Anda di halaman 1dari 216

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT
DI RUMAH SAKIT

OLEH :
INTAN WIDYASARI PARAMITHA
NIM. P07220117054

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT
DI RUMAH SAKIT

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

OLEH :
INTAN WIDYASARI PARAMITHA
NIM. P07220117054

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020

i
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah hasil karya sendiri

dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari KTI orang lain untuk memperoleh

gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun, baik

sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima

sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Balikpapan, Mei 2020

Yang menyatakan

Intan Widyasari
Paramitha NIM.
P07220117054

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI


UNTUK DIUJIKAN
TANGGAL 11 Mei 2020

Oleh
Pembimbing

Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd


NIDN : 4023126901

Pembimbing Pendamping

Rus Andraini, A.Kp,MPH


NIDN : 4006027101

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Samarinda Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Andi Lis Arming Gandini, S.Kep., M.Kep.


NIP. 196803291994022001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan


Bronkopneumonia Yang Dirawat di Rumah Sakit

Telah diuji
Pada tanggal 11 Mei 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji :
Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd (................................................)
NIDN. 4020027901

Penguji Anggota :
1. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd (..................................................)
NIDN. 4023126901

2. Rus Andraini, A.Kp., MPH (..................................................)


NIDN. 4006027101

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D-III Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur,

Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep
NIP. 196508251985503200 NIP. 196803291994022001

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

1. Nama : Intan Widyasari Paramitha

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 01 Juni 1999

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Mahasiswa

6. Alamat : Jl. Al-Falah no.55 rt.37, Balikpapan Barat

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Srigunting Cilacap Tahun 2005 - 2006

2. SD Patra Mandiri Cilacap Tahun 2006 - 2011

3. SMPN 5 Cilacap Tahun 2011 - 2014

4. SMAN 2 Balikpapan Tahun 2014 - 2017

5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017 hingga sekarang.

v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulilah puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan
akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dan tidak lupa juga shalawat dan
salam saya limpahkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam.
Persembahan tugas akhir ini dan rasa terima kasih aku ucapkan untuk :

Kedua Orang Tuaku Tercinta Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima
kasih yang tiada terhingga karya tulis ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tua
ku tercinta Ibu Prastiwi, Bapak Subarmono Rahimahullah dan Keluarga ku yang telah
memberikan ku dukungan, doa serta motivasi baik secara moril maupun materi.

Teruntuk kakaku Iqbal, sahabat ku Ummi Arnis, Candra, Ai, Zanuba, Dhea,
Lida yang selalu mendoakan, memberiku semangat dan inspirasi dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang terbaik menjadikan
ku orang yang baik pula amin.

Teruntuk dosen pembimbing tugas akhir saya Ns. Siti Nuryanti,S.Kep.,M.Pd


dan ibu Rus Andraini, A.Kp.,MPH, Terima kasih saya ucapkan kerena telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu membimbing saya dan
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Teruntuk semua dosen Poltekkes, terima kasih ibu dan bapak telah
membimbing saya dengan sabar dalam 3 tahun ini memberikan ilmu dan pengalaman
yang sangat berharga dan berguna dikemudian hari.

Teruntuk Squad Anak Cantik (Ami, Ani, Bella, Febriana, Nokar, Tiara,
Najah, Lely dan Riska Alhamdulilah akhirnya kita semua sudah mencapai apa yang
kita usahakan selama ini terima kasih ya fren sudah selalu ada dan selalu semangatin
satu sama lain dalam menyelesaikan tugas akhir ini sukses buat kita semua ya guys.

Dan Teruntuk Angkatan 6 Keperawatan Kelas Balikpapan, terima kasih


semua atas semangat dan kebersamaan selama tiga tahun menuntut ilmu di poltekkes
ini semoga allah senantiasa memberikan kemudahan dan kesuksesan kepada kita
semua. Aamiin.
‫ن مع ا ْلع ِ س ًرا‬
‫ري‬
‫س‬
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. al-Insyirah: 6)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, shalawat

dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam,

atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan

Bronkopneumonia Yang Dirawat di Rumah Sakit”. Tujuan dari penulisan KTI ini

adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

dari jurusan keperawatan, Prodi DIII-Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim. Pada

pembuatan KTI ini penulis tentu mengalami kesulitan. Namun berkat bimbingan,

dukungan dan semangat dari orang terdekat sehingga penulis mampu

menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya untuk :

1. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Andi Lis Arming G, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi

D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

vii
5. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.pd, selaku pembimbing I dalam menyelesaikan KTI

ini.

6. Rus Andraini, A.Kp.,MPH, selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan KTI ini.

7. Para Dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam masa

pendidikan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan KTI ini baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan KTI ini masih terdapat banyak kesalahan

dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kiranya kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan dimasa

mendatang.

Balikpapan, Mei 2020

Penulis

viii
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT”

Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas


dan mortalitas pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. ISPA dapat berlanjut
menjadi pneumonia. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan
terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut dengan bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan
jaringan paru di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan
memahami secara mendalam mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan
Bronkopneumonia.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan dengan mengambil dua kasus sebagai unit analisis. Unit analisis adalah
klien anak dengan bronkopneumonia. Metode pengambilan data melalui identifikasi,
menginterpretasi dan menganalisi dari 2 sumber pustaka. Teknik pengumpulan data
menggunakan studi literatur.
Berdasarkan analisa data didapatkan kesamaan dan kesenjangan antara 2
sumber kasus, diagnosa keperawatan yang berbeda dengan diagnosa yang ditemukan
pada klien 1 adalah diagnosa resiko infeksi dan ansietas sedangkan pada klien 2
ditemukan perbedaan diagnosa resiko infeksi, resiko jatuh, dan resiko defisit nutrisi,
perencanaan dan pelaksanaan ditunjang dengan fasilitas dan sarana yang mendukung,
evaluasi pada klien 1 belum teratasi, sedangkan pada klien 2 semua masalah teratasi.
Penyakit Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang
menyebabkan kematian tertinggi. Pada anak dengan Bronkopneumonia harus
diperhatikan kondisi lingkungan, pemenuhan nutrisi dan oksigen yang diberikan.
Diharapkan untuk lebih diperhatikan lagi bagi tenaga kesehatan dalam melakukan
asuhan keperawatan yang tepat dan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat untuk meningkatkan dan memperhatikan perilaku kesehatan atau
kebiasaan sehari-hari.

Kata Kunci : Bronkopneumonia, Asuhan Keperawatan, Literature Review

ix
ABSTRACT
"NURSING CARE FOR CLIENTS OF CHILDREN WITH
BRONCHOPNEUMONIA WHO ARE HOSPITALIZED"

Acute airway infection (ARI) is the most important cause of morbidity and
mortality in children, especially under 5 years of age. ARI can progress to
pneumonia. The occurrence of pneumonia in children often coincides with the
process of acute infection of the bronchi called bronchopneumonia.
Bronchopneumonia is inflammation that occurs in the bronchial wall and
surrounding lung tissue. This research aims to study and understand deeply about
nursing care in clients of children with bronchopneumonia.
This research uses a case study method with Nursing Care approach by
taking two cases as the unit of analysis. The unit of analysis is a child client with
bronchopneumonia. The method of collecting data through identification,
interpreting and analyzing from 2 sources of literature. Data collection techniques
using the study of literature.
Based on data analysis, there are similarities and gaps between the two
sources of cases, different nursing diagnoses with diagnoses found in client 1 are
diagnoses of infection risk and anxiety while in client 2 found differences in
diagnosis of infection risk, fall risk, and risk of nutritional deficits, planning and
implementation supported by supporting facilities and facilities, evaluation on
client 1 has not been resolved, whereas on client 2 all problems have been
resolved.
Bronchopneumonia disease is one of the diseases that causes the highest
death. In children with bronchopneumonia, environmental conditions, nutritional
and oxygen fulfillment must be considered. It is hoped that more health workers
will be given more attention in conducting appropriate nursing care and can
provide health education to the community to improve and pay attention to health
behaviors or daily habits.

Keywords: Bronchopneumonia, Nursing Care, Literature Review

x
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul Depan

Halaman Sampul Dalam dan Persyaratan............................................................i

Halaman Pernyataan............................................................................................ii

Halaman Persetujuan..........................................................................................iii

Halaman Pengesahan..........................................................................................iv

Daftar Riwayat Hidup.........................................................................................v

Lembar Persembahan.........................................................................................vi

Kata Pengantar..................................................................................................vii

Abstrak...............................................................................................................ix

Daftar Isi.............................................................................................................xi

Daftar Gambar...................................................................................................xv

Daftar Bagan.....................................................................................................xvi

Daftar Tabel.....................................................................................................xvii

Daftar Lampiran.............................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

1. Tujuan Umum............................................................................ 7

xi
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

1. Bagi Peneliti .............................................................................. 7

2. Bagi Tempat Penelitian .............................................................. 8

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan...................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bronkopneumonia ..................................................... 9

1. Pengertian ................................................................................... 9

2. Anatomi Fisiologi ....................................................................... 9

3. Etiologi................................................................................................12

4. Patofisiologi.........................................................................................14

5. Klasifikasi............................................................................................16

6. Manifestasi Klinis................................................................................17

7. Komplikasi..........................................................................................18

8. Pemeriksaan Penunjang…...................................................................20

9. Penatalaksanaan...................................................................................21

B. Konsep Masalah Keperawatan.................................................................22

1. Pengertian Masalah Keperawatan.......................................................22

2. Komponen Masalah Keperawatan......................................................22

3. Faktor yang Berhubungan...................................................................23

4. Pathway Penyakit Bronkopneumonia.................................................24

5. Masalah Keperawatan pada Bronkopneumonia..................................25

xii
C. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia...................................32

1. Pengkajian...........................................................................................32

2. Diagnosa Keperawatan........................................................................36

3. Perencanaan Keperawatan...................................................................38

4. Pelaksanaan Keperawatan...................................................................50

5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................50

D. Konsep Keperawatan Anak…..................................................................51

1. Pertumbuhan dan Perkembangan........................................................51

2. Batasan Usia Anak..............................................................................54

3. Paradigma Keperawatan Anak............................................................54

4. Prinsip Keperawatan Anak…..............................................................56

5. Peran Perawat Anak............................................................................58

6. Konsep Hospitalisasi...........................................................................60

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan (Desain Penelitian)................................................................64

B. Subyek Penelitian.....................................................................................64

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional).....................................................64

D. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................65

E. Prosedur Penelitian..................................................................................65

F. Teknik dan Instrumen Pengmpulan Data.................................................66

G. Uji Keabsahan Data.................................................................................67

H. Analisis Data............................................................................................67

xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian...............................................................................68

1. Gambaran Lokasi Penelitian....................................................68

2. Data Asuhan Keperawatan......................................................69

B. Pembahasan..................................................................................104

1. Pengkajian.............................................................................105

2. Diagnosa Keperawatan..........................................................108

3. Intervensi Keperawatan.........................................................122

4. Implementasi Keperawatan...................................................132

5. Evaluasi Keperawatan...........................................................135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...................................................................................138

B. Saran.............................................................................................140

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan.............................................................10

Gambar 2.2 Anatomi Fisiologi Pernapasan Atas.................................................10

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway Penyakit Bronkopneumonia.................................................24

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis.......................................................................................69

Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................72

Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang............................................................................75

Tabel 4.4 Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty.......................................................76

Tabel 4.5 Penatalaksanaan Terapi............................................................................77

Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan.............................................................................78

Tabel 4.7 Perencanaan Pada Klien Anak 1..............................................................82

Tabel 4.8 Perencanaan Pada Klien Anak 2..............................................................83

Tabel 4.9 Implementasi Pada Klien Anak 1.............................................................87

Tabel 4.10 Implementasi Pada Klien Anak 2...........................................................88

Tabel 4.11 Evaluasi Pada Klien Anak 1...................................................................94

Tabel 4.12 Evaluasi Pada Klien Anak 2...................................................................95

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan pada klien 1 dengan judul Penerapan

Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan Bronkopneumonia

Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan pada klien 2 dengan judul Karya Tulis

Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumonia di

Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial

serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan yang memiliki ciri

diantaranya memiliki kemampuan merefleksikan perhatian individu sebagai

manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik

secara internal maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan

produktif (Yuliastati & Arnis, 2016).

Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan

perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler

(1- 3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja

(11- 18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain

mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat tentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses

berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan

perilaku sosial (Yuniarti, 2015).

Menurut Jayani (2018) penyakit penyebab kematian terbanyak yang terjadi

pada anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah kombinasi gangguan

neonatal (bayi baru lahir kurang dari 28 hari), asfiksia dan trauma neonatal,

cacat lahir bawaan, diare, malaria, meningtis, kekurangan gizi, hingga infeksi

pernapasan.

1
2

Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting

morbiditas dan mortalitas pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Beberapa

faktor dianggap berhubungan dengan ISPA antara lain, jenis kelamin, usia

balita, status gizi, imunisasi, berat lahir balita, suplementasi vitamin A, durasi

pemberian ASI, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pajanan rokok, serta

pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap ISPA. ISPA dapat berlanjut

menjadi pneumonia. Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai

jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali

bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut

dengan bronkopneumonia (Kholisah et al, 2015).

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan

peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di

sekitarnya. Brokopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena

peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada

bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017). Insiden penyakit

bronkopneumonia pada negara berkembang termasuk Indonesia hampir 30%

terjadi pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang

tinggi (Kemenkes RI, 2015).

Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 800.000

hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia.

Bahkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan

bronkopneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-

penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired Immunodeficiency


3

Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia setidaknya membunuh

808.694 anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2019).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima provinsi yang

mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah DKI Jakarta

(95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%), Banten

(67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%) Sedangkan prevalensi di

Kalimantan Timur (29,02%) (Kemenkes RI, 2018).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 jumlah

kasus bronkopneumonia balita tertinggi yang ditemukan dan di tangani

terdapat pada Kota Bontang (138,9%), Kota Balikpapan sebesar (92,15%), dan

Penajam Paser Utara (63,64%) (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur,

2018)

Penemuan kasus bronkopneumonia pada balita tertinggi di Balikpapan

tahun 2017 terdapat pada wilayah Kecamatan Balikpapan Utara, pada

Puskesmas Batu Ampar dengan 544 kasus. Pada tahun ini, temuan kasus

Bronkopneumonia (140,90%) mengalami penurunan dibanding tahun

sebelumnya. Namun walaupun mengalami penurunan, cakupan penemuan

Bronkopneumonia balita di Kota Balikpapan masih cukup tinggi melebihi

target nasional (70%). Hal ini dikarenakan semakin baiknya pelayanan

kesehatan di Puskesmas khususnya dalam hal diagnosis dan tatalaksana

Bronkopneumonia balita di wilayah kerjanya mengikuti pedoman yang telah

digariskan oleh Kementerian Kesehatan RI (Dinas Kesehatan Kota

Balikpapan, 2017).

Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami

Bronkopneumonia yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak


4

efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi

aktivitas, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit. Apabila tidak segera

ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi seperti empiema, otitis media

akut, atelektasis, emfisema, dan meningitis (Nurarif & Kusuma, 2015).

Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia menimbulkan

manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah dan salah

satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak

efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan

napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Masalah bersihan jalan

nafas ini jika tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah

yang lebih berat seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa

menimbulkan kematian (PPNI, 2017).

Menurut Ridha (2014) menyatakan bahwa upaya yang perlu dilakukan

dalam penanganan bronkopneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif

meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis

antara lain pemberian obat antibiotik, pemberian terapi nebulisasi yang

bertujuan untuk mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau

bronkospasme akibat hipersekresi mucus, sedangkan terapi non farmakologis

yaitu fisioterapi dada seperti clapping dan batuk efektif. Anak yang sudah

mendapatkan terapi inhalasi akan mendapatkan tindakan fisioterapi dada.

Fisioterapi dada dilakukan dengan teknik Tapping dan Clapping. Teknik ini

adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan tangan, dalam posisi

telungkup serta dengan gerakan fleksi dan ekstensi wrist secara ritmis. Teknik

ini sering digunakan dengan dua


5

tangan. Pada anak-anak tapping dan clapping dapat dilakukan dengan dua atau

tiga jari. Teknik dengan satu tangan dapat digunakan sebagai pilihan pada

tapping dan clapping yang dapat dilakukan sendiri (Soemarno et al, 2015).

Intervensi lain yang dilakukan untuk mempercepat perbaikan jalan napas

klien adalah mengatur posisi kepala klien lebih tinggi dari badan. Posisi

elevasi kepala dapat meningkatkan ventilasi klien. Diafragma yang lebih

rendah akan membantu dalam meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara,

mobilisasi, dan ekspektorasi dan sekresi. Intervensi lainnya adalah anjuran

minum air hangat yang dapat juga dilakukan modifikasi dengan tetap

pemberian ASI dikarenakan pemberian ASI pada memiliki keefektifan yang

sama dengan minum air hangat (Soemarno, 2015).

Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan

bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga

kebersihan baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan

kebersihan lain-lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup

bersih dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang

sesuai indikasi yang dianjurkan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia secara

optimal, professional dan komprehensif, sedangkan pada aspek rehabilitatif,

perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan pada

orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.

Banyaknya permasalahan anak dengan bronkopneumonia membuat

perawatan lanjutan di rumah harus dilakukan. Salah satu cara yang dapat
6

dilakukan untuk menanganinya adalah dengan memberdayakan keluarga

terutama ibu dalam merawat anak ketika kembali ke rumah. Perawatan anak

tidak terlepas dari keterlibatan keluarga terutama orang tua. Oleh karena itu,

perawatan berfokus keluarga menjadi konsep utama perawatan anak selama

hospitalisasi. Keluarga, khususnya ibu, merupakan orang yang paling dekat

dengan anak dan diharapkan mampu merawat anak selama di rumah,

memenuhi kebutuhan, menyelesaikan masalah dan menggunakan sumber-

sumber yang tepat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga (Yuliani et

al, 2016).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD dr.

Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan di ruang Flamboyan C, berdasar laporan

logbook pasien diperoleh data 5 bulan terakhir dari bulan Agustus 2019

hingga bulan Desember 2019. Pada 5 bulan terakhir didapatkan total penderita

anak dengan penyakit bronkopneumonia sekitar 8 kasus dan rentang umur

anak yang dirawat di RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan di ruang

Flamboyan C adalah dari usia 1 hingga 14 tahun.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak

Dengan Bronkopneumonia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Literature Review Asuhan Keperawatan

Pada Klien Anak Dengan Bronkopneumonia”?


7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji klien anak dengan bronkopneumonia.

b. Menegakkan diagnosis keperawatan klien anak dengan

bronkopneumonia.

c. Menyusun perencanaan keperawatan klien anak dengan

bronkopneumonia.

d. Melaksanakan intervensi keperawatan klien anak dengan

bronkopneumonia.

e. Mengevaluasi klien anak dengan bronkopneumonia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian karya tulis Ilmiah ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi

peneliti dalam mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan pada anak

dengan bronkopneumonia.
8

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada rumah sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan mengenai

penyakit bronkopneumonia pada anak.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan

mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Bronkopneumonia

1. Pengertian Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk

menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan

paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia

lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat

terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin,

2017).

Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga

disebut sebagai pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan

dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur

menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung

& Bengkulu, 2017).

2. Anatomi Fisiologi

Menurut Syaifuddin (2016) secara umum sistem respirasi dibagi

menjadi saluran nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-

paru.

a. Saluran pernapasan bagian atas

Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring,

menghangatkan, dan melembapkan udara yang terhirup.

9
10

Saluran pernapasan ini terdiri atas sebagai berikut :

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Sumber : (Syaifuddin, 2016)

Gambar 2.2
Anatomi Fisiologi Pernapasan Atas
Sumber : (Syaifuddin, 2016)

1) Hidung

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai

alat pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk

dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan

alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars

horizontal osis palatum.


11

2) Faring

Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya

tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.

3) Laring (Tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri

atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan

membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis

tengah.

4) Epiglotis

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu

menutup laring pada saat proses menelan.

b. Saluran pernapasan bagian bawah

Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara

dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai berikut:

1) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang

kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai

kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun

atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa

cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia

yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2) Bronkus

Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari

trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian
12

kanan lebih pendek dan lebar yang daripada bagian kiri yang

memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus

kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas

dan bawah.

3) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.

c. Paru-paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

Paru terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai

dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi

oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh

cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga

lobus dan paru kiri dua lobus.

Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu

paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ

jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk yang bagian puncak

disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis berpori,

serta berfungsi sebagi tempat pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida yang dinamakan alveolus.

3. Etiologi

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia

diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi

organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme


13

pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis

dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan

kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan

jamur, antara lain :

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

b. Virus : Legionella Pneumoniae

c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke

saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus.

Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret,

sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila

penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang

terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak

napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi

paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi

untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau

pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis

mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis


14

respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan

mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI Lampung & Bengkulu,

2017)

4. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran

pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini

menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh

menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama

sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi

semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul

dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan

mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat

menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat

membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul

masalah pencernaan.

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan

paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan

daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan

mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme

ke
15

dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain

inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di

nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat

lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat

melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada

dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba

di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat

stadium, yaitu (Bradley, 2011):

a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).

Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon

peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang

terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah

pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator

tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.

b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu

alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang

dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi

peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru


16

menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini

udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa

akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu

selama 48 jam.

c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)

Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel

darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat

ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan

terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli

mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan

leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak

lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)

Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun

dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan

diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya

semula.

5. Klasifikasi

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang

memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan

etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia

berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang


17

lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai

berikut :

a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia

interstitialis, bronkopneumonia

b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari

masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia

yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia).

c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu pneumonia bakteri,

pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur

d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan

pneumonia atipikal

e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia

persisten

6. Manifestasi Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas

bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak

sampai 37,6-40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan cepat dan

dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung

dan mulut. Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,

seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada

awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :


18

a. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan

mulut, retraksi sela iga.

b. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.

c. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.

d. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai

ronki basah gelembung halus sampai sedang..

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada

luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai

adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah

gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi

satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan

suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium

resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses

penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu (PDPI Lampung &

Bengkulu, 2017)

7. Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada

anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan

orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar

Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin

terjadi, termasuk :
19

a. Infeksi Darah

Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan

menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan

kegagalan organ.

b. Abses Paru-paru

Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru-

paru. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi

kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.

c. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di

sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya

dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus,

efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk

membantu mengeluarkan cairan.

d. Gagal Napas

Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,

sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena

gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas

dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti

bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus

menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).


20

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan

diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)

2) Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang

spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas

untuk mendeteksi agen infeksius.

3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan

status asam basa.

4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.

5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba

b. Pemeriksaan radiologi

1) Ronthenogram thoraks

Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus

2) Laringoskopi/bronskopi

Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat


21

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan

bronkopneumonia yaitu:

a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol

50- 70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki

spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai

bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah

antibiotik spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat

dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha, 2014)

b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi

cairan dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien

adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi

(3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian

paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta

untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.

c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini

dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang

dianjurkan yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk

mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme

akibat hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis

beta- 2 adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus.

Salbutamol menghambat pelepas mediator dari pulmonary mast cell

9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar pengobatan

dari
22

bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia adalah

penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)

B. Konsep Masalah Keperawatan

1. Pengertian Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga,

dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI,

2017).

2. Komponen Masalah Keperawatan

Dalam konsep masalah keperawatan terdapat dua komponen utama

yaitu masalah (problem) atau label diagnosis dan indikator diagnostik.

Masing-masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut :

a. Masalah (Problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang

menggambarkan inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor atau

penjelas dan fokus diagnostik.

b. Indikator Diagnostik

c. Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor

risiko dengan uraian sebagai berikut :


23

1) Penyebab (Etiology) merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan status perubahan status kesehatan.

Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu : 1) fisiologis,

biologis atau psikologis; 2) efek samping terapi/tindakan; 3)

situasional (lingkungan antar personal) dan 4) maturasional.

2) Tanda (sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data

objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan gejala

merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.

Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :

a) Mayor : tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% untuk

validasi diagnosis.

b) Minor : tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis (PPNI,

2017)

3. Faktor yang berhubungan

Faktor yang berhubungan atau kondisi klinis yang terkait atau

penyebab pada masalah keperawatan merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan status kesehatan yang mencakup empat

kategori yaitu : a. fisiologis, biologis, psikologis; b. efek terapi atau

tindakan; c. situasional (lingkungan atau personal); d. maturasional

(PPNI, 2017).
24

4. Pathway penyakit bronkopneumonia


Bagan 2.1
Pathway penyakit Bronkopneumonia
Proses sakit pada anak
Jamur, virus, bakteri, protozoa

-Penderita yang dirawat di RS


-Penderita yang mengalami supresi system pertahanan tubuh
-Kontaminasi peralatan RS
Koping keluarga tidak

Ansietas (D.0080)
Infeksi saluran pernapasan bawah

Proses peradangan Saluran pernapasan atas

Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)


Akumulasi secret dibronkus Infeksi saluran pencernaan
Kuman belebih dibronkus Kuman terbawa disaluran cerna

Mucus bronkus meningkat Peningkatan peristaltic usus malabsorbsi Peningkatan flora normal dalam usus

Bau mulut tidak sedap


Anoreksia Diare Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
Eksplorasi meningkat
Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)
Intake kurang
Peningkatan metabolisme
Defisit nutrisi (D.0019) Hipertermia (D.0130)

Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu


Septikimia

Gangguan difusi dalam plasma Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Eksudat plasma masuk alveoli

Edema antara kapiler dan alveoli Iritan PMN eritrosit pecah


Edema paru
Suplai oksigen menurun Penurunan capliance paru
Pergeseran dinding

Hiperventilasi Dispneu
Orang tua bertanya tentang
Hipoksia penyakit anaknya
Defisit pengetahuan (D.0111)

Intoleransi Retraksi dada/nafas


aktivitas
Sumber : Doenges (2000); Nurarif & Kusuma (2015); PPNIcuping
(2017)hidung
Metabolic anaerob meningkat Akumulasi asam laktat

Gangguan Pola nafas tidak


pertukaran efektif (D.0005)
fatique
25

5. Masalah keperawatan pada Bronkopneumonia

Konsep masalah keperawatan meliputi definisi, kriteria masalah,

dan faktor yang berhubungan, berikut ini merupakan penjelasan dari

masalah - masalah keperawatan pada penyakit bronkopneumonia :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)

1) Definisi :

Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas

untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

2) Penyebab :

Fisiologis

a) Spasme jalan napas

b) Hipersekresi jalan napas

c) Benda asing dalam jalan nafas

d) Sekresi yang tertahan

e) Proses infeksi

Situasional :

a) Merokok aktif

b) Merokok pasif

c) Terpajan polutan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : -
26

b) Objektif : batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum

berlebih/obstruksi dijalan napas/mekonium dijalan napas

(pada neonatus), mengi,wheezing dan /atau ronkhi kering.

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Dyspnea, Sulit bicara

b) Objektif : Gelisah, Sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi

napas berubah, pola napas berubah

b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

1) Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

2) Penyebab

a) Depresi pusat pernafasan

b) Hambatan upaya nafas

c) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

d) Kecemasan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Dispnea

b) Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspansi

memanjang, pola nafas abnormal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Ortopnea
27

b) Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,

diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi

semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi

menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah

c. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

1) Definisi

Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi

karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.

2) Penyebab

a) Perubahan membran alveolus-kapiler

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : dispneu

b) Objektif : Po2 menurun, Takikardia, Bunyi napas tambahan

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : pusing,penglihatan kabur

b) Objektif : Sianosis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas

abnormal

d. Hipertermia (D.0130)

1) Definisi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

2) Penyebab

Proses penyakit (mis. infeksi)

3) Gejala dan Tanda Mayor


28

a) Subyektif : -

b) Obyektif : Suhu tubuh diatas nilai normal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subyektif : -

b) Obyektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit

terasa hangat

e. Defisit nutrisi (D.0019)

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme

2) Penyebab

a) Kurangnya asupan makanan

b) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah

rentang ideal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram /nyeri

abdomen, Nafsu makan menurun

b) Objektif : Bising usus hiperaktif, Otak pengunyah lemah,

Otot menelan lemah, Membran mukosa pucat, Sariawan,

Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare


29

f. Intoleransi aktifitas (D.0056)

1) Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

2) Penyebab

a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

b) Kelemahan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Mengubah lelah

b) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

istirahat

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Dyspnea saat/setelah aktivitas, Merasa tidak

nyaman setelah beraktivitas, Merasa lemah

b) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi

istirahat, Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah

aktivitas,

Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis

g. Ansietas (D.0080)

1) Definisi

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek

yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman
30

2) Penyebab

a) Krisis situasional

b) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subyektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat

dan kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi

b) Obyektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subyektif : Mengeluh pusing, merasa tidak berdaya

b) Obyektif : Frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi

meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, muka

tampak pucat

h. Defisit pengetahuan (D.0111)

1) Definisi

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topic tertentu

2) Penyebab

a) Keterbatasan kognitif

b) Kekeliruan mengikuti anjuran

c) Kurang terpapar informasi

d) Kurang minat dalam belajar

e) Kurang mampu mengingat

f) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi


31

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

b) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,

menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,

menunjukkan perilaku berlebihan

i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)

1) Definisi

Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit

2) Faktor resiko

a) Ketidakseimbangan cairan

b) Kelebihan volume cairan

c) Diare

d) Muntah

j. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)

1) Definisi : Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan

bertumbuh danberkembang sesuai dengan kelompok usia.

2) Gejala dan tanda Mayor

a) Subjektif : (tidak tersedia)


32

b) Objektif : Tidak mampu melakukan keterampilan atau

perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial),

Pertumbuhan fisik terganggu

3) Gejala dan tanda Minor

a) Subjektif : (tidak tersedia)

b) Objektif : Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai

usia, Afek datar, Respon sosial lambat, Kontak mata terbatas,

Nafsu makan menurun, Lesu, Mudah marah, Regresi, Pola

tidur terganggu (pada bayi) (PPNI, 2017)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan

klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan

dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup untuk

menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data pada pengkajian

yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu memahami metode

memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang terdapat masalah


33

yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu

didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)

a. Usia :

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak

terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.

b. Keluhan utama :

Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak

nafas.

c. Riwayat penyakit sekarang :

Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk

bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu

pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga

lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

d. Riwayat penyakit dahulu :

Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas,

memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki

faktor pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap

rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.

e. Pemeriksaan fisik :

1) Inspeksi

Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan

cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif

menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas.


34

Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50

kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5

tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya

tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada

pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak

jelas.

2) Palpasi

Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat

cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak

terdapat secret.

3) Perkusi

Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus

bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi

redup.

4) Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan

telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan

terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan

stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi

halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa

resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-

kadang terdengar bising gesek pleura.

f. Penegakan diagnosis

Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED

meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang


35

tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian

besar lobus.

g. Riwayat kehamilan dan persalinan:

1) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu

selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.

2) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur,

bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.

h. Riwayat sosial

Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu,

keyakinan agama/budaya.

i. Kebutuhan dasar

1) Makan dan minum

Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB,

mual dan muntah

2) Aktifitas dan istirahat

Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

3) BAK

Tidak begitu terganggu

4) Kenyamanan

Malgia, sakit

kepala

5) Higiene

Penampilan kusut, kurang tenaga

j. Pemeriksaan tingkat perkembangan


36

1) Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat

dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.

2) Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil

benda, menggengggam, mengambil dengan jari, menggambar,

menulis dihubungkan dengan usia.

k. Data psikologis

1) Anak

Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas

dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya

support, keseriusan penyakit.

2) Orang tua

Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh :

a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya

b) Pengalaman sebelumnya

c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

d) Adanya suportif dukungan

e) Agama, kepercayaan dan adat

f) Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga


37

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan

keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik

(Yustiana & Ghofur, 2016)

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan

nafas

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus-kapiler

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolism

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare

j. Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan

ketidakmampuan fisik (PPNI, 2017)


38

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala

treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan

dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan

(PPNI, 2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit

bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

spasme jalan napas

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan bersihan

jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Batuk efektif

b) Produksi sputum menurun

c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Dispnea menurun

f) Ortopnea menurun

g) Gelisah menurun

h) Frekuensi napas membaik

i) Pola napas membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum


39

c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

e) Auskultasi bunyi

napas Terapeutik

a) Atur posisi semi fowler atau fowler

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Ajarkan teknik batuk efektif

c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas

dalam yang ke-3

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau

ekspektoran, jika perlu

b. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

upaya napas

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola

napas (L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :

a) Tekanan ekspirasi meningkat

b) Tekanan inspirasi meningkat

c) Dispnea menurun
40

d) Penggunaan otot bantu napas menurun

e) Frekuensi napas membaik

f) Kedalaman napas membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor bunyi napas

b) Monitor sputum

c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

d) Monitor kemampuan batuk efektif

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Monitor saturasi oksigen

Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

b) Ajarkan teknik batuk efektif

c. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolus-kapiler

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

pertukaran gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Dispnea menurun

b) Bunyi napas tambahan menurun

c) Napas cuping hidung menurun

d) PCO2 membaik
41

e) PO2 membaik

f) Takikardi membaik

g) Ph arteri membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

c) Monitor adanya sumbatan jalan napas

d) Auskultasi bunyi napas

e) Monitor saturasi oksigen

f) Monitor nilai AGD

g) Monitor hasil x-ray thoraks

h) Monitor kecepatan aliran oksigen

i) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan

oksigen Terapeutik

a) Tetap berikan oksigen saat pasien

ditransportasi Kolaborasi

a) Kolaborasi penentuan dosis oksigen

b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

d. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka

termoregulasi (L.14134) membaik dengan kriteria hasil :


42

a) Menggigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Kejang menurun

d) Pucat menurun

e) Takikardi menurun

f) Takipnea menurun

g) Bradikardi menurun

h) Hipoksia menurun

i) Suhu tubuh membaik

j) Suhu kulit membaik

k) Tekanan darah membaik

2) Intervensi keperawatan

: Observasi :

a) Identifikasi penyebab hipertermia

b) Monitor tanda-tanda vital

c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu

d) Monitor intake dan output cairan

e) Monitor warna dan suhu kulit

f) Monitor komplikasi akibat

hipertermia Terapeutik :

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh


43

d) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

e) Berikan cairan oral

f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih

g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada

dahi, leher, dada, abdomen, aksila

Edukasi :

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan memperbanyak

minum Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu

e. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan

metabolism

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status

nutrisi (L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil:

a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Diare menurun

c) Berat badan membaik

d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

e) Nafsu makan membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi


44

b) Monitor asupan makanan

c) Monitor berat badan

Terapeutik

a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

c) Berikan suplemen makanan, jika perlu

d) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika

asupan oral dapat ditoleransi

e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan

Edukasi

a) Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan

kepada pasien

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu

f. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan toleransi

aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Frekuensi nadi meningkat

b) Keluhan lelah menurun

c) Dispnea saat aktivitas menurun


45

d) Dispnea setelah aktivitas menurun

e) Perasaan lemah menurun

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas

b) Monitor saturasi oksigen

c) Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah

melakukan aktivitas

Terapeutik

a) Libatkan keluarga dalam aktivitas

b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat

berpindah atau berjalan

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika

sesuai

g. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

ansietas (L.09093) menurun. Dengan kriteria hasil :

a) Perilaku gelisah menurun


46

b) Perilaku tegang menurun

c) Diaforesis menurun

d) Konsentrasi membaik

e) Pola tidur membaik

f) Frekuensi pernapasan dan nadi membaik

g) Tekanan darah membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Monitor tanda-tanda ansietas

b) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan

berkonsentrasi

c) Monitor respons terhadap terapi

relaksasi Teraupetik

a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan

kepercayaan

b) Pahami situasi yang membuat ansietas

c) Dengarkan dengan penuh perhatian

d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

e) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan

f) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan

berirama Edukasi

a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

b) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan


47

h. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

pengetahuan (L.12111) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Perilaku sesuai anjuran meningkat

b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat

c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

meningkat

d) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang

sesuai dengan topik meningkat

e) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

f) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

g) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Teraupetik

a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya


48

Edukasi

a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

i. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan

diare

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

keseimbangan elektrolit (L.03021) meningkat. Dengan kriteria

hasil :

a) Serum natrium membaik

b) Serum kalium membaik

c) Serum klorida membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)

b) Monitor mual, muntah, dan diare

c) Monitor status hidrasi

Terapeutik

a) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam

b) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)

c) Berikan cairan intravena, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap


49

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,

difenoksilat)

j. Diagnosa : Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan

ketidakmampuan fisik (L.10101)

1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

status perkembangan membaik

Kriteria hasil :

a) Keterampilan/ prilaku sesuai dengan usia

b) Respon social meningkat

c) Kontak mata meningkat

d) Afek Membaik

2) Intervensi :

Observasi

a) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan

anak Terapeutik

a) Minimalkan kebisingan ruangan

b) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan

optimal

c) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain

d) Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan

positif atau umpan balik atas usahanya

e) Mempertahankan kenyamanan anak


50

f) Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang

disukai Edukasi

a) Jelaskan orang tua/pengasuh tentang milestone

perkembangan anak dan perilaku anak

b) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan

anak (PPNI, 2018, PPNI, 2019)

4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi

keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk

klien- keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang

muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian

adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu

berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif,


51

psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana &

Ghofur, 2016)

D. Konsep Keperawatan Anak

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Pengertian

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram)

ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam pengertian

lain dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran

fisik (anatomi) dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya

karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan

juga karena bertambah besarnya sel.

Sedangkan perkembangan (development) adalah

bertambahnya kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan

diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,

organ-organ dan sistem organ yang terorganisasi dan berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga termasuk

perkembangan emosi, intelektual dan perilaku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


52

pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik (kuantitas),

sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

organ/individu yang merupakan hasil interaksi kematangan susunan

saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya

perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan

sosialisasi (kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting

dalam kehidupan manusia secara utuh (Yuliastati & Arnis, 2016)

b. Ciri-ciri pertumbuhan

1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi

dan dewasa.

2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru.

Perubahan ini ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan

timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa

bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.

3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan

adanya masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung

cepat yang terjadi pada masa prenatal, bayi dan remaja

(adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra

sekolah dan masa sekolah.

c. Ciri-ciri perkembangan

Menurut Yuliastati & Arnis (2016) proses pertumbuhan dan

perkembangan anak bersifat individual. Namun demikian pola

perkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu :


53

1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan

terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan

disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan

intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan

otak dan serabut saraf.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati

satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan

sebelumnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga

mempunyai kecepatan yang berbeda- beda baik dalam

pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ.

Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga

berbeda-beda.

4) Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat

pertumbuhan berlangsung, maka perkembanganpun

mengikuti. Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori,

daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada anak, sehingga pada

anak sehat seiring bertambahnya umur maka bertambah pula

tinggi dan berat badannya begitupun kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang


54

tetap, yaitu:

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,

kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh.

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal

(gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti

jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola

proksimodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang

teratur dan berurutan. Tahap- tahap tersebut tidak bisa terjadi

terbalik, misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa

berdiri

2. Batasan Usia Anak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak

adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun (Soediono,

2014).

3. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir

dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut

terdiri dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak,

keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan

berikut
55

ini:

a. Manusia (Anak)

Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien)

adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang

dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh kembang,

dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial

dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif,

konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua

anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula

pada perkembangan kognitif adakalanya cepat atau lambat.

Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi belum

terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring

bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak

bayi di mana bayi akan menangis saat lapar.

Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang

terbentuk mulai bayi seperti anak mau diajak orang lain. Sedangkan

respons emosi terhadap penyakit bervariasi tergantung pada usia

dan pencapaian tugas perkembangan anak, seperti pada bayi saat

perpisahan dengan orang tua maka responsnya akan menangis,

berteriak, menarik diri dan menyerah pada situasi yaitu diam.


56

b. Sehat-sakit

Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat

diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu

kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi

sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal.

Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang

bersifat dinamis dalam setiap waktu.

c. Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang

dimaksud adalah lingkungan eksternal maupun internal yang

berperan dalam perubahan status kesehatan anak.

d. Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan

yang diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga

(Yuliastati & Arnis, 2016)

4. Prinsip Keperawatan Anak

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda

dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan yang

diperhatikan dimana harus disesuaikan dengan usia anak serta

pertumbuhan dan perkembangan karena perawatan yang tidak optimal

akan berdampak tidak baik secara fisiologis maupun psikologis anak itu

sendiri. Perawat harus memperhatikan beberapa prinsip, mari kita

pelajari
57

prinsip tersebut. Perawat harus memahami dan mengingat beberapa

prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan anak,

dimana prinsip tersebut terdiri dari:

a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang

unik, artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi

fisiknya saja melainkan sebagai individu yang unik yang

mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses

kematangan.

b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai

kebutuhan sesuai tahap perkembangannya. Sebagai individu yang

unik, anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu

dengan yang lain sesuai tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis

seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan lain-lain,

sedangkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang akan

terlihat sesuai tumbuh kembangnya.

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat

anak adalah penerus generasi bangsa.

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang

berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung

jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan

keperawatan anak. Dalam mensejahterakan anak maka

keperawatan selalu mengutamakan kepentingan anak dan

upayanya
58

tidak terlepas dari peran keluarga sehingga selalu melibatkan

keluarga.

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan

keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan

meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses

keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek

hukum (legal).

f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk

meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan

remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam

konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan anak adalah

dengan selalu memperhatikan lingkungan yang baik secara

internal maupun eksternal dimana kematangan anak ditentukan

oleh lingkungan yang baik.

g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak

berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan

mempelajari aspek kehidupan anak (Yuliastati & Arnis, 2016).

5. Peran Perawat Anak

Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan

anak dan orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek

dalam memberikan pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan anggota

tim lain, dengan keluarga terutama dalam membantu memecahkan masalah

yang berkaitan dengan perawatan anak. Mari kita bahas secara jelas

tentang
59

peran perawat anak. Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan

yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang

perawat, meliputi (Yuliastati & Arnis, 2016) :

a. Sebagai pendidik

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan

memberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun

secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak memahami

pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap

pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar penyakit

anaknya, perawatan anak selama dirawat di rumah sakit, serta

perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah.

b. Sebagai konselor

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis

berupa dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat

memberikan konseling keperawatan ketika anak dan keluarganya

membutuhkan. Hal inilah yang membedakan layanan konseling

dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala

keluhan, melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka perawat

dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua tentang

masalah anak dan keluarganya dan membantu mencarikan alternatif

pemecahannya.

c. Melakukan koordinasi atau kolaborasi

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan

kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan tujuan


60

terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif.

d. Sebagai pembuat keputusan etik

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik

dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan

penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari

hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan asuhan keperawatan

yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.

e. Sebagai peneliti

Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam

upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus

diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan hasil

penelitian kesehatan/keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan

kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak

6. Konsep Hospitalisasi

a. Pengertian

Hospitalisasi adalah pengalaman penuh cemas baik bagi anak

maupun keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa

perpisahan dengan keluarga, kehilangan kontrol, lingkungan yang asing,

kehilangan kemandirian dan kebebasan. Reaksi anak dapat dipengaruhi

oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, diagnosa

penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap cemas (Nursalam,

2013).

b. Dampak Hospitalisasi

Hospitalisasi dalam waktu lama dengan lingkungan yang tidak


61

efisien teridentifikasi dapat mengakibatkan perubahan perkembangan

emosional dan intelektual anak. Anak yang biasanya mendapatkan

perawatan yang kurang baik selama dirawat, tidak hanya memiliki

perkembangan dan pertumbuhan fisik yang kurang optimal, melainkan

pula mengalami gangguan hebat terhadap status psikologis. Anak masih

punya keterbatasan kemampuan untuk mengungkapkan suatu keinginan.

Gangguan tersebut dapat diminimalkan dengan peran orang tua melalui

pemberian rasa kasih sayang.

Pada saat hospitalisasi anak akan mengalami stres karena

lingkungan yang asing bagi anak. Stres yang di alami anak akan

menimbulkan banyak reaksi misalnya terhadap penyakit atau masalah

diri anak pra sekolah seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan,

hilangnya kasih sayang, body image maka akan beraksi seperti regresi

yaitu hilangnya kontrol, displacement, agresi (menyangkal), menarik

diri, tingkah laku protes, serta lebih antaranya mengalami ketakutan saat

petugas kesehatan akan melakukan perawatan pada anak (Wahyuni,

2016). Anak-anak dapat bereaksi terhadap stress hospitalisasi sebelum

mereka masuk, selama hospitalisasi dan setelah pemulangan. Konsep

sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan

kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan

sebelum hospitalisasi (Utami, 2014). Berikut ini adalah dampak

hospitalisasi terhadap anak usia prasekolah menurut (Nursalam, 2013),

sebagai berikut :
62

1) Cemas disebabkan perpisahan

Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan

sampai anak periode prasekolah khususnya anak berumur 6-30 bulan

adalah cemas karena perpisahan. Hubungan anak dengan ibu sangat

dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa

kehilangan terhadap orang yang terdekat bagi diri anak. Selain itu,

lingkungan yang belum dikenal akan mengakibatkan perasaan tidak

aman dan rasa cemas.

2) Kehilangan kontrol

Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya kehilangan

kontrol. Hal ini terihat jelas dalam perilaku anak dalam hal

kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal,

melakukan aktivitas hidup sehari-hari activity daily living (ADL),

dan komunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan

kehilangan kebebasan pandangan ego dalam mengembangkan

otonominya. Ketergantungan merupakan karakteristik anak dari

peran terhadap sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan

dengan cara negatif, anak akan menjadi cepat marah dan agresif. Jika

terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit

kronis), maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya

akan menarik diri dari hubungan interpersonal.

3) Luka pada tubuh dan rasa sakit (rasa nyeri)

Konsep tentang citra tubuh, khususnya pengertian body


63

boundaries (perlindungan tubuh), pada kanak-kanak sedikit sekali

berkembang. Berdasarkan hasil pengamatan, bila dilakukan

pemeriksaan telinga, mulut atau suhu pada rektal akan membuat anak

sangat cemas. Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak

menyakitkan sama seperti tindakan yang sangat menyakitkan. Anak

akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menangis, mengatupkan

gigi, menggigit bibir, menendang, memukul atau berlari keluar.

4) Dampak negatif dari hospitalisasi lainya pada usia anak prasekolah

adalah gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap

lingkungan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan (Desain Penelitian)

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk review kasus

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi identifikasi data hasil pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini, subyeknya ialah 2 klien anak yang dirawat di

rumah sakit. Kriteria untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Subyek anak terdiri dari 2 orang anak baik laki-laki maupun perempuan

2. Anak dengan diagnosa medis bronkopneumonia

3. Anak yang berusia 1 bulan sampai dengan 14 tahun

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Menurut Sugiyono (2015) definisi operasional adalah suatu sifat atau

nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Definisi Operasional pada studi kasus ini adalah :

1. Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk

menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan

64
65

paru di sekitarnya yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda

asing. Penyakit ini sering menyerang anak karena anak belum dapat

membentuk kekebalan tubuh sendiri. Pada kasus ini untuk menentukan

bronkopneumonia adalah berdasarkan diagnosa medis dan laporan medik

yang dapat diketahui dalam catatan rekam medik pasien.

2. Asuhan Keperawatan Anak dengan Bronkopneumonia

Asuhan Keperawatan anak dengan bronkopneumonia merupakan

suatu proses tindakan keperawatan yang diberikan secara langsung

kepada pasien anak yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk mengatasi masalah anak

dengan bronkopneumonia.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu klien 1 di RSUD Wonosari Gunung

Kidul dan klien 2 di RSUD Samarinda Medika Citra. Waktu penelitian pada

klien 1 yaitu 30 Maret – 1 April 2018 dan klien 2 yaitu 9 Mei – 11 Mei 2019.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini berupa studi kasus dengan metode case riview

melalui tahap sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu

maupun melalui media internet.

2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus

yang telah diperoleh.


66

3. Setelah disetujui oleh pembimbing, kemudian membuat review kasus dari

kedua klien.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data yang akan digunakan pada

penyusunan karya ilmiah ini, antara lain :

a. Wawancara

Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-keluarga dan lain-

lain. Sumber data dari klien, keluarga atau rekam medik.

b. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi yang dapat dilakukan dari hasil laboratorium. Pemeriksaan

fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi, palpasi,

perkusi pada tubuh klien.

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan data yang didapatkan dari pemeriksaan

diagnostik.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

pengkajian Asuhan Keperawatan Anak sesuai yang digunakan oleh

literature.
67

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data

atau informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

dengan validitas tinggi. Penelitian ini keabsahan dan ditujukan dengan

integritas peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan dan menggali

sumber informasi dari klien dan keluarga yaitu menggunakan integritas

peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama), keabsahan data dilakukan

dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan, sumber informasi

tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien,

perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

H. Analisis Data

Pada studi kasus, analisis data diolah menggunakan aturan-aturan yang

disesuaikan dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Dalam

analis data, data yang dikumpulkan dikaitkan dengan konsep, teori, prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

keperawatan. Cara analisis data :

1. Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul.

2. Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psoko-sosiospiritual.

3. Membandingkan data-data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi yang abnormal dengan konsep teori antara 2

responden.

4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang

ditemukan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian tentang asuhan

keperawatan anak dengan Bronkopneumonia dalam bentuk Review kasus.

Pengambilan data dilakukan dengan mengambil hasil laporan askep dari media

internet dengan jumlah sampel 2 klien. Klien 1 diambil dari penelitian Mulyani

(2018) dengan judul Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan

Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Klien 2 diambil dari

penelitian Chairunisa (2019) dengan judul Karya Tulis Ilmiah Asuhan

Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumoniia di Rumah Sakit Umum

Samarinda Medika Citra. Adapun hasil penelitian diuraikan sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian klien 1 dilakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah Wonosari yang terletak di kabupaten Gunungkidul. RSUD

Wonosari terletak di jalan Taman Bhakti no 06, Wonosari,

Gunungkidul, Yogyakarta (555812). RSUD Wonosari memiliki banyak

ruangan, salah satunya yaitu bangsal Dahlia. Bangsal Dahlia merupakan

bangsal khusus untuk anak-anak. Bangsal Dahlia dibagi menjadi 2 yaitu

Dahlia 1 khusus untuk penyakit yang infeksius dan Dahlia 2 untuk

penyakit non infeksius. Di bangsal Dahlia 1 terdapat 20 tempat tidur dan

2 tempat tidur untuk ruang isolasi (Mulyani, 2018).

68
69

Lokasi penelitian klien 2 dilakukan di RS Samarinda Medika

Citra yang terletak di Jalan Kadrie Oening No.86 RT.35 Air Putih

Samarinda Ulu Kota Samarinda Kalimantan Timur. RS Samarinda

Medika Citra adalah Rumah Sakit milik Perusahaan korporasi yang

bersifat RSU, diurus oleh PT. Pandan Harum perusahaan dan tercatat ke

dalam RS tipe C. Rumah Sakit ini teah teregistrasi mulai 12 Juli 2013

dengan Nomor Surat Ijin 503/RS-002/DKK/VI/2013 dan tanggal surat

ijin 16 April 2014 dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda dengan sifat

tetap, dan berlaku sampai 2019. Setelah menjalani akreditasi Rumah

Sakit seluruh Indonesia dengan proses penahapan I akhirnya ditetapkan

surat lulus akreditasi rumah sakit (Chairunisa, 2019).

2. Hasil Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia

a. Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Identitas Klien Anak dengan

Bronkopneumonia

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama An. A An. I
Nomor Registrasi 63.40.xx 00.19.05.xx
Tanggal Lahir/Umur 01 Juni 2015 (3 tahun) 11 Januari 2017 (2 tahun)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Nama
 Ayah Tidak ada data Tn. I
 Ibu Ny. S Ny. A
Umur
 Ayah Tidak ada data Tidak ada data
 Ibu
Pekerjaan
 Ayah Tidak ada data Wiraswasta
 Ibu Buruh IRT
Pendidikan
 Ayah Tidak ada data SMP
 Ibu SMP SD
Alamat Karangmojo, Gunungkidul Jl. Muara Badak Darma
70

Gabar Toko 5
No. Telp/HP Tidak ada data Tidak ada data
Agama Tidak ada data Islam
Suku/Bangsa
 Ayah Tidak ada data Bugis
 Ibu Jawa Bugis
Masuk RS Tanggal 29 Maret 2018 8 Mei 2019
Tanggal Pengkajian 29 Maret 2018 9 Mei 2019
Di Rawat di ruangan Ruang Dahlia Ruang Perawatan Anak
Keluhan Utama Ibu mengatakan anaknya Orang tua mengatakan
batuk berdahak anaknya batuk berdahak

Riwayat Penyakit Ibu pasien mengatakan Orang tua pasien


Sekarang bahwa pasien mengalami mengatakan anaknya
batuk berdahak dan demam batuk-batuk ± 3hari,
selama 2 hari. demam dan kesulitan
bernafas kemuadian anak
dibawa ke klinik BOHC
dan mendapatkan
tindakan pemeriksaan
laboratorium,pemasangan
O2, fisioterapi dada, dan
terapi obat : antrain 2mg,
ranitidine ¼ amp,
cefotaxime 250mg,
gentamicin 20 mg, nebu
combiven kemudian anak
dirujuk ke RS SMC pada
tanggal 8 mei 2019. Ibu
mengatakan dirumah
megguanakan obat
nyamuk bakar.

Masa Prenatal Ibu pasien mengatakan Ibu mengatakan hamil


tidak terdapat komplikasi Anak I selama 39 minggu
saat kehamilan dan Anak I merupakan
anak ke 3
Natal Tidak ada data Ibu mengatakan selama
hamil, Anak I tidak ada
keluhan kesehatan
Post Natal Ibu pasien mengatakan Ibu mengatakan
Persalinan normal dibantu melahirkan Anak I secara
oleh bidan. BB : 3000 gr, Normal dengan Berat
PB : 57 cm. Asi ekslusif 3300 gram
selama 6 bulan

Masa Neonatal Tidak ada data Tidak ada data


Riwayat Masa Tidak ada data Ibu pasien mengatakan
Lampau anaknya belum pernah
dirawat dirumah sakit.
Pasien tidak ada riwayat
alergi, penyakit menular/
kronik, penggunaan obat,
dan operasi riwayat
71

imunisasi tidak lengkap.

Riwayat Kesehatan Ibu pasien mengatakan tidak Ibu pasien mengatakan


Keluarga memiliki riwayat penyakit memiliki penyakit asma
menular atau pun menurun.
Riwayat Sosial Ayah pasien yang mencari Orang tua Anak I
nafkah. Keluarga sering mengatakan anak sering
bersosialisasi dengan meniru kegiatan yang
tetangga seperti saat gotong dilakukan ibunya
royong, rasulan, arisan dan misalnya menyapu lantai
pengajian

Pemeriksaan DDST Pasien sudah dapat mencuci Orang tua Anak I


(Pemeriksaan tumbuh tangan dan mengeringkan mengatakan anak sering
kembang tidak dapat sendiri, menyebut nama meniru kegiatan yang
dilakukan karena anak teman, memakai kaos dilakukan ibunya misalnya
sedang sakit. ,mengambil makanan, menyapu lantai. Anak I
Informasi yang gosok gigi tanpa bantuan, dapat menendang bola
diberikan diperoleh dan bermain ular tangga. kecil tanpa berpegangan
dari orangtua) Namun belum bisa pada benda apapun. Anak I
berpakaian tanpa bantuan. mampu mengucapkan kata
Pasien dapat berdiri 1 kaki kakek, nenek, dan paman.
1 detik, berdiri 1 kaki 2 Anak I dapat melepaskan
detik, berdiri 1 kaki 3 detik, celananya secara mandiri
loncat jauh, melempar bola
tangan ke atas. Pasien dapat
berbicara sebagian
dimengerti, menyebut 4
warna, mengetahui 2
kegiatan, menanyakan 2
kata sifat, menyebut 1
warna, kegunaan 2 benda,
menghitung kubus,
kegunaan 3 benda,
mengetahui 34 kegiatan,
berbicara semua dimengerti,
mengerti kata depan,
mmengetahui 3 kata sifat
Pasien dapat meniru garis
vertikal, menyusun menara
dari 8 kubus,
menggoyangkan ibu jari,
memilih garis yang lebih
panjang, menggambar O,
dan mencontoh +

Lain-lain Tidak ada data Ibu klien mengatakan di


rumah menggunakan obat
nyamuk bakar

Sumber : Mulyani (2018) & Chairunisa (2019)


72

Berdasarkan hasil tabel pengkajian 4.1 diatas didapatkan

beberapa data kesenjangan pada pengkajian yaitu klien 1 yaitu saat

dilakukan pengambilan data berusia 3 tahun sedangkan saat

dilakukan pengambilan data klien 2 berusia 2 tahun. Perbedaan juga

terdapat pada suku kedua orang tua pasien, pada klien 1 orang tua

bersuku Jawa, sedangkan pada klien 2 orang tua bersuku bugis. Pada

klien 1 keluhan utama batuk berdahak, demam, dan sesak sedangkan

klien 2 batuk berdahak, demam, sesak nafas, tidak nafsu makan, dan

menangis saat melihat perawat/orang asing. Kedua klien memiliki

keluhan awal masuk yaitu batuk berdahak. Pada riwayat penyakit

keluarga, klien 1 tidak memiliki penyakit keturunan, sedangkan pada

klien 2 ibu klien memiliki riwayat penyakit asma.

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Klien Anak dengan Bronkopneumonia

Pemeriksaan Umum Klien 1 Klien 2


Keadaan Umum KU:Sedang KU: Sedang
Kesadaran Kes: Composmentis (GCS: Kes: Composmentis (GCS:
E4M6V5) E4M6V5)
Tanda-tanda vital S : 35,5 ℃ S : 38,1℃
N : 100x/menit N :106x/menit.
RR : 42X/Menit RR : 43x/menit
Status Gizi Ibu pasien mengatakan Ibu mengatakan anak I makan 1-
pasien makan 3xsehari 2x sehari dengan jenis makanan
dengan porsi nasi lauk seperti nasi, lauk pauk, sayur.
sayur, terkadang makan Ibu mengatakan tidak ada
buah. Diit dari rumah sakit pantangan dan alergi makanan
dihabiskan meskipun anak I menyukai nugget. Untuk
sedikit demi sedikit. minuman ibu mengatakan anak I
masih minum ASI , air putih,
teh. Ibu mengatakan sejak sakit
anak tidak nafsu makan hanya
makan
1-2 sendok.
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Kepala : Kepala :
Kepala simetris Muka Simetris, rambut
Telinga : berwarna hitam dan sulit
Telinga tidak terdapat kotoran dicabut, ubun ubun besar
telinga, tidak terdapat menutup
73

gangguan pendengaran. Telinga :


Mata: Telinga tidak terdapat
Konjungitva tidak anemis serumen, bersih
Hidung : Mata:
Terdapat pernafasan cuping Sklera putih, tidak cekung,
hidung pupil isokor, refleks cahaya
Rongga Mulut dan Lidah : (+), konjungtiva tidak
pernafasan menggunakan anemis
mulut dan hidung, mukosa Hidung :
bibir baik Tidak terdapat rinorea,
terdapat pernafasan cuping
hidung
Rongga Mulut dan Lidah
: Bibir tidak kering, tidak
pucat, Lidah tidak tremor
/kotor, gigi tidak
mengalami caries, ukuran
tonsil normal
2) Leher Tidak terdapat pembesaran Kelenjar getah bening teraba,
kelenjar tiroid tidak teraba, posisi trakea
letak ditengah tidak ada
kelainan
3) Dada Inspeksi : Keluhan :
tidak terdapat retraksi dada, Anak I mengalami sesak
terlihat penggunaan otot- otot nafas, dan batuk berdahak
pernafasan tambahan. Inspeksi :
Palpasi : Bentuk dada simetris,
tidak terdapat massa, dan frekuensi nafas 42 kali/menit,
tidak terdapat nyeri tekan. irama nafas tidak teratur cepat
Perkusi : dan dangkal, terdapat cuping
tidak terdapat pembesaran hidung saat bernafas, terdapat
jantung penggunaan otot bantu nafas,
Auskultasi : anak I menggunakan alat
terdengar suara ronchi, bantu nafas, nassal kanul 2
terdengar suara grok-grok lpm
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan,
getaran lemah pada
kedua paru
Perkusi :
Redup pada kedua paru
Auskultasi :
Suara nafas ronki
4) Jantung Tidak ada kelainan Inspeksi
- Tidak terlihat adanya
pulsasi iktus kordis
- CRT < 2 detik
- Tidak ada sianosis
Palpasi
- Ictus Kordis teraba di ICS 5
- Akral Hangat
Perkusi
- Batas atas : ICS II line
sternal dekstra
74

- Batas bawah : ICS


V line midclavicula
sinistra
- Batas kanan : ICS III line
sternal dekstra
- Batas kiri : ICS III line
sternal sinistra
Auskultasi
- BJ II Aorta : Dub,
reguler dan intensitas kuat
- BJ II Pulmonal : Dub,
reguler dan intensitas kuat
- BJ I Trikuspid : Lub,
reguler dan intensitas kuat
- BJ I Mitral : Lub,
reguler dan intensitas
kuat
- Tidak ada bunyi
jantung tambahan
Tidak ada kelainan
5) Punggung Tidak ada data Tidak ada data
6) Perut bising usus 2x/ menit, Inspeksi :
terdapat massa di perut bagian Bentuk perut datar, mengikuti
kiri bawah , tidak terdapat gerak saat bernafas, tidak
nyeri tekan. terdapat bekas luka operasi
Auskultasi
Peristaltik usus 6 x/menit
Palpasi :
Tidak terdapat massa
ataupun juga tumor, nyeri
tekan tidak ada
Perkusi
Timpani, tidak ada nyeri ketuk
ginjal
7) Genetalia Kebersihan genetalia bersih, Anak I Kebersihan genetalia
tidak ada lesi bersih, tidak mengalami
kelainan pada alat kelamin
8) Anus dan Anus bersih Tidak ada kelainan pada anus
Rektum

9) Ekstermitas tidak terdapat kelemahan otot Anak I Pergerakan sendi bebas,


tidak ada kelainan ekstermitas,
tidak ada kelainan tulang
belakang, kulit normal, turgor
kulit baik, Kekuatan otot :
5 5
5 5

Sumber : Mulyani (2018) & Chairunisa (2019)

Berdasarkan hasil tabel 4.2 pengkajian keadaan umum ditemukan

data bahwa pada klien 1 respirasi 42x/menit(sesak), sedangkan pada

klien 2 respirasi 43x/menit(sesak) dan suhu 38,1(febris). Terdapat


75

pernafasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan

dan terdengar suara ronchi pada saat auskultasi thoraks pada kedua

klien.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien Anak dengan

Bronkopneumonia

Pemeriksaan penunjang Klien 1 Klien 2


Laboratorium Pemeriksaan lab darah Pemeriksaan lab darah
lengkap tanggal 29/03/2018 Lengkap : 07 Mei 2019
1. Hemoglobin 12,3 g/dl 1. Leukosit 6400 103/ul
2. Leukosit 7500 10³/ul 2.Trombosit 337.000 10’6/ul
3. Eosinofil 0% 3. Hemoglobin 9,0 g/dl
4. Basophil 1% 4. Hematokrit 29,1 %
5. Stafilokokus 3%
6. Seg 41%
7. Limphosit 4%
8. Monosit 8%
9. Trombosit 341000
10.Hematokrit 35%

Rontgen Foto Rontgen Thorax Foto Rontgen Thoraks AP/PA


tanggal 29 Maret 2018 Tanggal 08/05/2019
Kesan : Bronchitis dd - Result : sinus, diagfragma
Bronchopnumonia dan cor normal
Cor Normal - Pulmo : perselubungan
pada para cardial
perihiler, terutama dextra
- Kesan :Bronkopneumonia
Sumber : Mulyani (2018) & Chairunisa (2019)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil pemeriksaan penunjang

laboratorium darah lengkap terdapat penurunan hasil pada klien 1

hemoglobin :12,3 gr/dl (normal), leukosit: 7500 (normal), hematokrit:

35%, sedangkan klien 2 hemoglobin: 9 gr/dl, leukosit : 6400

(normal), hematokrit :29,1 %. Hasil rontgen kedua klien terdapat

kesan bronkopneumonia.
76

Tabel 4.4 Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty Klien dengan Bronkopneumonia

Kriteria Nilai Anak 1 Anak 2


No Parameter
(Skor) (Skor)
38 < 3 Tahun 4

Usia Tidak ada 4


3-7 Tahun 3 data
7-13 Tahun 2
≥13 Tahun 1
Laki-Laki 2
Jenis Kelamin Tidak ada 1
Perempuan 1 data
Diagnosa Neurologi 4

Diagnosis Tidak ada 3


Perubahan Oksigenasi (Diagnosis data
respiratorik, 3
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop,
pusing, dsb)
Gangguan Perilaku /Psikiatri 2
Diagnosis Lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguang Kognitif Tidak ada 1
Lupa akan adanya keterbatasan 2 data
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat Jatuh/bayi diletakkan di tempet tidur
4
Dewasa

Faktor Lingkungan Tidak ada 3


Pasien menggunakan alat bantu/ bayi data
3
diletakkan dalam tempat tidru bayi/perabot
rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/Sedasi/Ane -
Tidak ada
stesi
Dalam 48 jam 2 data
>48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaan multiple : sedatif, obat
hipnosis, barbiturat, fenotiazin, anti 3
Penggunaan depresan, pencahar,
diuretik, narkose Tidak ada -
Medikamentosa
Penggunaan salah satu obat diatas 2 data
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada
1
Medikasi
Jumlah Skor Humpty Dumpty - 12
Sumber : Mulyani (2018) & Chairunisa (2019)
77

Berdasarkan tabel 4.4 diatas hasil skala resiko jatuh Humpty

Dumpty pasien anak pada klien 1 tidak dilakukan penilaian resiko

jatuh, sedangkan pada klien 2 setelah dilakukan penilaian didapatkan

hasil skor berjumlah 12 dimana termasuk golongan resiko jatuh tinggi.

Tabel 4.5 Penatalaksanaan Terapi Pasien Anak

dengan Bronkopneumonia

Penatalaksanaa Terapi
Anak 1 Anak 2
Ceftriaxone 1x425 mg Dexametasone (IV) 3x 1/2 ampul
Inf KAEN 3A 20 tpm (mikro) Paracetamol (PO) 3x 1 ctm
Salbutamol 0,8 mg + Ambroxol ¼ tab (3x1 Sanpicilin (IV) 4x 300mg
Alco DMP (PO) 3x1/2 ctm
pulv)
IVFD D5 1/2 10 tpm
Nebul Ventoline Nacl 2,5 cc/6 J
Sumber : Mulyani (2018) & Chairunisa (2019)

Berdasarkan hasil tabel 4.5 penatalaksanaan terapi klien 1

mendapatkan terapi ceftriaxone (antibiotik), infus KAEN, salbutamol

(selective beta-2-adregenergic agonists), ambroxol (mukolitik),

ventoline (selective beta-2-adregenergic agonists). Sedangkan pada

klien 2 mendapatkan terapi dexametasone (kortikosteroid),

paracetamol (analgesik), sanpicilin (antibiotik), Alco DMP

(simpamomimetik)
78

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.6 Daftar Diagnosa Keperawatan Pasien Anak dengan

Bronkopneumonia

Anak 1 Anak 2
No
Tanggal Diagnosa Kep Tanggal Diagnosa Kep
ditemukan ditemukan
1 30/03/2018 Bersihan jalan nafas tidak 09/ 05 /2019 (D.0001) Bersihan jalan
efektif nafas tidak efektif b.d
peningkatan produksi sputum
DS :

DS:
Ibu pasien mengatakan  Ibu An.I mengatakan
pasien batuk selama 2 anaknya batuk berdahak
hari, demam saat  Ibu mengatakan anaknya
malam hari dan sesak masih sesak
nafas
DO :
DO:  Suara nafas ronki
Terdengar suara ronkhi pada kedua lapang
RR : 42x/menit paru
Terdapat penggunaan  Pernafasan cepat dan
otot-otot pernafasan dangkal
 Anak tidak mampu
mengeluarkan
dahaknya secara
mandiri
 Otot bantu pernafasan dada
 Terdapat cuping hidung
 Frekuensi nafas 42x/i
2 30/03/2018 Resiko infeksi 09/ 05/2019 (D.0003) Gangguan pertukaran
gas b.d membrane alveolus
DS: - kapiler DS :
DO:  Ibu mengatakan anak I
 Terpasang infuse KAEN kesulitan bernafas
20 tpm di tangan sebelah DO :
kiri  terdengar bunyi nafas
tambahan (ronkhi) pada
kedua lapang paru
 terdapat
pernafasan cuping
hidung
 pola nafas cepat dan
dangkal
 kesadaran
composmentis
(E4V5M6)
 warna kulit kemerahan
79

3 30/03/2018 Cemas 09/05/2019 (D.0005) Pola nafas tidak


efektif b.d depresi pusat
DS: pernafasan
Ibu pasien mengatakan DS:
selama dirumah sakit  ibu mengatakan pasien
pasien sedikit susah tidur kesulitan bernafas
dan terkadang menangis  ibu mengatakan saat
DO : posisi tidur telentang anak
Pasien terlihat gelisah semakin merasa sesak
nafas
DO:
 terdapat otot bantu
pernafasan dada
 pola nafas cepat dan
dangkal
 terdapat
pernafasan cuping
hidung
 TTV :
RR : 43x/i N:
112x/i T :
38,10C
4 09/ 05 /2019 (D.0130) Hipertermia b.d
proses inflamasi
DS :
 Ibu pasien mengatakan
anaknya rewel dan badan
teraba hangat
DO:
 T : 38,10C
 badan teraba hangat

5 09/ 05 /2019 Cemas b.d lingkungan yang


asing
DS :
 ibu mengatakan pasien
menangis bila melihat
perawat/ orang asing
 ibu mengatakan pasien
menangis bila
ditinggalkan sendiri
DO :
 anak menangis
ketakutan
 menghindari kontak
mata
 anak tampak gelisah
 anak cenderung lebih
banyak diam dan tidak aktif
bergerak seperti dirumah
80

6 09/ 05 /2019 (D.0111) Defisit


pengetahuan orang tua b.d
kurang terpapar informasi
DS :
 ibu pasien mengatakan
sebelunya tidak
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
tentang
bronkopneumonia
 ibu mengatakan tidak paham
tentang penyakit yang
diderita anaknya
 ibu mengatakan tidak
berani memandikan
anaknya karna takut
memperparah kondisinya

DO:
 Orang tua pasien hanya diam
saat ditanya tentang penyakit
anaknya
 Ibu bertanya tentang penyakit
anaknya

7. 09/ 05 /2019 (D.0032) Resiko Defisit Nutrisi


b.d faktor psikologis
(keengganan untuk makan) DS :
 Ibu pasien mengatakan Anak
I nafsu makannya menurun
semenjak sakit
 Ibu mengatakan anak I hanya
makan 1-2 sendok saja
DO :
 A : BB = 14kg, TB=
93cm, LILA= 16,3cm
 B:
- Leukosit : 6400 103/ul
- Trombosit : 333.700
- Hb : 9,0 g/dL
- Ht : 29,1%
 C:
- Tidak ada penurunan
berat badan
- Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi
- Rambut hitam
mengkilat
- Mukosa bibir lembab
D : MLTKTP
81

8 09/ 05 /2019 (D.0143) Resiko jatuh d.d anak


usia 2 tahun atau kurang
DS :
-
DO :
 usia anak 2 tahun
 anak ditempatkan
ditempat tidur orang
dewasa
 pagar tempat tidur tidak
terpasang
 jumlah skor penilaian humpty
dumpty 13 (resiko tinggi)
9 09/ 05 /2019 (D.0142) Risiko infeksi b.d efek
prosedur invasive
DS :
-
 DO : Anak terpasang IVFD
ditangan sebelah kiri
 Balutan tampak bersih
 Tidak ada tanda-tanda infeksi
 Leukosit : 6400 103/ul
Hb : 9,0 g/dL

Sumber : Mulyani (2018) & Chairunisa (2019)

Berdasarkan hasil tabel 4.6 diatas maka pada klien 1 ditegakkan 3

diagnosa sedangkan klien 2 ditegakkan 9 diagnosa. Adapun diagnosa

yang ditegakkan sama pada klien 1 dan 2 yaitu bersihan jalan nafas tidak

efektif dengan gejala dan tanda mayor dan minor seperti sputum

berlebih, suara nafas ronki, diapnea, dan gelisah. Resiko infeksi

berhubugan dengan efek prosedur invasif, dan Cemas dengan gejala dan

tanda mayor dan minor yaitu merasa bingung, merasa khawatir dengan

akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, mengeluh pusing,

anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya. Sedangkan diagnosa yang

berbeda pada klien 1 dan klien 2 yaitu gangguan pertukaran gas, pola

nafas tidak efektif, hipertermia, defisit pengetahuan, resiko defisit nutrisi,

resiko jatuh.
82

c. Perencanaan

Tabel 4.7 Perencanaan Pada Klien Anak 1 dengan


Bronkopneumonia

N TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEP


O DITEMUKAN KEP HASIL
1 30/03/2018 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1.1 Observasi respirasi rate
tidak efektif tindakan perawatan dan heart rate
berhubungan dengan selama 3x30 menit, 1.2 Latih nafas dalam
penumpukan sekret pasien dapat : dengan cara tiup
1. RR dalam batas balon
normal (30- 1.3 Motivasi pasien
40x/menit) banyak minum
2. HR dalam batas 1.4 Edukasi
normal (90- keluarga untuk melatih
120x/menit) nafas dalam
3. Tidak 1.5 Kelola
4. terdapat Pemberian nebulizer
penggunaan otot-
otot tambahan
2 30/03/2018 Resiko infeksi Setelah dilakukan 2.1 Observasi luka
berhubungan dengan tindakan perawatan tusukan
tindakan infasif selama 3x 24 jam, 2.2 Monitor TTV
resiko infeksi tidak 2.3 Lakukan dressing infuse
terjadi dengan kriteria 2.4 Edukasi keluarga pasien
hasil : untuk mengenali tanda-
1. Resiko infeksi tanda infeksi
tidak terjadi 2.5 Kelola pemberian obat
2. Tidak terdapat antibiotik
peningkatan suhu
tubuh
3. Tidak terdapat
kemerahan di
daerah luka tusuk
4. Tidak terdapat
pembengkaka n di
daerah luka tusuk
3 30/03/2018 Cemas berhubungan Setelah dilakukan 3.1 Lakukan terapi
dengan hospitalisasi tindakan keperawatan bermain pada pasien
selama 3x24 jam, 3.2 Monitor
maka cemas teratasi tingkat kecemasan
dengan kriteria hasil : pasien
1. Pasien tidak
menangis
2. Pasien mau
berinteraksi
dengan orang
lain

Sumber : Mulyani (2018)


83

Tabel 4.8 Perencanaan Pada Klien Anak 2 dengan Bronkopneumonia


NO TANGGAL DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI KEP
DITEMUKAN
1 09/ 05 / 2019 (D.0001) Setelah dilakukan 1.1 Monitor status oksigen
Bersihan jalan tindakan pasien
nafas berhubungan keperawatan 3 x 24 1.2 Monitor status respirasi
dengan jam diharapkan jalan (frekuensi,irama nafas)
peningkatan nafas pasien paten 1.3 Auskultasi suara nafas
produksi sputum dengan kriteria hasil : catat jika ada suara nafas
1. Suara nafas tambahan
bersih, tidak ada 1.4 Atur poisi pasien untuk
dypsnoe, dan memaksimalkan ventilasi
tanda- tanda 1.5 Lakukan fisioterapi dada
sianosis jika perlu
2. Jalan nafas 1.6 Ajarkan teknik batuk
bersih, pasien efektif untuk
tidak merasa mengeluarkan secret
tercekik 1.7 Kolaborasi pemberian O2
3. Irama nafas 1.8 kolaborasi pemberian
teratur, frekuensi terapi nebulizer
nafas dalam 1.9 kolaborasi pemberian
rentang normal antibiotik
(20- 30x/i)
2 09/ 05 / 2019 (D.0003) Setelah dilakukan 2.1 Observasi Tanda tanda
Gangguan tindakan keperawatan vital anak (nadi,
pertukaran gas 3 x 24 jam repirasi, suhu)
berhubungan diharapkan masalah
dengan perubahan 2.2 Kaji frekuensi,
gangguan pertukaran
membrane alveolus gas teratasi dengan Kedalaman dan
kapiler kriteria hasil : kemudahan
1. suara nafas pernafasan
bersih, tidak 2.3 Observasi warna kulit,
ada dyspneu membran mukosa dan
2. mampu bernafas kuku anak apakah
dengan mudah
terdapat sianosis
3. tanda-tanda vital
dalam batas normal 2.4 Mempertahankan
istirahat dan tidur
pada anak
2.5 Kolaborasi
pemberian oksigen
84

3 09/ 05 / 2019 (D.0005) Pola Setelah dilakukan 3.1 Observasi tanda tanda
napas tidak efektif tindakan keperawatan vital anak (nadi,
berhubungan 3 x 24 jam diharapkan repirasi, suhu
dengan depresi pusat masalah pola nafas
pernapasan 3.2 Kaji frekuensi
teratasi dengan kriteria
pernapasan
hasil :
1. Tidak ada sesak 3.3 Memberikan posisi
nafas semi fowler
2. Mampu bernafas 3.4 Kolaborasi
dengan mudah pemberian Oksigen
3. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(pasien tidak
merasa tercekik)
4. Frekuensi nafas
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
4 09/ 05 /2019 (D.0130) Setelahdilakukan 4.1 monitor suhu tubuh
Hipertermi tindakan keperawatan 3 sesering mungkin
berhubungan x 24 jam diharapkan 4.2 monitor warna kulit, nadi
dengan proses Suhu tubuh kembali dan RR
inflamasi normal dengan kriteria 4.3 berikan kompres pada
hasil : lipat paha dan aksila
1. suhu tubuh anak 4.4 selimuti pasien untuk
dalam rentang mencegah hilangnya
normal (36-370C) kehangatan tubuh
2. tidak ada 4.5 kolaborasi
perubahan 4.4 pemberian obat
warna kulit antipiretik untuk
3. tidak terjadi menurunkan panas
kejang
5 09/ 05 /2019 (D.0080) Cemas Setelah dilakukan 5.1 Identifikasi
berhubungan tindakan keperawatan tingkat kecemasan
dengan lingkungan 3 x 24 jam diharapkan 5.2 Pertahankan yang
yang asing cemas anak berkurang sikap tenang dan
atau hilang teratasi meyakinkan
Dengan kriteria hasil : 5.3 Jelaskan prosedur dan
1. Anak istirahat aktivitas yang akan
dengan tenang dilakukan kepada
2. Anak kooperatif orang tua dan anak
dan mau 5.4 Anjurkan orang terdekat
bersosialisasi anak untuk tetap bersama
dengan lingkungan anak sesering mungkin
sekitar 5.5 Melakukan terapi
3. Postur tubuh, bermain
ekspresi wajah dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
cemas berkurang
85

6 09/05/2019 (D.0111) Defisit Setelah dilakukan 6.1 Berikan penilaian


pengetahuan b/d tindakan keperawatan tentang tingkat
kurang terpapar 1 x 24 jam diharapkan pengetahuan pasien
informasi Defisit pengetahuan mengenai proses
orang tua teratasi penyakit
dengan kriteria hasil : 6.2 Jelaskan Patofisiologi
1. Orang tua dapat penyakit dengan cara
mengungkapkan yang tepat
pemahaman 6.3 Gambarkan tanda
tentang gejala yang muncul
penyakit pada penyakit dengan
anaknya cara yang tepat
2. Orang tua dapat 6.4 Melakukan pendidikan
menjelaskan kesehatan
kembali apa 6.5 Diskusikan perubahan
yang telah gaya hidup yang mungkin
dipaparkan diperlukan untuk
perawat mencegah komplikasi

7 09/ 05 /2019 (D.0032) Risiko Setelah dilakukan 7.1 Kaji status nutrisi anak
defisit nutrisi b/d Tindakan 7.2 Kaji adanya alergi
faktor psikologis Keperawatan selam makanan atau
3x24 jam diharapkan minuman
pasien dapat terhindar
7.3 Ukur tinggi/panjang
dari resiko defisit
nutrisi dengan Kriteria badan dan berat
Hasil: badan anak
1. Mampu 7.4 Monitor turgor kulit
mengidentifika si 7.5 Monitor muntah pada
kebutuhan nutrisi anak
2. Nafsu makan 7.6 Monitor
anak meningkat
pertumbuhan dan
3. Tidak terjadi
penurunan berat perkembangan anak
badan 7.7 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk membantu
memilih makanan yang
dapat memenuhi
kebutuhan gizi selama
sakit
86

8 09/ 05 /2019 (D.0143) Risiko Setelah dilakukan 8.1 Mengidentifikasi


jatuh berhubungan tindakan perilaku dan factor yang
dengan anak usia 2 keperawatan 3 x 24 mempengaruhi risiko
tahun atau kurang jam jatuh
diharapkan 8.2 Mengidentifikasi
tidak ada kejadian karakteristik lingkungan
jatuh dengan yang dapat meningkatkan
kriteria hasil : potensi untuk jatuh`
1. Tidak ada 8.3 Memasang pagar
kejadian jatuh pengaman tempat
2. Perilaku tiduR
pencegah jatuh 8.4 Merendahkan
: tindakan orang tua tempat tidur
atau pemberi 8.5 Jelaskan kepada
asuhan untuk keluarga pasien tentang
meminimalkan factor risiko yang
factor resiko yang memicu jatuh
memicu
jatuh
9 (D.0142) Risiko Setelah dilakukan 9.1 Cuci tangan sebelum dan
infeksi Tindakan sesudah tindakan
behubungan Keperawatan selam keperawatan
dengan efek 3x24 jam diharapkan
9.2 Batasi pengunjung bila
prosedur invasive masalah infeksi
teratasi dengan perlu
kriteria hasil : 9.3 Monitor tanda gejala
1. Tidak ada tanda- infeksi sistemik dan
tanda infeksi local
muncul 9.4 Lakukan perawatan
2. Jumlah leukosit infus
dalam batas
9.5 Mengajarkan
normal
3. Menunjukkan keluarga tentang
perilaku hidup tanda gejala infeksi
sehat 9.6 Ajarkan cara
4. Menunjukkan menghindari infeksi
kemampuan 9.7 Kolaborasi pemberian
untuk mencegah antibiotic
timbulnya
infeksi

Sumber : Chairunisa (2019)

Hasil tabel 4.7 dan 4.8 diatas menjelaskan mengenai intervensi

yang akan diberikan pada klien 1 dan klien 2 selama masa perawatan

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.


87

d. Pelaksanaan

Tabel 4.9 Pelaksanaan Pada Klien Anak 1 dengan Bronkopneumonia

No Hari tanggal Tindakan Evaluasi


1 Jumat, 30 Maret Melatih nafas dalam S : - O:
2018  RR : 40x/menit
Pukul : 09.30 WIB  Terdapat penggunaan otot-otot tambahan
pernafasan
 Belum ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melakukan tiup balon sebanyak
25x selama 30 menit
A: bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Latih nafas dalam dengan cara meniup balon

 Putri
2 Sabtu, 31 Maret Melatih nafas dalam S:
2018 O:
Pukul : 09.30 WIB  RR : 38x/menit
 Terdapat penggunaan otot-otot
tambahan pernafasan
 Ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melkaukan tiup balon sebanyak
26x/menit
A: bersihan jalan nafas belum teratasi
P:
 Latih nafas dalam dengan meniup balon
pada pasien
 Ajarkan kepada keluarga cara meniup
balon untuk anak

Putri

3 Minggu, 1 April Melatih nafas dalam S:


2018 O:
Pukul : 09.30 WIB  RR :36x/menit
 Terdapat penggunaan otot-otot
tambahan pernafasan
 Ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melkaukan tiup balon sebanyak
88

26x/menit
A: bersihan jalan nafas belum teratasi
P:
• Latih nafas dalam dengan
meniup balon pada pasien
• Ajarkan kepada keluarga cara meniup
balon untuk anak

 Putri

Sumber : Mulyani (2018)

Tabel 4.10 Pelaksanaan Pada Klien Anak 2 dengan Bronkopneumonia


No Tannggal/ Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
Jam
1 09/05/2019 9.1 mencuci tangan sebelum - tangan tampak bersih
08:00 kontak dengan pasien

2 09/05/2019 9.4 melihat kondisi infus - balutan tampak bersih


08:02 pasien

3 09/05/2019 9.3 mengakaji tanda tanda - tinda ada kemerahan,


08:04 infeksi pada infus pasien bengkak, ataupun perubahan
bentuk
4 09/05/2019 5.2 melakukan pendekatan
08:05 dengan tenang - anak menangis melihat orang asing
5 09/05/2019 5.8 mengkaji tingkat
08:07 kecemasan yang
- ibu mengatakan anaknya
dirasakan anak
menangis setiap kali melihat
perawat/tenaga medis lainnya
- anak tidak mau bermain dan lebih
6 09/05/2019 5.3 menjelaskan aktivitas banyak diam
08:09 yang akan dilakukan
kepada orang tua pasien - ibu mengerti tentang tindakan
yang akan dilakukan keanak
7 09/05/2019 2.2 menghitung frekuensi
08:11 nafas dan
mamperhatikan irama - RR : 34x/I
nafas - Irama nafas tidak teratur
-terdapat pernapasan cuping hidung
8 09/05/2019 1.1 mengukur status - ada otot bantu pernafasan dada
08:12 oksigen pasien
- SpO2 = 98%
9 09/05/2019 1.3 Mendengarkan bunyi - Terpasang nasal kanul 2lpm
08:15 nafas
- Suara nafas ronki pada kedua paru
10 09/05/2019 4.1 mengukur suhu tubuh
08:17
- T = 38,10C
89

11 09/05/2019 4.2 mengkaji warna kulit - Tidak ada kebiruan ataupun tanda-tada
09:00 dan menghitung nadi sianosis, badan teraba panas N= 97x/i

12 09/05/2019 4.1 memberikan kompres - Kompres telah diberikan anak tertidur


09:02 hangat pada lipat axila
An.I

13 09/05/2019 4.2 menyelimuti pasien - Selimut telah dipasang anak tertidur


09:05 pulas

14 09/05/2019 1.9 menginjeksikan - Obat telah diberikan dan tidak ada


09:10 antibiotic colsancetin reaksi negative
125mg IV
15 09/05/2019 2.5 memberikan pct puyer - Obat telah diminum tidak ada reaksi
09:12 via oral negative

16 09/05/2019 1.6 mengajarkan teknik - Ibu mengatakan mengerti dan mampu


09:30 batuk efektif kepada orang mendemostrasikan secara mandiri
tua An.I - Ibu mengatakan akan mengajarkan
pada An.I

17 09/05/2019 6.1 mengkaji tingkat - Saat ditanya terkain apa itu bp orang
09:40 pengetahuan orang tua tua pasien tampak bingung dan
mengatakan tidak tau
- Saat dikaji terkait kebersihan diri ibu
mengatakan anak belum ada mandi
karna takut jika mandi dapat
memperparah kondisi An.I

18 09/05/2019 8.1 mengkaji perilaku dan - Skor humpty dumpty = 13 (resiko


10:00 factor yang tinggi)
mempengaruhi risiko - Ketika rewel ibu mengatakan anaknya
jatuh aktif bergerak

19 09/05/2019 8.2 mengakaji karakteristik - Anak ditempatkan ditempat


tidur
10:01 lingkungan yng orang dewasa
berpotensi memicu - Posisi tempat tidur terlalu tunggi
jatuh - Pagar pengaman (side rail) tidak
terpasang
20 09/05/2019 8.5 menjelaskan kepada - Ibu mengatakan mengerti dan akan
10:03 keluarga pasien tentang memperhatikan dan lebih waspada
factor risiko yang terhadap anaknya agak tidak jatuh
memicu jatuh

21 09/05/2019 8.3 memasang pagar - Side rail telah terpasang


10:10 pengaman

22 09/05/2019 8.4 merendahkan posisi - Posisi tempat tidur lebih rendah


10:16 tempat tidur
90

23 09/05/2019 6.2 menjelaskan proses - Orang tua memperhatikan penjelasan


10:17 terjadinya penyakit dengan baik
bronkopneumonia - Orang tua An.R mengatakan sekarang
sudah paham tentang proses terjadinya
sakit pada anaknya
24 09/05/2019 6.3 menggambarkan tanda - Orang tua mengatakan sekarang sudah
10:23 dan gejala yang mucul bisa memahami gejala umum yang
pada penyakit muncul karna bp
bronkopneumonia

25 09/05/2019 6.4 melakukan pendidikan - Orang tua mengatakan sekarang sudah


10:29 kesehatan tentang paham bahaya asap obat nyamuk dan
“Bahaya Asap Obat pentingnya menjaga kebersihan diri
Nyamuk Bagi Anak”
dan “pentingnya
personal hygiene”

26 09/05/2019 6.5 mengajak orang tua - Ibu mengatakan setelah pulang akan
10:40 pasien unuk berdiskusi mengganti obat nyamuk dengan
perubahan gaya hidup kelambu
yang mungkin - Ibu mengatakan besok pagi akan
diperlukan menyeka An.I

27 09/05/2019 7.1 menanyakan kepada ibu - Ibu mengatakan An.I tidak memiliki
11:00 apakah pasien memiliki alergi ataupun pantangan dalam makan
alergi makanan

09/05/2019 7.1 menanyakan konsumsi - Ibu mengatakan hari ini An.I hanyak
11:03 nutrisi pasien makan 1-2 sendok makanannya
28
09/05/2019 7.5 menanyakan apakah - Ibu mengatakan anak tidak ada
muntah
11:15 anak ada muntah

29 09/05/2019 9.2 menganjurkan orang tua - Orang tua mengatakan akan mengikuti
11:20 untuk membatasi saran perawat
pengunjung

30 09/05/2019 9.5 mengajarkan orang tua - Orang tua mengatakan mengerti dan
11:25 tentang tanda dan gejala mampu menyebutkan tanda dan gejala
infeksi infeksi

31 09/05/2019 7.3 mengukur BB, TB, Lila - BB = 14kg, TB = 93 cm, LILA = 16,3
11:30 cm

32 09/05/2019 3.1 mengukur tanda tanda - RR 46x/i, N : 112x/i, T : 38,1


11:05 vital
91

1 10/05/2019 5.2 melakukan pendekatan - anak tidak menangis tapi masih tidak
08:00 dengan tenang mau kontak mata dengan mahasiswa

2 10/05/2019 5.9 mengkaji tingkat - ibu mengatakan An.I masih menangis


08:02 kecemasan yang setiap kali melihat perawat/tenaga
dirasakan anak medis lainnya
- anak tidak mau bermain dan lebih
banyak diam

3 10/05/2019 2.2 menghitung frekuensi - RR : 33x/I


08:05 nafas dan - Irama nafas tidak teratur
mamperhatikan irama -terdapat pernapasan cuping hidung
nafas - ada otot bantu pernafasan dada

4 10/05/2019 1.2 mengukur status - SpO2 = 98%


08:07 oksigen pasien - Terpasang nasal kanul 2lpm

5 10/05/2019 1.3 Mendengarkan bunyi - Suara nafas ronki pada kedua lapang
08:10 nafas paru

6 10/05/2019 2.1 mengukur suhu tubuh - T = 37,70C


08:15

7 10/05/2019 2.3 mengkaji warna kulit - Tidak ada kebiruan ataupun tanda-tada
08:17 dan menghitung nadi sianosis, badan teraba panas, N=
105x/i

8 10/05/2019 4.3 memberikan kompres - Kompres telah diberikan anak tertidur


08:20 hangat pada lipat axila
anak I

9 10/05/2019 1.9 menginjeksikan - Obat telah diberikan dan tidak ada


09:00 antibiotic colsancetin reaksi negative
125mg IV

10 10/05/2019 4.5 memberikan pct puyer - Obat telah diminum tidak ada reaksi
09:01 via oral negative

11 10/05/2019 1.6 menganjurkan anak - Anak mengikuti arahan ibunya


09:05 untuk batuk efektif

12 10/05/2019 8.1 mengkaji perilaku dan - Skor humpty dumpty = 13 (resiko


09:40 factor yang tinggi)
mempengaruhi risiko - Ketika rewel ibu mengatakan anaknya
jatuh aktif bergerak

13 10/05/2019 8.2 mengakaji karakteristik - Anak ditempatkan ditempat


tidur
09:45 lingkungan yng orang dewasa
berpotensi memicu - Posisi tempat tidur terlalu tunggi
92

jatuh

14 10/05/2019 8.3 memasang pagar - Side rail telah terpasang


09:50 pengaman

15 10/05/2019 8.4 merendahkan posisi - Posisi tempat tidur lebih rendah


09:55 tempat tidur

16 10/05/2019 4.5 menganjurkan ibu untuk - Ibu mengatakan nanti akan


10:35 membawa boneka atau mengambil boneka untuk An.I
mainan An.I

17 10/05/2019 7.2 menanyakan konsumsi


- Ibu mengatakan hari ini An.I masih
10:40 nutrisi pasien
belum menghabiskan makanannya
18 10/05/2019 7.4 menganjurkan pasien
10:45 banyak konsumsi - Ibu mengatakan mengerti dan akan
makanan yang berserat memberikan makanan yang berserat
kepada pasien
19 10/05/2019 2.6 mengisi air oksigen
10:50 - Terpasang nasal kanul 2lpm
20 10/05/2019 3.3 mengubah posisi
10:52 - Mengubah posisi pasien menjadi
21 10/05/2019 7.6 mengukur semi fowler
10:54 perkembangan anak
dengan kpsp - Hasil : anak berkembang sesuai
22 10/05/2019 7.5 menanyakan apakah usianya
anak ada muntah hari ini
- Ibu mengatakan anak tidak ada
23 10:56 7.4 mengecek turgor kulit muntah
24 10/05/2019 7.7 Mengukur BB, TB, - Turgor kulit baik
10:58 LILA
- BB = 14kg, TB= 93cm,
LILA=
16,3cm
1 11/05/2019 9.1 mencuci tangan sebelum - tangan tampak bersih
08:00 tindakan

11/05/2019 1.1 monitor status oksigen - SpO2 = 99%


08:05 pasien

2 11/05/2019 1.3 auskultasi suara nafas - Suara nafas bersih tadak ada
08:19 suara nafas tambahan
11/05/2019 2.1 mengukur suhu badan
- RR : 26x/i, N : 98x/i, T : 36,3
3 08:20 dan menghitung RR dan
N
4 11/05/2019 2.2 melihat kedalaman dan
08:25 kemudahan pasien - Frekuensi nafas 26x/i irama nafas
dalam bernafas teratur pasien tidak merasa sesak
11/05/2019 2.3 melihat warna kulit,
5 08:27 membrane mukosa serta - Warna kulit kemerahan, mukosa
bibir lembab, dan tidak ada tanda-
tanda
93

kuku pasien sianosis

6 11/05/2019 9.7 menginjeksikan - Obat telah diberikan dan tidak ada


08:55 antibiotic reaksi negatif yang muncul
7
11/05/2019 5.1 mengidentifikasi tingkat - Anak masih takut bila
09:30 kecemasan pasien melihat perawata/tenaga medis
lainnya
- Anak rewel saat terpisah dari ibunya
- Anak menarik diri dari orang asing
8 11/05/2019 7.5 menayakan apakah anak
09:45 ada muntah hari ini - Ibu mengatakan anak tidak ada
muntah hari ini
7.4 mengecek turgor kulit
9 pasien
11/05/2019 8.1 mengukur skor humpty - Turgor kulit baik
10:23 dumpty
- Skore humpty dumpty = 12
10 9.3 melihat apakah ada tanda (risiko jatuh)
11/05/2019 gejala infeksi yang muncul
10:30 - Tidak ada tanda gejala infeksi yang
muncul
11
11/05/2019 9.4 melakukan perawatan
10:35 infus
- Melepas infus, pembekuan darah baik

Sumber : Chairunisa (2019)

Berdasarkan tabel 4.9 dan 4.10 diatas bahwa Implementasi yang

dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat,

tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi

keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai. Implementasi pada

klien 1 dilakukan selama 3 hari dirumah sakit pada tanggal 30 Maret -

1 April 2018 sedangkan pada klien 2 dilakukan selama 3 hari di

rumah sakit mulai dari tanggal 9 Mei - 11 Mei 2019.


94

e. Evaluasi

Tabel 4.11 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak 1


dengan Bronkopneumonia
No Hari tanggal Tindakan Evaluasi
1 Jumat, 30 Maret Melatih nafas dalam S : - O:
2018  RR : 40x/menit
Pukul : 09.30 WIB  Terdapat penggunaan otot-otot
tambahan pernafasan
 Belum ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melakukan tiup balon
sebanyak 25x selama 30
menit
A: bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Latih nafas dalam dengan cara
meniup balon

 Putri
2 Sabtu, 31 Maret Melatih nafas dalam S:
2018 O:
Pukul : 09.30 WIB  RR : 38x/menit
 Terdapat penggunaan otot-
otot tambahan pernafasan
 Ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melkaukan tiup balon
sebanyak 26x/menit
A: bersihan jalan nafas belum teratasi
P:
 Latih nafas dalam dengan
meniup balon pada pasien
 Ajarkan kepada keluarga
cara meniup balon untuk
anak
Putri
3 Minggu, 1 April Melatih nafas dalam S:
2018 O:
Pukul : 09.30 WIB  RR :36x/menit
 Terdapat penggunaan otot-
otot tambahan pernafasan
 Ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melkaukan tiup balon
sebanyak 26x/menit
95

A: bersihan jalan nafas belum teratasi


P:
• Latih nafas dalam dengan
meniup balon pada pasien
• Ajarkan kepada keluarga
cara meniup balon untuk
anak

 Putri
Sumber : Mulyani (2018)

Tabel 4.12 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak 2 dengan


Bronkopneumonia
Hari/ Diagnosa Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
Hari DK 1 S:
1 Bersihan jalan - ibu mengatakan anak I masih sesak namun sudah berkurang
15:00 nafas tidak - ibu mengatakan anak I masih batuk berdahak
efektif - ibu mengatakan sudah paham tentang batuk efektif
namun belum melatih anak I karna masih tidur
O:
- auskultasi bunyi nafas ronki pada kedua paru
- RR=46x/i
- SpO2=98%
- Ada otot bantu pernafasan
- Anak tidak bisa mengeluarkan dahak secra mandiri
A:
- Masalah belum teratasi P
: Lanjutkan Intervensi
1.1 monitor status oksigenasi pasien
1.2 monitor status respirasi (irama,frekuensi)
1.3 auskultasi suara nafas catat jika ada suara
nafas tambahan
1.4 atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1.5 lakukan fisioterapi dada jika perlu
1.6 anjurkan teknik batuk efektif
1.7 kolaborasi pemberian O2
1.8 kolaborasi pemberian terapi nebulizer
1.9 kolaborasi penberian antibiotic
96

15:10 DK 2 S:
Gangguan - ibu mengatakan anak I masih sesak namun sudah
pertukaran gas agak mendingan
O:
- saat auskultasi terdengar bunyi nafas tambahan (ronki) pada
kedua lapang paru
- pernafasan cuping hidung
- pola nafas cepat dan dangkal
- kesadaran composmentis
- tidak ada tanda-tanda
sianosis A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 observasi TTV anak (nadi, respirasi, suhu)
2.2 kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2.3 observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku anak
apakah terdapat sianosis
2.4 mempertahankan istirahat dan tidur pada anak
2.5 kolaborasi pemberian oksigen
15:15 DK 3 S:
Pola nafas - ibu mengatakan anak kesulitan bernafas
tidak efektif - ibu mengatakan sesak anak akan bertambah bila tidur
dengan posisi telentang
O:
- ada tarikan dinding dada
- pola nafas cepat dan dangkal
- terdapat pernafasan cuping hidung
- TTV
RR : 46x/i, N : 112x/i, T : 38,1
A : Masalah belum teratasi P :
Lanjutkan intervensi
3.1 Observasi tanda tanda vital
3.2 Kaji frekuensi pernafasan
3.3 Memberikan posisi semi fowler
3.4 Kolaborasi pemberian O2
15:20 DK 4 S:
Hipertermia - ibu mengatakan anak I masih demam
O:
- T = 38,10C N: 112x/i
- Badan anak teraba
panas A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4.1 Monitor suhu tubuh sesering mungkin
4.2 Monitor warna kulit dan nadi
4.3 Berikan kompres pada lipatan paha dan aksila
4.4 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
4.5 Kolaborasi pemberian obat antipiretik untuk
menurunkan panas
97

15:25 DK 5 S:
Cemas - Ibu mengatakan anak I masih sering menangis jika
ditinggalkan
- Ibu anak I mengatakan pasien masih banyak diam dan
belum aktif untuk bermain

O:
- Ekspresi wajah takut dan tegang
- Anak I tidak mau kontak mata dengan lawan bicara
- Anak I menangis bila ada perawat/tenaga medis lain
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi intervensi
5.1 Identifikasi ulang tingkat kecemasan
5.2 Pertahankan sikap yang tenang dan meyakinkan
5.3 Jelaskan setiap prosedur dan aktivitas kepada orang
tua dan anak
5.4 Anjurkan orang terdekat untuk selalu mendampingi
5.5 Melakukan terapi bermain
15:30 DK 6 S:
Defisit - Ibu mengatakan sekarang sudah paham tentang penyakit
pengetahuan yang diderita anaknya
orang tua - Ibu mengatakan sudah tau bahaya asap obat
nyamuk/rokok bagi kesehatan anaknya
- Ibu mengatakan sudah paham terkait pentingnya menjaga
kebersihan diri anak
- Ibu mengatakan akan merubah gaya hidup menjadi lebih
baik lagi
O:
- Ibu pasien dapat mengulang dan memaparkan secara singkat
terkait penyakit bronkopneumonia
- Ibu mampu menyebutkan bahaya asap obat nyamuk bagi
kesehatan anaknya
- Ibu mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya
menjaga kebersihan diri bagi anaknya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
98

15:30 DK 7 S:
Risiko deficit
nutrisi - Ibu pasien mengatakan Anak I nafsu makannya menurun
semenjak sakit
- Ibu mengatakan anak I hanya makan 1-2 sendok saja
O:
- A : BB = 14kg, TB= 93cm, LILA= 16,3cm
- B:
Leukosit : 6400 103/ul, Trombosit : 333.700, Hb : 9,0
g/dL, Ht : 29,1%
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilat
- Mukosa bibir lembab
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi :
7.1 Kaji status nutrisi anak
7.2 Kaji adanya alergi makanan atau minuman
7.3 Ukur tinggi panjang dan berat badan anak
7.4 Monitor turgor kulit
7.5 Monitor muntah pada anak
7.6 Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi
15:35 DK 8 S:-
Risiko jatuh O:
- Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak terlalu tinggi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
8.1 mengidentifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi risiko jatuh
8.2 mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi untuk jatuh
8.3 memasang pagar pengaman tempat tidur
8.4 merendahkan posisi tempat tidur

15:40 DK 9 S:-
Risiko infeksi O:
- terpasang IVFD ditangan sebelah kiri
- tidak ada kemerahan, bengkak, dan perubahan bentuk pada
tangan yang terpasang infus
- balutan bersih dan rapi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
9.1 cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
9.2 batasi pengunjung bila perlu
9.3 monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local
9.4 lakukan perawatan infus
9.7 kolaborasi pemberian antibiotic
99

Hari ke DK 1 S:
2 Bersihan jalan - ibu mengatakan anak I sesaknya sudah berkurang
14:45 nafas tidak - ibu mengatakan anak I masih batuk berdahak namun
efektif sudah berkurang
- ibu mengatakan anak mau meniru melakukan batuk efektif
- ibu mengatakan anak mampu mengeluarkan batuknya
sambil dibimbing
O:
- auskultasi bunyi nafas ronki pada kedua paru namun
sudah berkurang
- RR= 40x/i
- SpO2=98%
- Ada otot bantu pernafasan
- Napas cepat dan dangkal
- Pernafasan cuping hidung
- Terpasang nasal kanul 2lpm
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.1 monitor status oksigenasi pasien
1.2 monitor status respirasi (irama,frekuensi)
1.3 auskultasi suara nafas catat jika ada suara
nafas tambahan
1.4 atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1.5 lakukan fisioterapi dada jika perlu
1.6 anjurkan teknik batuk efektif
1.7 kolaborasi pemberian O2
1.8 kolaborasi pemberian terapi nebulizer
1.9 kolaborasi penberian antibiotic

14:50 DK 2 S:
Gangguan - ibu mengatakan anak I masih sesak namun sudah
pertukaran gas agak mendingan
O:
- saat auskultasi terdengar bunyi nafas tambahan (ronki) pada
kedua lapang paru
- pernafasan cuping hidung
- pola nafas cepat dan dangkal
- kesadaran composmentis
- tidak ada tanda-tanda
sianosis A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 observasi TTV anak (nadi, respirasi, suhu)
2.2 kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2.3 observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku anak
apakah terdapat sianosis
2.4 mempertahankan istirahat dan tidur pada anak
2.5 kolaborasi pemberian oksigen
100

14:55 DK 3 S:
Pola nafas - ibu mengatakan anak kesulitan bernafas
tidak efektif - ibu mengatakan sesak anak akan bertambah bila tidur
dengan posisi telentang
O:
- ada tarikan dinding dada
- pola nafas cepat dan dangkal
- terdapat pernafasan cuping hidung
- TTV
RR : 40x/i, N : 105x/i, T : 36,6
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Observasi tanda tanda vital
3.2 Kaji frekuensi pernafasan
3.3 Memberikan posisi semi fowler
3.4 Kolaborasi pemberian O2
15:00 DK 4 S:
Hipertermia - ibu mengatakan An.I badannya sudah tidak panas lagi
O:
- T = 36,60C N: 78x/i
- Akral teraba hangat, kulit kemerahan tidak ada tanda- tanda
sianosis
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
15:05 DK 5 S:
Cemas - Ibu mengatakan anak I masih sering menangis jika
ditinggalkan ibunya
- Ibu anak I mengatakan pasien masih banyak diam dan
belum aktif untuk bermain
O:
- Ekspresi wajah takut dan tegang
- Anak I tidak mau kontak mata dengan lawan bicara
- Anak I menangis bila ada perawat/tenaga medis lain
A: Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi intervensi
5.1. Identifikasi ulang tingkat kecemasan
5.2. Pertahankan sikap yang tenang dan meyakinkan
5.3. Jelaskan setiap prosedur dan aktivitas kepada orang tua
dan anak
5.4. Anjurkan orang terdekat untuk selalu mendampingi
5.5. Melakukan terapi bermain.
101

15:10 DK 7 S:
Risiko deficit - Ibu pasien mengatakan Anak I masih tidak
nutrisi menghabiskan porsi makanannya
- Ibu mengatakan anak I hanya makan 1-2 sendok saja
O:
- A : BB = 14kg, TB= 93cm, LILA= 16,3cm
- B:
Leukosit : 6400 103/ul, Trombosit : 333.700, Hb : 9,0
g/dL, Ht : 29,1%
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilat
- Mukosa bibir lembab
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi :
7.1 Kaji status nutrisi anak
7.2 Kaji adanya alergi makanan atau minuman
7.3 Ukur tinggi panjang dan berat badan anak
7.4 Monitor turgor kulit
7.5 Monitor muntah pada anak
7.6 Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi
15:15 DK 8 S:-
Risiko jatuh O:
- Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak terlalu tinggi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
8.1 mengidentifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi risiko jatuh
8.2 mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi untuk jatuh
8.3 memasang pagar pengaman tempat tidur
8.4 merendahkan posisi tempat tidur
15:20 DK 9 S:-
Risiko infeksi O :
- terpasang IVFD ditangan sebelah kiri
- tidak ada kemerahan, bengkak, dan perubahan bentuk pada
tangan yang terpasang infus
- balutan bersih dan
rapi A : Masalah tidak
terjadi
P : Pertahankan intervensi
9.1. cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
9.2. batasi pengunjung bila perlu
9.3. monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local
9.4. lakukan perawatan infus
9.5. kolaborasi pemberian antibiotic
102

Hari DK 1 S:
ke 3 Bersihan jalan - ibu mengatakan An.I sudah tidak sesak lagi
14:45 nafas tidak - ibu mengatakan An.I batuk sudah tidak berdahak lagi
efektif O:
- auskultasi bunyi nafas bersih
- RR=25x/i
- SpO2=99%
- Tidak ada otot bantu pernafasan
- Irama nafas teratur
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tidak terpasang oksigen
A : - Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
14:50 DK 2 S:
Gangguan - ibu mengatakan anak I sudah tidak sesak
pertukaran gas lagi O :
- auskultasi suara nafas bersih tidak ada suara nafas tambahan
- tidak pernafasan cuping hidung
- pola nafas teratur
- tidak ada tarikan dinding dad
- kesadaran composmentis
- tidak ada tanda-tanda
sianosis A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

14:55 DK 3 S:
Pola nafas - ibu mengatakan anak sudah tidak sesak lagi
tidak efektif - ibu mengatakan anak sudah tidak menggunakan oksigen lagi
O:
- tidak ada tarikan dinding dada
- pola nafas teratur
- tidak ada terdapat pernafasan cuping hidung
- TTV
RR : 25x/i, N : 98x/i, T : 36,3
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

15:00 DK 5 S:
Cemas - Ibu mengatakan anak I masih sering menangis jika
ditinggalkan
- Ibu anak I mengatakan pasien sekarang sudah mulai
tersenyum namun belum aktif bergerak
O:
- Anak tidak mau diajak terapi bermain (mewarnai)
- Anak sudah mulai sesekali tersenyum
- Anak masih menangis bila ada perawat/tenaga medis lain
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi intervensi
5.1 Identifikasi ulang tingkat kecemasan
5.2 Pertahankan sikap yang tenang dan meyakinkan
5.3 Jelaskan setiap prosedur dan aktivitas kepada orang tua
dan anak
5.4 Anjurkan orang terdekat untuk selalu
mendampingi Melakukan terapi bermain
103

15:10 DK 7 S:
Risiko deficit - Ibu pasien mengatakan Anak I masih tidak
nutrisi menghabiskan porsi makanannya
O:
- A : BB = 14kg, TB= 93cm, LILA= 16,3cm
- B:
Leukosit : 6400 103/ul, Trombosit : 333.700, Hb : 9,0
g/dL, Ht : 29,1%
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilat
- Mukosa bibir lembab
A : Masalah tidak
terjadi
P : Pertahankan Intervensi :
7.1 Kaji status nutrisi anak
7.2 Kaji adanya alergi makanan atau minuman
7.3 Ukur tinggi panjang dan berat badan anak
7.4 Monitor turgor kulit
7.5 Monitor muntah pada anak
7.6 Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi
15:25 DK 8 S:-O:
Risiko jatuh - Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak terlalu tinggi

A : Masalah tidak terjadi P :


Pertahankan intervensi
8.1 mengidentifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi risiko jatuh
8.2 mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi untuk jatuh
8.3 memasang pagar pengaman tempat tidur
8.4 merendahkan posisi tempat tidur

15:30 DK 9 S:-O:
Risiko infeksi - infus telah dilepas
- tidak ada kemerahan, bengkak, dan perubahan bentuk pada
tangan
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
9.1 cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
9.2 batasi pengunjung bila perlu
9.3 monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local
9.4 lakukan perawatan infus
9.7 kolaborasi pemberian antibiotic

Sumber : Chairunisa (2019)


104

Berdasarkan hasil tabel 4.11 dan 4.12 di atas menjelaskan bahwa

pada klien 1 dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari di rumah

sakit, evaluasi pada klien 1 menunjukan diagnosa keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi dihari ke 3.

Sedangkan pada klien 2 dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari

di rumah sakit, evaluasi pada klien 2 menunjukan 5 diagnosa

keperawatan yang teratasi yaitu diagnosa defisit pengetahuan teratasi

pada hari ke 1, hipertermia teratasi pada hari ke 2, bersihan jalan

nafas tidak efektif teratasi pada hari ke 3, gangguan pertukaran gas

teratasi pada hari ke 3, pola nafas tidak efektif teratasi hari ke 3.

Terdapat 1 diagnosa teratasi sebagian yaitu diagnosa cemas teratasi

sebagian pada hari ke 3 dan diagnosa yang tidak terjadi berjumlah 3

diagnosa yaitu diagnosa resiko defisit nutrisi, resiko jatuh, dan resiko

infeksi.

B. Pembahasan

Pada pembahasan peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian

maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada anak

klien 1 dan 2 dengan kasus Bronkopneumonia yang telah dilakukan sejak

tanggal 30 Maret 2018 – 1 April 2018 pada klien 1 di RSUD Wonosari

Gunung Kidul

dan pada tanggal 9 Mei 2019 – 11 Mei 2019 pada klien 2 di RSU Samarinda

Medika Citra. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.
105

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan

klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan

dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup

untuk menentukan strategi perawatan. Data hasil pengkajiian perlu

didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016).

Pengkajian pada klien 1 dilakukan pada hari Jum’at, 30 Maret 2018

sedangkan pada klien 2 dilakukan pengkajian pada hari Kamis, 9 Mei

2019, klien 1 berusia 3 tahun dan klien 2 berusia 2 tahun, terdapat

keluhan utama yang sama antara klien 1 dan 2 yaitu batuk berlendir dan

sesak. Hal ini sesuai dengan teori Nurarif dan Kusuma (2015) bahwa

terjadinya proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia

menimbulkan manifestasi klinis, salah satunya adalah bersihan jalan

napas tidak efektif. Masalah bersihan jalan nafas ini jika tidak ditangani

secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat seperti

pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan

kematian.

Berdasarkan hasil pengkajian pada kedua klien dilakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien 1 yaitu nadi 100 x/menit,

respirasi 42 x/menit, suhu 35,5oC. Sedangkan klien 2 : nadi 106 x/menit,


106

respirasi 43 x/menit, suhu 38,1 o


C. Pada pemeriksaan fisik yang

dilakukan kedua klien suara pernafasan ronchi, dispnea, tampak

penggunaan otot bantu pernafasan, suara sonor (redup). Hal ini menurut

teori Nurarif dan Kusuma (2015) peradangan ditandai dengan adanya

penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi

positif dan mual.

Menurut analisa peneliti terdapat kesamaan serta kesenjangan

teori dan kasus yaitu pada klien 1 mengalami demam pada awal

sebelum masuk rumah sakit, kemudian mengalami batuk produktif,

dispnea, pernafasan cepat, bunyi pernafasan ronki, gelisah. Pada klien 2

sama halnya dengan teori yaitu keluhan awal masuk batuk produktif,

dispnea, pernafasan cepat dan bunyi pernafasan ronki. Pada riwayat

penyakit keluarga, klien 1 tidak memiliki penyakit keturunan,

sedangkan pada klien 2 ibu klien memiliki riwayat penyakit asma.

Adapun kedua klien terdapat kesenjangan antara kasus dan teori yaitu

baik klien 1 maupun klien 2 saat pengkajian tidak di temukan adanya

sianosis sekitar hidung dan mulut dan anoreksia. Hal ini menurut teori

Nurarif dan Kusuma (2015) pada penderita bronkopneumonia biasanya

merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak,

terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita

biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare,

sianosis, dan anoreksia.

Pengkajian riwayat penyakit sekarang pada klien 1 tidak ditemukan

data, sedangkan klien 2 ibu mengatakan di rumah menggunakan obat

nyamuk bakar. Menurut Sofia (2017) faktor risiko Infeksi saluran


107

pernapasan pada balita yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan penggunaan

obat nyamuk bakar dan kelembaban udara. Kemudian udara yang buruk

akan dihasilkan dari asap pembakaran obat nyamuk dan perlahan

merusak mekanisme pertahanan paru pada anak.

Pada riwayat imunisasi klien 1 tidak terdapat data. Sedangkan pada

klien 2, ibu mengatakan riwayat imunisasi tidak lengkap. Hal ini sesuai

dengan teori Sunarti (2012) bahwa imunisasi adalah kekebalan pada

anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh membuat zat untuk

mencegah penyakit tertentu. Imunisasi merupakan kekebalan aktif yang

dibuat tubuh sendiri akibat terpajan dengan antigen. Sedangkan kedua

anak terdapat imunisasi yang kurang dan akan berpengaruh pada

kekebalan tubuh terhadap perkembangbiakan infeksi bakteri didalam

tubuh.

Klien 1 keluarga tidak terdapat data sedangkan pada klien 2 ASI

eksklusif diberikan selama 6 bulan. Menurut teori Sunarti (2012) bahwa

ASI berpengaruh pada sumber kekebalan tubuh pada bayi pada masa

pertumbuhannya, melindungi bayi dari infeksi, dan menghambat

pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Sehingga anak tidak rentan

terkena penyaki tertentu.

Hal ini sesuai dengan teori pada kasus bronkopneumonia karena

penyebab bronchopneumonia yaitu jenis kelamin, usia balita, status gizi,

imunisasi, berat lahir balita, suplementasi vitamin A, durasi pemberian ASI,

pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pajanan rokok, serta pengetahuan, sikap,

dan perilaku ibu terhadap bronkopneumonia (Kholisah et al, 2015).

Pada klien 1 ibu mengatakan mengatakan selama dirumah sakit


108

pasien sedikit susah tidur dan terkadang menangis. Sedangkan pada

klien 2 ditemukan data saat pengkajian klien mengalami hospitalisasi

klien menangis dan takut saat melihat perawat. Hospitalisasi adalah

pengalaman penuh cemas baik bagi anak maupun keluarganya.

Kecemasan utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan

keluarga, kehilangan kontrol, lingkungan yang asing, kehilangan

kemandirian dan kebebasan. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh

perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, diagnosa

penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap cemas (Nursalam,

2013).

Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran

data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan

dalam memberikan asuhan keperawatan. Semua data yang berkaitan

dengan status klien seharusnya dimasukkan. Bahkan informasi yang

tampaknya menunjukkan abnormalitas pun harus dicatat. Informasi

tersebut mungkin akan berkaitan nantinya, dan berfungsi sebagai nilai

dasar untuk perubahan dalam status. Pada pengkajian klien 1 terdapat

data yang tidak lengkap mengakibatkan banyak data yang tidak

mendukung untuk diangkatnya suatu diagnosa.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa

keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan

asuhan
109

keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik

(Yustiana & Ghofur, 2016).

Dalam penegakkan diagnosa keperawatan, tanda/gejala mayor

harus ditemukan sekitar 80% - 100% untuk validasi diagnosis.

Sedangkan tanda/gejala minor tidak harus ditemukan, namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis (PPNI, 2017)

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien

Bronkopneumonia menurut SDKI adalah Bersihan jalan napas tidak

efektif, Pola nafas tidak efektif, Gangguan pertukaran gas, Hipertermia,

Defisit nutrisi, Intoleransi aktifitas, Ansietas, Defisit pengetahuan,

Resiko ketidakseimbangan elektrolit (PPNI, 2017).

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 3 diagnosa

keperawatan yang ditegakkan pada klien 1 yaitu bersihan jalan nafas

tidak efektif, resiko infeksi dan cemas. Menurut SDKI, penegakan

diagnosa cemas adalah ansietas. Sedangkan pada klien 2 terdapat 9

diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu Bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, Gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler, Pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan,

Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi, Cemas

berhubungan dengan lingkungan yang asing, Defisit pengetahuan orang

tua berhubungan dengan kurang terpapar informasi, Resiko Defisit

Nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis, Resiko jatuh dibuktikan

dengan
110

anak usia 2 tahun atau kurang, Risiko infeksi dibuktikan dengan efek

prosedur invasive.

Berikut ini pembahasan diagnosa yang muncul sesuai dengan

teori pada kasus klien 1 dan 2 yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme

jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan

membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk

mempertahankan jalan nafas tetap paten (PPNI, 2017). Menurut

analisa saya, peneliti menegakkan diagnosa bersihan jalan nafas

tidak efektif pada klien 1 belum menggunakan buku Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Sedangkan pada klien 2

peneliti menegakkan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan peningkatan produksi sputum sudah

menggunakan buku SDKI.

Berdasarkan buku SDKI, gejala dan tanda mayor yang

muncul yaitu batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum

berlebih, dan adanya suara nafas tambahan. Gejala dan tanda

minornya yaitu dyspnea, sulit bicara, gelisah, sianosis, bunyi nafas

menurun, frekuensi nafas berubah dan pola nafas berubah. Dari

hasil pengkajian ditemukan tanda dan gejala mayor dan minor pada

klien yaitu batuk tidak efektif, sputum berlebih, ronkhi kering,

dispnea, frekuensi nafas berubah dan gelisah. Orangtua klien 1

mengatakan
111

membawa anak kerumah sakit karena mengalami batuk produktif

dan demam selama 2 hari di rumah, sedangkan pada klien 2

orangtua mengatakan ketika di rumah anaknya batuk-batuk ± 3

hari, demam dan kesulitan bernafas lalu dibawa ke klinik,

kemudian setelah dilakukan penanganan di klinik anak dirujuk ke

Rumah Sakit. Pada kedua klien keadaan umum sedang , kesadaran

compos mentis. Pada kedua klien sebelumnya diberikan antibiotik

dengan hasil pengukuran tanda-tanda vital klien 1 nadi : 100

x/menit, suhu : 35,5ºC dan pernafasan : 42x/menit (Takipnea)

sedangkan pada klien 2 nadi : 106 x/menit , suhu : 38,1ºC (febris)

dan pernafasan : 43x/menit (Takipnea), terpasang nasal kanul 2

lpm.

Alasan peneliti menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus

ini sesuai dengan teori bahwa penyakit Bronkopneumonia tidak

dijumpai batuk pada awal penyakit, seorang anak akan mendapat

batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk

kering kemudian menjadi produktif (PDPI Lampung & Bengkulu,

2017).

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

Ansietas adalah Kondisi emosi dan pengalaman subyektif

individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat

antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan

tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2017). Menurut

analisa saya, peneliti menegakkan diagnosa cemas pada klien 1

dan 2 belum
112

menggunakan standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI)

adapun penegakan diagnosa cemas sesuai SDKI ialah ansietas.

Adapun tanda/gejala mayor dan minor pada ansietas yaitu klien

tampak gelisah, tampak tegang dan sulit tidur, frekuensi nafas dan

nadi meningkat, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, dan

kontak mata buruk. Kemudian muncul masalah keperawatan yaitu

ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

Pada saat pengkajian kedua klien mengalami hospitalisasi,

pada klien 1 orang tua mengatakan selama di rumah sakit pasien

sedikit susah tidur dan terkadang menangis dan pasien tampak

gelisah. Sedangkan pada klien 2 klien menangis dan ketakutan

ketika melihat perawat/orang asing dan pasien menangis bila

ditinggalkan sendiri. Dari hasil penelitian pada kasus klien 1 dan

klien 2 terdapat tanda dan gejala mayor dan minor yaitu merasa

khawatir, takut, sulit tidur, tampak tegang, gelisah, dan kontak

mata buruk

Menurut Nursalam (2013) hospitalisasi adalah pengalaman

penuh cemas baik bagi anak maupun keluarganya. Kecemasan

utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga,

kehilangan kontrol, lingkungan yang asing, kehilangan

kemandirian dan kebebasan. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh

perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, diagnosa

penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap cemas.

Alasan peneliti menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus


113

ini sesuai dengan teori bahwa Reaksi anak terhadap hospitalisasi

dapat ditunjukan dengan reaksi misalnya terhadap penyakit atau

masalah diri anak seperti regresi yaitu hilangnya kontrol,

displacement, agresi (menyangkal), menarik diri, tingkah laku

protes, serta diantaranya akan mengalami ketakutan saat petugas

kesehatan akan melakukan perawatan pada anak karena dianggap

dapat mengancam integritas tubuhnya (Wahyuni, 2016).

c. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

Resiko infeksi ialah beresiko mengalami peningkatan

terserang organisme patogenik (PPNI, 2017). Menurut hasil

penelitian, peneliti menegakkan diagnosa resiko infeksi pada klien

1 belum menggunakan buku SDKI. Berdasarkan buku SDKI,

diagnosa keperawatan resiko infeksi, faktor resikonya yaitu efek

prosedur invasif. Pada klien 1 dibuktikan dengan terpasangnya

infus KAEN 20 tpm di tangan sebelah kiri. Sedangkan pada klien 2

tampak Anak terpasang IVFD ditangan sebelah kiri.

Alasan peneliti menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus

ini sesuai dengan teori bahwa sebanyak 70% pasien yang dilakukan

rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Tetapi karena terapi ini

diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama

tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari

pemasangan infus, salah satunya adalah infeksi (Herlina et al 2018).

Berikut adalah masalah keperawatan yang berbeda antara klien 1

dan klien 2 :
114

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolus-kapiler

Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau

kekurangan oksigen dan/atau eliminasi karbondioksida pada

membrane alveolus-kapiler (PPNI, 2017). Menurut analisa saya

peneliti sudah menegakkan diagnosa gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler

pada klien 2 sudah berdasarkan buku SDKI, tetapi tidak ada

data pemeriksaan penunjang yang mendukung untuk

menegakkan diagnosa tersebut.

Berdasarkan buku SDKI, gejala dan tanda mayor pada

diagnosa gangguan pertukaran gas yaitu klien dyspnea, PCO2

meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri

meningkat/menurun dan adanya bunyi nafas tambahan.

Sedangkan untuk gejala dan tanda minornya yaitu klien pusing,

sianosis, diaphoresis, gelisah, terdapat nafas cuping hidung, pola

nafas abnormal dan kesadaran menurun. Peneliti menegakkan

diagnosa tersebut pada klien 2 berdasarkan hasil pengkajian

yaitu ibu mengatakan anak kesulitan bernafas, ada suara nafas

tambahan (ronki) pada kedua lapang paru, terdapat penggunaan

pernafasan cuping hidung dan pola nafas yang cepat dan

dangkal. Menurut Nurarif & Kusuma (2015) reaksi peradangan

pada bronkopneumonia ini dapat menimbulkan sekret, semakin

lama
115

sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus

menjadi semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak

hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai

ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di

paru. Teori inilah yang menjadi alasan peneliti mengangkat

diagnosa gangguan pertukaran gas.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

nafas

Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau

ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (PPNI,

2017). Menurut analisa saya peneliti sudah menegakkan

diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membrane alveolus-kapiler pada klien 2 sudah

berdasarkan buku SDKI. Berdasarkan buku SDKI, diagnosa

keperawatan pola nafas tidak efektif tanda/gejala mayornya

ialah dyspnea, penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi

memanjang dan pola nafas abnormal, sedangkan gejala dan

tanda minornya yaitu adanya pernafasan cuping hidung.

Pada klien 2 dibuktikan dengan ibu klien mengatakan

klien kesulitan bernafas, saat posisi tidur telentang anak

semakin merasa sesak nafas, terdapat otot bantu pernafasan

dada, pola nafas cepat dan dangkal, frekuensi pernafasan 43

x/menit dan terpasang nasal kanula 2 liter/menit. Pada klien 1

peneliti tidak
116

menegakkan diagnosa pola nafas tidak efektif, data saat

pengkajian pada orang tua klien dimana ibu mengatakan pasien

sesak nafas, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, pola

nafas abnormal, frekuensi pernafasan 42 x/menit. Berdasarkan

data tersebut, peneliti dapat menegakkan diagnosa pola nafas

tidak efektif karena 3 dari 4 tanda mayor sudah terkaji pada

klien tersebut.

Menurut Price (2012) sesak nafas pada

bronkopneumonia disebabkan karena berbagai macam hal,

diantaranya karena adanya obstruksi pada jalan nafas dan

adanya faktor-faktor tertentu (karena penyebaran bakteri, virus,

jamur) yang menyebabkan paru-paru/alveoli gagal mengembang

dengan sempurna (kekurangan surfaktan atau adanya desakan

dari rongga abdomen/jantung). Sesak nafas yang ditimbulkan

karena paru dapat diikuti dengan adanya bunyi nafas tambahan,

seperti ronkhi (basah/kering) ataupun wheezing.

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh meningkat di atas

rentang normal tubuh (PPNI, 2017). Menurut analisa saya

peneliti sudah menegakkan diagnosa hipertermia berhubungan

dengan proses inflamasi pada klien 2 sudah berdasarkan buku

SDKI. Berdasarkan buku SDKI, diagnosa keperawatan

hipertermia tanda/gejala mayornya ialah Suhu tubuh diatas nilai

normal,
117

sedangkan gejala dan tanda minornya yaitu Kulit merah,

Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit terasa hangat.

Pada hasil penelitian klien 2 dibuktikan dengan Ibu pasien

mengatakan anaknya rewel dan badan teraba hangat. Suhu

tubuh pasien ialah 38,1°C (Febris). Pada klien 1 tidak dapat

diangkat diagnosa hipertermia dikarenakan suhu pasien 35,5°C

(normal).

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya

mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi

ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan

reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan

peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh

menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita

(Nurarif & Kusuma, 2015).

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya

informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (PPNI,

2017). Menurut analisa saya peneliti sudah menegakkan

diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi pada klien 2 sudah berdasarkan buku SDKI.

Berdasarkan buku SDKI, diagnosa keperawatan defisit

pengetahuan tanda/gejala mayornya ialah menanyakan masalah

yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,


118

menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, sedangkan

gejala dan tanda minornya yaitu menjalani pemeriksaan yang

tidak tepat, menunjukkan perilaku berlebihan

Hasil penelitian pada klien 2 didapatkan bahwa ibu pasien

mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan pendidikan

kesehatan tentang bronkopneumonia, tidak paham tentang

penyakit yang diderita anaknya, tidak berani memandikan

anaknya karna takut memperparah kondisinya, orang tua pasien

hanya diam saat ditanya tentang penyakit anaknya dan bertanya

tentang penyakit anaknya dan dirumah menggunakan obat

nyamuk bakar.

Menurut Sofia (2017) faktor risiko Infeksi saluran

pernapasan pada balita yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan

penggunaan obat nyamuk bakar dan kelembaban udara.

Kemudian udara yang buruk akan dihasilkan dari asap

pembakaran obat nyamuk dan perlahan merusak mekanisme

pertahanan paru pada anak.

Sehingga analisa peneliti menegakkan diagnosa defisit

pengetahuan pada klien 2 ialah karena ibu mengalami defisiensi

pengetahuan kognitif atau ketrampilan-ketrampilan psikomotor

berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan terhadap

anaknya.

e. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan perubahan psikologis


119

Defisit nutrisi ialah asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme (PPNI, 2017). Menurut

analisa saya peneliti dalam menegakkan diagnosa resiko defisit

nutrisi dibuktikan dengan perubahan psikologis pada klien 2

belum sepenuhnya berdasarkan buku SDKI dikarenakan pada

diagnosa defisit nutrisi tidak ada diagnosa resiko hanya terdapat

diagnosa aktual. Berdasarkan buku SDKI, diagnosa

keperawatan defisit nutrisi tanda/gejala mayornya ialah berat

badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, sedangkan

gejala dan tanda minornya yaitu cepat kenyang setelah makan,

kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus

hiperaktif, otak pengunyah lemah, otot menelan lemah,

membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut

rontok berlebihan, dan diare.

Dari hasil pengkajian didapatkan data pada klien 2

sebelum sakit dan sesudah sakit tidak mengalami penurunan

berat badan. Sesuai dengan kartu menuju sehat (KMS) status

gizi klien 2 berada digaris hijau yang berarti status gizi baik

namum kondisi sakit yang diderita anak akan mempengaruhi

nafsu makan. Sehingga peneliti merasa perlu untuk mengangkat

diagnosa ini untuk mempertahankan status nutrisi anak.

Menurut Agustina (2013) penyakit infeksi menjadi salah

satu faktor langsung penyebab terjadinya gizi kurang pada

balita.
120

Apabila dimasa ini anak tidak mendapatkan asupan yang cukup

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangannya, selain itu dengan adanya penyakit infeksi

yang berada pada tubuh anak akan menurunkan nafsu makannya

dan berakibat pada status gizi anak.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian, bahwa

pada anak bronkopneumonia yang memiliki masalah deficit

nutrisi ini berkaitan dengan faktor psikologis yang dipicu oleh

efek dari proses penyakit seperti batuk, sesak nafas, anak mudah

lelah, dan gangguan pada indra pengecap sehingga anak tidak

nafsu makan.

f. Resiko jatuh ditandai dengan anak usia 2 tahun atau kurang

Dari hasil pengakajian didapatkan data bahwa klien 2

memiliki masalah risiko jatuh yang didukung dengan data

obyektif skor humpty dumpty klien 2 = 13 (risiko tinggi), anak

ditempatkan dikasur orang dewasa, pagar pengaman tidak

terpasang dan posisi tempat tidur yang terlalu tinggi.

Berdasarkan data tersebut peneliti merasa perlu mengangkat

diagnose risiko jatuh untuk menghindari kejadian jatuh.

Menurut trisniawati & richa (2018) kejadian pasien jatuh

merupakan masalah serius di rumah sakit terutama pada pasien

rawat inap karena kejadian pasien jatuh merupakan salah satu

indikator keselamatan pasien khususnya anak dan indikator

mutu
121

rumah sakit. Menurut SDKI (2017) risiko jatuh adalah kondisi

berisiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan

akibat terjatuh dimana faktor risiko yang berkaitan pada kasus

ini adalah usia anak 2 tahun atau kurang. Sesuai dengan teori

menurut penulis usia anak berkait an dengan risiko yang

memicu jatuh karna anak usia 2 tahun atau kurang akan sangat

aktif bergerak namun mengenal bahaya disekitarnya.

Berdasarkan analisa peneliti selama perawatan tidak ada

kejadian jatuh, peneliti berasumsi bahwa pada pasien anak usia

2 tahun ataupun kurang sangat perlu adanya kesadaran,

perhatian dan kewaspadaan ekstra baik dari perawat, tenaga

medis lainnya, maupun orang tua pasien untuk meminimalisir

faktor risiko agar anak terhindar dari kejadian jatuh (PPNI,

2017).

g. Resiko gangguan tumbuh kembang

Pada kedua klien dilakukan pemeriksaan DDST dimana

bertujuan untuk menilai kemajuan perkembangan anak.

Terwujudnya tumbuh kembang anak yang berkualitas, juga

perlu diperhatikan kesehatannya agar tidak terjangkit suatu

penyakit. Penyakit-penyakit yang saat ini masih kerap dialami

oleh anak- anak diantaranya hiperbilirubinemia, tetanus

neonatorum, anemia defisiensi besi, asma, kejang demam,

konjungtivitis, malnutrisi, diare, hirschsprung, hepatitis, anus

imperforata, leukemia, tuberculosis, bronkitis, meningitis,

sindrom nefrotik, capak,


122

pertusis, difteri, demam tifoid, gondongan, dan

bronkopneumonia (Fida & Maya, 2012). Penyakit

bronkopneumonia dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak,

karena sumber energi yang anak dapatkan dari makanan serta

ASI atau susu formula tak hanya terpakai untuk

pertumbuhannya melainkan untuk melawan kuman penyebab

infeksi tersebut. Sehingga anak dengan infeksi tertentu

membutuhkan lebih banyak asupan makanan bergizi seimbang

dibandingkan anak sehat. Jadi, agar anak mencapai tumbuh

kembang optimum yaitu sehat dan cerdas maka anak perlu

mendapat nutrisi dan stimulasi yang baik serta terbebas dari

penyakit infeksi dengan memberikan imunisasi pada anak.

3. Intervensi Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment

yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI,

2019). Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari

proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang

memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,

termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan

keperawatan. Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk

klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksmial

(Asmadi, 2008). Peneliti telah membuat intervensi keperawatan sesuai

dengan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Menurut

buku SIKI, terdapat


123

empat tindakan dalam intervensi keperawatan yang terdiri dari observasi,

teraupetik, edukasi dan kolaborasi.

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 1 dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan peningkatan produksi sputum yaitu observasi :

Observasi respirasi rate dan heart rate, teraupetik : Latih nafas dalam

dengan cara tiup balon, edukasi : Motivasi pasien banyak minum,

edukasi keluarga untuk melatih nafas dalam, kolaborasi : kolaborasi

pemberian terapi nebulizer. Pada klien 2 dengan diagnosa bersihan jalan

nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

yaitu observasi

: Monitor status oksigen pasien, Monitor status respirasi (frekuensi,irama

nafas), teraupetik : Auskultasi suara nafas catat jika ada suara nafas

tambahan, Atur poisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Lakukan

fisioterapi dada jika perlu, edukasi : Ajarkan teknik batuk efektif untuk

mengeluarkan secret, kolaborasi : Kolaborasi pemberian O2, kolaborasi

pemberian terapi nebulizer, kolaborasi pemberian antibiotik. Pada klien 1

belum menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), sedangkan pada

klien 2 sudah menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI) namun belum menggunakan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI).

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada

intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar Intervensi


124

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan klien anak dengan

Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas menggunakan SIKI

dan SLKI yaitu setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan bersihan

jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria hasil : Batuk efektif,

Produksi sputum menurun, Mengi menurun, Wheezing menurun,

Dispnea menurun, Gelisah menurun, Frekuensi napas membaik, Pola

napas membaik. Rencana tindakan dalam diagnose bersihan jalan nafas

tidak efektif meliputi observasi : identifikasi kemampuan batuk, Monitor

adanya retensi sputum, Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas,

Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), Auskultasi

bunyi napas, terapeutik : Atur posisi semi fowler atau fowler, Berikan

minum hangat, Lakukan fisioterapi dada, jika perlu, Berikan oksigen,

jika perlu, edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif, Ajarkan

teknik batuk efektif, Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik

napas dalam yang ke- 3 dan kolaborasi : Kolaborasi pemberian

bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 1 dengan diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan

krisis situasional yaitu observasi : Monitor tingkat kecemasan pasien,

teraupetik : Lakukan terapi bermain pada pasien. Pada klien 2 dengan

diagnosa cemas berhubungan dengan lingkungan yang asing yaitu


125

observasi : Identifikasi tingkat kecemasan, teraupetik : Pertahankan yang

sikap tenang dan meyakinkan, Melakukan terapi bermain, edukasi :

Jelaskan prosedur dan aktivitas yang akan dilakukan kepada orang tua

dan anak, Anjurkan orang terdekat anak untuk tetap bersama anak

sesering mungkin.

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada

intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan klien anak dengan

Bronkopneumonia dengan ansietas berhubungan dengan krisis

situasional menggunakan SIKI dan SLKI yaitu Setelah dilakukan

intervensi, maka diharapkan tingkat ansietas (L.09093) menurun.

Dengan kriteria hasil : Perilaku gelisah menurun, Perilaku tegang

menurun, Diaforesis menurun, Konsentrasi membaik, Pola tidur

membaik, Frekuensi pernapasan dan nadi membaik,Tekanan darah

membaik. Rencana tindakan dalam diagnosa ansietas meliputi

Observasi : Monitor tanda-tanda ansietas, Identifikasi penurunan tingkat

energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, Monitor respons terhadap terapi

relaksasi, teraupetik : Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan

kepercayaan, Pahami situasi yang membuat ansietas, Dengarkan dengan

penuh perhatian, Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,

Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan, Gunakan nada suara

lembut dengan irama lambat dan berirama, edukasi : Anjurkan keluarga

untuk tetap bersama pasien, Latih kegiatan pengalihan untuk


126

mengurangi ketegangan

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 1 dengan diagnosa resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan

invasif yaitu observasi : Observasi luka tusukan, Monitor TTV,

teraupetik

: Lakukan dressing infuse, edukasi : Edukasi keluarga pasien untuk

mengenali tanda- tanda infeksi, kolaborasi : Kelola pemberian obat

antibiotik. Pada klien 2 dengan diagnosa Risiko infeksi behubungan

dengan efek prosedur invasive yaitu observasi : Monitor tanda gejala

infeksi sistemik dan local, teraupetik : Cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan, Batasi pengunjung bila perlu, Lakukan perawatan

infus, edukasi : Mengajarkan keluarga tentang tanda gejala infeksi,

Ajarkan cara menghindari infeksi, kolaborasi : Kolaborasi pemberian

antibiotik.

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 2 dengan diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan perubahan membrane alveolus kapiler yaitu observasi :

Observasi Tanda tanda vital anak (nadi, repirasi, suhu), Kaji frekuensi,

Kedalaman dan kemudahan pernafasan, Observasi warna kulit, membran

mukosa dan kuku anak apakah terdapat sianosis, teraupetik : Lakukan

dressing infuse, edukasi : Edukasi keluarga pasien untuk mengenali

tanda- tanda infeksi, kolaborasi : Kelola pemberian obat antibiotik.

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada

intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar Intervensi


127

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan klien anak dengan

Bronkopneumonia dengan gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan perubahan membrane alveolus kapiler menggunakan SIKI dan

SLKI yaitu Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pertukaran

gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil : Dispnea menurun,

Bunyi napas tambahan menurun, Napas cuping hidung menurun, PCO2

membaik, PO2 membaik, Takikardi membaik, Ph arteri membaik.

Rencana tindakan dalam diagnosa resiko infeksi meliputi Observasi :

Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, Monitor pola

napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-

stokes, biot, ataksik), Monitor adanya sumbatan jalan napas, Auskultasi

bunyi napas, Monitor saturasi oksigen, Monitor nilai AGD, Monitor

hasil x-ray thoraks, Monitor kecepatan aliran oksigen, Monitor integritas

mukosa hidung akibat pemasangan oksigen, Terapeutik : Tetap berikan

oksigen saat pasien ditransportasi, Kolaborasi: Kolaborasi penentuan

dosis oksigen, Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau

tidur.

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 2 dengan diagnosa Pola napas tidak efektif berhubungan

dengan hambatan upaya nafas yaitu observasi : Observasi Tanda tanda

vital anak (nadi, repirasi, suhu), Kaji frekuensi pernapasan, teraupetik

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada


128
Memberikan posisi semi fowler, kolaborasi : Kolaborasi pemberian

Oksigen.

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada


129

intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan klien anak dengan

Bronkopneumonia dengan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya nafas menggunakan SIKI dan SLKI Setelah dilakukan

intervensi, maka diharapkan pola napas (L.01004) membaik. Dengan

kriteria hasil : Tekanan ekspirasi meningkat, Tekanan inspirasi

meningkat, Dispnea menurun, Penggunaan otot bantu napas menurun,

Frekuensi napas membaik, Kedalaman napas membaik. Rencana

tindakan dalam diagnosa hipertermia meliputi Observasi : Monitor bunyi

napas, Monitor sputum, Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya

napas, Monitor kemampuan batuk efektif, Monitor adanya sumbatan

jalan napas, Palpasi kesimetrisan ekspansi paru, Monitor saturasi

oksigen, Edukasi : Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak

kontraindikasi, Ajarkan teknik batuk efektif.

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 2 dengan diagnosa Hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit yaitu observasi : monitor suhu tubuh sesering mungkin, monitor

warna kulit, nadi dan RR, teraupetik : berikan kompres pada lipat paha

dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh,

kolaborasi : kolaborasi pemberian obat antipiretik untuk menurunkan

panas.

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada


129

intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan klien anak dengan

Bronkopneumonia dengan hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit menggunakan SIKI dan SLKI yaitu Setelah dilakukan

intervensi keperawatan, maka termoregulasi (L.14134) membaik dengan

kriteria hasil : Menggigil menurun, Kulit merah menurun, Kejang

menurun, Pucat menurun, Takikardi menurun, Takipnea menurun,

Bradikardi menurun, Hipoksia menurun, Suhu tubuh membaik, Suhu

kulit membaik, Tekanan darah membaik. Rencana tindakan dalam

diagnosa hipertermia meliputi Observasi : Identifikasi penyebab

hipertermia, Monitor tanda-tanda vital, Monitor suhu tubuh anak tiap dua

jam, jika perlu, Monitor intake dan output cairan, Monitor warna dan

suhu kulit, Monitor komplikasi akibat hipertermia, Terapeutik : Sediakan

lingkungan yang dingin, Longgarkan atau lepaskan pakaian, Basahi dan

kipasi permukaan tubuh, Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang

adekuat, Berikan cairan oral, Ganti linen setiap hari jika mengalami

keringat berlebih, Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin

pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila, Edukasi : Anjurkan tirah baring,

Anjurkan memperbanyak minum, Kolaborasi : Kolaborasi pemberian

antipiretik, jika perlu, Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 2 dengan diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan


130

kurang terpapar informasi yaitu observasi : Berikan penilaian tentang

tingkat pengetahuan pasien mengenai proses penyakit, edukasi : Jelaskan

Patofisiologi penyakit dengan cara yang tepat, Gambarkan tanda gejala

yang muncul pada penyakit dengan cara yang tepat, Melakukan

pendidikan kesehatan, Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah komplikasi.

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada

intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan klien anak dengan

Bronkopneumonia dengan defisit pengetahuan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi menggunakan SIKI dan SLKI yaitu Setelah

dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat pengetahuan (L.12111)

meningkat. Dengan kriteria hasil : Perilaku sesuai anjuran meningkat,

Verbalisasi minat dalam belajar meningkat, Kemampuan menjelaskan

pengetahuan tentang suatu topik meningkat, Kemampuan

menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik

meningkat. Rencana tindakan dalam diagnosa hipertermia meliputi

Observasi : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,

Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, Teraupetik : Sediakan materi

dan media pendidikan kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

kesepakatan, Berikan kesempatan untuk bertanya, Edukasi : Jelaskan


131

faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 2 dengan resiko defisit nutrisi yaitu observasi : Kaji status

nutrisi anak, Kaji adanya alergi makanan atau minuman, Monitor turgor

kulit, Monitor muntah pada anak, Monitor pertumbuhan dan

perkembangan anak, teraupetik Ukur tinggi/panjang badan dan berat

badan anak, kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu

memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.

Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada

intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan klien anak dengan

Bronkopneumonia dengan resiko defisit nutrisi menggunakan SIKI dan

SLKI yaitu Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status nutrisi

(L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil: Porsi makanan yang

dihabiskan meningkat, Diare menurun, Berat badan membaik, Indeks

Massa Tubuh (IMT) membaik, Nafsu makan membaik. Rencana

tindakan dalam diagnosa resiko defisit nutrisi meliputi Observasi :

Identifikasi status nutrisi, Monitor asupan makanan, Monitor berat

badan, Terapeutik : Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi, Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, Berikan

suplemen makanan, jika perlu, Hentikan pemberian makan melalui

selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi, Berikan makanan

sesuai keinginan, jika


132

memungkinkan, Edukasi : Anjurkan orang tua atau keluarga membantu

memberi makan kepada pasien, Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika

perlu, Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu.

Intervensi asuhan keperawatan yang akan dilakukan oleh peneliti

pada klien 2 dengan resiko jatuh dibuktikan dengan usia kurang dari

sama dengan 2 tahun yaitu observasi : Mengidentifikasi perilaku dan

factor yang mempengaruhi risiko jatuh, Mengidentifikasi karakteristik

lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh, teraupetik

Memasang pagar pengaman tempat tidur, Merendahkan tempat tidur,

edukasi : Jelaskan kepada keluarga pasien tentang factor risiko yang

memicu jatuh (PPNI, 2018).

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Yustiana & Ghofur (2016) Implementasi keperawatan

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada

klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki

kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah

masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan 2 dilakukan

diwaktu yang berbeda yaitu pada klien 1 dilakukan pada tanggal 30

Maret
133

s/d 1 April 2018 dan klien 2 pada tanggal 9 Mei s/d 11 Mei 2019.

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan di

sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien.

Berdasarkan perencanaan yang dibuat peneliti melakukan tindakan

keperawatan yang telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif pada klien 1 yaitu melakukan latihan

nafas dalam dengan cara meniup balon. Rencana tindakan yang tidak

dilakukan oleh peneliti pada klien 1 ialah Motivasi pasien banyak

minum, Kelola pemberian nebulizer. Sedangkan pada klien 2 telah

dilakukan intervensi yaitu mengukur status oksigen, mendengarkan

bunyi nafas, kolaborasi pemberian antibiotic, mengajarkan teknik batuk

efektif, kolaborasi pemberian O2. Rencana Tindakan yang tidak

dilakukan peneliti pada klien 2 ialah Monitor status respirasi

(frekuensi,irama nafas), Atur poisi pasien untuk memaksimalkan

ventilasi, Lakukan fisioterapi dada jika perlu mengeluarkan secret,

kolaborasi pemberian terapi nebulizer.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan

pertukaran gas pada klien 2 yaitu menghitung frekuensi nafas dan

memperhatikan irama nafas, kolaborasi pemberian obat paracetamol,

mengukur suhu tubuh, mengkaji warna kulit dan menghitung nadi,

melihat kedalaman dan kemudahan pasien dalam bernafas, kolaborasi

pemberian oksigen. Rencana tindakan yang tidak dilakukan oleh peneliti

pada klien 2 ialah mempertahankan istirahat dan tidur pada anak.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pola nafas tidak


134

efektif pada klien 2 yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji

frekuensi nafas, memberikan posisi semi fowler, serta melakukan

kolaborasi pemberian oksigen.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah hipertermia

pada klien 2 yaitu memonitor suhu tubuh, memberikan kompres pada

lipatan paha atau axila dan melakukan kolaborasi pemberian antipiretik.

Sedangkan rencana tindakan yang tidak dilakukan ialah menyelimuti

pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ansietas pada

klien 1 tidak ditemukan data, sedangkan pada klien 2 tindakan

keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan pendekatan dengan

tenang, mengkaji tingkat kecemasan yang dirasakan oleh anak,

menjelaskan aktivitas yang akan dilakukan kepada orang tua pasien.

Sedangkan rencana tindakan yang tidak dilakukan ialah melakukan

terapi bermain.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah defisit

pengetahuan pada klien 2 yaitu mengkaji tingkat pengetahuan orang tua,

menjelaskan proses terjadinya penyakit bronkopneumonia,

menggambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit

bronkopneumonia, melakukan pendidikan kesehatan tentang “Bahaya

Asap Obat Nyamuk Bagi Anak” dan “Pentingnya Personal Hygiene”,

mengajak orang tua pasien untuk berdiskusi mengenai perubahan gaya

hidup.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko defisit


135

nutrisi pada klien 2 yaitu mengkaji status nutrisi, mengkaji adanya alergi

makanan/minuman, mengecek turgor kulit, monitoring adanya muntah,

mengukur BB, TB, LILA dan mengkaji perkembangan anak. Sedangkan

rencana tindakan yang tidak dilakukan ialah berkolaborasi dengan ahli

gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi

kebutuhan gizi selama sakit.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko jatuh pada

klien 2 yaitu mengkaji faktor lingkungan yang dapat memicu jatuh,

mengkaji perilaku anak yang dapat memicu jatuh, menjelaskan kepada

orang tua tentang faktor yang dapat memicu jatuh, memasang pagar

tempat tidur, merendahkan posisi tempat tidur, dan menghitung skor

humpty dumpty.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko infeksi

pada klien 1 tidak ditemukan data. Sedangkan tindakan keperawatan

yang dilakukan peneliti pada klien 2 yaitu mencuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan, membatasi jumlah pengunjung untuk meminimalisir

sumber infeksi dari lingkungan, monitor tanda dan gejala infeksi,

melakukan perawatan infus dan kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian

proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan

keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.

Evaluasi keperawatan
136

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif,

afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik

(Yustiana & Ghofur, 2016)

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama

3 hari pada klien 1 dan 2, yaitu masalah bersihan jalan nafas pada klien 1

belum teratasi pada hari ke 3 tanggal 1 April 2018 dengan hasil masih

terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, masih ada reflek batuk,

dahak tidak keluar, terdengar suara ronchi, RR: 46x/menit. Sedangkan

pada klien 2 teratasi pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil ibu

mengatakan anak sudah tidak sesak lagi dan batuk sudah tidak berdahak,

auskultasi bunyi nafas bersih, RR : 25x/menit, SpO2 : 99%, tidak ada

penggunaan otot bantu pernafasan, irama nafas teratur, tidak ada

pernafasan cuping hidung, dan tidak terpasang oksigen.

Evaluasi untuk masalah gangguan pertukaran gas pada klien 2

teratasi pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan

anak sudah tidak sesak lagi, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada

pernafasan cuping hidung, pola nafas teratur dan tidak ada tarikan

dinding dada, tidak ada tanda-tanda sianosis.

Evaluasi untuk masalah pola nafas tidak efektif pada klien 2


137

teratasi pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan

anaknya tidak sesak lagi dan sudah tidak menggunakan oksigen, tidak

ada tarikan dinding dada, pola nafas teratur, tidak ada pernafasan cuping

hidung, RR: 25 x/menit N: 98 x/menit, T: 36,30C.

Evaluasi untuk masalah hipertermia pada klien 2 teratasi pada

hari ke 2 tanggal 10 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan tadi pagi

anaknya mendapat obat paracetamol, ibu mengatakan badan anaknya

sudah tidak panas lagi, saat diraba badan anak sudah tidak panas lagi, T :

36,60C N : 78x/menit, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.

Evaluasi untuk masalah ansietas pada klien 2 teratasi sebagian

pada hari ke 3 tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil Ibu mengatakan anak I

masih sering menangis jika ditinggalkan, pasien sekarang sudah mulai

tersenyum namun belum aktif bergerak, anak tidak mau diajak terapi

bermain (mewarnai), Anak sudah mulai sesekali tersenyum.

Evaluasi untuk masalah defisit pengetahuan pada klien 2 teratasi

pada hari ke 1 tanggal 9 Mei 2019 dengan hasil ibu mengatakan

sekarang sudah paham tentang penyakit yang diderita anaknya, sudah tau

bahaya asap obat nyamuk/rokok bagi kesehatan anaknya, sudah paham

terkait pentingnya menjaga kebersihan diri anak dan akan merubah gaya

hidup menjadi lebih baik lagi.

Evaluasi untuk masalah risiko defisit nutrisi, risiko jatuh dan

risiko infeksi pada klien 2 selama 3 hari perawatan yaitu masalah

tersebut tidak terjadi hingga pasien pulang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian review kasus penerapan asuhan keperawatan

pada Klien anak 1 dan 2 dengan Penyakit Bronkopneumonia. Pengambilan

data pada klien 1 dilakukan di Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul

(Mulyani,2018). Sedangkan pada klien 2 dilakukan di Rumah Sakit Umum

Samarinda Medika Citra (Chairunisa,2019) peneliti dapat mengambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Pengkajian

Hasil pengkajian telah ditemukan adanya data yang sama dan

berbeda antara klien 1 dan 2, dimana terdapat beberapa faktor yang akan

mempengaruhi terjadinya bronkopneumonia pada anak, diantaranya yaitu

riwayat kondisi sekarang, riwayat kesehatan masa lampau, riwayat

kesehatan saat ini, dan faktor lingkungan yang berhubungan dengan

gangguan sistem pernapasan. Pada kasus ditemukan data bahwa kedua

klien mengalami keluhan utama sesuai dengan teori yaitu klien batuk

produktif, dispnea, pernafasan cepat dan bunyi pernafasan ronchi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori terdapat pada bab dua di

temukan kesenjangan dengan kasus nyata yang didapat pada kedua klien

dengan Bronkopneumonia. Kesenjangan dari tiga diagnosa keperawatan

138
139

berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli pada klien 1 ada dua

diagnosa yang tidak ditemukan datanya, diantarannya diagnose ansietas

dan resiko infeksi. Sedangkan pada klien 2 terdapat sembilan diagnosa,

sesuai dengan teori, beberapa diantaranya tidak sesuai dengan Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI).

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua klien di

sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan

kondisi klien. Untuk intervensi yang digunakan pada kedua klien belum

menggunakan standar intervensi dan standar luaran keperawatan

indonesia.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang

telah penulis susun. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien 1

dan klien 2 sesuai dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan

berdasarkan teori yang ada dan disesuai dengan kebutuhan anak dengan

Bronkopneumonia. Dalam implementasi pada klien 1 dan klien 2

ditemukan beberapa rencana tindakan yang tidak dilakukan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi pada klien 1 berdasarkan kriteria yang peneliti susun dari

tiga diagnosa keperawatan yang ditegakkan, terdapat 1 diagnosa yang


140

belum teratasi pada hari ke 3 yaitu diagnosa bersihan jalan nafas tidak

efektif. Pada dua diagnosa lainnya tidak ditemukan data.

Sedangkan pada klien 2 terdapat sembilan diagnosa keperawatan

yang di tegakkan, lima diagnosa keperawatan dapat teratasi dengan baik

sesuai dengan rencana tindakan keperawatan, yaitu diagnosa defisit

pengetahuan, hipertermia, bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan

pertukaran gas, dan pola nafas tidak efektif. Terdapat satu diagnosa

teratasi sebagian yaitu diagnosa cemas, dan tiga diagnosa yang tidak

terjadi hingga pasien pulang yaitu diagnosa resiko defisit nutrisi, resiko

jatuh, dan resiko infeksi.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,

keterampilan, dan pengalaman serta menambah wawasan peneliti sendiri

dalam melakukan penelitian ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan

keperawatan pada klien anak dengan Bronkopneumonia. Hasil penelitian

yang peneliti dapatkan bisa menjadi acuan dan menjadi bahan

pembandingan dalam melakukan penelitian pada klien anak dengan

bronkopneumonia.
141

2. Bagi Rumah Sakit

Studi literature yang dilakukan oleh penelitian ini menjadi acuan

bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional

dan komperhensif

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menambah keluasan ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia sebagai

acuan literature dalam melakukan penelitian pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

4. Bagi klien dan orang tua klien

Diharapkan dapat mengetahui bagaimana proses dan tanda gejala

serta factor penyebab terjadinya bronkopneumonia sehingga untuk

kedepannya dapat memutuskan mata rantai penyakit bronkopneumonia.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan (2019) Bronchopneumonia. Available at:


https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.
Alexander & Anggraeni (2017) ‘Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada
Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek’, Jurnal Kedokteran.
Agustina (2013) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu’.
Asmadi (2008) Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bradley J.S., B. . (2011) ‘The Management of Community-Acquired Pneumonia in


Infants and Children Older than 3 Months of Age’, Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infections Diseases Society and the Infections
Disease Society of America.
Budi Soediono (2014) ‘INFO DATIN KEMENKES RI Kondisi Pencapaian Program
Kesehatan Anak Indonesia’, Journal of Chemical Information and Modeling.
Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

Chairunisa, Y. (2019) ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak dengan


bronkopneumonia di rumah sakit samarinda medika citra’.
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan (2017) Profil Kesehatan. Balikpapan.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (2018) Profil Kesehatan.
Kalimantan Timur
Doenges, M. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dwi Hadya Jayani (2018) ‘10 Penyebab Utama Kematian Bayi di Dunia’, in Hari
Widowati (ed.). Jakarta: Katadata. Available at: ourworlddindata.org.
Eva Yuliani, Nani Nurhaeni, F. T. W. (2016) ‘Perencanaan Pulang Efektif
Meningkatkan Kemampuan Ibu Merawat Anak Dengan Pneumonia Di
Rumah’, Jurmal Keperawatan Indonesia, 19.
Fida & Maya (2012) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-Medika.

Kemenkes RI (2015) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan


RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018) Health Statistics. Jakarta.
Kholisah Nasution, M. Azharry Rully Sjahrullah, Kartika Erida Brohet, Krishna
Adi Wibisana, M. Ramdhani Yassien, Lenora Mohd. Ishak, Liza Pratiwi,
Corrie Wawolumaja Endyarni, B. (2015) ‘Infeksi Saluran Napas Akut pada
Balita di Daerah Urban Jakarta’, Sari Pediatri.
Mulyani, P. (2018) ‘Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan
Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul’, pp. 1–71.

Nunung Herlina, Sitti Shoimatul A, Swanti Pandiangan, F. S. (2018) ‘Hubungan


kepatuhan SPO pemasangan infus dengan kejadian plebitis Di RSUD A.
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015’, 6(1).
Nurarif & Kusuma (2015) APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediaAction.
Nursalam (2013) Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
PDPI Lampung & Bengkulu (2017) Penyakit Bronkopneumonia. Available at:
http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=7896.
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

-----------(2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

-----------(2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Price, S. (2012) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Bronchopneumonia. Jakarta:


EGC.
Ridha, N. (2014) Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soemarno, S., Astuti, & D. (2015) ‘Pengaruh Penambahan Mwd Pada Terapi
Inhalasi, Chest Fisioterapi (Postural Drainage, Huffing, Caughing, Tapping
Dan Clapping) Dalam Meningkatkan Volume Pengeluaran Sputum Pada
Penderita Asma Bronchiale’, Jurnal Fisioterapi Indonusa, 5.
Sofia (2017) ‘FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA
KABUPATEN ACEH BESAR’, Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal.

Sunarti (2012) Faktor bronchopneumonia anak. Surabaya: Graha Ilmu.


Sugiyono (2015) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.
Syaifuddin (2016) Anatomi Fisiologi. Edited by Monica Ester. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Utami, Y. (2014) ‘Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak’.
Wahyuni, A. A. (2016) ‘Tingkat Kecemasan Pada Anak Pra Sekolah Yang
Mengalami Hospitalisasi Berhubungan Dengan Perubahan Pola Tidur Di
RSUD Karanganyar’.
WHO (2019) Pneumonia. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/pneumonia.
Yuliastati & Amelia Arnis (2016) Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Yuniarti Sri (2015) Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak
Prasekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
Yustiana Olfah & Abdul Ghofur (2016) Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
LAMPIRAN 1

Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari
Kabupaten Gunungkidul

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus


Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari terletak di kabupaten Gunungkidul.RSUD Wonosari
terletak di jalan Taman Bhakti no 06, Wonosari,Gunungkidul, Yogyakarta (555812).RSUD
Wonosari memiliki banyak ruangan, salah satunya yaitu bangsal Dahlia. Bangsal Dahlia
merupakan bangsal khusus untuk anak-anak. Bangsal Dahlia dibagi menjadi 2 yaitu Dahlia 1
khusus untuk penyakit yang infeksius dan Dahlia 2 untuk penyakit noninfeksius. Di bangsal
Dahlia 1 terdapat 20 tempat tidur dan 2 tempat tidur untuk ruang isolasi.
2. Kasus 1
a. Pengkajian

1) Identitas klien

No Rekam Medis 634098


Nama Klien : An. A
Tempat/tgl lahir : Wonosari,03 Juni 2015
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
Nama ayah/ibu/wali : Ny. Sari Suryani
Pekerjaan ayah/ibu : Buruh
Pendidikan :SMP
Alamat ayah/ibu/wali : Karangmojo, Gunungkidul
2) Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami batuk berdahak dan demam selama 2
hari.
3) Riwayat keluhan saat ini

Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak selama 2 hari, demam saat malam hari dan
sesak nafas
4) Riwayat kesehatan masa lalu

a. Prenatal
Ibu pasien mengatakan tidak terdapat komplikasi saat kehamilan

b. Perinatal dan post natal


Ibu pasien mengatakan Persalinan normal dibantu oleh bidan.BB : 3000 gr, PB
: 57 cm. Asi ekslusif selama 6 bulan
c. Penyakit yang pernah diderita

Ibu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular atau pun
menurun.
d. Hospitalisasi/tindakan operasi

Ibu pasien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi sebelumnya.


e. Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi baik makanan, obat atau
lainnya.
f. Imunisasi dan tes laboratorium
Ibu pasien mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi BCG,DPT 3x,
Polio 3x, Hepatitis 4x dan Campak.
g. Pengobatan :
Pada tanggal 29 Maret 2018
Oksigen 2 lpm, Infuse KAEN 20 tpm, Ceftriaxone 1x425 mg per IV, Salbutamol 3x 0,8
mg + antrousol ¼ tab, Paracetamol sirup 4x ¾ sendok teh, Ventolin + Nacl 2,5 cc
(inhalasi)

5) Riwayat pertumbuhan
Duduk saat usia 6 bulan,merangkak 7 bulan, berdiri 9 bulan dan berjalan 12 bulan.
6) Riwayat sosial

a. Yang mengasuh : orang tua

b. Hubungan dengan anggota keluarga : baik

c. Hubungan dengan teman sebaya : baik, sering bermain


dengan teman sebayanya didekat rumah.
7) RIWAYAT KELUARGA

a. Sosial ekonomi
Ayah pasien yang mencari nafkah. Kelaurga sering bersosialisasi dengan
tetangga seperti saat gotong royong, rasulan,arisan dan pengajian
b. Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan ayah dari pasien merokok disekitaran rumah.Ayah pasien
merokok kurang lebih sekitar 8 tahun.
c. Penyakit keluarga
Tidak terdapat riwayat penyakit menular atau menurun yang diderita oleh
keluarga

d. Genogram
Keterangan :

: Perempuan:
Laki-laki

: Pasien

- - - : satu rumah X : Meninggal

An. A
Brpn
3 th
8) Pengkajian tingkat perkembangan saat ini unakan format DDST):
a.Personal sosial

Pasien sudah dapat mencuci tangan dan mengeringkan sendiri, menyebut nama
teman, memakai kaos ,mengambil makanan, gosok gigi tanpa bantuan, dan bermain
ular tangga. Namun belum bisa berpakaian tanpa bantuan.
b.Adaptasi motorik halus

Pasien dapat meniru garis vertikal, menyusun menara dari 8 kubus, menggoyangkan
ibu jari, memilih garis yang lebih panjang, menggambar O, dan mencontoh +
c.Bahasa

Pasien dapat berbicara sebagian dimengerti, menyebut 4 warna, mengetahui 2


kegiatan, menanyakan 2 kata sifat, menyebut 1 warna, kegunaan 2 benda,
menghitung kubus, kegunaan 3 benda, mengetahui 34 kegiatan, berbicara semua
dimengerti, mengerti kata depan, mmengetahui 3 kata sifat
d.Motorik kasar

Pasien dapat berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik, berdiri 1 kaki 3 detik,
loncat jauh, melempar bola tangan ke atas.
9) Pengkajian pola kesehatan klien saat ini

a. Pemeliharaan kesehatan
Ibu pasien mengatakan jika pasien sakit maka akan diberikan obat warung terlebih
dahulu. Jika belum sembuh, maka akan dibawa ke dokter.
b. Nutrisi
Ibu pasien mengatakan pasien makan 3xsehari dengan porsi nasi lauk sayur,
terkadang makan buah.Diit dari rumah sakit dihabiskan meskipun sedikit demi
sedikit.
c. Cairan
Pasien minum air sebanyak 3-5 gelas per hari (@200 cc) selain itu mendapatkan
cairan dari infus sebanyak 500cc .
d. Aktivitas
Selama dirumah sakit pasien tetap dapat bermain walau pergerakannya
terbatas.Selama dirumah aktivitas yang dilakukan yaitu bermain dengan teman
sebayanya dan membantu kedua orang tua.
e. Tidur dan istirahat
Tidur setiap hari ±10 jam per hari. Terkadang pasien beristirahat dengan menonton
tv. Ibu pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien sedikit susah tidur dan
terkadang menangis. Pasien terlihat gelisah
f. Eliminasi
Pasien BAB 1x sehari konsistensi lunak berwarna kuning, bau khas feses.BAK 4-
6x/hari warna kuning, bau khas urine.
g. Pola hubungan
Pasien sering mengajak bicara teman sekamar dalam bangsal.Ketika dirumah
pasien sering bermain dengan teman sebayanya.
10) Pemeriksaan Fisik :

a. Keadaaan umum
 Tingkat kesadaran : Compos Menthis
 Nadi : 100x/ menit
 Suhu : 35,5º C
 RR : 42x/menit
 Respon nyeri : tidak terdapat rasa nyeri yang drasakan oleh pasien

 BB : 9,5 Kg
 TB : 95 cm
b. Kulit : sawo matang tidak terdapat lesi, turgor kulit baik.
c. Kepala : kepala simetris,
d. Mata : tidak terdapat conjungtiva anemis

e. Telinga : tidak terdapat kotoran telinga, tidak terdapat gangguan pendengaran.


f. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
g. Mulut : pernafasan menggunakan mulut dan hidung, mukosa bibir baik
h. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar
i. Dada :
Auskultasi : terdengar suara ronkhi, terdengar suara grok-grok
Inspeksi : tidak terdapat retraksi dada, terlihat penggunaan otot- otot pernafasan
tambahan.
Perkusi : tidak terdapat pembesaran jantung
Palpasi : tidak terdapat massa, dan tidak terdapat nyeri tekan.
j. Jantung : tidak terdapat kelainan
k. Abdomen : bising usus 2x/ menit, terdapat massa di perut bagian kiri bawah
, tidak terdapat nyeri tekan.
l. Genetalia : penis bersih tidak terdapat lesi.
m. Anus dan rektum : anus bersih
n. Ekstermitas : terpasang infus di tangan kiri infus Nacl 20 tpm
o. Muskuleskeletal : tidak terdapat kelemahan otot
p. Neurologi : tidak terdapat gangguan persyarafan.

11) Pemeriksaan diagnostik penunjang

a. Rontgen Thorax tanggal 29 Maret 2018


Kesan : Bronchitis dd Bronchopnumonia

Cor Normal
b. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 29 Maret 2018 Jam : 14:47 WIB

Pemeriksaan Hasil Normal


Pemeriksaan darah
Hemoglobin 12.3 Lk. 14-18 gr%
Pr. 12-16 gr%
Leukosit 7500 Lk.4700-10300µ/l
Pr. 4300-11400µ/l
Hemogram Eos 0 2-4 %
Bas 1 0-1 %
Stab 3
Seg 41 50 - 75 %
Limp 4 25-40 %
Mon 8 3-7 %
Trombosit 341000 150.000-450.000
HCT/HMT 35 Lk. 44%
Pr. 37%

b. Terapi/Obat

1. Ceftriaxone 1x425 mg

2. Inf KAEN 3A 20 tpm (mikro)

3. Salbutamol 0,8 mg + Ambroxol ¼ tab (3x1 pulv)

4. Nebul Ventoline Nacl 2,5 cc/6 J

Analisa data
Data Masalah Penyebab
DS: Bersihan jalan nafas tidak Penumpukan sekret
Ibu pasien mengatakan pasien efektif
batuk selama 2 hari, demam
saat malam hari dan sesak
nafas

DO:
 Terdengar suara
ronkhi
 RR : 42x/menit
 Terdapat penggunaan otot-
otot pernafasan

tambahan
DS: Resiko infeksi Tindakan infasif
DO:
Terpasang infuse KAEN 20 tpm
di tangan sebelah kiri

DS: Cemas Hospitalisasi


Ibu pasien mengatakan
selamadirumah sakit pasien
sedikit susah tidur dan
terkadang menangis DO :
Pasien terlihat gelisah

Diagnosa keperawatan
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
2.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
3.Cemas berhubungan dengan hospitalisasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1.1 Observasi 1. Mengetahui perubahan
nafas tidak tindakan perawatan respirasi rate pada tubuh pasien
efektif selama 3x30 menit, dan heart rate 2. Membantu pengeluaran
berhubungan pasien dapat : 1.2 Latih nafas dahak
dengan 1. RR dalam dalam dengan
penumpukan batas normal cara tiup balon
3. Minum dapat membantu
sekret (30- 1.3 Motivasi
pengeluaran dahak
40x/menit) pasien
banyak 4. Meningkatkan
2. HR dalam pengetahuan keluarga
batas normal minum
1.4 Edukasi dalam merawat anak
(90-
120x/menit) 1.5 keluarga untuk
melatih nafas
3. Tidak 5. Membantu
dalam
terdapat
pernafasan lebih
penggunaan
1.6 Kelola baik
otot-otot
tambahan 1.7 Pemberian
nebulizer
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observas 1. Mengetahui perubahan
berhubungan tindakan perawatan i luka pada tubuh pasien
dengan selama 3x 24 jam, resiko tusukan 2. Mengetahui terjadinya
tindakan infasif infeksi tidak terjadi 2. Monit infeksi
dengan kriteria hasil : or 3. Mencegah infeksi
1. Resiko infeksi TTV
tidak terjadi 4. Meningkatk an
2. Tidak terdapat pengetahuan keluarga
peningkatan suhu 3. Lakukan
tubuh dressin 5. Mencegah terjadinya
3. Tidak terdapat g infeksi
kemerahan di infuse
daerah luka tusuk 4. Edukasi
4. Tidak terdapat keluarga
pembengkaka n di pasien
daerah luka tusuk untuk
mengenal
i tanda-
tanda
infeksi
5. Kelola
pemberi
a n obat
antibioti
k
3 Cemas Setelah dilakukan 1. Lakuka 1. Terapi
berhubungan tindakan keperawatan n terapi bermain dapat
dengan selama 3x24 jam, maka bermai mengurangi kecemasan
hospitalisasi cemas teratasi dengan n pada pasien
kriteria hasil : pasien 2. Mengetahui tingkat
1. Pasien tidak kecemasan pasien
menangis 2. Monitor
2. Pasien mau tingkat
berinteraksi kecemas
dengan orang lain an
pasien

Implementasi

No Hari tanggal Tindakan Evaluasi


1 Jumat, 30 Maret Melatih nafas dalam S : - O:
2018  RR : 40x/menit
Pukul : 09.30 WIB  Terdapat penggunaan
otot-otot tambahan
pernafasan
 Belum ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melakukan tiup
balon sebanyak 25x selama
30 menit
A: bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Latih nafas dalam dengan cara
meniup balon

Putri
2 Sabtu, 31 Maret Melatih nafas dalam S:
2018 O:
Pukul : 09.30 WIB  RR : 38x/menit
 Terdapat penggunaan otot-
otot tambahan pernafasan
 Ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melkaukan tiup balon
sebanyak 26x/menit
A: bersihan jalan nafas belum teratasi
P:
 Latih nafas dalam dengan meniup
balon pada pasien
 Ajarkan kepada keluarga cara
meniup balon untuk anak

Putri

3 Minggu, 1 April Melatih nafas dalam S:


2018 O:
Pukul : 09.30 WIB  RR :36x/menit
 Terdapat penggunaan otot-
otot tambahan pernafasan
 Ada reflek batuk
 Dahak tidak keluar
 Terdengar suara ronkhi
 Dapat melkaukan tiup balon
sebanyak 26x/menit
A: bersihan jalan nafasbelum
teratasi
P:
 Latih nafas dalam dengan
meniup balon pada pasien
 Ajarkan kepada keluarga
cara meniup balon untuk
anak

Putri
Lampiran 2

Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumonia di Rumah Sakit
Umum Samarinda Medika Citra

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Studi kasus ini dilakukan di RS Samarinda Medika Citra yang terletak di Jalan

Kadrie Oening No.86 RT.35 Air Putih Samarinda Ulu Kota Samarinda Kalimantan

Timur. RS Samarinda Medika Citra adalah Rumah Sakit milik Perusahaan korporasi

yang bersifat RSU,diurus oleh PT. Pandan Harum perusahaan dan tercatat ke dalam

RS tipe C. Rumah Sakit ini teah teregistrasi mulai 12 Juli 2013 dengan Nomor Surat

Ijin 503/RS-002/DKK/VI/2013 dan tanggal surat ijin 16 April 2014 dari Dinas

Kesehatan Kota Samarinda dengan sifat tetap, dan berlaku sampai 2019. Setelah

menjalani akreditasi Rumah Sakit seluruh Indonesia dengan proses penahapan I

(Pelayanan 5) akhirnya ditetapkan surat lulus akreditasi rumah sakit.

4.1.2 Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Biodata Pasien Anak dengan Bronkopneumonia


No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2
1 Nama Pasien Anak A Anak I
2 Tanggal Lahir 01 Juni 2015 11 januari 2017
3 Suku/Bangsa Jawa Bugis/Indonesia
4 Agama Tidak ada data Islam
5 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
6 Karangmojo, Gunung kidul Jl. Muara Badak Darma Gabar
Alamat Toko 5
7 Tanggal MRS 8 mei2019
8 Tanggal Pengkajian 9 mei 2019
9 Ruang Rawat Inap Ruang Dahlia Ruang Perawatan Anak
10 No. Registrasi 63.40.xx 00.19.05.xx
11 Diagnosa Medis Bronkopneumonia Bronkopneumonia
No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2
12 Nama Orang Tua
Tidak ada data Tn. I
- Ayah
- Ibu Ny. S Ny. A
13 Suku Bangsa Orang Tua
Tidak ada data Bugis
- Ayah
- Ibu Jawa Bugis
14 Agama Orang Tua Tidak ada data
- Ayah Islam
- Ibu
15
Pendidikan Orang Tua
Tidak ada data SMP
- Ayah
- Ibu SMP SD
16 Pekerjaan Orang Tua Tidak ada data
- Ayah Wirawasta
- Ibu Buruh IRT
17 Alamat Orang Tua
Karangmojo, Gunungkidul Jl. Muara Badak Darma Gabar
- Ayah
Toko 5
- Ibu

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Pasien Anak dengan Bronkopneumonia


No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2
19 Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan bahwa Orang tua mengatakan anaknya
- Saat MRS pasien mengalami batuk batuk berdahak
berdahak dan demam selama 2
hari.

Ibu pasien mengatakan pasien Ibu pasien mengatakan anak I


batuk berdahak selama 2 hari, masih batuk berdahak, demam,
- Saat Pengkajian demam saat malam hari dan sesak sesak nafas, anak tidak nafsu
nafas makan, dan menangis saat melihat
perawat/orang asing.
20 Orang tua pasien mengatakan
Tidak ada data anaknya batuk-batuk ± 3hari,
demam dan kesulitan bernafas
kemuadian anak dibawa ke klinik
BOHC dan mendapatkan tindakan
pemeriksaan laboratorium,
Riwayat Penyakit Sekarang
pemasangan O2, fisioterapi dada,
dan terapi obat : antrain 2mg,
ranitidine ¼ amp, cefotaxime
250mg, gentamicin 20 mg, nebu
combiven kemudian anak dirujuk
ke RS SMC pada tanggal 8 mei
No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2
2019.ibu mengatakan dirumah
megguanakan obat nyamuk bakar.
21 Riwayat Kehamilan dan Ibu pasien mengatakan tidak Ibu mengatakan hamil Anak I
Kelahiran terdapat komplikasi saat kehamilan selama 39 minggu dan Anak I
- Pre Natal merupakan anak ke 3
Tidak ada data Ibu mengatakan selama hamil
- Intra Natal Anak I tidak ada keluhan
kesehatan
Ibu pasien mengatakan Persalinan Ibu mengatakan melahirkan Anak
- Postnatal normal dibantu oleh bidan. BB : I secara Normal dengan Berat
3000 gr, PB : 57 cm. Asi ekslusif 3300 gram
selama 6 bulan

22 Tidak ada data Ibu pasien mengatakan anaknya


belum pernah dirawat dirumah
sakit. Pasien tidak ada riwayat
Riwayat Penyakit Dahulu alergi, penyakit menular/ kronik,
penggunaan obat, dan operasi
riwayat imunisasi tidak lengkap.

23 Ibu pasien mengatakan tidak Ibu pasien mengatakan memiliki


Riwayat Penyakit Keluarga memiliki riwayat penyakit menular penyakit asma
atau pun menurun.
24 Tidak ada data BB Anak I sebelum sakit dan
sesudah sakit tidak mengalami
penurunan 14 Kg, TB Anak I 93
Riwayat Tumbuh Kembang
cm, LK Anak I 49 cm, LD 54 cm,
- Antropometri
LILA 16,3 cm.
BB(sebelum dan sesudah
Interpretasi hasil KPSP jumlah
sakit),TB,LK,LD,LILA,
jawaban “ya” = 9 ,
perkembangan anak sesuai
dengan tahap
perkembangannya
Pasien sudah dapat mencuci Orang tua Anak I mengatakan
tangan dan mengeringkan sendiri, anak sering meniru kegiatan yang
- Personal Sosial menyebut nama teman, memakai dilakukan ibunya misalnya
kaos ,mengambil makanan, gosok menyapu lantai
gigi tanpa bantuan, dan bermain
ular tangga. Namun belum bisa
berpakaian tanpa bantuan.

Pasien dapat berdiri 1 kaki 1 Anak I dapat menendang bola


- Motorik Kasar detik, berdiri 1 kaki 2 detik, kecil tanpa berpegangan pada
berdiri 1 kaki 3 detik, loncat jauh, benda apapun
melempar bola tangan ke atas.

Pasien dapat berbicara sebagian Anak I mampu mengucapkan


dimengerti, menyebut 4 warna, kata kakek, nenek, dan paman
- Bahasa
mengetahui 2 kegiatan,
menanyakan
2 kata sifat, menyebut 1 warna,
kegunaan 2 benda, menghitung
kubus, kegunaan 3 benda,
mengetahui 34 kegiatan, berbicara
semua dimengerti, mengerti kata
depan, mmengetahui 3 kata sifat

Pasien dapat meniru garis vertikal, Anak I dapat melepaskan


- Motorik Halus menyusun menara dari 8 kubus, celananya secara mandiri
menggoyangkan ibu jari, memilih
garis yang lebih panjang,
menggambar O, dan mencontoh +

Tabel 4.3 Hasil Pengkajian Pola Kegiatan Sehari-hari Pasien Anak dengan
Bronkopneumonia

No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2


25 Pola Kesehatan Sehari Hari Ibu pasien mengatakan pasien Ibu mengatakan anak I makan 1-
- Pola Nutrisi dan Metabolik makan 3xsehari dengan porsi nasi 2x sehari dengan jenis makanan
lauk sayur, terkadang makan seperti nasi, lauk pauk, sayur. Ibu
buah.Diit dari rumah sakit mengatakan tidak ada pantangan
dihabiskan meskipun sedikit demi dan alergi makanan anak I
sedikit. menyukai nugget. Untuk
minuman ibu mengatakan anak I
masih minum ASI , air putih, teh.
Ibu mengatakan sejak sakit anak
tidak nafsu makan hanya makan
1-2 sendok.

Selama dirumah sakit pasien tetap Ibu mengatakan anak I anak yang
dapat bermain walau aktif bermain diluar rumah dan
- Pola Aktivitas dan latihan
pergerakannya terbatas.Selama akrab bersama teman sebayanya
dirumah aktivitas yang dilakukan
yaitu bermain dengan teman
sebayanya dan membantu kedua
orang tua.
Tidur setiap hari ±10 jam per hari. Ibu mengatakan anak I selama di
Terkadang pasien beristirahat rumah tidur siang ± 3 jam dan
dengan menonton tv. Ibu pasien tidur malam ± 8 jam, sedangkan
- Pola Tidur mengatakan selama dirumah sakit di rumah sakit tidur siamg ± 1-2
pasien sedikit susah tidur dan jam dan tidur malam ± 5 jam.
terkadang menangis. Pasien Anak sering terbangun dimalam
terlihat gelisah hari karna batuknya.
Pasien BAB 1x sehari konsistensi Ibu mengatakan selama di rumah
lunak berwarna kuning, bau khas dan dirumah sakit anak I BAB
- Pola Eliminasi feses.BAK 4-6x/hari warna kuning, 1x/hari, BAK ± 4x/hari.
bau khas urine.

Tidak ada data Ibu mengatakan anak I belum ada


mandi dan keramas ibu pasien
- Pola Kebesihan Diri
mengatakan takut memperarah
penyakit anaknya
Tabel 4.4 Hasil Pengkajian Keadaan Umum Pasien Anak dengan Bronkopneumonia

No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2


26 Keadaan Umum Sedang Sedang
27 Compos Menthis Compos Menthis
Kesadaran E4M6V5 E4M6V5
28 S : 35,5 ℃ S : 38,1℃
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital N : 100x/menit N : 106x/menit.
RR : 42X/Menit RR : 43x/menit

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien Anak dengan Bronkopneumonia

No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2


30 Kepala : Kepala :
Kepala simetris Muka Simetris, rambut berwarna
Telinga : hitam dan sulit dicabut, ubun ubun
Telinga tidak terdapat kotoran besar menutup,
telinga, tidak terdapat gangguan Telinga :
pendengaran. Telinga tidak terdapat serumen,
Mata: bersih
Konjungitva tidak anemis Mata:
Hidung : Sklera putih, tidak cekung, pupil
Terdapat pernafasan cuping hidung isokor, refleks cahaya (+),
Pemeriksaan Kepala Rongga Mulut dan Lidah : konjungtiva tidak anemis
pernafasan menggunakan mulut Hidung :
dan hidung, mukosa bibir baik Tidak terdapat rinorea, terdapat
pernafasan cuping hidung
Rongga Mulut dan Lidah :
Bibir tidak kering, tidak pucat,
Lidah tidak tremor /kotor, gigi tidak
mengalami caries, ukuran tonsil
normal

31 Tidak terdapat pembesaran Kelenjar getah bening teraba, tiroid


Pemeriksaan Leher kelenjar tidak teraba, posisi trakea letak
ditengah tidak ada kelainan
32 Inspeksi : Keluhan :
tidak terdapat retraksi dada, terlihat Anak I mengalami sesak nafas, dan
penggunaan otot- otot pernafasan batuk berdahak
tambahan. Inspeksi :
Palpasi : Bentuk dada simetris, frekuensi
tidak terdapat massa, dan tidak nafas 42 kali/menit, irama nafas
terdapat nyeri tekan. tidak teratur cepat dan dangkal,
Perkusi : terdapat cuping hidung saat
tidak terdapat pembesaran jantung bernafas, terdapat penggunaan otot
Auskultasi : bantu nafas, anak I menggunakan
Pemeriksaan Thoraks terdengar suara ronchi, terdengar alat bantu nafas, nassal kanul 2 lpm
suara grok-grok Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan,
getaran lemah pada kedua
paru Perkusi :
Redup pada kedua paru
Auskultasi :
Suara nafas ronki
No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2
33 Tidak ada kelainan Inspeksi
- Tidak terlihat adanya
pulsasi iktus kordis
- CRT < 2 detik
- Tidak ada sianosis
Palpasi
- Ictus Kordis teraba di ICS 5
- Akral Hangat
Perkusi
- Batas atas : ICS II line
sternal dekstra
- Batas bawah : ICS V
line midclavicula sinistra
- Batas kanan : ICS III line sternal
Pemeriksaan Jantung dekstra
- Batas kiri : ICS III line sternal
sinistra
Auskultasi
- BJ II Aorta : Dub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ II Pulmonal : Dub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ I Trikuspid : Lub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ I Mitral : Lub, reguler dan
intensitas kuat
- Tidak ada bunyi jantung
tambahan
- Tidak ada kelainan
34 bising usus 2x/ menit, terdapat Inspeksi :
massa di perut bagian kiri Bentuk perut datar, mengikuti gerak
bawah , tidak terdapat nyeri saat bernafas, tidak terdapat bekas
tekan. luka operasi
Auskultasi
Peristaltik usus 6 x/menit
Pemeriksaan Sistem Pencernaan
Palpasi :
Tidak terdapat massa ataupun juga
tumor, nyeri tekan tidak ada
Perkusi
Timpani, tidak ada nyeri ketuk
ginjal
35 tidak terdapat gangguan Anak I tidak mengalami gangguan
persyarafan. pandangan, gangguan pendengaran,
Pemeriksaan Persyarafan
dan gangguan penciuman

36 Pemeriksaan Muskuloskeletal tidak terdapat kelemahan otot Anak I Pergerakan sendi bebas,
dan Integumen tidak ada kelainan ekstermitas,
No Identitas Pasien Anak 1 Anak 2
tidak ada kelainan tulang belakang,
kulit normal, turgor kulit baik,
Kekuatan otot :
5 5
5 5

37 Kebersihan genetalia bersih, tidak Anak I Kebersihan genetalia bersih,


ada lesi, anus bersih tidak mengalami kelainan pada alat
Pemeriksaan Genetalia-Anus
kelamin dan kelainan anus

Tabel 4.6 Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty Pasien Anak dengan
Bronkopneumonia
Anak 2
No Parameter Kriteria Nilai
(Skor)
< 3 Tahun 4
3-7 Tahun 3
Usia 4
7-13 Tahun 2
≥ 13 Tahun 1
Laki-Laki 2
Jenis Kelamin 1
Perempuan 1
Diagnosa Neurologi 4
Perubahan Oksigenasi (Diagnosis respiratorik,
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, 3
Diagnosis dsb) 3
Gangguan Perilaku /Psikiatri 2
Diagnosis Lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguang Kognitif Lupa akan adanya keterbatasan 2 1
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat Jatuh/bayi diletakkan di tempet tidur
4
dewasa
Pasien menggunakan alat bantu/ bayi diletakkan
Faktor Lingkungan 3 3
dalam tempat tidru bayi/perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/Sedasi/Ane Dalam 48 jam 2
-
stesi > 48 jam atau tidak 1
menjalani
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaan multiple : sedatif, obat hipnosis,
barbiturat, fenotiazin, anti depresan, pencahar, 3
Penggunaan diuretik, narkose
-
Medikamentosa Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada
1
medikasi
Jumlah Skor Humpty Dumpty 12
Tabel 4.7 Hasil Anamnesis Pemeriksaan Penunjang Pasien Anak dengan
Bronkopneumonia
Tindakan Anak 1 Anak 2

Pemeriksaan penunjang Jenis pemeriksaan : Jenis pemeriksaan :


Rontgen Thorax tanggal 29 Laboratorium tanggal :
Maret 2018 07 Mei 2019
Kesan : Bronchitis dd 1. Leukosit 6400 103/ul
Bronchopnumonia 2.Trombosit 337.000 10’6/ul
Cor Normal 3. Hemoglobin 9,0 g/dl
4. Hematokrit 29,1 %
Jenis pemeriksaan :
Laboratorium tanggal Jenis pemeriksaan : Thorax
29/03/2018 AP/PA tanggal : 08/05/2019
1. Hemoglobin 12,3 g/dl - Result : sinus, diagfragma dan
2. Leukosit 7500 10³/ul cor normal
3. Eosinofil 0% - Pulmo : perselubungan pada
4. Basophil 1% para cardial perihiler, terutama
5. Stafilokokus 3% dextra
6. Seg 41% - Kesan : Bronkopneumonia
7. Limphosit 4%
8. Monosit 8%
9. Trombosit 341000
10. Hematokrit 35%

Tabel 4.8 Penatalaksanaan Terapi Pasien Anak dengan Bronkopneumonia


Penatalaksanaa Terapi
Anak 1 Anak 2
Ceftriaxone 1x425 mg Dexametasone (IV) 3x 1/2 ampul
Inf KAEN 3A 20 tpm (mikro) Paracetamol (PO) 3x 1 ctm
Salbutamol 0,8 mg + Ambroxol ¼ tab (3x1 pulv) Sanpicilin (IV) 4x 300mg
Nebul Ventoline Nacl 2,5 cc/6 J Colsancetine (IV) 4x 125mg

Alco DMP (PO) 3x1/2 ctm


IVFD D5 1/2 10 tpm
4.1.3 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.9 Daftar Diagnosa Keperawatan Pasien Anak dengan Bronkopneumonia


di RS Samarinda Medika Citra

Anak 1 Anak 2
No
Tanggal Diagnosa Kep Tanggal Diagnosa Kep
ditemukan ditemukan
1 Tidak ada Bersihan jalan nafas 09/ 05 /2019 (D.0001) Bersihan jalan
data tidak efektif nafas tidak efektif b.d
peningkatan produksi
sputum
DS :
DS:
Ibu pasien  Ibu An.I mengatakan
mengatakan pasien anaknya batuk berdahak
batuk selama 2 hari,  Ibu mengatakan
demam saat malam anaknya masih sesak
hari dan sesak nafas
DO :
DO:  Suara nafas ronki
Terdengar suara pada kedua lapang
ronkhi paru
RR : 42x/menit  Pernafasan cepat dan
Terdapat dangkal
penggunaan otot-  Anak tidak mampu
otot pernafasan mengeluarkan
dahaknya secara
mandiri
 Otot bantu pernafasan
dada
 Terdapat cuping hidung
 Frekuensi nafas 42x/i

2 Tidak ada Resiko infeksi 09/ 05/2019 (D.0003) Gangguan


data pertukaran gas b.d
DS: - membrane alveolus kapiler
DO: DS :
 Terpasang infuse  Ibu mengatakan anak
KAEN 20 tpm di I kesulitan bernafas
tangan sebelah kiri DO :
 terdengar bunyi nafas
tambahan (ronkhi) pada
kedua lapang paru
 terdapat pernafasan
cuping hidung
 pola nafas cepat dan
dangkal
 kesadaran
composmentis
(E4V5M6)
 warna kulit kemerahan

3 Tidak ada Cemas 09/05/2019 (D.0005) Pola nafas tidak


data efektif b.ddefresi pusat
DS: pernafasan
Ibu pasien mengatakan DS:
selama dirumah sakit  ibu mengatakan pasien
pasien sedikit susah kesulitan bernafas
tidur dan terkadang  ibu mengatakan saat
menangis posisi tidur telentang
DO : anak semakin merasa
Pasien terlihat gelisah sesak nafas
DO:
 terdapat otot bantu
pernafasan dada
 pola nafas cepat dan
dangkal
 terdapat pernafasan
cuping hidung
 TTV :
RR : 42x/i
N: 112x/i
T : 38,10C

4 09/ 05 /2019 (D.0130) Hipertermia b.d


proses inflamasi
DS :
 Ibu pasien
mengatakan anaknya
rewel dan badan
teraba hangat
DO:
 T : 38,10C
 badan teraba hangat
5 09/ 05 /2019 Cemas b.d lingkungan yang
asing
DS :
 ibu mengatakan pasien
menangis bila melihat
perawat/ orang asing
-  ibu mengatakan pasien
meangis bila
ditinggalkan sendiri
DO :
 anak menangis
ketakutan
 menghindari kontak
mata
 anak tampak gelisah
 anak cenderung lebih
banyak diam dan tidak
aktif bergerak seperti
dirumah

6 09/ 05 /2019 (D.0111) Defisit


pengetahuan orang tua b.d
kurang terpapar informasi
DS :
 ibu pasien mengatakan
sebelunya tidak pernah
diberikan pendidikan
kesehatan tentang
bronkopneumonia
 ibu mengatakan tidak
paham tentang
penyakit yang diderita
anaknya
 ibu mengatakan tidak
berani memandikan
anaknya karna takut
memperparah
kondisinya
DO:
 Orang tua pasien hanya
diam saat ditanya tentang
penyakit anaknya
 Ibu bertanya tentang
penyakit anaknya

7 09/ 05 /2019 (D.0032) Resiko Defisit


Nutrisi b.d faktor psikologis
(keengganan untuk makan)
DS :
 Ibu pasien mengatakan
Anak I nafsu makannya
menurun semenjak sakit
 Ibu mengatakan anak I
hanya makan 1-2 sendok
saja
DO :
 A : BB = 14kg, TB=
93cm, LILA= 16,3cm
 B:
- Leukosit : 6400
103/ul
- Trombosit : 333.700
- Hb : 9,0 g/dL
- Ht : 29,1%
 C:
- Tidak ada penurunan
berat badan
- Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi
- Rambut hitam
mengkilat
- Mukosa bibir lembab
 D : MLTKTP
8 09/ 05 /2019 (D.0143) Resiko jatuh d.d
anak usia 2 tahun atau
kurang
DS :
-
DO :
 usia anak 2tahun
 anak ditempatkan
ditempat tidur orang
dewasa
 pagar tempat tidur tidak
terpasang
 jumlah skor penilaian
humpty dumpty 13
(resiko tinggi)
9 09/ 05 /2019 (D.0142) Risiko infeksi b.d
efek prosedur invasive
DS :
-
DO :
 Anak terpasang IVFD
ditangan sebelah kiri
 Balutan tampak bersih
 Tidak ada tanda-tanda
infeksi
 Leukosit : 6400 103/ul
 Hb : 9,0 g/dL

4.1.4 Perencanaan

Tabel 4.11 Perencanaan Pasien Anak 2 dengan Bronkopneumonia di RS


Samarinda Medika Citra
NO TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEP
DITEMUKAN KEP HASIL
1 09/ 05 / 2019 (D.0001) Setelah dilakukan 6.1 Monitor status
Bersihan jalan tindakan oksigen pasien
nafas berhubungan keperawatan 3 x 24 6.2 Monitor status
dengan jam diharapkan respirasi
peningkatan jalan nafas pasien (frekuensi,irama
produksi sputum paten dengan nafas)
kriteria hasil : 6.3 Auskultasi suara
1. Suara nafas nafas catat jika ada
bersih, tidak suara nafas
ada dypsnoe, tambahan
dan tanda- 1.4 Atur poisi pasien
tanda sianosis untuk
2. Jalan nafas memaksimalkan
bersih, pasien ventilasi
tidak merasa 1.5 Lakukan fisioterapi
tercekik dada jika perlu
3. Irama nafas 1.6 Ajarkan teknik batuk
teratur, efektif untuk
frekuensi nafas mengeluarkan secret
dalam rentang 1.7 Kolaborasi
normal (20- pemberian
30x/i) O2
1.8 kolaborasi
pemberian terapi
nebulizer
1.9 kolaborasi pemberian
antibiotik

2 09/ 05 / 2019 (D.0003) Setelah dilakukan 2.1 Observasi Tanda


Gangguan tindakan tanda vital anak
pertukaran gas keperawatan 3 x 24 (nadi, repirasi, suhu)
berhubungan jam diharapkan
2.2 Kaji frekuensi,
dengan perubahan masalah gangguan
membrane pertukaran gas Kedalaman dan
alveolus kapiler teratasi dengan kemudahan
kriteria hasil : pernafasan
1. suara nafas 2.3 Observasi warna
bersih, tidak kulit, membran
ada dypneu mukosa dan kuku
2. mampu
anak apakah terdapat
bernafas
dengan mudah sianosis
3. tanda-tanda 2.4 Mempertahankan
vital dalam istirahat dan tidur
batas normal pada anak
2.5 Kolaborasi
pemberian oksigen
3 09/ 05 / 2019 (D.0005) Pola Setelah dilakukan 3.1 Observasi tanda
napas tidak efektif tindakan tanda vital anak
berhubungan keperawatan 3 x 24 (nadi, repirasi, suhu
dengan depresi jam diharapkan
3.2 Kaji frekuensi
pusat pernapasan masalah pola nafas
teratasi dengan pernapasan
kriteria hasil : 3.3 Memberikan
1. Tidak ada sesak posisi semi fowler
nafas 3.4 Kolaborasi
2. Mampu bernafas pemberian Oksigen
dengan mudah
3. Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (pasien
tidak merasa
tercekik
4. frekuensi nafas
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
4 09/ 05 /2019 (D.0130) Setelah dilakukan 4.1 monitor suhu tubuh
Hipertermi tindakan sesering mungkin
berhubungan keperawatan 3 x 24 4.2 monitor warna
dengan proses jam diharapkan kulit, nadi dan RR
inflamasi Suhu tubuh kembali 4.3 berikan kompres
normal dengan pada lipat paha dan
kriteria hasil : aksila
1. suhu tubuh 4.4 selimuti pasien
anak dalam untuk mencegah
rentang normal hilangnya
(36-370C) kehangatan tubuh
2. tidak ada 4.5 kolaborasi
perubahan pemberian obat
warna kulit antipiretik untuk
3. tidak terjadi menurunkan panas
kejang

5 09/ 05 /2019 (D.0080) Cemas Setelah dilakukan 5.1 Identifikasi


berhubungan tindakan tingkat kecemasan
dengan lingkungan keperawatan 3 x 24 5.2 Pertahankan yang
yang asing jam diharapkan sikap tenang dan
cemas anak meyakinkan
berkurang atau 5.3 Jelaskan prosedur
hilang teratasi dan aktivitas
dengan kriteria yang akan
hasil : dilakukan kepada
1. Anak istirahat 5.4 orang tua dan
dengan tenang anakAnjurkan orang
2. Anak terdekat anak untuk
kooperatif dan tetap bersama anak
mau sesering mungkin
bersosialisasi 5.5 Melakukan terapi
dengan bermain
lingkungan
sekitar
3. Postur tubuh,
ekspresi wajah
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
cemas
berkurang
6 09/ 05 /2019 (D.0111) Defisit Setelah dilakukan 6.1 Berikan penilaian
pengetahuan tindakan tentang tingkat
berhubungan keperawatan 1 x 24 pengetahuan pasien
dengan kurang jam diharapkan mengenai proses
terpapar informasi Defisit pengetahuan penyakit
orang tua teratasi 6.2 Jelaskan
dengan kriteria Patofisiologi
hasil : penyakit dengan cara
1. Orang tua dapat yang tepat
mengungkapka 6.3 Gambarkan tanda
n pemahaman gejala yang muncul
tentang pada penyakit
penyakit dengan cara yang
anaknya tepat
2. Orang tua 6.4 Melakukan
dapat pendidikan kesehatan
menjelaskan 6.5 Diskusikan
kembali apa perubahan gaya
yang telah hidup yang mungkin
dipaparkan diperlukan untuk
perawat mencegah
komplikasi

7 09/ 05 /2019 (D.0032) Risiko Setelah dilakukan 7.1 Kaji status


defisit nutrisi b/d Tindakan nutrisi anak
faktor psikologis Keperawatan selam 7.2 Kaji adanya alergi
3x24 jam
makanan atau
diharapkan pasien
dapat terhindar dari minuman
resiko defisit nutrisi 7.3 Ukur
dengan Kriteria tinggi/panjang
Hasil: badan dan berat
1. Mampu badan anak
mengidentifika 7.4 Monitor turgor kulit
si kebutuhan 7.5 Monitor muntah
nutrisi
pada anak
2. Nafsu makan
anak meningkat 7.6 Monitor
3. Tidak terjadi pertumbuhan dan
penurunan berat perkembangan anak
badan 7.7 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
membantu memilih
makanan yang dapat
memenuhi
kebutuhan gizi
selama sakit
8 09/ 05 /2019 (D.0143) Risiko Setelah dilakukan 8.1 Mengidentifikasi
jatuh berhubungan tindakan perilaku dan factor
dengan anak usia 2 keperawatan 3 x 24 yang
tahun atau kurang jam diharapkan mempengaruhi
tidak ada kejadian risiko jatuh
jatuh dengan 8.2 Mengidentifikasi
kriteria hasil : karakteristik
1. Tidak ada lingkungan yang
kejadian jatuh dapat
2. Perilaku meningkatkan
pencegah jatuh potensi untuk jatuh`
: tindakan orang 8.3 Memasang pagar
tua atau pengaman tempat
pemberi asuhan tiduR
untuk 8.4 Merendahkan
meminimalkan tempat tidur
factor resiko 8.5 Jelaskan kepada
keluarga pasien
tentang factor risiko
yang memicu yang memicu jatuh
jatuh
9 (D.0142) Risiko Setelah dilakukan 9.1 Cuci tangan sebelum
infeksi Tindakan dan sesudah
behubungan Keperawatan selam tindakan
dengan efek 3x24 jam
keperawatan
prosedur invasive diharapkan masalah
infeksi teratasi 9.2 Batasi pengunjung
dengan kriteria bila perlu
hasil : 9.3 Monitor tanda
1. Tidak ada gejala infeksi
tanda-tanda sistemik dan local
infeksi muncul 9.4 Lakukan perawatan
2. Jumlah leukosit
infus
dalam batas
normal 9.5 Mengajarkan
3. Menunjukkan keluarga tentang
perilaku hidup tanda gejala
sehat infeksi
4. Menunjukkan 9.6 Ajarkan cara
kemampuan menghindari infeksi
untuk
9.7 Kolaborasi
mencegah
timbulnya pemberian antibiotic
infeksi

4.1.5 Pelaksanaan
Tabel 4.13 Pelaksanaan Pasien An.2 dengan Bronkopneumonia di RS
Samarinda Medika Citra
No Tannggal/ Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
Jam
1 09/05/2019 9.1 mencuci tangan sebelum - tangan tampak bersih
08:00 kontak dengan pasien

2 09/05/2019 9.4 melihat kondisi infus - balutan tampak bersih


08:02 pasien

3 09/05/2019 9.3 mengakaji tanda tanda - tinda ada kemerahan, bengkak,


08:04 infeksi pada infus pasien ataupun perubahan bentuk
4 09/05/2019 5.2 melakukan pendekatan - anak menangis melihat orang asing
08:05 dengan tenang

5 09/05/2019 5.8 mengkaji tingkat


- ibu mengatakan anaknya menangis
08:07 kecemasan yang
setiap kali melihat perawat/tenaga
dirasakan anak
medis lainnya
- anak tidak mau bermain dan lebih
banyak diam
6 09/05/2019 5.3 menjelaskan aktivitas
08:09 yang akan dilakukan - ibu mengerti tentang tindakan yang
kepada orang tua pasien akan dilakukan keanak

7 09/05/2019 2.2 menghitung frekuensi - RR : 34x/I


08:11 nafas dan - Irama nafas tidak teratur
mamperhatikan irama -terdapat pernapasan cuping hidung
nafas - ada otot bantu pernafasan dada

8 09/05/2019 1.1 mengukur status - SpO2 = 98%


08:12 oksigen pasien - Terpasang nasal kanul 2lpm
9 09/05/2019 1.3 Mendengarkan bunyi - Suara nafas ronki pada kedua paru
08:15 nafas

10 09/05/2019 4.1 mengukur suhu tubuh - T = 38,10C


08:17

11 09/05/2019 4.2 mengkaji warna kulit - Tidak ada kebiruan ataupun tanda-tada
09:00 dan menghitung nadi sianosis, badan teraba panas N= 97x/i

12 09/05/2019 4.1 memberikan kompres - Kompres telah diberikan anak tertidur


09:02 hangat pada lipat axila
An.I

13 09/05/2019 4.2 menyelimuti pasien - Selimut telah dipasang anak tertidur


09:05 pulas

14 09/05/2019 1.9 menginjeksikan - Obat telah diberikan dan tidak ada


09:10 antibiotic colsancetin reaksi negative
125mg IV
15 09/05/2019 2.5 memberikan pct puyer - Obat telah diminum tidak ada reaksi
09:12 via oral negative

16 09/05/2019 1.6 mengajarkan teknik - Ibu mengatakan mengerti dan mampu


09:30 batuk efektif kepada orang mendemostrasikan secara mandiri
tua An.I - Ibu mengatakan akan mengajarkan
pada An.I

17 09/05/2019 6.1 mengkaji tingkat - Saat ditanya terkain apa itu bp orang
09:40 pengetahuan orang tua tua pasien tampak bingung dan
mengatakan tidak tau
- Saat dikaji terkait kebersihan diri ibu
mengatakan anak belum ada mandi
karna takut jika mandi dapat
memperparah kondisi An.I

18 09/05/2019 8.1 mengkaji perilaku dan - Skor humpty dumpty = 13 (resiko


10:00 factor yang tinggi)
mempengaruhi risiko - Ketika rewel ibu mengatakan anaknya
jatuh aktif bergerak

19 09/05/2019 8.2 mengakaji karakteristik - Anak ditempatkan ditempat tidur


10:01 lingkungan yng orang dewasa
berpotensi memicu - Posisi tempat tidur terlalu tunggi
jatuh - Pagar pengaman (side rail) tidak
terpasang
20 09/05/2019 8.5 menjelaskan kepada - Ibu mengatakan mengerti dan akan
10:03 keluarga pasien tentang memperhatikan dan lebih waspada
factor risiko yang terhadap anaknya agak tidak jatuh
memicu jatuh

21 09/05/2019 8.3 memasang pagar - Side rail telah terpasang


10:10 pengaman

22 09/05/2019 8.4 merendahkan posisi - Posisi tempat tidur lebih rendah


10:16 tempat tidur
23 09/05/2019 6.2 menjelaskan proses - Orang tua memperhatikan penjelasan
10:17 terjadinya penyakit dengan baik
bronkopneumonia - Orang tua An.R mengatakan sekarang
sudah paham tentang proses terjadinya
sakit pada anaknya
24 09/05/2019 6.3 menggambarkan tanda - Orang tua mengatakan sekarang sudah
10:23 dan gejala yang mucul bisa memahami gejala umum yang
pada penyakit muncul karna bp
bronkopneumonia

25 09/05/2019 6.4 melakukan pendidikan - Orang tua mengatakan sekarang sudah


10:29 kesehatan tentang paham bahaya asap obat nyamuk dan
“Bahaya Asap Obat pentingnya menjaga kebersihan diri
Nyamuk Bagi Anak”
dan “pentingnya
personal hygiene”

26 09/05/2019 6.5 mengajak orang tua - Ibu mengatakan setelah pulang akan
10:40 pasien unuk berdiskusi mengganti obat nyamuk dengan
perubahan gaya hidup kelambu
yang mungkin - Ibu mengatakan besok pagi akan
diperlukan menyeka An.I

27 09/05/2019 7.1 menanyakan kepada ibu - Ibu mengatakan An.I tidak memiliki
11:00 apakah pasien memiliki alergi ataupun pantangan dalam makan
alergi makanan

09/05/2019 7.1 menanyakan konsumsi - Ibu mengatakan hari ini An.I hanyak
11:03 nutrisi pasien makan 1-2 sendok makanannya
28
09/05/2019 7.5 menanyakan apakah - Ibu mengatakan anak tidak ada muntah
11:15 anak ada muntah

29 09/05/2019 9.2 menganjurkan orang tua - Orang tua mengatakan akan mengikuti
11:20 untuk membatasi saran perawat
pengunjung

30 09/05/2019 9.5 mengajarkan orang tua - Orang tua mengatakan mengerti dan
11:25 tentang tanda dan gejala mampu menyebutkan tanda dan gejala
infeksi infeksi

31 09/05/2019 7.3 mengukur BB, TB, Lila - BB = 14kg, TB = 93 cm, LILA = 16,3
11:30 cm

32 09/05/2019 3.1 mengukur tanda tanda - RR 46x/i, N : 112x/i, T : 38,1


11:05 vital
1 10/05/2019 5.2 melakukan pendekatan - anak tidak menangis tapi masih tidak
08:00 dengan tenang mau kontak mata dengan mahasiswa

2 10/05/2019 5.9 mengkaji tingkat - ibu mengatakan An.I masih menangis


08:02 kecemasan yang setiap kali melihat perawat/tenaga
dirasakan anak medis lainnya
- anak tidak mau bermain dan lebih
banyak diam

3 10/05/2019 2.2 menghitung frekuensi - RR : 33x/I


08:05 nafas dan - Irama nafas tidak teratur
mamperhatikan irama -terdapat pernapasan cuping hidung
nafas - ada otot bantu pernafasan dada

4 10/05/2019 1.2 mengukur status - SpO2 = 98%


08:07 oksigen pasien - Terpasang nasal kanul 2lpm

5 10/05/2019 1.3 Mendengarkan bunyi - Suara nafas ronki pada kedua lapang
08:10 nafas paru

6 10/05/2019 2.1 mengukur suhu tubuh - T = 37,70C


08:15

7 10/05/2019 2.3 mengkaji warna kulit - Tidak ada kebiruan ataupun tanda-tada
08:17 dan menghitung nadi sianosis, badan teraba panas, N=
105x/i

8 10/05/2019 4.3 memberikan kompres - Kompres telah diberikan anak tertidur


08:20 hangat pada lipat axila
anak I

9 10/05/2019 1.9 menginjeksikan - Obat telah diberikan dan tidak ada


09:00 antibiotic colsancetin reaksi negative
125mg IV

10 10/05/2019 4.5 memberikan pct puyer - Obat telah diminum tidak ada reaksi
09:01 via oral negative

11 10/05/2019 1.6 menganjurkan anak - Anak mengikuti arahan ibunya


09:05 untuk batuk efektif

12 10/05/2019 8.1 mengkaji perilaku dan - Skor humpty dumpty = 13 (resiko


09:40 factor yang tinggi)
mempengaruhi risiko - Ketika rewel ibu mengatakan anaknya
jatuh aktif bergerak

13 10/05/2019 8.2 mengakaji karakteristik - Anak ditempatkan ditempat tidur


09:45 lingkungan yng orang dewasa
berpotensi memicu - Posisi tempat tidur terlalu tunggi
jatuh

14 10/05/2019 8.3 memasang pagar - Side rail telah terpasang


09:50 pengaman

15 10/05/2019 8.4 merendahkan posisi - Posisi tempat tidur lebih rendah


09:55 tempat tidur

16 10/05/2019 4.5 menganjurkan ibu untuk - Ibu mengatakan nanti akan mengambil
10:35 membawa boneka atau boneka untuk An.I
mainan An.I

17 10/05/2019 7.2 menanyakan konsumsi


- Ibu mengatakan hari ini An.I masih
10:40 nutrisi pasien belum menghabiskan makanannya
18 10/05/2019 7.4 menganjurkan pasien
10:45 banyak konsumsi - Ibu mengatakan mengerti dan akan
makanan yang berserat memberikan makanan yang berserat
kepada pasien
19 10/05/2019 2.6 mengisi air oksigen
10:50 - Terpasang nasal kanul 2lpm
20 10/05/2019 3.3 mengubah posisi
10:52 - Mengubah posisi pasien menjadi semi
21 10/05/2019 7.6 mengukur fowler
10:54 perkembangan anak
dengan kpsp - Hasil : anak berkembang sesuai
22 10/05/2019 7.5 menanyakan apakah usianya
anak ada muntah hari ini
- Ibu mengatakan anak tidak ada muntah
23 10:56 7.4 mengecek turgor kulit
- Turgor kulit baik
24 10/05/2019 7.7 Mengukur BB, TB,
10:58 LILA - BB = 14kg, TB= 93cm, LILA=
16,3cm
1 11/05/2019 9.1 mencuci tangan sebelum - tangan tampak bersih
08:00 tindakan

11/05/2019 1.1 monitor status oksigen - SpO2 = 99%


08:05 pasien

2 11/05/2019 1.3 auskultasi suara nafas - Suara nafas bersih tadak ada suara
08:19 nafas tambahan
11/05/2019 2.1 mengukur suhu badan
- RR : 26x/i, N : 98x/i, T : 36,3
3 08:20 dan menghitung RR dan
N
4 11/05/2019 2.2 melihat kedalaman dan
08:25 kemudahan pasien - Frekuensi nafas 26x/i irama nafas
dalam bernafas teratur pasien tidak merasa sesak
11/05/2019 2.3 melihat warna kulit,
5 08:27 membrane mukosa serta - Warna kulit kemerahan, mukosa bibir
lembab, dan tidak ada tanda-tanda
kuku pasien sianosis

6 11/05/2019 9.7 menginjeksikan - Obat telah diberikan dan tidak ada


08:55 antibiotic reaksi negatif yang muncul
7
11/05/2019 5.1 mengidentifikasi tingkat - Anak masih takut bila melihat
09:30 kecemasan pasien perawata/tenaga medis lainnya
- Anak rewel saat terpisah dari ibunya
- Anak menarik diri dari orang asing
8 11/05/2019 7.5 menayakan apakah anak - Ibu mengatakan anak tidak ada muntah
09:45 ada muntah hari ini hari ini
7.4 mengecek turgor kulit
- Turgor kulit baik
9 pasien
11/05/2019 8.1 mengukur skor humpty
- Skore humpty dumpty = 12 (risiko
10:23 dumpty
jatuh)
10 9.3 melihat apakah ada tanda
11/05/2019 gejala infeksi yang muncul - Tidak ada tanda gejala infeksi yang
10:30 muncul

11
11/05/2019 9.4 melakukan perawatan
10:35 infus - Melepas infus, pembekuan darah baik
4.1.6 Evaluasi

Tabel 4.15 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien Anak 2 dengan Bronkopneumonia


di RS Samarinda Medika Citra
Hari/ Diagnosa Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
Hari DK 1 S:
1 Bersihan jalan - ibu mengatakan anak I masih sesak namun
15:00 nafas tidak sudah berkurang
efektif - ibu mengatakan anak I masih batuk berdahak
- ibu mengatakan sudah paham tentang batuk
efektif namun belum melatih anak I karna masih
tidur
O:
- auskultasi bunyi nafas ronki pada kedua paru
- RR=46x/i
- SpO2=98%
- Ada otot bantu pernafasan
- Anak tidak bisa mengeluarkan dahak secra mandiri
A:
- Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.1 monitor status oksigenasi pasien
1.2 monitor status respirasi (irama,frekuensi)
1.3 auskultasi suara nafas catat jika ada suara
nafas tambahan
1.4 atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1.5 lakukan fisioterapi dada jika perlu
1.6 anjurkan teknik batuk efektif
1.7 kolaborasi pemberian O2
1.8 kolaborasi pemberian terapi nebulizer
1.9 kolaborasi penberian antibiotic
15:10 DK 2 S:
Gangguan - ibu mengatakan anak I masih sesak namun sudah agak
pertukaran gas mendingan
O:
- saat auskultasi terdengar bunyi nafas tambahan (ronki)
pada kedua lapang paru
- pernafasan cuping hidung
- pola nafas cepat dan dangkal
- kesadaran composmentis
- tidak ada tanda-tanda
sianosis A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 observasi TTV anak (nadi, respirasi, suhu)
2.2 kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2.3 observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku
anak apakah terdapat sianosis
2.4 mempertahankan istirahat dan tidur pada anak
2.5 kolaborasi pemberian oksigen
15:15 DK 3 S:
Pola nafas - ibu mengatakan anak kesulitan bernafas
tidak efektif - ibu mengatakan sesak anak akan bertambah bila tidur
dengan posisi telentang
O:
- ada tarikan dinding dada
- pola nafas cepat dan dangkal
- terdapat pernafasan cuping hidung
- TTV
RR : 46x/i, N : 112x/i, T : 38,1
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Observasi tanda tanda vital
3.2 Kaji frekuensi pernafasan
3.3 Memberikan posisi semi fowler
3.4 Kolaborasi pemberian O2
15:20 DK 4 S:
Hipertermia - ibu mengatakan anak I masih demam
O:
- T = 38,10C N: 112x/i
- Badan anak teraba
panas A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4.1 Monitor suhu tubuh sesering mungkin
4.2 Monitor warna kulit dan nadi
4.3 Berikan kompres pada lipatan paha dan aksila
4.4 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
4.5 Kolaborasi pemberian obat antipiretik untuk
menurunkan panas
15:25 DK 5 S:
Cemas - Ibu mengatakan anak I masih sering menangis jika
ditinggalkan
- Ibu anak I mengatakan pasien masih banyak diam dan
belum aktif untuk bermain

O:
- Ekspresi wajah takut dan tegang
- Anak I tidak mau kontak mata dengan lawan bicara
- Anak I menangis bila ada perawat/tenaga medis
lain A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi intervensi
5.1 Identifikasi ulang tingkat kecemasan
5.2 Pertahankan sikap yang tenang dan meyakinkan
5.3 Jelaskan setiap prosedur dan aktivitas kepada orang
tua dan anak
5.4 Anjurkan orang terdekat untuk selalu mendampingi
5.5 Melakukan terapi bermain
15:30 DK 6 S:
Defisit - Ibu mengatakan sekarang sudah paham tentang
pengetahuan penyakit yang diderita anaknya
orang tua - Ibu mengatakan sudah tau bahaya asap obat
nyamuk/rokok bagi kesehatan anaknya
- Ibu mengatakan sudah paham terkait pentingnya
menjaga kebersihan diri anak
- Ibu mengatakan akan merubah gaya hidup menjadi lebih
baik lagi
O:
- Ibu pasien dapat mengulang dan memaparkan secara
singkat terkait penyakit bronkopneumonia
- Ibu mampu menyebutkan bahaya asap obat nyamuk bagi
kesehatan anaknya
- Ibu mampu menjelaskan kembali tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri bagi anaknya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
15:30 DK 7 S:
Risiko deficit
nutrisi - Ibu pasien mengatakan Anak I nafsu makannya
menurun semenjak sakit
- Ibu mengatakan anak I hanya makan 1-2 sendok saja
O:
- A : BB = 14kg, TB= 93cm, LILA= 16,3cm
- B:
Leukosit : 6400 103/ul, Trombosit : 333.700, Hb : 9,0
g/dL, Ht : 29,1%
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilat
- Mukosa bibir lembab
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi :
7.1 Kaji status nutrisi anak
7.2 Kaji adanya alergi makanan atau minuman
7.3 Ukur tinggi panjang dan berat badan anak
7.4 Monitor turgor kulit
7.5 Monitor muntah pada anak
7.6 Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi
15:35 DK 8 S:-
Risiko jatuh O:
- Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak terlalu
tinggi A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
8.1 mengidentifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi risiko jatuh
8.2 mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi untuk jatuh
8.3 memasang pagar pengaman tempat tidur
8.4 merendahkan posisi tempat tidur
15:40 DK 9 S:-
Risiko infeksi O:
- terpasang IVFD ditangan sebelah kiri
- tidak ada kemerahan, bengkak, dan perubahan bentuk
pada tangan yang terpasang infus
- balutan bersih dan rapi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
9.1 cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
9.2 batasi pengunjung bila perlu
9.3 monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local
9.4 lakukan perawatan infus
9.7 kolaborasi pemberian antibiotic
Hari Diagnosa Evaluasi (SOAP) Paraf
ke 2 Keperawatan
14:45 DK 1 S:
Bersihan jalan - ibu mengatakan anak I sesaknya sudah berkurang
nafas tidak - ibu mengatakan anak I masih batuk berdahak
efektif namun sudah berkurang
- ibu mengatakan anak mau meniru melakukan batuk
efektif
- ibu mengatakan anak mampu mengeluarkan
batuknya sambil dibimbing
O:
- auskultasi bunyi nafas ronki pada kedua paru namun
sudah berkurang
- RR= 40x/i
- SpO2=98%
- Ada otot bantu pernafasan
- Napas cepat dan dangkal
- Pernafasan cuping hidung
- Terpasang nasal kanul 2lpm
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.1 monitor status oksigenasi pasien
1.2 monitor status respirasi (irama,frekuensi)
1.3 auskultasi suara nafas catat jika ada suara
nafas tambahan
1.4 atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1.5 lakukan fisioterapi dada jika perlu
1.6 anjurkan teknik batuk efektif
1.7 kolaborasi pemberian O2
1.8 kolaborasi pemberian terapi nebulizer
1.9 kolaborasi penberian antibiotic
14:50 DK 2 S:
Gangguan - ibu mengatakan anak I masih sesak namun sudah agak
pertukaran gas mendingan
O:
- saat auskultasi terdengar bunyi nafas tambahan (ronki)
pada kedua lapang paru
- pernafasan cuping hidung
- pola nafas cepat dan dangkal
- kesadaran composmentis
- tidak ada tanda-tanda
sianosis A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 observasi TTV anak (nadi, respirasi, suhu)
2.2 kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2.3 observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku
anak apakah terdapat sianosis
2.4 mempertahankan istirahat dan tidur pada anak
2.5 kolaborasi pemberian oksigen
14:55 DK 3 S:
Pola nafas - ibu mengatakan anak kesulitan bernafas
tidak efektif - ibu mengatakan sesak anak akan bertambah bila
tidur dengan posisi telentang
O:
- ada tarikan dinding dada
- pola nafas cepat dan dangkal
- terdapat pernafasan cuping hidung
- TTV
RR : 40x/i, N : 105x/i, T : 36,6
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Observasi tanda tanda vital
3.2 Kaji frekuensi pernafasan
3.3 Memberikan posisi semi fowler
3.4 Kolaborasi pemberian O2
15:00 DK 4 S:
Hipertermia - ibu mengatakan An.I badannya sudah tidak panas lagi
O:
- T = 36,60C N: 78x/i
- Akral teraba hangat, kulit kemerahan tidak ada tanda-
tanda sianosis
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
15:05 DK 5 S:
Cemas - Ibu mengatakan anak I masih sering menangis jika
ditinggalkan ibunya
- Ibu anak I mengatakan pasien masih banyak diam dan
belum aktif untuk bermain
O:
- Ekspresi wajah takut dan tegang
- Anak I tidak mau kontak mata dengan lawan bicara
- Anak I menangis bila ada perawat/tenaga medis lain
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi intervensi
5.1 Identifikasi ulang tingkat kecemasan
5.2 Pertahankan sikap yang tenang dan meyakinkan
5.3 Jelaskan setiap prosedur dan aktivitas kepada orang
tua dan anak
5.4 Anjurkan orang terdekat untuk selalu mendampingi
5.5 Melakukan terapi bermain.
15:10 DK 7 S:
Risiko deficit - Ibu pasien mengatakan Anak I masih
nutrisi tidak menghabiskan porsi makanannya
- Ibu mengatakan anak I hanya makan 1-2 sendok saja
O:
- A : BB = 14kg, TB= 93cm, LILA= 16,3cm
- B:
Leukosit : 6400 103/ul, Trombosit : 333.700, Hb : 9,0
g/dL, Ht : 29,1%
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilat
- Mukosa bibir lembab
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi :
7.1 Kaji status nutrisi anak
7.2 Kaji adanya alergi makanan atau minuman
7.3 Ukur tinggi panjang dan berat badan anak
7.4 Monitor turgor kulit
7.5 Monitor muntah pada anak
7.6 Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi
15:15 DK 8 S:-
Risiko jatuh O:
- Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak terlalu
tinggi A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
8.1 mengidentifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi risiko jatuh
8.2 mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi untuk jatuh
8.3 memasang pagar pengaman tempat tidur
8.4 merendahkan posisi tempat tidur
15:20 DK 9 S:-
Risiko infeksi O:
- terpasang IVFD ditangan sebelah kiri
- tidak ada kemerahan, bengkak, dan perubahan bentuk
pada tangan yang terpasang infus
- balutan bersih dan rapi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
9.1 cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
9.2 batasi pengunjung bila perlu
9.3 monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local
9.4 lakukan perawatan infus
9.7 kolaborasi pemberian antibiotic
Hari DK 1 S:
ke 3 Bersihan jalan - ibu mengatakan An.I sudah tidak sesak lagi
14:45 nafas tidak - ibu mengatakan An.I batuk sudah tidak berdahak lagi
efektif O:
- auskultasi bunyi nafas bersih
- RR=25x/i
- SpO2=99%
- Tidak ada otot bantu pernafasan
- Irama nafas teratur
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tidak terpasang oksigen
A : - Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
14:50 DK 2 S:
Gangguan - ibu mengatakan anak I sudah tidak sesak
pertukaran gas lagi O :
- auskultasi suara nafas bersih tidak ada suara
nafas tambahan
- tidak pernafasan cuping hidung
- pola nafas teratur
- tidak ada tarikan dinding dad
- kesadaran composmentis
- tidak ada tanda-tanda
sianosis A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
14:55 DK 3 S:
Pola nafas - ibu mengatakan anak sudah tidak sesak lagi
tidak efektif - ibu mengatakan anak sudah tidak menggunakan
oksigen lagi
O:
- tidak ada tarikan dinding dada
- pola nafas teratur
- tidak ada terdapat pernafasan cuping hidung
- TTV
RR : 25x/i, N : 98x/i, T : 36,3
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
15:00 DK 5 S:
Cemas - Ibu mengatakan anak I masih sering menangis jika
ditinggalkan
- Ibu anak I mengatakan pasien sekarang sudah mulai
tersenyum namun belum aktif bergerak
O:
- Anak tidak mau diajak terapi bermain (mewarnai)
- Anak sudah mulai sesekali tersenyum
- Anak masih menangis bila ada perawat/tenaga medis
lain
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi intervensi
5.1 Identifikasi ulang tingkat kecemasan
5.2 Pertahankan sikap yang tenang dan meyakinkan
5.3 Jelaskan setiap prosedur dan aktivitas kepada orang
tua dan anak
5.4 Anjurkan orang terdekat untuk selalu mendampingi
5.5 Melakukan terapi bermain

15:10 DK 7 S:
Risiko deficit - Ibu pasien mengatakan Anak I masih
nutrisi tidak menghabiskan porsi makanannya
O:
- A : BB = 14kg, TB= 93cm, LILA= 16,3cm
- B:
Leukosit : 6400 103/ul, Trombosit : 333.700, Hb : 9,0
g/dL, Ht : 29,1%
- C:
- Tidak ada penurunan berat badan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Rambut hitam mengkilat
- Mukosa bibir lembab
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi :
7.1 Kaji status nutrisi anak
7.2 Kaji adanya alergi makanan atau minuman
7.3 Ukur tinggi panjang dan berat badan anak
7.4 Monitor turgor kulit
7.5 Monitor muntah pada anak
7.6 Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak
7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi
15:25 DK 8 S:-
Risiko jatuh O:
- Tidak ada kejadian jatuh
- Side rail telah terpasang
- Skor humpty dumpty 13 (resiko tinggi)
- Tempat tidur dalam posisi yang tidak terlalu tinggi

A : Masalah tidak terjadi


P : Pertahankan intervensi
8.1 mengidentifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi risiko jatuh
8.2 mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi untuk jatuh
8.3 memasang pagar pengaman tempat tidur
8.4 merendahkan posisi tempat tidur
15:30 DK 9 S:-
Risiko infeksi O:
- infus telah dilepas
- tidak ada kemerahan, bengkak, dan perubahan bentuk
pada tangan
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
9.1 cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
9.2 batasi pengunjung bila perlu
9.3 monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local
9.4 lakukan perawatan infus
9.7 kolaborasi pemberian antibiotic
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
Nama Mahasiswa Intan Widyasari Paramitha
M P07220 1 17054
Judul
Nama Pembimbing 9a. 'f›ifi‘ *"J ' ' M Pd

HARf/ MATERI YANG SARAN


N TANGGAL DIKONSULKAN PFSMBIMBING PEMBIMBfNG
‹ 4u‹•.«. s^» • -yr.^°t s t° •
.ja«,«i cs
•°
(l•tA $g,yy,y nAuzl4\) j‹*,s't'‹
@k• \o O¥•t
JA^**"

-no•Al4k
-st°‹° ¿*'•'‹\‹r° *
- 5t›[•*
- h•s n‹*°• P•'°4 >

Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
MATERI YANG SARAN
TANGGAL DIKONS£fLXAN
i6-0#-AOS

j„g«, d: g‹t*•°J

Scanned by CamScanner
LEMBAR KONSULTASI HASIL
intan Widyasari Faramltha
P07220117054
Asul›an KePerawata« Pada KJieft Anak d«nga« Bronkopnsum‹xia
Jyd«!
ppmbi mbing Ns. Siti Nury»ti, s.xep., M.Pd

MATERI YANG
eixo svzltnn PEMBIMBING

j |0S |1 ***' !
U ( ^••t°' @‘*^'*^•^ &«6 I- a d'g••!'"
03^

5. 5(0s (*^*^ @^*°**'**' *”*”*" **!****'

Scanned by CamScanner
LEMBAR KONSULTAS¥ PROPOSAL
Nama Mahasiswa ]jqt8¥l Wid›w paramitha
NI : P07220 1 17054
]udu1
Nama Pembimbing

MATER]yANG SARAN
[CONSUL htBlhtBtN

Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
Nama Mahasiswa In tan Widyasari Paramitha
NfM
Judul
Nama Pembimbing

MATERI YANG TTD


DIKOi SULKAN PEMBIMBI

Scanned by CamScanner
LAMPIRAN 4

Dokumentasi Seminar Hasil

Anda mungkin juga menyukai