivasi dan merasa nyaman untuk
mengimpelementasi kegiatan-kegiatan yang berbasis pada

148 Observasi, Kegiatan Madrasah dan Dokumen Kurikulum Madrasah, Implementasi


Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter Pada Tingkat Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri
Model, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko,
Agustus 2019.
149 Wawancara, Guru Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah, Implementasi Kebijakan Nasional

Pendidikan Karakter Pada Tingkat Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model, Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.

162
pendidikan karakter. Hal ini akan membangkitkan rasa harga diri dan
meningkatkan self-image peserta didik juga. Kemam- puan kepala
madrasah, tenaga pendidik dan peserta didik menjadi kesatuan dalam
sebuah progam madrasah. Dengan pemberian kesempatan kepada
mereka untuk mengikuti ber- bagai kegiatan pendidikan dan pelatihan
secara teratur. Tenaga pendidik dan peserta didik yang langsung
berinteraksi dengan lingkungan sekitar akan dapat mengerti kondisi
lingkungan dan bagaimana kebutuhan stakeholder yang bersinergi
dengan kebutuhan peserta didik.
Penilaian terhadap kebutuhan stakeholder atau pemangku
kepentingan, kebutuhan peserta didik, dan juga kebutuhan tenaga
pendidik sebagai pelaksana, serta kebutuhan kepala madrasah sebagai
pimpinan pengambil kebijakan dapat menen- tukan seberapa produktif
program kerja yang selama ini dilaksanakan madrasah. Sehingga
peserta didik, madrasah dan msyarakat akan mendapatkan keuntungan
dari implementasi kebijakan ini. Penilaian membuahkan pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan nasional tentang kesesuaian atau
ketidak- sesuaian antara implementasi kebijakan penddikan karakter
yang diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan
Setiap personel pelaksana kebijakan pendidikan di madrasah,
dalam melaksanakan kewajiban atau tugas pokok dan fungsi di
madrasah selalu merasa bahwa hasil kerja mereka tidak terlepas dari
penilaian atasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini
yang memupuk kekuatan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
untuk bekerja secara optimal, dan kepala madrasah yang akan selalu
dinilai oleh pengawas dan dinas. Tingkat keberhasilan implementasi
pendidikan karakter merupakan tampilan optimal dari suatu hasil karya
cipta atau aktivitas yang dilakukan oleh unsur-unsur madrasah yang
dapat memberikan hasil memuaskan.
Keempat, rekomendasi. Rekomendasi yang dihasilkan dari
pengamatan kondisi Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi

163
untuk membantu mengestimasi tingkat resiko kegagalan implementasi
kebijakan pendidikan karakter dan timbulnya ketidakpastian arah
pendidikan pada saat adanya perubahan birokrasi. Dalam rekomendasi
peneliti menentukan kriteria dalam pembuatan pilihan. Penentuan
pertanggung jawaban administrasi bagi implementasi kebijakan
nasional tentang pendidikan karakter akan lebih terstruktur dan
terkoordinir oleh kepala madrasah dan unsur pendidik. Hal Ini juga
membantu pengambil kebijakan pada tingkat keputusan kebijakan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala Madrasah
Aliyah Negeri di Provinsi Jambi menyatakan bahwa kebijakan nasional
yang diterapkan dalam bentuk pendidikan karakter telah relevan
dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Dimana peserta didik sekarang
mengalami banyak pengaruh dari lingkungan masyarakat. Banyak para
orang tua yang menitipkan anak mereka mengeyam pendidikan di
madrasah dengan pertimbangan nilai-nila agama dan nila pengetahuan
yang seimbang. Sebagai sebuah masukan adalah pertama pada bidang
pemerintah untuk bisa lebih underground melihat bagaimana realita
kessulitan madrasah menerima kebijakan nasional yang selalu
terlambat karena adanya sistem birokrasi yang telalu panjang. Kami
berharap agar koordinasi dari madrasah dapat langsung kepada
pemangku pengambil kebijak- an. Dan melibatkan unsur-unsur dari
daerah dalam penetapan kebijakan pendidikan. Kedua, membangun
jaringan kerjasama pemerintah dengan madrasah. beberapa hal penting
yang perlu diingat bahwa peningkatan dukungan pembuat kebijakan
dan pelaksana menentukan arah dan keberhasilan kebijakan pada
tingkat lembaga. Kerjasama yang dibentuk adalah kerjasama madrasah
dengan pemerintah dalam mengangkat potensi daerah sebagai bentuk
tingkat kepedulian lingkungan melalui program pendidikan karakter.
Ketiga, memfasilitasi program pembinaan tenaga pendidik untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengajaran. Untuk
mengestimasi tingkat

164
resiko kegagalan pelaksanaan pendidikan karakter di madrasah maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah mening- katkan
kemampuan tenaga pendidik yang berdasarkan pada pola pendidikan
karakter.
Perancangan tindakan dengan dihasilkannya masalah yang
kemudian menjadi dasar permusan kebijakan atas potensi dan
kekurangan lembaga maka tahapan berikutnya adalah perancangan
tindakan yang akan dilakukan kepala madrasah selaku pimpinan pada
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi dan pemerintah dalam
rangka memberikan solusi terhadap masalah kebijakan nasional tentang
pendidikan karakter di madrasah.
Sebuah pelatihan atau training khusus untuk tenaga pen- didik
sangat dibutuhkan. Pelatihan untuk menciptakan sukses- nya
pendidikan karakter di madrasah, di samping pemberian materi yang
relevan dengan pendidikan karakter dari program pelatihan guru.
Dalam pelatihan para guru akan diberikan pembelajaran mengenai
aspek psikologi manusia (bukan hanya untuk peserta didik, tetapi untuk
dirinya sendiri) dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik pada
diri sendiri, peserta ddiik dan keluarga. Guru akan memiliki sebuah
formasi atau alat atau tools untuk membantu menciptakan program
kegiatan peserta didik yang berkarakter lebih baik.
Madrasah menghadapi berbagai masalah terkait dengan
kebijakan nasional dalam pendidikan karakter pada tataran sekolah
menengah. Setiap lembaga pendidikan akan berhasil mencapai tujuan
pendidikan tergantung bagaimana kebijakan pimpinannya pada tataran
implementasi di lembaga. Untuk saat ini pada impelementasinya,
kebijakan masih menemukan masalah yang ada. Diantaranya ialah
penjaminan mutu karakter sangat sulit diterapkan diakibatkan
lemahnya syarat antara lain sumber daya manusia, sumber daya alam
yang belum ter- eksplorasi, persedian anggaran pendanaan, dan terlalu
panjang biroktasi. Masalah umum yang dihadapi di lembaga madrasah

165
adalah lemahnya sistem penjaminan mutu internal madrasah.
Penyelenggaran pendidikan karakter yang berorientasi pada mutu yang
terjamin sangat kompleks. Pada ranah lembaga Madrasah Aliyah
Negeri Provinsi Jambi kebijakan nasional pendidikan karakter di
madrasah telah disusun berdasarkan visi serta tujuan dari lembaga
pendidikan dengan karakteristik dan program yang berbeda.
Kebijakan nasional tentang pendidikan karakter adalah berupa
keputusan yang substansinya adalah sebuah tujuan pendidikan karakter,
prinsip-prinsip pendidikan karakter dan aturan-aturan yang harus diikuti
dalam implementasi pendi- dikan karakter di lembaga Madrasah Aliyah
Negeri Provinsi Jambi. Format kebijakan yang telah ditetapkan
didistribusikan dalam bentuk tertulis sebagai pedoman oleh pimpinan
lembaga yaitu kepala madrasah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
dan peserta didik dalam membangun sebuah interaksinya dengan
lingkungan internal madrasah dan lingkungan eskternal. Hasil akhir dari
rangkaian langkah analisis kebijakan dalam sebuah keputusan kepala
madrasah untuk mengubah sistem pendidikan madrasah dari yang hanya
terpusat pada Kementerian Pendidikan menjadi desentralisasi.
Perubahan tersebut adalah sebuah kebijakan yang berdampak pada
semakin terbukanya kebebasan yang dimiliki masyarakat untuk meran-
cang dan melaksanakan pendidikan sesuai kebutuhan sendiri. Oleh
karena itu personel madrasah memiliki kebebasan untuk merancang,
mengembangkan, dan memodifikasi kebijakan nasional yang harus
diterapkan di lembaga. Kebijakan nasional mengenai pendidikan
karakter adalah keputusan dari kemen- terian pendidikan yang masih
bersifat umum. Keputusan tersebut berlaku untuk seluruh personel
lembaga dan anggota
masyarakat yang menjadi stakeholder pendidikan.
Hasil dari analisis kebijakan nasional tentang pendidikan
karakter di Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi ditampilkan
pada gambar berikut:

166
Tabel Analisis Kebijakan Pendidikan Karakter di MAN Jambi
No Proses Analisis Hasil Analisis Kebijakan
Pendidikan Karakter di
Madrasah Aliyah Negeri
Provinsi Jambi
1 Penyusunan masalah - Rapat rutin setiap awal
yang dihadapi oleh semester membahas masalah
Madrasah Aliyah pembelajaran
Negeri di Provinsi - Kepala madrasah dan guru
Jambi. menyusun agenda kerja
madrasah secara bersama dan
program kerja guru secara
individu
- Kerusakan moral peserta didik
yakni rusaknya nilai- nilai etika
baik etika dengan sesama teman,
etika dengan guru, etika dengan
orang tua, kepedulian terhadap
lingkungan, dan nilai-nilai
agama.
- Kuantitas guru terpenuhi
- Guru belum memenuhi
kualitas sebagai sosok
panutan ideal
- Tujuan pendidikan di madrasah
terintegrasi dengan nilai-nilai
pendidikan karakter
- Internalisasi kebijakan nasional
pendidikan karakter ke dalam
sistem pembelajaran di madrasah

167
No Proses Analisis Hasil Analisis Kebijakan
Pendidikan Karakter di
Madrasah Aliyah Negeri
Provinsi Jambi
2 Perumusan kebijakan - Kebijakan nasional
pada tingkat direncanakan dan
madrasah dirumuskan dari pusat
- Kepala madrasah memiliki
wewenang merumuskan
kebijakan program untuk
pelaksanaan di tingkat
madrasah
- Potensi MAN Model Jambi
adalah pendidikan dengan
sistem asrama, dikelilingi
lembaga pendidikan Islam
dan perguruan tinggi
- Potensi MAN Bangko adalah
memiliki wisata alam bersejarah
dunia, berada di area lintas
berbatasan dengan Sumatera
Barat, tenaga pendidik yang
menetap di Bangko
- Potensi MAN 1 Kuala Tungkal
adalah dikelilingi oleh
perkumpulan agama yang besar,
terdapat tokoh- tokoh agama,
berada dekat dengan
keunggulan kelautan yakni
pelabuhan antar pulau dan antar
negara
- Belum ada bantuan khusus
dari pemerintah daerah

168
- Kemampuan guru belum
adaptif terhadap potensi
lingkungan
- Masyarakat majemuk
- Alternatif solusi: training,
workshop, pengadaan buku
ajar, pembinaan guru,
pelibatan orang tua

3 Evaluasi pelaksanaan - Penilaian tenaga pendidik


kebijakan di madrasah baik guru mata pelajaran
agama, pendidikan sosial,
pendidikan saintek,
pendidikan bahasa,
pendidikan
mulok, guru kegiatan
ekstrakurikuler, dan guru
bimbingan konseling
- Jam mata pelajaran agama dan
ekstrakurikuler masih kurang
dari yang dibutuhkan
- Penerimaan penghargaan atas
pencapaian prestasi pendidikan
- Keterbatasan pengetahuan
pendidik dalam memasukkan
nilai karakter ke dalam
pembelajaran dengan tepat

4 Rekomendasi - Pemerintah harus bersifat


underground dalam
memahami wilayah
implementasi kebijakan
- Kerjasama pemerintah daerah
dengan madrasah dalam
mengangkat potensi daerah

169
melalui kolaborasi program
pendidikan karakter
- Memberikan training yang
intensif kepada guru secara
merata bukan perwakilan
- Memberikan program
pembinaan kepada peserta
didik

Kebijakan nasional pendidikan karakter dibuat untuk


mengantisipasi perubahan-perubahan pendidikan di Madrasah Aliyah
Negeri. Perubahan dalam sistem pendidikan khususnya madrasah dapat
dilihat dalam berbagai bentuk, yaitu: perubahan individu, perubahan
kelompok, perubahan budaya, perubahan politik, perubahan teknologi,
dan perubahan ekonomi. Oleh karena itu sebagai pelaksana kebijakan
pendidikan maka tenaga pendidik harus diberi pembekalan
pengetahuan atau bidang keilmuan dan juga nilai-nilai karakter melalui
internaslisasi dala diri sendiri. Pemerintah juga memiliki peran penting
bagi madrasah dalam mempercepat akses informasi untuk dapat segera
dilakukan persiapan implementasi kebijakan.
Perubahan dan penyesuaian kebijakan nasional pen- didikan
karakter dapat mewujudkan proses pendidikan yang menciptakan
sumber daya manusia atau lulusan unggul dan memperhatikan
keberagaman. Saat ini implementasi kebijakan belum mampu
memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik secara terintegrasi,
serta mendorong peningkatan partisi- pasi seluruh stakeholder atau
masyarakat. Analisis kebijakan karakter sangat membantu pembuatan
formulasi baru sistem pendidikan karakter yang lebih tepat sasaran
untuk mengem- bangkan kemapuan peserta didik, mengembangkan
potensi madrasah, dan mengembangkan potensi wilayah madrasah
berada. Sehingga proses pendidikan karakter di madrasah tidak hanya
tercapai setengah dari standar yang ditetapkan.

170
C. Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah Aliyah
Negeri di Provinsi Jambi
Implementasi pendidikan karakter di Madrasah Aliyah di
Provinsi Jambi sanga penting bagi pertumbuhan peserta didik secara
individu dan juga makhluk sosial. Pembentukan peserta didik menjadi
manusia yang seutuhnya akan lebih baik ketika dilakukan sejak dini
pada usia anak-anak. Tugas membentuk karakter tidak semata-mata
diserahkan kepada pendidikan dasar, semua lembaga pendidikan
khususnya Madrasah Aliyah dimana anak-anak berusia remaja sangat
aktif dan atraktif didik dan diarahkan dalam pendidikan karakter yang
sesuai dengan kondisi mereka. Pendidikan sekolah menengah harus
menye- lenggarakan pendidikan berbasis karakter untuk mengatasi
berbagai masalah remaja saat ini. Lembaga Madrasah Aliyah harus
memperhatikan perkembangan peserta fdidk dari berbagai aspek, tidak
hanya memperhatikan kebutuhan kompetensi aka- demis peserta didik
yang dituntut untuk selalu unggul pada bidang kognitif saja. Peserta
didik juga harus diberikan pem- binaan karakter agar sebagai lulusan
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi menjadi lulusan yang
matang secara akademis dan memiliki karakter sebagaimana yang telah
dijabarkan dalam desain karakter menurut kementerian pendidikan.
Berdasarkan hasil analisis kebijakan nasional pendidikan
maka implementasi pendidikan karakter Madrasah Aliyah Negeri di
Provinsi Jambi dilaksanakan pada tiga integrasi nilai yaitu: Integrasi
pada program madrasah, Integrasi pada program pembelajaran, dan
Integrasi pada budaya madrasah. Pendidikan karakter telah masuk ke
dalam kegiatan madrasah yang terdiri dari: pertama, kegiatan
intrakurikuler yang menyatu dengan program pembelajaran yang
disusun oleh guru mata pelajaran. Kedua, kegiatan kokurikuler yang
memasukkan nilai karakter dalam jam tambahan sehingga peserta didik
MAN provinsi Jambi banyak merai prestasi akademik. Ketiga, kegiatan
ekstra- kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik.

171
Integrasi pendidikan karakter pertama pada program madrasah
yang berisi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan madrasah dan
kurikulum madrasah. Di dalam progam madrasah terdapat kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler. Kedua, integrasi di dalam program
pembelajaran yang menyatu di dalam kurikulum dan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan Intrakurikuler
dan kokurikuler. Integrasi yang ketiga menyatu di dalam budaya
madrasah yang diterapkan sehari- hari. Keseluruhan integrasi ini
diuraikan pada temuan penelitian secara lebih rinci.
Implementasi pertama adalah di dalam program madrasah yang
diselenggarakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hasil penelitian
mengenai implementasi pendidikan karakter di tiga madrasah yaitu
Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, Madrasah Aliyah Negeri
Bangko, dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal dijabarkan
sebagai berikut:
Pertama, nilai karakter religius. Pembiasaan nilai religius di
madasah sangat kental melalui kegiatan yang sudah diawali ketika
peserta didik melangkahkan kaki masuk ke gerbang sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa kelas XII
Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi menyatakan bahwa kami selalu
melakukan salaman dengan para guru ketika kami masuk gapura.
Setiap ada guru di depan gerbang madrasah maka kami bersalaman
barulah kami masuk ke dalam komplek sekolah. Budaya salaman juga
kami terapkan pada saat di kelas. Penerapan nilai agama di kelas kami
rasakan sejak kami mau memulai pelajaran. Pada saat kami di kelas,
dimulai dengan berdoa dan mengucapkan salam. Setelah pelajaran
berakhir kami bersalaman dengan guru secara bergantian. Barulah
dilanjut pelajaran berikutnya atau saat jam pelajaran di sekolah
berakhir kami keluar kelas secara bersamaan.150

Wawancara, Peserta Didik, karakter religius, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 6
150

Agustus 2019.

172
Pedoman religius adalah nilai ibadah atau nilai agama. Di
madrasah juga terdapat penerapan nilai-nilai ibadah. Berdasar- kan
wawancara dengan peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri
Bangko menyatakan bahwa pada jam istirahat kami melakukan shalat
dhuha di masjid madrasah. Shalat dhuha memang tidak diwajibkan
oleh seluruh siswa yang ada, namun kami dianjurkan oleh guru
pendidikan mata pelajaran agama untuk menjalankan shalat dhuha.
Dan berdasarkan apa yang kami pelajari shalat dhuaha memiliki
banyak manfaat bagi kami dalam belajar. Dikarenakan shalat dhuha
adalah shalat sunnah maka siswa yang mau melakukan shalat juga atas
kehendak sendiri tidak diikat oleh aturan wajib dari sekolah.151
Menjalankan ibadah tepat pada waktunya menjadi penerapan
pendidikan karakter religius kepada peserta didik. sebagaimana hasil
wawancara peneliti dengan peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kuala Tungkal bahwa kami diwajibkan melaksanakan shalat
dzuhur di sekolah, mengingat jam belajar di sekolah berakhir melewati
jam pelaksanaan shalat
dzuhur. Kami selalu melakukan shalat dzuhur berjama’ah pada
saat kami berada di sekolah. Yang menjadi imam pada saat
pelaksanaan shalat di masjid madrasah secara bergantian yaitu guru
dan ada juga siswa.152
Penanaman nilai-nilai religius dalam kategori nilai pendidikan
karakter merupakan hal mendasar untuk mem- berikan penguatan
pengetahuan peserta didik melalui pencip- taan kegiatan rutinitas yang
selalu diikuti peserta didik setiap hari di madrasah. Sehingga
melahirkan sebuah kesadaran peserta didik untuk melakukan sebuah
tindakan yang tidak bertentangan dengan syariah agama Islam.
Dorongan dari hati peserta didik melakukan kegiatan tersebut
memberikan dampak

151 Wawancara, Peserta Didik, Karakter Religius, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 24 Agustus
2019.
152 Wawancara, Peserta Didik, Karakter Religius, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, 31

Agustus 2019.

173
pada perilaku keseharian di lingkungan keluargda dan masyarakat.
Kedua, nilai karakter jujur. Nilai jujur yang dibangun adalah
bagaimana peserta didik mulai jujur dari diri sendiri sebelum jujur
terhadap orang lain. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Model menyatakan
bahwa kami selaku anak didik munya jika belajar pasti hasil sendiri.
Tugas yang kami kumpulkan juga hasil dari yang kami kerjakan. Ada
teman kami yang mencontek hasil pekerjaan kami ketika di sekolah,
maka teman kami diberi hukuman oleh guru mata pelajaran. Teman
kami yang men- contek disuruh mengerjakan tugas lagi membuat ulang
dengan tugas yang berbeda. Kata guru kami mengatakan jika dibiarkan
nanti akan terulang lagi dan akan ada banyak teman kami yang contek-
contekan. Kami selalu diperingatkan oleh guru untuk belajar dengan
jujur dan itu dimulai dari mengerjakan tugas secara jujur, tidak
mengambil hak orang lain. Jika kami mencontek maka sebenarnya
kami tidak jujur terhadap diri sendiri dan juga orang lain.153
Jujur merupakan nilai dasar dalam memberikan moral
yang kuat kepada peserta didik di masa depannya. Anak-anak yang
terbiasa jujur maka tidak akan mengambil hak orang lain. berdasarkan
hasil wawancara dengan peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah
Negeri Bangko menyatakan bahwa kami selalu diingatkan oleh guru
agama agar bersikap jujur dengan mengembalikan barang yang kami
temukan ketika barang tersebut bukan milik kami sendiri. Jika ada
barang yang tertinggal milik teman, maka kami harus mengembalikan
barang tersebut kepada pemiliknya dan jika kami tidak tahu
siapa

Wawancara, Peserta Didik, karakter Jujur, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 6
153

Agustus 2019.

174
pemiliknya maka kami harus mengembalikan kepada guru atau staf di
madrasah agar dipasang pengumuman.154
Ketiga, nilai karakter toleransi. Sikap toleransi diajarkan pada
beberapa mata pelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap
dokumen madrasah maka ditemukan bahwa beberapa mata pelajaran
memberikan pengajaran nilai toleransi terhadap penganut agama lain
yaitu mata pelajaran Fiqih, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Akidah
Akhlak. Sikap tela- dan yang diajarkan mulai dari guru menjadi teladan
bagi peserta didik, sehingga mereka selaku anak didik berusaha untuk
memahami setiap isi pembelajaran yang disampaikan dan
mempraktekkan nilai-nilai baik yang ada di dalamnya. Sikap toleransi
yang dipelajari di madraasah tidak hanya terhadap sesama peserta
didik, dengan guru, atau siswa madrasah yang seagama. Penerapan
sikap toleransi juga dilakukan terhadap peserta didik dari agama
lain.155
Pelaksanaan saling toleran dengan non muslin dilaksana-
kan dalam bentuk kegiatan seperti pada saat peringatan hari besar di
Madrasah Aliyah Negeri Model. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Model jambi
menyatakan bahwa Peserta didik yang berasal dari sekolah SMA
Xaverius turut serta menghadiri undangan peringatan hari besar yang
diselenggarakan oleh pihak Madrasah. Kami selaku anak didik di
madrasah menyambut dengan baik atas kedatangan mereka. Kami
sambut mereka dengan semboyan budaya di sekolah madrasah yaitu
memberikan senyuman kepada siapa saja yang menjadi tamu
madrasah, kemudian melakukan jabat tangan atau salaman sebagai
bentuk tanda persahabatan, dan mengajak mereka ke

154Wawancara, Peserta Didik, Karakter Jujur, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 24 Agustus 2019.
155Observasi, Karakter Toleransi dalam Kegiatan Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model
Jambi, MAN Bangko, dan MAN 1 Kuala Tungkal, Agustus 2019.

175
tempat yang telah dipersiapkan panitia. Karena kami selalu terlibat
sebagai panitia dalam kegiatan sekolah.156
Penyampaian nilai toleransi melalui mata pelajaran agama sngat
mempengaruhi bagaimana pola pikir peserta didik dalam menghadapi
penganut agama lain atau orang-orang non muslim agar tidak terjadi
sikap radikal. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan peserta
didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal menyatakan
bahwa dalam pelajaran agama kami beri pengarahan oleh guru untuk
bersikap baik terhadap orang non muslim. Meskipun kami tidak
pernah mempelajari bagaimana agama di luar agama Islam, guru kami
mengajarkan bahwa dengan mereka kami dilarang mengolok-olok
atau mengejek. Kami harus saling menghargai meski kami menganut
agama yang berbeda. Mereka memiliki hak untuk beragama kami juga
demikian. Lagi pula agama Islam tidak pernah mengajarkan untuk
merendahkan agama lain. Agama Islam sangat toleransi terhadap
sesama manusia dan urusan penganut suatu agama adalah urusan
manusia dengan yang maha kuasa.157 Di madrasah semua isi pelajaran
agama adalah mengenai pelajaran agama Islam. Berdasarkan hasil
pengamatan dokumen sekolah maka ditemukan bahwa tidak ada mata
pelajaran yang mengajarkan mengenai ajaran agama lain. Dan seluruh
siswa wajib mengikuti setiap mata pelajaran agama baik mata pelajaran
wajib maupun mata pelajaran ekstrakurikuler. Peserta didik diberikan
pemahaman mengenai bagaimana perilaku kita ter- hadap sesama
muslim dan dengan orang non muslim. Sehingga peserta didik mampu
memposisikan diri ketika berhadapan dengan orang yang berbeda
agama khususnya ketikan siswa- siswi dari sekolah Xaverius
menghadiri undangan peringatan hari besar di Madrasah Aliyah
Negeri Provinsi Jambi. Peserta

Wawancara, Peserta Didik, Karakter Toleransi, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 6
156

Agustus 2019.
Wawancara, Peserta Didik, Karakter Toleransi, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, 31
157

Agustus 2019.

176
didik ditanamkan rasa kecintaaan terhadap sesama manusia untuk
saling memperlakukan dengan baik agar suasana yang damai tercipta
meski ada perbedaan mendasar dalam keyakin- an.158
Keempat, nilai karakter disiplin. Disiplin sebagai bagian
pendidikan karakter yang sangat penting dalam menentukan
pencapaian suatu target yang tepat waktu. Dengan disiplin
penyelenggaraan suatu kegiatan akan terlaksana secara maksi- mal.
Tidak akan terjadi perselisihan jadwal ketika selutuh anggota madrasah
melaksanakan sikap disiplin dalam menye- lesaikan suatu pekerjaan di
madrasah dan dalam mentaati suatu aturan madrasah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik
kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Model menyatakan bahwa ketika
kami datang terlambat ke madrasah maka kami akan dihukum oleh
guru pembina osis dan guru Bimbingan konseling untuk memungut
sampah yang masih ada di halaman sekolah. Keterlambatan kami hadir
di sekolah dapat meng- ganggu jam belajar sehingga kami harus tepat
waktu saat pagi hari jam belajar dimulai. Kami selalu mendapat
teguran dan hukuman atas keterlambatan kehadiran kami di
madrasah.159
Apapun dan dimanapun lembaga pendidikannya dapat
dipastikan akan menerapkan pola sikap disiplin dan setiap lembaga
memiliki cara masing-masing untuk mementukan seperti apa hukuman
yang tepat atas pelanggarana yang dilaku- kan oleh siswa. Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah satu siswa Madrasah Aliyah Negeri 1
Bangko menyatakan bahwa pada saat kami terlambat maka kami diberi
hukuman dengan menulis surat yang berisi bahwa kami berjanji tidak
akan mengulangi keterlambatan saya sekali lagi. Kata-kata tersebut
158 Observasi, Karakter Cinta Damai dan Karakter Toleransi dalam Kegiatan Madrasah,
Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, MAN Bangko, dan MAN 1 Kuala Tungkal,
Agustus 2019
159 Wawancara, Peserta Didik, Karakter DIsiplin, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 6

Agustus 2019.

177
kami tulis ulang sebanyak mungkin hingga terkadang kami harus
menulisnya dengan rapi sebanyak seribu kali. Kalimat- kalimat tersebut
kami tilis secara lengkaon di kertas yang telah disediakan.160
Peserta didik pada tingkat madrasah adalah para remaja yang
memiliki rasa ingin tahu tinggi dan rasa menuntut kewajiban hidup
bebas tanpa dikekang oleh aturan. Salah satu pelanggaran sikap disiplin
yang terjadi adalah dikenal dengan istilah pacaran. Berdasarkan hasil
wawancara dengan siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal menyatakan bahwa terdapat peserta didik yang melakukan
tindakan pacaran di sekolah namun pihak sekolah tidak
mengetahuinya. Hanya kami teman-teman bermainnya di madrasah
yang tahu akan per- masalahan yang dihadapi oleh para siswa yang
berpacaran.161
Seluruh unsur madrasah harus bersama menjaga nilai disiplin.
Penerapan disiplin ditujukan kepada seluruh elemen madrasah baik
guru dan siswa. Terkadang madrasah terkesan pilih kasih dalam
memberikan tindakan tegas mengenai disiplin. Sebagaimana hasil
wawancara dengan peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri
Model jambi bahwa masih terdapat guru yang juga terlambat untuk
hadir di madrasah. Saya sering melihat kejadian tersebut namun kami
tidak tahu apa sanksi yang diberikan kepada guru yang telat datang,
atau justru tidak diberi sanksi sama sekali. Karena selama ini kami
hanya tahu aturan-aturan yang diterapkan kepada kami. Sedangkan
kami tidak pernah datang terlambat selain karena kami tidak mau
dihukum oleh guru piket kami juga malu sama teman-teman jika harus
menjalankan sanksi didepan mereka.162

160 Wawancara, Peserta Didik, Karakter Disiplin, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 24
Agustus 2019.
161 Wawancara, Peserta Didik, Karakter Disiplin, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, 31

Agustus 2019.
162 Wawancara, Peserta Didik, Karakter DIsiplin, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 10

Agustus 2019.

178
Penerapan sikap disiplin juga membawa sebuah konse- kuensi
bagi seluruh peserta didik. Pada saat peserta didik tidak disiplin maka
akan ada sanksi yang mereka terima. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti terhadap dokumen madrasah maka ditemukan bahwa terdapat
beberapa peserta didik yang dikeluarkan dari madrasah karena mereka
melakukan banyak pelanggaran. Dokumen menunjukkan bahwa
terdapat pelang- garan kedisiplinan dimana mereka sering kali tidak
masuk kelas. Berdasarkan catatan guru juga mereka sering melakukan
pelanggaran pengumpulan tugas dan bersikap kurang sopan santun
terhadap guru. Sikap tidak disiplin siswa juga ditunjuk- kan dengan
pernah melakukan perkelahian dengan peserta didik yang lain, maka
madrasah mengambil keputusan setelah melakukan musyawarah
dengan mengambil tindakan hukuman berupa dikeluarkan dari sekolah
atas dasar sikap siswa yang tidakd isiplin sehingga sering
memunculkan permasalahan.163
Kelima, nilai karakter semangat kebangsaan. Peserta didik
adalah bagian dari pembangunan sebuah bangsa sehingga harus ada
nilai semangat kebangsaan yang ditanamakan untuk memupuk jiwa
cinta tanah air. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan peserta
didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal menyatakan
bahwa seluruh siswa wajib meng- ikuti upacara setiap hari senin pagi.
Kami harus sudah hadir di lapangan pada jam 7.00 untuk upacara
bendera. Bagi teman- teman kami yang terlambat mereka tetap harus
ikut upacara pada barisan yang berbeda, sebagai tanggung jawab
mereka akan diberi hukuman setelah upacara selesai. Petugas upacara
bendera setiap hari senin bergiliran, sehingga setiap kelas mendapat
kesempatan untuk memimpin upacara. Kami sudah dilatih berani
tampil dihadapan guru, kepala madrasah, dan juga teman-teman.
Dalam upacara juga selalu disampaikan mengenai

163Observasi, Karakter Disiplin Peserta Didik di Lingkungan Madrasah, Madrasah Aliyah


Negeri Model Jambi, MAN Bangko, dan MAN 1 Kuala Tungkal, Agustus 2019.

179
disiplin waktu dan giat belajar sehingga kami dapat ber- prestasi.164
Pentingnya menjaga persatuan indonesia sebagai bentuk
penerapan semangat kebangsaan ditunjukkan pada pola
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi
menyatakan bahwa kami harus menjaga nilai persatuan bangsa dengan
menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Negara republik
Indonesia. Dan untuk menjaga semangat perjuangan kami melakukan
upacara setiap hari senin dimana salah satu petugas upacara yang
bertugas membaca UUD harus menghafalnya tidak diperkenankan
membaca teks.165 Keenam, nilai karakter cinta damai. Nilai karakter
yang ditumbuhkan di madrasah salah satunya adalah cinta damai.
Peserta didik dibiasakan dengan suasana dimana mereka dapat saling
menjaga satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu siswa kelas XII menyatakan bahwa selama tiga tahun saya sekolah
disini saya belum pernah melakukan per- kelahian atau melihat sesama
teman saya berkelahi di madrasah. Meskipun terjadi perkelahian antar
pelajar yang pernah terjadi adalah antara siswa Madrasah Aliyah
Model Jambi dengan siswa dari sekolah lain. Perkelahian tersebut juga
terjadi tidak di dalam lingkungan madrasah namun di luar madrasah
saat mereka tidak
menggunakan seragam sekolah. 166

Tindakan perkelahian antar pelajar sering kali terjadi baik


mereka sedang berada di lingkungan madrasah maupun di luar.
Terdapat banyak faktor yang dapat memicu perkelahian antar pelajar.
Anak yang berkelahi adalah anak yang berasal dari luar madrasah, hal
ini menunjukkan bahwa terjadi perselisihan anak

164Wawancara, Peserta Didik, Karakter Semangat Kebangsaan, Madrasah Aliyah Negeri 1


Kuala Tungkal, 31 Agustus 2019.
165Wawancara, Peserta Didik, Karakter Semangat Kebangsaan, Madrasah Aliyah Negeri
Model Jambi, 10 Agustus 2019.
166Wawancara, Peserta Didik, Karakter Cinta Damai, Madrasah Aliyah Model Jambi, 6

Agustus 2019.

180
antar sekolah yang harus dicegah agar tidak menimbulkan sebuah
perkelahian yang lebih besar.
Ketujuh, nilai karakter peduli sosial. Peduli sosial pembinaan
sikap peduli terhadap lingkungan sosial yang ada di sekitar dibentuk
melalui sebuah kegiatan rutin di madrasah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri
Bangko menyatakan bahwa kami selalu melakukan kegiatan gotong
royong rutin pada hari sabtu. Gotong royong dilakukan secara
bergiliran dari tiap-tiap kelas. Kami diajarkan agar menjaga lingkungan
sekitar tempat tinggal. Sehingga tidak terjadi perselisihan antara
madrasah dengan masyarakat yang ada di sekitar madrasah.167
Rasa kepedulian terhadap orang lain juga ditumbuhkan melalui
sikap turut merasakan atas kesulitan yang dihadapi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri
Model Jambi menyatakan bahwa kami bersama-sama dengan seluruh
siswa di madrasah, guru, dan juga pegawai yang ada di madrasah
berdoa bersama untuk saudara- saudara yang sedang tertimpa musibah
gempa dan gunung meletus. Doa dikirimkan untuk keselamatan mereka
dan juga diisi tausiyah yang mengingatkan kepada kami untuk tetap
bersyukur dan menjaga hubungan kami dengan sesama sehingga jika
terjadi suatu kesulitan kita maka pertolongan akan cepat datang.168
Kepedulian terhdap orang lain juga ditunjukkan oleh guru
melalui keterlibatannya dalam kegiatan peserta didik. Ber- dasarkan
hasil wawancara peneliti dengan peserta didik kelas XII Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal menyatakan bahwa dalam kegiatan
gotong royong yang dilakukan secara rutin di madrasah, guru ikut
mendampingi siswa. Karena setiap kelas

Wawancara, Peserta Didik, Karakter Peduli Sosial, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 24
167

Agustus 2019.

Wawancara, Peserta Didik, Karakter Peduli Sosial, Madrasah Aliyah Model Jambi, 10
168

Agustus 2019

181
ada memiliki wali kelas, ketika kami gotong royong maka kami
didampingi oleh wali kelas. Disini juga kami jadi dekat dengan wali
kelas, yang membuat kami lebih nyaman ketika berbicara mengenai
pelajaran di madrasah. Selain kegiatan ini men- dekatkan kami dengan
wali kelas kami juga lebih mudah untuk menceritakan kesulitan belajar
dan permasalahan yang kadang hadapi dengan teman-teman.169
Peserta didik diajarkan untuk peduli terhadap orang lain tidak
hanya dalam bentuk doa saja, dapat dalam bentuk tindakan nyata.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti ditemukan bahwa terdapat
anak-anak yang tergabung di dalam kepengurusan Organisasi Siswa
Intra Sekolah atau OSIS mereka melakukan gerakan sadar bencana
alam sebagai bentuk kepedulian masya- rakat Indonesia maka mereka
mendatangi satu persatu kelas untuk meminta sumbangan sukarela dari
seluruh peserta didik di madrasah dan juga guru. Terdapat banyak
peserta didik ikut menyumbang yang menunjukkan sebuah sikap peduli
terhadap sesama. Kemudian sumbangan tersebut akan disalurkan
dengan membawa nama madrasah.170
Kedelapan, nilai karakter kerjakeras. Perilaku yang me-
nunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pelajaran agama
Islam menyatakan bahwa masih ada anak-anak yang ketika harus
menyesaikan tugas tidak dikumpul tepat waktu. Dalam penyelesaian
tugas, anak-anak masih belum menunjukkan hasil maksimal. 171 Hasil
wawancara dengan guru ekstrakurikuler bahwa peserta didik belum
optimal dalam

169 Wawancara, Peserta Didik, Karakter Peduli Sosial, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal, 31 Agustus 2019.
170 Observasi, Karakter Peduli Sosial Peserta Didik di Lingkungan Madrasah, Madrasah

Aliyah Negeri Model Jambi, MAN Bangko, dan MAN 1 Kuala Tungkal, Agustus 2019.
171 Wawancara, Guru PAI, Karakter Kerjakeras, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi,

September 2019.

182
mengerjakan tanggung jawab terkait tugas tambahan dalam kegiatan
ekstrakurikuler seperti persiapan peralatan pramuka yang harus
dilakukan oleh peserta didik tidak mereka ker- jakan. 172 Wawancara
dengan guru BK menyatakan bahwa masih terdapat anak yang tidak
tertib dengan aturan madrasah. poin kerja keras juga terlihat dari
perilaku peserta didik untuk selalu menunjukkan perilaku dan
pemikiran berprestasi di madrasah.173
Nilai kerja keras ditunjukkan kembali oleh siswa MAN Model
Jambi dengan meraih Juara Umum 1 dalam acara Gema Palang Merah
(GEMPAR) 2019 tingkat SMP/SMA se-derajat se- Provinsi Jambi
yang diadakan oleh STIKES Harapan Ibu. PMR Wira 006 MAN Model
Jambi berhasil menyabet piala dari semua mata lomba yang
dipertandingkan. Adapun predikat-predikat yang diraih adalah Juara 1
Lomba Gempar Genious Student, Juara 2 Lomba Pertolongan Pertama,
Juara 2 Lomba Bongkar Pasang Tenda Darurat Mata Tertutup, Juara 1
Lomba Penyu- luhan, Juara 2 Lomba Tari Kreasi, Juara 2 Lomba
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Juara 3 Lomba Pemilihan Putra/Putri
GEMPAR IV. Maka kontingen PMR wira 006 berhak untuk mengikuti
lomba-lomba PMR untuk tingkat nasional.
Hasil dokumentasi peneliti di MAN Bangko bahwa telah
ditanamkan nilai kerja kerja dengan raihan prestasi peserta didik.
Kontingen MAN 1 Merangin mendominasi prestasi pada Kompetisi
Sains Madrasah (KSM). Tahun 2019 untuk jenjang Madrasah Aliyah di
Kabupaten Merangin. Berdasarkan peng- umuman yang dikeluarkan
oleh Kementerian Agama Kabupaten Merangin tertanggal 20 Juli 2019
bahwa nama yang keluar memperoleh juara adalah: Pemenang bidang
studi Matematika diraih oleh Nurul Hidayah (Juara I), Eka Yuliana
Anggraini

172 Wawancara, Guru PAI, Karakter Kerjakeras, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, September
2019.
173 Wawancara, Guru BK, Karakter Kerjakeras, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal,

September 2019.

183
(Juara II). Kategori Studi Biologi diraih oleh Dahlia Ardila (Juara II),
Nurul Huda (Juara III). Bidang Studi Kimia diraih oleh Ratih
Wulandari (Juara I), Serly Wahyuna (Juara II), Husnul Khatimah (Juara
III). Studi Ekonomi diraih oleh Lili Rahmawati (Juara I), Irma Lastina
(Juara III). Studi Geografi diraih oleh Salsabila Wirani (Juara III).
MAN 1 Merangin Tri Sulistiyo, S.Pd, MA mengucapkan selamat
kepada anak didik yang telah berhasil mendapatkan nilai terbaik dan
sekaligus mengharumkan MAN 1 Merangin. Ini berkat kerja keras
pembina dan niat belajar anak didik, ditambah do'a dari orang tua,
guru, karyawan/karyawati dan bantuan saran dari para Wakil Kepala
Madrasah Diharapkan mempersiapkan diri untuk mengikuti level lebih
lanjut.174
Kesembilan, nilai karakter kreatif. Berpikir dan melakukan
sesuai menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki. Peserta didik pada Madrasah Aliyah Negeri telah melakukan
beberapa hal yang menghasilkan sebuah karya yang inovatif dari hasil
kerja peserta didik secara mandiri. Sikap dan perilaku yang
mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan
masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-
hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan data dokumen siswa-siswi MAN Model Jambi
kembali mengukir prestasi pada bidang non. Tepat pada hari senin di
lapangan utama MAN, piala para pemenang Putera- Puteri Jambi
diterima oleh Kepala MAN H. Ambok Pera Aprizal. Selama karantina
semua peserta yang terdiri dari beberapa sekolah yang ada di
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dinilai oleh tim juri. Yang menjadi
penilaian para tim juri untuk me- nentukan para pemenang adalah
atitude, keaktifan para peserta selama proses karantina, serta memiliki
wawasan yang baik mengenai dunia pendidikan juga kebudayaan
khususnya di Provinsi Jambi. Prestasi yang diraih yaitu kategori puteri
Jambi Pariwisata, Puteri Jambi Lingkungan, Puteri Jambi

Dokumentasi, Peraih Prestasi MAN Bangko dalam Penanaman Karakter Kerja Keras,
174

Madrasah Aliyah Bangko, 2019

184
Communication, Puteri Jambi Berbakat Sastra, dan kategori Puteri
Jambi Berbakat Seni.175
Peserta didik MAN Model sebagai anggota ambalan Sunan
Kalijaga-Cut Nyak Dien dengan semangat juang yang tinggi meraih
prestasi. Ada 7 cabang lomba yang diikuti oleh anggota ambalan Sunan
Kalijaga-Cut Nyak Dien yaitu: pionering, PBB, semboyan,
musikalisasi puisi, khutbah, penyelenggaraan shalat jenazah, pentas
seni (tari). Untuk cabang lomba pentas seni (tari) tim ambalan Sunan
Kalijaga-Cut Nyak Dien MAN 2 Kota Jambi dapat meraih juara 1 dan
mampu mengalahkan lawan terberat dari SMAN 1 Kota Padang. Selain
itu anggota ambalan Sunan Kalijaga-Cut Nyak Dien juga dapat
membawa pulang piala Juara 2 Shalat Jenazah dan Juara 3 Khutbah.176
Inovasi dalam menulis juga ada pada MAN Model dengan
memberikan wawasan kepada siswa-siswa madrasah dan untuk
mengasah kemampuan siswa dalam menulis, Ikatan Guru Indonesia
(IGI) melakukan gerakan literasi ke Man Model Jambi. Peserta didik
diberikan materi dan juga siswa langsung mem- praktekkan hasil dari
materi yang disampaikan. Tidak hanya itu, siswa dalam kesempatan ini
juga membuat karya tulis berupa puisi, artikel dan juga cerpen. Hasil
karya tulis anak-anak tadi, dikumpulkan dan dibukukan. Ini nantinya
sebagai arsip di perpustakaan nasional. Tujuan kegiatan ini untuk
menghasilkan siswa-siswa yang kreatif dan inovatif melalui tulisan,177
Siswa MAN Bangko menunjukkan daya kreativitas melalui
lomba story telling. Data dokumen menunjukkan siswa MAN 1
Merangin mencatat prestasi membanggakan setelah siswanya meraih
juara 2 lomba Sing a Song atas nama Bella Monika dan juara 2 lomba
Story Telling atas nama Aldi Alimudin. Kegiatan

175 Dokumentasi, Prestasi Akademik NonPeserta Didik dalam Kreativitas Seni, Madrasah
Aliyah Negeri Model Jambi, 2019.
176 okumentasi, Prestasi Peserta Didik dalam Kegiatan Pramuka, Madrasah Aliyah Negeri

Model Jambi, 2019.


177 okumentasi, Prestasi Peserta Didik dalam Kreativitas Menulis, Madrasah Aliyah Negeri

Model Jambi, 2019.

185
lomba ini dilaksanakan oleh Lembaga perguruan tinggi STKIP YPM
Bangko dalam rangka acara English Department Day's and National
Education Day's. Kegiatan lomba ini dilaksakan pada hari Rabu dan
Kamis tanggal 24 s/d 25 April 2019. Peserta lomba diikuti oleh siswa-
siswi SMA/MA yang berada di wilayah Kab. Merangin berjumlah
kurang lebih 50 peserta.178
Suatu kreativitas yang dilakukan MAN 1 Kuala Tungkal
menghasilkan terobosan batu. Data dokumen menunjukkan bahwa
MAN 1 Tanjung Jabung Barat, Setelah sukses melak- sanakan Ujian
Semester Berbasis Android beberapa bulan lalu, kini MAN 1 Tanjung
Jabung Barat kembali melaksanakan inovasi baru, yaitu E-Voting. E-
Voting merupakan sistem pemungutan suara berbasis digital pada
pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM), Ketua
Ambalan Pramuka dan Komandan PMR MAN 1 Tanjung Jabung
Barat. Rencana nya sistem ini akan digunakan pada Pemilu Raya MAN
1 Tanjung Jabung Barat yang akan dilaksanakan akhir bulan
September. Kelebihan pada penggunaan aplikasi E-Voting ini nantinya
dapat menghembat penggunaan dana, efisiensi waktu dan tenaga, dan
hasil langsung dapat diketahui setelah pemungutan suara selesai. Serta
aplikasi ini juga disebut ramah lingkungan karena mengurangi
penggunaan kertas yang lumayan besar.179
Kesepuluh, nilai karakter mandiri. Sikap dan perilaku yang
tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas. Data dokumen MAN Model Menunjukkan bahwa Peserta didik
selepas menjalani berbagai pelatihan serta ikut serta aktif dalam
berbagai even kompetisi sains baik di tingkat kota, kabupaten maupun
nasional dan selalu tekun berlatih di sekolah, dalam acara Pekan Ilmiah
Xaverius 1 yang ketiga (PIX-1-3), tim olimpiade MAN Model, berhasil
meraih beberapa predikat juara

178 okumentasi, Kreativitas Peserta Didik dalam Story Telling Menulis, Madrasah Aliyah
Negeri Bangko, 2019.
179 okumentasi, Kreativitas E-Vting Peserta Didik dengan Android, Madrasah Aliyah Negeri 1

Kuala Tungkal, 2019

186
dari beberapa mata pelajaran yang dilombakan. Kegiatan PIX-1- 3
diikuti 600an peserta untuk tingkat SMA/MA mempertan- dingkan
mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi,
Ekonomi-Akuntansi dan Speech&Scrabble (English). Siswa-siswi
MAN berhasil menjadi juara yaitu Juara 2 dan 3 Olimpiade Geografi,
Juara 3 Olimpiade Ekonomi-Akuntansi. Selain tropi kejuaraan dan
piagam, mereka juga berhak atas uang pembinaan.180
Siswa MAN Bangko berhasil mewujudkan prestasi dalam
seleksi Paskibraka yang diraih salah satu siswanya, yaitu Deri Caniago
siswa kekas X IPA2 yang berhasil lulus seleksi menjadi anggota
Paskibraka Tingkat Propinsi Jambi. Seleksi dilasanakan di Jambi dari
tanggal 22 s/d 24 April 2019. Memperoleh info tetang kelulusan salah
satu siswanya yang diinfokan oleh Pembina OSIM Ibu Resti Arifin,
S.Pd, Kepala MAN.181
Kesebelas, nilai karakter demokratis Cara berpikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Nilai demokratis ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan madrasah.
Kegiatan di MAN Model se- cara rutin yakni upacara hari senin dan
upacara peringatan nasio- nalisme seperti sumpah pemuda. Dengan
semangat Sumpah Pemuda inilah, upacara rutin senin di MAN Model
Jambi dilaksanakan sempena. Ada empat poin penting yang harus
diingat dan diterapkan seluruh pemuda, khususnya siswa-siswi MAN
Model Jambi. Poin pertama bahwa sebagai pemuda, siswa- siswi MAN
harus memiliki sikap Tawadlu. Sikap ini menunjuk- kan keluhuran
akhlak seseorang. Kedua adalah sikap koperatif. Dengan sikap
koperatif ini, ditunjukkan pula karakter yang selalu siap untuk
bekerjasama dengan orang lain. Ketiga adalah memiliki sikap
pencerahan. Maknanya harus menjadi teladan

okumentasi, Prestasi Akademik Peserta Didik dalam Olimpiade, Madrasah Aliyah Negeri
180

Model Jambi, 2019.


okumentasi, Kemandirian Peserta Didik dalam Berkompetisi, Madrasah Aliyah Negeri
181

Bangko, 2019

187
yang mencerahkan orang lain. Keberadaannya harus mencerah- kan
dan memberi teladan bagi lingkungan sekitar. Keempat, sikap
adaptif.182
Berdasarkan data dokumen bahwa pembina OSIM MAN 1
Merangin Resti Aripin, S.Pd menguraikan Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh MAN 1 Merangin Selama kegiatan OCD Sekolah
Ramah Anak Ini antara lain: Kegiatan yang diawali dari pukul 07.00
WIB, dimana siswa dengan guru bersalaman dengan 5 S (Senyum,
Sapa, Salam, Sopan, Santun). Kegiatan dilanjutkan dengan shalat
Dhuha oleh seluruh siswa dan guru, dan dirang- kaikan dengan Tausiah
Agama oleh Ahmad Riadi, M.Pd dengan mengangkat judul
“Memaknai Persaudaraan Dalam Islam”.183
Keduabelas, Nilai karakter rasa ingin tahu. Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Berdasarkan data
dokumentasi, serombongan tim dari Subdit Bintibsos Direktorat
Binmas Polda Jambi di bawah pimpinan AKP.M.Ilyas, mengadakan
kegiatan Sosialisasi Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja kepada
siswa-siswi MAN Model Jambi. Kegiatan ini merupakan program rutin
dari Subdit Bintibsos Direktorat Binmas Polda Jambi dalam rangka
pembinaan generasi muda khususnya di provinsi Jambi. Acara dihadiri
para Wakil Kepala dan majlis guru yang dengan antusias mendam-
pingi para siswa, mendengarkan paparan Iptu Raden Ihsam. Di sela-
sela pemaparan materi yang dibawakan dengan gaya bahasa yang
komunikatif dan dimengerti siswa, diputar juga potongan- potongan
video yang menayangkan korban-korban penyalah- gunaan narkoba.
Siswa menyaksikan betapa jahat dan merusaknya narkoba yang
disalahgunakan dengan seksama.184

182 okumentasi, Penanaman Nilai Demokratis dalam Rutinitas Madrasah, Madrasah Aliyah
Negeri Model Jambi, 2019.
183 Dokumentasi, Kegiatan Sekolah Ramah Anak (Outdoor Classroom Day/OCD), Madrasah

Aliyah Negeri Bangko, 2019.


184 Dokumentasi, Sosialisasi Bahaya Narkoba Bagi Pelajar, Madrasah Aliyah Negeri Model

Jambi, 2019

188
Ketigabelas, Nilai karakter cinta tanah air. Cara berpikir,
bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi dan politik bangsa. Nilai cinta tanah air ditanamkan
melalui peringatan hari pahlawan, hari kemer- dekaan, dan hari besar
Islam. Dokumen MAN Model bahwa Sempena peringatan Hari
Pahlawan dilakukan dalam upacara bendera rutin, seluruh civitas
akademika dengan Pembina Upacara Mayor (Arm) Joneimir, SH,
Danramil Jambi Selatan. Danramil yang merupakan Perwira Armed ini
mengajak para siswa MAN, untuk menjadi pahlawan masa kini,
pahlawan zaman now dengan cara menerapkan prinsip pahlawan yakni
mau berkorban untuk kebaikan. Setiap kita bisa menjadi pahlawan
dimulai dengan adanya rasa cinta. Rasa cinta itulah yang mampu
mendorong seseorang untuk dapat berkorban. Joneimir mencontohkan,
rasa cinta kepada keluarga dapat menjadi asbab pengorbanan untuk
keluarga, rasa cinta kepada sekolah menjadi asbab pengorbanan dan
upaya-upaya mengukir prestasi bagi mengharumkan nama sekolah.
Para siswa harus menjadi pribadi-pribadi yang berdisiplin dan
berintegritas tinggi. Kedisiplinan adalah perwujudan kesadaran dari
dalam dan bukan produk dari pemaksaan. Seorang yang disiplin adalah
pribadi yang sukses dalam arti sebenarnya.185
MAN Bangko melaksanakan Gebyar Peringatan Hari
Pendidikan Nasional 2019 yang digelar di MAN 1 Merangin diwarnai
berbagai macam perlombaan yang melibatkan seluruh peserta didik.
Kegiatan ini diikuti seluruh siswa dengan rasa kecintaannya terhadap
hari Nasional pendidikan. Pembina OSIM MAN 1 Merangin Resti
Arifin, S. Pd mengatakan, perlombaan yang digelar dalam rangka
memeriahkan Hari Pendidikan Nasional meliputi LCC, Story Telling,
Pidato Bahasa Indonesia, MTQ, dan lomba menyanyikan lagu
Mars Madrasah. ini

185 Dokumentasi, Nilai Cinta Tanah Air dalam Upacara, Madrasah Aliyah Negeri

Model Jambi, 2019.

189
momentum memahami hubungan erat pendidikan dengan
kebudayaan.186
Keempatbelas, nilai karakter menghargai prestasi. Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai yang
berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati
keberhasilan orang lain. Peserta didik MAN Model jambi menunjukkan
prestasi kembali dengan menorehkan tinta emas dalam kejuaraan
Pencak Silat Tingkat Kota Jambi. siswa MAN nama Fadhil Almaruzi
(kelas X IIS3) berhasil meraih gelar Juara I Kelas F Putra Remaja,
adapun Elin Dwi Putri (Kelas XI MIA4) berhasil meraih gelar Juara II
Kelas F Putri Remaja. Cabang bela diri karate, siswa MAN Model
Jambi atas nama Daliyah El Shafira (Kelas XI MIA1) membawa
pulang gelar Juara I Kata perorangan Junior usia 17 Tahun dan Juara
III Kumite Putri Junior kelas 55 Kg pada Kejuaraan Daerah Shokaido I
se-Provinsi Jambi. Selain predikat juara ini, Daliyah juga berhasil
meraih prestasi sebagai wasit nasional.187
Dalam sebuah kompetisi Kemilau yang diadakan oleh
kampus UIN siswa-siswi belum meraih kemenangan sebagai- mana
yang diharapkan. Tim Olimpiade Biologi MAN Model Jambi ‘hanya’
berhasil meraih predikat Juara Harapan 1, jumlah peserta
seluruhnya yang mencapai 100an lebih dan berasal dari berbagai
SMA/MA di Provinsi Jambi serta 1 dari luar provinsi. Siswa-siswi
tetap menghargai prestasi yang diraih karena telah melewati beberapa
tahap seleksi dan saling mendukung untuk berhasil di kompetisi
berikutnya.188
MAN 1 Kuala Tungkal berhasil membawa piala keberhasilan
dalam kegiatan pramuka. Kegiatan perlombaan yang dilaksanakan
Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Tanjung

186 Dokumentasi, Nilai Cinta Tanah Air dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Madrasah
Aliyah Negeri Bangko, 2019.
187 Dokumentasi, Sikap Mendorong Diri Dalam Prestasi Peserta Didik, Madrasah Aliyah
Negeri Model Jambi, 2019.
188 Dokumentasi, Sikap Menghargai Prestasi Peserta Didik, Madrasah Aliyah Negeri

Model Jambi, 2019.

190
Jabung Barat mulai dari perlombaan untuk pramuka tingkat Siaga,
Penggalang, maupun penegak. Untuk Perlombaan di tingkat pramuka
penegak, MAN 1 berhasil memborong piala Juara I untuk lomba musik
tradisional dan Juara III untuk lomba Ketangkasan Baris Berbaris
(LKBB). Zel Fahmi, S.Ag selaku pembina gerakan pramuka MAN 1
Tanjung Jabung Barat yang juga hadir saat puncak hari ulang tahun
pramuka pada rabu pagi tadi (14/8) mengungkapkan rasa bahagia dan
bangga terhadap anak-anak yang telah berjuang. " Tentu kita harus
mengapresiasi perjuangan anak-anak yang berjuang, dengan hasil ini
semoga lebih memotivasi untuk meningkatkan prestasi di waktu
mendatang. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
sekolah yang telah mensupport selalu, kepada pelatih yang telah
membimbing dan kepada adik-adik yang telah meluangkan waktu dan
tenaga nya.189
Kelimabelas, nilai karakter bersahabat/komunikatif.
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan
bekerjasama dengan orang lain. Data dokumen menunjuk- kan bahwa
MAN Model Jambi menjadi satu wadah untuk me- ngembangkan bakat
siswa di bidang akademik maupun non akademik, MAN selalu
berupaya untuk memaksimalkan peranannya dengan memberikan
ruang dan dukungan dalam setiap kegiatan siswa. Salah satu kegiatan
siswa yang didukung penuh civitas akademika MAN adalah PPDB,
singkatan dari Paskibra, Polisi Keamanan Sekolah dan Drum Band,
dengan menyelenggarakan acara Pendidikan dan Pelatihan Dasar
(PPD) untuk anggota baru PPDB. Acara pembukaan berlangsung di
Lapangan utama MAN Model Jambi dengan dihadiri para Wakil
Kepala, Pembina Ekstrakurikuler serta majelis guru dan undang- an
lainnya. Acara ini merupakan salah satu cara dalam membentuk jiwa
patriotisme para peserta PPD dan dapat

Dokumentasi, Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Membekali Karakter Menghargai


189

Prestasi, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, 2019.

191
menjadi pengalaman berharga ketika mereka memasuki dunia kerja
nantinya.190
MAN Bangko melepas kontingen PMR MAN 1 Merangin yang
berjumlah 28 peserta putra dan putri untuk mrngikuti kegiatan
perkemahan PMR se-propinsi Jambi yang dilaksanakan oleh Civitas
Akademika UIN Jambi dari tanggal 13 S/d 17 November 2018.
Kontingen PMR yang dibina dan dikomandoi Ibu Dra. Buraidati dan
Bpk. Paijo, S.Pd. Menurut Buraidati dan Paijo PMR MAN 1 Merangin
merupakan satu-satunya madrasah bahkan sekolah yang ada di
Merangin. Kepala madrasah dalam arahan agar peserta PMR selalu
menjaga nama baik almamater, mengikuti kegiatan sesuai juknis dari
panitia, dan peserta agar selalu menjaga kesehatan dan stamina, serta
ikuti lomba dengan semangat Vini, vidi, vici" saya datang, saya
berlomba, saya menang". Hal ini agar selalu semangat dalam
mengikuti setiap kegiatan.191
Keenambelas, nilai karakter gemar membaca. Kebiasaan
yang menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya. Perpustakaan MAN Model Jambi
meraih penghargaan Terbaik 2 Perpustakaan sekolah/ madrasah tingkat
SLTA se-Provinsi Jambi Tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa
minat peserta didik di perpustakaan juga tinggi. Data dokumen
menunjukkan bahwa prestasi diraih setelah melalui tahapan-tahapan
seleksi itu antara lain Form Pustaka, Survei, Kelengkapan
Administrasi, Kunjungan, serta penelusuran langsung ke perpustakaan.
Setelah melalui tahapan seleksi berupa Form, Survei, Kelengkapan
Administrasi, Kunjungan, serta penelusuran langsung ke perpustakaan,
MAN

190 Dokumentasi, Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Membekali Karakter Bersahabat dan


Komunikatif, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 2019.
191 Dokumentasi, Kegiatan Ekstrakurikuler PMR Membekali Karakter Bersahabat dan

Komunikatif, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 2019.

192
Model Jambi, sesuai dengan kondisi keadaan dan keleng- kapan.192
Kegiatan OCD pada MAN Bangko juga membuat peserta didik
gemar untuk membaca. Dokumentasi menunjukkan kegiatan OCD
dilanjutkan dengan melakukan Senam dan Sarapan sehat oleh seluruh
Keluarga Besar MAN 1 Merangin yang juga mengambil lokasi
dilapangan MAN 1 Merangin. Dan kegiatan sehari belajar diluar kelas
ini juga diisi dengan berbagai perlombaan-perlombaan antara lain:
Gerakan Literasi, Balon Berjalan, Melukis, Waterfull, dan Pesan
Berantai. Salah seorang guru Senior MAN 1 Merangin Krisnawati Ida,
S.Pd, MM menu- turkan bahwa Outdoor Classroom Day ini disambut
begitu antusias oleh warga MAN 1 Merangin. Kegiatan ini diharapkan
mampu menjadikan madrasah sebagai tempat yang aman dan nyaman
bagi anak-anak. Selanjutnya Kepala MAN 1 Merangin Tri Sulistiyo,
S.Pd, MA saat dibincangi di ruang kerjanya menjelaskan, bahwa
program membaca Al-Qur'an 15 menit sebelum PBM dimulai
bertujuan untuk meningkatkan minat baca siswa terhadap Al-Qur'an,
karena setiap harinya siswa diwajibkan membaca minimal 10 - 15 ayat
Al-Qur'an.193
Ketujuhbelas, nilai karakter peduli lingkungan. Sikap dan
tindakan yang selalu mencegah kerusakan lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memper- baiki
kerusakan alam yang sudah diperbaiki. Nilai peduli lingkungan pada
anak MAN Model Jambi terlihat dari antusias-
nya menjadi anggota PALMAIS. Dengan sebuah pepatah “Alam
terkembang menjadi guru”, sebagai pengibaratan bahwa dalam
proses pendewasaan seseorang, alam sekitar dapat turut serta menjadi
sumber belajar. Dilatarbelakangi oleh dasar pemikiran inilah,
kumpulan Pencinta Alam Remaja Islam (PALMAIS)

Dokumentasi, Penggunaan Perpustakaan dalam Kegiatan Gemar Membaca, Madrasah


192

Aliyah Negeri Model Jambi, 2019.


Dokumentasi, Kegiatan OCD membekali anak untuk Gerakan Literasi, Madrasah Aliyah Negeri
193

Model Jambi, 2019.

193
dibentuk di MAN 2 Kota Jambi. Keprihatinan terhadap keadaan alam
sekitar yang semakin terancam kelestariannya, semakin menguatkam
tekad untuk dikukuhkannya organisasi siswa pen- cinta alam pertama
di MAN Model Jambi setelah lebih dari dua dekade berdirinya
madrasah ini.194
Peserta didik telah mendapat pembekalan penduli lingkungan di
MAN Bangko. Dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup
sedunia tingkat kabupaten Merangin, Al Hafiz Akbar wakil dari MAN
1 Merangin berhasil manyabet juara 3 dalam lomba 3R (reuse, reduce,
reycle) yang diadakan oleh Dinas lingkungan hidup kabupaten
Merangin. Lomba yg di ikuti oleh seluruh sekolah tingkat SLTA di
Merangin ini mengambil tema pengelolaan limbah lingkungan. Al
hafiz akbar sendiri dalam lomba ini memanfaatkan limbah botol
minuman plastik yang banyak kita jumpai di lingkungan. Limbah botol
plastik tersebut di ubah menjadi sebuah lampu gantung hias yang
cantik. Dalam pembuatan lampu gantung hias ini Al Hafiz Akbar
meng- habiskan 100 botol bekas air mineral yang berukuran 150 ml.
Selain botol bekas dalam pembuatan lampu tersebut juga
memanfaatkan tutup kipas angin bekas yang telah rusak serta 20 buah
kased VCD bekas. Dalam pembuatan lampu hias ini saya hanya
menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai. Saya
mencoba memanfaatkan barang2 yang tidak terpakai tersebut manjadi
sesuatu yang bernilai.195
Kedelapanbelas, tanggungjawab. Sikap dan prilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
seharusnya dilakukan terhadap dirinya, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. Pembekalan untuk peserta
didik akan sebuah tangung jawab atas kewajiban yang seharusnya.
Sebagaimana data dokumentasi bahwa Baznas

194 Dokumentasi, Organiasi Peduli Lingkungan para Siswa MAN, Madrasah Aliyah Negeri
Model Jambi, 2019.
195 Dokumentasi, Sikap Peduli Lingkungan Peserta Didik menghasilkan Juara, Madrasah

Aliyah Negeri Bangko, 2019.

194
Provinsi Jambi menyerahkan bantuan pendidikan. Bantuan pendidikan
ini diberikan kepada 125 siswa/i Madrasah Aliyah Negeri dan swasta
di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi.
Acara tersebut dihadiri langsung Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Jambi, H. Muhammad. Dalam sambutannya beliau
menyampaikan harapannya agar bantuan yang diberikan oleh
BAZNAS ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Beliau
menekankan, agar bantuan pendidikan ini digunakan untuk
kepentingan pendidikan.196
Kegiatan keagamaan peserta didik untuk membina sikap
tanggung jawab dalam kegiatan yang diisi dengan ceramah umum yang
disampaikan oleh Ustadz Syamsu Akmal. Dalam ceramah yang diawali
dengan kegiatan sedekah berjamaah untuk para yatim dan berhasil
mengumpulkan uang tunai sebanyak Rp. 4.470.000. 197 Sebuah kegiatan
yang dilaksanakan siswa sebagai penanggungn jawab. Setelah sukses
melaksanakan rangkaian kegiatan Kompetisi Remaja Aktif Berprestasi
(KREASI) V yang berlangsung dari Selasa-Kamis (1-3/10). Lomba
rutin tahunan yang diselenggarakan PMR Wira 006 MAN Model untuk
peserta PMR Madya atau PMR tingkat SMP se-Kota ini. Lomba utama
terdiri dari Pertolongan Pertama, Pasang bongkar tandu darurat, Lomba
Cerdas Tangkas, dan Lomba Perawatan Keluarga. Sementara lomba
tambahan terdiri dari Lomba foto kreasi, Lomba Kreasi Anak PMR,
Lomba Poster, Puisi, Tilawah dan Penyuluhan Bahasa Inggris.198
Kegiatan siswa baru dilaksanakan oleh para siswa yang
tergabung di dalam OSIM. Dalam upacara bendera awal tahun

196 Dokumentasi, Karakter Tanggung Jawab Peserta Didik atas sebuah Amanah, Madrasah
Aliyah Negeri Model Jambi, 2019.
197 Dokumentasi, Karakter Tanggung Jawab Peserta Didik dalam Kegiatan Hari Besar Islam,
Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 2019
198 Dokumentasi, Karakter Tanggung Jawab Peserta Didik dalam Kegiatan Perlombaan

Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, 2019

195
pelajaran 2019/2020, sekaligus dilaksanakan Upacara pembuka- an
Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (MATSAMA) MAN 1 Merangin.
Ditandai dengan penyematan tanda peserta MATSAMA. Kepala MAN
1 Merangin, Tri Sulistiyo, S.Pd., M.A mengatakan bahwa kegiatan ini
merupakan kegiatan pengenalan siswa baru terhadap lingkungan
Madrasah, baik dari segi fisik, kurikulum, kegiatan pengembangan diri,
program kerja, peraturan dan tata tertib yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan agar siswa baru tidak terkejut dan agar dapat cepat
beradaptasi dengan lingkungan belajar di MAN 1 Merangin.199
Group Hadrah MAN 1 Tanjung Jabung Barat kembali
menorehkan prestasi. Pada perlombaan Festival Beduk dan Takbir
Idhul Adha 1440 H, Group An-Najwa berhasil keluar sebagai juara II
yang dilaksanakan di Halaman Masjid Agung Al- Istiqamah ditingkat
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sebelum- nya ditahun lalu juga
berhasil menjadi juara III pada kegiatan yang sama. Muswadi, S.Ag,
M.Pd.I selaku kepala madrasah me- nuturkan rasa bangga kepada anak-
anak yang mengikuti per- lombaan tersebut, karena disamping tujuan
menyemarakan Idhul Adha, Alhamdulillah anak-anak dapat
memberikan kemampuan terbaiknya dalam perlombaan tersebut. Anak-
anak MAN memiliki sikap yang semangat untuk melihat sikap
bertanggung jawab siswa dalam meraih prestasi mendatang lebih
meningkat.200
Integrasi pendidikan karakter kedua adalah di dalam
program pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kegiatan
pembelajaran yang terlaksana baik intrakurikuler dan ko- kurikuler.
Berkut uraian hasil penelitian di Madrasah Aliyah Negeri Provinsi
Jambi:

199 Dokumentasi, Nilai Tanggung Jawab Siswa MAN dalam melaksanakan kepanitian
MATSAMA, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, 2019
200 Dokumentasi, Nilai Tanggung Jawab Siswa MAN dalam melaksanakan Kegiatan Syir

Islam d Masyarakat, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, 2019

196
Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai dokumen
kurikulum Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi, maka ditemukan
bahwa pendidikan karakter diimplementasikan di madrasah sejak awal
mulai disosialisasikan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dan hingga pada tahun ini madrasah menerapkan Kurikulum 2013.
Nilai-nilai pendidikan karakter diinternalisasikan ke dalam kurikulum
melalui kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum pendidikan
Madrasah Aliyah. Berbagai kendala yang dihadapi oleh tenaga
pendidik dalam menerapkan kebijakan pendidikan karakter pada saat
guru harus mengikuti pedoman kurikulum namun fasilitas
pembelajaran di madrasah belum lengkap sebagaimana yang
dipersyaratkan. Tenaga pendidik juga terus didorong untuk mengikuti
pelatihan dan hasilnya harus dibagikan kepada guru lain. Dari pantauan
data yang ada, setelah tenaga pendidik dikirm untuk mengikuti
kegiatan pelatihan, tidak terdapat data yang menunjukkan langkah
tindak lanjut berupa diskusi atau kerja kelompok rumpun mata
pelajaran. Informasi terhenti dan tidak disalurkan kepada tenaga
pendidik yang lain. Tenaga pendidik menunggu kembali ketika ada
instruksi dari dinas terkait untuk melakukan pembekalan. 201
Tantangan tenaga pendidik dalam menerapkan pendi-
dikan karakter yang berubah polanya pada saat terjadi perubahan
birokrasi maka kebijakan pendidikan berubah adalah selalu melakukan
upgrade atau pembaharuan pengetahuan. Guru merupakan kunci sukses
pendidikan karakter di madrasah dalam melakukan proses
pembentukan watak peserta didik. Hal ini mencakup banyak hal tentang
keteladanan seorang guru baik itu perilaku, cara berbicara, hidup
bertoleransi, berintegritas dan lain-lain yang berkaitan dengan
karakter. Keseluruhan tindak

Observasi, Dokumen Kurikulum Madrasah, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karater di


201

Dalam Kurikulum Madrasahh, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019.

197
tanduk guru di madrasah di contoh oleh peserta didik. Integrasi
pendidikan karakter ke dalam program pembelajaran diawali dengan
pembentukan kurikulum yang berisi nilai karakter sebagai pedoman
pelaksanaan seluruh rencana pembelajaran di madrasah.
Pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri Provinsi Jambi
diimplementasikan ke dalam: pertama, program madrasah sebagaimana
temuan penelitian sebelumnya. Bahwa beberapa kegiatan yang
diselenggarakan madrasah menghasilkan nilai edukasi karakter peserta
didik. Implementasi kedua adalah melalui integrasi nilai karakter ke
dalam program pembelajaran madrasah. Integrasi dilakukan dengan
melakukan internalisasi nilai karaker ke dalam kurikulum
pembelajaran.
Kurikulum madrasah dikembangkan berdasarkan musya- warah
kepala madrasah dengan seluruh guru. Sebagai bentuk sebuah
pertanggung jawaban guru dalam melaksanaka kebijakan pendidikan
nasional. Dan integrasi yang dilakukan antara kepala madrasah dan
guru melalui rapat bersama membentuk kurikulum karakter pada kelas
X sampai kelas XII. Hasil dari musywarah kepala dengan guru
ditambah dengan adanya penggunaan buku pedoman kurikulum dari
pusat menghasilkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berkarakter.
Berikut ini integrasi nilai-nilai pendidikan karakter di dalam
kurikulum pembelajaran yang diterapkan pada masing- masing mata
pelajaran di madrasah

198
Tabel Integrasi Nilai Karakter ke Dalam Kurikulum
Madrasah
No Mata Pelajaran Nilai Karakter
1 Pendidikan Agama Religius, jujur, santun, disiplin,
tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu,
percaya diri, menghargai keberagaman,
patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup
sehat, sadar akan hak dan kewajiban,
kerja keras, dan adil

2 Pendidikan Kewargaan Nasionalis, patuh pada aturan


Negara sosial, demokratis, jujur,
mengahargai keragaman, sadar akan
hak dan kewajiban diri dan orang
lain

3 Bahasa Indonesia Berfikir logis, kritis, kreatif dan


inovatif, percaya diri, bertanggung
jawab, ingin tahu, santun, nasionalis

4 Ilmu Pengetahuan Sosial Nasionalis, menghargai


keberagaman, berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan
lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur,
kerja keras

5 Ilmu Pengetahuan Alam Ingin tahu, berpikir logis, kritis,


kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya
hidup sehat, percaya diri, menghargai
keberagaman, disiplin, mandiri,
bertanggung jawab, peduli lingkungan,
cinta ilmu

6 Bahasa Inggris Menghargai keberagaman, santun,


percaya diri, mandiri, bekerja sama,
patuh pada aturan sosial
7 Seni Budaya Menghargai keberagaman,
nasionalis, dan menghargai karya
orang lain, ingin, jujur, disiplin,
demokratis

199
8 Penjasorkes Bergaya hidup sehat, kerja keras,
disiplin, jujur, percaya diri,
mandiri, mengahrgai karya dan
prestasi orang lain

9 TIK/Ketrampilan Berpikir logis, kritis, kreatif, dan


inovatif, mandiri, bertanggung jawab,
dan menghargai karya orang lain

10 Muatan Lokal Menghargai kebersamaan,


menghargai karya orang lain,
nasional, peduli

Penerapan nilai-nilai karakter di Madrasah Aliyah Negeri berada


pada semua jenis mata pelajaran. Internalisasi ini adalah hasil dari
pelatihan yang selama ini diberikan kepada tenaga pen- didik. Pada
semua mata pelajaran, telah termuat tujuan pembelajaran bernilai
karakter yaitu adanya perubahan kognitif, sikap, dan perilaku peserta
didik. Semua kegiatan pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran
yang terkait langsung dengan pembangunan mental dan moral peserta
didik, itu dimaksudkan sebagai usaha untuk membentuk sikap warga
negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa, mempererat
per- satuan dan kesatuan, menciptakan kesadaran hidup bahwa peserta
didik adalah bagian dari suatu negara, dan membangun moral bangsa
untuk memperkokoh nilai cinta terhadap tanah kelahiran. Madrasah
mengacu kepada panduan yang dikeluar- kan oleh Balitbangdiklat,
Kementerian Agama. Kepala madrasah baik Madrasah Aliyah Negeri
Model, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, dan Madrasah Aliyah Negeri
1 Kuala Tungkal dan tenaga pendidik di bawah binaan Kementrian
Agama dalam mengembangkan sistem pendidikan di madrasah.
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi telah
menerapkan kurikulum 2013, oleh karena itu internalisasi nilai- nilai
karakter ada pada kompetensi inti dan kompetensi dasar. Dalam
rangka pencapaian tujuan-tujuan pendidikan nasional,

200
tujuan penerapan pendidikan penguatan karakter, dan tujuan
pendidikan madrasah secara umum dan khusus, maka kurikulum di
madrasah terus mengalami perubahan perbaikan. Kurikulum ini acuan
bagi pelaksanaan pendidikan karakter di madrasah yang bersifat sangat
dinamis dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di
lingkungan madrasah. Kompetensi inti sebagai acuan baku dalam
proses pembelajaran diturunkan pada kompetensi dasar dan
dikembangkan dalam penentuan indikator pembelajaran. Proses
pembelajaran di madrasah memberikan edukasi nilai karakter yang
dicanangkan dalam revolusi mental. Integrasi nilai-nilai tersebut
menunjuk- kan bahwa perubahan kurikulum secara signifikan
memberikan perubahan pada proses pembelajaran dan implementasi
nilai karakter.
Berikut ini nilai-nilai karakter yang ada pada kompetensi
inti dan Kompetensi dasar mata pelajaran yang diterapkan oleh
Madrasah Aliyah Negeri Provinsi Jambi, yaitu:

Tabel Kompetensi Inti Integrasi Nilai Karakter Kelas X


No Kelas X Keterangan
1 Kompetensi Inti 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
2 Kompetensi Inti 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia

3 Kompetensi Inti 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

201
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah

4 Kompetensi Inti 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

Tabel kompetensi inti di atas bersumber dari Dokumen Kurikulum Madrasah


Aliyah Negeri di Provinsi Jambi202

Nilai-nilai karakter yang diinternalisasikan ke dalam kurikulum


pembelaran, berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa
pendidikan karakter yang ada pada madrasah memuat nilai-nilai
karakter sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Kementerian
pendidikan pada tahun 2010 yang secara umum memuat nilai dari olah
pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa atau karsa. Sebagaimana
menurut Thomas Lickona bahwa nilai karakter meliputi nilai moral
yang mengandung unsur pengetahuan, perasaan, dan aksi yang
dilakukan melalui langkah pembiasaan peserta didik di madrasah
sehingga mencapai kompetensi dan keterampilan tertentu.
Integrasi nilai karakter di atas tidak hanya untuk siswa kelas X
namun seluruh jenjang kelas XI. Sebagaimana tabel berikut ini:

202 Dokumentasi, Arsip Kurikulum Madrasah, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karater


di Dalam Kurikulum Madrasahh, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019

202
Tabel Kompetensi Inti Integrasi Nilai Karakter Kelas XI
No Kelas XI Keterangan
1 Kompetensi Inti 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
2 Kompetensi Inti 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia

3 Kompetensi Inti 3 Memahami, menerapkan, dan menjelaskan


pengetahuan faktual, konseptual, prose- dural,
dan metakognitif dalam ilmu penge- tahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk
memecahkan masalah

4 Kompetensi Inti 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajari- nya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan

Sumber: Dokumen Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi203

203 Dokumentasi, Arsip Kurikulum Madrasah, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karater


di Dalam Kurikulum Madrasahh, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019

202
Program pembelajaran kelas XII juga menjadi sasaran
implementasi pendidikan karakter. Hal ini didasarkan kepada
pertimbangan bahwa kelas XII telah mendapatkan perlakuan
pendidikan karakter pada kelas XI dan kelas XII akan menjadi lulusan
yang langsung berhubungan dengan dunia masyarakat. Integrasi
pendidikan karakter ke dalam kompetensi inti:

Tabel Kompetensi Inti Integrasi Nilai Karakter Kelas XII


No Kelas XII Keterangan
1 Kompetensi Inti 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
2 Kompetensi Inti 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta
memosisikan diri sebagai agen transformasi
masyarakat dalam
membangun peradaban bangsa dan dunia

3 Kompetensi Inti 3 Memahami, menerapkan, dan menjelaskan


pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk
memecahkan masalah

4 Kompetensi Inti 4 Mencoba, mengolah, menyaji, dan mencipta dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan
kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

Data integrasi nilai karakter pada tabel di atas Dokumen Kurikulum


Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi204

204 Dokumentasi, Arsip Kurikulum Madrasah, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karater


di Dalam Kurikulum Madrasahh, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Agustus 2019

202
Berdasarkan buku pedoman kurikulum madrasah, kompetensi
Inti merupakan operasionalisasi Standar Kelulusan dalam bentuk
kualitas yang harus dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan
pendidikan di madrasah. Gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(afektif, kognitif, dan psiko- motor) yang harus dipelajari peserta didik
di madrasah melalui mata pelajaran yang diberikan. Kompetensi Inti
yang diterapkan di madrasah menggambarkan pencapaian mutu yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Pengembangan
Kompetensi Inti mengacu pada Struktur Kurikulum. Kompetensi Inti
merupakan kompetensi yang mengikat berbagai Kompetensi Dasar ke
dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus
dipelajari peserta didik.
Kompetensi Inti dijelaskan di dalam buku pedoman
kurikulum berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi
Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi
horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar
adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau
jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi
prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan
antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah
keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran
dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi
proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling
terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1),
sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan
penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar

205
dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara
integratif di madrasah.
Berdasarkan hasil penelitian dan setelah dilakukan pengecekan
data dengan triangulasi dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi maka Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, Madrasah
Aliyah Negeri Bangko, dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal
telah menerapkan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam
beberapa mata pelajaran. Penddikan karakter yang diberikan secara
langsung melekat dengan pembahasan materi ajar. Dan terdapat pula
beberapa kegiatan yang dibuat secara terprogram sebagai salah satu
cara menanamkan nilai-nilai karakter.
Pendidikan karakter merupakan bagian inti dari sebuah sejarah
panjang mulai adanya pendidikan itu sendiri. Berbagai pendekatan
yang bersifat idealis sangat berkembang di tengah- tengah masyarakat
modern. Lembaga pendidikan khususnys Madrasah Aliyah Negeri di
Provinsi Jambi dituntut untuk mampu menumbuhkan kesadaran lulusan
atau peserta didik akan pentingnya nilai agama, nilai kebangsaan, nilai
sosial, akhlakul karimah. Lahirnya pendidikan karakter sebagai sebuah
usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual. Nilai-
nilai karakter sempat menghilang karena fokus pendidikan baik secara
nasional maupun lokal untuk menciptakan lulusan yang memiliki
kognitif yang hebat. Keterlenaan tersebut membawa produk pendidikan
ke dalam degradasi moral.
Peserta didik adalah sebuah pribadi yang unik dimana
mereka dapat tunduk terhadap aturan dan terkadang mem- berontak
untuk mendapat kebebasan. peserta didik secara kelompok ataupun
individu dapat tunduk dengan atuan agama, aturan lembaga, dan aturan
adat istiadat. Peserta didik juga menuntut sebuah kebebasan yang
dimiliki manusia untuk mengeksplorasi dirinya di tengah-tengah
pergaulan dengan teman-teman. Peserta didik dimungkinkan untuk
menghayati kebebasan dan pertumbuhannya mengatasi tuntutan fisik
dan

206
psikis semata. Secara individu peserta didik taat pada aturan yang
sifatnya mengatasi aturan hidup pribadi yang diatur dalam tata aturan
nilai-nilai moral. Pedoman nilai merupakan kriteria yang menentukan
kualitas tindakan peserta didik di madrasah maupun lingkungan
keluarga dan masyarakat.
Kegiatan madrasah yang dibuat secara terprogram untuk
menanamkan nilai karakter sebagaimana hasil temuan penelitian di atas
yaitu mengawali pertemuan di kelas dengan meng- ucapkan salam
kemudian sebelum pelajaran dimulai diawali dengan membaca doa.
Pada saat jam pelajaran berakhir mereka bersalaman dengan guru.
Beberapa kegiatan keagamaan yang dilakukan yaitu sholat dhuha
peserta didik di masjid madrasah dan shalat zhuhur berjamaah.
Penerapan pendidikan karakter pada peserta didik Madrasah
Aliyah Negeri di Provinsi Jambi sangat erat kaitannya dengan pola
manajemen yang diterapkan madrasah. Manajemen atau pengelolaan
lembaga madrasah yang dimaksud berupa perencanaan implementasi
pendidikan karakter, bagaimana strategi yang tepat untuk menerapkan
pendidikan karakter pada peserta didik, dan apa saja jenis-jenis
kegiatan di Madrasah Aliyah Negeri Jambi yang menunjang dan
memadai untuk mengembangkan pendidikan karakter. Beberapa
elemen pen- didikan yang terkait dalam pengelolaan pendidikan
karakter diantaranya adalah memasukan nilai-nilai karakter di dalam
muatan kurikulum madrasah. Nilai-nilai karakter apa saja yang akan
ditanamkan diuraikan dalam mata pelajaran agama dan
kewarganegaraan. Sehingga proses pembelajaran yang diseleng-
garakan madrasah sudah memuat nilai karakter.
Pemberian materi pendidikan agama di Madrasah Aliyah Negeri
Provinsi Jambi menjadi mata pelajaran wajib yang harus dijalankan
oleh seluruh lembaga madrasah. Pendidikan agama Islam menjadi
bagian dari kurikulum nasional yang masuk dalam kategori kurikulum
dasar. Nilai-nilai karakter religius

207
dipelajari dalam setiap pertemuan pembelajaran untuk memasti- kan
peserta didik mampu menerima secara teoretik maupun
melaksanakannya secara praktik nilai- nilai yang sudah diajarkan.
Tujuan pendidikan karakter ini adalah menjadikan perserta didik
sebagai lulusan yang kelak memiliki kemampuan untuk mampu
mengatasi permasalahan kehidupan dengan bijak atau sebagai seorang
problem solver yang mampu menyeim- bangkan pengetahuan moral,
perasaan moral, serta kompetensi, kemampuan, dan kebiasaannya
berazaskan kepada aksi moral keagamaan dan kenegaraan. Perjuangan
pendidikan pada saat ini tidak lagi mengejar nilai-nilai angka dalam
buku lapor yang belum menggambar deskripsi sebuah kehidupan,
namun secara lebih massie mengubah orientasi pendidikan pada
kecakapan hidup menghadapi tantangan seperti di dunia nyata. Peserta
didik akan lebih terlatih kemampuannya dalam mengatasi masalah
yang timbul pada diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar, dan
fenomena lingkungan sekitar.
Menurut Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Heritage
Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter, yakni:
1. Moral Knowing : Memahamkan dengan baik pada anak tentang
arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa
berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik.
2. Moral Feeling : Membangun kecintaan berperilaku baik pada
anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku
baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
3. Moral Action : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi
tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua
tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang- ulang agar
menjadi moralbehavior.205

Mansyur Ramli. Pelaksanaan Pendidikan Karakter. (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
205

2011), hlm. 1

208
Dengan melalui tiga tahap tersebut, prose pembentukan karakter
akan menjadi lebih mengena dan peserta didik akan berbuat baik
karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri. Pendidikan
karakter yang diimplementasikan Madrasah Aliyah Negeri Model
Jambi, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Madrasah Aliyah
Negeri Bangko, adalah bagian dari pendidikan akhlaq sebagai sebuah
paradigma pendidikan Islam. Pendidikan karakter telah ada sebelum
dirumuskan dengan istilah Pendidikan Kurikulum berbasis kompetensi
atau KBK, kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP, dan
kurikulum 2013 atau K-13. Hanya saja istilah pendidkan karakter
menjadi begitu sangat populer ketika dikemas menjadi rumusan
kurikulum pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan
untuk meninggikan marwah bangsa diantara bangsa-bangsa lainnya,
akan tetapi marwah bangsa yang mulia adalah bangsa yang mana
masyarakatnya memiliki keseimbang- an kehidupan antara ruhani dan
jasmani, dunia dan akhirat tanpa ada ketimpangan. Pendidikan karakter
menyeimbangkan kemandirian peserta didik sebagai bagian dari masa
depan bangsa dan juga kuat pendirian agamanya sebagai lulusan
pendidikan yang bermutu.
Pola pendidikan di berbagai daerah termasuk Jambi tidak
hanya mengembangkan pola pendidikan yang berfokus dalam
peningkatan aspek kognitif dan keterampilan peserta belaka, sistem
pendidikan sekarang dibentuk dengan formasi penguatan pendidikan
karakter yang mengandung nilai-nilai sosial, nilai spiritual dan
lingkungan. Hasil dari pendidikan liberal membuat banyak orang-orang
kaya yang akhirnya mengalami stress berat. Tingkat stress tersebut
diakibatkan karena mereka sudah memiliki banyak harta yang
melimpah namun tidak daat mene- mukan kebahagian, hidup dalam
keadaan tertekan, takut, dan khawatir akan kehilangan harta mereka
dan ancaman tindakan kejahatan. Dalam rangka menemukan
kebahagian yang hakiki maka sistem pendidikan karakter berazaskan
nilai-nilai Islam

209
menawarkan solusi atas ketidakseimbangan kehidupan itu melalui
mempelajari dan mengamalkan nilai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
saw. Oleh karena itu pendidikan karakter yang diimplementasikan di
madrasah adalah pendidikan yang berlandas pada ajaran Islam.
Implementasi ketiga adalah integrasi pendidikan karakter
dengan budaya madrasah. Internalisasi nilai-nilai karakter yang
dilakukan oleh Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Jambi di dalam
budaya madrasah memiliki kekhususan dan ciri khas masing-masing
lembaga. Madrasah mempunyai sebuah karak- teristik budaya tertentu
yang dikembangkan berdasarkan hasil dari musyawarah seluruh
anggota madrasah. Budaya yang diterapkan menjunjung tinggi nilai
agama, nilai kebangsaan, dan nilai akademisi sebagai sebuah lembaga
pendidikan Islam yang harus berkualitas. Budaya dibentuk sebagai
cerminan kebiasaan atau rutinitas yang dilakukan sehari-hari di
madrasah dan dipatuhi oleh seluruh warga madrasah. Budaya sebagai
nilai atas kesepakatan bersama untuk pedoman aturan bersama warga
madrasah.
Budaya madrasah berisi nilai-nilai pendidikan karakter
sebagai sebuah upaya normatif dalam membentuk identitas lulusan.
Sehingga peserta didik berada pada lingkungan belajar yang mengacu
pada nilai-nilai akhlakul karimah yang ada pada norma agama,
kehidupan bangsa, dan kehidupan sosial. Pena- naman nilai-nilai
tersebut dilakukan melalui peran transfer pengetahuan secara lisan,
tulisan, dan juga fisik dalam pendi- dikan baik aspek kognitif, sikap,
maupun keterampilan.
Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi memiliki budaya
madrasah yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh warga
madrasah, tidak hanya diberlakukan kepada peserta didik namun juga
diberlakukan kepada guru dan pegawai. Budaya madrasah diterapkan
oleh seluruh komponen dengan tujuan agar menjadi jati diri yang harus
selalu diingat dan dijaga bersama. Budaya Madrasah Aliyah Negeri
Model Jambi

210
bersumber dari budaya disiplin dan budaya malu. Disiplin akan waktu,
disiplin aturan, disiplin tugas. Sedangkan budaya malu
diimplementasikan agar seluruh warga madrasah merasa malu jika
tidak berprestasi, tidak memiliki komitmen yang tinggi, dan tidak
mengikuti aturan madrasah yang berlaku.
Integrasi nilai-nilai karakter di dalam budaya madrasah
diuraikan sebagai berikut:

D= Datang tepat waktu


I = Isi daftar hadir
S = Segera laksanakan tugas
I = Izin bila tidak masuk
P = Patuhi semua peraturan
Budaya Disiplin L = Laporkan hasil kerja
I = Instruksi harus dilaksanakan
N = Norma-norma jangan
dilanggar

Budaya MAN 1. Aku malu datang terlambat


Model Jambi 2. Aku malu pulang lebih awal
3. Aku malu tidak masuk kerja
4. Aku malu terlalu sering minta
Budaya Malu izin
5. Aku malu berpakaian tidak
sesuai aturan
6. Aku malu tidak mempunyai
program
7. Aku malu pekerjaan terbengkalai
8. Aku malu bekerja tanpa
Gambar Budaya Madrasah Aliyah Negeri (MAN)jawaban
pertanggung Model
9. Aku malu bila tempat kerjanya
Jambi 206 kotor
10. Aku malu tidak bertata krama dan
sopan santun
Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa budaya
Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi mengutamakan budaya disiplin
terhadap peraturan madrasah dan segala bentuk instruksi kegiatan baik
dari kepala madrasah, wakil kepala, guru,

206 Observasi, Budaya Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, September 2019.

211
tenaga kependidikan yang diberikan kepada rekan kerja sejawat dan
peserta didik. Budaya malu yang ditunjukkan adalah sikap kesadaran
bahwa tidak layaknya sebuah pelanggaran baik aturan, tata krama
terhadap orang lain, maupun pertanggung jawaban atas sebuah
pekerjaan.
Berikut ini budaya Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal
Jambi:

212
Budaya MAN 1
Kuala Tungkal

Budaya 10 K Budaya Malu

1. Keimanan
Aku Malu Jika:
2. Kebersihan
1. Terlambat masuk kerja
3. Ketertiban
(Disiplin kerja)
4. Kesehatan
2. Tidak mengikuti apel upacara
5. Keindahan
3. Tidak Masuk Kerja tanpa
6. Kekeluargaan alasan
7. Kesejahteraan 4. Sering minta izin tidak masuk
8. Keterbukaan 5. Bekerja tanpa program
9. Keteladanan 6. Pulang sebelum waktunya
10. Kenyamanan 7. sering meninggalkan waktu
kerja tanpa alasan penting
8. bekerja tanpa tanggung
10 Budaya Malu: jawab
1. Malu karena datang terlambat atau 9.Pekerjaan terbengkalai
cepat pulang 10. Berpakaian tidak rapi dan
2. Malu melihat rekan tanpa atribut
sibuk melakukan aktivitas
3. Malu hanya menuntut hak tidak
tahu tentang kewajiban
4. Malu karena kerja selalu salah
5. Malu karena bekerja tidak sesuai
dengan aturan
6. Malu karena bekerja tidak
berprestasi
7. Malu karena tugas tidak
terlaksana/selesai tepat waktu
8. Malu berprilaku dan bicara
tidak sopan
9. Malu tidak bertegur sapa sesama
rekan
10. Malu tidak berperan aktif
dalam mewujudkan kebersihan
dan keindahan lingkungan

Gambar 4.3 Budaya Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal

213
Budaya pada Madrasah Aliyah Negeri Bangko yang diterapkan
diuraikan sebagai berikut:

5 Budaya MAN Bangko

Integritas: keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik da
Profesionalitas: disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil terbaik
Inovasi: menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih ba
Tanggung jawab: bekerja secara tuntas dan konsekuen
Keteladanan: menjadi contoh yang baik bagi orang lain

Budaya 5S : Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun

Sekolah ramah anak dalam rutinitas OCD (Outdoor Classroom Day)

Wajib membaca Al-Qur'an selama 15 menit sebelum memulai pembelajara

Gambar Budaya Madrasah Aliyah Negeri Bangko207

207207 Observasi, Budaya Madrasah Aliyah Negeri Bangko, September 2019.

214
Tabel Matriks Implementasi Pendidikan Karakter di
Madrasah Aliyah Negeri Provinsi Jambi
Standar Nasional MAN MAN MAN 1
No
18 Karakter Model Bangko K.Tungkal
1 Religius √ √ √
2 Jujur √ √ √
3 Toleransi √ - -
4 Disiplin √ √ √
5 Kerjakeras √ √ √
6 Kreatif √ √ √
7 Mandiri √ √ -
8 Demokratis √ √ √
9 Rasa ingin tahu √ - -
10 Semangat kebangsaan √ √ √
11 Cinta tanah air √ √ √
12 Menghargai prestasi √ - √
13 Bersahabat/ √ √ -
komunikatif
14 Cinta damai √ √ √
15 Gemar membaca √ √ -
16 Peduli lingkungan √ √ -
17 Peduli sosial √ √ √
18 Tanggungjawab √ √ √

D. Implementasi Kebijakan Nasional Belum Mampu


Mencapai Standar Pendidikan Karakter di Madrasah
Aliyah di Provinsi Jambi
Implementasi kebijakan nasional untuk mencapai standar
pendidikan karakter yang sebenarnya tidaklah mudah. Banyak berbagai
faktor yang mempengaruhi optimalisasi penerapan pendidikan karakter
di Madrasah Aliyah di Provinsi Jambi. Terdapat faktor-faktor yang
menjadi pendukung implementasi pendidikan karakter dan terdapat
pula faktor penghambatnya. Faktor eksternal atau internal madrasah
memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik di
madrasah. Sebuah totalitas pencapaian program pendidikan
karakter

215
tergantung kepada sumber daya manusia, sumber daya lingkungan,
dukungan birokrasi baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Madrasah telah melaksanakan kebijakan pendidikan karakter
dengan metode memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam
kurikulum pendidikan di madrasah. Madrasah Aliyah Negeri Model
Jambi, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Madrasah Aliyah Negeri 1
Kuala Tungkal telah meng- gunakan kurikulum 2013 sebagai pedoman
kurikulum madrasah sehingga setiap kompetensi inti mengandung
nilai-nilai karakter pada tiap-tiap mata pelajaran. Semua jenis mata
pelajaran dan kegiatan madrasah dirancang untuk mencapai tujuan nilai
karakter. Kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, LCC,
Drumband, dan Karate.
Madrasah miliki potensi khas masing-masing Madrasah Aliyah
Negeri Model Jambi memiliki potensi sistem pendidikan yang
memfasilitasi peserta didik untuk tinggal di asrama. Di asrama peserta
didik diberi pembekalan pembelajaran bahasa asing dan penambahan
pelajaran agama. Madrasah Aliyah Negeri Bangko berada pada
wilayah strategis yaitu lintas yang berbatasan dengan Sumatera Barat
yang dapat menyerap peserta didik dari daerah luar Bangko. Madrasah
tersebut juga berada pada letak geografis yang sangat strategis dimana
terkandung batu tertua di dunia sebagai wisata alam dan delta gunung
masurai sebagai penghubung sumatera dengan pulau jawa yang
kembali ditemukan pada tahun 2019 setelah melalui proses penelitian
dua tahun. Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal juga memiliki
potensi lingkungan berupa wisata kelautan yang menghubungkan
Kualata tungkal dengan pulau-pulau di perbatasan provinsi Riau,
Kepulauan Riau atau Batam, dan pelabuhan tersebut menjangkau
sampai ke Singapura dan Malaysia. Aktivitas masyarakat di sekitar
madrasah sangat beragam dan juga sangat releigius. Namun
tantangannya juga sangat besar, karena tidak jauh dari pelabuhan
terdapat salah

216
satu tempat yang terkenal sebagai tempat kegiatan free sex. Madrasah
juga dikelilingi oleh pesantren salafiyah yang terbesar di Jambi. 208
Berbagai masalah yang dihadapi dalam implementasi kebijakan
pendidikan karakter pada Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi
diantaranya yaitu:
Pertama, perubahan kurikulum dan pergantian konten kurikulum
di Madrasah Aliyah Negeri.209 Pada tahap imple- mentasi kebijakan
nasional pendidikan karakter, pemerintah telah melakukan revisi
kurikulum secara nasional berkali-kali. Sejak tahun 2010 dicanangkan
pendidikan karakter masuk dalam Rencana Aksi Nasional pada saat itu
masih menggunakan KTSP dan kemudian berubah kembali menjadi
Kurikulum 2013 dan pada tahun 2016 nilai-nilai dimasukkan dalam
kurikulum tantap merubah dasar kurikulum namun dibuat menjadi
sebuah integrasi kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara konten dan
metode juga ikut berubah. Kurikulum yang menekankan akan
pentingnya nilai-nilai karakter diterapkan dalam pembelajaran.
Langkah seperti ini masih terlihat belum optimal mengingat bahwa
perubahan kurikulum akan merubahn konten pem- belajaran dan akan
membutuhkan waktu lama untuk melakukan penyesuaian karena
tenaga pendidik harus merubah perencana- an pembelajaran secara
adminsitratif perangkat pembelajaran maupun praktik pembelajaran
bersama peserta didik. Sebuah nilai toleransi pda diri peserta didik juga
perlahan terkikis tanpa adanya praktik pembelajaran secara langsung
pada dunia real peserta didik.
Kedua, tanggung jawab tenaga pendidik di dalam
madrasah masih fokus pada kognitif. Keseriusan pelaksana

208 Observasi, Potensi Lingkungan Madrasah, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi,
Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Agustus
2019.
209 Observasi, Perubahan Kurikulum Pendidikan Karakter, Madrasah Aliyah Negeri Model

Jambi, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal,
Agustus 2019.

217
pendidikan dalam hal ini tenaga pendidik masih belum maksimal. 210
Pembelajaran di madrasah masih menitik beratkan peserta didik kepada
kemampuan kognitif saja. Orientasi pembelajaran masih banyak
dipengaruhi oleh nilai rapor bukan internalisasi karakter itu sendiri.
Lebih parah lagi, dikotomi mata pelajaran eksakta dan sosial-bahasa
menambah keruh rekam jejak pendidikan selama ini. Setiap sekolah
lebih mementingkan rasa gengsi mereka untuk meluluskan anak
didiknya dalam memasuki PTN favorit. Tentu ini hal yang baik namun
tendensius melupakan tujuan utama pendidikan, yaitu character
building.
Peran guru di Madrasah Aliyah Negeri Provinsi Jambi itu penuh
dengan tanggung jawab yang sering lepas dari peran sebagai pendidik.
Beban jam mengajar yang cukup tinggi, 24 jam untuk mendapatkan
status guru bersertifikat, belum lagi koreksi, penanggung jawab ini dan
itu. Tenaga dan waktu bisa habis terkurang termasuk tenaga. Masih
juga tanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler, yang akan menggerus
tenaga dan waktu, apalagi memikirkan karakter peserta didik, mungkin
karakter- nya sendiri saja tidak bisa diyakini kualitasnya. Belum lagi
jika masih memberi les baik resmi di sekolah atau di luar. Jelas makin
habis segalanya. Beban kurikulum yang begitu tinggi, susah juga untuk
guru bisa menyelipkan salah satu atau beberapa tema mengenai
karakter. Tidak akan nutug jika harus ditambah dengan pendidikan
tambahan, apalagi untuk pelajaran yang memang "lepas" dari
humaniora, seperti matematika, fisika, dan seterusnya.
Ketiga, ketidakpahaman pelaksana kebijakan dan sasaran
kebijakan atas apa yang dimaksud dan diprioritaskan dengan inti
pendidikan karakter.211 Keberhasilan pendidikan karakter

210 Observasi, Tanggung Jawab Tenaga Pendidik dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan
Karakter, Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi, Madrasah Aliyah Negeri Bangko,
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala Tungkal, Agustus 2019
211 Observasi, Pemahaman Kepala Madrasah, Tenaga Pendidik, dan Peserta Didik dalamm

Menerima dan Menerapkan Pendidikan Karakter, Madrasah Aliyah

218
tergantung kepada bagaimana pelaku utama, fasilitator, dan yang
memegang kunci kebijakan memiliki kondisi yang tidak mudah.
Kegamangan mau apa dengan pendidikan karakter juga sangat besar.
Begitu booming disuarakan mengenai berperilaku jujur, namun para
pembuat kebijakan melakukan perilaku yang tidak patut ditiru oleh
generasi seperti peserta didik. Sehingga tatanan pendidikan mengalami
guncangan pada saat sistem birokrasi juga sedang labil. Ujung tombak
keberhasilan pen- didikan karakter berada pada lingkup madrasah, oleh
karena itu seluruh elemen madrasah harus memahami bagaimana
esensi pendidikan karakter. Namun pada kenyataan banyak tontonan
baik hiburan dan berita tidak memberikan cerminan nilai-nilai karakter
yang diharapkan. Sedangkan peserta didik, guru, bahkan kepala
madrasah selalu mengikuti tontotan di televisi maupun di media sosial.
Terjadi banyak tindakan kriminal yang para pelakunya seolah-olah
biasa melakukan perbuatan di luar moral. Peserta didik justru
mendapatkan pelajaran konkret, fakta, pengalaman, dan bukan terori di
madrasah yang dibuihkan tenaga pendidik.
Keempat, belum maksimalnya kegiatan pelatihan dan
penyegaran kemampuan dan keterampilan guru. Tenaga pendidik harus
menjadi inovatif, inspiratif, adaptif, transfor- matif, dan visioner agar
mampu mengimplementasikan pen- didikan karakter dengan tepat.
Tenaga pendidik dituntut memiliki kualifikasi pendidik, apalagi
pendidikan karakter sangat minim, memang banyak wadah dan
kegiatan untuk itu, tapi apakah bisa dilakukan dengan baik dan
maksimal, melihat point pertama tersebut. Misalnya dilakukan pada
hari Minggu atau libur, jelas sangat tidak efektif dan efisien, karena itu
waktu untuk keluarga dan tentu sangat susah untuk melakukan
pelatihan dan penyegaran. Waktu mereka untuk keluarga dan
masyarakat makin minim.

Negeri Model Jambi, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kuala
Tungkal, Agustus 2019

219
Kelima, perilaku kekerasan dan tindakan di luar moral agama
dan budaya karena latar belakang keluarga yang kurang perhatian
terhadap perkembangan anak. Pendidikan di madra- sah pernah
diwarnai oleh tindakan kekerasan yang dilakukan peserta didik baik
anak laki-laki maupun perempuan bersifat fisik maupun psikis.
Tindakan menghina atau bullying yang jelas-jelas melanggar norma
kerap kali dilakukan dan menjadi hal biasa atau lumrah di kalangan
peserta didik. hilangnya toleransi dan empati terhadap orang lain
didominasi oleh lingkungan madrasah yang lemah kontrol pendidikan
dan orang tuanya. Langkah yang harus dilakukan adalah memperbaiki
dari pihak keluarga. Ruang lingkup pendidikan karakter pertama kali
tentu harus ditanam melalui sebuah keluarga. Sebagai sekolah pertama
bagi seorang anak, keluarga yang diperankan utamanya oleh kedua
orang tua memiliki posisi sentral dalam meng- introduksi seorang anak
kepada pendidikan karakter.
Keenam, Pendidikan karakter erat hubungannya dengan
nilai-nilai agama di tengah masyarakat yang masyarakat sendiri berada
pada tipologi yang tidak berkembang. Sedangkan tipologi masyarakat
dalam memahami pendidikan karakter terbagi menjadi tiga kelas yaitu
kelompok bawah, menengah, dan atas. Kelompok bawah, mereka pada
dasarnya tidak paham apa dan bagaimana pendidikan karakter ini.
Mereka pun tidak ambil pusing untuk mengetahuinya. Ini terjadi
karena kelompok bawah lebih mementingkan roda ekonomi keluarga
yang belum mapan sehingga pendidikan karakter bagi anak mereka
terlupa- kan. Dengan tipe keluarga seperti ini proses pengenalan pen-
didikan karakter dalam internal keluarga tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Kedua, lingkungan. lingkungan berperan besar dalam
pembentukan karakter seorang anak. Betapapun bagusnya sebuah
keluarga dalam mengajarkan pendidikan karakter di rumah namun jika
lingkungan anak tersebut tidak mendukung, sudah pasti proses ini akan
gagal.

220
Madrasah Aliyah Negeri di Provinsi Jambi adalah sebuah
lembaga yang memiliki keterbukaan akses darimanapun dan kepanpun.
Berbagai macam informasi masuk dan dikonsumsi oleh seluruh warga
madrasah. nilai postifnya semua elemen madrasah akan mengikuti
informasi terkini dan terbaru dalam pendidikan dan luar pendidikan.
Akan tetapi kemampuan meng- analisa dan menyaring informasi
tersebut masih belum dimiliki peserta didik. Dalam hal ini, informasi
yang telah dikonsumsi dengan tanpa adanya kemampuan mengkritisi
akan menjadi karakter bagi seorang anak yang membentuk
kepribadiannya.
Pemerintah masih perlu bekerja keras membangun iklim
pendidikan yang ideal bagi penanaman karakter yang telah lama
dicanangkan dalam kurikulum sekolah selama ini. Seperti yang saya
awali dalam pembuka tulisan di atas bahwa implementasi pendidikan
karakter di Indonesia mungkin bisa, tapi sulit. Hal- hal yang masih
belum selesai perlu terus didiskusikan bersama agar tujuan pendidikan
karakter bisa tercapai dan kasus-kasus negatif dalam dunia pendidikan
tidak lagi ada.
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki
implementasi kebijakan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah
Negeri di Provinsi Jambi ialah menyelenggarakan pendidikan dengan
mengikuti prinsip integrasi pendidikan karakter, lem- baga pendidikan,
birokrasi pendidikan, dan lingkungan pen- didikan. Prinsip tersebut
terdiri dari: Prinsip yang pertama menetapkan bahwa mekanisme
pengelolaan diatur dengan undang – undang dan peraturan –
peraturan. Prinsip kedua mengindikasikan bahwa sistem administrasi
pendidikan harus dibangun berdasarkan consensus nasional dan
mencerminkan kebutuhan masyarakat dalam membuat formulasi
kebijakan pendidikan dan prosesnya. Prinsip ketiga menjamin bahwa
ke- wenangan pendidikan harus independen dan tidak dipengaruhi dan
diinterfensi oleh kekuatan politik. Prinsip keempat mengindikasikan
bahwa pemegang kewenangan pusat dan lokal mempunyai tanggung
jawab untuk menyediakan kesempatan

221
pendidikan yang sama bagi semua dengan menyediakan fasilitas-
fasilitas pendidikan yang cukup untuk mencapai tujuan pendidikan.
Prinsip kelima menyatakan bahwa pendidikan harus dikelola
berdasarkan otonomi pemerintah lokal karena pendidikan merupakan
fungsi dari pemerintah lokal.
Sistem pendidikan sekarang ini masih kurang efisien. Hal ini
tampak dari banyaknya anak yang drop-out, banyak anak yang belum
dapat pelayanan pendidikan, banyak anak yang tinggal kelas, dan
kurang dapat pelayanan yang semestinya bagi anak-anak yang lemah
maupun yang luar biasa cerdas dan genius. Masalah efisiensi
pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikn
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan
efisiensinya tinggi.
Perbaikan sistem pelaksana kebijakan pendidikan karakter
sangat penting. Hal tersebut diawali dengan cara sederhana sekolah
diharuskan untuk memperhatikan latar belakang keluarga peserta didik
ketika membuat ketentuan juga nilai. Tidak hanya sisi nilai kognitif di
lapor namun afektif dan informasi mengenai keluarga. Kunci dari
pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan watak atau karakter
peserta didik untuk menggali potensi diri dan membangun kesadaran
sebagai warga Negara yang didasarkan Pancasila pada masya- rakat
Indonesia yang penuh keragaman. Namun demikian, perkembangan
saat ini usaha-usaha pencapaian tersebut meng- hadapi tantangan-
tantangan yang serius
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter dibuat mulai dari
pemerintah pusat sampai ke tataran keluarga. Ini me- nunjukkan bahwa
pelaksanaan pendidikan karakter harus men- dapatkan dukungan dari
semua pihak. Strategi yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan
pendidikan karakter dimulai dari pemerintah pusat dengan
kebijakannya tentang pelaksanaan pendidikan karakter, strategi dari
pengalaman praktisi seperti yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri
Provinsi Jambi. Dan

222
pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan ko-kuri- kulum
dan ekstrakurikuler seperti, pramuka, PMR, dan sebagai- nya. Strategi
tersebut merupakan satu kesatuan yang saling menguatkan, yaitu:
kebijakan dari pemerintah pusat yang lebih bersifat intervensi,
pelaksana pada tataran lembaga Madrasah yang lebih bersifat
pemberian nilai praktis dan habituasi, serta integrasi program. Maka
implementasinya akan berhasil ddalam integrasi pada kegiatan
pembelajaran di kelas, pengembangan budaya madrasah, kegiatan ko-
kurikuler, dan ekstrakurikuler.
Kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
pendidikan karakter di madrasah melibatkan semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-
komponen pendidikan itu sendiri yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-
kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pem- biayaan dan ethos
kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan
karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendi- dikan harus berkarakter. Keterpaduan
pengelolaan pendidikan harus tampak diantara semua unsur dan unit,
baik antar madrasah negeri maupun swasta, antara lembaga dan unit
jajaran depertemen pendidikan dan kebudayaan.

223
Tabel Matriks Faktor Pendorong (FP) dan Faktor Hambatan
(FH) Implementasi Pendidikan Karakter di MAN Provinsi
Jambi
No Faktor FP FH MAN MAN MAN
Model Bangko 1 K.T
1 Integrasi Kurikulum
a Perubahan - Berubah √ √ √
kurikulum sistem
b Pergantian konten Inovasi Berubah √ √ √
kurikulum isi
c Musyawarah Integrasi - √ √ √
kurikulum kepala
madrasah dan guru
2 Integrasi beban kerja
guru
a Tanggung jawab Adaptif Fokus √ √ √
kognitif
b Komunikasi - Lambat √ √ √
perubahan kabijakan

c Pelatihan Kurang √ √ √
maksimal
d Penyegaran Update - √ √ √
keterampilan guru
3 Internalisasi
lingkungan
a Dukungan orang tua Kooperatif Tidak √ √ √
Peduli
b Tipologi Agamis Warga √ √ √
Masyarakat Pergaulan
bebas
4 Integrasi Interaksi - √ √ √
pembelajaran sesama siswa
dan guru
5 Kegiatan Aktivitas Waktu √ √ √
intrakurikuler belajar siswa terbatas
di kelas
6 Kegiatan Kreativitas - √ √ √
kokurikuler guru
7 Kegiatan Potensi - √ √ √
ekstrakurikuler Anak

224
DAFTAR PUSTAKA
Aan Jaelani. Reaktualisasi pemikiran Al-Mawardi tentang Kebijakan
Publik, (Disertasi). Sekolah Pascasarjana UIN Syahid Jakarta.
2016.

Abd Madjid. Analisis Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Samudra


Biru, 2018.

Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan


Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2010.

Abdullah Idi dan Safarina. Etika Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan


Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Agus Wibowo. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra; Internalisasi


Nilai-nilai Karakter melalui pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013.

Agus Wibowo. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah: Konsep


dan Praktik Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Ahmadi bin Husain bi Ali bin Musa al Husru al Jaudi al Hurotomi,


Muhammad Abdul Qodir ‘Atha, Assunan Al Kubro. Lebanon,
Beirut: Darul Kutub al Ilmiah, 2003.

Ahmad Sulhan. Manajemen Pendidikan Karakter dalam Mewujudkan


Mutu Lulusan (Studi Multikasus di MA Dakwah Islamiyah Putri
Kediri Lombok Barat dan SMAN 2 Mataram), Disertasi. PPs
UIN Maulana Malik Ibrahim. 2015.

Akdon. Strategic Management for Educational Management.


Bandung: Alfabeta, 2011.

Alfi Syura. Situasi Sosial yang Mempengaruhi Tingkahlaku Manusia.


Yogyakarta: Kreasi tanpa Henti, 2010.

225
Ali Masykur Musa. Politik Anggaran Pendidikan Pasca Perubahan
UUD 1945. Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi, 2009.

Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo


persada, 2009.

Beni Ahmad Saebani. Metode Penelitian. Bandung : Pustaka Setia,


2008.

Charles Whiting. Berpikir Kreatif dalam Bidang Manajemen.


Bandung: Tarsito, 2012.

Cornelis A. de Kluyver dan John A. Pearce II. Strategic Management:


An Executive Perspective. New York: Business Expert Press,
LLC, 2015.
Darmiyati Zuchdi. Humanisasi Pendidikan – Menemukan kembali
Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta : Bumi Aksara, 2010.

Darwanto. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.


Yogyakarta: Gaya Media, 2013.

Daryanto. Administrasi dan Manajemen Sekolah: Untuk Mahasiswa,


Guru, dan Peserta Kuliah Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.

Dedi Mulyasana. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2012.

Djamán Satori,dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :


Alfabeta, 2012.

Donald Ary. Introduction to Research in Education. USA :


Wadsworth, 2010.

Durri Andriani,dkk. Metode Penelitian. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka, 2013.

226
E. Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
2011.

Emzir. Metode Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta : Rajawali


press, 2012.

Eugene Bardach, A Practical Guide for Policy Analysis: The Eightfold


Path to More Effective Problem Solving. New York: Seven
Bridges Press, 2000.

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa. Kinerja dan Profesionalisme


Kepala Sekolah: Membangun Sekolah yang Bermutu. Bandung:
Alfabeta, 2013.

Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali, 2012.

Heri Gunawan. Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi.


Bandung: Alfabeta, 2017.

Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian


Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Irwan Prayitno, http://irwan-prayitno.com/2015/11/ pendidikan-


karakter-solusi-atasi-masalah-moral/19 November 2015.

Iskanda. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gp Press. 2009.

Jejen Mustafah. Manajemen Pendidikan “Teori, Kebijakan, Praktik”.


Jakarta: Kencana, 2015.

Joseph Zajda dan Macleans A. Geo-JaJa. The Politics of Education


Reforms. New York: Springer, 2010.

Juliansyah Noor. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan


Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2011.

227
Katerina Petchko. How to Write about Economics and Public Policy.
Japan: Academic Press, Elsevier, 2018.

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda


Karya, 2010.

M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta Pusat: Lentera hati, 2002.

Misbahudin dan Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan


Statistik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Muchlas samani. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2013.

Muhammad Abdurrahman. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak


Mulia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016.

Muhamad Bari Baihaqi, http://www.neraca.co.id/article/


97888/hambatan-dalam-implementasi-pendidikan- karakter,
Sabtu, 03 Maret 2018.

Muhammad Nashiruddin Al-Baini. Ringkasan Shahih Bukhari, (terj).


Jakarta: Gema Insani Press, 2010.

Muhammad Rohman dan Sofan Amri. Manajemen Pendidikan:


Analisis dan Solusi terhadap Kinerja Manajemen Kelas dan
Strategi Pengajaran yang Efektif. Jakarta: Pustaka Prestasi,
2012.

Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta :


Referensi, 2013.

Mukhtar dkk. Pengelolaan Madrasah Bermutu. Jambi: Salim Media


Indonesia, 2017.

Mukhtar dkk. Analisis Kebijakan Pendidikan: Standar Kompetensi


Manajerial Kepala Sekolah/Madrasah. Jambi: Salim, 2018.

228
Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada Pers, 2009.

Ninik Ratnawati. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar


Cita Hati West Campus, Sekolah dasar Gloria Pasar Surabaya,
dan Sekolah dasar Petra Kediri). Disertasi. PPs UIN Surabaya
tahun 2017.

Nanang Fatah. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2013.

Norman K Denzim. Handbook of Qualitatif Research. New Delhi :


Sage Publication, 2009.

Novan A Wiyani. Membumikan Pendidikan Karakter di Sekolah


Dasar; Konsep dan Strategi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Nucci L dan Narvaez D. Handbook of Moral and Character Education.


New York : Routledge, 2008.

Nusa Putra. Metodologi Penelitian Kebijakan. Bandung: Remaja


Rosdakaryal, 2012.

Patricia A Adler & Peter Adler. Teknik-teknik Observasi dalam


Norman K Denzim & Yvonna S Lincoln, Handbook of
Qualitative Research, terjemahan Dariyatno, dkk. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011.

Pupuh faturrohman dan M Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar


Melalui Penanaman Konsep Umum dan Khusus. Bandun:
Refika Aditama, 2012.

Riant D Nugroho, Kebijakan Publik Evaluasi: Implementasi dan


Evaluasi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003) Lihat Juga:
Subarsono, Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.

229
Riduwan. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika: untuk Pene-
litian Administrasi Pendidikan, Bisnis, Pemerintahan, Sosial,
Kebijakan, Ekonomi, Hukum, Manajemen, dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta, 2010.

Robert W. Hefner. Making modern Muslims: the politics of Islamic


education in Southeast Asia. USA: University of Hawai‘i,
2009.

Rohinah M. Noor. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra: Solusi


Pendidikan Moral yang Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2017.

Ruba Khoury. Character Education as a Bridge from Elementary to


Middle School: A Case Study of Effective Practices and
Processes (California State Polytechnic University, Pomona,
U.S.A), Volume 8, Number 2, Fall 2017 ISSN: 1934-9726.

Rusdiana dan Moch Irfan. Sistem Informasi Manajemen. Bandung:


Pustaka Setia, 2014.

Saifuddin Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2013.

Sanafiah Faisal. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi.


Malang: Ya3, 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian dan Pengembangan: Research and


Development/ R&d. Bandung: Alfabeta, 2015.

. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:


Alfabeta, 2010.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sulaiman Joesoef. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2012.

230
SumadiSuryabrata. Metodologi penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2011.

Suprihatin. Pendidikan Budi Pekerti, Jurnal Penelitian Pendidikan


Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Ilmu- ilmu
Pendidikan. Vol.2 No. 1.

Suyadi. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2015.

Syaiful Sagala. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan: Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan
Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah.
Bandung: Alfabeta, 2011.

Thomas Lickona. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik


Siswa Menjadi Pintar dan Baik, terjemahan Lita S. Bandung:
Nusa Media, 2014.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan


Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an. Al-Qur’an Tiga


Bahasa. Depok: Al-Huda, 2009.

Yoyon Bachtiar Irianto. Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta:


RajaGrafindo Persada, 2012.

Zubaedi, Desain Penddikan Karakter, (Jakarta : Kencana, 2011). Hlm.


74-76. Baca juga : Badan Penelitian dan Pengem bangan
Kurikulum, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
(Jakarta : Kemendiknas, 2011

231
JURNAL
Amy N. Farley. Legislating Education Policy and Equity at the Ballot
Box: A Descriptive Analysis of the Prevalence and Content of
Education Ballot Initiatives over Time, (Arizona State
University: Education Policy Analysis Archives, Volume 27 No.
9. ISSN 1068-2341, 2019), http://dx.doi.org/10.14507/
epaa.27.4102.

Arnold Jacobus,dkk. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah


Melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Jurnal JPDI Vol I
Nomor 2 bulan September 2016.

Elizabeth Anne Roumell , Florin D. Salajan, and Corina Todoran, An


Analysis and Illustration of U.S. Adult and Workforce Education
Policy, Adult Education Quarterly (USA: Adult Education
Quarterly, 2019), Vol. 69 No. 4 pp. 295–314,
sagepub.com/journals-permissions, DOI: 10.1177/
0741713619856097, journals.sagepub.com/home/aeq.

Hasirah. Pendidikan Budi Pekerti dalam Membentuk Karakter Siswa di


Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Mau’izhah
Akademika/Vol. 3/No.02/Oktober 2014.

Jean-Vianney Auclair. Addressing Wicked Educational Problems


through Inter-Sectoral Policy Development: Lessons from
Manitoba’s Healthy Child Initiative, (International Journal of
Education and Leadership (IJEPL), a joint publication of PDK
International, the Faculty of Education at Simon Fraser
University, the College of Education and Human Development
at George Mason University, and the University of Delaware,
2019), Volume 14 No. 6.

Jessica Nina Lester, C. R Lochmiller, dan R.Gabriel. Exploring The


Intersection of Education Policy and Discourse Analysis: An
Introduction (Arizona State University, Education Policy
Analysis Archives, Special Issue, Contemporary Approaches to
the Study of Education Policy and Discourse, 2017), Volume
25 Number 25 March 27, 2017
ISSN 1068-2341. http://dx.doi.org/10.14507/epaa.24.2971.

232
Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Volume 1 Nomor 3
September 2018.

Jurnal Tarbawiyah. Volume 13 Nomor 2 Edisi Juli-Desember 2016.

Journal of Islamic Education Management. ISSN: 2461-0674 Volume


3 Nomor 1 Januari 2017.

Kalervo N. Gulson. Education Policy Analysis For A Complex World:


Poststructural Possibilities (School of Education, Faculty of
Arts and Social Sciences, University of New South Wales,
Sydney, Australia, Amy Scott Metcalfe, 2015) Vol. 56, No. 1,
1–4, http://dx.doi.org/10.1080/17508487.2015.990474

Leah Dowdall, Edel Sheerin, Niamh O’reilly, The National Further


Education and Training (FET) Learner Forum: The Benefits
and challenges of Transforming Learner Voice into Policy
Change, Adult Learner (0790-8040) is the property of
AONTAS: The National Adult Learning Organisation 2019,
pp.148-162.

Leung, Alvin. 'British values'? 'Chinese values'? : governing and


reimagining nation through values-based education policies in
Britain and Hong Kong, EThOS ID: uk.bl.ethos.767790,
University of Cambridge, 10.17863/CAM.36026, 2019.

Matthew Davidson. A Character Education Research: Perspective For


The 21st Century, (Institute for Excellence & Ethics, Journal of
Character Education, 2014) Volume 10 Nomor 1, pp. 77–
83 ISSN 1543-1223.

Nanda Ayu Setiawati. Pendidikan Karakter sebagai Pilar


Pembentukan Karakter Bangsa. http://semnastafis.
unimed.ac.id. ISSN.2598-3237.

Robert E. McGrath. What Is Character Education? Development of a


Prototype (Fairleigh Dickinson University, Journal of Character
Education, 2018) Volume Vol. 14, No. 2,, 2018,
pp. 23–35 ISSN 1543-1223.

233
Serpil Tekir danHanife Akar, The Current State of Instructional
Materials Education: Aligning Policy, Standards, and Teacher
Education Curriculum, (Educational Sciences: Theory &
Practice, eISSN: 2148-7561, ISSN: 2630-5984, February 2019)
Volume 19 No. 1, pp. 22-40. http://dx.doi.org/
10.12738/estp.2019.1.043.

Sue Winton & Lauren Jervis. Beyond Rhetoric: How Context


Influences Education Policy Advocates’ Success, (Faculty
of Education at Simon Fraser University, International Journal
of Education and Leadership (IJEPL), 2019), Volume 14 No. 7,
URL: http://journals.sfu.ca/
ijepl/index.php/ijepl/article/view/852 doi: 10.22230/
ijepl.2019v14n7a852.

William N. Dunn. Methods of The Second Type: Copying with The


Wilderness of Conventional Policy Analysis. Policy Studies of
Review, 1988), Volume 7 No. 4, pp. 720-737.

WEBSITE
https://setkab.go.id/wp-content/uploads/2017/09/Perpres_ Nomor_87
Tahun_2017.pdf

https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun201
8.Nomor20.pdf

234
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Dr. Abdul Halim, S. Ag., M. Ag lahir di Jambi pada
hari Rabo tanggal 09 Agustus 1972 merupakan
putra ke empat dari delapan bersaudara pasangan
bapak KH. Yahya Asy’ari (alm) dan Ibu HJ.
Romlah HJ (alm). Ayahnya merupakan ulama
terkenal dan berilmu serta
disegani dalam masyarakat Jambi. Halim, nama sapaan,
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Tahtul Yaman
Jambi (1985), MTs Pondok Pesantren Darussalam Lampung Selatan
(1988), Madrasah Aliyah Pondok Pesantren lampung Selatan (1991).
Strata Satu (S1) pada Jurusan tafsir Hadits IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi (1996), Strata Dua (S2) pada Prodi Agama dan
Filsafat konsentrasi Hubungan Antar Agama IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (2000), Strata Tiga (S3) prodi Peradaban Islam konsentrasi
Islam Melayu Nusantara Pascasarajan Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang (2018), Strata Tiga (S3) pada prodi Manajemen
Pendidikan Islam Pascasarjana UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi
(2019).
Karir : sekretaris prodi Tafsir Hadis IAIN STS Jambi tahun
2003, Pembantu Dekan I Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi tahun
200702011, Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
UIN STS Jambi 2017-2018, Kepala UPT. Perpustakaan UIN STS
Jambi 2018-2019, saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi 2019- 2023. Selain itu,
saat ini beliau juga dipercaya sebagai ketua FPPTI Provinsi Jambi,
Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi Jambi, Wakil Ketua Persatuan
Tarbiyah-Perti Provinsi Jambi, Pengurus BKPRMI Provinsi Jambi,
Anggota ICMI Provinsi Jambi.
Karya Ilmiyah : diantaranya; Buku Dialog Antar Umat
Beragama : konsep dan strategi ala Mukti Ali 2014, Pluralisme

235
dan Dialog Antar Agama Jurnal Tajdid Vol. XIV 2015, Dialog Antar
Ummat Beragama dalam Konteks keIndonesiaan Jurnal Tajdid Vol
XIV 2015, Agama dan Konflik dalam Masyarakat Jambi (Penelitian)
2016, Kearifan Lokal dan Konflik Rumah Ibadah di Kota Jambi jurnal
Kontekstualita 2017, The Role of Local Wisdom to Neutralize the
Conflict in Jambi City JSP UGM 2018,

Prof. Dr. Maisah, M.Pd.I Lahir di Sebakul 11 Juli


1970, merupakan putri ketiga dari empat bersaudara,
Bapak H. Ikhsan (almarhum) dan Ibu Hj. Benasuri
(almarhum). Memiliki seorang putra bernama Marizki
Pondawinata, S.Farm., Apt di Universitas Islam
Indonesia di Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar Negeri
65 Sebakul (1982), MTs N Sarolangun (1985), MAN Jambi (1988),
S.I Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN STS
Jambi (1993), pada tahun 2004 menyelesaikan Magister pada
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Sulthan Thaha Saipuddin Jambi,
tahun 2010 menyelesaikan Program Doktor (S3) Universitas Negeri
Jakarta dengan Program Studi Manajemen Pendidikan.
Sejak 1 Januari 1994 diangkat PNS sebagai dosen tetap Fakultas
Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan mengampu
mata kuliah Ilmu pendidikan, sekarang menduduki Jabatan Pembina
Utama Muda (IV/c). Semasa mahasiswa aktif di Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Jambi. Pada tahun 2004 - 2007 menjadi sekretaris Juruan
kependidikan Islam (K.I), Tahun 2002-2007 berperan serta dalam team
CTLD IAIN STS Jambi. Akhir tahun 2010 menjadi Dosen S2,
Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saipuddin Jambi. tahun 2012
menjadi Wakil Koordinator Kopertais Wilayah XIII Provinsi Jambi,
dan menjadi Asesor
Dosen IAIN Sulthan Thaha Saipuddin Jambi, Asesor Penatar
Guru Pendidikan Agama Islam Provinsi Jambi, 2014 menjadi

236
dosen S3 Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saipuddin Jambi,
Nopember 2015 menjadi Kepala Pusat Studi Gender dan Anak IAIN
Sulthan Thaha Saipuddin Jambi
Penulis juga pernah menjadi Wakil Koordinator PTAIS di
Lingkungan Wilayah Kopertais XIII Provinsi Jambi (selama 4 Tahun).
Masih menjadi Dosen pada STAI Syekh Maulana Qori Bangko sejak
tahun 2006 sampai sekarang. Tahun 2004-2006 menjadi dosen Akta IV
di Fakultas Tarbiyah, dan aktif sebagai narasumber pada pelatihan yang
dilaksanakan oleh Kementrian Agama Provinsi Jambi. Beberapa
tulisan penulis pernah dimuatkan pada jurnal Fakultas Tarbiyah dan
media akademik IAIN STS Jambi, Jurnal Internasional di terbitkan
oleh Negara Maroko, Hongkong dan India. Jurnal Nasional
(Terakreditasi) diterbit di jurnal Musawa PSW UIN Yokyakarta, di
Jurnal Cakrawala Pendidikan Universitas Negeri Yokyakarta.
Kemudian juga aktif melakukan penelitian kemasyarakatan di provinsi
Jambi. Menulis buku; 1) Manajemen Pembelajaran kelas (Strategi
meningkatkan mutu pembelajaran), 2) Standarisasi Kinerja Guru, 3)
Oriantasi Baru Ilmu Pendidikan, 4) Manajemen Pendidikan, 5)
Komitmen Pimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Rektorat
IAIN STS Jambi, 6) Manajemen Strategik Dalam Persfektip
Pendidikan Islam.

Kasful Anwar Us dilahirkan di Jambi, pada


tanggal 4 Desember 2968, dari pasangan H.
Usman Ghani (alm) dan Ibu Hj. Suaibul
Aslamiyah. Pernikahannya dengan Asniyati, S.Ag,
M.Pd.I, telah dikaruniai tiga orang anak, Ahmat
Afif Ridho, Ulil Abshor Abdalah dan
Athaya Farhah Ramadhani.
Riwayat Pendidikan Kasful Anwar Us, dimulai semenjak SD
dan SMP di Pondok Pesantren Ar-Riyadh Palembang, kemudian
kembali ke Jambi dan melanjutkan pendidikannya di Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren As’ad Jambi. Jenjang Sarjana

237
(S1) diselesaikan pada tahun 1993 di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
IAIN STS Jambi. Jenjang Magister (S2) ditempuh pada Sekolah
Paascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Program
Studi Admnistrasi Pendidikan, sejak tahun 2007 dan dapat diselesaikan
pada tahun 2010.
Karir Kasful Anwar Us diawali pada tahun 1994, sebagai
dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi hingga sekarang.
Dedikasinya di dunia Pendidikan mengantarkannya untuk terus aktif
mengajar di beberapa perguruan tinggi di Provinsi Jambi, seperti
STAI Ma’arif Jambi, UT Universitas Jambi, STIDAD Al- Azhar
Jambi, STIT Tebo, STAI An-Nadwah Kuala Tungkal, Universitas
Batanghari, dan STIT Muara Bulian. Selain itu, Kasful Anwar Us juga
pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Madrasah Aliyah Laboratorium
Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi Tahun 2003, Wakil Ketua Panitia
Pengawas Pemilu Provinsi Jambi Tahun 2004, dan dari tahun 2007
hingga sekarang menjabat sebagai Pembantu Dekan II Fakultas
Tarbiyah IAIN STS Jambi.
Di samping itu, beliau juga dipercaya oleh STAI Ma’arif Jambi
sebagai Kepala Pusat Penelitian sampai saat ini.
Pada tataran organisasi, Kasful Anwar Us merupakan aktivis
yang cukup diperhitungkan, hal ini terbuti sejak menjadi mahasiswa
hingga sekarang sering menduduki jabatan yang strategis di berbagai
organisasi kemahasiswaan, kepemudaan, maupun organisasi social
keagamaan. Kasful Anwar Us pernah menjabat sebagai Ketua BEM
IAIN STS Jambi tahun 1990-1991, Ketua PMII Cabang Jambi tahun
1992-1993, Wakil Ketua GP Ansor Wilayah Jambi Tahun 1994-1995,
dan Sekretaris Ittihadul Mubalighin Provinsi Jambi tahun 2006 hingga
sekarang.
Kasful Anwar Us juga pernah mengikuti berbagai pelatihan,
seminar. Workshop, dan lokakarya baik yang berskala regional,
nasional, maupun internasional. Seperti melaksanakan PKI ke berbagai
negara antara lain Thailand, Malaysia, dan Singapura, dan masih
banyak lagi yang lain.

238
Karya tulis ilmiah yang pernah ditulis oleh Kasful Anwar Us
adalah 1) Urgensi Pemberantasan Buta Aksara Baca Al- Qur’an di
Desa Suka Makmur Kec. Sungai Bahar Kab. Batanghari Prop.
Jambi Tahun 1993; 2) Proses Pembelajaran (Studi Kasus Pondok
Pesantren As’ad Olak Kemang Jambi) tahun 2000; 3)
Kepemimpinan Visioner dalam Pendidikan. Dimuat di Jurnal
Paedagodik Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi tahun 2007; 4)
Pendidikan Anak dalam Keluarga Menurut Konsep Al-Qur’an. Dimuat
di Jurnal Paedagogik Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi tahun 2007;
5) Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Dimuat di
Jurnal Mimbar Budaya UIN Syahid Jakarta tahun 2007; 6) Strategi
Pendidikan Islam dalam Menghadapi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, dimuat di Jurnal Paedagogik tahun 2007; 7) Visi
Kepemimpinan Progresif dalam Pendidikan, dimuat di Jurnal An-
Nahdhoh STAI Ma’arif Jambi tahun 2008; 8) Peranan
Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi, dimuat pada Jurnal
Paedagogik tahun 2008; 9) Sertifikasi Guru di Indonesia dalam Rangka
Peningkatan Mutu Guru, dimuat dalam Jurnal An- Nahdhoh STAI
Ma’arif Jambi tahun 2008; serta 10) Pendidikan Sebagai Investasi
(SUatu Kajian Fungsi Pendidikan yang Bermutu), dimuat di Jurnal An-
Nahdhoh STAI Ma’arif Jambi tahun 2009.

239
240

Anda mungkin juga menyukai