sPESIFIKASI TEKHNIS BANGUNAN
sPESIFIKASI TEKHNIS BANGUNAN
Pasal 1
URAIAN UMUM
1. LOKASI PEKERJAAN
Uraian singkat mengenai lokasi
Nama Kegiatan : Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-gorong
Nama Pekerjaan : Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Drainase
Nama Jalan : Jl. Butung – Sarappo Dsk
Kotamadya : Makassar
Provinsi : Sulawesi Selatan
V. Pekerjaan Penutup
- Tutup Saluran dengan beton K.225;
Pasal 3
RKS DAN GAMBAR
a. Pelaksana wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan /
perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara pemberian penjelasan
pek.
b. Bila gambar tidak sesuai dengan RKS, maka RKS lah yang berlaku.
c. Bila sesuatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar
yang berskala lebih besar (lebih mendetail) yang berlaku.
d. Bila tetap masih ada perbedaan/ keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, pelaksanawajib menanyakan pada pengawas teknik
dan pelaksana mengikuti keputusannya.
e. Bila penyimpangan-penyimpangan dan keragu-raguan bisa menyebabkan
kesulitan-kesulitan dalam pelaksann pekerjaan, maka pelaksana diminta untuk
mengkonsultasikan dengan Direksi dan mengikuti petunjuk-petunjuknya.
Pasal 4
RENCANA KERJA
a. Oleh karena pekerjaan ini waktunya terbatas dan tetap harus menjaga mutu
kualitas pekerjaan, maka diperlukan rencana dan strategi yang matang dalam
hal sebagai berikut :
1. Pekerjaan berlangsung secara kontinyuuntuk mengejar target volume,
kuantitas, dan kualitas.
2. Menyusun dan melaksanakan sistem “shift pekerja” untuk kegiatan siang
dan malam.
3. Pada kegiatan malam hari, lampu-lampu penerang harus disiapkan
secukupnya (menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas).
4. Ketersediaan dan pasokan material tidak boleh terputus sebagaimana
target volume pekerjaan.
5. Rencana dan strategi angkutan dan pembuangan sedimen, hasil galian dan
hasil bongkaran dalam kurun waktu 1x24 jam (tidak diperkenankan
ditumpuk di lapangan).
b. Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, pelaksanawajib membuat rencana kerja
pelaksanaan.
c. Rencana kerja tersebut harus diminta persetujuan terlebih dahulu kepada
pengawas, paling lambat dalam satu minggu setelah SPK diterima
pemborong,rencana kerja yang disitujui akan dijalankan oleh pengawas.
d. Pelaksanawajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada
pengawas. Satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding bangsal
(Direksi Keet) yang selalu diikuti dengan gambar kemajuan pekerjaan
(progress pekerjaan).
e. Pengawas akan menilai prosentase pekerjaan pelaksanaberdasarkan rencana
kerja tersebut.
Pasal 5
PELAKSANAAN DI LAPANGAN
a. Pelaksana wajib memberitahukan kepada Direksi / Pengawas Lapangan bila
akan memulai pekerjaan atau sesuatu bagian pekerjaan dengan Request
Sheet.Pelaksana dapat memulai pekerjaan apabila Request Sheet telah
ditandatangani oleh Konsultan Pengawas dan Direksi. Hal-hal mengenai
pekerjaan yang tidak dilengkapi dengan Request Sheet tidak akan
diperhitungkan oleh Direksi.
b. Pekerjaan pengukuran, penentuan batas dan penempatan bangunan dan
sebagainya dikerjakan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi. Hal-hal
mengenai pekerjaan yang tidak dilengkapi dengan Request Sheet tidak akan
diperhitungkan oleh Direksi.
c. Pelaksana tidak diperbolehkan merubah sesuatu yang terdapat dalam RKS
sebelum berunding dan mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak proyek.
d. Perbaikan/ penentuan ukuran atau gambar konstruksi yang kurang jelas,
hanya dapat dikerjakan oleh pelaksanasetelah mendapat persetujuan tertulis
dari pihak proyek.
e. Semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan harus
sesuai dengan contoh yang telah mendapatkan persetujuan dari Direksi/
Pengawas Lapangan.
f. Pelaksana harus mengadakan peralatan kerja sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan dan mendapat persetujuan Direksi.
g. Selama waktu pelaksanaan, pelaksanadiharuskan menetapkan minimal
seorang pelaksana/ pengawas pekerjaan tetap (uit voerder) yang cakap dan
mampu serta bertanggungjawab atas jalannya pelaksanaan pekerjaan.
Pelaksana/ Pengawas yang ditetapkan harus dilaporkan dan mendapat
persetujuan Direksi
Pasal 6
PENGUKURAN KEMBALI DAN PEMATOKAN
1. PENGUKURAN KEMBALI
a. Sebelum memulai pekerjaan pelaksanaharus mengadakan pengukuran
kembali dengan teliti elevasi dasar saluran, permukaan tanah,
ketinggiantanggul dan jalan atau elevasi lainnya sesuai permintaan Direksi.
Semua pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap titik tetap yang
terdekat.
b. Alat-alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan
sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
c. Alat-alat yang dipergunakan adalah waterpass lengkap dengan statif dan
rambu-rambunya, theodolite lengkap dengan statif dn rambu-rambunya,
meteran, Jalon, prisma, dan alat lainnya sesuai dengan instruksi Direksi.
d. Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran toleransi salah tutup, dan
pembuatan serta pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi.
e. Apabila terdapat perbedaan Antara elevasi yang tercantum dalam gambar
dengan hasil pengukuran ulang maka Direksi akan memutuskan hal itu.
f. Apabila terdapat perbedaan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran
ulang menjadi tanggung jawab pemborong.
g. Pelaksana bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksaan pekerjaan
menurut peil-peil dan ukuran dalam gambar dan uraian/ syarat-syarat
pelaksanaan itu.
2. PEMATOKAN
a. Pelaksana megerjakan pematokan untuk menentukan as dan peil saluran
sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini harus seluruhnya telah
disetujui oleh Direksi sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi
dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut dan pelaksanaharus
mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi.
Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh Direksi dapat digunakan
sebagai dasar untuk pelaksanaan pekerjaan.
b. Pelaksana wajib menyediakan alat-alat ukur dan perlengkapannya, juru-juru
ukir dan pekerja-pekerja yang diperlukan oleh Direksi untuk melakukan
pengawasan/ pengujian hasil pematokan atau pekerjaan lain yang serupa.
c. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank)
termasuk pekerjaan pelaksanadan harus dibuat dari kayu jenis meranti
kelas II yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangannya harus kuas dan
permukaan atasnya rata dan sifat datar (waterpass).
d. Semua tanda-tanda (rambu-rambu lalu lintas) dilapangan harus disediakan
dan dipasang sendiri oleh pelaksanadan harus tetap dipelihara dan dijaga
dengan baik. Apabila ada tanda-tanda yang rusak harus segera diganti.
Disamping rambu-rambu, kontraktor juga harus menyediakan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang pengatur lalu lintas yang bertugas sepanjang
pelaksanaan berlangsung.
e. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana,
pelaksanaharus mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari
daerah yang dipatok.
f. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisi
pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada
pemborong. Setelah diperbaiki, pelaksanaharus mengajukan kembali
gambar yang oleh Direksi diminta untuk direvisi.
Gambar tersebut harus digambar kembali diatas kertas kalkir dan setelah
disetujui oleh Direksi, maka pelaksanaakan menyerahkan kepada Direksi
gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil produksinya sebagai SHOP
DRAWING.
Pasal 7
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGAWASAN LALU LINTAS
1. Sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan
pelaksanadiwajibkan untuk memasang tanda-tanda pengaman lalu lintas
dengan ketentuan sbb :
a. Papan dan tanda-tanda perhatian harus dibuat dari papan Samarinda tebal
minimum 3 cm dengan warna dasar kuning dengan tulisan “Hati-Hati ada
Pekerjaan Saluran Drainase” dengan warna hitam, dengan ukuran panjang
2 meter dan lebar 40 cm.
b. Pada malam hari di tempat-tempat yang berbahaya harus dipasang lampu
merah yang cukup jelas dan terang menurut petunjuk Direksi untuk
menghindari terjadinya kecelakaan.
c. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari juga
harus diberi lampu merah atau tanda yang jelas seperti tersebut diatas.
2. Penutupan lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi.
3. Pelaksanaharus menjaga agar lalu lintas tetap berjalan. Pelaksanaharus
menyediakan 2 (dua) orang untuk mengatur lalu lintas tersebut.
4. Penempatan alat-alat dan bahan-bahan diusahakan sedapat mungkin tidak
mengganggu lalu lintas. Bila karena terpaksa, bahan-bahan harus dituanhkan
di tepi jalan ke tempat yang tidak mengganggu lalu lintas,selambat-lambatnya
dalam waktu 1x24 jam sesudah penurunan bahan-bahan tersebut.
5. Sepenuhnya setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian
pemborong, seperti tersebut diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab
pemborong.
Pasal 8
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan meliputi pembongkaran / penggalian dan perbaikan serta
pembuatan bangunan-bangunan, jalan, kebel telepon, pipa-pipa, gorong-
gorong, jembatan, atau hal-hal lain yang merupakan milik instansi/negara dan
milik perorangan yang terletak pada lokasi pekerjaan.Pekerjaan
pembongkaran termasuk perbaikan dan pemindahan harus dilaksanakan atas
beban pelaksanamenurut petunjuk-petunjuk Direksi dan syarat-syarat teknis
dari instansi yang bersangkutan.
3. MATERIAL BONGKARAN
Material yang dibongkar adalah dinding saluran lama
Pasal 9
BAHAN-BAHAN UMUM
1. SEMEN PORTLAND
a. Kualitas semen Portland yang digunakan adalah yang disetujui Direksi dan
telah memenuhi syarat Standar Indonesia (N.I.8) atau memenuhi standar
mutu dan cara uji Semen Portland (SII-0013081).
b. Banyaknya semen yang dipergunakan disesuaikan dengan jumlah takaran
yang diperlukan pada setiap jenis pekerjaan. Pelaksanaharus mencatat
setiap penerimaan dan pengeluaran semen dari gudang penyimpanan yang
digunakan untuk tiap jenis pekerjaan pada hari itu.
c. Penyimpanan semen harus ditempatkan dalam gudang yang terlindungi
dari
cuaca dan bebas dari kelembaban udara, mempunyai lantai penyimpanan
maksimal 30 cm diatas tanah. Penumpukan dalam zak semen tidak boleh
lebih dari 2 m tingginya.
2. AGREGAT HALUS
a. Pasir untuk pasangan batu dan beton harus bebas dari gumpalan tanah liat,
bahan-bahan organic, asam, garam, alkali, dan bahan-bahan lainnya yang
merupakan substansi perusak.
Jumlah prosentase dan segala substansi yang merugikan adalah tanah
yang berbutir halus beratnya tidak boleh lebih dari 5%, menurut
pemeriksaan laboratorium, atau memenuhi SII-0052-80 tentang “Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton”.
b. Gradasi pasir untuk campuran beton disesuaikan dengan syarat-syarat
pada PBI-1971 atau standar “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal” (SK NIT-015-1990-03).
4. A I R
Air yang dipakai untuk campuran beton, spesi/mortel, plesteran dan pasangan
lainnya harus bebas dari lumpur, minyak asam, bahan organic, garam, dan
kotoran lainnya dalam jumlah yang dpat merusak konstruksi. Air got tidak
boleh dipakai, sebaiknya dipakai air dari sumur, PAM, atau disesuaikan
dengan standar yang berlaku pada PBI-1971.
5. BAHAN-BAHAN LAIN
a. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pekerjaan proyek, baik yang bersifat
bahan dasar maupun bahan yang telah jadi produksi harus terdiri dari
bahan yang berkualitas baik, tanpa cacat dan disitujui oleh Direksi.
b. Bahan-bahan additive boleh dipakai apabila telah disetujui oleh Direksi.
Pasal 10
PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN
Semua pekerjaan penting untuk penggalian, timbunan dan pekerjaan tanah
lainnya yang diperlukan harus dilaksanakan sesuai dengan kontrak dan
petunjuk dari Direksi.
2. PEMBERSIHAN LAPANGAN
Lokasi pekerjaan yang telah diserahkan Direksi harus dibersihkan dari pohon,
semak, sampah, dan bahan lain yang tidak diperlukan pada daerah sekitar
lokasi pekerjaan, kecuali bila diperintahkan lain oleh Direksi.
Pasal 12
PEKERJAAN PLESTERAN
Pasal 13
PEKERJAAN BETON
1. PEKERJAAN BESI
a. Kekuatan Tarik besi adalah sesuai dengan mutu besi U.24
b. Pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokkan
sambungan kait, pembuatan sengkang-sengkang disesuaikan dengan
persyaratan pada Peraturan Beton Bertulang Indonesia – 1971.
c. Penulangan harus tetap dan tidak berubah tepat selama pengecoran,
begitu juga dengan selimut beton harus dijaga tebalnya minimum 2,5 cm.
d. Rangkaian pembesian (diameter tulangan, tulangan pokok, tulangan tarik)
serta ukuran-ukuran lainnya harus sesuai dengan gambar rencana.
e. Besi beton harus bersih dari karat/ korosi.
2. PEKERJAAN SALURAN BETON
- Tutup Saluran dengan beton K.225;
3. PERAWATAN BETON
a. Untuk mencegah terjadinya retak-retak, setelah beton dicor dan mulai
mengering maka beton harus dibasahi secara kontinyu dengan air bersih
selama prosess pengerasan berlangsung (dua minggu atau lebih).
b. Mutu beton K 225 dengan komposisi semen : pasir : cipping = 1 : 1,5 : 2
c. Bekesting dapat dibongkar bila konstruksi tersebut telah mencapai
kekuatan untuk dapat memikul berat sendiri konstruksi.
d. Jika izin pembongkaran ditentukan tidak atas hasil pemeriksaan benda uji,
maka cetakan baru dapat dibongkar setelah beton berumur 3 (tiga)
minggu.
e. Keropos yang terjadi akibat pengecoran kurang sempurna dapat diperbaiki
bila mendapat persetujuan dari Direksi Pelaksana.
f. Plat beton dibuat perpias untuk memudahkan pemeliharaan.
4. PEKERJAAN BEKESTING
a. Bekesting digunakan Multipleks tebal 12 mm, dan Balok 5/7 Kls II
(perancah)
Pasal 14
SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Kelalaian terhadap perintah/ instruksi dari Direksi dan pengawas lapangan
mengakibatkan sanksi dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh Direksi dan pengawas lapangan
dapat dibongkar untuk dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya
Kontraktor.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian kontraktor menjadi tanggung
jawab sepenuhnya dari kontraktor pelaksana.
e. Kerusakan-kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan seperti pagar
penduduk dan semacamnya merupakan tanggung jawab kontraktor.
Pasal 15
CATATAN LAIN-LAIN DAN KETERANGAN TAMBAHAN
a. Setiap kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dinyatakan dalam
Berita Acara dan ditandatangani oleh Pelaksana dan Direksi Harian
(Pengawas Lapangan).
b. Bila ada perbedaan antara ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat ini
dengan gambar, maka ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat ini yang
menentukan.
Makassar,
Menyetujui, Dibuat,
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Konsultan Perencana
(PPTK) CV. PUTRA TUNGGAL DESIGN,
Mengetahui,
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
(KPA)