Anda di halaman 1dari 18

“LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CAP DI RUANG MULTAZAM“

PRAKTIK KLINIK KMB I/II

SEMESTER V T.A. 2022/ 2023

NAMA : PUTRI AZKIA

NIM : P032014401030

CLINICAL TEACHER CLINICAL INSTRUCTUR

PRODI D-III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES RIAU

T. A. 2022/ 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dengan judul “CAP”
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari laporan pendahuluan ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I/II. Selain itu, laporan
pendahuluan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang CAP bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Riche widya S,S.Kep selaku
Clinical Instructur Ruang Multazam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
ini. Penulis menyadari, laporan pendahuluan yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan
demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini.

Bukittinggi, 16 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
A. Konsep Medik.....................................................................................................................3
1. Definisi............................................................................................................................3
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi.........................................................................3
3. Etiologi dan Faktor Resiko..............................................................................................5
4. Patofisiologi....................................................................................................................6
5. Patoflow..........................................................................................................................6
6. Manifestasi Klinis...........................................................................................................8
7. Komplikasi......................................................................................................................8
8. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................9
9. Penatalaksanaan Medis...................................................................................................9
A. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................................12
1. Pengkajian.....................................................................................................................12
2. Diagnosis Keperawatan.................................................................................................13
3. Intervensi Keperawatan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

2
A. Konsep Medik
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasit (Djojodibroto, 2007). Menurut Corwin
(2008) pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan
toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (PDDI, 2003).

Berdasarkan tempat terjadinya pneumonia dibagi menjadi :

 CAP (community-acquired pneumonia), pneumonia yang didapat di


masyarakat.
 HAP (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia),
pneumonia yang didapat di rumah sakit.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi


1) Hidung
Bulu hidung (vibrissae) efektif untuk menyaring debu atau partikel yang
terkandung dalam udara dengan ukuran hingga 10 mm. mukosa hidung setiap
saat mengeluarkan mukus yang diproduksi oleh sel-sel goblet dan glandula
serosa yang juga berfungsi untuk memerangkap kotoran udara. Adanya
turbulasi udara yang masuk ke hidung akibat struktur konka, menyebabkan
udara berputar dan terpapar secara maksimal dengan dinding mukosa.
Akibatnya, kotoran yang mungkin terkandung dalam udara akan menempel
pada dinding mukosa.
2) Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis adalah rongga dalam tulang tengkorak yang terletak didekat
hidung dan mata. Terdapat empat sinus, yaitu sinus frontalis, etmoidalis,
sfeinodalis, danmaksilaris. Sinus dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel
kolumnar bertingkat semu yang bersilia. Fungsi sinus adalah memperingan
tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa yang dialirkan ke hidung, dan

3
menimbulkan resonansi suara sehingga memberi karakteristik suara yang
berbeda pada tiap individu.
3) Faring
Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan
rongga mulut. Faring dibagi dalam tiga area yaitu nasal, oral, dan laring.
Faring nasal atau disebut dengan nasofaring terletak di sisi posterior hidung,
diatas palatum. Pada nasofaring terdapat kelenjar adenoid dan muara tuba
eustachii.Faring oral atau disebut orofaring berlokasi di mulut.
4) Laring
Laring merupakan unit organ terakhir pada jalan napas atas. Laring disebut
juga sebagai kotak suara karena pita suara terdapat disini. Laring terletak disisi
inferior faring dan menghubungkan faring dan trakea.
5) Trakea
Trakea disebut juga pita udara, merupakan organ silindris sepanjang sekitar
10-12cm (pada dewasa) dan berdiameter 1,5- 2,5 cm. Terletak digaris tengah
leher dan pada garis tengah sternum. Trakea memanjang dari kartilago krikoid
pada laring hingga bronkus di toraks. Trakea terdiri atas oto polos dengan
sekitar 20 cincin kartilagoinkomplet dan ditutupi oleh membrane fibroelastik.
Dinding posterior trakea tidak disokong oleh kartilago dan hanya terdapat
membrane fibroelastik yang menyekat trakeadan esophagus.
6) Percabangan Bronchial
Bronkus dibentuk oleh kartilago dan otot. Cincin kartilago inkomplet seperti
padatrakea ditemukan juga pada bronkus utama dan bronkus lobus bawah.
Sedikit cincin kartilago komplet terdapat pada bronkus lobaris dan bronkus
segmental. Pada bronkuskecil dan bronkiolus, terdapat jaringan konektif
elastis yang membantu kepatenan jalan napas. Pada bronkus kecil dan
bronkiolus tidak ada lagi tulang kartilago, hanya terdapat otot yang memiliki
kemampuan recoil elastic. Bronkus dilapisi oleh epitel pseudo stratifikasi
kollmnar berlapis (psudostartified ciliated columnar ephitelium). Selgoblet
dalam epithelium menyekresi mukus. Silia dan mucus bersama-sama
membantu melindungi paru dari debu, kuman, dan partikel lainnya.
7) Paru

4
Sistem respirasi terdiri dari sepasang paru didalam rongga toraks. Paru kanan
dibagi oleh fisura transversa dan oblik menjadi tiga lobus: atas, tengah, dan
bawah. Paru kiri memiliki fisura oblik dan dua lobus. Pembuluh darah, saraf,
dan sistem limfatik memasuki paru pada permukaan medialnya diakar paru
atau hilus. Setiap paru 12 dibagi dalam sejumlah segmen bronkopulmonal
yang berbentuk baji dan bagian apeks pada hilus dan bagian dasarnya pada
permukaan paru. Setiap segmen bronkoplmonal dibagi disuplai oleh bronco
segmental, arteri, dan venanya sendiri serta dapat diangkat dengan
pembedahan yng hanya menimbulkan sedikit perdarahan atau keluarnya udara
dari paru yang masih ada. Setiap paru dilapisi oleh membrane tipis, yaitu
pleura viseralis,yang bersambungan dengan pleura parietalis yang melapisi
dinding dada, diafragma,pericardium, dan mediastinum. Ruang diantara
lapisan parietal dan visceral sangat tipis pada keadaan sehat dan dilubrikasi
oleh cairan pleura.

3. Etiologi dan Faktor Resiko


Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan CAP yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob (PDPI, 2003). Secara
umum bakteri yang berperan dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus, H. Influenzae, Steptococcus Group B kuman atipik klamidia
dan mikoplasma.
Data PDPI (2003), akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita CAP
adalah bakteri Gram negatif. Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat
paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan cara
pengambilan bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan
hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut :

o Klebsiella pneumoniae 45,18%

o Streptococcus pneumoniae 14,04%


5
o Streptococcus viridans 9,21%

o Staphylococcus aureus 9%

o Pseudomonas aeruginosa 8,56%

o Steptococcus hemolyticus 7,89%

o Enterobacter 5,26%

o Pseudomonas spp 0,9%

Beberapa keadaan seperti malnutrisi, usia muda, kelengkapan imunisasi,


kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zn, paparan asap rokok secara pasif
dan faktor lingkungan (polusi udara) merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia.

4. Patofisiologi
Mikroorganisme masuk ke saluran nafas atas menyebabkan reaksi imun dan
mekanisme pertahanan terganggu kemudian membentuk kolonisasi mikroorganisme
sehingga terjadi inflamasi. Selain itu toksin yang dikeluarkan bakteri dapat secara
langsung merusak sel-sel sistem pernafasan bawah, termasuk produksi surfaktan
alveolar II. Pneumonia bakteri mengakibatkan respon imun dan inflamasi yang paling
mencolok yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus
(Corwin, 2008).

5. Patoflow

6
7
6. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuan penyebab, usia,
status imunologis dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis beratt yaitu sesak dan
sianosis. Gejala dan tanda pneumonia dibedakan gejala non spesifik, pulmonal,
pleural dan ekstrapulmonal.
A. Gejala spesifik
a. Demam
b. Menggigil
c. Sfalgia
d. Gelisah
e. Gangguan Gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare atau sakit perut

B. Gejala pulmonal
a. Nafas cuping hidung
b. Takipnea, dispnea dan apnea
c. Menggunakan otot interkostal dan abdominal
d. Batuk
e. Wheezing

C. Gejala pleura

Nyeri dada yang disebabkan oleh Streptococus pneumoniae dan Staphylococus


aureus

D. Gejala ekstrapulmonal
a. Abses kulit atau jaringan lunak pada kasus pneumonia karena
Staphylococus aureus
b. Otitis media, konjuntivitis, sinusitis dapat ditemukan pada kasus infeksi
karena Streptococus pneumoniae atau H. Influenza

7. Komplikasi
 Efusi pleura
 Empiema
 Pneumotoraks
 Piopneumotoraks
 Pneumatosel
 Abses Paru
 Sepsis

8
 Gagal nafas
 Ileus paralitik fungsional

8. Pemeriksaan Penunjang

A. Gambaran Radiologis
Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
pemeriksaan diagnosis etiologi dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak
diobati. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003).

9. Penatalaksanaan Medis
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di
rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat
meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya
S. pneumoniae yang resisten penisilin. Menurut ATS (2001), yang termasuk dalam
faktor modifikasis adalah:

a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin

• Umur lebih dari 65 tahun

• Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir

• Pecandu alkohol

• Penyakit gangguan kekebalan

• Penyakit penyerta yang multipel

b. Bakteri enterik Gram negatif

• Penghuni rumah jompo


9
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru

• Mempunyai kelainan penyakit yang multipel

• Riwayat pengobatan antibiotik

c. Pseudomonas aeruginosa

• Bronkiektasis

• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari

• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir

• Gizi kurang

Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi:

a. Penderita rawat jalan

• Pengobatan suportif / simptomatik

- Istirahat di tempat tidur

- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas

- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

- Pemberian antiblotik harus diberikan kurang dari 8 jam

b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa

 Pengobatan suportif / simptomatik

- Pemberian terapi oksigen

- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit

- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik

- Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8


jam

c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif

• Pengobatan suportif / simptomatik

- Pemberian terapi oksigen.

- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit


10
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik.

• Pengobatan antibiotik kurang dari 8 jam.

• Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

11
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
 Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas)
 Bunyi napas ronchi
b. Breathing
 Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung
 Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan cuping hidung
 Kesulitan bernapas ; lapar udara, diaporesis, dan sianosis
 Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation
 Akral dingin
 Adanya sianosis perifer
d. Dissability
Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran
e. Exposure Terjadi peningkatan suhu
2. Pengkajian Sekunder
a. Wawancara Klien
Dilakukan dengan menanyakan identitas klien yaitu nama, tanggal lahir, usia.
Serta dengan menanyakan riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat tumbuh kembang serta riwayat sosial klien
b. Anamnese Klien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, dan sesak
nafas.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung. Pada
auskultasi, dapat terdengar pernapasan menurun. Gejala lain adalah dull (redup)
pada perkusi, vokal fremitus menurun, suara nafas menurun, dan terdengar fine
crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena. Iritasi pleura akan
mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada menurun waktu inspirasi. Pemeriksaan

12
berfokus pada bagian thorak yang mana dilakukan dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi dan didapatkan hasil sebagai berikut :
a) Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensis abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada saat menarik napas.
b) Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membeasar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan (tachichardia)
c) Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit
d) Auskultasi: Dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.

2. Diagnosis Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan hipersekresi sputum.


2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan membran
alveolus-kapiler.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif ( I01006)
napas berhubungan tindakan Observasi
dengan hipersekresi keperawatan
1. Identifikasi kemampuan batuk
sputum selama ....x24
2. Monitor adanya retensi sputum
jam, diharapkan
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
bersihan jalan
saluran napas
napas meningkat.
4. Monitor input dan output
Dengan kriteria
cairan ( mis.jumlah dan
13
hasil : karakteristik)
1. Batuk efektif Terapeutik
1. Atur posisi semi-fowler
menurun
2. Pasang perlak dan bengkok di
2. Produksi
pangkuan pasien
sputum
3. Buang sekret pada tempat
menurun
sputum
3. Mengi
Edukasi
menurun
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Wheezing
batuk efektif
menurun
2. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik,ditahan selama 2
detik,kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik.
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukotik
atas ekspektoran,jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.01014)
pertukaran gas tindakan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor
dengan selama ...x24 jam, frekuensi,irama,kedalaman
ketidakseimbangan diharapkan dan upaya nafas
membran alveolus- pertukaran gas 2. Monitor pola napas (seperti
kapiler meningkat. bradipnea, takipnea,
Dengan kriteria hiperventilasi, kussmaul, Che
yne-stokes, Biot ataksis)
14
hasil : 3. Monitor kemampuan batuk
1. Tingkat efektif
kesadaran 4. Monitor kemampuan batuk
meningkat efektif
2. Dispnea 5. Monitor adanya sumbatan jalan
menurun napas
3. Bunyi napas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
tambahan paru
menurun 7. Auskultasi bunyi napas
4. Gelisah 8. Monitor saturasi oksigen
menurun 9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray torakas
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi ( I.04153 )


berhubungan tindakan Observasi
1. Identifikasi gangguan
dengan keperawatan
fungsi tubuh yang
ketidakseimbangan selama ....x24
mengakibatkan
antara suplai dan jam, diharapkan
kelelahan
kebutuhan oksigen Toleransi aktivitas
2. Monitor kelelahan fisik dan
meningkat.
emosional
Dengan kriteria
3. Monitor pola dan jam tidur
hasil :
4. aaaaMonitor lokasi dan
1. Frekuensi nadi
ketidaknyamanan selama
meningkat
melakukan aktivitas
2. Saturasi
Terapeutik
oksigen
1. Sediakan lingkungan dan rendah
meningkat
stimulus
3. Keluhan lelah
15
menurun 2. Lakukan latihan rentang pasif
4. Dispnea saat dan aktif
aktivitas Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
menurun
2. Anjurkan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makan

16
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Retno. dkk. 2006. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita
Selekta Ilmu Kesehatan Anak Kuliah Pneumonia.
Corwin, J. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. 2008. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Djojodibroto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). 2007. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
PPDI. 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia .

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia .

17

Anda mungkin juga menyukai