Anda di halaman 1dari 15

SPESIFIKASI TEKNIS

DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

Pasal 1
URAIAN UMUM
1. LOKASI PEKERJAAN
Uraian singkat mengenai lokasi
Nama Kegiatan : Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-gorong
Nama Pekerjaan : Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Drainase
Nama Jalan : Jl. Butung – Sarappo Dsk
Kotamadya : Makassar
Provinsi : Sulawesi Selatan

2. URAIAN UMUM PEKERJAAN


a. Rehabilitasi Saluran drainase/gorong-gorong : pembersihan sedimen,
pembangunan saluran, pembuatan plat penutup saluran dengan konstruksi
beton.
b. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
I. Pekerjaan Persiapan
- Pengukuran dan Pematokan/Bowplank
- Pengaman Lalu Lintas dan Papan Proyek
- Administrasi dan Dokumentasi
- Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material
II. Pekerjaan Galian
- Kisdam dan Pemompaan
- Pekerjaan Bongkaran Beton
- Pekerjaan Sedimen
- Angkutan Galian Sedimen
III. Pekerjaan Saluran Batu
- Bongkaran Beton
- Galian Tanah Biasa
- Angkutan Galian dan Bongkaran Pasangan Batu
- Pasangan Batu Kali dengan mortal Jenis PC-PP
- Plesteran dengan mortal jenis PC-PP
IV. Pekerjaan Beton
- Pembongkaran plat yg rusak
- Pembuatan bekisting
- Pembesian
- Pengecoran dengan beton K225

V. Pekerjaan Penutup
- Tutup Saluran dengan beton K.225;

VI. Pekerjaan Akhir


1. Pembersihan Lokasi dari sisa Material Bangunan,
2. Pekerjaan tersebut pada ayat 2a dan 2b harus dilaksanakan sesuai
dengan :
a. Gambar situasi rencana.
b. Gambar-gambar konstruksi profil; memanjang, melintang gambar
detail, dan gambar-gambar susulan bila ada dari Direksi.
c. Uraian kerja dan syarat-syaratnya.
d. Risalah rapat penjelasan.
e. Petunjuk dari direksi.
f. Untuk lancarnya pekerjaan, pelaksana diwajibkan mendatangkan
bahan-bahan/ alat-alat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup
dan memenuhi syarat. Alat-alat perlengkapan disimpan ditempat
penyimpanan material supaya disiapkan di lapangan.
Menyediakan pompa air lengkap dengan slang isap pembuang.
g. Pelaksana harus menyerahkan pekerjaan dengan lengkap dan
sempurna, dimana termasuk pula perbaikan-perbaikan dari semua
kerusakan-kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan, sisa-sisa
pembongkaran, alat-alat pembantu dan segala-galanya sesuai
dengan pertimbangan Direksi Pelaksana.
h. Hasil galian sedimen dan bongkaran dibuang pada tempat yang
ditunjuk oleh Direksi atau pengawas yang ditunjuk olah Direksi
Pekerjaan, dalam tempo 1x24 jam.
Pasal 2
GAMBAR-GAMBAR KONSTRUKSI
a. Semua pekerjaan sebagaimana yang telah diuraikan dalam pasal 1 perincian
uraian pekerjaan haruslah dilaksanakan sesuai dengan gambar, atau data dari
Direksi.
b. Bilamana Direksi menganggap perlu dan/atau atas permintaan pemborong,
maka Direksi dapat memutuskan untuk menyerahkan tambahan perincian
gambar-gambar kepada pemborong.

Pasal 3
RKS DAN GAMBAR
a. Pelaksana wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan /
perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara pemberian penjelasan
pek.
b. Bila gambar tidak sesuai dengan RKS, maka RKS lah yang berlaku.
c. Bila sesuatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar
yang berskala lebih besar (lebih mendetail) yang berlaku.
d. Bila tetap masih ada perbedaan/ keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, pelaksanawajib menanyakan pada pengawas teknik
dan pelaksana mengikuti keputusannya.
e. Bila penyimpangan-penyimpangan dan keragu-raguan bisa menyebabkan
kesulitan-kesulitan dalam pelaksann pekerjaan, maka pelaksana diminta untuk
mengkonsultasikan dengan Direksi dan mengikuti petunjuk-petunjuknya.

Pasal 4
RENCANA KERJA
a. Oleh karena pekerjaan ini waktunya terbatas dan tetap harus menjaga mutu
kualitas pekerjaan, maka diperlukan rencana dan strategi yang matang dalam
hal sebagai berikut :
1. Pekerjaan berlangsung secara kontinyuuntuk mengejar target volume,
kuantitas, dan kualitas.
2. Menyusun dan melaksanakan sistem “shift pekerja” untuk kegiatan siang
dan malam.
3. Pada kegiatan malam hari, lampu-lampu penerang harus disiapkan
secukupnya (menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas).
4. Ketersediaan dan pasokan material tidak boleh terputus sebagaimana
target volume pekerjaan.
5. Rencana dan strategi angkutan dan pembuangan sedimen, hasil galian dan
hasil bongkaran dalam kurun waktu 1x24 jam (tidak diperkenankan
ditumpuk di lapangan).
b. Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, pelaksanawajib membuat rencana kerja
pelaksanaan.
c. Rencana kerja tersebut harus diminta persetujuan terlebih dahulu kepada
pengawas, paling lambat dalam satu minggu setelah SPK diterima
pemborong,rencana kerja yang disitujui akan dijalankan oleh pengawas.
d. Pelaksanawajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada
pengawas. Satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding bangsal
(Direksi Keet) yang selalu diikuti dengan gambar kemajuan pekerjaan
(progress pekerjaan).
e. Pengawas akan menilai prosentase pekerjaan pelaksanaberdasarkan rencana
kerja tersebut.
Pasal 5
PELAKSANAAN DI LAPANGAN
a. Pelaksana wajib memberitahukan kepada Direksi / Pengawas Lapangan bila
akan memulai pekerjaan atau sesuatu bagian pekerjaan dengan Request
Sheet.Pelaksana dapat memulai pekerjaan apabila Request Sheet telah
ditandatangani oleh Konsultan Pengawas dan Direksi. Hal-hal mengenai
pekerjaan yang tidak dilengkapi dengan Request Sheet tidak akan
diperhitungkan oleh Direksi.
b. Pekerjaan pengukuran, penentuan batas dan penempatan bangunan dan
sebagainya dikerjakan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi. Hal-hal
mengenai pekerjaan yang tidak dilengkapi dengan Request Sheet tidak akan
diperhitungkan oleh Direksi.
c. Pelaksana tidak diperbolehkan merubah sesuatu yang terdapat dalam RKS
sebelum berunding dan mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak proyek.
d. Perbaikan/ penentuan ukuran atau gambar konstruksi yang kurang jelas,
hanya dapat dikerjakan oleh pelaksanasetelah mendapat persetujuan tertulis
dari pihak proyek.
e. Semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan harus
sesuai dengan contoh yang telah mendapatkan persetujuan dari Direksi/
Pengawas Lapangan.
f. Pelaksana harus mengadakan peralatan kerja sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan dan mendapat persetujuan Direksi.
g. Selama waktu pelaksanaan, pelaksanadiharuskan menetapkan minimal
seorang pelaksana/ pengawas pekerjaan tetap (uit voerder) yang cakap dan
mampu serta bertanggungjawab atas jalannya pelaksanaan pekerjaan.
Pelaksana/ Pengawas yang ditetapkan harus dilaporkan dan mendapat
persetujuan Direksi

Pasal 6
PENGUKURAN KEMBALI DAN PEMATOKAN
1. PENGUKURAN KEMBALI
a. Sebelum memulai pekerjaan pelaksanaharus mengadakan pengukuran
kembali dengan teliti elevasi dasar saluran, permukaan tanah,
ketinggiantanggul dan jalan atau elevasi lainnya sesuai permintaan Direksi.
Semua pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap titik tetap yang
terdekat.
b. Alat-alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan
sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
c. Alat-alat yang dipergunakan adalah waterpass lengkap dengan statif dan
rambu-rambunya, theodolite lengkap dengan statif dn rambu-rambunya,
meteran, Jalon, prisma, dan alat lainnya sesuai dengan instruksi Direksi.
d. Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran toleransi salah tutup, dan
pembuatan serta pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi.
e. Apabila terdapat perbedaan Antara elevasi yang tercantum dalam gambar
dengan hasil pengukuran ulang maka Direksi akan memutuskan hal itu.
f. Apabila terdapat perbedaan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran
ulang menjadi tanggung jawab pemborong.
g. Pelaksana bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksaan pekerjaan
menurut peil-peil dan ukuran dalam gambar dan uraian/ syarat-syarat
pelaksanaan itu.

2. PEMATOKAN
a. Pelaksana megerjakan pematokan untuk menentukan as dan peil saluran
sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini harus seluruhnya telah
disetujui oleh Direksi sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi
dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut dan pelaksanaharus
mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi.
Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh Direksi dapat digunakan
sebagai dasar untuk pelaksanaan pekerjaan.
b. Pelaksana wajib menyediakan alat-alat ukur dan perlengkapannya, juru-juru
ukir dan pekerja-pekerja yang diperlukan oleh Direksi untuk melakukan
pengawasan/ pengujian hasil pematokan atau pekerjaan lain yang serupa.
c. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank)
termasuk pekerjaan pelaksanadan harus dibuat dari kayu jenis meranti
kelas II yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangannya harus kuas dan
permukaan atasnya rata dan sifat datar (waterpass).
d. Semua tanda-tanda (rambu-rambu lalu lintas) dilapangan harus disediakan
dan dipasang sendiri oleh pelaksanadan harus tetap dipelihara dan dijaga
dengan baik. Apabila ada tanda-tanda yang rusak harus segera diganti.
Disamping rambu-rambu, kontraktor juga harus menyediakan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang pengatur lalu lintas yang bertugas sepanjang
pelaksanaan berlangsung.
e. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana,
pelaksanaharus mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari
daerah yang dipatok.
f. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisi
pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada
pemborong. Setelah diperbaiki, pelaksanaharus mengajukan kembali
gambar yang oleh Direksi diminta untuk direvisi.
Gambar tersebut harus digambar kembali diatas kertas kalkir dan setelah
disetujui oleh Direksi, maka pelaksanaakan menyerahkan kepada Direksi
gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil produksinya sebagai SHOP
DRAWING.

Pasal 7
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGAWASAN LALU LINTAS
1. Sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan
pelaksanadiwajibkan untuk memasang tanda-tanda pengaman lalu lintas
dengan ketentuan sbb :
a. Papan dan tanda-tanda perhatian harus dibuat dari papan Samarinda tebal
minimum 3 cm dengan warna dasar kuning dengan tulisan “Hati-Hati ada
Pekerjaan Saluran Drainase” dengan warna hitam, dengan ukuran panjang
2 meter dan lebar 40 cm.
b. Pada malam hari di tempat-tempat yang berbahaya harus dipasang lampu
merah yang cukup jelas dan terang menurut petunjuk Direksi untuk
menghindari terjadinya kecelakaan.
c. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari juga
harus diberi lampu merah atau tanda yang jelas seperti tersebut diatas.
2. Penutupan lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi.
3. Pelaksanaharus menjaga agar lalu lintas tetap berjalan. Pelaksanaharus
menyediakan 2 (dua) orang untuk mengatur lalu lintas tersebut.
4. Penempatan alat-alat dan bahan-bahan diusahakan sedapat mungkin tidak
mengganggu lalu lintas. Bila karena terpaksa, bahan-bahan harus dituanhkan
di tepi jalan ke tempat yang tidak mengganggu lalu lintas,selambat-lambatnya
dalam waktu 1x24 jam sesudah penurunan bahan-bahan tersebut.
5. Sepenuhnya setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian
pemborong, seperti tersebut diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab
pemborong.
Pasal 8
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan meliputi pembongkaran / penggalian dan perbaikan serta
pembuatan bangunan-bangunan, jalan, kebel telepon, pipa-pipa, gorong-
gorong, jembatan, atau hal-hal lain yang merupakan milik instansi/negara dan
milik perorangan yang terletak pada lokasi pekerjaan.Pekerjaan
pembongkaran termasuk perbaikan dan pemindahan harus dilaksanakan atas
beban pelaksanamenurut petunjuk-petunjuk Direksi dan syarat-syarat teknis
dari instansi yang bersangkutan.

2. PELAKSANAAN PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN


a. Pelaksanadalam melaksanakan pembongkaran/ penggalian harus
diusahakan tidak merusak bahan-bahan yang masih bisa dipergunakan dan
melindungi bagian-bagian bangunan yang berhubungan dengan pekerjaan
ini, dan pelaksanaan harus sesuai dengan petunjuk Direksi.
b. Pelaksanaan pembongkaran dan perbaikan yang menyangkut fasilitas
umum harus dikerjakan sedemikian rupa agar gangguan yang terjadi
sekecil mungkin.
c. Persyaratan teknis terhadap perbaikan dan pemindahan bangunan yang
dimaksud dan belum tercakup dalam spesifikasi akan ditentukan oleh
Direksi berdasarkan informasi dari instansi yang bersangkutan.
d. Jalanan umum yang dibongkar akibat pekerjaan ini harus diperbaiki kembali
seperti keadaaan semula.
e. Plat-plat penutup saluran yang ada tidak perlu dibongkar bila
memungkinkan untuk diangkat/dicungkil untuk dipakai kembali.
f. Pembongkaran/ penggalian yang berdasarkan dengan pondasi pagar
penduduk, tiang listrik, dll. Terlebih dahulu membuat perkuatan-perkuatan
pada kondisi yang aman. Segala kerusakan menjadi tanggungjawab
kontraktor.

3. MATERIAL BONGKARAN
Material yang dibongkar adalah dinding saluran lama

4. BAHAN DAN BEKAS BONGKARAN


a. Bahan-bahan yang masih bisa digunakan seperti batu kali, ubin trotoar dan
bahan-bahan lain disusun di lokasi pemilik yang bersangkutan.
b. Bahan bekas bongkaran yang tidak dapat dipakai lagi harus disingkirkan
dan dibuang sesuai dengan petunjuk Direksi.
c. Bekas-bekas bongkaran tidak diperkenankan ditimbun di tempat-tempat
yang merusak pemandangan/ mengganggu lalu lintas.

Pasal 9
BAHAN-BAHAN UMUM
1. SEMEN PORTLAND
a. Kualitas semen Portland yang digunakan adalah yang disetujui Direksi dan
telah memenuhi syarat Standar Indonesia (N.I.8) atau memenuhi standar
mutu dan cara uji Semen Portland (SII-0013081).
b. Banyaknya semen yang dipergunakan disesuaikan dengan jumlah takaran
yang diperlukan pada setiap jenis pekerjaan. Pelaksanaharus mencatat
setiap penerimaan dan pengeluaran semen dari gudang penyimpanan yang
digunakan untuk tiap jenis pekerjaan pada hari itu.
c. Penyimpanan semen harus ditempatkan dalam gudang yang terlindungi
dari
cuaca dan bebas dari kelembaban udara, mempunyai lantai penyimpanan
maksimal 30 cm diatas tanah. Penumpukan dalam zak semen tidak boleh
lebih dari 2 m tingginya.

2. AGREGAT HALUS
a. Pasir untuk pasangan batu dan beton harus bebas dari gumpalan tanah liat,
bahan-bahan organic, asam, garam, alkali, dan bahan-bahan lainnya yang
merupakan substansi perusak.
Jumlah prosentase dan segala substansi yang merugikan adalah tanah
yang berbutir halus beratnya tidak boleh lebih dari 5%, menurut
pemeriksaan laboratorium, atau memenuhi SII-0052-80 tentang “Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton”.
b. Gradasi pasir untuk campuran beton disesuaikan dengan syarat-syarat
pada PBI-1971 atau standar “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal” (SK NIT-015-1990-03).

3. AGREGAT KASAR (KERIKIL, BATU PECAH/BELAH)


a. Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah
pecah, tipis, mengandung alkali danbahan-bahan organis lainnya sesuai
SII-0052-80 tentang Mutu dan Cara Uji Agregat Beton.
b. Bian yang aus tidak melebihi 50% berat agregat sesuai dengan pengujian
mesin Los Angeles (Abrams Test).
c. Bagian agregat yang pipih dan lonjong tidak melebihi 5% berat agregat, dan
permukaan agregat harus kasar, massif, solid, dan tidak berpori.
d. Ukuran butir Antara 20 mm sampai dengan 50 mm dengan susunan
gradasi dan persyaratannya sesuai dengan PBI-1971 atau menurut standar
“Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal” (SK.SNIT-15-
1990-03).
e. Batu yang digunakan untuk pasangan pada dinding saluran dan pondasi
terdiri dari batu pecah dari sungai atau batu kali dimana diameter harus
lebih kecil dari tebal pasangan, bentuk tidak pipih, diameter minimal 15 cm.

4. A I R
Air yang dipakai untuk campuran beton, spesi/mortel, plesteran dan pasangan
lainnya harus bebas dari lumpur, minyak asam, bahan organic, garam, dan
kotoran lainnya dalam jumlah yang dpat merusak konstruksi. Air got tidak
boleh dipakai, sebaiknya dipakai air dari sumur, PAM, atau disesuaikan
dengan standar yang berlaku pada PBI-1971.

5. BAHAN-BAHAN LAIN
a. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pekerjaan proyek, baik yang bersifat
bahan dasar maupun bahan yang telah jadi produksi harus terdiri dari
bahan yang berkualitas baik, tanpa cacat dan disitujui oleh Direksi.
b. Bahan-bahan additive boleh dipakai apabila telah disetujui oleh Direksi.
Pasal 10
PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN
Semua pekerjaan penting untuk penggalian, timbunan dan pekerjaan tanah
lainnya yang diperlukan harus dilaksanakan sesuai dengan kontrak dan
petunjuk dari Direksi.

2. PEMBERSIHAN LAPANGAN
Lokasi pekerjaan yang telah diserahkan Direksi harus dibersihkan dari pohon,
semak, sampah, dan bahan lain yang tidak diperlukan pada daerah sekitar
lokasi pekerjaan, kecuali bila diperintahkan lain oleh Direksi.

3. PENGUPASAN AKAR TANAMAN DAN HUMUS


a. Bilamana terdapat akar tanaman atau tonggak kayu yang lebih dalam,
harus dicabut sampai bersih dan dibuang atau ditimbun di tempat yang
telah ditunjuk oleh Direksi.
b. Tanah tempat kedudukan bangunan harus bersih dari bahan-bahan
organis.
c. Tempat dimana ada timbunan tanggul, maka lapisan humus atau
permukaan harus distripping ±20 cm.

4. GALIAN TANAH UNTUK SALURAN


a. Dasar dan sisi galian, dimana akan didirikan bangunan harus diselesaikan
dengan baik, rapih, dan padat menurut dimensi yang ditentukan dalam
gambar profil memanjang/ melintang dan potongan.
b. Untuk galian saluran dengan pasangan, agar diperhitungkan galian lebih
untuk memberikan ruang kerja yang cukup.
c. Garis/ketinggian galian harus dilaksanakan sesuai dengan centre line dan
ketinggian dasar yang direncanakan penyimpangan dari ketentuan ini,
hanya dapat diberikan bila ada persetujuan tertulis dari Direksi.
d. Galian pada saluran yang telah ada harus diusahakan agar galian tidak
digenangi air dengan cara memompa, menimba atau cara-cara lainnya
sesuai petunjuk Direksi.
e. Bilamana terdapat ketidaktelitian titik-titik ketinggian dalam kontur atau
gambar dengan kenyataan, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah perintah
kerja dikeluarkan, pelaksanaharus memberitahukan secara tertulis kepada
Direksi.
Keterlambatan dari waktu tersebut menyebabkan segala kelebihan
pekerjaan merupakan beban pemborong.
f. Jika galian lebih dalam dari kedalaman yang dtentukan, maka bagian
kelebihan tersebut harus diurug dengan pasir dan dipadatkan dengan
beban biaya dari kontraktor.
g. Jika pekerjaan galian telah mendapat pesetujuan dari Direksi, maka
pelaksanaharus segera memulai pekerjaan selanjutnya dan tidak boleh
membiarkan galian terbuka terlalu lama.
h. Pada galian yang cukup panjang, dianjurkan secara bertahap, agar
terhindar dari bahaya kelongsoran, genangan, kecelakaan lalu lintas, dll.
i. Bila ternyata dasar galian merupakan tanah lembek yang diragukan daya
dukungnya, pelaksanaharus menggali sampai lapisan tanah keras sesuai
petunjuk Direksi.
j. Sedimen dan sampah biarkan kering, tidak boleh mengganggu arus lalu
lintas yang lewat
k. Siapkan karung dengan volume 20-25 kg, masukan galian sedimen
kedalamnya, sedimen siap untuk diangkut oleh dump truck ke tempat
pembuangan yang telah di tentukan.

5. LERENG GALIAN DAN LONGSORAN


a. Kemiringan lereng galian selain yang telah ditentukan, harus dibuat dengan
memperhatikan material galian yang kemungkinan terjadi keruntuhan/
longsoran. Kerusakan yang terjadi akibat longsoran harus diperbaiki
kembali atas beban pemborong.
b. Bilamana diperlukan, pelaksana harus mengadakan penguat dinding galian
pada galian dekat rumah-rumah atau bangunan umum lainnya agar tidak
terjadi kelongsoran.

6. TANAH URUGAN / TIMBUNAN


a. Urugan tanah dilaksanakan untuk pembuatan tanggul talud saluran sesuai
dengan ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar perencanaan.
b. Tanah urugan harus bebas dari potongna-potongan kayu, akar-akar
tanaman serta segala macam kotoran yang mudah lapuk.
c. Penimbunan tanah dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal maksimum
20 cm, sambil dipadatkan juga disiram air secara kontinyu sampai padat.
d. Sisa material dibuang agar tidak merusak pemandangan, bersih, dan tidak
kembali mengotori saluran, terutama pada musim hujan.
Pasal 11

PEKERJAAN PASANGAN BATU

a. Segala material batu gunung, air dan pasir yang dipergunakan


dalam pasangan batu harus telah memenuhi syarat yang telah
ditentukan dan disetujui direksi.
b. Komposisi adukan untuk pasangan batu saluran harus terdiri dari 1
semen Portland : 4 pasir pasang dengan takaran yang sama dan
dicampur dengan air secukupnya agar mencapai kekentalan yang
disetujui direksi.
c. Adukan harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk beton (beton
molen), lama pengadukan harus sampai menunjukkan homogenitas
adukan sesuai dengan petunjuk direksi. Dalam segala hal tidak
boleh memakai adukan yang telah mulai mengeras sebagian atau
tercampur dengan bahan lain untuk digunakan kembali.
d. Batu-batu tidak boleh dipasang selama hujan atau cukup lama untuk
menghanyutkan spesi, dimana adukan yang sudah terlanjur
dihampar harus dilindungi sedemikian rupa dari hujan. Bila mana
terjadi pelelehan akibat air hujan, spesi tersebut harus dibuang.
e. Semua batu yang digunakan dalam pasangan sebelumnya harus
basah dengan air sampai seluruh permukaan merata agar tidak
terjadi penyerapan air oleh spesi.
f. Bila ada lubang galian untuk pasangan pondasi / saluran terdapat
genangan air, maka sebelum pekerjaan pasangan dimulai terlebih
dahulu airnya dipompa / dikeringkan.
g. Pemasangan pipa biopori pipa PVC diameter 4” dan
dibenamkan kedalam tanah sedalam 1 ( satu ) meter serta diisi
dengan daun - daun kering dan permukaan atas dipasangi ijuk
setebal 10 cm dan ditutup dengan dop pipa diameter 4”,
dipasang tiap 2 m’. (apabila dibutuhkan)
h. Pekerjaan pasangan untuk dinding saluran tembok penahan tanah
harus dilengkapi dengan lubang-lubang untuk pipa pengaliran air
tanah ( weep hole )
i. Pemasangan batu sedemikian rupa satu sama lain terjadi ikatan
yang kokoh dan sempurna, didalam pasangan sama sekali tidak
boleh terdapat rongga atau celah yang tidak terisi spesi.
j. Pemasangan bouwplank atau profil saluran persection dibuat dari
kayu atau balok yang kuat, sehingga terbentuk profil saluran, baik
sebagian yang nampak maupun bagian yang nantinya tidak nampak
( bagian/sisi dalam maupun sisi luarnya ).
k. Tebal pasangan batu disesuaikan dengan gambar desain dengan
menambahkan tebal plesteran 1,50 cm.
l. Membuat Street Line ( lubang-lubang air tepi jalan / tali air ).

Pasal 12

PEKERJAAN PLESTERAN

a. Pekerjaan plesteran pada pasangan batu harus sesuai dengan


bagian pekerjaan yang tercantum dalam gambar pelaksanaan. Bila
tidak ditentukan lain oleh Direksi, plesteran digunakan pada bagian :
- Seluruh permukaan pasangan batu yang tidak disiar, pasangan
yang menggantung.
- Pada bagian permukaan atas dinding saluran / pondasi dan pada
tepi- tepi pasangan yang tidak disiar.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, spesi pada bagian permukaan
harus digaruk minimal 0,5 cm dan diratakan / dibasahi agar terjamin
melekatnya plesteran.
c. Komposisi campuran plesteran digunakan 1 Pc : 4 Psr dengan tebal
15 mm untuk batu kali, tebal 5 – 8 mm untuk beton, kecuali
ditentukan lain oleh direksi.
d. Permukaan plesteran harus rata dan rapi sehingga memuaskan
direksi.
e. Sebelum plesteran, maka permukaan harus bersih dan tidak kering.

Pasal 13
PEKERJAAN BETON
1. PEKERJAAN BESI
a. Kekuatan Tarik besi adalah sesuai dengan mutu besi U.24
b. Pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokkan
sambungan kait, pembuatan sengkang-sengkang disesuaikan dengan
persyaratan pada Peraturan Beton Bertulang Indonesia – 1971.
c. Penulangan harus tetap dan tidak berubah tepat selama pengecoran,
begitu juga dengan selimut beton harus dijaga tebalnya minimum 2,5 cm.
d. Rangkaian pembesian (diameter tulangan, tulangan pokok, tulangan tarik)
serta ukuran-ukuran lainnya harus sesuai dengan gambar rencana.
e. Besi beton harus bersih dari karat/ korosi.
2. PEKERJAAN SALURAN BETON
- Tutup Saluran dengan beton K.225;

3. PERAWATAN BETON
a. Untuk mencegah terjadinya retak-retak, setelah beton dicor dan mulai
mengering maka beton harus dibasahi secara kontinyu dengan air bersih
selama prosess pengerasan berlangsung (dua minggu atau lebih).
b. Mutu beton K 225 dengan komposisi semen : pasir : cipping = 1 : 1,5 : 2
c. Bekesting dapat dibongkar bila konstruksi tersebut telah mencapai
kekuatan untuk dapat memikul berat sendiri konstruksi.
d. Jika izin pembongkaran ditentukan tidak atas hasil pemeriksaan benda uji,
maka cetakan baru dapat dibongkar setelah beton berumur 3 (tiga)
minggu.
e. Keropos yang terjadi akibat pengecoran kurang sempurna dapat diperbaiki
bila mendapat persetujuan dari Direksi Pelaksana.
f. Plat beton dibuat perpias untuk memudahkan pemeliharaan.

4. PEKERJAAN BEKESTING
a. Bekesting digunakan Multipleks tebal 12 mm, dan Balok 5/7 Kls II
(perancah)

Pasal 14
SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Kelalaian terhadap perintah/ instruksi dari Direksi dan pengawas lapangan
mengakibatkan sanksi dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh Direksi dan pengawas lapangan
dapat dibongkar untuk dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya
Kontraktor.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian kontraktor menjadi tanggung
jawab sepenuhnya dari kontraktor pelaksana.
e. Kerusakan-kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan seperti pagar
penduduk dan semacamnya merupakan tanggung jawab kontraktor.
Pasal 15
CATATAN LAIN-LAIN DAN KETERANGAN TAMBAHAN
a. Setiap kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dinyatakan dalam
Berita Acara dan ditandatangani oleh Pelaksana dan Direksi Harian
(Pengawas Lapangan).
b. Bila ada perbedaan antara ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat ini
dengan gambar, maka ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat ini yang
menentukan.

Makassar,
Menyetujui, Dibuat,
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Konsultan Perencana
(PPTK) CV. PUTRA TUNGGAL DESIGN,

TRISNA WAHYUNI, ST M. ICHSAN RAHAYU RUSUN, SE


Pangkat : Penata Direktur
NIP. 19740619 20090 1 2 002

Mengetahui,
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
(KPA)

ANSUARD, ST, M.Si


Pangkat : Penata Tk 1
NIP. 19691031 200312 1 001

Anda mungkin juga menyukai