Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UPAYA DAN PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSU OLEH :

KELOMPOK IV

ARYUMICE

CANTIKA AULIA YOHANA PUTRI

DESI DARNIATI

INTAN SARI

MAIZARI OLVINA

NIRMAYANTI

RIZA ASHARI

TRI FAJAR RAHMA WATI

WAHYUNI YUSAR

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat
mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan pemberantasan penyakit
menular, pengendalian penyakit tidak menular penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat-alat
kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan
narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lainnya, serta penanggulangan bencana
dan bantuan kemanusiaan.

Pelayanan kesehatan sangat penting untuk kita semua dalam kesehatan masyarakat.
Kesehatan masyarakat memiliki fokus yang bergeser dari bukan hanya untuk individu tetapi
untuk populasi. Kesehatan masyarakat adalah tentang hal apa yang membuat kita sakit, apa yang
membuat kita sehat, dan hal apa yang bisa dilakukan bersama tentang hal tersebut

Sejarah kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani, yakni
Asclepius dan Higeia. Dikisahkan berdasarkan mitos Yunani Asclepius adalah seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang
telah ditempuhnya, namun Asclepius dapat mengobati penyakit dan bahkan dapat melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Higeia, seorang
asisten yang kemudian menjadi istrinya, juga telah melakukan upayaupaya kesehatan dengan
cara yang berbeda dengan Asclepius.

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami perjalanan yang


panjang hingga dapat berkembang menjadi seperti sekarang. Catatan sejarah kesehatan
masyarakat tak lepas dari program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang
dicanangkan Kabinet Pembangunan. Siwabessy mengadakan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
pada 22-29 April 1968 di Jakarta. Rapat menghasilkan Program Kesehatan Nasional yang
kemudian dijadikan sebagai landasan Repelita pertama bidang kesehatan, sebagai bagian dari
pembangunan jangka pendek dan jangka panjang Kabinet Pembangunan yang dimulai pada 1
April 1969 (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012)

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki


peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama
selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan,
tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Masyarakat

Kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat menurut UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.

Sehat secara mental (kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Sehat secara sosial
adalah perikehidupan seseorang dalam masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang
mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri
dan kehidupan keluarga sehingga memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan
menikmati liburan.

Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, dapat disarikan bahwa kesehatan


ada empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi yang saling
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau
masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh, tidak hanya
memandang kesehatan dari segi fisik saja. Misalnya: seseorang kelihatan sehat dari segi
fisiknya, akan tetapi ia tidak mampu mengendalikan emosinya ketika sedih maupun
senang dengan mengekspresikan ke dalam bentuk perilaku berteriak atau menangis keras-
keras, atau tertawa terbahak-bahak yang membuatnya sulit untuk bisa kembali ke kondisi
normal, maka orang tersebut tidak sehat. Begitu pula orang yang kelihatan sehat dari segi
fisiknya, akan tetapi tidak mampu memajukan kehidupannya sendiri dengan belajar,
bekerja, ataupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut tidak
bisa dikatakan sehat.
Berikut ini beberapa definisi kesehatan masyarakat menurut profesor Winslow dan
Ikatan Dokter Amerika, AMA (1948) :

Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow (Leavel &
Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat,
pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis
dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek
sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar
kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan


meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
(Ikatan Dokter Amerika, AMA, 1948).

Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara


sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau
masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek
(seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah sebagai
aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat.

B. Sejarah Kesehatan Masyarakat


Sejarah kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani, yakni
Asclepius dan Higeia. Dikisahkan berdasarkan mitos Yunani Asclepius adalah seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa
yang telah ditempuhnya, namun Asclepius dapat mengobati penyakit dan bahkan dapat
melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asisten yang kemudian menjadi istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya
kesehatan dengan cara yang berbeda dengan Asclepius. Perbedaan tersebut terletak pada cara
pendekatan dalam menangani masalah kesehatan. Perbedaannya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbedaan cara pendekatan dalam menangani masalah kesehatan

Perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh Asclepius dan Higeia mengakibatkan


munculnya dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan.
Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang
selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri
dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan
penyakit baik fisik, psikis, mental, ataupun sosial. Sementara itu, kelompok kedua, seperti
halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan
meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Ke dalam kelompok ini
termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang (Notoatmodjo, 2007).
Perbedaan pendekatan tersebut, pada perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul
garis pemisah menjadi dua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative
health care) dan pelayanan kesehatan pencegahan (preventive health care). Perbedaan tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Perbedaan pendekatan pelayanan kesehatan preventif dan kuratif

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami perjalanan yang


panjang hingga dapat berkembang menjadi seperti sekarang. Awal mula perjuangan kesehatan
masyarakat dialami di masa orde baru. Menurut buku Sejarah Pembangunan Kesehatan
Indonesia 1973-2012, tokoh yang ketika itu berjuang adalah Menteri Kesehatan Prof. DR.
Gerritz A. Siwabessy (1973-1978). Setelah gejolak peralihan kekuasaan dari sebelumnya
Presiden Soekarno menjadi Presiden Soeharto, Siwabessy diangkat menjadi seorang Menteri
Kesehatan. Siwabessy banyak melakukan gerakan-gerakan untuk mengembangkan kesehatan
masyarakat di Indonesia, seperti membangun kembali kerjasama dengan organisasi-organisasi
internasional setelah Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali
pada 1967 (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012). Salah satu
organisasi tersebut adalah UNICEF dalam Program Perbaikian Gizi Keluarga (Applied
Nutrition Program). Siwabessy juga berhasil membebaskan seluruh wilayah Indonesia dari
ancaman penyakit cacar yang diakui WHO pada tahun 1974. Perjuangan diawali dengan
kepesertaan Indonesia dalam Global Smallpox Eradication Programme (SEP) pada tahun
1967 yang berlanjut dua tahun kemudian dilancarkan pemberantasan penyakit cacar secara
menyeluruh selama enam tahun (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012,
2012).
Pada masa Siwabessy, Pusat Kesehatan Masyarakat mulai dikembangkan dan rumah
sakit pun mengalami berbagai penambahan akomodasi seperti pembangunan laboratorium di
Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Intensive Care (Gawat Darurat) di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, Floating Hospital (Kapal Rumah Sakit) di Maluku, fasilitas dan
peralatan kesehatan di Rumah Sakit Umum Semarang dan Purwokerto.
Catatan sejarah kesehatan masyarakat tak lepas dari program Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun) yang dicanangkan Kabinet Pembangunan. Siwabessy
mengadakan Rapat Kerja Kesehatan Nasional pada 22-29 April 1968 di Jakarta. Rapat
menghasilkan Program Kesehatan Nasional yang kemudian dijadikan sebagai landasan
Repelita pertama bidang kesehatan, sebagai bagian dari pembangunan jangka pendek dan
jangka panjang Kabinet Pembangunan yang dimulai pada 1 April 1969 (Sejarah
Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012)
Melanjutkan perjuangan Siwabessy, Menteri Kesehatan berikutnya Dr. Soewardjono
Soerjaningrat merumuskan Sistem Kesehatan Nasional pada tahun 1980. SKN digagas
sebagai falsafah dasar dan dapat memberi arah pembangunan kesehatan di Indonesia yang
ideologinya tidak lepas dari Pancasila dan UUD 1945 yang bertujuan menciptakan
kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia.
Dr. Soewardjono adalah pelaksana program nasional KB yang merupakan agenda
utama gerakan pembangunan orde baru. Program nasional tersebut tak lepas dari masalah
kependudukan di Indonesia yang harus dikendalikan pola penyebaran, tingkat kepadatan, dan
struktur umur penduduknya. Pada 17 Oktober 1968 dibentuklah Lembaga Keluarga
Berencana Nasional (LKBN). Komitmen pemerintah untuk menjadikan program KB sebagai
bagian dari pembangunan menuntut penyempurnaan LKBN. Atas dasar itulah, pada 1970
memlalui Keputusan Presiden No. 8/1970 lembaga ini diubah menjadi Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-
2012, 2012).
Perkembangan selanjutnya mengenai Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang didasari
oleh jumlah kasus polio yang masih tetap ada di Indonesia dan berpotensi menimbulkan
wabah atau kejadian luar biasa. PIN terselenggara pada tahun 1995, 1996 dan 1997 secara
serentak diberikan kepada semua anak di bawah lima tahun setiap bulan September dan
Oktober.
Seiring bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambah pula kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan. Di awal tahun 2000an, umur harapan hidup
masyarakat Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,7 tahun 2009,
menurunnya angka kematian ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan berkurangnya angka kematian
bayi dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2007 (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012)

C. Fungsi utama kesehatan masyarakat


Menurut (Riegelman R 2009) fungsi utama kesehatan masyarakat pertama yaitu,
a. Memperpanjang hidup serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Maksudnya
adalah tim kesehatan masyarakat membuat seseorang tetap hidup dalam waktu yang
lama, selain itu juga perlu untuk tetap menjaga kesehatan baik tiap individu maupun
kelompok hal tersebut karena akan percuma apabila seseorang dapat bertahan hidup
lama namun semasa hidupnya mengalami penyakit terus-menerus sehingga orang
tersebut tidak akan produktif dan bahkan akan menyulitkan kehidupan orang lain.
b. Kedua, melakukan perlindungan kesehatan dengan cara promosi kesehatan ketika
penyakit tersebut beresiko. Perlindungan kesehatan perlu dijaga untuk mencegah
adanya penyakit yang memiliki potensi untuk menyebar atau memperparah keadaan
kesehatan.
c. Ketiga adalah menggunakan tekhnologi baru seperti internet untuk mendefinisikan
ulang arti dari “masyarakat” serta menawarkan cara-cara baru untuk
berkomunikasi. Penggunaan teknologi baru sangatlah penting hal ini karena dalam
penyampaikan promosi dalam bidang kesehatan perlu suatu media agar
penyampaian informasi menjadi efektif dan menyeluruh.
Sedangkan menurut Notoatmodjo S (2012). Kesehatan masyarakat memiliki fungsi :
a. Utama yaitu untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Pencegahan terhadap penyakit
merupakan salah satu upaya agar penyakit tidak menyerang dirinya maupun
menular kepada orang lain, pencegahan juga merupakan hal yang lebih baik
dilakukan dibanding dengan melakukan upaya setelah terjadinya penyakit. Hal
tersebut dikarenakan, apabila seseorang telah mengalami sakit, pasti terdapat
dampak yang negatif dari penyakit tersebut baik dampak kecil ataupun dampak
besar. Contohnya ialah terganggunya aktifitas ataupun kematian. Sehingga tim
kesehatan memainkan peran penting dalam hal pencegahan penyakit.
b. Fungsi dari tim kesehatan masyarakat ialah memperpanjang usia hidup seseorang
atau masyarakat hal tentunya dapat dilakukan berdasarkan upaya mencegahan
penyakit seperti yang telah disebutkan.
c. Fungsi yang terakhir yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang dilakukan
dengan penerapan sistem hygiene hal tersebut dilakukan untuk menjaga atau
meningkatkan kualitas hidup manusia

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta


memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan
harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu
komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan
kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan
Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat
di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih
menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama
terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah
Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan
kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Ketersediaan mutu, keamanan obat, dan perbekalan kesehatan masih belum optimal
serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Dalam hal tenaga kesehatan,
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan.
Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam
menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi
masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam. Dengan
produksi SDM kesehatan dari institusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai.
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih
perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan
datang. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang
merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian
yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di
antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan
prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada
85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
a. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
b. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan
penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu
yang bersamaan (double burden)
c. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
d. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
e. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
f. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
g. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan
lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan
lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem
kesehatan kewilayahan.
h. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya
manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat
tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem
informasi.

Paradigma berkembang sebagai hasil pemikiran dalam kesadaran manusia terhadap


informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian. Memasuki
era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar
strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan
kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya
pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia.
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah
kesehatan di waktu yang lalu, membuat kita melihat kembali prioritas dan penekanan program
dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan
mempertahankan kesinambungan pembangunan. Indonesia yang menjadi sumber daya
manusia sehat dan produktif harus berpikir dan agak berbeda dengan apa yang kita lakukan
sekarang. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang
sedikit saja. Perubahan paradigma perlu dilakukan adalah paradigma atau konsep yang semula
menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan beban
penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang
belum jatuh sakit agar bisa  lebih berkontribusi dalam pembangunan.
Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan
masyarakat dititik beratkan pada :
a. Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%) agar
lebih tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
b. Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.
c. Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan perilaku).
d. Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan medis.

Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua sehat di


tahun 2010, dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit dan
produktif yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif ketimbang upaya kuratif yang
hanya menekankan pada upaya penanganan orang-orang sakit.
Dalam upaya kesehatan program  yang diperlukan adalah program kesehatan yang
lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan
(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan
mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan. Model ini
menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25
tahun mendatang.
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-
protektif dengan pendekatan pro-aktif.
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya
secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih
tahan terhadap penyakit.
f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan
perilaku)
h. Penggerakan peran serta masyarakat.
i. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja
secara sehat.
j. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
k. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan
kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
l. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi penilaian kesehatan masyarakat

D. Faktor determinan dalam kesehatan masyarakat menurut H.L. Blum dan


konsep Big Gem
Faktor determinan adalah faktor-faktor yang menetukan atau mempengaruhi status
kesehatan dari individu ataupun masyarakat. Dr. Henrik L Bloom yang biasa di sebut HL
Bloom menjelaskan ada 4 faktor utama atau determinant factors yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik.
a. Lingkunga
Lingkungan memegang peranan terbesar dalam menentukan derajat kesehatan
suatu masyarakat. Karena sebagian besar penyebab penyakit dan masalah berasal
dari lingkungan. Unsur unsur yang termasuk kedalam lingkungan ini seperti tanah,
air, udara, makhluk hidup, dan bakteri. Lingkungan yang bermasalah akan sangat
berdampak pada kesehatan individu ataupun mayarakat yang berada di lingkungan
tersebut, misalnya masyarakat yang tinggal di lingkungan yang airnya tercemar
limbah pabrik yang mengandung zat kimia ataupun bakteri maka hal itu akan
berbahaya bagi kesehatan masyarakat sekitarnya karena akan menimbulkan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
b. Perilaku/ gaya hidup
Perilaku manusia juga merupakan faktor penting ke 2 yang menentukan apakah
suatu masyarakat itu sehat atau tidak. Perilaku manusia juga dipengaruhi oleh
adat istiadat, budaya, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan, dan social ekonomi.
Misalnya masyarakat atau indivudu yang sering makanan cepat saji akan
meningkatkan kejadian obesitas, kebiasaan merokok dapat meningkatkan penyakit
jantung koroner dan masyarakat yang tinggal dipinggiran sungai selalu membuang
sampah di sungai sehinggaterjadi menumpukan sampah yang dapat membuat air
sungai tecemar bakteri dan zat kimia berbahaya, dan banjir serta masalah masalah
lain yang berkelanjutan.
c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan mempengaruhi kesehatan masyarakat karena fasilitas
pelayanan kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan, dan perawatan masyarakat yang memelukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau atau tidak, tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi
masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan
d. Genetik
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi kesehatan individu. Namun ada
beberapa penyakit yang diturunkan secara genetis namun tidak menjadi
penyakit kepada anak tersebut karena pola hidup dan lingkungn yang sehat.
Contohnya seseorang yang memiliki penyakit DM dapat menurunkan penyakit
tersebut kepada anak-anaknya kelak, namun anaknya tidak menderita
penyakit DM karena pola hidup yang sehat.

E. Konsep BIG GEMS


Konsep BIG GEMS merupakan alat atau cara yang digunakan untuk memudahkan
dalam mengingat faktor determinan yang mempengaruhi kesehatan. BIG GEMS merupakan
singkatan dari faktor-faktor tersebut yaitu:
 Behavior
 Infection
 Genetic
 Geography
 Environment
 Medical care
 Sosio-economic-cultural

Ini merupakan faktor dari teori blum yang diperluas sehingga terdapat beberapa
penambahan dari 4 faktor menjadi 7 faktor yaitu infection, Geography, dan Sosio-economic-
cultural.
a. Infection: infeksi sering menjadi penyebab langsung sebuah penyakit.
Penanganan/pencegahan dini pemaparan suatu infeksi dapat berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit atau cara pencegahan penyakit tersebut.
b. Geography : lokasi geografi berpengaruh terhadap frekuensi dan adanya
suatu penyakit. Misalnya penyakit yang disebabkan karena infeksi malaria hanya
terjadi di wilayah tertentu. Geografi juga menunjukan kondisi geologi wilayah,
contohnya tempat/daerah yang memiliki kadar radiasi dalam level yang tinggi
berdampak pada perkembangan penyakit kanker paru-paru.
c. Sosio-economic-cultural : di amerika serikat, faktor sosial ekonomi mencakup
pendidikan, pemasukan dan status pekerjaan. Ukuran-ukuran ini semuanya telah
terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi berbagai penyakit yang bervariasi
seperti kanker payudara, tuberculosis, dan kecelakaan kerja. Faktor agama dan
budaya termasuk juga kedalam faktor yang mempengaruhi suatu penyakit karena
keyakinan terkadang mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan untuk
perawatan yang akan mempengaruhi perkembangan penyakit pula.

F. Langkah Langkah Menentukan Masalah Kesehatan


Cara untuk Menetapkan Penyebab Masalah Kesehatan Hal pertama yang dilakukan
untuk menetapkan penyebab masalah kesehatan adalah mengidentifikasi pengaruh dari
masalah kesehatan itu.
Dalam buku Public Health 101 hal ini biasa disebut “burden of disease” atau pokok
penyakit. Kita harus dapat menentukan perubahan apa saja yang terjadi akibat adanya masalah
kesehatan itu. Jadi pertanyaan pertama untuk menetapkan penyebab masalah kesehatan adalah
apa saja dampak yang ditimbulkan dari masalah itu, baik morbiditas atau mortalitasnya dan
apakah ada perubahan.
Pertanyaan kedua adalah apakah ada perbedaan dalam penyebaran penyakit itu dan
bisakah perbedaan itu menjadi gagasan penyebab penyakit tersebut. Dalam hal ini
epidemiologist membagi faktor penyebabnya dengan “person” dan “place” untuk melihat pola
penyebaran dari masalah kesehatan ini. Kita harus mengetahui bagaimana penyebaran
penyakit ini di masyarakat agar semakin jelas faktor penyebabnya dan hal ini disebut
distribution of disease. “person” berhubungan dengan karakteristik individu seperti umur,
jenis kelamin, ras, dan sosio ekonomi. Juga tidak lupa memasukkan faktor lain yang mungkin
berhubungan seperti riwayat merokok, obat-obatan, olahraga dan sebagainya. ”place”
menunjukkan letak geografisnya, seperti pedesaan atau perkotaan, juga bagaimana hubungan
seseorang dengan komunitas di sekitarnya. Jika faktor dari tipe ini terjadi lebih sering di
kelompok yang terjangkit penyakit dinamakan risk indicators atau risk markers.Pada akhirnya
epidemiologi ialah melakukan pendekatan secara ilmiah untuk mendeteksi masalah kesehatan
Para epidemiologis seringkali melakukan perbandingan kelompok berdasarkan perbedaan
rata-rata umur.Umur sangat penting karena memiliki hubungan yang kuat dengan terjadinya
penyakit.
Contoh kasusnya ialah pada awal abad ke 20, seorang anak di kota Colorado Springs,
Colorado ditemukan mengalami masalah serius dalam hal pengrusakan warna gigi menjadi
coklat. Kondisi ini terjadi pada mereka yang menggunakan air dari sumber yang sama.
Ironisnya, mereka yang mengalami hal itu terlindungi dari gigi berlubang. Penemuan dari
factor ”place” ini menyebabkan dilakukannya penelitian selama dua dekade yang
menghasilkan penemuan bahwa kandungan fluoride di air dapat menurunkan risiko gigi
berlubang namun jika digunankan secara berlebihan dapat menyebabkan gigi menjadi coklat
(Riegelman 2009).

G. Cara Membuat Rekomendasi untuk Menyelesaikan Masalah Kesehatan


Rekomendasi adalah studi yang dibangun berdasarkan bukti dan intervensi mengenai
masalah kesehatan. Sehingga rekomendasi mencakup tindakan apa yang harus diambil untuk
mengurangi masalah kesehatan. Dalam menyusun sebuah rekomendasi maka diperlukan bukti
dasar dari sebuah permasalahan kesehatan. Bukti dasar ini didapat dari penelitian dan studi
intervensi mengenai sebuah kasus penyakit.Bukti dasar tersusun atas 2 kriteria yaitu kualitas
dari bukti dan besarnya dampak dari permasalahan kesehatan tesebut. Kualitas dari bukti
ditentukan oleh penyelidikan menggunakan metodemetode yang sesuai. Besarnya dampak
dari sebuah kejadian penyakit juga mempengaruhi sebuah tindakan rekomendasi. Besarnya
dampak dapat dilihat dari angka mortalitas dan morbiditas. Rekomendasi bukti dasar
merupakan kombinasi dari nilai kualitas eviden (bukti) dan nilai dari besarnya dampak
melalui studi intervensi.
Contoh dari pembuatan rekomendasi dalam menyelesaikan masalah kesehatan salah
satunya adalah tentang rekomendasi mengenai berhenti merokok. Seorang ahli kesehatan
masyarakat harus mengkaji masalahmasalah tentang bahaya merokok dengan melakukan
penelitian. Penelitian tersebut mencakup tentang apa saja kerugian merokok, bahan kimia
yang terkandung dalam rokok serta penyakit penyakit yang dapat ditimbulkan karena
merokok. Hasil dari penelitian tersebut dikaji dan disusunlah sebuah rekomendasi mengenai
langkah yang harus dilakukan kepada perokok agar berhenti merokok.

H. Kerangka untuk Menentukan Pilihan Implementasi Aksi


Kerangka untuk melakukan implementasi tersusun atas “When-WhoHow” (kapan,
siapa, bagaimana). When (Kapan), bertanya mengenai waktu perjalan penyakit terjadi. Waktu
dikategorikan dalan primer, sekunder, dan tersier. Intervensi primer yaitu sebelum onset dari
sebuah penyakit.Ini tertujuan untuk mencegah penyakit tersebut terjadi. Intervensi sekunder
yaitu intervensi setelah penyakit tersebut berkembang dan faktor resikonya, tetapi sebelum
munculnya gejala. Ini bertujuan deteksi awal penyakit dan untuk mengurangi faktor resiko
meskipun pasien belum menunjukkan gejala. Intervensi tersier terjadi setelah munculnya
gejala tetapi belum cacat permanen. Tujuannya untuk mencegah resiko terburuk dari sebuah
penyakit.
Who (Siapa), pertanyaan kepada siapa kita harus arahkan intervensi. Hal tersebut
ditujukan pada individu yang dalam satu waktu membutuhkan perawatan klinik atau harus
diarahkan pada kelompok seperti populasi yang rentan dan apakah perlu diarahkan pada
seseorang atau kelompok.
Kemudian yang terakhir adalah How (Bagaimana). Bagaimana seharusnya kita
mengimplementasikan intervensi? Terdapat 3 tipe dasar intervensi untuk merubah perilaku
yaitu informasi (pendidikan), motivasi (insentif) dan kebijakan (persaratan). Contoh dari
impelemtasi tersebut adalah tentang bahaya merokok. Kapan dilakukannya edukasi mengenai
bahaya merokok? Apakah sebelum terjadinya penyakit karna merokok atau setelah timbul
penyakit karna merokok. Apabila sebelum maka dapat dikategorikan sebagai tindakan
preventif (pencegahan). Lalu kepada siapa kita melakukan edukasi terhadap bahaya merokok?
Apakah kepada bapak-bapak atau kepada anak muda? Lalu setelah kita menentukan targetnya
maka kita dapat mengambil tindakan berupa penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya
merokok atau dengan menerapkan peraturan mengenai rokok.
Hal yang Harus Dilakukan Setelah Melakukan Implementasi Masalah kesehatan
masyarakat jarang sekali bisa langsung hilang hanya dengan sekali/satu intervensi saja. Oleh
karena itu penting untuk adanya evaluasi apakah intervensi atau kombinasi intervensi telah
berhasil mengurangi masalah. Ini juga penting untuk mengukur seberapa banyak masalah
yang telah berhasil ditangani dengan intervensi tersebut.

I. Contoh upaya kesehatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari


a. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau
hewan sakit, dari resevior ataupun dari benda – benda yang mengandung bibitr
penyakit lainnya ke manusia – manusia yang sehat. Penyakit infeksi dapat berupa
virus, bakteri,dll. Pencegahanya dapat berupa imunisasi pada balita maupun
orang dewasa.
b. Kesejahteraan Ibu dan Anak
Contoh usaha – usaha peningkatan kesehatan Ibu:
 Perawatan ante – partum ( waktu hamil )
 Perawatan intra – partum ( saat melahirkan)
 Perawatan post – partum ( setelah melahirkan)
Sedangkan usaha untuk meningkatkan kesehatan anak adalah dengan rutin datang
ke posyandu, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan menyusu sampai usia
2 tahun.
c. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi,
kimia, social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna ditingkatkan atau diperbanyak, sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dimusnahkan.
Contoh usaha – usaha peningkatan kesehatan pada lingkungan :
 Penyediaan air bersih
 Perawatan atau penanaman pohon di sekitar pekarangan rumah agar
dapat menghasilkan oksigen atau udara yang bersih
 Melakukan pembersihan di lingkungan sekitar, baik itu selokan, tempat
sampah, jamban, dll.
d. Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang
kesehatan. Konsep pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang berarti
di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan
kea rah yang lebih dewasa.
Contoh usaha – usaha peningkatan kesehatan dalam pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, yaitu:
 Penyuluhan tentang pentingnya kesehatan kepada masyarakat
 Mengajarkan perilaku hidup yang sehat kepada masyarakat
e. Usaha Kesehatan Gigi
Penyakit Gigi dan mulut, khususnya penyakit caries Dentis merupakan dunia
sehingga betul – betul menjadi masalah Kesehatan Masyarakat. Untuk itu perlu
adanya usaha peningkatan kesehatan di bidang kesehatan bagian Gigi.
Contoh usaha yang dilakukan :
 Melakukan pembersihan gigi ( sikat gigi ) setelah habis makan dan
sebelum tidur malam
 Pendidikan kesehatan terutama gigi
 Pencabutan gigi yang tidak berfungsi seperti semula
 Penambalan gigi yang berlubang
BAB III
KESIMPULAN

Perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh Asclepius dan Higeia mengakibatkan


munculnya dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok
atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya
disebut pendekatan kuratif (pengobatan).
A. Pengertian Kesehata
Pengertian kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat menurut UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow (Leavel &
Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup, meningkatkan
kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk
meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa
dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap
orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
A. Fungsi utama kesehatan masyarakat
Memperpanjang hidup serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat, melakukan
perlindungan kesehatan dengan cara promosi kesehatan ketika penyakit tersebut beresiko
menggunakan tekhnologi baru seperti internet untuk mendefinisikan ulang arti dari
“masyarakat” serta menawarkan cara-cara baru untuk berkomunikasi
B. Contoh upaya kesehatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
 Pencegahan dan Pemberantasan penyakit Menular
 Kesejahteraan ibu anak
 Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai